LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI II TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI II TAHUN 2016"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI II TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta 12950

2 Kata Pengantar Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya Direktorat Pengembangan Fasilitasi industri Wilayah II dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun Salam shalawat tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW. Dasar hukum penyusunan LAKIP diantaranya adalah Perpres No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Permen PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tatacara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Perindustrian No 150/M- IND/PER/12/2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian. Laporan ini merupakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam membantu Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/PER/11/2015 Kementerian Perindustrian. tentang Organisasi dan Tata Kerja Dengan dukungan alokasi anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2016 telah dilaksanakan berbagai program pembangunan guna merealisasikan target-target pengembangan perwilayahan industri di Sumatera dan Kalimantan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri dan Rencana Strategis (Renstra). Melalui LAKIP ini, kami berharap dapat memberikan gambaran obyektif tentang kinerja tahun 2016, selain itu laporan ini diharapkan juga dapat menjadi acuan yang berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pada tahun mendatang. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan laporan ini, baik dalam bentuk kontribusi data, kontribusi penulisan laporan, maupun bentuk kontribusi lainnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Jakarta, Januari 2017 DIREKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI II Busharmaidi i

3 ii

4 IKHTISAR EKSEKUTIF LAKIP Tahun 2016 disusun sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana Perpres No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Rencana Strategis (Renstra) menetapkan sasaran yang menjadi Indikator Kinerja Kunci bagi pada tahun tertentu. Sasaran tersebut mempunyai target masing-masing, dimana pelaksanaannya didukung oleh anggaran yang tersedia di dalam DIPA. Pagu Awal Sebesar Rp ,- (Seratus lima puluh sembilan milyar tiga ratus enam puluh juta seratus empat puluh tujuh ribu rupiah), yang meliputi program utama dan program penunjang. Anggaran tersebut kemudian terkena penghematan anggaran self blocking sebesar Rp (delapan puluh tiga milyar lima ratus tujuh puluh sembilan juta dua ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) sehingga pagu berkurang menjadi sebesar Rp (tujuh puluh lima milyar tujuh ratus delapan puluh rjuta sembilan ratus delapan ribu rupiah) Berdasarkan Pengukuran Kinerja yang dilaksanakan, rata-rata nilai capaian kinerja adalah sebesar 106,36 %. Nilai capaian tersebut telah menunjukkan bahwa program kerja Direktorat Pengembangan Pengembangan Wilayah Industri II telah dilaksanakan sesuai dengan sasaran dan capaian IKU sesuai target yang ditetapkan. Untuk meningkatkan kinerja dalam mendukung sasaran yang telah ditetapkan dan pelayanan bagi stakeholder terkait, perlu kiranya dilakukan perbaikan terutama melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan. Dari sisi keuangan diharapkan pula adanya pembenahan dalam upaya pencairan dana yang selama ini mengalami berbagai hambatan serta bagi penanggung jawab kegiatan lebih meningkatkan pertanggungjawaban kegiatan yang telah dilaksanakan. Mulai Tahun 2017 penyusunan LAKIP mengacu pada Renstra PWI II yang baru. Renstra baru tersebut lebih fokus dan lebih sederhana daripada saat ini. i

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Ikhtisar Eksekutif... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iii iv vi BAB I PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi... 1 B. Struktur Organisasi... 1 C. Latar Belakang Kegiatan/Program... 2 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat PWI II... 6 B. Rencana Kinerja Sasaran Indikator Kinerja Utama C. Rencana Anggaran BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Analisis Capaian Kinerja B. Akuntabilitas Keuangan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran LAMPIRAN ii

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Daerah-daerah yang ditetapkan sebagai WPPI... 7 Tabel 2. Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Dit. PWI II Tahun Tabel 3. Program Kegiatan Tahun Tabel 4. Capaian IKU I dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 5. Capaian IKU II dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 6. Capaian IKU III dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 7. Capaian IKU IV dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 8. Jumlah industri Pengolahan Besar dan Sedang, Jawa dan Luar Jawa, Tabel 9. Capaian IKU V dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) Tabel 10. Capaian IKU VI dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) Tabel 11. Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur di Jawa dan Luar Jawa Tabel 12. Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur di Wilayah II Tabel 13 Capaian IKU VII dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) Tabel 14. Capaian IKU VIII dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) Tabel 15. Investasi PMDN dan PMA Tahun 2016 Menurut Provinsi di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 16. Investasi PMDN Tahun 2016 terhadap nasional di Wilayah II Tabel 17. Investasi PMA Tahun 2016 menurut provinsi di Wilayah II Tabel 18. Investasi PMA Tahun 2016 di Wilayah II Tabel 19. Capaian IKU IX dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) Tabel 20. Capaian IKU IX dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) iii

7 Tabel 21. Share Sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB di Wilayah II Tabel 22. Capaian IKU dari Tumbuh dan Berkembangnya Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 23. Capaian IKU dari Tumbuh dan Berkembangnya Kawasan Industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 24. Capaian IKU dari Tumbuhnya Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 25. Capaian IKU dari Berkembangnya industri di daerah melalui Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Provinsi/ Kabupaten/Kota di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 26. Capaian IKU dari Berkembangnya industri di daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tabel 27. Capaian IKU dari Forum kegiatan/koordinasi/monev/ pembinaan pengembangan fasilitasi industri di daerah Wilayah II Tabel 28. Realisasi Anggaran Direktorat PWI II Tahun iv

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan Pengembangan Wilayah Industri II... 2 Gambar 2. Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur Tahun Gambar 3. Pertumbuhan Rata-Rata Sektor Industri Manufaktur Tahun Menurut Provinsi v

9 BAB I PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Perwilayahan Industri II (Sumatera dan Kalimantan) mengalami perubahan yang mendasar sejak adanya perubahan struktur organisasi. Perubahan ini menyebabkan juga adanya mismatch dan mislink dengan Rencana Kinerja Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I (Sumatera dan Kalimantan) Tahun 2016 yang di susun setahun sebelum program/kegiatan berjalan. Lebih jauh lagi perubahan ini memaksa Perjanjian Kinerja Direktorat PWI II untuk disesuaikan kembali. Namun demikian, sejumlah perubahan sudah diprediksi pada saat penyusunan Renkin tersebut. Pada saat itu, Undang-Undang No 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian telah berlaku. Selain itu juga draft Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional masih dalam versi awal namun sudah dipahami bersama bahwa RIPIN ini akan menjadi landasan acuan bagi semua pengembangan industri, menggantikan Peraturan Presiden No 28 Tahun 2008 tenang Kebijakan Industri Nasional. Perlu di tambahkan bahwa pada saat Renkin disusun, Presiden terpilih Jokowi mencanangkan Nawacita. Ini juga harus diakomodir. Semenjak dikeluarkannya Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dan tersusunnya Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), kini mempunyai tugas untuk melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan wilayah industri di Sumatera dan Kalimantan. Dalam melaksanakan tugas diatas, dibentuk 3 (tiga) unit subdirektorat yakni: Subdirektorat Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri II yang bertanggungjawab pada pengembangan WPPI di Sumatera dan Kalimantan, Subdirektorat Sentra Industri Kecil dan Menengah II yang bertanggungjawab pada pengembangan SIKIM di Sumatera dan Kalimantan, serta yang tidak mengalami perubahan tupoksi (hanya nomenklatur yang berbeda) adalah Sudirektorat Kawasan Industri II yang bertanggungjawab pada 1

10 pembangunan Kawasan Industri di Sumatera dan Kalimantan termasuk didalamnya adalah 7 (tujuh) Kawasan Industri Prioritas Nasional yakni: KI Jorong, KI Tanggamus, KI Landak, KI Kuala Tanjung, KI Sei Mangkei, KI Ketapang, dan KI Batu Licin. A.1 Subdirektorat Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri II Mempunyai tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusuna n norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri di Sumatera dan Kalimantan. Dalam melaksanakan tugas diatas, Subdirektorat Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri II memiliki fungsi: a) analisis dan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan; b) analisis dan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan peruntukan industri untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan; c) penyiapan bahan bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di bidang pengembangan bidang pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan; dan d) penyiapan bahan bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di bidang pengembangan bidang pengembangan kawasan peruntukan industri untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan. Subdirektorat wilayah Pusat Pertumbuhan Indusri II terdiri atas 2 unit eselon IV: 1. Seksi Perencanaan dan Promosi Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, dan pengembangan perwilayahan industri, penyiapan bahan pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri dan kawasan peruntukan industri, serta 2

11 penyiapan bahan promosi wilayah pusat pertumbuhan Sumatera dan Kalimantan industri wilayah 2. Seksi Fasilitasi Penyediaan Infrastruktur Industri mempunyai tugas melakukan bahan fasilitasi penyediaan infrastruktur industri dan pengembangan kerja sama teknis wilayah pusat pertumbuhan industri di wilayah Sumatera dan Kalimantan A.2 Subdirektorat Kawasan Industri II Mempunyai tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembangunan kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dalam melaksanakan tugas diatas, Subdirektorat Kawasan Industri menyelenggarakan fungsi: a) Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, pengembangan perwilayahan industri, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan supervise perizinan kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan; dan b) penyiapan bahan pembangunan kawasan industri, fasilitasi penyediaan infrastruktur penunjang kawasan industri, pengembangan kerja sama teknis kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan. Subdirektorat Kawasan Industri terdiri atas 2 unit eselon IV: 1. Seksi Perencanaan dan Promosi Kawasan Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, pengembangan perwilayahan industri, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknsi dan supervisi perizinan kawasan industri, serta promosi kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan 3

12 2. Seksi Fasilitasi dan Pembangunan Kawasan Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembangunan kawasan industri, fasilitasi penyediaan infrastruktur penunjang kawasan industri, dan pengembangan kerja sama teknis kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan. A.3 Subdirektorat Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, dan pengembangan perwilayahan industri, penyiapan pembangunan sentra industri kecil dan industri menengah, fasilitasi penyediaan infrastruktur pendukung sentra industri kecil dan industri menengah, pengembangan kerja sama teknis, serta promosi sentra industri kecil dan industri menengah wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dalam melaksanakan tugas diatas, Subdirektorat Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah menyelenggarakan fungsi: a) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan dan pembangunan sentra industri kecil dan industri menengah di Sumatera dan Kalimantan; dan b) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan dan promosi Sentra industri kecil dan industri menengah di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Subdirektorat Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah II terdiri atas 2 unit eselon IV: 1. Seksi Perencanaan dan Promosi Sentra Industri Kecil mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan infrastruktur pendukung sentra industri kecil dan industri menengah di Sumatera dan Kalimantan. 4

13 2. Seksi Fasilitasi dan Pembangunan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembangunan sentra industri kecil dan industri menengah, fasilitasi penyediaan infrastruktur pendukung sentra industri kecil dan industri menengah, pengembangan kerja sama teknis sentra industri kecil dan industri menengah wilayah Sumatera dan Kalimantan A.4 Subbagian Program dan Tata Usaha Mempunyai tugas melakukan urusan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan kinerja, tata usaha,dan rumah tangga direktorat Struktur Organisasi Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi seperti pada bagian A diatas, unit organisasi dibagi menjadi 3 (tiga) unit Eselon III, dengan struktur seperti pada Gambar 1. Direktur PWI II Subbagian Program dan Tata Usaha Subdirektorat Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri II Subdirektorat Pengembangan Kawasan Industri II Subdirektorat Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah II Seksi Perencanaan dan Promosi Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri Seksi Perencanaan dan Promosi Kawasan Industri Seksi Perencanaan dan Promosi Sentra industri Kecil dan Industri Menengah Seksi Fasilitasi Penyediaan Infrastruktur Industri Seksi Fasilitasi dan Pembangunan Kawasan Industri Seksi Fasilitasi dan Pembangunan Sentra Industri Kecil dan industri Menengah Gambar 1. Struktur Organisasi 5

14 B. Latar Belakang Kegiatan/Program Peranan sektor industri terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Sektor industri memberikan efek berantai bagi sektor-sektor lain untuk tumbuh dan berkembang. Suatu industri akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlan banyak sehingga mengurangi pengangguran. Para pekerja tersebut memerlukan kebutuhan sehari-hari sehingga menumbuhkan sektor perdagangan. Para pekerja memerlukan tempat tinggal sehingga menumbuhkan sektor properti. Namun demikian pengembangan sektor industri memerlukan modal yang sangat besar. Infrastruktur dasar seperti jalan, peruntukan lahan, akses logistik (pelabuhan, dryport, bandara), bahan baku yang dijamin berkesinambungan, serta tenaga kerja yang terampil di bidang industri adalah hal-hal yang harus disiapkan. Berdasarkan itu, maka banyak pelaku industri lebih memilih berlokasi di Jawa karena persyaratan bagi pengembangan industri seperti yang disebut diatas lebih siap. Hal ini menimbulkan disparitas ekonomi antara Jawa dengan Luar Jawa menjadi sangat lebar. Kalimantan dan Sumatera memiliki sumber daya alam yang jauh melimpah ketimbang Jawa, namun infrastruktur dasarnya terbatas. Bagi sektor swasta, kecuali untuk ekspolitasi bahan baku mentah, memerlukan investasi pada infrastruktur dasar yang jauh lebih besar dan sering kali tidak layak menurut perhitungan ekonomi perusahaan ketimbang dengan berinvestasi di Jawa. Maka dari itu diperlukan peran Pemerintah untuk menyiapkan infrastruktur dasar yang diperlukan untuk pengembangan industri di Kalimantan dan Sumatera. Sumatera lebih siap secara infrastruktur ketimbang Kalimantan sehingga pembagian komposisi pembiayaan bagi pengembangan industri akan juga proporsional. Lebih jauh dari itu, pertimbangan lain juga sangat mempengaruhi pengembangan suatu industri. Walaupun Kalimantan sangat kaya akan sumber daya alam, disisi lain ia juga merupakan paru-paru dunia. Dengan demikian pengembangan industri di Kalimantan akan lebih terbatas. Ini akan mempengaruhi soal statistik ekonomi mengenai sumbangsih Kalimantan di bidang industri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Tidak semua wilayah dipaksakan untuk menumbuhkan sektor industrinya. Pada kenyataannya, pembangunan industri di Sumatra dan Kalimantan selama ini telah mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan di daerah. Namun, 6

15 adanya perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia yang menyebabkan masih adanya kesenjangan dan ketimpangan pembangunan industri antar wilayah di Sumatera dan Kalimantan. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat tidak selalu sama dan merata di seluruh wilayah. Kemajuan pembangunan industri di Sumatera hanya berada pada kawasan di Sumatra Utara, Kepulauan Riau, dan Sumatera Selatan. Sedangkan untuk Wilayah Kalimantan, pembangunan industri lebih terfokus pada Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan sebagian kecil Kalimantan Selatan sehingga terjadi disparitas yang tinggi antar wilayah di kedua pulau tersebut. Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional, yang merupakan penjabaran rencana pembangunan industri jangka panjang, memberikan amanah untuk melakukan pemerataan dan penyebaran industri keseluruh NKRI melalui perwilayahan industri dengan 4 mekanisme: 1. Mengembangan WPPI, 2. Membangun KI, 3. Mengelola tata ruang KPI, dan 4. Membangun SIKIM. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dinyatakan bahwa pembangunan industri harus diarahkan pada industri yang mengolah Sumber Daya Alam, pembangunan industri yang memperkuat kemampuan pembangunan jaringan interaktif, komunikasi dan informasi, pengembangan industri yang mampu merespon dinamika pasar dalam negeri maupun global dan membangun industri yang memperkuat integrasi ekonomi nasional, kemandirian bangsa dan keberlangsungan industri ke depan. Bercermin pada RIPIN dan RJPMN, maka salah satu misi pembangunan jangka panjang yang terkait dengan pengembangan wilayah adalah mewujudkan pemerataan dan penyebaran pembangunan industri berlandaskan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Pengembangan wilayah tersebut diarahkan untuk memantapkan penataan pengembangan perwilayahan industri dengan menekankan upaya pada peningkatan kualitas sumber daya alam yang berkelanjutan dan berdaya saing yang didukung infrastruktur yang memadai. Berdasarkan misi Kementerian Perindustrian tahun 2016 diantaranya mendorong peningkatan nilai tambah industri; memfasilitasi pembangunan infrastruktur industri; dan mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar Jawa, yang dalam hal ini ke Sumatera dan Kalimantan. 7

16 Arah pembangunan industri kewilayahan yang hendak dicapai pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing industri, yang diharapkan dapat memberikan dampak positif, baik yang menyangkut penyerapan tenaga kerja, peningkatan investasi dan kredit yang digunakan, maupun dalam memberikan pendapatan bagi masyarakat lokal. Konsep dasar pengembangan industri kewilayahan dengan mengaitkan dan mensinergikan aspek utamanya, yaitu pembangunan kawasan industri dan sentra industri kecil dan industri menengah, ditunjang oleh grand-strategy konektivitas yang ada pada wilayah pusat pertumbuhan industri, serta pengembangan kawasan pruntukan industri. Wilayah Sumatera dan Kalimantan memiliki prospek pengembangan industri dengan pendekatan kewilayahan jauh lebih maju ketimbang Kawasan Timur Indonesia, walaupun masih dibelakang Jawa. Sumatera dan Kalimantan, seiring dengan perubahan lingkungan strategis dan sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi nasional, diupayakan untuk dikembangkan potensi sumber daya yang ada. Pada dasarnya pembangunan sektor industri di daerah diserahkan kepada peran aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitas-aktivitas sektor swasta, kecuali jika swasta tidak berminat. 8

17 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Berdasarkan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, disebutkan bahwa perencanaan strategis merupakan proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi (yang meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang realistis) dengan mengantisipasi perkembangan masa depan. Direktorat Pengembangan Pengembangan Wilayah Industri II sebagai unit pada Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan suatu dokumen perencanaan yang disusun untuk dijadikan sebagai alat bantu untuk memberikan arah kebijakan dan strategi pembangunan perwilayahan industri di Sumatera dan Kalimantan dengan melakukan perencanaan terpadu dan menyelaraskan pelaksanaan program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu yang telah direvisi pada awal tahun 2017, sehingga diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II, selain itu juga merupakan tolok ukur pencapaian sasaran dan kinerja. A. Rencana Strategis Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II Berdasarkan UU No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang mengamanatkan bahwa pendekatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan industri nasional dilakukan dengan mengkombinasikan 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan spasial. Pendekatan sektoral dilaksanakan melalui pengembangan industri prioritas nasional sedangkan pendekatan spasial dilaksanakan melalui pengembangan perwilayahan industri. Pengembangan perwilayahan industri mencakup pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Peruntukan Industri (KPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM). Strategi pengembangan perwilayahan industri adalah dengan menumbuhkan pusat pertumbuhan industri baru dengan pemberian fasilitas terutama di luar Pulau Jawa. Strategi tersebut dilakukan dengan : a. Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), 9

18 b. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri (KPI), c. Pengembangan Kawasan Industri (KI), d. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM). 1. Visi dan Misi a. Visi Visi adalah: Terwujudnya Industri Tangguh yang Berdaya Saing Tinggi di Sumatera dan Kalimantan b. Misi Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II mengemban misi : 1. Mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh pelosok Sumatera dan Kalimantan melalui fasilitasi, regulasi dan implementasi pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri, Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri, Pembangunan Kawasan Industri dan Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah; 2. Memfasilitasi dan mendorong pembangunan industri daerah pada wilayah Sumatera dan Kalimantan berlandaskan potensi sumber daya yang dimiliki daerah; 3. Mengokoordinasikan dan melaksanakan pembangunan infrastrukur industri dan penunjang industri di Sumatera dan Kalimantan, serta sarana dan prasarana industri dalam mendukung perwilayahan industri; 2. Tujuan dan Sasaran a. Tujuan Tujuan pengembangan perwilayahan industri Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II adalah: 1. Terwujudnya percepatan pembangunan industri dengan berkembangnya WPPI, KPI dan KI di Sumatera dan Kalimantan, dengan Indikator Tujuan: 10

19 a). Tumbuhnya industri baru berskala besar yang mengolah potensi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan di Sumatera dan Kalimantan untuk memaksimalkan nilai tambah di dalam negeri. Dalam Persen No Pulau Sumatera Kalimantan Jawa Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Skala Besar di Sumatera dan Kalimantan Sumber : Pusdatin Industri Terwujudnya percepatan pemerataan pembangunan industri melalui penumbuhan Sentra IKM di Sumatera dan Kalimantan dengan berbasiskan pada potensi sumber daya daerah. b. Sasaran (outcome) Tabel 1.2 Pertumbuhan IKM di Sumatera dan Kalimantan Sumber : Pusdatin 2015, Dalam Jumlah Kumulatif No. Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur* Kalimantan Utara* Pengembangan wilayah industri dilakukan untuk mencapai sasaran kontribusi industri pengolahan non-migas di Sumatera dan Kalimantan 11

20 dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Sedangkan sasaran pertumbuhan industri pengolahan non-migas Provinsi di Sumatra dan Kalimantan tercantum pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4. Berdasarkan sasaran di atas, maka ditetapkan indikator sasaran: Tabel 2.1. Sasaran Kontribusi Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Wilayah (Dalam Persen) No. Wilayah Sumatera Kalimantan Sumber : BPS 2015, Tabel 2.2. Sasaran Kontribusi Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Provinsi (Dalam Persen) No. Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur* Kalimantan Utara* Sumber : BPS 2015, Tabel 2.3. Sasaran Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Wilayah (Dalam Persen) No Wilayah Sumatera Kalimantan Sumber : BPS 2015, 12

21 Tabel 2.4. Sasaran Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Provinsi (Dalam Persen) No. Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur* Sumber : BPS 2015, 3. Sasaran Strategis Program Percepatan Penyebaran dan Pemerataan Pembangunan Industri 3.1 Perspektif Pemangku Kepentingan Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Persentase nilai tambah sektor industri di Sumatera dan Kalimantan terhadap total nilai tambah sektor industri; 2) Persentase jumlah unit usaha industri besar sedang di Sumatera dan Kalimantan terhadap total populasi industri besar sedang nasional Sasaran Strategis 2 : Tumbuhnya industri daerah di Sumatera dan Kalimantan Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Meningkatnya share sektor industri terhadap total PDRB di Sumatera dan Kalimantan; 2) Meningkatnya pertumbuhan sektor industri di Sumatera dan Kalimantan (%). 13

22 Sasaran Strategis 3 : Tumbuh dan berkembangnya Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Sumatera dan Kalimantan WPPI merupakan wilayah yang dirancang dengan pola berbasis pengembangan industri dengan pendayagunaan potensi sumberdaya wilayah melalui penguatan infrastruktur industri dan konektivitas yang memiliki keterkaitan ekonomi kuat dengan wilayah di sekitarnya. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Laju pertumbuhan PDRB industri pengolahan non-migas di WPPI dalam Wilayah Sumatera dan Kalimantan; 2) Kontribusi PDRB industri pengolahan non-migas terhadap PDRB di WPPI dalam Wilayah Sumatera dan Kalimantan. Sasaran Strategis 4 : Tumbuh dan berkembangnya Kawasan Industri di Sumatera dan Kalimantan Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Meningkatkatnya jumlah kawasan industri yang beroperasi di Sumatera dan Kalimantan; 2) Meningkatnya investasi industri yang masuk ke dalam kawasan industri di Sumatera dan Kalimantan. Sasaran Strategis 5 : Tumbuh dan berkembangnya Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah di Sumatera dan Kalimantan Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Meningkatkatnya jumlah SIKIM yang terbangun dan beroperasi di Sumatera dan Kalimantan; 2) Meningkatnya jumlah IKM yang masuk ke dalam SIKIM di wilayah Sumatera dan Kalimantan. 3.2 Perspektif Proses Internal Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal di Sumatera dan Kalimantan. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 14

23 1) Meningkatnya nilai investasi di sektor industri dalam wilayah Sumatera dan Kalimantan Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya ketersediaan infrastruktur industri untuk mendukung pertumbuhan industri nasional Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Jumlah kawasan industri yang dibangun dan beroperasi di Sumatera dan Kalimantan; 2) Jumlah sentra IKM yang dibangun dan beroperasi 3.3 Perspektif Pembelajaran Organisasi Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi di Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kerja di Direktorat PWI II Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Tingkat keseuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan di Direktorat PWI II Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan di Direktorat PWI II; 2) Nilai SAKIP Direktorat PWI II Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Tingkat kualitas laporan keuangan 15

24 Sasaran Strategis 5 : Meningkatnya efektivitas penerapan sistem pengendalian internal Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Jumlah satker yang melaksanakan sistem pengendalian internal Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya implementasi kebijakan industri melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri PETA STRATEGIS PWI II B. Arah Kebijakan dan Strategi B.1 Arah Kebijakan Direktorat PWI II Arah kebijakan adalah menarik investasi industri dengan menyediakan tempat industri tersebut dibangun, dalam arti tempat yang seluruh sarana prasarana yang dibutuhkan telah tersedia. Setelah itu baru kebijakan yang menyangkut arah pertumbuhan populasi tersebut serta arah peningkatan produktivitasnya. Uraian rinci tentang arah kebijakan pembangunan industri adalah sebagai berikut: 1) Pengembangan Perwilayahan Industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan : (a) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM. Strategi pengembangan perwilayahan industri adalah: a. Memfasilitasi Pembangunan 7 (tujuh) Kawasan Industri Prioritas Nasional di Wilayah Sumatera dan Kalimantan, yakni: (i) Batulicin - Kalimantan Selatan; (ii) Jorong -Kalimantan Selatan; (iii) Ketapang - Kalimantan Barat; (iv) Landak Kalimantan Barat, (v) Kuala Tanjung, 16

25 Sumatera Utara, (vii) Sei Mangkei Sumatera Utara; dan (vii) Tanggamus, Lampung. b. Memfasilitasi perencanaan pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan ; c. Memfasilitasi perencanaan pembangunan kawasan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan; d. Mengembangkan kawasan peruntukan industri di wilayah Sumatra dan Kalimantan; e. Membangun 11 SIKIM di Wilayah Sumatera dan Kalimantan f. Memfasilitasi perencanaan pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah (Sentra IKM) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan; g. Berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam membangun infrastruktur kawasan industri (jalan, listrik, air minum, telekomunikasi, pengolah limbah, dan logistik), dan infrastruktur penunjang industri, serta sarana pendukung kualitas kehidupan. 2) Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja). Sesuai dengan visi dan misi tersebut, maka Direktorat Perwilayahan Industri II telah menetapkan 5 sasaran strategis yang dapat dirinci sebagai berikut: B.2 Strategi Direktorat PWI II Sejumlah startegi untuk meraih tujuan dan sasaran telah di rancang oleh, antara lain adalah: 1) Strategi untuk mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri di Sumatera dan Kalimantan di mulai dengan fasilitasi pembangunan pusat-pusat pertumbuhan industri di Sumatera dan Kalimantan dengan pengembangan 10 (sepuluh) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri di Sumatera dan Kalimantan. Untuk Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Aceh,Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, dan Lampung. 17

26 Sedangkan Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Kalimantan Tengah tidak memiliki WPPI, tetapi disiapkan sebagai pendukung WPPI. Tabel 2.1. Daerah-daerah yang ditetapkan sebagai WPPI di Sumatera dan Kalimantan No Lokasi Kabupaten/Kota Provinsi 1 Pontianak-Landak-Sanggau-Ketapang-Sambas- Kalimantan Barat Bengkayang 2 Tanah Bumbu-Kota Baru Kalimantan Selatan 3 Samarinda-Balikpapan-Kutai Kartanegara-Bontang-Kutai Kalimantan Timur Timur 4 Tarakan-Nunukan Kalimantan Utara 5 Banda Aceh-Aceh Besar-Pidie-Bireun-Lhokseumawe Aceh 6 Menda-Binjai-Deli-Serdang Bedagai-Karo-Simalungun- Sumatera Utara Batu Bara 7 Dumai-Bengkalis-Siak Riau 8 Batam-Bintan Kepulauan Riau 9 Banyuasin-Muara Enim Sumatera Selatan 10 Lampung Barat-Lampung Timur-Lampung Tengah- Tanggamus-Lampung Selatan Lampung 2) Mengembangkan kawasan peruntukan industri, dengan mendorong industri setiap kabupaten/kota di Sumatera dan Kalimantan dibangun dalam Kawasan Peruntukan Industri (KPI). Pengembangan KPI dilakukan dengan mengacu pada RTRW masing-masing kabupaten/kota. KPI adalah tempat berlokasinya kawasan industri atau industri-industri di daerah yang tidak memiliki kawasan industri. 3) Memfasilitasi pembangunan kawasan industri, baik dilakukan oleh swasta maupun pemerintah. Kawasan industri yang dibangun oleh Pemerintah dapat diberikan fasilitas fisik seperti jalan poros, WTP, dan WWTP. Sedangkan bagi kawasan industri yang dibangun oleh Swasta dapat difasilitasi dengan perangkat lunak seperti penyusunan DED, Master plan, dan Studi Kelayakan. Dalam periode tahun , Direktorat PWI II akan memfasilitasi dan membangun 7 (tujuh) kawasan industri prioritas di Sumatera dan Kalimantan 18

27 Tabel 2.2. Rencana Pembangunan Kawasan Industri Tahun No. Nama KI Luas (Ha) Anchor Industry Fokus Industri 1 Ketapang Kalimantan Barat PT. Well Harvest Industri Alumina Winning Alumina Refinery 2 Landak Kalimantan Barat 336 Industri Pengolahan Karet 3 Batulicin Tanah Bumbu Kalimantan Selatan 530 PT. Meratus Jaya Iron and Steel Industri Besi Baja 4 Jorong Tanah Laut Kalimantan Selatan PT. Semeru Surya, PT. Delta Prima Industri Besi Baja dan Industri Agro Industri Maritim 5 Tanggamus Lampung PT. Repindo Jagat Raya 16 Kuala Tanjung Batu Bara PT. Inalum Industri Alumina Sumatera Utara 7 Sei Mangkei Simalungun PT.Unilever Industri Sumatera Utara Oleochemical Pengolahan CPO Total Indonesia 4) Mengembangkan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Sumatera dan Kalimantan Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM) dilakukan pada setiap wilayah Kabupaten/Kota (minimal sebanyak satu sentra IKM) yang dapat berada di dalam atau di luar kawasan industri. Bagi kabupaten/kota yang tidak memungkinkan dibangun kawasan industri karena tidak layak secara teknis dan ekonomis, maka pembangunan industri dilakukan melalui pengembangan Sentra IKM yang perlu diarahkan baik untuk mendukung industri besar sehingga perlu dikaitkan dengan pengembangan WPPI, maupun sentra IKM yang mandiri yang menghasilkan nilai tambah serta menyerap tenaga kerja. Selama 5 tahun ( ), Direktorat PWI II akan memfasilitasi pembangunan 11 SIKIM dengan rincian Kalimantan 5 Sentra dan Sumatera 6 Sentra). Pembangunan SIKIM dilakukan melalui kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, dengan syarat Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai komitmen yang tinggi antara lain: 19

28 a) Menyediakan lahan untuk pembangunan sentra IKM (minimal 5 Ha) dengan status clear and clean. b) Menyiapkan rencana bisnis untuk pengelolaan sentra IKM. c) Menyiapkan SDM dan anggaran yang memadai untuk pengelolaan sentra IKM setelah diserahterimakan dari Ditjen PPI. d) Melakukan pembinaan terhadap IKM yang berlokasi di sentra, yang difasilitasi oleh Ditjen IKM. C. Rencana Kinerja 1. Sasaran Dalam rangka mencapai visi dan misi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II, maka telah ditetapkan sasaran program/kegiatan pengembangan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan yaitu: a. Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Sumatera dan Kalimantan; b. Tumbuh dan berkembangnya Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Sumatera dan Kalimantan; c. Terbangunnya Kawasan Peruntukan Industri; d. Tumbuh dan berkembangnya kawasan industri di Sumatera dan Kalimantan; e. Tumbuhnya Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Sumatera dan Kalimantan; 2. Indikator Kinerja Utama Indikator Kinerja Utama untuk mengukur capaian sasaran program/kegiatan sesuai dengan rencana strategis dapat diuraikan sebagai berikut : 20

29 Tabel 2. Indikator Kinerja Utama Sasaran Program/Kegiatan Dit. PWI II Tahun 2016 No Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Satuan Target Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri di Wilayah Sumatera terhadap nilai tambah sektor Persentase 21,34% industri nasional Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri di Wilayah Kalimantan terhadap nilai tambah sektor industri nasional Persentase 3,34% Meningkatnya penyebaran dan Meningkatnya unit usaha industri besar sedang di pemerataan industri di Wilayah Wilayah Sumatera terhadap total populasi industri Sumatera dan Kalimantan besar sedang nasional Persentase 11,01% Meningkatnya unit usaha industri besar sedang di Wilayah Kalimantan terhadap total populasi industri Persentase 2,78% besar sedang nasional 1 Meningkatnya pertumbuhan sektor industri di Wilayah Sumatera Persentase 7,31% Meningkatnya pertumbuhan sektor industri di Wilayah Kalimantan Persentase 7,56% Meningkatnya kontribusi investasi sektor industri di Wilayah Sumatera Persentase 17,73% Meningkatnya kontribusi investasi sektor industri di Wilayah Kalimantan Persentase 4,68% Meningkatnya share sektor industri terhadap total PDRB di Wilayah Sumatera Persentase 17,62% Meningkatnya share sektor industri terhadap total PDRB di Wilayah Kalimantan Persentase 7,9% 21

30 2 3 Tumbuh dan berkembangnya Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di wilayah Sumatera dan Kalimantan Tumbuh dan berkembangnya kawasan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tersusunnya kajian pengembangan WPPI Terfasilitasinya kawasan industri dalam penyusuna n dan dokumen perencanaan pembangunan Terbangunnya infrastruktur pendukung di dalam kawasan industri Dokumen 10 Dokumen 6 Dokumen 1 4 Tumbuhnya Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Terfasilitasinya sentra IKM dalam penyusuna n rencana pembangunan Terbangunnya Sentra IKM di Wilayah II Dokumen 5 SIKIM Berkembangnya Kawasan Peruntukan Industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Forum kegiatan/koordinasi/monev/ pembinaan pengembangan fasilitasi industri di daerah wilayah II Terfasilitasinya Pengembangan kawasan peruntukan industri Wilayah II Tersusunnya program pengembangan industri daerah wilayah II Terlayaninya operasional perkantoran Terlaksananya penerapan budaya kerja 5K Dokumen 10 Persentase 95% Persentase 95% Persentase 95% 22

31 C. Rencana Anggaran Untuk mewujudkan rencana kinerja tahun 2016 dialokasikan anggaran melalui DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) dengan Pagu Awal Sebesar Rp ,- (Seratus Tujuh Puluh Empat Juta Tiga Ratus Enam Puluh Juta Seratus Empat Puluh Tujuh Ribu Rupiah), yang meliputi program utama dan program penunjang. Anggaran tersebut terkena proses re-evaluasi di level direktorat jenderal sebelum semua kegiatan di mulai menjadi sebesar Rp ,- (Seratus lima puluh sembilan milyar tiga ratus enam puluh juta seratus empat puluh tujuh ribu rupiah) karena ada beberapa kegiatan yang memerlukan penganggaran tambahan. Setelah program kegiatan berjalan selama 9 (sembilan) bulan, anggaran tersebut kemudian terkena lagi penghematan self blocking sebesar Rp (delapan puluh tiga milyar lima ratus tujuh puluh sembilan juta dua ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) sehingga pagu berkurang menjadi sebesar Rp ,- (tujuh puluh lima milyar tujuh ratus delapan puluh juta sembilan ratus delapan ribu rupiah). Pada tahun 2016 ini realisasi pagu anggaran adalah Rp ,- (enam puluh enam milyar enam ratus sembilan puluh sembilan juta tujuh ratus dua puluh ribu empat ratus tiga puluhlima rupiah) sehingga menyisakan Rp ,- (Sembilan Milar delapan puluh satu juta seratus delapan puluh tujuh juta lima ratus enam puluh lima rupiah). Sisa tersebut BUKAN karena realisasi anggaran tidak terpenuhi, melainkan dikarenakan keterlambatan pekerjaan di pembangunan 4 (empat) tank farm di Sei Mangkei yang harus melewati tahun anggaran sebesar Rp ,- (Lima milyar seratus ribu rupiah) dan pemasangan wesel sebesar Rp ,- (Tiga ratus sembilan puluh lima juta rupiah). Terdapat Empat komponen yang tidak bisa dilaksanakan karena gagal lelang dan self blocking yaitu Review Kawasan Peruntukan Industri di Sumatera dengan anggaran sebesar Rp ,- (Satu Milyar Lima Ratus Tiga Puluh Empat Juta Rupiah), Penyusunan DED KI Tanjung Api-api sebesar Rp ,- (Satu Milyar Sembilan Ratus Dua Puluh Juta Rupiah), dan Penyusunan Studi Kelayakan dan Rencana Strategis KI Padang Pariaman sebesar Rp ,- (Satu Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Sembilan Juta Rupiah), pembangunan jalan poros Sei Mangkei sebesar Rp ,- (Enam Puluh Satu Milyar Empat Ratus Empat 23

32 Puluh Satu Juta Rupiah). Adapun alokasi anggaran masing-masing kegiatan yang tercakup dalam program kegiatan disajikan dalam tabel 2 dibawah ini: 24

33 Tabel 3. Program Kegiatan Tahun 2016 NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN OUTPUT/KOMPONEN/SUB KOMPONEN ANGGARAN (Rp.) 1 Tumbuh dan berkembangnya Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan 2 Terbangunnya kawasan peruntukan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan 3 Tumbuh dan berkembangnya kawasan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Penyusunan Masterplan Pengembangan WPPI di Aceh dan Sumatera Utara Penyusunan Rencana Kebutuhan Infrastruktur Industri di WPPI Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, dan Lampung Penyelenggaraan Sosialisasi dan Koordinasi Pengembangan WPPI di Sumatera dan Kalimantan Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Iklim Usaha dan Kerjasama Perwilayahan Industri Review Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri (KPI) di Wilayah Kalimantan Pembangunan Tank Farm di Kawasan Industri Sei Mangkei Operasional Pusat Inovasi Industri di KEK Sei Mangkei Dalam Rangka Menunjang Hilirisasi Berbasis Kelapa Sawit Lanjutan Pembangunan Jalur Kereta Api di Kawasan Industri Sei Mangkei , ,000, , , , , , ,- 25

34 Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Industri Prioritas ,- Penyusunan DED KI Tanjung Api-Api ,- Penyusunan Masterplan KI Mesuji ,- Penyusunan Studi Kelayakan dan Renstra KI Padang Pariaman ,- Penyusunan Masterplan KI Gandus ,- Perencanaan Percepatan KEK Lhokseumawe ,- 3 Tumbuhnya Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Forum Koordinasi Percepatan Pembangunan KI Wilayah II Kaji Tindak dan Penangan Permasalahan di KI Wilayah II Penyusunan Pola Pengembangan Sentra IKM Sumatera dan Kalimantan (Aceh Selatan, OKI, Banyuasin, Sijunjung, Payakumbuh, Agam dan Pesisir Selatan) Koordinasi Perencanaan Pembangunan SIKIM Wilayah II (Sumatera dan Kalimantan) , , , ,- Pembangunan Sentra IKM di Seruyan ,- 26

35 6 Forum kegiatan/koordinasi/ monev/pembinaan pengembangan fasilitasi industri di daerah Wilayah II Koordinasi Penyusunan Program Pengembangan Industri Daerah Wilayah II ,- Layanan Manajemen Kinerja ,- Jumlah Rp ,- 27

36 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Penilaian atas pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri (Ditjen PPI) dilakukan melalui pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan / program / kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pencapaian target indikator kinerja terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) Perhitungan untuk Indikator Kinerja Utama (IKU) yang memiliki polarisasi maximize (indikator kinerja yang menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih tinggi dari nilai target yang ditetapkan) : Indeks Capaian = realisasi / target x 100% (2) Perhitungan untuk Indikator Kinerja Utama (IKU) yang memiliki polarisasi minimize (indikator kinerja yang menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih kecil dari nilai target yang ditetapkan) : Indeks Capaian = [(2 x target) - realisasi)] / target x 100% Direktorat PWI II melakukan pengukuran Kinerja dengan 6 sasaran strategis dan 19 indikator kinerja utama, yaitu: 1. Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di wilayah Sumatera dan Kalimantan a) Indikator Kinerja: Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri di wilayah Sumatera dan Kalimantan terhadap nilai tambah sektor industri nasional. 28

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH I TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH I TAHUN 2015 Lampir LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH I TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2015 DIREKTORAT PENGEMBANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit Eselon

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.: 021-5255509

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Oleh: DR. Dedi Mulyadi, M.Si Jakarta, 1 Februari 2012 Rapat Kerja Kementerian Perindustrian OUTLINE I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA DIREKTORAT INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH LMEA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI 28 Februari 2011 Indonesia memiliki keunggulan komparatif

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Indikator Kinerja Utama ( IKU ) DINAS PERKEBUNAN KAB.TANJUNG JABUNG BARAT - PROV.JAMBI Jalan Prof.Dr.Sri Soedewi Maschun Sofyan, SH Kuala Tungkal 36512 Phone/Fax : (0742)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016 LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016 LAKIP Jl. Ketintang Wiyata No. 15 Surabaya Telp. : (031) 8290243, 8273734, & Fax : (031) 8273734 Email : lpmpjatim@yahoo.co.id DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii IKHTISAR EKSEKUTIF...iii

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI DEDI MULYADI

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI DEDI MULYADI KATA PENGANTAR Renstra Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri 2010-2014 disusun agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.: 021-5255509

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efisien dan efektif

Lebih terperinci

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2016 DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri

Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA DISKUSI ASOSIASI PEMERINTAH PROVINSI SELURUH INDONESIA Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEM ERINTAH (LAKIP) SM K SM TI BANDA ACEH TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEM ERINTAH (LAKIP) SM K SM TI BANDA ACEH TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEM ERINTAH (LAKIP) SM K SM TI BANDA ACEH TAHUN ANGGARAN 2017 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMTI BANDA ACEH JLN. TWK. HASYIM BANTA MUDA NO. 6 BANDA ACEH EMAIL : SMKSMTI.BANDAACEH@GMAIL.COM

Lebih terperinci

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERSPEKTIF PEMERINTAHAN JOKOWI DAN JK 2015-2019 ( 9 AGENDA PRIORITAS ) Nomor PRIORITAS 1 Perlindungan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

Nomor: 163.1/M-IND/ 1/2016. Sehubungan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 4 tahun 2015

Nomor: 163.1/M-IND/ 1/2016. Sehubungan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 4 tahun 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN PERAN Nomor: 163.1/M-IND/ 1/2016 Sehubungan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 4 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH I. Pendahuluan Dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Visi-Misi Presiden serta Agenda Prioritas Pembangunan (NAWA CITA),

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.:

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2015 Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG Jakarta, 9 April 2015 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua, Yang saya hormati,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERINDUSTRI. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telepon:

KEMENTERIAN PERINDUSTRI. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telepon: KEMENTERIAN PERINDUSTRI Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telepon: 021-525 6548 DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN 3 2 KINERJA SEKTOR INDUSTRI 7 3 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 13 4 KEBUTUHAN LAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI DITJEN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI DENGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA TAHUN

Lebih terperinci

Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah TA 2018 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah TA 2018 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah TA 2018 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 Latar Belakang 2 Pagu Anggaran BPIW 3 Sasaran Output BPIW TA 2018 4 Prioritas BPIW TA. 2018 O U T L

Lebih terperinci

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat B A B I I I A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat pencapaian kinerja, berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, yang kemudian dijabarkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015-2019 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2015 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO NOMOR : 20.1/IA/PER/3/2015

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan

Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government ) merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.4-/217 DS21-98-8-666 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

AH UN H f ls I. sm? Iftwsfiiist#' ".-» ( */ ji»«*i «"HJ" inni«r7! V"'' EKRETARIAT JENDERAL. KEMENTERfAN PERINDUSTRIAN

AH UN H f ls I. sm? Iftwsfiiist#' .-» ( */ ji»«*i «HJ inni«r7! V'' EKRETARIAT JENDERAL. KEMENTERfAN PERINDUSTRIAN AH UN 2 0 1 7 H f ls I sm? Iftwsfiiist#' ".-» ( */ ji»«*i «"HJ" inni«r7! V"''. EKRETARIAT JENDERAL KEMENTERfAN PERINDUSTRIAN DAFTAR ISI BAB I - PENDAHULUAN... 1 A. TUGAS DAN FUNGSI BIRO PERENCANAAN...

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Parigi, 4 Mei 2015 Yth.: 1. Bupati Parigi Moutong; 2.

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

HAMDAN SYUKRAN LILLAH, SHALATAN WA SALAMAN ALA RASULILLAH. Yang terhormat :

HAMDAN SYUKRAN LILLAH, SHALATAN WA SALAMAN ALA RASULILLAH. Yang terhormat : SAMBUTAN KADISTAN ACEH PADA ACARA WORKSHOP/PERTEMUAN PERENCANAAN WILAYAH (REVIEW MASTER PLAN) PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH DI GRAND NANGGROE HOTEL BANDA ACEH TANGGAL

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun 2016 Dinas Koperasi, UKM & Perindag Kabupaten Banyuasin BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Tahun 2016 Dinas Koperasi, UKM & Perindag Kabupaten Banyuasin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuasin merupakan instansi penyelenggara kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) 1 RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) Renja Bagian Pertanahan Tahun 2015 (Review) Page 1 2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Rencana Kerja Bagian Pertanahan Sekretariat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2017 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian tahun

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERJANJIAN KINERJA BAB II PERJANJIAN KINERJA Untuk mencapai visi dan misi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, yang salah satu misinya adalah Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Rencana Kerja (RENJA ) 2015

Rencana Kerja (RENJA ) 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU-SPPN) yang telah dijabarkan secara teknis dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 18 Januari 2016 Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan. Edy Sutopo

KATA PENGANTAR. Jakarta, 18 Januari 2016 Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan. Edy Sutopo KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun berdasarkan Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

Lebih terperinci

L A K I P. Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN. PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

L A K I P. Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN. PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH L A K I P LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN BADAN PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) (tahun terbit) Satuan Kerja (Sebutkan) Kata Pengantar Bagian

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DALAM KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DALAM KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DALAM KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) DirektoratPengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayhan Industri 2013 POKOK

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014 RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN JAKARTA, APRIL DAFTAR ISI I. Laporan Rekapitulasi Rencana Kerja Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran II. Rekapitulasi Per Program Rincian kegiatan

Lebih terperinci