LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH MINGGU BUDDHA VIHARA DHAMMA METTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH MINGGU BUDDHA VIHARA DHAMMA METTA"

Transkripsi

1 LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH MINGGU BUDDHA VIHARA DHAMMA METTA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Model, Strategi, dan Pendekatan Sekolah Minggu Buddha Dosen Pengampu: Sugianto, S.Ag. Oleh: TASIH NIM JURUSAN DHARMADUTA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN TAHUN

2 LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH MINGGU BUDDHA VIHARA DHAMMA METTA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Model, Strategi, dan Pendekatan Sekolah Minggu Buddha OLEH: TASIH NIM TELAH DISETUJUI Oleh, Sugianto, S.Ag. NIP

3 KATA PENGANTAR Dengan memuji hasma Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Buddha Sakyamuni, semoga tiada halangan. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan perlindungan Tri Ratna, penulis dapat menyelesaikan laporan observasi ini. Laporan observasi ini disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Model, Strategi dan Pendekatan Sekolah Minggu Buddha. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari sisi materi maupun dari sisi teknis. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan laporan observasi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata! Semoga semua makhluk hidup berbahagia! Tangerang, Juni 2015 Penulis

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud dan Tujuan... BAB 11 HASIL OBSERVASI 2.1 Profil SMB Vihara Dhamma Metta Peran Guru dan Pengurus Vihara di SMB Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar Anak SMB Gaya Belajar yang Disukai Anak-Anak SMB Hambatan yang Dihadapi Guru dan Cara Mengatasi Strategi Vihara dalam Pengembangan SMB... BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Saran... LAMPPIRAN Pedoman Observasi Pedoman wawancara Foto Dokumentasi

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Minggu Buddha merupakan kegiatan belajar mengajar nonformal yang dilaksanakan di Vihara atau Cetya setiap hari minggu secara rutin. Sekolah Minggu Buddha bertujuan untuk menanamkan saddha/sraddha dan bhakti peserta didik dalam rangka meningkatkan keimanan umat Buddha secara berkesinambungan. Sekolah Minggu Buddha merupakan pelengkapan atau bagian dari pendidikan agama pada satuan pendidikan formal. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya. Buddhisme merupakan suatu Sistem Pendidikan dengan gagasan bahwa manusia memiliki potensi untuk benar-benar membebaskan diri dari semua penderitaan melalui pemahaman benar (sammaditthi). Penekanan pendidikan Buddha mengajar anak-anak cara belajar, cara menikmati belajar, untuk mencintai kebijaksanaan demi kepentingannya sendiri. Memberlajarkan kematangan emosional yang memungkinkan untuk memanfaatkan pengetahuan, menciptakan kehidupan yang bahagia bagi diri sendiri, dan keluarga, serta memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat.

6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 55 tahun 2007 tentangpendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Pasal 44: 1. Sekolah Minggu Buddha merupakan kegiatan belajar mengajar nonformal yang dilaksanakan di Vihara atau Cetya setiap hari Minggu secara rutin. 2. Sekolah Minggu Buddha bertujuan untuk menanamkan saddha/sraddha dan bhakti peserta didik dalam rangka meningkatkan keimanan umat Buddha secara berkesinambungan. 3. Sekolah Minggu Buddha diselenggarakan secara berjenjang atau tidak berjenjang. 4. Sekolah Minggu Buddha merupakan pelengkap atau bagian dari pendidikan agama pada satuan pendidikan formal. 5. Kurikulum Sekolah Minggu Buddha memuat bahan kajian Paritta/Mantram,Dharmagita, Dhammapada, Meditasi, Jataka, Riwayat Hidup Buddha Gotama,dan Pokok-pokok Dasar Agama Buddha. 1.2 Maksud dan Tujuan Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka maksud tujuan penyusunan laporan observasi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Profil Sekolah Minggu Buddha (SMB) Vihara Dhamma Metta. 2. Untuk mengetahui peran guru dan pengurus vihara di Sekolah Minggu Buddha (SMB) Vihara Dhamma Metta. 3. Untuk mengetahui gaya belajar anak-anak Sekolah Minggu Buddha (SMB) Vihara Dhamma Metta. 4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar anak SMB Vihara Dhamma Metta. 5. Untuk mengetahui gaya belajar yang disukai anak-anak SMB Vihara Dhamma Metta. 6. Untuk mengetahui tugas guru dalam memahami gaya belajar anak SMB Vihara Dhamma Metta.

7 BAB II HASIL OBSERVASI 2.1 Profil Sekolah Minggu Buddha (SMB) Berdasarkan berbagai informasi dan sumber dari para sesepuh serta perintis perkembangan agama Buddha di Desa Cijantra, cibeleng, Gunung Batu dan sekitarnya bahwa: Pada era tahun an banyak umat Buddha warga Negara Indonesia keturunan tionghoa yang beragama Buddha secara tradisi mereka datang ke tempat ibadah pada Ce It dan Cap Go meski dengan berjalan kaki menelusuri jalan setapak demi setapak, yang jalannya kurang lebih 1 km sampai 2 km dan jalan utamanya masih sangat becek bahkan kendaraan roda empat juga sulit dan sangat jarang masuk ke daerah ini. Pada awalnya Vihara Dhamma Metta ini, masih berbentuk sebuah Cetiya kecil yang sering di kunjungi oleh Bhikkhu Sakya Sakti ( Suhu Acong) dari Jakarta. Awalnya numpang di rumah empe Acin, kemudian secara permanen di berikan lokasi tanah oleh empe Tan An Tan (Kini sudah Almarhum). Pembinaan selanjutnya oleh romo Argan (O.wangulimala) berserta teman-teman seperti Tan Hok Liang, Erry,dll. Perintis dua tersebut yang masih kami ingat seperti Bapak The Kong Bie, Lim Jok Kin (Alm), The Ji Tjoan (Alm), The Kim Tjong, Thio Hok Seng (Alm), Empe Uwing ketua Cetiya priode ke II (Alm) Bapak Suherman, Ko Eben (Alm) Bapak Sun Eng, Ibu Wan Ih, dan masih banyak lagi yang tidak bisa kami ingat satu persatu. Cetiya Dhamma Metta yang sekarang telah berubah status menjadi Vihara Dhamma Metta pernah mengalami renovasi sebanyak 3 kali hingga dalam bentuk yang sekarang. Pada eriode tahun Vihara Dhamma Metta waktu itu masih Cetiya pernah mengalami pasang surut dan bangkit kembali setelah ada seorang Bhikkhu menjalani Vassa yaitu Bhikkhu asal Gonbog yaitu Bhikkhu Punnakaro kini keduanya kembali sebagai umat biasa yang kita kenal Maha Pandita T.Harmanto, saat ini dia menjadi Ketua Pembina, dan Iwan Sugandhi sebagai ketua harian Yayasan Dhamma Metta.

8 Vihara Dhamma Metta berada di sebuah tempat yang agak jauh dari penduduk pada umumnya rumah ibadah yang sunyi dan cocok untuk melatih meditasi dan membina diri bagi seorang Bhikkhu, Samanera dan umat yang mencari ketenangan batin. Waktu itu vihara tidak ada pagar atau terbuka dan sebuah kuti yang terbuat dari pohon bambu dan atap yang terbuat dari daun kirai yang di bangun oleh Cek In Tjoa dan beberapa umat lainnya di bawah sebuah pohon jengkol yang rindang, sekarang telah di bangun Bodhi Plaza. Bangunan pagar batako keseluruhannya adalah sumbangan dari Bapak Wibisono Soentoso seorang umat Buddha dari Tangerang yang sangat peduli serta Dermawan bagi Vihara Dhamma Metta dan juga terhadap pembangunan vihara-cetiya di berbagai tempat dan luas daerah. Hingga saat ini, semoga jasa mulia, kebajikan beliau sekeluarga akan senantiasa berbuah kebahagiaan yang tiada tara. Bahkan tidak sampai disini, Bapak Wibisono masih terus memberikan kepedulian yang luar biasa, ketika tanah yang telah ada bangunan Vihara Dhamma Metta akan di ambil alih oleh ahli waris lainnya, maka Bapak Wibisono membeli tanah tersebut seluruhnya dan kemudian di hibahkan kepada Yayasan Dhamma Metta. Demikian seklimit sejarah perjalanan Vihara Dhamma Metta, sudah sepatutnya kita sebagai umat Buddha harus menjaga dan melestarikan demi perkembangan umat Buddha semua di wilayah tersebut yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang. Saat ini Vihara Dhamma Metta baru memiliki sebuah kuti, dapur, 2 kamar mandi dan toilet serta ruang seba guna, merangkap ruang sekolah minggu dan masih 2 ruang kantor dan perpustakaan dan gudang. Keseluruhannya keadaannya sudah cukup memperihatinkan terutama Dhammasala sudah mengalami kerusakan atau lapuk dan perlu di renovasi segera. Pengurus dan umat Buddha setempat telah menambah pembelian tanah untuk perluasan Vihara seluas kurang lebih 400m2 ke arah belakang dari bangunan yang ada.

9 2.2 Peran Guru dan Pengurus di SMB 1. Sebagai organisator dalam kegiatan belajar mengajar di SMB 2. Sebagai sumber informasi yang menarik bagi anak sekolah minggu 3. Mendorong siswa untuk belajar motivator 4. Pendiagnosaan kesulitan anak-anak serta pemberian bantuan sesuai kebutuhan anak sekolah minggu 5. Penyediaan materi dalam kesempatan belajar bagi anak sekolah minggu 6. Guru mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti anak sekolah minggu 2.3 Gaya Belajar Anak-anak SMB Gaya belajar merupakan cara seseorang dalam menerima hasil belajar dengan tingkat penerimaan yang optimal dibandingkan dengan cara lain. Gaya belajar anak-anak SMB Vihara Dhamma Metta sangatlah bermacam-macam, hal ini dikarenakan adanya faktor dari dalam maupun dari luar dirinya. Di bawah ini adalah anak-anak sekolah minggu yang penulis berhasil mewawancarai: 1) Nama : Amelia Tempat Tanggal Lahir :Tangerang, 06 Desember 2004 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Buddha Alamat : Rt 002/005 Ds. Cijantra Sekolah : SD Negeri Cijantra II Ds. Cijantra Kelas : IV Anak Ke : Delapan Gaya Belajar Gaya belajar yang paling disukai Amelia adalah dengan gaya belajar visual (melihat). Menurut Amelia sendiri dengan menggunakan gaya belajar visual dapat mempermudah dirinya di dalam proses belajar jika dibandingkan dengan gaya belajar yang lainnya. Gaya belajar visual yang digunakan sangat membantu Amelia dalam menempuh proses belajarnya

10 baik di rumah, sekolah, vihara (SMB), dan lain sebagainya. Banyak perubahan yang sudah terjadi ketika Amelia menentukan untuk menggunakan gaya belajar visual, salah satunya adalah adanya prestasi dalam belajarnya yang terus meningkat. Hasil belajarnya sangatlah memuaskan dan menyenangkan karena nilainya selalu bagus walaupun terkadang menurun. Namun hal tersebut tidaklah mematahkan semangat belajarnya, Amelia terus belajar dengan tekun dan rajin sehingga prestasi belajar yang sudah baik dapat dipertahankan. 2) Nama : Aulia Intan Tempat Tanggal Lahir :Tangerang, 20 April 2004 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Buddha Alamat : Rt 002/005 Ds. Cijantra Sekolah : SD Negeri Cijantra I Ds. Cijantra Kelas : V Anak Ke : Satu Gaya Belajar Gaya belajar yang paling disukai Aulia Intan adalah dengan gaya belajar visual (melihat). Menurut Aulia Intan sendiri dengan menggunakan gaya belajar visual dapat mempermudah dirinya ketika menyerap materi pelajaran dari gurunya. Gaya belajar visual yang digunakan sangat membantu Aulia Intan dalam menempuh proses belajarnya baik di rumah, sekolah, vihara (SMB), dan lain sebagainya. Banyak perubahan yang sudah terjadi ketika Aulia Intan menentukan untuk menggunakan gaya belajar visual, salah satunya adalah adanya prestasi dalam belajarnya yang terus meningkat. Hasil belajarnya sangatlah memuaskan dan menyenangkan karena nilainya selalu bagus walaupun terkadang menurun. Namun hal tersebut tidaklah mematahkan semangat belajarnya, Amelia terus belajar dengan tekun dan rajin sehingga prestasi belajar yang sudah baik dapat dipertahankan.

11 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar anak SMB 1) Faktor perhatian dan minat Rasa ingin tahu yang tinggi dan kemauan atau kehendak yang dimiliki oleh anak sekolah minggu sangatlah mempengaruhi corak perbuatan yang dilakukannya. Walaupun anak sekolah minggu mampu dalam mempelajari sesuatu, tetapi apabila tidak mempunyai minat atau tidak ada kehendak untuk mempelajarinya maka anak sekolah minggu tidak akan bisa untuk mengikuti proses belajar secara efektif. 2) Faktor motivasi Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, faktor ini juga memegang peranan yang tidak kalah penting dengan yang di atas. Dengan tidak adanya motivasi yang baik dan membangun anak sekolah minggu akan menyebabkan kurang bersemangatnya setiap individu dalam melakukan proses belajar. 3) Kepribadian Faktor kepribadian seseorang juga memegang peranan dalam belajar. Orang tua terkadang melupakan faktor ini, yaitu anak adalah makhluk kecil yang memiliki kepribadian sendiri. Fase perkembangan seorang anak tidaklah selalu sama. Sebagai orang tua hendaknya selalu memberikan dukungan dan perhatian yang lebih kepada anak-anaknya, karena seorang anak akan bersikap seperti apa yang ia tangkap ketika kedua orang tuanya melakukan sesuatu. Orang tua memegang peranan yang sangat penting terhadap tumbuh dan berkembangnya seorang anak. 2.5 Gaya Belajar yang Disukai Anak-anak SMB Setiap anak memiliki gaya tersendiri dalam belajarnya, gaya belajar yang disukai oleh anak-anak SMB adalah gaya belajar visual. Hal tersebut merupakan salah satu gaya belajar yang dimiliki oleh anak sekolah minggu Vihara Dhamma Metta, bagi anak sekolah minggu gaya belajar visual memegang peranan penting

12 yaitu dengan gaya penglihatannya. Dalam hal ini metode pembelajaran yang digunakan seorang guru sebaiknya lebih menitik beratkan pada bagaimana tampilan media yang digunakan, dengan mengajak anak sekolah minggu untuk mengikuti pembelajarannya atau dengan cara menunjukan alat peraga langsung pada anak sekolah minggu seperti media pembelajaran yang menarik (puzzle, pop up, monopoli, dan lain-lain.) 2.6 Tugas Guru dalam Memahami Gaya Belajar Anak SMB 1) Memahami potensi anak yang tersembunyi dan mendorongnya supaya berkembang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. 2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan memberikan bantuan jika anak membutuhkan. 3) Menghargai potensi anak yang berkebutuhan khusus. 4) Mendorong anak untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan memberikan penghargaan atas prestasi yang telah dicapai. 5) Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar anak. 6) Memberikan evaluasi yang dapat mendorong terjadinya umpan balik dan semangat anak dalam mempelajari materi yang lebih dalam.

13 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika menyadari bahwa bagaimana seseorang menyerap dan mengolah informasi, belajar dan berkomunikasi menjadi sesuatu yang mudah dan menyenangkan. Prestasi belajar yang baik pasti ditentukan oleh gaya belajar yang baik pula, setiap anak sekolah minggu pasti memiliki gaya belajar yang berbeda. Gaya belajar memiliki nilai positif dan negatif begitu juga dengan dampaknya kepada orang tersebut dan di sekelilingnya. Pengaruh gaya belajar dalam prestasi adalah proses cara belajar anak itu sendiri dalam memahami materi yang telah diberikan. Gaya belajar yang tidak baik maka hasilnya tidak akan baik, mutu pendidikan dan lingkungan sekitar sangat menentukan prestasi dalam belajar. 3.2 Saran Diharapkan kepada guru atau pembimbing sekolah minggu dapat melakukan proses pembelajaran dengan rasa suka ketika mengajar, karena hal itu akan mempermudah cara belajar anak sekolah minggu sehingga guru atau pembimbing sekolah minggu tidak akan merasa terpaksa dan cenderung semakin menikmati pembelajaran tersebut. Dengan adanya suasana yang nyaman maka akan memberikan kenikmatan tersendiri dalam proses pembelajaran, sehingga terciptalah suasana yang kondusif. Dengan demikian akan menjadikan proses pembelajaran yang lebih berkualitas.

14

15 DATA ANAK SEKOLAH MINGGU BUDDHA VIHARA DHAMMA NO NAMA TEMPAT TANGGAL LAHIR KELAS 1 Amel Tangerang, 16 Desember 2005 IV 2 Angelia Wangsa Mulia Tangerang, 12 Januari 2004 V 3 Angga Wijaya Tangerang, 25 Juli 2005 V 4 Ariya Panna Tangerang, 07 November 2005 IV 5 Aulia Intan Tangerang, 20 April 2004 V 6 Alpian Tangerang, 10 Agustus 1999 X 7 Alesia Wulandari Tangerang, 18 Juli 2000 IX 8 Devina Metta Sari Tangerang, 27 Desember 2004 V 9 Donni Kristian Tangerang, 31 Desember 2006 III 10 Enjelina Tangerang, 27 November 2006 III 11 Helen Frans Siska Tangerang, 09 September 2002 VIII 12 Cheslie Tan Sia Tangerang, 28 April 2008 I 13 Erdiyansyah Saputra Tangerang, 10 Juli 2005 IV 14 Luis Tangerang, 04 Desember 2004 III 15 Stevhen Tangerang, 18 Maret 2001 IX 16 Fernando Tangerang, 23 Desember 2000 IX 17 Melsa Oktaviani Tangerang, 07 Oktober 2001 VIII 18 Siska Tangerang, 12 Juli 2006 II 19 Queen Evelin - II 20 Kiki Sapitri Tangerang, 04 Oktober 1998 X 21 Kaka Putra Gautama Tangerang, 14 Juni 2004 V 22 Yunie Tangerang, 10 April 2001 IX 23 Natalia Christin Tangerang, 14 Desember 2002 VI 24 Teddy Christian Tangerang, 19 Desember 2000 VIII 25 Merline Tangerang, 26 Juni 1998 XII 26 Natalia Oktavia Tangerang, 12 Desember 2002 VII 27 Putra Sekar Mayang Wijaya Halim Tangerang, 29 April 2007 II 28 Krisna Wijaya Tangerang, 21 Oktober 2001 VIII 29 Stanley Tangerang, 26 September 2001 VIII 30 Gestin Raharja Tangerang, 13 April 2005 IV 31 Homi Rosiadi Tangerang, 18 November 2000 IX 32 Deni Tangerang, 10 Desember VII 33 Gebil Tangerang, 05 Desember 2007 II 34 Sisil Tangerang, 14 September 2008 I 35 Jenny - TK 36 Yuda Hermawan Nita Angel Ita Tangerang, 14 Agustus 2003 VI 38 Sila Tangerang, 06 Maret 2008 II 39 Rizky Tangerang, 18 Oktober 2005 III 40 Ferdian Tangerang, 26 Maret 2000 X 41 Septiawan Tangerang, 03 September 1999 IX 42 Rio Suhendi Tangerang, 19 April 1999 XI 43 Marselinda - II 44 Natasya Tantri Tangerang, 13 September 2006 III 45 Santi Adelia Tangerang, 13 Mei 2004 V 46 Merry Kristin - III

16 47 Kristin Tangerang, 22 Juni 1998 XIII 48 Stevani Agatha Tangerang, 23 Agustus 1999 X

17 A METTA NAMA SEKOLAH SDN Cijantra 2 SDN Medang Lestari SDN Bojong Nangka JFK School Citra Raya SDN Cijantra 1 SMK PGRI 31 Legok SMPN 2 Pagedangan SDN Bojong Nangka SD Perguruan Buddhi SDN Cijantra 1 SMPN 2 Pagedangan SDN Pagedangan 2 SDN Cijantra 1 SDN Cijantra 1 SMP PGRI 184 Legok SMP PGRI 184 Legok SMP PGRI 184 Legok SDN Cijantra 2 SDN Cijantra 1 SMK PGRI 31 Legok SDN Cijantra 1 SMPN 2 Pagedangan SDN Legok 1 SMP Buddhi SMK PGRI 31 Legok SMP PGRI 184 Legok SDN Cijantra 1 SMP PGRI 184 Legok SMP 1 Pagedangan SDN Medang Lestari SMP PGRI 184 Legok SMP PGRI 184 Legok SDN Cijantra SDN Cijantra 2 JFK School Citra Raya SDN Medang Lestari SMAN 23 Kab. Tangerang SMP PGRI 184 Legok SMK Setia Bakti SDN Cijantra 1 SDN Cijantra 1 SDN Cijantra 1 SDN Cijantra 1

18 SMA Perguruan Buddhi SMK Perguruan Buddhi

19 FOTO DOKUMENTASI Sesudah wawancara dengan Amel Wawancara dengan Amel Wawancara dengan Intan Amel Gaya belajar Intan Gaya belajar Amel Amel dan Intan Bersama anak-anak SMB

20

21

22 PEDOMAN OBSERVASI Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati gaya belajar anak sekolah minggu di Vihara Dhamma Metta yang meliputi: A. Tujuan: Untuk memperoleh informasi dan data tentang gaya belajar anak sekolah minggu di Vihara Dhamma Metta. B. Aspek yang diamati: 1. Atitude (sikap) 2. Cara belajar 3. Kemampuan memahami materi dalam belajar 4. Kemampuan dalam menerapkan dan mengimplementasikan materi yang sudah dipelajari 5. Kemampuan dalam evaluasi belajar PEDOMAN WAWANCARA 1. Persiapan 1) Menentukan tujuan Untuk mengetahui gaya belajar anak sekolah minggu di Vihara Dhamma Metta. 2) Menetapkan bentuk pertanyaan a. Diantara tiga jenis gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik) gaya belajar mana yang paling disukai? b. Kenapa lebih suka belajar dengan cara (sebutkan gaya belajar)? c. Bagaimana hasil dari gaya belajar yang diterapkan? 3) Menetapkan responden yang diperkirakan sebagai sumber informasi a. Amelia b. Intan 4) Menetapkan jumlah responden yang akan diwawancarai Jumlah responden yang akan diwawancari yaitu sebanyak 2 orang. 5) Menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara Jadwal pelaksanaan wawancara tanggal 24 Mei 2015, di Vihara Dhamma Metta.

23 6) Mengadakan hubungan dengan responden Peneliti melakukan pendekatan dengan responden, kemudian melakukan wawancara dengan responden. 2. Pelaksanaan 1) Memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi a. Diantara tiga jenis gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik) gaya belajar mana yang paling disukai? b. Kenapa lebih suka belajar dengan cara (sebutkan gaya belajar)? c. Bagaimana hasil dari gaya belajar yang diterapkan? d. Mengadakan wawancara Peneliti melakukan wawancara dengan responden. 3. Penutup 1) Menyusun hasil wawancara Peneliti menyusun atau menulis kembali hasil wawancara secara detail. 2) Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara Peneliti mengecek kembali data wawancara dengan responden.

24

25

Buddha di Desa Rancaiyuh.

Buddha di Desa Rancaiyuh. ARIYA DIPASENA BUAH DARI SUATU PERJUANGAN PANJANG Mayarakat Desa Rancaiyuh, khususnya warga keturunan Tionghoa rata-rata beragama Buddha yang tertera di KTP. Akan tetapi, masih banyak dari mereka yang

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. wilayah lokasi KKN bagi Kelompok III. Masyarakat yang heterogen terdiri dari

BAB III PENUTUP. wilayah lokasi KKN bagi Kelompok III. Masyarakat yang heterogen terdiri dari BAB III PENUTUP 3. 1. Simpulan Desa Cijantra, Kecamatan Pagedagangan, Kabupaten Tangerang merupakan wilayah lokasi KKN bagi Kelompok III. Masyarakat yang heterogen terdiri dari berbagai kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA

KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA No.1384, 2014 KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perjalanan hidup manusia tidak terlepas tanpa bimbingan agama. Agama merupakan sumber moral, petunjuk kebenaran dan sebagai pembimbing rohani manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

POLA PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU BUDDHA DI DHAMMA METTA, TANGERANG BANTEN ARTIKEL SKRIPSI

POLA PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU BUDDHA DI DHAMMA METTA, TANGERANG BANTEN ARTIKEL SKRIPSI POLA PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU BUDDHA DI DHAMMA METTA, TANGERANG BANTEN ARTIKEL SKRIPSI Oleh: YUNIAWATI NIM 0250113010540 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN 2017 LEMBAR PERSETUJUAN

Lebih terperinci

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015 Kebahagiaan Berdana Diposkan pada 02 Desember 2015 Berdana dan melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari, itulah berkah utama Kehidupan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Hari berganti bulan

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Buddhism atau yang biasa dikenal sebagai ajaran Agama Buddha, merupakan salah satu filsafat tua dari timur yang ikut berkembang di Indonesia sejak abad ke 5. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai

Lebih terperinci

VIHARA DHAMMA MANGGALA

VIHARA DHAMMA MANGGALA PERMOHONAN BANTUAN DANA PEMBANGUNAN KUTI DAN PAGAR VIHARA VIHARA DHAMMA MANGGALA KABUPATEN BANYUWANGI Nomor : 02/ VDM-SBG/X/2016 Kepada Sifat : Penting Yth. Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan

Lebih terperinci

PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI

PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI Oleh DWI SRI MUKTI NIM 0250112020505 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN Disusun oleh : Nama : Annisa Candra Sekar NIM : 5401409029 Prodi : PKK S1 (Tata Busana) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat (long life education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, dengan demikian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002 KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG. Disusun oleh: : Anik setyo Utami Nim : Program studi : Pendidikan IPA

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG. Disusun oleh: : Anik setyo Utami Nim : Program studi : Pendidikan IPA LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG Disusun oleh: Nama : Anik setyo Utami Nim : 4001409004 Program studi : Pendidikan IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak: STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA Oleh: Warsito Abstrak: Perkembangan Dharmaduta di Indonesia telah berkembang pesat sejak masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DI SEKOLAH PERGURUAN BUDDHI ARTIKEL SKRIPSI

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DI SEKOLAH PERGURUAN BUDDHI ARTIKEL SKRIPSI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DI SEKOLAH PERGURUAN BUDDHI ARTIKEL SKRIPSI Oleh: DEASSYANA TARADIPA NIM 0250113010520 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA

Lebih terperinci

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) SMP NEGERI 1 JATIROTO Alamat : Jln. Jatiroto Jatisrono, Wonogiri Tlp. (0273) blog : -

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) SMP NEGERI 1 JATIROTO Alamat : Jln. Jatiroto Jatisrono, Wonogiri Tlp. (0273) blog : - KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat, nikmat, dan karunia- Nya lah kami dapat menyelesaikan Proposal Program kerja ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Proposal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya,

Lebih terperinci

PERWIRA. Metta Amurwa Bhumi Kusumo 1), Deassyana Taradipa 2), Liza Jayanty 3) 2 Dharmacarya,STABN Sriwijaya

PERWIRA. Metta Amurwa Bhumi Kusumo 1), Deassyana Taradipa 2), Liza Jayanty 3)   2 Dharmacarya,STABN Sriwijaya PERWIRA Metta Amurwa Bhumi Kusumo 1), Deassyana Taradipa 2), Liza Jayanty 3) 1 Dharmacarya, STABN Sriwijaya Email: amurwa.bhumi16@gmail.com 2 Dharmacarya,STABN Sriwijaya Email: deassyanataradipa@yahoo.com

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN IMPLEMENTASI MUATAN LOKAL BACA TULIS AL-QURAN BAGI PESERTA DIDIK YANG BERAGAMA ISLAM PADA SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan kehidupan bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya pendidikan adalah salah satu proses yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya pendidikan adalah salah satu proses yang berlandaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan adalah salah satu proses yang berlandaskan usaha sadar yang bertujuan memanusiakan manusia, dan mencerdaskan serta menyadarkan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan langsung, pada lokasi pembelajaran yaitu di kampus SMA Negeri 10 Garut yang beralamatkan

Lebih terperinci

RATNA DWI WULANDARI NIM

RATNA DWI WULANDARI NIM PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS VIII SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Pernahkah anda merenungkan seberapa baik anda memanfaatkan waktu yang anda miliki? Dapat dipastikan jawabannya adalah TIDAK. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan

Lebih terperinci

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Rini Rahmawati NIM K 7402135 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam perwujudannya sebagai individu yang menjadi bagian integral dari masyarakatnya. Dua sisi perwujudan ini

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan ASUHAN KEBIDANAN KOMPERHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. Q UMUR 36 TAHUN G2P1A0 SUSPEC HAMIL 8 MINGGU 5 HARI DI PUSKESMAS PATIKRAJA 1 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, sebagai pembimbing dalam memecahkan setiap persoalan yang ada. Sehingga dengan pendidikan akan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Berikut adalah lampiran pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada sekolah SMA. Santa Patricia berdasarkan metode penelitian wawancara.

LAMPIRAN. Berikut adalah lampiran pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada sekolah SMA. Santa Patricia berdasarkan metode penelitian wawancara. L1 LAMPIRAN Berikut adalah lampiran pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada sekolah SMA Santa Patricia berdasarkan metode penelitian wawancara. Wawancara ini diikuti oleh kepala sekolah serta kelompok

Lebih terperinci

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar seseorang dalam mendapatkan bekal ilmu pengetahuan yang tidak hanya bermanfaat untuk masa sekarang melainkan bermanfaat

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemeluk tradisi Kadam biasanya disebut dengan Kadampa. Kata Kadampa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemeluk tradisi Kadam biasanya disebut dengan Kadampa. Kata Kadampa BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan Pemeluk tradisi Kadam biasanya disebut dengan Kadampa. Kata Kadampa berasal dari bahasa Tibet, secara ringkas berarti mereka yang dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI DARI NEGATIF LEGISLATOR

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI DARI NEGATIF LEGISLATOR ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI DARI NEGATIF LEGISLATOR KE POSITIF LEGISLATOR DALAM PERKARA JUDICIAL RIVIEW (STUDI TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO 14/PUU-XI/2013) SKRIPSI Oleh : INDRA FATWA

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian. penelitian skripsi dengan judul Pengaruh Beban Kerja, Kompensasi,

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian. penelitian skripsi dengan judul Pengaruh Beban Kerja, Kompensasi, 103 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian A. PENGANTAR Saya adalah Mahasiswi dari Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul yang sedang melakukan penelitian skripsi dengan judul

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN. Kegiatan KKN yang dilaksanakan di Posko III (Desa Cijantra) lebih

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN. Kegiatan KKN yang dilaksanakan di Posko III (Desa Cijantra) lebih BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1. Program Kerja Kegiatan KKN yang dilaksanakan di Posko III (Desa Cijantra) lebih mengutamakan pada pengabdian masyarakat secara nyata di Desa Cijantra. Kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusianya. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (GBHN 1973).

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (GBHN 1973). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (GBHN 1973).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Di tengah-tengah kehidupan moderen dan pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Di tengah-tengah kehidupan moderen dan pesatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius. Sifat religius bangsa Indonesia ditegaskan di dalam Pancasila sebagai dasar negara yaitu pada sila Ketuhanan

Lebih terperinci

DENNIS FRANSISCO F

DENNIS FRANSISCO F ANALISIS PENGARUH PENGELURAN PEMERINTAH KABUPATEN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KAWASAN SUBOSUKOWONOSRATEN PADA TAHUN 2010-2015 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat - Syarat

Lebih terperinci

(Skripsi) OLEH: RESNAWATI

(Skripsi) OLEH: RESNAWATI HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PESISIR SELATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 (Skripsi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

PERANAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENGURANGI PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMP NEGER1 1 KALIGONDANG TAHUN PELAJARAN

PERANAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENGURANGI PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMP NEGER1 1 KALIGONDANG TAHUN PELAJARAN PERANAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENGURANGI PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMP NEGER1 1 KALIGONDANG TAHUN PELAJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh derajat

Lebih terperinci

Oleh : Sri Handayani NIM K

Oleh : Sri Handayani NIM K Hubungan antara lingkungan belajar dan persepsi siswa tentang jurusan yang diminati dengan prestasi belajar siswa kelas X S M A N e g e r i 3 S u k o h a r j o tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Sri Handayani

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : 3301409100 Jurusan/Prodi : HKn/PPKn FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau. kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau. kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG Disusun Oleh Nama : Putri Indah Kurniawati NIM : 3401409075 Prodi : Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DI TK NEGERI SIWI RAHAYU SOLO DENGAN PELATIHAN SENI DAN BUDAYA

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DI TK NEGERI SIWI RAHAYU SOLO DENGAN PELATIHAN SENI DAN BUDAYA PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DI TK NEGERI SIWI RAHAYU SOLO DENGAN PELATIHAN SENI DAN BUDAYA BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Diusulkan oleh:

Lebih terperinci

INTERAKSI GURU DENGAN SISWA SEBAGAI PROSES PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 4 KUTASARI TAHUN AJARAN 2015/2016

INTERAKSI GURU DENGAN SISWA SEBAGAI PROSES PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 4 KUTASARI TAHUN AJARAN 2015/2016 INTERAKSI GURU DENGAN SISWA SEBAGAI PROSES PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 4 KUTASARI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di tengahtengah kompleksitas

Lebih terperinci

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DESA MADU SARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007 Menimbang : Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12 Jakarta 14350 Vihara Mendut, Kotak Pos 111, Kota Mungkid 56501 Magelang KEPUTUSAN SIDANG Nomor : 01/PA/VII/2007 TATA TERTIB SIDANG MAHASANGHASABHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015 Dhamma Inside Vol. 23 - Oktober 2015 Bersikap Ramah Standar Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri Bersikap Ramah Oleh : Bhikkhu Santacitto Pada umumnya, ramah dipahami sebagai sikap positif yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor : 01/RAPIM-I/II/01 MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 BAB I : PROGRAM PELAKSANAAN KEGIATAN 2001 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA Pasal 1 : Program

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Disusun Oleh : Gangsar Indra Permana Putra (11.02.7947) Kelompok A Citra 1 PANCASILA Drs. M Khalis Purwanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013 LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013 Disusun oleh : Nama : Damar Aji Widiarso NIM : 3101409034 Prodi. : Pend Sejarah FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan Pada Program Pendidikan Diploma III Kebidanan

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan Pada Program Pendidikan Diploma III Kebidanan ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF IBU HAMIL TM III, BERSALIN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA SUNTIK 3 BULAN PADA NY.S USIA 30 TAHUN G2P1A0 USIA KEHAMILAN 39 MINGGU DI BPM NY. UMI KHAMIDAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013 BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013 Hak Cipta 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : 21 SLB Widya Bhakti Semarang didirikan sejak tahun 1981 di atas lahan seluas 1548 meter persegi dengan luas bangunan 546 meter persegi

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) merupakan bentuk pendidikan yang berbasis kemasyarakatan dengan tujuan untuk melatih mahasiswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan dengan dibekali potensi yang luar biasa oleh Sang Pencipta, baik aspek-aspek yang berkaitan dengan jasmaniah maupun rohaniah. Kenyataannya

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN. Yang bertanda tangan di bawah ini : Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 2 Agustus 1989

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN. Yang bertanda tangan di bawah ini : Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 2 Agustus 1989 DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Maulana Syarif Hidayatullah Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 2 Agustus 1989 Jenis Kelamin : Laki laki Agama : Islam Bangsa/Suku : Indonesia/Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia dalam memperoleh ilmu dan wawasan. Pendidikan formal maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia dalam memperoleh ilmu dan wawasan. Pendidikan formal maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok yang diperlukan bagi setiap manusia dalam memperoleh ilmu dan wawasan. Pendidikan formal maupun nonformal merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung melalui tahaptahap berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (STUDI KASUS : PADA KPP PRATAMA TANGERANG TIMUR) SKRIPSI Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK DR. IMRAN AKHMAD, M.PD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia. Di samping itu, pendidikan

Lebih terperinci