BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Artificial Intelligence Pada dasarnya, banyak pandangan serta pengertian mengenai AI, dan secara garis besar, Russell & Norvig (2010:2) membagi pengertian AI ke dalam empat kategori utama, diantaranya: 1. Thinking humanly Pada kategori ini, AI dijelaskan sebagai suatu usaha baru untuk membuat komputer dapat berpikir, suatu mesin yang memiliki pikiran secara penuh dan memiliki rasa, atau dengan kata lain dapat juga disebut sebagai kegiatan yang mengadopsi cara manusia berpikir, seperti pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, pembelajaran, dan sebagainya. 2. Thinking rationally Pada kategori ini, AI dijelaskan sebagai suatu studi melalui pemodelan komputasi sehingga, studi AI ini dapat membuat segala sesuatu mungkin untuk dapat dipersepsikan dan memiliki alasan untuk dilakukan. 3. Acting humanly Pada kategori ini, AI dijelaskan sebagai suatu seni untuk membuat mesin dapat menampilkan fungsi yang membutuhkan kecerdasan ketika digunakan oleh manusia. 4. Acting Rationally Pada kategori ini, AI dijelaskan sebagai studi tentang perancangan agenagen kecerdasan (intelligent agents) dan AI difokuskan pada perilaku yang cerdas Algoritma Cormen, Leiserson, Rivest dan Stein (2009 : 5) menyatakan bahwa algoritma merupakan langkah-langkah komputasi yang terdefinisi dengan baik yang mengambil beberapa nilai atau seperangkat nilai sebagai input dan menghasilkan beberapa nilai atau seperangkat nilai sebagai output. Langkah dalam algoritma adalah dengan mengubah input menjadi output. Algoritma dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah komputasi. 7

2 8 Menurut Robert Setiadi (2008: 4), sebuah algoritma dikatakan benar jika algoritma tersebut berhasil mengeluarkan output yang benar untuk semua kemungkinan input. Sebuah algoritma dikatakan baik apabila seluruh proses di dalamnya efisien untuk menghasilkan solusi dalam waktu sesingkat mungkin dengan menggunakan resource seminimal mungkin Algoritma Pathfinding Tujuan dari algoritma pathfinding adalah untuk menemukan jalur terbaik dari node awal ke node akhir. Secara umum, Russell & Norvig membagi algoritma pathfinding menjadi dua jenis (2010: 81,92), yaitu : 1. Algoritma Uniformed Search Algoritma uninformed search adalah algoritma yang tidak memiliki keterangan tentang jarak atau biaya dari path dan tidak memiliki pertimbangan akan path mana yang lebih baik. 2. Algoritma Informed (Heuristic) Search Algoritma informed search adalah algoritma yang memiliki keterangan tentang jarak atau biaya dari path dan memiliki pertimbangan akan path berdasarkan pengetahuan akan path mana yang lebih baik. Yang termasuk dalam algoritma ini adalah algoritma Greedy Best-first Search dan A* Algoritma Greedy Best-first Search Menurut Russell dan Norvig (2010: 92), greedy merupakan nama lain dari Best First Search. Greedy dapat diartikan rakus atau serakah. Greedy memperluas node yang paling dekat dengan tujuan, dengan alasan bahwa hal ini mungkin menjadi solusi yang cepat dalam melakukan pencarian. Algoritma greedy mengevaluasi node dengan fungsi heuristic : dimana merupakan estimasi biaya dari n ke tujuan Algoritma greedy membangun langkah per langkah, dan selalu memilih langkah selanjutnya yang menawarkan solusi terbaik. Pada setiap langkah algoritma greedy mengambil pilihan terbaik yang dapat

3 9 diperoleh pada saat itu tanpa memperhatikan konsekuensi ke depannya, sebagaimana prinsip algoritma greedy (Dasgupta, Papadimitriou, & Vazirani, 2006: 139). Dengan demikian, secara umum algoritma greedy bekerja dengan cara melakukan pencarian himpunan kandidat dengan fungsi seleksi dan diverifikasi dengan fungsi kelayakan kemudian memilih solusi paling optimal dengan fungsi obyekif. Langkah-Iangkah pencarian lintasan terpendek yang dilakukan Greedy Best-First Search (Suyanto, 2014: 30) : Masukkan simpul awal ke dalam Open List. Open berisi simpul awal dan Closed List masih kosong. Masukkan simpul awal ke Closed List dari suksesornya pada Open List. Ulangi langkah berikut sampai simpul tujuan ditemukan dan tidak ada lagi simpul yang akan dikembangkan. Hitung nilai simpul-simpul yang ada pada Open List, ambil simpul terbaik ( paling kecil). Jika simpul tersebut sama dengan simpul tujuan, maka sukses. Jika tidak, masukkan simpul tersebut ke dalam Closed Bangkitkan semua suksesor dan simpul tersebut Untuk setiap suksesor kerjakan : o Jika suksesor tersebut belum pernah dibangkitkan, evaluasi suksesor tersebut, tambahkan ke Open, dan catat parent-nya. o Jika suksesor tersebut sudah pernah dibangkitkan, ubah parent-nya. Jika jalur melalui parent ini lebih baik daripada jalur melalui parent yang sebelumnya. Selanjutnya, perbaharui biaya untuk suksestor tersebut.

4 Algoritma A* Menurur Russell & Norvig (2010 : 93), A* merupakan bentuk yang paling dikenal dari Best First Search. A* mengevaluasi node dengan menggabungkan, yaitu cost untuk mencapai node, dan, yaitu cost yang diperlukan dari node untuk mencapai tujuan, sehingga : merupakan cost suatu path dari node awal ke node n, dan adalah perkiraan cost terendah dari node n ke tujuan. adalah perkiraan solusi dengan cost termurah melalui n. Dengan demikian, untuk menemukan solusi termurah, hal yang pertama yang dicoba adalah node dengan nilai terendah. Strategi ini jelas lebih baik dengan disediakannya fungsi heuristik yang dapat memenuhi kondisi tertentu sehingga A* menjadi optimal. Algoritma A* menggunakan dua buah list yaitu Open List dan Closed List. Seperti halnya best-first search yang lain kedua list mempunyai fungsi yang sama. Pada awalnya Open List hanya berisi satu simpul yaitu simpul awal dan Closed List masih kosong. Perlu diperhatikan setiap simpul akan menyimpan petunjuk parent-nya sehingga setelah pencarian berakhir, maka lintasan juga akan didapatkan. Berikut adalah langkah-langkah algoritma A* (Suyanto, 2014: 33-34) : Masukkan simpul awal ke Open List. Ulangi langkah berikut sampai pencarian berakhir. Cari node n dengan nilai paling rendah, dalam Open List. Node ini akan menjadi current node. Keluarkan current node dari Open List dan masukkan ke Close List Untuk setiap suksesor dari current node lakukan langkah berikut :

5 11 i. Jika sudah terdapat dalam Closed List, abaikan, jika tidak lanjutkan. ii. Jika belum ada pada Open List, masukkan ke Open List. Simpan current node sebagai parent dari suksesor-suksesor ini. Simpan cost masing-masing simpul. iii. Jika sudah ada dalam Open List, periksa jika simpul suksesor ini mempunyai nilai lebih kecil dibanding suksesor sebelumya. Jika lebih kecil, jadikan sebagai current node dan ganti parent node ini. Walaupun telah mencapai simpul tujuan, jika masih ada suksesor yang memiliki nilai yang lebih kecil, maka simpul tersebut akan terus dipilih sampai bobotnya jauh lebih besar atau mencapai simpul akhir dengan bobot yang lebih kecil dibanding dengan simpul sebelumnya yang telah mencapai simpul tujuan. Pada setiap pemilihan simpul berikutnya, nilai akan dievaluasi, dan jika terdapat nilai yang sama maka akan dipilih berdasarkan nilai terbesar Heuristik Menurut Wichmann (2004: 7), heuristik merupakan aturan-aturan untuk memilih cabang-cabang yang memiliki kemungkinan mengarah pada pemecahan masalah. Karena heuristik menggunakan informasi yang terbatas maka heuristik mungkin gagal dalam memprediksikan prilaku secara tepat dalam suatu pencarian. Heuristik dapat membantu menunjukkan arah yang tepat bagi suatu algoritma, tetapi mungkin juga gagal dalam memberikan petunjuk kepada algoritma tersebut. Menurut Suyanto (2014: 66), algoritma informed search tanpa fungsi heuristik yang baik akan memperlambat pencarian dan dapat menghasilkan lintasan yang tidak tepat. Untuk menghasilkan lintasan yang benar-benar

6 12 tepat, maka fungsi heuristiknya harus underestimate terhadap biaya dari suatu node ke final node. Fungsi heuristik yang sempurna akan membuat algoritma informed search langsung menuju final node tanpa harus mencari ke araharah lain. Sehingga, jika fungsi heuristiknya terlalu underestimate akan menyebabkan algoritma ini beranggapan bahwa ada lintasan yang lebih baik dari lintasan yang ada. Untuk fungsi heuristik yang underestimate, bila nilainya terlalu rendah akan menyebabkan algoritma ini seperti dijkstra yang mencari ke segala arah yang mungkin. Hal ini dikarenakan tidak cukupnya informasi mengenai masalah yang dihadapi, sehingga menyebabkan algoritma informed search melakukan pencarian dengan lebih banyak dan lebih lama. Jika algoritma ini diharapkan melakukan pencarian dengan lebih cepat tanpa memperoleh lintasan terpendek, maka fungsi heuristiknya suatu saat dapat overestimate Straight Line Distance Menurut Patel (2006), straight line distance atau euclidean distance digunakan ketika unit yang kita pakai dapat bergerak ke segala arah. Fungsi heuristik dari straight line distance yaitu: function heuristic(node) = dx = abs(node.x - goal.x) dy = abs(node.y - goal.y) return D * sqrt(dx * dx + dy * dy) Suyanto (2014:66) menuliskan kembali fungsi straight line distance yang dibuat oleh Patel (2006) ke dalam rumus matematika sebagai berikut : Dimana : adalah koodinat X dari node pertama pada grid adalah koodinat X dari final node

7 13 adalah koodinat Y dari node pertama pada grid adalah koodinat Y dari final node Straight line distance cocok digunakan dalam kasus pencarian lintasan pada peta. Fungsi heuristik Straight line distance menjamin bahwa nilai heuristik yang dihasilkan pasti lebih kecil (underestimate) atau sama dengan jarak sebenarnya. Sehingga persamaan tersebut dapat digunakan untuk mencari nilai heuristik Analisis Algoritma Menurut Allen (2013: 145), yang dimaksud dengan analisis algoritma adalah proses menganalisis, menentukan besarnya biaya yang diperlukan suatu algoritma untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Cormen (2013: 21), menganailsis algoritma dapat diartikan sebagai proses memprediksi sumber-sumber yang dibutuhkan oleh algoritma. Terkadang sumber-sumber seperti memori, communication bandwith, atau perangkat keras komputer menjadi hal-hal yang utama, tetapi sering kali waktu komputasi menjadi hal yang paling penting untuk dihitung dalam menganalisis algoritma Time Complexity Menurut Setiadi (2008: 46) time complexity adalah lamanya waktu yang dibutuhkan komputer untuk menjalankan suatu algoritma. Beberapa algoritma dapat diselesaikan kurang dari 1 milidetik. Namun, tidak semua algoritma dapat selesai diproses dalam kurang dari satu milidetik. Algoritma yang kompleks dapat memerlukan waktu beberapa menit hingga berhari - hari untuk menyelesaikan proses nya. Hal ini berlaku bahkan dengan komputer tercanggih sekalipun. Perhitungan time complexity biasanya dipengaruhi oleh jumlah data yang harus di proses Shortest Path Menurut Arannz, Llanos, Escribano (2014: 2), shortest path adalah pencarian lintasan atau path terpendek antar node yang ada pada graf. Biaya (cost) yang dihasilkan adalah yang paling minimum.

8 Flowchart Menurut Robertson (2010:264), flowchart merupakan representasi grafis dari sebuah algoritma, dimana flowchart digambar menggunakan simbol-simbol khusus. Tabel 2.1 Simbol Flowchart Terminal Symbol adalah simbol yang melambangkan mulai atau selesainya sebuah flowchart. Input atau output symbol adalah simbol yang merepresetasikan bentuk proses input atau output didalam algoritma. Process symbol adalah simbol yang merepresentasikan setiap proses yang dijalankan didalam algoritma, seperti pemberian nilai ataupun melakukan kalkulasi. Predefined process symbol adalah simbol yang merepresentasikan semua modul didalam algoritma. Decision symbol adalah simbol yang merepresentasikan keputusan logis yang akan diambil ketika membandingkan dua buah nilai.

9 15 Flowlines adalah garis yang menghubungkan simbol-simbol yang ada didalam sebuah flowchart Koordinat Peta Menurut Natalia, Achmaliadi, Hanafi, Safitri, Kurniawa, Pramono (2005 : 1-7), koordinat peta adalah perpotongan antara garis bujur dengan garis lintang. Terdapat dua sistem yang biasa digunakan, yaitu sistem koordinat BUJUR-LINTANG dan sistem koordinat UTM (Universal Transveres Method). Sistem koordinat BUJUR-LINTANG lebih cocok digunakan di Indonesia karena Indonesia terletak pada garis khatulistiwa. Sistem koordinat BUJUR-LINTANG terdiri dari dua komponen yang menentukan yaitu : 1. Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubung- kan kutub utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga garis lintang (Latitude). 2. Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur (Longitude). Karena bentuk dunia seperti bola, maka ketentuan yang mengatur koordinat bujur-lintang mirip dengan ketentuan matematika yang mengatur lingkaran. Dengan demikian, cara untuk menentukan koordinat bujur-lintang adalah sama dengan perhitungan lingkaran yaitu : derajat ( ) dan menit ('). 1 bujur atau lintang adalah 111,322 km. 1 adalah 60 menit, sehingga 1 menit adalah 1,885 km Related Works Penentuan Rute Terpendek Menggunakan Variasi Fungsi Heuristik Algoritme A* Pada Mobile Devices

10 16 Ananda, Wahjuni, dan Giri (2010) melakukan penelitian tentang perbedaan tiga macam fungsi heuristik dalam menentukan rute terpendek dengan algoritma Informed Search. Fungsi heuristik yang dibandingkan adalah Manhattan, Euclidian, dan Euclidian Kuadrat. Dalam penelitian ini, algoritma Informed Search yang digunakan adalah A*(star) dan perangkat yang digunakan untuk penelitian adalah mobile phone. Peta yang digunakan untuk penelitian adalah peta IPB yang ditampilkan dalam bentuk grid. Fungsi Manhattan memiliki rumus sebagai berikut : Fungsi Euclidean memiliki rumus sebagai berikut : Fungsi Euclidean Kuadrat memiliki rumus sebagai berikut : Peta IPB direpresentasikan dalam bentuk matrik 15 x 12. Matrik tersebut terdiri dari dua bilangan, yaitu 0 dan 1. Bilangan 0 menandakan bahwa rute bisa dilewati, sedangkan bilangan 1 menandakan rute tidak bisa dilewati. Nilai 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 adalah representasi dari properti yang dimiliki oleh peta, misalnya gedung rektorat dan fakultas - fakultas unversitas. Berikut merupakan bentuk matrik dari peta IPB : mymap =[[1,1,1,0,1,1,0,1,1,1,1,1], [1,1,1,0,7,1,0,1,1,1,1,1], [0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,1,1], [0,1,1,1,1,0,1,0,1,0,1,1], [0,1,1,1,1,0,1,0,1,0,1,1], [0,1,1,1,1,0,0,0,1,0,0,0], [0,6,1,1,1,0,1,1,1,0,1,1], [0,1,10,10,1,0,1,1,6,0,1,1], [0,1,10,10,9,0,1,1,1,0,0,0], [0,1,10,10,1,0,1,1,1,0,1,0], [0,1,1,1,10,0,0,0,0,0,1,0], [0,1,1,5,1,1,1,1,1,0,8,0], [0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0], [1,1,1,1,1,0,1,1,1,1,1,1], [1,1,1,1,1,0,1,1,1,1,1,1]];

11 17 Dalam penelitian ini, unsur yang diuji adalah waktu eksekusi masing - masing fungsi heuristik (Time), banyaknya node yang diperiksa untuk menemukan rute terpendek (Nodes), dan rute terpendek dari node awal ke node akhir (Shortest_P). Pada pengujian pertama, rute dilakukan dari rektorat menuju fakultas pertanian, perpustakaan IPB, dan fakultas peternakan. Hasil dari pengujian sebagai berikut : Tabel 2.2 Hasil Pencarian Rute dengan Rute Awal Rektorat Fakultas Pertanian Perpustakaan Pusat IPB Fakultas Peternakan Man Euc Euc 2 Man Euc Euc 2 Man Euc Euc 2 Time (ms) Nodes Shortest_P Dari hasil yang diperoleh pada tabel hasil pencarian rute dengan rute awal Rektorat, Shortest_P yang didapat oleh tiga fungsi heuristik yaitu 11 untuk rute rektorat-fakultas pertanian, 14 untuk rute rektorat-perpustakaan IPB, dan 9 untuk rute rektorat-fakultas peternakan. Jumlah node yang diperiksa dengan menggunakan fungsi heuristik Euclidian kuadrat lebih sedikit dibandingkan dengan fungsi heuristik yang lainnya yaitu 16 utnuk rute rektorat-fakultas pertanian, 21 untuk rute rektoratperpustakaan IPB, dan 10 untuk rute rektorat-fakultas peternakan. Fungsi heuristik Manhattan menghasilkan waktu pencarian rute yang lebih cepat dibandingkan dengan fungsi Euclidian, tetapi fungsi heuristik Euclidian kuadrat menghasilkan waktu pencarian yang lebih cepat dibandingkan fungsi heuristik lainnya yaitu ms pada rute rektorat-fakultas pertanian, ms pada rute rektoratperpustakaan pusat IPB, dan 81.7 ms pada rute rektoratfakultas peternakan. Pada pengujian kedua, rute dilakukan dari rektorat menuju fakultas pertanian, perpustakaan IPB, dan fakultas peternakan. Hasil dari pengujian sebagai berikut : Tabel 2.3 Hasil Pencarian Rute dengan Rute Awal Fakultas Pertanian

12 18 Rektorat Perpustakaan Pusat IPB Fakultas Peternakan Man Euc Euc 2 Man Euc Euc 2 Man Euc Euc 2 Time (ms) Nodes Shortest_P Dari hasil yang diperoleh pada tabel hasil pencarian rute dengan rute awal Fakultas Pertanian, Shortest_P yang didapat oleh tiga fungsi heuristik memiliki perbedaan yaitu 11 untuk rute fakultas pertanian-rektorat, 9 untuk rute fakultas pertanian-perpustakaan IPB, sedangkan rute fakultas pertanian-fakultas peternakan, besarnya Shortest_P pada fungsi heuristik Manhattan dan Euclidian adalah 18, tetapi fungsi heuristik Euclidian kuadrat menghasilkan nilai 24. Pada rute fakultas pertanian-rektorat, banyaknya node yang diperiksa menggunakan fungsi heuristik Euclidian kuadrat memiliki nilai paling besar yaitu 23, sedangkan pada rute yang lain, fungsi heuristik ini memiliki nilai yang paling kecil yaitu 13 untuk rute fakultas pertanian-perpustakaan IPB dan 36 untuk rute fakultas pertanian-fakultas peternakan. Fungsi heuristik Euclidian kuadrat memiliki waktu pencarian tercepat pada rute fakultas pertanian-perpustakaan IPB yaitu 95.7 ms dan 290 ms pada rute fakultas pertanian-fakultas peternakan, sedangkan pada rute fakultas pertanian-rektorat, fungsi heuristik Manhattan memiliki waktu pencarian tercepat yaitu ms. Pada pengujian ketiga, rute dilakukan dari rektorat menuju fakultas pertanian, perpustakaan IPB, dan fakultas peternakan. Hasil dari pengujian sebagai berikut : Tabel 2.4 Hasil Pencarian Rute dengan Rute Awal Perpustakaan Pusat IPB Rektorat Fakultas Pertanian Fakultas Peternakan Man Euc Euc 2 Man Euc Euc 2 Man Euc Euc 2 Time (ms) Nodes Shortest_P Dari hasil yang diperoleh pada tabel hasil pencarian rute dengan rute awal Perpustakaan Pusat IPB, Shortest_P yang didapat oleh tiga fungsi heuristik yaitu 14

13 19 untuk rute perpustakaan pusat IPB-rektorat, 9 untuk rute perpustakaan IPB- fakultas pertanian, dan 15 untuk rute perpustakaan pusat IPB-fakultas peternakan. Pada rute perpustakaan pusat IPB-fakultas pertanian, banyaknya node yang diperiksa menggunakan fungsi heuristik Manhattan memiliki nilai paling kecil yaitu 18, sedangkan pada rute yang lain, fungsi heuristik Euclidian kuadrat memiliki nilai yang paling kecil yaitu 20 untuk rute perpustakaan IPB-rektorat dan 22 untuk rute perpustakaan pusat IPB-fakultas peternakan. Fungsi heuristik Euclidian memiliki waktu pencarian terlambat dibandingkan dengan fingsi heuristik lainnya yaitu ms, ms, dan 236 ms. Untuk rute perpustakaan pusat IPB-rektorat dan perpustakaan pusat IPB-fakultas peternakan, fungsi heuristik Euclidian kuadrat memiliki waktu pencarian tercepat yaitu 149 ms dan ms. Sedangkan fungsi heuristik Manhattan memiliki waktu pencarian tercepat pada rute perpustakaan pusat IPB-fakultas pertanian yaitu sebesar 123 ms. Pada pengujian keempat, rute dilakukan dari rektorat menuju fakultas pertanian, perpustakaan IPB, dan fakultas peternakan. Hasil dari pengujian sebagai berikut : Tabel 2.5 Hasil Pencarian Rute dengan Rute Awal Fakultas Perternakan Rektorat Fakultas Pertanian Perpustakaan Pusat IPB Man Euc Euc 2 Man Euc Euc 2 Man Euc Euc 2 Time (ms) Nodes Shortest_P Dari hasil yang diperoleh pada tabel hasil pencarian rute dengan rute awal Fakultas Perternakan, Shortest_P yang didapat oleh tiga fungsi heuristik memiliki perbedaan yaitu 9 untuk rute fakultas peternakan-rektorat, 18 untuk rute fakultas peternakan-fakultas pertanian dengan menggunakan fungsi heuristik mahattan dan Euclidian, sedangkan untuk fungsi heuristik Euclidian kuadrat pada rute yang sama menghasilkan cost sebesar 24. Untuk rute fakultas peternakan-perpustakaan pusat IPB, Shortest_P pada fungsi heuristik Manhattan dan Euclidian adalah 15, tetapi fungsi heuristik Euclidian kuadrat menghasilkan nilai 23. Jumlah node yang diperiksa dengan menggunakan fungsi heuristik Euclidian lebih besar daripada

14 20 fungsi heuristik yang lain yaitu 11 untuk rute fakultas peternakan-rektorat, 47 untuk rute fakultas peternakan-fakultas pertanian, dan 31 untuk rute fakultas peternakanperpustakaan pusat IPB. Fungsi heuristik Manhattan memiliki waktu pencarian tercepat pada rute fakultas peternakan fakultas pertanian dan rute fakultas peternakan-perpustakaan pusat IPB yaitu ms dan ms. Pada rute fakultas peternakanperpustakaan pusat IPB, fungsi heuristik Euclidian kuadrat memiliki waktu pencarian terlambat yaitu 245 ms. Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan fungsi heuristik pada algoritma A* sangat mempengaruhi dalam pencarian rute terpendek dan waktu eksekusi dari algoritma A* dalam menentukan rute terpendek. Fungsi Euclidean membutuhkan waktu lebih banyak tetapi, selalu menemukan rute terpendek. Fungsi Euclidean Kuadrat memiliki waktu pencarian lebih cepat tetapi, belum tentu menghasilkan rute paling pendek. Fungsi Manhattan memberikan waktu lebih cepat daripada fungsi Euclidean dan selalu menemukan rute terpendek Experimental Comparison of Uninformed and Heuristic AI Algorithms for N Puzzle and 8 Queen Puzzle Solution Mathew dan Tabbasum (2014) melakukan penelitian tentang perbandingan algoritma Uninformed dan Heuristic dalam menyelesaikan N-Puzzle dan 8 Queen Puzzle. Dalam penelitian ini, akan dibandingkan algoritma Breadth First Search (BFS) dan Depth First Search (DFS) sebagai Uninformed Search, Greedy Best First Search, A* Search, dan Hill Climbing Search sebagai Heuristic Search. N-Puzzle yang digunakan untuk pengujian berukuran 8 dalam matrik 3 x 3 dan untuk 8 Queen Puzzle, digunakan matrik berukuran 8 x 8. BFS bekerja dengan mengekspansi semua node ke dalam tree, kemudian melakukan pencarian pada level yang sama terlebih dahulu sampai level tersebut selesai ditelusuri, selanjutnya level akan berpindah pada level selanjutnya. DFS melakukan pencarian hampir sama seperti BFS, hanya saja DFS melakukan pencarian terhadap satu branch sampai tidak ada branch lagi, kemudian dilanjutkan dengan branch alternatif lainnya. A* bekerja dengan melakukan pencarian berdasarkan nilai path cost dan heuristic cost, sedangkan Greedy Best First Search hanya melihat nilai heuristik saja. Hill Climbing Search melakukan pencarian hampir sama seperti A* dengan melihat

15 21 path cost dan heuristic cost, tetapi Hill Climbing Search mencari nilai path cost terbesar dan heuristic cost terkecil. Hasil dari penelitian ini adalah : Tabel 2.6 Hasil Algoritma Pencarian pada N Puzzle No Algoritma G E D L 1 BFS NA DFS NA A* Search Greedy BFS Hill Climbing G adalah node yang akan dihitung dalam pencarian, E adalah node yang akan diekspansi, D adalah node yang dihilangkan, L adalah panjang langkah yang dihasilkan dari pencarian Berdasarkan tabel hasil algoritma pencarian pada N Puzzle, dapat disimpulkan bahwa BFS lebih baik dalam pencarian Uninformed dibandingkan DFS. A* Search memiliki hasil yang sama dengan Greedy BFS, sedangkan Hill Climbing menggunakan memori yang lebih sedikit dibandingkan A* Search dan Greedy BFS. Tabel 2.7 Hasil Perbandingan dari 8-Queen Puzzle BFS DFS Greedy Hill Min Cost - - No of crashes of Climbing No of crashes of A* No of crashes of

16 22 Backtracking placed placed placed queens queens queens No Yes Yes No Yes Complete Yes No No No Yes Time O(b d+1 ) O(b m ) O(b m ) O( ) Exponential with path length Space O(b d+1 ) O(b m ) O(b m ) O(b) Stores all nodes Optimal Yes No No No Yes Berdasarkan tabel hasil perbandingan dari 8-Queen Puzzle, dapat disimpulkan bahwa algoritma A* adalah algoritma yang paling baik dalam menyelesaikan masalah 8-Queen Puzzle Pathfinding: A* or Dijkstra s? Goyal, Mogha, Luthra, dan Sangwan (2014) melakukan analisis perbandingan algoritma pathfinding pada peta. Tujuannya adalah mengetahui algoritma mana yang memiliki waktu berpikir lebih singkat dan jarak lintasan yang lebih pendek. Algoritma yang dianalisis pada penelitian ini adalah algoritma A* dengan Dijkstra's menggunakan greedy best-first search. Pengujian dilakukan dengan simulasi pada petak berukuran 40x40 dengan agent berada petak start dan akan menuju petak finish yang telah ditentukan. Agent hanya bisa bergerak ke delapan arah yaitu atas, bawah, kanan, kiri dan diagonal. Terdapat dua kali percobaan dengan obstacle yang berbeda. Berikut ini adalah hasil percobaan dari kedua algoritma :

17 23 A* Dijkstra s Gambar 2.1 Hasil Percobaan Pertama (sumber : Goyal, Mogha, Luthra, dan Sangwan, 2014: 11) A* Dijkstra s Gambar 2.2 Hasil Percobaan Kedua (sumber : Goyal, Mogha, Luthra, dan Sangwan, 2014: 12)

18 24 Simbol S menunjukan node awal dan simbol F menunjukan node akhir. Simbol R merupakan rute yang dipilih oleh algoritma, sedangkan simbol O adalah penghalang atau obstacle pada peta yang tidak bisa dilalui sebagai rute. Berikut merupakan tabel hasil perbandingan algoritma dari dua pengujian yang telah dilakukan : Tabel 2.8 A* vs Dijkstra's Comparison in Time (ms) Comparion in Lenght (nodes) A* Dijkstra's A* Dijkstra's Case Case Berdasarkan hasil yang diperoleh, jarak yang dihasilkan oleh algoritma A* dan Dijkstra's pada kedua percobaan adalah sama yaitu 55 nodes. Waktu yang dibutuhkan oleh algoritma A* untuk menentukan lintasan yang dilalui pada case pertama dan kedua adalah 67 dan 102 ms, sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh algoritma Dijkstra's pada case pertama dan kedua adalah 146 dan 129. Dapat disimpulkan bahwa algoritma A* memiliki waktu berpikir yang lebih singkat dari algoritma Dijkstra's. Berikut ini merupakan tabel perbandingan antara tiga penelitian terdahulu : Tabel 2.9 Perbandingan Penelitian Terdahulu No. Judul Tujuan Metode Hasil 1 Penentuan Membandingkan Algoritma Tabel hasil Rute waktu berpikir A* dengan perbandingan tiga Terpendek algoritma A* fungsi fungsi heuristik pada Menggunakan Variasi Fungsi Heuristik dengan waypoint navigator pada heuristik Manhattan, Euclidean, A* Algoritme A* IOS dan Android Euclidean

19 25 Pada Mobile Kuadrat Devices 2 Experimental Menganalisa Algoritma Tabel hasil Comparison of perbandingan BFS, DFS, perbandingan pada Uninformed algoritma Greedy N-Puzzle dan 8- and Heuristic Uninformed best-first Queen Puzzle AI Algorithms search dengan search, A* for N Puzzle Informed search Search, Hill and 8 Queen Climbing Puzzle Search Solution 3 Pathfinding: Membandingkan Algoritma Tabel perbandingan A* or algoritma A* dengan waktu berpikir dan Dijkstra s? pathfinding pada dijkstra banyak petak yang petak berukuran dilalui algoritma 40x40 yang diuji

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman serba modern ini, peta masih digunakan oleh kebanyakan orang untuk menuju suatu tempat. Lintasan yang dipilih untuk menuju tujuan pastilah lintasan yang

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA GREEDY DAN ALGORITMA A* membangkitkan simpul dari sebuah simpul sebelumnya (yang sejauh ini terbaik di

BAB III ALGORITMA GREEDY DAN ALGORITMA A* membangkitkan simpul dari sebuah simpul sebelumnya (yang sejauh ini terbaik di BAB III ALGORITMA GREEDY DAN ALGORITMA A* 3.1 Best First Search Sesuai dengan namanya, best-first search merupakan sebuah metode yang membangkitkan simpul dari sebuah simpul sebelumnya (yang sejauh ini

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma A* Untuk Pencarian Rute Terdekat Pada Permainan Berbasis Ubin (Tile Based Game)

Penerapan Algoritma A* Untuk Pencarian Rute Terdekat Pada Permainan Berbasis Ubin (Tile Based Game) Penerapan Algoritma A* Untuk Pencarian Rute Terdekat Pada Permainan Berbasis Ubin (Tile Based Game) Febriana Santi Wahyuni 1,*, Sandy Nataly Mantja 1 1 T.Informatika Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Algoritma Algoritma merupakan urutan langkah langkah untuk menyelesaikan masalah yang disusun secara sistematis, algoritma dibuat dengan tanpa memperhatikan bentuk

Lebih terperinci

Pertemuan-07 INFORMATIKA FASILKOM UNIVERSITAS IGM

Pertemuan-07 INFORMATIKA FASILKOM UNIVERSITAS IGM 07/04/2016 3. HEURISTIC METHOD Algoritma yang menggunakan Metode Best-First Search, yaitu: 1 Literatur Review KECERDASAN BUATAN Pertemuan-07 INFORMATIKA FASILKOM UNIVERSITAS IGM a. Greedy Best-First Greedy

Lebih terperinci

Metode Searching. Blind/Un-informed Search. Heuristic/Informed Search. Breadth-First Search (BFS) Depth-First Search (DFS) Hill Climbing A*

Metode Searching. Blind/Un-informed Search. Heuristic/Informed Search. Breadth-First Search (BFS) Depth-First Search (DFS) Hill Climbing A* SEARCHING Russel and Norvig. 2003. Artificial Intelligence: a Modern Approach. Prentice Hall. Suyanto, Artificial Intelligence. 2005. Bandung:Informatika Program Studi Ilmu Komputer FPMIPA UPI RNI IK460(Kecerdasan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA PATHFINDING GREEDY BEST-FIRST SEARCH DENGAN A*(STAR) DALAM MENENTUKAN LINTASAN PADA PETA

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA PATHFINDING GREEDY BEST-FIRST SEARCH DENGAN A*(STAR) DALAM MENENTUKAN LINTASAN PADA PETA ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA PATHFINDING GREEDY BEST-FIRST SEARCH DENGAN A*(STAR) DALAM MENENTUKAN LINTASAN PADA PETA Christophorus Yohannes Suhaili 1 ; Mendy Irawan 2 ; Raja Muhammad Fahrizal 3 ; Antonius

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA A* PADA PERMASALAHAN OPTIMALISASI PENCARIAN SOLUSI DYNAMIC WATER JUG

PENERAPAN ALGORITMA A* PADA PERMASALAHAN OPTIMALISASI PENCARIAN SOLUSI DYNAMIC WATER JUG PENERAPAN ALGORITMA A* PADA PERMASALAHAN OPTIMALISASI PENCARIAN SOLUSI DYNAMIC WATER JUG Firman Harianja (0911519) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

METODE PENCARIAN DAN PELACAKAN

METODE PENCARIAN DAN PELACAKAN METODE PENCARIAN DAN PELACAKAN SISTEM INTELEGENSIA Pertemuan 4 Diema Hernyka S, M.Kom Materi Bahasan Metode Pencarian & Pelacakan 1. Pencarian buta (blind search) a. Pencarian melebar pertama (Breadth

Lebih terperinci

AI sebagai Masalah Pelacakan. Lesson 2

AI sebagai Masalah Pelacakan. Lesson 2 AI sebagai Masalah Pelacakan Lesson 2 Teknik Pencarian Pendahuluan Setelah permasalahan direpresentasikan dalam bentuk state-space, maka selanjutnya dilakukan pencarian (searching) di dalam state-space

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah lintasan terpendek berkaitan dengan pencarian lintasan pada graf

BAB I PENDAHULUAN. Masalah lintasan terpendek berkaitan dengan pencarian lintasan pada graf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah lintasan terpendek berkaitan dengan pencarian lintasan pada graf berbobot yang menghubungkan dua buah simpul sedemikian hingga jumlah bobot sisi-sisi

Lebih terperinci

Hal penting dalam menentukan keberhasilan sistem cerdas adalah kesuksesan dalam pencarian.

Hal penting dalam menentukan keberhasilan sistem cerdas adalah kesuksesan dalam pencarian. Hal penting dalam menentukan keberhasilan sistem cerdas adalah kesuksesan dalam pencarian. 3 Teknik Search menentukan simpul mana yang dibuat lebih dulu dan mana yang kemudian sampai ditemukannya simpul

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENCARIAN DEPTH-FIRST SEARCH, BREADTH-FIRST SEARCH DAN BEST-FIRST SEARCH PADA PERMAINAN 8-PUZZLE

PERBANDINGAN METODE PENCARIAN DEPTH-FIRST SEARCH, BREADTH-FIRST SEARCH DAN BEST-FIRST SEARCH PADA PERMAINAN 8-PUZZLE e-journal Teknik Elektro dan Komputer (2014) ISSN: 2301-8402 1 PERBANDINGAN METODE PENCARIAN DEPTH-FIRST SEARCH, BREADTH-FIRST SEARCH DAN BEST-FIRST SEARCH PADA PERMAINAN 8-PUZZLE Oleh: Arie S. M. Lumenta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah pasangan himpunan (V, E), dan ditulis dengan notasi G = (V, E), V adalah himpunan tidak kosong dari verteks-verteks {v 1, v 2,, v n } yang

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional

Tujuan Instruksional Pertemuan 4 P E N C A R I A N T A N P A I N F O R M A S I B F S D F S U N I F O R M S E A R C H I T E R A T I V E D E E P E N I N G B I D I R E C T I O N A L S E A R C H Tujuan Instruksional Mahasiswa

Lebih terperinci

METODE PENCARIAN BFS dan DFS

METODE PENCARIAN BFS dan DFS METODE PENCARIAN BFS dan DFS Metode Pencarian Terdapat banyak metode yang telah diusulkan. Semua metode yang ada dapat dibedakan ke dalam 2 jenis : Pencarian buta / tanpa informasi (blind / un-informed

Lebih terperinci

SEARCHING. Blind Search & Heuristic Search

SEARCHING. Blind Search & Heuristic Search SEARCHING Blind Search & Heuristic Search PENDAHULUAN Banyak cara yang digunakan untuk membangun sistem yang dapat menyelesaikan masalah-masalah di AI. Teknik penyelesaian masalah yang dapat dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi telah berkembang dengan cukup pesat. Perkembangan teknologi mengakibatkan pemanfaatan atau pengimplementasian teknologi tersebut dalam berbagai

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma A* (A Star) Sebagai Solusi Pencarian Rute Terpendek Pada Maze

Penerapan Algoritma A* (A Star) Sebagai Solusi Pencarian Rute Terpendek Pada Maze Penerapan Algoritma A* (A Star) Sebagai Solusi Pencarian Rute Terpendek Pada Maze 1 Rakhmat Kurniawan. R., ST, M.Kom, 2 Yusuf Ramadhan Nasution, M.Kom Program Studi Ilmu Komputer, Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan komputer atau yang sering kita sebut game merupakan salah satu aplikasi yang banyak diminati oleh para pengguna perangkat teknologi informasi dan komunikasi

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan. Pertemuan 03. Pencarian Branch & Bound dan Heuristik (Informed)

Kecerdasan Buatan. Pertemuan 03. Pencarian Branch & Bound dan Heuristik (Informed) Kecerdasan Buatan Pertemuan 03 Pencarian Branch & Bound dan Heuristik (Informed) Husni Lunix96@gmail.com http://www.facebook.com/lunix96 http://komputasi.wordpress.com S1 Teknik Informatika, STMIK AMIKOM,

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan. Penyelesaian Masalah dengan Pencarian... Pertemuan 02. Husni

Kecerdasan Buatan. Penyelesaian Masalah dengan Pencarian... Pertemuan 02. Husni Kecerdasan Buatan Pertemuan 02 Penyelesaian Masalah dengan Pencarian... Husni Lunix96@gmail.com http://komputasi.wordpress.com S1 Teknik Informatika, STMIK AMIKOM, 2013 Outline Konsep Pencarian Pencarian

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan Penyelesaian Masalah dengan Pencarian

Kecerdasan Buatan Penyelesaian Masalah dengan Pencarian Kecerdasan Buatan Pertemuan 02 Penyelesaian Masalah dengan Pencarian Kelas 10-S1TI-03, 04, 05 Husni Lunix96@gmail.com http://komputasi.wordpress.com S1 Teknik Informatika, STMIK AMIKOM, 2012 Outline Pendahuluan

Lebih terperinci

Pengembangan Teknik Pencarian Optimal Menggunakan Algoritma Generate and Test dengan Diagram Precedence (GTPRE)

Pengembangan Teknik Pencarian Optimal Menggunakan Algoritma Generate and Test dengan Diagram Precedence (GTPRE) Pengembangan Teknik Pencarian Optimal Menggunakan Algoritma Generate and Test dengan Diagram Precedence (GTPRE) Development of Optimal Search Using Generate and Test Algorithm with Precedence Diagram (GTPRE)

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA A* (STAR) UNTUK MENCARI RUTE TERCEPAT DENGAN HAMBATAN

PENERAPAN ALGORITMA A* (STAR) UNTUK MENCARI RUTE TERCEPAT DENGAN HAMBATAN PENERAPAN ALGORITMA A* (STAR) UNTUK MENCARI RUTE TERCEPAT DENGAN HAMBATAN Yenie Syukriyah 1) Falahah 2) Hermi Solihin 3) 1,2,3) Teknik Informatika Universitas Widyatama Jl. Cikutra no. 204 A Bandung yenie.syukriyah@widyatama.ac.id

Lebih terperinci

Problem solving by Searching. Materi 3 Kecerdasan Buatan Oleh: Dewi Liliana TI PNJ

Problem solving by Searching. Materi 3 Kecerdasan Buatan Oleh: Dewi Liliana TI PNJ Problem solving by Searching Materi 3 Kecerdasan Buatan Oleh: Dewi Liliana TI PNJ Pendahuluan Pengantar : Membahas agen cerdas penyelesaian problem serta strategi uninformed untuk memecahkan masalah. Tujuan:

Lebih terperinci

Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem

Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem Arie Tando (13510018) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

METODE PENCARIAN. Irvanizam Zamanhuri, M.Sc Dr. Taufiq A. Gani, M.EngSc

METODE PENCARIAN. Irvanizam Zamanhuri, M.Sc Dr. Taufiq A. Gani, M.EngSc METODE PENCARIAN Irvanizam Zamanhuri, M.Sc Dr. Taufiq A. Gani, M.EngSc Jurusan Informatika Universitas Syiah Kuala http://informatika.unsyiah.ac.id/irvanizam Teknik- Teknik Search (1/3) Hal- hal yang muncul

Lebih terperinci

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 Perancangan dan Pembuatan Sistem Navigasi Perjalanan Untuk Pencarian Rute Terpendek Dengan Algoritma A* Berbasis J2ME Oleh : M. ARIEF HIDAYATULLOH 1204 100 071 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. M. Isa Irawan,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) MENGGUNAKAN ALGORITMA RECURSIVE BEST FIRST SEARCH (RBFS)

PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) MENGGUNAKAN ALGORITMA RECURSIVE BEST FIRST SEARCH (RBFS) PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) MENGGUNAKAN ALGORITMA RECURSIVE BEST FIRST SEARCH (RBFS) Hari Santoso 146060300111019 haripinter@gmail.com Prodi Sistem Komunikasi dan Infromatika Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Algoritma Breadth First Search Berikut ini adalah proses yang dilakukan dengan menggunakan algoritma Breadth first search untuk pencarian jalur. Proses pencarian

Lebih terperinci

Analisis Beberapa Algoritma dalam Menyelesaikan Pencarian Jalan Terpendek

Analisis Beberapa Algoritma dalam Menyelesaikan Pencarian Jalan Terpendek Analisis Beberapa Algoritma dalam Menyelesaikan Pencarian Jalan Terpendek Hugo Toni Seputro Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Jl. Ganesha 10 Bandung Jawa Barat Indonesia

Lebih terperinci

KECERDASAN BUATAN METODE HEURISTIK / HEURISTIC SEARCH ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST., M.KOM

KECERDASAN BUATAN METODE HEURISTIK / HEURISTIC SEARCH ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST., M.KOM KECERDASAN BUATAN METODE HEURISTIK / HEURISTIC SEARCH ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST., M.KOM KERANGKA MASALAH Generate And Test Hill Climbing Best First Search PENCARIAN HEURISTIK Kelemahan blind search : 1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PELACAKAN/PENCARIAN

BAB III METODE PELACAKAN/PENCARIAN BAB III METODE PELACAKAN/PENCARIAN Hal penting dalam menentukan keberhasilan sistem cerdas adalah kesuksesan dalam pencarian. Pencarian = suatu proses mencari solusi dari suatu permasalahan melalui sekumpulan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graph 2.1.1 Definisi Graph Menurut Dasgupta dkk (2008), graph merupakan himpunan tak kosong titik-titik yang disebut vertex (juga disebut dengan node) dan himpunan garis-garis

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PARKIR CERDAS DI UNIVERSITAS TELKOM. SUBSISTEM : APLIKASI MOBILE

IMPLEMENTASI SISTEM PARKIR CERDAS DI UNIVERSITAS TELKOM. SUBSISTEM : APLIKASI MOBILE IMPLEMENTASI SISTEM PARKIR CERDAS DI UNIVERSITAS TELKOM. SUBSISTEM : APLIKASI MOBILE Implementation Of Smart Parking System In Telkom University. Subsystem : Mobile Application Annis Waziroh 1, Agus Virgono,

Lebih terperinci

Bab 2 2. Teknik Pencarian

Bab 2 2. Teknik Pencarian Bab 2 2. Teknik Pencarian Bab ini membahas bagaimana membuat ruang masalah untuk suatu masalah tertentu. Sebagian masalah mempunyai ruang masalah yang dapat diprediksi, sebagian lainnya tidak. 1.1 Pendefinisian

Lebih terperinci

Rancangan Permainan Othello Berbasis Android Menggunakan Algoritma Depth-First Search

Rancangan Permainan Othello Berbasis Android Menggunakan Algoritma Depth-First Search JURNAL DUNIA TEKNOLOGI INFORMASI Vol. 1, No. 1, (2012) 28-34 28 Rancangan Permainan Othello Berbasis Android Menggunakan Algoritma Depth-First Search 1 Mauza Saputri Handayani, 1 Dedy Arisandi, 1 Opim

Lebih terperinci

Algoritma A* untuk AI Path Finding bagi NPC

Algoritma A* untuk AI Path Finding bagi NPC Algoritma A* untuk AI Path Finding bagi NPC Pendahuluan Definisi AI Kecerdasan Buatan merupakan bagian dari ilmu komputer yang mempelajari bagaimana membuat mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN WAKTU PADA PROSES PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM

ANALISA KEBUTUHAN WAKTU PADA PROSES PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM ANALISA KEBUTUHAN WAKTU PADA PROSES PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM Hari Murti 1, R. Soelistijadi 2, Sugiyamto 3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma A* Algoritma A star atau yang ditulis juga A* adalah algoritma yang seringkali digunakan dalam pencarian jalan dan traversal graf(setiawan,2010). Algoritma ini diciptakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENCARIAN JALAN (PATH-FINDING)

PENGGUNAAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENCARIAN JALAN (PATH-FINDING) PENGGUNAAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENCARIAN JALAN (PATH-FINDING) R. Aditya Satrya Wibawa (NIM. 30064) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma A* Sebagai Algoritma Pencari Jalan Dalam Game

Penerapan Algoritma A* Sebagai Algoritma Pencari Jalan Dalam Game ABSTRAK Penerapan Algoritma A* Sebagai Algoritma Pencari Jalan Dalam Game Makalah ini membahas tentang bagaimana suatu entitas di dalam game mampu mencari jalan terpendek dari titik koordinatnya sekarang

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN ALGORITMA DIJKSTRA DAN ALGORITMA A* DALAM MENENTUKAN RUTE TERPENDEK PADA ROBOT PEMADAM API

STUDI PENERAPAN ALGORITMA DIJKSTRA DAN ALGORITMA A* DALAM MENENTUKAN RUTE TERPENDEK PADA ROBOT PEMADAM API STUDI PENERAPAN ALGORITMA DIJKSTRA DAN ALGORITMA A* DALAM MENENTUKAN RUTE TERPENDEK PADA ROBOT PEMADAM API Akhmad Alfan Hidayatullah, Anik Nur Handayani, Muhammad Jauharul Fuady Teknik Elektro - Universitas

Lebih terperinci

Penentuan Rute Terpendek Menggunakan Variasi Fungsi Heuristik Algoritme A* Pada Mobile Devices

Penentuan Rute Terpendek Menggunakan Variasi Fungsi Heuristik Algoritme A* Pada Mobile Devices Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol 15 No. 2, Desember 2010 : 17-24 Penentuan Rute Terpendek Menggunakan Variasi Fungsi Heuristik Algoritme A* Pada Mobile Devices Pandu Satria Nur Ananda, Sri Wahjuni, Endang

Lebih terperinci

Sistem Kecerdasan Buatan. Masalah, Ruang Masalah dan Pencarian Solusi. Masalah. Masalah Sebagai Ruang Keadaan 10/7/2015

Sistem Kecerdasan Buatan. Masalah, Ruang Masalah dan Pencarian Solusi. Masalah. Masalah Sebagai Ruang Keadaan 10/7/2015 Sistem Kecerdasan Buatan Masalah, Ruang Masalah dan Pencarian Solusi Bahan Bacaan : Sri Kusumadewi, Artificial Intelligence. Russel, Artificial Intelligence Modern Approach 2 bagian utama kecerdasan buatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma A* (star) Algoritma A* (star) merupakan algortima best first search dengan pemodifikasian fungsi heuristik. Algoritma ini akan meminimumkan total biaya lintasan, dan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Best First Search Pada Permainan Tic Tac Toe

Penerapan Metode Best First Search Pada Permainan Tic Tac Toe Penerapan Metode Best First Search Pada Permainan Tic Tac Toe Harvei Desmon Hutahaean STMIK Pelita Nusantara, Jl. Iskandar Muda No. 1 Medan, Sumatera Utara, Indonesia http : // www.penusa.ac.id, Email:

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA BRANCH AND BOUND. Algoritma Branch and Bound merupakan metode pencarian di dalam ruang

BAB III ALGORITMA BRANCH AND BOUND. Algoritma Branch and Bound merupakan metode pencarian di dalam ruang BAB III ALGORITMA BRANCH AND BOUND Algoritma Branch and Bound merupakan metode pencarian di dalam ruang solusi secara sistematis. Ruang solusi diorganisasikan ke dalam pohon ruang status. Pohon ruang status

Lebih terperinci

memberikan output berupa solusi kumpulan pengetahuan yang ada.

memberikan output berupa solusi kumpulan pengetahuan yang ada. MASALAH DAN METODE PEMECAHAN MASALAH (Minggu 2) Pendahuluan Sistem yang menggunakan kecerdasan buatan akan memberikan output berupa solusi dari suatu masalah berdasarkan kumpulan pengetahuan yang ada.

Lebih terperinci

Penerapan Search Tree pada Penyelesaian Masalah Penentuan Jalur Kota Terpendek.

Penerapan Search Tree pada Penyelesaian Masalah Penentuan Jalur Kota Terpendek. Penerapan Search Tree pada Penyelesaian Masalah Penentuan Jalur Kota Terpendek. Arnold Nugroho Sutanto - 13507102 1) 1) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung 40132, email: if17102@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

SIMULASI ALGORITMA A* UNTUK MENYELESAIKAN PATHFINDING

SIMULASI ALGORITMA A* UNTUK MENYELESAIKAN PATHFINDING SIMULASI ALGORITMA A* UNTUK MENYELESAIKAN PATHFINDING Saprizal Nasution 1, Mardiana 2 1 Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl. HM jhoni No. 70 Medan, Indonesia rizal_allstar@rocketmail.com

Lebih terperinci

Penyelesaian N-Puzzle Menggunakan A* dan Iterative Deepening A*

Penyelesaian N-Puzzle Menggunakan A* dan Iterative Deepening A* Penyelesaian N-Puzzle Menggunakan A* dan Iterative Deepening A* Makalah IF2211 Strategi Algoritma Marvin Jerremy Budiman (13515076) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

Dibimbing oleh : 1. Dr. Suryo Widodo, M.Pd 2. Risky Aswi Ramadhani, M.Kom

Dibimbing oleh : 1. Dr. Suryo Widodo, M.Pd 2. Risky Aswi Ramadhani, M.Kom JURNAL APLIKASI FUNDRAISER DALAM MENENTUKAN RUTE TERDEKAT PENGAMBILAN DONASI DONATUR YAYASAN NURUL HAYAT CABANG KEDIRI DENGAN ALGORITMA A* BERBASIS ANDROID OLEH : IMRON ROSADI NPM: 12.1.03.02.0323 Dibimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Purwadhi (1994) dalam Husein (2006) menyatakan: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Purwadhi (1994) dalam Husein (2006) menyatakan: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Ada beberapa pengertian dari sistem informasi geografis, diantaranya yaitu: a) Purwadhi (1994) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah masyarakat dengan aktivitas yang tinggi, mobilitas menjadi hal yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah masyarakat dengan aktivitas yang tinggi, mobilitas menjadi hal yang penting. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Di tengah masyarakat dengan aktivitas yang tinggi, mobilitas menjadi hal yang penting. Namun pada kenyataannya, terdapat banyak hal yang dapat menghambat

Lebih terperinci

ALGORITMA PENCARIAN. 1. Iterative-Deepening Depth-First Search (IDS) Nama : Gede Noverdi Indra Wirawan Nim : Kelas : VI A

ALGORITMA PENCARIAN. 1. Iterative-Deepening Depth-First Search (IDS) Nama : Gede Noverdi Indra Wirawan Nim : Kelas : VI A Nama : Gede Noverdi Indra Wirawan Nim : 0915051050 Kelas : VI A ALGORITMA PENCARIAN Algoritma pencarian (searching algorithm) adalah algoritma yang menerima sebuah argumen kunci dan dengan langkah-langkah

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma A-star (A*) Untuk Menyelesaikan Masalah Maze

Penerapan Algoritma A-star (A*) Untuk Menyelesaikan Masalah Maze Penerapan Algoritma A-star (A*) Untuk Menyelesaikan Masalah Maze Hapsari Tilawah - 13509027 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi pertama pada tahun 1972 dikenal dengan game konsol yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. generasi pertama pada tahun 1972 dikenal dengan game konsol yang dikeluarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan game dari masa ke masa dibagi menjadi 9 generasi, dari generasi pertama pada tahun 1972 dikenal dengan game konsol yang dikeluarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

Analisis Pengimplementasian Algoritma Greedy untuk Memilih Rute Angkutan Umum

Analisis Pengimplementasian Algoritma Greedy untuk Memilih Rute Angkutan Umum Analisis Pengimplementasian Algoritma Greedy untuk Memilih Rute Angkutan Umum Arieza Nadya -- 13512017 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang juga diterapkan dalam beberapa kategori game seperti real time strategy

BAB I PENDAHULUAN. yang juga diterapkan dalam beberapa kategori game seperti real time strategy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Path finding merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dan banyak diterapkan, misalnya untuk penentuan jalur terpendek dalam suatu peta yang juga diterapkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENERATE AND TEST PADA PENCARIAN RUTE TERPENDEK

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENERATE AND TEST PADA PENCARIAN RUTE TERPENDEK IMPLEMENTASI ALGORITMA GENERATE AND TEST PADA PENCARIAN RUTE TERPENDEK Selvy Welianto (1) R. Gunawan Santosa (2) Antonius Rachmat C. (3) selvywelianto@yahoo.com gunawan@ukdw.ac.id anton@ukdw.ac.id Abstraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem informasi adalah suatu sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan. Tujuan dari sistem

Lebih terperinci

Prolem Solving Based on AI

Prolem Solving Based on AI AI Prolem Solving Based on AI wijanarto Aplikasi AI berdasarkan Problem Solving 2 Tipe Problem Komputasional : Dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedure terurut yang ditentukan, yang di jamin berhasil.

Lebih terperinci

HEURISTIC SEARCH UTHIE

HEURISTIC SEARCH UTHIE HEURISTIC SEARCH Pendahuluan Pencarian buta biasanya tidak efisien karena waktu akses memori yang dibutuhkan cukup besar. Untuk mengatasi hal ini maka perlu ditambahkan suatu informasi pada domain yang

Lebih terperinci

Oleh : CAHYA GUNAWAN JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2012

Oleh : CAHYA GUNAWAN JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2012 Oleh : CAHYA GUNAWAN 1.05.08.215 JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2012 PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari sering dilakukan perjalanan

Lebih terperinci

Search Strategy. Search Strategy

Search Strategy. Search Strategy Search Strategy Search Strategy Salah satu hal penting dalam menentukan keberhasilan sistem cerdas adalah kesuksesan dalam pencarian (search) Pada dasarnya ada 2 Teknik pencarian : 1. Metode Buta (Uninformed

Lebih terperinci

LESSON 6 : INFORMED SEARCH Part II

LESSON 6 : INFORMED SEARCH Part II LESSON 6 : INFORMED SEARCH Part II 3.3 Itterative deepening A* search 3.3.1 Algoritma IDA* Itterative deepening search atau IDA* serupa dengan iterative deepening depth first, namun dengan modifikasi sebagai

Lebih terperinci

Aplikasi dan Analisis Algoritma BFS dan DFS dalam Menemukan Solusi pada Kasus Water Jug

Aplikasi dan Analisis Algoritma BFS dan DFS dalam Menemukan Solusi pada Kasus Water Jug Aplikasi dan Analisis Algoritma BFS dan DFS dalam Menemukan Solusi pada Kasus Water Jug Rizkydaya Aditya Putra NIM : 13506037 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut

Lebih terperinci

Pembahasan Pencarian Lintasan Terpendek Menggunakan Algoritma Dijkstra dan A*

Pembahasan Pencarian Lintasan Terpendek Menggunakan Algoritma Dijkstra dan A* Pembahasan Pencarian Lintasan Terpendek Menggunakan Algoritma Dijkstra dan A* Willy Setiawan - 13508043 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Algoritma Branch & Bound

Algoritma Branch & Bound Algoritma Branch & Bound Bahan Kuliah IF2211 Strategi Algoritma Program Studi Informatika STEI ITB 2018 Overview Pembentukan pohon ruang status (state space tree) dinamis untuk mencari solusi persoalan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA BIDIRECTIONAL A* PADA MOBILE NAVIGATION SYSTEM

PENERAPAN ALGORITMA BIDIRECTIONAL A* PADA MOBILE NAVIGATION SYSTEM PENERAPAN ALGORITMA BIDIRECTIONAL A* PADA MOBILE NAVIGATION SYSTEM Indra Siregar 13508605 Program Studi Teknik Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma A* Pada Implementasi PassiveAI Untuk Game Mobile AI

Kompleksitas Algoritma A* Pada Implementasi PassiveAI Untuk Game Mobile AI Kompleksitas Algoritma A* Pada Implementasi PassiveAI Untuk Game Mobile AI Dandy Akhmad Rahadiansyah 23514098 1 Program Magister Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Masalah, Ruang Keadaan dan Pencarian 4/7/2016. fakultas ilmu komputer program studi informatika

Masalah, Ruang Keadaan dan Pencarian 4/7/2016. fakultas ilmu komputer program studi informatika ب س م ا ه لل الر ح ن الر ح ي السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته fakultas ilmu komputer program studi informatika Masalah, Ruang Keadaan dan Pencarian Ruang Masalah / Keadaan Suatu ruang yang berisi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan permainan komputer dewasa ini semakin canggih dan kompleks, tidak hanya menyajikan grafis yang realistis namun juga kecerdasan dari agen-agen yang

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Greedy Best First Search untuk Menyelesaikan Permainan Chroma Test : Brain Challenge

Penerapan Algoritma Greedy Best First Search untuk Menyelesaikan Permainan Chroma Test : Brain Challenge Penerapan Algoritma Greedy Best First Search untuk Menyelesaikan Permainan Chroma Test : Brain Challenge Ikhwanul Muslimin/13514020 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

SEARCHING SIMULATION SHORTEST ROUTE OF BUS TRANSPORTATION TRANS JAKARTA INDONESIA USING ITERATIVE DEEPENING ALGORITHM AND DJIKSTRA ALGORITHM

SEARCHING SIMULATION SHORTEST ROUTE OF BUS TRANSPORTATION TRANS JAKARTA INDONESIA USING ITERATIVE DEEPENING ALGORITHM AND DJIKSTRA ALGORITHM SEARCHING SIMULATION SHORTEST ROUTE OF BUS TRANSPORTATION TRANS JAKARTA INDONESIA USING ITERATIVE DEEPENING ALGORITHM AND DJIKSTRA ALGORITHM Ditto Djesmedi ( 0222009 ) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI GAME TIC TAC TOE 6X6 BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN ALGORITMA MINIMAX DAN HEURISTIC EVALUATION

APLIKASI GAME TIC TAC TOE 6X6 BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN ALGORITMA MINIMAX DAN HEURISTIC EVALUATION APLIKASI GAME TIC TAC TOE 6X6 BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN ALGORITMA MINIMAX DAN HEURISTIC EVALUATION Ever Jayadi1), Muhammad Aziz Fatchur Rachman2), Muhammad Yuliansyah3) 1), 2), 3) Teknik Informatika

Lebih terperinci

PENERAPANAN ALGORITMA BFS, DFS, DAN UCS UNTUK MENCARI SOLUSI PADA MASALAH ROMANIA

PENERAPANAN ALGORITMA BFS, DFS, DAN UCS UNTUK MENCARI SOLUSI PADA MASALAH ROMANIA PENERAPANAN ALGORITMA BFS, DFS, DAN UCS UNTUK MENCARI SOLUSI PADA MASALAH ROMANIA 1. PENDAHULUAN Pada zaman serba modern ini, peta masih digunakan oleh kebanyakan orang untuk menuju dari suatu titik awal

Lebih terperinci

Penghematan BBM pada Bisnis Antar-Jemput dengan Algoritma Branch and Bound

Penghematan BBM pada Bisnis Antar-Jemput dengan Algoritma Branch and Bound Penghematan BBM pada Bisnis Antar-Jemput dengan Algoritma Branch and Bound Chrestella Stephanie - 13512005 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Algoritma A* Memanfaatkan Navigation Meshes dalam 3 Dimensional Pathfinding

Algoritma A* Memanfaatkan Navigation Meshes dalam 3 Dimensional Pathfinding Algoritma A* Memanfaatkan Navigation Meshes dalam 3 Dimensional Pathfinding Edwin Kumara Tandiono, 13515039 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembuatan Web Sistem Informasi Geografis (SIG) salah satunya didorong karena penggunaan internet yang sangat luas dimasyarakat dan pemerintah, karena internet maka

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisis Masalah Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk memahami informasi-informasi

Lebih terperinci

Contoh 4/7/ HEURISTIC METHOD. Pencarian Heuristik

Contoh 4/7/ HEURISTIC METHOD. Pencarian Heuristik 07/04/2016 3. HEURISTI METHO KEERASAN BUATAN Pertemuan : 05-06 INFORMATIKA FASILKOM UNIVERSITAS IGM Pencarian Heuristik Kelemahan blind search : Waktu akses lama Memori yang dibutuhkan besar Ruang masalah

Lebih terperinci

Pemodelan AI dalam Permainan Snake dengan Algoritma Branch and Bound

Pemodelan AI dalam Permainan Snake dengan Algoritma Branch and Bound Pemodelan AI dalam Permainan Snake Algoritma Branch and Bound Indra Soaloon Situmorang Nim : 13505085 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Jalan Ganesha 10 Bandung e-mail : if15085@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama bagi para pengguna sarana

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama bagi para pengguna sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencarian jalur terpendek merupakan sebuah masalah yang sering muncul dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama bagi para pengguna sarana transportasi. Para

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI GAME ARCADE 3D MARI SELAMATKAN HUTAN INDONESIA

PENGEMBANGAN APLIKASI GAME ARCADE 3D MARI SELAMATKAN HUTAN INDONESIA PENGEMBANGAN APLIKASI GAME ARCADE 3D MARI SELAMATKAN HUTAN INDONESIA Dyah Ayu Irawati 1, Abdillah Ibnu Firdaus 2, Ridwan Rismanto 3 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi,Politeknik

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Yudi Yansyah, Prihastuti Harsani, M.Si, Erniyati M.Kom Program Studi Ilmu Komputer FMIPA Universitas Pakuan ABSTRACT

Yudi Yansyah, Prihastuti Harsani, M.Si, Erniyati M.Kom   Program Studi Ilmu Komputer FMIPA Universitas Pakuan ABSTRACT Perancangan Aplikasi Pencarian Jalur Terpendek Untuk Lokasi Toko Bangunan Di Kota Bogor Dengan Metode A* (A-Star) Berbasis Android Studi Kasus : PT. Tulu Atas Kranggan Bogor Yudi Yansyah, Prihastuti Harsani,

Lebih terperinci

Artificial Intelegence/ P_2. Eka Yuniar

Artificial Intelegence/ P_2. Eka Yuniar Artificial Intelegence/ P_2 Eka Yuniar Pokok Bahasan Definisi Masalah Ruang Masalah Metode Pencarian BFS dan DFS Problem/ Masalah Masalah dalam kecerdasan buatan adalah masalah yang dapat dikonversi ke

Lebih terperinci

ALGORITMA OPTIMASI UNTUK MEMINIMALKAN SISA PEMOTONGAN BAR STEEL PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI

ALGORITMA OPTIMASI UNTUK MEMINIMALKAN SISA PEMOTONGAN BAR STEEL PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI ALGORITMA OPTIMASI UNTUK MEMINIMALKAN SISA PEMOTONGAN BAR STEEL PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI Ahmad Juniar Program Studi Sistem Informasi, STMI Jakarta ahmadjuniar @gmail.com ABSTRAK Ukuran bar steel yang

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graf adalah suatu himpunan simpul yang dihubungkan dengan busurbusur. Pada sebuah graf hubungan antar simpul yang dihubungkan oleh busur memiliki sebuah keterkaitan.

Lebih terperinci

ALGORITMA PENCARIAN (1)

ALGORITMA PENCARIAN (1) ALGORITMA PENCARIAN (1) Permasalahan, Ruang Keadaan, Pencarian Farah Zakiyah Rahmanti Diperbarui 2016 Overview Deskripsi Permasalahan dalam Kecerdasan Buatan Definisi Permasalahan Pencarian Breadth First

Lebih terperinci

ALGORITMA PENCARIAN (HEURISTIC)

ALGORITMA PENCARIAN (HEURISTIC) ALGORITMA PENCARIAN (HEURISTIC) Farah Zakiyah Rahmanti, M.T Diperbarui 2016 Overview Pengertian Pencarian Heuristik Generate and Test Hill Climbing Best First Searching Latihan Pencarian Heuristik Merupakan

Lebih terperinci

KECERDASAN BUATAN MASALAH, RUANG KEADAAN DAN PENCARIAN ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST., M.KOM

KECERDASAN BUATAN MASALAH, RUANG KEADAAN DAN PENCARIAN ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST., M.KOM KECERDASAN BUATAN MASALAH, RUANG KEADAAN DAN PENCARIAN ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST., M.KOM KERANGKA MASALAH Masalah Ruang Keadaan Pencarian DEFINISI MASALAH Sistem yang menggunakan kecerdasan buatan akan

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN FUNGSI HEURISTIK DALAM PENGAPLIKASIAN ALGORITMA A*

VARIASI PENGGUNAAN FUNGSI HEURISTIK DALAM PENGAPLIKASIAN ALGORITMA A* VARIASI PENGGUNAAN FUNGSI HEURISTIK DALAM PENGAPLIKASIAN ALGORITMA A* Mohammad Riftadi - NIM : 13505029 Teknik Informatika ITB Jalan Ganesha No. 10, Bandung e-mail: if15029@students.if.itb.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Penerapan strategi BFS untuk menyelesaikan permainan Unblock Me beserta perbandingannya dengan DFS dan Branch and Bound

Penerapan strategi BFS untuk menyelesaikan permainan Unblock Me beserta perbandingannya dengan DFS dan Branch and Bound Penerapan strategi BFS untuk menyelesaikan permainan Unblock Me beserta perbandingannya dengan DFS dan Branch and Bound Eric 13512021 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

Overview. Searching. Deskripsi. Intro Searching 2/4/2012 IF-UTAMA 1

Overview. Searching. Deskripsi. Intro Searching 2/4/2012 IF-UTAMA 1 Jurusan Teknik Informatika Universitas Widyatama Searching Pertemuan : 2 Dosen Pembina : Danang Junaedi Susetyo Bagas Baskoro Sriyani Violina Overview Deskripsi Search Problem & Answer Search Tree Kriteria

Lebih terperinci

Simulasi Pencarian Rute Terpendek dengan Metode Algoritma A* (A-Star) Agus Gustriana ( )

Simulasi Pencarian Rute Terpendek dengan Metode Algoritma A* (A-Star) Agus Gustriana ( ) Simulasi Pencarian Rute Terpendek dengan Metode Algoritma A* (A-Star) Agus Gustriana (0222182) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri 65, Bandung 40164, Indonesia E-mail

Lebih terperinci

Membangun Sistem Penjadwalan Ruang Laboratorium dengan Algoritma Modified BiDirectional A*

Membangun Sistem Penjadwalan Ruang Laboratorium dengan Algoritma Modified BiDirectional A* Membangun Sistem Penjadwalan Ruang Laboratorium dengan Algoritma Modified BiDirectional A* M.Ridwan 1, Elvia Budianita 2 Teknik Informatika UIN Suska Riau Jl.H.R Subrantas No.155 Simpang Baru Panam Pekanbaru,

Lebih terperinci