PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA"

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 180 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerahdan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 1 Tahun 2008 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan perlu ditinjau dan disesuaikan berdasarkan undang-undang dimaksud; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 74 Tahun 1959, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 1

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436); 7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5063); 9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 11. Peraturan Pemerintah 23 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunanan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kebupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 582/Men.Kes/SK/XI/1997 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah; 2

3 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 04 Tahun 2005 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bulukumba (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2005 Nomor 4 Seri D); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2008 Nomor 4); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 7 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2010 Nomor 7); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 7 Tahun 2011 tentang Komisi Informasi dan Partisipasi Publik (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2011 Nomor 7). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA dan BUPATI BULUKUMBA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Bulukumba. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 3

4 4. Bupati adalah Bupati Bulukumba. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelanggaraan Pemerintahan Daerah. 6. Jaminan Kesehatan Masyarakat selanjutnya disebut Jamkesmas adalah pemberian jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 7. Jaminan Persalinan selanjutnya disebut Jampersal adalah pemberian jaminan kepada setiap ibu dalam persalinan. 8. Jaminan Kesehatan Daerah selanjutnya disebut Jamkesda adalah pemberian jaminan kesehatan kepada warga masyarakat Kabupaten Bulukumba/Provinsi Sulawesi Selatan yang belum mendapat jaminan kesehatan. 9. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan atau pelayanan lainnya. 10. Pelayanan Kesehatan Gratis adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas/Jampersal, Jamkesda dan pasien IRD/UGD. 11. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bulukumba selanjutnya disingkat RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah H.A. Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba. 12. Pusat Kesehatan Masyarakat selanjutnya disebut Puskesmas adalah Puskesmas dalam wilayah Kabupaten Bulukumba 13. Penderita Kehakiman adalah penderita yang mendapat perawatan rawat jalan dan rawat inap yang berasal dari Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan (Rutan). 14. Pengelola pelayanan kesehatan adalah pejabat struktural di RSUD. 15. Tarif retribusi adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan medik yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atau jasa pelayanan yang diterimanya. 16. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan adalah kegiatan fungsional yang dilakukan oleh petugas medik atau petugas kesehatan lain yang melayani berbagai jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di instalasi rawat jalan. 17. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap adalah kegiatan fungsional yang dilakukan oleh petugas medik atau petugas kesehatan lain yang melayani berbagai jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di instalasi rawat inap. 18. Jasa adalah pelayanan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka pelayanan kesehatan dan pelayanan lainnya. 4

5 19. Cito adalah keadaan yang memerlukan pelayanan dan/atau tindakan segera dan didahulukan. 20. Jasa Medik Cito adalah imbalan atas jasa yang diberikan oleh dokter spesialis, dokter asisten ahli, dokter umum, dokter gigi, dan tenaga medis lainnya secara langsung kepada pasien, diluar jam kerja atau hari libur dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, tindakan, visite, rehabilitasi medik dan/atau pelayanan lainnya. 21. Jasa Medik Pelayanan Anastesi adalah jasa dan pelayanan yang diberikan oleh spesialis anastesi, penata anastesi kepada pasien dalam rangka pemberian pembiusan. 22. Jasa medik tak langsung adalah imbalan yang diberikan kepada dokter spesialis atas konsultasi dan advis yang diberikan melalui telepon/faximile. 23. Persalinan adalah proses lahirnya bayi cukup bulan/hampir cukup bulan baik secara spontan maupun disertai penyulit yang memerlukan tindakan medis. 24. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah bagian dari pelayanan medik di rumah sakit yang menangani kasus-kasus kegawatdaruratan dan kegawatan medik. 25. Intensive Care Unit (ICU) atau instalasi perawatan intensif adalah suatu unit di rumah sakit yang melaksanakan pelayanan dan perawatan medik intensif. 26. Pelayanan Intensive Carediac Care Unit(ICCU)Standar adalah pelayanan untuk pasien berpenyakit jantung kritis yang mempunyai peralatan khusus dan tenaga khusus untuk melaksanakan monitoring, perawatan, pengobatan dan penanganan lainnya secara intensif. 27. Pelayanan ICCU Khusus adalah pelayanan ICCU standar ditambah dengan penggunaan alat bantu pernapasan khusus (ventilator). 28. Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah suatu unit di rumah sakit yang melaksanakan pelayanan dan perawatan bayi dibawah 28 hari secara intensif. 29. Pelayanan Rawat Sehari (one day care) adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari satu hari. 30. Pelayanan Penunjang Diagnostik adalah pelayanan untuk penegakan diagnosis, antara lain dapat berupa pelayanan radiologi diagnostik, elektromedik diagnostik, endoscopy, laboratorium, fisioterapi, pelayanan HCU dan tindakan/pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya. 31. Pelayanan Penunjang Logistik adalah pelayanan untuk mendukung pelayanan medik dari segi logistik yang terdiri dari pelayanan farmasi, pelayanan gizi serta pelayanan logistik lainnya. 32. Pelayanan Jenazah adalah pelayanan yang diberikan untuk meyimpan jenazah konservasi (pengawetan) jenazah, bedah jenazah dan pelayanan lainnya terhadap jenazah. 5

6 33. Bahan dan alat adalah bahan kimia, alat kesehatan, bahan radiologi dan bahan lainnya yang digunakan langsung dalam rangka pelayanan dan perawatan kesehatan serta pelayanan diagnostik. 34. Pelayanan Ambulance (ambulance service) adalah pelayanan mobilisasi tehadap kegawatdaruratan termasuk evakuasi medik dan/atau pelayanan rujukan pasien dari tempat tinggal pasien ke rumah sakit atau pelayanan rujukan pasien dari rumah sakit ke rumah sakit yang lebih mampu. 35. Pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan yang diberikan oleh Instalasi Rehabilitasi Medik dalam bentuk pelayanan Fisioterapi. 36. Pelayanan Medik Gigi dan Mulut adalah pelayanan paripurna meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan penyakit gigi/mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pasien di rumah sakit. 37. Jasa Pelayanan Farmasi adalah imbalan yang diterima oleh petugas atas pelayanan farmasi yang diberikan kepada pasien. 38. Pelayanan Konsultasi/Tindakan Khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi/tindakan khusus seperti konsultasi gizi dan lain-lain. 39. Pelayanan Medico Legal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan yang berkaitan dengan kepentingan hukum. 40. Pasien terlantar adalah pasien yang tidak memiliki sanak keluarga, tidak ada yang mengurus, tidak memiliki identitas, kesadarannya hilang dan tidak ada penjaminnya, tidak mampu membayar atau kepadanya tidak dapat diidentifikasi untuk data administrasi. 41. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang. 42. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. 43. Surat Setoran Retribusi Daerah selanjutnya disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati. 44. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat dengan SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 45. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDLB yang diajukan oleh wajib retribusi. 6

7 BAB II NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi atas pelayanan kesehatan. Pasal 3 (1) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalahpelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling,puskesmaspembantu, balai pengobatan, RSUD, dan tempat pelayanankesehatan lainnyayang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola olehpemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran. (2) Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta. Pasal 4 (1) Subjek retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan. (2) Wajib retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan perundang-undangan retribusi diwajibkan melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong RetribusiPelayanan Kesehatan. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai retribusi jasa umum. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan Frekuensi dan Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan. BAB V PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusipelayanan kesehatan, dimaksudkan untuk menutup biaya 7

8 penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas atas pelayanan tersebut. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasionaldan pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8 (1) Struktur dan besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan dan kelas (tempat) perawatan. (2) Besarnya tarif retribusisebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan berdasarkan unit cost masing-masing pelayanan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini. BAB VII JENIS PELAYANAN YANG DIKENAKAN TARIF RETRIBUSI Pasal 9 (1) Jenis pelayanan kesehatan yang terdapat pada: a. RSUD dilaksanakan di instalasi-instalasi yang dikenakan tarif retribusidikelompokkan kedalam: 1. pelayanan kesehatan rawat jalan; 2. pelayanan rawat darurat dan pelayanan ambulance; 3. pelayanan kesehatan rawat inap; 4. tindakan medik; 5. pelayanan persalinan; 6. pelayanan rehabilitasi medik; 7. pelayanan medik gigi dan mulut; 8. pelayanan konsultasi dan tindakan khusus; 9. pelayanan medicolegal; 10. pelayanan jenazah; 11. pelayanan penunjang diagnostik; dan 12. pelayanan penunjang logistik. b. Puskesmas yang dikenakan tarif retribusi, meliputi pelayanan: 1. rawat jalan; 2. rawat inap; 3. puskesmas keliling; 4. penunjang diagnostik; 8

9 5. pelayanan ambulance/mobil jenazah; 6. ver (visum et revertum); 7. pemeriksaan kesehatan umum (surat keterangan sehat); 8. pemeriksaan calon pengantin (mempelai); dan 9. surat keterangan Calon Jemaah Haji tingkat pertama. (2) Tarif retribusi pelayanan kesehatan di RSUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi komponen Jasa Sarana, Jasa Pelayanan dan Jasa Medis, sesuai kebutuhan masing-masing pelayanan. (3) Tarif retribusipelayanan kesehatan di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi Jasa Sarana Dan Jasa Pelayanan. (4) Jenis-jenis pemeriksaan dan tindakan yang temasuk dalam kegiatan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) seperti tercantum dalam lampiran Peraturan ini. Bagian Kesatu Kelas Perawatan Pasal 10 (1) Pembagian Kelas Perawatan di RSUD ditetapkan sebagai berikut: a. kelas III,dengan fasilitas meliputi: 8 tempat tidur untuk 8 orang pasien,kipas angin, kamar mandi/wcuntuk dipakai bersama 8 orang penderita, bed side table dan satu kursi untuk masing-masing penderita serta menu makanan standar Rumah Sakit Pemerintah. b. kelas II,dengan fasilitas meliputi: 4 tempat tidur untuk 4 orang pasien,kipas angin, kamar mandi/wc untuk dipakai bersama 4 orang penderita, bed side table dan satu kursi untuk masing-masing penderita serta menu makanan standar Rumah Sakit Pemerintah. c. kelas I,dengan fasilitas meliputi: 2 tempat tidur untuk 2 orang pasien,kipas angin, kamar mandi/wc untuk 2 orang penderita di dalam ruangan, bed side table, kursi untuk pengunjung serta menu makanan kelas. d. paviliun Muda, dengan fasilitas meliputi: 1 tempat tidur untuk pasien,ac, kamar mandi/wc, TV, kulkas, bad side locker dan menu makanan kelas. e. paviliun Madya, dengan fasilitas meliputi: 1 tempat tidur untuk pasien,ac, kamar mandi/wc, TV, kulkas, bad side locker, seperangkat kursi tamu dan meja, dan menu makanan kelas. 9

10 f. paviliun Utama, dengan fasilitas meliputi: 1 tempat tidur, 1 sofa penjaga pasien, AC, TV, kulkas, lemari pakaian, 1 set kursi tamu, sampiran handuk, kamar mandi/wc, dan menu makanan kelas. g. Non Kelas, meliputi pelayanan; HCU, ICCU, NICU, ICU, RR, Kamar Isolasi. (2) Kelas perawatan pada Puskesmas adalah kelas rawat inap. Pasal 11 (1) Setiap pasien atau keluarganya berhak mengajukan permintaan di kelas manapun ingin dirawat, sesuai dengan kemampuan keuangan dan sesuai dengan ruang yang tersedia di RSUD kecuali pasien Jamkesmas dan jamkesda. (2) Bagi pasien yang menurut pendapat dokter yang memeriksa menderita penyakit menular tertentu, tempat perawatannya ditentukan secara khusus, yaitu ruang isolasi. (3) Pasien narapidana dan pasien tahanan diharuskan membawa surat keterangan yang berwajib, dirawat di Kelas III dan tarif pelayanan kesehatan ditentukan menurut perundang-undangan yang berlaku, apabila keluarganya menghendaki dirawat di kelas yang lebih tinggi, dapat diberikan dengan membayar retribusi pelayanan kesehatan sesuai dengan kelas perawatannya. (4) Keamanan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menjadi tanggung jawab pihakrsud. Pasal 12 (1) Untuk perhitungan akhir semua biaya perawatan rawat inap di RSUD ditetapkan sebagai berikut : a. hari masuknya pasien ke RSUD dihitung satu hari penuh. b. hari pulangnya pasien sesudah jam wita diperhitungkan satu hari penuh dan apabila pasien pulang sebelum jam wita tidak dikenakan biaya perawatan untuk hari pulang tersebut. (2) Dalam hal pasien pulang tidak atas petunjuk/izin dari Direktur atau petugas yang ditunjuk serta masih terdapat tunggakan kewajiban yang harus dibayar maka perhitungan pembayaran ditagih kepada pasien atau keluarga/penjaminnya. Bagian Kedua Retribusi Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Pasal 13 Komponen tarif retribusi pelayanan kesehatan rawat jalan di RSUD meliputi: a. jasa pelayanan; b. jasa sarana; 10

11 c. pemeriksaan penunjang/diagnostik; d. tindakan medik; e. rehabilitasi medik; f. barang farmasi; dan g. administrasi. Bagian Ketiga Retribusi Pelayanan Rawat Darurat dan Pelayanan Ambulance Pasal 14 (1) Komponen tarif pelayanan rawat darurat di RSUD meliputi: a. jasa pelayanan; b. jasa sarana; c. pemeriksaan penunjang/diagnostik; d. tindakan medik; e. tindakan medik gigi dan mulut; f. rehabilitasi medik; g. barang farmasi; dan h. administrasi. (2) Tarif pelayanan rawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk jasa konsultasi antar dokter spesialis apabila ada dibayar terpisah oleh pasien, meliputi: a. jasa konsultasi medik spesialis; b. jasa konsultasi dokter umum; c. jasa konsultasi dokter gigi; dan d. jasa konsultasi medik spesialis tak langsung melalui telepon/faximile dikenakan 20% dari jasa konsultasi spesialis. Pasal 15 (1) Pelayanan ambulance terdiri dari pelayanan ambulance paramedis dan ambulance medik umum. (2) Komponen tarif pelayanan ambulance meliputi: a. jasa sarana; b. jasa medik; dan c. jasa pelayanan. (3) Besarnya tarif pelayanan ambulance merupakan penjumlahan dari abonemen dan panjangnya biaya jarak tempuh yang terdiri dari : a. ambulanceparamedik; dan b. ambulancemedik umum. 11

12 Bagian Keempat Retribusi Pelayanan Rawat Inap Pasal 16 (1) Komponen dan besarnya tarif retribusi rawat inap di RSUD terdiri dari: a. administrasi; b. jasa sarana; c. jasa medik (visite); dan d. jasa pelayanan. (2) Tarif rawat inap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, tidak termasuk obat-obatan, tindakan medik, penunjang medik, jasa konsultasi antar spesialis yang apabila ada dibayar tersendiri oleh pasien. (3) Jasa medik (visite) spesialis di dalam jam kerja adalah sama dengan jasa pelayanan setiap pelayanan untuk satu jenis spesialis. (4) Jasa medik (visite) pada hari libur atau di luar jam kerja (cito) ditambah 25% dari jasa pelayanan setiap kelas pelayanan untuk satu jenis spesialisasi dengan catatan maksimal visite yang dibayar hanya 2 kali per hari. (5) Jasa medik (visite) cito yang dilakukan oleh dokter umum dan dokter gigi besarnya tetap, dan maksimal visite yang dibayar hanya satu kali/hari. (6) Besarnya tarif rawat gabungan bagi bayi yang lahir di RSUD meliputi: a. akomodasinya dikenakan 50% dari tarif akomodasi ibunya; dan b. jasa visite spesialis sama dengan jasa visite kelas perawatan ibunya. Bagian Kelima Retribusi Tindakan Medik Pasal 17 (1) Komponen dan besarnya tarif retribusi tindakan medik di RSUD meliputi: a. jasa sarana; b. jasa pelayanan; c. jasa medik operator; dan d. jasa medik anastesi. (2) Tarif tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk obatobat narkose dan obat-obat lain, biaya penunjang medik, jasa konsultasi antar spesialis, apabila ada dibayar terpisah oleh pasien. (3) Jasa medik operator (spesialis) yang dilaksanakan di luar jam kerja (cito) besarnya ditambah 25% dari jasa pelayanan. (4) Jasa medik spesialis anastesi pada tindakan medik apabila ada, besarnya ditentukan berdasarkan kondisi pasien yang diambil dari standar ASA (Anasthesiologist Sociaty Association), yaitu kategori ASA 1 dan ASA 2 dkenakan 12

13 jasa pesialis anastesi sebesar 40% sedangkan ASA 3 dan ASA 4 dikenakan 50% dari jasa medik operator (spesialis). (5) Jasa medik dokter umum adalah 50% dari jasa medik spesialis, tidak dibedakan antara tindakan efektif maupun cito. Bagian Keenam Retribusi Pelayanan Persalinan Pasal 18 (1) Besarnya tarif retribusi di RSUD untuk pelayanan persalinan/kebidanan ditentukan berdasarkan jenis pelayanan, kelas perawatan dan kategori penolong persalinan. (2) Pelayanan persalinan meliputi pelayanan persalinan normal, persalinan abnormal dengan tindakan per-vaginaan, dan persalinan abnormal dengan tindakan bedah (Sectio Caesaria). (3) Komponen dan besarnya tarif pelayanan persalinan meliputi: a. jasa sarana; b. jasa pelayanan; c. jasa medik operator; dan d. jasa medik pediatri (spesialis anak). (4) Tarif pelayanan persalinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) tidak termasuk obat-obat narkose dan obat-obat lain, biaya penunjang medik, jasa konsultasi antar spesialis, apabila ada dibayar terpisah oleh pasien. (5) Jasa medik spesialis anastesi pada pelayanan persalinan apabila ada, besarnya ditentukan berdasarkan kondisi pasien yang diambil dari standar ASA (Anaesthesiologist Society Association), yaitu kategori ASA 1 dan ASA 2 dikenakan jasa spesialis anastesi sebesar 40% sedangkan ASA 3 dan ASA 4 dikenakan 50% dari jasa medik operator (spesialis). (6) Jasa medik spesialis anak (pediatri) pada pelayanan persalinan apabila ada, besarnya adalah 30% (tiga puluh persen) dari jasa medik operator (spesialis). (7) Jasa medik operator (spesialis) diluar jam kerja (cito) ditambah 25% dari jasa pelayanan. (8) Jasa medik operator residen/dokter umum pada pertolongan persalinan adalah 25% dari spesialis, tidak dibedakan antara tindakan efektif maupun cito. Bagian Ketujuh Tarif Pelayanan Rehabilitasi Medik Pasal 19 Komponen tarif pelayanan rehabilitasi medik meliputi: a. jasa sarana; b. jasa pelayanan; dan c. jasa medik. 13

14 Bagian Kedelapan Tarif Pelayanan Gigi Pasal 20 (1) Tarif pelayanan gigi terdiri dari pelayanan konsultasi dan tindakan medik. (2) Tarif pelayanan gigi ayat (1) dalam pasal ini tidak termasuk obat-obatan, tindakan medik, penunjang medik, pelayanan rehabilitasi medik dan jasa konsultasi antar spesialis, apabila ada dibayar terpisah oleh pasien. (3) Tarif pelayanan konsultasi gigi di poliklinik sesuai dengan tarif rawat jalan. Bagian Kesembilan Tarif Konsultasi dan Tindakan Khusus Pasal 21 Tarif pelayanan konsultasi khusus dan atau tindakan khusus adalah pelayanan yang diberikan berupa konsultasi gizi dan konsultasi lainnya. Bagian Kesepuluh Tarif Pelayanan Medico Legal Pasal 22 (1) Pelayanan medico legal meliputi pemeriksaan Visum et repertumdan pemeriksaan kesehatan untuk kepentingan hukum. (2) Visum et repertum dari pasien yang hidup maupun meninggal hanya diberikan atas permintaan tertulis dari yang berwajib sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (3) Besarnya tarif pelayanan medico legal disesuaikan dengan besarnya tarif pemeriksaan kesehatan dan/atau tindakan medik yang diberikan. (4) Komponen tarif pelayanan mediko terdiri dari: a. jasa sarana; b. jasa pelayanan; dan c. jasa medik. Bagian Kesebelas Tarif Pelayanan Jenazah Pasal 23 (1) Pelayanan jenazah meliputi pelayanan perawatan jenazah dan pelayanan transportasi jenazah. (2) Pelayanan perawatan jenazah meliputi penyimpanan jenazah, pengawetan (konservasi) jenazah, pembedahan jenazah dan lain-lain. (3) Komponen tarif pelayanan perawatan jenazah meliputi: 14

15 a. jasa sarana; b. jasa pelayanan; dan c. jasa medik. (4) Penyimpanan jenazah atas permintaan penegak hukum dibebaskan dari biaya. Pasal 24 Besar tarif pelayanan transportasi jenazah ditentukan berdasarkan jarak tempuh dengan besarnya tarif (abonemen). Bagian Keduabelas Tarif Pelayanan Penunjang Diagnostik Pasal 25 (1) Jenis pelayanan penunjang diagnostik meliputi pelayanan patologi klinik, pelayanan radioagnostik, elektromedik dan lain-lain. (2) Besarnya tarif pelayanan penunjang diagnostik adalah sama untuk semua kelas. (3) Komponen biaya pemeriksaan penunjang diagnostik meliputi ; a. jasa sarana. b. jasa pelayanan. c. jasa medik. (4) Kunjungan spesialis penunjang diagnostik di luar jam kerja dianggap sama dengan kunjungan spesialis di Instalasi Rawat Darurat dan mendapat tambahan jasa medik Rp ,- per kunjungan pasien. (5) Jasa medik spesialis anastesi pada pelayanan penunjang diagnostik apabila ada, besarnya adalah 50% dari jasa medik operator (spesialis). Bagian Ketiga Belas Tarif Pelayanan Penunjang Logistik Pasal 26 (1) Pelayanan penunjang logistik di RSUD terdiri dari: a. pelayanan instalasi farmasi, meliputi pelayanan penunjang logistik A dan pelayanan penunjang logistik; dan b. pelayanan instalasi gizi, meliputi pelayanan penunjang logistik A dan pelayanan penunjang logistik. (2) Pelayanan penunjang logistik A adalah pelayanan penunjang logistik yang diberikan sebagai bagian dari jasa sarana pada pelayanan medik dan tindakan medik. 15

16 (3) Pelayanan penunjang logistik B adalah pelayanan yang dilaksanakan dengan melakukan penjualan barang-barang kesehatan, obat-obatan, makanan dan minuman serta keperluan logistik lainnya yang berhubungan dengan pelayanan medik. (4) Komponen tarif pelayanan penunjang logistik B terdiri dari: a. bahan dan jasa sarana; dan b. jasa pelayanan. (5) Besarnya jasa pelayanan di penunjang logistik B sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan (5) adalah sebesar maksimal 50% dari profit margin. (6) Profit margin pelayanan penunjang logistik B disesuaikan dengan kondisi pasar dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah. Pasal 27 (1) Untuk keperluan pengobatan dan perawatan di rumah sakit umum, obat-obatan yang diperlukan di luar obat komponen A, disediakan komponen B. (2) Penyediaan, pengeluaran dan harga obat-obatan tersebut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengelolaannya diatur dan ditetapkan oleh Direktur RSUD. (3) Instalasi farmasi terdiri dari instalasi farmasi A dan B. (4) Instalasi farmasi A bertugas untuk menyediakan obat, barang farmasi, alat-alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien umum, miskin dan pasien Askes serta untuk instalasi-instalasi lainnya, sesuai kebutuhan untuk melaksanakan pelayanan. (5) Instalasi farmasi B bertugas untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan menyediakan obat, yang dibutuhkan pasien yang tidak tersedia di instalasi farmasi A. (6) Komponen tarif pelayanan farmasi B terdiri dari : a. bahan dan jasa sarana. b. jasa pelayanan. (7) Besarnya jasa pelayanan di farmasi B adalah 80% dari profit. Pasal 28 (1) Instalasi gizi A bertugas menyediakan makanan dan minuman untuk pasien rawat inap sesuai dengan kebutuhan gizinya serta menyediakan makanan ekstra untuk petugas RSUD. (2) Instalasi gizi B bertugas untuk melaksanakan pelayanan dengan menyediakan makanan dan minuman yang dibutuhkan sebagai makanan tabahan pasien. (3) Komponen tarif pelayanan gizi A dan gizi B terdiri dari : 16

17 a. bahan dan jasa sarana. b. jasa pelayanan. (4) Besarnya jasa pelayanan di gizi B adalah maksimal 50% dari profit margin. BAB VIII PELAYANAN KESEHATAN PESERTA ASKES Pasal 29 Pelayanan kesehatan bagi peserta asuransi kesehatan berpedoman kepada Keputusan bersama Kepala Dinas Kesehatan dengan Badan Pengelola Asuransi Kesehatan (Askes) dan Keputusan Bersama Kepala RSUD dengan Badan Pengelola Asuransi Kesehatanberdasarkan ketentuan yang berlaku. BAB IX PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS Pasal 30 (1) Pelayanan kesehatan yang diberikan pelayanan gratis adalah : a. pelayanan Kesehatan di Kelas III pada RSUD; b. pelayanan Kesehatan di IRD/UGD RSUD selama 24 jam; b. pelayanan Kesehatan Puskesmas Rawat Inap; dan c. pelayanan Kesehatan Puskesmas Keliling,PuskesmasPembantu, Balai Pengobatan,Puskesmas Rawat Jalan, Pustu, Poskesdes mulai jam s/d (2) Pemberian Pelayanan kesehatan gratis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan menunjukkan kartu identitas peserta Jamkesmas/Jampersal, Jamkesda dan/atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau kartu identitas lain yang berlaku. (3) Dalam hal pelayanan yang bersifat insidentil/darurat, pasien wajib dilayani dengan memberikan jangka waktu pengurusan administrasi paling lama 3X24 jam. (4) Ketentuan teknis pelayanan gratis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 31 (1) Pemberian pelayanan kesehatan gratis di Kelas III RSUD ditekankan mempergunakan obat yang dianjurkan oleh pemerintah yaitu obat generik. (2) Dalam kondisi tertentu dapat menggunakan obat paten secara selektif sesuai dengan tingkat risiko pasien termasuk Bahan Alat Habis Pakai (BAHP). 17

18 Pasal 32 Pembiayaan pelayanan kesehatan gratis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dan Pasal 32dibebankan padaapbn dan/atau APBD. BAB X PASIEN TERLANTAR DAN KERJASAMA RSUD Pasal 33 (1) Penderita yang meninggal di RSUD dapat dibawa pulang oleh keluarga atau penjaminnya paling cepat 2 (dua) jam dan selambat-lambatnya 3 X 24 jam sejak tanggal pemberitahuan dinyatakan meninggal oleh petugas. (2) Apabila dalam jangka waktu 3 X 24 jam jenazah belum/tidak diambil/diurus keluarganya, maka RSUD berhak melakukan penguburan dan segala biaya penguburan dibebankan oleh pihak keluarga/penjaminnya, kecuali jenazah pasien tersebut terlantar. (3) Jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terlebih dahulu dilakukan pengumuman kepada masyarakat melalui media cetak dan media elektronik nasional paling kurang dua kali penayangan. (4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilakukan dan tidak ditemukan keluarga atau penjaminnya maka dapat diserahkan kepada instansi lain yang membutuhkan (fakultas Kedokteran) yang selanjutnya dapat digunakan untuk kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan (penelitian) dengan mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan etika kedokteran. Pasal 34 (1) Direktur RSUD dapat melaksanakan kerjasama dengan tenaga ahli dari luar RSUD untuk melaksanakan pelayanan kesehatan di RSUD dalam rangka peningkatan mutu pelayanan dengan tarif yang sesuai dengan peraturan perundang-undangn yang berlaku. (2) Direktur RSUD dapat melakukan kerja sama dengan pihak ketiga untuk melakukan upaya-upaya perbaikan mutu dan meningkatkan mutu pelayaan kesehatan kepada masyarakat, dengan ketentuan tidak bertentangan dengan peraturan serta perundang-undangan yang berlaku. BAB XI WILAYAH PEMUNGUTAN PASAL 35 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Bulukumba. 18

19 BAB XII PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN PENERIMAAN RSUD Pasal 36 (1) Seluruh penerimaan uang diperoleh dari pelayanan kesehatan di rumah sakit umum disetor secara bruto ke Kas Daerah, dan dialokasikan kembali penggunaannya melalui APBD. (2) Pemungutan, pembukuan, dan pelaporan penerimaan dari pelayanan kesehatan di rumah sakit umum dilaksanakan secara terpusat di RSUD sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 37 (1) Seluruh penerimaan setelah disetor ke Kas Daerah,dialokasikan kembali penggunaannya melalui APBD untuk: a. jasa sarana; b. jasa pelayanan diperuntukkan bagi jasa paramedis (perawatan dan non perawatan) dengan perincian sebagai berikut : 1. jasa paramedis sebesar 80%. 2. jasa umum sebesar 20%. c. jasa medik diperuntukkan bagi jasa dokter yang melakukan tindakan medik dengan perincian sebagai berikut : 1. jasa medik dokter sebesar 80%. 2. biaya umum sebesar 20%. 3. jasa residen sebesar 50% dari jasa medik (2) Pembagaian persentase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasar pada tarif retribusi sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan daerah ini. BAB XIII PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN PENERIMAAN DI PUSKESMAS Pasal 38 (1) Penerimaan retribusi pelayanan kesehatan dipergunakan untuk kepentingan peningkatan pelayanan kesehatan (2) Komponen retribusi pelayanan kesehatan terdiri dari: a. jasa Sarana 60%; dan b. jasa Pelayanan 40%. (3) Retribusi pelayanan kesehatan secara bruto disetor langsung ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam oleh bendahara penerima. (4) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dikembalikan ke pengelola setiap bulan. 19

20 Pasal 39 (1) Pengelolaan jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (4) ditetapkan sebagai berikut : a. pengelola Puskesmas... 10% b. tenaga medik... 50% c. paramedik perawatan/non perawatan/non paramedik.. 35% d. biaya umum... 5% (2) Ketentuan ayat (1) tidak berlaku pada pelayanan penunjang diagnostik, tindakan medik, pemeriksaan laboratorium air dan jasa perizinan pengelolaan yang ditetapkan sebagai berikut: a. jasa penunjang diagnostik: 1. Pengelola Puskesmas 10% 2. Dokter pengirim dan dokter Pemeriksa 20% 3. Tenaga analis Kesehatan.. 40% 4. Paramedis Perawatan 15% 5. Paramedis Non Perawatan 10% 6. Biaya Umum % b. jasa tindakan medik: 1. Pengelola Puskesmas 10% 2. Medis... 40% 3. Para Medis Perawatan.. 30% 4. Paramedis Non Perawatan 15% 5. Biaya Umum. 5% c. Jasa Pemeriksaan Laboratorium Air: 1. Penanggung jawab. 30% 2. Pengelola.. 20% 3. Sanitarian Laboratorium. 40% 4. Biaya Umum... 10% (3) Biaya umum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d dipergunakan sebagai biaya operasional dalam rangka pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan untuk peningkatan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial. BAB XIV MASA DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 40 (1) Masa retribusi adalah jangka waktu selama satu kali pelayanan. (2) Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan. 20

21 BAB XV TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 41 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD, atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan. BAB XVI TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 42 (1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Setiap pembayaran Retribusi diberikan tanda bukti pembayaran yang sah. BAB XVII TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 43 (1) Pengeluaran Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam rangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis wajib retribusi wajib melunasi tarif yang terutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Bupati. BAB XVIII KEBERATAN Pasal 44 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas benda berharga. (2) Keberatan diajukan secara terulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Dalam hal wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan tarif tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal benda berharga diterbitkan kecuali apabila wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu dapat dipenuhi karena keadaal diluar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. 21

22 (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar tarif dan pelaksanaan penagihan. Pasal 45 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian menolak atau menambah besarnya tarif yang terutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan keberatan, yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. BAB XIX PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 46 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusidapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusilainnya, maka kelebihan pembayaran retribusisebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusitersebut. (5) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusidilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. (6) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 47 (1) Permohonan pengembailian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan : a. nama dan alamat wajib tarif; b. masa tarif; c. besarnya kelebihan pembayaran; dan d. alasan singkat dan jelas. 22

23 (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat. BAB XX TATA CARA KERINGANAN,PENGURANGAN, PEMBEBASAN DAN PENGHAPUSAN RETRIBUSI Pasal 48 (1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan, pembebasan dan penghapusan retribusi. (2) Pemberian keringanan atau pengurangan retribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi, antara lain untuk mengangsur. (3) Pembebasan retribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada wajib retribusi yang ditimpa bencana alam dan/atau kerusuhan. (4) Penghapusan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada wajib retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa. (5) Tata cara pemberian keringanan, pengurangan, pembebasan dan penghapusan retribusi diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XXI KEDALUWARSA Pasal 49 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. diterbitkan surat teguran, atau; b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. (3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut. (4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah. (5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi. 23

24 BAB XXII TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA Pasal 50 (1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. (2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XXIII INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 51 (1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu. (2) Pemberian insentif ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari target penerimaan retribusi dalam tahun anggaran berkenaan. (3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (4) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati sesuai dengan peraturan perundangundangan. BAB XXIV SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 52 (1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dapat dikenakan sanksi administratifberupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. (2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran. BAB XXV KETENTUAN PIDANA Pasal 53 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak ataukurang dibayar. 24

25 (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi penerimaan negara. BAB XXVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 54 Perubahan tarif retribusi pelayanan pada RSUD untuk kelas II (dua), I (satu), Paviliun muda, Paviliun Madya dan Paviliun Utama akan diatur secara khusus dalam Peraturan Bupati berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 55 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2008 Nomor 1) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 56 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba. Ditetapkan di Bulukumba pada tanggal 23 Juli 2012 BUPATI BULUKUMBA ZAINUDDIN H. Diudangkan di Bulukumba pada tanggal 23 Juli 2012 SEKRETARIS DAERAH BULUKUMBA, A. B. AMAL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 NOMOR 12 25

26 LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR : 12 TAHUN 2012 TANGGAL : 23 JULI 2012 TENTANG : RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN. TARIF RETRIBUSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. A. SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA I. Tarif Rawat Jalan : 1. Tarif pemeriksaan umum (di luar BAHP/bahan alat habis pakai) ditetapkan sebagai berikut: No Jenis Kegiatan Poliklinik Spesialis (Rp) Poiklinik Umum (Rp) Poliklinik Gigi (Rp) 1 Jasa Sarana 2,000 2,000 2,000 2 Jasa Medik 10,000 5,000 5,000 3 Jasa Pelayanan 4,000 4,000 4, Tarif Pemeriksaan ditanggung perusahaan (diluar BAHP/bahan alat habis pakai) ditetapkan sebagai berikut: No Jenis Kegiatan Poliklinik Spesialis (Rp) Poiklinik Umum (Rp) Poliklinik Gigi (Rp) 1 Jasa Sarana 4,500 4,500 4,500 2 Jasa Medik 20,000 10,000 10,000 3 Jasa Pelayanan 8,000 8,000 8,000 Jumlah 32,500 22,500 22, Tarif pemeriksaan surat berbadan sehat (SKBS), Visum Et Repertum dan General Check up ditetapkan sebagai berikut : No Jenis Kegiatan SKBS Siawa/Mahasiswa SKBS Umum/PNS Visum Et Repertum General Check Up 2 Jasa Sarana 2,500 2,500 5,000 3 Jasa Medik 5,000 7,500 25,000 4 Jasa Pelayanan 2,000 2,500 5,000 Jumlah 9,500 12,500 35,000 26

27 Tarif Pelayanan Rawat Darurat dan Pelayanan Ambulance: 1. Tarif instalasi rawat darurat (tarif diluar alat habis pakai) ditetapkan sebagai berikut: No Tarif Tindakan dan Terapi Jasa sarana Jasa Pelayanan Jasa Medik Umum Jasa Medik Spesialis Bahan Anastesi 1 Kompres luka tanpa perban 7,500 2,200 5, Kompres luka dengan meakai perban/lemba 8,500 2,500 5, Jahitan luka dengan luka ringan (1-5 Jahitan) 10,000 3,000 7, /amp 4 Jahitan luka dengan luka sedang (6-10 Jahita 18,000 5,400 12, /amp 5 Jahitan luka dengan luka berat (11 atau lebih 22,000 6,600 15, /amp 6 Pencucia lambung pada keracunan 52,000 15,600 26,000 36,400-7 Resisitasi Kardiopulmer 60,000 18,000 30,000 42,000-8 Vena Punksi 60,000 18,000 30,000 42,000-9 Vena Seksi 80,000 24,000 40,000 56, Eksplorasi benda asing 18,000 5,400 9,000 12, Kateterisasi Urethra 18,000 5,400 9,000 12, Pemasangan Sonde 18,000 5,400 9,000 12, Punsi Balse 27,000 8,100 13,500 18, Pemasangan Endotrochealttube 23,000 6,900 11,500 16, Luka bakar sampai dengan 30% 18,000 5,400 9,000 12, Luka bakar > 30% 28,000 8,400 14,000 19, Reposisi tulang sendi 28,000 8,400 14,000 19, Reposisi tulang sendi dengan Gips 38,000 11,400 19,000 26, Fiksasi Externa 18,000 5,400 9,000 12, Pemakaian Oksigen 200/liter 30% dari Jasa Sarana 21 Menghisap lendir 5,000 1, Pemakaian Nebuler tiap kali 50,000 15,000 25,000 35, Memasang Infus 10,000 3,000 7, Memasang Kateter 10,000 3,000 7, Memasang Maag Slang 10,000 3,000 7, Lavamen 5,000 5, Ganti Verband 5,000 5, Memasang Spalak 5,000 5, Aff Hecting 5,000 5, Memasang Endi Trachea 5,000 5, Episiotomi 26,000 7,800 13,000 18, Membebaskan jalan nafas dengan Gudel 10,000 3,000 7, Tarif pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1 berlaku pada setiap kelas perawatan meliputi kelas II, kelas I, VIP, VIP Utama, ICU, dan NICU dengan kenaikan tarif sebesar 25% dari kelas rendah ke kelas satu dengan tingkat lebih tinggi. 3. Tarif konsultasi dokter pelayanan gawat darurat ditetapkan sebagai berikut: No Uraian Tarif 1 Dokter Ahli Dokter Umum Dokter Gigi Tarif pelayanan ambulance ditetapkan sebagai berikut : No Jenis Pelayanan Tarif Abonemen (Rp) Tarif Argometer/ Km (Rp) Jasa Sarana (% ) Jasa Pelayanan Tranportasi (% ) Jasa Pelayanan Paramedis (% ) Jasa Medis Umum (% ) 1 Paramedis Medis Umum

28 II. Tarif Pelayanan Rawat Inap : 1. Tarif pemeriksaan pelayanan rawat inap per-hari (diluar BAHP/bahan alat habis pakai) ditetapkan sebagai berikut : No Kelas Jasa Sarana (Rp) Jasa Pelayanan (Rp) Jasa Medik (Rp) 1 Kelas III 20,000 8,000 12,000 2 Kelas II 30,000 9,000 21,000 3 Kelas I 60,000 18,000 42,000 4 Kelas Utama 80,000 24,000 56,000 5 Kelas VIP 120,000 36,000 84,000 6 VIP Utama 160,000 48, ,000 7 ICU 120,000 36,000 84,000 8 NICU 120,000 36,000 84,000 9 RR 60,000 18,000 42, Perawatan bayi sebesar 50% dari perawat ibu. 3. Tarif konsultasi dokter ahli dan konsultasi pertama per-antar bagian ditetapkan sebagai berikut: No Uraian Konsul Dokter Ahli (Rp) 1 Kelas III 10,000 2 Kelas II 15,000 3 Kelas I 20,000 4 Kelas Utama 30,000 5 Kelas VIP 40,000 6 VIP Utama 60,000 7 ICU 60,000 8 NICU 60, Penggunaan tabung Oksigen per-jam Rp ,- 5. Tarif rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk obatobatan, tindakan medik, penunjang medik, jasa konsultasi antar spesialis yang apabila ada dibayar tersendiri oleh pasien. 6. Jasa medik (visite) spesialis di dalam jam kerja adalah sama dengan jasa pelayanan setiap kelas pelayanan untuk satu jenis spesialis. 7. Jasa medik visite spesialis pada hari libur atau di luar jam kerja (cito) menjadi 150% dari jasa pelayanan setiap kelas pelayanan untuk satu jenis spesialisasi dengan catatan maksimal visite yang dibayar hanya 2 kali per hari. 8. Jasa medik (visite) cito yang dilakukan oleh dokter umum dan dokter gigi besarnya tetap, dan maksimal visite yang dibayar hanya satu kali / hari. 9. Besarnya tarif rawat gabung bagi bayi yang lahir di RSUD. H.A. Sulthan daeng Radja Kabupaten Bulukumba meliputi : a. Akomodasinya dikenakan 50% dari tarif akomodasi ibunya. b. Jasa visite spesialis sama dengan jasa visite kelas perawatan ibunya. 28

29 10. Tarif pemeriksaan penunjang diagnostik sebagai berikut : Pemeriksaan laboratorium klinik sebagai berikut : b c a Sederhana (Jenis Pemeriksaan) Jasa Sarana (Rp) Jasa Pelayanan (Rp) Jasa Medik (Rp) jumlah 1 Pemeriksaan Urine Albumin Reduksi Bilirubin Urobilin Sedimen Pemeriksaan Darah - LED HB Leucosit Erytrocit Hematokril CT (waktu pembekuan) BT (waktu pembekuat) Spemtozoa Pemeriksaan Urine - Darah Urine Sputum Reit Serum Golongan Darah Plano test Pacces Cairan Pleura Kelenjar Kulit DRD (Malaria) Sedang (Pemeriksaan Kimia Darah) 1 Glukose darah sewaktu 2 jam / PP puasa Cholesterol Triliserida Bilirubin Tofa I Bilirubin Direct Bilirubin Indicert SGOT SGPT Uric Acid Ureum Kreatinine Alkali Phospatase HDL Cholesterol LDL Cholesterol BUN LDH VDRL Widal WR. Khan HBSAG CPK Canggih 1 Biakan Bakteriologi Test Sentifitas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG TARIF LAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

W A L I K O T A M A T A R A M PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

W A L I K O T A M A T A R A M PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT a W A L I K O T A M A T A R A M PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN

PERATURAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN PERATURAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Lebih terperinci

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan derajat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 6 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 6 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 6 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. b. c. d. Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa hak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan derajat kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan pada Balai Laboratorium

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM TANJUNGUBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang Undang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa Retribusi Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA, Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA, bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan umum

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG - 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS LAINNYA PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 110 ayat (1) huruf

Lebih terperinci

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang Mengingat : : a.

Lebih terperinci

BUPATI GOWA RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

BUPATI GOWA RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 huruf e

Lebih terperinci

BUPATI GOWA RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GOWA RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM LABUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa Retibusi Pelayanan Kesehatan pada Puskesmas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - 1 - Desaign V. Santoso Edit MENTERI KEUANGAN JANUARI 2012 SALINAN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 06 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

B U P A T I B A L A N G A N

B U P A T I B A L A N G A N -1- B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALAK KABUPATEN PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI JASA DAN PELAYANAN KESEHATAN BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU PERATURAN DAERAH KOTA KOTAMOBAGU NOMOR 14 TAHUN 2012 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KOTAMOBAGU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 110

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI Desaign V. Santoso, 30 Maret 2015 Evaluasi Kemenkeu & Provinsi - 1 - SALINAN SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 18 TAHUN 2015

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 18 TAHUN 2015 BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REJANG

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

BUPATI KEPULAUAN YAPEN BUPATI KEPULAUAN YAPEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 156

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL No.01,2014 Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kab.Bantul, Retribusi, Perpanjangan Ijin,Tenaga Kerja Asing PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 18 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 18 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 18 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2013 Menimbang : TENTANG RETRIBUSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - 1 - Desaign V. Santoso Edit 23 Nopember 2011 Desaign V. Santoso Edit Dewan Agustus 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 2007 SERI C R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DAN FASILITAS LAINNYA PADA BADAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - 1 - Desaign V. Santoso Edit Nopember 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN -1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 huruf

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - - 1 - Desaign V. Santoso Edit Nopember 2011 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, : a. bahwa Retribusi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNG MAS, Menimbang : a. bahwa tempat rekreasi olahraga

Lebih terperinci

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK. Tahun. retribusi kewenangan. Daerah

TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK. Tahun. retribusi kewenangan. Daerah PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG UTARA, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

RETRIBUSI TERMINAL TANAH LAUT. Daerah

RETRIBUSI TERMINAL TANAH LAUT. Daerah LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH NOMOR 2 TAHUN 2013 LAUT TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN Menimbang : PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNG MAS, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pemberdayaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - 1 - Desaign V. Santoso Edit MENTERI KEUANGAN JANUARI 2012 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DALAM BENTUK TINJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 17 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG,

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 17 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 17 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 huruf d

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI

Lebih terperinci

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL

QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANDAAN DAN CETAK PETA DIBIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANDAAN DAN CETAK PETA DIBIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANDAAN DAN CETAK PETA DIBIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANDAAN DAN CETAK PETA DIBIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANDAAN DAN CETAK PETA DIBIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANDAAN DAN CETAK PETA DIBIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 110 ayat (1) huruf

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 18 SERI C. 18 TAHUN 2002 ----------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Menimbang : BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNG MAS Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULULUKUMBA Menimbang : a Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG Menimbang: a. ATAS RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 16 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Lebih terperinci