BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. kecamatan Jagakarsa. Wilayah DKI Jakarta memiliki iklim tropis dengan suhu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. kecamatan Jagakarsa. Wilayah DKI Jakarta memiliki iklim tropis dengan suhu"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Lokasi proyek Lokasi tapak ada pada wilayah DKI Jakarta yaitu di Jakarta selatan, kecamatan Jagakarsa. Wilayah DKI Jakarta memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 27 C-40 dan curah hujan tertinggi ada pada bulan januari dan febuari Kecamatan Jagakarsa Jagakarsa Gambar 4.1 Peta lokasi proyek. Sumber: diakses tanggal 20 maret 2013 Kecamatan Jagakarsa terletak di bagian selatan provinsi DKI Jakarta dengan luas km². Dalam kecamatan Jagakarsa, ada 6 kelurahan dengan luas wilayah kelurahan terbesar yaitu Srengseng Sawah dengan luas wilayah km² dan yang terkecil adalah kelurahan Lenteng Agung dengan luas km². Kelurahan lainnya adalah Tanjung Barat, Jagakarsa, Ciganjur, dan Cipedak. Kecamatan Jagakarsa memiliki 54 RW serta 538 RT dengan batas wilayah kecamatan adalah sebagai berikut: Utara: JL. Margasatwa, JL.Pintu Kb Binatang, Jl.Kav polri, Jl.Jati Padang, Jl.H.Musrid, dan Jl. TB Simatupang 63

2 64 Timur: Kali Ciliwung Selatan: Pilar batas Desa Pondok Cina Kota Depok dan kecamatan Sawangan kabupaten Bogor Barat: Kali Krukut Jumlah penduduk di kecamatan Jagakarsa adalah sebanyak jiwa dengan kepadatan penduduk penduduk/ km². Fasilitas kesehatan yang paling banyak di wilayah kecamatan Jagakarsa yaitu Posyandu dengan jumlah 174, sedangkan fasilitas yang paling sedikit yaitu puskesmas dengan jumlah 7.Fasilitas lainnya adalah praktek dokter umum sebanyak 27 buah, dokter gigi 11 buah dan dokter spesialis sebanyak 3 buah. (sumber: profil kesehatan puskesmas kecamatan jagakarsa tahun 2007) Analisa tapak Tapak berlokasi di JL.Mohammad Kahfi II, Kecamatan Jagakarsa kelurahan Srengseng Sawah, dekat dengan kampus Institut Sains dan Teknologi/ ISTN serta lahan milik Dinas Perhubungan yang dipergunakan untuk uji coba kendaraan bermotor. U Gambar 4.2 Tapak Proyek. Sumber: Data Google Tapak: ma,, diakses tanggal 20 maret 2013 U Gambar 4.3 Peta RTRW tapak proyek. Sumber: Dinas tata kota DKI jakart,, diakses tanggal 20 maret 2013

3 65 Alamat : JL.Mohammad Kahfi II, Kecamatan Jagakarsa Kelurahan Srengseng Sawah Luas : ± 9400 m² Peruntukan lahan : SSK (Suka Sarana Kesehatan) KDB : 20% maka, luas lantai dasar bangunan: ±1880 m² KLB : 1.6. maka, luas seluruh bangunan yang diperbolehkan: ±15040 m² GSB : 10 m dari jalan Mohammad Kahfi II, 12 m dari sebelah SDI AL.Bayyinah Jumlah Massa bangun : Tunggal Ketinggian Maksimal : 8 lantai Batas tapak: Utara: JL.Kavling Kompleks DKI Selatan: Jalan dan tapak milik dinas perhubungan Timur: JL. Mohammad Kahfi II Barat: Pemukiman penduduk Gambar 4.4 Batas utara tapak, JL.Kavling kompleks DKI. Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 4.5 Batas selatan tapak, lahan dan jalan milik dinas perhubungan. Sumber: dokumentasi pribadi

4 66 Gambar 4.6 Batas timur tapak, JL.Mohammad Kahfi II. Sumber: dokumentasi pribadi Tapak berada dekat dengan area pemukiman penduduk dan dekat dengan sarana pendidikan seperti kampus, sekolah serta madrasah yang banyak terletak di sepanjang jalan Mohammad Kahfi II yang merupakan jalur 2 arah. Sarana pendidikan seperti sekolah dan kampus menyebabkan jalan Mohammad Kahfi II sangat padat khususnya ketika anak-anak mulai masuk sekolah ketika anak-anak pulang sekolah. Gambar 4.7 Kepadatan kendaraan didepan kampus ISTN. Sumber: dokumentasi pribadi Penduduk yang bermukim disekitar tapak berwirausaha dengan memanfaatkan ruko-ruko di sepanjang jalan mohammad kahfi II sebagai tempat usaha mereka. Fasilitas-fasilitas yang terdapat disekitar lokasi tapak dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

5 67 Gambar 4.8 Lokasi fasilitas di sekitar tapak. Sumber: Google map, diakses tanggal 20 maret 2013dan hasil olahan data pribadi Keterangan: : Makam Haji Ansar Warung Silah, MTS islam dan SMK AL Makmur : Akademi Pemimpin Perusahaan dan SD 03 Cipedak : Kampus Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) : Lahan dan jalan milik dinas perhubungan DKI : SD, SMP, SMK Teladan : MTS Muhammadiyah 1 dan Klinik Aras : Klinik Ananda : Lokasi Tapak dan SDI AL-Bayyinah

6 Tabel 4.1 Analisa Site ASPEK YANG DIANALISA KONDISI EKSISTING ANALISA KESIMPULAN Cahaya Matahari/ Vegetasi di sekeliling tapak Banyaknya vegetasi dengan ketinggian 7-8 m dapat membantu menghalangi penyinaran masuknya cahaya matahari secara langsung terutama cahaya matahari dari B T B T arah barat yang menyebabkan pemanasan pada ruang disore hari U Gambar 4.9 Penyinaran matahari pada tapak. Sumber: google map,, diakses tanggal 20 maret 2013 dan dokumentasi pribadi Gambar 4.10 Penyinaran matahari dan vegetasi pada tapak. Sumber: hasil olahan data U sehingga kamar pasien dilantai 1 masih mungkin diletakkan diarah barat sedangkan untuk lantai 2 ke atas penempatan kamar diarah barat harus Disekitar tapak, tidak ada bangunan tinggi yang menghalangi penyinaran matahari. Sinar matahari yang datang dari arah timur dan barat akan cukup banyak terhalang oleh pohon dilengkapi dengan teritisan yang cukup lebar dan sun shadding Bangunan tertinggi yang ada disekitar tapak yang ada di sepanjang jalan Mohammad Kahfi hanya berupa bangunan 3 lantai. Namun, pada arah timur dan pohon pada lahan hijau disekitar tapak cukup banyak pohon-pohon pada arah barat dengan ketinggian pohon sekitar tinggi yang menghalangi sinar matahari 7-8 m 68

7 Gambar 4.11 Perkiraan ketinggian vegetasi pada tapak. Sumber: dokumentasi pribadi Angin dan Penghawaan Gambar 4.13 Arah angin pada tapak. Sumber: google map, diakses tanggal 20 maret 2013 dan hasil olahan data U Gambar 4.12 Kondisi vegetasi pada JL.Mohammad Kahfi 2. Sumber: dokumentasi pribadi Di arah barat dan selatan terdapat cukup banyak vegetasi yang dapat mengurangi kecepatan hembusan angin yang masuk ke tapak. Hembusan angin yang cukup kuat dari arah barat membantu mendinginkan lokasi tapak terutama pada sore hari sekitar pukul tiga sampai dengan pukul lima. namun, hembusan angin dari arah selatan membawa banyak debu yang masuk ke tapak meskipun debu tersebut sedikit tersaring oleh adanya vegetasi di arah selatan Angin yang berhembus dari arah barat dan selatan telah diperlambat dengan adanya vegetasi memungkinkan diterapkannya sistem cross ventilation pada bangunan namun, debu yang dibawa oleh angin tersebut membutuhkan perhatian lebih lanjut misalnya dengan menambah vegetasi di arah selatan dan barat untuk menyaring debu. 69

8 Kebisingan dan kepadatan sirkulasi Angin yang berhembus menuju tapak datang dari arah selatan dan barat dengan hembusan paling kuat datang dari arah barat. Gambar 4.14 Level kepadatan sirkulasi pada tapak. Sumber: google map, diakses tanggal 20 maret 2013 dan hasil olahan data Jalan Mohammad kahfi di arah timur merupakan jalan dengan tingkat sirkulasi yang sangat padat, ditandai dengan warna merah karena merupakan salah jalur dilalui oleh warga sekitar dan siswa sekolah untuk menuju tempat aktivitas masing-masing. Jalan yang tidak terlalu lebar menambah padatnya sirkulasi. U Jalan mohammad kahfi II dengan tingkat sirkulasi yang sangat padat khususnya di pagi hari pukul 6-9 dan siang hari pukul pada jam masuk dan pulang sekolah menyebabkan kebisingan dan kemacetan yang cukup parah pada arah timur tapak. Jalan kavling kompleks DKI di arah utara dan jalan serta tapak milik dinas perhubungan DKI tidak memiliki sirkulasi yang terlalu padat dan jarang dilewati kendaraan bermotor sehingga hampir tidak menyebabkan kemacetan dan kebisingan sangat rendah Pemukiman penduduk serta lahan hijau diarah barat tapak tidak dilaui kendaraan bermotor sehingga kemacetan tidak ada dan kesingan sangat rendah. Dengan tingginya tingkat kebisingan di arah timur tapak akibat padatnya sirkulasi pada jalan mohammad kahfi 2, penempatan kamar pasien pada arah tersebut akan dihindari jika memungkinkan. Tangga serta Ruang service dapat ditempatkan dilokasi tersebut untuk meredam kebisingan. vegetasi pada area tersebut juga harus ditambah untuk meredam kebisingan. Entrance dapat diletakkkan pada arah selatan dekat jalan dan lahan milik dinas perhubungan DKI yang cukup lebar dan JL kavling kompleks DKI diarah utara dapat dimanfaatkan sebagai jalan keluar. Jalur masuk dan keluar dibedakan agar jalur masuk yang juga digunakan oleh kendaraan Dinas 70

9 Jalan Kavling Kompleks DKI di arah utara dan jalan serta tapak milik Dinas Perhubungan DKI tidak memiliki sirkulasi yang terlalu padat ditandai dengan warna kuning dan sirkulasi di pemukiman penduduk serta lahan hijau diarah barat tapak hanya berupa penduduk yang lalu lalang tanpa kendaraan bermotor ditandai dengan warna biru Lebar jalan: JL.Mohammad Kahfi 2: ±7m Jalan milik Dinas Perhubungan: ±10m JL.Kavling Kompleks DKI: ±7m Kebisingan tinggi kepadatan Kebisingan rendah sangat rendah Gambar 4.15 Tingkat kebisingan dalam tapak sumber: hasil olahan data KELUAR Perhubungan tidak terlalu padat akibat kendaraan yang keluar masuk pada jalur yang sama. ENTRANCE Gambar 4.16 sirkulasi dalam tapak. sumber: hasil olahan data Penempatan entrance menuju bangunan pada JL Mohammad Kahfi II harus dihindari agar tidak memperparah kemacetan. 71

10 View/ pemandangan lokasi tapak masih memiliki banyak View di sekitar tapak cukup baik. view yang penghijauan sehingga lingkungan sekitar paling baik ada pada arah barat (pemukiman masih terlihat asri sehingga tidak ada view yang buruk diarah manapun penduduk) karena masih luasnya lahan hijau dan pemukiman penduduk belum terlalu padat. Sumber: dokumentasi pribadi Arah barat dapat dimanfaatkan sebagai view bagi pasien dan staff dan pengunjung rumah sakit 72

11 Jenis Pelayanan, Program Ruang dan Fungsi Ruang Sampai pada saat ini, belum ada peraturan yang secara khusus mengatur mengenai pelayanan-pelayanan yang harus disediakan dalam rumah sakit yang dikhususkan hanya untuk anak. Peraturan seperti kemenkes no.340 serta pedoman teknis penyediaan sarana dan prasarana RS kelas C yang digunakan sebagai acuan penyediaan pelayanan dan besaran ruang dalam laporan ini membahas mengenai pelayanan yang harus disediakan untuk anak namun juga bercampur dengan pelayanan lain yang dikhususkan untuk ibu. Besaran ruang yang dibutuhkan dalam suatu rumah sakit menurut acuan pedoman teknis penyediaan sarana dan prasarana RS kelas C juga tidak secara spesifik menyatakan kalau besaran ruang tersebut hanya untuk anak dan hanya menyebutkan bahwa tinggi untuk perabot disesuaikan dengan pengguna. Sehingga, untuk menentukan pelayanan-pelayanan yang harus disediakan dalam proyek rumah sakit ini, kemenkes no.340 tetap digunakan sebagai acuan untuk menentukan pelayanan namun, pelayanan untuk ibu dipisahkan dan yang diambil hanya pelayanan untuk anak. Sedangkan untuk besaran ruang, pedoman teknis penyediaan sarana dan prasarana RS kelas C tetap digunakan sebagai acuan namun,dalam tahap perancangan nanti, tinggi perabot seperti wastafel, ranjang, kursi, meja dan lain-lain disesuaikan dengan pengguna yang merupakan anak-anak usia tahun sesuai dengan ketentuan. Daftar pelayanan yang harus disediakan rumah sakit berdasarkan kemenkes no.340 tahun 2010 mengenai pelayanan yang harus disediakan dalam rumah sakit khusus ibu dan anak dan pelayanan minimal yang harus dimiliki rumah sakit berdasarkan kemenkes no.129 tahun 2008 memiliki sedikit perbedaan karena ada beberapa pelayanan minimal yang menurut kemenkes

12 74 no.129 harus ada namun, pada kemenkes no 340, pelayanan tersebut dianggap tidak perlu diadakan sehingga, kedua acuan pelayanan tersebut dibandingkan untuk menentukan pelayanan apa saja yang harus disediakan dalam proyek rumah sakit khusus anak yang dirancang. Perbedaan dan persamaan daftar pelayanan yang harus disediakan berdasarkan kedua acuan tersebut serta pelayanan yang akan diadakan dalam proyek rumah sakit khusus anak yang dirancang dan pertimbangan diadakan atau tidaknya suatu pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut: Keterangan: : Diadakan (perlu) X : Ditiadakan (tidak perlu) Tabel 4.2 Daftar perbedaan dan persamaan pengadaan pelayanan berdasarkan 2 acuan serta pelayanan yang akan diadakan dalam proyek yang dirancang berikut pertimbanganya: Pelayanan Kemenkes no 340 kemenkes no 129 Pengadaan pada proyek yang dirancang serta pertimbanagan pengadaan 1. Pelayanan gawat darurat Diadakan sesuai ketentuan 2. Pelayanan rawat jalan Diadakan sesuai ketentuan 3. Pelayanan rawat inap Diadakan sesuai ketentuan 4. Pelayanan bedah Diadakan sesuai ketentuan 5. Pelayanan persalinan dan X Tidak diadakan karena proyek perinatologi ditujukan khusus untuk anak 6. Pelayanan intensif Diadakan sesuai ketentuan 7. Pelayanan radiologi Diadakan sesuai ketentuan 8. Pelayanan laboratorium Diadakan sesuai ketentuan patologi klinik 9. Pelayanan rehabilitasi X Diadakan sesuai ketentuan medik untuk mendukung proses

13 Pelayanan farmasi 11. Pelayanan gizi 12. Pelayanan transfusi darah 13. Pelayanan rekam medis 14. Pengelolaan limbah 15. Pelayanan administrasi manajemen 16. Pelayanan ambulans 17. Pelayanan pemusalaraan jenazah 18. Pelayanan laundry 19. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit 20. Pelayanan spesialis anak umum 21. Pelayanan rawat intensif (ICU dan HCU) X - X penyembuhan Diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Tidak diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Diadakan sesuai ketentuan Sumber: kemenkes 340 tahun 2010, kemenkes no.129 tahun 2008 dan hasil olahan data Dengan diketahuinya pelayanan-pelayanan yang akan diadakan dalam rumah sakit khusus anak yang dirancang, ruang yang dibutuhkan sesuai dengan pelayanan tersebut adalah sebagai berikut.

14 76 Tabel 4.3 Program Ruang No Nama Ruang Fungsi Standart luas Kapasitas luasan Pelayanan Gawat Darurat 1 Ruang Tunggu Pengantar Ruang di mana keluarga/ pengantar pasien menunggu. Ruang ini perlu disediakan tempat duduk dengan Min. 16 m 2 20 orang 60 m 2 Pasien jumlah yang sesuai aktivitas pelayanan 2 Administrasi Pendataan dan pendaftaran pasien min. 16 m 2 4 orang 30 m 2 3 Ruang Triase Ruang tempat memilah-milah tingkat kegawatdaruratan pasien dalam rangka menentukan tindakan Min. 16 m 2 6 orang 50 m 2 selanjutnya terhadap pasien, dapat berfungsi sekaligus sebagai ruang tindakan. 4 R. Resusitasi Ruangan yang dipergunakan untuk melakukan tindakan resusitasi terhadap pasien. 12 m 2 2 orang 35 m 2 5 R. Tindakan Bedah Ruang untuk melakukan tindakan bedah ringan pada pasien. Min. 16 m 2 5 orang 24 m 2 6 R. Tindakan Non Bedah Ruang untuk melakukan tindakan non bedah pada pasien. 12 m 2 5 orang 24 m 2 7 R. Tindakan Anak Ruang untuk melakukan tindakan medis pada pasien anak. 12 m 2 5 orang 24 m 2 8 Gudang Bersih Tempat penyimpanan alat medik dan linen steril serta obat-obatan yang diperlukan. Min. 4 m 2 2 orang 18 m 2 9 Gudang kotor Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek Min. 6 m 2 2 orang 12 m 2 berupa bak atau kloset yang dilengkapi dengan leher angsa (water seal), tempat penyimpanan sementara linen kotor dan alat medik yang telah digunakan 11 Laboratorium Standar Ruang pemeriksaan laboratorium yang bersifat segera/cito, tapi untuk beberapa jenis pemeriksaan tertentu. Min. 4 m 2 2 orang 12 m 2 12 Toilet KM/WC pria/wanita luas 2 m 2 3 orang/ toilet, jumlah 2 toilet, 1 toilet: 12 m 2 Total luasan: 313m 2 x 20% sirkulasi= 376 m 2 Pelayanan Rawat Jalan 2 toilet x 12 m 2 =24 1 Ruang Tunggu Utama/ Lobby Rumah sakit Ruang tunggu pasien (dan pengantar pasien) saat melakukan pendaftaran 1m 2 / orang 250 orang 350 m 2 2 Pusat administrasi dan rekam medis Pusat pendataan dan pendaftaran pasien min. 16 m 2 12 orang 100 m 2 3 Ruang Periksa & Konsultasi Dokter Ruang tempat dokter spesialis melakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan pasien 12m 2 / poli 6 poli, 22 m 2 / Spesialis poli m 2 6 poli x 22 m 2 =132 4 Ruang Laktasi Ruang khusus bagi ibu yang menyusui anaknya. 6 m 2 8 orang 10 m 2 5 Toilet KM/ KM/WC pria/wanita 3 orang/ toilet, luas 2 m 2 jumlah 2 toilet, m 2 2 toilet x 17 m 2 =34 m 2

15 77 1 toilet: 17 m 2 Total luasan: 626 m 2 x 20% sirkulasi= 751 m 2 Pelayanan Rawat Inap 1 Ruang Perawatan Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. 25 m 2 per tempat tidur Kelas III: 6 ruang Luas 1 ruang: 86 m 2 Kelas II: 12 ruang Luas 1 ruang: 68 m 2 Kelas I: 3 ruang Luas 1 ruang: 68 m 2 Kelas VIP: 3 ruang Luas 1 ruang: 68 m 2 86m 2 x 6 ruang kelas III= 516 m 2 68m 2 x 12 ruang kelas II= 816 m 2 68m 2 x 3 ruang kelas I= 204 m 2 68m 2 x 3 ruang kelas VIP= 204 m 2 2 Ruang Konsultasi dan Ruang Ruang untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan keluarganya dan 12 m 2 4 ruang, 16 m 2 / 16m 2 x 4 ruang = 64 m 2 tindakan Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan maupun noninvasive ruang 3 Nurse station R. untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, asuhan dan pelayanan keperawatan (pre dan post Min. 4 m 2 4 pos, 60 m 2 / pos 60m 2 x 4 pos = 240 m 2 conference, pengaturan jadwal), dokumentasi s/d evaluasi pasien.pos perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dpt mengawasi pasiennya secara efektif. 5 Gudang Bersih Tempat penyimpanan alat medik dan linen steril serta obat-obatan yang diperlukan. Min. 4 m 2 4 ruang, 24 m 2 / 24m 2 x 4 ruang = 96 m 2 ruang 6 Gudang kotor Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek Min. 4 m 2 4 ruang, 16 m 2 / 16m 2 x 4 ruang = 64 m 2 berupa bak atau kloset yang dilengkapi dengan leher angsa (water seal), tempat penyimpanan sementara linen kotor dan alat medik yang telah digunakan ruang 7 Ruang jaga Ruang untuk istirahat perawat/ petugas lainnya setelah melakukan kegiatan pembedahan atau tugas 9 m 2-16 m 2 4 ruang, 24 m 2 / 24m 2 x 4 ruang = 96 m 2 jaga. Ruang jaga harus berada di bagian depan shg mempermudah semua pihak yang memerlukan pelayanan bedah. ruang 8 Ruang tunggu pengunjung Ruang tunggu pengunjung sebelum jam besuk 1m 2 / orang 4 ruang, 60 m 2 / 60m 2 x 4 pos = 240 m 2 ruang 9 Toilet pengunjung+petugas KM/ KM/WC 6 orang/ toilet, 24m 2 x 4 ruang = 96 m 2 pria/wanita luas 2 m 2 jumlah 4 toilet, 1 toilet: 24 m 2 Total luasan: 2637m 2 x 20% sirkulasi= 3165 m 2

16 78 Pelayanan Bedah 1 Ruang untuk cuci tangan (scrub station) Ruang untuk cuci tangan dokter ahli bedah, asisten dan semua petugas yang akan mengikuti kegiatan dalam kamar bedah. Min. 3 m 2 3 ruangan, 1 ruangan 3.6 m 2 3 ruang x3.6 m m 2 3 orang/ruang 2 Ruang persiapan Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum memasuki kamar bedah dan Ruang yang Min. 9 m 2 5 orang 24 m 2 (;Preparation room) dan Ruang anaestesi (Induction room) digunakan untuk persiapan anaestesi/pembiusan. Kegiatan yang dilakukan di kamar ini adalah mengukur tekanan darah pasien, pemasangan infus, memberikan kesempatan kepada pasien untuk menenangkan diri dan memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilaksanakan, 5 Ruang bedah (minimal 2 ruang) Ruang untuk melakukan kegiatan pembedahan Min. 36 m 2 8 orang 42 m 2 x 3 ruang= 84m 2 6 Ruang Pemulihan/ Ruang pemulihan pasien pasca operasi yang memerlukan perawatan kualitas tinggi dan pemantauan terus Min. 7,2 m 2 / tempat 4 tempat tidur 4x7,2 m 2 =30 m 2 PACU (Post Anesthetic CareUnit) menerus. tidur 7 Ruang Diskusi Medis Ruang untuk diskusi para operator kamar operasi sebelum melakukan tindakan pembedahan. 9m 2 5 orang 14 m 2 8 Gudang alat operasi Gudang alat-alat untuk operasi (sudah steril) Min. 9 m 2 2 orang 18 m 2 9 Gudang kotor Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek berupa bak atau kloset yang dilengkapi dengan leher angsa (water seal), tempat penyimpanan sementara linen kotor dan alat medik yang telah digunakan Min. 4-6 m 2 3 ruangan, 1 ruangan 6 m 2 3 orang/ruang 11 Loker petugas Ruang ganti loker 6 m 2 2 loker, 1 1 Daerah rawat pasien non isolasi Daerah rawat pasien isolasi Total luasan: 230 m 2 x 20% sirkulasi= 276 m 2 Pelayanan Intensif Ruang tempat tidur berfungsi untuk merawat pasien lebih dari 24 jam, dalam keadaan yang membutuhkan pemantauan khusus dan terus menerus. Kamar yang mempunyai kekhususan teknis sebagai ruang perawatan intensif yang memiliki batas fisik modular per pasien, dinding serta bukaan pintu dan jendela dengan ruangan ICU lainnya. loker=16 m 2 3 ruang x6 m 2 18 m 2 16m 2 x 2 ruang= 32m 2 Min. 12 m 2 /tt 4 tempat tidur 12 m 2 x4=48 m 2 Min. 16 m 2 /tt 1 tempat tidur 16 m 2 x1=16 m 2 2 Gudang Bersih Tempat penyimpanan alat medik dan linen steril serta obat-obatan yang diperlukan. Min. 4 m 2 1 ruang, 7 m 2 / ruang 7 m 2 3 Gudang Kotor Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek berupa bak atau kloset yang dilengkapi dengan leher angsa (water seal), tempat penyimpanan sementara linen kotor dan alat medik yang telah digunakan Min. 4 m 2 1 ruang, 7 m 2 / ruang 7 m 2

17 79 4 Ruang jaga Ruang untuk istirahat perawat/ petugas lainnya setelah melakukan kegiatan pembedahan atau tugas jaga. Ruang 9 m 2-16 m 2 1 ruang, 9 m 2 / ruang 9m 2 jaga harus berada di bagian depan shg mempermudah semua pihak yang memerlukan pelayanan bedah. 5 Ruang staff Ruang istirahat staff ICU - 1 ruang, 22 m 2 / 22 m 2 ruang 6 Loker pengunjung Ruang tempat pengunjung berganti pakaian dan menitipkan loker 6 m 2 1 loker =20 m 2 20 m 2 7 Nurse station R. untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, asuhan dan pelayanan keperawatan (pre dan post conference, Min. 4 m 2 1 pos, 30m 2 / pos 30m 2 pengaturan jadwal), dokumentasi s/d evaluasi pasien.pos perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dpt mengawasi pasiennya secara efektif. Total luasan: 160m 2 x 20% sirkulasi= 192 m 2 Pelayanan radiologi 1 Ruang Konsultasi Dokter Ruangan tempat membaca film hasil diagnosa pasien dan tempat pasien konsultasi medis dengan Dokter spesialis 9 m 2 3 orang 9 m 2 radiologi. 2 Ruang ahli fisika medis Ruangan kerja dan penyimpanan alat ahli fisika medis 9 m 2 1 orang 9 m 2 3 Ruang Pemeriksaan Ruang tempat melaksanakan kegiatan diagnostik umum,tempat melaksanakan kegiatan diagnostik tomografi (jaringan 36 m 2 2 orang 48 m 2 lunak) dan ruang tempat melaksanakan kegiatan diagnostik fluoroskopi 4 Ruang operator Ruang tempat mengendalikan/ mengkontrol pesawat X-Ray Min. 4 m 2 2 orang 12 m 2 5 Ruang Mesin Ruang tempat meletakkan transformator/genetaor/cpu Min. 4 m 2 2 orang 6 m 2 6 Ruang ganti pasien Ruang tempat pasien berganti pakaian dan menyimpan barang milik pribadi. Min. 4 m 2 Jumlah ruang 2, 2 orang/ ruang, 1 ruang: 12 m 2 12 m 2 x2=24 7 Ruang Jaga Radiografer Ruang tempat istirahat radiografer cito Min. 6 m 2 2 orang 6 m 2 8 Gudang penyimpanan Ruang tempat penyimpanan berkas hasil pemeriksaan Min. 8 m 2 2 orang 8 m 2 berkas Total luasan: 122m 2 x 20% sirkulasi= 147 m 2 Pelayanan laboratorium patologi klinik 1 Ruang Pengambilan Sample Ruang tempat pengambilan sample darah, pengumpulan sample urin, dll Min. 6 m 2 3 orang 12 m 2 2 Bank Darah Ruang tempat pengambilan dan penyimpanan persediaan darah. Min. 6 m 2 2 orang 20 m 2 3 Laboratorium Patologi Klinik Ruang pemeriksaan/ analilsis patologi klinik. Min. 16 m 2 2 orang 22 m 2 4 Laboratorium Kimia Klinik Ruang pemeriksaan/ analilsis kimia klinik. Min. 16 m 2 2 orang 22 m 2 5 Laboratorium Hematologi dan Uranalisis Ruang pemeriksaan/ analilsis hematologi dan urin. Min. 16 m 2 2 orang 22 m 2 6 Gudang Regensia dan Bahan Habis Pakai Ruang tempat penyimpanan regensia bersih dan bahan habis pakai. 6 m 2 2 orang 6 m 2 m 2

18 80 7 Ruang Cuci Ruang tempat pencucian regensia bekas pakai. 6 m 2 2 orang 6 m 2 8 Ruang Diskusi dan Istirahat Personil. Ruang tempat diskusi dan istirahat personil/ petugas lab. 20 m 2 8 orang 20 m 2 9 Ruang Kepala Laboratorium Ruang tempat kepala laboratorium bekerja Min. 6 m 2 1 orang 12 m 2 Total luasan: 142m 2 x 20% sirkulasi= 170 m 2 Pelayanana Rehabilitasi Medik 1 Ruang Pemeriksaan/ Penilaian Dokter Ruangan tempat Dokter melakukan pemeriksaan (seperti: anamesa, pemeriksaan dan asesmen 2 RUANG FISIOTERAPI Ruang Fisioterapi Pasif Ruang Fisioterapi Aktif Ruang Senam (Gymnasium) 3 Ruang Terapi Okupasi dan Terapi Vokasional fisik), diagnosis maupun prognosis terhadap pasiennya dan tempat pasien melakukan konsultasi medis dengan Dokter Ruang untuk memberikan pelayanan berupa suatu intervensi radiasi/ gelombang elektromagnet dan traksi, maupun latihan manipulasi yang diberikan pada pasien yang bersifat individu. Ruang tempat pasien melakukan kegiatan senam (misalnya senam stroke, senam jantung, senam diabetes, senam pernafasan, senam asma, senam osteoporosis, dan lain-lain) Ruang tempat terapis okupasi melakukan terapi kepada pasien 12 m 2 2 ruang, 20 m 2 / Min. 20 m 2 Min. 36 m 2 ruang 8 orang 10 jenis okupasi 6 m 2 2 ruang okupasi, 42 m 2 / ruang 20 m 2 x 2 ruang= 40m m 2 2 ruang x 42 m 2 =84 4 Gudang Peralatan RM Ruang tempat penyimpanan peralatan RM yang belum terpakai atau sedang tidak digunakan. 6 m 2 2 orang 9 m 2 5 Ruang Staf f Ruang kerja dan istirahat staff. - 7 orang 20 m 2 6 Loker petugas Ruang ganti loker 6 m 2 2 loker, 1 loker=12 m 2 m 2 12m 2 x 2 ruang= 7 Indoor playroom Ruang bermain anak - 1 ruang 135 m 2 8 Ruang Baca Ruang baca untuk pasien anak - 1 ruang 25 m 2 8 Janitor Ruang tempat penyimpanan alat-alat kebersihan (cleaning service) dan alat-alat berkebun untuk mengurus taman terapi 24m 2 8 m 2 10 orang 12 m 2 9 Taman terapi Taman tempat dilaksanakannya aktivitas terapi - 80 orang 750 m 2 Total luasan: 496 m 2 x 20% sirkulasi= 595 m 2 Pelayanan Farmasi 1 Ruang Peracikan Obat Ruang tempat melaksanakan peracikan obat oleh apoteker. min.24 m 2 2 apoteker 27 m 2 2 Depo Bahan Baku Obat Ruang tempat penyimpanan bahan baku obat. Min. 6 m 2 1 orang 8 m 2 3 Depo Obat Jadi Ruang tempat penyimpanan obat jadi Min. 6 m 2 1 orang 8 m 2 4 Gudang Perbekalan dan Alat Ruang tempat penyimpanan perbekalan dan alat kesehatan Min. 10 m 2 1 orang 12 m 2

19 81 Kesehatan 5 Depo Obat Khusus Ruang tempat penyimpanan obat khusus seperti untuk obat yang termolabil, narkotika dan obat psikotropika, dan obat Min. 10 m 2 1 orang 8 m 2 berbahaya. 6 Konter Apotik Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan penerimaan resep pasien, penyiapan obat, pembayaran, dan pengambilan obat Min. 16 m 2 1 orang 18 m 2 9 Ruang Kepala Instalasi Farmasi Ruang kerja dan istirahat kepala Instalasi Farmasi. Di gabung dengan ruang kepala instalasi laboratorium 10 Ruang Staf f Ruang kerja dan istirahat staff. Di gabung dengan ruang staff laboratorium Total luasan: 81 m 2 x 20% sirkulasi= 100 m 2 Pelayanan Gizi: m 2 per tempat tidur. 2.5 m 2 x93 tempat tidur= 233 m 2 +20%sirkulasi= 280 m 2 Pelayanan Laundri: m 2 per tempat tidur 1 m 2 x93=93 m 2 = 93 m 2 +20%sirkulasi= 112 m 2 Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit: 5-6 m 2 per tempat tidur (ruang genset, pompa, gudang, penampungan limbah sementara,ahu, dan lain-lain) 5 m 2 x 93=465 m 2 = 465 m 2 +20%sirkulasi= 560 m 2 Pelayanan Administrasi Manajemen 1 Ruang Direksi Ruang kerja direktur RS, tempat melaksanakan perencanaan program dan Min. 16 m 2 1 orang 16 m 2 manajemen RS. 2 Ruang Sekretaris Direktur Ruang kerja sekretaris direktur. Min. 6 m 2 1 orang 6 m 2 3 Ruang Rapat dan Diskusi Ruang pertemuan/ rapat/ diskusi. Min. 16 m 2 10 orang 16 m 2 4 Ruang Kepala Komite Medis Ruang kerja kepala komite medis 6 m 2 1 orang 6 m 2 5 Ruang Komite Medis Ruang kerja staf komite medis 12 m 2 2 orang 12 m 2 6 Ruang Kepala Bagian Keperawatan Ruang kerja kepala bagian keperawatan 6 m 2 1 orang 6 m 2 7 Ruang Bagian Keperawatan Ruang kerja staf bagian keperawatan 12 m 2 2 orang 12 m 2 8 Ruang Kepala Bagian Pelayanan Ruang kerja kepala bagian Pelayanan 6 m 2 1 orang 6 m 2 9 Ruang Kepala Bagian Keuangan dan Program Ruang kerja kepala bagian keuangan dan program 6 m 2 1 orang 6 m 2 10 Ruang Bagian Keuangan dan Program Ruang kerja staf bagian keuangan dan program 12 m 2 2 orang 12 m 2 11 Ruang Kepala Bagian Kesekretariatan dan Rekam Medis Ruang kerja kepala bagian kesekretariatan dan rekam medis 6 m 2 1 orang 6 m 2 12 Ruang Bagian Kesekretariatan dan Rekam Medis Ruang kerja staf bagian Kesekretariatan dan Rekam Medis 12 m 2 2 orang 12 m 2 13 Ruang SPI (Satuan Pengawasan Internal) Ruang kerja Satuan Pengawasan Internal 12 m 2 2 orang 12 m 2 14 Ruang Arsip/ file Ruang tempat penyimpanan Arsip RS. Min. 20 m 2 2 orang 20 m 2 15 R. tunggu Ruang tunggu untuk tamu Min. 16 m 2 10 orang 80 m 2

20 82 16 Pantry Sebagai tempat untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi petugas. Min. 6 m 2 8 orang 28 m 2 17 R. serba guna Ruang seminar staff rumah sakit untuk informasi-informasi kesehatan - 80 orang 200 m 2 18 Toilet KM/ KM/WC pria/wanita luas Total luasan: 480m 2 x 20% sirkulasi= 576 m 2 Pemusalaraan Jenazah 2 m 2 3 orang/ toilet, jumlah 2 toilet, 1 toilet: 12 m 2 1 Ruang tunggu Keluarga Jenazah Ruangan keluarga jenazah menunggu min. 12 m 2 8 orang 20 m 2 3 Administrasi Pendataan dan pendaftaran pasien min. 16 m 2 2 orang 16 m 2 2 Ruang Duka Ruang tempat menyemayamkan jenazah sementara sebelum dibawa pulang. Min. 30 m 2 15 orang 30 m 2 3 Ruang Dekontaminasi dan Pemulasaraan Jenazah Ruang tempat memandikan/ dekontaminasi serta pemulasaraan jenazah (pengkafanan untuk jenazah muslim/ pembalseman & pemulasaraan lainnya untuk jenazah non-muslim). 2 toilet x 12 m 2 =24 m 2 Min. 18 m 2 6 orang 25 m 2 6 Loker petugas Ruang ganti petugas min. 6 m 2 2 loker, 1 Total luasan: 123 m 2 x 20% sirkulasi= 150 m 2 CSSD (sterilisasi pusat) 1 Ruang administrasi Ruangan tempat melakukan kegiatan Adminstrasi dan pencatatan, penerimaan, penyortiran barang/bahan/ linen yang akan disterilkan. loker=16 m 2 16m 2 x 2 ruang= 32m 2 8 m 2-25 m 2 3 orang 15 m 2 2 Ruang dekontaminasi Ruang tempat perendaman, pencucian dan pengeringan instrumen atau linen bekas pakai. Min. 30 m 2 5 orang 32 m 2 3 Ruang Pengemasan Alat Ruang tempat melaksanakan kegiatan membungkus, mengemas dan menampung alat-alat min. 16 m 2 3 orang 12 m 2 yang dipakai untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. 4 Ruang Prosesing / Produksi Ruang tempat melaksanakan kegiatan pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk min. 9 m 2 3 orang 12 m 2 persiapan sterilisasi. Selain itu di ruang ini jg dilaksanakan kegiatan persiapan bahan seperti kassa, kapas, cotton swabs, dll. 5 Ruang Sterilisasi Ruang tempat melaksanakan kegiatan sterilisasi instrumen, linen dan bahan perbekalan 9 m 2-16 m 2 3 orang 12 m 2 baru. 6 Gudang Steril Ruang tempat penyimpanan Instrumen, linen dan bahan perbekalan baru yang telah 12 m 2-25 m 2 3 orang 30 m 2 disterilisasi. 7 Gudang Barang/Linen/ Bahan Perbekalan Ruang tempat penyimpanan (depo) sementara Barang, linen dan bahan perbekalan baru 4 m 2-16 m 2 3 orang 12 m 2

21 83 Baru sebelum disterilisasi. 8 Ruang Dekontaminasi Kereta/Troli Ruang tempat mendekontaminasi kereta/troli untuk mengangkut barang-barang dari dan ke CSSD. Total luasan: 137 m 2 x 20% sirkulasi= 165 m 2 Ruang-ruang lain: 1 Ruang tunggu pelayanan bedah dan radiologi Ruang tunggu pasien (dan pengantar pasien) saat melakukan pendaftaran Min. 6 m 2 3 orang 12 m 2 min. 12 m 2 24 orang 60 m 2 2 Ruang arsip pelayanan bedah dan radiologi Pendataan dan pendaftaran pasien min. 16 m 2 2 orang 16 m 2 3 Toilet ruang tunggu pelayanan bedah dan radiologi KM/ KM/WC 6 Pos Perawat (nurse station) (pelayanan gawat darurat, dan pelayanan bedah) R. untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, asuhan dan pelayanan keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal), dokumentasi s/d evaluasi pasien.pos perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dpt mengawasi pasiennya secara efektif. pria/wanita luas 2 m 2 3 orang/ toilet, jumlah 2 toilet, 1 2 toilet x 12 toilet: 12 m 2 m 2 =24 m 2 Min. 4 m 2 2 pos, 25 m 2 / pos 25m 2 x 2 11 R. Gas medis ( pelayanan gawat darurat dan intensif) R. Tempat menyimpan gas medis. Min. 3 m 2 2 orang 9 m 2 pos = 50 m 2 12 Parkir brankar dan troli ( pelayanan gawat darurat, intensif dan bedah) Tempat meletakkan tempat tidur pasien selama tidak diperlukan. Min. 3 m 2 2 orang 3 m 2 13 Toilet basement KM/WC pria/wanita luas 2 m 2 3 orang/ toilet, jumlah 2 toilet, 1 2 toilet x 12 toilet: 12 m 2 m 2 =24 m 2 16 Janitor (pelayanan bedah) Ruang tempat penyimpanan alat-alat kebersihan (cleaning service) 8 m 2 10 orang 8 m 2 17 Ruang rekreasi petugas Kantin dan ruang rekreasi bagi staff rumah sakit - 40 orang 220 m 2 18 Parkir basement Fasilitas parkir 15 m 2 /mobil 24 mobil 360 m 2 19 R, istirahat supir R istirahat untuk supir - 15 orang 24 m 2 Total luasan: 800 m 2 x 20% sirkulasi= 960 m 2 Total luasan lantai dasar: 1065 m 2 Total seluruh luasan= 8575 m 2 Sumber: hasil olahan data pedoman teknis fasilitas RS kelas C dan kemenkes no 340 tahun 2010, standart luas bersumber pada pedoman teknis fasilitas RS kelas C

22 Analisa karakteristik jenis-jenis terapi Jenis-jenis terapi yang harus disediakan sebagai pelayanan rehabilitasi medik suatu rumah sakit terdiri dari fisioterapi, terapi okupasi dan terapi wicara sesuai dengan kemenkes no.029 tahun 2012 sehingga ketiga jenis terapi tersebut harus dihadirkan dalam rumah sakit yang dirancang sesuai dengan ketentuan. Berikut adalah analisa dan pembahasan serta kesimpulan dari karakteristik berbagai jenis terapi yang akan menentukan warna serta aroma dan jenis tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan terapi tersebut Analisa dan kesimpulan karakteristik fisioterapi Analisa karakteristik fisioterapi serta karakteristik material dan fasilitas taman terapi adalah sebagai berikut: 1. Fisioterapi Cardiovaskular &pulmonary: a. Karakteristik terapi: Kegiatan terapi meliputi kegiatan olahraga ringan dan secara keseluruhan kegiatan olahraga mengakibatkan kelelahan. Kegiatan terapi tahap pertama berupa kegiatan-kegiatan tes yang memiliki efek samping sesak nafas khususnya pada pasien dengan gangguan paru-paru dan kelelahan serta rasa tegang, cemas, ketakutan dan stress. Terapi tahap kedua berupa kegiatan olahraga ringan di luar ruangan berupa jogging atau senam dalam grup kecil. Pada tahap ini, rasa cemas, tegang, ketakutan dan stress mulai berkurang. Tahap terakhir yang dilakukan berupa kegiatan olahraga yang lebih berat dengan melibatkan alat-alat fitness.

23 85 Dengan diketahuinya karakteristik terapi maka, karakteristik material taman dan fasilitas yang harus disediakan adalah: Untuk mendukung kegiatan fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary tahap kedua dan ketiga di taman, taman terapi membutuhkan jalur padestrian yang terancang dengan baik, bisa dengan sistem loop agar pasien bisa berolahraga mengelilingi taman dan dengan material perkerasan yang tidak terlalu kasar untuk mencegah cidera akibat jatuh ketika jogging serta membutuhkan fasilitas/ alat olahraga diluar ruangan. Gambar 4.17 Fasilitas untuk kegiatan olahraga diluar ruangan dan Perkerasan dengan tekstur yang tidak terlalu kasar untuk mencegah cedera. Sumber: dan diakses tanggal 26 maret Fisioterapi orthopedic a. Karakteristik terapi Kegiatan terapi berupa kegiatan fisik sehingga akan menyebabkan rasa lelah terutama bagi pasien pasca operasi. Kegiatan terapi dapat menyakitkan karena cedera yang masih diderita pasien dan rasa sakit, stress dan putus asa menyebabkan pasien sulit berkonsenterasi pada dalam kegiatan terapi. Pada awal kegiatan terapi umumnya pasien akan merasa tegang karena fisioterapi orthopedic identik dengan rasa sakit dan hal ini akan menimbulkan perasaan cemas dan ketakutan pada pasien khususnya pasien anak.

24 86 Terjatuh, dan tidak mampu berdiri sendiri ketika latihan berjalan serta latihan-latihan lain dimana pasien masih sangat bergantung pada terapis dapat menyebabkan stress, depresi dan putus asa. Fisioterapi orthopedic dapat dilakukan baik diluar ruang ataupun didalam ruang. Fisioterapi orthopedic memerlukan beberapa alat bantu seperti railing, ramp, tangga serta papan keseimbangan untuk membantu kegiatan terapi. Dengan diketahuinya karakteristik terapi maka, karakteristik material taman dan fasilitas yang harus disediakan adalah: Taman terapi harus memiliki beberapa fasilitas seperti railing paralel sebagai pendukung untuk latihan berjalan, ramp, tangga, serta papan keseimbangan. Gambar 4.18 Railing paralel dan papan keseimbangan untuk kegiatan terapi dan Kegiatan fisioterapi orthopedic pada area berumput untuk mencegah cedera Sumber: dan dan diakses tanggal 26 maret 2013 Kegiatan terapi memberikan resiko terjatuh bagi pasien sehingga material pada taman pada lokasi dilakukannya terapi tidak boleh keras dan kasar karena akan mengakibatkan cedera. Oleh karena itu, pada beberapa healing garden, kegiatan fisioterapi orthopedic dilakukan pada area berumput. Pasien akan didampingi oleh terapis yang akan membantu mereka dan pasien juga akan menggunakan alat-alat seperti kursi roda dan tongkat sehingga, lebar jalur untuk berjalan harus memadai. 3. Fisioterapi neurologis

25 87 Kegiatan terapi yang diberikan dalam fisioterapi neurologis selain ditentukan dari hasil diagnosa dokter dan hasil diskusi antara ahli fisioterapi neurologis dengan ahli terapi lain seperti ahli fisioterapi orthopedic, ahli terapi okupasi dan ahli terapi wicara sehingga kegiatan yang diberikan merupakan hasil gabungan dari ketiga jenis terapi tersebut dan karakteristik material taman dan jenis taman yang dbutuhkan dianggap sama dengan ketiga jenis terapi tersebut Analisa dan kesimpulan karakteristik terapi okupasi Analisa karakteristik terapi okupasi serta karakteristik material dan fasilitas taman adalah sebagai berikut: a. Karakteristik terapi: Dalam terapi okupasi, semua indra anak distimulasi agar dapat berfungsi dengan baik dan hal ini menuntut taman terapi untuk memiliki keanekaragaman baik dari segi tekstur, jenis tanaman, satwa dan lain-lain yang dapat menstimulasi semua indera anak sekaligus menstimulasi kreativitas dan mengembangkan pola pikir Kegiatan bermain merupakan salah satu metode untuk terapi okupasi Dengan diketahuinya karakteristik terapi maka, karakteristik material taman dan fasilitas yang harus disediakan adalah: Material taman harus terdiri dari berbagai tekstur yaitu kasar dan halus, keras dan empuk untuk menstimulasi indera peraba anak-anak. Material kasar dapat ditempatkan pada lokasi dimana anak-anak tidak banyak lalu lalang untuk mencegah cedera akibat terjatuh. Rumput sebagai ground cover selain perkerasan juga menambah keanekaragaman tekstur pada taman. furniture taman juga harus beranekaragam khususnya pada alat bermain

26 88 untuk anak karena bermain adalah salah satu kegiatan terapi okupasi dan untuk mencegah rasa bosan pada anak Analisis dan kesimpulan karakteristik terapi wicara Terapi wicara dapat dilakukan baik di dalam ruang maupun di luar ruang. Terapi wicara dilakukan dengan posisi saling berhadapan antara pasien dengan terapis dan biasanya memerlukan fasilitas meja dan kursi. a. Karakteristik terapi: Terapi wicara membutuhkan konsentrasi yang tinggi karena pasien harus bisa mengikuti semua arahan dari terapis. Terapi wicara dapat menyebabkan stress, cemas dan kelelahan bagi pasien karena mereka dituntut untuk berkonsentrasi. Dengan diketahuinya karakteristik terapi maka, karakteristik material dan fasilitas taman yang harus disediakan adalah: Kegiatan terapi wicara ditaman dapat difasilitasi dengan kehadiran meja dan kursi taman serta gazebo sehingga pasien dan terapis bisa duduk disana dan melakukan terapi. 4.4 Analisa fungsi dan kebutuhan suasana ruang di rumah sakit Ruang-ruang dalam rumah sakit seperti lobby dan ruang tunggu digunakan baik oleh pasien, staff rumah sakit dan pengantar pasien (pengunjung) dengan kebutuhan beragam. Dalam satu lingkungan rumah sakit, ada beberapa ruang tertentu yang membutuhkan perhatian lebih karena aktivitas yang ditampung dalam ruang tersebut memberikan dampak psikologis tertentu bagi penggunanya dan membutuhkan manfaat terapi tertentu untuk mengurangi dampak psikologis yang bersifat negatif seperti tegang, cemas, ketakutan dan lain-lain.analisis fungsi dan kebutuhan suasana ruang yang akan menentukan

27 89 warna dan aroma dari jenis tanaman yang dapat memberikan manfaat terapi pada ruang tertentu adalah sebagai berikut. 1. Ruang tidur/ kamar pasien Fungsi: Istirahat setelah beraktivitas, relaksasi, tempat pemeriksaan serta kunjungan staff rumah sakit (dokter dan perawat) untuk upaya kesehatan pasien, tempat kunjungan pihak keluarga. Kebutuhan suasana: tenang, dapat membantu pasien untuk istirahat. 2. Ruang tunggu perawatan intensif dan penanganan gawat darurat Fungsi: ruang untuk menunggu dan istirahat bagi keluarga dan pengantar pasien. Kebutuhan suasana: kegiatan menunggu kabar dari staff rumah sakit mengenai kondisi keluarga yang dirawat mengakibatkan rasa cemas, stress serta lelah, sehingga dibutuhkan suasana yang lebih relaks dan tenang. 3. Ruang tunggu jenazah/ ruang duka Fungsi: ruang untuk menunggu dan istirahat bagi keluarga dalam suasana berduka. Kebutuhan suasana: keluarga pasien dalam kondisi berduka, stress dan depresi karena kehilangan anggota keluarga sehingga dibutuhkan warna cerah dan aroma yang dapat membantu mengatasi emosi negatif tersebut. 4. Corridor menuju ruang operasi dan Ruang persiapan (untuk dokter dan pasien sebelum operasi) Fungsi: ruang dan jalur bagi dokter dan staff lainnya termasuk pasien untuk menuju ruang operasi dan untuk mempersiapkan diri sebelum melakukan operasi.

28 90 Kebutuhan suasana: melakukan operasi berhubungan dengan menyelamatkan nyawa pasien dapat menyebabkan rasa gugup dan cemas serta stress pada dokter, perawat dan staff lainnya, pasien juga akan merasa gugup dan cemas sehingga dibutuhkan warna dan aroma yang mengatasi emosi negatif tersebut namun, tetap meningkatkan konsentrasi dan fokus dokter serta staff lainnya. 5. Lobby-administrasi Fungsi: ruang yang digunakan oleh pasien, keluarga pasien dan staff rumah sakit untuk sekedar duduk, menunggu proses administrasi, tempat bertemu dengan pengunjung lain yang memiliki keperluan dengan staff rumah sakit ataupun pasien dan keluarganya serta kegiatan-kegiatan lainnya. Kebutuhan suasana: nyaman, memberi kesan santai/ relaks namun tidak membosankan sehingga dibutuhkan banyak variasi jenis tanaman yang berbeda warna, bentuk dan ketinggian. 4.5 Analisis dan kesimpulan warna tanaman yang dibutuhkan Karakteristik dari jenis-jenis terapi serta kebutuhan suasana pada ruang-ruang tertentu di dalam rumah sakit menentukan warna-warna dari jenis tanaman yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan terapi serta memenuhi kebutuhan ruang yang memerlukan manfaat terapi. Warna-warna dari tanaman yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan terapi dan memenuhi kebutuhan ruang tertentu serta memecahkan berbagai masalah berupa emosi negatif yang ada pada karakteristik kegiatan terapi dan kebutuhan suasana ruang dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut::

29 Tabel 4.4 Tabel kebutuhan warna untuk mendukung kegiatan dalam rumah sakit dan taman terapi Jenis Terapi/ ruang Warna Biru orange Kuning Pink Merah Ungu Fisioterapi cardiovaskular&pulmonary X X X Fisioterapi orthopedic X X Terapi okupasi Terapi wicara X X X X Kamar Pasien X X X Ruang tunggu UGD/ICU X X X X Ruang persiapan operasi X X X X X 91

30 Jenis Terapi/ ruang Warna Biru orange Kuning Pink Merah Ungu Corridor menuju ruang operasi Ruang tunggu jenazah/ ruang duka X X X X X X Lobby rumah sakit Sumber: hasil olahan data dengan mencocokkan karakteristik terapi berupa emosi negatif dengan manfaat warna. Manfaat warna bersumber pada buku. Colour Therapy (2007) Keterangan: Fungsi lengkap dari setiap warna untuk mendukung kegiatan setiap jenis terapi dan memenuhi kebutuhan ruang yang memerlukan manfaat terapi serta memecahkan berbagai masalah berupa emosi-emosi negatif seperti rasa cemas, ketakutan stress, tegang dan lain-lain yang ada pada karakteristik kegiatan terapi dan kebutuhan suasana ruang secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.2 Efek warna pada kondisi psikologis dan fisik yang bersumber dari buku Color Theraphy karya Azeemi, S Khwaha pada Bab.2 landasan teori halaman 33. Warna-warna dalam tabel merupakan hasil akhir setelah mencocokkan karakteristik terapi dan kebutuhan ruang dengan fungsi warna. 92

31 93 Kesimpulan manfaat dari berbagai jenis warna yang dibutuhkan dalam terapi dan ruang tertentu dengan mencocokkan efek negatif yang timbul dari kegiatan terapi yang merupakan karakteristik terapi dan kebutuhan suasana ruang dengan fungsi warna adalah sebagai berikut: 1. Biru: warna biru diutamakan dalam fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary tahap pertama dan awal fisioterapi orthopedik dimana rasa cemas, tegang, ketakutan, stress dan rasa sakit masih sangat dirasakan pasien serta ruang persiapan operasi dan kamar pasien karena warna biru digunakan untuk mereduksi efek negatif tersebut dan mengatasi insomnia. 2. Orange: warna orange di utamakan untuk terapi wicara serta corridor menuju ruang operasi sementara untuk fisioterapi dan ruang lain jumlahnya tidak terlalu banyak karena memiliki efek negatif yang memperparah emosi negatif yang ada dalam karakteristik kegiatan terapi diantaranya mengakibatkan rasa gugup dan gelisah. Warna orange digunakan untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi serta menambah kesan ceria (untuk ruang duka). Warna orange dan biru dapat digabungkan pada beberapa ruang dan jenis terapi karena saling menetralkan efek negatif masing-masing 3. Kuning: warna kuning diutamakan dalam fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary tahap pertama untuk mengatasi sesak nafas serta terapi wicara dan corridor menuju ruang operasi untuk meningkatkan fokus serta ruang-ruang lain untuk menambah kesan ceria (untuk ruang duka) dan melegakan pernafasan (kamar pasien). Warna kuning tidak digunakan dalam fisioterapi orthopedik karena memiliki efek negatif membuat anak mudah tersinggung sehingga ditakutkan akan memperparah kemarahan anak ketika terjatuh dalam terapi

32 94 4. Pink: warna pink diutamakan untuk awal fisioterapi orthopedik dan ruang tunggu UGD/ ICU dimana rasa cemas, ketakutan dan tegang sangat tinggi karena warna pink dapat mengatasi emosi negatif tersebut dan membuat anak merasa dicintai. 5. Merah: warna merah digunakan sebagai variasi warna untuk mencegah kebosanan dan digunakan untuk meningkatkan antusiasme pada beberapa jenis terapi namun jumlahnya tidak boleh terlalu banyak karena memiliki beberapa efek negatif khususnya bagi pasien dengan masalah cardiovaskular dan pulmonary. 6. Ungu: warna ungu digunkan sebagai variasi warna untuk mencegah kebosanan dan jumlahnya tidak boleh terlalu banyak karena akan mengakibatkan depresi dan terlalu banyak berpikir pada anak. 7. Penggunaan aneka warna pada terapi okupasi dan pada ruang lobby ditujukan untuk mencegah kebosanan dan memberikan efek stimulasi yang berbeda untuk indera penglihatan khususnya untuk anak. 8. Semua jenis tanaman yang digunakan mengandung warna hijau untuk memberi kesan segar dan asri. 9. Jenis-jenis tanaman dengan bunga warna putih memberikan aroma tertentu untuk mendukung kegiatan terapi dan memenuhi kebutuhan ruang yang memerlukan manfaat terapi serta memecahkan berbagai masalah yang ada pada karakteristik kegiatan terapi dan kebutuhan suasana ruang sehingga yang diutamakan adalah fungsi dari aroma tanaman tersebut. Fungsi dari aroma bunga dapat dilihat pada bab.2 landasan teori halaman 36 mengenai fungsi aroma tanaman.

33 Tabel 4.5 Jenis bunga warna biru dan keberadaannya pada jenis terapi dan ruang tertentu JENIS TANAMAN Geranium Pratense Iris reticulata Agapanthus africanus Hydrangea Macropylla JENIS TERAPI DAN RUANG YANG MEMBUTUHKAN FUNGSI TERAPI Fisioterapi cardiovaskular& pulmonary Fisioterapi orthopedic Terapi okupasi Terapi wicara KARAKTERISTIK/KEBUTUHAN RUANG Terapi khususnya pada tahap pertama mengakibatkan rasa tegang, cemas, ketakutan dan stress Terapi mengakibatkan rasa cemas, stress, tegang dan depresi dan ketakutan karena rasa sakit yang ditimbulkan Menuntut keanekaraganan warna, ketinggian dan bentuk untuk menstimulasi panca indera anak Menuntut anak untuk dapat fokus mengikuti arahan terapis Gambar 4.19 Geranium Pratense Gambar 4.20 Iris reticulata. Gambar 4.21 Agapanthus africanus Gambar 4.22 Hydragea macropylla FUNGSI WARNA DAN AROMA TANAMAN Warna biru mereduksi rasa cemas, tegang, stress, membantu istirahat dan mengurangi insomnia serta menenangkan detak jantung dan pernafasan. Aroma bunga geranium meringankan rasa cemas, stress dan depresi fungsi warna tanaman mengurangi efek negative terapi yaitu rasa tegang, cemas, stress dan depresi. khusus untuk bunga Geranium Pratense, aromanya juga mengurangi efek negative terapi 4 jenis tanaman memiliki aneka bentuk dan ketinggian sehingga sesuai dengan tuntutan terapi okupasi yang menuntut keanekaragaman X X X X fungsi warna dan aroma tanaman tidak sesuai karena dalam terapi wicara lebih dituntut fokus 95

34 JENIS TERAPI DAN RUANG YANG MEMBUTUHKAN FUNGSI TERAPI Kamar Pasien Ruang tunggu UGD/ICU Ruang persiapan operasi Corridor menuju ruang operas Ruang tunggu jenazah/ ruang duka KARAKTERISTIK/KEBUTUHAN RUANG Tenang, dapat membantu pasien untuk istirahat Kegiatan menunggu mengakibatkan rasa cemas dan stress Kegiatan operasi mengakibatkan rasa cemas dan gugup pada pasien dan staff rumah sakit dan stress khususnya pada staff rumah sakit Suasana ruang dapat meningkatkan fokus para staff rumah sakit keluarga dalam suasana berduka mengalami stress dan depresi JENIS TANAMAN Geranium Pratense Iris reticulata Agapanthus africanus Hydrangea Macropylla FUNGSI WARNA DAN AROMA TANAMAN Warna biru mereduksi rasa cemas, tegang, stress, membantu istirahat dan mengurangi insomnia serta menenangkan detak jantung dan pernafasan. Aroma bunga geranium meringankan rasa cemas, stress dan depresi fungsi warna dan aroma tanaman sesuai dengan kebutuhan ruang yaitu untuk membantu pasien istirahat fungsi warna dan aroma tanaman sesuai dengan kebutuhan ruang untuk mengurangi rasa cemas dan stress fungsi warna dan aroma tanaman sesuai dengan kebutuhan ruang untuk mengurangi rasa cemas, gugup dan stress fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan ruang yaitu untuk membantu pasien istirahat X fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan ruang namun, tanaman terlalu tinggi untuk diletakkan dalam ruangan X fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan ruang fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan ruang untuk mengurangi rasa cemas dan stress namun, tanaman terlalu tinggi untuk diletakkan dalam ruangan X fungsi warna tanaman sesuai fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan ruang untuk mengurangi rasa cemas, gugup dan stress dengan kebutuhan ruang namun, tanaman terlalu tinggi untuk diletakkan dalam ruangan X X X X fungsi warna tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan ruang X fungsi warna tanaman sesuai 96

35 Lobby rumah sakit Memberikan suasana relaks dan mencegah rasa bosan dari kegiatan menunggu fungsi warna dan aroma tanaman sesuai dengan kebutuhan ruang yaitu untuk mengurangi rasa stress dan depresi 3 jenis tanaman memiliki bentuk serta ketinggian yang beraneka ragam untuk mencegah kebosanan dengan kebutuhan ruang namun, tanaman terlalu tinggi untuk diletakkan dalam ruangan X warna tanaman, bentuk dan ketinggian sesuai dengan kebutuhan ruang namun, tanaman terlalu tinggi untuk diletakkan dalam ruangan Sumber: hasil olahan data dengan cara mencocokkan warna dan aroma yang dibutuhkan dalam kegiatan terapi dan kebutuhan suasana dalam ruang tertentu dengan jenis tanaman yang memiliki warna biru dan beraroma dari buku Edible and Medicinal Flower karya margareth J robert dan The Complete Book of Flowers karya denise diamond serta website royal horticultural society (RHS) Keterangan: Geranium pratense diutamakan karena memiliki aroma, tanaman jenis lain, ditujukan sebagai variasi untuk memberikan efek stimulasi yang berbeda dan mencegah kebosanan. Bunga Hydrangea Macropylla tidak diletakkan dalam ruagan karena ketinggiannya mencapai 1-1.5m 97

36 Tabel 4.6 Jenis bunga warna orange dan keberadaannya pada jenis terapi dan ruang tertentu JENIS TANAMAN Celendula officinalis Cosmos sulphureus Kembang sepatu Spathodea campanulata JENIS TERAPI DAN RUANG YANG MEMBUTUHKAN FUNGSI TERAPI Fisioterapi cardiovaskular& pulmonary Fisioterapi orthopedic Terapi okupasi Terapi wicara KARAKTERISTIK/KEBUTUHAN RUANG Terapi khususnya pada tahap pertama mengakibatkan rasa tegang, cemas, ketakutan, stress yang mengakibatkan hilangnya fokus dan sesak nafas. Terapi mengakibatkan rasa cemas, stress, tegang dan depresi dan ketakutan serta hilangknya fokus/ konsentrasi karena rasa sakit Menuntut keanekaragaman warna, ketinggian dan bentuk untuk menstimulasi panca indera anak Menuntut anak untuk dapat fokus mengikuti arahan terapis Gambar 4.23 marigold Gambar 4.25 Cosmos sulphureus Gambar 4.24 Kembang sepatu FUNGSI WARNA TANAMAN Meredakan ashtma, sesak nafas, serta masalah pernafasan lainnya serta membantu meningkatkan fokus/ konsenterasi, warna orange merupakan warna cerah yang memberikan kesan ceria fungsi warna tanaman mengurangi efek negative terapi yaitu sesak nafas dan membantu meningkatkan fokus 4 jenis tanaman memiliki aneka bentuk dan ketinggian sehingga sesuai dengan tuntutan terapi okupasi yang menuntut keanekaragaman fungsi warna membantu meningkatkan fokus Gambar 4.26 Spathodea 98

37 Kamar Pasien Ruang tunggu UGD/ICU Ruang persiapan operasi Corridor menuju ruang operasi Ruang tunggu jenazah/ ruang duka Lobby rumah sakit Tenang, dapat membantu pasien untuk istirahat Kegiatan menunggu mengakibatkan rasa cemas dan stress Kegiatan operasi mengakibatkan rasa cemas dan gugup pada pasien dan staff rumah sakit dan stress khususnya pada staff rumah sakit Suasana ruang dapat meningkatkan fokus para staff rumah sakit keluarga dalam suasana berduka mengalami stress dan depresi, dibutuhkan warna cerah untuk menambah kesan ceria Memberikan suasana relaks dan mencegah rasa bosan dari kegiatan menunggu X X X X fungsi warna tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang X X fungsi warna dan aroma tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang yaitu untuk menambah kesan ceria fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang namun, tanaman terlalu tinggi untuk diletakkan dalam ruangan X X jenis tanaman memiliki bentuk serta ketinggian yang beraneka ragam untuk mencegah kebosanan warna tanaman, bentuk dan ketinggian sesuai dengan kebutuhan suasana ruang namun, tanaman terlalu tinggi untuk diletakkan dalam ruangan Sumber: hasil olahan data dengan cara mencocokkan warna yang dibutuhkan dalam kegiatan terapi dan kebutuhan suasana dalam ruang tertentu dengan jenis tanaman yang memiliki warna orange dari buku Edible and Medicinal Flower karya margareth J robert dan The Complete Book of Flowers karya denise diamond serta website royal horticultural society (RHS) Keterangan: Kembang sepatu dapat mencapai ketinggian 1.5m-2.5m dan bunga Spathodea campanulata dapat mencapai ketinggian 7m-25m sehingga tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan.. Variasi jenis tanaman dari segi bentuk dan ketinggian untuk memberikan efek stimulasi yang berbeda (berkaitan dengan tuntutan terapi okupasi) dan mencegah kebosanan. 99

38 Tabel 4.7 Jenis bunga warna kuning dan keberadaannya pada jenis terapi dan ruang tertentu JENIS TANAMAN Chrysanthemum Cosmos Caudatus Alamanda Cathartica Bunga Matahari JENIS TERAPI DAN RUANG YANG MEMBUTUHKAN FUNGSI TERAPI Fisioterapi cardiovaskular& pulmonary Fisioterapi orthopedic Terapi okupasi KARAKTERISTIK/KEBUTUHAN RUANG Terapi khususnya pada tahap pertama mengakibatkan rasa tegang, cemas, ketakutan dan stress yang mengakibatkan hilangnya fokus dan sesak nafas Terapi mengakibatkan rasa cemas, stress, tegang dan depresi dan ketakutan serta hilangknya fokus/ konsentrasi karena rasa sakit Menuntut keanekaragaman warna, ketinggian dan bentuk untuk menstimulasi panca indera anak Gambar 4.27 Chrysanthemum Gambar 4.28 Cosmos caudatus Gambar 4.29 Gambar 4.30 Bunga matahari Alamanda cathartica FUNGSI WARNA TANAMAN Meredakan ashtma serta membantu meningkatkan konsenterasi, serta menstimulasi kreativitas warna kuning merupakan warna cerah yang memberikan kesan ceria. Aroma bunga chrysanthemum dapat meringankan sesak nafas dan menenangkan sistem saraf fungsi warna tanaman mengurangi efek negative terapi yaitu hilangnya fokus dan sesak nafas. Aroma bunga chrysanthemum juga membantu melegakan pernafasan X X X X Bunga warna kuning tidak ada pada lokasi fisioterapi orthopedic efek negative warna kuning yaitu mudah tersinggung dikhawatirkan dapat memperparah kemarahan anak ketika terjatuh 4 jenis tanaman memiliki aneka bentuk dan ketinggian sehingga sesuai dengan tuntutan terapi okupasi yang menuntut keanekaragaman 100

39 Terapi wicara Kamar Pasien Ruang tunggu UGD/ICU Ruang persiapan operasi Corridor menuju ruang operasi Ruang tunggu jenazah/ ruang duka Lobby rumah sakit Menuntut anak untuk dapat fokus mengikuti arahan terapis Tenang, dapat membantu pasien untuk istirahat Kegiatan menunggu mengakibatkan rasa cemas dan stress Kegiatan operasi mengakibatkan rasa cemas dan gugup pada pasien dan staff rumah sakit dan stress khususnya pada staff rumah sakit Suasana ruang dapat meningkatkan fokus para staff rumah sakit keluarga dalam suasana berduka mengalami stress dan depresi, dibutuhkan warna cerah untuk menambah kesan ceria Memberikan suasana relaks dan mencegah rasa bosan dari kegiatan menunggu fungsi warna tanaman membantu meningkatkan fokus X X X X fungsi warna tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang X X X X fungsi warna tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang X X X X fungsi warna tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang X fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang yaitu untuk meningkatkan fokus fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang yaitu untuk menambah kesan ceria (3 jenis tanaman memiliki bentuk serta ketinggian yang beraneka ragam untuk mencegah kebosanan) fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang namun, tanaman terlalu tinggi untuk diletakkan dalam ruangan Sumber: hasil olahan data dengan cara mencocokkan warna dan aroma yang dibutuhkan dalam kegiatan terapi dan kebutuhan suasana dalam ruang tertentu dengan jenis tanaman yang memiliki warna kuning dan beraroma dari buku Edible and Medicinal Flower karya margareth J robert dan The Complete Book of Flowers karya denise diamond serta website royal horticultural society (RHS) Keterangan: Chrysanthemum diutamakan karena memiliki aroma, tanaman jenis lain, ditujukan sebagai variasi dari segi bentuk dan ketinggian untuk memberikan efek stimulasi yang berbeda (berkaitan dengan tuntutan terapi okupasi) dan mencegah kebosanan. Bunga matahari mengundang kedatangan ulat bulu dan siput sehingga tidak diletakkan dalam ruangan. 101

40 Tabel 4.8 Jenis bunga warna pink dan keberadaannya pada jenis terapi dan ruang tertentu JENIS TANAMAN Carnation Hollyhock Kembang sepatu Bunga Teratai JENIS TERAPI DAN RUANG YANG MEMBUTUHKAN FUNGSI TERAPI KARAKTERISTIK/KEBUTUHAN RUANG Gambar 4.31 carnation Gambar 4.33 Hollyhock Gambar 4.32 Kembang sepatu Gambar 4.34 Water lily Fisioterapi cardiovaskular& pulmonary Fisioterapi orthopedic Terapi okupasi Terapi wicara Terapi khususnya pada tahap pertama mengakibatkan rasa tegang, cemas, ketakutan dan stress dan sesak nafas Terapi mengakibatkan rasa cemas, stress, tegang dan depresi dan ketakutan serta hilangknya fokus/ konsentrasi karena rasa sakit dan kemarahan akibat terjatuh Menuntut keanekaragaman warna, ketinggian dan bentuk untuk menstimulasi panca indera anak Menuntut anak untuk dapat fokus mengikuti arahan terapis FUNGSI WARNA DAN AROMA TANAMAN Warna pink meredakan rasa takut,cemas dan meredam kemarahan anak serta memberikan kesan dicintai aroma bunga carnation dapat menenangkan sistem saraf dan meringankan rasa cemas X X X X fungsi warna tanaman lebih dibutuhkan untuk fisioterapi orthopedic fungsi warna tanaman dapat meradam efek negative terapi terutama rasa takut, cemas dan kemarahan 4 jenis tanaman memiliki aneka bentuk dan ketinggian sehingga sesuai dengan tuntutan terapi okupasi yang menuntut keanekaragaman X X X X fungsi warna tidak sesuai dengan karakteristik terapi wicara yang lebih menuntut fokus 102

41 Kamar Pasien Ruang tunggu UGD/ICU Ruang persiapan operasi Corridor menuju ruang operasi Ruang tunggu jenazah/ ruang duka Lobby rumah sakit Tenang, dapat membantu pasien untuk istirahat Kegiatan menunggu mengakibatkan rasa cemas dan stress Kegiatan operasi mengakibatkan rasa cemas dan gugup pada pasien dan staff rumah sakit dan stress khususnya pada staff rumah sakit Suasana ruang dapat meningkatkan fokus para staff rumah sakit keluarga dalam suasana berduka mengalami stress dan depresi, dibutuhkan warna cerah untuk menambah kesan ceria Memberikan suasana relaks dan mencegah rasa bosan dari kegiatan menunggu X X X X fungsi warna tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang untuk membantu pasien istirahat X X fungsi warna sesuai dengan kebutuhan fungsi warna sesuai dengan kebutuhan suasana ruang suasana ruang untuk mengurangi rasa cemas namun, ketinggian tanaman bunga kembang sepatu dan media tanam teratai berupa air tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan X X X X fungsi warna dapat meredam rasa cemas namun, tidak dapat meredam rasa stress dan gugup X X X X fungsi warna tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang yang lebih menuntut fokus X X fungsi warna sesuai dengan kebutuhan suasana ruang untuk menambah kesan ceria fungsi warna sesuai dengan kebutuhan suasana ruang namun, ketinggian tanaman bunga kembang sepatu dan media tanam teratai berupa air tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan X X 2 jenis tanaman memiliki bentuk serta ketinggian yang beraneka ragam untuk mencegah kebosanan warna, bentuk dan ketinggian sesuai dengan kebutuhan suasana ruang namun, ketinggian tanaman bunga kembang sepatu dan media tanam teratai berupa air tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan Sumber: hasil olahan data dengan cara mencocokkan warna dan aroma yang dibutuhkan dalam kegiatan terapi dan kebutuhan suasana dalam ruang tertentu dengan jenis tanaman yang memiliki warna pink dan beraroma dari buku Edible and Medicinal Flower karya margareth J robert dan The Complete Book of Flowers karya denise diamond serta website royal horticultural society (RHS) Keterangan: Carnation diutamakan karena memiliki aroma, tanaman jenis lain, ditujukan sebagai variasi dari segi bentuk dan ketinggian untuk memberikan efek stimulasi yang berbeda (berkaitan dengan tuntutan terapi okupasi) dan mencegah kebosanan. Tanaman kembang sepatu dapat mencapai ketinggian 1.5m-2.5m dan bunga teratai harus ditanam dengan media air sehingga tidak diletakkan dalam ruangan. 103

42 Tabel 4.9 Jenis bunga warna merah dan keberadaannya pada jenis terapi dan ruang tertentu JENIS TANAMAN Asoka Kembang Sepatu Paeonia cv Shima-nishiki Dahlia Bishop of llandalff JENIS TERAPI DAN RUANG YANG MEMBUTUHKAN FUNGSI TERAPI Fisioterapi cardiovaskular& pulmonary Fisioterapi orthopedic Terapi okupasi KARAKTERISTIK/KEBUTUHAN RUANG Terapi khususnya pada tahap pertama mengakibatkan rasa tegang, cemas, ketakutan dan stress dan sesak nafas Terapi mengakibatkan rasa cemas, stress, tegang dan depresi dan ketakutan serta hilangknya fokus/ konsentrasi karena rasa sakit Menuntut keanekaragaman warna, ketinggian dan bentuk untuk menstimulasi panca indera anak Gambar 4.35 Asoka Gambar 4.36 Kembang sepatu Gambar 4.37 Paeonia cv Shima-nishiki Gambar 4.38 Dahlia Bishop of llandalff FUNGSI WARNA TANAMAN Warna merahdigunakan untuk meningkatkan antusiasme dan semangat dalam menjalani terapi namun, terpapar warna merah berlebihan mengakibatkan hipertensi, meningkatkan tekanan darah, kecepatan pernafasan dan detak jantung X X X X Terpapar warna merah berlebih sehingga tidak baik bagi pasien mengakibatkan meningkatnya tekanan darah dan kecepatan pernafasan sehingga tidak baik bagi pasien dengan gangguan jantung dan paru-paru sehingga penggunaan tanaman dengan warna merah untuk terapi ini dihindari Fungsi warna tanaman mendukung terapi dalam meningkatkan antusiasme namun, jumlah tanaman tidak banyak karena warna merah dapat mengakibatkan gangguan emosional 4 jenis tanaman memiliki aneka bentuk dan ketinggian sehingga sesuai dengan tuntutan terapi okupasi yang menuntut keanekaragaman 104

43 Terapi wicara Kamar Pasien Ruang tunggu UGD/ICU Ruang persiapan operasi Corridor menuju ruang operasi Ruang tunggu jenazah/ ruang duka Lobby rumah sakit Menuntut anak untuk dapat fokus mengikuti arahan terapis Tenang, dapat membantu pasien untuk istirahat Kegiatan menunggu mengakibatkan rasa cemas dan stress Kegiatan operasi mengakibatkan rasa cemas dan gugup pada pasien dan staff rumah sakit dan stress khususnya pada staff rumah sakit Suasana ruang dapat meningkatkan fokus para staff rumah sakit keluarga dalam suasana berduka mengalami stress dan depresi, dibutuhkan warna cerah untuk menambah kesan ceria Memberikan suasana relaks dan mencegah rasa bosan dari kegiatan menunggu X X X X fungsi warna dan aroma tidak sesuai dengankarakteristik terapi wicara yang lebih menuntut fokus X X X X fungsi warna dan aroma tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang untuk membantu pasein istirahat X X X X fungsi warna dan aroma tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang untuk menguragi rasa cemas dan stress X X X X fungsi warna dan aroma tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang untuk mengurangi rasa cemas dan gugup X X X X fungsi warna dan aroma tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang yang lebih menuntut fokus X X X X fungsi warna dan aroma tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang untuk mengurangi rasa stress dan depresi selain itu, terpapar warna merah berlebihan warna merah dapat mengakibatkan gangguan emosional yang dikhawatirkan akan memperparah tingkat stress dan depresi X X warna, bentuk dan ketinggian sesuai dengan kebutuhan suasana ruang namun, ketinggian tanaman bunga kembang sepatu dan asoka tidak memungkinkan utuk ditanam dalam ruangan 2 jenis tanaman memiliki bentuk serta ketinggian yang beraneka ragam untuk mencegah kebosanan Sumber: hasil olahan data dengan cara mencocokkan warna yang dibutuhkan dalam kegiatan terapi dan kebutuhan suasana dalam ruang tertentu dengan jenis tanaman yang memiliki warna merah dari buku Edible and Medicinal Flower karya margareth J robert dan The Complete Book of Flowers karya denise diamond serta website royal horticultural society (RHS) 105

44 Tabel 4.10 Jenis bunga warna ungu dan keberadaannya pada jenis terapi dan ruang tertentu JENIS TANAMAN Geranium Incanum Rosemary Lavender Bugenvillea JENIS TERAPI DAN RUANG YANG MEMBUTUHKAN FUNGSI TERAPI Fisioterapi cardiovaskular& pulmonary Fisioterapi orthopedic Terapi okupasi Terapi wicara KARAKTERISTIK/KEBUTUHAN RUANG Terapi khususnya pada tahap pertama mengakibatkan rasa tegang, cemas, ketakutan dan stress dan sesak nafas Terapi mengakibatkan rasa cemas, stress, tegang dan depresi dan ketakutan serta hilangknya fokus/ konsentrasi karena rasa sakit Menuntut keanekaragaman warna, ketinggian dan bentuk untuk menstimulasi panca indera anak Menuntut anak untuk dapat fokus mengikuti arahan terapis Gambar 4.39 Geranium incanum Gambar 4.40 rosemary Gambar 4.41 Lavender campanulata Gambar 4.42 Bougainvillea FUNGSI WARNA DAN AROMA TANAMAN Warna ungu memberikan efek menenangkan namun, terpapar berlebihan mengakibatkan depresi. Aroma geranium meringankan rasa cemas, stress dan depresi, aroma rosemary meringankan sakit kepala, serta melancarkan sirkulasi darah. Aroma lavender membantu meringankan insomnia X X X X Aroma geranium dapat meredam efek negatif karakteristik terapi namun terpapar, warna ungu berlebihan dapat mengakibatkan depresi pada anak sehingga tanaman dengan warna ungu tidak digunakan 4 jenis tanaman memiliki aneka bentuk dan ketinggian sehingga sesuai dengan tuntutan terapi okupasi yang menuntut keanekaragaman X X X X Fungsi warna dan aroma tanaman tidak sesuai dengan dengan karakteristik terapi wicara yang lebih menuntut fokus 106

45 Kamar Pasien Ruang tunggu UGD/ICU Ruang persiapan operasi Corridor menuju ruang operasi Ruang tunggu jenazah/ ruang duka Lobby rumah sakit Tenang, dapat membantu pasien untuk istirahat Kegiatan menunggu mengakibatkan rasa cemas dan stress Kegiatan operasi mengakibatkan rasa cemas dan gugup pada pasien dan staff rumah sakit dan stress khususnya pada staff rumah sakit Suasana ruang dapat meningkatkan fokus para staff rumah sakit keluarga dalam suasana berduka mengalami stress dan depresi, dibutuhkan warna cerah untuk menambah kesan ceria Memberikan suasana relaks dan mencegah rasa bosan dari kegiatan menunggu X Fungsi warna dan aroma tanaman khususnya lavender sesuai denagan kebutuhan suasana ruang untuk membantu pasien istirahat Fungsi warna tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang namun ketinggian tanaman tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan karena mencapai 4-8m X X X X Aroma geranium dapat meredam rasa cemas dan stress namun terpapar, warna ungu berlebihan dapat mengakibatkan depresi sehingga tanaman dengan warna ungu tidak digunakan X X X X Fungsi warna dan aroma tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan suasana ruang yang lebih menuntut fokus X X X X Efek negative warna ungu adalah mengakibatkan depresi apabila terpapar secara berlebihan sehingga tanaman dengan warna ungu tidak digunakan X 3 jenis tanaman memiliki aroma, bentuk serta ketinggian yang beraneka ragam untuk mencegah kebosanan warna tanaman, bentuk dan ketinggian sesuai dengan kebutuhan suasana ruang namun ketinggian tanaman tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan karena mencapai 4-8m Sumber: hasil olahan data dengan cara mencocokkan warna dan aroma yang dibutuhkan dalam kegiatan terapi dan kebutuhan suasana dalam ruang tertentu dengan jenis tanaman yang memiliki warna ungu dan beraroma dari buku Edible and Medicinal Flower karya margareth J robert dan The Complete Book of Flowers karya denise diamond serta website royal horticultural society (RHS) Keterangan: Geranium incanum, rosemary dan lavender diutamakan karena memiliki aroma, tanaman jenis lain, ditujukan sebagai variasi dari segi bentuk dan ketinggian untuk memberikan efek stimulasi yang berbeda (berkaitan dengan tuntutan terapi okupasi) dan mencegah kebosanan. Bugenvillea dapat mencapai ketinggian 4m-8m sehingga tidak diletakkan dalam ruangan. 107

46 Tabel 4.11 Jenis bunga warna putih (diutamakan untuk aroma) dan keberadaannya pada jenis terapi dan ruang tertentu JENIS TANAMAN Chamomile Gardenia Orange Blossom Melati JENIS TERAPI DAN RUANG YANG MEMBUTUHKAN FUNGSI TERAPI Fisioterapi cardiovaskular& pulmonary Fisioterapi orthopedic KARAKTERISTIK/KEBUTUHAN RUANG Terapi khususnya pada tahap pertama mengakibatkan rasa tegang, cemas, ketakutan dan stress dan sesak nafas dan secara keseluruhan, olahraga menyebabkan kelelahan otot Terapi mengakibatkan rasa cemas, stress, tegang dan depresi dan ketakutan serta hilangnya fokus/ konsentrasi karena rasa sakit Gambar 4.43 chamomile Gambar 4.44 Gardenia Gambar 4.45 Orange blossom Gambar 4.46 melati FUNGSI AROMA TANAMAN Aroma chamomile membantu mengurangi rasa cemas, stress dan depresi serta melegakan pernafasan dan meringankan nyeri otot Aroma gardenia meringankan ashtma, menenangkan detak jantung, menurunkan tekanan darah, meringkan stress, cemas dan ketakutan Aroma orange blossom meringankan insomnia, meringankan rasa stress, cemas dan ketakutan serta meringankan rasa lelah Aroma melati meringankan stress dan meringankan kelelahan otot Aroma tanaman-tanaman tersebut dapat meredam efek negative dari terapi khususnya gardenia yang menenangkan detak jatung X Aroma tanaman-tanaman tersebut dapat meredam efek negative dari terapi namun khusus untuk gardenia lebih diperlukan oleh fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary dibanding sisioterapi orthopedic karena fungsinya yang berhubungan dengan jantung dan sistem pernafasan 108

47 Terapi okupasi Terapi wicara Kamar Pasien Ruang tunggu UGD/ICU Ruang persiapan operasi Corridor menuju ruang operasi Ruang tunggu jenazah/ ruang duka Lobby rumah sakit Menuntut keanekaragaman warna, ketinggian dan bentuk untuk menstimulasi panca indera anak Menuntut anak untuk dapat fokus mengikuti arahan terapis Tenang, dapat membantu pasien untuk istirahat Kegiatan menunggu mengakibatkan rasa cemas dan stress Kegiatan operasi mengakibatkan rasa cemas dan gugup pada pasien dan staff rumah sakit dan stress khususnya pada staff rumah sakit Suasana ruang dapat meningkatkan fokus para staff rumah sakit keluarga dalam suasana berduka mengalami stress dan depresi, dibutuhkan warna cerah untuk menambah kesan ceria Memberikan suasana relaks dan mencegah rasa bosan dari kegiatan menunggu 4 jenis tanaman memiliki aneka bentuk dan ketinggian sehingga sesuai dengan tuntutan terapi okupasi yang menuntut keanekaragaman X X X X Fungsi aroma tanaman tidak sesuai dengan karakteristik terapi wicara yang lebih menuntut fokus X X X Fungsi aroma tanaman sesuai Fungsi aroma tanaman selain orange blossom tidak sesuai dengan dengan kebutuhan suasana ruang kebutuhan suasana ruang. Fungsi aroma orange blossom sesuai namun untuk membantu pasien istirahat ketinggian tanaman tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan X X X Fungsi aroma tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang untuk mengurangi rasa cemas, gugup dan stress Fungsi aroma tanaman sesuai dengan kebutuhan suasan ruang. namun ketinggian tanaman tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan X X X tanaman mengandung sedikit warna kuning yang dapat Fungsi aroma tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan suasan ruang. meningkatkan fokus X X X Fungsi aroma tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang Warna,bentuk, aroma dan ketinggian tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang Fungsi aroma tanaman sesuai dengan kebutuhan suasan ruang. namun ketinggian tanaman tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan X X X Warna,bentuk, aroma dan ketinggian tanaman sesuai dengan kebutuhan suasana ruang namun ketinggian tanaman tidak memungkinkan untuk ditanam dalam ruangan Sumber: hasil olahan data dengan cara mencocokkan warna dan aroma yang dibutuhkan dalam kegiatan terapi dan kebutuhan suasana dalam ruang tertentu dengan jenis tanaman yang memiliki warna putih dan beraroma dari buku Edible and Medicinal Flower karya margareth J robert dan The Complete Book of Flowers karya denise diamond serta website royal horticultural society (RHS) 109

48 Keterangan: Berbagai variasi dari segi bentuk dan ketinggian untuk memberikan efek stimulasi yang berbeda (berkaitan dengan tuntutan terapi okupasi) dan mencegah kebosanan. Orange blossom dapat mencapai ketinggian 1.5m-2.5m sehingga tidak diletakkan dalam ruangan 110

49 Zoning tapak, Bubble diagram dan gubahan massa Zoning tapak, bubble diagram dan gubahan massa, didapat dengan mempertimbangkan hasil analisa site, serta hubungan antar jenis pelayanan dalam rumah sakit. Hasil keseluruhan dari analisa site adalah sebagai berikut: KELUAR ENTRANCE U Keterangan: : Arah angin : Jalur sirkulasi masuk dan keluar tapak : Kepadatan sirkulasi tinggi : Kepadatan sirkulasi rendah : Kepadatan sirkulasi sangat rendah : Kebisingan tinggi : Kebisingan rendah : Kebisingan sangat rendah Gambar 4.47 hasil analisa tapak secara keseluruhan. Sumber: hasil olahan data tapak

50 112 Bubble diagram dibuat dengan mempertimbangkan hubungan antar jenis pelayanan dalam rumah sakit dengan acuan hubungan antar pelayanan sesuai dengan pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelas C sebagai berikut: 1. Letak pelayanan rawat jalan berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian administrasi dan berhubungan dekat dengan apotek (pelayanan farmasi), bagian radiologi dan laboratorium. 2. Area UGD harus terletak pada area depan atau muka dari tapak RS dan harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar tapak rumah sakit (jalan raya), memiliki pintu masuk kendaraan yang berbeda dengan pintu masuk kendaraan ke area rawat jalan, rawat inap serta zona servis rumah sakit. Letak bangunan UGD juga disarankan berdekatan dengan pelayanan bedah, perawatan intensif, laboratorium, dan pelayanan radiologi serta bank darah. 3. Bangunan ruang rawat inap harus terletak pada tempat yang tenang tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap dan sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan. 4. Lokasi ruang radiologi mudah dicapai, berdekatan dengan instalasi gawat darurat, laboratorium, ICU, dan instalasi bedah sentral. 5. Pelayanan rehabilitasi medik harus mudah dicapai oleh pasien, disarankan letaknya dekat dengan instalasi rawat jalan/ poliklinik dan rawat inap. 6. Penempatan Administrasi sedapat mungkin mudah dicapai dan dapat berhubungan langsung dengan Pelayanan rawat jalan 7. Ruang jenazah disarankan mempunyai akses langsung dengan instalasi gawat darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral, dan Instalasi ICU dan merupakan area tertutup, yang tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.

51 Pelayanan gizi Mudah dicapai, dekat dengan Instalasi Rawat Inap sehingga waktu pendistribusian makanan bisa merata untuk semua pasien dan letak dapur diatur sedemikian rupa sehingga kegaduhan dari dapur tidak mengganggu ruangan disekitarnya dan juga tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah dan kamar jenazah serta mempunyai jalan dan pintu masuk sendiri. 9. Bengkel dan sarana perawatan bangunan lain terletak jauh dari daerah perawatan dan gedung penunjang medik, sebaiknya diletakan di daerah servis karena banyak menimbulkan kebisingan. Hasil bubble diagram dengan mempertimbangan hubungan antar pelayanan tersebut adalah sebagai berikut:

52 Gambar 4.48 Bubble diagram secara keseluruhan. Sumber: hasil olahan data 114

53 115 Bubble diagram perpelayanan: 1. Bubble diagram pelayanan rawat jalan: Gambar 4.49 Bubble diagram pelayanan rawat jalan. Sumber: hasil olahan data 2. Bubble diagram pelayanan farmasi: Gambar 4.50 Bubble diagram pelayanan farmasi. Sumber: hasil olahan data Keterangan: :alur khusus staff : alur untuk staff dan pengunjung

54 Bubble diagram pelayanan radiologi dan laboratorium: Gambar 4.51 Bubble diagram radiologi dan laboratorium. Sumber: hasil olahan data 4. Bubble diagram pelayanan rehabilitasi medik: Gambar 4.52 Bubble diagram pelayanan rehabilitasi medik. Sumber: hasil olahan data Keterangan: :alur khusus staff : alur untuk staff dan pengunjung

55 Bubble diagram pelayanan UGD: Gambar 4.53 Bubble diagram pelayanan UGD. Sumber: hasil olahan data 6. Bubble diagram pelayanan bedah: Gambar 4.54 Bubble diagram pelayanan bedah. Sumber: hasil olahan data Keterangan: :alur khusus staff/ service : alur untuk staff dan pengunjung : alur khusus pasien dan staff

56 Bubble diagram pelayanan ICU Gambar 4.55 Bubble diagram pelayanan ICU. Sumber: hasil olahan data 8. Bubble diagram pelayanan rawat inap: Gambar 4.56 Bubble diagram pelayanan rawat inap. Sumber: hasil olahan data Keterangan: :alur khusus staff : alur untuk staff dan pengunjung

57 Pelayanan pemusalaraan jenazah: Gambar 4.57 Bubble diagram pelayanan pemusalaraan jenazah. Sumber: hasil olahan data Keterangan: :alur khusus staff : alur untuk staff dan pengunjung : alur untuk pihak keluarga yang berkepentingan Pelayanan dalam rumah sakit terbagi menjadi beberapa zona yaitu: 1. Zona pelayanan pasien: zona pelayanan pasien terdiri dari pelayanan rawat jalan, pelayanan radiologi, pelayanan laboratorium, pelayanan farmasi dan pelayanan rehabilitasi medik. 2. Zona kritis: zona kritis terdiri pelayanan UGD, bedah dan ICU 3. Zona pelayanan umum: zona pelayanan umum terdiri dari pelayanan rawat inap dan pelayanan pemusalaraan jenazah 4. Zona service: Zona service terdiri dari pelayanan gizi (dapur),laundry dan pemeliharaan sarana rumah sakit berupa gudang, ruang strerilisasi, ruang generator, ruang pembuangan dan sterilisasi limbah medis dan lain-lain

58 120 Tabel 4.12 Analisa peletakan pelayanan pada tapak berdarkan bubble diagram dan ketentuan teknis: Pelayanan lokasi Alasan penempatan Lantai dasar Pelayanan UGD Pelayanan bedah Pemusalaraan jenazah Pelayanan radiologi Pelayanan CSSD (sterilisasi pusat) Pelayanan rawat jalan Pelayanan farmasi Lantai dasar Lantai dasar Lantai dasar Lantai dasar Lantai dua Lantai dua Pasien yang masuk ke UGD membutuhkan pelayanan medis yang sifatnya segera dan darurat sehingga dengan peletakan dilantai dasar, pasien dapat langsung ditangani tanpa adanya waktu yang terbuang karena pemindahan pasien dari entrance UGD di lantai dasar menuju level selanjutnya Pelayanan bedah harus dapat dengan mudah di akses oleh pelayanan UGD sehingga diletakkan pada level yang sama dengan pelayanan UGD agar pasien yang membutuhkan pelayanan bedah dan bersifat darurat dapat langsung ditangani pada level yang sama Pemusalaraan jenazah harus dapat dengan mudah diakses oleh pelayanan UGD dan bedah sehingga diletakkan pada level yang sama Pelayanan radiologi harus dapat dengan mudah diakses oleh pelayanan rawat jalan serta pasien dari UGD dan bedah sehingga diletakkan dilantai dasar karena pasien yang sifatnya darurat lebih diutamakan Pelayanan CSSD harus dekat dengan UGD dan pelayanan bedah sehingga diletakkan pada level yang sama dengan pelayanan UGD dan bedah Pelayanan rawat jalan berupa poliklinik dengan ketentuan dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat umum dan dapat dengan mudah diakses dari entrance utama. Pelayanan rawat jalan diletakkan di lantai 2 dengan pertimbangan bahwa keadaan pasien rawat jalan tidak darurat sehingga lantai dasar lebih diutamakan untuk pelayanan yang sifatnya darurat. Selain itu, penempatan poliklinik di lantai 2 juga karena adanya keterbatasan lahan yang bisa dibangun di lantai dasar Pasien yang menjalani rawat jalan membutuhkan pelayanan farmasi untuk menukar resep obat yang mereka dapat dari dokter sehingga, karena pelayanan rawat jalan ada pada lantai 2, pelayanan farmasi juga diletakkan di lantai 2 agar

59 121 Pelayanan ICU Pelayanan laboratorium Pelayanan rehabilitasi medik Sekretariat rumah sakit Pemeliharaan sarana rumah sakit Dapur laundry dan aksesnya mudah dan kegiatan para pasien rawat jalan dapat dipusatkan di lantai 2 sehingga levellevel selanjutnya dapat ditujukan untuk pelayanan yang lebih membutuhkan ketenangan Lantai 2 Pelayanan ICU harus dapat diakses dari pelayanan bedah, UGD dan rawat inap dan diletakkan di lantai 2 karena adanya keterbatasan lahan yang bisa dibangun dilantai dasar namun, pelayanan ICU tetap mudah dicapai dari UGD dan bedah dengan menggunakan lift khusus pasien dan ramp Lantai2 Pelayanan laboratorium harus dapat dengan mudah diakses oleh pelayanan rawat jalan dan rawat inap dan dilokasikan di lantai 2 sehingga dapat dengan mudah diakses oleh pasien dari pelayanan rawat jalan tanpa mengganggu ketenangan pasien rawat inap Lantai 3 Pelayanan rehabilitasi medik harus dapat dengan mudah diakses oleh pelayanan rawat jalan dan rawat inap sehingga dipusatkan di lantai 3 sehingga dapat dengan mudah diakses oleh pasien dari pelayanan rawat jalan tanpa mengganggu ketenangan pasein rawat inap Lantai 8 Lantai 8 dipusatkan sebagai kantor para pengurus RS dimana rapat-rapat pengurus diadakan sehingga kegiatan sekretariat RS tidak mengganggu ketenangan pelayanan pelayanan lain yang membutuhkan ketenangan Basement Pemeliharaan sarana rumah sakit diletakkan di lantai basement karena adanya keterbatasan lahan yang dapat dibangun di lantai dasar dimana sisa lahan yang ada lebih ditujukan untuk fasilitas parkir Basement Dapur dan laundry dapat mengakibatkan kebisingan sehingga diletakkan di basement agar tidak menganggu pelayanan lain yang membutuhkan suasana tenang Rawat inap Lantai 4-7 Pelayanan rawat inap membutuhkan ketenangan karena merupakan tempat pasien istirahat sehingga dipusatkan pada lantai 4-7 Sumber: hasil analisa data Dari hasil bubble diagram dan zoning tapak maka, zoning per pelayanan pada lantai dasar dan lantai dua serta zoning vertikal adalah sebagai berikut:

60 122 Exit Service dan rawat jalan Entrance Service Pelayanan CSSD Pemusalaraan jenazah Pelayanan bedah Pelayanan radiologi Pelayanan UGD Entrance rawat jalan (pasien rawat jalan harus memanfaatkan ramp untuk naik ke lantai 2 ) Entrance UGD Exit UGD Gambar 4.58 Zoning LT. Dasar. Sumber: hasil olahan data

61 123 Entrance rawat jalan Area service untuk karyawan ICU Laboratorium Rekam dan farmasi medis dan pusat administrasi Poliklinik (pelayanan rawat jalan) Gambar 4.59 Zoning LT. 2. Sumber: hasil olahan data

62 124 Zoning vertikal: LT.8 Sekretariat RS LT.7 Pelayanan rawat inap LT.6 Pelayanan rawat inap LT.5 Pelayanan rawat inap LT.4 Pelayanan rawat inap LT.3 Pelayanan rehabilitasi medik LT.2 Pelayanan rawat jalan, laboratorium, farmasi dan ICU LT.1 UGD, bedah,radiologi, pemusalaraan jenazah dan CSSD BASEMENT. Dapur, Laundry, sarana pemeliharaan RS Gambar 4.60 Zoning Vertical. Sumber: hasil olahan data Sirkulasi dan pembagian area dalam tapak Pada bangunan rumah sakit yang di rancang, terdapat 3 entrance yaitu entrance khusus UGD, entrance khusus rawat jalan dan entrance khusus untuk kendaraan service. Entrance untuk UGD terletak pada jalan utama yaitu jalan Mohammad kahfi II sementara entrance untuk pelayanan rawat jalan dan kendaraan service terletak pada jalan milik dinas perhubungan. Exit dari pelayanan UGD, rawat jalan dan kendaraan service terletak di JL.Kavling Kompleks DKI.

63 125 Entrance Service Area parkir mobil pengunjung Exit Service dan rawat jalan F J I C Entrance Rawat jalan E Area parkir G mobil ruang duka Ramp menuju unit rawat jalan di LT.2 D A B H Parkir Ambulance Ramp untuk turun dari unit rawat jalan di LT.2 ExitUGD Entrance UGD Gambar 4.61 Alur sirkulasi pada tapak dan pembagian area pada lantai dasar. Sumber: hasil olahan data Keterangan gambar: A: Pelayanan UGD B: Pelayanan Radiologi C: Ruang tunggu pelayanan radiologi dan pelayanan bedah D: Pelayanan bedah E: Pemusalaraan jenazah

64 126 F: CSSD (pusat sterilisasi alat medik) G: Jalur bagi pengunjung untuk menuju rumah duka H: Jalur bagi kedaraan non ambulance untuk menuju tempat parkir setelah drop off penumpang di area UGD I: Ramp naik dan turun menuju basement bagi kendaraan pengunjung dan staff J: ramp naik dan turun menuju basement bagi kendaraan service Area parkir terletak di bagian belakang bangunan rumah sakit serta basement dan bagi kendaraan non ambulance yang telah melakukan drop off di area UGD dapat menggunakan jalur H untuk mencapai area parkir tersebut, Pelayanan rawat jalan terletak di lantai 2 rumah sakit, sehingga, dari entrance pengunjung harus memanfaatkan ramp untuk naik ke lantai 2. Bagi pengunjung yang akan menuju rumah duka, dapat masuk dari entrance rawat jalan dan menggunakan jalur G untuk menuju drop off dan parkir pada area yang telah tersedia.

65 127 P O M L K Entrance Rawat jalan Ramp menuju unit rawat jalan di LT.2 N Ramp untuk turun dari unit rawat jalan di LT.2 Gambar 4.62 Alur sirkulasi menuju pelayanan rawat jalan dan pembagian area pada lantai 2. Sumber: hasil olahan data Keterangan gambar: K: Lobby utama N: Poliklinik L: Pusat administrasi dan rekam medis O: Pelayanan ICU M: Pelayanan laboratorium dan farmasi P: Area service (khusus pegawai) berupa ruang rekreasi dan kantin

66 Analisa Bangunan D B CSSD C A Pelayanan radiologi Pemusalaraan jenazah Pelayanan bedah UGD Corridor untuk limbah dan jenazah pada area pelayanan bedah menuju pemusalaraan jenazah dan CSSD Corridor untuk pasien dan staff pada area pelayanan bedah menuju ruang bedah Gambar 4.63 Gambar sirkulasi pada lantai dasar bangunan. Sumber: hasil olahan data Keterangan gambar: : alur bagi pasien UGD dari drop off menuju ruang triase dan alur bagi pasien UGD untuk menuju pelayanan bedah serta pelayanan radiologi A: Lift khusus untuk pengunjung dan staff serta pasien yang melayani sirkulasi vertikal dari lantai basement sampai lantai 8 bangunan rumah sakit B: Lift khusus pasien untuk mengangkut pasien dari pelayanan bedah dan UGD menuju ICU di lantai 2 serta ruang rawat inap di lantai 4-7

67 129 C: Ramp untuk evakuasi pasien dalam kondisi darurat khusus digunakan untuk evakuasi pasien yang tidak dapat menggunakan tangga (special needs) D: tangga darurat untuk evakuasi dalam keadaan darurat, dapat dipergunakan oleh staff, pengunjung, ataupun pasien non-special needs Pada lantai dasar bangunan, terdapat 2 tuang tunggu yaitu ruang tunggu untuk pelayanan radiologi dan pelayanan bedah yang terletak dekat dengan tangga utama dan lift A, ruang tunggu kedua merupakan ruang tunggu yang khusus digunakan untuk pelayanan UGD yang terletak dekat dengan drop off UGD. Pada pelayanan bedah, ruang persiapan dan ruang anastesi digabung dan setelah proses persiapan bedah serta anastesi selesai, pasien bisa langsung menuju ruang bedah dengan melalui corridor khusus pasien. Semua limbah operasi, alat bekas operasi dan jenazah, keluar dari area pelayanan bedah dengan menggunakan corridor khusus yang terpisah dari corridor pasien dan langsung menuju pemusalaraan jenazah ataupun CSSD. Pada lantai 2 bangunan, terdapat lobby utama dan pusat administrasi dan rekam medis serta klinik-klinik yang juga berada dekat dengan pelayanan farmasi untuk memudahkan pembelian obat bagi pasien rawat jalan. Lantai 3 bangunan dimanfaatkan sebagai pusat pelayanan rehabilitasi medik dimana pada lantai ini terdapat taman terapi dan indoor playroom yang bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan terapi okupasi dan ruang rekreasi bagi pasien anak ketika sedang tidak dapat bermain diluar.

68 130 D B C A Administrasi pusat ICU Laboratriumfarmasi Lobby utama Poliklinik Loket obat Gambar 4.64 Gambar sirkulasi pada lantai 2 bangunan. Sumber: hasil olahan data Keterangan gambar: : alur bagi pasien UGD dan pelayanan bedah dari lantai 1 menuju ICU : alur bagi pasien rawat jalan, dari drop off menuju administrasi pusat

69 131 D B Indoor playroom C Lounge taman terapi A R.Fisioterapi R.terapi okupasi R.terapi wicara Gambar 4.65 pembagian area pada lantai 3bangunan. Sumber: hasil olahan data Ruang rawat inap pada Rumah sakit terdiri dari ruang rawat inap kelas III, kelas II, kelas I dan keals VIP dimana ruang rawat inap kelas III terletak pada lantai 4, ruang rawat inap kelas II terletak pada lantai 5-6 dan ruang rawat kelas I dan VIP terletak pada lantai 7. Area nurse station di lantai 4-7, terbagi menjadi 2 area, yaitu didekat ruang duduk untuk pengunjung dan pada bagian tengah dari area lantai ruang rawat inap berada. Tanaman-tanaman yang dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan istirahat pasien, ditanam pada balkon ruang rawat inap D C B A Nurse station 2 RUANG RAWAT Gambar 4.66 Pembagian area pada lantai 4 bangunan. Sumber: hasil olahan data R.duduk Nurse station 1 Area tanam pada balkon

70 132 Ruang rawat inap kelas II,I dan VIP berukuran lebih kecil dibandingkan dengan ruang rawat kelas III. Perbedaan besaran ruang tersebut dimanfaatkan sebagai balkon pada ruang rawat kelas II di lantai 5. Balkon Perbedaan panjang ruang rawat kelas III dan II Gambar 4.67 Gambar perbedaan panjang kamar kelas III dan II. Sumber: hasil olahan data Dengan adanya perbedaan panjang ruang, maka, terdapat perbedaaan letak titik kolom sehingga dibutuhkan transfer beam untuk membantu penyaluran beban mulai dari lantai 6 sampai dengan lantai 8 bangunan. Kolom 1 : menerus dari - LT.6-LT.8 Kolom 1: menerus dari basement-lt.5 Gambar 4.68 Gambar perbedaan letak titik kolom. Sumber: hasil olahan data

71 133 Balkon Balkon Kolom 1 : menerus dari - LT.6-LT.8 Transfer beam Balkon Kolom 1: Balkon menerus dari basement-lt.5 Taman terapi Gambar 4.69 Gambar skema struktur bangunan. Sumber: hasil olahan data 4.8 Analisa area pembayangan pada taman terapi dan hasil zoning pelatakan tanaman Taman terapi terletak pada lantai 3 bangunan dengan memanfaatkan roof garden sebagai area tanam. Taman Terapi Taman Terapi Gambar 4.70 Letak taman terapi pada model dan taman terapi pada denah. Sumber: hasil olahan data Area terluar taman terapi dimanfaatkan sebagai area tanam tanaman-tanaman peneduh dan memiliki level permukaan tanah yang lebih tinggi dari area yang ada di belakangnya Area terluar taman terapi yang dimanfaatkan sebagai area tanam pohon peneduh

72 134 Beberapa tanaman yang akan digunakan pada taman terapi terbagi menjadi 2 kategori yaitu jenis tanaman full sun dan partial shade yang memiliki kebutuhan lama penyinaran yang berbeda yaitu minimal 6 jam penyinaran untuk jenis full sun dan minimal 3 jam penyinaran untuk jenis partial shade. Data-data mengenai kebutuhan lama penyinaran jenis-jenis tanaman yang digunakan yaitu: Tabel 4.13 Kebutuhan lama penyinaran tanaman Tanaman Pencahayaan Lokasi Geranium pratense Full sun/ partial shade-exposed/sheltered Indoor-outdoor Agapanthus africanus Full sun-sheltered Indoor-outdoor Hydragea macropylla Full sun/partial shade- Exposed/sheltered Indoor-outdoor Celendula officinalis Full sun/partial shade-exposed/sheltered Outdoor Cosmos sulphureus Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor Kembang sepatu Full sun- sheltered Indoor-outdoor (orange) Chrysanthemum Full sun/partial shade-sheltered Indoor-outdoor Cosmos Caudatus Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor Alamanda Cathartica Full sun-sheltered outdoor Bunga Matahari Full sun-exposed outdoor Carnation Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor Hollyhock Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor Kembang sepatu Full sun-sheltered Indoor-outdoor (pink) Asoka Full sun/partial shade-exposed outdoor Kembang Sepatu Full sun-sheltered Indoor-outdoor (merah) Paeonia cv Shimanishiki Full sun/ partial shade-sheltered Indoor-outdoor Dahlia Bishop of Full sun-sheltered outdoor llandalff Geranium Incanum Full sun/partial shade- Exposed/sheltered Indoor-outdoor Rosemary Full sun-sheltered Indoor-outdoor Lavender Full sun/partial shade-exposed Indoor-outdoor Bugenvillea Full sun-sheltered Indoor-outdoor Chamomile Full sun/partial shade-exposed/sheltered Indoor-outdoor Gardenia partial shade- sheltered outdoor Orange Blossom Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor Melati Full sun/partial shade- sheltered Indoor-outdoor Sumber: RHS (Royal Horticultural Society)

73 135 Tabel 4.14 Zoning tanaman jenis full sun dan partial shade pada taman terapi Jam 06:00 Area pembayangan Area terluar taman terapi 07:00 Gambar 4.71 Pembayangan pada taman terapi pukul 06:00. Sumber: simulasi pembayangan eco-tech Pada pukul 6 pagi, semua area taman terapi tidak mendapatkan sinar matahari sama sekali kecuali area taman terapi paling luar 08:00 Gambar 4.72 Pembayangan pada taman terapi pukul 07:00. Sumber: simulasi pembayangan eco-tech Pada pukul 7 pagi, area taman terapi yang ditandai dengan kotak warna merah dan mulai mendapatkan sinar matahari Area terdalam masih terbayangi Gambar 4.73 Pembayangan pada taman terapi pukul 08:00. Sumber: simulasi pembayangan eco-tech

74 136 09:00 Pada pukul 8 pagi, area taman terapi yang mendapatkan sinar matahari semakin meluas namun, area terdalam dari taman yang berada dekat dengan ruang terapi belum mendapat cahaya sama sekali Area terluar masih terbayangi 10:00-12:00 Gambar 4.74 Pembayangan pada taman terapi pukul 09:00. Sumber: simulasi pembayangan eco-tech Pada pukul 9 pagi, hampir semua area taman terapi mendapatkan sinar matahari Gambar 4.75 Pembayangan pada taman terapi pukul 10:00-12:00. Sumber: simulasi pembayangan eco-tech Pada pukul 10:00-11:00, semua area taman terapi tersinari cahaya matahari secara merata namun, pada pukul 12 siang, area taman terapi bagian terdalam yang dekat dengan ruang-ruang terapi mulai terbayangi

75 137 13:00 Area bagian dalam taman mulai terbayangi 14:00 Gambar 4.76 Pembayangan pada taman terapi pukul 13:00. Sumber: simulasi pembayangan eco-tech Pada pukul 13:00, area bagian dalam taman terapi dekat dengan ruang-ruang terapi terbayangi. 15:00 Gambar 4.77 Pembayangan pada taman terapi pukul 14:00. Sumber: simulasi pembayangan eco-tech Pada pukul 14:00, area taman terapi yang terbayangi semakin luas. Gambar 4.78 Pembayangan pada taman terapi pukul 15:00. Sumber: simulasi pembayangan eco-tech Pada pukul 15:00, area taman terapi yang masih mendapatkan sinar matahari, hanya area terluar dari taman terapi.

76 138 16:00-18:00 Gambar 4.79 Pembayangan pada taman terapi pukul 16:00-18:00. Sumber: simulasi pembayangan eco-tech Pada pukul 16:00-18:00, hampir semua area pada taman terapi tidak mendapatkan sinar matahari Sumber: simulasi software eco-tect Hasil zoning peletakan tanaman pada taman terapi berdasarkan kriteria penyinaran full sun dan partial shade: Gambar 4.80 Hasil penzoningan jenis tanaman full sun dan partial shade pada model bangunan. Sumber: hasil olahan data

77 139 3 jam (partial shade) 6 jam (full sun) 7 jam (full sun) 5 jam (partial shade) 8-9 jam (full sun) Gambar 4.81 Hasil penzoningan jenis tanaman full sun dan partial shade pada denah taman terapi. Sumber: hasil olahan data Peletakan tanaman akan disesuaikan dengan warna-warna yang dibutuhkan oleh jenis-jenis kegiatan terapi dan kebutuhan tanaman akan lama penyinaran sehingga, hasil analisis dari lokasi peletakan tanaman adalah sebagai berikut: 1. Tanaman untuk area 3 jam (partial shade) Area yang disinari selama 3 jam (partial shade) terletak dekat dengan ruang fisioterapi dan terapi wicara dimana warna yang dibutuhkan oleh fisioterapi terutama adalah biru dan pink sementara warna yang dibutuhkan oleh terapi wicara yaitu orange dan kuning sehingga, tanaman yang akan berada di area ini sesuai dengan warna yang dibutuhkan dan kebutuhan akan lama penyinaran adalah: Geranium Pratense Hydragea Macropylla Celendula Oficinalis Chrysanthemum

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan penelitian, serta analisa dan pembahasan maka, berikut. adalah hal-hal yang bisa disimpulkan:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan penelitian, serta analisa dan pembahasan maka, berikut. adalah hal-hal yang bisa disimpulkan: BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian, serta analisa dan pembahasan maka, berikut adalah hal-hal yang bisa disimpulkan: Keberadaan taman terapi dalam lingkungan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Perencanaan 6.1.1 Program Ruang A. Berdasarkan Kelompok Ruang Pada gedung paviliun II garuda RSUP Dr. Kariadi, ruang-ruang dibuat sesuai No. dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Contoh zonasi rencana lokasi. Kesehatan, 2007)

LAMPIRAN 1. Contoh zonasi rencana lokasi. Kesehatan, 2007) LAMPIRAN 1 Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan Pada RS Pola Pembangunan Horisontal (Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C, Pusat Sarana, Prasarana Dan Peralatan Kesehatan, 2007)

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT Oleh : Indah Dwi Putria S, Wijayanti, Bambang Supriyadi Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Kota

Lebih terperinci

No Pengguna Kegiatan Nama Ruang Persyaratan Standard Kapasitas Unit Luas Satuan (m 2 ) Luas Total (m 2 ) Sumber

No Pengguna Kegiatan Nama Ruang Persyaratan Standard Kapasitas Unit Luas Satuan (m 2 ) Luas Total (m 2 ) Sumber No Pengguna Kegiatan Nama Ruang Persyaratan Standard Kapasitas Unit Luas Satuan (m 2 ) Luas Total (m 2 ) Sumber Keterangan Instalasi Rawat Jalan 1 Pasien, pengunjung Menunggu saat melakukan pendaftaran

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Dasar Pendekatan Gedung paviliun garuda RSUP Dr. Kariadi kota Semarang akan berfungsi secara optimal jika mempunyai kriteria umum yang

Lebih terperinci

Tabel 1 Lampiran 1 Standar Unit Bedah Sentral Rumah Sakit Tipe C (Depkes, 2007)

Tabel 1 Lampiran 1 Standar Unit Bedah Sentral Rumah Sakit Tipe C (Depkes, 2007) LAMPIRAN Tabel 1 Lampiran 1 Standar Unit Bedah Sentral Rumah Sakit Tipe C (Depkes, 2007) No. Nama Ruangan Fungsi 1 R. Administrasi dan Pendaftaran Ruang untuk menyelenggarakan Kegiatan administrasi khususnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Analisis perancangan merupakan sebuah tahapan dalam melakukan kajiankajian terhadap kondisi eksisting objek perancangan dan memberikan beberapa alternatif tanggapan dalam perancangan.

Lebih terperinci

[RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG]

[RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG] BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1. Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Semarang sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR DIAGRAM... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proyek instalasi Listrik Rumah Sakit Royal Sanur ini mulai dikerjakan pada tanggal sampai saat ini. Semua pekerjaan termasuk penyusunan skripsi

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Rumah Sakit Umum Daerah ( kelas B ) Jakarta selatan. dengan penekanan bangunan yang ICONIC melalui Green Architecture BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1 Data

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar (tata ruang luar) tetapi juga bagian dalam (tata ruang dalam) bangunan. Inti dari konsep

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR

BAB III ANALISIS PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR BAB III ANALISIS PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR 3.1. Analisis Pendekatan Arsitektur 3.1.1. Studi Aktivitas 3.1.1.1. Pengelompokkan Kegiatan Pengelompokkan kegiatan pada Rumah Sakit Jiwa ini dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1. Pemilik, Jenis dan pelayanan Rumah Sakit a. Pemilik : Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta b. Nama Rumah Sakit : RS Jakarta Selatan c. Kelas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Dalam perencanaan dan perancangan RSUD Jakarta Selatan harus memperhatikan beberapa macam kondisi fisik wilayah secara spesifik

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Berikut adalah tabel program ruang yang akan digunakan sebagai acuan dalam perancangan Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. lebih mendalam tentang manajemen penyimpanan obat.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. lebih mendalam tentang manajemen penyimpanan obat. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh informasi yang lebih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang Analisa Fungsi

BAB IV ANALISA Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang Analisa Fungsi 110 BAB IV ANALISA 4.1. Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang 4.1.1. Analisa Fungsi Ada 3 Fungsi Balai Pengobatan Kanker Terpadu di Kota Malang, yakni fungsi Primer, sekunder dan penunjang. Tabel

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Jagakarsa terletak di bagian ujung Selatan Propinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 28 Pusat Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Pelaku dan Kegiatan. Konsep Pelaku Pelaku kegiatan yang beraktivitas

Lebih terperinci

BAB I. 1.1.Latar Belakang

BAB I. 1.1.Latar Belakang 1.1.Latar Belakang BAB I Klinik Pratama Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar (KPRIPMD) adalah salah satu bentuk amal Muhammadiyah dalam bidang kesehatan yang disebut Pembina Kesehatan Umat. Klinik Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG... 1 1.2. TUJUAN DAN SASARAN...

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH

Lebih terperinci

PUSAT REHABILITASI STROKE di YOGYAKARTA

PUSAT REHABILITASI STROKE di YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep Perencanaan Perancangan Pusat Rehabilitasi Stroke di Yogyakarta ini dilatarbelakangi oleh peningkatan penderita stroke di Yogyakarat dan tingginya

Lebih terperinci

BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN

BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN Pengadaan dan Pentahapan Penyediaan Rumah Sakit ini adalah bagian utama dari suatu Laporan Rencana Induk/ Master Plan Rumah Sakit, karena pada bagian ini akan didapat

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1. Program Ruang Rekapitulasi program ruang Rumah Sakit Umum Daerah Bendan Kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Rekapitulasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN. Utara : Jl. Kebon Bibit, Pasar Balubur. Selatan : Jl. Kebon Kembang, pemukiman penduduk.

BAB V ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN. Utara : Jl. Kebon Bibit, Pasar Balubur. Selatan : Jl. Kebon Kembang, pemukiman penduduk. BAB V ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN 5. Lokasi Lokasi Luas lahan : Jalan Tamansari, Bandung : ± 2.5 Ha Batas Batas : Utara : Jl. Kebon Bibit, Pasar Balubur. Selatan : Jl. Kebon Kembang, pemukiman penduduk.

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT KHUSUS ANAK DENGAN PENERAPAN TAMAN TERAPI DI JAGAKARSA

RUMAH SAKIT KHUSUS ANAK DENGAN PENERAPAN TAMAN TERAPI DI JAGAKARSA RUMAH SAKIT KHUSUS ANAK DENGAN PENERAPAN TAMAN TERAPI DI JAGAKARSA Yolanda Demetrius, Albertus Galih Prawata, Michael Isnaeni Djimantoro Fakultas sains dan teknonologi universitas Bina Nusantara JL.KH.Syahdan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa oleh karena itu, proses tumbuh kembang anak merupakan hal yang perlu untuk diperhatikan baik secara fisik, emosional, sosial

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT KHUSUS MATA DI LAMONGAN

RUMAH SAKIT KHUSUS MATA DI LAMONGAN BAB IV PENDEKAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SITEKTUR 4.1 Dasar Pendekatan Pendekatan ini bertujuan sebagai pedoman dalam penyusunan Landasan Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Rumah Sakit Khusus

Lebih terperinci

Rumah Sakit Jantung di Surakarta. Desti Ayinalita Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Nugraha, ST., M Ars.

Rumah Sakit Jantung di Surakarta. Desti Ayinalita Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Nugraha, ST., M Ars. Rumah Sakit Jantung di Surakarta Desti Ayinalita 21312903 Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Nugraha, ST., M Ars. LATAR BELAKANG Kebutuhan masyarakat akan kesehatan jantung Ketika jantung sehat = Tubuh juga sehat.

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Non Fisik Berikut ini data non fisik untuk perancangan rumah sakit pendidikan ini terdiri dari: 3.1.1. Data Kepemilikan Rumah Sakit Pendidikan Data yang terkait, yaitu:

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Penyakit merupakan salah satu penyebab stres, jika penyakit itu terus-menerus menempel pada tubuh seseorang, dengan kata lain penyakit itu sulit

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Tapak 5.1.1 Perletakan Bangunan Adapun konsep tapak diuraikan sebagai berikut: Bangunan RSO ini bermassa banyak Letak bangunan diberi jarak dengan jalan raya Rawat inap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture 2.1. Tinjauan Umum Nama Proyek : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture Sifat Proyek : Fiktif Lokasi Proyek : Jl. Adiyaksa Raya, Jakarta Selaan Batas Barat : Perkantoran, hotel

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan 6.1.1 Rancangan Obyek Dalam Tapak Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena kesesuian dengan fungsi dan kriteria obyek perancangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI Diajukan sebagai syarat untuk meraih Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Nama : RUHENDAR NIM : PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Kesimpulan Hasil Analisa Kondisi Penerapan Healing Environment Hasil penelitian studi banding menyimpulkan bahwa rumah sakit-rumah sakit terkemuka di Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 LOKASI TAPAK Jl. Ngunut I, Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung-Jawa Timur Terletak di luar perencanaan BWK Kabupaten Tulungagung Luas Lahan ±14.823,28 m 2 Jl. Jatiwayang Jl. Jatiwayang 7.00 PERATURAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu : BAB IV KONSEP IV.1. Konsep Dasar Green Hospital merupakan rumah sakit yang berwawasan lingkungan dan jawaban atas tuntutan kebutuhan pelayanan dari pelanggan rumah sakit yang telah bergeser ke arah pelayanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA V.1. Konsep Pengolahan Site Hal yang dibahas pada konsep pengolahan site adalah mengenai konsep penzoningan kelompok-kelompok ruang yang telah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. LAMPIRAN 1. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Kelas A. Klasifikasi Kelas Rumah Sakit Khusus Jantung menurut Peraturan Menteri

LAMPIRAN. LAMPIRAN 1. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Kelas A. Klasifikasi Kelas Rumah Sakit Khusus Jantung menurut Peraturan Menteri LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Kelas A Klasifikasi Kelas Rumah Sakit Khusus Jantung menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 340/Per/III/2010 A. Pelayanan No. JENIS

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Rumah Sakit Orthopaedi (RSO) di Kota Malang yang terletak di jalan Panji Suroso menerapkan konsep analogi kerangka tangan. aspek yang diterapkan dalam perancangan ini

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR Disusun Oleh: DATIP M KOSWARI

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Ruang 3.1.1. Data tekniks Judul Perancangan Tema Perancangan Lokasi Tapak : Rumah Sakit Pendidikan di jati samporna, Kota Bekasi : Green Architecture and sustainable

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT PENDIDIKAN NAULI HUSADA SIBOLGA

RUMAH SAKIT PENDIDIKAN NAULI HUSADA SIBOLGA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN NAULI HUSADA SIBOLGA (ARSITEKTUR BIOKLIMATIK) LAPORAN AKHIR SKRIPSI RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2015 / 2016 Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Gawat Darurat RSUD.R.Syamsudin, SH dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pada saat ini,

Lebih terperinci

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan implementasi standar MFK di rumah sakit mitra benchmark (best practice EBD) cukup baik, bisa menggambarkan apa yang disyaratkan dalam peraturan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MALINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU BAB IV KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU 4.1. Tema Desain Penderita TB maupun penderita penyakit paru lainnya akan memiliki perasaan dan pikiran negatif, bahkan setelah sembuh penderita penyakit

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar 5.1 Konsep Ide dasar BAB V Konsep Konsep ide dasar rancangan Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya meliputi poin-poin arsitektur perilaku, nilai-nilai keislaman, dan objek rancangan sendiri. Hal ini

Lebih terperinci

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan TUGAS AKHIR RA 091381 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT green dentistry LIZA DEWI 3207 100 092 Dosen Pembimbing : Ir. Erwin Sudarma, MT Dosen Koordinator : Ir. M. Salatoen P, MT arsitektur fakultas teknik sipil

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR Jenis 1 Gawat Darurat 2 Rawat Jalan Input 1. Kemampuan menangani life saving 2. Pemberi pelayanan kegawat-daruratan bersertifikat (ATLS/BTLS/ACLS/PPGD/

Lebih terperinci

BAB IV DATA PROYEK Deskripsi Umum Proyek

BAB IV DATA PROYEK Deskripsi Umum Proyek BAB IV DATA PROYEK 4.1. Deskripsi Umum Proyek Nama Peroyek : Perancangan Interior Pada Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Medical Care di Jakarta. Sifat Proyek : Fiktif

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG LUAS (m2) A. KELOMPOK RUANG PENERIMA Lobi 28.80 m2 Customer

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG STADAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT H.L. MANAMBAI ABDULKADIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Fisik Letak Geografis Jakarta Selatan terletak pada 106 22 42 Bujur Timur (BT) s.d. 106 58 18 BT, dan 5 19 12 Lintang Selatan (LS). Luas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PUSAT REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH BAB III KASUS PROYEK

PUSAT REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH BAB III KASUS PROYEK BAB III KASUS PROYEK 3.1 DESKRIPSI PROYEK Kasus : Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh Tema : Perilaku dalam Arsitektur Sifat Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Yayasan dan Dinas Sosial Pemilik Dana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perancangan Konsep Perancangan Health Care for Mother adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Kesimpulan diperoleh berdasarkan kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal RSUD dr. H. Soewondo. PA/KPA dr. Haris Tiyanto, Sp. B

Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal RSUD dr. H. Soewondo. PA/KPA dr. Haris Tiyanto, Sp. B Dokumen RUP SiRUP adalah aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum berbasis web yang fungsinya sebagai sarana atau alat untuk mengumumkan RUP. SiRUP bertujuan untuk mempermudah pihak PA/KPA dalam mengumumkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DHARMA YADNYA DI TOHPATI-DENPASAR

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DHARMA YADNYA DI TOHPATI-DENPASAR LANDASAN KONSEPSUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2012 By Design PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang kompleks dengan padat pakar dan padat modal. Untuk melaksanakan fungsi yang demikian kompleks,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Aplikasi Konsep Aplikasi konsep recreative design diaplikasikan pada bentukan masa yang terpisah untuk setiap fungsi yang berbeda. Setiap masa bangunan dipisahkan oleh ruang

Lebih terperinci

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL 1. Peraturan Teknis a. Jarak bebas Bangunan Gedung / Industri KDB KLB 3 3 Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL GSB GSJ GSJ Intensitas bangunan (KDB/KLB), dimaksudkan agar menjaga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SARAS HUSADA PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci