BAB III OUW NEGERI SEMPE. dalam penulisan, beserta literatur-literatur dari para ahli untuk mendukung penulisan ini.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III OUW NEGERI SEMPE. dalam penulisan, beserta literatur-literatur dari para ahli untuk mendukung penulisan ini."

Transkripsi

1 BAB III OUW NEGERI SEMPE 3.1 Pengantar Dalam bab-bab sebelumnya telah dibahas tentang permasalahan yang akan di bahas dalam penulisan, beserta literatur-literatur dari para ahli untuk mendukung penulisan ini. Dalam bab tiga ini akan dibahas tentang hasil data penelitian di negeri Ouw, sebagai tempat penilitian yang berisi empat hal pokok, antara lain: gambaran umum negeri Ouw, hubungan negeri Ouw (Kristen) dan Seith (Islam), sejarah asal mula sempe dan pemaknaan simbol sempe sebagai identitas negeri Ouw. 3.2 Gambaran Umum Negeri Ouw Latar Belakang Terbentuknya Negeri Ouw Negeri 1 Ouw, adalah salah satu negeri yang terletak di Jazirah Tenggara pulau Saparua, Maluku. Bila kita ingin berbicara tentang sejarah asal usul penduduk pertama di negeri Ouw, maka sampai saat ini penulis belum dapat tentukan kepastian yang jelas, dikarenakan tidak ada sejarah tertulis tentang asal usul negeri Ouw. Demikian pula dengan sejarah Maluku, begitu banyak para ahli dan tokoh masyarakat yang menulis sejarah sehingga alur cerita pun berbeda satu dengan yang lainnya, dan tidak ada kejelasan tentang sejarah Maluku yang tepat. Namun dalam hal ini penulis mencoba menghubungkan referensi tentang sejarah Maluku dan mencocokan dengan cerita 1 Negeri merupakan sebutan yang digunakan oleh orang-orang Maluku Tengah dan Pulau Ambon untuk menyebutkan desa mereka. Istilah desa digunakan oleh [VOC] sejak abad ke-17. Negeri dibentuk berdasarkan ikatan-ikatan geneologis, teritorial dan religius. Negeri dapat dilihat sebagai kosmo yang merupakan totalitas dari tanah, langit dan isinya. Karena itu keberadaan negeri dijunjung tinggi oleh masyarakatnya terlihat dari sistem solidaritas yang tinggi dimana ancaman bagi negeri merupakan ancaman bagi semua warga. 38

2 bersama masyarakat lokal untuk menarik benang merah agar dapat membantu penulis menguraikan sejarah negeri Ouw. Berbicara tentang sejarah asal muasal sebuah masyarakat di Maluku tidak akan terlepas dari cerita Alifuru (manusia awal). Menurut cerita bersama masyarakat negeri Ouw, bahwa penduduk negeri Ouw merupakan pendatang dari Nusa Ina (Pulau Ibu) atau pulau Seram. Menurut Pelupessy, makna dari Nusa Ina (Pulau Ibu) apabila dikaitkan dengan mitologi penciptaan Alam semesta yang dikemukakan 2.maka hal ini berkaitan dengan Penciptaan Manusia Awal (Alifuru) di mana Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta menciptakan Perempuan (Ibu atau Ina) yang pertama di pulau ini, baru menciptakan seorang Laki-laki (Bapak atau Upu Ama). Untuk itu Pulau Seram dinamakan Nusa Ina (Pulau Ibu), artinya di tanah ini seorang Ibu yang diciptakan pertama kali oleh Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia Awal atau Alifuru atau Alifuru Ina. 3 Menurut Hatib Abdul Kadir, melalui jurnalnya yang berjudul Sapa Bale Batu, Batu Bale Dia 1: Politik Revivalisme Tradisi Siwa lima Orang Ambon Pasca Konflik. Mengatakan bahwa adapun cerita rakyat Maluku yang menyatakan adanya kerajaan besar pada dahulu kala yakni kerajaan Nunusaku. Pada suatu waktu hiduplah tiga bersaudara yang tingggal di bawah sebuah pohon beringin di gunung Nunusaku. Mereka berusaha menyelamatkan diri dari datangnya banjir bandang. Setelah banjir mereda, mereka berpisah dan pergi dengan mengikuti arah cabang pohon yang 2 Maramua H. Silahoy dan Demianus Silahooy II, Sejarah Negeri Ouw, Adat dan Kebudyaan serta Agama. (SUNRISE: Belanda, 1994), 1. 3 Tempat ini dipercaya oleh sebagian besar orang Seram sampai sekarang sebagai tempat Penciptaan Manusia Awal (Alifuru) oleh Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia bernama Hulamasa Lihat; Pieter Jacob Pelupessy, Esuriun orang Bati, Doktor Studi Pembangunan Program Pascasarjana UKSW,

3 ditunggangi disaat banjir. Tiga saudara laki-laki ini dipercaya sebagai nenek moyang awal di pulau Seram. Ulisiwa adalah kakak yang paling tua, Ulilima adalah kakak kedua dan Uliassa adalah yang bungsu. Keturunan dari si bungsu Uliassa hingga kini menempati beberapa wilayah di kepulauan Ambon, Haruku, Saparua dan Nusalaut. 4 Berdasarkan penemuan Hatib Abdul Kadir, bahwa terjadinya perpecahan kerajaan Nunusaku, jika dihubungkan dengan cerita rakyat yang ada di negeri Ouw dijielaskan, bahwa masyarakat di negeri Ouw merupakan pendatang dari Nusa Ina (Pulau Ibu). Jauh sebelum negeri Ouw terbentuk seperti saat ini terdapat 2 kelompok/klan yang mendiami patuanan jazirah Tenggara pulau Saparua yakni kelompok/klan Uku Lua (dua uku atau dua soa) dan Uku Tolu (tiga uku atau tiga soa) 5. Dimana Uku Lua merupakan pendatang pertama yang mendiami gunung atau hutan-hutan yang disebut orang hutan dan Uku Tolu merupakan pendatang yang mendiami pesisir pantai yang disebut orang pante diketahui bahwa keduanya berasal dari suku Nuaulu yang berasal dari kerajaan Nunusaku. Uku Lua dan Uku Tolu memiliki badan pemerintahan tersendiri yang dikenal dengan Soa diwakili dengan kepala soa dari tiap keluarga. Uku Lua memiliki 2 soa yakni soa Mayawa kepala soanya adalah Tatipata, dan soa Salahitu yang dikepalai oleh Saptenno. Sedangkan Uku Tolu memiliki tiga soa yakni, soa Salahalu dikepalai oleh Hutubessy, soa Peletimu dikepalai oleh Syahailatua dan soa Leisama dikepalai oleh Likumahua. 6 4 Hatib Abdul Kadir, Sapa Bale Batu, Batu Bale Dia 1: Politik Revivalisme Tradisi Siwa lima Orang Ambon Pasca Konflik. Jurnal digital Antropologi Indonesia. - Diunduh pada 13 Maret 2016, 13:35. 5 Maramua H. Silahoy dan Demianus Silahooy II, Sejarah Negeri Ouw, Ibid.,

4 Pada awalnya negeri Ouw yang dikenal dengan sebutan Oulu, sampai pada datangnya para penjajah ke Indonesia nama Oulu berubah-berubah dari atau Ouwllo atau Ouwl hingga sampai saat ini menjadi Ouw. Tidak sampai di situ saja masyarakat negeri Ouw juga ikut serta berperang melawan penjajah di pulau Saparua di mana negeri Ouw dikenal sebagai pemimpin jazirah Tenggara pulau Saparua untuk berperang. Bukan hanya itu saja, negeri Ouw dikenal dengan keberanian dan strategi dalam berperang, sehingga banyak daerah yang meminta bantuan pada negeri Ouw, pada akhirnya negeri Ouw memiliki teon Lisaboli Kakelisa. Dimana Lisaboli yang berarti berani dalam perang, dan Kakelisa berarti maju pantang mundur. 7 Adapun marga/fam yang berada atau menetap di negeri Ouw yang dibagi menjadi 5 (lima) soa yang didalamnya terdapat 40 marga/fam dengan teonnya masing-masing. 8 a. Uku Lua a) Soa Mayawa; Tatipatta, Silahooy, Sahetapy, Titahena (sebagian), Manuputty (sebagian), Ayawaila (sebagian), dan Kepala Soanya Tatipatta. b) Soa Salahitu; Saptenno, Titaley, Titahena (sebagian), Latusallo, Ayawaila (sebagian), Silalily, Tongke, Leiwakebessy (sebagian), Hatupuang, Likubessy, dan Kepala Soanya Saptenno. b. Uku Tolu a) Soa Salahalu; Hutubessy, Manuputty (sebagian), Seherlawan, Sopacua, Seilatu, Pikawala, Hehakaya (sebagian), Titahena (satu keluarga), dan Kepala Soanya Hutubessy. 7 Ibid., 68 8 Ibid.,

5 b) Soa Pelitimu; Syahailatua, Tutupoly, Hehakaya, Leiwakabessy, Lahallo, Toisuta, dan Kepala Soanya Syahailatua. c) Soa Leisama; Likumahua, Makailopu, Tomasoa, Sinanu, Lumalessi, Latumahina, Pelupessy, Noya, Matulapelwa, Matulatua dan Kepala Soanya Likumahua Dalam masyarakat negeri Ouw, klasifikasi sosial berdasarkan kelompok-kelompok yang disebut Soa dan pekerjaan harian yang dijalankan oleh pemerintah negeri dibantu oleh Kepala Soa (tua-tua adat) Keadaan Geografis Negeri Ouw terletak jazirah Tenggara pulau Saparua. Dari sudut geografis pulau Saparua berada dalam gugus kepulauan Lease, terdiri dari atas pulau Haruku, Pulau Saparua dan Pulau Nusalaut. Terlebih dahulu diperkenalkan negeri ini untuk dapat dipahami dan diketahui bahwa nama negeri ialah Ouw, teon negeri Lisaboli Kakelisa, kecamatan Saparua Timur, kabupaten Maluku Tengah. Bentuk pemerintahan ialah monarki atau sistem pemerintah Raja menjadi kepala desa/negeri. Bahasa yang digunakan pada awalnya ialah bahasa tanah atau bahasa daerah asli Maluku, namun ketika masuknya misionaris maka berganti dengan bahasa Indonesia (Melayu Maluku) hingga saat ini. Masyarakat negeri Ouw memeluk agama Kristen Protestan. Letak geografis Negeri Ouw adalah 3.60 Lu 128, 71 BT. Negeri Ouw terletak jazira Tenggara pulau Saparua. Batas-batas alamnya adalah, disebelah Barat dengan negeri Ullath, disebelah Timur dengan patuanan atau tanah adat negeri Ullath dan teluk 42

6 Saparua, disebelah Utara dengan patuanan atau tanah adat negeri Ullath dan disebelah selatan dengan teluk Saparua Iklim Keadaan iklim di daerah Maluku, pada umumnya sama dengan di daerah Indonesia, begitu juga dengan Negeri Ouw, yakni beriklim tropis. Dimana terdapat 2 (dua) musim yaitu musim Timur (musim hujan) yang berlangsung dari bulan Mei sampai bulan September, dan musim Barat (musim panas) yang berlangsung dari bulan November sampai bulan Maret. Sedangkan dari bulan april dan oktober merupakan musim pancaroban (peralihan/pertukaran) Kependudukan Berdasarkan data statistik negeri Ouw tahun 2015, maka jumlah penduduk Negeri Ouw seluruhnya adalah jiwa dengan rincian yakni 743 laki-laki dan 812 perempuan dan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 415 KK. Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin No. Nama Negeri Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah KK 1 OUW , Sumber data statistik Negeri Ouw Tahun Mata pencaharian Secara Umum masyarakat Ouw memiliki 4 macam mata pencaharian petani, nelayan, tipar mayang dan pengrajin gerabah. Masyarakat Ouw manggantungkan 9 Diambil dari Data kantor desa negeri Ouw 10 Sumber data statistik negeri Ouw Tahun

7 hidupnya kepada alam yakni, tanah, hutan dan laut. Sumber mata pencaharian utama masyarakat Ouw adalah bertani selain itu dari profesi petani masyarakat Ouw juga memiliki profesi nelayan. Mata pencaharian seperti tipar mayang (membuat minuman alkhol lokal Sopi) dan pengrajin gerabah (peralatan dapur-sempe, balanga, tajela, dll) sebagai mata pencaharian sampingan Sistem Pemerintahan Sistem pemerintahan negeri Ouw, sama dengan yang umumnya berlaku di daerah Maluku. Ada 2 (dua) sistem pemerintahan yang ditemukan di negeri Ouw, yakni Sistem pemerintahan yang didasarkan pada sistem pemerintahan adat, dan Sistem pemerintahan yang didasarkan pada sistem pemerintahan yang sesuai dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5/2004 tentang Sistem Pemerintahan. Negeri Ouw pada masa ini tidak memiliki Raja kerena Raja Bpk. N. Pelupessy yang dilantik pada 2013 diturunkan dari jabatan Raja karena ada permasalahan internal dalam negeri, dan sampai pada saat ini belum mendapat pengganti Raja yang baru. Kedudukan pimpinan Raja ini dilakukan berdasarkan garis keturunan (genologis) secara turun-temurun, dan dalam pelaksanaan tugasnya dikenal dan ditentukan dengan masa jabatan atau tanggung waktu dalam memerintah. Oleh karena itu masyarakat negeri Ouw melakukan musyawarah pada tahun 2015 untuk memilih pejabat sementara (Pjs) untuk memimpin negeri Ouw dan pembentukan panitia untuk mempersiapkan 11 Diambil dari Data kantor desa 44

8 pengganti Raja baru. Dan pada saat ini negeri Ouw dipimpin oleh seorang pejabat sementara yang bernama Ny. J. C. Saptenno/S. 12 Struktur organisasi pemerintahan negeri Ouw yang didasarkan pada sistem pemerintahan adat tergambar dalam sketsa sebagai berikut: Struktur Pemerintah Negeri Ouw Pejabat Kepala Pemerintah Raja Negeri Ouw Saniri Negeri Sekertaris Negeri Kepala Urusan Pemerintahan Kepala Urusan Pembangunan Kepala Urusan Umum Kepala Soa Lesiama Kepala Soa Salahalu Kepala Soa Pelitimu Kepala Soa Salahitu Kepala Soa Mayawa Tuan Tanah Kapitang Kewang Marinyo Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Negeri Ouw 13 Sistem pemerintahan negeri Ouw, dipimpin oleh Raja 14 (Kepala Desa) yang mempunyai fungsi pokok sebagai ketua masyarakat adat negeri (desa) dan aparat 12 Hasil wawancara dengan Ny. J. Saptenno, sebagai karteker negeri Ouw, 15 Mei Diambil dari Data kantor desa negeri Ouw 45

9 terbawah dalam pemerintah umum. Tugas Raja secara adat dan aparat pemerintah dibantu oleh beberapa badan dalam pemerintahan negeri. Secara adat tugas raja dibantu oleh Saniri negeri. Jumlah anggota saniri sebanyak 7 orang, masing-masing dari 5 mata rumah asli dan menjadi inti dalam pemerintah negeri. Disamping menjalankan fungsi legislatif, Saniri Negeri 15 mengembangkan fungsi eksklusif, khsusunya dengan unsur-unsur adat seperti Kepala Soa (kepala dari mata rumah asli) bertugas mengontrol dan bertanggung jawab terhadap masing-masing soa. Tuan Tanah (tuan adat) bertugas memimpin acara adat yang berlangsung di dalam negeri. Kapitan (kepala bidang keamanan) bertugas dan bertanggung jawab atas perencanaan, menjaga keamanan negeri dan pimpinan operasi-operasi militer. Kewang (polisi desa atau tenaga keamanan) bertugas menjaga kebun dan hutan terhadap pelanggaranpelanggaran batas. Marinyo (juru bicara) bertugas menyampaikan instruksi-instruksi serta keputusan-keputusan musyawarah kepada rakyat. Tugas Raja dalam bidang administrasi Negara dibantu oleh Sekertaris negeri dan dibantu oleh 3 (tiga) kepala bidang yakni pemerintahan, pembangunan dan umum dibawah tanggung jawab sekertaris negeri. Tempat untuk melaksanakan pekerjaan pemerintahan sehari-hari adalah Kantor Negeri, sedangkan tempat untuk Saniri Besar untuk mengadakan rapat adalah Baileu Raja berperan dan berfungsi mengatur semua yang menyangkut kepentingan masyarakat bertindak sebagai kepala (pemimpin) seluruh masyarakat dalam menentukan strategi pertahanan jika ada ancaman dari luar, memerintah sesuai dengan kesepakatan rapat dan mengatur perjanjian dengan suku-suku lain. Raja diangkat berdasarkan keturunan dan bisaanya ditentukan oleh raja yang lagi berkuasan dan atas dasar marga-marga (soa) yang telah ditetapkan dan dikukuhkan dalam pertemuan Saniri Negeri. 15 Lembaga/Badan Saniri disahkan oleh paraturan tahun 1824 (zaman kolonialisme Belanda). Saniri Negeri adalah lembaga musyawarah rakyat sekaligus lembaga peradilan yang menetapkan aturan-aturan dan memusatkan perkara-perkara yang berhubungan dengan masalah-masalah adat. 16 Baileu atau Balai desa merupakan tempat untuk melakukan upacara adat seperti pelantikan Raja (Bapa Raja = pemimpin Negeri), upacara penyerahan harta kawin (mas kawin) dan digunakan sebagai tempat rapat negeri (desa). 46

10 3.2.7 Kehidupan Sosial, ekonomi dan Budaya Kehidupan masyarakat negeri Ouw tidak terlepas dari hubungan sosial, budaya dan ekonomi. Hubungan sosial dan budaya yang paling dominan dan melekat dalam kehidupan masyarakat negeri Ouw adalah hubungan Pela Gandong. Karena hubungan pela gandong yang dimiliki masyarakat negeri Ouw berhubungan atau terjalin dengan beberapa negeri di Maluku. Hubungan Pela, negeri Ouw terikat pela dengan 6 negeri yaitu negeri Siri-sori Sarani di pulau Saparua sebagai Pela Tempat Siri, hubungan ini terjadi ketika negeri Ouw membantu negeri Siri-sori Sarani berperang melawan pasukan Ternate. Negeri Abubu di pulau Nusalaut sebagai Pela Bisaa, hubungan ini terjalin ketika pengangkatan raja Pelupessy yang pertama tanpa adanya perjanjian antara kedua negeri. Negeri Wakasihu dan Asilulu di pulau Ambon sebagai Pela Bisaa, dikarenakan kedua negeri ini menganggap bahwa orang Ouw berasal dari negeri mereka yang ada hubungannya dengan negeri Seith, namun itu dibantah oleh negeri Seith itu sendiri. Negeri Laimu di pulau Seram sebagai Pela Perang, hubungan ini terjadi ketika negeri Ouw membantu negeri Limau melawan Belanda ketika menduduki Seram timur. Dan negeri Kaibobu sebagai Pela Batu Karang, hubungan ini terjadi ketika negeri Ouw membantu negeri Kaibobu pada saat perang Huamual. 17 Hal menarik dari hubungan pela gandong yang dimiliki antara negeri Ouw dengan negeri Seith membuahkan hasil yang positif bagi kedua negeri ini, dimana dari hubungan sosial yang dimiliki kedua negeri ini dijadikan contoh kerukunan agama dan 17 Maramua H. Silahoy dan Demianus Silahooy II, Sejarah Negeri Ouw,

11 perdamaian oleh pemerintah daerah provinsi Maluku pada tahun 2005 dengan mengadakan panas gandang pasca konflik Maluku yang terjadi berapa puluh tahun silam. Bukan hanya itu saja, dari kearifan lokal yang dimiliki kedua negeri ini menghasilkan budaya yang hingga saat ini masih terjaga dan terus dilestraikan oleh negeri Ouw yakni budidaya sempe yang merupakan tempat penyajian makanan khas Maluku yakni Papeda. Hingga saat ini negeri Ouw dikenal dengan istilah Ouw negeri Sempe dikarenakan satu-satunya negeri di Maluku yang masih mempertahankan dan masih membuatnya sampai pada saat ini. 3.3 Sejarah singkat hubungan negeri Ouw dan Seith Kearifan lokal yang begitu mengental di negeri raja-raja yang dikenal oleh masyarakat luas adalah hubungan pela gandong. Pranata pela gandong antara dua atau lebih negeri yang ada di Maluku tidak akan terlepas dari sejarah yang melatar belakangi pranata tersebut. Demikian juga dengan pranata gandong yang dimiliki oleh negeri Ouw dan Seith yang penulis mencoba tuangkan dalam tulisan ini berdasarkan buku sejarah yang ditulis oleh kedua negeri dan wawancara dengan beberapa tua-tua adat dari kedua negeri. Seith sekarang adalah kumpulan dari lima negeri yang semula hidup terpisah-pisah. Tetapi berkat prakarsa dari pimpinan masyarakat Nukuito mendatangkan masyarakat Hautuna. selanjutnya pimpinan dari kedua masyarakat tersebut mendatangkan masyarakat Lebelehu, Wasila dan Eli Lain. Pusat kegiatan masyarakat Seith terletak di puncak gunung Eli Lain (kota Eli) dan pemerintahan dipimpin oleh kapitan-kapitan yakni, Kapitan Latuhuul, Kapitan Pattisulit, Kapitan Latusama Hunu-hunu, dan 2 (orang) kapitan pengawal, yaitu Kapitan Kayahon dan Kapitan Tarutung. Kota Eli pada saat itu masih menganut animisme, 48

12 suatu waktu kota Eli didatangi oleh seorang guru besar agama Islam yang juga ahli dalam bidang nujum yang bernama Al Kubais Muhammad dari marga Hataul yang berasal dari negeri Lebeluhu dan Waisila. Maksud kedatangannya adalah untuk menyiarkan agama Islam kepada masyarakat yang mendiami kota Eli dan sekitarnya. 18 Kehadiran Al Kubais diterima dengan baik oleh Kapitan Latuhuul sehingga dia diangkat sebagai saudara. Sewaktu Al Kubais menetap di kota Eli, ia mempelajari sikap dan kehidupan masyarakat setempat. Menurut Al Kubais untuk menjadikan masyarakat kota Eli menjadi Islam, mereka harus hidup dengan masyarakat Islam yang mendiami wilayah pesisir pantai. Berdasarkan hal tersebut Al Kubais meminta izin dari Kapitan Latuhuul sebagai penguasa kota Eli yang bernama Leisoununu, untuk kembali ke tempat asalnya, namun dia meminta kesediaan beberapa orang dari kota Eli untuk turun dan mempelajari agama Islam. Akhirnya kedua anak Kapitan Latuhuul yakni Kapitan Asabate dan Kapitan Asarate menyanggupi permintaan Al Kubais. Namun pada saat itu juga masyarakat yang mengetahui keputusan Kapitan Asabate dan Kapitan Asarate, ikut bersama untuk turun ke pantai. 19 Setibanya Kapitan Asarate dan Kapitan Asabate berserta rombongan di Waehula yang merupakan tempat pemberhentian terakhir, Kapitan Asabate mengajukan 1 (satu) permintaan dan harus dikabulkan oleh sang kakak yakni Kapitan Asarate yaitu, Kapitan Asabate ingin berlayar dengan keluarganya mencari tempat kediaman yang baru. Kapitan Asarate memberikan keputusan dengan berat hati untuk melepaskan adiknya Kapitan Asabate berserta keluarga untuk pergi berlayar. Setelah beberapa hari kapitan Asarate meminta masyarakat untuk membuat gosepa (rakit/kora-kora). Dalam waktu 3 (tiga) hari gosepa yang 18 Ibid., Ibid. 49

13 dikerjakan telah siap, tiba pada hari perpisahan Kapitan Asarate memberikan nasihat kepada Kapitan Asabate yang isinya, yakni: Hai Adik Kapitan Asabate, kamu berlayar dengan keluarga dengan selamat dan tidak boleh lupa kepada kakak dan masyarakat serta seluruh moyang-moyang kita, Kapitan-kapitan dan hulubalang-hulubalang yang masih ada di gunung Eli dan sekitarnya. 2. Ini bekalmu berupa sinole, papeda bungkus (makanan khas Maluku), ikan gutan 1 (satu) waya, air minum didalam bambu, ini ikan gutana kalau ingin dimakan dengan bekal, tulang-tulangnya jangan dibuang, nanti sesampainya ditempat dimana kamu tinggal barulah tulang-tulang ikan itu kamu buang di laut. Dan air dalam bambu jika diminum janganlah sampai habis airnya, sisa air tersebut kamu siram ditempat dimana kamu tinggal. 3. Ini tanah saloko (segenggam) bila adik singgah di tempat dan mendiami tempat tersebut, tanamlah tanah itu untuk kelangsungan hidup anak cucumu dikemudian hari. 4. Hai adik, ditempat mana saja adik singgah dan adik mendiami tempat tersebut berilah nama tempat itu dengan sebutan Ouwllo (Ouwl) Sejauh Kapitan Asabate dan keluarga berlayar, gosepa mau bersandar di pantai paperu namun anak Kapitan Asabate menangis terus menerus, sehingga Kapitan Asabate dan keluarga berpikir bahwa tempat ini tidak bisa untuk mereka singgahi. Peristiwa ini berulang hingga gosepa yang mereka gunakan mulai sandar secara perlahan di labuang Ouw ternyata anak Kapitan Asabate tertawa bersukaria maka inilah tanda untuk Kapitan Asabate dan keluarga mendiami tempat ini, tempat yang sampai sekarang dikenal dengan nama negeri 20 Ibid.,

14 Ouw. Untuk menjaga tali persaudaraan yang mengikat kedua negeri ini, negeri Ouw dan negeri Seith melakukan panas gandong pada tahun 1956 dan 1997 yang berlangsung di Seith, pada tahun 2005 panas gandong dilaksanakan di Ouw sekaligus menjadi contoh perdamaian pasca konflik Maluku. 21 Gambar 2. Tugu Panas Gandong Ouw Seith pada tahun 2005 di negeri Ouw 3.4 Sejarah asal mula Sempe dan cara pembuatan Sempe Sejarah asal mula Sempe Suatu budaya yang terdapat pada daerah terntu memiliki sejarah yang melatar belakangi adanya budaya tersebut, seperti halnya budidaya sempe yang terdapat di negeri Ouw. Sempe, bagi masyarakat luas pada umumnya di Indonesia suatu hal yang asing namun bagi masyarakat Maluku sempe merupakan suatu hal yang istimewa dikarenakan sempe merupakan tempat penyajian makanan khas asal Maluku yakni papeda. Namun bagi masyarakat negeri Ouw, sempe merupakan urat nadi dan jati diri kehidupan masyarakat setempat. 21 Hasil wawancara dengan Bpk M. Silahooy. sebagai penulis sejarah negeri Ouw, 28 April

15 Pada umumnya masyarakat luas mengetahui gerabah, kesenian gerabah atau yang lebih dikenal sekarang dengan istilah Seni Kirya, merupakan sebuah kerajinan tangan yang terbuat dari tanah, demikina juga sempe merupakan kerajinan tangan gerabah yang berasal dari Maluku yakni masyarakat negeri Ouw. Kerajinan tangan sempe sudah menjadi budidaya di negeri Ouw dikarenakan sempe sudah dibuat sejak moyang-moyang dari masyarakat negeri Ouw. Sehingga ketika kita membahas tentang negeri Ouw, tidak bisa terlepas dari budidaya sempe yang sampai saat ini masih terus dilestarikan oleh masyarakat negeri Ouw. Asal mula budidaya sempe yang berada di negeri Ouw, hingga saat ini masih menjadi sebuah misteri, dikarenakan penulis tidak dapat menentukan sejak kapan (tahun) dimana masyarakat negeri Ouw memulai membuat sempe. Dalam hal ini penulis mencoba mencari data (tertulis) yang berhubungan dengan sejak kapan sempe dibuat oleh masyarakat negeri Ouw, namun tidak menemukan apa yang diinginkan. Penulis mencoba mewawancarai pengrajin sempe tentang sejak kapan sempe mulai digeluti oleh masyarakat negeri Ouw, Tidak dapat dipastikan sejak kapan sempe mulai dibuat oleh orang Ouw, dikarenakan pada waktu itu belum ada kalender yang tetap seperti sekarang ini, kemudian masyarakat sendiri belum bisa untuk menulis dan membaca, sehingga tidak dapat mencatat semua yang terjadi. Tetapi sejarah membuktikan, kemudian budaya juga mendukung bahwa sejak moyangmoyang orang Ouw telah membuat sempe balanga. 22 Sempe sudah sejak lama dibuat oleh orang Ouw, dalam keluarga sudah 4 (empat) generasi membuat sempe, dari moyang keluarga ibu saya. Talenta ini diturunkan kepada saya hingga dapat membuat sempe sampai bisa bertahan hidup dan membiayai anak-anak sekolah hingga sarjana Hasil wawancara dengan Bpk M. Silahooy. sebagai penulis sejarah negeri Ouw, 28 April Hasil wawancara dengan Ny. E. Sahetapy. sebagai pengrajin sempe, 17 Mei

16 Dilihat dari sejarah orang Ouw dahulu kala ketika cengkeh dan pala dikuasai oleh penjajah, orang Ouw bertahan hidup dengan hasil kebun dan papalele sempe di Saparua, Haruku sampai di Seram (Masohi). 24 Seperti yang sudah dijelaskan di awal penulisan, bahwa sempe merupakan hasil dari budaya gandong yang dimiliki diantara negeri Ouw dan Seith. Berdasarkan cerita bersama masyarakat negeri Ouw dan Seith, cerita perpisahan dua saudara kapitan Asabate dan kapitan Asarate di kota Eli Lain (negeri Seith) diberikan hadiah perpisahan berupa tanah yang di ambil dari Waimula 25 di negeri Seith. Tanah dibawa oleh kapitan Asarate dalam pelayaran menggunakan gosepa (rakit) untuk mencari tempat tinggal yang baru. Ketika kapitan Asabate dan keluraga tiba di pantai labuang negeri Ouw mereka bertemu dengan masyarakat setempat, dalam hal ini kapitan Asabate tidak menyadari bahwa masyarakat yang mendiami tempat tersebut (Uku Lua) mempunyai ikatan persaudaraan, namun setelah melakukan perbincangan dengan masyarakat setempat barulah kapitan Asabate menyadari bahwa mereka sama-sama berasal dari Nunusaku. Hal ini yang mengakibatkan kapitan Asabate dan keluarga mengambil keputusan untuk menetap di negeri Ouw. Tanah yang dibawa oleh Kapitan Asabate sesuai pesan dari sang kakak Kapitan Asarate untuk ditanam di negeri tempat persinggahan terakhir, kemudian dibawa ke dusun Tanah (wilayah tanah adat negeri Ouw) untuk ditanam. Prosesi penanaman tanah dilakukan dengan memakai adat negeri Ouw, yang dipimpin oleh Tua-tua adat negeri Ouw. 26 Seiring berjalannya waktu, tanah yang di tanam di dusun tanah diyakini oleh masyarakat negeri Ouw cocok untuk dipakai sebagai bahan 24 Hasil wawancara dengan Ny. T. Tomasoa. sebagai pengrajin sempe, 16 April Waimula adalah tempat perpisahan adink-kaka gandong yang berada di negeri Seith. Waimula dalam bahasa Seith yang berarti permulaan. 26 Hasil wawancara dengan Ny. E. Sahetapy. sebagai pengrajin sempe, 17 Mei

17 dasar pembuatan gerabah (barang pecah belah). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari sinilah asal mula pembuatan sempe di negeri Ouw. Ada satu keunikan yang ditemukan melalui hubungan gandong antara negeri Ouw dan Seith, lewat kisah perpisahan kedua saudara yang disimbolkan dengan tanah sebagai simbol perpisahan. Tanah yang di ambil dari Waimula di negeri Seith dan tanah yang ditanam di Dusun tanah di negeri Ouw memiliki hubungan mistis. Hal ini terlihat dari, apabila masyarakat negeri Ouw menggali (mengambil) tanah di Dusun Tanah untuk membuat sempe secara otomatis tanah yang berada di Waimula mengalami kemerosotan Cara pembuatan Sempe Tanah liat adalah satu-satunya bahan galian yang digunakan masyarakat negeri Ouw sebagai bahan dasar untuk membuat periuk, sempe, balanga dan bahan pecah belah lainnya. Sebagaimana yang telah diuraikan bahwa tanah liat menurut sejarah yang tak tertulis, diberikan oleh kakak mereka dari negeri Seith diwaktu mereka hendak berpisah. Alhasilnya adalah, tanah tersebut dipakai oleh anak negeri sampai saat ini sebagai mata pencaharian tetap yang dikelola oleh tiap kaum wanita di negeri Ouw. a. Cara untuk memperoleh tanah liat dan pasir a.1 Tanah Liat Untuk memperoleh tanah liat, bukanlah semudah apa yang kita ucapkan. Sebab, tanah liat tersebut bukanlah terdapat diatas tanah atau dimana saja dapat orang temui. Untuk memperoleh tanah liat, orang harus menggali permukaan 27 Hasil wawancara dengan Bpk M. Silahooy. sebagai penulis sejarah negeri Ouw, 28 April

18 tanah sedalam 40/50m dengan luas area sebesar 50 s/d 100m. Dilihat dari kondisi yang diuraikan maka sudah pasti pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh satu orang melainkan berkelompok (25-50 orang). Pada masa lalu, untuk menggali tanah hanya boleh dilakukan oleh kaum wanita. Sebab jika dilakukan oleh kaum pria, tanah liat tidak dapat ditemukan. 28 Sebelum melakukan penggalian tanah, yang lebih dahulu dilakukan yaitu prosesi adat yang dipimpin oleh ketua kelompok dan didampingi oleh tuan tanah negeri Ouw. Dalam proses penggalian tanah, jika menemukan bunga tanah (tanah yang terdiri dari berbagai warna) itu berarti penggalian sudah hampir mendekati tanah liat yang adalah bahan dasar pembuatan sempe. Ketika menemukan tanah liat, maka kelompok tersebut memindahkan tanah ke tempat tersendiri dan menimbunnya menjadi timbunan yang besar dan membaginya secara merata kepada seluruh anggota kelompok. Akhir dari proses penggalian tanah, para kelompok mengadakan doa syukur dan membuat acara makan patita (makan bersama). 29 a.2 Pasir Sebagaimana tanah liat, demikian pula dengan pasir. Pasir untuk membuat gerabah, bukanlah pasir yang ada ditepi pantai atau pasir kali (sungai) melainkan pasir khusus yang cara penggaliannya hampir sama dengan penggalian tanah liat. Penggalian pasir dilakukan oleh 1-3 orang. Untuk 28 Maramua H. Silahoy dan Demianus Silahooy II, Sejarah Negeri Ouw, Ibid. 55

19 memperoleh pasir, maka orang yang bertugas dalam penggalian harus menggali tanah sedalam ±1-2m. 30 Gambar 3. Pasir dan Tanah, bahan dasar pembuatan sempe. b. Langkah persiapan untuk membuat sempe b.1 Pembersihan tanah dan pasir Tanah yang didapatkan dari hasil penggalian harus dibersihkan, dalam arti memisahkan kotoran, batu atau pasir yang bercampur dengan tanah tersebut. Bila pada musim panas, tanah tersebut dibagi dalam beberapa potongan kecil dan dijemur hingga kering. Setelah tanah menjadi kering, maka tanah tersebut kembali direndam dalam wadah yang berisi air sampai tanah itu menjadi lembut. Namun bila pada musim hujan, tanah dibersihkan dan ditumpukkan menjadi satu tumpukan besar kemudian dipukul menjadi sebuah gumpalan besar, kemudian dikikis menjadi gumpalan kecil dan direndam dalam wadah berisi air hingga tanah menjadi lembut. 30 Ibid.,

20 Sementara itu pasir pun dibersihkan, bila pasir tersebut masih dalam kondisi basah, maka pasir harus dijemur hingga kering kemudian diayak hingga bersih dan menjadi halus. 31 b.2 Proses pencampuran tanah dan pasir Setelah tanah direndam dan menjadi lembut, dan pasir yang sudah diayak maka dimulailah proses pencampuran. Proses pencampurannya tidak menggunakan takaran, dimana ditentukan bahwa jumlah tanah sekian dan jumlah pasirnya sekian, sebab bagi tiap wanita yang bertugas mencapur kedua bahan tersebut mereka sudah tau seberapa banyak takaran pasir ataupun tanah liat yang dibutuhkan untuk satu sempe. Jika dalam proses pencampuran tanah liat dan pasir terjadi kesalahan maka ketika sempe tersebut dibakar, sempe tersebut akan pecah. Cara mencampur tanah dengan pasir yaitu, tanah diangkat dari tempat rendaman dan diletakkan diatas sebuah dulang kemudian pasir dibubuhkan diatas tanah tersebut dan dicampur secara merata. Hasil pencampuran tanah dan pasir yang sudah menjadi satu diletakkan pada tempat yang lembap dan ditutupi dengan daun pisang atau karung agar tanah tidak menjadi kering Ibid., Ibid,

21 c. Proses pembuatan sempe Sebelum membuat sempe, diperlukan bahan dan peralatan untuk mendukung pembuatan sempe yakni, tanah, pasir, air, alat pelarik (pemutar), gabagaba (pelepah sagu), kulit buah papaya, dammar dan api untuk membakar sempe. 33 Pembuatan sempe diawali dengan cara, tanah dibentuk seperti bola kecil (bulat) sebesar gengaman diletakkan diatas papan sebagai dasar yang telah dileburi dengan pasir. Dibuat lubang kecil pada tanah yang berbentuk bola, kemudian diletakkan diatas alat pelarik, tanah liat ditekan sambil diputar sehingga berbentuk bulat. Saat pembentukan tanah liat menjadi bulat, pinggiran lingkaran pola dari sempe tidak merata sehingga perlu diratakan menggunakan gaba-gaba (pelepah sagu) untuk memukul permukaan pola sempe. Selanjutnya pada bagian akhir, untuk menghaluskan permukaan dan bagian dalam pola harus menggunakan waya (kulit buah papaya). Setelah itu, pola sempe dibiarkan selama 2-3 hari sampai benar-benar kering hingga sempe terlepas dengan sendirinya dari permukaan papan yang menjadi dasar. Tahap selanjutnya pola sempe dikikis, dengan tujuan agar menghasilkan satu pola sempe yang indah. Pada bagian akhir pembentukan pola sempe, dibuat kaki sempe pada bagian bawah (dasar) sempe yang dinamakan lakare. Kemudian sempe dijemur hingga kering dan siap dibakar. Sebelum masuk dalam tahap pembakaran sempe, maka sempe harus diolesi dengan tanah merah. Setelah sempe selesai diolesi tanah merah, sempe dibakar atau bisa disebut dengan hakakau. Sempe dibakar selama 1 jam, menggunakan daun atap (daun pohon enau), gaba-gaba (pelepah sagu) dan kayu bakar. Selanjutnya masuk dalam 33 Hasil wawancara dengan Ny. E. S. sebagai pengrajin sempe, 17 Mei

22 proses terakhir pembuatan sempe, yakni sempe di Ule (dipoles) dengan batu damar supaya sempe terlihat indah. 34 Gambar 4. Proses pembuatan sempe (tradisional) Hasil kerajinan tangan masyarakat negeri Ouw memiliki beberapa macam bentuk bukan hanya Sempe yang masih bertahan hingga saat ini, melainkan balanga, tajela, porna, tampayang, kendi, pot bunga dan perabotan dapur lainnya. Namun berjalannya waktu dan perubahan zaman adapun beberapa kerajinan tangan yang sekarang sudah tidak dibuat lagi dikarenakan tidak adanya peminat. 35 Di negeri Ouw, terdapat 5 kelompok pengrajin gerabah, yakni kelompok Harapan, Sehati, Karya Nyata, Asah dan Imanuel. Setiap kelompok terdiri dari 5/7 orang kaum wanita, dan setiap kelompok memiliki target yang harus dicapai dalam 34 Maramua H. Silahoy dan Demianus Silahooy II, Sejarah Negeri Ouw, Hasil wawancara dengan Ny. T. Tomasoa. sebagai pengrajin sempe, 16 April

23 pembuatan gerabah. Adapun gerabah yang dibuat oleh setiap kelompok dibagi dalam dua jenis yaitu alat dapur (sempe, balanga, tajela, porna, tungku) dan keramik (pot, guci, asbak, dan lain-lain). Hasil dari penjualan gerabah dibagi dalam 2 bagian yaitu untuk dibagi kepada setiap anggota dalam kelompok dan sebagai biaya oprasional kelompok. 36 Dalam bentuk usaha pelestarian sempe, pemerintah negeri Ouw beserta kelompok gerabah meminta bantuan dari pemerintah daerah untuk pemberian modal usaha, demikian juga kerjasama yang dibangun dengan Yayasan Sunrise yang berada di Belanda dalam pemberian peralatan pembuatan sempe yakni, mesin molen pencampuran tanah, oven untuk pembakaran sempe, alat pelarik dan peralatan ukir. Hasil dari pembuatan gerabah di negeri Ouw dibawa ke Belanda untuk dipasarkan pada acara Pasar Maluku di Belanda dalam rangka memperkenalkan budidaya sempe dari negeri Ouw untuk masyarakat asing. Adapun pelatihan hingga workshop yang diadakan di negeri Ouw, dengan mendatangkan seniman gerabah untuk memberikan pembekalan bagi pengrajin gerabah dan mudamudi di negeri Ouw untuk mengembangkan cara pembuatan gerabah, namun hal ini tidak bertahan lama dikarenakan minimnya dana Hasil wawancara dengan Ny. O. Pelupessy. sebagai pengrajin sempe, 18 April Hasil wawancara dengan Ny. T. Tomasoa. sebagai pengrajin sempe, 16 April

24 Gambar 5. Kerja sama antara pemerintah negeri Ouw dengan Yayasan Sunrise Berdasarkan cerita bersama antara negeri Ouw dan negeri Seith, dapat dilihat bahwa budaya sempe yang berada di negeri Ouw merupakan hasil dari budaya gandong antara kedua negeri. Hal ini dikuatkan dengan pembuktian bahwa satu-satunya negeri di Maluku yang menghasilkan gerabah berupa sempe, balanga, tajela ialah negeri Ouw. Pemberian identitas bagi masyarakat negeri Ouw oleh masyarakat sekitar Ambon-Lease, tidak dapat diragukan dikarenakan negeri Ouw sendiri sudah membuktikan dengan masih menghasilkan sempe hingga saat ini. Pemberian identitas Ouw negeri sempe, tidak dirasakan sendiri oleh masyarakat negeri Ouw, negeri Seith pun turut merasakan kebanggaan dikarenakan simbol persaudaraan dijadikan identitas sosial saudara gandong mereka. Menurut saudara Hamja Hatuina, penulis sejarah gandong Seith dan Ouw, mengatakan bahwa: Sempe bukan hanya berarti bagi negeri Ouw, untuk orang Seith juga sangat penting. Berawal dari tanah yang di ambil dari Waimula, sebagai tanda 61

25 perpisahan adik dan kakak, dari tanah bisa menjadi identitas persaudaran gandong, dioleh oleh adik gandong menjadi sempe bisa menjadi identitas negeri Ouw. Hal ini merupakan suatau hal yang begitu kompleks, karena dilihat satu simbol seperti sempe bisa menjadi dua identitas yankni negeri dengan negeri Ouw. 38 Persoalan identitas sosial yang dimiliki negeri Ouw sebagai negeri penghasil sempe bukan sekedar nama maupun julukan, jika dilihat lebih dalam lagi sempe menjadi jati diri masyarakat negeri Ouw dan juga sebagai identitas persaudaraan antara hubungan gandong Ouw dan Seith. Dikatakan sempe sebagai jati diri dari negeri Ouw dikarenekan sempe menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat negeri Ouw, bukan berarti negeri Ouw tidak bisa hidup tanpa sempe, melainkan sempe menjadi filosofi dan tolak ukur masyarakat negeri dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat, sempe bisa menjadi cermin. Cermin dalam artian bahwa sempe yang dibuat dari tanah menjadi sebuah hasil karya yang indah dan berguna bagi manusia. Sama halnya dengan kehidupan manusia walaupun memiliki banyak kekurangan dapat beguna bagi sesama.hal ini yang jarang ditemukan dalam masyarakat, tetapi kembali lagi kepada pribadi masing masyarakat negeri Ouw melihat sempe dalam kehidupan mereka. Tetapi saya percaya bahwa, sebagaian masyarkat negeri Ouw memahami akan sempe sebagai filosofi kehidupan bermasyarakat. 39 Sempe yang notabene merupakan hasil karya seni atau hasil gerabah yang terdapat dalam budaya negeri Ouw, memberikan pengaruh penting dalam kehidupan masyarakat negeri Ouw, bukan hanya sempe dilihat dari fungsi sempe semata sebagai perekonomian, kegunaan, sosial maupun domestik bagi masyarakat negeri Ouw. Namun sempe juga turut membentuk karakter maupun cara berpikir masyarakat negeri Ouw dalam kelompok masyarakat negeri Ouw maupun dalam bermasyarakat. 38 Hasil wawancara dengan Bpk H. Hatuina. sebagai penulis sejarah negeri Ouw, 22 April Hasil wawancara dengan Ny. J. Saptteno, Karteker negeri Ouw, 15 Mei

26 3.4.3 Fungsi Sempe Kerajinan seni rupa atau gerabah yang dibudidayakan oleh masyarakat negeri Ouw, memiliki banyak jenis dan memiliki fungsi dari tiap jenisnya. Begitu banyak hasil gerabah yang dibuat di negeri Ouw, yang lebih menonjol dari dahulu hingga saat ini adalah sempe. Sempe sendiri tidak terlepas dari sebuah seni dan memiliki fungsi tersendiri bagi negeri Ouw maupun masyrakat sekitar. Fungsi sempe akan dilihat dari dasar pembuatannya, dimana dilihat dari ekonomi dalam halnya sempe diperjual-belikan, domestik fungsi sempe bagi negeri Ouw sendiri sebagai penghasilnya dan fungsi sempe sebagai sosial dalam arti hubungan negeri Ouw dengan kehidupan sosial dalam bermasyarakat, serta fungsi gerabah dalam ritual keagamaan. a. Fungsi Ekonomi. Sebuah karya seni pada hakikatnya memiliki nilai, baik itu nilai artistik maupun nilai komersial. Dalam arti bahwa sempe yang dibuat untuk pelengkap kehidupan masyarakat tidak terlepas dari nilai artistik, yang akan dihargai dengan nilai komersial. Secara mendasar sifat seni disamping mempunyai nilai estetika juga nilai komersil. Nilai komersil dari seni murni adalah imbas atau efek yang ditimbulkan pada ketertarikan penikmat seni itu sendiri. Ketika seniman membuat karya dengan jenis media dan ukuran yang berbeda, tentunya nilai komersil dari sebuah karya seni itu akan berbeda. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat praktis (kegunaan), yaitu karya yang fungsi pokoknya sebagai benda pakai, selain juga memiliki nilai hias. Tidak dapat dipungkiri bahwa sempe bagi masyarakat negeri Ouw merupakan sebuah budaya dan seni, namun dalam hal yang lebih spesifik bahwa sempe sendiri 63

27 menjadi urat nadi bagi masyarakat negeri Ouw untuk kelangsungan hidup. Dapat dikatakan pengrajin sempe juga membutuhkan makan dan tempat tinggal. Sempe dibuat dengan tujuan sebagai pelengkap kehidupan masyarakat, dengan melihat pada nilai estetika yang akan dihargai oleh penikmat sempe berdasarkan ukuran ataupun bentuk dari sempe itu sendiri. Sebagai benda pakai, sempe yang diciptakan mengutamakan fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung. Sebagai benda hias, sempe yang dibuat sebagai benda pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya. b. Fungsi Sosial. Manusia pada umumnya adalah makhluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup seorang diri, oleh karena itu ia membutuhkan manusia lain untuk saling melengkapi satu sama lain. Begitupun dengan setiap karya seni yang dibuat oleh seniman maupun pengrajin, pada umumnya akan disajikan kepada masyarakat atau audiens. Ketika karya seni itu disajikan di dalam masyarakat, maka disitulah terjadi interaksi antara audiens dan karya seni tersebut. Disitu karya seni di nikmati, diamati, diapresiasi, sehingga timbulah proses komunikasi. Bagi masyarakat negeri Ouw, sempe adalah alat atau jembatan penghubung antara masyarakat negeri Ouw maupun dari negeri lainnya. Sempe yang dibuat oleh masyarakat negeri Ouw tidak dapat digunakan sendiri, walaupun hal itu terjadi bagi masyarakat negeri Ouw itulah hal yang tidak berguna. Pembuatan sempe pada umumnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan masnusia, bukan hanya kebutuhan masyarakat negeri Ouw semata, melainkan kebutuhan masyarakat luas yang 64

28 membutuhkan sempe itu sendiri. Artinya bahwa melalui sempe negeri Ouw dikenal luas oleh masyarakat Ambon-Lease. c. Fungsi keagamaan. Selain memiliki begitu banyak fungsi yang didapatkan dari kerajinan tangan yang dimiliki oleh masyarakat negeri Ouw, juga memiliki fungsi dalam keagamaan. Sama halnya pada karya seni pada umumnya, dimana dapat dilihat sejak zaman Renansians, para seniman yang berkarya untuk kepentingan gereja, seperti Philipo Brunelesci, Leonardo da Vinci seniman terkemuka, mereka melukis dan membuat patung untuk kepentingan gereja. Karya-karya mereka menghiasi gereja-gereja sebagai representasi terhadap Tuhan Yesus. Begitupun dengan di wilayah Timur yang sebagian besar menganut ajaran Islam, memang tidak begitu dominan memunculkan seniman, walaupun itu ada tapi mungkin tidak terekspos. Karya seni yang bernuansa islami ini, dapat dijumpai pada masjid-masjid berupa kaligrafi Arab. Tidak dilupakan dengan penganut agama Hindu-Budha yang menampilkan karya seni pada patung dan tempat beribadah mereka. Berdasarkan pemaparan bapak Maramua Silahooy pada saat diwawancara beliau mengatakan bahwa, ketika pada tahun 1615an agama Kristen masuk di negeri Ouw yang dibawakan oleh misionaris asal Belanda dan pada saat sebagian kecil masyarakat negeri Ouw menjadi seorang Kristen, ketika pembaptisan dan perjamuan dilakukan secara tradisional. Dalam arti bahwa tempat atau wadah air baptisan pada saat itu terbuat dari tanah liat, dan perjamuan pada pertama kali tidak menggunakan cawan (gelas) perak seperti pada saat ini, melainkan menggunakan wadah berupah gelas yang terbuat dari tanah liat. Namun ketika perubahan waktu semua itu diganti 65

29 dengan peralatan yang lebih modern. 40 Dapat dilihat bahwa pada awalnya masyarakat negeri Ouw sudah menerapkan Teologi Kontekstual dalam arti bahwa, budaya yang melekat dalam kehidupan mereka, diterapkan atau dituangkan dalam ritual keagamaan. d. Fungsi Domestik. Adapun sempe memberikan nilai tambah bagi masyarakat negeri Ouw, di mana sempe yang merupakan budaya dilestarikan hingga saat ini menjadikan negeri Ouw satu-satunya negeri penghasil sempe di Maluku. Oleh karena itu melalui sempe negeri Ouw dikenal sebagai Ouw negeri sempe oleh masyarakat sekitarnya, secara tidak langsung budaya sempe menjadi identitas untuk negeri Ouw. Budaya sempe atau gerabah menjadi salah satu seni atau kerajinan tangan asli Maluku yang terus dilestarikan, serta budaya ini dimanfaatkan oleh masyarakat negeri Ouw sebagai mata pencaharian, dan tidak dapat dipungkiri bahwa pelestarian yang terus dilakukan oleh pengrajin sempe negeri Ouw adalah bentuk upaya menjaga warisan budaya dari para leluhur. Adapun juga budaya sempe ataupun hasil gerabah yang dimiliki oleh masyarakat negeri Ouw menjadi sumber incom bagi masyarakat negeri Ouw. Dalam artian bahwa melalui budaya gerabah ini, menarik masyarakat luar datang langsung untuk melihat secara langsung cara pembuatannya. Berdasarkan fungsinya, hasil kerajinan tangan atau gerabah di negeri Ouw dapat digunakan berdasarkan nilai praktis dan nilai estetis. Nilai praktis dalam karya seni adalah semua nilai yang terkandung dari pemanfaatan dan pemakaian karya seni rupa tersebut, misalnya seni yang menghiasi perabotan rumah tangga, seperti sempe, tajela, balanga, porna, 40 Hasil wawancara dengan Bpk M. Silahooy. sebagai penulis sejarah negeri Ouw, 28 April

30 dan lain-lain. Sedangkan nilai estetis adalah semua keindahan yang sengaja dibuat dan dimasukan ke dalam benda pakai dengan tujuan sekedar untuk memberikan kesan estetis, misalnya vas, pot, miniatur sempe-balanga-tajela, dan lain sebagainya. 3.5 Pemaknaan simbol Sempe sebagai identitas negeri Ouw. Negeri Ouw merupakan satu-satunya negeri penghasil sempe di Maluku. Hal ini terlihat dari budidaya sempe yang masih terus dilestarikan dan dikembangkan hingga sekarang sebagai budaya dan sumber mata pencaharian masyarakat negeri Ouw. Negeri Ouw dikenal oleh masyarakat Maluku sebagai daerah pengrajin sempe, sehingga orangorang memberikan julukan sebagai Ouw Negeri Sempe. Meskipun negeri ini dijuluki sebagai negeri sempe, namun pada kenyataannya tidak semua penduduk negeri Ouw menjadi pengrajin sempe. Namun hal ini tidak menjadi sebuah persoalan bagi masyarakat setempat untuk menerima julukan yang diberikan oleh masyarakat sekitar terhadap identitas negeri ouw itu sendiri. Bagi masyarakat ouw, pembuatan sempe merupakan salah satu bukti penghormatan kepada moyang-moyang yang telah meninggalkan warisan budaya. Dilihat dari perkembangan dunia dewasa ini, dengan adanya era modernisasi dan globalisasi, masyarakat negeri ouw masih mempertahankan pelestarian budidaya sempe mulai dari proses pembuatannya yang masih bersifat tradisional tetapi sebagian alat yang dipakai dalam proses pembuatan sudah bersifat modern. Berbicara mengenai makna dari simbol suatu masyarakat, merupakan masalah yang kompleks. Dalam suatu masyarakat pasti memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap makna dari sebuah simbol itu sendiri. Demikian juga dengan masyarakat negeri Ouw, 67

31 mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap sempe sebagai simbol identitas negeri. a. Sempe sebagai warisan budaya. Warisan budaya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis, yakni warisan budaya benda dan tak benda. Warisan budaya benda adalah warisan budaya yang bisa diindera dengan mata dan tangan, misalnya berbagai artefak atau situs yang ada di sekitar kita. Termasuk di dalamnya tentu saja misalnya candi-candi dan arsitektur kuno lainnya, sebilah keris, gerabah atau keramik, sebuah kawasan. Sebaliknya dengan warisan budaya tak benda yang tidak bisa diindra dengan mata dan tangan, misalnya lagu-lagu dan musik-musik daerah yang memiliki nilai khas yang hanya bisa diindra dengan telinga dan akal budi. Sempe merupakan warisan budaya benda, yang mana sempe dapat diindra dengan mata dan tangan. Dikatakan warisan budaya dikarenakan sempe merupakan budidaya yang melekat dalam kehidupan keseharian masyarakat negeri Ouw. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh penulis tentang asal muasal budidaya sempe di negeri Ouw, dimana berdasarkan cerita bersama masyarakat negeri Ouw tentang perpisahan adik-kakak negeri Ouw dan Seith (gandong) yang menghasilkan budidaya sempe yang dijaga dan dilestarikan hingga pada saat ini. Menurut bapak Maramua Silahooy, jika sempe dilihat dari sejarah maka sempe memiliki arti tersendiri bagi masyarakat negeri Ouw, yakni sebagai pemberian sebagian harta yang dimiliki oleh Kapitan Asarate kepada Kapitan Asabate, karena tidak ada harta yang lebih mulia melebihi tanah kelahiran. Oleh karena itu Kapitan 68

32 Asabate memberikan tanah kepada Kapitana Asarete untuk selalu mengingat tanah kelahiran dan sanak saudara yang ditinggalkannya. 41 Demikian juga menurut ibu Josephina Saptenno, pelestarian sempe hingga saat ini menjadi suatu nilai tersendiri bagi masyarakat negeri, hal ini merupakan bagian dari penghormatan kepada leluhur, karena orang Ouw menyadari bahwa ini merupakan titipan oleh leluhur, sehingga dijaga dan dilestarikan agar titipan ini tidak hilang dimakan oleh waktu. 42 Menurut bapak Chundrat Tutupoly, sebagai ketua Perwalisaka (persukutuan warga Lisaboli Kakelisa di Masohi) mengatakan bahwa, sempe merupakan aset budaya yang harus terus dilestarikan oleh orang Ouw, tetapi dilihat lagi bukan saja orang Ouw yang bertugas untuk menjaga budaya ini, pemerintah juga harus turut ambil bagian dalam pelestarian budaya sempe. Dikarenakan sampai saat sempe, tajela, pornah dan lain - lain merupakan kerajinan tangan asli Maluku yang hingga kini masih terus dilestarikan. Alasan budaya sempe masih terus bertahan karena masyarakat negeri Ouw sadar bahwa sempe merupakan warisan budaya dan mempunyai rasa memiliki maupun kecintaan terhadap budaya tersebut, sehingga sampai saat ini sempe terus dibudidayakan agar tidak mati telan oleh waktu, ketika budaya ini hilang dalam kehidupan masyarakat negeri Ouw, itu tandanya masyarakat negeri Ouw tidak menghormati para leluhur. Sebagai anak cucu harunya menghargai titpan dari pada orang tua-tua dahulu. Menghragai dengan cara terus menjaga dan melestarikan warisan terbeut Hasil wawancara dengan Bpk. M. Silahooy, penulis sejarah negeri Ouw, 28 April Hasil wawancara dengan Ny. J. Saptenno, Karteker negeri Ouw, 15 Mei Hasil wawancara dengan Bpk. C. R. Tutupoly, Ketua Perwaliska di Masohi, 5 Mei

33 Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari tradisi dan budaya dalam lingkungan ia berada. Budaya adalah suatu warisan dari leluhur atau nenek moyang kita yang tidak ternilai harganya. Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka pelestarian budaya, namun yang paling penting yang harus pertama dimiliki adalah menumbuhkan kesadaran serta rasa memiliki akan budaya tersebut, sehingga dengan rasa memiliki serta mencintai budaya akan membuat orang memahami sehingga budaya akan tetap ada karena pewaris kebudayaan akan terus ada. b. Sempe sebagai pengikat persaudaraan gandong, Ouw dan Seith. Selain sempe sebagai warisan budaya oleh leluhur bagi masyarakat negeri Ouw, sempe ini juga sekaligus sebagai pemersatu. Kearifan lokal yang begitu mengental dalam kehidupan masyarakat Maluku adalah hubungan orang basudara atau yang lebih dikenal dengan pela-gandong. Negeri Ouw memiliki hubungan gandong dengan negeri Seith, yang mana negeri Seith sebagai kakak dan negeri Ouw sebagai adik. Ketika kita berbicara sempe dari negeri Ouw tidak akan terlepas dari sejarah yang melatarbelakangi asal muasal sempe itu sendiri, yang mana berasal dari negeri Seith dalam artian bahwa Ouw dan negeri seith tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dikatakan sempe sebagai pengikat persaudaraan antara negeri Ouw dan seith dikarenakan sempe menjadi simbol persaudaraan antara kedua negeri. Kembali kepada tragedi kerusuhan Maluku yang terjadi antara tahun 1999 hingga tahun 2002, memberikan dampak yang begitu besar bagi hubungan gandong negeri Ouw dan Seith. Kerusuhan dimaksud ternyata telah membawa dampak negatif, sehingga sangat mempengaruhi terganggunya sistem pendidikan dan aktivitas 70

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Seperti halnya Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah dengan kekhasannya masing-masing, sehingga kebudayaan Indonesia itu

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah dengan kekhasannya masing-masing, sehingga kebudayaan Indonesia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya yang saling melengkapi. Kebudayaan menjadi salah satu jenis kekayaan yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

OUW NEGERI SEMPE. Pemaknaan Simbol Sempe Sebagai Identitas Sosial di Negeri Ouw - Maluku. Oleh. Frendly Seilatu NIM: TESIS

OUW NEGERI SEMPE. Pemaknaan Simbol Sempe Sebagai Identitas Sosial di Negeri Ouw - Maluku. Oleh. Frendly Seilatu NIM: TESIS OUW NEGERI SEMPE Pemaknaan Simbol Sempe Sebagai Identitas Sosial di Negeri Ouw - Maluku Oleh Frendly Seilatu NIM: 752014028 TESIS Diajukan kepada Fakultas Teologi Program Studi Magister Sosiologi Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri BAB I PENDAHULUAN Di Ambon salah satu bentuk kekerabatan bisa dilihat dalam tradisi Pela Gandong. Tradisi Pela Gandong merupakan budaya orang Ambon yang menggambarkan suatu hubungan kekerabatan atau persaudaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian BAB V PENUTUP Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian khusus dari semua aspek yang ada, baik itu masyarakat maupun pemerintahan, walaupun pada saat ini telah tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sekilas Tentang Sejarah Kecamatan Kuok Kuok adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sebelum dinamai Kecamatan Kuok, Kecamatan ini

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam sejarah masyarakat Maluku, budaya sasi merupakan kearifan lokal masyarakat yang telah ada sejak dahulu kala dan merupakan komitmen bersama baik oleh masyarakat, tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi oleh Laut Banda,

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR PKMM-1-10-1 PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR A. Syamsul Asti, Andi Fajar Asti, Supriadi, R Universitas Negeri Makassar, Makassar ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak geografis, luas wilayah dan kependudukan Desa Petaonan merupakan

Lebih terperinci

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI Oleh: Andik Suharyanto Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN 43 BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk berinteraksi satu sama lain antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dimana dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA 4.1. Pengantar Masyarakat Yalahatan secara administratif merupakan masyarakat dusun di bawah pemerintahan Negeri Tamilouw

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB III. 3.1 Gambaran Umum. A. Keadaan Geografis dan Demografis Negeri Nalahia

BAB III. 3.1 Gambaran Umum. A. Keadaan Geografis dan Demografis Negeri Nalahia BAB III 3.1 Gambaran Umum A. Keadaan Geografis dan Demografis Negeri Nalahia Secara administratif negeri Nalahia berada pada wilayah Kecamatan Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah. Luas daerah ± 600 hektar

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak zaman dahulu selalu melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari kebutuhan pokok hingga kepuasan batin. Banyak teori yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang 1. Geografis Desa Rimbo Panjang adalah sebuah Desa di Kecamatan Tambang yang sekarang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL Nama : Heru Hermawan NPM : 13110283 Kelas : 1KA34 PROGRAM PASCA SARJANA : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR Wahyuningtias (Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci