RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN"

Transkripsi

1 RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2016

2 1 BAB I PENDAH ULUAN 1.1. LATAR B ELAK ANG Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun sebagai sebuah Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan serta berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun Dokumen Renstra ini dihasilkan melalui suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2021 secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Proses tersebut telah menghasilkan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan dan strategi serta program dan kegiatan pokok yang akan dilaksanakan sampai dengan tahun Dokumen Renstra ini merupakan rencana pembangunan jangka menengah Dinas Kesehatan yang dalam pelaksanaannya akan dijabarkan dan menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja Dinas Kesehatan yang akan disusun setiap tahun sebagai Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya ditetapkan sebagai Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Dinas Kesehatan. Berkaitan dengan penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang merupakan instrumen pertanggungjawaban, Renstra ini merupakan langkah awal untuk melaksanakan mandat yang diemban Dinas Kesehatan sebagaimana ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 11 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja, dan sekaligus langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja instansi pemerintah sebagaimana ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun LANDASAN PENY USUNAN Landasan hukum penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun adalah : 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya pasal 7 ayat (1) : Renstra-Dinas

3 2 Kesehatan memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif ; 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya pasal 151 ayat (1) dan (2) yang mengamanatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra Dinas Kesehatan yang dirumuskan dalam bentuk Rencana Kerja Dinas Kesehatan yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan Dinas Kesehatan; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kota/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 5. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 7. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara RI Nomor : 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MAK SUD DAN TUJUAN Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Tahun dimaksudkan agar Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, regional, nasional dan global

4 3 sehingga disamping tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga mampu eksis dan berkembang dalam rangka meningkatkan kinerja profesionalnya. Adapun tujuan disusunnya Renstra Dinas Tahun adalah untuk : a. Menjabarkan arahan RPJMD Kabupaten Mojokerto Tahun ke dalam rencana instansional; b. Menjabarkan visi dan misi Dinas Kesehatan Tahun ke dalam tujuan, sasaran dan program kerja operasional serta kegiatan indikatif Dinas Kesehatan; c. Menyediakan dokumen rencana pembangunan jangka menengah sebagai acuan penyusunan rencana kerja atau rencana kinerja tahunan; d. Menentukan strategi untuk pengelolaan keberhasilan, penguatan komitmen yang berorientasi pada masa depan, peningkatan produktivitas dan menjamin efektivitas penggunaan sumber daya organisasi. e. Memberikan arah terhadap kebijakan keuangan Dinas Kesehatan dan sebagai pedoman dalam pengukuran keberhasilan atau kegagalan yang tertuang dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto SISTEMATIK A PENULISAN Dokumen Renstra Dinas Kesehatan Tahun disusun dengan tata urut sebagai berikut : 1. Pada Bab I Pendahuluan : berisi uraian pendahuluan, yang secara rinci berisi uraian penjelasan umum latar belakang penyusunan Renstra, landasan hukum penyusunan Renstra, maksud dan tujuan disusunnya Renstra dan Sistematika Penulisan Renstra. 2. Pada Bab II, Gambaran Umum Dinas Kesehatan, berisi uraian gambaran umum terhadap keberadaan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yakni Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, yang terdiri atas uraian Tugas pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi dan Tata kerja Dinas Kesehatan, Sumber daya Dinas Kesehatan, Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan dan analisis terhadap lingkungan strategis Dinas Kesehatan, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. 3. Pada Bab III, Isu-isu Strategis berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan berisi Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan

5 4 fungsi Dinas Kesehatan, telaahan Visi, Misi Kepala Daerah, Renstra Kementrian Kesehatan, Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. 4. Pada Bab IV Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan, berisi tentang Visi Dinas Kesehatan yang merupakan kondisi yang hendak dicapai dalam kurun waktu dan misi yang merupakan amanat yang harus diemban dan dilaksanakan oleh seluruh komponen Dinas Kesehatan Mojokerto, unsur-unsur Renstra Dinas Kesehatan Tahun yang terdiri atas tujuan dan sasaran pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi dan misi yang diembannya, uraian arah kebijakan pembangunan 5. Bab V, Rencana Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja Dinas Kesehatan berisi uraian program kerja operasional beserta kegiatan indikatifnya yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu tahun dan Indikator Kinerja Dinas Kesehatan yang akan dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja pembangunan Dinas Kesehatan dalam bentuk indikator kinerja hasil (outcome) dari pelaksanaan program-program pembangunan Dinas Kesehatan. 6. Bab VI, Indikator Kinerja Dinas Kesehatan yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD 7. Bab VII adalah merupakan Penutup.

6 5 BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUK TUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 58 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, maka Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Perumusan kebijakan teknis bidang ; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang ; c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang ; d. Pelaksanaan administrasi di bidang ; dan e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait tugas dan fungsinya. Sedangkan Susunan organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari : 1) Kepala Dinas Kesehatan; 2) Sekretariat; (1) Sekretariat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan untuk mengkoordinasikan bidang-bidang dan memberikan pelayanan administratif serta teknis yang meliputi urusan umum, kepegawaian, penyusunan program dan keuangan. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana program, kegiatan dan anggaran; b. Pelaksanaan pengelolaan dan pembinaan urusan administrasi umum; c. Pelaksanaan urusan ketatausahaan, kerumahtanggaan, tata laksana dan hubungan masyarakat; d. Pelaksanaan penataan organisasi;

7 6 e. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pengamanan aset; f. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas bidang-bidang dan semua rencana kegiatan UPT di lingkungan Dinas; g. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan; h. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sekretariat terdiri dari : a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; b. Sub Bagian Penyusunan Program; c. Sub Bagian Keuangan. 1. Sub Bagian Umum, mempunyai tugas : a. Melakukan pengelolaan dan pembinaan urusan administrasi umum dan kepegawaian; b. Melakukan pengelolaan surat menyurat, kerarsipan, ketatalaksanaan, kerumahtanggaan, hubungan masyarakat dan keprotokolan; c. Menyusun rencana kebutuhan pengadaan, distribusi dan pemeliharaan perlengkapan dan peralatan kantor; d. Menyusun bahan koordinasi di bidang administrasi umum dan kepegawaian; e. Melakukan pengelolaan dan pengamanan aset; f. Menyusun bahan koordinasi pelaksanaan tugas bidangbidang dan UPT di lingkungan Dinas di bidang adminsitrasi umum dan kepegawaian; g. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan, dan; h. Melakukan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Sekretaris. 2. Sub Bagian Penyusunan Program, mempunyai tugas : a. Menyusun bahan koordinasi dan menyusun rencana kerja, rencana program, kegiatan dan anggaran; b. Menyusun bahan kordinasi dan menyusun laporan kinerja; c. Melakukan pengelolaan data dan perencanaan program; d. Menyusun bahan koordinasi di bidang penyusunan program dan penataan organisasi; e. Menyusun bahan koordinasi pelaksanaan tugas bidang-bidang dan UPT di lingkungan Dinas di bidang penyusunan Program;

8 7 f. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan dan; g. Melakukan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Sekretaris. 3. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas : a. Menyusun bahan koordinasi dan menyusun anggaran keuangan; b. Melakukan pengelolaan dan pembinaan daministrasi keuangan; c. Melakukan eavluasi anggaran dan penggunaan keuangan; d. Menyusun laporan keuangan; e. Menyusun bahan koordinasi di bidang keuangan; f. Menyusun bahan koordinasi pelaksanaan tugas bidang-bidang dan UPT di lingkungan Dinas di bidang keuangan; g. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan; dan h. Melakukan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Sekretaris. 3) Bidang Kesehatan Masyarakat Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan meliputi keluarga dan gizi, promosi dan pemberdayaan masyarakat serta lingkungan, kerja dan olahraga. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai fungsi : a. Perumusan bahan kebijakan operasional di bidang keluarga dan gizi masyarakat, promosi, pemberdayaan masyarakat, lingkungan, kerja dan olahraga; b. Melaksanakan kebijakan operasional di bidang keluarga dan gizi masyarakat, promosi, pemberdayaan masyarakat, lingkungan, kerja, dan olahraga; c. Pelaksanaan koordinasi di bidang keluarga dan gizi masyarakat, promosi, pemberdayaan masyarakat, lingkungan, kerja dan olahraga; d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang keluarga dan gizi masyarakat, promosi, pemberdayaan masyarakat, lingkungan, kerja dan olahraga.

9 8 e. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan dan f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri dari : a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi; b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat; c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olahraga. Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat. 1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, mempunyai tugas; a. Menyusun perencanaan program maternal, neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat; b. Menyusun bahan rumusan kebijakan program maternal, neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat; c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan program maternal, neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program maternal, neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat; e. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap di bidang maternal, neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat; f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang maternal, neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksidan keluarga

10 9 berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat; g. Menyusun bahan koordinasi tentang maternal, neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksidan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat; h. Menyusun bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan program maternal, neonatal, balita, anak prasekolah, usia sekolah, remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, lanjut usia, perlindungan keluarga serta gizi masyarakat; i. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan dan j. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat. 2. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat, mempunyai tugas: a. Menyusun perencanaan program bidang komunikasi, informasi dan edukasi, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi dan pemberdayaan masyarakat; b. Menyusun bahan rumusan kebijakan dibidang komunikasi, informasi dan edukasi, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi dan pemberdayaan masyarakat; c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan program bidang komunikasi, informasi dan edukasi, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi dan pemberdayaan masyarakat; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk teknis serta prosedur tetap program di bidang komunikasi, informasi dan edukasi, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi dan pemberdayaan masyarakat; e. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap dibidang komunikasi, informasi dan edukasi, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi dan pemberdayaan masyarakat; f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang komunikasi, informasi dan edukasi, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi dan pemberdayaan masyarakat;

11 10 g. Menyusun bahan koordinasi di bidang komunikasi, informasi dan edukasi, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi dan pemberdayaan masyarakat; h. Menyusun bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang komunikasi, informasi dan edukasi, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi dan pemberdayaan masyarakat; i. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan dan j. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan kepala Bidang Masyarakat. 3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olahraga mempunyai tugas : a. Menyusun perencanaan program di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan dan penyehatan udara, tanah dan kawasan serta pengamanab limbah dan radiasi, okupasi dan surveilens, kapasitas kerja dan lingkungan kerja dan olahraga; b. Menyusun bahan rumusan kebijakan, di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan dan penyehatan udara, tanah dan kawasan serta pengamanab limbah dan radiasi, okupasi dan surveilens, kapasitas kerja dan lingkungan kerja dan olahraga; c. Menyusun bahan dan pelaksanaan kebijakan program di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan dan penyehatan udara, tanah dan kawasan serta pengamanab limbah dan radiasi, okupasi dan surveilens, kapasitas kerja dan lingkungan kerja dan olahraga; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan dan penyehatan udara, tanah dan kawasan serta pengamanab limbah dan radiasi, okupasi dan surveilens, kapasitas kerja dan lingkungan kerja dan olahraga; e. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan dan penyehatan udara, tanah dan kawasan serta pengamanab limbah dan radiasi, okupasi dan

12 11 surveilens, kapasitas kerja dan lingkungan kerja dan olahraga; f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan dan penyehatan udara, tanah dan kawasan serta pengamanab limbah dan radiasi, okupasi dan surveilens, kapasitas kerja dan lingkungan kerja dan olahraga; g. Menyusun bahan koordiansi tentang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan dan penyehatan udara, tanah dan kawasan serta pengamanab limbah dan radiasi, okupasi dan surveilens, kapasitas kerja dan lingkungan kerja dan olahraga; h. Menyusun bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan dan penyehatan udara, tanah dan kawasan serta pengamanab limbah dan radiasi, okupasi dan surveilens, kapasitas kerja dan lingkungan kerja dan olahraga; i. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan; j. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan kepala Bidang Kesehatan Masyarakat. 4) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (1) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan meliputi surveilas dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan jiwa. (2) Dalam melaksanakan tugas, bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai fungsi : a. Perumusan bahan kebijakan di bidang surveilas epidemiologi dan karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vector, penyakit zoonotik, penyakit tidak menular, upaya jiwa dan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza); b. Pelaksanaan kebijakan dibidang surveilas epidemiologi dan karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,

13 12 penyakit tular vector, penyakit zoonotik, penyakit tidak menular, upaya jiwa dan Napza. c. Pelaksanaan koordinasi di bidang surveilas epidemiologi dan karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vector, penyakit zoonotik, penyakit tidak menular, upaya jiwa dan napza; d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise di bidang surveilas epidemiologi dan karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vector, penyakit zoonotik, penyakit tidak menular, upaya jiwa dan napza; e. Pelaksanaan pemantauan di bidang surveilas epidemiologi dan karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vector, penyakit zoonotik, penyakit tidak menular, upaya jiwa dan napza; f. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan, dan; g. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri dari : a. Seksi Surveilas dan Imunisasi; b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular; c. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa. Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 1. Seksi Surveilans dan Imunisasi, mempunyai tugas : a. Menyusun perencanaan program surveilans dan imunisasi serta penanggulangan kejadian Luar Biasa; b. Menyusun bahan rumusan kebijakan program surveilans dan imunisasi serta penanggulangan kejadian Luar Biasa; c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan program surveilans dan imunisasi serta penanggulangan kejadian Luar Biasa; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program surveilans dan imunisasi serta penanggulangan kejadian Luar Biasa;

14 13 e. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi kebijakan, pedoman umum, petunjuk pelaksanaa, petunjuk teknis serta prosedur tetap program surveilans dan imunisasi serta penanggulangan kejadian Luar Biasa; f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi program surveilans dan imunisasi serta penanggulangan kejadian Luar Biasa; g. Menyusun bahan koordinasi dengan lintas sektor tentang program surveilans dan imunisasi serta penanggulangan kejadian Luar Biasa; h. Menyusun bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi da pelaporan program surveilans dan imunisasi serta penanggulangan kejadian Luar Biasa; i. Melakukan bimbingan dan pengendalian faktor resiko, pendayagunaan sumber daya dan fasilitasu pelayanan haji; j. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan, dan; k. Melakukan tugas-tugas kedinasn lain yang diberikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mempunyai tugas : a. Menyusun perencanaan program pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung serta tular vektor dan zoonotik; b. Menyusun bahan rumusan kebijakan program pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung serta tular vektor dan zoonotik; c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakandi bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung serta tular vektor dan zoonotik; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung serta tular vektor dan zoonotik; e. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi kebijakan, pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, serta prosedur tetap program pencegahan dan

15 14 pengendalian penyakit menular langsung serta tular vektor dan zoonotik; f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi program pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung serta tular vektor dan zoonotik; g. Menyusun bahan koordinasi tentang program pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung serta tular vektor dan zoonotik; h. Menyusun bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan program pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung serta tular vektor dan zoonotik; i. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan;dan 3. Melakukan tugas-tugas kedinasan lain yang diberkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 3. Seksi Pencegahan fan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan jiwa, mempunyai tugas : a. Menyusun perencanaan program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, gangguan indera dan fungsional, penyakit gigi dan mulut serta jiwa dan Napza; b. Menyusun bahan rumusan kebijakan program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, gangguan indera dan fungsional, penyakit gigi dan mulut serta jiwa dan Napza; c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, gangguan indera dan fungsional, penyakit gigi dan mulut serta jiwa dan Napza; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaa, petunjuk teknis serta prosedur tetap program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, gangguan indera dan fungsional, penyakit gigi dan mulut serta jiwa dan Napza; e. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksaanan sosialisasi kebijakan, pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tentang program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, gangguan indera dan fungsional, penyakit gigi dan mulut serta jiwa dan Napza;

16 15 f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, gangguan indera dan fungsional, penyakit gigi dan mulut serta jiwa dan Napza; g. Menyusun bahan koordinasi tentang Program Pencegahan dan pengendalian perencanaan program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, gangguan indera dan fungsional, penyakit gigi dan mulut serta jiwa dan Napza; h. Menyusun bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, gangguan indera dan fungsional, penyakit gigi dan mulut serta jiwa dan Napza; i. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan, dan; j. Melakukan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 5) Bidang Pelayanan Kesehatan (1) Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan meliputi pelayanan primer, pelayanan rujukan dan pelayanan tradisional. (2) Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi : a. Perumusan bahan kebijakan operasional di bidang pelayanan primer, pelayanan kesehatn rujukan, pelayanan tradisional dan jaminan ; b. Pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanan primer, pelayanan rujukan, pelayanan tradisional fasilitas pelayanan, mutu dan akreditasi, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana bidang kesehata serta jaminan ; c. Pelaksanaan koordinasi di bidang pelayanan primer, pelayanan rujukan, pelayanan tradisional fasilitas pelayanan, mutu dan akreditasi, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana bidang kesehata serta jaminan ;

17 16 d. Pelaksanaan bimbiningan teknis dan supervise di bidang pelayanan primer, pelayanan rujukan, pelayanan tradisional fasilitas pelayanan, mutu dan akreditasi, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana bidang kesehata serta jaminan ; e. Pelaksanaan pemantauan di bidang pelayanan primer, pelayanan rujukan, pelayanan tradisional fasilitas pelayanan, mutu dan akreditasi, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana bidang kesehata serta jaminan ; f. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan; dan g. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari : a. Kepala Seksi Kesehatan Primer; b. Kepala Seksi Kesehatan Rujukan; c. Kepala Seksi Kesehatan Tradisional. Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan. 1. Seksi Kesehatan Primer, mempunyai tugas : a. Melakukan perencanaan program pelayanan primer meliputi Puskesmas, puskesmas pembantu, ponkesdes, klinik, dan praktek perorangan serta mutu, akreditasi dan fasilitas pelayanan primer di semua wilayah termasuk daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); b. Menyusun bahan penyusunan kebijakan program pelayanan primer meliputi Puskesmas, puskesmas pembantu, ponkesdes, klinik, dan praktek perorangan serta mutu, akreditasi dan fasilitas pelayanan primer di semua wilayah termasuk daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan program pelayanan primer meliputi Puskesmas, puskesmas pembantu, ponkesdes, klinik, dan praktek perorangan serta mutu, akreditasi dan fasilitas pelayanan primer di semua

18 17 wilayah termasuk daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program pelayanan primer meliputi Puskesmas, puskesmas pembantu, ponkesdes, klinik, dan praktek perorangan serta mutu, akreditasi dan fasilitas pelayanan primer di semua wilayah termasuk daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); e. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi kebijakan, pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program pelayanan primer meliputi Puskesmas, puskesmas pembantu, ponkesdes, klinik, dan praktek perorangan serta mutu, akreditasi dan fasilitas pelayanan primer di semua wilayah termasuk daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi program pelayanan primer meliputi Puskesmas, puskesmas pembantu, ponkesdes, klinik, dan praktek perorangan serta mutu, akreditasi dan fasilitas pelayanan primer di semua wilayah termasuk daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); g. Menyusun bahan koordinasi tentang program pelayanan primer meliputi Puskesmas, puskesmas pembantu, ponkesdes, klinik, dan praktek perorangan serta mutu, akreditasi dan fasilitas pelayanan primer di semua wilayah termasuk daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); h. Menyusun bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan program pelayanan primer meliputi Puskesmas, puskesmas pembantu, ponkesdes, klinik, dan praktek perorangan serta mutu, akreditasi dan fasilitas pelayanan primer di semua wilayah termasuk daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); i. Menyusun bahan koordinasi dan pelaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (PPPK) j. Menyusun bahan penyusunan rekomendasi perizinan untuk fasilitas pelayanan primer;

19 18 k. Menyusun bahan penyusunan rekomendasi perizinan untuk fasilitas pelayanan primer; l. Menyusun bahan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang jaminan kesehatah primer; m. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan; dan n. Melakukan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan 2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan mempunyai tugas: a. Menyusun perencanaan program pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana di bidang dan pengelolaan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; b. Menyusun bahan rumusan kebijakan program pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana di bidang dan pengelolaan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan program pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana di bidang dan pengelolaan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana di bidang dan pengelolaan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; e. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi kebijakan, pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, kecelakaan

20 19 lalu lintas, penanggulangan bencana di bidang dan pengelolaan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi program pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana di bidang dan pengelolaan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; g. Menyusun bahan koordinasi program pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana di bidang dan pengelolaan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; h. Menyusun bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan program pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, kecelakaan lalu lintas, penanggulangan bencana di bidang dan pengelolaan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; i. Menyusun bahan penyusunan rekomendasi perizinan untuk fasilitas pelayanan rujukan; j. Menyusun bahan penyusunan kebijakan teknis, pemantauan dan evaluasi Unit Transfusi Darah; k. Menyusun bahan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang jaminan rujukan; l. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan; dan m. Melakukan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan. 3. Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional mempunyai tugas : a. Menyusun perencanaan program pelayanan tradisional empiris, komplementer, dan integrasi termasuk fasilitas mutu dan akreditasi; b. Menyusun bahan penyusunan rumusan kebijakan program pelayanan tradisional emperis, komplementer dan integrasi termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya;

21 20 c. Menyusun bahan penyusunan rumusan kebijakan program pelayanan tradisional emperis, komplementer dan integrasi termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; d. Menyusun bahan penyusunan rumusan kebijakan program pelayanan tradisional emperis, komplementer dan integrasi termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; e. Menyusun bahan penyusunan rumusan kebijakan program pelayanan tradisional emperis, komplementer dan integrasi termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; f. Menyusun bahan penyusunan rumusan kebijakan program pelayanan tradisional emperis, komplementer dan integrasi termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; g. Menyusun bahan penyusunan rumusan kebijakan program pelayanan tradisional emperis, komplementer dan integrasi termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; h. Menyusun bahan penyusunan rumusan kebijakan program pelayanan tradisional emperis, komplementer dan integrasi termasuk fasilitas mutu dan akreditasinya; i. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan; dan j. Melakukan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan. 6) Bidang Sumber Daya Kesehatan (1) Bidang Sumberdaya Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan meliputi kefarmasian, alat dan perbekalan rumah tangga serta sumber daya manusia ; (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai fungsi : a. Perumusan bahan kebijakan operasional di bidang kefarmasian, alat dan sumber daya manusia ; b. Pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kefarmasian, alat dan sumber daya manusia ; c. Pelaksanaan koordinasi dibidang kefarmasian, alat dan sumber daya manusia ; d. Perumusan bimbingan teknis dan supervise di bidang kefarmasian, alat dan sumber daya manusia ; e. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan; dan

22 21 f. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri dari : a. Kepala Seksi Kefarmasian; b. Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; c. Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan. Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan. 1. Seksi Kefarmasian, mempunyai tugas : a. Menyusun perencanaan program pembinaan dan pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi obat publik, obat tradisional, kosmetika, makanan dan pelayanan kefarmasian; b. Menyusun bahan penyusunan rumusan kebijakan program pembinaan dan pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi obat publik, obat tradisional, kosmetika, makanan dan pelayanan kefarmasian; c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan program pembinaan dan pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi obat publik, obat tradisional, kosmetika, makanan dan pelayanan kefarmasian; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunnjuk teknis serta prosedur tetap, program pembinaan dan pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi obat publik, obat tradisional, kosmetika, makanan dan pelayanan kefarmasian; e. Mneyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi kebijakan, pedoman umum, petunju pelaksanaan, petunjuk teknis serta prodsedur tetap program pembinaan dan pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi obat publik, obat tradisional, kosmetika, makanan dan pelayanan kefarmasian; f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi program pembinaan dan pengendalian

23 22 tata kelola, produksi dan distribusi obat publik, obat tradisional, kosmetika, makanan dan pelayanan kefarmasian; g. Menyusun bahan pemantauan, pembinaan dan pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi obat publik, obat tradisional, kosmetika, makanan dan pelayanan kefarmasian; h. Menyusun bahan koordinasi tentang tata kelola, produksi dan distribusi obat publik, obat tradisional, kosmetika, makanan dan pelayanan kefarmasian; i. Menyusun bahan perencanaan, pengadaan, pengelolaan serta pelaporan obat buffer provinsi, obat program, obat untuk penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana serta obat yang bersifat insidentil; j. Menyusun bahan rekomendasi penerbitan pengakuan Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang dan izin Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT); k. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan; dan l. Melakukan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan; 2. Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga mempunyai tugas : a. Menyusun perencanaan program pembinaan, pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi alat dan perbekalan rumah tangga; b. Menyusun bahan rumusan kebijakan tentamg program pembinaan, pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi alat dan perbekalan rumah tangga; c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan program pembinaan, pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi alat dan perbekalan rumah tangga; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program program pembinaan, pengendalian tata kelola, produksi dan

24 23 distribusi alat dan perbekalan rumah tangga; e. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan sosialisasi kebijakan, pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program program pembinaan, pengendalian tata kelola, produksi dan distribusi alat dan perbekalan rumah tangga; f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi program pembinaan dan pengendalian tata kelola,produksi, dan distribusi alat dan perbekalan rumah tangga; g. Menyusun bahan pelaksanaan pemantauan, pembinaan, pengendalian dan evaluasi tata kelola, produksi dan distribusi alat dan perbekalan rumah tangga; h. Menyusun bahan koordinasi tentang tata kelola produksi dan distribusi alat dan perbekalan rumah tangga; i. Melakukan pengawasan terhadap produksi dan distribusi produk alat dan perbekalan rumah tangga; j. Menyusun bahan rekomendasi penerbitan pengakuan cabang Penyalur Alat Kesehatan (PAK) k. Melakukan evaluasi dan penyusunan laporan; l. Melakukan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan. 3. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas : a. Menyusun perencanaan program perencanaan pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia ; b. Menyusun bahan penyusunan rumusan kebijakan tentang program perencanaan pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia ; c. Menyusun bahan pelaksanaan kebijakan program perencanaan pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia ; d. Menyusun bahan rumusan pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta prosedur tetap program

25 24 perencanaan pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia e. Menyusun bahan penyusunan dan Pelaksanaan sosialisasi kebijakan, pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, serta prosedur tetap program perencanaan pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia f. Menyusun bahan penyusunan dan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi program perencanaan pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia g. Menyusun bahan pemantauan, pembinaan dan pengendalian perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia ; h. Menyusun bahan koordinasi tentang perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia ; i. Menyusun bahan penyusunan pemetaan sumber daya manusia j. Menyusun bahan pelaksanaa pemantauan, pengawasan, pembinaan, evaluasi dan pelaporan bidang perencanaan pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia ; k. Menyusun bahan fasilitasi kebijakan teknis dan standarisasi tenaga, pendidikan berkelanjutan dan pengembangan jabatan fungsional; l. Menyusun bahan koordinasi registrasi tenaga ; m. Menyusun bahan penilaian angka kredit jabatan fungsional rumpun ; n. Melakukan evaluasi dan menyusun laporan; o. Melakukan tugas-tugas kedinasn lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan. 7) Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

26 25 (1) UPTD adalah Unit Pelaksana yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan dibidang tertentu ; (2) UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas; (3) UPTD terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha dan kelompok jabatan fungsional ; (4) UPTD pada Dinas Kesehatan, terdiri dari : a. Puskesmas; b. Instalasi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan; c. Laboratorium Kesehatan. (5) Puskesmas mempunyai tugas menyelenggarakan pembangunan di suatu wilayah kerja ; (6) Puskesmas, mempunyai fungsi : a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan ; b. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang ; c. Pusat pelayanan strata pertama yang meliputi pelayanan perorangan dan pelayanan masyarakat; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (7) Instalasi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang pengelolaan obat dan perbekalan ; (8) Instalasi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan, mempunyai fungsi: a. Penyusunan dan pengusulan rencana kebutuhan obat dan perbekalan ; b. Penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat dan perbekalan ; c. Pencatatan, pelaporan obat dan perbekalan ; d. Penghapusan obat dan perbekalan yang rusak dan kadaluarsa;

27 26 e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (9) Laboratorium Kesehatan adalah tempat khusus beserta peralatannya untuk melakukan pemeriksaan penunjang medis dan lingkungan; (10) Laboratorium Kesehatan, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan dibidang pelayanan laboratorium ; (11) Laboratorium Kesehatan, mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program kerja laboratorium ; b. Pelaksanaan pengambilan, pemeriksaan dan pengiriman sampel klinis, kimia dan air; c. Pelaksanaan analisa hasil pemeriksaan laboratorium; 2.2 SUMBER DAYA KESEHATAN 1) Sumber Daya Manusia Aparatur Tenaga Dinas Kesehatan secara keseluruhan adalah sebagai berikut : a. Strata 2 Magister Kesehatan : 12 b. Strata 1 : Dokter Umum : 44 Dokter Gigi : 31 Apoteker : 2 Sarjana Kesehatan Masyarakat : 13 Sarjana Keperawatan : 3 Sarjana Non Kesehatan : 4 Sarjana Kebidanan : 0 Diploma IV Gizi Masyarakat : 0 c. Diploma 3 Kesehatan Lingkungan : 9 Perawat : 80 Perawat Gigi : 5 Gizi : 11 Bidan : 41 D III Analis Kesehatan : 9

28 27 d. Diploma 1 Bidan : 11 Kesehatan Lingkungan : 0 Gizi : 4 e. SLTA : 150 Perawat : 2 Bidan : 0 Asisten Apoteker : 1 Gizi : 1 Farmasi : 1 f. SLTP SMP : 36 g. SD : 12 2) Sarana dan Prasarana kerja. a. Puskesmas dengan rawat inap : 16 b. Puskesmas : 27 c. Puskesmas Pembantu : 55 d. Puskesmas Keliling : 27 e. Kendaraan Operasional DBD : 2 f. Kendaraan Operasional ADKL : 1 g. Kendaraan Operasional Farmasi : 1 h. Kendaraan Ambulance : 27 i. Kendaraan Operasional Roda 2 : 199 j. Kendaraan Operasional Roda Empat : 45 k. Komputer : 161 3) Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya a. Rumah Sakit Umum Daerah : 2 b. Rumah Sakit Umum Swasta : 7 c. Rumah Sakit Khusus (Kusta) : 1 d. BP/Rumah Bersalin Swasta : K INERJA PELAY ANAN DINAS K ESEHATAN Tabel Capaian Indikator Kesehatan NO URAIAN SATUAN Angka Kematian Bayi /1000 kh 12,05 10,95 7,85 7,68 11,66

29 28 2 Angka Kematian Balita /1000 kh 13,13 11,87 8,83 8,22 13,13 3 Angka Kematian Ibu / kh 17,99 30,76 12, ,23 Melahirkan 4 Prevalensi Balita Kekurangan Gizi a. Balita Gizi Buruk % 11,32 10,84 10,09 8,88 0,82 b. Balita Gizi Kurang % 2,04 1,52 1,34 1,01 0,82 5 Proporsi Kelahiran % 99,8 86,57 87,99 87,9 91,1 ditolong tenaga medis 6 Angka Harapan Hidup Tahun 70,42 70,64 70,82 71,04 7. Jumlah Kelahiran Promil 16,674 16,254 16,424 16,542 16,293

30 29 Tabel Anggaran Pembangunan Dinas Kesehatan Tahun No Program/Kegiatan Progr am Obat dan Perbekalan Kesehatan 1 Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan (DAK/APBD) Peningkatan Mutu penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Progr am Upaya K eseh atan Masyar akat 3 Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan 4 Pengembangan Puskesmas Revitalisasi Peralatan Kesehatan Penyediaan Makanan dan Minuman Pasien 7 Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak 8 Peningkatan Kesehatan Lansia Monitoring dan Evaluasi Kinerja Puskesmas Peningkatan Kesehatan Anak dan Remaja 11 Pengamanan Mudik Lebaran, Natal dan Tahun Baru 12 Perluasan Fungsi Polindes menjadi Ponkesdes 13 Kegiatan Pengobatan Massal Pengadaan Obat-obatan Puskesmas/Pustu (DAK Silpa 2014/DAK Farmasi) 15 Peningkatan Puskesmas

31 30 Perawatan Mampu Poned (DAK Silpa 2014) 16 Pengadaan Obat-obatan Puskesmas/Pustu (Pendamping DAK Bidang Farmasi) 17 Peningkatan Standar Pelayanan Publik di Puskesmas 18 Pengembangan Puskesmas Peningkatan puskesmas perawatan mampu poned (pendamping DAK bidang pelayanan dasar) 20 Peningkatan Puskesmas perawatan mampu poned (DAK nidang pelayanan dasar) 21 Pengawasan Pembangunanan Instalasi Farmasi Kesehatan (DAK 2012) 22 Pengadaan Obat-obatan Puskesmas/Pustu (Silpa DAK 2011/2012) 23 Pengadaan Obat-obatan Puskesmas/Pustu (Pendamping Silpa DAK 2012) 24 Penunjang DAK Bidang Kesehatan (Silpa DAK 2012) Progr am Pengaw asan Obat dan Makanan 25 Peningkatan Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya 26 Manajemen obat dan perbekalan

32 31 Progr am Prom osi K eseh atan dan Pem berdayaan Masyarakat 27 Revitalisasi Posyandu dan UKBM 28 Pembinaan dan Pengembangan Desa Siaga 29 Saka Bhakti Husada Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 31 Pengadaan Media Promosi Kesehatan 32 Pembinaan Kader Posyandu Pengembangan Taman Posyandu (BK Prop) 34 Pembinaan posyandu dan percontohan 35 Penelitian Indeks Kepuasan Masyarakat dalam Rangka Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat 36 Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat (Cukai) 37 Pembinaan Lingkungan Sehat (cukai) Progr am Per baikan Gizi Masyar akat 38 Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vit A dan Kekurangan Zat Mikro lainnya

33 32 39 Peningkatan ASI Eksklusif Kab Layak Anak ,250, PMT Pemulihan Balita Gizi Buuk 41 PMT Pemulihan Balita Gizi Buruk Progr am Pengem bangan Lingkungan Seh at 42 Penyediaan dan Pengawasan air bersih/air minum Peningkatan Kesehatan Lingkungan Pemukiman 44 Pembangunan Jamban Keluarga (TMMD) Peningkatan Sanitasai Dasar Masyarakat Progr am Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 46 Peningkatan Imunisasi Penanggulangan Penyakit DBD Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Mnular 49 Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS, TB Paru, dan Kusta 50 Pengadaan Poster Penyakit HIV/AIDS 51 Surveilens Epidemiologi Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat dengan Penyediaan (alkes) 0 5,248,805,400 Fasilitas Perawatan Kesehatan Bagi Penderita Akibat Dampak Asap Rokok (DBHCHT Silpa

34 ) Progr am Standar isasi Pelayanan Kesehatan 53 Penelitian IKM dan Kepuasan Pengguna BPJS terhadap pelayanan 54 Pembangunan konstruksi Bangunan Gudang Farmasi Silpa DAK Akreditasi Puskesmas Progr am Pengadaan, Peningkatan dan Per baikan Sarana dan Prasarana Puskesm as/puskesm as Pem bantu dan Jaringannya 56 Penunjang DAK Bidang Kesehatan 57 DAK Bidang Lab Kesehatan Penunjang DAK Bidang Laboratorium 59 Pembangunan ruang penanganan poned (DAK bidang Pelayanan Dasar) 60 Fisibsili Studi Kelayakan Pembangunan RS Utara Sungai 61 Fisibiliti Studi Kelayakan Pembangunan RS Selatan Sungai 62 Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan 63 Perencanaan Pembangunan Puskesmas d Kec Sooko,Ngoro, Jatirejo

35 34 64 Perencanaan pembangunan puskesmas kecamatan trowulan, Puri, Bangsal, Pacet, Trawas dan Gondang 65 Pengadaan Tanah Puskesmas Pengadaan Alat Pelayanan Obstetri Neonatal Emergenci Dasar (DAK Bidang Yandas) 67 Pengadaan Alkes dan obatobatan cukai 68 Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan obstetric Neonatus Emergency Dasar (poned) Puskesmas 69 Peningkatan Puskesmas Perawatan Mampu Poned (DAK Bidang Pelayanan Dasar) 70 Peningkatan Puskesmas Rawat Inap menjadi Puskesmas Rawat Inap Standar Pengadaan Kendaraan Ambulance 72 Perbaikan Puskesmas Rawat Inap 73 Perbaikan Puskesmas Rawat Inap Baru 74 Pembangunan Puskesmas Rawat Inap 75 Perbaikan Pustu Lakardowo, Jtaidukuh, Kepuhpandak, Wonodadi, Mojorejo, Mojojajar)

36 35 76 Pengadaan Alkes (DAK/APBD) Peningkatan Puskesmas Perawatan Mampu PONED (Pendamping DAK Bidang Pelayanan Dasar) 78 Peningkatan Puskesmas Perawatan mampu PONED (DAK Bidang Pelayanan Dasar) 79 Pengawasan Pembangunan Instalasi Farmasi Kesehatan (DAK 2012) 80 Pengadaan Obat-obatan Puskesmas/Pustu (Silpa DAK 2012) 81 Perbaikan dan pemeliharaan puskesmas keliling 82 Pengadaan mobil layanan jantung dan paru-paru 83 Pembangunan Poliklinik Penanggulangan Dampak Rokok (Cukai) 84 Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Pustu 85 Peningkatan Puskesmas menjadi puskesmas rawat inap (DAK) Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata 86 Pengadaan mobil layanan jantung dan paru Program Kem itraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

37 36 87 Monitoring, evaluasi dan , pelaporan hibah Progr am K ebijakan dan Manajem en Pem bangunan 88 Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan 89 Pembinaan Kepala Puskesmas Pembinaan Bidan Desa Pengadaan Software Administrasi dan Dokumen Surat Keluar Masuk 92 Perencanaan dan Pelaporan Program Kesehatan 93 Pengembangan SDM Penerbitan SPM Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesda dan SPM) 96 Bantuan Operasional Penyelenggaraan Jamkesda 97 Bantuan Operasional Balai Pengobatan 98 Penunjang Pelayanan Kesehatan UPT Puskesmas 27 Puskesmas Pelayanan Jaminan Kesehatan ,862,762, Nasional 27 Puskesmas

38 TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMB ANGAN PELAY ANAN KESEHATAN Faktor-faktor yang merupakan tantangan dalam pelaksanaan program antara lain : 1. Jumlah penduduk yang sangat besar dan wilayah yang luas. 2. Beban pembiayaan masyarakat yang semakin tinggi khususnya masyarakat miskin 3. Kondisi lingkungan perumahan yang tidak sehat dan perubahan musim yang dapat menimbulkan potensi timbulnya atau meluasnya penyakit menular, dan atau bencana yang dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). 4. Perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung upaya program ; 5. Adanya krisis ekonomi dan politik yang menyebabkan kecenderungan meningkatnya masalah khususnya pogram ibu, anak dan gizi; 6. Masih banyaknya keluhan dari masyarakat terhadap sistem / prosedur pelayanan, sikap petugas dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh sarana milik Pemerintah. 7. Belum optimalnya koordinasi dan kerja sama lintas sektor berfungsinya secara maksimal Tim Kooordinasi atau pokja-pokja yang ada di Kabupaten, Kecamatan dan Desa Sedangkan factor-faktor yang merupakan peluang dalam pelaksanaan program pembangunan antara lain: 1. Adanya dukungan dan komitmen yang kuat dari pemerintah Kabupaten Mojokerto terhadap upaya program pembangunan ;Adanya dukungan dari pihak terkait baik lintas 2. Program dan lintas sektor terhadap program pembangunan ; 3. Adanya potensi masyarakat (Tokoh Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan lain-lain) yang dapat dimobilisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya program ; 4. Adanya Rumah Sakit atau Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta yang menjadi pesaing dalam pelayanan sehingga dapat menjadi motivasi dalam peningkatan mutu pelayanan.

39 38 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIK ASI PERMASALAHAN B ERDASARK AN TUGAS DAN FUNGSI DINAS K ESEHATAN Derajat Kesehatan Dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 disebutkan bahwa Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mengetahui gambaran derajat masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas (fasility based) dan dari masyarakat (community based). Perkembangan derajat masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu kewaktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan dan program pembangunan lainnya. A. ANGKA KEMATIAN 1. Angka Kem atian Bayi (AKB) Kematian bayi yang dimaksud adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu tahun. Angka kematian bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per kelahiran hidup. Penyebab dari kematian bayi di Kabupaten Mojokerto paling banyak diakibatkan oleh BBLR (berat bayi lahir rendah), asfiksia, kongenital, diare, dan lain-lain. Selama tahun 2015 dilaporkan terjadi kelahiran. Dari seluruh kelahiran, tercatat 101 kasus lahir mati dan kasus kematian bayi sebesar 190, diantaranya laki-laki sebanyak 118 bayi dan sebanyak 72 bayi perempuan (Tabel 5). Jumlah kematian tertinggi ada pada Kecamatan Ngoro yaitu 15 bayi. Dibandingkan dengan

40 39 tahun 2014 kasus kematian bayi sebesar 127 bayi, maka telah terjadinya peningkatan kasus kematian bayi. Dengan angka kematian bayi di tahun 2015 adalah 11,66 per 1000 kelahiran hidup. Peningkatan kasus kematian bayi ini dikarenakan beberapa sebab, diantaranya BBLR, asfiksi, kongenital dan lain-lain. Gambar 3. Penyebab Kematian Bayi Kabupaten Mojokerto Tahun 2015 Berbagai upaya telah dilakukan dalam menurunkan angka kematian bayi, mulai dengan diakadakannya kelas ibu hamil, pertemuan bidan dengan narasumber yang berkompeten, pelatihan fasilitator kelas Ibu Balita. Kematian balita yang dimaksud adalah Kematian yang terjadi pada balita sebelum usia 5 (lima) tahun (bayi + anak balita). Angka kematian balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. Jumlah kematian balita tahun 2015 sebanyak 214 anak, dengan jumlah lakilaki 133 anak dan perempuan 81 anak. Jumlah kematian anak balita tahun 2015 sebanyak 24 anak, dimana jumlah laki-laki 15 anak dan perempuan 9 anak (Tabel 5). Kasus kematian bayi yang terjadi selama 5 tahun berturutturut dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

41 40 Gambar 4. Jumlah Kematian Bayi Kabupaten Mojokerto Tahun Angka Kem atian Ibu (AKI) Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian perempuan pada saat hamil dan atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll. Angka kematian ibu dihitung per kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2015 sebanyak 19 kasus yang terdiri dari 4 kasus pada Kematian Ibu Hamil, 6 kasus pada kematian pada Ibu Bersalin dan 9 kasus pada Kematian ibu Nifas. Jika dirinci menurut kelompok umur kesemua kasus kematian ibu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, kematian pada Ibu Hamil 4 orang meninggal pada usia tahun. Kematian Ibu bersalin usia tahun sebanyak 4 kasus, dan usia 35 tahun sebanyak 2 kasus. Pada kematian Ibu Nifas terdapat 8 orang yang meninggal pada usia tahun, dan 1 orang pada usia 35 tahun (Tabel 6). Terjadi peningkatan kasus kematian Ibu dari tahun 2014 sebanyak 15 kasus. Hal ini dikarenakan : a) Banyaknya wanita usia subur dengan resiko kehamilan tinggi tetapi tidak ber KB. b) Adanya penyakit penyerta (degenerative) pada bumil, seperti jantung, DM, leukimia, asma bronkhiale. c) Aturan BPJS hanya berpatokan pada skor Puji Rochyati. Sementara itu banyak kasus seperti ketuban pecah dini (KPD),

42 41 partus lama, riwayat pendarahan pada kehamilan yang lalu tidak masuk dalam skor Puji Rochyati, sehingga Bumil tidak dapat memanfaatkan fasilitas BPJS. d) Peningkatan koordinasi dengan Rumah Sakit (dalam wilayah dan luar wilayah) tentang pelaporan kematian ibu dan bayi. Rumah Sakit melaporkan ke Dinas Kesehatan via telepon 1x24 jam, selanjutnya RMM (Rekam Medik Maternal) paling lambat dilaporkan 1 minggu sejak kejadian kematian. Beberapa penyebab terjadinya kematian pada ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, keracunan kehamilan (Pre eklamsi), infeksi dan penyebab yang lainnya. Kasus kematian Ibu paling tinggi pada Ibu Nifas, dikarenakan pada masa nifas ibu sudah mulai jarang untuk memeriksakan diri ke pelayan sehingga anggapan di masyarakat bahwa masa nifas kurang diperhatikan. Guna mencegah terjadinya peningkatan kematian pada Ibu, Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto memberikan dukungan berupa fasilitasi baik dari segi manajemen program KIA maupun sistem pencatatan dan pelaporan, peningkatan klinis keterampilan petugas di lapangan serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan program KIA. Kasus kematian maternal yang terjadi selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, dapat dilihat pada diagram dibawah ini (gambar 4). Gambar 5. Jumlah Kematian Ibu Kabupaten Mojokerto Tahun Upaya Dinas Kesehatan untuk menurunkan AKI dan AKB : 1. Pendewasaan usia kawin dan Penyuluhan reproduksi untuk siswa SMP dan SMA 2. Meningkatkan cakupan KB aktif

43 42 3. Pelayanan antenatal care (pelayanan sebelum melahirkan) yang berkualitas 4. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) pada Bumil untuk KB pasca salin 5. Pemberdayaan masyarakat melalui P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) Desa Siaga 6. GEBRAK (Gerakan Bersama Amankan Kehamilan dan Persalinan) di wilayah Puskesmas Puri dan Gayaman bekerjasama dengan 4 Institusi Pendidikan (UNIM, PPNI, Poltekes Mojopahit, Dian Husada) 7. Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita 8. Pengkajian kasus kematian ibu dan bayi oleh Tim Pengkaji (Dokter Spesialis Terkait) B. Morbiditas/ Angka Kesakitan Morbiditas diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Angka kesakitan (Morbiditas) pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans), terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). 1. Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kasus baru TB BTA+ merupakan Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). TB BTA + yaitu penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu- pagi- sewaktu (SPS) dengan hasil pemeriksaan mikroskopis : a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif b. Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA positif dan foto toraks dada menunjukan gambaran tuberculosis

44 43 c. Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. Pengendalian TB di Kabupaten Mojokerto memakai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Dengan program ini kita berusaha mencapai target penemuan penderita sebesar 70% dari perkiraan penderita TB BTA+ kasus baru dengan tingkat kesembuhan sebesar 85 %. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Jumlah Penderita TB BTA+ Paru Baru Kab. Mojokerto tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Gambar 6. Penderita TB Paru BTA+ Di Kab. Mojokerto Tahun Jumlah kasus TB BTA+ sebesar 527dengan angka kematian selama pengobatan per penduduk sebesar 0,47 dengan jumlah kematian sebesar 2 jiwa (Tabel 9). Angka keberhasilan pengobatan sebesar 99,47%. Terjadi peningkatan kasus TB BTA+, tetapi menurun jumlah kematian selama pengobatan dari Dan angka keberhasilan pengobatan meningkat dari tahun Angka Kesembuhan pada tahun 2015 adalah 96,26% dengan jumlah BTA+ diobati sebanyak 562 (Tabel 9) dan yang mendapat pengobatan lengkap sebanyak 18 jiwa. 2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun

45 44 jamur. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian balita yang utama, selain diare. Penyakit ini merupakan bagian dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penemuan penderita pneumoni balita yaitu Balita dengan pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di sarana di satu wilayah dalam waktu satu tahun. Upaya pemberantasan penyakit ISPA dilaksanakan dengan fokus penemuan dini dan tata laksana kasus secara cepat dan tepat. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Kasus penderita Pnemonia yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun , dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Gambar 7. Penderita Pnemonia ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun Jumlah balita penderita pnemonia yang dilaporkan dan dapat ditangani di Kabupaten Mojokerto tahun 2015 sebanyak penderita, terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2014 sebesar Tahun 2015 dari perkiraan penderita yang mendapatkan penanganan sebesar penderita (150,41%). Persentase penanganan melebihi 100% dibanding jumlah perkiraan balita dikarenakan rumus perhitungan perkiraan penderita mengalami perubahan, yang semula 0,5 menjadi 4,45, sehingga target melebihi 100%. 3. HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menu lar Seksu al (IMS) HIV merupakan Human Immunodeficiency Virus adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh tidak mampu melindungi diri dari penyakit lain. Sedangkan AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan

46 45 oleh HIV. Perkembangan penyakit HIV-AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Kasus penderita HIV-AIDS yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun , dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Gambar 8. Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Mojokerto Tahun Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2015 sudah dapat dilihat secara terpisah, jumlah kasus HIV sama dengan kasus AIDS dimana terdapat 69 kasus. Hal ini disebabkan karena sebagian penderita terdeteksi pada saat sudah terinfeksi AIDS, maka otomatis dapat dikatakan HIV. Tidak ada kasus kematian penederita AIDS pada tahun Terjadi penurunan kasus dari tahun 2014 ke tahun 2015, hal ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran dari masyarakat untuk memeriksanakan diri ke sarana, selain itu pesatnya jumlah kasus juga didasarkan dengan adanya mobil layanan keliling untuk tes darah secara sukarela, sehingga penemuan penderita HIV cepat terdeteksi dan segera tertangani. Untuk penanganan kasus HIV/AIDS bekerjasama dengan klinik VCT RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari dan UPIPI RS Dr. Soetomo Surabaya. Namun sangat disadari bahwa kasus AIDS tersebut masih jauh lebih sedikit dibandingkan kasus yang sesungguhnya mengingat tidak seluruh kasus AIDS yang ada atau baru sebagian kecil yang dilaporkan (under reported). Hasil skrining yang dilakukan di unit transfusi darah PMI Kabupaten Mojokerto selama tahun 2015 menunjukkan jumlah pendonor sebesar diantaranya laki-laki dan 6.808

47 46 perempuan, dan sampel darah yang diperiksa 100%, dan yang positif HIV sebanyak Diar e Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih. Perkiraan Jumlah Kasus Diare adalah perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana dan kader adalah 10% dari angka kesakitan dikali jumlah penduduk di suatu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Penderita diare yang ditangani adalah Jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana dan kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Jumlah penderita diare yang ditangani di Kabupaten Mojokerto tahun 2015 sebesar penderita, dengan jumlah target penemuan sebesar penderita merupakan 10% dari jumlah penduduk tahun Jumlah kasus pada tahun 2015 menurun dari tahun 2014, hal ini dikarenakan sudah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk segera mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh diare tersebut, serta segera untuk berobat ke sarana atau Puskesmas. Selain itu pengobatan dapat dilakukan sendiri dengan meminum oralit. Kasus penderita Diare pada balita yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun dapat dilihat dari diagram dibawah ini : Gambar 9. Penderita Diare ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun AFP (Acu te Flaccid Par alysis) AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Sedangkan Non

48 47 Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. AFP Rate Non Polio dihitung berdasarkan per penduduk/populasi anak usia < 15 tahun. Kejadian AFP pada saat ini diproyeksikan sebagai indikator untuk menilai program eradikasi polio (erapo). Upaya memantau keberhasilan erapo adalah dengan melaksanakan surveilans secara aktif untuk menemukan kasus AFP sebagai upaya mendeteksi secara dini munculnya virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat agar dapat segera dilakukan penanggulangan, cakupan vaksinasi polio rutin yang tinggi dan sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat. Jumlah kasus AFP (non polio) di Kabupaten Mojokerto tahun 2015 sebanyak 20 kasus dari jumlah penduduk < 15 tahun. Terjadi penurunan kasus dari tahun 2014 yang terdapat 28 kasus AFP. Terjadinya peningkatan yang sangat signifikan dari tahun 2011 ke tahun 2014 dikarenakan dilakukan pemantauan dan pelacakan kasus di setiap tempat. Angka AFP Rate pada tahun 2015 ini telah mencapai target nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI sebesar minimal 2/ Kasus penderita AFP yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun , dapat dilihat pada diagram dibawah ini : Gambar 10. Kasus AFP di Kabupaten Mojokerto Tahun Penyakit Kusta Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Jumlah penderita baru penyakit Kusta tahun 2015 yang dilaporkan sebanyak 116 orang dimana kasus MB+PB laki-laki sebesar 76 orang dan perempuan sebesar 40 orang. Yang mengalami cacat tingkat 2 sebanyak 6 orang. Jumlah kasus kusta yang tercatat sebanyak 40 orang, PB sebesar 1 orang dan MB sebesar 39 orang, dengan angka prevalensi per penduduk sebesar 0,37. (Tabel 16)

49 48 Gambar 11. Penderita Kusta PB+MB di Kabupaten Mojokerto Tahun 2015 Penderita kusta yang selesai berobat atau menjalani pengobatan RFT sebanyak 50 orang. Dengan rincian RFT PB sebanyak 1 orang (100%), RFT MB sebanyak 49 orang (100%) (Tabel 17). Kasus Penderita Kusta belum bisa mencapai eliminasi. Tetapi ada kecenderungan menurun, dikarenakan upaya pencarian lebih intensif. Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto adalah penyuluhan, penemuan penderita dan pengobatan penderita. Setelah kasus yang ditemukan semakin banyak dan diobati, maka diharapkan pada tahun tahun berikutnya prevalensi kusta akan menurun sampai terjadi eliminasi. 7. Dem am Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Kabupaten Mojokerto termasuk Kabupaten endemis DBD. Pada tahun 2015 penderita di Kabupaten Mojokerto 318 penderita, dengan rincian laki-laki sebanyak 174 penderita dan perempuan sebanyak 144 penderita. Penderita meninggal dunia sebanyak 14 orang. Pada tahun 2014 penderita DBD sebanyak 49 penderita. Terjadi peningkatan kasus DBD dari tahun 2014 ke tahun Meningkatnya kasus DBD begitu signifikan karena terjadi KLB DBD pada awal tahun 2015, dikarenakan musim hujan yang intensitasnya mulai meningkat tanpa diimbangi oleh kebersihan lingkungan. Program DBD yang diterapkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto adalah dengan melakukan Fogging dan dengan dibentuknya Bumatik (Ibu

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR DENGAN

Lebih terperinci

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASURUAN. dr. Agung Basuki, M.Kes Pembina Tk.I NIP

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASURUAN. dr. Agung Basuki, M.Kes Pembina Tk.I NIP Kata Pengantar Pembangunan kesehatan di Kabupaten Pasuruan sebagai program berkelanjutan yang bertujuan peningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial, selalu mendapatkan prioritas

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasioanal dan Provinsi Telaahan terhadap kebijakan Nasioanal dan provinsi menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KESEHATAN JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa sebagai

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN No 1 Kepala Dinas membantu Walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya yang dilaksanakan dengan sasaran meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN 2016

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN 2016 Halaman : PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN 06 URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI : (.0 ) : ( 00 ) Kesehatan Dinas

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Rencana Strategis. Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Strategis. Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada target hasil dalam kurun waktu lima tahun dengan memperhitungkan lingkungan internal dan eksternal.

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN A. Sejarah Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 30 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA, DAN URAIAN TUGAS JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BULUNGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR TAHUN DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR. Jalan Kapten Jamhur No. 41 Kota Banjar

RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR TAHUN DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR. Jalan Kapten Jamhur No. 41 Kota Banjar RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR TAHUN 2014-2018 DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR Jalan Kapten Jamhur No. 41 Kota Banjar Tahun 2014 KATA PENGANTAR Pembangunan kesehatan di Kota Banjar sebagai program

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam

BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam BAB II PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 1381 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 93 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN BUPATI KABUPATEN JEMBER NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

Urusan Pemerintahan Organisasi : ( 102 ) : ( 0101 ) Triwulan. Lokasi. Sumber. Uraian. Kode. Kegiatan. Dana I II ,557,750

Urusan Pemerintahan Organisasi : ( 102 ) : ( 0101 ) Triwulan. Lokasi. Sumber. Uraian. Kode. Kegiatan. Dana I II ,557,750 Urusan Pemerintahan Organisasi : ( 12 ) : ( 11 ) DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Provinsi Jawa Timur 216 Kesehatan Dinas Kesehatan Prov. Jatim Rekapitulasi Belanja

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1575/Menkes/SK/XI/2005 TANGGAL : 16 November 2005 MENTERI KESEHATAN STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN MENTERI KESEHATAN INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Rancangan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/453/2016 TENTANG TIM PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KESEHATAN

Rancangan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/453/2016 TENTANG TIM PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KESEHATAN Rancangan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/453/2016 TENTANG TIM PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN A. Sejarah Singkat Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 8 Tahun 2016 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci