YANG TERJADI DI MASYARAKAT ADAT BADUY. Yusuf Kurniawan. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "YANG TERJADI DI MASYARAKAT ADAT BADUY. Yusuf Kurniawan. Abstract"

Transkripsi

1 YANG TERJADI DI MASYARAKAT ADAT BADUY Yusuf Kurniawan Abstract customary Baduy against violators of the status of members of indigenous peoples and society in general and the effevtiveness of the implementation of sanctions. The method used is empirical legal research, is legal research methods that examine directly to the courts or the public as primary data and other legal writings as well as similar studies been done before as secondary data. The results of this study illustrate that the Baduy indigenous sanctions based on local wisdom to be effevtive. Baduy indigenous law differentiates penalties received by indigenous peoples and the general public form submission status offenders outer Baduy community to the local state apparatus to impose sanction applicable as it should be within the law. Keywords: infringement, sanction application, baduy indigenous. Intisari Penelitian ini bertujuan guna mengetahui penerapan sanksi adat yang berlaku di territorial adat Baduy terhadap pelanggar yang berstatus anggota masyarakat adat maupun masyarakat luar pada umumnya serta keefektifan dari penerapan tersebut. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah penelitian hukum empiris, yakni metode penelitian hukum yang meneliti langsung kepada lapangan atau masyarakat sebagai data primer dan tulisan-tulisan hukum lainnya maupun penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya sebagai data sekunder. Hasil penelitian ini memberi gambar bahwa penerapan sanksi adat Baduy yang berbasis kearifan lokal tersebut dapat berjalan dengan efektif. Hukum adat Baduy yang membedakan sanksi yang diterima anggota masyarakatnya dengan sanksi yang diterima oleh masyarakat luar Baduy berupa penyerahan para pelanggar yang berstatus masyarakat luar Baduy kepada aparat negara setempat untuk diberikan sanksi yang berlaku sebagaimana mestinya yang diatur di dalam undang-undang. pelanggaran, penerapan sanksi, masyarakat adat Baduy Indonesia adalah negara dengan pluralisme sistem hukum. Hal ini dibuktikan dengan berlakunya 3 (tiga) sub sistem hukum dalam sistem hukum di Indonesia, yaitu Hukum Barat, Hukum Adat dan Hukum Islam dari masa kemerdekaan negara Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang. Dalam rangka pembangunan sistem hukum nasional Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), maka keanekaragaman sistem hukum itu jelas kurang mendukung pembentukan sistem hukum nasional yang mantap 1. Hukum adat sebagai salah satu sumber hukum nasional telah memiliki porsinya sendiri diantara sistem-sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Bahkan, In general, Hukum Adat dan Sistem Hukum Nasional, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta, hlm 48. Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat... 67

2 current Indonesian practices founded on the idea of regionalism and bhinneka tunggal ika (unity in diversity) offer more opportunities for indigenous legal traditions to function 2. (Secara umum, praktek-praktek (hukum) Indonesia yang ada saat ini dibentuk berdasar pemikiran dari masing-masing daerah dan satu) memberikan ruang lebih pada hukum masyarakat/adat untuk berfungsi kembali. Dengan demikian, eksistensi hukum adat dan masyarakatnya (dalam hal ini adalah Masyarakat Hukum Adat) yang sudah menempati wilayah nusantara ribuan tahun yang lalu bahkan sebelum berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, setelah mulai mendapatkan tempat yang memadai dengan pengakuan dan perlindungan dalam mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat serta hakhak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang. Bentuk perlindungan dan pengakuan Hukum Adat dan Masyarakat Hukum Adat dalam UUD 1945 inilah yang kemudian dikonkretisasi dalam wujudnya pengakuan di berbagai Undang-undang sektoral khususnya yang mengatur Sumber Daya Alam dan Undang-undang lainnya, di antaranya adalah Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman,UU Lingkungan Hidup. Canadian Bhinneka Tunggal Ika: Indonesian Lessons for Legal Pluralism in Canadian, The Journal Menurut Djojodigoeno, hukum adat memandang masyarakat sebagai paguyuban, artinya sebagai suatu hidup bersama, manusia memandang manusia yang lainnya sebagai tujuan, dimana perhubungan-perhubungan manusia menghadapi sesamanya manusia dengan segala sentimennya, sebagai cinta, benci, simpati, antipati, dan sebagainya yang baik dan yang kurang baik 3. Ditinjau dari segi filosofi hukum adat yang hidup, tumbuh dan berkembang di Indonesia, sesuai dengan perkembangan masyarakat yang bersifat dinamis, sesuai dengan nilai-nilai pancasila yang tertuang dalam pembukaan UUD Penegasan pancasila juga sebagai sumber tertib hukum sangat berarti bagi hukum adat karena hukum adat berakar pada kebudayaan rakyat sehingga dapat menjelmakan perasaan hukum yang nyata dan hidup dikalangan rakyat dan mencerminkan kepribadian masyarakat dan bangsa Indonesia 4. Cerminan kepribadian dari bangsa Indonesia tersebut yang membuat suatu masyarakat adat beserta hukum adatnya menjadi sesuatu yang berharga dan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang hukum di Indonesia.Namun seperti pada kenyataannya bahwa kemurnian dibeberapa hukum adat yang ada di Indonesia mulai terpapas dengan hadirnya modernisasi zaman yang dipaksakan masuk kedalam wilayah-wilayah adat di Indonesia oleh para oknum masyarakat demi kepentingan suatu kelompok tertentu, hingga mengorbankan keberadaan hukum adat tersebut. adat bisa sangat rapuh jika berhadapan dengan anggota masyarakat di luar kelompok masyarakat hukum adat. Hal tersebut menyebabkan sanksi-sanksi adat yang berlaku tidak dapat atau sulit untuk diterapkan. Seperti yang kita ketahui, bahwa 3 Djojodigoeno, 1958, Asas-Asas Hukum Adat, GAMA Yogyakarta, Yogyakarta, hlm 5. 4 Surojo Wignjodipoero, 1983,Pengantar dan Asas- Asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta, hlm Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat...

3 aturan-aturan adat yang diberlakukan untuk menjaga keseimbangan hidup suatu kelompok masyarakat adat. Kurangnya kesadaran dari masyarakat akan hal tersebut, entah masyarakat di dalam kelompok masyarakat adat itu sendiri, atau di luarnya membuat hambatan di dalam penerapan sanksi adat itu sendiri. Salah satu kelompok masyarakat adat di Indonesia, ialah masyarakat hukum adat Baduy dalam yang menolak masuknya segala macam bentuk modernisasi kedalam wilayah hukum adatnya, bahkan penolakan masuknya Warga Negara Asing (WNA) ke dalam wilayah Baduy dalam, sudah menjadi hukum adat yang berlaku di wilayah Baduy dalam. segala aturan-aturan adat yang berlaku disana, namun ditengah roda perkembangan zaman yang luar biasa ini, sungguh tidaklah mudah mempertahankan hal tersebut tetap ada. Menjaga, melestarikan, dan mengakui keberadaan serta apa yang ada di dalam masyarakat hukum adatnya. Sanksi adat memang dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu akibat adanya pelanggaran adat 5.Keberadaan sanksi adat dalam kenyataan masyarakat hukum adat di beberapa daerah tertentu di Indonesia merupakan wujud dari mekanisme kontrol sosial yang tumbuh dan berkembang di alam tradisi masyarakat yang bersangkutan 6. Rumusan masalah pada penelitian ini berfokus pada rumusan masalah yaitubagaimana penerapan sanksi adat Baduy terhadap pelanggaran yang terjadi di territorial masyarakat adat Baduy.Baik pelanggaran tersebut dilakukan oleh masyarakat adat Baduy itu sendiri maupun yang dilakukan oleh luar masyarakat Baduy. Setara Press, Malang, hlm 1. Nasional Hukum dan Sanksi,, Relevansi Hukum B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum empiris, yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian pada data primer dilapangan atau masyarakat 7. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer yang merupakan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan dari Masyarakat Hukum Adat yang ada di Suku Baduy mengenai kenyataan yang ada disana. Suatu persekutuan atau masyarakat yang mendasarkan dirinya pada suatu hukum tertentu, yang disini disebut dengan hukum adat, maka masyarakat atau persekutuan itulah yang disebut dengan masyarakat atau persekutuan adat. Dimana mereka biasa disebut juga dengan masyarakat asli Indonesia. Masyarakat hukum adat yang tersebar diberbagai lokasi di nusantara memiliki keanekaragaman dan hukumnya masingmasing, yang senantiasa menjaga kearifan dan keberadaannya ditengah modernisasi zaman yang terjadi disekitar kehidupan masyarakat adat. Salah satu diantara masyarakat adat yang berada di nusantara Indonesia, yang masih menjaga kearifan dan kelestariannya serta diakui keberadaannya oleh negara, ialah masyarakat adat Baduy yang merupakan salah satu suku asli Banten, yang berlokasi di kaki gunung Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat suku Baduy yang lebih Urang Kanekes atau orang Kanekes tersebut, benarbenar menjaga alam sekitarnya dan adatistiadat mereka dengan baik. Karena mereka sadar betul, bahwa mereka hidup oleh dan Hukum, UI Press, Jakarta, hlm 52. Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat... 69

4 berdampingan dengan alam. Suku Baduy yang memiliki beragam kearifan lokal dan kebudayaan yang luar biasa, juga memiliki kepercayaan yaitu Sunda Wiwitan yang berasal dari nenek moyang mereka, yang dipengaruhi oleh Hindu-Budha. Kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan dalam kehidupan sehari-hari, yang memiliki pendek henteu beunang disambung. Memiliki arti, panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung. Secara umum, masyarakat adat Baduy tergolong menjadi 3 (tiga) kelompok atau golongan, yaitu: 1. Tangtu: Kelompok yang dikenal sebagai masyarakat adat Baduy dalam (Baduy Dalam), yang paling taat dan patuh didalam mengikuti adat.memiliki ciriciri, berpakaian berwarna putih dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Secara adat mereka dilarang untuk bertemu dengan orang asing.masyarakat adat Baduy dalam, bertempat tinggal di kampung Cibeo, Cikertawarna, dan Cikeusik. 2. Panamping: Merupakan kelompok masyarakat adat Baduy kedua, yang bisaa dikenal dengan masyarakat adat Baduy luar (Baduy Luar), yang tinggal diberbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah kanekes dalam, yaitu Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. 3. Dangka: Ialah kelompok ketiga dari masyarakat Baduy.Mereka adalah orangorang yang benar-benar sudah keluar maupun secara adat-istiadat. Banyak hal-hal yang menarik mengenai hukum-hukum adat yang terdapat di Baduy terbilang unik dan sistem pemerintahan yang terbilang tertata dengan rapih, dengan adanya tiga Pu un (Kepala Adat) yang hanya terdapat di tiga Desa Baduy dalam dan Jaro (Kepala Desa) yang berada tiga di Baduy dalam dan satu ditempatkan di Baduy luar, yang sekaligus sebagai penyambung aspirasi antara Baduy dengan masyarakat luar maupun instansi pemerintahan. Segala sanksi yang terdapat di masyarakat adat Baduy memiliki unsur kekuatan Religio Magis, yang disana masih sangatlah kental guna menjaga keseimbangan alam yang terdapat disana.larangan masuknya listrik, sekolah, balai pengobatan, dan lainnya yang sempat ditawarkan oleh pemerintah, ditolak oleh masyarakat Baduy karena dianggap bertentang dengan ketentuan adat.para warga yang juga menjaga Paguyuban dengan warga sesama Baduy lainnya, membuat terciptanya nilainilai cipta dan karsa terus hidup antar sesama warga Baduy, tanpa memandang siapa Baduy Luar dan siapa Baduy Dalam. Banyak hukum adat di Baduy yang bersifat religious atau kosmis, tidak irrasional serta tidak tertulis.jika ketentuan tersebut telah dibuat oleh para Pu un, maka tidak ada lagi alasan bagi masyarakat Baduy untuk tidak mentaatinya, bahkan untuk alasan dari pembuatan peraturan tersebut tidak harus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat adat Baduy.Seperti yang dikatakan oleh Bapak Ende, anggota Polsek Leuwidamar yang juga mantan anggota masyarakat Baduy dalam. Beliau memberikan analogi penciptaan hukum-hukum yang berlaku seperti demikian: Kalau saya memancing disungai, dan kamu datang lalu bertanya, apakah disungai ini ada ikannya? Lalu saya jawab saja, mana saya tau ada ikannya atau tidak, saya kan berada disini (daratan), dan ikannya berada didalam air 8. 8 Wawancara Polsek Leuwidamar, Bapak Ende, 1 Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat...

5 dan tujuan dari terciptanya sebuah aturan di Baduy, tetapi kita hanya harus mentaatinya dan menjaga agar tetap berjalan dengan baik. Jika kita bertanya kepada sang Pu un mengenai aturan yang berlaku yang masyarakat adat Baduy, itu sangatlah sulit, karena hal tersebut lebih merupakan Jampi-jampi atau rahasia. Hanya hal tersebut merupakan sesuatu yang terbaik untuk kelangsungan hidup masyarakat Baduy. Sanksi dari hukum Baduy tidak mengenal tersebut lebih menyerang kepada batin, psikis, dan kesadaran pelanggarannya atas perbuatan yang telah dilakukannya, jika yang melakukan pelanggaran tersebut ialah masyarakat Baduy dalam.penerapan sanksi adat Baduy yang melihat kepada pelaku pelanggarannya yang membuat perbedaan di dalam menerapkannya. Jika pelanggaran tersebut dilakukan oleh masyarakat Baduy dalam, sanksi yang dijatuhkannya bisa berbentuk: Pengurungan atau isolasi di kampung isolasi yang berada di area Baduy luar 3. Dikeluarkan dari Baduy dalam untuk selamanya. Sanksi tersebut dimaksudkan agar pelanggar sadar akan perbuatannya yang telah menyimpang dari ketentuan yang berlaku. Sanksi terberat yaitu dikeluarkan dari Baduy dalam untuk selamanya, yang itu juga berarti bahwa pelaku pelanggaran adat terpisah dan tidak tinggal lagi bersama anggota keluarganya. Hal tersebut jelas bahwa sanksi ini menyerang batin pelanggar dan harus memulai hidup barunya sendiri di luar daerah Baduy dalam.pelanggar tersebut bisa tinggal di Baduy luar, bahkan di luar territorial Baduy, hanya tidak diperbolehkan untuk tinggal lagi di area Baduy Dalam. Jika bagi pelanggar yang dijatuhkan (empat puluh) hari tersebut, namun pelanggar tersebu tidak dikurung sebagaimana tahanan yang berada pada masyarakat pada umumnya. Namun di masyarakat Baduy, pengurungan tersebut berupa rumah (yang tetap berbentuk rumah adat Baduy pada umumnya) yang berada di Baduy Luar. Pelanggar tersebut tetap beraktifitas seperti biasanya, tetapi tetap ada yang menjaga atau mengurusnya dan juga selalu diberikan nasehat, pelajaran serta bimbingan. Setelah masa hukumannya selesai, pelanggar akan ditanyai dihadapan para Pu un dan Jaro, mengenai kesediannya, ingin kembali menjadi warga Baduy dalam atau keluar dan menjadi warga Baduy luar. Pada hukum adat Baduy, kriteria untuk pelanggaran berat sangat mudah dikenali, yaitu ketika mengakibatkan keluarnya darah biarpun hanya setetes, berpakaian seperti orang modern dan menaiki alat transportasi.maka dari itu, pada masyarakat Baduy, khusunya Baduy dalam, untuk suatu perselisihan biasanya hanya menimbulkan adu mulut saja, tidak sampai pada timbulnya suatu perkelahian sesama masyarakat Baduy.Masyarakat Baduy dalam sangatlah patuh terhadap hukum yang berlaku disana, bahkan jika ada warga Baduy yang melanggar suatu hukum adat disana tanpa diketahui, maka orang tersebut dengan sendirinya mengakui perbuatannya kepada Jaro atau Pu un setempat. Jenis perilaku yang menyimpang atau melanggar peraturan merupakan perilaku menjadi pokok permasalahannya adalah seberapa besar perilaku melanggar tersebut dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalam Baduy. Dikatakan setiap orang adalah setiap orang yang berada disekitar, entah itu suku asli Baduy ataupun para pengunjung. Masingmasing mendapatkan perilaku yang berbeda atas sanksi yang diberikan walaupun jenis pelanggarannya sama. yang berbeda diantara Baduy luar dan Baduy dalam yang masih berlaku dan harus dipatuhi Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat... 71

6 oleh pihak manapun yang berada di wilayah masyarakat adat Baduy. Larangan-larangan dalam bentuk perilaku yang tidak boleh dilanggar berikut yang diketahui masih berlaku, antara lain: Baduy Luar 1. Membawa dan/ atau mengkonsumsi minuman keras dan/ atau narkoba atau sejenisnya; 2. Berbuat zina atau mesum; 1. Membawa dan/ atau mengkonsumsi minuman keras dan/ atau narkoba atau sejenisnya; 2. Berbuat zina atau mesum; 3. Mencuri; 3. Mencuri; 4. Merusak alam dan seisinya; 4. Merusak alam dan seisinya; 5. Menganiaya; 5. Menganiaya; 6. Membunuh; 6. Membunuh; 7. Fitnah; 7. Fitnah; 8. Beradu mulut atau cekcok; 9. Melintasi jembatan ketika ingin mandi (Desa Gajeboh). Tabel 2: Beberapa Aturan Adat Baduy 8. Beradu mulut atau cekcok; 9. Membawa dan/atau memainkan music dan juga alatnya; kan (foto, video); 11. Masuknya Warga Negara Asing (WNA); 12. Membangun rumah ibadah; 13. Menggunakan alat transportasi (berlaku bagi warga Baduy dalam); 14. Menggunakan alat mandi seperti sabun, sampoo, dan lain sebagainya; Aturan-aturan yang terdapat pada tabel diatas merupakan beberapa aturan yang biasanya disampaikan oleh Jaro Pamarentah atau Kepala Desa ketika memasuki wilayah Baduy pada masyarakat luar atau pengunjung. Dari aturan-aturan tersebut memiliki sanksinya masing-masing, dilihat dari seberapa berat pelanggaran tersebut, siapa yang melakukan pelanggaran tersebut dan seberapa besar efeknya terhadap keseimbangan kehidupan masyarakat Baduy. Perilaku yang telah disebutkan di atas merupakan bentuk pelanggaran bagi masyarakat Baduy karena dianggap akan menodai keaslian adat mereka. Masyarakat baduy merupakan masyarakat yang benarbenar belum terjamah dengan adanya modernisasi dengan mempertahankan adat leluhur dan agama leluhur. Jadi perilaku yang melanggar seperti membawa dan/atau mengkonsumsi minuman keras dan/atau narkoba atau sejenisnya, bukan merupakan budaya mereka. Bagi masyarakat baduy dalam hal ini memang sudah mereka ketahui dan tidak pernah dalam kasus suku Baduy dalam yang memang sengaja untuk mengkonsumsi minuman keras atau narkoba. Bentuk kesadaran mereka telah berhasil mempertahankan adat mereka hingga saat ini. Pada akhirnya peraturan atas perilaku ini lebih diperuntukkan bagi para pendatang tanpa terkecuali suku Baduy luar. Karena di dalam kehidupan masyarakat Baduy luar kebudayaan Baduy telah terkontaminasi dengan kebudayaan modern yang dibawa oleh masyarakat luar Baduy. Cara berpakaian, menggunakan elektronik serta peralatan-peralatan modern dan lain sebagainya terkecuali agama atau kepercayaan yang dibawa oleh masyarakat luar. Meskipun begitu, masyarakat Baduy tidak melarang atau mengganggu jika masyarakat luar yang sedang berada diwiliyah adat Baduy ingin atau sedang melaksanakan ibadah. Masyarakat Baduy tetap memegang pikukuh dari leluhurnya, namun juga dapat menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain. Adanya sikap saling menghargai dan menghormati sesama manusia, baik masyarakat Baduy maupun masyarakat luar Baduy, mampu menciptakan kerukunan antar masyarakat yang berada di wilayah Baduy dan juga seharusnya membuat kita tidak memiliki alasan untuk berbuat suatu pelanggaran adat diterritorial adat Baduy. Jika terjadi suatu perbuatan yang dikategorikan 72 Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat...

7 sebagai pelanggaran adat, maka jalur utama yang ditempuh ialah dengan cara musyawarah diantara pihak-pihak yang bersangkutan. Secara teknis dan tahapnya, sistem peradilan adat yang ada di Baduy hampir sama dengan masyarakat adat lainnya, jika ada suatu pelanggaran adat ialah menjadi urusan tetua adat untuk menyelesaikannya dengan cara musyawarah untuk menemukan jalan keluar dari pelanggaran yang terjadi serta bentuk sanksi yang akan dijatuhkan. maupun pengakuan kepada kepala adat, yang kemudian ditindak lanjuti dengan mengundang tokoh-tokoh adat setempat untuk diadakannya musyawarah untuk menemukan jalur penyelesaian yang tepat, dengan tujuan untuk mengembalikan keseimbangan kehidupan adat yang terganggu. Peradilan adat Baduy yang menggunakan sistem musyawarah yang dipimpin oleh para Pu un dan Jaro dinilai mampu menciptakan suatu kesepakatan (jalan tengah) bagi para pihak sehingga tercapaiwin-win solution jika terjadi suatu perkara. Penyelesaian sengketa semacam ini, disebut dengan restorative justice atau konsep keadilan restoratif. Konsep keadilan restoratif (restotative justice) bukan merupakan hal yang relatif baru di Indonesia karena sebagai model penyelesaian sengketa yang merupakan salah satu jenis pemidanaan alternatif dalam sistem hukum pidana sejalan dengan tujuan sanksi pidana menurut konsep hukum adat. Yaitu mengembalikan keseimbangan kosmis, antara dunia lahir dengan dunia gaib, untuk mendatangkan rasa damai antara sesama warga masyarakat atau antara anggota berbeda dengan beberapa hukum adat yang masih hidup lainnya di Indonesia, hukum adat baduy menggunakan konsep keadilan restoratif di dalam penerapan sanksi terhadap pelanggaran adat. Namun yang menjadi pembeda antara peradilan adat Baduy dengan beberapa peradilan adat yang ada di Indonesia ialah, bahwasanya peradilan adat Baduy mempercayai dan menghargai peradilan negara beserta putusannya, jika hal tersebut menyangkut sebuah pelanggaran adat dan juga melanggar hukum nasional yang berlaku yang dilakukan oleh seseorang yang berstatus diluar terjadi suatu pelanggaran adatyang dilakukan oleh masyarakat umum, maka para pengurus hukum adat Baduy mengundang aparat hukum negara setempat untuk ikut serta di dalam musyawarah untuk menemukan jalan keluar yang tepat dan mengembalikan keseimbangan adat yang terganggu. Maka disini, di dalam masyarakat adat Baduy, peran penegak hukum setempat memiliki posisi yang penting di dalam melindungi dan bekerjasama dengan pengurus hukum adat Baduy. Aturan yang hidup di Baduy mengajarkan bahwa segala sesuatunya harus benar-benar dijaga, jangan sampai terjadi suatu rekayasa yang mengakibatkan bergesernya sesuatu dari yang seharusnya. Karena menurut masyarakat Baduy, jika terjadi penambahan atau pengurangan dapat mengakibatkan ketidak harmonisan dalam berkehidupan. Hal tersebut juga mengajarkan konsep kebersamaan di dalamnya, bahwa tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin, juga pada penguasa dan rakyat biasa, agar menghindari terjadinya perselisihan dan permusuhan dan menjaga kehidupan dengan kebersamaan. Diantara hukum negara dengan hukum adat yang masing-masing memiliki eksistensinya karena itu, perlu pemahaman tentang dimana posisi hukum masing-masing dalam mengatur masyarakat, yang sama, pada tempat yang sama dan dalam waktu yang sama, sedangkan hukum yang mengaturnya adalah hukum yang berbeda, yakni hukum negara dan hukum adat. Begitu juga penerapan sanksi adat yang ada di Baduy, seiring dengan perkembangan zaman yang ada, dan berkembangnya aturan- Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat... 73

8 aturan perlindungan terhadap masyarakat adat Baduy tidak dapat dilepaskan dari pemahaman masalah budaya, dan religius yang hidup dilingkungan masyarakat adat Baduy. Di dalam beberapa kasus pelanggaran adat, sanksi adat bisa berupa ganti rugi yang bersifat materiil maupun immateriil. Dilandaskan dengan nilai-nilai yang bersifat religious, menunjukkan bahwa masyarakat adat Baduy memiliki sistem budaya yang kuat, meskipun berada ditengah gempuran modernisasi zaman. Arus globalisasi yang telah sampai pada wilayah sekitar Baduy bahkan Baduy luar, telah menjadi suatu fenomena yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat setempat. Masyarakat adat Baduy, terutama Baduy dalam yang mempunyai kebiasaan mengisolasikan diri terhadap dunia luar, lambat laun kini telah terkontaminasi oleh kebudayaan luar. Namun beberapa praktek isolasi dari dunia luar pada masyarakat Baduy dalam masih terlihat dengan jelas. Di dalam penerapan hukum masyarakat Baduy pun dibedakan, antara masyarakat Baduy luar, Baduy dalam dan pengunjung atau masyarakat umum.hal tersebut dibedakan karena memang kebutuhan dan keterikatan yang berbeda, masyarakat Baduy juga memiliki hubungan yang baik dengan aparat penegak hukum khususnya pada Polsek Kecamatan Leuwidamar, yang merupakan Polsek terdekat dari wilayah Baduy.Saling menghargai dan mempercayai, serta saling menjaga antara masyarakat Baduy dengan aparat hukum negara bisa terlihat dan berjalan dengan baik, menimbulkan suatu ketentraman dan keharmonisan tersendiri bagi masyarakat setempat.berdasarkan hal tersebut, yang menjadi landasan pembedaan penerapan hukum jika terjadi suatu pelanggaran di wilayah masyarakat adat Baduy. Berbeda dengan Baduy dalam, sanksi yang diterapkan bagi Baduy luar, bisa dikatakan hampir sama dengan sanksi yang diterapkan pada pengunjung atau masyarakat luar yang berada di Baduy luar. Namun jika terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh warga Baduy luar, hanya kemudian diserahkan pada Jaro luar untuk kemudian dipertimbangkan sanksi yang akan dijatuhkan untuknya. Bisa berupa teguran, ganti kerugian, hingga diserahkan kepada aparat hukum negara, yang dimana dalam hal ini ialah Polsek Kecamatan Leuwidamar. Baduy luar di dalam penerapan sanksi yang dijatuhkan pada pengunjung atau masyarakat luar.jika memang benar terjadi pelanggaran adat yang dilakukan oleh pengunjung atau masyarakat luar, langkah pertama ialah teguran, ganti kerugian, ataupun diserahkan kepada aparat hukum negara setempat. penyalahannya.karena dilangkah awal pengunjung memasuki wilayah Baduy, kita ditemani oleh pemandu/guide yang memandu kita sampai kita kembali pulang. Maka langkah penerapan sanksi pertamanya ialah ada pada pemandu, maksudnya adalah, jika terdapat pelanggaran adat yang terjadi dan dilakukan oleh pengunjung, maka pemandu tersebut yang pertama kali disalahkan oleh penegak hukum adat Baduy, karena dianggap tidak menjaga dan mengawasi pengunjugnya dengan baik dan benar seperti apa yang telah dimandatkan oleh Jaro Pamarentah. Penyerahan pelanggar yang berstatus masyarakat luar Baduy kepada Polsek Leuwidamar, memiliki arti bahwa memang pelanggar tersebut selain melanggar aturan adat yang berlaku juga telah melanggar undang-undang yang berlaku dan memiliki sanksi pidana dan/atau perdata.setelah penyerahan tersebut kemudian pelanggar tersebut telah menjadi tanggungjawab aparat penegak hukum negara dan diharapkan mendapat sanksi yang setimpal dengan perbuatannya. Seperti yang juga telah dituturkan oleh Pak Ende, selaku Polsek Kecamatan Leuwidamar yang memberikan contoh kasus yang pernah terjadi antara masyarakat umum dengan masyarakat adat Baduy dalam. 74 Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat...

9 Dulu itu pernah ada, kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh tukang ojek, nah yang diperkosa itu orang Baduy dalam. Jadi waktu itu ada acara nonton bareng layar tancep di terminal Ciboleger, promosi dari produk rokok. Lalu ada warga yang tau, dan ditangkap ramairamai kemudian dibawa ke Jaro yang di Baduy Luar.Akhirnya yang tukang ojek itu dibawa ke polsek untuk dipidana, dan korbannya yang orang Baduy dalam itu dikeluarkan dari Baduy dalam. Pelaku pelanggaran adat yang diserahkan kepada aparat hukum negara, berarti juga telah melanggar Undang-undang yang berlaku di Indonesia, semisal tindak pidana pencurian yang sudah diatur di dalam Pasal 362 KUHP, penganiayaan di dalam Pasal 351 KUHP, pemerkosaan di dalam Pasal KUHP, dan lain sebagainya. Hal tersebut membuktikan bahwa hukum adat yang ada di Baduy, tidak terlalu melihat siapa korban dan siapa pelaku.namun jika aturan adat yang ada sudah dilanggar, maka sanksi yang diberikan tetaplah harus diberikan untuk mengembalikan keseimbangan adat yang terganggu.serta kepercayaan masyarakat adat Baduy terhadap hukum negara yang berlaku juga diterapkan di dalamnya dengan menyerahkan pelaku (tukang ojek) kepada pihak yang berwajib untuk kemudian dikenakan sanksi yang berlaku dalam undangundang. Penerapan sanksi adat yang ada pada masyarakat adatbaduy jika terjadi suatu pelanggaran, dengan bekerjasama antara pengurus adat dan aparat penegak hukum negara terbilang efektif. Karena nilai kejahatan yang terjadi sangatlah sedikit atau jarang wilayah adat Baduy menjadi lokasi wisata budaya, menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat luar yang ada disekitaran wilayah Baduy untuk ikut terlibat menjaga kelestarian dan kearifan lokal yang ada di dalam masyarakat Baduy menjadi semakin kuat, walaupun memang terselip kepentingankepentingan tersendiri bagi masyarakat luar tersebut, terutama di dalam bidang ekonomi. Karena ramainya pengunjung dan kelestarian masyarakat adat Baduy, secara tidak langsung telah menjadi tumpuan bagi kelangsungan hidup masyarakat disekitarnya. Konkritnya, suatu penerapan sanksi bagi pelanggaran yang terjadi di daerah territorial masyarakat adat Baduy sebenarnya sudah memenuhi syarat-syarat untuk mengefektifkan sistem hukum. Seperti yang disampaikan oleh Lawrence M. Friedman, yang menyebutkan bahwa dalam setiap sistem hukum terdapat tiga unsur, yaitu struktur, subtansi dan kultur hukum. Struktur adalah keseluruhan institusi hukum beserta aparatnya, jadi termasuk di dalamnya kepolisian dengan polisinya, kejaksaan dengan jaksanya, pengadilan dengan hakimnya dan seterusnya. Di dalam masyarakat adat Baduy, struktur tersebut meliputi 3 (tiga) Pu un atau Kepala Adat, 3 (tiga) Jaro Dalam atau Kepala Desa Baduy Dalam, serta 1 (satu) Jaro Pamarentah. Garis Besar Struktur Kepemerintahan yang ada di Masyarakat Adat Baduy Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat... 75

10 Garis Besar Struktur Kepemerintahan Adat Baduy Keterangan: Di dalam sistem pemerintahan yang ada di masyarakat Baduy, terdapat hierarki seperti gambar diatas, yang dimana Pu un atau kepala adat memiliki kedudukan teratas. Pu un pada masyarakat Baduy, yang ialah yang berada di kampung Cikeusik, Cikertawana, dan kemudian Cibeo.Pada ketiga kampung tersebut sebenarnya terdapat Pu un tertua yang berada di kampung Cikeusik, kemudian yang berada di Cikertawana, dan Pu un termuda yang berada di kampung Cibeo. Namun hal tersebut tidak begitu dipandang beda, Pu un-pu un tersebut tetap memandang sama diantara mereka.setelah apa yang ditentukan oleh ketiga Pu un tersebut, diturunkan lah suaranya kepada Jaro atau Kepala Desa yang ada di kampung Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo, yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat dikampungnya masing-masing, sebelum diturunkan kepada Jaro Pamarentah atau Kepala Desa Baduy Luar yang berada di desa Kanekes.Setelah Jaro Pamarentah menerima mandat serta aspirasi yang diturunkan dari Pu un, kemudian disosialisasikan lebih lanjut kepada masyarakat Baduy dan sekitarnya. Jaro Pamarentah ini juga yang mengurusi atau menyampaikan segala sesuatu kepentingan masyarakat Baduy kepada Instansi Pemerintah, Aparat Penegak Hukum dan juga pengunjung yang memasuki wilayah Baduy. Substansi adalah keseluruhan aturan hukum (termasuk asas hukum dan norma hukum), baik yang tertulis maupun tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan. Substansi yang ada di dalam masyarakat adat Baduy, meliputi: 1. Larangan mengambil foto dan video di wilayah Baduy Dalam; 2. Larangan merokok bagi warga Baduy Dalam; 3. Larangan menggunakan emas bagi warga Baduy Dalam; 4. Larangan poligami dan poliandri; 76 Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat...

11 5. Larangan minuman alkhohol; a. Larangan berpakaian modern bagi warga Baduy Dalam; b. Larangan menggunakan alat mandi bagi warga Baduy Dalam; c. Larangan menggunakan kendaraan dan alas kaki bagi warga Baduy Dalam; d. Larangan orang asing memasuki wilayah Baduy Dalam; e. Larangan bersekolah maupun mendirikan sekolah; f. Larangan mendirikan masjid; g. Larangan mengol,ah tanah menjadi sawah. Sedangkan mengenai kultur hukum diartikan sebagai ide-ide, sikap-sikap, kepercayaan-kepercayaan, harapan-harapan, dan opini-opini tentang hukum 9. Mengenai kultur yang ada di masyarakat adat Baduy, antara lain: 1. Memiliki kepercayaan animisme, yaitu Sunda Wiwitan; 2. Berpakaian putih atau biru muda untuk warga Baduy Dalam; 3. Berpakaian hitam atau modern bagi warga Baduy Luar; bagi warga Baduy Dalam; 6. adanya ; 7. Bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu perkara; 8. Memiliki pikukuh atau aturan adat yang ditaati dan ada secara turun-temurun. Sama halnya dengan sistem hukum yang ada pada masyarakat adat Baduy, yang juga memiliki ketiga unsur dari suatu sistem hukum yang disebutkan oleh Lawrence M. Friedman.Struktur yang ada pada masyarakat adat Baduy, yaitu keseluruhan institusi hukum beserta aparatnya, dalam hal ini ialah peradilan Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hlm adat beserta penegak hukum adat yang termasuk para kepala adat (Pu un) dan kepala desa (Jaro) Baduy Dalam maupun Luar. Subtansi, yang berupa keseluruhan aturan hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, seperti larangan untuk merokok yang terpampang di gerbang masuk daerah Baduy dan yang tidak tertulis biasanya disampaikan oleh Jaro Pamarentah atau Kepala Desa Baduy Luar dan Guide atau pemandu kepada para pengunjung atau masyarakat luar Baduy ialah mengenai kultur hukum yang ada dan masih hidup di masyarakat Baduy, yang berupa kearifan lokal, Pikukuh atau kepercayaan yang masih dipegang teguh oleh warga Baduy Dalam dan Baduy Luar. Selain hal-hal tersebut, juga terdapat beberapa faktor untuk melihat seberapa efektif suatu hukum berjalan disuatu daerah tersebut. Seperti yang dilansir oleh sosiologis.html, antara lain : 1. Mudah atau tidaknya makna aturan-aturan hukum itu untuk ditangkap dan dipahami. Dalam hal ini, segala macam aturanaturan adat yang berlaku di Baduy memang cukup sukar untuk dipahami maknanya, namun beberapa dapat ditangkap oleh logika.sebagai masyarakat luar Baduy, tidaklah begitu memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai aturan-aturan yang berlaku disana, karena beberapa diantaranya adalah sebuah pemikiran adat yang bersifat spiritual dan kosmis.namun bagi masyarakat Baduy itu sendiri, yang saya yakni ialah bahwa mereka cukup memahami dasar-dasar dari lahirnya suatu aturan-aturan tersebut. 2. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi aturanaturan hukum yang bersangkutan. sosiologis.html Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat... 77

12 Jelas dalam hal ini dapat dijangkau oleh masyarakat Baduy itu sendiri, bahkan oleh para pengunjung dan masyarakat yang berada disekitar daerah Baduy. aturan-aturan hukum. Mengenai mobilisasi aturan-aturan hukum adat Baduy, menurut saya sudah bahwa secara kepemerintahan adat Baduy yang cukup sistematis, terlebih di dalam hal menyebarluaskan suatu kabar yang dating dari kepala adat, bahkan komunikasi dengan instansi negara sekitarnya, yang dalam hal ini adalah DPRD Lebak, Banten. 4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah dijangkau dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat, melainkan juga harus cukup efektif dalam menyelesaikan sengketa-sengketa. Adanya kerjasama yang baik antara penegak hukum adat Baduy dengan penegak hukum negara, dalam hal ini Polsek Leuwidamar, mampu memberikan jalur yang solutif bagi sebuah pelanggaran yang melibatkan masyarakat luar Baduy, maupun masyarakat Baduy namun menolak untuk dijatuhkan hukum adat. 5. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata dikalangan warga masyarakat bahwa aturan-aturan dan pranata-pranata hukum itu memang sesungguhnya berdaya kemampuan yang efektif. Segala sesuatu peraturan adat Baduy yang berlaku, tentunya memiliki daya kemampuan yang efektif, serta mendapat pengakuan pihak warga masyarakat, baik masyarakat adat Baduy itu sendiri maupun masyarakat luar Baduy.Prosentase terjadinya sebuah pelanggaran yang terdapat di wilayah Baduy terbilang minim, pelanggaran yang dilakukan oleh anggota masyarakat adat Baduy itu sendiri maupun yang dilakukan oleh masyarakat luar Baduy. D. SIMPULAN Hukum adat Baduy yang terbilang mengikuti perkembangan zaman serta menghargai adanya pluralisme hukum di Indonesia, namun tetap mampu membatasi maupun memberlakukan pembatasan perilaku-perilaku anggota masyarakat Baduy dan di luar anggota masyarakat Baduy yang berada di territorialnya guna mencegah atau menekan pelanggaran adat yang mungkin terjadi.sikap konformitas yang ditunjukkan oleh masyarakat adat Baduy tersebut mampu melemahkan keberadaan hukum adat Baduy itu sendiri, sehingga pemikiran-pemikiran barat yang berbau liberalistis, bercorak rasionalistis dan intellektualistis mudah untuk memasuki wilayah adatnya. Hukum adat Baduy yang tidak menerapkan ditakuti oleh para anggota masyarakatnya maupun di luar anggota masyarakatnya. Sanksi adat Baduy lebih menyerang kepada batin maupun psikis pelanggar agar lebih menyadari perbuatannya yang dinilai telah meyalahi pikukuh yang ada. Hal tersebut mampu memberikan efek jera yang luar biasa bagi pelanggarnya.adanya kerjasama yang erat diantara penegak hukum adat dan penegak hukum negara yang berada disekitar wilayah masyarakat Baduy, mampu menciptakan suatu keharmonisan dan ke-efektifan bagi berjalannya suatu hukum yang berlaku di masyarakat Baduy, terutama yang itu juga berlaku bagi masyarakat luar Baduy. E. SARAN Masyarakat yang berada disekitar perbatasan territorial adat Baduy setidaknya lebih memiliki kesadaran akan keistimewaan hukum adat Baduy serta lebih turut serta menjaga kelestariannya tanpa atau setidaktidaknya mengurangi segala kepentingankepentingan pribadi yang memanfaatkan masyarakat Baduy dan masyarakat di luar Baduy atau pengunjung. Peran Pemerintah 78 Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat...

13 Daerah di dalam pengelolaan lokasi wisata budaya Baduy, seharusnya bisa lebih diperhatikan lagi, agar pengunjung serta masyarakat disekitar territorial Baduy lebih merasa nyaman dan aman di dalam berkegiatan di dalam lokasi tersebut, tanpa khawatir adanya penipuan atau kejahatankejahatan yang mungkin terjadi. Di dalam konteks melestarikan budaya dan adat yang ada di Baduy, tidaklah menjadi tanggungjawab instansi negara ataupun masyarakat disekitar perbatasan territorial adat Baduy bahkan masyarakat adat Baduy itu sendiri, namun juga menjadi tanggungjawab kita semua sebagai warga negara Indonesia, bahkan warga negara asing yang berkunjung ke lokasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Media Group Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta : Kencana Prenada telaah-sosiologis.html Anti Mayastuti, Restorative Justice Dalam Pidana Adat, Fakultas Hukum Universitas Maret Surakarta, Volume 2 Nomor 1. Djojodigoeno, 1958,Asas-Asas Hukum Adat, GAMA Yogyakarta, Yogyakarta. Sebelas Maret, Surakarta. Masyarakat Baduy. Hukum Dan Sanksi Adat: Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana, Setara Press, Malang. Indigenous Legal Traditions and Canadian Bhinneka Tunggal Ika: Indonesian Lessons for Legal Pluralism in Canadian, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Wignjodipuro, Surojo, 1983, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta. Parental Volume IV No. 2 Oktober 2016 Efektivitas Penerapan Sanksi Adat... 79

BAB I PENDAHULUAN. Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai sekarang masih mempertahankan nilai-nilai budaya dasar yang dimiliki dan diyakininya,

Lebih terperinci

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Pada bagian ini akan disimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul. Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terlatak di Provinsi Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan. Manusia diciptakan dari tanah, hidup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia terkenal dengan kemajemukannya yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan hidup bersama dalam negara kesatuan RI dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Keberagaman budaya inilah yang membuat Indonesia dikenal oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sangat kaya dengan budaya yang berbeda-beda. Salah saru diantaranya adalah masyarakat Kanekes (Baduy) yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai wilayah yang terbentang luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai Negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan BAB II KEBIJAKAN HUKUM PIDANA YANG MENGATUR TENTANG SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA DI INDONESIA A. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas sebagai hasil penelitian dan pembahasan dalam disertasi ini, maka dapat diajukan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penjabaran

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjunjung tinggi hak asasi manusia serta menjamin segala

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dua jenis, laki-laki dan perempuan. Untuk mengikat kedua jenis. dan seluruh keluarga kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dua jenis, laki-laki dan perempuan. Untuk mengikat kedua jenis. dan seluruh keluarga kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan suatu perbuatan mulia dan merupakan kebutuhan rohani dan jasmani dalam kehidupan manusia. Sudah menjadi sunnatullah bahwa sesuatu dijadikan tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

SISTEM HUKUM ADAT SISTEM HUKUM? (Apakah Sistem Hukum Itu?) 2

SISTEM HUKUM ADAT SISTEM HUKUM? (Apakah Sistem Hukum Itu?) 2 CORAK & SISTEM HUKUM ADAT OLEH: 1 SISTEM HUKUM ADAT SISTEM HUKUM? (Apakah Sistem Hukum Itu?) 2 Soepomo (1996): Sistem hukum adalah kebulatan aturan-aturan yang berdasarkan suatu kesatuan alam pikiran.

Lebih terperinci

JURNAL. Diajukan Oleh : Yohanes Ivan NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum (PK2)

JURNAL. Diajukan Oleh : Yohanes Ivan NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum (PK2) JURNAL EKSISTENSI HUKUM PIDANA ADAT DALAM MENANGANI DELIK ADAT PADA MASYARAKAT HUKUM ADAT DAYAK PANGKODAN DI DESA LAPE KECAMATAN SANGGAU KAPUAS KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Diajukan Oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia, karena konflik memang merupakan bagian yang mendasar dari eksistensi manusia itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah agama, agama adalah salah satu kebutuhan vital manusia, dengan alasan itulah maka hak kebebasan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENCEMARAN AIR YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI TAHU A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK 24 BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK A. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN UMUM Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura memiliki pergaulan hidup yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat Papua lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada hukum positif, artinya hukumhukum yang berlaku di Indonesia didasarkan pada aturan pancasila, konstitusi, dan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat dan tradisi yaitu suku Baduy yang tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten

Lebih terperinci

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Dasar 1945 Pasal 25A Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PADJAJARAN Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Jawa Barat.

UNIVERSITAS PADJAJARAN Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Jawa Barat. KAJIAN PUBLIC RELATIONS BUDAYA DALAM KEGIATAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BADUY (Studi Etnografi Komunikasi tentang aktivitas Internal dan External Relations oleh Jaro Pamarentah pada masyarakat Kanekes Luar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kampung adat Benda Kerep terletak di Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Masyarakat kampung ini masih memelihara tradisi yang hingga kini masih dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah, terutama tentang kesejahteraan hidup dan kesehatannya.

Lebih terperinci

BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN SANKSI PIDANA ADAT TERHADAP PENCURIAN TERNAK PADA MASYARAKAT DI DESA LAGAN KECAMATAN TALANG EMPAT

BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN SANKSI PIDANA ADAT TERHADAP PENCURIAN TERNAK PADA MASYARAKAT DI DESA LAGAN KECAMATAN TALANG EMPAT BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN SANKSI PIDANA ADAT TERHADAP PENCURIAN TERNAK PADA MASYARAKAT DI DESA LAGAN KECAMATAN TALANG EMPAT Penyelesaian pencurian ternak dalam masyarakat adat Di Desa Lagan Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN SANKSI ADAT TERHADAP PELANGGARAN YANG TERJADI DI TERRITORIAL MASYARAKAT ADAT BADUY

PENERAPAN SANKSI ADAT TERHADAP PELANGGARAN YANG TERJADI DI TERRITORIAL MASYARAKAT ADAT BADUY PENERAPAN SANKSI ADAT TERHADAP PELANGGARAN YANG TERJADI DI TERRITORIAL MASYARAKAT ADAT BADUY PenulisanHukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat sarjana S1 dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak dikenal dengan Restorative Justice,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak dikenal dengan Restorative Justice, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Dasar 1945 amandemen keempat, khususnya Pasal 28 B ayat (2) berisi ketentuan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas Hukum, hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta suatu kehidupan yang serasi, selaras

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa adat istiadat dan Lembaga Adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Judul : MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK Disusun oleh : Hadi Mustafa NPM : 11100008 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Tujuan Penelitian

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa lembaga adat yang berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) merumuskan bahwa, Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan

Lebih terperinci

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana Abstract Titles in this writing

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM, Menimbang : a. bahwa Minuman Beralkohol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kenakalan anak atau (juvenile deliuencya) adalah setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kenakalan anak atau (juvenile deliuencya) adalah setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman kenakalan anak telah memasuki ambang batas yang sangat memperihatinkan. Menurut Romli Atmasasmita sebagaimana dikutip Wagiati Soetodjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya kasus tindak pidana ringan yang terjadi di Indonesia dan sering menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan ancaman hukuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Adat adalah prilaku yang terus menerus dilakukan yang akan menimbulkan kebiasaan pribadi, kebiasaan pribadi kemudian ditiru oleh orang lain lambat laun orang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

A. Macam-Macam Pengendalian Sosial

A. Macam-Macam Pengendalian Sosial PENGENDALIAN SOSIAL A. Macam-Macam Pengendalian Sosial 1. Berdasarkan Waktu Pelaksanaannya a. Tindakan preventif; yaitu tindakan yang dilakukan oleh pihak berwajib sebelum penyimpangan sosial terjadi agar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional, 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan sindroma ketergantungan apabila penggunaannya tidak di bawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai subsistem sosial menempati posisi penting dalam eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha membangun sistem hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT 1. Menurut pendapat anda, apa yang dimaksud dengan : a. Adat : aturan, norma dan hukum, kebiasaan yang lazim dalam kehidupan suatu masyarakat. Adat ini dijadikan acuan

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK Nomor : 1 Tahun 1991 Seri D PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK NOMOR : 13 TAHUN 1990 T E N T A N G PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA ADAT

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (STUDI KASUS POLRESTA SURAKARTA) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di sebabkan karena pelecehan seksual dimana adanya fitnah kepada warga masyarakat suku Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat telah berhasil menarik perhatian baik masyarakat asing maupun masyarakat lokal. Ketertarikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang peranan Bidang Pembinaan Hukum Polda Jawa Tengah terhadap Provos dalam menangani tindak pidana kekerasan dalam rumah

Lebih terperinci

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia PROLOG Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia Itu potongan lagu yang sering saya nyanyikan di Sekolah Dasar ketika ada pengambilan nilai mata

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa sebagai bagian dari bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu pergaulan hidup di dalam masyarakat yang teratur dan maju tidak dapat berlangsung tanpa adanya jaminan akan kepastian hukum serta penegakan hukum yang baik demi terwujudnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 85 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN. BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.SKH A. Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) merupakan bagian dari pidana pokok dalam jenis-jenis pidana sebagaimana diatur pada Pasal

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XI/2013 Tentang Nota Kesepakatan Bersama Tentang Pengurangan Masa Tahanan Bagi Tindak Pidana Umum, Pemeriksaan Cepat dan Restorative Justice I. PEMOHON Fahmi Ardiansyah

Lebih terperinci