BAB I PENDAHULUAN. perlombaan. Kamus Oxford 2005 menyebutkan makna kata contest

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. perlombaan. Kamus Oxford 2005 menyebutkan makna kata contest"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kontestasi berasal dari kata dasar kontest. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan artinya sebagai kata benda, yaitu perlombaan. Kamus Oxford 2005 menyebutkan makna kata contest sebagai kata benda yang artinya an event in which people compelete supremacy. Apabila diterjemahkan adalah suatu ajang atau perlombaan dimana terjadi adu kekuatan atau keunggulan. 1 Kata ini pula yang dapat mewakili fenomena yang terjadi antara Amerika Serikat sebagai aktor negara dengan WikiLeaks sebagai aktor non-negara dalam kebebasan informasi yang menjadi kekuatan aktor-aktor tersebut. Kebebasan informasi di masa sekarang ini dianggap sebagai hal yang patut untuk diperbincangkan oleh aktor-aktor hubungan internasional, baik itu aktor negara maupun non-negara. Kebebasan informasi yang lahir dari ide pers bebas saat ini dianggap sebagai suatu ancaman bagi beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah negara demokrasi yang sangat mendukung adanya ide pers bebas. Namun, ternyata pada kenyataan yang terungkap di publik bahwa ternyata negara ini tidak sepunuhnya mendukung pers bebas. Dalam beberapa kasus yang terjadi di Amerika Serikat yang melibatkan negara dan pers akan mengalami proses persaingan yang sengit. Sebut saja kasus Watergate. 1 M. Rafiquddin Ahsan. (30 Desember 2010). Kontestasi Dalam Tayangan Infortainment Televisi Swasta. Retrieved from 1

2 Watergate adalah skandal politik yang paling terkenal dalam sejarah Amerika. Peristiwa yang tadinya nampak seperti pencurian biasa dan tidak berbahaya di bulan Juni 1972 akhirnya berujung pada mundurnya Presiden Richard Nixon. Skandal itu juga mengungkapkan berbagai aktifitas pengintaian politik, sabotase dan penyuapan. Pada tanggal 17 Juni 1972 lima laki-laki ditangkap ketika sedang memasang alat penyadap di perkantoran Komite Nasional Partai Demokrat. Insiden yang terjadi saat kampanye pemilihan sedang berlangsung di tahun tersebut, setelah diselidiki ternyata dilakukan oleh sejumlah anggota kelompok pendukung Nixon, Komite untuk Pemilihan Kembali Presiden. 2 Dua pencuri dan dua orang lain yang ikut serta divonis bersalah bulan Januari 1973, namun banyak orang, termasuk hakim yang memimpin sidang itu John Sirica, menduga ada sebuah konspirasi yang mencapai sejumlah pejabat tinggi di pemerintahan. Peristiwa itu berubah menjadi skandal yang lebih luas ketika salah seorang pencuri yang divonis bersalah, yang dihukum berat karena menolak mengungkapkan informasi soal skandal itu, menulis kepada hakim Sirica dan menyatakan ada upaya tutup mulut besar-besaran. Senat akhirnya meluncurkan penyelidikan yang melibatkan sejumlah tokoh politik besar termasuk mantan jaksa agung John Mitchell dan kepala penasehat Gedung Putih John Ehrlichman dan HR Haldeman. 3 2 M. Mufidz. (2008). Skandal Watergate Jakarta. Institut Studi Arus Informasi. Hal. 1 3 Ibid, hal. 37 2

3 Dua wartawan surat kabar Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein memainkan peranan penting dalam memusatkan perhatian kepada skandal itu dibantu oleh informasi penting dari informan misterius mereka. Woodward dan Bernstein banyak menulis berita ekslusif mengenai skandal Watergate yang akhirnya membuat catatan sejarah pada bulan April 1974, Nixon tunduk kepada tekanan publik dan menerbitkan sebagian catatan pembicaraannya yang direkam sehubungan dengan Watergate. Namun hal itu tidak menghentikan merosotnya dukungan bagi pemerintahannya, ataupun persepsi publik bahwa dia ikut serta dalam konspirasi itu. Bulan Juli di tahun yang sama, Mahkamah Agung memerintahkan Nixon agar menyerahkan semua kaset rekaman pembicaraannya mengenai skandal itu. Sementara itu, Komite Hukum Konggres telah menyelesaikan penyelidikannya dan meloloskan tiga poin impeachment terhadap Nixon. Tanggal 5 Agustus Nixon memberikan catatan tiga rekaman pembicaraan. Dia mengakui bahwa dirinya mengetahui adanya upaya untuk menutupnutupi tidak lama setelah peristiwa Watergate dan bahwa dia mencoba menghentikan penyelidikan FBI. Empat hari kemudian, dia menjadi satusatunya Presiden Amerika yang mengundurkan diri dari jabatannya dan kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Gerald Ford. Kasus yang sama baru-baru saja terjadi yaitu kasus JSTOR.com yang berujung pada kematian seorang jenius internet bernama Aaron Swartz. Aaron Swartz adalah tokoh yang senantiasa mendukung kebebasan 3

4 informasi yang dia tunjukkan melalui situs miliknya, yaitu reddit.com yang menyediakan konten beragam dari jutaan laman di internet dengan gratis, bukan hanya dari media mainstream, melainkan juga dari berbagai blog pribadi. Bahkan, informasi yang disiarkan reddit.com kadang kala jauh lebih cepat daripada media besar seperti pada kasus penembakan massa di Colorado dengan terdakwa mantan mahasiswa PhD James Holmes. 4 Kampanye kebabasan informasi yang senantiasa di serukan oleh Aaron Swartz berujung pada saat Aaron meretas sebuah situs yang menyediakan jurnal akademis di situsnya yang bernama JSTOR.com. Semua orang yang mengakses situs JSTOR.com ini akhirnya bisa menikmati jurnal akademik ini secara gratis. Hal yang dianggap sebagai tindakan kriminal dan melanggar hak kekayaan intelektual ini mengakibatkan Aaron Swartz dituntut hukuman penjara hingga 35 tahun dan denda US$1 juta, karena tidak sanggup menerima kenyataan ini akhirnya Aaron Swartz bunuh diri. Beberapa contoh kasus diatas cukup membuat kita bertanya-tanya mengenai kebenaran dukungan Amerika Serikat dalam kebebasan pers dan informasi. Terlebih lagi saat WikiLeaks membocorkan ratusan ribu data rahasia milik negara ini. Sejak tahun 2010 Amerika Serikat merasa terancam akan hal ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton yang mengatakan 4 Komalasari. (2013). MIT Selidiki Kasus Bunuh Diri Aaron Swartz. Chip Online id. Retrieved from 4

5 Pengungkapan ini bukan hanya serangan terhadap kepentingan Amerika, melainkan juga serangan terhadap komunitas internasional. 5 Badan-badan pemerintah federal Amerika Serikat telah mengeluarkan peringatan, setiap pegawai negeri di negara Amerika yang membaca bocoran dokumen kawat diplomatik di WikiLeaks bisa dipecat dari pekerjaannya. Ada juga reaksi beberapa pihak yang menjauhkan diri dari WikiLeaks. WikiLeaks merupakan sebuah situs yang terkenal sebagai situs yang membocorkan dokumen-dokumen rahasia negara maupun perusahan. WikiLeaks adalah kelompok global independen yang pada mulanya hadir sebagai proyek dari Sunshine Press, yakni terdiri dari orang-orang yang berdedikasi tinggi dan memiliki ideologi pers bebas. Sejumlah surat kabar Amerika Serikat berpendapat bahwa media tidak berkewajiban hukum untuk mematuhi aturan kerahasiaan yang dirancang untuk diterapkan pada karyawan pemerintahan, dan sejak dahulu publikasi dokumen-dokumen rahasia itu menjadi salah satu cara untuk melayani kepentingan umum. 6 Kasus WikiLeaks yang baru-baru ini menjadi pemberiatan hangat di berbagai media massa dunia setidaknya telah membuktikan bahwa sistem keamanan militer negara adidaya sekelas Amerika Serikat bisa dijebol dengan mudah. WikiLeaks pertama kali merilis file-file untuk tiga media, New York Times, Guardian, dan Der Spiegel. Negara Amerika 5 Haris Priyatna. (2011). WikiLeaks: Situs Paling Berbahaya di Dunia. Bandung. PT.Mizan Pustaka. Hal Anonim. (n.d). About WikiLeaks. Retrieved from 5

6 Serikat yang menganut sistem kebebasan jurnalistik sangat kerepotan saat menghadapi kebocoran informasi tersebut di dunia maya. Salah satunya yaitu kebocoran tentang jumlah korban perang Amerika-Irak yang berlangsung dari tahun Situs tersebut mengatakan bahwa korban perang Amerika-Irak berjumlah , terdiri atas warga sipil, musuh yang dicap sebagai pemberontak, pasukan pemerintah Irak, dan pasukan koalisi. Sebanyak 31 warga sipil meninggal setiap hari selama periode 6 tahun. Sementara itu, catatan perang Afganistan yang dirilis oleh WikiLeaks, pada periode yang sama, jumlah kematian sekitar orang. Tercatat 5 kematian perhari selama 6 tahun masa pendudukan Amerika di sana. 7 Selain itu, situs tersebut juga memberikan informasi tentang beberapa kekejaman tentara Amerika di Afganistan, Irak, juga komunikasi diplomatik yang bersubstansi kecurangan politik lainnya. Situs internet WikiLeaks telah merilis ratusan ribu kawat diplomatik Amerika lewat beberapa surat kabar internasional, tindakan yang dikecam oleh Gedung Putih. Beberapa pengamat internasional menganggap bocornya informasi ini merupakan sebuah bencana paling besar di bidang informasi. Efeknya bahkan bisa mengalahkan efek dari serangan WTC karena sebagaian besar informasi yang dipublikasikana oleh WikiLeaks merupakan informasi yang sangat rahasia. Efek yang paling terasa secara langsung akibat dari 7 Haris Priyatna, op cit., hal

7 bocornya kawat diplomatik ini adalah perubahan dalam pola diplomasi negara-negara dunia terkait dengan Amerika Serikat bahkan juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs mengatakan: Bocoran ini dapat membahayakan hubungan dengan pemerintah asing, dan jika substansi percakapan pribadi dicetak di halaman depan surat kabar di seluruh dunia, itu sangat berdampak tidak hanya bagi kepentingan kebijakan luar negeri Amerika, tetapi juga bagi sekutu dan teman-teman kami di seluruh dunia 8 Berbagai dokumen yang dibocorkan menggambarkan bagaimana persepsi dan rencana rahasia Amerika Serikat terhadap negara-negara di dunia beserta pemimpinnya. Dalam beberapa surat rahasia itu, presiden Afganistan digambarkan sebagai seorang paranoid yang terlalu lemah. Kanselir Jerman, Angela Merkel digambarkan dalam istilah kanselir teflon sebab tak banyak yang menempel padanya serta berbagai sentimen negatif dan kecurigaan lainnya terhadap pemimpin-pemimpin dunia. 9 Di tengah kegemparan dunia akibat bocornya informasi ini, seperti yang terlihat di beberapa media Indonesia yang mengangkat berita mengenai WikiLeaks sebagai berita utama. Contohnya Republika Online yang kerap kali membahas mengenai WikiLeaks misalnya berita yang berjudul WikiLeaks tentang Pentagon, Pentangon Nyatakan tak dihubungi WikiLeaks dan berbagai macam artikel lainnya yang terkait dengan WikiLeaks. Sebagian besar negara-negara yang terkait dan disebutkan dalam dokumen-dokumen itu memilih bersikap terlihat tenang. Justru yang 8 Ibid, hal Ibid, hal

8 terlihat sibuk adalah kemenetrian luar negeri dan kedutaan besar Amerika Serikat dalam rangka memperbaiki hubungan dan menjelaskan perihal isi dokumen itu ke pemimpin negara-negara yang disebutkan dalam pembocoran kawat diplomatik yang dilakukan oleh WikiLeaks. Hal ini kemudian yang membuat nama WikiLeaks semakin populer. Amerika dan beberapa negara lain yang menentang keberadaan WikiLeaks akhirnya mencari cara agar mampu menutup paksa situs asli milik WikiLeaks, yaitu WikiLeaks.org. Selain ditutupnya situs WikiLeaks, pemimpinnya pun yang menjadi direktur sekaligus disebut-sebut sebagai otak dari setiap pembocoran yg dilakukan WikiLeaks yang bernama Julian Assange menjadi buronan internasional yang saat ini sedang mengalami persidangan di Swedia atas sejumlah tuduhan, seperti pemerkosaan terhadap pekerja wanitanya. Meskipun begitu, banyak yang beranggapan bahwa tuduhan ini hanyalah rekayasa Amerika Serikat agar bisa menyeret Julian Assange ke Amerika untuk di eksekusi disana. Sikap Amerika Serikat sebagai negara yang mengaku mendukung kebebasan informasi justru malah terlihat begitu menentang keberadaan WikiLeaks sebagai media yang sama-sama menganut pers bebas patut menjadi penelitian yang terkait dengan kebebasan informasi. Oleh karena itu, penulis mengambil judul Kontestasi Aktor Negara dan Aktor Non- Negara Dalam Kebebasan Informasi. Studi Kasus: Sikap Amerika Serikat Terhadap WikiLeaks. 8

9 B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH Kebebasan pers dan mengemukakan pendapat merupakan hak azasi manusia, tapi dalam praktiknya termasuk di negara demokrasi ternyata masih dibatasi. Menurut Amerika, apa yang dilakukan WikiLeaks sudah melampaui batas. Perbuatan WikiLeaks, membahayakan keamanan nasional negaranya. Hubungan diplomatik jadi serba salah dan aparatur negara yang ternyata terlalu intim dengan dunia usaha. Amerika Serikat tentu saja ingin mengadili Julian Assange yang berperan dalam mempublikasikan rahasia negara Amerika Serikat dan informasi sensitif lain. Sedangkan di sisi lain, WikiLeaks ingin memperoleh haknya sebagai pers bebas. Oleh karena itu penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana Amerika Serikat menyikapi WikiLeaks dan masalah yang ditimbulkannya? 2. Bagaimana dampak perdebatan Amerika Serikat dan WikiLeaks sebagai kontestasi aktor negara dan aktor non-negara? C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari usulan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui sikap Amerika Serikat terhadap WikiLeaks dan masalah yang ditimbulkannya. 9

10 2. Untuk mengetahui dampak perdebatan Amerika Serikat dan WikiLeaks sebagai kontestasi aktor negara dan aktor non-negara. 2. Kegunaan Penelitian 1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikirin bagi pengembang studi Hubungan Internasional dan siapa saja yang mencurahkan perhatiannya pada Hubungan Internasional di masa akan datang serta untuk penulis sendiri dapat melatih kemampuan berpikir dan menganalisis suatu permasalahan internasional. 2. Sebagai dedikasi penulis dalam memberikan sumbangsih pemikiran bagi masyarakat internasional khususnya bagi penganut ide pers bebas juga bagi bangsa dan negara Indonesia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan rujukan bagi mereka yang membutuhkan. 3. Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menempuh ujian strata-1 (S1) pada Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. D. KERANGKA KONSEPTUAL Dalam kerangka pemikiran ini, penulis mencoba untuk mengemukakan batasan ilmiah berupa kutipan teori teori dan konsep dari para ahli yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan. 10

11 Hubungan yang terjadi antara Amerika Serikat dan WikiLeaks dapat dikatakan sebagai fenomena aktor hubungan internasional. Dalam hal ini Amerika Serikat dikatakan sebagai aktor negara dan WikiLeaks sebagai aktor non-negara. Dalam hubungan internasional dikenal teori liberalisme sosiologis yang mengatakan: Hubungan internasional bukan hanya mempelajari hubungan pemerintah; tetapi juga mempelajari hubungan antara individu, kelompok dan masyarakat swasta. Hubungan antara raktyat lebih kooperatif dibanding hubungan antara pemerintah. Dunia dengan sejumlah besar jaringan transnasional akan lebih damai. 10 Dari uraian teori diatas dapat disimpulkan bahwa aktor dalam hubungan internasional bukan hanya negara, tetapi terdapat juga aktor non-negara yang memiliki peran penting dalam jaringan transnasional. WikiLeaks sebagai kelompok global independen termasuk dalam aktor non-negara yang mewadahi orang-orang berdedikasi tinggi dengan ide pers bebasnya mulai mempengaruhi ideologi pers bebas dunia termasuk Amerika Serikat yang disebut-sebut sebagai negara yang menjujung tinggi kebebasan informasi. WikiLeaks hadir sebagai aktor penting dalam kebebasan informasi dan kebebasan pers yakni sebagai instrumen yang berguna dalam memberikan kebenaran di setiap informasinya. Dalam teori hubungan internasional dikenal teori liberalisme interdependensi yaitu: Modernisasi meningkatkan tingkat interdependensi di antara negara-negara. Aktor-aktor transnasional semakin penting, kekuatan militer adalah instrumen yang kurang berguna, dan kesejehteraan, bukan keamanan, adalah tujuan dominan negara- 10 Robert Jackson, Georg Sorensen. (1999). Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal

12 negara. Interdependensi kompleks menunjukkan suatu dunia hubungan internasional yang lebih damai. 11 Fenomena WikiLeaks ini menyadarkan kita seberapa dalam kemajuan jaringan internet telah mentransformasikan dunia politik kontemporer dan memberikan ilham bagi gerakan sosial yang berdimensi global berakibat lokal, atau sebaliknya, berdimensi lokal berakibat global. Kemajuan tekhnologi informasi, khususnya sistem jaringan komputer, dan kebergantungan kita padanya, bersama dengan globalisasi ekonomi, politik, ternyata secara tidak sadar sedang mengubah sifat dasar perang informasi. Fenomena WikiLeaks ini memperkuat argumen yang hidup di kalangan para pengkaji gerakan budaya dan politik kontemporer yang melihat bangkitnya peran aktor non-negara di pentas politik global. WikiLeaks sebagai aktor transnasional memiliki peran penting dalam kebebasan informasi dan pers yang dapat mengubah hubungan kerjasama aktor-aktor internasional dikarenakan senantiasa memberikan informasi rahasia yang terkait sebuah negara atau perusahaan tertentu. Kebocoran informasi ini tentu saja berawal dari ide pers bebas milik WikiLeaks. Ide pers bebas mulai bermunculan seiring dengan lahirnya demokrasi. Hak pers untuk secara bebas menerbitkan, mengemukakan pendapat, mengkritik, dan memberikan informasi adalah prinsip dasar demokrasi. Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa 11 Ibid, hal

13 negara termasuk memberikan ruang bagi media massa yang bebas untuk menjalankan fungsi persnya. Salah satu konsep dari sistem negara yang yang demokrasi menurut Huntington (2008), yaitu adanya peran media massa yang bebas. Hal yang terkait erat dengan hak publik untuk tahu adalah dengan media massa yang bebas, yaitu surat kabar, televisi, radio dan media baru yang bisa menginvestigasikan jalannya pemerintahan dan melaporkannya tanpa takut adanya penuntutan dan hukuman. 12 Media massa sekarang kini telah masuk dalam arus globalisasi yang mana media massa bersifat universal dan tiada mengenal batas wilayah dan hukum suatu negara. Jenis dan fungsinya juga semakin canggih sehubungan dengan perkembangan arus modenisasi dan tekhnologi pada masa kini. Media sebaran sudah dianggap sesuatu yang lazim yang selaras dengan kemajuan masyarakat manusia modern. Media massa merupakan pilar keempat setelah eksekutif, legilslatif dan yudikatif dalam sistem negara yang menganut demokrasi. Kebebasan pers bisa hidup bukan saja karena dimodifikasi menjadi hukum. Pers bebas hidup dan berkembang karena rakyat menghargainya. Masyarakat menghargai kebebasan pers karena pers bebas memang peranan besar dalam pembentukan bangsa dan mengangkat bangsa keposisinya sebagai pemimpin dunia dalam demokrasi dan hak asasi manusia. Saat ini kebabasan pers berkembang dengan baik seiring berjalannya demokrasi. Media yang bebas dan bertanggung jawab berpengaruh positif 12 Budiman S. Hartoyo. (2008). Pers Bebas dan Tanggung Jawab Wartawan. Wordpress. Retrieved from 13

14 dinegara manapun termasuk dinegara demokrasi baru. Pers bebas penting dalam mewujudkan pemerintahan yang stabil dan demokratis. Dukungan Amerika Serikat untuk pers bebas berakar pada keyakinan bahwa pemahaman yang lengkap dan menyeluruh soal pemerintahan di dalam negeri dan di dunia akan membantu rakyat memilih sendiri institusi, kebijakan, dan praktek praktek yang mempertahankan serta melindungi hak hak sipil dasar dan hak asasi manusia. Hal ini sesuai dengan isi dari amandemen pertama konstitusi Amerika Serikat (Bill of Rights) mengenai kebebasan berbicara (freedom of speech) yaitu: Kongres tidak membuat hukum yang mengatur tentang agama, atau melarang kebebasan menjalankan ibadah, atau membatasi kebebasan berbicara, atau kebebasan pers, atau hak rakyat untuk berkumpul secara damai, dan untuk mengajukan petisi atas keluhan terhadap pemerintah. 13 Mendorong kebebasan pers adalah soal mendorong kebebasan manusia. Rakyat harus melek informasi untuk bisa memainkan peran aktif dalam perpolitikan negaranya. Bahkan hal yang sederhana sekalipun seperti mencoblos dalam pemilu, akan menjadi sulit apabila informasinya kurang. Pers bebas menyampaikan informasi mengenai para pemimpin, kebijakan negara lain, dan bahkan praktek praktek bisnis perusahaan. Pers selalu mengambil bentuk dan warna struktur struktur sosial politik di dalam mana pers beroperasi. Pers mencerminkan sistem pengawasan sosial dengan mana hubungan antara orang dan lembaga 13 Stanley (ed). (2006). Mencari Media Yang Bebas Dan Bertanggung Jawab. Jakarta. Institut Studi Arus Informasi. Hal. 1 14

15 diatur. Orang harus melihat pada sistem sistem masyarakat dimana pers itu berfungsi. Untuk melihat sistem sistem sosial dalam kaitan yang sesungguhnya dengan pers, orang harus melihat keyakinan dan asumsi dasar yang dimiliki masyarakat itu : hakikat manusia, hakikat masyarakat dan negara, hubungan antar manusia dengan negara, hakikat pengetahuan dan kebenaran. Jadi pada akhirnya perbedaan pada sistem pers adalah perbedaan filsafat. WikiLeaks dilihat dari keberadaannya yang menjunjung tinggi pers bebas, maka dapat dikatakan bahwa WikiLeaks menganut teori libertarian. Teori Libertarian yaitu manusia dipandang sebagai makhluk rasional yang dapat membedakan antara benar dan yang tidak benasr. Pers harus menjadi mitra dalam upaya pencarian kebenaran. Kemudian berkembang pandangan dalam teori ini bahwa pers perlu mengawasi pemerintah. Dari sini atribut pers sebagai The Fourth Estate setelah kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif menjadi umum diterima dalam teori pers libertarian. Oleh karenanya, pers harus bebas dari pengaruh dan kendali pemerintah. 14 Teori libertarian merupakan landasan yang melahirkan ide pers bebas. Dimana kebebasan pers adalah syarat lahirnya demokrasi sejati. Hanya pers bebas yang bisa menyediakan informasi yang diperlukan oleh rakyat. Pemerintah seringkali menggunakan media yang dikendalikannya untuk menyajikan fakta fakta yang dibelokkan. Tanpa perlindungan terhadap kebebasan pers, pemerintah bisa memaksa media swasta untuk menyiarkan, atau sebaliknya, tidak menyiarkan informasi penting. Media 14 David T. Hill. (2011). Pers di Masa Orde Baru. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan LSPP. Hal

16 yang bebas menjamin bahwa pemerintah akan mewakili kepentingan rakyat dan rakyat bisa menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah. Setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh informasi akurat soal pemerintahannya, pemerintah lain, dan keadaan dunia. Sama pentingnya dengan media yang bebas bertindak sebagai pengawas pemerintah dengan tetap menjaga integeritas ekonomi bangsa dan mencatat secara akurat tindakan pemerintah di luar negeri. Meskipun bagi sebagian orang informasi mengenai negara lain hanyalah sebuah informasi yang tidak berarti bagi mereka, tetapi bagi negara tersebut informasi mengenai tindak tanduk pemerintahnya adalah apa yang menjadikan mereka sebagai masyarakat yang lebih baik dan lebih bebas. E. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskritif analitis, yaitu metode yang digunakan untuk mendefinisikan fenomena yang ada dan membahas realita yang ada serta berkembang dewasa ini kendati yang setuju pada pencarian alternatif untuk membahas permasalahan yang dihadapi. Metode deskritif analitis menggambarkan, mengklarifikasi, menelaah, serta menganalisis fenomena yang ada didasarkan atas pengamatan dari beberapa kejadian dalam masalah yang bersifat aktual di tengah realita yang ada untuk menggambarkan secara rinci fenomena sosial tertentu, serta berusaha memecahkan masalah dalam prakteknya 16

17 tidak sebatas pengumpulan dan penyusunan data, melainkan meliputi juga analisis dari interprestasi data-data tersebut. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari data-data dari kepustakaan buku, informasi-informasi berdasarkan penelaah literatur atau referensi baik yang bersumber dari artikel-artikel, majalah, surat kabar, jurnal, buletin-buletin, internet maupun catatan-catatan penting mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang di teliti oleh penulis. 3. Jenis Data Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur pustakaan yang membahas mengenai Amerika Serikat dan WikiLeaks. 4. Analisis Data Metode analisis yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah penerapan analisa kualitatif. Dimana metode analisis kualitatif adalah untuk menjelaskan data yang bersifat kualitatif yang tidak berbentuk keangkaan. Adapun angka angka statistik digunakan sebagai penunjang dari fakta fakta yang dipaparkan. 17

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI KONFIDENSIALITAS DAN KEPENTINGAN UMUM Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Broadcasting Sofia Aunul Abstract Privasi berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut: A. Sikap Amerika Serikat Terhadap Wikileaks Dan Kebebasan Informasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut: A. Sikap Amerika Serikat Terhadap Wikileaks Dan Kebebasan Informasi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dari bab-bab diatas, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: A. Sikap Amerika Serikat Terhadap Wikileaks Dan Kebebasan Informasi

Lebih terperinci

BAB III AMERIKA SERIKAT DAN WIKILEAKS DALAM KEBEBASAN INFORMASI A. AMERIKA SERIKAT DAN KEBEBASAN INFORMASI

BAB III AMERIKA SERIKAT DAN WIKILEAKS DALAM KEBEBASAN INFORMASI A. AMERIKA SERIKAT DAN KEBEBASAN INFORMASI BAB III AMERIKA SERIKAT DAN WIKILEAKS DALAM KEBEBASAN INFORMASI A. AMERIKA SERIKAT DAN KEBEBASAN INFORMASI Hak atas kebebasan memperoleh informasi publik merupakan hak asasi manusia yang dijamin baik dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1 Tinjauan Buku MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS Djoko Walujo 1 Penulis : Muis, A. Judul Buku : Indonesia di Era Dunia Maya Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa Batas Penerbit : Remaja Rosdakarya,

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan seksual merupakan salah satu tindak kriminalitas yang jumlahnya tergolong tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa Kedelapan Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap Pelaku Kejahatan Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7 September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang baru saja selesai melalui fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers pada masa orde baru tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD 1. Goenawan Mohamad Goenawan Mohamad atau GM lahir di Batang, pada tanggal 29 Juli 1941. Saat masih duduk di bangku SMA dalam usia 17 tahun GM menulis

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah institusi yang berperan melakukan kegiatan pengujian konstitusional di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Lebih terperinci

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri media di Indonesia yang kini berorientasi pada kepentingan modal telah menghasilkan suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang bersifat individual dan juga bersifat sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing yang tentu

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO Smile Indonesia LOBI DAN NEGOSIASI PENGERTIAN LOBI Istilah Lobi = lobbying. berarti orang atau berarti orang atau kelompok yang mencari muka untuk mempengaruhi anggota parlemen KATA LOBI Lobby {kata benda}

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara Pasal-pasal Delik Pers KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA I. Pembocoran Rahasia Negara Pasal 112 Barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I -2-3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (L embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kongres Rakyat Papua III yang baru-baru ini terjadi mendapat perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat negara kembali terjadi dan

Lebih terperinci

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006 Hukum dan Pers Oleh Ade Armando Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006 1 Bukan Kebebasan Tanpa Batas Kemerdekaan media tidak pernah berarti kemerdekaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924]

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 202 Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia dikenal sebagai Negara Hukum. Hal ini ditegaskan pula dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009.

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009. BAB VII PENUTUP 7.1. KESIMPULAN 1. Pembubaran partai politik pada setiap periode diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali pada masa Orde Baru yang tidak mengenal pembubaran partai politik.

Lebih terperinci

Sebelas omongan ngawur Donald Trump

Sebelas omongan ngawur Donald Trump Sebelas omongan ngawur Donald Trump pada jumpa pers Rabu - ANTARA News Kamis, 12 Januari 2017 15:28 WIB 4.010 Views Donald Trump. (REUTERS/Carlo Allegri) Jakarta (ANTARA News) - Presiden terpilih Donald

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara demokrasi, yang mana kebebasan berpendapat dijunjung tinggi. Masyarakat bebas untuk mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan, sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peradaban dunia semakin berkembang dengan pesat menuju ke arah modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak

Lebih terperinci

Kebijakan Antisuap & Antikorupsi Global, Berlaku Sejak: 1 Juli 2017

Kebijakan Antisuap & Antikorupsi Global, Berlaku Sejak: 1 Juli 2017 Pendahuluan Kebijakan Antisuap & Antikorupsi Global, Berlaku Sejak: 1 Juli 2017 21st Century Fox ( Perusahaan ) berkomitmen untuk menjalankan bisnis di seluruh dunia dengan integritas dan transparansi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH [LN 2008/51, TLN 4835] BAB XXI KETENTUAN PIDANA Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang sangat krusial dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat merasa perlu mengetahui apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi media baru (new media) menghasilkan perubahan besar dalam pengalaman politik masyarakat. Media baru yang dirancang untuk meningkatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya segala sesuatu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Indonesia berdasarkan atas sistem konstitusi (peraturan dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri di atasnya. Para fouding father ( pendiri bangsa) percaya dan menyakini,

BAB I PENDAHULUAN. berdiri di atasnya. Para fouding father ( pendiri bangsa) percaya dan menyakini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak para pendiri bangsa mencita-citakan sebuah Negara sendiri yang merdeka dan berdaulat, demokrasi menjadi penting dimana Negara yang akan berdiri di atasnya. Para

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dunia penyiaran atau dalam hal ini dunia pertelevisian.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dunia penyiaran atau dalam hal ini dunia pertelevisian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang dengan sedemikian pesatnya. Hal ini tentunya membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif maupun positif. Pers dan media massa juga sangat beperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. negatif maupun positif. Pers dan media massa juga sangat beperan sebagai 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan media massa saat ini sangat berkembang dengan pesat untuk diterima dan dikonsumsi oleh masyarakat luas, baik itu berita yang berbau negatif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yaitu, media massa dijadikan sebagai institusi ekonomi. massa ialah penggabungan media-media dalam kepemilikan.

BAB I PENDAHULUAN. Yaitu, media massa dijadikan sebagai institusi ekonomi. massa ialah penggabungan media-media dalam kepemilikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa ialah suatu alat penyampaian informasi dari sumber kepada khalayak. Media massa selalu mengalami peningkatan. Dari yang semula hanya berupa media cetak,

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu I. PARA PEMOHON 1. H. Tarman Azzam. 2. Kristanto Hartadi. 3. Sasongko Tedjo. 4. Ratna Susilowati. 5. H.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagi masyarakat di Indonesia maupun di seluruh dunia, politik merupakan permasalahan yang selalu menjadi perbincangan hangat. Hal ini tentu saja membuat para pelaku

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Pemerintah Indonesia melayangkan nota protes ke Kedubes Amerika Serikat setelah koran terkemuka di Australia Sydney Morning Herald, Selasa (29/10), menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhannya itu dapat

Lebih terperinci

edited by: Sumartono, S.Sos., MSi Pertemuan 6

edited by: Sumartono, S.Sos., MSi Pertemuan 6 Pertemuan 6 Kemampuan akhir yang diharapkan Mahasiswa mampu menjelasakan peran media dalam pembentukan opini publik Kasus Film Mad City Film Mad City merupakan contoh yang tepat untuk menggambarkan pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita cukup penting peranannya bagi kehidupan kita sehari-hari. Berita dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai hiburan bagi pembacanya. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa adalah istilah yang digunakan sampai sekarang untuk jenis media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada masyarakat secara luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemeluk agama Islam di Amerika Serikat merupakan percampuran dari beberapa kelompok etnis, bahasa, serta ideologi, baik penduduk asli Amerika Serikat, ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pers sudah dianggap sebagai fenomena kehidupan masyarakat modern, itulah sebabnya, ia terus ditelaah dan dikaji dari pelbagai dimensi pendekatan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sekarang ini, perusahaan dituntut untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kerja dan kuantitas kerja pelayanannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi. Kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia memiliki manfaat atau fungsi bagi kehidupannya. Komunikasi

Lebih terperinci

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS Tanggal Embargo: 13 April 2004 20:01 GMT Indonesia/Timor-Leste: Keadilan untuk Timor-Leste: PBB Berlambat-lambat sementara para pelaku kejahatan bebas berkeliaran Pernyataan

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan suatu terobosan terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebutuhan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam undang-undang pasal 2 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat

Lebih terperinci