BAB I PENDAHULUAN. Bandung 2002, hlm Lynn Wilcox, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf, terj. IG Harimurti, Serambi, Jakarta, 2003,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bandung 2002, hlm Lynn Wilcox, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf, terj. IG Harimurti, Serambi, Jakarta, 2003,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia pada zaman ini sangat sedikit yang mengaitkan antara seni dengan agama. Padahal jika disadari, seniman yang sampai pada kesempurnaan tertentu dalam seninya, akhirnya akan menyadari bahwa bukan dia yang telah mencapai sesuatu itu. Tetapi ada kekuatan yang mengambil tubuh, hati, otak dan matanya sebagai peralatannya. Dialah kekuatan dari segala kekuatan yang ada, Allah SWT. Ketika keindahan dihasilkan dalam bentuk seni, seharusnya orang tidak pernah berfikir bahwa hal itu diciptakan oleh manusia. Tetapi melalui manusialah, Allah menyempurnakan ciptaan-nya. Karena yang terjadi di langit dan di bumi adalah imanensi ketuhanan, ciptaan Tuhan. 1 Oleh karena itu manusia tidak dapat menyebabkan sesuatu menjadi ada atau menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. 2 Dengan demikian dalam hubungannya dengan agama, agar seni bisa mencapai makna spiritual, manusia tidak harus menjadi sangat religius, tetapi hanya memerlukan cinta keindahan. Karena seni itu sendiri adalah ciptaan keindahan dalam bentuk apapun yang diciptakan, termasuk dalam bentuk manusia. Jika seniman menganggap apapun yang diciptakannya dalam seni adalah ciptaannya sendiri, berarti dia melupakan dirinya dalam segi keindahan, karena sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah. Jika seniman mulai mengenal Allah dalam seninya, maka hal ini menjadikan seni memiliki nilai yang sebenarnya.tetapi jika seniman belum menyadari hal ini, dia belum menyentuh kesempurnaan seni. 3 1 Hazrat Inayat Khan, The Heart of Sufism, terj. Andi Haryadi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung 2002, hlm Lynn Wilcox, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf, terj. IG Harimurti, Serambi, Jakarta, 2003, hlm Hazrat Inayat Khan, op.cit, hlm

2 2 Demikian halnya jika membicarakan tentang seni tari. Dalam sejarah umat Islam terdapat perbedaan pendapat tentang seni tari. Seni tari dalam permulaan Islam berbentuk sederhana dan hanya dilakukan oleh orang-orang yang datang dari luar daerah Jazirah Arab. Menari biasa dilakukan pada harihari gembira, seperti hari raya. Kemudian seni tari berkembang pesat pada zaman sesudah Rasulullah SAW, khususnya pada zaman Daulah Abbasiah. Namun banyak ulama yang tidak setuju dengan tarian semacam itu, diantaranya Imam Syaikhul Islam dan Ahmad Ibnu Taimiyah. Beliau menentang keras seni tari dalam kitabnya yang berjudul Risalah Fi Sima Wal Raas Wal Suraakh (Risalah tentang mendengar musik, tari-tarian dan nyanyian). Namun ada juga kalangan ulama yang membolehkan seni tari selama tidak melanggar norma-norma Islam. Adapun yang berpendapat demikian di antaranya Ibrahim Mukhammad Al Halabi. Beliau mengarang kitab yang berjudul Al Rahs Wal Waqs Limustahili Al Raqs. (Benteng yang kokoh bagi orang yang membolehkan tari-tarian). Dahulu pada zaman Khilafah Abbasiyah, baik di kalangan gedunggedung, istana, maupun di tempat-tempat hiburan lainya, seni tari telah mendapatkan tempat yang istimewa di tengah-tengah masyarakat. Pada akhir khilafah ini, kesenian tari mulai mundur ketika bangsa mongol menguasai pusat peradaban Islam di Baghdad. Semua hasil seni dirusak oleh tentara keji itu karena memang tidak menyukai tarian. Kemudian pada masa khilafah Utsmaniah, seni tari berkembang lebih pesat lagi, khususnya tari sufi yang biasa dilakukan oleh kaum pria saja. Sedangkan penari wanita menarikan tarian di istana dan rumah-rumah para pejabat, yang hanya dilakukan oleh wanita-wanita budak saja yang bekerja di istana, di rumah pejabat atau di rumah-rumah rakyat biasa. Namun tarian-tarian ini tidak pernah dilakukan di tempat-tempat terbuka yang penontonnya bercampur baur antara laki-laki dan perempuan. Tetapi setelah terpengaruh oleh kebudayaan Barat, muncul kebiasaan menari yang mengikuti para penari Barat dengan gaya merangsang syahwat dan

3 3 membangkitkan birahi, seperti tari balet, dansa, joged, dan tarian yang menimbulkan histeria seperti disko. Menurut seorang ulama Islam Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin sebagaimana telah dikutip oleh Abdurrahman Al Baghdadi, beranggapan bahwa pendengar nyanyian musik dan menari hukumnya mubah. Sebab kata beliau, Para sahabat Rasulullah SAW pernah melakukan hajal (berjinjit) pada saat mereka bahagia. Imam al-ghazali kemudian menyebutkan bahwa Ali Bin Abi Thalib pernah berjinjit atau menari ketika ia mendengar Rasulullah SAW bersabda : ان ت م ن ى و ان ا م ن ك Engkau tergolong dalam golonganku, dan aku tergolong ke dalam golonganmu. Imam Al-Ghazali juga menyimpulkan bahwa menari dibolehkan hukumnya pada saat-saat bahagia, seperti hari raya, pesta pernikahan, aqiqahan, kelahiran bayi, khitanan dan setelah seseorang hafal al-qur an. Hal ini karena Rasulullah pernah mengijinkan Aisyah untuk menyaksikan penaripenari Habsah. Tarian orang-orang Habsyah di hadapan Rasulullah dijadikan dalil yang paling kuat tentang kebolehan tarian, sebab Rasulullah membiarkan mereka melakukannya, bahkan mendorong mereka untuk melanjutkan tariannya. Tetapi ada pula yang menentang tarian dengan menentang pengertian hadits yang membolehkan tarian itu. Beliau adalah Imam Ibnu Hajjar. Beliau mengatakan bahwa orang-orang Habsyah yang menari mempunyai maksud dan tujuan tertentu, yaitu sebagai latihan yang biasa mereka lakukan untuk berperang dengan memainkan perisai dan tombak. Oleh karena itu berbeda halnya dengan tarian yang tujuannya untuk menghibur diri, sehingga hal ini tidak dapat dijadikan hujjah yang membolehkan tari-tarian. Imam Ibnu Jauzi juga mengatakan bahwa hajal yang dilakukan Ali, Ja far dan Zaid adalah sebagai cara berjalan pada saat merasa gembira. Tarian

4 4 orang-orang Habsyah juga merupakan cara berjalan pada saat berhadapan dengan musuh pada saat berperang. Beliau juga mengomentari tarian orang sufi yang menurutnya tidak layak dilakukan. Karena menari sebagai ekspresi membanggakan diri. 4 Sedangkan dalam buku mutiara Ihya Ulumuddin Imam al-ghazali yang diterjemahkan oleh H. Rus an menyebutkan jika seseorang mencintai Allah dan patuh pada hukum-hukum agama, maka akan lebih sempurna dan sesuai dengan hukum apabila dapat mendengarkan bunyi-bunyian sebagai sarana mengembangkan agama. Tetapi sebaliknya, jika hatinya penuh dengan keinginan-keinginan bersifat hawa nafsu, maka, lagu nyanyian dan tarian itu hanya akan menambah berkobarnya hawa nafsu tersebut. Hal itulah yang di maksud bertentangan dengan agama. Tetapi kalau hal itu dilakukan sebagai hiburan saja, maka masih disangsikan apakah sesuai ataukah bertentangan dengan agama. Yang dominan dari hal-hal yang menerima dan menolak musik tersebut adalah netral, karena musik itu sebenarnya menyenangkan, hampir sama seperti mendengarkan burung-burung bernyanyi, melihat rumput-rumput dan air yang mengalir indah yang semuanya tidak bertentangan dengan agama. Sifat-sifat lagu, nyanyian dan tari-tarian yang dipandang sebagai hiburan, juga dikuatkan oleh adanya Hadits Qudsi dari Siti Aisyah. Hadits tersebut mengisahkan bahwa pada suatu hari raya beberapa orang Habsyi melakukan qasidah di Masjid, kemudian Nabi mengajak Siti Aisyah untuk melihatnya hingga akhir. Pada uraian di atas jelas bahwa musik, lagu dan tari-tarian yang bermaksud menghibur tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama. Demikian pula yang dimaksudkan untuk iringan penyesalan dosa dan kekecewaan, memohon ampun dan taubat kepada Allah, maka hal yang demikian diijinkan oleh agama. Sebaliknya, jika lagu, musik dan tarian yang dibawakan pada acara-acara yang hanya menambah duka cita dan penyesalan 4 Abdurrahman al Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, Seni Vokal, Musik dan Tari, terj. Islisyah Asman dan Rahmat Kurnia ( Penyunting ), Gema Insani Press, Jakarta, 1991, hlm

5 5 yang dilarang agama, maka hal yang demikian bertentangan dengan hukumhukum agama. Karena dalam ayat-ayat Al-Qur an pun telah dijelaskan sebagai berikut, Janganlah engkau berputus asa atas kehilangan barangbarangmu. Tetapi sebaliknya, lagu-lagu yang meriah di dalam pesta perkawinan, khitanan, kembali dari perjalanan dan sebagainya, kesemuanya itu tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama. 5 Jadi mendalami tentang tarian sufi pada perjalanan spiritual Jalaluddin Rumi, kiranya juga memerlukan pemahaman tersendiri. Karena sesungguhnya tarian ini merupakan cara bertarekat dalam tarekat yang didirikan oleh al- Rumi, yaitu Tarekat Maulawiyah. Meskipun tarian sufi telah dimainkan oleh banyak tarekat sufi, al- Rumi menjadikannya sebagai ciri khas dari tarekatnya. Karena tarekat ini mempunyai ciri utama konsep spiritual yang disebut sama. 6 Konsep spiritual ini terkandung dalam Tarekat Maulawiyah. Dalam arti, semua gerakan, pakaian maupun bunyi-bunyian yang mengiringi tarian ini mempunyai makna spiritual. Hal inilah yang menjadikan tarian spiritual sebagai jalan untuk bertarekat dalam Tarekat Maulawiyah. B. Penegasan Judul Skripsi ini berjudul Tarian Spiritual (Studi Analisis Tarekat Maulawiyah). Agar dapat memberikan pemahaman yang tepat dan terarah serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk mengemukakan makna dan maksud kata-kata dalam judul tersebut sekaligus memberikan batasan-batasan istilah agar dapat dipahami secara konkrit dan lebih operasional. Adapun penjelasan dari istilah tersebut adalah sebagai berikut: 5 Imam Al-Ghazali, Mutiara Ihya Ulumudin,, terj. H. Rus an, Wicaksana, Semarang, 1984, hlm Mulyadhi Kartanegara, Jalal Al-Din Rumi; Guru Sufi dan Penyair Agung, terj. Ilham B. Saenong, Teraju, Jakarta, 2004, hlm. 15

6 6 1. Tarian Spiritual Tarian Spiritual adalah istilah lain dari tarian sufi. Tarian ini memiliki makna secara spiritual, yang merupakan ekspresi dan manifestasi dari perasaan cinta kepada Allah SWT. Hal ini dilakukan untuk mencapai ekstase atau puncak dalam rasa mabuk cinta kepada Allah SWT. Dalam skripsi ini penulis memfokuskan pembahasan pada tarian spiritual pada Tarekat Maulawiyah yang didirikan Jalaluddin Rumi. Tarian ini bergerak memutar, karena merupakan gambaran sebuah pusat penciptaan, yaitu sebuah proses penciptaan yang semuanya berasal dari Allah SWT. Cara untuk dapat membangkitkan kesadaran spiritual dalam tarian sakral ini menggunakan syair-syair Ilahi, yaitu lagu-lagu sufi Turki yang diiringi dengan seruling dan drum sebagai alat musik utama Tarekat Tarekat adalah jalan, yaitu jalan menuju kebenaran di dalam tasawuf; cara atau aturan hidup dalam keagamaan atau ilmu kebatinan. Dapat juga didefinisikan sebagai persekutuan penuntut ilmu tasawuf. 8 Selain itu tarekat bisa berarti mistikisme; ilmu kerohanian atau kebatinan untuk mencapai kesempurnaan jiwa. 9 Tarekat juga berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatantingkatan ( maqamat ) dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. 10 Secara umum tarekat adalah suatu metode yang ditempuh oleh para sufi dalam bertasawuf. 7 Cyril Classe, Ensiklopedi Islam Ringkas, terj. Gufron A. Mas adi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm Bidang Perkamusan dan Peristilahan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi I, Balai Pustaka, Jakarta, 1988, hlm Pius A. Partanto, M. Dahlan al-barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994, hlm M. Muhsin Jamil, M. A., Tarekat dan Dinamika Sosial Politik; Tafsir Sosial Sufi Nusantara, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 47

7 7 3. Maulawiyah Maulawiyah berasal dari kata Maulana yang berarti tuan kami, yang mana kata ini merupakan nama dari Jalaluddin Rumi yang dikenal di dunia Timur yaitu dari Turki sampai India, daerah-daerah yang cukup mengenal bahasa Persia. 11 Maulawiyah pun dikenal dalam bahasa Persia dengan kata Mavlevi, 12 yaitu asal kata Maulana. Maulawiyah adalah nama tarekat yang didirikan oleh Rumi, 13 yang dikenal dengan tarian spiritualnya. Para pengikutnya disebut Whirling Dervishes, 14 karena tarian ini dilakukan dengan gerakan memutar. Dalam hal ini penulis memfokuskan pada Tarekat Maulawiyah yang dipimpin langsung oleh al-rumi. Adapun halhal di luar itu adalah sebagai pelengkap dalam skripsi ini. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang dan penegasan judul yang penulis kemukakan di atas, maka dapat penulis rumuskan permasalahan dalam skripsi ini sebagai berikut: 1. Apa makna spiritual dari tarian Tarekat Maulawiyah? 2. Mengapa muncul tarian spiritual dalam Tarekat Maulawiyah? 3. Bagaimana pelaksanaan tarian spiritual dalam Tarekat Maulawiyah? D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi a. Tujuan Penulisan Skripsi Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut: 11 Seyyed Husein Nasr (editor), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, terj. Tim Penerjamah Mizan, Mizan, Bandung, 2003, hlm Martin Lings, Ada Apa Dengan Sufi, terj. Achmad Maimun, Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2004, hlm Syaikh Fadhlalla Haeri, Jenjang-Jenjang Sufisme, terj. Ibnu Burdah dan Shohifullah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hlm Cyril Classe, op. cit., hlm. 266

8 8 1. Untuk mengetahui arti tarian spiritual Tarekat Maulawiyah. 2. Untuk mengetahui sebab munculnya tarian spiritual dalam Tarekat Maulawiyah. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan tarian spiritual dalam Tarekat Maulawiyah. b. Manfaat Penulisan Skripsi Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah supaya dapat memberikan pengetahuan serta penjelasan tentang tarian spiritual dalam Tarekat Maulawiyah. Hal ini dimaksudkan agar dapat membantu dalam pengembangan cakrawala pengetahuan yang berhubungan dengan studi ilmu tasawuf pada jurusan tasawuf dan psikoterapi. E. Tinjauan Pustaka Tasawuf secara umum telah mengandung nilai-nilai yang sangat berharga bagi umat Islam. Di dalam Islam sendiri secara universal telah mencakup segala aspek kehidupan yang bisa mengatasi berbagai corak problem manusia Islam khususnya, yang mana hal ini bersumber pada al- Qur an dan al-hadits sebagai sumber ajaran Islam. Ditinjau dari judul skripsi yang penulis teliti, maka berikut terdapat beberapa literatur yang relevan dengan penelitian ini, yang mana literatur-literatur tersebut telah diteliti oleh peneliti lain. Literatu-literatur tersebut sebagai berikut : Cinta Ilahi Jalaluddin Rumi dalam Tasawuf yang ditulis oleh Badi atul, mahasiswa angkatan 1997 dalam karya ilmiahnya di fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang tahun 2002, menyebutkan tentang pemikiran tasawuf Jalaluddin Rumi tentang Cinta Ilahi. Di antaranya adalah tentang konsep cinta Jalaluddin Rumi yang menjelaskan bahwa cinta adalah hal utama yang diperlukan dalam kehidupan manusia, karena cinta adalah hal utama yang diciptakan oleh Allah.Dijelaskan juga bahwa ciptaan Allah terhadap segala sesuatu adalah berdasarkan cinta-nya, karena itu cinta-cinta yang ada di dunia ini sesungguhnya bersumber atau merupakan manifestasi dari cinta Ilahi.

9 9 Rumi Menatap Sang Kekasih, tulisan Will Johnson yang diterjemahkan oleh Dini Dwi Utari dan diterbitkan oleh PT. Serambi Ilmu Semesta menyebutkan bahwa al-rumi dan Syamsuddin adalah teman karib. Syamsuddin adalah tokoh spiritual yang misterius dan merupakan sahabat yang luar biasa bagi al-rumi, sehingga Syamsuddin pulalah yang mengajarkan banyak hal spiritual kepadanya. Buku ini banyak berisi tentang kehidupan al-rumi bersama Syamsuddin. Dunia Rumi; Hidup dan Karya Penyair Besar Sufi, buku yang diterbitkan oleh Pustaka Sufi 2002 atas tulisan Annemarie Schimmel yang diterjemahkan oleh Saut Pasaribu ini menjelaskan tentang banyak hal yang berhubungan dengan al-rumi. Di antaranya adalah tentang jalan menuju Konya, peradabannya, puisi-puisi al-rumi dan pemikirannya tentang cinta serta tarian spiritual yang diajarkan dalam tarekatnya. Dalam buku ini membenamkan kita pada suasana Konya di zaman al-rumi. Kidung Rumi; Analisis Kritis dan Mistisisme dalam Islam yang diterbitkan oleh Risalah Gusti merupakan analisis kritis dari beberapa penulis, di antaranya Annemarie Schimmel hingga Victoria Holbrook tentang puisipuisi al-rumi dan mistisisme dalam Islam. Menari Menghampiri Tuhan; Biografi Spiritual Rumi, ditulis oleh Leslie Wines terjemahan Sugeng Hariyanto dan diterbitkan oleh PT. Mizan Pustaka, adalah sebuah karya tentang al-rumi dengan pilihan tema (biografi spiritual) yang jarang disentuh oleh penulis lain. Tulisan ini berisi tentang perjalanan hidup al-rumi sejak kecil hingga bertemu dengan seorang tokoh aneh, Syamsuddin, yang mengajarkan tarian spiritual kepadanya. Karya-karya di atas berhubungan dengan penelitian dalam skripsi ini, tetapi ada perbedaan antara keduanya. Kajian ini lebih spesifik karena khusus mengungkapkan tentang tarian spiritual yang ada dalam Tarekat Maulawiyah, yaitu tarekat yang didirikan oleh Jalaluddin Rumi yang khas dengan tarian mistiknya. Oleh karena hal inilah penulis memandang adanya kekhasan dalam kajian ini jika dibandingkan dengan karya-karya tersebut yang masih bersifat umum. Penulis akan mengkaji permasalahan ini sehingga dapat menghasilkan

10 10 tulisan yang tersusun dengan baik dan bermanfaat serta dapat dipertanggungjawabkan. F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca dan memahami literatur yang berkaitan dengan pengumpulan data, dengan mengumpulkan buku-buku serta penulisan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Oleh karena itu untuk memperoleh data yang memadai, maka dipergunakan tehnik-tehnik pengumpulan data sebagai berikut untuk mewujudkan karya ilmiah yang baik. 1. Sumber Data Maksud sumber data di dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. 15 Adapun sumber data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: a. Sumber Primer Sumber primer merupakan sumber yang diambil dari literatur yang ditulis oleh al-rumi yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu: - Jalan Menuju Cinta (Jalaluddin Rumi, ter., Asih Ratnawati) - Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal Tuhannya (Jalaluddin Rumi, terj., Anwar Holid) b. Sumber Sekunder Sumber sekunder merupakan sumber data yang berasal dari bukubuku dan data lain yang menunjang dan berkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini. 2. Metode Pengumpulan Data Mengingat jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Library Research, yaitu suatu penelitian guna memperoleh data yang dilakukan di perpustakaan, maka dalam pengumpulan data, penulis menggunakan kajian literatur dari buku-buku dan karya ilmiah yang ada kaitannya 15 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 107.

11 11 dengan judul dalam skripsi ini. Kemudian dikategorikan menurut pokok bahasan dan disusun secara logika dan sistematis. 3. Analisis Data Setelah disusun secara logika dan sistematis, maka data yang telah penulis kumpulkan tersebut dianalisis menggunakan metode hermeneutika. Metode ini berupaya untuk menafsirkan teks-teks yang ada dalam buku bacaan tersebut sesuai dengan makna teks yang dikehendaki oleh penulisnya. Metode Hermeneutika Kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein, yang memiliki arti menafsirkan, menginterpretasikan atau menerjemahkan. 16 Kata ini juga diambil dari nama dewa dalam mitologi Yunani, Hermes. Jika dilihat dari perannya, berarti ilmu dan seni menginterpretasikan sebuah teks. Maka sebagai sebuah ilmu, hermeneutika harus menggunakan cara ilmiah dalam mencari makna, dan sebagai sebuah seni, harus menampilkan sesuatu yang baik dan indah tentang suatu penafsiran. 17 Jadi hermeneutika menafsirkan teks untuk mengungkapkan makna yang tersembunyi. 18 Dalam skripsi ini, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan pendekatan hermeneutika sebagai upaya untuk memahami, menafsirkan dan menerjemahkan. Pendekatan ini memiliki tiga unsur dasar, yaitu to say (menyampaikan), to explain (menjelaskan) dan to translate (menerjemahkan) Emilio Betti dkk., Hermeneutika Transendental; Dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praktis Islamic Studie, terj. Nasiful Atho dan Arif Fahruddin (editor), Ircisod, Yogyakarta, 2003, hlm Ibid., hlm Richard E. Palmer, Hermeneutika; Teori Baru Mengenai Interpretasi terj. Musnur Hery dan Damanhuri Muhammed, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama; Sebuah Kajian Hermeneutika, Paramadina, Jakarta, 1996, hlm. 14

12 12 G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten serta dapat menunjukkan gambaran yang utuh dalam penelitian ini, maka penulis akan menyusun skripsi ini dengan menyatakan garis-garis besar dari masingmasing bab yang saling berurutan. Hal ini dimaksudkan agar penyajian pembahasan masalah tersusun dengan rapi. Bab pertama, sebagai pembuka bahasan dalam skripsi ini disusun dalam pendahuluan, sebagai gambaran umum tarian dalam Islam. Dilengkapi juga dengan pendapat para ulama Islam tentang tari-tarian. Di samping itu tujuan yang hendak dicapai oleh penulis, berpijak dari permasalahan dalam skripsi ini, sehingga diperoleh manfaat yang tepat. Namun yang paling pokok adalah memuat metodologi. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu menganalisa data hasil penelitian dan mencari hubungan yang terdapat di dalamnya. Adapun metode analisis yang digunakan adalah metode hermeneutika atau penafsiran. Kemudian diimplementasikan dalam bab-bab berikutnya. Bab kedua, merupakan landasan teori yang mendasar pada pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini sebagai perihal umum yang berkaitan dengan judul skripsi ini, juga sebagai landasan teori yang mengkaji hasil penelitian yang diperoleh dari literatur-literatur, baik buku maupun karya ilmiah lain yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini. Hal ini sebagai langkah menuju bab berikutnya. Bab ketiga, merupakan bab penyajian data yang diteliti dalam skripsi ini, yaitu data-data tentang Jalaluddin Rumi yang mana menggambarkan juga mengenai ajaran-ajaran Tarekat Maulawiyahnya dan khususnya pada obyek yang diteliti, yaitu tarian spiritual. Kemudian hal ini akan dianalisis pada bab selanjutnya. Bab keempat, merupakan bagian pembahasan skripsi dari rumusan masalah. Dalam bab ini akan dianalisis data-data yang diperoleh dari bab sebelumnya yaitu bab ketiga yang merupakan praktek-praktek dalam tasawuf.

13 13 Hal ini menelaah terhadap ajaran Tarekat Maulawiyah mengenai obyek penelitian. Bab kelima, adalah bab terakhir dari keseluruhan kajian skripsi yang kemudian menunjukkan adanya gambaran yang jelas dari tasawuf dalam Islam yang sesuai dengan ajaran Tarekat Maulawiyah Jalaluddin Rumi. Dalam bab ini memuat saran yang relevan dengan objek penelitian.

14 14 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii MOTTO...iv ABSTRAKSI...v KATA PENGANTAR...vi TRANSLITERASI...vii DAFTAR ISI...viii BAB I : PENDAHULUAN A. Judul... 1 B. Latar Belakang Masalah... 1 C. Penegasan Judul... 5 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi... 7 F. Tinjauan Pustaka... 8 G. Metode Penelitian... 9 H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG TARIAN SPIRITUAL A. Pengertian Tarian Spiritual B. Unsur Estetika dalam Tarian Spiritual C. Musik dan Tarian Sufi BAB III : JALALUDDIN RUMI, TARIAN SPIRITUAL DAN TAREKAT MAULAWIYAH A. Riwayat Hidup dan Karya-Karya tasawuf Jalaluddin Rumi B. Tarekat Maulawiyah

15 15 1. Ajaran-Ajaran dalam Tarekat Maulawiyah 2. Sejarah dan Penyebaran Tarekat Maulawiyah C. Tarian Spiritual Tarekat Maulawiyah 1. Pelaksanaan Tarian Spiritual Tarekat Maulawiyah 2. Macam-Macam yang Dilewati dalam Tarian Spiritual BAB IV : ANALISIS TARIAN SPIRITUAL TAREKAT MAULAWIYAH A. Tarian Spiritual Sebagai Tarian Berbasis Tauhid B. Tarian Spiritual Sebagai Ekspresi Suatu Kecintaan BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran C. Penutup

16 16 DAFTAR PUSTAKA Al Baghdadi, Abdurrahman, Seni Dalam Pandangan Islam, Seni Vokal, Musik dan Tari, Gema Insani Press, Jakarta, Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr., Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta, Betti, Emilio, dkk., Hermeneutika Transendental; Dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praktis Islamic Studies, Ircisod, Yogyakarta, Bidang Perkamusan dan Peristilahan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi I, Balai Pustaka, Jakarta, Haeri, Syaikh Fadhlalla, Jenjang-Jenjang Sufisme, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Kartanegara, Mulyadhi, Jalal Al-Din Rumi; Guru Sufi dan Penyair Agung, Teraju, Jakarta, Khan, Hazrat Inayat, The Heart of Sufism, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung Lings, Martin, Ada Apa Dengan Sufi, Pustaka Sufi, Yogyakarta, Nasr, Seyyed Husein (editor), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, Mizan, Bandung, Partanto, Pius A., M. Dahlan al-barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, Rus an, H., Imam Al-Ghazali; Mutiara Ihya Ulumudin, Wicaksana, Semarang, Wilcox, Lynn, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf, Serambi, Jakarta, 2003.

17 17 PROPOSAL PENELITIAN TARIAN SPIRITUAL (Studi Analisis Tarekat Maulawiyah) Diajukan untuk Mengadakan Penelitian Dalam Ilmu Tasawuf dan Psikoterapi Oleh : ISNAENY MILDA SUSANTI NIM:

18 FAKULTAS USHULUDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dalam seninya, akan menyadari bahwa bukan seniman yang mencapai

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dalam seninya, akan menyadari bahwa bukan seniman yang mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman sekarang sangat sedikit seniman yang mengaitkan antara seni dengan agama. Padahal jika disadari, seniman yang sampai pada kesempurnaan tertentu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. 1 Adapun secara

Lebih terperinci

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Al- Qur an dirumuskan sebagai kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan)

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN SENI. terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-

BAB III PERKEMBANGAN SENI. terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al- BAB III PERKEMBANGAN SENI A. Islam dan Seni Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ambisi sang tokoh tentang bidang yang digelutinya. 1 Dengan demikian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ambisi sang tokoh tentang bidang yang digelutinya. 1 Dengan demikian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library research) dalam bentuk studi tokoh. Studi ini merupakan salah satu bentuk penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang universal. Dalam Islam, tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Karena keduanya saling berkaitan. Termasuk dalam kehidupan bernegara. Islam

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah proses penanaman nilai Islami yang terdapat dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak pernah menafika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Rebana banyak berkembang di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan perkembangannya, kesenian yang menggunakan alat musik rebana mengalami perubahan baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan tuhan, tetapi

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

KONSEP KHAUF DAN RAJÂ AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYÂ ULÛM AL-DÎN SEBAGAI TERAPI TERHADAP GANGGUAN KECEMASAN

KONSEP KHAUF DAN RAJÂ AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYÂ ULÛM AL-DÎN SEBAGAI TERAPI TERHADAP GANGGUAN KECEMASAN KONSEP KHAUF DAN RAJÂ AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYÂ ULÛM AL-DÎN SEBAGAI TERAPI TERHADAP GANGGUAN KECEMASAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin

Lebih terperinci

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poligami memiliki akar sejarah yang panjang dalam perjalanan peradaban manusia, poligami merupakan permasalahan dalam perkawinan yang paling banyak diperdebatkan

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf.

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. Tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan segi pendidikan yang utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting

Lebih terperinci

Bab 4 PEMAHAMAN SUFIYAH. Kandungan THARIQ

Bab 4 PEMAHAMAN SUFIYAH. Kandungan THARIQ 116 Mengenal Tasawuf dan Tarekat Bab 4 PEMAHAMAN SUFIYAH THARIQ Menurut bahasa: berarti jalan (sabil), sedangkan tarekat (thariqah) adalah jalan dan keadaan. Bentuk jamaknya: thariq-thuruq, thariqah-thara-iq.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persatuan Amal Bakti, 1963), hlm Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta : Raja Grafindo, 1994), hlm.104.

BAB I PENDAHULUAN. Persatuan Amal Bakti, 1963), hlm Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta : Raja Grafindo, 1994), hlm.104. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad pembawa risalah Allah adalah Nabi dan Rasul terakhir penutup segala Nabi, seorang Nabi yang bertugas menyampaikan firman Allah ke seluruh umat manusia. Muhammad

Lebih terperinci

BAB III JALALUDDIN RUMI, TARIAN SPIRITUAL DAN TAREKAT MAULAWIYAH

BAB III JALALUDDIN RUMI, TARIAN SPIRITUAL DAN TAREKAT MAULAWIYAH BAB III JALALUDDIN RUMI, TARIAN SPIRITUAL DAN TAREKAT MAULAWIYAH A. Riwayat Hidup dan Karya-Karya Tasawuf Jalaluddin Rumi Jalaluddin Rumi memiliki nama asli Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-balkhi al-qunawi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril untuk menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al-Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memandang pendidikan dan pengajaran adalah sebuah perintah yang sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah pengikutnya untuk

Lebih terperinci

Munakahat ZULKIFLI, MA

Munakahat ZULKIFLI, MA Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

Lebih terperinci

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Di antaranya pemahaman tersebut adalah: MENYOAL PEMAHAMAN ATAS KONSEP RAHMATAN LI AL- ÂLAMÎN Kata Rahmatan li al- Âlamîn memang ada dalam al-quran. Namun permasalahan akan muncul ketika orang-orang menafsirkan makna Rahmatan li al- Âlamîn secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. 1 Adapun secara

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 - Sebuah bulan yang didambakan kehadirannya oleh setiap muslim, yakni bulan Ramadan 1432 H, telah meninggalkan kita dan insya Allah kikta akan bertemu lagi 11 bulan yang akan datang jika Allah memberi kita

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 285 آم ن الر س ول ب م ا ا ن ز ل ا ل ي ه م ن ر ب ه و ال م و م ن ون ك ل آم ن ب الل ه و م ل اي ك ت ه و ك ت ب ه و ر س ل ه ل ا ن ف ر ق ب ي ن ا ح د م ن ر س ل ه و ق ال وا

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama ibarat pakaian menyamakan agama dengan pakaian tentu tidak selalu tepat meskipun keduanya memiliki kemiripan. Orang bisa melakukannya dengan mudah saja ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Pendidikan dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm. 42. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm. 42. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia mempunyai beberapa tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghafal Al-Qur an merupakan suatu keutamaan yang besar dan posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang bercita-cita tulus, serta berharap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ketentuan hukum yang berlaku nasional dalam hukum perkawinan, yaitu Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya BAB IV ANALISIS A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya Mahar merupakan kewajiban oleh suami terhadap istri yang harus diberikan baik dalam atau setelah dilakukan akad nikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama Islam sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat mungkin berbeda sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

FATWA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SENI BUDAYA DAN HIBURAN LAINNYA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

FATWA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SENI BUDAYA DAN HIBURAN LAINNYA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH FATWA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SENI BUDAYA DAN HIBURAN LAINNYA DALAM PANDANGAN e SYARIAT ISLAM Menimbang : a. bahwa telah berkembang di dalam masyarakat Aceh sejumlah seni budaya dan hiburan-hiburan

Lebih terperinci

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin [ Indonesia Indonesian ] Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Terjemah : Mohammad Iqbal Ghazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2009-1430

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII,

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari makna lazimnya, pendidikan adalah suatu proses transfer of knowledge dari seorang guru kepada murid, namun ketika dicermati dari subtansi pendidikan itu

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SatuanPendidikan : Madrasah Aliyah (Prog Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan: HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi Pertanyaan: Sebagaimana diketahui, bahwa seorang Muslim tidak boleh malu untuk menanyakan apa saja yang berkaitan dengan hukum agama, baik yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kaum Muslimin pasti beriman. Sedangkan iman sendiri itu memiliki enam point, diantaranya : iman kepada Allah, iman kepada malaikatmalaikat Allah, iman

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Dalam Ilmu Syari ah Oleh: AHMAD RIFQI 082111046

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, penyesuaian diri dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN Pendidikan yang diberikan kepada anak sebagaimana yang dikonsepkan melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat sebuah metode yang disebut

Lebih terperinci

Apakah Kawin Kontrak Itu?

Apakah Kawin Kontrak Itu? KOPI- Nafsu seksual (syahwat) seorang pria kepada perempuan adalah hal yang fitrah, yaitu hal yang alamiah yang telah ditetapkan adanya oleh Allah kepada manusia (Lihat QS Ali Imran [3] : 14). Hanya saja,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 37 III. METODE PENELITIAN Metode artinya cara melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis). Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan agar dalam berusaha hanya mengambil yang halal dan baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada seluruh manusia,

Lebih terperinci

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF Rahmawati Abstrak: Tulisan ini akan membahas sekelumit tentang konsep fana dan baqa, dari segi pengertian, tujuan dan kedudukannya. Juga dibahas sejarah

Lebih terperinci

Khutbah Jum'at. Keutamaan Bulan Sya'ban. Bersama Dakwah 1

Khutbah Jum'at. Keutamaan Bulan Sya'ban. Bersama Dakwah 1 Bersama Dakwah 1 KHUTBAH PERTAMA.. * Hari ini kita telah memasuki bulan Sya'ban. Tidak terasa telah enam hari kita bersamanya. Bulan Sya'ban, yang terletak diantara Rajab dan Ramadhan ini seringkali dilalaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Secara fitrah manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling bergantung satu sama lain. Dengan fitrah tersebut, maka manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN A. Konsep Saudara Sepersusuan Menurut Mufassir Sayyid Quthub dan Hamka Dalam Tafsir Fii Dzilal Alquran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan untuk dikembangkan (Ali, 2000: 13). Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan untuk dikembangkan (Ali, 2000: 13). Dalam hal ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk bergelar khalifah yang merupakan ciptaan Allah SWT dengan bentuk dan susuan sempurna yang terdiri atas jasmani dan rohani ini, manusia memiliki berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul Kedudukan agama dalam kehidupan masyarakat maupun kehidupan pribadi sebagai makhluk Tuhan merupakan unsur yang terpenting, yang

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HASANAH DAN SAYYI AH SECARA UMUM. sebanyak 160 ayat dalam 48 surat, sedangkan kata سیي ھ yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HASANAH DAN SAYYI AH SECARA UMUM. sebanyak 160 ayat dalam 48 surat, sedangkan kata سیي ھ yang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HASANAH DAN SAYYI AH SECARA UMUM A. Pengertian Hasanah dan Sayyi ah,حسنة yang masdarnya,یحسنو,حسن berasal dari kata حسنة Kata disebutkan sebanyak 160 ayat dalam 48 surat, sedangkan

Lebih terperinci

RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG SABAR DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG SABAR DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG SABAR DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu unsur sosial terkecil dalam kehidupan umat

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu unsur sosial terkecil dalam kehidupan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu unsur sosial terkecil dalam kehidupan umat manusia. Sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dan utama dalam masyarakat. Di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURAHMI DENGAN PARA PESERTA MUSABAQAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena bahasa Arab adalah bahasa terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Allah: Artinya: Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode diartikan suatu cara atau prosedur dan tehnik penelitian.1 Sedangkan penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.

Lebih terperinci

Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal

Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal ( باللغة الا ندونيسية ( Disusun Oleh: Hafiz Firdaus Abdullah Murajaah : Eko Haryanto Abu Ziyad صوم الست من شوال إعداد: حافظ فردوس عبد االله مراجعة: إيكو هارينتو

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilaksanakan untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran untuk masa yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Made Pidarta, Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena dalam suatu pernikahan mengandung nilai-nilai vertical ( hamba dengan Allah swt

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG Disusun Oleh : Mas udi NIM: 093111368 FAKULTAS TARBIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci terakhir yang di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Islam, dijelaskan bahwa estetika Islam selalu bersifat teosentris dan dibatasi oleh

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Islam, dijelaskan bahwa estetika Islam selalu bersifat teosentris dan dibatasi oleh BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan telaah atas teori-teori sebelumnya mengenai estetika di dalam Islam, dijelaskan bahwa estetika Islam selalu bersifat teosentris dan dibatasi oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember, BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Terdahulu Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak mengesampingkan hasil dari penelitian yang lebih dahulu dilakukan oleh peneliti lain. Hal ini dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taklik talak adalah suatu ucapan talak yang digantungkan pada suatu syarat yang syarat tersebut terjadi pada waktu yang akan datang. Syarat tersebut diucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju,

Lebih terperinci

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi kebenaran yang mutlak bahwa Islam adalah agama persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam sendiri. Di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki beberapa kabupaten dengan berbagai macam suku. Salah satu suku yang terdapat di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama ajaran islam yang menjadi petunjuk kehidupan umat manusia yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari kebenaran 1. Metode dapat diartikan sebagai prosedur atau cara mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan yang paling sempurna. Selain diberi akal manusia juga diberi kesempurnaan jasmani. 1 Dengan akal dan jasmani yang sempurna

Lebih terperinci