ECONOMIC LOAD DISPATCH UNIT PEMBANGKIT TERMAL MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN DENGAN MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ECONOMIC LOAD DISPATCH UNIT PEMBANGKIT TERMAL MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN DENGAN MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR - TE ECONOMIC LOAD DISPATCH UNIT PEMBANGKIT TERMAL MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN DENGAN MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM Ridho Syahrial Ibrahim NRP Dosen Pembimbing Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, S.T., M.T. Ir. Arif Musthofa, S.T., M.T. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

2 FINAL PROJECT - TE ECONOMIC LOAD DISPATCH OF THERMAL UNITS CONSIDERING WIND ENERGY CONVERSION SYSTEM INTEGRATION USING FIREFLY ALGORITHM Ridho Syahrial Ibrahim NRP Advisor Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, S.T., M.T. Ir. Arif Musthofa, S.T., M.T. ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT Faculty Of Industrial Technology Sepuluh Nopember Institute Of Technology Surabaya 2017

3 PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas Akhir saya dengan judul Economic Load Dispatch Unit Pembangkit Termal Mempertimbangkan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin dengan Menggunakan Firefly Algorithm adalah benar benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diijinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri. Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar pustaka. Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Surabaya, 14 Desember 2016 Ridho Syahrial Ibrahim NRP :

4 [halaman ini sengaja dikosongkan]

5

6 [halaman ini sengaja dikosongkan]

7 ECONOMIC LOAD DISPATCH UNIT PEMBANGKIT TERMAL MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN DENGAN MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM Ridho Syahrial Ibrahim Dosen Pembimbing I : Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, S.T., M.T. Dosen Pembimbing II : Ir. Arif Musthofa, M.T. ABSTRAK Dengan maraknya isu global warming dan keterbatasan sumber daya alam, maka mulai banyak dibangun pembangkit-pembangkit tenaga listrik dengan renewable energy, salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga angin, yang merupakan energi menjanjikan yang ramah lingkungan dan low cost. Namun, penambahan pembangkit tenaga angin pada sistem tenaga listrik memberikan tantangan baru pada masalah perencaan pembangkitan daya dari semua pembangkit. Sifat angin yang tidak menentu dalam suatu interval waktu membuat daya outputnya tidak dapat stabil, sehingga dalam perencanaan pembangkitan daya outputnya, faktor ketidakstabilan ini seharusnya turut dipertimbangkan. Sehingga, operator sebagai pemilik sistem tenaga listrik, tidak justru menjadi rugi dengan adanya penambahan pembangkit tenaga angin dikarenakan biaya pembangkitan menjadi naik. Pada tugas akhir ini, Metode optimasi untuk biaya pembangkitan yang digunakan adalah firefly algorithm dengan 3 sistem uji yang didapat dari jurnal IEEE. Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk tiga sistem uji yang digunakan, firefly algorithm dapat menyelesaikan permasalahan economic load dispatch mempertimbangkan penambahan pembangkit tenaga angin ini lebih baik dari beberapa metode yang dibandingkan, dengan nilai penghematan total biaya berkisar antara 0.32% ($50) hingga 9.27% ($11884). Kata Kunci : Economic Load Dispatch, firefly algorithm, pembangkit tenaga angin i

8 [halaman ini sengaja dikosongkan] ii

9 ECONOMIC LOAD DISPATCH OF THERMAL UNITS CONSIDERING WIND ENERGY CONVERSION SYSTEM INTEGRATION USING FIREFLY ALGORITHM Ridho Syahrial Ibrahim Supervisor I : Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, S.T., M.T. Supervisor II : Ir. Arif Musthofa, M.T. ABSTRACT With the recent issues about global warming and the low quantity of unrenewable resources, there are plenty of electricity generator with renewable sources built. Wind Energy Conversion System (WECS) generates electricity by using wind power that rotates its turbine. But the uncertanity of wind gives a new challenge for economic load dispatch problem. The electricy output power from WECS can not be fixed-set so there are probabilities it generates below or higher as planned. This uncertainty should be considered so the operator, as the owner of the electricty power system, can decide whether it is best for them to use or not use the WECS, or how much power to generate, so they can get the optimum generation cost. In this final project, we use firefly algorithm as a method to optimize the generation cost of 3 test-system taken from IEEE paper. The result shows that firefly algorithm is able to complete economic load dispatch of thermal units considering Wind Energy Conversion System integration problem with a better result next to others compared methods. The total cost savings are varies between 0.32% ($50) upto 9.27% ($11884). Keywords : economic load dispatch, wind turbine, wind energy conversion system, firefly algorithm iii

10 [halaman ini sengaja dikosongkan] iv

11 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul ECONOMIC LOAD DISPATCH UNIT PEMBANGKIT TERMAL MEMPERTIM- BANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN DENGAN MENGGUNAKAN FIREFLY ALGORITHM. Dalam menyelasaikan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan dan informasi dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT, karena atas izinnya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Serta Nabi Muhammad SAW sebagai inspirator dan tuntunan penulis. 2. Bapak Hilmi Chamid dan Ibu Lilik Purwaningsih yang telah membesarkan penulis. 3. Bapak Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, S.T., M.T. dan Bapak Ir. Arif Musthofa, M.T. selaku dosen pembimbing pengerjaan tugas akhir yang telah membimbing dan memberikan bantuan demi kelancaran pengerjaan tugas akhir. 4. Nadia Hanum, S.Ikom, yang selalu menemani dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Seluruh Bapak-Ibu dosen dan karyawan Teknik Elektro ITS yang telah memberikan bayak ilmu kepada penulis. 6. Sahabat-sahabat penulis yang membantu dalam penulisan tugas akhir, Yauri, Fattah, Dhimas, Bagus, Bilal, Bobby, Subkhi, Ruri, dan Rudy, semoga kita dapat menggapai impian-impian tinggi kita. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini. Surabaya, 14 Desember 2016 Ridho Syahrial Ibrahim NRP : v

12 [halaman ini sengaja dikosongkan] vi

13 DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN... xiii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Metodologi Penelitian Sistematika Penulisan Relevansi BAB 2 ECONOMIC LOAD DISPATCH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN Sistem Tenaga Listrik Sistem Pembangkitan Sistem Transmisi Sistem Distribusi Beban Karakteristik Input - Output Unit Pembangkit Karakteristik Input - Output Unit Pembangkit Termal Karakteristik Input Output dan Fungsi Probabilitas Unit Pembangkit Tenaga Angin Economic Load Dispatch dengan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin Firefly Algorithm vii

14 BAB 3 PENERAPAN FIREFLY ALGORITHM PADA ECONOMIC LOAD DISPATCH DENGAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN Formulasi Economic Load Dispatch Unit Pembangkit Termal Dengan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin Objective Function Equality Constraints Inequality Constraints Fungsi Biaya Unit Pembangkit Termal Fungsi Biaya Unit Pembangkit Tenaga Angin Penalty Cost dan Reserve Cost Firefly Algorithm Sebagai Metode Optimasi Total Biaya dan Pembangkitan Inisialisasi Awal Pembangkitan Populasi Kunang-Kunang Light Intensity, Attractiveness, Dan Pergerakan Kunang-Kunang Constraints Handling BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS Sistem Uji Sistem Uji Sistem Uji BAB 5 PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS viii

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema sistem tenaga listrik secara umum Gambar 2.2 Karakteristik input-output unit pembangkit termal Gambar 2.3 Karakteristik input-output unit pembangkit tenaga angin. 22 Gambar 2.4 Contoh probability density function untuk w Gambar 2.5 Pseudo-code firefly algorithm Gambar 3.1 Pseudo-code untuk penyelesaian constraints Gambar 3.2 Flowchart firefly algorithm untuk menyelesaikan masalah economic load dispatch Gambar 4.1 Karakteristik konvergensi firefly algorithm sistem uji 1 tanpa pembangkit tenaga angin Gambar 4.2 Karakteristik konvergensi firefly algorithm sistem uji 1 dengan pembangkit tenaga angin Gambar 4.3 Karakteristik konvergensi firefly algorithm pada sistem uji 2 tanpa pembangkit tenaga angin Gambar 4.4 Karakteristik konvergensi firefly algorithm pada sistem uji 2 dengan pembangkit tenaga angin Gambar 4.5 Karakteristik konvergensi firefly algorithm pada sistem uji 2 tanpa pembangkit tenaga angin Gambar 4.6 Karakteristik konvergensi firefly algorithm pada sistem uji 3 dengan pembangkit tenaga angin ix

16 [halaman ini sengaja dikosongkan] x

17 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Parameter settingan firefly algorithm Tabel 3.2 Data pembangkit tenaga angin sistem uji Tabel 3.3 Data pembangkit termal sistem uji Tabel 3.4 Data pembangkit tenaga angin sistem uji Tabel 3.5 Data pembangkit termal sistem uji Tabel 3.6 Data pembangkit tenaga angin sistem uji Tabel 3.7 Data pembangkit termal sistem uji Tabel 4.1 Sistem komputasi yang digunakan Tabel 4.2 Hasil optimasi sistem uji Tabel 4.3 Deviasi total biaya sistem uji 1 dengan pembangkit tenaga angin Tabel 4.4 Perbandingan hasil optimasi firefly algorithm sistem uji 1 dengan metode lain Tabel 4.5 Perbandingan hasil optimasi sistem uji 1 mempertimbangkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin Tabel 4.6 Hasil optimasi sistem uji Tabel 4.7 Deviasi total biaya sistem uji 2 dengan pembangkit tenaga angin Tabel 4.8 Perbandingan hasil optimasi firefly algorithm sistem uji 2 dengan metode lain Tabel 4.9 Perbandingan hasil optimasi memperhitungkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin pada sistem uji Tabel 4.10 Hasil optimasi sistem uji Tabel 4.11 Deviasi total biaya sistem uji 2 dengan pembangkit tenaga angin Tabel 4.12 Perbandingan hasil optimasi firefly algorithm sistem uji 3 dengan metode lain Tabel 4.13 Perbandingan hasil optimasi memperhitungkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin pada sistem uji xi

18 [halaman ini sengaja dikosongkan] xii

19 DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN a i, b i, c i c CG i C dwj C pwj C rwj CW j CT f w (w) k K dwj K pwj K rwj M N P d P i P i maks P imin Pr {E} v v in v out v r w j w r koefisien fuel cost pembangkit termal ke-i scale factor dari Weibull distribution biaya pembangkitan pembangkit termal ke-i direct cost pembangkit tenaga angin ke-j penalty cost pembangkit tenaga angin ke-j reserve cost pembangkit tenaga angin ke-j biaya pembangkitan unit tenaga angin ke-j total biaya pembangkitan probability density function untuk w shape factor dari Weibull distribution koefisien direct cost pembangkit tenaga angin ke-j koefisien penalty cost pembangkit tenaga angin ke-j koefisien reserve cost pembangkit tenaga angin ke-j jumlah pembangkit termal jumlah pembangkit tenaga angin permintaan daya aktif (MW) daya yang dibangkitkan pembangkit termal ke-i daya maksimum pembangkitan pembangkit termal ke-i daya minimum pembangkitan pembangkit termal ke-i probabilitas kejadian E kecepatan angin kecepatan angin cut-in kecepatan angin cut-out kecepatan angin rated daya yang dibangkitkan pembangkit tenaga angin ke-j daya rated pembangkit tenaga angin xiii

20 [halaman ini sengaja dikosongkan] xiv

21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya isu global warming dan keterbatasan sumber daya alam membuat mulai banyaknya pembangunan pembangkit-pembangkit dengan renewable energy. Salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga angin yang merupakan energi menjanjikan yang ramah lingkungan dan low cost. Dalam perkembangannya, pengintegrasian pembangkit tenaga angin pada sistem memberikan tantangan baru dalam economic load dispatch dikarenakan hasil pembangkitannya yang tergantung pada kondisi alam. Terdapat banyak metode untuk menyelesaikan permasalahan economic load dispatch. Mulai dari metode konvensional seperti lambda iteration, dynamic programming, dan quadratic programming, hingga menggunakan kecerdasan buatan seperti bat algorithm, cuckoo algorithm, atau particle swarm optimization algorithm. Pada tahun 2007, Xin She Yang membuat metode baru yaitu firefly algorithm (FA) yang terinspirasi dari kedipan kunang-kunang. Metode ini akan digunakan penulis dalam menyelesaikan masalah economic load dispatch terintegrasi tenaga angin dan membandingkan hasil optimasi dengan beberapa metode lain yang telah dilakukan yaitu, particle swarm optimization, bat algorithm, biogeography-based optimization, dan plant growth simulation algorithm. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan pembangkitan daya yang optimum dengan adanya penambahan pembangkit tenaga angin sehingga diperoleh biaya pembangkitan yang paling optimal dimana semua constraints harus dipenuhi. 2. Pengaruh status kepemilikan pembangkit tenaga angin terhadap total biaya pembangkitan. 3. Penerapan metode firefly algorithm untuk menyelesaikan permasalahan economic load dispatch. 4. Membandingkan hasil optimasi dengan metode-metode lain yang pernah dilakukan. 15

22 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Membuat program berdasarkan firefly algorithm untuk menyelesaikan permasalahan economic load dispatch dan membandingkan hasil optimasi dengan metode lain yang sudah dilakukan. 2. Mengetahui pengaruh penambahan pembangkit tenaga angin terhadap biaya pembangkitan. 3. Mengetahui pengaruh status kepemilikan pembangkit tenaga angin terhadap biaya pembangkitan dan perencanaan dayanya. 1.4 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Studi Literatur Literatur yang digunakan berasal dari buku dan jurnal ilmiah. Dalam studi literatur dipelajari teori-teori pendukung mengenai economic load dispatch, karakteristik input-output pembangkit, serta penggunaan firefly algorithm sebagai metode untuk optimasi. 2. Pengumpulan Data Data yang digunakan meliputi data beban, data unit pembangkit termal, data unit pembangkit tenaga angin, serta parameter settingan firefly algorithm yang didapatkan dari paper dan jurnal IEEE. 3. Simulasi dan Analisis Simulasi dilakukan dengan pembuatan program dengan software MatLab sebagai compilernya. 4. Penulisan Laporan Hasil penelitian yang telah dilakukan dilaporkan dalam bentuk laporan tugas akhir dan jurnal. Laporan tersebut berisi metode, proses, hasil dan kesimpulan dari penelitian. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan pada tugas akhir ini terdiri atas lima bab dengan uraian sebagai berikut. 16

23 BAB 1 : BAB 2 : BAB 3 : BAB 4 : BAB 5 : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan dan relevansi dari tugas akhir. ECONOMIC LOAD DISPATCH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN Bab ini mejelaskan tentang sistem tenaga listrik, karakteristik input-output pembangkit. PENERAPAN FIREFLY ALGORITHM PADA ECONOMIC LOAD DISPATCH DENGAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN Bab ini mejelaskan tentang penerapan firefly algorithm untuk menyelesaikan permasalah economic load dispatch dengan penambahan pembangkit tenaga angin. SIMULASI DAN ANALISIS Bab ini menunjukkan hasil dari optimasi firefly algorithm untuk tiap sistem uji yang digunakan. PENUTUP Bab ini mejelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil simulasi dan analisis. 1.6 Relevansi Hasil yang diperoleh dari tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Dapat memeberikan manfaat perkembangan sistem tenaga listrik khususnya dalam operasi optimum terkait permasalahan economic load dispatch dengan penambahan pembangkit tenaga angin. 2. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang hendak mengambil topik tugas akhir dengan permasalahan yang serupa. 17

24 [halaman ini sengaja dikosongkan] 18

25 BAB 2 ECONOMIC LOAD DISPATCH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem ketenagalistrikan yang berfungsi untuk membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusikan tenaga listrik dari unit pembangkit ke konsumen. Gambar 2.1 menunjukkan skema penyaluran energi listrik. Gambar 2.1 Skema sistem tenaga listrik secara umum Sistem Pembangkitan Sistem pembangkitan tenaga listrik berfungsi membangkitkan energi listrik melalui berbagai macam pembangkit tenaga listrik. Pada pembangkit tenaga listrik ini sumber-sumber energi alam dirubah oleh penggerak mula menjadi energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran dan selanjutnya energi mekanis dirubah menjadi energi listrik oleh generator. Di dalam sebuah sistem pembangkitan beberapa generator dioperasikan secara paralel dan terhubung dengan sistem guna menyediakan total daya yang diperlukan Sistem Transmisi Sistem transmisi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban melalui saluran transmisi. Pada sistem transmisi tegangan yang digunakan adalah tegangan tinggi guna mengurangi rugi-rugi yang disebabkan oleh panas akibat arus yang mengalir pada kabel penghantar. 19

26 2.1.3 Sistem Distribusi Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen yang berupa pabrik, industri, perumahan dan sebagainya. Transmisi tenaga dengan tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi pada saluran transmisi dirubah pada gardu induk menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer, yang selanjutnya tegangannya diturunkan lagi menjadi tegangan distribusi skunder untuk melayani konsumen residensial dan komersial Beban Secara umum beban yang dilayani oleh sistem distribusi dibagi dalam beberapa sektor yaitu sektor perumahan, sektor industri, sektor komersial dan sektor usaha. Masing-masing sektor beban tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan pola konsumsi energi pada masing-masing konsumen di sektor tersebut. 2.2 Karakteristik Input - Output Unit Pembangkit Setiap unit pembangkit memiliki karakter input - output pembangkitan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Meskipun dua buah pembangkit termal memiliki merk dan jenis yang sama, faktorfaktor lain seperti usia pembangkit dan perawatan pembangkit dapat mempengaruhi karakter pembangkit tersebut. Dalam tugas akhir ini, penulis akan menggunakan dua buah jenis pembangkit, yaitu pembangkit termal dan pembangkit tenaga angin untuk permasalahan economic load dispatch Karakteristik Input - Output Unit Pembangkit Termal Pada unit tipikal pembangkit termal, uap hasil pembakaran bahan bakar berupa minyak atau batu bara pada boiler digunakan untuk menggerakkan turbin yang kemudian merubahnya ke energi listrik[1]. Dengan demikian input pembangkit bisa dinyatakan dalam energi panas yang dibutuhkan pembangkit tiap jamnya (Mbtu/h). Namun, Input unit pembangkit termal juga dapat dinyatakan dengan satuan lain, yaitu satuan biaya pembangkitan per jam ($/h). Sedangkan outputnya adalah berupa daya listrik (Watt). 20

27 Karakteristik input-output unit pembangkit termal dapat berupa fungsi linear, quadratic, atau cubic. Dalam tugas akhir kali ini, pembangkitan dianggap ideal dengan fungsi quadratic tanpa memperhitungkan variabel lain seperti emisi atau valve loading effect. Kurva karakteristik input output pembangkit termal yang convex dapat dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Karakteristik input-output unit pembangkit termal Data-data yang didapatkan dari perhitungan atau tes heat rate. Unit pembangkit termal memiliki beberapa constraints seperti pembangkitan minimum P min dan pembangkitan maksimum P max, ramp rate, dan atau minimum up/down time Karakteristik Input Output dan Fungsi Probabilitas Unit Pembangkit Tenaga Angin Berbeda dengan karakteristik input output pembangkit termal yang bergantung pada input yang berupa panas, daya output pembangkit tenaga angin tergantung pada kecepatan angin. Pembangkit tenaga angin tidak mengeluarkan daya saat kecepatan angin kurang dari v in dan saat kecepatan angin lebih besar dari v out. Pembangkit tenaga angin mulai membangkitkan daya secara linear saat kecepatan angin berada di range 21

28 antara v in dan v r. Saat kecepatan angin berada di range v r dan v out, maka daya output pembangkit tenaga angin bersifat konstan dengan nilai sebesar kapasitasnya, yaitu w r. Karakterisitik ini dapat diplot secara umum dan dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Karakteristik input-output unit pembangkit tenaga angin Dengan mengabaikan ketidaknonlinearitas yang nilainya relatif kecil pada bagian kontinyu, maka daya output pembangkit tenaga angin dapat dinyatakan dengan persamaan (2.1), (2.2), dan (2.3) [2]. w = 0 untuk v < v in dan v > v out (2.1) v v w = w in r v r v in untuk v in v v r (2.2) w = w r untuk v r v v out (2.3) Keterangan. w daya keluaran pembangkit tenaga angin w r daya rated pembangkit tenaga angin v in kecepatan angin cut-in v r kecepatan angin rated kecepatan angin cut-out v out Sifat kecepatan angin yang tidak stabil tiap interval waktunya memberikan permasalahan tersendiri dalam perencanaan pembangkitan 22

29 dayanya. Penelitian yang pernah dilakukan pada [3], menyatakan bahwa rata-rata pendistribusian kecepatan angin mengikuti Weibull distribution, dengan cumulative distribution function (CDF) ditunjukkan pada persamaan (2.4). F V (v) = 1 exp [ ( v c ) k] (2.4) Keterangan. v kecepatan angin c scale factor dari Weibull distribution k shape factor dari Weibull distribution Dengan menurunkan persamaan (2.4) didapatkan probability density function (PDF) untuk kecepatan angin dari Weibull distribution yang dinyatakan pada persamaan (2.5). f V (v) = k c (v c ) k 1 exp [ ( v c ) k] (2.5) Keterangan. v kecepatan angin c scale factor dari Weibull distribution k shape factor dari Weibull distribution Dengan memperhatkan gambar 2.3, dapat kita lihat terdapat dua bagian, yaitu bagian kontinyu dan bagian diskrit. Pada interval kontinyu yaitu saat v in V v r, PDF dari W ditunjukkan pada persamaan (2.6). fw(w) = khv in w r c [ (1 + hw ) v w in r ] c k 1 (1 + hw ) v w in exp [ r ] (2.6) c { } k Keterangan, h = ( v r v in ) 1 rasio range linear dari kecepatan angin terhadap kecepatan angin cut-in 23

30 Gambar 2.4 merupakan contoh plotting dari PDF dari W pada bagian kontinyu dengan nilai 10% hingga 90% dari kapasitas ratednya. Gambar 2.4 Contoh probability density function untuk w Perlu diperhatikan terdapat bagian diskrit yaitu saat W = 0 dan W = w r. Probabilitas saat W = 0 ditunjukkan pada persamaan (2.7). Pr{W = 0} = Pr ( V < v in ) + Pr (V v out ) = F V (v in ) + (1 F V (v out )) = 1 exp [ ( v k in c ) ] + exp [ ( v k out c ) ] (2.7) Dan probabilitas saat W = w r, ditunjukkan pada persamaan (2.8). P r {W = w r } = Pr ( v r V < v out ) = F V (v out ) F V (v r ) = exp [ ( v k r c ) ] exp [ ( v k out c ) ] (2.8) 24

31 2.3 Economic Load Dispatch dengan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin Economic load dispatch adalah perencanaan daya output tiap unit pembangkit sesuai dengan permintaan beban dimana total biaya pembangkitan yang diperoleh merupakan biaya paling optimal. Penentuan ini bersifat jangka pendek atau pada suatu periode tertentu. Fungsi biaya tiap generator bersifat unik, berbeda antara satu dengan yang lainnya. Meskipun terdapat dua buah generator dengan merk dan tipe yang sama, karakter input-output kedua generator itu bisa berbeda. Fungsi biaya untuk pembangkit termal ditunjukkan pada persamaan (2.9). CG i = a i + b i (P i ) + c i (P i ) 2 (2.9) Keterangan, CG i biaya pembangkitan pembangkit termal ke-i P i daya yang dibangkitkan pembangkit termal ke-i a i, b i, c i koefisien fuel cost pembangkit termal ke-i Seperti yang telah diketahui bahwasanya sifat pendistribusian tenaga angin yang tidak dapat ditebak dan berubah-ubah sepanjang waktu membuat keluaran dayanya tidak bisa tetap (terkecuali saat kecepatan angin berada kisaran v rated dan v out ). Sehingga jika merencanakan suatu pembangkitan daya, dengan pembangkit tenaga angin terdapat pada sistem, pada suatu interval waktu, maka faktor ketidakstabilan output pembangkit tenaga angin juga harus turut diperhatikan. Sebagai contoh, jika kita merencanakan pembangkitan daya sebesar P W sebuah pembangkit tenaga angin saat suatu interval waktu t, maka terdapat kemungkinan bahwa ketersediaan tenaga angin berada di bawah atau di atas dari tenaga angin nominal yang dibutuhkan untuk membangkitkan daya sebesar P W. Saat tenaga angin berada di bawah nominal, mengakibatkan kurangnya daya untuk disuplai ke konsumen (P generation < P demand ). Sehingga operator harus memesan selisih daya pada grid. Kemungkinan lain adalah saat tenaga (kecepatan) angin berada di atas nominal, sehingga daya yang dibangkitkan surpus dari permintaan 25

32 beban (P generation > P demand ). Biasanya, daya yang terbuang ini disalurkan ke dummy resistor atau energy storage system. Jika pembangkit tenaga angin dimiliki oleh private sector, maka terdapat denda yang harus dibayarkan untuk setiap MW daya yang terbuang. Sehingga dengan menganggap bahwa pembangkit tenaga angin dimiliki oleh private sector, fungsi biaya dari suatu pembangkit tenaga angin secara umum ditunjukkan oleh persamaan (2.10)[2]. CW j = C dwj + C pwj + C r wj (2.10) Keterangan, CW j biaya pembangkitan unit tenaga angin ke-j direct cost pembangkit tenaga angin ke-j C dwj C pwj C rwj penalty cost pembangkit tenaga angin ke-j reserve cost pembangkit tenaga angin ke-j 2.4 Firefly Algorithm Firefly algorithm adalah algoritma metaheuristik yang terinspirasi dari perilaku kedipan kunang-kunang [4]. Dikembangkan oleh Dr. Xin She Yang di Cambridge University pada tahun 2007, firefly algorithm memiliki aturan-aturan sebagai berikut: 1. Semua kunang-kunang berjenis kelamin tunggal, sehingga seekor kunang-kunang akan tertarik terhadap kunang-kunang lain tanpa mempedulikan jenis kelaminnya. 2. Daya tarik (attractiveness) bernilai proporsional dengan tingkat kecerahannya (light intensity). Sehingga seekor kunang-kunang akan bergerak menuju kunang-kunang lain yang lebih terang. Daya tarik dan tingkat kecerahan akan berkurang dengan bertambahnya jarak antar keduanya. Jika di antara keduanya tidak ada yang lebih cerah, maka mereka akan bergerak secara acak. 3. Tingkat kecerahan seekor kunang-kunang dipengaruhi atau ditentukan oleh fungsi objektif (objective function) yang akan dioptimasi. 26

33 Pseudo-code untuk firefly algorithm ditunjukkan pada gambar 2.5. Objective function f(x), x = (x 1,, x d ) T Inisialisasi populasi kunang-kunang x i (i = 1, 2,, n) Penentuan koefisien light absorption γ while (t<max_generation) for i = 1: n semua kunang-kunang n for j = 1: i semua kunang-kunang n light intensity l i pada x i ditentukan oleh f(x i ) if l j > l i kunang-kunang bergerak menuju j end if Perbarui nilai attractiveness Evaluasi solusi dan update light intensity end for j end for i cari kunang-kunang paling terang end while cetak solusi Gambar 2.5 Pseudo-code firefly algorithm 27

34 [halaman ini sengaja dikosongkan] 28

35 BAB 3 PENERAPAN FIREFLY ALGORITHM PADA ECONOMIC LOAD DISPATCH DENGAN PENAMBAHAN PEMBANGKIT TENAGA ANGIN Pada bab ini dijelaskan mengenai penerapan firefly algorithm untuk menyelesaikan masalah economic load dispatch dengan mempertimbangkan penambahan pembangkit tenaga angin. 3.1 Formulasi Economic Load Dispatch Unit Pembangkit Termal Dengan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin Pada dasarnya economic load dispatch unit pembangkit termal dengan penambahan pembangkit tenaga angin memiliki tujuan atau objective function untuk memperoleh biaya pembangkitan paling optimal pada suatu waktu dimana semua pembangkit dianggap berada pada status on duty dan sesuai batasan atau constraints Objective Function Objective function dari economic load dispatch dengan penambahan pembangkit tenaga angin adalah untuk mencari biaya paling optimal dan minimal dari suatu sistem tenaga listrik M N min(ct) = CG i + CW j i=1 j=1 (3.1) Keterangan M jumlah pembangkit termal N jumlah pembangkit tenaga angin CT total biaya pembangkitan ($) CG biaya pembangkitan pembangkit termal ($) CW biaya pembangkitan pembangkit tenaga angin ($) 29

36 3.1.2 Equality Constraints Fungsi biaya pembangkitan tidak dipengaruhi oleh permintaan daya reaktif dan rugi-rugi transmisi, sehingga persamaan power balance ditunjukkan pada persamaan (3.2). M N P d P i + w j = 0 i=1 j=1 (3.2) Keterangan M jumlah pembangkit termal N jumlah pembangkit tenaga angin P d permintaan daya aktif (MW) P i daya yang dibangkitkan pembangkit termal ke-i daya yang dibangkitkan pembangkit tenaga angin ke-j w j Inequality Constraints Daya yang dibangkitkan oleh setiap pembangkit termal maupun pembangkit tenaga angin haruslah tidak kurang atau lebih dari kapasitas minimum dan maksimum pembangkitannya. Inequality constraints pada permasalahan ini dapat dilihat pada persamaan (3.3) dan (3.4). dan P imin P i P imaks (3.3) 0 < w j w jrated (3.4) Keterangan P i daya yang dibangkitkan pembangkit termal ke-i P imin daya minimum pembangkitan pembangkit termal ke-i P i maks daya maksimum pembangkitan pembangkit termal ke-i w j daya yang dibangkitkan pembangkit tenaga angin ke-i kapasitas pembangkit tenaga angin w jrated 30

37 3.1.4 Fungsi Biaya Unit Pembangkit Termal Fungsi biaya unit pembangkit termal yang digunakan pada tugas akhir kali ini bersifat smooth, non-convex, tanpa mempertimbangkan emisi pembangkitan atau valve loading effect. Sehingga fungsi biayanya sama dengan kurva input output yang dijelaskan pada bab 2 yaitu: CG i = a i + b i (P i ) + c i (P i ) 2 (3.5) Keterangan, CG i biaya pembangkitan pembangkit termal ke-i P i daya yang dibangkitkan pembangkit termal ke-i a i, b i, c i koefisien fuel cost pembangkit termal ke-i Fungsi Biaya Unit Pembangkit Tenaga Angin Fungsi biaya pembangkit tenaga angin ke-j dituliskan pada persamaan (3.6) dan (3.7)[2]. CW j = C dwj + C pwj + C r wj (3.6) Keterangan, CW j biaya pembangkitan unit tenaga angin ke-j direct cost pembangkit tenaga angin ke-j C dwj C pwj C rwj penalty cost pembangkit tenaga angin ke-j reserve cost pembangkit tenaga angin ke-j Pada persamaan (3.6), variabel pertama mewakili direct cost pembangkitan dari pembangkit tenaga angin. Direct cost ini bersifat linear dengan daya yang dibangkitkan pembangkit, dituliskan pada persamaan (3.8). Sedangkan variabel kedua merupakan penalty cost akibat underestimation, karena tidak menggunakan semua tenaga angin yang tersedia. Biasanya daya yang terbuang ini disalurkan ke dummy resistor atau baterai. Jika operator adalah pemilik pembangkit tenaga angin, maka kedua variabel tersebut diabaikan. Sedangkan variabel yang ketiga adalah reserve cost akibat overestimation daya pembangkit tenaga angin, sehingga operator memesan daya pada grid. 31

38 C d w j = K d w j (w j ) (3.7) Keterangan C dwj K dwj w j direct cost pembangkit tenaga angin ke-j koefisien direct cost pembangkit tenaga angin ke-j daya yang dibangkitkan pembangkit tenaga angin ke-j Penalty Cost dan Reserve Cost Sifat keragaman angin dalam suatu interval waktu membuat daya output dari pembangkit tenaga angin tidak bisa tetap. Sehingga pada suatu interval, misalnya 1 jam, faktor underestimation dan overestimation juga turut diperhatikan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa probabilitas pendistribusian tenaga angin mendekati probability density function Weibull [3]. Sehingga penalty cost dari suatu pembangkit tenaga angin dapat dinyatakan pada persamaan (3.9)[5]. C pwj = K pw j (W av j w j ) = K pwj (s 1 + s 2 ) (3.9) Dimana s 1 = w j Pr(W = w r ) = w r w j {exp [ ( v k in c ) ] exp [ ( v k out c ) ]} (3.10) Dan w r s 2 = (w w j )fw(w)dw (3.11) w j Reserve cost dinyatakan dengan (3.12), C r w j = K rwj (w j W avj ) = K rwj (s 3 + s 4 ) (3.12) 32

39 Dimana s 3 = w j P(W = 0) = w j {1 exp [ ( v k in c ) ] + exp [ ( v k out c ) ]} (3.13) Dan w j s 4 = (w j w)fw(w)dw 0 (3.14) 3.2 Firefly Algorithm Sebagai Metode Optimasi Total Biaya dan Pembangkitan Inisialisasi Awal Pada proses inisialisasi, proses pertama yang harus dilakukan adalah menentukan parameter settingan firefly algorithm dan memasukkan data sistem yang akan dioptimasi. Parameter settingan firefly algorithm didapatkan dari [6] dan dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Parameter settingan firefly algorithm Parameter Nilai Scaling parameter (α) 0.5 Initial attractiveness (β) 1 Gamma (γ) 1 Jumlah Populasi 50 Untuk data sistem, pada tugas akhir ini menggunakan 3 buah sistem uji diambil dari paper IEEE Sistem Uji 1 Sistem uji 1 menggunakan 6 pembangkit termal dan sebuah pembangkit tenaga angin. Tabel 3.2 menunjukkan spesifikasi pembangkit tenaga angin. Sedangkan data pembangkit termal diperoleh dari [7] dan ditunjukkan pada tabel

40 Tabel 3.2 Data pembangkit tenaga angin sistem uji 1 w r (MW) v in (m/s) v rated (m/s) v out (m/s) c k K d ($/MW) K p ($/MW) Kr ($/MW) Tabel 3.3 Data pembangkit termal sistem uji 1 Unit P min (MW) P max (MW) a ($) b ($/MW) c ($/MW 2 ) Sistem Uji 2 Sistem uji 2 terdiri dari 15 pembangkit termal dan sebuah pembangkit tenaga angin dengan spesifikasi yang ditunjukkan pada tabel 3.4. Data pembangkit termal didapatkan dari [7] dan dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.4 Data pembangkit tenaga angin sistem uji 2 w r (MW) v in (m/s) v rated (m/s) v out (m/s) c k K d ($/MW) K p ($/MW) Kr ($/MW) Tabel 3.5 Data pembangkit termal sistem uji 2 Unit P min (MW) P max (MW) a ($) b ($/MW) c ($/MW 2 )

41 Tabel 3.5 Data pembangkit termal sistem uji 2 (lanjutan) Unit P min (MW) P max (MW) a ($) b ($/MW) c ($/MW 2 ) Sistem Uji 3 Sistem uji 3 terdiri dari 40 pembangkit termal dan sebuah pembangkit tenaga angin. Tabel 3.6 menunjukkan spesifikasi pembangkit tenaga angin. Data pembangkit termal dapat dilihat pada tabel 3.7 yang didapat dari [8]. Tabel 3.6 Data pembangkit tenaga angin sistem uji 3 w r (MW) v in (m/s) v rated (m/s) v out (m/s) c k K d ($/MW) K p ($/MW) Kr ($/MW)

42 Tabel 3.7 Data pembangkit termal sistem uji 3 Unit P min (MW) P max (MW) a ($) b ($/MW) c ($/MW 2 )

43 Tabel 3.7 Data pembangkit termal sistem uji 3 (lanjutan) Unit P min (MW) P max (MW) a ($) b ($/MW) c ($/MW 2 ) Pembangkitan Populasi Kunang-Kunang Pembangkitan populasi kunang-kunang awal menggunakan metode pembangkitan acak. Namun pembangkitan tersebut tidak boleh melebihi constraints yaitu daya minimum dan maksimum pembangkit. Pembangkitan populasi kunang-kunang awal dapat dirumuskan sebagai berikut. f i,k = P min,k + (P max,k P min,k ) rand (3.15) Keterangan, f i,k kunang-kunang ke-k pada populasi ke-i P min,k daya minimum pembangkit ke-k daya maksimum pembangkit ke-k P max,k 37

44 Kemudian dari populasi awal yang telah kita bangkitkan tersebut, kita masukkan ke fungsi biaya masing-masing pembangkit, dan mencari total biaya pembangkitan paling murah sementara (solution) Light Intensity, Attractiveness, Dan Pergerakan Kunang- Kunang Dalam firefly algorithm, light intensity menentukan tingkat kelayakan suatu populasi sebagai solusi. Untuk permasalah economic load dispatch, karena kita mencari nilai minimum, maka light intensity berbanding terbalik dengan total biaya pembangkitan. Sehingga total biaya pembangkitan paling murah merupakan populasi kunang-kunang yang paling terang. Light intensity suatu populasi dapat dirumuskan pada persamaan (3.16). light intensity i = CT i (3.16) Keterangan light intensity i CT i nilai fitness dari populasi ke-i total biaya pembangkitan populasi ke-i Attractiveness seekor kunang-kunang terhadap kunang-kunang lain tergantung dari jarak antara keduanya. Semakin dekat keduanya, maka daya tarik semakin besar. Jarak dan daya tarik (attractiveness) seekor kunang-kunang i terhadap kunang-kunang paling terang j didefinisikan pada persamaan (3.17) dan (3.18). r i,k = f i,k f j,k (3.17) β i,k = β 0 exp( γr i,k ) 2 (3.18) Keterangan r i,k, jarak antar kunang-kunang ke k pada populasi ke-i terhadap kunang kunang paling terang B 0 attractiveness kunang-kunang pada r = 0 38

45 Pergerakan kunang-kunang i,k menuju kunang-kunang yang lebih terang (pembaruan nilai kunang-kunang) dituliskan pada persamaan (3.19). f i,k = f i,k + β 0 exp( γr 2 i,k ) (f j,k f i,k ) + rand α (3.19) Constraints Handling Terdapat 3 tahapan untuk mengatasi constraints pada tugas akhir ini. Pseudo-code untuk penyelesaian constraint ini dapat dilihat pada gambar. % Tahap 1 Jika P < P min P=P min Jika P > P min P=P max % Tahap 2 Hitung berapa kunang-kunang yang berada antara P min dan P max. Jika jumlah P total > beban Selisih antara P total dan beban dibagi dengan jumlah kunangkunang yang berada di antara P min dan P max. Kemudian tiap kunang-kunang dikurangi dengan nilai tersebut Jika jumlah P total < beban Selisih antara P total dan beban dibagi dengan jumlah kunangkunang yang berada di antara P min dan P max. Kemudian tiap kunang-kunang ditambahkan dengan nilai tersebut % Tahap3 Pemberian penalti kepada kunang-kunang yang melanggar batas P min atau P max dengan pengali yang besar. Gambar 3.1 Pseudo-code untuk penyelesaian constraints Saat posisi kunang-kunang melebihi inequality constraints yaitu P max dan P min, maka nilai (posisi) kunang-kunang diperbarui dengan nilai P max atau P min yang dilanggar. Setelah itu proses equality constraint handling dimana nilai kunang-kunang tiap populasi ditambahkan. Jika 39

46 melebihi atau kurang dari beban, maka selisihnya akan dibagi rata ke kunang-kunang yang berada pada range < P max dan > P min. Dari proses ini, ada kemungkinan bahwa terdapat kunang-kunang yang melanggar batas P min atau P max, sehingga tahap selanjutnya yaitu pemberian penalti terhadap kunang kunang yang melanggar. Penalti tersebut berupa koefisien pengali yang besar yang ditambahkan pada objective function. Sehingga populasi dianggap jelek (light intensity rendah). Penalti untuk pelanggaran equality constraint tidak perlu diberikan karena dengan adanya tahap ke-2, maka kemungkinan pelanggaran adalah 0. Flowchart firefly algorithm untuk menyelesaikan masalah economic load dispatch ditunjukkan pada gambar

47 Gambar 3.2 Flowchart firefly algorithm untuk menyelesaikan masalah economic load dispatch 41

48 [halaman ini sengaja dikosongkan] 42

49 BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS Pada bab ini kita akan mencoba menyelesaikan permasalahan economic load dispatch dengan menggunakan firefly algorithm. Tiga buah sistem pengujian kita gunakan, dimana untuk setiap sistem uji kita lakukan optimasi dengan dan tanpa penambahan pembangkit tenaga angin guna mengetahui dampak penambahan pembangkit tenaga angin pada total biaya pembangkitan. Pengaruh faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin terhadap total biaya pembangkitan turut penulis sajikan. Hasil optimasi akan kita bandingkan dengan metode-metode artificial intelligence lain yaitu bat algorithm, particle swarm optimization, biogeography-based optimization dan plant growth simulation algorithm yang telah dilakukan. Simulasi akan dijalankan pada sistem komputasi dengan spesifikasi yang ditunjukkan pada tabel 4.1. Untuk setiap sistem uji, program dieksekusi sebanyak 20 kali untuk mengetahui nilai deviasi total biaya hasil optimasi dari firefly algorithm. Tabel 4.1 Sistem komputasi yang digunakan No Parameter Spesifikasi 1 Prosessor Intel core i3-2350m 2 Kecepatan prosessor 2.30 GHz 3 Random Access Memory (RAM) 4 GB 4 Tipe sistem operasi Windows 10.1 Pro 64-bit 5 Compiler Matlab R2016B 4.1 Sistem Uji 1 Hasil optimasi sistem uji 1 ditunjukkan pada tabel 4.2. Gambar 4.1 dan gambar 4.2 menunjukkan kurva karakteristik konvergensi firefly algorithm untuk kasus sistem uji 1 tanpa dan dengan pembangkit tenaga angin. Dari hasil optimasi, kemudian kita bandingkan dengan hasil optimasi dari metode particle swarm optimization dan bat algorithm [9] yang ditunjukkan pada tabel

50 Tabel 4.2 Hasil optimasi sistem uji 1 Tanpa Tenaga Angin Unit Daya Biaya Status (MW) ($) Daya (MW) Dengan Tenaga Angin Status Biaya ($) G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK C d W OK C p C r CW TOTAL OK OK Gambar 4.1 Karakteristik konvergensi firefly algorithm sistem uji 1 tanpa pembangkit tenaga angin 44

51 (MW) Gambar 4.2 Karakteristik konvergensi firefly algorithm sistem uji 1 dengan pembangkit tenaga angin Tabel 4.3 Deviasi total biaya sistem uji 1 dengan pembangkit tenaga angin CT min ($) CT avg ($) CT max ($) Tabel 4.4 Perbandingan hasil optimasi firefly algorithm sistem uji 1 dengan metode lain Tanpa Tenaga Angin Dengan Tenaga Angin Unit PSO BA FA PSO BA FA P P P P P P P W

52 (MW) ($) Tabel 4.4 Perbandingan hasil optimasi firefly algorithm sistem uji 1 dengan metode lain (lanjutan) Tanpa Tenaga Angin Dengan Tenaga Angin Unit PSO BA FA PSO BA FA CG C d C p C r CT Dari tabel 4.2 dan 4.4 dapat kita lihat bahwa biaya total hasil optimasi pada sistem uji 1 tanpa pembangkit tenaga angin menggunakan firefly algorithm adalah $ Total biaya optimal tersebut sama dengan total biaya yang diperoleh dari optimasi menggunakan bat algorithm yang lebih efisien dibandingkan hasil optimasi menggunakan particle swarm optimization. Sedangkan pada saat terdapat pembngkit tenaga angin pada sistem uji 1, total biaya pembangkitan menggunakan firefly algorithm adalah sebesar $15418, berselisih $50 dari hasil optimasi bat algorithm yang lebih efisien dari optimasi particle swarm optimization yang menghasilkan $ Dengan mengamati tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kesemua metode yang dikomparasi menghasilkan total biaya tanpa pembangkit tenaga angin lebih murah daripada dengan mengintegrasikannya kedalam sistem. Perbandingan hasil optimasi dengan mempertimbangkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Perbandingan hasil optimasi sistem uji 1 mempertimbangkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin P 1 Unit Status Kepemilikian Tenaga Angin Private Sector Operator P P

53 ($) (MW) Tabel 4.5 Perbandingan hasil optimasi sistem uji 1 mempertimbangkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin (lanjutan) P 4 Unit Status Kepemilikan Tenaga Angin Private Sector Operator P P P W CG C d C p C r CT Hasil optimasi pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin memberikan dampak signifikan dari total biaya pembangkitan. Dengan operator sebagai pemilik pembangkit tenaga angin, biaya pembangkitan adalah $14170 atau lebih murah 8.1% dari total biaya pembangkitan dengan private sector sebagai pemilik. Dikarenakan operator tidak dikenakan biaya untuk pembangkitan langsung dan penalty cost, maka pembangkit tenaga angin dapat dimaksimalkan hingga kapasitas maksimumnya yaitu 165 MW dengan overestimation cost sebesar $ Sistem Uji 2 Hasil optimasi sistem uji 2 ditunjukkan pada tabel 4.6. Gambar 4.3 dan gambar 4.4 menunjukkan kurva karakteristik konvergensi firefly algorithm untuk kasus sistem uji 2 tanpa dan dengan pembangkit tenaga angin. Dari hasil optimasi, kemudian kita bandingkan dengan hasil optimasi dari metode particle swarm optimization dan bat algorithm [9] yang ditunjukkan pada tabel

54 Tabel 4.6 Hasil optimasi sistem uji 2 Unit Tanpa Tenaga Angin Daya (MW) Status Biaya ($) Daya (MW) Dengan Tenaga Angin Status Biaya ($) G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK C d W OK C p C r CW TOTAL OK OK

55 Gambar 4.3 Karakteristik konvergensi firefly algorithm pada sistem uji 2 tanpa pembangkit tenaga angin Gambar 4.4 Karakteristik konvergensi firefly algorithm pada sistem uji 2 dengan pembangkit tenaga angin Tabel 4.7 Deviasi total biaya sistem uji 2 dengan pembangkit tenaga angin CT min ($) CT avg ($) CT max ($)

56 (MW) ($) Tabel 4.8 Perbandingan hasil optimasi firefly algorithm sistem uji 2 dengan metode lain Tanpa Tenaga Angin Dengan Tenaga Angin Unit PSO BA FA PSO BA FA P P P P P P P P P P P P P P P P W CG C d C p C r CT

57 (MW) Dari hasil optimasi sistem uji 2 yang ditunjukkan pada tabel 4.8, dapat kita lihat bahwa hasil optimasi dari firefly algorithm lebih efisien dari dua metode lain yang dibandingkan, baik tanpa atau dengan pembangkit tenaga angin. Tanpa pembangkit tenaga angin, firefly algorithm menghasilkan total biaya pembangkitan sebesar $41987 atau lebih murah $39 dari hasil optimasi particle swarm optimization dan bat algorithm yang sama-sama menghasilkan $ Pada hasil firefly algorithm, penambahan pembangkit tenaga angin sebesar 182,92 MW, memberikan dampak penurunan total biaya pembangkitan sebesar $349 atau 0.83% dari pembangkitan tanpa pembangkit tenaga angin. Kedua metode lain mennghasilkan hasil yang berbeda, dimana total biaya pembangkitan tanpa penambahan pembangkit tenaga angin lebih murah dibandingkan jika menambahkannya ke dalam sistem. Untuk perbandingan hasil optimasi dengan memperhitungkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin, dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Perbandingan hasil optimasi memperhitungkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin pada sistem uji 2 P 1 Unit Status Kepemilikan Tenaga Angin Private Sector Operator P P P P P P P P P P P

58 ($) (MW) Tabel 4.9 Perbandingan hasil optimasi memperhitungkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin pada sistem uji 2 (lanjutan) P 13 Unit Status Kepemilikan Tenaga Angin Private Sector Operator P P P W CG C d C p C r CT Dari tabel 4.9 dapat dilihat total biaya pembangkitan dengan operator sebagai pemilik pembangkit tenaga angin adalah $40119, selisih $1519 atau 3.65% dari total biaya dengan private sector sebagai pemilik. Perencanaan pembangkitannya juga berubah. Jika pembangkit dimiliki operator, perencanaan pembangkitan dapat dimaksimalkan hingga 100% dari kapasitasnya yaitu 300 MW. 4.3 Sistem Uji 3 Pada sistem uji 3 kali ini kita mencoba melihat dampak pembangkit tenaga angin dan hasil optimasi dengan firefly algorithm dengan sistem yang lebih besar, yaitu sistem 40 pembangkit termal dan 1 buah pembangkit tenaga angin, dan membandingkan hasilnya dengan metode biogeography-based optimization dan plant growth simulation algorithm yang sudah dilakukan [10]. Hasil optimasi ditunjukkan pada tabel Sedangkan kurva konvergensi firefly algorithm tanpa dan dengan pembangkit tenaga angin dapat dilihat pada gambar 4.5 dan

59 Tabel 4.10 Hasil optimasi sistem uji 3 Unit Tanpa Tenaga Angin Daya (MW) Status Biaya ($) Daya (MW) Dengan Tenaga Angin Status Biaya ($) G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK

60 Tabel 4.10 Hasil optimasi sistem uji 3 (lanjutan) Unit Tanpa Tenaga Angin Daya (MW) Status Biaya ($) Daya (MW) Dengan Tenaga Angin Status Biaya ($) G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK G OK OK C d W OK C p C r CW TOTAL OK OK

61 Gambar 4.5 Karakteristik konvergensi firefly algorithm pada sistem uji 2 tanpa pembangkit tenaga angin Gambar 4.6 Karakteristik konvergensi firefly algorithm pada sistem uji 3 dengan pembangkit tenaga angin 55

62 (MW) Tabel 4.11 Deviasi total biaya sistem uji 2 dengan pembangkit tenaga angin CT min ($) CT avg ($) CT max ($) Tabel 4.12 Perbandingan hasil optimasi firefly algorithm sistem uji 3 dengan metode lain Tanpa Tenaga Angin Dengan Tenaga Angin Unit BBO PGSA FFA PGSA FFA P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

63 ($) (MW) Tabel 4.12 Perbandingan hasil optimasi firefly algorithm sistem uji 3 dengan metode lain (lanjutan) Unit Tanpa Tenaga Angin Dengan Tenaga Angin BBO PGSA FFA PGSA FFA P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P W CG C d

64 (MW) ($) Tabel 4.12 Perbandingan hasil optimasi firefly algorithm sistem uji 3 dengan metode lain (lanjutan) Unit Tanpa Tenaga Angin Dengan Tenaga Angin BBO PGSA FFA PGSA FFA C p C r CT Dari tabel hasil percobaan sistem uji 3, dapat kita lihat bahwa total biaya pembangkitan dengan pembangkit tenaga angin dengan firefly algorithm lebih murah jika dibandingkan dengan tidak menambahkannya ke dalam sistem. Hal tersebut sama dengan hasil yang diperoleh dari plant growth simulation algorithm. Hanya saja selisih hasil optimasi total biaya kedua metode tersebut cukup besar, yaitu $11884 atau sekitar 9,26%, dimana firefly algorithm lebih efisien yaitu sebesar $ Perencanaan pembangkitan daya dari pembangkit tenaga angin tidak berselisih jauh, yaitu Untuk tabel hasil optimasi mempertimbangkan kepemilikan pembangkit tenaga angin dapat dilihat pada tabel Tabel 4.13 Perbandingan hasil optimasi memperhitungkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin pada sistem uji 3 P 1 Unit Status Kepemilikan Pembangkit Tenaga Angin Private Sector Operator P P P P P P P

65 (MW) Tabel 4.13 Perbandingan hasil optimasi memperhitungkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin pada sistem uji 3 (lanjutan) P 9 Unit Status Kepemilikan Pembangkit Tenaga Angin Private Sector Operator P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

66 (MW) ($) Tabel 4.13 Perbandingan hasil optimasi memperhitungkan faktor kepemilikan pembangkit tenaga angin pada sistem uji 3 (lanjutan) P 32 Unit Status Kepemilikan Pembangkit Tenaga Angin Private Sector Operator P P P P P P P P W CG C d C p C r CT Dari tabel 4.13, terlihat bahwa total biaya pembangkitan dengan operator sebagai pemilik pembangkit tenaga angin lebih murah $9046 atau 7,8 % dari total biaya dengan private sector sebagai pemilik. Selain itu, dengan tidak adanya biaya pembangkitan dan biaya penalti, maka perencanaan pembangkitan daya dari pembangkit tenaga angin pun dapat dimaksimalkan hingga 100% dari kapasitasnya yaitu 1500 MW. 60

67 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan simulasi economic load dispatch dengan penambahan pembangkit tenaga angin, kita dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa metode firefly algorithm mampu menyelesaiakan perhitungan economic load dispatch dengan penambahan pembangkit tenaga angin dengan menjaga batasan-batasan seperti equalitity constraints dan inequalitity constraints. Dengan membandingkan hasil optimasi dari metode kecerdasan buatan lain seperti bat algorithm, particle swarm optimization dan plant growth simulation algorithm, hasil optimasi dengan menggunakan firefly algorithm lebih efisien untuk sebagian besar kasus. 2. Penambahan pembangkit tenaga angin ke dalam sistem tidak selalu menurunkan total biaya pembangkitan. Jika pembangkit tenaga angin dimiliki oleh private sector, maka koefisien direct cost dan penalty cost, yang diperoleh sesuai kesepakatan antara operator dan private sector, sangat berpengaruh terhadap perencanaan pembangkitan dayanya. 3. Status kepemilikan pembangkit tenaga angin turut berpengaruh dalam perencanaan pembangkitan daya. Dengan pengasumsian koefisien reserve cost bernilai sama, maka jika pembangkit dimiliki oleh operator, maka operator dapat memaksimalkan pembangkit tenaga angin hingga kapasitas ratednya. 5.2 Saran Saran untuk penelitian selanjutnya pada bidang operasi optimum sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut. 1. Memperhitungkan emisi pada sistem. Sehingga kita dapat mengetahui seberapa besar dampak penambahan pembangkit tenaga angin terhadap emisi karbon. 61

68 2. Penambahan rugi-rugi jaringan ke dalam equality constraints. 3. Menyelesaikan permasalahan economic load dispatch dengan penambahan pembangkit tenaga angin dengan metode kecerdasan buatan lain. 62

69 DAFTAR PUSTAKA [1] Allen J. Wood, Bruce F. Wollenberg, Power Generation, Operation, and Control : Second Edition, New York : Wiley, 1996 [2] J. Hetzer, and D. C Yu, An Economic Dispatch Model Incorporatig Wind Power, IEEE Trans. On Energy Covers., vol. 23, no2, pp , Juni 2008 [3] I. G. Damousisi, M. C. Alexiadis, J. B. Theocharis, P. S. Dokopoulos, A Fuzzy Model for Wind Speed Prediction and Power Generation in Wind Parks Using Spatial Correlation, IEEE Trans. Energy Convers., vol. 19, no.2, pp , Juni 2004 [4] Yang X. S., Nature-Inspired Metaheuristic Algorithms : Second Edition, United Kingdom : Luniver Press, 2010 [5] X. Liu, W. Xu, Minimum Emission Dispatch Constrained by Stochastic Wind Power Availability and Cost, IEEE Traans. On Power Syst., vol.25, no.3, ppp , Agustus 2010 [6] Yang. X. S, Cuckoo Search and Firefly Algorithm : Theory and Applications, London : Springer, 2014 [7] Z.L. Gaing, "Particle Swarm Optimization to Solving the Economic Dispatch Considering The Generator Constraints". IEEE. Trans. Power Syst., vol 18, No. 3, pp , Agustus 2003 [8] Sinha N., Chakrabarti R., Chattopadhyay P. K., Evolutionary Programming Techniques for Economic Load Dispatch, IEEE Trans. Evolutionary Computation, vol. 7, no.1, pp , Februari [9] Jose J. T., Economic Load Dispatch Including Wind Power Using Bat Algorithm. International Conference on Advances in Electrical Engineering (ICAEE), Januari 2014 [10] Jadhav H. T., Bhandari H., Dalal Y., Roy R., Economic Load Dispatch Including Wind Power Using Plant Growth Simulation Algorithm, IEEE Environment and Electrical Engineering, Juni

70 [halaman ini sengaja dikosongkan] 64

71 LAMPIRAN 65

72 [halaman ini sengaja dikosongkan] 66

73 BIOGRAFI PENULIS Ridho Syahrial Ibrahim lahir di Surabaya pada 18 Oktober Merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri Pepelegi 1 Sidoarjo ( ). Kemudian meneruskan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Taman Sidoarjo ( ). Setelah itu melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Surabaya, sebelum pindah ke SMA Islam Malang ( ). Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Diploma III di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya jurusan Teknik Elektro Industri ( ). Sempat bekerja di PT. Honda Prospect Motor ( ) sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember program Lintas Jalur Teknik Elektro pada tahun ridho @gmail.com 67

Economic Load Dispatch Unit Pembangkit Termal Mempertimbangkan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin dengan Menggunakan. firefly algorithm,

Economic Load Dispatch Unit Pembangkit Termal Mempertimbangkan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin dengan Menggunakan. firefly algorithm, JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-84 Economic Load Dispatch Pembangkit Termal Mempertimbangkan Penambahan Pembangkit Tenaga Angin dengan Menggunakan Firefly Algorithm

Lebih terperinci

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan 1 Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan Sheila Fitria Farisqi, Rony Seto Wibowo dan Sidaryanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-24 Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization Afif Nur

Lebih terperinci

Optimisasi Unit Commitment Mempertimbangkan Fungsi Biaya Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm

Optimisasi Unit Commitment Mempertimbangkan Fungsi Biaya Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Optimisasi Commitment Mempertimbangkan Fungsi Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm Benny Prastikha Hadhi, Rony Seto Wibowo, Imam Robandi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Optimisasi Unit Commitment Mempertimbangkan Fungsi Biaya Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm

Optimisasi Unit Commitment Mempertimbangkan Fungsi Biaya Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-30 Optimisasi Commitment Mempertimbangkan Fungsi Tidak Mulus Dengan Firefly Algorithm Benny Prastikha Hadhi, Rony Seto Wibowo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik di Indonesia pada umumnya merupakan pembangkit listrik thermal. Kebutuhan pembangkit thermal terhadap bahan bakar fosil dengan jumlah ketersediaan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik pada abad ini sudah merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa tergantikan. Karena pentingnya listrik ini, sistem yang menyuplai dan mengalirkan listrik ini

Lebih terperinci

Dynamic Economic Dispatch Mempertimbangkan Prohibited Operating Zones Menggunakan Algoritma Improved Artificial Bee Colony

Dynamic Economic Dispatch Mempertimbangkan Prohibited Operating Zones Menggunakan Algoritma Improved Artificial Bee Colony JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B -199 Dynamic Economic Dispatch Mempertimbangkan Prohibited Operating Zones Menggunakan Algoritma Improved Artificial Bee Colony

Lebih terperinci

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali T Ar Rizqi Aulia 1, I Made Ardita Y 2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021)

Lebih terperinci

ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony

Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony Nurlita Gamayanti 1, Abdullah Alkaff 2, Amien Karim 3 Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi suatu daerah mengakibatkan kebutuhan tenaga listrik akan semakin meningkat, baik yang berhubungan dengan bidang industri,

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD EKO RENDI SETIAWAN NRP 4205 100 060 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD TUGAS AKHIR LS 1336 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) B-34

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) B-34 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-34 Economic dan Emission dispatch pada Sistem Kelistrikan 500 kv Jawa-Bali Menggunakan Composite Generation Cost Function dengan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A141 Penerapan Batas Ramp-Rate Menggunakan Kombinasi Metode FDP (Forward Dynamic Programming) dan QP (Quadratic Programming) Pada Commitment- Economic Dispatch Riza Fahmi Andriyanto, Ontoseno Penangsang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem tenaga listrik. Operasi sistem tenaga listrik mencakup tentang bagaimana daya listrik dibangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan dengan listrik. Tenaga

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow Mempertimbangkan Carbon Capture And Storage Plants Menggunakan Metode Multi-Objective Particle Swarm Optimization

Dynamic Optimal Power Flow Mempertimbangkan Carbon Capture And Storage Plants Menggunakan Metode Multi-Objective Particle Swarm Optimization B251 Dynamic Optimal Power Flow Mempertimbangkan Carbon Capture And Storage Plants Menggunakan Metode Multi-Objective Particle Swarm Optimization Yauri Mahaputra, Rony Seto Wibowo, Ni Ketut Aryani Jurusan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) B283 Dynamic Economic Dispatch dengan Mempertimbangkan Kerugian Transmisi Menggunakan Metode Sequential Quadratic Programming Dika Lazuardi Akbar, Ontoseno Penangsang, Ni Ketut Aryani. Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Dynamic Economic Dispatch pada Sistem dengan Wind Turbine dan Media Penyimpanan Energi Mempertimbangkan Energy Cycle Limit

Dynamic Economic Dispatch pada Sistem dengan Wind Turbine dan Media Penyimpanan Energi Mempertimbangkan Energy Cycle Limit JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-265 Dynamic Economic Dispatch pada Sistem dengan Wind Turbine dan Media Penyimpanan Energi Mempertimbangkan Energy Cycle Limit

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT Gahara Nur Eka Putra NRP : 1022045 E-mail : bb.201smg@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian tenaga listrik dapat naik turun sebanding dengan besar kecilnya kegiatan dilakukan oleh manusia dalam periode tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITIAN

BAB III 1 METODE PENELITIAN 23 BAB III 1 METODE PENELITIAN 1.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Karakteristik pembangkit meliputi daya maksimum dam minimum, karakteristik heat-rate (perbandingan

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming Nursidi 2209100055 Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT. IGN Satriyadi Hernanda ST., MT. OUTLINES OUTLINES 1 Pendahuluan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH Yassir, Fauzan dan Mahalla Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln. Banda Aceh Medan km. 80,

Lebih terperinci

Optimisasi Kontroler PID dan Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) pada Single Machine Infinite Bus (SMIB) menggunakan Firefly Algorithm (FA)

Optimisasi Kontroler PID dan Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) pada Single Machine Infinite Bus (SMIB) menggunakan Firefly Algorithm (FA) Optimisasi Kontroler PID dan Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) pada Single Machine Infinite Bus (SMIB) menggunakan Firefly Algorithm (FA) TEKNIK SISTEM TENAGA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS

Lebih terperinci

Unit Commitment Pada Sistem Pembangkitan Tenaga Angin Untuk Mengurangi Emisi Dengan Menggunakan Particle Swarm Optimization

Unit Commitment Pada Sistem Pembangkitan Tenaga Angin Untuk Mengurangi Emisi Dengan Menggunakan Particle Swarm Optimization B223 Unit Commitment Pada Sistem Pembangkitan Tenaga Angin Untuk Mengurangi Emisi Dengan Menggunakan Particle Swarm Optimization Muhammad Arindra, Rony Seto Wibowo, dan Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER 1/6 OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER SURIYAN ARIF WIBOWO 07100044 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,

Lebih terperinci

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY Enrich Van Bosar Sitorus *), Hermawan, and Agung Nugroho Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY KETENAGAAN OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA ARTIFICIAL BEE COLONY Enrich Van Bosar Sitorus *), Dr. Ir. Hermawan, DEA dan Ir. Agung Nugroho

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODA TAGUCHI UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS

IMPLEMENTASI METODA TAGUCHI UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS IMPLEMETASI METODA TAGUCHI UTUK ECOOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS Rusilawati,2, Ontoseno Penangsang 2 dan Adi Soeprijanto 2 Teknik elektro, Akademi Teknik Pembangunan asional, Banjarbaru, Indonesia

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT Mart Christo Belfry NRP : 1022040 E-mail : martchristogultom@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK Ontoseno Penangsang Text Book : Power Generation Operation and Control Allen J. Wood & Bruce F. Wollenberg Power System Analysis Hadi Saadat INTRODUCTION Acquaint

Lebih terperinci

Pendekatan Dengan Cuckoo Optimization Algorithm Untuk Solusi Permasalahan Economic Emission Dispatch

Pendekatan Dengan Cuckoo Optimization Algorithm Untuk Solusi Permasalahan Economic Emission Dispatch JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-339 (2301-9271 Print) B-176 Pendekatan Dengan Cuckoo Optimization Algorithm Untuk Solusi Permasalahan Economic Emission Dispatch Agil Dwijatmoko Rahmatullah,

Lebih terperinci

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X Analisis Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Listrik Dengan Menggunakan Metode Unit Decommitment (PT.PLN Wilayah Riau) Oleh: Zulfatri Aini Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOFTWARE ECONOMIC DISPATCH SKALA BESAR DENGAN ALGORITMA ENHANCED LAMBDA ITERATION HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE141599

PENGEMBANGAN SOFTWARE ECONOMIC DISPATCH SKALA BESAR DENGAN ALGORITMA ENHANCED LAMBDA ITERATION HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE141599 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE141599 PENGEMBANGAN SOFTWARE ECONOMIC DISPATCH SKALA BESAR DENGAN ALGORITMA ENHANCED LAMBDA ITERATION Santi Triwijaya NRP 2213 106 029 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Ontoseno Penangsang,

Lebih terperinci

Anggraeni et al., Analisis Karakteristik Input-Output dan Optimasi Biaya Pembangkitan

Anggraeni et al., Analisis Karakteristik Input-Output dan Optimasi Biaya Pembangkitan Anggraeni et al., Analisis Karakteristik Input-Output dan Optimasi Biaya Pembangkitan... Analisis Karakteristik Input-Output dan Optimasi Biaya Pembangkitan Menggunakan Metode Quadratic Least Square Regression

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bin Packing Problem Menurut Wu, Li, Goh, & Souza (2009, p. 2), memasukkan kemasan barang ke dalam suatu tempat merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bin Packing Problem Menurut Wu, Li, Goh, & Souza (2009, p. 2), memasukkan kemasan barang ke dalam suatu tempat merupakan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bin Packing Problem Menurut Wu, Li, Goh, & Souza (2009, p. 2), memasukkan kemasan barang ke dalam suatu tempat merupakan suatu material handling yang penting dalam manufaktur

Lebih terperinci

METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK

METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK Ivan Darren Alber *), Hermawan, and Susatyo Handoko Departemen

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI E D Meilandari 1, R S Hartati 2, I W Sukerayasa 2 1 Alumni Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2 Staff Pengajar Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Emission dan Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Micro Grid menggunakan Multiobjective Genetic Algorithm Optimization

Emission dan Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Micro Grid menggunakan Multiobjective Genetic Algorithm Optimization JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Emission dan Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Micro Grid menggunakan Multiobjective Genetic Algorithm Optimization Primaditya Sulistijono, Ontoseno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kebutuhan energi listrik meningkat dengan cepat, akan tetapi perkembangan pembangkit dan saluran transmisi dibatasi ketersediaan sumber daya dan masalah

Lebih terperinci

ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION DENGAN FIREFLY ALGORITHM

ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION DENGAN FIREFLY ALGORITHM TUGAS AKHIR - TE 141599 ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN COMPOSITE GENERATION COST FUNCTION DENGAN FIREFLY ALGORITHM Lury Amatullah Lumba NRP 2212 100 154 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari pusat pembangkit, saluran transmisi dan pusat beban. Perkembangan beban sistem saat ini sudah tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong 1 Yulianto Mariang, L. S. Patras, ST.,MT, M. Tuegeh, ST.,MT, Ir. H. Tumaliang, MT Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115, Email: jliant_0mariang@yahoo.com

Lebih terperinci

Optimisasi Injeksi Daya Aktif dan Reaktif Dalam Penempatan Distributed Generator (DG) Menggunakan Fuzzy - Particle Swarm Optimization (FPSO)

Optimisasi Injeksi Daya Aktif dan Reaktif Dalam Penempatan Distributed Generator (DG) Menggunakan Fuzzy - Particle Swarm Optimization (FPSO) TESIS Optimisasi Injeksi Daya Aktif dan Reaktif Dalam Penempatan Distributed Generator (DG) Menggunakan Fuzzy - Particle Swarm Optimization (FPSO) Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Ph.D

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik

1 BAB I PENDAHULUAN. waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sistem tenaga listrik merupakan sistem yang selalu berubah seiring berjalannya waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan

Lebih terperinci

OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS PLTG PADA PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CUCKOO SEARCH ALGORITHM

OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS PLTG PADA PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CUCKOO SEARCH ALGORITHM OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS PLTG PADA PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CUCKOO SEARCH ALGORITHM Ariya Dwi Wardhana *), Tejo Sukmadi, and Munawar Agus Riyadi Departemen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

MEMPERTIMBANGKAN VALVE POINT EFFECT DAN MULTIPLE

MEMPERTIMBANGKAN VALVE POINT EFFECT DAN MULTIPLE TUGAS AKHIR TE 141599 DYNAMIC ECONOMIC DISPATCH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VALVE POINT EFFECT DAN MULTIPLE FUEL OPTIONS MENGGUNAKAN METODA ANT COLONY OPTIMIZATION Mochamad Luthfiyansah NRP 2215 105 063 Dosen

Lebih terperinci

1 BAB III 2. 3 METODE PENELITIAN

1 BAB III 2. 3 METODE PENELITIAN 14 1 BAB III 2. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data pengeluaran beban listrik harian sepanjang tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 yang didapat dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang, kelistrikan sudah menjadi salah satu hal terpenting dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya tergantung pada

Lebih terperinci

JURNAL INTAKE---- Vol. 4, Nomor 2, Oktober 2013 ISSN:

JURNAL INTAKE---- Vol. 4, Nomor 2, Oktober 2013 ISSN: JURNAL INTAKE---- Vol. 4, Nomor 2, Oktober 2013 ISSN: 2087-4286 Desain Proporsional Integrator Defferensiator (PID) Controller Dengan Tunning Firefly Algorithm Untuk Load Frequency Control (LFC) Pada Pembangkit

Lebih terperinci

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV TUGAS AKHIR RE 1599 ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV IKA PRAMITA OCTAVIANI NRP 2204 100 028 Dosen

Lebih terperinci

DYNAMIC OPTIMAL POWER FLOW MEMPERTIMBANGKAN VALVE-POINT EFFECT MENGGUNAKAN MODIFIED HONEY BEE MATING OPTIMISATION

DYNAMIC OPTIMAL POWER FLOW MEMPERTIMBANGKAN VALVE-POINT EFFECT MENGGUNAKAN MODIFIED HONEY BEE MATING OPTIMISATION TUGAS AKHIR TE141599 DYNAMIC OPTIMAL POWER FLOW MEMPERTIMBANGKAN VALVE-POINT EFFECT MENGGUNAKAN MODIFIED HONEY BEE MATING OPTIMISATION Hilmy Kharisma NRP 221318 Dosen Pembimbing Dr.Eng. Rony Seto Wibowo,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B27 Optimasi Aliran Daya Satu Phasa Pada Sistem Distribusi Radial 33 Bus IEEE dan Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Aceh Untuk

Lebih terperinci

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali Seminar Final Project Power System Engineering Majoring of Electrical Engineering Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik merupakan faktor utama yang mendukung sistem produksi dari perusahaan industri, terutama pada industri besar di Indonesia. Khususnya pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari

BAB I PENDAHULUAN. Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari tahun ketahun tentu semakin besar pula daya listrik yang harus disediakan. Karena itu perlu adanya

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, dimana pada zaman yang modern ini sudah banyak alat pendukung kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian penjadwalan pembangkit termal pada sistem interkoneksi 500kV Jawa- Bali ini adalah untuk membandingkan metode Simulated Annealing dengan metode yang digunakan PLN.

Lebih terperinci

SIMULASI TEGANGAN DIP PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PT. PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA MENGGUNAKAN ATP-EMTP

SIMULASI TEGANGAN DIP PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PT. PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA MENGGUNAKAN ATP-EMTP TUGAS AKHIR RE1599 SIMULASI TEGANGAN DIP PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PT. PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA MENGGUNAKAN ATP-EMTP Ahmad Dayan NRP 2206100506 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Ontoseno

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Distributed generation adalah sebuah konsep teknologi pembangkit energi listrik dengan kapasitas kecil yang dapat dioperasikan dengan memanfaatkan potensi sumber

Lebih terperinci

Kata Kunci Operasi ekonomis, iterasi lambda, komputasi serial, komputasi paralel, core prosesor.

Kata Kunci Operasi ekonomis, iterasi lambda, komputasi serial, komputasi paralel, core prosesor. OPERASI EKONOMIS PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN METODE ITERASI LAMBDA MENGGUNAKAN KOMPUTASI PARALEL Dheo Kristianto¹, Hadi Suyono, ST, MT, Ph.D.², Ir. Wijono, MT. Ph.D³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK Oleh : Patriandari 2206 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN KNIFE TC 63 mm BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. FILTRONA INDONESIA)

PERENCANAAN PERSEDIAAN KNIFE TC 63 mm BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. FILTRONA INDONESIA) TUGAS AKHIR - ST 1325 PERENCANAAN PERSEDIAAN KNIFE TC 63 mm BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. FILTRONA INDONESIA) RENI FANDANSARI NRP 1307100521 Dosen Pembimbing Dra. Sri Mumpuni R.,

Lebih terperinci

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem Adidtya Perdana Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl. H.M. Jhoni No. 70 C Medan adid.dana@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC)

Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-16 Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC) Ahmad Zakaria H, Sjamsjul

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) B184 PENGGUNAAN RANDOM DRIFT PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (RDPSO) ALGORITHM PADA ECONOMIC DISPATCH MEMPERTIMBANGKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN UNTUK PENGURANGAN EMISI Mikhael Vidi Santoso, Rony Seto

Lebih terperinci

OPTIMASI EKONOMIS PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA KELELAWAR

OPTIMASI EKONOMIS PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA KELELAWAR OPIMASI EKONOMIS PEMBANGKI PLG DI PLGU AMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORIMA KELELAWAR Fauzan Mawardi Kautsar *), Agung Nugroho, and Hermawan Departemen eknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci

OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA I Made Wartana, Mimien Mustikawati Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan pendidikan sarjana S1 pada Jurusan Teknik Elektro Oleh: ETIS

Lebih terperinci

Vol: 4, No. 1, Maret 2015 ISSN:

Vol: 4, No. 1, Maret 2015 ISSN: OPTIMALISASI PID POWER SYSTEM STABILIZER MENGGUNAKAN FIRE FLY ALGORITHM PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK JAWA-BALI Adi Kurniawan Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

TELEROBOTIK MENGGUNAKAN EMBEDDED WEB SERVER UNTUK MEMONITOR DAN MENGGERAKKAN LENGAN ROBOT MENTOR

TELEROBOTIK MENGGUNAKAN EMBEDDED WEB SERVER UNTUK MEMONITOR DAN MENGGERAKKAN LENGAN ROBOT MENTOR TUGAS AKHIR RE1599 TELEROBOTIK MENGGUNAKAN EMBEDDED WEB SERVER UNTUK MEMONITOR DAN MENGGERAKKAN LENGAN ROBOT MENTOR Adib Logys NRP 2206100554 Dosen Pembimbing Ahmad Zaini, S.T., M.T. Diah Puspito Wulandari,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

Kata kunci: Penjadwalan Ekonomis, Fuzzy Logic, Algoritma Genetika

Kata kunci: Penjadwalan Ekonomis, Fuzzy Logic, Algoritma Genetika ABSTRAK Penjadwalan Ekonomis bertujuan untuk mengatur pengoperasian unit pembangkit dengan biaya seekonomis mungkin, namun tetap dapat memenuhi kebutuhan daya untuk beban. Pengoperasian pembangkit secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan bentuk usaha akomodasi pariwisata dengan perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Jumlah hotel terus bertambah setiap tahunnya dan menyumbang devisa

Lebih terperinci

Metoda Penelitian dengan Metoda Taguchi

Metoda Penelitian dengan Metoda Taguchi Metoda Penelitian dengan Metoda Taguchi Menentukan faktor- faktor yang berhubungan dengan hasil yang ingin dicapai Apabila hasil yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan, ubah nilai level masing-masing

Lebih terperinci

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global Johny Custer (2209201007) Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung dimulai pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung dimulai pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung dimulai pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan

Lebih terperinci

PENDEKATAN DENGAN CUCKOO OPTIMIZATION ALGORITHM UNTUK SOLUSI PERMASALAHAN ECONOMIC EMISSION DISPATCH

PENDEKATAN DENGAN CUCKOO OPTIMIZATION ALGORITHM UNTUK SOLUSI PERMASALAHAN ECONOMIC EMISSION DISPATCH TUGAS AKHIR TE141599 PENDEKATAN DENGAN CUCKOO OPTIMIZATION ALGORITHM UNTUK SOLUSI PERMASALAHAN ECONOMIC EMISSION DISPATCH Agil Dwijatmoko Rahmatullah NRP 2213106 0 44 Dosen Pembimbing Dr. Rony Seto Wibowo,

Lebih terperinci

Oleh : RD. MAULANA ISHAK

Oleh : RD. MAULANA ISHAK PERHITUNGAN PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA GENERATOR DAN ARUS PENGISIAN BATERAI PADA TURBIN ANGIN DI LABORATORIUM TEKNIK LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA LAPORAN AKHIR Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Optimalisasi Optimalisasi merupakan suatu proses untuk mengoptimalkan suatu solusi agar ditemukannya solusi terbaik dari sekumpulan alternatif solusi yang ada dengan menggunakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN TESIS HERLINA 0706305305 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu menurut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu 2011-2030 menurut skenario BAU (Business As Usual) meningkat seperti pada gambar 1.1. Dalam gambar tersebut diperlihatkan

Lebih terperinci

2015 APLIKASI ALGORITMA SIMULATED ANNEALING PADA SISTEM KOORDINASI PEMBANGKITAN UNIT THERMAL

2015 APLIKASI ALGORITMA SIMULATED ANNEALING PADA SISTEM KOORDINASI PEMBANGKITAN UNIT THERMAL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Energi listrik saat ini merupakan salah satu kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan energi listrik semakin lama semakin meningkat seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Salah satu kebutuhan energi yang tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN SUSUT ENERGI PADA JARINGAN MENENGAH PENYULANG KALIBAKAL 03 DI PT. PLN (PERSERO) AREA PURWOKERTO

ANALISIS PERBAIKAN SUSUT ENERGI PADA JARINGAN MENENGAH PENYULANG KALIBAKAL 03 DI PT. PLN (PERSERO) AREA PURWOKERTO ANALISIS PERBAIKAN SUSUT ENERGI PADA JARINGAN MENENGAH PENYULANG KALIBAKAL 03 DI PT. PLN (PERSERO) AREA PURWOKERTO HALAM AN JUDUL SKRIPSI Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE CHAOTIC ANT SWARM OPTIMIZATION (CASO) UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500kV JAWA - BALI SKRIPSI

IMPLEMENTASI METODE CHAOTIC ANT SWARM OPTIMIZATION (CASO) UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500kV JAWA - BALI SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE CHAOTIC ANT SWARM OPTIMIZATION (CASO) UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM PEMBANGKIT 500kV JAWA - BALI SKRIPSI Oleh : HENY TRI CAHYANINGSIH NIM : 081910201045 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan tertentu ketika

Lebih terperinci

ANALISIS EKSPERIMENTAL PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SKRIPSI

ANALISIS EKSPERIMENTAL PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SKRIPSI ANALISIS EKSPERIMENTAL PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh

Lebih terperinci

PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION

PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION Wahri Sunanda 1 1) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Bangka Belitung Email: wahrisunanda@ubb.ac.id Abstract - The reliability

Lebih terperinci

EFISIENSI GENERATOR 11 KV/ 65 MW (PLTU) UNIT 4 PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMBAGSEL SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM LAPORAN AKHIR

EFISIENSI GENERATOR 11 KV/ 65 MW (PLTU) UNIT 4 PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMBAGSEL SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM LAPORAN AKHIR EFISIENSI GENERATOR 11 KV/ 65 MW (PLTU) UNIT 4 PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMBAGSEL SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA KEBUTUHAN UDARA UNTUK PEMBAKARAN SEMPURNA PADA BOILER UNIT 1 PLTU 3 JAWA TIMUR TANJUNG AWAR-AWAR TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA KEBUTUHAN UDARA UNTUK PEMBAKARAN SEMPURNA PADA BOILER UNIT 1 PLTU 3 JAWA TIMUR TANJUNG AWAR-AWAR TUGAS AKHIR UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA KEBUTUHAN UDARA UNTUK PEMBAKARAN SEMPURNA PADA BOILER UNIT 1 PLTU 3 JAWA TIMUR TANJUNG AWAR-AWAR TUGAS AKHIR DIMAS FERLINDRA HUTOMO 21050112083020 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA CAT SWARM OPTIMIZATION (CSO) UNTUK MENYELESAIKAN QUADRATIC ASSIGNMENT PROBLEM (QAP)

PENERAPAN ALGORITMA CAT SWARM OPTIMIZATION (CSO) UNTUK MENYELESAIKAN QUADRATIC ASSIGNMENT PROBLEM (QAP) S K R I P S I PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015 i PENERAPAN ALGORITMA CAT SWARM OPTIMIZANON (CSO} UNTUK MENYELESAIKAN SUADRATTC,

Lebih terperinci

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3) Ahmad Yusuf Kurniawan, Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 1), Ir. Arif Musthofa, MT 2). Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN)

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN) IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN) DRAFT SKRIPSI RAJO PANANGIAN HARAHAP 111421045 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan Pembangkit Tersebar

Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan Pembangkit Tersebar Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan Pembangkit Tersebar Soni Irawan Jatmika 2210 105 052 Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. 2. Heri Suryoatmojo, ST. MT.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL KLASIFIKASI ANALISIS DISKRIMINAN DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERBANDINGAN HASIL KLASIFIKASI ANALISIS DISKRIMINAN DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN TUGAS AKHIR - ST 1325 PERBANDINGAN HASIL KLASIFIKASI ANALISIS DISKRIMINAN DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ANANG SETIYO BUDI NRP 1303 100 060 Dosen Pembimbing Dra. Kartika Fitriasari, M.Si Adatul Mukarromah,

Lebih terperinci