PELAKSANAAN SURAT EDARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR: SE.8/PSLB3/PS/PLB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN SURAT EDARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR: SE.8/PSLB3/PS/PLB"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN SURAT EDARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR: SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 TENTANG PENGURANGAN SAMPAH PLASTIK MELALUI PENERAPAN KANTONG BELANJA PLASTIK SEKALI PAKAI TIDAK GRATIS DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Jurnal) Oleh: Caca Yudha Prawira FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

2

3 PELAKSANAAN SURAT EDARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR: SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 TENTANG PENGURANGAN SAMPAH PLASTIK MELALUI PENERAPAN KANTONG BELANJA PLASTIK SEKALI PAKAI TIDAK GRATIS DI KOTA BANDAR LAMPUNG Caca Yudha Prawira, Elman Eddy Patra, SH., M.H., Ati Yuniati, S.H., M.H Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, HP: ABSTRAK Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengatur mengenai pengurangan sampah yaitu meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah. Sampah kantong plastik merupakan salah satu faktor penyebab pencemaran lingkungan hidup, salah satu upaya dalam mengurangi timbulan sampah khususnya sampah kantong plastik, Kementerian mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 tentang Pengurangan Sampah Plastik Melalui Penerapan Kantong Belanja Plastik Sekali Pakai Tidak Gratis di seluruh gerai pasar ritel modern di Indonesia. Namun, faktanya dalam beberapa bulan ini masih terdapat beberapa gerai pasar ritel modern yang belum menggunakan program kantong plastik berbayar. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, 1. Bagaimana Pelaksanaan surat edaran Kehutanan tentang pengurangan sampah kantong plastik melalui penerapan kantong belanja plastik sekali pakai tidak gratis? 2. Apa yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan surat edaran Kehutanan tersebut? Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan pendekatan empiris. Sumber data dari penelitian ini adalah data primer, data skunder, dan data tersier. Analis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian menunjukan Kehutanan mengeluarkan surat edaran program kantong plastik berbayar, berdasarkan azaz kemanfaatan dan azaz kepentingan umum. Namun, dalam pelaksanaannya pengurangan sampah plastik melalui program kantong plastik berbayar belum berjalan secara optimal. Masih sangat sedikit masyarakat yang membawa kantong belanja sendiri. Sehingga belum ada peningkatan yang signifikan dalam halpengurangan sampah kantong plastik. Faktor penghambat dalam pelaksanaan surat edaran Kementerian tentang pengurangan sampah plastik melalui program kantong plastik berbayar diantaranya adalah kurangnya sosialisasi terhadap program kantong plastik berbayar dan tidak ada laporan hasil penggunaan penjualan kantong plastik dan kegiatan yang dilaksanakan dari pihak perusahaan pasar gerai ritel modern kepada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup serta tidak ada

4 sanksi yang mengatur apabila pasar gerai ritel modern tidak mengikuti program kantong plastik berbayar. Kata Kunci: Pelaksanaan, Sampah, Kantong Plastik IMPLEMENTATION OF LIVING ENVIRONMENT AND FORESTRY MINISTRY FORM LETTER NO: SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 ABOUT PLASTIC TRASH REDUCTION THROUGH THE IMPLEMENTATION OF PAID DISPOSABLE PLASTIC SHOPPING BAG IN BANDAR LAMPUNG CITY ABSTRACT Indonesian Act 2008 No.18 about Garbage Management rules garbage reduction including an activity of garbage producing limitation, garbage recyclement, and garbage re-usal. Plastic bag trash is one of the reason in living environment pollution. One of the effort to reduce trash production especially plastic bag trash is through Living Environment and Forestry Ministry No.SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 about plastic trash reduction through the implementation of paid disposable plastic shopping bag in all of Indonesian modern retail market outlets. But in the fact in this several months, there was still several outlets did not use paid plastic bag program. This research issues formulate that, 1. How is the implementation of Living Environment and Forestry Ministry form letter about plastic trash reduction through the implementation of paid disposable plastic shopping bag? 2. What is the obstacle factor of those Environment and Forestry Ministry form letter implementation? This research are using normative and empirical approaches with primary, secondary and tertiary data as the data resource. Data analysis is using qualitative descriptive method. Research Results shows that Living Environment and Forestry Ministry was issuing the paid plastic bag program form letter based on expediency and public interest principles. But in the implementation of the plastic bag reduction through the paid plastic bag program have not work optimally. So, there is no significant enhancement on plastic bag trash reduction. There are some Obstacle factor of this program implementation which are lack of paid plastic bag program socialization, there was no final report of plastic bag sell usal from the modern market retail outlet companies to the management and living environment control agency, and there is no sanction which ruled the modern market retail outlets, if they are not following the paid plastic bag program. Keywords: Implementation, Garbage, Plastic Bag

5 I. PENDAHULUAN Hukum lingkungan merupakan instrumen administrasi negara dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hukum lingkungan menjadi pedoman dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Norma perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi pedoman dalam penyelenggaraan perizinan bidang lingkungan hidup. UUD 1945 mengamanatkan, pemerintah dan seluruh unsur masyarakat wajib melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, agar lingkungan hidup Indonesia tetap menjadi sumber daya dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan norma dasar pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, yakni: (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ketentuan umum Pasal 1 angka 2 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU-PPLH), perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, dan penegakan hukum. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 menjelaskan Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Manusia hanya salah satu unsur dalam lingkungan hidup, tetapi perilakunya memengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lain. 1 Adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya menunjukkan bahwa makhluk hidup dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan di mana ia hidup. 2 Pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat diikuti dengan pertumbuhan penduduk. Hal tersebut semakin terasa dampaknya terhadap lingkungan yaitu manusia cenderung merusak lingkungan demi mempertahankan hidupnya. Kualitas lingkungan secara terus menerus semakin menurun sehingga menimbulkan permasalahan degradasi lingkungan pada kehidupan masyarakat. Salah satu permasalahan lingkungan yang masih menjadi problematika di perkotaan yaitu pengelolaan sampah. Menurut Yul H. Harap bahwa sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang sampai saat ini belum dapat ditangani secara baik, terutama pada negara- negara berkembang, sedangkan kemampuan pengelola sampah dalam menangani sampah tidak seimbang dengan produksinya. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Menurut Pasal 1 angka 5 Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan pada kawasan perkotaan ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan 1 Prof. Dr. jur. Andi Hamzah, 2005, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta, Sinar Grafika, hlm Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum, 2014, Hukum Lingkungan, Perspektif Global dan Nasional (Edisi Revisi), Jakarta, RajaGrafindo Persada, hlm. 2.

6 yang cukup kompleks. Permasalahanpermasalahan tersebut meliputi tingginya laju timbulan sampah, kepedulian masyarakat (human behavior) yang masih rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final disposal). Mempertimbangkan permasalahpermasalahan yang ada, diperlukan pengaturan kembali tata kehidupan berbangsa dan bernegara dengan ada nya suatu pengaturan kebijakan. Segala kebijakan para penyelenggara tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Segala kebijakan tersebut harus memenuhi kebutuhan dan keinginan seluruh rakyat Indonesia agar dapat mencapai tujuan Negara yaitu masyarakat yang sejahtera. Dalam rangka menindak lanjuti Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengenai pengurangan sampah dengan kegiatan pembatasan timbulan sampah. Salah satu contohnya adalah pengurangan sampah kantong plastik sehubungan dengan pembatasan timbulan sampah. Dalam penjelasan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 disebutkan yang di maksud dengan pembatasan timbulan sampah adalah dengan cara upaya meminimalisasi timbulan sampah yang dilakukan sejak sebelum dihasilkan suatu produk dan/atau kemasan produk sampai dengan saat berakhirnya kegunaan produk dan/atau kemasan produk. Contoh implementasi pembatasan timbulan sampah antara lain : 1. Penggunaan barang dan/atau kemasan yang dapat di daur ulang dan mudah terurai oleh proses alam; 2. Membatasi penggunaan kantong plastik; dan/atau 3. Menghindari penggunaan barang dan/atau kemasan sekali pakai. Sampah dikota Bandar Lampung setiap hari nya menerima kiriman ton sampah di TPA sampah di bakung, Teluk Betung Barat 3. Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat ini masih didominasi dengan sampah kantong plastik sehingga dapat menimbulkan terjadi nya timbulan sampah yang dapat mencemarkan lingkungan sekitarnya. Salah satu kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk meminimalisasi timbulan sampah khusus nya sampah kantong plastik adalah dengan uji coba penerapan kantong plastik berbayar terhitung sejak 21 Februari Berdasarkan hasil pertemuan Kementerian dengan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Asosiasi Pengusaha Ritel Seluruh Indonesia (APRINDO) Dalam Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Berbahaya dan Beracun Kehutanan mengeluarkan kebijakan berupa Surat Edaran Nomor: S.1230/PSLB3- PS/2016 tentang Harga dan Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar di seluruh gerai pasar ritel modern di Indonesia. Kantong plastik berbayar adalah salah satu kebijakan guna menekan laju timbulan sampah di Indonesia terutama sampah kantong plastik. Kondisi di masyarakat mengenai berbelanja di gerai pasar ritel modern selalu di sediakan kantong plastik secara cuma-cuma. Hal ini menyebabkan semakin bertambahnya jumlah kantong plastik yang beredar di masyarakat, hal ini juga menimbulkan kemungkinan terjadinya penumpukan jumlah kantong plastik. Sejak di berlakukannya surat edaran tersebut saat ini pengusaha ritel modern tidak lagi menyediakan kantong plastik secara cuma-cuma kepada konsumen. Apabila konsumen masih membutuhkan 3 Diakses pada Tanggal 28 Juli 2016 Pukul 20:06 WIB

7 kantong plastik maka konsumen diwajibkan membeli kantong plastik dari gerai pasar ritel modern. Terkait harga kantong plastik, pemerintah menyepakati harga jual kantong plastik selama uji coba penerapan kantong plastik berbayar sebesar minimal Rp 200,- per kantong sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Mengingat dan mempertimbangkan pada masa uji coba tahap pertama memberikan dampak positif baik dari sisi lingkungan, ekonomi dan sosial maka Kementerian mengeluarkan Surat Edaran Nomor: SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 tentang Pengurangan Sampah Plastik melalui Penerapan Kantong Belanja Plastik Sekali Pakai Tidak Gratis. Salah satu pengusaha gerai pasar ritel modern yang menggunakan kebijakan ini di kota Bandar Lampung ialah di Alfamart cabang Makam Pahlawan dan Indomaret cabang Makam Pahlawan. Namun faktanya dalam beberapa bulan ini masih terdapat beberapa gerai pasar ritel modern yang belum menggunakan kebijakan ini salah satu contohnya yaitu Chandra Super Store. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai kebijakan kantong plastik berbayar dengan judul Pelaksanaan Surat Edaran Kehutanan Nomor: SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 Tentang Pengurangan Sampah Plastik Melalui Penerapan Kantong Belanja Plastik Sekali Pakai Tidak Gratis di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan surat edaran Kehutanan tentang pengurangan sampah kantong plastik melalui penerapan kantong belanja plastik sekali pakai tidak gratis? 2. Apakah faktor penghambat pelaksanaan surat edaran Kementerian tentang pengurangan sampah kantong plastik melalui penerapan kantong belanja plastik sekali pakai tidak gratis? II. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan masalah dengan cara normatif empiris. Suatu penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama, menelaah hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrindoktrin hukum, peraturan dan sistem hukum. 4 Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lokasi penelitian pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung serta PT. Indomarco Pristama Bandar Lampung, PT. Sumber Alfaria Trijaya. TBK Bandar Lampung dan Chandra Super Store Bandar Lampung untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau antara hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut. Penggunaan kedua macam pendekatan masalah tersebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian guna penulisan skripsi ini. 2.1 Sumber Data Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan. 4 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung:Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 135

8 Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data Primer, merupakan data yang diperoleh dari hasil studi dan penelitian di lapangan. Data primer ini akan diambil dari hasil wawancara kepada kepala Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung serta Perusahaan Alfamart, Perusahaan Indomaret, Perusahaan Chandra Super Store dan Konsumen yang berbelanja di gerai pasar ritel modern. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada, dengan mempelajari buku-buku, dokumendokumen dan peraturan perundangundangan yang berlaku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier Prosedur Pengumpulan Data Untuk membantu dalam proses penelitian, maka peneliti menggunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca, mengutip literatureliteratur, mengkaji peraturan perundang-undangan, dokumendokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. 2. Wawancara Wawancara dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth Interview). Wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan dengan para pihak yang terkait dengan pembahasan masalah penelitian untuk mendapatkan informasi. Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan peneliti, namun tidak menutup kemungkinan peneliti mengajukan 5 Satjipto, Rahardjo, Bandung, 1996, hlm. 4. Ilmu Hukum, Alumni: pertanyaan diluar pedoman wawancara. Hal ini guna menggali informasi lebih dalam mengenai pembahasan penelitian. 2.3 Prosedur Pengolahan Data Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik melalui studi kepustakaan dan studi lapangan kemudian data diolah dengan cara mengelompokkan kembali data, setelah itu di identifikasi sesuai dengan pokok bahasan. Setelah data yang dicari telah diperoleh, maka peneliti melakukan kegiatan-kegiatan antara lain : a. Pemeriksaan data yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam penelitian. b. Klasifikasi data yaitu pengelompokan data menurut pokok bahasan agar memudahkan dalam mendeskripsikannya. c. Penyusunan data yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut. 2.4 Analisis Data Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada maka data tersebut perlu dianalisis. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengangkat fakta keadaan, variable, dan fenomena-fenomena yang terjadi selama penelitian dan menyajikan apa adanya. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat sosial adalah analisis secara deskriptif kualitatif, yaitu proses pengorganisasian dan mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain analisis deskriptif kualitatif, yaitu tata cara penelitian yang menghasilkan data dalam bentuk uraian kalimat.

9 III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Kementerian (KLHK) dan Badan Pengelolaan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Kehutanan Republik Indonesia adalah kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara. Institusi ini memiliki kewenangan untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang lingkungan hidup dan kehutanan secara nasional, regional dan sektoral. Kehutanan Republik Indonesia merupakan penggabungan antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia di pimpin oleh seorang Menteri. Sejak tanggal 27 Oktober 2014 Kementerian Republik Indonesia dipimpin oleh Siti Nurbaya Bakar. 3.2 Pelaksanaan Surat Edaran Nomor: SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 Tentang Pengurangan Sampah Plastik Melalui Penerapan Kantong Belanja Plastik Sekali Pakai Tidak Gratis di Kota Bandar Lampung Dalam pelaksanaan kantong plastik berbayar, segala sesuatu dilaksanakan sesuai aturan yang sudah di atur sebelumnya, namun tidak berarti para pelaksana menjadi kaku dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Arwan Arifin,MM sebagai Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Mitra Lingkungan Hidup pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup kota Bandar Lampung pada hari Rabu Tanggal 2 November 2016, beliau mengatakan bahwa program kantong plastik berbayar dilaksanakan berdasarkan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SE.8/PSLB3/PS/ PLB.0/5/2016 Tentang Pengurangan Sampah Plastik Melalui Penerapan Kantong Plastik Sekali Pakai Tidak Gratis diseluruh gerai pasar ritel modern yang berdiri sendiri maupun yang berada di pusat perbelanjaan diseluruh Indonesia pada tanggal 31 Mei Pelaksanaan program kantong plastik berbayar pada seluruh gerai ritel modern yang ada di Bandar Lampung ia mengatakan masih dalam tahap sosialisasi kepada masyarakat. Beliau mengatakan bahwa program kantong plastik berbayar efektif dalam mengurangi timbulan sampah khususnya sampah kantong plastik, namun kurangnya sosialisasi dari pemerintah dan kurangnya dukungan dari berbagai pihak serta belum ada peraturan daerah yang mengatur secara jelas maka program kantong plastik berbayar ini tidak berjalan dengan baik. Kantong plastik berbayar pada gerai pasar ritel modern Kota Bandar Lampung dilaksanakan pada masa uji coba tahap pertama terhitung sejak 21 Februari 2016 hingga 31 Mei Berdasarkan hasil evaluasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terlihat penurunan penggunaan kantong plastik sebesar 25 hingga 30 persen selama masa uji coba tiga bulan pertama maka pemerintah memutuskan melanjutkan uji coba nasional dengan mengeluarkan surat edaran Kehutanan Nomor: SE.8/PSLB3/PS/ PLB.0/5/2016 tentang Pengurangan Sampah Plastik Melalui Penerapan Kantong Plastik Sekali Pakai Tidak Gratis, uji coba nasional dilaksanakan dalam tahun 2016 sampai dengan terbitnya regulasi yang mengatur secara teknis dan rinci tentang pembatasan penggunaan kantong belanja plastik sekali pakai.

10 Namun, pemerintah Kota Bandar Lampung hingga saat ini belum mengeluarkan peraturan daerah mengenai kebijakan kantong plastik berbayar dikarenakan pemerintah Kota Bandar Lampung masih mengevaluasi kebijakan kantong plastik berbayar. 6 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Valen selaku Pimpinan Marketing Promotion dari PT. Sumber Alfaria Trijaya, TBK Alfamart kota Bandar Lampung yang melaksanakan program kantong plastik berbayar pada hari Rabu Tanggal 12 Oktober 2016, Beliau mengatakan bahwa pelaksanaan program kantong plastik berbayar di seluruh gerai pasar ritel modern alfamart berdasarkan surat edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selama enam bulan terakhir pihak alfamart mengikuti program kantong plastik berbayar dengan tujuan mendukung program pemerintah dalam hal mengurangi timbulan sampah khususnya kantong plastik. Hasil dari penjualan kantong plastik tersebut ia mengatakan bahwa dipergunakan untuk membuat kantong plastik yang ramah lingkungan guna mendukung program pemerintah. Namun pada 1 Oktober 2016 PT. Sumber Alfaria Trijaya, TBK alfamart Kota Bandar Lampung tidak lagi melaksanakan program kantong plastik berbayar diseluruh gerai pasar ritel modern alfamart kota Bandar Lampung dikarenakan timbulnya pro dan kontra yang terjadi dimasyarakat dan banyak nya keluhan dari konsumen sehingga mulai 1 Oktober 2016 seluruh gerai pasar ritel modern alfamart tidak lagi memperjualbelikan kantong plastik hingga diterbitkannya peraturan yang mengatur secara jelas tentang kantong plastik berbayar. Dalam program kantong plastik berbayar, terdapat beberapa gerai pasar ritel modern bandarlampung-tidak-ikut-kebijakankantong-plastik-berbayar.html Diakses pada Tanggal 11 November 2016 Pukul WIB yang tidak mengikuti program kantong plastik berbayar salah satunya Chandra Super Store Tanjung Karang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ari selaku Manager Chandra Super Store Tanjung Karang kota Bandar Lampung pada hari Senin Tanggal 17 Oktober 2016, Beliau mengatakan bahwa belum mengikuti program kantong plastik berbayar dikarenakan belum mengetahui surat edaran dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kurangnya sosialisasi dari pemerintah membuat pihak Chandra Super Store belum mengetahui ada nya kebijakan kantong plastik berbayar tersebut. Pihak Chandra Super Store Tanjung Karang akan mengikuti program kantong plastik berbayar apabila sudah adanya peraturan dari pemerintah yang mengatur secara jelas tentang program kantong plastik berbayar. Koordinasi dan kerjasama yang terjalin antar pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan kantong plastik berbayar ini bisa dikatakan belum berjalan dengan baik, setiap akhir bulan selama masa uji coba kantong plastik berbayar perusahaan gerai pasar ritel modern tidak melaporkan hasil penggunaan penjualan kantong plastik dan kegiatan yang dilaksanakan kepada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup kota Bandar Lampung untuk di laporkan langsung kepada Menteri. Pelaksanaan Kantong plastik berbayar pada gerai pasar ritel modern Kota Bandar Lampung dilaksanakan pada masa uji coba tahap pertama terhitung sejak 21 Februari 2016 hingga 31 Mei 2016 dan uji coba nasional terhitung sejak 1 juni hingga akhir tahun 2016 atau sampai dengan terbitnya regulasi yang mengatur secara teknis dan rinci tentang pembatasan penggunaan kantong belanja plastik sekali pakai. Namun, selama pelaksanaan program kantong plastik berbayar sejak uji coba tahap pertama hingga uji coba nasional belum ada pengawasan dari pihak Badan

11 Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup terhadap gerai pasar ritel modern Kota Bandar Lampung, dikarenakan setiap akhir bulan selama masa uji coba kantong plastik berbayar perusahaan gerai pasar ritel modern tidak melaporkan hasil penggunaan penjualan kantong plastik dan kegiatan yang dilaksanakan kepada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, sehingga program kantong plastik berbayar belum berjalan secara optimal. Program kantong plastik berbayar ini masih sangat kurang sosialisasi. Banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya program kantong plastik berbayar ini. Sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup kota Bandar Lampung masih dalam tahap sosialisasi kepada masyarakat dan sosialisasi melalui kunjungan kerja ke beberapa sekolah-sekolah yang menjelaskan adanya program kantong plastik berbayar dibeberapa gerai pasar ritel modern kota Bandar Lampung. A. Dasar Pertimbangan Surat Edaran Kantong Plastik Berbayar Dalam rangka melaksanakan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kehutanan, Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kememterian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun , Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kehutanan, Peraturan Menteri Nomor P.25/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah serta dalam rangka mendorong perilaku masyarakat agar lebih bijak dalam penggunaan kantong plastik dan kesadaran dalam upaya menekan laju timbulan sampah khususnya sampah kantong plastik, maka Kementerian mengeluarkan surat edaran tentang kantong plastik berbayar di seluruh gerai pasar ritel modern di Indonesia. Pembentukan peraturan kebijakan diperlukan kesesuaian tindakan administrasi agar tidak bertindak sewenang-wenang dan menghindari kemungkinan adminstrasi negara mempergunakan freies ermessen yang jauh menyimpang dari ketentuan Undang- Undang. Kesesuaian ini diperlukan suatu pengujian agar penyelenggaraan pemerintah itu menjadi baik, sopan, adil, dan terhormat, bebas dari kezaliman, pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang. Pengujian terhadap kebijakan tersebut diserahkan kepada Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) sebagai tolak ukur untuk menilai apakah kebijakan pemerintah itu sejalan dengan negara hukum atau tidak. Kehutanan dalam mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar di seluruh gerai pasar ritel modern di Indonesia sudah dapat dikatakan sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik. Hal ini terlihat bahwa dalam mengeluarkan kebijakan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerapkan beberapa asas, diantaranya adalah : 1. Asas kemanfaatan Dalam hal ini Kementerian mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar diseluruh gerai pasar ritel modern di Indonesia memiliki manfaat untuk mendorong perilaku kesadaran masyarakat terhadap

12 sampah khususnya sampah kantong plastik. 2. Asas kepentingan umum Kehutanan mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar diseluruh gerai pasar ritel modern di Indonesia, dengan mengutamakan kepentingan kehidupan orang banyak, agar terciptanya lingkungan hidup yang bersih dari sampah dan mengurangi timbulan sampah di sumber penghasil sampah serta penggunaan kantong belanja plastik. Program kantong plastik berbayar diseluruh gerai pasar ritel modern tentunya menjadi sorotan tersendiri karena didalam pelaksanaan kantong plastik berbayar pemerintah menyetujui harga jual kantong plastik sebesar minimal Rp. 200,- per kantong sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diseluruh gerai pasar ritel modern, namun ada beberapa gerai pasar ritel modern yang mengikuti dan ada juga yang tidak mengikuti kebijakan ini. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Toko Chandra Minimarket yang tidak mengikuti program kantong plastik berbayar ini dikarenakan mereka tidak mengetahui ada nya surat edaran yang dikeluarkan oleh Kementerian dan tidak mengetahui pelaksanaan kantong plastik berbayar, sedangkan berdasarkan wawancara dengan Kepala Toko Indomaret cabang makam pahlawan dan Kepala Toko Alfamart Cabang makam pahlawan yang mengikuti program kantong plastik berbayar mereka menerapkan program kantong plastik berbayar sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dikarenakan mereka mendukung program pemerintah untuk mendorong kesadaran masyarakat terhadap penggunaan kantong plastik dalam upaya mengurangi timbulan sampah dan menghimbau kepada konsumen untuk membawa kantong belanjanya sendiri, namun pada saat ditanya mengenai hasil dari penjualan kantong plastik berbayar dipergunakan untuk apa mereka tidak mengetahui mengenai hal itu dikarenakan hasil dari penjualan kantong plastik di kembalikan lagi ke kantor perusahaan gerai pasar ritel modern yaitu PT. Indomarco Pristama Kota Bandar Lampung dan PT. Sumber Alfaria Trijaya, TBK alfamart Kota Bandar Lampung. B. Dampak Pelaksanaan Surat Edaran Kantong Plastik Berbayar Terhadap Masyarakat Dampak pelaksanaan surat edaran kantong plastik berbayar belum dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyrakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Effendi sebagai masyrakat yang kurang mendukung program kantong plastik berbayar, Beilau mengatakan bahwa adanya program kantong plastik berbayar ini kurang efektif jika tujuannya untuk mengurangi sampah khususnya sampah kantong plastik, ia menilai jika hanya membayar Rp. 200,- per kantong plastiknya masyarakat sama sekali tidak merasa keberatan untuk membeli kantong plastik, lebih baik mengeluarkan uang Rp. 200,- daripada susah payah membawa kantong plastik belanja sendiri dari rumah. Beliau mengatakan bahwa program kantong plastik berbayar tersebut dinilai kurang baik untuk mengurangi sampah dikarenakan harga jual kantong plastik tersebut masih sangat terjangkau untuk diperjualbelikan di pasar-pasar gerai ritel modern dan tidak ada kejelasan terkait uang Rp. 200,- yang diperjualbelikan di pasar-pasar gerai ritel modern. Selain itu Bapak Yusuf mengatakan bahwa ia menilai kurang mendukung program kantong plastik berbayar ini dikarenakan masih banyak pasar gerai ritel modern yang tidak memberitahukan dahulu program kantong plastik ini akan tetapi langsung di masukkan ke dalam struk perbelanjaannya, maka ia menilai sangat kurang efektif jika tujuannya untuk mengurangi sampah.

13 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Yuni Selviana sebagai masyarakat yang mendukung program kantong plastik berbayar ini, Beliau mengatakan bahwa sangat bagus dengan ada nya program kantong plastik berbayar ini dikarenakan cukup membantu untuk mengurangi sampah kantong plastik yang sering terbengkalai di jalanan maupun di halaman-halaman tertentu seperti di halaman rumah, pertokoan, dan di beberapa parkiran pasar swalayan. Beliau yang bekerja sebagai ibu rumah tangga ini tidak merasa keberatan untuk membawa kantong plastik belanja nya sendiri, ia mengatakan bahwa dengan membawa kantong plastik belanja sendiri itu dapat membantu program pemerintah yang ia ketahui selama ini bahwa Indonesia sebagai negara berkembang harus mulai berkembang untuk menjadi negara maju seperti Negara-negara lain yang sudah menerapkan membawa kantong plastik sendiri seperti hal nya di negara-negara maju yang ada di Eropa dan dengan membawa kantong plastik belanja sendiri itu dapat mengurangi terjadinya penumpukan sampah. Selain itu, Ibu Wirdatun sebagai masyarakat yang mendukung program kantong plastik berbayar ini juga mengatakan bahwa jika bukan dari kita sendiri yang sadar terhadap pencemaran lingkungan dan sadar untuk mengurangi sampah sekaligus ingin melakukan perubahan maka program kantong plastik berbayar ini tidak akan dapat berjalan dengan baik, oleh karena itu ia sebagai masyarakat yang peduli dengan lingkungan sekitar sangat mendukung program kantong plastik berbayar yang di keluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Namun, berdasarkan pantauan Peneliti, dalam beberapa bulan terakhir belum ada dampak yang terasa secara maksimal dalam hal mengurangi sampah kantong plastik. Dalam beberapa bulan terakhir program kantong plastik berbayar belum ada perubahan yang signifikan. Hanya ada beberapa konsumen yang membawa kantong plastik belanjanya sendiri. Kebanyakan masyarakat masih cenderung membeli kantong plastik di gerai pasar ritel modern daripada membawa kantong plastik belanja sendiri. Selain itu masyarakat juga masih banyak yang belum mengetahui adanya program kantong plastik berbayar ini di karenakan kurangnya sosialisasi dari pihak Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup. Sehingga program tersebut belum berjalan secara optimal. Selain itu azaz kemanfaatan dan azaz kepentingan umum belum tercapai secara keseluruhan. 3.3 Faktor Penghambat Pelaksanaan Surat Edaran Nomor: SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 Tentang Pengurangan Sampah Plastik Melalui Penerapan Kantong Belanja Plastik Sekali Pakai Tidak Gratis di Kota Bandar Lampung Pelaksanaan surat edaran kantong plastik berbayar tidak sepenuhnya berjalan begitu saja, seringkali ditemukan beberapa hal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tersebut. Menurut Bapak Ir. Arwan Arifin,MM sebagai Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Mitra Lingkungan Hidup pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, dalam pelaksanaan program kantong plastik berbayar terdapat beberapa faktor penghambat. Faktor penghambat dari pelaksanaan program kantong plastik berbayar diantaranya adalah: 1. Kurangnya sosialisasi terhadap surat edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sosialisasi merupakan suatu proses pembelajaran seseorang untuk mempelajari pola hidup sesuai nilai, norma, dan kebiasaan yang ada dijalankannya dalam masyarakat atau kelompok dimana dia berada. Sosialisasi ini sangat penting, karena dengan adanya sosialisasi masyarakat

14 menjadi lebih tau dan berpengetahuan lebih luas. Sosialisasi juga bermanfaat dalam menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang mempunyai tugas pokok dalam masyarakat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupaya mengurangi timbulan sampah khusus nya sampah kantong plastik dengan mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar. Namun, kurangnya sosialisasi terhadap kebijakankebijakan tersebut menyebabkan masyarakat kurang paham dari maksut dan tujuan kebijakan itu sendiri. Sehingga masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui berbagai kebijakan pengurangan sampah yang ada. Masyarakat cenderung tidak mengetahui program kantong plastik berbayar yang ada pada gerai pasar ritel modern. Akibatnya, masih sangat sedikit masyarakat yang membawa kantong plastik belanja sendiri. 2. Kurangnya dukungan dari semua pihak-pihak yang terkait Dalam pelaksanaan program kantong plastik berbayar tentu harus didukung oleh pihak-pihak yang melaksanakan program kantong plastik berbayar. Progam kantong plastik berbayar dilaksanakan oleh beberapa gerai pasar ritel modern salah satunya gerai pasar ritel modern Alfamart. Namun kenyataannya, perusahaan gerai pasar ritel modern alfamart tidak melaporkan penggunaan penjualan kantong plastik dan kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini menyebabkan, program kantong plastik berbayar tidak berjalan secara optimal dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. 3. Tidak adanya sanksi untuk pihak-pihak yang tidak mengikuti program kantong plastik berbayar Dalam pelaksanaan program kantong plastik berbayar tidak ada sanksi atau aturan yang mengatur untuk pihakpihak yang tidak mengikuti program kantong plastik berbayar. Sehingga masih ada beberapa gerai pasar ritel modern yang tidak mengikuti program kantong plastik berbayar. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah disajikan pada bab-bab sebelumnya di kemukakan beberapa kesimpulan dari hasil pembahasan mengenai kebijakan Kehutanan dalam program kantong plastik berbayar adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan program kantong plastik berbayar dilaksanakan berdasarkan Surat Edaran Kementerian Nomor: SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/ 2016 Tentang Pengurangan Sampah Plastik Melalui Penerapan Kantong Plastik Sekali Pakai Tidak Gratis diseluruh gerai pasar ritel modern, berdasarkan azaz kemanfaatan, dan azaz kepentingan umum. Kantong plastik berbayar dilaksanakan pada seluruh gerai pasar ritel modern yang berdiri sendiri maupun yang berada di pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya kebijakan tersebut belum berjalan secara optimal. Masih sangat sedikit masyarakat yang membawa kantong belanja sendiri. Sehingga, belum ada peningkatan yang terjadi secara signifikan. 2. Kehutanan Faktor penghambat dari pelaksanaan program kantong plastik berbayar diantaranya adalah: a. Kurangnya sosialisasi terhadap surat edaran Kementerian b. Kurangnya dukungan dari semua pihak-pihak yang terkait

15 c. Tidak adanya sanksi untuk pihakpihak yang tidak mengikuti program kantong plastik berbayar 4.2 Saran Berdasarkan penulisan skripsi yang telah disampaikan, ada beberapa yang ingin di sampaikan penulis setelah melihat pembahasan dan kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Sebaiknya Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung dan perusahaan pasar gerai ritel modern mengadakan sosialisasi lebih gencar berkenaan dengan kebijakan kantong plastik berbayar agar masyarakat kota Bandar Lampung lebih memahami dan mengetahui lebih lanjut sehingga program kantong plastik berbayar dapat berjalan secara optimal dan dapat mengurangi timbulan sampah khususnya sampah kantong plastik. Selain itu juga diperlukan dukungan dari semua pihak-pihak yang terkait untuk melaporkan penggunaan penjualan kantong plastik dan kegiatan yang dilaksanakan. Serta memberikan sanksi untuk pihak-pihak yang tidak mengikuti program kantong plastik berbayar dan diperlukan juga pengawasan oleh pihak Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung agar program kantong plastik berbayar dapat berjalan secara optimal. 2. Sebaiknya penjualan kantong plastik dibebankan kepada pihak perusahaan pasar gerai ritel modern agar tidak terjadi permasalahan di masyarakat. 3. Sebaiknya masyarakat kota Bandar Lampung lebih turut serta berpartisipasi aktif dan meningkatkan kesadaran untuk ikut serta mendukung program kantong plastik berbayar dengan cara membawa kantong belanja sendiri. DAFTAR PUSTAKA Akib, Muhammad Hukum Lingkungan, Perspektif Global dan Nasional (Edisi Revisi). Jakarta:Raja Grafindo Persada. Hamzah, Andi Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta:Sinar Grafika. HR, Ridwan Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muhammad, Abdulkadir Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. Rahardjo, Satjipto Ilmu Hukum. Bandung: Alumni. Ridwan, Juniarso dan Achmad Sodik Sudrajat.2014.Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung:Nuansa Cendikia. Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU-PPLH). Surat Ederan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun Nomor: S.1230/PSLB3- PS/2016 Tentang Harga dan Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar. ta-1170-bandarlampung-tidak-ikutkebijakan-kantong-plastikberbayar.html Diakses pada Tanggal 11 November 2016 Pukul WIB Diakses pada Tanggal 28 Juli 2016 Pukul 20:06 WIB

BAB I PENDAHULUAN. ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor

BAB I PENDAHULUAN. ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan sampai dengan saat ini masih menarik banyak perhatian Warga Negara, Perusahaan, Lembaga serta Pemerintah dari sekitar belahan dunia.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR. A. Kronologis pemberlakuan kebijakan kantong plastik berbayar

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR. A. Kronologis pemberlakuan kebijakan kantong plastik berbayar 40 BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR A. Kronologis pemberlakuan kebijakan kantong plastik berbayar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menghitung masalah konsumsi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SURAT EDARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR: SE.8/PSLB3/PS/PLB

PELAKSANAAN SURAT EDARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR: SE.8/PSLB3/PS/PLB PELAKSANAAN SURAT EDARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR: SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 TENTANG PENGURANGAN SAMPAH PLASTIK MELALUI PENERAPAN KANTONG BELANJA PLASTIK SEKALI PAKAI TIDAK GRATIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini masyarakat Indonesia khususnya remaja dan dewasa di kota-kota besar lebih sering berbelanja di retail modern, jika berbelanja kebutuhan bulanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tas belanja plastik merupakan salah satu benda yang selalu melekat dalam kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan.berbagai penanganan menumpuknya sampah di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. bangunan.berbagai penanganan menumpuknya sampah di Indonesia dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah menduduki peranan penting dalam masalah pencemaran lingkungan hidup di kota-kota besar dunia dan juga di Indonesia. Manusia dengan kemajuan teknologinya telah

Lebih terperinci

Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana EFEKTIFITAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN TABANAN Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan lingkungan yang bersih masih mendaji sebuah tantangan. Seperti yang kita ketahui bersama masalah yang sampai saat ini paling menonjol ialah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan 35 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu sedangkan metode penelitian hukum artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan. Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT SALINAN WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PENGURANGAN SAMPAH MELALUI PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG BELANJA PLASTIK DAN WADAH/KEMASAN MAKANAN DAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KANTONG BELANJA PLASTIK TIDAK GRATIS

KEBIJAKAN KANTONG BELANJA PLASTIK TIDAK GRATIS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN KANTONG BELANJA PLASTIK TIDAK GRATIS TUTI HENDRAWATI MINTARSIH DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN BAHAN BERACUN BERBAHAYA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,

Lebih terperinci

EVALUASI EFEKTIVITAS PROGRAM PENGGUNAAN PLASTIK BERBAYAR PADA USAHA RITEL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

EVALUASI EFEKTIVITAS PROGRAM PENGGUNAAN PLASTIK BERBAYAR PADA USAHA RITEL DI KOTA BANDAR LAMPUNG EVALUASI EFEKTIVITAS PROGRAM PENGGUNAAN PLASTIK BERBAYAR PADA USAHA RITEL DI KOTA BANDAR LAMPUNG Andri Winata* 1, Betty Magdalena 2 1,2 Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya, Jl. Z.A. Pagar Alam No.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : Pendekatan secara yuridis normatif adalah penelitian hukum yang

III. METODE PENELITIAN. dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : Pendekatan secara yuridis normatif adalah penelitian hukum yang III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab penelitian skripsi ini adalah dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara Yuridis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada 36 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif (library reseach) adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif (library reseach) adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. 1.

Lebih terperinci

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman * 1 POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 25 November 2015; disetujui: 11 Desember 2015 Polemik Pengelolaan Sampah Masalah pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu research. Kata research

III. METODE PENELITIAN. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu research. Kata research 40 III. METODE PENELITIAN Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu research. Kata research berasal dari re (kembali) dan to search (mencari). Research berarti mencari kembali, oleh karena

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1

III.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1 43 III.METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 20162016 TENTANG PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP No.933, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data yang dapat memecahkan suatu permasalahan. 33 Penelitian yang dilakukan

III. METODE PENELITIAN. data yang dapat memecahkan suatu permasalahan. 33 Penelitian yang dilakukan III. METODE PENELITIAN Metode ini merupakan suatu bentuk atau cara yang dipergunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian guna mendapatkan, mengelola, dan menyimpulkan data yang dapat memecahkan suatu permasalahan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plastik, maka akan berkurang pula volume sampah yang ada di Tempat

BAB I PENDAHULUAN. plastik, maka akan berkurang pula volume sampah yang ada di Tempat 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sampah plastik adalah salah satu komponen terbanyak yang ada dalam sampah yang berbahaya apabila tidak ditindaklanjuti dengan bijaksana dan dukungan dari infrastruktur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH

Lebih terperinci

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186 Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Ati Yuniati Bagian Hukum Administrasi Negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di berbagai sektor. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada 44 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.188, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Sampah. Rumah Tangga. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua cara yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua cara yaitu: 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Untuk membahas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) di Kota Bandar Lampung, maka cara pendekatan masalah yang digunakan

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN OLEH PEMERINTAH, SWASTA DAN MASYARAKAT BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah suatu kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

Lebih terperinci

SUKSES BISNIS RITEL MODERN

SUKSES BISNIS RITEL MODERN RINGKASAN BUKU: SUKSES BISNIS RITEL MODERN Oleh: IR. R. SERFIANTO D. PURNOMO CITA YUSTISIA SERFIYANI, SH ISWI HARIYANI, SH, MH Penerbit: PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO (GRAMEDIA GROUP) Tahun Terbit : Februari

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran teratentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. normatif empiris, yuridis normatif (library reseach) adalah pendekatan yang

METODE PENELITIAN. normatif empiris, yuridis normatif (library reseach) adalah pendekatan yang 1 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Dalam penelitian menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif dan normatif empiris, yuridis normatif (library reseach) adalah pendekatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP PENERAPAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR DI MINIMARKET SURABAYA

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP PENERAPAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR DI MINIMARKET SURABAYA 52 BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP PENERAPAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR DI MINIMARKET SURABAYA Menjaga lingkungan dan alam tidak hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah melainkan seluruh

Lebih terperinci

RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG

RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG 1 RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG Berdasarkan data dari PD Kebersihan Kota Bandung Tahun 2009, volume timbulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia yang sangat besar dari Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik agar menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan dalam usaha memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, penelitian hukum merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan pada BAB 3, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Implementasi Pemberian Izin Lingkungan di Kota Surakarta telah dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota. Hal

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK I. UMUM Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif-terapan. Penelitian hukum

METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif-terapan. Penelitian hukum 34 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif-terapan. Penelitian hukum normatif-terapan adalah penelitian hukum mengenai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif-terapan. Penelitian ini meneliti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif-terapan. Penelitian ini meneliti III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif-terapan. Penelitian ini meneliti peraturan tertulis ( in abstraction) dan implementasi dari peraturan tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di negara berkembang mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mutlak. Peran penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dari toko ritel buka selama 24 jam. Pertumbuhan bisnis ritel ini juga

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dari toko ritel buka selama 24 jam. Pertumbuhan bisnis ritel ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pertumbuhan bisnis ritel semakin meningkat. Toko ritel atau biasa dikenal dengan toko eceran tersebar di seluruh daerah di Indonesia, bahkan beberapa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYERAHAN PENGELOLAAN PARKIR DARI DINAS PERHUBUNGAN KEPADA PT MITRA BINA PERSADA

KEBIJAKAN PENYERAHAN PENGELOLAAN PARKIR DARI DINAS PERHUBUNGAN KEPADA PT MITRA BINA PERSADA KEBIJAKAN PENYERAHAN PENGELOLAAN PARKIR DARI DINAS PERHUBUNGAN KEPADA PT MITRA BINA PERSADA Christianto Sitinjak, Dr. Yuswanto, S.H., M.H., Eka Deviani, S.H., M.H Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. empiris, Penelitian hukum normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai

III. METODE PENELITIAN. empiris, Penelitian hukum normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Tipe penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian normatif empiris, Penelitian hukum normatif-empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Pelayanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Pelayanan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada pemerintah. Tuntutan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan oleh : VILLI YUNEKE NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan oleh : VILLI YUNEKE NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup NASKAH PUBLIKASI PENERAPAN PRINSIP 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) DALAM PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN BANTUL Diajukan oleh : VILLI YUNEKE NPM : 06 05 09465

Lebih terperinci

Rancangan Peraturan Pemerintah Pengelolaan Sampah Spesifik

Rancangan Peraturan Pemerintah Pengelolaan Sampah Spesifik KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Rancangan Peraturan Pemerintah Pengelolaan Sampah Spesifik Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkunan Hidup dan Kehutanan Sosialisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

Kata Kunci: Penerapan, Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan, Pekerja, Perusahaan.

Kata Kunci: Penerapan, Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan, Pekerja, Perusahaan. ABSTRAK Skripsi ini berjudul Penerapan Program Jaminan Sosial Bidang Kesehatan Kerja Terhadap Pekerja PT. Mega Jaya). Latar belakang dari skripsi ini adalah tentang pelaksanaan perlindungan terhadap pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir di setiap kabupaten/kota yang ada di Indonesia selalu dihadapkan dengan permasalahan sampah. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Perlindungan. Pengelolaan. LHK. Peran. Masyarakat. Pelaku Usaha. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Perlindungan. Pengelolaan. LHK. Peran. Masyarakat. Pelaku Usaha. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1889, 2015 KEMEN-LHK. Perlindungan. Pengelolaan. LHK. Peran. Masyarakat. Pelaku Usaha. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 60/Menlhk-Setjen/2015

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau

Lebih terperinci

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring kemajuan perekonomian Indonesia. Kemajuan perekonomian Indonesia ikut mendorong perkembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang :

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SAMARINDA TERHADAP USAHA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 27

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 27 III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat istimewa yang diatur dengan Undang- Undang dan negara mengakui dan. menghormati ke satuan-kesatuan masyarakat hukum

BAB I PENDAHULUAN. bersifat istimewa yang diatur dengan Undang- Undang dan negara mengakui dan. menghormati ke satuan-kesatuan masyarakat hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau dengan sebutan lainnya dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia diatur dalam Pasal 18B yang menyatakan negara mengakui dan menghormati satuan-satuan

Lebih terperinci

HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR Agus Pratama Putra Pembimbing : Cokorda Dalem Dahana I Ketut Suardita Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana PERANAN PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DALAM MENANGGULANGI PENGEMIS BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KETERTIBAN UMUM Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia usaha mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia usaha mengharuskan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia usaha mengharuskan perusahaan untuk merespon segala perubahan yang terjadi. Masalah utama yang dihadapi perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. eksploratori, penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatori. 2 Begitu pula Robert

METODE PENELITIAN. eksploratori, penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatori. 2 Begitu pula Robert III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Soerjono Soekanto melihat dari segi sifat penelitian, beliau membedakannya menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu penelitian eskploratori, penelitian deskriptif, dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR + BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memilki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

III. METODE PENELITIAN. mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pembangunan yang terjadi di Indonesia sangat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pembangunan yang terjadi di Indonesia sangat berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan yang terjadi di Indonesia sangat berdampak pada kualitas lingkungan yang ada di Indonesia. Pembangunan di segala sektor ekonomi, pemerintahan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I. UMUM Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Drs. Chairuddin,MSc PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Reduce, Reuse, Recycling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu atau berupa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1.

BAB III METODE PENELITIAN. satu atau berupa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1. 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci