BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Muhammadiyah Jenang mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan sastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. Keterampilan Menyimak b. Keterampilan Berbicara c. Keterampilan Membaca d. Keterampilan Menulis Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan dan Negara. c. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial. 6

2 7 e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. f. Menghargai dan mambanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. 2. Kemampuan Menulis a. Pengertian Menulis Menurut Tarigan (1994:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsungdengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif.pada kegiatan menulis sang penulis harus trampil memanfaatkan struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang sendiri secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Menulis seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa yang lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung. Kesimpulannya bahwa menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. b. Tujuan dan Manfaat Menulis 1) Tujuan Menulis Menurut Syafie ie (1988:51-52), tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

3 8 a) Mengubah keyakinan pembaca. b) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca. c) Merangsang proses berpikir pembaca. d) Menyenangkan atau menghibur pembaca. e) Memberitahu pembaca, dan f) Memotivasi pembaca. Pendapat lain dikemukakan oleh Tarigan (1994:24-25) mengklasifikasikan bahwa tujuan penulisan, antara lain: a) Tujuan Penugasan (assingnment purpose) b) Tujuan Altruistik (altruistik purpose) c) Tujuan Persuasi atau meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (Persuasi discourse) d) Tujuan Memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif(informational discourse) e) Tujuan Pernyataan (self-expressive discourse) f) Tujuan Pernyaan diri (self discourse) g) Tujuan Kreatif (Creatif discourse) h) Tujuan untuk memecahkan masalah (problem-solving discourse) Dari pendapat tersebut dapat diuraikan tujuan dari menulis yaitu: a) Untuk memberikan informasi. Penulis dapat menyebarkan informasi melalui tulisannya seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media massa cetak yang lain. Tulisan

4 9 yang ada pada media cetak tersebut seringkali memuat informasi tentang kejadian atau peristiwa. b) Untuk memberikan keyakinan kepada pembaca.penulis dapat mempengaruhi keyakinan pembacanya. Seseorang yang membaca informasi di koran mengenai anak terlantar dapat tergerak hatinya untuk memberikan bantuan. Hal tersebut karena penulis melalui tulisannya berhasil meyakinkan pembaca. c) Untuk sarana pendidikan.guru dan siswa tidak akan pernah jauh dari kegiatan menulis seperti: mencatat di buku, merangkum, menulis soal, mengerjakan soal. d) Untuk memberikan keterangan. Tulisan tersebut berfungsi untuk menjelaskan bentuk, ciri-ciri, warna, bahan, dan berbagai hal yang perlu disebutkan dari objek tersebut. 2) Manfaat Menulis Manfaat menulis menurut Horiston dalam Darmaji (1996:3-4), yaitu: a) Kegiatan menulis adalah untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita. b) Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru. c) Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita miliki.

5 10 d) Kegiatan menulis dapat melatih sikap obyektif yang ada pada diri seseorang. e) Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus. f) Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi. Dapat disimpulkan bahwa dengan menulis siswa diajak untuk berpikir lebih runtut dan logis. Dengan menulis siswa dapat memunculkan ide- ide yang kreatif. Dengan mengetahui cara menulis yang baik, siswa akan dapat menulis karangan narasi dengan kalimat efektif karena dengan mengetahui teori menulis yang baik siswa dapat menulis karangan narasi dengan cara menuangkan ide- ide yang kreatif dan menuangkannya secara runtut dan logis. c.kemampuan Menulis Setiap individu yang hidup tentu memiliki kemampuan yang bervariasi. Kemampuan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik, kecerdasan, kekuatan, kecakapan, keterampilan. Tanpa adanya faktor-faktor tersebut maka seseorang tidak dapat melakukannya dengan baik. Alwi (2003: 1023) menyatakan; kemampuan adalah kecakapan, kesanggupan, kekuatan untuk menyelesaikan

6 11 tugas. Sama halnya dengandua pendapat di atas, Depdiknas (2005: 707) menyatakan; kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan dalam menghasilkan atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannnya sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara. Dalam prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi lisan. Hal ini karena bahasa digunakan secara fungsional yaitu pemakaian bahasa sebagai media interaksi dan transaksi. Dengan demikian, kegiatan menulis menuntut kecakapan dan kemahiran dalam mengatur menggunakan bahasa, bekerja dengan langkah-langkah terorganisir, gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat. Gie (2002:3) menyatakan; menulis adalah segenap rangkaian seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Senada dengan pendapat di atas, Depdiknas (2005:1219) menyatakan; menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Yunus (2007: 13) menyatakan; menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa

7 12 tulis sebagai alat atau medianya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseoarang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggali pengetahuan dan pengalaman melalui bahasa tulis. Menulis sendiri bukanlah sesuatu hal yang asing bagi kita. Ada banyak manfaat yang dapat diambil dari menulis. Manfaat itu diantaranya dalam hal peningkatana kecerdasan, pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, penumbuh keberanian serta pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Namun, aktivitas menulis terutama pada materi mengarangbanyak orang yang tidak menyukainya. Graves dalam Yunus (2007: 14) menyatakan; Seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang disekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Berbicara tentang pengaruh lingkungan di sekolah terkadang masih banyak guru bidang studi bahasa Indonessia yang tidak mampu dalam menulis sebuah karangan sehingga dia kurang memotivasi dan merangsang minat siswa. Smith (2007: 14)

8 13 menyatakan; pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya gurunya tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Untuk menggulangi masalah tersebutmaka guru dituntut untuk lebih mendalami dan menguasai materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Menurut peneliti walaupun guru SD adalah guru kelas tetap harus menguasai semua bidang studi, guru harus lebih kreatif menggali semua materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa sehingga guru dapat lebih mempersiapkan metode dan alat peraga yang sesesuai dan dapat mempermudah siswa menerima materi pelajaran yang disampaikan. 3. Pembelajaran Menulis Di Sekolah Dasar Pada pembelajaran menulis mengarang cerita atau narasi di kelas IIB SD Muhammadiyah Jenang terdapat acuan sebagai berikut: a. Standar Kompetensi Menulis karangan pendek dengan menceritakan kembali apa yangdisampaikan atau dilihatnya. b. Kompetensi Dasar Menceritakan kembali cerita anak yang didengar atau dilihat dengan menggunakan kata-kata sendiri. c. Indikator 1) Menyusun kerangka karangan

9 14 2) Menyusun karangan tentang kegiatan siswa sehari-hari dengan memperhatikan ejaan (huruf besar, tanda titik, koma, dan lainlain) dan penggunakan kalimat yang tidak berulang-ulang. Santosa (2008:20-21) mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis di Sekolah Dasar terdiri atas dua bagian layaknya pembelajaran membaca, yakni menulis pemulaan dan menulis lanjut (pendalaman). Menulis permulaan diawali dari melatih siswa memegang alat tulis, menarik garis, menulis huruf, suku kata, kata dan kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan bantuan berbagai media dengan ejaan yang benar. Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar memiliki beberapa bagian serta tahapan-tahapan dalam pengaplikasiannya. Bagian-bagian tersebut perlu diaplikasikan sesuai dengan jenjang tingkatan kelas agar nantinya proses pelaksanaan lebih terkonsep. Begitupun dengan tahaptahap aktivitas menulis, agar lebih memaksimalkan hasil pembelajaran menulis ini sendiri, maka guru harus mampu mambagi tahapan yang satu dengan tahapan yang lain agar sesuai dengan kapasitas kemampuan siswa. 4. Karangan Narasi a. Pengertian Karangan Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.finoza (2004:192)

10 15 mengemukakan bahwa karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat dan alinea untuk menjabarkan dan mengulas topik dan tema tertentu.pendapat lain dikemukakan oleh syafie ie (1988:78), mengemukakan bahwa menulis atau mengarang pada hakekatnya menuangkan gagasan, pendapat, perasaan keinginan, dan kemauan, serta informasi kedalam tulisan dan mengirimkannya kepada orang lain. Menurut Tarigan (1986:21) menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca. b. Jenis-jenis Karangan Karangan merupakan pengutaraan sesuatu secara tersusun dengan mempergunakan bahasa (Hasani,2005:1). Karangan merupakan suatu hasil proses berpikir. Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana. Lima macam ragam wacana karangan sebagai berikut: (1) Deskripsi,(2) Narasi, (3) Eksposisi, (4) Argumentasi, dan (5) Persuasi. c. Narasi 1) Pengertian Narasi Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Tokoh yang menghadapi suatu konflik juga ada. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur- unsur itu disebut

11 16 plot dan alur.jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot dan alur. Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu secara runtut (Semi, 2003:29). Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2010:136). Dari dua pengertian yang diungkapkan oleh Atarsemi dan Kerafbahwa narasi berusaha menjawab sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia dan dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi adalah suatukarangan yang biasanya dihubunghubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu sebuah karangan narasi atau paragraf narasinya hanya kita temukan dalam novel. Cerpen, atau hikayat (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 2002:130). Narasi adalah karangan kisahan yang memaparkan terjadinya sesuatu peristiwa, baik peristiwa kenyataan, maupun peristiwa rekaan (Rusyana, 1982:2). Dari pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa halyang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.

12 17 Menulis narasi untuk anak-anak akan sangat berbeda dengan menulis narasi untuk remaja. Narasi untuk orang dewasa umum akan berbeda dengan menulis narasi untuk kalangan ilmuwan. Penetapan tujuan juga sangat penting sebelum menulis narasi yaitu apakah tulisan tersebut mempunyai tujuan menceritakan kehidupan sehari-hari, atau mempunyai tujuan untuk menceritakan sejarah, ataukah bertujuan untuk menghibur pembaca. Pendapat dari para ahli akan memudahkan penulis dalam menulis narasi sehingga akan menghasilkan sebuah karangan narasi yang berkualitas. Untuk menghasilkan tulisan narasi yang berkualitas dan bermutu, menulis narasi adalah menulis kronologi, artinya sangat memperhatikan dimana cerita itu terjadi dan kapan kejadian itu terjadi. Menulis karangan narasi dikalangan anak-anak bahasanya masih sederhana dan struktur kalimatnyapun belun runtut,maka dengan mempelajari teori tentang menulis karangan narasi diharapkan peserta ddidk dapat membuat karangan narasi dengan kalimat efektif dengan baik dan benar, yaitu menulis karangan narasi dengan menggunakan kalimat yang efektif, kalimat baku, baik dan benar sesuai dengan EYD dan aturan yang baku. 2) Ciri-ciri Karangan Narasi Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik bila tidak ada konflik. Selain alur cerita, konflik dan

13 18 susunan kronologis,, ciri-ciri narasi lebih lengkap diungkapkan oleh Atar Semi (2003:31) sebagai berikut: a) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis b) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya. c) Berdasarkan konfliks, karena tanpa konfliks biasanya narasi tidak menarik d) Memiliki nilai estetika. e) Menekankan susunan secara kronologis. Menurut Keraf (2000:136) ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut: a) Menonjolkan unsur perbuatan b) Dirangkai dalam urutan waktu c) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi? d) Ada konflik Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau waktu ke waktu dan memiliki konflik. Perbedaannya, Keraf lebih memilih menonjolkan pelaku.berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan ciri-ciri karangan narasi yaitu: a) Berupa rangkaian kejadian atau peristiwa

14 19 b) Latar yang berupa latar waktu dan tempat terjadinya peristiwa c) Alasan atau latar belakang pelaku mengalami peristiwa d) Ada pelaku atau tokoh e) Menekankan susunan kronologis Berdasarkan latar belakang yang peneliti ajukan, narasi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah karangan narasi anak- anak berdasarkan pengalaman yang benar-benar terjadi dan dialami sendiri. Karangan narasi yang dibuat harus menggunkan kalimat efektif yaitu kalimat yang sesuai dengan aturan baku, dalam menulis karangan narasi tidak boleh menggunakan kalimat yang berulang- ulang, kalimat dan gaya bahasanyanya juga harus sesuai dengan gaya bahasa anakanak. Karangan narasi di SD berbeda dengan narasi yang dibuat oleh orang dewasa, narasi anak SD lebih sederhana dan ide- idenyapun masih belum luas.untuk lebih mengenal tentang jenis- jenis narasi maka peneliti akan menyampaikan jenis-jenis narasi. 3) Jenis-jenis Karangan Narasi Secara garis besar besar narasi dapat dibagi menjadi dua yaitu narasi ekspositorik dan narasi sugestif. a) Narasi Ekspositorik Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa

15 20 dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang.dalam narasi Ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang di tonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat dia atau sampai terakhir kehidupannya.karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau sifat obyektif. b)narasi Sugestik Narasi Sugestik adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Narasi sugestik atau imajinatif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pada narasi sugestik kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan makna yang tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke bahasa figuratif dengan meniti beratkan penggunaan kata-kata konotatif.narasi sugestif berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen, novel dan roman. Dongeng, cerpen, novel dan roman merupakan bentuk narasi fiktif dengan

16 21 ciri khas yang dimilikinya yaitu adanya alur dan suspensi, latar dan waktu, tokoh an karakter, sudut pandang dan makna yang terkandung di dalamnya.berikut ciri karangan narasi sugestif mernurut Keraf (1982: ) yaitu: a) Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat. b) Menimbulkan daya khayal. c) Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampikan makna, sehingga penalaran dapat dilanggar. d) Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan meniti beratkan penggunaan kata-kata konotatif, dan e) Banyak menggunakan majas/gaya bahasa. Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa narasi sugestif lebih condong menjadi sebuah karangan narasi fiktif dan narasi ekpositorik lebih menekankan kepada karangan berdasarkan kejadian nyata atau pengalaman sendiri. c). Langkah-langkah Karangan Narasi Didalam menulis karangan narasi ada langkah-langkah tertentu yang harus diikuti agar hasilnya tersusun secara sistematis. Sebelum menulis karangan narasi, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan seperti: 1) menentukan tema, 2) mengumpulkan bahan, 3) membuat kerangka karangan,

17 22 4) melakukan revisi, dan 5) menulis naskah. Dalam menentukan tema harus memilih tema yang memang sudah dikuasai atau dipahami agar dalam menyusun garis besar mudah. Langkah selanjutnya yaitu membuat judul-judul pengembangan cerita. Judul yang dibuat bisa lebih dari satu agar cerita yang dibuat dapat berkembang dan tidak monoton. Tahap terakhir yaitu menyusun cerita menurut judul yang telah dipilih. Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menulis karangan narasi secara garis besarnya yaitu sebagai berikut: Pertama, menentukan topik, sebelum mengarang kita harus menentukan topik. Kedua, menentukan tujuan, tujuan menulis adalah sesuatu yang ingin dicapai penulis melalui karangan yang ditulisnya. Ketiga, mengumpulkan bahan, data sangat diperlukan sebagai bahan untuk mengembangkan gagasan yang ada dalam sebuah karangan. Keempat, menyusun kerangka, kerangka karangan merupakan sebuah rancangan karangan yang akan ditulis. Kelima, menyusun kerangka, mengembangkan kerangka adalah menguraikan menguraikan sebuah rancangan karangan. Dalam langkah ini, menjabarkan uraian permasalahan, sehingga bagian-bagian tersebut menjadi lebih jelas.

18 23 Keenam, koreksi dan revisi, naskah yang telah ditulis hendaknya dikoreksi lagi. Ketujuh, menulis naskah yang telah direvisi. Menulis karangan narasi tidak sekadar menulis karangan pada umumnya. Dalam menulis karangan narasi perlu memperhatikan langkah-langkah penulisan, sehingga akan lebih mudah menulis dan cerita tersebut akan lebih terarah, karena karangan narasi merupakan jenis karangan yang bersifat menceritakan.dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah menulis karangan narasi adalah menentukan topik, menentukan tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun kerangka, mengembangkan kerangka, koreksi dan revisi, dan menulis naskah yang telah direvisi. 5. Menulis Kalimat Efektif 1) Pengertian Kalimat Efektif Menurut Ida Bagus P (2007: 47), bahwa kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama; yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri kalimat efektif. a. Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut: a) secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya. b) mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

19 24 b. Ciri-ciri Kalimat Efektif Menurut Ida Bagus P (2007: 54-66) bahwa kalimat alimat efektif memiliki empat sifat atau ciri, yaitu: a)kesepadanan Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian stuktur bahasa. Contoh: Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT). Tidak Menjamakkan Subjek Contoh: Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif) Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif) b) Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda). Contoh: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).

20 25 Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif). c. Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu: a) Menghilangkan pengulangan subjek. b) Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. c) Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. d) Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Contoh: Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif) Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif) Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif) Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

21 26 d. Kelogisan Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh: Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif) e. Kesatuan atau Kepaduan Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu: a) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. b) Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. c) Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Contoh:

22 27 Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orangorang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif) Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah menigkatkan rasa kemanusiaan (efektif). Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif) Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif) f. Keparalelan atau Kesajajaran Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga. Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif) Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)

23 28 Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif) g. Ketegasan Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu: a) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Contoh: Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan) Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan) b) Membuat urutan kata yang bertahap Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta

24 29 rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar) c) Melakukan pengulangan kata (repetisi) Contoh: Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan. d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh: Anak itu bodoh, tetapi pintar. e) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel lah, -pun, dan kah. Contoh: Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku? Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini. 6. Media Gambar Berseri 1) Pengertian Media Media adalah alat (Sarana) untuk menyebarluaskan informasi (Poerwadarmita, 2006: 756). Secara harfiah kata media memiliki arti perantara atau pengantar. Association for Education and Communication Teknologi (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan National Education Association (NEC) dalam Arsyad (2007:5) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta

25 30 intrumen yang di pergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program intuktional (Asnawir dan Usman, 2002: 10). Media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar (Arsyad (2007: 5). Media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar menurut Briggs (dalam Sartono, 2003: 4) Pendapat lain di ungkapkan oleh Ali (1984: 69) yang menyatakan bahwa media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Arsyad (2007:6) mengemukakan beberapa ciri-ciri umum dari media, antara lain: 1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini disebut dengan hardware (perangkat keras). 2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal dengan software (perangkat lunak). 3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audi visual. 4) Media pendidikan memiliki pengertain alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. 5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

26 31 6) Media pendidikan dapat digunakan secara massal, kelompok besar, kelompok kecil atau perorangan. 7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. Dari berbagai pengertian media pembelajaran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pembelajaran dari pengirim ke penerima, sehingga dapat proses belajar dapat berlangsung 2) Urgensi Penggunaan Media Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar merupakan komunikasi antara pengajar dengan peserta didik. Supaya komunikasi tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam proses pembelajaran, digunakan media dalam pembelajaran tersebut. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilainilai praktis (Asnawir dan Usman, 2002:14-15) sebagai berikut: a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa atau mahasiswa. Karena setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dan beragam. b. Media dapat mengatasi ruang kelas. Misalnya benda yang terlalu besar tak mungkin bisa dibawa ke dalam kelas. Dengan adanya media, kesulitan itu bisa diatasi. c. Media memungkinkan adanya adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.

27 32 d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. f. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. g. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. h. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkret sampai kepada yang abstrak. 3) Manfaat Media Penggunaan media dalam pengajaran berfungsi untuk mempercepat proses belajar mengajar di dalam kelas, dan juga sebagai alat bantu dalam mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. Sejalan dengan hal tersebut,sadiman (2002: 16) menyebutkan empat fungsi media antara lain sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kat tertulis atau lisan belaka). (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. (3) penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. (4) mempermudah guru dalam memberikan rangsangan dan menyamakan persepsi serta pengalaman kepada siswa. Levie dan Lentz dalam Azhar (2007:16) mengemukan empat fungsi media pembelajaran, khususnya audio visual yaitu:

28 33 (a) Fungsi atensi Media berfungsi untuk menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. (b) Fungsi afektif Media dapat menggugah emosi dan sikap siswa, sehingga membantu guru dalam menerangkan tentang masalah sosial. (c) Fungsi kognitif Media memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang tekandung dalam gambar. (d) Fungsi kompensatoris Media memberikan konteks untuk memahami teks sehingga membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media yang dipergunakan dalam pembelajaran adalah media yang dapat memperjelas penyajian materi pendidikan yang akan disampaikan. Media yang disajikan harus bervariasi agar peserta didik tidak merasa bosan tetapi dapat membuat peserta didik lebih nyaman dan termotivasi untuk berkonsentrasi mengikuti pelajaran, sehingga dapat memperlancar tujuan proses belajar mengajar. 4) Kriteria Pemilihan Media

29 34 Media merupakan sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Seorang guru harus dapat mempertimbangkan dan memilih media yang akan digunakan supaya tepat guna. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan (Asnawir dan Usman, 2002: 15-16) antara lain: a) Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Agar tujuan yang ditetapkan bisa tercapai. b) Kondisi audiens (siswa) dari subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru yang memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. c) Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audiens (siswa) secara tepat dan berhasil guna. d) Biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Media pembelajaran digunakan untuk mempermudah proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar (Asnawir dan Usman,2002: 19).Media pembelajaran yang diharapkan adalah media pembelajaran yang mudah difahami dan dapat menarik peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang disajikan, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran dalam proses belajar mengajar (Asnawir dan Usman, 2002: 20) yaitu:

30 35 a) Media pengajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. b) Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar. c) Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar. d) Media pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa. e) Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses pembelajaran siswa. 5) Media Gambar Berseri a) Pengertian Media gambar berseri Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan dengan penerima pesan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Miarso (Indriana 2011:43) bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan dan perhatian siswa untuk belajar.beberapa hal yang termasuk dalam ke dalam media yaitu film, televisi, diagram, media cetak, komputer dan juga media gambar. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran sebisa mungkin penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan dapat merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik yang ada di dalam kelas, dapat ditempel,

31 36 digantung ataupun diproyeksikan.menurut Rahmawatiningsih (2010: 5) media gambar berseri merupakan suatu media visual yang berisi yakni urutan gambar, antara gambar yang satu dengan gambar yang lain saling berhubungan dan menyatakan suatu peristiwa. Pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gambar berseri adalah gambar yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan cerita. Gambar berseri juga dapat melatih siswa mempertajam imajinasi yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya imajinasi siswa, semakin berkembang pula siswa dalam melihat kemudian membahasakan sebuah benda b)blangkah-langkah Penggunaan Gambar Berseri Langkah-langkah penggunaan gambar berseri adalah sebagai berikut a) Guru menempelkan gambar berseri dipapan tulis b) Siswa secara berkelompok menyimak gambar yang ditempelkan guru dipapan tulis c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk membantu siswa memdapatkan ide cerita dan memberikan penguatan terhadap pembelajaran hari ini B. Hasil Penelitian Yang Relevan Upaya yang dilakukan peneliti terkait dengan menulis karangan narasi dengan menggunakan kalimat efektif melalui media gambar berseri, pernah diteliti oleh Windi Widiastuti mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang

32 37 berada di Bandung pada tahun 2013 pernah meneliti di jenjang Sekolah Dasar yaitu dikelas V SD Negeri Pangulah Baru 1 Kecamatan Kotabaru Karawang. Hasil menulis karangan narasi dengan penerapan pendekatan kooperatif tipe think-pair-share ini terlihat adanya peningkatan secara signifikan, walaupun belum sepenuhnya meningkat dari kriteria penentuan belajar yang terlihat dari data akhir. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata evaluasi pada setiap siklus. Hasil evaluasi pada pra siklus sebesar 52, pada siklus pertama cukup meningkat menjadi sebesar 63, dan pada siklus ketiga meningkat lagi menjadi 72. Pada pra siklus hanya 14 orang siswa, pada siklus pertama meningkat menjadi 17 orang siswa (55%) dinyatakan lulus, dan pada siklus kedua menjadi 25 orang siswa (80%) dinyatakan lulus dengan hasil yang cukup memuaskan. C. Kerangka Pikir KONDISI AWAL Guru: Belum menggunakan media pembelajaran gambar berseri dalam proses pembelajaran Siswa : Kemampuan menulis narasi pada siswa rendah. TINDAKAN Dalam pembelajaran guru menggunakan media pembelajaran gambar berseri yang sesuai dengan subtopik Siklus I : Dalam pembelajaran menulis narasi guru memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar berseari KONDISI AKHIR Diduga dengan pemanfaatan media gambarberseri dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa Sirklus II : Jika Siklus II belum berhasil dalam pembelajaran menulis narasi guru memperbaiki lagi proses pembelajaran dengan pemanfaatan media gambar berseri

33 38 Pada gambar bagan diatas tampak di dalamnya terdapat dua perangkat komponen yang dapat dikatakan dua siklus.bagan diatas menerangkan pada awal guru menyampaikan pembelajaran tentang merulis karangan narasi anak masih mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Melihat kondisi seperti itu maka guru memperbaiki proses pembelajaran pada siklus I menggunakan metode gambar berseri setelah siklus II diduga baru usaha memperbaiki pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode gambar berseri baru berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan, pada siklus II baru mengalami kemajuan, siswa sudah dapat menuangkan imajinasinya pada karangan narasi dengan bantuan metode gambar berseri. D. Hipotesa Tindakan Berdasarkan pada landasan teori yang telah diterapkan maka dapat dirumuskan hipotesa pada penelitian ini yaitu : Apabila pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan kalimat efektif dengan metode gambar berseri dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas 2B SD Muhammadiyah Jenang tahun ajaran akan meningkat.

Pengertian Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat Efektif MENULIS EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. 1 Syarat-syarat secara tepat mewakili

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti KALIMAT EFEKTIF Karina Jayanti DEFINISI KALIMAT EFEKTIF kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Syarat-syarat Kalimat efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan KALIMAT EFEKTIF Kalimat Efektif Kalimat Efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Kalimat efektif memiliki kemampuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peningkatan Kemampuan Menulis 1. Pengertian Menulis Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis. Hasil dari kreatif menulis ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA Oleh Novita Tabelessy Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Graaves dalam Masnur Muslich (2010:121). Fungsi dasar pengajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Graaves dalam Masnur Muslich (2010:121). Fungsi dasar pengajaran BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Menulis Menulis sangat penting di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. adapun fungsi menulis menurut pendapat Graaves dalam Masnur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan yang disampaikan secara langsung, dan bahasa tulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting dimiliki seseorang. Menulis sendiri bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Atas dijelaskan bahwa standar kompetensi menulis untuk kelas X untuk

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis BAHASA INDONESIA Kalimat Efektif Sri Rahayu Handayani, SPd. MM Program Studi Akuntansi Kalimat Efektif kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pembicara/penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi kehidupan sosial, budaya, dan masyarakat. Tirtarahardja (2005:226) mengatakan bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis Menulis adalah sebuah kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang, apapun bentuknya. Mendengar kata menulis tidak banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahasa Indonesia 1. Bahasa Indonesia Secara Umum Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Ditinjau secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu memiliki kompetensi pengetahuan,

Lebih terperinci

Keterampilan Dasar Menulis

Keterampilan Dasar Menulis Keterampilan Dasar Menulis Oleh La Ode Syukur Pengertian Menulis Menulis : kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Pesan : Isi yang terkandung dalam suatu tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Menulis merupakan keterampilan berbahasa produktif yang paling sedikit digunakan di antara empat keterampilan yang kita miliki; mendengarkan, berbicara, membaca

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Deskripsi Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Moeliono, 2005: 707). Menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terdapat pada pembelajaran bahasa Indonesia yang umumnya dipelajari di sekolah. Menulis mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama. Karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan atau berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis Menurut Dalman (2014, hlm. 3) menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi dalam bentuk penyampaian pesan (informasi) secara tertulis

Lebih terperinci

Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam

Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam kalimat berstruktur yang dibentuk oleh unsur subyek, predikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : Bahasa Indonesia Kode Mata : DU 23111 Jurusan / Jenjang : D3 TEKNIK KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa

Lebih terperinci

Pertemuan 11 KALIMAT EFEKTIF

Pertemuan 11 KALIMAT EFEKTIF Pertemuan 11 KALIMAT EFEKTIF 1. Materi Kalimat Efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO RUSMIN HUSAIN Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipahami oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik, sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bahasa Indonesia merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan pada siswa di sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk menemukan pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupannya. Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain. Dengan bahasa kita dapat mengutarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Tugas Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, ide, dan keinginan kepada orang lain. Bahasa juga merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Negara dan Bangsa. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi. Komunikasi terjadi setiap saat ketika seseorang melakukan aktivitas, baik komunikasi langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting untuk diajarkan dalam kehidupan manusia. Dengan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang sangat kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dimaksud adalah guru. Guru merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

mengungkapkan gagasan secara tepat, mudah dipahami

mengungkapkan gagasan secara tepat, mudah dipahami Kalimat Efektif Kalimat Efektif Kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pembicara/penulis secara tepat, sehingga mudah dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. 1 Kesepadanan Struktur, 2 Keparalelan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa yang meliputi empat aspek yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci