Sutriyono Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Indutri ITN Malang ABSTRAKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sutriyono Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Indutri ITN Malang ABSTRAKSI"

Transkripsi

1 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: OPTIMALISASI PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAHTANGGA DENGAN MESIN HM VE SEBAGAI PENGOLAH AWAL: Studi Pemanfaatan Sampah Organik Rumahtangga Diolah Menjadi Kompos dan Biogas Sutriyono Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Indutri ITN Malang ABSTRAKSI Sampah organik rumahtangga merupakan sumber potensi material yang dapat diolah menjadi sumber energi alternatif, yaitu biogas dan alkohol. Komposisi sampah organik dari rumahtangga menjadi bahan baku utama, karena sampah organik mudah dihancurkan dan dikomposisi dengan bahan tambahan (kotoran sapi atau ragi tape) yang menentukan proses dan hasil biogas atau alkohol. Penelitian eksperimen pengolahan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap I uji komposisi sampah rumahtangga dan tahap II pengolahan sampah menjadi biogas dan alkohol. Penelitian tahap I bertujuan untuk mendapatkan komposisi organik sampah rumahtangga yang digunakan sebagai bahan baku. Hasilnya sampah rumahtangga terdiri dari 73-75% unsur organik, 18-19% anorganik, dan 6-8% debu atau tanah. Penelitian tahap II bertujuan untuk menentukan optimalisasi proses pengolahan secara mekanis dengan mesin pelembut sampah tipe HM- 430-VE yang dirancang khusus. Sampah organik lembut dikomposisi dengan air dan kotoran sapi (1:1¼:¾) menjadi bahan baku pembuatan biogas. Proses pengolahannya dengan fermentasi anaerobik dalam digester suhu C, ph 6-6,8, dan selma 4-5 hari menghasilkan gas rata-rata 6-7 dm 3 /hari Sampah organik lembut tersebut diasapi dan dikomposisi dengan ragi tape (10:1) difermentasi anaerobik menghasilkan cairan glukosa yang berkadar alkohol dalam watku 48 jam. Cairan glukosa didestilasi pada suhu C akan menghasilkan uap alkohol kemudian didinginkan dalam suhu C akan menghasilkan cairan alkohol berkadar 30%-35%. Kata Kunci : Optimalisasi, Pengolahan, Sampah Rumahtangga. PENDAHULUAN Latar Belakang Sampah rumahtangga yang dibuang ke lingkungan di sembarang tempat dan di tempat pembuangan akhir sering dan banyak menimbulkan masalah bagi kehidupan dan kesehatan lingkungan. Bahkan permasalahan 40

2 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono tersebut pada akhir-akhir ini banyak diteliti untuk ditanggulangi. Seperti yang diungkapkan oleh Danang Wijayanto (2003) bahwa disadari atau tidak disadari sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan permasalahan dalam kesehatan, kenyamanan, dan pengotoran lingkungan bahkan akan menyebabkan bahaya radio aktif yang sangat beresiko tinggi untuk masa mendatang oleh karena itu perlu diusahakan cara-cara penanggulangannya. Khususnya permasalahan yang berkaitan sampah rumahtangga seperti yang dipaparkan di jurnal program penerapan IPTEK di daerah tahun 2000, dapat dirinci sebagai berikut: sampah yang berserakan menimbulkan perasaan dan pandangan tidak estetika, jorok karena adanya sampah yang bertumpuk-tumpuk dan terbengkalai menjadi tempat organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga merupakan sarang lalat, tikus, dan hewan liar dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber berkembangnya penyakit dan pengotoran lingkungan. Pembuangan sampah membutuhkan tanah yang luas dan tertutup serta letaknya jauh dari pemukiman penduduk, hal ini sulit dipenuhi. Apabila terkena air hujan sampah akan membusuk dan mencemari air sekelilingnya sehingga air menjadi berbau dan berubah warnanya dari kuning ke hijau atau kehitamhitaman. Jika musim kemarau tumpukan sampah padat menjadi kering dan akan berserakan tertiup angin serta berpeluang tejadi kebakaran sehingga api dan asapnya dapat membahayakan dan mencemari udara sekelilingnya. Sifat tidak fieksibel sampah padat menyebabkan dampak pencemarannya terasa lebih lama terutama jika dibiarkan tanpa ada pengelolaan yang terencana dan terus menerus (H.J. Mukono, 1997) Masalah yang timbul dalam penangganan sampah adalah masalah teknologi dan biaya operasional. Karena itu perlu upaya pemilihan teknologi penangganan sampah untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan effesiensi yang tinggi (Murthado, 1987). Berbagai sampah organik dan anorganik serta logam masih menjadi satu, sehingga menyulitkan apabila diproses daur ulang, oleh karena itu perlu pemisahan dan klasifikasi jenis sampah padat, berdasarkan organik, anorganik, logam, plastik dan pemisahan yang dapat diproses daur ulang. Penyelesaian masalah sampah, pada umumnya dapat dibagi menjadi dua hal yaitu : sampah dibuang di tempat pembuangan yang telah ditetapkan lokasinya tanpa memperhatikan kegunaannya lebih lanjut. Sampah dibuang tetapi sekaligus diambil manfaatnya baik langsung atau setelah didaur ulang menjadi materi baru yang bernilai fungsi sehingga penumpukan dan pencemaran lingkungan dapat diatasi. Pemanfaatan sampah menjadi materi baru bergantung pada asal, jenis, sifat-sifat dan komposisinya. Disamping itu juga bergantung pada ilmu pengetahuan, manajemen, sosial budaya, ekonomi, ekologi dan teknologi yang digunakan (Thobanoglous, 1987). 41

3 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: Agar jumlah sampah dapat dikurangi volumenya dan bahkan dapat dimanfaatkan, maka perlu teknologi proses daur ulang, sehingga bahan yang terbuang menjadi bermanfaat. Mereduksi dan mengolah sampah Rumahtangga, dapat menggunakan teknologi mesin penghancur sebagai alat utama. Alternatif pengolahan sampah rumahtangga diperlukan teknologi proses yang paling efektif. Menanggulangi permasalahan sampah adalah dengan mereduksi dan mempercepat proses penghancuran, sehingga volumenya menjadi cepat berkurang dan menghemat tempat lahan pembuangan akhir. Sampah khususnya dari rumahtangga dan rumah potong hewan terutama isi rumen, jika dibiarkan akan menimbulkan polusi, terutama bau busuk yang dapat menganggu pemafasan serta peluang terjangkitnya penyakit infeksius yang mengancam masyarakat di sekitarnya. Untuk menganggulangi hal tersebut, maka diperlukan teknologi proses probiotik biofermentor untuk menetralisir bau, kemungkinan adanya toksik dan dapat ditindak lanjuti dengan pemrosesan pembuatan bahan pakan untuk ternak (Adikara, 2001). Sampah organik (garbage) (Frank Kreith, 1994) yaitu bahan senyawasenyawa organik yang tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen serta mudah didegradasi oleh mikroba selanjutnya menjadi busuk dan mengeluarkan cairan asam-asam organik, logam berat serta bau busuk. Umumnya dari sektor pertanian, peternakan, Rumahtangga dan tempat pemotongan hewan. Sampah organik (garbage) yang tidak berguna dan menganggu kesehatan serta mencemari lingkungan ternyata masih mengandung nilai fungsi yang sangat berharga sekaligus bernilai ekonomi, sehingga dapat meningkatkan manfaat apabila diproses menjadi bahan baru yang berguna seperti pupuk, pakan temak dan sumber energi khususnya biogas. Sampah organik (garbage) yang berasal dari rumahtangga merupakan bahan cemaran lingkungan yang perlu mendapatkan perhatian untuk diteliti dan diupayakan penanggulangannya sekaligus bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat menciptakan peluang lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Berbagai upaya untuk meneliti manfaat sampah organik sudah banyak dilakukan tetapi yang bersifat khusus seperti proses merubah menjadi bahan baku masih perlu dikembangkan dan disempurnakan. Oleh karena itu dilakukanlah penelitian ini agar pemanfaatan sampah organik yang berasal dari rumahtangga jika diolah akan menjadi bahan baku kompos dan biogas sebagai energi alternatif dapat dikembangkan untuk tahap selanjutnya. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan pada latar belakang permasalahan yang terkait dengan daur ulang sampah organik menjadi biogas, masalahnya adalah: 42

4 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono bagaimana mengoptimalkan proses pengolahan sampah rumahtangga menjadi bahan baku kompos dan biogas? Perincian rumusan masalah tersebut diatas adalah sebagai berikut: 1. Apakah sampah dari rumahtangga komposisinya tepat untuk bahan baku kompos dan biogas? 2. Bagaimana memproses sampah rumah tangga menjadi bahan yang tepat untuk kompos dan biogas? 3. Bagaimana mengoptimalkan pengolahan sampah rumahtangga menjadi kompos dan biogas? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian, ialah untuk menerapkan konsep ilmu biofisika yang berkaitan dengan sifat, jenis, komposisi, dan degradasi sampah, jika diolah kembali menjadi bahan baku kompos dan biogas dengan menggunakan mesin pengolah sampah. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mencari dan mengembangkan jenis dan komposisi sampah organik (garbage) dari rumahtangga yang paling tepat untuk bahan baku kompos dan biogas. 2. Mengembangkan proses pengolahan sampah organik dari rumahtangga dengan merekayasa, mesin pemilah dan pencacah sampah. 3. Mengoptimalkan proses pengolahan sampah rumahtangga menjadi bahan baku kompos dan biogas. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Komposisi Sampah Rumahtangga Penelitian tahap I, dilaksanakan di lokasi yang sudah ditetapkan yaitu di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, terdiri dari Kelurahan Merjosari, Dinoyo, Ketawanggede, Sumbersari, dan Tlogomas. Studi komposisi dan volume sampah rumahtangga dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, dengan menggunakan teknik random. Waktu pengambilan sampah dijadualkan pagi dari antara jam s/d pagi hari. Sampah rumahtangga yang sudah diambil ditimbang untuk mengetahui berat dan volumenya, selanjutnya dipilah menjadi dua bagian utama, yaitu sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik). Masing-masing bagian juga diukur volume dan beratnya, kemudian diperbandingkan untuk mendapatkan nilai persentase. Kadar air dalam sampah organik diukur berdasarkan perbandingan berat sampah pada saat diambil dan setelah dikeringkan dalam jangka waktu 3 s/d 5 jam. Pengambilan sampah rata-rata tiap kelurahan sebesar 25 43

5 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: dm3 = 0,025 m3 per hari dan dilaksanakan antara bulan Agustus, September, dan Oktober tahun Hasil yang didapat untuk masing-masing kelurahan komposisi sampahnya terdiri dari: Tabel 1. Pembagian Komposisi Sampah Rumahtangga JENIS SAMPAH Organik Anorganik Lain-lain Sisa Sayuran Daun Kulit Buah Rumput Sisa Makanan Kantung Plastik Kertas/ Karton Kain Bekas Kertas Pembungkus Karet Sintetis Pecahan Kaca Botol Plastik Kayu Kaleng Tabel 2. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Merjosari Rata-rata pada tiap bulan Rata-rata Komposisi per 3 (tiga) Agustus September Oktober bulan Organik (dm 3 / %) 18,6/74,4 18,48/73,92 18,67/74,67 18,58/74,32 Anorganik (dm 3 / %) 4,7/18,81 4,82/19,28 4,93/19,73 4,82/19,28 Kadar air (%) Lain-lain (dm 3 / %) 1,7/6,8 1,7/6,8 1,4/5,6 1,6/6,4 Kapasitas Sampel : 25 dm 3 / hari Waktu : 3 bulan Tabel 3. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Dinoyo Komposisi Rata-rata pada tiap bulan Rata-rata Agustus September Oktober per 3 bulan Organik (dm 3 / %) 18,51/74,03 18,45/73,81 19,01/76,04 18,66/74,32 Anorganik (dm 3 / %) 5,09/20,37 5,25/20,99 3,69/14,76 4,67/18,71 Kadar air (%) 27 28, ,17 Lain-lain (dm 3 / %) 1,4/5,6 1,3/5,2 2,3/9,2 1,67/6,67 Kapasitas Sampel : 25 dm 3 / hari Waktu : 3 bulan 44

6 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono Tabel 4. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Ketawanggede Komposisi Rata-rata pada tiap bulan Rata-rata Agustus September Oktober per 3 bulan Organik (dm 3 / %) 18,66/74,64 18,36/73,43 18,2/72,8 18,41/73,62 Anorganik (dm 3 / %) 4,94/19,76 5,24/20,97 4,5/18,0 4,89/19,58 Kadar air (%) 28 27, ,17 Lain-lain (dm 3 / %) 1,4/5,6 1,4/5,6 2,3/9,2 1,7/6,8 Kapasitas Sampel : 25 dm 3 / hari Waktu : 3 bulan Tabel 5. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Sumbersari Komposisi Rata-rata pada tiap bulan Rata-rata Agustus September Oktober per 3 bulan Organik (dm 3 / %) 18,35/73,4 18,03/72,11 18,66/74,65 18,35/73,39 Anorganik (dm 3 / %) 4,15/16,6 4/17,89 4,94/19,75 4,52/18,08 Kadar air (%) ,67 Lain-lain (dm 3 / %) 2,5/10 2,5/10 1,4/5,6 2,13/8,53 Kapasitas Sampel : 25 dm 3 / hari Waktu : 3 bulan Tabel 6. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Tlogomas Komposisi Rata-rata pada tiap bulan Rata-rata Agustus September Oktober per 3 bulan Organik (dm 3 / %) 18,89/75,57 18,53/74,11 18,9/75,6 18,77/75,09 Anorganik (dm 3 / %) 4,61/18,43 4,47/17,89 4,6/18,4 4,56/18,24 Kadar air (%) 28, ,17 Lain-lain (dm 3 / %) 1,5/6 2/8 1,5/6,0 1,67/6,67 Kapasitas Sampel : 25 dm 3 / hari Waktu : 3 bulan Grafik pemilihan komposisi sampah rumahtangga antara bulan Agustus, September, dan Oktober 2008 atau keadaan I, II, III adalah sebagai berikut : 45

7 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: Persentase organik kadar air I II III Bulan ke anorganik lain-lain Gambar 1. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Merjosari Persentase I II III Bulan ke organik anorganik kadar air lain-lain Gambar 2. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Dinoyo 46

8 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono Persentase I II III Bulan ke organik anorganik kadar air lain-lain Gambar 3. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Ketawanggede Persentase organik kadar air I II III Bulan ke anorganik lain-lain Gambar 4. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Sumbersari 47

9 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: Persentase organik kadar air I II III Bulan ke anorganik lain-lain Gambar 5. Komposisi Sampah Rumahtangga di Kelurahan Tlogomas Komposisi sampah rumahtangga dari hasil studi di lima kelurahan dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar adalah komposisi sampah organik (73%-75%) kemudian sampah anorganik (18%-19%) dan lain-lain (6%-8%). Sehingga timbunan sampah rumahtangga yang sebagian besar sampah organik sangat sesuai untuk mendapatkan pemberdayaan lebih lanjut. Mengingat keberadaan sampah organik sifatnya mengandung senyawa-senyawa organik yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, sehingga mudah terurai oleh mikroorganisme mudah terdegradasi, mudah berkembangnya cacing tanah dan berkembang biaknya mikroba lainnya. Dengan demikian, sampah mengandung nutrien yang subur untuk terbentuknya penyuburan atau humus tanah. Proses penghancuran sampah organik dapat dipercepat jika dibuat potongan-potongan kecil dan lembut. Potongan-potongan kecil dan lembut dapat dilakukan dengan alat bantu utama, yaitu mesin pencacah. Sampah organik dapat dijadikan bahan baku kompos dan biogas menurut pendapat Achsin Uatmi Choliq (2004). Sampah organik merupakan sumber daya besar yang belum diberdayakan dengan teknologi sederhana, sampah organik dapat diubah menjadi kompos. Secara engineering setelah dipisah, maka sampah dipotong untuk memperkecil ukuran sampah sehingga mudah didegradasi oleh mikroorganisme. Hasil Rancangan Mesin Pengolah Sampah Mesin pencacah, pemilah, dan pelembut dirancang sebagai alat pengolah sampah untuk mengolah sampah menjadi bahan baku pembuatan kompos dan biogas. 48

10 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono Alat pengolah sampah tersebut dirancang dan dibuat khusus sebagai pemroses sampah agar hasilnya memenuhi sebagai bahan baku kompos dan biogas. Hasil yang diharapkan sampah berbentuk butiran atau potongan kecil yang lebih homogen, baik ukurannya atau komposisinya, sehingga dirancang 3 (tiga) mesin yang fungsinya berbeda-beda, yaitu: Mesin Pencacah Mesin yang berfungsi untuk mencacah sampah campuran menjadi serpihan atau potongan-potongan kasar yang dilakukan oleh putaran pembawa atau rotor. Sampah yang berputar bersama putaran rotor akan terpotong-potong karena adanya pisau pemotong yang disusun pada stator atau rumah mesin. 1. Rotor Pembawa Sampah 2. Poros Pemutar 3. Rumah Sebagai Pendukung Rotor 4. Corong Pemasukan Sampah 5. Tempat Pisau dan Pengeluaran 6. Corong Pengeluaran sampah 7. Pully Pemutar 8. Kaki Penyangga Gambar 6. Mesin Pencacah Sampah Setelah dirancang didapatkan ukuran-ukuran utama sebagai berikut: 1. Diameter rotor Pembawa Sampah (Dr) = 20 cm 2. Panjang Pembawa (ls) = 10 cm 3. Panjang Rotor (Lr) = 48 cm 4. Diameter Poros (dp) = 10 cm 5. Tebal Plat Rumah Rotor (tr) = 10 mm 6. Putaran Rotor (n r ) = 1000 rpm 7. Daya yang diperlukan (Np) = 4,5 pk 8. Kapasitas Produksi (Vp) = 2,5 m 3 /jam 9. Lebar kisi-kisi saringan (Ks) = 2 cm 10. Luas kisi-kisi saringan (As) = 600 cm 2 Kerja mesin pencacah sampah dijelaskan sebagai berikut: putaran rotor dihasilkan oleh putaran motor diesel yang dihubungkan melalui putaran pully. Kemudian diteruskan melalui putaran poros ke rotor pembawa untuk mendapatkan putaran yang stabil. Sampah dari rumahtangga dimasukkan melalui corong pemasukan, masuk ke rotor pembawa. Putaran sampah yang cepat kemudian terkupas oleh pisau pemotong yang dipasang di kisikisi saringan. Karena proses putaran yang terus menerus, sehingga sampah 49

11 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: yang sudah terpotong dan yang mempunyai ukuran sesuai secara otomatis terdorong keluar melalui corong pengeluaran, dan mempunyai ukuran yang seragam (1 s / d 2 cm). Potongan-potongan sampah dari rumahtangga masih berupa campuran antara jenis daun-daunan dan kertas, sehingga untuk mendapatkan jenis sampah yang seragam, organik atau Anorganik diproses ke dalam mesin pemilah. Mesin Pemilah Dirancang untuk memilah smpah yang sudah dicacah menjadi 3 bagian yaitu berat, sedang, dan ringan. Pemilahan ini dilakukan oleh kecepatan dan tekanan udara yang dihasilkan dari putaran blower (kipas). Kerja mesin ini didasarkan pada perpaduan tinggi jatuh dan kecepatan atau tekanan udara. 1. Rotor pemutar kipas 2. Daun kipas 4 buah 3. Poros dan bantalan penyangga 4. Saluran udara pengatur tekanan 5. Pully penggerak 6. Corong pemasukan potongan sampah 7. Penggerak untuk mengatur sampah jatuh 8. Saluran pengeluaran sampah berat 9. Saluran pengeluaran sampah sedang 10. Saluran pengeluaran sampah ringan 11. Kerangka penahan mesin Gambar 7. Mesin Pemilah Sampah Data Ukuran Mesin Pemilah: 1. Diameter poros rotor (d r ) = 20 cm 2. Jumlah kipas (nk) = 4 buah 3. Lebar kipas (lk) = 40 cm 4. Panjang kipas (pk) = 45 cm 5. Lebar corong (Al) = 900 cm 2 6. Panjang corong (p l ) = 165 cm 3 7. Volume corong pemasukan (Vm) = 0,125 m 8. Putaran poros rotor (nr) = 5000 rpm 9. Daya poros rotor (Nr) = 2 pk 10. Putaran motor penggerak (ns) = 1000 rpm 11. Lebar saluran pengeluaran (lp) = 30 cm Cara kerja mesin pemilah sampah, diuraikan sebagai berikut; putaran kipas pada rotor dipindahkan dari pully dengan putaran antara 3000 s / d

12 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono rpm, sehingga udara yang melalui saluran pengatur akan melewati corong yang sudah dibentuk untuk mendapatkan efek tekanan dan kecepatan berdasarkan besarnya putaran rotor. Sampah yang dimasukkan melalui corong pemasukan, berupa sampah yang sudah berupa potongan-potongan, kemudian dengan digerakkan oleh penggerak sampah jatuh terurai. Karena perbedaan berat jenisnya, kecepatan dan tekanan udara dari kipas akan berpengaruh uraian sampah berat, sedang, dan ringan. Sampah berat terdiri dari jenis daun-daunan, rumput atau senyawa organik. Sampah sedang terdiri dari campuran senyawa organik (dan kering) dari jenis kertas pembungkus dan jenis-jenis yang lebih ringan akan terbawa lebih jauh seperti halnya kertas, plastik(tas pembungkus) dan jenis lain yang lebih ringan. Mesin Pelembut Bertujuan untuk melembutkan potongan-potongan sampah organik dari hasil pemilahan. Perputaran rotor pada poros pemutar akan membawa sampah untuk diraut pada pisau pemotong yang dipasang menjadi satu kesatuan dengan penyaring potongan sampah. Hasil potongan-potongan sampah berbentuk potongan yang lembut dan ragam. 1. Rotor pembawa sampah 2. Poros pemutar 3. Rumah penutup dan pendukung rotor 4. Corong pemasukan sampah 5. Tempat sampah dan pengeluaran 6. Corong pengeluaran sampah lembut 7. Pully pemutar 8. Kerangka penyangga Gambar 8. Mesin Pelembut Sampah Data-data Mesin Pelembut Sampah: 1. Diameter rotor pembawa sampah (D r ) = 30 cm 2. Panjang pembawa sampah (Ls) = 5 cm 3. Panjang rotor (lr) = 40 cm 4. Diameter Poros (df) = 18 cm 5. Tebal plat rumah rotor (tr) = 10 mm 6. Putaran motor max (nr) = 300 rpm 7. Daya yang diperlukan (Np) = 4 5 pk 8. Kapasitas produksi (Vp) = 3,5 m 3 /jam 9. Lebar kisi-kisi saringan (Ks) = 0,5 cm 10. Luas kisi-kisi saringan (As) = 700 cm 2 51

13 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: Fungsi mesin pelembut untuk menghasilkan sampah organik dengan potongan-potongan yang lebih halus atau kecil ± 0,5 cm. Hasil potongan sampah tersebut dapat ditentukan berdasarkan lebar kisi-kisi saringan yang diputar oleh rotor pembawa dan terpotong oleh adanya pisau pemotong yang ditempatkan di kisi-kisi sarangan. Hasil Percobaan Mesin-mesin Pengolah Sampah Mesin-mesin pengolah sampah yang dimaksudkan meliputi mesin pencacah, pemilah dan pelembut. Percobaan mesin-mesin tersebut dilaksanakan dalam kesatuan proses yang berkelanjutan dan terdiri dari tiga tahapan. Tahapan prosesnya meliputi pencacahan, pemilahan, dan pelembutan. Penataan urutan proses dan tata letak mesin diskemakan seperti gambar berikut Gambar 9. Proses Pengolahan Sampah Rumahtangga Sesuai Tata Letak Mesin Kerja mesin dan produknya dijelaskan menurut fungsinya yaitu: Tahap I: Tahap Pencacahan Sampah dari rumah tangga diproses dalam mesin pencacah agar terpotong menjadi ukuran yang lebih ragam dengan ukuran 5 4 cm. Kapasitas produksi mesin 2-2,5 m 3 /jam, sampah yang sudah tercacah jenis dan komposisinya bercampur antara basah dan kering atau organik dan anorganik. Selain sampah menjadi potongan-potongan, volume sampah akan tereduksi sehingga volume sampah rumah tangga yang dicacah akan menyusut atau tereduksi menjadi dua per tiganya atau 75% volume semula. Tahap II: Tahap Pemilahan Hasil dari mesin pencacah dengan komposisi campuran dan berupa potongan-potongan selanjutnya diproses di mesin pemilah agar terpisah 52

14 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono antara sampah yang berbeda berat jenisya. Karena perbedaan berat jenis dan hembusan udara dari blower, secara otomatis potongan sampah akan terpilah berdasarkan berat jenisnya. Potongan-potongan sampah yang berbeda berat jenisnya akan terpilah melalui saluran keluar yang atur jaraknya berdasarkan perbandingan ketinggian jatuh dan kecepatan hembusan blower. Tahap III : Tahap Pelembutan Sampah organik yang didapat dari hasil pemilahan selanjutnya diproses dalam mesin pelembut yang berfungsi untuk memperkecil atau mereduksi potongan-potongan sampah. Sampah organik yang dihasilkan dari mesin pelembut berkisar antara 0,5 cm sampai 0,25 cm, sehingga volume sampah yang dilembutkan tereduksi 5-4 atau 80% dari volume awal. Proses yang bertahap dan berkelanjutan pengolahan sampah rumah tangga akan dapat memberikan keuntungan yaitu untuk mereduksi volume sampah dan menghasilkan bahan baku untuk pembuatan kompos dan bahan bakar biogas. Sampah rumah tangga dengan senyawa organik sebesar 70% s / d 75,6% menjadi bahan yang berhasil guna jika diberdayakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi, kebersihan lingkungan, dan memberdayakan tenaga kerja. Hasil Percobaan Efisiensi Mesin-mesin Pengolah Sampah Hasil percobaan efisiensi produksi mesin untuk masing-masing sebagai berikut: 1. Nama Mesin : Mesin Pencacah Sampah Type Mesin : JC-5025-VB-D Putaran : 1800 rpm Daya : 5 Hp Jumlah percobaan : 30 kali Ukuran luas kisi-kisi 2 : 5 cm Kapasitas Volume In : 3,5 m / jam Kapasitas Volume Out : 2,48 m / jam Efisiensi Produksi : 73% Jumlah percobaan : 30 kali Ukuran luas kisi-kisi 2 : 8 cm Kapasitas Volume In : 3,5 m / jam Kapasitas Volume Out : 2,71 m / jam Efisiensi Produksi : 81% 53

15 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: Perbandingan efisiensi produksi dengan perbedaan luas kisi-kisi: Effisiensi (%) putaran (rpm) Luas kisi-kisi (cm 2 ) Gambar 10. Grafik Efisiensi Mesin Pencacah Dari grafik efisiensi mesin pencacah dapat ditentukan angka reduksi volume yang berbanding terbalik dengan efisiensi produksi. Makin besar penyusutan volume menjadi Makin kecil efisiensi produksinya, dan makin kecil penyusutan voume menjadi makin besar efisiensi produksi mesin. 2. Nama : Mesin Pemilah Sampah Type Mesin : SW EL Putaran : 3000 rpm Daya : 2 Hp Jumlah percobaan : 30 kali Rata-rata prosentase Pemilahannya: 1. Komposisi Organik : 55% 2. Komposisi Campuran : 27% 3. Komposisi Anorganik : 18% Prosentase (%) Organik Campuran Anorganik Komposisi Gambar 11. Grafik Pemilahan Komposisi oleh Mesin Pemilah Dari hasil pemilahan komposisi sampah oleh mesin pemilah, prosentase komposisi organik menunjukkan prosentase terbesar sehingga 54

16 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono efisiensi produksi pemilahannya menjadi masih memberikan hasil yang signifikan untuk dapat diproses lebih lanjut. 3. Nama Mesin : Mesin Pelembut Sampah Organik Type Mesin : HM VE Putaran : 2500 rpm Daya : 5 Hp Jumlah percobaan : 30 kali Ukuran luas kisi-kisi : 0,0625 cm2 Kapasitas Volume In : 3 m3/jam Kapasitas Volume Out : 2,4 m3/jam Efisiensi Produksi : 80% Ukuran luas kisi-kisi : 0,25 cm2 Kapasitas Volume In : 3 m3/jam Kapasitas Volume Out : 2,6 m3/jam Efisiensi Produksi : 86% Kapasitas volume input/output % 86% Ukuran kisi-kisi (cm) Gambar 12. Grafik Efisiensi Produksi Mesin Pelembut Sampah Organik Hasil dari mesin ini berupa potongan-potongan sampah organik yang lebih halus dan ukurannya rata-rata sebesar 0,25 cm. Efisiensi produksi diukur berdasarkan perbandingan antara volume input dan volume output. Makin besar perbandingannya makin kecil efisiensinya, dan makin kecil perbandingannya makin besar efisiensinya. Mesin pelembut tersebut sangat berpengaruh untuk pengolahan awal sampah organik jika digunakan sebagai bahan baku kompos dan biogas. Karena potongan-potongan sampah yang lembut makin mudah untuk berkembangbiaknya mikroorganisme. 55

17 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: Hasil Pengamatan Proses Fermentasi Anaerobik Alat yang digunakan tabung digester alat ukur untuk pencatatan digunakan termometer hasil pengamatan ditabelkan sebagai berikut. Percobaan Tahap I Bahan sampah organik potongan kasar perbandingan komposisi sampah : air : kotoran sapi (1 : 1 : ½), campuran sampah diaduk dalam digester dan ditutup rapat. Temperatur ( o C) Gambar 13. Grafik Proses dan Temperatur Fermentasi Tahap I Percobaan Tahap II Hari ke Bahan percobaan : 1. Sampah organik potongan lembut 2. Air 3. Kotoran sapi Perbandingan komposisi sampah : air : kotoran sapi (1 : 1 ¼ : ¾). Komposisi campuran diaduk rata kemudian dimasukkan ke dalam digester. Temperatur ( o C) Hari ke Gambar 14. Grafik Proses dan Temperatur Fermentasi Tahap II 56

18 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono Hasil yang dapat diperoleh dari percobaan pembuatan biogas ada tiga jenis, yaitu: (1) Biogas, (2) Cairan, dan (3) Lumpur sampah. Jika dibuat tepung sampah 10 kg, 10 liter air dan 5 kg kotoran sapi menghasilkan biogas 2,5 6 dm 3 /hari selama 5 sampai dengan 8 hari. Dengan demikian, dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan untuk mengoptimalkan pembuatan biogas, harus menggunakan bahan baku sampah yang komposisi daun dan rumput lebih banyak dan berupa potongan kecil atau potongan lembut karena sampah organik yang lembut mudah dan cepat memproduksi biogas. Kandungan selulosa yang ada dalam sampah memberikan kadar makanan yang cukup subur untuk berkembangnya mikroba pembentuk gas metan dalam kondisi anaerob. Kotoran sapi sebagai bahan tambahan starter disarankan yang lembek dan bahan baru sehingga mengoptimalkan proses pembentukan biogas. Temperatur optimum proses fermentasi anaerobik produksi biogas antara 30ºC sampai dengan 35ºC, merupakan temperatur yang sesuai untuk berkembangnya bakteri mesofil. Proses pembuatan biogas dengan bahan baku sampah organik rumah tangga diskemakan sebagai berikut: Sampah organik rumah tangga (rumput, daun, kulit buah pisang, sisa makanan) Dilembutkan menjadi butiran / potongan yang rata ± (1 cm 2,5 cm) Ditambahkan air, kotoran sapi, perbandingan 1 : 1 ¼ : ½ kemudian diaduk sampai rata Bubur sampah yang siap difermentasi Dimasukkan tabung digester dan ditutup Terjadi proses fermentasi dikontrol temperatur (30-35ºC), ph (6-6,8), waktu (5-10) Biogas CH 4 Karbon dioksida CO 2 Larutan cairan Padatan Gambar 15. Grafik Proses Pembuatan Biogas Sampah Organik Rumahtangga 57

19 Spectra Nomor 13 Volume VII Januari 2009: KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Komposisi sampah rumahtangga yang terdiri dari sampah organik (73%- 75%), sampah anorganik (18%-19%) dan lain-lain (6%-8%). Komposisi sampah sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa organik, sehingga sifatnya mudah membusuk dan mudah terurai oleh mikroorganisme, mudah terdegradasi, dan mudah berkembangnya cacing tanah sehingga sampah organik mengandung nutrien yang subur untuk berkembangnya humus tanah. Adanya unsur karbon hidrogen dan oksigen yang terkandung dalam senyawa organik merupakan potensi sebagai bahan baku untuk diolah menjadi kompos dan biogas. Sampah rumahtangga dapat diubah fungsi menjadi bahan baku melalui proses produksi, sehingga menjadi sumberdaya yang berpengaruh terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi masyarakat apabila diolah lebih lanjut. 2. Secara umum sistem pemanfaatan sampah setelah dipisah menurut komposisinya yang kemudian dihancurkan atau dilembutkan dapat mengoptimalkan pengolahan selanjutnya. Pembuatan kompos dan biogas dengan bahan baku sampah optimasinya ditentukan oleh bentuk sampahnya, sehingga semakin lembut bahan baku makin maksimal terbentuknya kompos dan biogas. 3. Proses penghancuran dan pelembutan sampah sebagai bahan baku kompos dan biogas dapat dipercepat prosesnya dengan mesin pencacah dan pelembut sebagai alat utama, sehingga mesin pencacah type JC-5025-VB-D, mesin pemilah type SW EL, dan mesin pelembut sampah type HM VE merupakan alat mesin utama utuk memproses sampah rumahtangga menjadi bahan baku kompos dan biogas. Keunggulan alat mesin utama ini dapat dioperasikan berpindah-pindah (mobile), sehingga mesin yang mendatangi sampah dan bukan sampah yang mendatangi mesin, dimana biaya operasional pengolahan sampah dapat menjadi lebih murah. Penggunaan lahan untuk pembuangan sampah menjadi efektif dan transportasi untuk pengangkutan sampah dapat dikurangi, sehingga permasalahan transportasi, pengotoran lingkungan, dan penumpukan sampah di TPS atau TPA dapat diatasi. 4. Pengolahan sampah organik rumahtangga dapat dioptimalkan jika memperhatikan faktor-faktor bahan baku sampahnya, perbandingan campuran antara bahan baku air dan kotoran sapi sebagai starter, derajat keasaman, temperatur proses fermentasi untuk berkembangnya bakteri mesofilik, dan proses aktif 5-15 hari. Kapasitas pengolahan akan efektif untuk volume digester sekurangnya 6 m 3, produk biogas yang didapat sekitar 20% dari volume tiap hari selama 15 hari dan nilai kalor kkal/m 3. 58

20 Pengolahan Sampah Organik Rumahtangga Sutriyono Saran 1. Penanggulangan sampah dapat dilakukan dengan reduction (pengurangan), reuse (penggunaan kembali), dan recycling (mendaur ulang). Khusus untuk sampah rumahtangga, penanggulangan yang paling tepat adalah dengan mereduksi volume sampah dan mendaur ulangnya. 2. Pengolahan sampah menjadi bahan baku kompos dan biogas memerlukan penanganan yang lebih mengarah pada bahan-bahan yang mudah dan cepat membusuk, sehingga dampak lingkungan dapat dieliminasi. Dengan demikian, sampah masih memberikan sumber potensi ekonomi dan lapangan pekerjaan untuk bagian masyarakat tertentu, sehingga pengolahan terpadu dan padat karya perlu dikembangkan. 3. Nilai yang terpenting dari sampah rumahtangga termasuk sumber energi yang diproduksi, sehingga tidak akan kehabisan sumber energi dan bahan bakar alternatif seperti biogas. 4. Proses pengolahan sampah organik menjadi biogas belum sempurna, sehingga perlu pengembangan teknologi proses atau bioteknologi yang lebih sempurna. DAFTAR PUSTAKA Choliq, Achsin Uatmi Pemanfaatan Sampah Organik untuk Pertamanan dan Peternakan. Litbang DEPTAN. Jakarta. Clara, dkk Pengolahan Sampah Terpadu, Salah Satu Upaya Mengatasi Sampah di Perkotaan. PPS. Bogor: IPB. Hermadi, Herry Agoes Alternatif Penanganan Populasi Limbah Domestik di Kodya Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga. Murbandono, L Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya. Murtadho, E. Said, Gumbira Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat Jakarta. Polpasert, Chonggrak Organic Waste Recycling. New York: John Wiley & Sons. Rudy, C.T Pengelolaan Sampah Terpadu Sebagai Salah Satu Upaya Problem Sampah di Perkotaan. Bogor: IPB. Sa id, Gumbira Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi. Jakarta: Melton Putra. Soewedo Pemanfaatan Sampah Organik. Jakarta. Walizet, Michael H., Sadiman, Arif Sukadi Metode dan Analisis Penelitian. Jakarta: Erlangga. 59

MENGOPTIMALKAN EFISIENSI MESIN PELEMBUT SEBAGAI PENGOLAH AWAL PROSES DAUR ULANG SAMPAH RUMAH TANGGA BERKAPASITAS 3 m³ PER JAM

MENGOPTIMALKAN EFISIENSI MESIN PELEMBUT SEBAGAI PENGOLAH AWAL PROSES DAUR ULANG SAMPAH RUMAH TANGGA BERKAPASITAS 3 m³ PER JAM MENGOPTIMALKAN EFISIENSI MESIN PELEMBUT SEBAGAI PENGOLAH AWAL PROSES DAUR ULANG SAMPAH RUMAH TANGGA BERKAPASITAS 3 m³ PER JAM Sutriyono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS DARI SAMPAH ORGANIK MENGGUNAKAN STARTER LUMPUR SAWAH

PEMBUATAN BIOGAS DARI SAMPAH ORGANIK MENGGUNAKAN STARTER LUMPUR SAWAH PEMBUATAN BIOGAS DARI SAMPAH ORGANIK MENGGUNAKAN STARTER LUMPUR SAWAH Desti Nola Putri 1, Deni Hidayat 1, Pasymi ST.MT 1, Dra. Elly Desni Rahman, M.Si 1 Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Lampiran 1 TAHAP PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

Lampiran 1 TAHAP PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR Lampiran 1 TAHAP PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR Lampiran 2 PENYEMAIAN BIJI TANAMAN BAYAM DAN PERSIAPAN MEDIA TANAM Lampiran 3 PENGUKURAN TINGGI TANAMAN DAN JUMLAH DAUN Pengamatan Minggu Ke 2 Pengamatan Minggu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA Putri Cempo, Solo mencapai 260 ton per hari, apabila Sampah di tempat tersebut masih tercampur antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN Oleh: Siti Marwati Jurusan Penidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Pendahuluan Disadari atau tidak,

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR Nisandi Alumni Mahasiswa Magister Sistem Teknik Fakultas Teknik UGM Konsentrasi Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 Environmental Engineering ITB - 2010 KELOMPOK 2 Dian Christy Destiana 15308012 Vega Annisa H. 15308014 Ratri Endah Putri 15308018 M. Fajar Firdaus 15308020 Listra Endenta

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (SAYUR SAYURAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Maya Natalia 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN Yemima Agnes Leoni 1 D 121 09 272 Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 Mahasiwa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan produksi minyak bumi nasional yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan minyak bumi di Indonesia. Cadangan

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Produktivitas merupakan satu hal yang sangat penting bagi perusahaan sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran produktivitas dilakukan

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN Disusun Oleh: Ir. Nurzainah Ginting, MSc NIP : 010228333 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2007 Nurzainah Ginting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Yommi Dewilda, Yenni, Dila Kartika Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis Padang

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN SDM DALAM PEMANFAATAN SAMPAH BASAH SEBAGAI PUPUK CAIR DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

PEMBERDAYAAN SDM DALAM PEMANFAATAN SAMPAH BASAH SEBAGAI PUPUK CAIR DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Spectra Nomor 19 Volume X Januari 2012: 26-33 PEMBERDAYAAN SDM DALAM PEMANFAATAN SAMPAH BASAH SEBAGAI PUPUK CAIR DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Harimbi Setyawati Dwi Ana Anggorowati

Lebih terperinci

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik MAKALAH PROGRAM PPM Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Sariyati Program Studi DIII Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017 PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017 AKTIVITAS MANUSIA PRODUK SISA/SAMPAH/ LIMBAH PEMILAHAN LAIN-LAIN PLASTIK ORGANIK 3

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS Makalah EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS STUDI KASUS : UPT PENGOLAHAN SAMPAH DAN LIMBAH KOTA PROBOLINGGO IKA KRISTINA DEWI NRP. 3108 040 701 12/15/2008 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425% HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI COBA TEMA SAMPAH DAN PENANGGULANGANNYA (TES PENGUASAAN KONSEP)

KISI-KISI SOAL UJI COBA TEMA SAMPAH DAN PENANGGULANGANNYA (TES PENGUASAAN KONSEP) KISI-KISI SOAL UJI COBA TEMA SAMPAH DAN PENANGGULANGANNYA (TES PENGUASAAN KONSEP) Nama Sekolah : SMP Bakti Nusantara 666 Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : VII/II Kompetensi Inti : 3. Memahami pengetahuan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH USAHA DAUR ULANG SAMPAH

KARYA ILMIAH USAHA DAUR ULANG SAMPAH KARYA ILMIAH USAHA DAUR ULANG SAMPAH Disusun oleh: Nama : Rima Puspitasari NIM : 11.11.5460 Kelas : 11-S1TI-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA T.A 2011/2012 ABSTRAK Berbagai aktivitas manusia yang memanfaatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii ABSTRAK... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 2 1.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK 1 Sufianto, 2 Wiyono dan 3 Sri Mursiani Arifah Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas 264, Malang 65144, Jawa Timur Abstrak

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK 6.1. Pewadahan Sampah Pewadahan individual Perumahan Cipinang Elok pada umumnya dibagi menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan

Lebih terperinci

Visi dan Misi. Sumber Sampah % Komposisi Sampah %

Visi dan Misi. Sumber Sampah % Komposisi Sampah % Mesin Pembakar Sampah Teknologi Ramah Lingkungan dan Efisiensi Bahan Bakar Karya anak bangsa dan produksi dalam negeri Visi dan Misi Visi : Usaha penanggulangan semua jenis sampah sampai tuntas Misi :

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH SEDERHANA. widyagama mahakam

PENGOLAHAN SAMPAH SEDERHANA. widyagama mahakam PENGOLAHAN SAMPAH SEDERHANA 1 Sampah adalah segala hasil samping, atau sisa yang tidak sesuai kegunaannya serta tidak memiliki arti dan fungsi yang tepat. 2 Jenis jenis Sampah Secara garis besar, sampah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah merupakan zat- zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Urang Kota Malang mencapai 1642,5 m 3 atau 420,48 ton per 12 jam bisa

BAB I PENDAHULUAN. Urang Kota Malang mencapai 1642,5 m 3 atau 420,48 ton per 12 jam bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada data terakhir bulan juli tahun 2013 volume sampah di TPA Supit Urang Kota Malang mencapai 1642,5 m 3 atau 420,48 ton per 12 jam bisa dihasilkan gas sebanyak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah di TPA Piyungan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Dan Pembahasan Bab IV Hasil Dan Pembahasan IV.1 Reaktor dan Proses Pengkomposan Skala Kecil IV.1.1 Reaktor Kompos Desain awal reaktor pengkomposan merupakan konsep sederhana dari tempat sampah biasa yang memiliki lubang

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI 19-3964-1994 (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) Dina Pasa Lolo, Theresia Widi Asih Cahyanti e-mail : rdyn_qyuthabiez@yahoo.com ;

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi.

Lebih terperinci

Henita Rahmayanti. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta

Henita Rahmayanti. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 35-40 KOSEP PEMAHAMAN DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH SUSUN SEWA Henita Rahmayanti Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Organik Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

Lebih terperinci

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

Mesin Pemisah dan Pencacah Sampah Organik dan Plastik Untuk Bahan Kompos

Mesin Pemisah dan Pencacah Sampah Organik dan Plastik Untuk Bahan Kompos Mesin Pemisah dan Pencacah Sampah Organik dan Plastik Untuk Bahan Kompos I Gede Putu Agus Suryawan *, I Wayan Widhiada Dosen Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali, Indonesia aguss_88@yahoo.co.id dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik adalah material sintetis yang berupa senyawa polimer yang unsur utamanya adalah karbon dan hidrogen atau hidrokarbon. Sejak ditemukan material plastik maka

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan 23 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BB PNDHULUN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Biologi Oleh:

Lebih terperinci

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran Bintang Rizqi Prasetyo 1), C. Rangkuti 2) 1). Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: iam_tyo11@yahoo.com 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang melebihi batas. Dengan teknologi yang tepat,

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013 Pemanfaatan Sampah Organik Pasar dan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Sebagai Alternatif Energi Biomassa (Studi Kasus : Pasar Pagi Arengka, Kec.Tampan, Kota Pekanbaru, Riau) 1 Shinta Elystia, 1 Elvi Yenie,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut Ir. Yul H. Bahar, 1986 dalam bukunya, sampah memiliki arti suatu buangan yang berupa bahan padat merupakan polutan

Lebih terperinci