BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendidikan Karakter. reward guna mendorong siswa untuk berkarakter gemar membaca.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendidikan Karakter. reward guna mendorong siswa untuk berkarakter gemar membaca."

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter gemar membaca di Sekolah Dasar Negeri Panambangan dilaksanakan melalui gerakan literasi sekolah. Proses pembentukan karakter tersebut diantaranya adalah pelaksanaan membaca buku 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Selain itu, ada lomba bercerita tentang buku cerita yang pernah dibaca. Sekolah akan memberikan reward kepada siswa yang mendapat juara. Pemberian reward guna mendorong siswa untuk berkarakter gemar membaca. Sekolah Dasar Negeri Panambangan menyediakan tempat untuk membaca seperti perpustakaan, taman baca dan pojok baca. Orang tua siswa yang menunggu anaknya pulang dapat membaca buku di taman baca. Kebiasan ini akan berdapak positif, khususnya ketika siswa keluar dari kelas melihat kebiasaan membaca dilakukan oleh orang tuanya. Peran orang tua adalah kunci penting dalam pembentukan karakter khususnya karakter gemar membaca. Karakter manusia tidak dapat diwariskan, karakter tidak dapat dibeli, dan karater tidak dapat ditukar. Zubaedi (2011:17) menjelaskan pembentukan karakter dapat terlaksana melalui pendidikan. Pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu memengaruhi karakter siswa. 8

2 9 Kusuma, D., Triatna, C. dan Permana, J. (2012:5) menerangkan bahwa pendidikan karakter merupakan pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolahan. Samani, M. dan Hariyanto (2012:45) pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada siswa untuk menjadikan manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan krasa. Peneliti menyimpulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan di sekolah pada siswa secara sistematis untuk membantu siswa memahami nilai-nilai perilaku manusia. Melalui gerakan literasi sekolah yang dilaksanaklan di Sekolah Dasar Negeri Panambangan akan membentuk siswa yang berkarakter gemar membaca. b. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter tentunya mempunyai tujuan dalam pembelajarannya. Kusuma, D., Triatna, C. dan Permana, J. (2012:9-10) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolahan memiliki tujuan sebagai berikut : 1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. 2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolahan. 3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

3 10 Pendapat di atas menjelaskan tujuan pendidikan karakter di sekolahan yaitu usaha sadar dalam menanamkan nilai-nilai perilaku (akhlak, budi pekerti, karakter) kepada siswa yang meliputi aspek pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan. Perlu adanya kerjasama dari orang tua, guru dan pemerintah untuk terus memeberikan pendidikan karakter bagi siswa. c. Fungsi Pendidikan Karakter Tugas pendidikan adalah membentuk siswa yang berkarakter. Tugas pendidik adalah membangun manusia yang baik dan berkarakter. Salahudin, A., dan Alkrienciehie, I. (2013:43) menjelaskan fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut: 1) Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik. 2) Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. 3) Penyaringan budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Pendidikan pada filosofinya memiliki tiga fungsi, sesuai yang dijelaskan oleh Samani, M. dan Hariyanto (2012:40) sebagai berikut: 1) Memberikan sosialisasi pada anak-anak muda tenta esensi nilai-nilai budaya seperti halnya hak yang sama dalam memperoleh kesempatan kejenjang sosial yang lebih tinggi, atau hak dalam berkompetisi, serta hak dalam mencapai moralitas religius. 2) Terkait dengan kewajiban para pendidik dalam melatih siswa agar dari sekedar mampu calistun(baca, tulis, dan hitung) menjadi memiliki keterampilan yang diperlukan dalam dunia kerja.

4 11 3) Filosifis pendidikan tersebut, tergambar secara jelas bagaimana krusialnya peran karakter dalam pendidikan. Peneliti menyimpulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa terdapat beberapa fungsi dalam pendidikan karakter. Guru harus berperilaku sesuai fungsi karena akan dilihat oleh siswanya. Penerapan pendidikan karakter gemar membaca tentu menjadi nilai tambah positif bagi peningkatan mutu pendidikan karena dengan membaca akan bertambah wawasan, pengetahuan, serta ilmu siswa. Keterkaitan dengan pendidikan karakter, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca/gemar membaca harus berjalan selaras. d. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Guru di sekolah harus menerapakan nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa. Samani, M. dan Hariyanto (2013:111) menyatakan bahwa ada delapan belas nilai pendidikan karakter seperti tersaji pada tabel 1.1 nilai-nilai pendidikan karakter berikut : Tabel 1.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter No Karater Keterangan 1 Religius sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. 2 Jujur perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3 Toleransi sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain, yang berbeda. 4 Disiplin tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5 Kerja keras perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya.

5 12 No Karater Keterangan 6 Kreatif berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7 Mandiri sikap dan perilaku yang tdak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8 Demokratis cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9 Rasa ingin tahu 10 Semangat kebangsaan 11 Cinta tanah air 12 Menghargai prestasi 13 Bersahabat/ komunikatif sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,budaya, ekonomi, dan politik bangsa. sikap dan tindakan, yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatau yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan berkerjasama dengan orang lain. 14 Cinta damai sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15 Gemar membaca 16 Peduli lingkungan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya. sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17 Peduli sosial sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkannya. 18 Tanggung jawab sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhapad diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

6 13 Salah satu nilai-nilai pendidikan karakter adalah gemar membaca. Penerapan pendidikan karakter gemar membaca tidak hanya di lingkungan sekolah saja, namun juga diperlukan peran keluarga dan lingkungan. Penerapan gerakan literasi sekolah berfokus pada pembentukan karakter gemar memabaca pada diri siswa. Salah satu kebijakan pemerintah yang cukup penting dalam pembentukan karakter gemar membaca tertuang dalam Permendikbud no 23 tahun Salah satu kegiatan di dalamnya yaitu kegiatan membaca buku non-pelajaran selama menit sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca siswa serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Melaui kebiasaan membaca ini diharapkan karakter gemar membaca tertanam pada siswa. e. Nilai Karakter Gemar Membaca Membaca bukan sekedar aktivitas kognitif untuk mencari dan mengetahui informasi, melainkan juga merupakan perintah (iqra ) yang mengawali hadirnya kitab suci Al-Qur an. Perintah ini memiliki makna yang begitu dalam karena digandengkan dengan kata Rabbika (Tuhanmu) yang makna dasarnya sekedar dengan kata tarbiyah yang berpendidikan dan khalaq, yang berarti menciptakan. Ketiga kata tersebut bila dipadukan, maka perintah itu bermakna perbanyaklah aktivitas membaca agar terjadi proses pendidikan sehingga dapat menciptakan sesuatu.

7 14 Siswa yang gemar membaca ditandai dengan kegiatan membaca yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Yaumi, M. (2014: 109) mengemukakan bahwa kegiatan membaca adalah roh pendidikan, oleh karena itu siswa sejak dini harus dibangun tradisi baca-tulis sehingga menjadi karakter rutinitas yang membentengi setiap derap langkah beraktivitas manusia. Membaca merupakan fondasi awal untuk mencerdaskan kehidupan manusia dan mengembangkan sikap, perilaku, mental, dan spiritial. Siswa di SD Negeri Panambangan belum muncul sikap gemar membaca. Siswa rajin meminjam buku tetapi tidak dibaca atau dipelajari. 2. Gemar Membaca a. Pengertian Gemar Membaca Setiap siswa di SD Negeri Panambangan mempunyai kartu perpustakaan. Kartu tersebut tertera nama, kelas dan kode/barcode. Setiap siswa yang meminjam dan mengembalikan buku akan terdata di komputer. Melalui data tersebut siswa yang aktif di perpustakaan akan terlihat di layar monitor. Data tersebut dipajang di halaman perpustakaan dan bagi siswa yang termasuk kategori gemar membaca akan mendapatkan reward. Pemberian reward diharapkan dapat memotivasi siswa untuk senang membaca sehingga tertanam karakter gemar membaca di diri siswa.

8 15 Gemar membaca terdiri dari dua kata yaitu gemar dan membaca. Nurgiantoro, B. (2013) mengatakan bahwa membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses memahami makna yang terkandung di dalam lambang-lambang tertulis untuk dikomunikasikan untuk memperoleh suatu informasi atau pengertian dari bacaan berdasarkan pengalaman dan pemikiran pembaca. Kegiatan membaca sangat penting sehingga siswa ditanamkan suatau pembiasaan terhadap kegiatan membaca. Prasetyono, D. S. (2008:14) mengemukakan bahwa untuk membuat aktivitas membaca menjadi kegemaran, hal yang harus dimiliki seorang adalah minat. Siswa yang mempunyai karakter gemar membaca sangat bermanfaat bagi dirinya. Gemar membaca menurut Kemendiknas (2010:10) adalah kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya. Siswa yang gemar membaca ditandai dengan adanya kegiatan membaca yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Sartono (2014) menjelaskan gemar membaca (reading literacy) merupakan kemampuan untuk memahami dan mengerti isi teks tertulis serta menerapkan dalam praktek.

9 16 Peneliti menyimpulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa gemar membaca merupakan kesukaan akan membaca dan menyediakan waktu untuk memahami dan mengerti isi yang terkandung dalam teks bacaan serta menerapkannya dalam praktek. Siswa yang memahami isi kandungan dari bacaan, siswa akan mengimplementasikan dalam kehiduapan sehari-hari. b. Langkah-langkah Pendidikan Gemar Membaca Guru dalam pelaksanaan pendidikan gemar membaca harus sesuai dengan tahapan yang tepat. Langkah-langkah yang membangkitkan gairah dan minat baca siswa menurut Yaumi, M. (2014:110) adalah sebagai berikut : 1) Memilih topik bacaan yang menarik perhatian siswa seperti membaca biografi, komik, atau bacaan yang dapat mengembangkan nilai-nilai karakter siswa. 2) Memberi tugas membaca dan menulis dengan memperhatikan durasi waktu, banyaknya tugas dari pendidikan yang lain, dan jumlah mata pelajaran/kuliah dengan tugas yang berbeda-beda. 3) Bagi guru pada tingkat sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang belum mengetahui bagaimana membaca teks, hendaknya mempersiapkan gambar atau buku audio yang dapat didengar dan dipahami oleh siswa. 4) Memberi umpan balik (feedback) terhadap hasil bacaan dan tulisan yang dilakukan oleh siswa. 5) Menduskisan hasil bacaan didalam ruang kelas dengan mengundang partisipasi aktif dari siswa lain untuk memberi tanggapan dan sharing informasi yang diperoleh dari referensi serupa. 6) Menjadikan bahan evaluasi secara terus-menerus sehingga aktivitas membaca berdampak positif pada nilai yang diperoleh siswa. 7) Jika memungkinkan melakukan perlombaan membaca dengan memeberikan hadiah yang menarik perhatian siswa.

10 17 c. Indikator Keberhasilan Gemar Membaca Pembiasaan membaca yang guru lakukan kepada siswa dapat diketahui berhasil atau tidak dengan indikator gemar membaca. Siswa dapat dikatakan memiliki karakter gemar membaca jika sudah menerapkan karakter gemar didalam kehidupannya. Adapun indikator karakter gemar membaca untuk kelas 4-6 menurut Kemendiknas (2010: 38) adalah sebagai berikut : 1) Membaca buku dan tulisan yang terkait dengan mata pelajaran. 2) Mencari bahan bacaan dari perpustakaan daerah. 3) Membaca novel atau cerita pendek. 4) Membaca buku atau tulisan tentang alam, sosial, budaya, seni, dan teknologi. 3. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) a. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah Gerakan literasi sekolah di SD Negeri Panambangan sudah berjalan namun belum berjalan dengan baik. Banyak siswa yang membuka lembar demi lembar tanpa membacanya. Ketika tidak ada guru yang mengawasi sebagian siswa melakukan aktifitas selain membaca buku seperti pergi ke kantin, pergi ke kamar mandi dan lain-lain. Gerakan literasi sekolah (GLS) adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca siswa. Pembiasaan ini dilakukan membaca buku selama 15 menit (guru membacakan buku dan siswa membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013).

11 18 Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif. Pelaksanaan gerakan literasi sekolah pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asessment agar dampak keberadaan gerakan literasi sekolah dapat diketahui dan terusmenerus dikembangkan. Gerakan literasi sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan. Gerakan literasi sekolah di SD Negeri Panambangan sudah berjalan, namun belum berjalan dengan baik. Banyak siswa yang membuka lembar demi lembar tanpa membacanya. Ketika tidak ada guru yang mengawasi sebagian siswa melakukan aktifitas selain membaca buku seperti pergi ke kantin, pergi ke kamar mandi dan lain-lain. b. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah 1) Tujuan Umum Menumbuh kembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.

12 19 2) Tujuan Khusus a) Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah. b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah. c) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. c. Manfaat Gerakan Literasi Sekolah Gerakan literasi sekolah adalah kegiatan membaca 15 menit sebelum proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan. Ada 15 manfaat membaca bagi kehidupan sebagai berikut: 1) Dapat menstimulasi mental. 2) Dapat mengurangi stress. 3) Menambah wawasan dan pengetahuan. 4) Menambah kosakata. 5) Meningkatkan kualitas memori. 6) Melatih keterampilan untuk berpikir dan menganalisa. 7) Meningkatkan fokus dan konsentrasi. 8) Melatih untuk dapat menulis dengan baik. 9) Dapat memperluas pemikiran seseorang. 10) Dapat meningkatkan hubungan sosial. 11) Dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif.

13 20 12) Dapat meningkatkan empati seseorang. 13) Dapat mendorong tujuan hidup seseorang. 14) Dapat membantu kita terhubung dengan dunia luar. 15) Dapat lebih berhemat. d. Prinsip-prinsip Gerakan Literasi Sekolah 1) Sesuai dengan tahapan perkembangan siswa berdasarkan karakteristiknya. 2) Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan siswa. 3) Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum. 4) Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan. 5) Melibatkan kecakapan berkomunikasilisan. 6) Mempertimbangkan keberagaman. e. Tahapan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah 1) Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di lingkungan sekolah. Penumbuhan minat baca melalui kegiatan membaca 15 menit (Permendikbud No 23 tahun 2015). Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi siswa.

14 21 2) Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan 3) Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan siswa membaca buku pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas. Gerakan literasi sekolah yang telah dikembangkan di Sekolah Dasar Negeri Panambangan diantaranya pemberian reward. Reward tersebut untuk memancing minat baca siswa dengan meminjam buku. Pihak sekolah menyiapkan reward bagi siswa peminjam buku terbanyak setiap bulan.

15 22 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik dijadikan sebagai penelitian, namun tidak memiliki kesamaan pada penelitian yang sudah dilakukan, sehingga dapat menambah pembahasan mengenai pendidikan karakter gemar membaca melalui gerakan literasi sekolah, penelitian yang relevan dilakukan oleh: 1. Penelitian Geske, A and Ozola, A. (2008) yang berjudul Factors Influencing Reading Literacy At The Primary School Level. Menyimpulkan siswa yang berprestasi tinggi dalam membaca biasanya suka membaca untuk kesenangannya dan berasal dari orang tua yang menghabiskan banyak waktu membaca. Dalam pendidikan keluarga, orang tua memegang peran penting dalam meningkatkan minat baca anak, seperti membacakan buku untuk anak-anaknya di rumah. Penelitian yang dilakukan di SD Negeri Panambangan merupakan penelitian yang dilakukan di seoklah dasar yang bertujuan untuk mengetahui penerapan pendidikan karakter gemar membaca melalui literasi di sekolah dasar. Gerakan literasi sekolah di SD Panambangan diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa. Perbedaan penelitian Geske, A and Ozola, A. terletak pembiasaan literasi yang dilakukan di lingkungan rumah, sedangkan pada penelitian ini dilakukan di lingkungan sekolah. Persamaan penelitian ini yatu sama-sama menerapkan gerakan literasi untuk membentuk karakter gemar membaca dengan harapan kebiasaan gemar membaca pada anak dapat meningkatkan prestasi.

16 23 2. Penelitian Awais, S and Ameen, K. (2013) yang berjudul The Reading Preferences of Primary School Children in Lahore. Menyimpulkan bahwa anak-anak lebih memilih untuk membaca hasil cetakan yang diterbitkan secara lokal. Anak-anak tertarik untuk membaca cerita pendek/fiksi yang menceritakan kisah petualangan aktor favorit mereka. Orang tua harus lebih memahami keinginan membaca anaknya dan memilih buku bacaan sesuai dengan selera. Penulis harus menulis tentang topik yang anak-anak sukai dan harus bertanggung jawab untuk menciptakan karya-karya yang diminati anak-anak sehingga bertujuan untuk kesenangan, pendidikan dan pengembangan diri. Penerbit harus mempersiapkan bahan bacaan lainnya dengan ilustrasi yang lebih baik dan harus memperhatikan penggunaan warna, ukuran font, kertas, kosakata dan gambar. Guru harus berperan dalam mengembangkan kebiasaan membaca dengan membantu siswa memilih buku yang tepat untuk usia anak. Atas dasar temuan tersebut, penelitian melengkapi saran untuk orang tua, guru dan pustakawan sekolah, bersama dengan penerbit lokal untuk bermain peran dalam meningkatkan minat baca anak-anak. Persamaan penelitian Awais, S and Ameen, K. dengan penelitian ini yaitu sama-sama membangun literasi yang bertujuan untuk membentuk karakter gemar membaca pada anak. Persamaan selanjutnya yaitu guru dan orang tua memiliki peran mengetahui minat baca pada anak sehingga dapat mengetahui bahan bacaan yang sesuai minat anak tersebut.

17 24 Perbedaan penelitian Awais, S and Ameen, K. terletak pada literasi tersebut yang diterapkan pada anak dengan membangun kerjasama antara penerbit dan sekolah mengenai bahan bacaan untuk anak yang tepat sesuai usia untuk meningkatkan minat baca anak. Penelitian yang dilakukan di SD N Panambangan untuk meningkatkan karakter gemar membaca melalui gerakan literasi sekolah dilkakuakn sepenuhnya di lingkungan sekolah. Guru dan orang tua memiliki peran penting yaitu mengetahui minat baca pada anak untuk membantu meningkatkan gemar membaca pada anak. 3. Penelitian Yuliyati (2014), yang berjudul Model Budaya Baca-Tulis Berbasis Balance Literacy dan Gerakan Informasi Literasi di Sekolah Dasar. Model mengonstruksi budaya baca-tulis berbasis pendekatan balance literacy dan gerakan informasi literasi ini efektif untuk mengembangkan kemampuan membaca menulis dan meningkatkan aktivitas baca tulis siswa sekolah dasar. Perlu adanya kerja keras guru, kepala sekolah, dan petugas perpustakaan sekolah untuk membangun aktivitas-aktivitas dalam model berupa program-program yang dikembangkan dan dukung produk yang terdiri atas: a. Pedoman Guru 1: Model Pengembangan Budaya Baca-Tulis Berbasis Balance Literacy dan Gerakan Informasi Literasi di SD; b. Pedoman Guru 2: Penataan Kelas Pendukung Pengembangan Budaya Baca-Tulis Berbasis Balance Literacy dan Gerakan Informasi Literasi di SD;

18 25 c. Pedoman Guru 3: Program Gerakan Informasi Literasi untuk Pengembangan Budaya Baca-Tulis; d. Pedoman Guru 4: Silabus dan RPP Pembelajaran Membaca dan Menulis berbasis Pendekatan Balance Literacy dan Gerakan Informasi Literasi di SD; e. Buku Siswa yang terdiri atas (a) Pembelajaran Membaca dan Menulis Berbasis Balance Literacy; (b) Buku Jurnal Membaca, (c) Buku Jurnal Menulis; dan f. Bina Perpustakaan Sekolah. Penelitian di atas dapat dimaknai, siswa membaca literasi secara substansial dipengaruhi oleh kolaborasi orang tua dan anak pada usia prasekolah. Peran orang tua ikut serta memperhatikan dalam pengembangan awal anak membaca keaksaraan selama periode usia pra-sekolah dan guru untuk merangsang siswa membaca teks penuh karya sastra yang sesuai untuk tingkat sekolah dasar. Siswa memilih untuk membaca majalah terbitan lokal atau daerah tersebut berupa cerita pendek (buku fiksi, menceritakan kisah petualangan tetap favorit mereka). Atas dasar temuan tersebut peran orang tua, guru dan pustakawan sekolah, bersama dengan penerbit lokal untuk mengembangkan kebiasaan membaca. Hasil pengembangan menunjukkan bahwa model budaya baca-tulis efektif untuk mengembangkan kemampuan membaca dan menulis serta aktivitas bacatulis siswa sekolah dasar.

19 26 Persamaan penelitian Yuliyati dengan penelitian ini yaitu samasama membentuk karakter membaca pada anak yang dilakukan di sekolah dasar dan orang tua dan guru memiliki peran penting untuk mengetahui buku bacaan yang sesuai dengan minat baca pada anak. Perbedaan peneltian Yuliyati dengan peneltian ini adalah: a. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati yaitu membangun budaya baca-tulis berbasis pendekatan balance literacy. Budaya literasi dalam pelaksanaannya dengan diaaksanaakn dengan adanya program-program yang dikembangkan dan dukung produk berupa peduman-pedoman guru. Budaya Membaca dan Menulis Berbasis Balance Literacy dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulis serta aktivitas baca-tulis siswa sekolah dasar. b. Penelitian yang dilakukan di SD Negeri Panambangan mengenai penerapan pendidikan karakter gemar membaca melalui gerakan literasi sekolah dilakukan melalui pembiasaan membaca buku bacaan pada awal pembelajaran. Melalui budaya membaca dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa. C. Kerangka Pikir Lembaga pendidikan formal yang melaksanakan program gerakan literasi sekolah adalah Sekolah Dasar Panambangan dan program ini telah dilaksanakan secara rutin. Pembiasaan dilakukan dengan membaca menit buku non-pelajaran pada jam pertama dan dilajutkan ketahap pengembangan dan pembelajaran (Permendikbud No 23 tahun 2015.

20 27 Gerakan literasi sekolah yang diterapkan bertujuan untuk meningkatkan minat baca siswa. Siswa dibebaskan membaca buku fiksi atau non-fiksi yang diminati, namun pada Hari Senin dan Sabtu diwajibkan membaca buku pengatahuan/non-fiksi. Menumbuhkan minat baca harus ditanamkan sejak dini. Minat membaca siswa yang rendah dapat ditingkatkan dengan kegiatan membaca buku setiap hari. Peran guru sangat penting dalam penerapan pendidikan karakter gemar membaca pada diri siswa. Guru perlu memberikan perhatian dan motivasi kepada siswa yang membutuhkan. Respon positif tersebut diberikan oleh siswa, pada awalnya siswa memiliki percaya diri yang kurang, tetapi seiring berjalannya waktu rasa percaya diri pada siswa semakin bertambah. Penerapan gerakan literasi sekolah diharapkan membentuk karakter gemar membaca. Siswa yang mempunyai karakter gemar membaca sangat bermanfaat bagi dirinya. Siswa yang gemar membaca ditandai dengan adanya kegiatan membaca yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Kerangka pikir disajikan pada gambar 2.1. berikut: Minat baca siswa di SD Negeri Panambanga masih rendah Gerakan Literasi Sekolah merupakan kegiatan 15 menit membaca buku non-pelajaran sebelum waktu belajar dimulai (Permendikbud No 23 tahun 2015) Pendidikan karakter Peran guru sebagai ujung tombak dalam merealisasikan (Permendikbud No 23 tahun 2015). Guru sebagai motivator dan fasilitator siswa yang minat bacanya masih kurang. Siswa berkarakter gemar membaca Dilakukan penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan penerapan pendidikan karakter gemar membaca melalui gerakan literasi sekolah Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah.

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) a. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah. Literasi menurut Kemendikbud (2016:2)adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017 BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PARTISIPATIF DI LINGKUP DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MESUJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat juga mengambil peran yang

BAB I PENDAHULUAN. dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat juga mengambil peran yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, karena anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter. Ada tiga pihak yang memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA NILAI INDIKATOR 7 9 10-12 Religius: Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama dianutnya, Toleran terhadap pelaksanaan ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai faktor utama dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

GERAKAN LITERASI SEKOLAH

GERAKAN LITERASI SEKOLAH GERAKAN LITERASI SEKOLAH SATGAS GERAKAN LITERASI SEKOLAH Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 Tujuan Paham konsep dan tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan

Lebih terperinci

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Ki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling menunjang dan saling berkaitan. Kemahiran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA Heri Supranoto Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Heri_supranoto@yahoo.com Abstrak Mengacu kepada berbagai peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Sudut Baca. a. Pengertian Sudut Baca. Sudut baca merupakan sebuah tempat yang terletak di sudut

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Sudut Baca. a. Pengertian Sudut Baca. Sudut baca merupakan sebuah tempat yang terletak di sudut 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Sudut Baca a. Pengertian Sudut Baca Sudut baca merupakan sebuah tempat yang terletak di sudut ruangan yang dilengkapi dengan koleksi buku. Kemendikbud (2016:

Lebih terperinci

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SDN 2 Pasirtamiang. Hal ini disebabkan, visi sekolah yang menjunjung pendidikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 62 2015 SERI : E IKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM BELAJAR SEPANJANG HAYAT MELALUI BUDAYA BACA, MENULIS DAN BELAJAR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus di jalankan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Oleh: Laila Rahmawati, S.Ag, SS., M.Hum Disampaikan pada: Sosialisasi Sekolah Aman dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Program Sekolah Rujukan SMAN 2 Kuala

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju apabila bangsa tersebut tidak memperhatikan bidang pendidikan. Usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sering disebut anak prasekolah, memiliki masa peka dalam perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan kegiatan dalam melaksanakan suatu kurikulum dalam pendidikan. Pembelajaran PPKn betujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DARI SEGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) GURU MATEMATIKA SMA SE-KABUPATEN PURWOREJO

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DARI SEGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) GURU MATEMATIKA SMA SE-KABUPATEN PURWOREJO IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DARI SEGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) GURU MATEMATIKA SMA SE-KABUPATEN PURWOREJO Siti Maisyaroh, Mujiyem Sapti, Isnaeni Maryam Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pemerintahan Ir. Soekarno, ada tiga hal penting yang menjadi tantangan. Pertama adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai oleh peserta didik. Membaca, melalui kegiatan tersebut peserta didik akan

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai oleh peserta didik. Membaca, melalui kegiatan tersebut peserta didik akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, terutama dalam teknologi percetakan makin banyak informasi yang tersimpan di dalam buku. Semua jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di mana pun berada. Pendidikan sangat penting artinya

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini. Cakupan tersebut antara lain latar belakang masalah, rumasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan segala potensi dan keterampilan

Lebih terperinci

Kelompok Materi: MATERI POKOK

Kelompok Materi: MATERI POKOK Modul 2.1 a. Kelompok Materi: MATERI POKOK 1 Materi Pelatihan Belajar Tematik AlokasiWaktu : 2.1. Analisis Kompetensi, Materi, Pembelajaran, dan Penilaian 2.1. a. Analisis Dokumen : SKL,KI-KD, Silabus,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR SERIBU PENA BAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XII KARANGAN PUDJI ISDRIANI TERBITAN ERLANGGA TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak secara global, seperti persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki untuk dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

520 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

520 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI NILAI KARAKTER DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMP Nuryani UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abstrak Banyaknya buku ajar yang beredar di kalangan siswa dan guru patut menjadi perhatian tersendiri.

Lebih terperinci

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik No.953, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Dikmen. Kompetensi Lulusan. Standar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan senang terhadap aktivitas membaca, sehingga siswa mau melakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan senang terhadap aktivitas membaca, sehingga siswa mau melakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Minat Baca Minat baca yaitu suatu dorongan untuk memperhatikan, rasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca, sehingga siswa mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap kehidupan dan pemberian pelepasan ke dunia imajinasi (Budianta, 2006:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Nilai-nilai Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa MAJELIS LUHUR

Nilai-nilai Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa MAJELIS LUHUR Nilai-nilai Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa MAJELIS LUHUR KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME I N D O N E S I A Andri Hernandi Ketua Presidium Pusat Periode

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEBIJAKAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Doni Koesoema A. Pertemuan Nasional MNPK, Malang, 6 Oktober 2017 Polemik Full Day School Vs PPK Kegaduhan publik plus gorengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada masa sekarang ini pergaulan bebas sangatlah berbahaya apalagi yang banyak terjadi pada kalangan pemuda calon penerus generasi bangsa diantaranya yang paling meresahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR Latifatul Chabibah, Suharjo dan Muchtar, Universitas Negeri Malang E-mail: latifatul_chabibah@yahoo.com; suharjofipum@yahoo.com;

Lebih terperinci