DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

Transkripsi

1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDI DI MAJELIS HUKUM DAN HAM A ISYIYAH PIMPINAN WILAYAH JAWA TENGAH) KUSNUL ISTIKOMAH Fakultas Hukum UNIBA Surakarta ABSTRAK KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum Dan peran Majelis Hukum Dan Ham A isyiyah Pimpinan Wilayah Jawa Tengah Terhadap Korban Kdrt, Apa Ketentuan Pidana Bagi Pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga Berdasarkan Uu No 23 Tahun 2004, Bagaimana Dampak Dari Adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum bagi korban tindak pidana Kdrt Di Majelis Hukum Dan Ham A isyiyah Pimpinan Wilayah Jawa Tengah terhadap korban KDRT. Untuk mengetahui dampak dari adanya kekerasan dalam rumah tangga. Sumber Data Data empiris/sosiologis Adalah penelitian yang mendasarkan pada data-data di lapangan dengan mendasar pada data primer dan data sekunder Teknik Analisis Data Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang belaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada. Bentuk Perlindungan Hukum Dan Peran Majelis Hukum Dan Ham A isyiyah Pimpinan Wilayah Jawa Tengah Terhadap Korban Kdrt. bentuk dari perlindungan yang di lakukan oleh Majelis Hukum Dan Ham A syiyah Pimpinan Wilayah Jawa Tengah melalui beberapa tahapan-tahapan yang harus di lakukan yaitu : Pendataan data korban, Trauma Healing, Menempatkan korban pada rumah aman (shelter),melakukan pemberkasan untuk langkah selanjut nya dan untuk proses tindakan hukum secara litigasi,melakukan mediasi, Jika memungkinkan dilakukan rehabilitasi Ekonomi. Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Korban, Kekerasan Dalam Rumah Tangga PENDAHULUAN Pengertian KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan terhadap perempuan telah menjadi isu global dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia, hal ini terdapat di dalam. Website 486

2 Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat dideskripsikan sebagai kekuatan yang disalahgunakan seseorang untuk mengatur orang lain. Munculnya rasa takut dan rasa mengendalikan dalam suatu hubungan dengan kekerasan atau bentuk lainnya adalah tanda adanya KDRT. Bentuk dari KDRT bisa seperti kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekearasan social, kekerasan finansial, atau pelecehan sosial. 1 Menurut UU KDRT NOMOR 23 TAHUN 2004 Pasal 1 Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam Iingkup rumah tangga. Kekerasan yang dialami oleh perempuan dapat menjadi peristiwa traumatik yang tidak dapat diatasi dengan mudah, bahkan jika hal tersebut tidak dapat teratasi secara sehat maka korban tersebut dapat mengalami gangguan trauma psikologis. Namun sebaliknya, apabila masalah tersebut dapat diatasi secara sehat dan efektif maka trauma psikologis dapat dipulihkan juga akan membuka kemungkinan untuk tumbuhnya kemampuan individu dalam meminimalisasi dan mengatasi dampak buruk suatu bencana (resiliensi). Untuk mencegah, melindungi korban, dan menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, negara dan masyarakat wajib melak-sanakan pencegahan, perlindungan, dan penindakan pelaku sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun Negara berpandangan bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga, adalah pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum Danperan MAJELIS HUKUM DAN HAM A ISYIYAH PIMPINAN WILAYAH JAWA TENGAH Terhadap Korban KDRT? 2. Apa Ketentuan Pidana Bagi Pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga Berdasarkan Uu No 23 Tahun 2004? 3. Bagaimana Dampak Dari Adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga? 1 YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia: Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum,Sentralisme Production,Jakarta,2007,hal.73 Website 487

3 METODE PENELITIAN Sumber Data : Data empiris/sosiologis Adalah penelitian yang mendasarkan pada data-data di lapangan dengan mendasar pada data primer dan data sekunder Teknik Analisis Data : Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang belaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada PEMBAHASAN A. Bentuk Perlindungan Hukum Dan Peran Majelis Hukum Dan Ham A isyiyah Pimpinan Wilayah Jawa Tengah Terhadap Korban Kdrt Ketika terjadi kejadian peristiwa kekerasan dalam rumah tangga yang di alami oleh anak maupun ibu maka bentuk dari perlindungan yang di lakukan oleh majelis hukum dan ham a syiyah pimpinan wilayah jawa tengah melalui beberapa tahapantahapan yang harus di lakukan yaitu : 1. Pendataan data korban meliputi : Nama, Tanggal lahir, Alamat, Jenis kelamin,dll 2. Trauma Healing yaitu dengan melakukan pendekatan secara psikis sehingga korban tidak mengalami trauma yang berkepanjangan dan proses investigasi dalam menemukan informasi kronologi perkara bisa berjalan dengan lancar. Dan memberikan bantuan-bantuan di antaranya Bantuan & Pemulihan Korban sesuai yang di butuhkan oleh korban a. Bantuan hukum & pendampingan sejak laporan hingga putusan Pengadilan : oleh Advokat & LBH. b. Bantuan pengobatan & pemeriksaan medis: oleh tenaga kesehatan & unit kesehatan (Puskesmas). c. Konseling oleh konselor, psikolog, dan pekerja social. d. Bantuan shelter/rumah aman dan pendampingan selama proses persidangan, perlindungan, dan pemulihan korban: oleh relawan pendamping. e. Bimbingan agama f. Pelayanan kesehatan penting sekali artinya terutama dalam upaya pemberian sanksi terhadap pelaku KDRT. Tenaga kesehatan sesuai profesinya wajib memberikan laporan tertulis hasil pemeriksaan medis dan membuat visume atas permintaan penyidik polisi atau membuat Website 488

4 keterangan medis lainnya yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti. g. Pelayanan social yang diberikan dalam bentuk konseling untuk memguatkan dan member rasa aman trhadap korban, member informasi tentang hak hak korban untuk mendapatkan perlindungan. h. Pelayanan relawan pendamping diberikan kepada korban mengenai hak hak korban untuk mendapatkan seeorang atau relawan pendamping, memdampingi seseorang untuk memaparkan secara objektif KDRT yang dialaminya dalam proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan, medegarkan dan memberikan pengutan secara psikologis dan fisik kepada korban. i. Pelayanan oleh pembimbing rohani diberikan untuk memberikan penjelasan mengenai hak dan kewajiban, memberikan pengutan iman dan taqwa kepada korban. 3. Menempatkan korban pada rumah aman (shelter) Rumah Aman/Shelter dalam hal ini adalah tempat tinggal sementara yang digunakan untuk memberikan perlrindungan terhadap korban sesuai dengan standar yang ditentukan. Rumah aman di disiapkan oleh Pemerintah Kota untuk tempat perlindungan sementara bagi korban KDRT yang tidak memiliki tempat tinggal yang aman. Namun rumah aman ini tidak harus berada di satu tempat tersebut, rumah aman juga dapat dimana saja selama korban merasa nyaman dan aman.sehingga terhindar dari perlakuan KDRT dari suami yang kemungkinan besar akan terulang kembali jika korban masih kontak langsung dengan pelaku dan juga meghindarkan korban dari pengaruh-pengaruh lingkungan yang berdampak negatif terhadap korban baik psikis maupun fisik. Dengan adanya rumah shelter korban bias merasa aman dan terlindungi. Dan korban bisa merasa mampu dirinya terlindung dari kekerasan dalam rumah tangga Di majelis hukum dan ham a isyiyah pimpinan wilayah jawa tengah ada tetapi tempatnya di rahasiakan karena untuk perlindungan bagi korban dan supaya tempatnya / rumah shelter tidak di ketahui oleh orang banyak. Demi kenyamanan, keamana khususnya bagi korban. 4. Melakukan pemberkasan untuk langkah selanjutnya dan untuk proses tindakan hukum secara litigasi. Bisa saja hal ini dengan melakukan laporan langsung ataupun pengaduan ke Unit PPA di Polres setempat. Supaya tindak kekerasan dalam rumah tangga tidak lebih lanjut karena bila di biarkan akan sangat berbaya bagi korban kekerasan dalam rumah tangga. Website 489

5 Laporan Pidana ke Polisi : a. Dapat dilaporkan oleh: korban atau kuasanya dan saksi.laporan ke Kantor Polisi (Unit Pelayanan Perempuan & Anak) di tempat kejadian atau tempat korban berada. b. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di Polisi akan diserahkan kepada Kejaksaan Negeri setempat untuk diajukan dakwaan dan tuntutan pidana terhadap pelaku ke sidang Pengadilan. c. Korban berhak mendapat perlindungan sementara dari Pollisi dalam waktu 1 24 jam setelah laporan. d. Polisi wajib memberikan keterangan kepada Korban mengenai akses pada bantuan hukum, pendampingan, dan pelayanan pemulihan. 5. Melakukan mediasi Mediasi dengan pelaku maupun keluarga besar sehingga bisa memecahkan permasalahan dengan jalan musyawarah bersama. Mediasi adalah salah satu alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan menggunakan jasa seorang mediator atau penengah, sama seperti konsiliasi. dengan melakukan mediasi korban ataupun pelaku bisa mencari kesepakatn jalan mana yang akan di ambil dan di teruskan. Dengan nadanya mediasi mencari jalan tengah untuk mendapatkan kesepakatan bersama Jika memungkinkan dilakukan rehabilitasi Ekonomi Pelayanan Rehabilitasi Terdapat tiga jenis pelayanan rehabilitasi yang di lakukan bagi korban KDRT, antara lain: 1. Rehabilitasi Ekonomi, yaitu rehabilitasi berupa pemulihan di bidang ekonomi dengan cara dilakukannya pelatihan-pelatihan ketrampilan sebagai bekal mereka untuk dapat menghidupi dirinya sendiri maupu keluarganya di masyarakat nanti. 2. Rehabilitasi Fisik, yaitu rehabilitasi berupa pemulihan fisik bagi korban KDRT yang hingga menimbulkan luka cukup serius. 3. Rehabilitasi sosial, yaitu dengan mengembalikan rasa percaya diri yang dialami korban KDRT agar mampu bersosialisasi dengan masyakat dan diharapkan dapat membantu korban kekerasan yang lainnya. 4. Peran secara Legal Normatif dimana peran penegak hukum dalam hal ini Advokat dalam penanganan perkara secara Litigasi maupun Nonlitigasi. Litigasi adalah adalah persiapan dan presentasi dari setiap kasus, termasuk juga memberikan informasi secara menyeluruh sebagaimana proses dan kerjasama untuk mengidentifikasi permasalahan dan menghindari 2 Siti Kasyati, Ketua, Majelis Hukum Dan HAM A isyiyah Pimpinan Wilayah Jawa Tengah, Jum,at 20 Mei 2016 Jam : Wib. Website 490

6 permasalahan yang tak terduga. penyelesaian masalah hukum melalui jalur pengadilan.ntuk kasus kdrt penanganan perkara secara litigasi di lakukan untuk mendapat kepastian hukum yang akan melindungi si korban, terkadang proses penanganan kdrt sangat lah lama bisa mencapai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kebanyakan dari korban memang menganjurkan menggunakan jalur litigasi tetapi terkadang secara tiba-tiba korban menghendaki menggunakan jalur nonlitigasi. Nonlitigasi adalah Jalur non litigasi berarti menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan.jalur non-litigasi ini dikenal dengan Penyelesaian Sengketa Alternatif. 3 jalur nonlitigasi di gunakan korban dan pelaku sebagai bentuk mediasi untuk mencari jalan tengahnya, tetapi dengan menggunakan jalur nonlitigasi di sini korban juga di anjurkan untuk membuat kesepakan supaya korban tidak mengalami lagikekerasan dalam rumah tangga. Bila jalur nonlitigasi tidak mendapat kesepakatan maka jalur litigasi lah yang akan di tempuh guna melindungi dan memberi rasa aman terhadap korban. Supaya pelaku tidak bertindak melukai korban lagi.karena kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah kejahatan yang ada di dalam keluarga.maka harus mendapat perhatian khusus supaya tidak terdapat kejahatan lagi yang menimpa keluaraga khususnya perempuan. Adapun juga ada peran sosial dimana majelis hukum dan ham aisyiyah pimpinan wilayah jawa tengah telah mengadakan peran sosial kepada korban.adapan kegiatan-kegiatan yang di adakan yaitu pengajian, pelatihan, home visit, memberikan santunan. Dll Pelatihan yang di berikan meliputi : Pelatihan hand made, Tata rias, Tata boga, Tata busana, dll 5. Peran secara sosial dimana tidakan preventif dan represif dilakukan agar terjadi kesinambungan dan berkelanjutan. Preventif adalah merupakan suatu pengendalia social yang dilakukan untuk mencegah kejadian yang belum terjadi.atau merupakan suatu usaha yang dilakukan sebelum terjadinya suatu pelanggaran.dalam preventif masyarakat atau seseorang diarahkan, dibujuk, atau diingatkan supaya jangan melakukan pelanggaran yang telah disebutkan. Dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga suatu pengendalian secara preventif maka cara mencegah kekerasan dalam rumah tangga dengan salah satunya yaitu memberikan sosialisasi-sosialisasi di daerah-daerah atau dengan cara penguatan iman sebagai pedoman untuk hidup dan sebagai pegangan. 3 Website 491

7 Selalu menciptakan suasana lingkungan keluarga yang sehat dan tidak membawa masalah di luar ke dalam rumah. Dengan adanya sebuat komitmen dalam hidup dan pegangan dalam berumah tangga akan mengurangi tingkat kekerasan dalam rumah tangga. Represif adalah merupakan suatu pengendalian social yang dilakukan setelah terjadinya suatu pelanggaran.atau, merupakan usaha-usaha yang dilakukan setelah pelanggaran terjadi. Dalam represif seseorang yang telah melanggar perbuatan akan dihukum ataupun ditangkap oleh polisi dan dijebloskan dalam penjara. Pengendalian social represif pada kasus kekerasan dalam rumah tangga bisa membantu korban untuk memberi hukuman kepada pihak pelaku sehingga korban bisa mendapat rasa aman dan terlindungi. 4 B. Ketentuan Pidana Untuk Pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga kasus ada di lapangan ada beberapa macam klasifikasi criteria kekerasan terhadap ibu, anak, pembantu, bahkan sampai di alami oleh kepala keluarga atau ayah. Ada klasifikasinya dari yang ringan, sedang, berat. Adapun criteria-kriteria nya sebagai berikut : a. Tindak pidana ringan. Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga terhadap ibu dan anak, Adapun klasifikasi tindak pidana yang ringan terhadap ibu dan anak di dalam kekerasan dalam rumah tangga kategorinya sebagai berikut : memar, lecet, penghinaan, Ucapan yang menyakitkan, Kata-kata kotor, Bentakan, Penghinaan dan tidak harus di bawa kerumah sakit. Adapun tindak pidana KDRT yang ringan berdasrkan pasal 45 UU nomor 23 tahun 2004 yang berisi sebagai berikut : (1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkuprumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dipidana denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (sembilan juta rupiah). (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanoleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakitatau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharianatau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4(empat) bulan atau denda paling banyak Rp ,00 (tiga juta rupiah). b. Tindak pidana sedang. Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga terhadap ibu dan anak, Adapun klasifikasi tindak pidana yang sedang di alami oleh ibu dan anak di dalam 4 Zainal Arifin, Paralegal, Majelis Hukum Dan HAM A isyiyah Pimpinan Wilayah Jawa Tengah, Kamis 30 Juli 2016 Jam : Wib. Website 492

8 kekerasan dalam rumah tangga kategorinya sebagai berikut : Menampar, Memukul, Menjabak, Mendorong, Meginjak, Melempar dengan barang-barang dan menyebabkan Ketakutan, Hilangnya rasa percaya diri, Hilangnya kemampuan untuk bertindak dan rasa tidak berdaya, Penderita psikis berat hingga kegilaan pada seseorang dan hingga harus di bawa kerumah sakit. Adapun tindak pidana KDRT yang sedang berdasrkan pasal 47, 48 UU nomor 23 tahun 2004 yang berisi sebagai berikut : Pasal 47 Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp ,00 (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah). Pasal 48 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaa sekurangkurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkantidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun atau dendapaling sedikit Rp ,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan dendapaling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). c. Tindak pidana Berat. kekerasan dalam rumah tangga terhadap ibu dan anak, Adapun klasifikasi tindak pidana yang berat terhadap ibu dan anak di dalam kekerasan dalam rumah tangga kategorinya sebagai berikut : Cedera berat, Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari, Pingsan, Luka berat pada tubuh korban, dan atau luka yang sulit disembuhkanyang menimbulkan bahaya mati, Kehilangan salah satu panca indera, Mendapat cacat, Menderita sakit lumpuh, Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan, Kematian korban. Adapun tindak pidana KDRT yang ringan berdasrkan pasal 44, 46, 49, 50, 51, 52, 53 UU nomor 23 tahun 2004 yang berisi sebagai berikut : (1). Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumahtangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (lima belas juta rupiah). Website 493

9 (2). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkankorban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp ,00(tiga puluh juta rupiah). (3). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (empat puluh lima jutarupiah). (4). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan olehsuami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atauhalangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian ataukegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)bulan atau denda paling banyak Rp ,00 (lima juta rupiah). Pasal 46 Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (tiga puluh enamjuta rupiah). Pasal 49 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang : a. menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); b. menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) Pasal 50 Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa : a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku; b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasanlembaga tertentu. Pasal 51 Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) merupakan delik aduan. Pasal 52 Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) merupakan delik aduan. Website 494

10 Pasal 53 Tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal46 yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan delik aduan. 5 C. Dampak Dari Adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga Setiap orang yang melakukan perbuatan hukum itu mempunyai dampak yang positif dan negative dalam tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga semua yang di lakukan oleh pelaku pasti mempunyai dampak yang tidak baik bagi si korban, apalagi perbuatan tersebut di lakukan terhadap ibu dan anak. Adapun dampaknya sebagai berikut : a. Kekerasan fisik : Menampar, Memukul, Menjabak, Mendorong, Meginjak, Melempar dengan barang-barang. penganiaya dengan sengaja menggunakan kekuatan fisik untuk melukai, menyakiti, membuat cacat, atau membunuh. Penganiayaan termasuk menggunakan senjata atau badan, ukuran, atau kekuatan untuk menyakiti seseorang. Yang dapat menimbulkan Rasa sakit, sakit selama hidup, atau luka fisik cacat pada tubuh seseorang, cacat seumur hidup, dan hingga menyebabkan Matinya seseorang b. Kekerasan Psikologis : Ucapan Emosional dengan perbuatan, ancaman, taktik paksaan sehingga menyebabkan seseorang menjadi trauma, Ucapan yang menyakitkan, Kata-kata kotor, Bentakan, Penghinaan, Ancaman,Ketakutan. Yang dapat menimbulkan malu, takut, males, minder, Hilangnya rasa percaya diri, Hilangnya kemampuan untuk bertindak dan rasa tidak berdaya, trauma secara terus meneru, tidak berani melakukan pekerjaan karena takut salah, selalu was-was dan selalu khawatir, Penderita psikis berat hingga kegilaan pada seseorang. c. Kekerasan Ekonomi Tindakan Eksploitasi, Manipulasi Dan Pengendalian Lewat Sarana Ekonomi Berupa: 1.Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasukpelacuran. 2.Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya. 3.Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas dan atau memanipulasi harta benda korban. Adapun faktor ekonomilah lah yang sangat sering di gunakan alasan untuk percerian karena merasa kebutuhan ekonomi tidak cukup dan sangat kurang dan akibatnya faktor ekonomilah yang menyebabkan perceraian : 1. Untuk mengontrol perilaku istri,suami tidak memberikan atau pendapatan untuk memenuhi uang atau pendapatan untuk memenuhi kehidupan keluarga sementara itu istri dilarang bekerja 5 Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang KDRTpasal Website 495

11 2. Suami memaksa istri untuk mencari uang 3. Suami tidak bertanggung jawab menafkahi keluarga dan membiarkan istri untuk mencari nafkah untuk anak dan keluarga 4. Suami menguasai uang atau barang milik istri dengan berbagai cara dan alasan 5. Ketergantungan korban kepada pelaku secara ekonomi dengan membatasi atau atau melarang korban untuk bekerja di dalam atau di luar rumah 6. Membiarkan korban untuk dieksploitasi di atau didalam rumah 7. Melantarkan anggota keluarga 6 d. Kekerasan Seksual Tak Hanya Pemaksaan Berhubungan Intim, Kekerasan Seksual Bisa Berupa Memaksa Seseorang Untuk Melakukan Hubungan Pada Orang Yang Tak Bisa Menolak Akibat Cacat, Sakit, Terintimidasi, Atau Dalam Pengaruh Obat Atau Alkohol, Perkosaan, Pemaksaan hubungan seksual, Pemukulan dan bentuk bentuk kekerasan yang mendahului saat atau setelah hubungan seksual, Pornografi, Pemaksaan pada istri untuk terus menerus hamil, Pelecehan seksual, Memaksakan korban untuk melakukan hubungan seksual tanpa persetujuannya atau disaat korban tidak menghendaki. KESIMPULAN 1. Bentuk perlindungan yang di lakukan oleh majelis hukum dan ham a isyiyah pimpinan wilayah jawa tengah dalam melindungi korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga sebagai berikut Pendataan korban, Trauma Healing, Menempatkan korban pada rumah aman (shelter), Melakukan tindakan hukum, Melakukan mediasi, Jika memungkinkan dilakukan rehabilitasi Ekonomi Peran yang di lakukan oleh majelis hukum dan ham a isyiyah pimpinan wilayah jawa tengah terhadap korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga Peran secara Legal Normatif dimana peran penegak hukum dalam hal ini Advokat dalam penanganan perkara secara Litigasi maupun Nonlitigasi. 2. Ketentuan pidana bagi pelaku KDRT di klasifikasikan menjadi 3 yaitu ringan, sedang, berat Undang-undang no 23 tahun 2004 Dalam ketentuan pidana kekerasan dalam rumah tangga di klasifikasikan menjadi 3 kriteria yaitu berat, sedang, dan ringan, untuk kategori berat di atur dalam pasal 44, 46, 49, 50, 51, 52. sedangkan kategori sedang di atur dalam pasal 47 dan 48. Untuk yang kategori ringan di atur dalam pasal Website 496

12 3. Dampak adanya KDRT ada beberapa macam diantaranya dampak fisik dan psikologi. Dampak KDRT adalah perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Website 497