BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam kehidupan manusia, komunikasi tidak bisa dilepaskan dari bidang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam kehidupan manusia, komunikasi tidak bisa dilepaskan dari bidang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia, komunikasi tidak bisa dilepaskan dari bidang atau sektor apa pun. Demikian juga peran komunikasi dunia industri dan pemasaran. Komunikasi selalu menjadi salah satu aktivitas yang signifikan bagi keberhasilan sebuah perusahanan ataupun organisasi, terutama saat melakukan komunikasi dengan konsumen. Upaya untuk melakukan komunikasi dengan konsumen adalah cara strategis untuk mendapatkan keunggulan dalam melakukan penetrasi di pasar yang sama. Dalam proses komunikasi ini, organisasi berinteraksi dengan pelanggannya. Sementara itu, kegiatan pemasaran juga merupakan satu keharusan bagi perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi persaingan yang makin ketat. Demikian juga pemasaran yang dilakukan lembaga pendidikan pada era modern sekarang ini. Pendidikan sebagai komoditas ekonomi merupakan salah satu produk jasa yang bisa dipasarkan dengan komunikasi pemasaran yang baik. Sekolah salah satunya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Untuk menarik perhatian masyarakat dibutuhkan suatu hal yang bisa menarik perhatian seserorang maupun orang tua untuk menyekolahkan anaknya di suatu sekolah. Bisa saja karena sekolah itu memiliki pencitraan yang baik, sekolah itu dekat dengan rumah, atau alasan lainnya. Pendidikan menjadi bagian penting bagi setiap orang demi masa depannya maupun demi menjaga kelangsungan hidupnya. Masih banyak yang 1

2 2 percaya bahwa dengan semakin baik tingkat pendidikan seseorang, maka masa depan seseorang akan lebih terjamin. Pendidikan secara formal maupun informal sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup tiap individu di dunia ini. Menurut Wijaya (2008:42) Pemasaran untuk lembaga pendidikan (terutama sekolah) mutlak diperlukan. Pertama, sebagai lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang jasa pendidikan, untuk level apa saja, perlu meyakinkan masyarakat pelanggan (peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak terkait lainnya) bahwa lembaga pendidikan masih tetap eksis. Kedua, perlu meyakinkan masyarakat dan pelanggan bahwa layanan jasa pendidikan sungguh relevan dengan kebutuhan masyarakat. Ketiga, perlu melakukan kegiatan pemasaran agar jenis dan macam pendidikan dapat dikenal dan dimengerti secara luas oleh masyarakat. Keempat, agar eksistensi lembaga pendidikan tidak ditinggalkan oleh masyarakat luas serta pelanggan potensial.kegiatan pemasaran bukan sekedar kegiatan bisnis agar lembaga-lembaga pendidikan mendapat peserta didik, melainkan juga merupakan bentuk tanggung jawab kepada masyarakat luas. Sedangkan Menurut Alma. (2003:43) Sekolah termasuk dalam kategori lembaga non profit penyelenggara jasa pendidikan. Namun bagi sebagian orang awam yang belum banyak mengetahui tentang marketing, merasa kaget dengan istilah marketing pendidikan. Mereka mengira bahwa lembaga pendidikan itu akan dikomersialkan. Persepsi ini mungkin bisa benar atau salah, pada dasarnya istilah marketing bisa saja digunakan untuk lembaga-lembaga non profit, karena saat ini pendidikan juga menjadi komoditi yang diperdagangkan.

3 3 Persaingan industri jasa pendidikan pada tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK) sekarang ini semakin ketat. Hal ini menjadi sinyal positif dalam hal peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah. Berbagai upaya kreatif dan inovatif para pengelola sekolah untuk terus menggali keunikan dan keunggulan agar semakin diminati oleh masyarakat pemakai jasa pendidikan, semakin gencar dilakukan. Beragam program baru dan excellence di beberapa sekolah menengah kejuruan seperti: SMK excellent, SMK International Class, SMK National Class, SMK Islam dan lain-lain menjadi bukti nyata perang kompetisi jasa pendidikan di level tersebut sebenarnya sudah di depan mata. Fenomena di atas mengakibatkan eksistensi sekolah-sekolah menengah kejuruan, kini telah mengubah mindset-nya dengan mulai merevisi dan me-reborn beberapa program terbaiknya terkhusus dalam hal strategi komunikasi pemasaran sekolah. Konsep input, proses, dan output menjadi objek kajian yang telah dimantapkan dan ditegaskan kembali secara lebih konkrit. Tidak mengherankan jika inovasi-inovasi tersebut, kini menjadi sebuah kajian dan telaah marketing school yang menarik. Dunia pendidikan, akhirnya telah memasuki era baru yang disebut era kompetisi. Kegiatan marketing school atau pemasaran sekolah yang dulu dipandang tabu karena berbau bisnis oriented, sekarang sudah dilaksanakan dengan terbuka dan terang-terangan. Konsep marketing school ternyata bukan hanya lagi monopoli perusahaan-perusahaan manufaktur yang profit oriented, tetapi trennya telah diadopsi pula oleh institusi-institusi pendidikan terkhusus di jasa pendidikan sekolah-sekolah swasta. Upaya-upaya menggaet input yang lebih capable dan

4 4 matang untuk calon siswa baru yang potensial telah menjadi tuntutan wajib yang harus dipenuhi oleh setiap sekolah dalam rangka mendukung proses pembelajaran di ajang kompetisi antar sekolah. Dengan input yang qualified tersebut, diharapkan setiap sekolah nantinya akan lebih mampu untuk melakukan akselerasi dalam proses belajar mengajar. Dengan komunikasi pemasaran yang baik, sebuah sekolah dapat dipasarkan kepada masyarakat untuk menarik perhatian mereka, mendapatkan siswa, dan mendapatkan keuntungan tertentu. Apa lagi jika sekolah tersebut dikelola oleh pihak swasta. Di dalam dunia bisnis jasa, peranan pemasaran sangat disadari oleh perusahaan-perusahan bahwa hal ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahan mereka, karena pemasaran pada dasarnya adalah membangun sebuah merek (brand) di benak konsumen. Dalam tataran ini, konsep strategi komunikasi pemasaran pendidikan telah berevolusi menjadi sebuah kajian yang lebih signifikan dan serius. Kondisi ini bisa dipahami karena dunia marketing school selalu berubah secara dinamis sehingga pemasar perlu berada dalam jarak yang dekat dengan konsumen yang dilayaninya. Sebagai contoh, dalam masa-masa penerimaan siswa baru (PSB) di setiap sekolah, tim promosi PSB tidak hanya difungsikan sekadar mengurusi halhal administrasi dan seleksi semata. Namun, mereka lebih diefektifkan jauh-jauh hari sebelum tahun ajaran baru dimulai untuk mengedukasi dan melakukan bentukbentuk kampanye strategi komunikasi pemasaran sekolah terhadap calon siswa potensial secara lebih jitu.

5 5 Dalam hal ini biasanya mereka mengawalinya dengan melakukan riset terlebih dahulu. Pada tahap selanjutnya, mereka berinovasi untuk mengedukasi pasar dan menghasilkan input yang sesuai standar target dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Tak heran jika pilihan berinovasi terkadang ditempuh dengan cara mencuri start sebelum hari-h pelaksanaan penerimaan siswa baru. Di sisi yang berbeda, beberapa sekolah pun telah melakukan bentuk strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan dengan intens dan profesional dengan memasang artikel satu atau setengah halaman full colour di harian lokal yang menjadi target sasarannya. Tentu saja ini sebuah terobosan kreatif untuk mengedukasi calon konsumennya. Meski diakui strategi ini memerlukan budget yang tidak sedikit. Namun, untuk sebuah kemenangan kompetisi, akselerasi peningkatan kualitas, dan profesionalisme manajemen sekolah yang diperhitungkan oleh kompetitor lain, kegiatan ini akan menjadi sebuah bentuk kekuatan dan diferensiasi tersendiri. Hal ini mengingat karena parameter kualitas jasa pendidikan saat ini masih mengacu pada faktor-faktor seperti: kredibilitas sekolah, layanan utama, fasilitas penunjang, dan proses layanan yang representatif. Pendeknya, perkembangan perubahan industri jasa pendidikan saat ini harus segera diantisipasi dengan ide dan kesiapan baru dalam menghadapi era perubahan strategi komunikasi pemasaran sekolah yang semakin ketat dan kompetitif. Melihat fakta-fakta tersebut disadari atau tidak, akhirnya menjadi bukan perkara mudah bagi orangtua untuk menyekolahkan putra-putrinya selepas lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Orang

6 6 tua semakin sulit untuk menentukan pilihan lembaga pendidikan formal yang akan dipilih bagi masa depan anak-anaknya. Orangtua semakin memiliki banyak pilihan dan memiliki banyak akses ke berbagai jasa layanan pendidikan pada tingkat sekolah menengah atas. Orangtua juga dapat dengan leluasa memilih sekolahsekolah baru yang menawarkan kelebihan atau nilai-nilai yag dianggap sesuai dengan keinginannya. Akhirnya, tuntutan orangtua terhadap jasa layanan pendidikan tersebut semakin kompleks sehingga jasa yang tidak sesuai dengan harapan akan ditinggalkannya. Persaingan yang kiat ketat di bidang layanan jasa pendidikan ini seperti yang terdapat dalam paparan data dibawah ini : jumlah lulusan tingkat SMP dari sekolah negeri dan swasta tahun ini ada sebanyak murid. Namun, kuota bangku untuk SMA/SMK negeri sekitar murid dari jumlah sekolah 15 SMA dan 9 SMK."Jumlah lulusanya memang tidak sebanding dengan jumlah sekolah negeri yang tersedia, sehingga siswa SMP yang melanjutkan ke SMA/SMK negeri harus bersaing agar bisa diterima," kata Sekretaris Dindik Kota Tangerang Masyati Yulia, Jumat (6/6).Meski daya tampung terbatas, namun para siswa bisa tetap melanjutkan sekolahnya ke SMA atau SMK swasta yang jumlahnya sangat banyak. Berdasarkan data, jumlah SMA 86 sekolah dan SMK 102 sekolah. (Tangerangnews.com, 6 juni 2014) Bila dikaji lebih dalam jumlah SMA/SMK swasta yang ada, bisa diperkirakan jumlah rata-rata para lulusan SMP untuk masuk ke jenjang SMA/SMK sekitar 100-an siswa persekolah. Fenomena inilah yang menjadikan persaingan di tiap sekolah semakin ketat dan menimbulkan persaingan tajam dalam memperebutkan ceruk siswa yang jumlahnya makin terbatas. Persaingan yang kian menguat ini sebenarnya tidak akan menjadi masalah besar bagi sekolahsekolah menengah kejuruan yang notabene milik pemerintah atau sekolah negeri.

7 7 Sekolah-sekolah negeri tidak dipusingkan oleh kewajiban berpromosi untuk menjaring siswa. Siswa akan datang sendiri pada tanggal yang sudah ditentukan di setiap awal tahun ajaran. Panitia PSB di sekolah-sekolah negeri tidak perlu pusing mengenai berapa jumlah bangku yang kosong atau terisi karena pembiayaan sekolah-sekolah menengah kejuruan negeri berasal dari pemerintah, bukan dari berapa banyak siswa yang masuk mendaftar. Tanpa berusaha keras menjaring siswa pun, beberapa sekolah negeri terkadang bahkan sampai menolak siswa karena bangku sudah penuh terisi atau telah memenuhi kuota PSB yang telah ditentukan. Hal ini tentunya berbalikan dengan sekolah-sekolah menengah atas swasta. Sepanjang tahun, sekolah-sekolah menengah atas swasta berupaya keras untuk terus menjaring dan mempertahankan jumlah siswa. Hal ini dikarenakan sumber pembiayaan sekolah-sekolah menengah kejuruan swasta berasal dari kantung sendiri alias tanpa subsidi dari pihak manapun. Banyak sedikitnya jumlah siswa di sekolah-sekolah menengah atas swasta tersebut akan sangat mempengaruhi kemampuan operasional keuangan sekolah. Keadaan ini masih diperparah lagi dengan kebijakan pemerintah yang menggratiskan biaya pendidikan, terkhusus bagi para siswa yang bersekolah di sekolah-sekolah negeri, misalnya Pemerintah Kota Tangerang dalam hal ini Dinas Pendidikan akan menggratiskan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) bagi siswa tingkat SMA dan SMK Negeri tahun ajaran baru Masuk ajaran baru Juli mendatang, SPP bagi SMA dan SMK Negeri gratis. Semuanya akan ditanggung oleh pemerintah melalui APBD," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Tabrani kepada wartawan, di Tangerang. (Sindonews.com, 1 januari 2013)

8 8 Fakta di atas semakin menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan pil pahit yang harus ditelan untuk keberlangsungan eksistensi di sekolah-sekolah menengah kejuruan swasta. Pembedaan kebijakan antara sekolah-sekolah menengah atas negeri dan sekolah-sekolah menengah atas swasta tersebut sangat memberatkan dan bisa jadi lambat laun akan berdampak mematikan daur hidup sekolah-sekolah menegah kejuruan swasta yang notabene mitra pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa secara bersama-sama. Sementara, fenomena tren pendidikan akhir-akhir ini ternyata juga semakin menguatkan bahwa telah terjadi pergeseran orientasi untuk para lulusan sekolah menengah pertama (SMP). Para siswa lulusan SMP terdapat kecenderungan untuk lebih memilih sekolah menengah kejuruan (SMK). Faktor yang melatarbelakangi perubahan orientasi lulusan SMP memilih SMK karena daya tarik siap kerja dari para lulusan SMK. Pembelajaran di SMK dipersepsi mampu meluluskan siswanya untuk siap pakai sesuai dengan kebutuhan di bidang infrastruktur pembangunan, baik sebagai pekerja industri maupun sebagai pekerja administrator di lingkungan pemerintah. (Jawa Pos, 27 Juli 2010). Hal tersebut tertuang dalam tujuan pendidikan SMK menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya.. Adanya peraturan dan kebijakan pemerintah yang menguatkan lewat surat edaran Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Pendidikan SMK yang menetapkan arah dan kebijakan (blue print) dalam rangka peningkatan jumlah

9 9 siswa SMK. Direktorat Pendidikan SMK menargetkan bahwa perbandingan jumlah siswa SMA dengan siswa SMK adalah 60:40. Fakta ini menjadi primadona baru bagi para siswa lulusan SMP. Bila di kaji lebih lanjut dalam sistem pendidikan UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 bahwa pemerintah memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada setiap warga negara tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, suku, agama, ras, dan latar belakang sosial ekonomi. Salah satu lembaga pendidikan yang mengacu pada pengembangan kualitas profesional sumberdaya manusia adalah sekolah menengah kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah satuan lembaga pendidikan sekolah tingkat menengah yang memiliki fungsi menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) atau berwirausaha. Produk yang dihasilkan dari SMK adalah jasa pendidikan dan pelatihan atau diklat. Sebagian besar siswa-siswa SMK sebagai pemakai produk langsung SMK berharap memperoleh diklat yang bermutu sebagai bekal dalam bersaing di DUDI atau berwirausaha setelah lulus, demikian juga harapan orang tua siswa DUDI sebagai pemakai Lulusan SMK berharap semua Lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan pekerjaan atau standar kompetensi kerja. Iklan-iklan SMK yang ditayangkan di televisi televisi cukup membuka pikiran masyarakat terutama para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SMK. Untuk itu maka SMK menjadi pilihan utama para orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya di jenjang SLTA. Orang tua hanya perlu

10 10 mengarahkan minat dan bakat siswa dalam pemilihan jurusan di SMK. Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan persaingan SMK semakin ketat. Masingmasing sekolah menunjukkan keunggulannya masing-masing agar mendapatkan siswa yang berkualitas. Untuk itulah maka kualitas dan kuantitas promosi sekolah harus terus ditingkatkan. Dengan promosi yang kuat maka diharapkan pencapaian perolehan siswa bisa lebih maksimal sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan. Sekolah menengah kejuruan (SMK) Manba ul Ulum Tangerang sebagai salah satu sekolah menengah kejuruan swasta yang tidak terlepas dari pengaruh persaingan ketat, ini baik dari aspek lembaga maupun sumber daya manusia (guru dan staff). Hal ini dikarenakan SMK Manba ul Ulum merupakan sebuah lembaga jasa layanan pendidikan formal yang berbasis Pondok Pesantren atau boarding school. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang membuka Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) Manba ul Ulum yang mempunyai tiga jurusan, yaitu : Otomotif, Akuntansi dan Multimedia. Dari peserta didik kelas 1 sampai dengan kelas 3 SMK diwajibkan untuk tinggal di asrama/pesantren. Dengan diibaratkan mondok dengan sekolah bukan sekolah dengan mondok. Hal itu dimaksudkan agar peserta didik bisa mendapatkan pelajaran agama seperti yang diajarkan di pesatren juga pengetahuan modern seperti keterampilan IT (Information Technology). Meski masih tergolong baru dan belum lama berjalan, namun sudah terlihat perubahan yang lebih baik tiap tahunnya. Demikian juga kendala yang dihadapi juga bermacam-macam.

11 11 Hal tersebut adalah sesuatu yang baru dan unik yang terjadi di Pesantren, Yang mana kebanyakan para orang tua berpendapat memasukkan anak-anak nya ke pondok pesantren dengan tujuan memperdalam agama saja. Dalam kemajuan zaman modern yang penuh dengan persaingan dunia usaha, industri dan kemajuankemajuan lainnya, maka SMK Manba ul Ulum di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang dapat menjawab dengan tantangan itu. Diharapkan Kelulusan dari SMK ini mempunyai kemampuan yang professional di bidangnya sekaligus menjadi kuat benteng keimannanya. Penerimaan siswa baru (PSB) di SMK Manba ul Ulum setiap tahunnya selalu mengalami proses fluktuatif (naik dan turun) secara signifikan dan bahkan dapat dikatakan cenderung mengalami penurunan dalam mendapatkan siswa baru setiap tahunnya. Kecenderungan mengalami penurunan dalam mendapatkan siswa baru ini terlihat saat calon siswa baru yang tidak diterima saat tes awal masuk karena nilainya tidak mencukupi dari standar yang telah ditentukan, akhirnya oleh panitia PSB diberi kesempatan kembali untuk menjalani tes ulang hingga anak tersebut dapat diterima menjadi siswa baru SMK Manba ul Ulum. Kebijakan ini dijalankan oleh Panitia Penerimaan Santri Baru (PSB) dan Civitas Akedemika Pondok Pesantren Asshiddiqiyah karena untuk mendapatkan calon siswa baru saat ini persaingannya semakin kian ketat dan tidak mudah. Berdasarkan paparan di atas, meskipun kualitas/mutu, pelayanan, fasilitas, dan prestasi pendidikan di SMK Manba ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang setiap tahunnya selalu mengalami proses fluktuatif (naik dan turun) secara signifikan dan bahkan dapat dikatakan cenderung mengalami penurunan

12 12 dalam mendapatkan siswa baru setiap tahunnya. Pada Tabel 1.1 di bawah ini dapat ditunjukan data tren jumlah pendaftar di SMK Manba ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang untuk tiga tahun terakhir periode tahun ajaran, yakni dimulai tahun ajaran 2012/2013.s.d 2014/2015. Berdasarkan Tabel 1.1 Di bawah ini menunjukan bahwa tren jumlah pendaftar selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah pendaftar 197 Pendaftar. Tahun ajaran 2012/2013 terjual 126 Pendaftar. tahun ajaran 2013/2014 terjual 101 Pendaftar. Tabel 1.1 Tren Jumlah Pendaftar SMK o 2012/ / /2015 Sumber : PSB Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang 2014 Pada Tabel 1.2 di bawah ini dapat ditunjukkan data tren jumlah pendaftar ulang di SMK Manba ul Ulum untuk tiga tahun terakhir periode tahun ajaran, yakni dimulai tahun ajaran 2012/2013. s.d 2014/2015. Berdasarkan Tabel 2. Di bawah ini menunjukan bahwa tren penjualan jumlah pendaftar ulang selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah pendaftar ulang 187 siswa. Tahun ajaran 2013/2014. jumlah pendaftar ulang 104 siswa. Tahun ajaran 2013/2014 jumlah pendaftar ulang 90 siswa.

13 o Tabel 1.2 Tren Jumlah Pendaftar Ulang 2012/ / /2015 Sumber : PSB Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang, 2014 Jadi kesimpulan data tabel di atas menandakan adanya penurunan terhadap pendaftar SMK Manba ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang. Berikut ini adalah Tabel yang menunjukan perbedaan pendaftar SMK Manba ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang : Tabel 1.3. Jumlah Siswa Baru SMK Tahun 2012 s/d 2014 Tahun Ajaran Pendaftar Pendaftar Ulang Jumlah Siswa Baru SMK 2012/ / / Sumber : PSB Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang, 2014 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah pendaftar ulang terbanyak berada pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah pendaftar ulang menurun pada tahun 2013/2014, sementara jumlah pendaftar ulang yang paling rendah berada pada tahun ajaran 2014/2015. Jika penurunan ini dibiarkan, maka dikhawatirkan akan terjadi penurunan drastis yang terus menerus dan menghambat kinerja sekolah dalam pengelolaan peserta didik di tahun berikutnya. Hidup matinya suatu lembaga pendidikan (sekolah) bisa dilihat dari ada dan tidak nya siswa yang bersekolah.

14 14 Dalam rangka meningkatkan jumlah peserta didik SMK Manba ul Ulum, Yayasan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang menyadari pentingnya kegiatan promosi yang merupakan bagian dari komunikasi pemasaran Namun dalam kenyataanya, sekolah masih banyak mengalami kendala dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran Kegiatan promosi yang dilakukan saat ini belum mampu meningkatkan jumlah siswa baru yang ditargetkan. Mungkinkah kegiatan promosi ini memerlukan strategi komunikasi pemasaran yang terencana agar mampu menaikkan kuantitas siswa baru? Tentunya hal ini menjadi suatu permasalahan yang memerlukan penelitian. Berdasarkan fenomena ini, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai strategi komunikasi Pemasaran SMK Manba ul Ulum yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang. Dalam upaya mengkaji permasalahan lebih mendalam penulis melakukan penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan melalui kajian perpustakaan dan riset lapangan. Berdasarkan realitas data tersebut di atas, kesadaran akan pentingnya school value proposition dalam strategi komunikasi pemasaran yang harus dijalankan oleh Panitia Penerimaan Santri Baru (PSB) Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang. 1.2.Fokus Penelitian Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang mempunyai empat sekolah yaitu SMP Manba ul Ulum, MTS Manba ul Ulum, SMA Manba ul Ulum dan SMK Manba ul Ulum. Berpijak pada latar belakang masalah yang diuraikan di atas, Penelitian ini di fokuskan kepada SMK Manba ul ulum yang berlokasi di dalam

15 15 Pondok Pesantren Asshiddiqiyah yang saat ini dihadapkan oleh persaingan Sekolah SMK yang berada di Kota Tangerang, maka diperlukan strategi komunikasi pemasaran. Maka, Penelitian ini adalah : Bagaimana Strategi Komunikasi Pemasaran SMK Manba ul Ulum yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dalam Penerimaan Siswa Baru Tahun 2014? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Terkait dengan pemilihan judul penelitian dan paparan di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk dapat mengetahui bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dan secara rinci tujuan penelitian adalah untuk : 1. Mengetahui tahapan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dalam penerimaan siswa baru SMK Manba ul Ulum 2. Mengetahui implementasi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dalam penerimaan siswa baru SMK Manba ul Ulum Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara konseptual teoritis maupun secara praktis dilapangan.

16 Manfaat Akedemis 1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang strategi komunikasi pemasaran dalam penerimaan siswa baru SMK Manba ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang 2. Memberikan informasi tentang strategi komunikasi pemasaran dalam penirimaan siswa baru. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para praktisi bidang komunikasi pemasaran sekolah, dan dapat di jadikan bahan masukan dan evaluasi bagi Pondok Pesantren Asshiddiqiyah mengenai Strategi Komunikasi Pemasaran Sekolah dalam penerimaan siswa baru.

BAB I PENDAHULUAN. (SMA) sekarang ini semakin ketat. Hal ini menjadi sinyal positif dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. (SMA) sekarang ini semakin ketat. Hal ini menjadi sinyal positif dalam hal 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan industri jasa pendidikan pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) sekarang ini semakin ketat. Hal ini menjadi sinyal positif dalam hal peningkatan

Lebih terperinci

artinya bagi anak Indonesia yang berusia 7 16 tahun wajib mengikuti

artinya bagi anak Indonesia yang berusia 7 16 tahun wajib mengikuti BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bagi negara yang ingin memperbaiki sendisendi kependidikannya seperti di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan perubahan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan perubahan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut masyarakat untuk melakukan perubahan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman. Peran pengetahuan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemakmuran bagi suatu bangsa sangat berhubungan dengan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemakmuran bagi suatu bangsa sangat berhubungan dengan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemakmuran bagi suatu bangsa sangat berhubungan dengan mutu pendidikan yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Secara khusus, dapat dijelaskan bahwa keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi persaingan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, peran pemerintah untuk ikut serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan menurut jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat ditambah dengan arus globalisasi menimbulkan perubahan-perubahan di segala bidang kehidupan. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diharapkan mampu memberikan peran dan andil dalam akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diharapkan mampu memberikan peran dan andil dalam akselerasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, sangat memperhatikan dan terus mengupayakan peningkatan kualitas SDM, yang salah satunya dilakukan melalui jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tegnologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya produsen yang terlibat dalam pemenuhan keinginan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya produsen yang terlibat dalam pemenuhan keinginan konsumen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era pembangunan yang semakin berkembang, pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dnegan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan zaman dimana kebudayaan, moral maupun tingkat ketergantungan manusia meningkat. Kondisi kebutuhan dan tantangan dunia kerja di era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat pendidikan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengingat pendidikan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini tuntutan terhadap dunia pendidikan sangat tinggi mengingat pendidikan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini perusahaan industri sepeda motor di indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini perusahaan industri sepeda motor di indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini perusahaan industri sepeda motor di indonesia semakin berkembang pesat ditambah dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan mempertahankan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, pasal 27, ayat 1 menegaskan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga Negara. Oleh karenanya menjadi hak setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat akibat perubahan teknologi, ekonomi, dan kondisi situasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat akibat perubahan teknologi, ekonomi, dan kondisi situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Implikasi dari kehadiran era globalisasi adalah persaingan antar industri menjadi semakin ketat akibat perubahan teknologi, ekonomi, dan kondisi situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah atas yang memfokuskan tamatannya siap untuk bekerja di industri sehingga kurikulumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia kerja merupakan tujuan akhir yang hendak diraih oleh setiap peserta

BAB I PENDAHULUAN. Dunia kerja merupakan tujuan akhir yang hendak diraih oleh setiap peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan tujuan akhir yang hendak diraih oleh setiap peserta didik dari jenjang manapun, baik lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah yang menciptakan calon tenaga kerja yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Output pendidikan dituntut untuk siap menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dan inovatif para pelaku pendidikan untuk terus menggali Keunikan dan

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dan inovatif para pelaku pendidikan untuk terus menggali Keunikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era global dan pasar bebas sekarang ini dunia pendidikan ikut terpengaruh dalam suasana kompetitif. Hal ini ditunjukkan dengan upaya-upaya kreatif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA (masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA (masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini sangat mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA (masyarakat ekonomi asean) di tahun 2016, tidak hanya membuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Informasi merupakan satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karena dengan adanya informasi kita dapat mengambil keputusan secara tepat. Informasi berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa, pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perguruan tinggi swasta sekarang yang semakin pesat dan ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus meningkatkan kemampuannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri (PTN) menawarkan keunggulannya masing-masing dalam memperebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri (PTN) menawarkan keunggulannya masing-masing dalam memperebutkan BAB 1 PENDAHULUAN Pada era ini, persaingan di bidang pendidikan semakin ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perguruan tinggi baik swasta (PTS) maupun negeri (PTN) menawarkan keunggulannya masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan masa mendatang cenderung semakin kompleks dan penuh tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap insan yang kompeten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika peserta didik akan mencari studi lanjut ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa-siswa akan memikirkan berbagai alternatif pilihan program pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan anggaran 20% APBN untuk. pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan anggaran 20% APBN untuk. pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan seusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pendidikan juga penting bagi terciptanya kemajuan dan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan dasar. Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja yang semakin ketat dan kompetitif. Melalui kesepakatan global ini, tenaga kerja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada kondisi sekarang ini, Indonesia memasuki kehidupan era globalisasi yang banyak terjadi perubahan-perubahan. Guna menghadapi tantangan global diperlukannya

Lebih terperinci

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah faktor kunci yang utama untuk menghadapi persaingan dalam dunia kerja di era globalisasi saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri 1 Kendal Dalam penelitian ini gambaran umum yang disajikan secara rinci sebagai berikut : Visi, Misi, dan Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah populasi

I. PENDAHULUAN. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah populasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah populasi penduduk Indonesia, baik dilihat secara nasional maupun pada tingkat regional, termasuk penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis saat ini semakin dinamis, kompleks, dan tidak pasti

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis saat ini semakin dinamis, kompleks, dan tidak pasti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis saat ini semakin dinamis, kompleks, dan tidak pasti sehingga memacu para pengelola perusahaan untuk dapat berpikir secara kreatif, inovatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha menyadari suatu kebutuhan untuk mengeksploitasi sepenuhnya aset-aset mereka demi memaksimalkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menghasilkan sumber daya yang mampu menjadi penerus dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan adalah upaya mewujudkan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan adalah upaya mewujudkan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya mewujudkan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian yang akan dilakukan, meliputi : latar belakang masalah, fokus penelitian, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi suatu bangsa kedepan ditengah persaingan global ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bangsa yang menyadari peran SDM tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dunia bisnis saat ini semakin kompetitif. Hal ini berlaku untuk segala jenis

BAB I LATAR BELAKANG. dunia bisnis saat ini semakin kompetitif. Hal ini berlaku untuk segala jenis BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini perusahaan dituntut untuk lebih bergerak dinamis, inovatif, dan mampu memanfaatkan segala peluang yang ada karena persaingan di dunia bisnis saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Mereka bingung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena dengan seiring berjalannya waktu, terdapat beragam produk dipasaran,

BAB I PENDAHULUAN. Karena dengan seiring berjalannya waktu, terdapat beragam produk dipasaran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman era globalisasi sekarang ini, perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi secara tidak langsung telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 84 BAB IV ANALISIS DATA A. Implementasi UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 terhadap Pengembangan Kurikulum di Madrasah Miftahul Ulum Sidogiri Pasuruan Madrasah Miftahul Ulum Sidogiri Pasuruan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan yang semakin luas di era modern saat ini, menuntut adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas, sehingga mendorong timbulnya kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa banyak perubahan dalam berbagai kehidupan manusia dan lingkungan bisnis, tidak terkecuali

Lebih terperinci

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pembangunan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas, nantinya akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bukan hanya hak monopoli bidang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bukan hanya hak monopoli bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini persaingan bukan hanya hak monopoli bidang ekonomi saja, di bidang pendidikan pun persaingan tak bisa terelakkan. Masyarakat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 ini, dapat dirasakan dengan jelas bahwa persaingan bisnis kian kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan keinginan pelanggan, menyampaikan produk ke konsumen atau

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan keinginan pelanggan, menyampaikan produk ke konsumen atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi, baik bisnis maupun nonbisnis tidak terlepas dari aktifitas pemasaran. Pemasaran merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini setiap Negara di seluruh dunia semakin terbuka dalam segala bidang usaha seperti bidang politik, bidang industri, bidang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan upaya yang utama bagi siswa dalam memperoleh keterampilan dan pengetahuannya di sekolah. PBM yang berkualitas dan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Bimbingan Tridaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Bimbingan Tridaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sejarah Bimbingan Tridaya Di tengah-tengah persaingan yang tajam dalam industri bimbingan belajar, pada tanggal 19 Juli 1991 Tridaya didirikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Gambar 1.1 Logo Yayasan Badan Perguruan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Gambar 1.1 Logo Yayasan Badan Perguruan Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Gambar 1.1 Logo Yayasan Badan Perguruan Indonesia Sumber: http://www.smasbpi1bdg.net/html/index.php diakses pada 3 maret 2015 SMA BPI 1 Bandung adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PENERIMAAN SISWA BARU DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING DI MTs MA ARIF NU 1 CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENERAPAN SISTEM PENERIMAAN SISWA BARU DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING DI MTs MA ARIF NU 1 CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENERAPAN SISTEM PENERIMAAN SISWA BARU DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING DI MTs MA ARIF NU 1 CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 S K R I P S I Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang pokok serta tak terlepas dari kehidupan manusia. Pendidikan dapat membentuk pribadi manusia dan sangat berperan dalam membentuk baik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berdampak pada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berdampak pada pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu hal yang dinamis. Dikatakan dinamis karena pendidikan mengikuti perkembangan zaman yang meliputi perkembangan teknologi serta ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni: SMK adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah lanjutan menengah pertama yang memiliki ciri Islam yang dikelola dan dikembangkan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan teknologi informasi menjadi semakin ketat dan tajam yang sudah barang tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, dimana seluruh segi kehidupan bangsa dan negara di atur di dalamnya. Dalam pembukaan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia kerja saat ini dan masa mendatang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya memiliki kemampuan teoritis saja, tetapi juga harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Keberhasilan pendidikan dapat diukur dengan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru di dalam kelas. Namun, operasionalnya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional secara kuantitatif bertujuan mendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional secara kuantitatif bertujuan mendidik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional secara kuantitatif bertujuan mendidik dan mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia, sedangkan secara kualitatif bertujuan membangun manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong

I. PENDAHULUAN. sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Situasi perekonomian dewasa ini berkembang sangat pesat, terlebih pada masa globalisasi seperti sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal menengah yang secara khusus mempersiapkan peserta didiknya untuk siap bekerja di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shinta Aryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shinta Aryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang bertujuan menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan dan keahlian agar dapat langsung bekerja sesuai dengan minat dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 aminhaedari@yahoo.com PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci