STUDI DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN TERHADAP ASPEK BIAYA DAN ASPEK WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO SEKSI IA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN TERHADAP ASPEK BIAYA DAN ASPEK WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO SEKSI IA"

Transkripsi

1 STUDI DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN TERHADAP ASPEK BIAYA DAN ASPEK WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO SEKSI IA Nama : Nurfiah Nrp : Dosen Pembimbing : 1. Putu Artama Wiguna, Ir, MT, Ph.D 2. Mohammad Arif Rohman, ST, MSc Abstrak Proyek jalan Tol Surabaya-Mojokerto merupakan akses jalan tol yang dibangun melewati beberapa lahan masyarakat yang proses pembebasan lahannya tidak bisa dilakukan secara bersamaan, sehingga pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus mengikuti kondisi lahan yang sudah bebas. Untuk ruas lahan masih terkendala terpaksa ditunda sementara sambil menunggu proses pembebasan lahan selesai. Akibat metode pelaksanaan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan secara simultan dan menerus tersebut, maka dari sisi waktu proyek akan cenderung mengalami keterlambatan, dan dari sisi biaya proyek juga akan mengalami penambahan biaya. Pada tugas akhir ini akan dikaji seberapa besar biaya dan waktu yang ditimbulkan akibat kendala pembebasan lahan dengan membandingkan terhadap kondisi lahan normal. Output kajian tersebut dari kendala yang ada adalah mengetahui besar biaya dan waktu yang ditimbulkan. Terlebih dahulu meninjau lahan bebas sebagai parameter untuk menentukan aspek waktu dan biaya, dan juga sebagai acuan apabila terjadi penambahan budget rencana anggaran biaya yang disebabkan oleh bermacam-macam kendala lahan. Sedangkan untuk lahan terkendala yang ditinjau dengan skenario lahan kendala 10%, 25%, 50%, sampai dengan 75%. Berdasarkan hasil analisis, lahan terkendala mengakibatkan pertambahan biaya sesuai dengan skenario yang telah ditentukan. Lahan terkendala 10% akan mengalami kenaikan sekitar 0,18%, lahan terkendala 25% kenaikan biayanya adalah 0,22%, lahan terkendala 50% akan mengalami kenaikan 0,28%, dan untuk terkendala lahan 75% maka kenaikan biayanya adalah 0,34%. Waktu yang ditimbulkan akibat lahan terkendala 10% adalah 47,3%, lahan terkendala 25% adalah 57,3%, lahan terkendala 50% akan mengalami penambahan waktu 73,8%, dan untuk kendala lahan 75% maka waktu yang dtimbulkan adalah 90,27%. Kata kunci: pembebasan lahan, besar biaya dan waktu. 1

2 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lalu lintas yang sangat pesat di Jawa menimbulkan dampak yang luas terhadap kondisi jaringan yang ada, sebagai contohnya dapat kita lihat kondisi lalu lintas transportasi darat di wilayah GERBANG KERTOSUSILO (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) di Jawa Timur. Oleh karena itu perlu ada sebuah solusi untuk pemecahan masalah tersebut, yaitu pembangunan jalan tol yang menghubungkan kota Surabaya dengan Kabupaten Mojokerto sebagai alternatif jalan nasional. Dimana trase jalan tersebut melewati lahan-lahan yang belum bebas. Menurut data dilapangan sampai saat ini pembebasan lahan masih sekitar 50% khusus untuk wilayah yang ditinjau yaitu seksi IA (lihat gambar 1.1), rencana pembebasan lahan 100% menurut pihak yang terkait akan rampung terbebas pada bulan juli Pembebasaan lahan menjadi variabel perhitungan terhadap waktu penyelesaian proyek dan biaya proyek. Proyek jalan tol Surabaya-Mojokerto adalah proyek yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan transportasi di daerah Jawa Timur, adapun kendala utama dalam proyek ini adalah masalah waktu. Pekerjaan paling utama pada proyek ini adalah pekerjaan tanah, pekerjaan perkerasan atau pavement, serta pembuatan jembatan yang berada pada seksi IA. Pekerjaan perkerasan terdiri dari perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan perkerasan lentur (Rigid Pavement).Perkerasan lentur terdapat tiga lapis yaitu tanah dasar, lapis pondasi bawah, lapis permukaan. Sedangkan perkerasan kaku terdiri dari lapisan permukaan dan lapis pondasi. penyelesaian pekerjaan ini akan mengalami keterlambatan akibat pembebasan lahan. Sehingga diperlukan studi atau riset tentang pengaruh pembebasan lahan terhadap biaya dan waktu pada proyek pembangunan jalan tol Surabaya Mojokerto pada beberapa skenario pembebasan lahan. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Sebelum pembangunan proyek selesai dan siap dioperasikan, diperlukan sejumlah besar biaya atau modal yang dikelompokkan menjadi modal tetap (fixed capital) dan modal kerja (working capital), atau dengan kata lain biaya proyek atau investasi = modal tetap + modal kerja. a. Modal kerja (Working Capital) Modal kerja diperlukan untuk menutupi kebutuhan pada tahap awal operasi yang meliputi antara lain: 1. Biaya pembelian bahan kimia, minyak pelumas dan material, serta bahan lain untuk operasi 2. Biaya persediaan (inventory) bahan mentah dan produk serta upah tenaga kerja pada masa awal operasi 3. Pembelian suku cadang untuk keperluan operasi selama kurang lebih satu tahun. b. modal tetap (Fixed Capital) Biaya tetap (fixed cost) yaitu bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membangun instalasi atau menghasilkan produk proyek yang diinginkan, mulai dari pengeluaran studi kelayakan, desain engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi sampai instalasi atau produk tersebut berfungsi penuh. Biaya tetap dibagi menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). 1. Biaya langsung (direct cost) terdiri dari : Penyiapan lahan (Site Preparation) Pengadaan peralatan utama Biaya merakit dan memasang peralatan utama Pipa Alat-alat listrik dan instrument Pembangunan gedung perkantoran Fasilitas pendukung Pembebasan tanah 2. Biaya tidak langsung(indirect cost) terdiri: Gaji tetap dan tunjangan bagi tim manajemen Kendaraan dan peralatan konstruksi Pembangunan fasilitas sementara Pengeluaran umum Konfigurasinlaba atau fee Overhead Pajak, pungutan/sumbangan, biaya izin, dan asuransi. Gabungan modal tetap dan modal kerja dinamakan biaya total (total cost), pada penulisan disini hanya dibahas modal kerja saja yaitu biaya operasional alat berat. Biaya langsung Modal Tetap Total Biaya Proyek Biaya tak langsung 1. Upah tenaga kerja pada awal operasi 2. Sukucadang (1 tahun) 3. Persediaan bahan mentah dan produk 4. Pengeluaran lain lain. Modal Kerja 2

3 Pekerjaan tanah Pengadaan peralatan Pemasangan peralatan Pipa dan instrument Gedung perkantoran 2.2 Penjadwalan / Scheduling Penjadwalan merupakan tahap menterjemahkan suatu perencanaan ke dalam diagram-diagram sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan penggunaan sumber-sumber daya akan disesuaikan menurut kebutuhan yang ditentukan. Untuk merencanakan dan melukiskan secara grafis dan aktivitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi dikenal sampai saat ini beberapa metode, antara lain: (Ervianto, 2004). 1. Diagram Balok (Gantt Bar Chart) 2. Diagram Garis (Time/Production graph) 3. Diagram Panah (Arrow diagram) 4. Precedence Diagram method (PDM), dan sebagainya. Masing masing metode memiliki ciri cirri sendiri dan dipakai secara kombinasi pada proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk metode metode tersebut harus berorientasi pada maksud tujuan penggunaannya. Pada dasarnya suatu pekerjaan konstruksi dapat dipecah menjadi beberapa unit pekerjaan mandiri sehingga memiliki jadwal tersendiri sesuai dengan karakteristiknya. Gambar 2.3 Denah yang lazim pada node PDM (Soeharto, 1997) Sta A D B E Gambar 2.4 Network suatu kegiatan dengan Metode Preseden Diagram (Sumber: Soeharto, 1997) Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir = (F), maka ada empat macam konstrain yaitu awal ke awal (SS), C F Finis 3 awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF), dan akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau terlambat/tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului kegiatan (j) dan satuan waktu adalah hari, maka penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut. Ada beberapa konstrain yang dapat digunakan yaitu: 1. Konstrain Finish to Start Konstrain ini memberikan penjelasan bahwa suatu kegiatan baru dapat dikerjakan jika kegiatan sebelumnya telah selesai. Dirumuskan sebagai FS(i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya selesai (i). Misalnya kegiatan pondasi baru dapat dimulai setelah kegiatan galian selesai FS (i-j) = a Kegiatan (i) Kegiatan (j) 2. Konstrain Start to Start Memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SS(i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini terjadi bila semua kegiatan terdahulu selesai 100%, maka kegiatan (j) boleh mulai. Atau kegiatan (j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan terdahulu, karena per definisi b adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan terdahulu. Jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih. Misalnya kegiatan pembersihan lahan dimulai bersamaan dengan kegiatan pembangunan direksi keet. Kegiatan (i) SS (i-j) = b 3. Konstrain Finish to Finish Memberikan penjelasan tentang hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100%, sebelum kegiatan yang terdahulu telah sekian (= c) hari selesai. Besar angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (j). Misalnya kegiatan taman selesai bersamaan dengan kegiatan pagar. Kegiatan (i) FF (i-j) = c Kegiatan (j) Kegiatan (j)

4 4. Konstrain Start to Finish Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF(i-j) = d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan. Suatu aktivitas baru dapat diakhiri jika aktivitas lain dimulai, misalnya kegiatan pembuangan sampah ke dalam lubang diakhiri jika kegiatan penimbunan lubang akan dimulai. SF (i-j) = d Catatan: Kgiatan (j) b dan d = Lead time a dan c = Lag time 5. Satu kegiatan mempunyai hubungan konstrain dengan lebih dari satu kegiatan yang berbeda. Kegiatan Kegiatan (i) 6. Multikonstrain antar kegiatan Kegiatan I I Kegiatan Kegiatan Kegiatan Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode diagram: - ES : waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest start time). - EF : waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earliest finish time). - LS : waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (latest ellowable start time). - LF : waktu paling akhir kegiatan boleh selesai ( latest allowable finish time). - D : durasi adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu hari, minggu, bulan dan lain-lain. a. Hitungan maju Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut: 1. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j), adalah angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang terdahulu ES(i) atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan. Karena terdapat empat I II III 4 konstrain, maka bila ditulis dengan rumus menjadi: ES (j) = ES (i) + SS (i-j) atau ES (i) + SF (i-j) D (j) atau EF (i) + FS (i-j) atau EF (i) + FF (i-j) D (j) Dari keempat rumusan tersebut dipilih angka terbesar. 2. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EF (j), adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES (j) ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D (j). Atau ditulis dengan rumus menjadi: EF (j) = ES (j) + D (j) b. Hitungan mundur Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut: 1. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF ditambah konstrain yang bersangkutan. LF (i) = LF (j) FF (i-j) atau LS (j) FS (i-j) atau LF (j) SF (i-j) + D (i) atau LS (j) SS (i-j) + D (i) Dari keempat rumusan tersebut pilih angka terkecil 2. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i), adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF (i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan. Atau dapat ditulis dengan rumus: LS (i) = LF (i) D (i) c. Jalur dan kegiatan kritis Jalur dan kegiatan kritis Metode Preseden Diagram sebagai berikut: - Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama ES = LS - Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama EF = LF - Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal. LF ES = D 2.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tanah dan Rigid Pavement Pekerjaan tanah sangat penting sehingga perlu direncanakan terlebih dahulu sebelum mengerjakan pekerjaan perkerasan. Rigid pavement adalah struktur yang terdiri dari plat beton yang bersambung (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas

5 lapisan pondasi bawah, dengan lantai kerja sebagai lapisan permukaan (LC) Karakteristik Tanah Sifat fisik material timbunan yang berpengaruh terhadap produktifitas alat berat Pengembangan Tanah Pengembangan tanah adalah perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume tanah yang diganggu dari bentuk aslinya. Dari faktor tersebut bentuk tanah atau material dibagi dalam tiga keadaan yaitu: 1. Keadaan asli (bank measure) 2. Keadaan lepas (loose measure) 3. Keadaan padat (compacted volume) Kekerasan Tanah Semakin keras tanah semakin kecil produktivitas alat berat, begitu juga sebaliknya jika tanah lunak maka produktivitas alat berat semakin besar Klasifikasi dan Produktivitas Peralatan yang Digunakan Bulldozer Bulldozer merupakan traktor yang dipasangkan blade dibagian depannya. Blade berfungsi untuk mendorong, atau memotong material yang ada didepanya. (Rohmanhadi,1985) Produktivitas Bulldozer Berdasarkan perhitungan kapasitas alat yang dikeluarkan oleh United Tractor produktivitas bulldozer dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: qq xx 60 xx EE QQ = (2.1) CCCC Dimana: Q : Kapasitas Produksi (m3/jam) q : Produksi persiklus (m3) E : Efisiensi Kerja Ts : Waktu Siklus (menit) Faktor yang menentukan produktivitas Bulldozer adalah produksi persiklus, efisiensi, dan waktu siklus. a. Faktor Efesiensi : (E) Faktor effisiensi kerja ditentukan sesuai tabel 2.3 dibawah ini: Tabel 2.3: Faktor Effisiensi Kerja Kondisi Pemeliharaan Mesin Operasi Alat Baik sekali Baik Sedang Buruk Buruk sekali Baik sekali Baik Sedang Buruk Buruk sekali 0,83 0,80 0,72 0,63 0,52 0,81 0,75 0,69 0,61 0,50 0,76 0,71 0,65 0,57 0,47 0,70 0,65 0,60 0,52 0,42 0,63 0,60 0,54 0,45 0,32 Sumber : Rohmanhadi, 1985 b. Waktu Siklus : (Cm) Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan sebuah alat untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan (menggusur, ganti persenaling, dan mundur) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Rohmanhadi, 1985) CCCC = DD + DD + ZZ(jjjjjj) (2.2) FF RR D : Jarak angkut (km) F : Kecepatan maju (3-5 km/jam) R : Kecepatan mundur (5-7 km/jam) Z : Waktu tetap (ditetapkan dengan tongkat, tunggal : 0,10 menit = 0,002 jam) Excavator Alat ini berfungsi sebagai alat gali, sekaligus berfungsi untuk loading material ke dalam dump truck untuk diangkut ketempat penghamparan / pembuangan. Excavator dilengkapi dengan bucket dengan kapasitas sesuai dengan jenis dan tipe peralatan Produktivitas Excavator Berdasarkan perhitungan kapasitas alat yang dikeluarkan oleh United Tractor produktivitas bulldozer dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: (Rohmanhadi, 1985) qq xx 3600 xx EE Q = (2.3) CCCC Q : Kapasitas Produksi (m3/jam) q : Produksi persiklus (m3) E : Efisiensi Kerja Cm : Waktu siklus (detik) a) Produksi persiklus Excavator : (q) Produksi persiklus adalah kemampuan alat untuk menggali tanah perwaktu siklus. Q = q x E (2.4) q : Kap.bucket Excavator (Tabel 2.4) K : Fak.bucket Excavator 5

6 Tabel 2.4: Kapasitas bucket Excavator JENIS ALAT Excavator kumatsu Excavator komatsu Excavator komatsu Excavator komatsu TYPE DAN SPESIFIKASI ALAT PC-100 F-6Z PC-100 F-6Z PC-100 F-6Z PC-100 F-6Z KAPASITAS BUCKET (q) 0,55 m3 0,90 m3 1,40 m3 2,10 m3 Sumber : Training Center Dept.PT.United Tractor Jakarta Motor garder Motor garder berfungsi untuk meratakan tanah dengan level yang baik, karena fungsi blade dapat diatur sedemikian rupa sehingga elevasi dapat dicapai dengan akurasi yang baik Produktivitas motor garder Produktivitas motor diukur berdasarkan luas area yang diselesaikan, bukan berdasarkan volume yang dipindahkan, dengan demikian dapat ditentukan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Menurut buku yang diterbitkan Departemen Pekerjaan Umum, yang disusun oleh Rohmanhadi dalam bukunya Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan menggunakan alat berat, motor grader dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Perhitungan luas operasi perjam (mm 2 /jam): (Rohmanhadi, 1985) (VV xx (LLLL LLLL) xx 1000 xx EE) xx tt Q= nn (2.5) Q : Volume operasi perjam (mm 3 /jam) V : Kecepatan kerja (km/jam) Le : Panjang blade efektif (m) Lo : Lebar overlap (m) (ditetapkan 30 cm) E : Efisiensi kerja tabel 2.3 t : Tebal hamparan (m) sesuai spesifikasi n : Jumlah lintasan yang diperlukan untuk satu layer Tabel 2.5: Kecepatan kerja motor grader Kecepatan kerja (V) Perbaika jalan biasa Pembuatan trens Perapihan tebing Penggusuran salju Perataan medan Kecepatan km/jam Sumber : Rohmanhadi,1985 Ket Dump truck Berfungsi untuk mengangkut material timbunan dari quary kelokasi penghamparan atau membuang sisa galian ke tempat pembuangan Produktivitas Dump Truc Produksi perjam dump truck dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: (Rohmanhadi, 1985) qq xx FF Q = (2.6) TTTT Q : Produksi perjam (mm 3 /jam) q : Kapasitas bak dump truck (mm 3 ) F : Faktor muat Ts : Waktu siklus dump truck a. Kapasitas bak dump truck : (q) Tergantung ukuran bak dump truck b. Faktor muat : (F) Faktor muat tergantung pada munjung atau tidaknya bak dump truck c. Waktu siklus dump truck : (Ts) 2 x X Ts = + (waktu putar, waktu dumping) Vrata rata (2.7) Ts : Waktu siklus (jam) X : Jarak houling dump truck (km) Vrata-rata : Kec.rata-rata dump truck (km/jam) (Kec.muat + kec.balik ) Vrata-rata = 2 (2.8) Waktu putar, waktu dumping, dan hambatan lain ditetapkan Vibration roller 1. Dengan menentukan volume tanah yang dipadatkan 2. Dengan menentukan luasan tanah yang dipadatkan Produktivitas vibration roller Dalam perhitungan volume tanah yang dipadatkan dipakai rumus sebagai berikut: (Rohmanhadi, 1985) Q = W x V x H x 1000 x E (2.9) N Q : Produktivitas perjam (m 3 /jam) W : Lebar pemadatan efektif tiap pass V : Kecepatan operasi (km/jam) H : Tebal pemadatan untuk satu lapis (ditetapkan 30 cm) E : Efisiensi kerja (sesuai tabel 2.3) N : Jumlah lintasan (hasil percobaan)

7 Tabel 2.6: Kecepatan operasi vibro roller Jenis pemadat Kecepatan (V) (km/jam) Mesin gilas (roda besi) 2.0 Mesin gilas (roda ban) 2.5 Mesin gilas getar 1.5 Kompactor tanah Temper 1.0 Sumber : Rohmanhadi, 1985 Ket A Metode Pelaksanaan Pekerjaan Analisa Biaya dan Waktu Produktivitas concrete paver Pada proyek ini concrete rigid paver yang dipakai adalah merk SP(500 Vario,Writgen) dengan kapasitas alat (sesuai denngan brosur) adalah 500 m 3 /jam, adapun perhitungan kapasitas produksi adalah sebagai berikut:(rohmanhadi, 1985) Q = q x E Bj C Dimana: Q : Produksi alat (m 3 /jam) Q : Kapasitas Vario (t/m 3 ) E : Faktor efisiensi kerja (tabel 2.3) BjC : Berat jenis beton (t/m 3 ) (2.11) 3.METODOLOGI 3.1 Diagram Alir (Flowchart) Diagram alir (flowchart) dalam pengerjaan tugas akhir yang berjudul Studi Dampak Pembebasan Lahan Terhadap Aspek Biaya Dan Aspek Waktu Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Surabaya Mojokerto Seksi IA adalah sebagai berikut : Start Lahan Bebas Studi Literatur Studi Kondisi Lahan Pengumpulan Data 1 kendala Lahan: Kendala 10% Kendala 25% Kendala 50% Kendala 75% Lahan Belum Bebas 7 Kesimpulan Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir 4.ANALISA DATA LAHAN TANPA KENDALA 4.3 Perhitungan produksi dan waktu perlu kondisi lahan tanpa kendala Item pekerjaan yang ditinjau berkaitan dengan pemakaian alat berat yang berpengaruh secara dominan terhadap waktu dan biaya adalah pekerjaan sebagai berikut: 1. Pekerjaan pembersihan 2. Pekerjaan tanah 3. Pekerjaan galian struktur 4. Pekerjaan prevabricated vertikal drain (PVD) 5. Pekerjaan subgrade 6. Pekerjaan lean concrete 7. Pekerjaan rigit pavement Resume perhitungan waktu perlu dan biaya kombinasi pada lahan tanpa kendala. No. Item pekerjaan Durasi (hari) Biaya peralatan 1 Pek. Pembersihan Pek. Tanah Pek. Galian struktur Pek. PVD Pek. Subgrade Lean concrete Rigid pavement Jumlah Biaya peralatan secara keseluruhan pada lahan tanpa kendala adalah sebesar Rp ,- dan waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 370 hari. 5.ANALISA DATA LAHAN TERKENDALA 5.1 Lahan kendala Lahan terkendala adalah kondisi lahan pada saat pelaksanaan konstruksi ada satu ruas lahan atau lebih yang tidak bisa dikerjakan, sehingga pekerjaan konstruksi pada lokasi tersebut tidak bisa dimulai, A

8 dan ditunda untuk sementara waktu sampai proses kendala selesai Metode pelaksanaan pekerjaan dengan lahan kendala. Start Pekerjaan pembersihan Pekerjaan tanah Galian struktur PVD Subgrade Leean concrete Rigid pavement finish Bulldozer Excavator Dump Truck Bulldozer Dump Truck Excavator Dump Truck Excavator Service crane Buldozer Dump truck Motor grader Vibro roller Batching plant Truck mixer Concrete paver Batching plant Truck mixer Gambar 5.2. Flowchart urutan pelaksanaan pekerjaan. Tabel 5.15 Resume perhitungan waktu dan biaya pekerjaan untuk masing-masing alat pada lahan terkendala 10%. No. Item pekerjaan Waktu pelaksanaan (hari) Biaya peralatan Ruas I Ruas II Total (Rp) 90% 10% 1 Pek. Pembersihan Pek. Tanah Pek. Galian struktur Pek. PVD Pek. Subgrade Lean concrete Rigid pavement Jumlah biaya pelaksanaan Rp Total biaya pekerjaan pada kendala lahan 10% dan alat idle dapat dihitung sebagai berikut: Rp Rp = Rp ,-. Tabel 5.31 Resume perhitungan waktu dan biaya pekerjaan untuk masing-masing alat pada lahan terkendala 25%. No. Item pekerjaan Waktu pelaksanaan (hari) Biaya peralatan Ruas I Ruas II Total (Rp) 75% 25% 1 Pek. Pembersihan Pek. Tanah Pek. Galian struktur Pek. PVD Pek. Subgrade Lean concrete Rigid pavement Jumlah biaya pelaksanaan Rp Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya pelaksanaan pekerjaan dan idle adalah: Rp Rp = Rp ,-. Tabel 5.47 Resume perhitungan waktu dan biaya pekerjaan untuk masing-masing alat pada lahan terkendala 50%. No. Item pekerjaan Waktu pelaksanaan (hari) Biaya peralatan Ruas I Ruas II Total (Rp) 50% 50% 1 Pek. Pembersihan Pek. Tanah Pek. Galian struktur Pek. PVD Pek. Subgrade Lean concrete Rigid pavement Jumlah biaya pelaksanaan Rp Jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan adalah: Rp Rp = Rp ,- Tabel 5.63 Resume perhitungan waktu dan biaya pekerjaan untuk masing-masing alat pada lahan terkendala 75%. No. Item pekerjaan Waktu pelaksanaan (hari) Biaya peralatan Ruas I Ruas II Total (Rp) 25% 75% 1 Pek. Pembersihan Pek. Tanah Pek. Galian struktur Pek. PVD Pek. Subgrade Lean concrete Rigid pavement Jumlah biaya pelaksanaan Rp

9 Jadi, jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan lahan kendala 75% dan idle adalah: Rp Rp = Rp ,- Perhitungan waktu dan biaya dengan skenario kendala lahan sebagai berikut: Lahan tanpa kendala Biaya = Rp ,-. Waktu = 370 hari Lahan terkendala 10% Biaya = Rp ,-. Waktu = tt = = 545 hari = 47,3% Lahan terkendala 25% Biaya = Rp ,-. Waktu = tt = = 582 hari = 57,3% Lahan terkendala 50% Biaya = Rp ,-. Waktu = tt = = 643 hari = 73,78% Lahan terkendala 75% Biaya = Rp ,- Waktu = = 704 hari tt = = 90,27% Δt (%) Grafik 5.1 Hubungan antara waktu dan skenario lahan terkendala. Δbiaya(%) Grafik 5.2 Hubungan antara biaya dan skenario lahan terkendala. 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari analisis dan perhitungan studi dampak pembebasan lahan terhadap aspek biaya dan aspek waktu pada proyek pembangunan jalan tol Surabaya- Mojokerto, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis, lahan terkendala mengakibatkan pertambahan biaya sesuai dengan skenario yang telah ditentukan. Lahan terkendala 10% akan mengalami kenaikan sekitar 0,18%, lahan terkendala 25% kenaikan biayanya adalah 0,22%, lahan terkendala 50% akan mengalami kenaikan 0,28%, dan untuk terkendala lahan 75% maka kenaikan biayanya adalah 0,34%. 2. Berdasarkan hasil perhitungan maka waktu yang ditimbulkan akibat lahan terkendala 10% adalah 47,3%, lahan terkendala 25% adalah 57,3%, lahan terkendala 50% akan mengalami penambahan waktu 73,8%, dan untuk kendala lahan 75% maka waktu yang dtimbulkan adalah 90,27%. Δt Δp Saran Untuk penelitian lebih lanjut dapat dihitung terjadinya keterlambatan satu bulan, dua bulan dan seterusnya. Dan juga dapat diasumsikan bahwa peralatan yang dipergunakan dikembalikan dikembalikan.

10 DAFTAR PUSTAKA Ervianto, W Manajemen Konstruksi, Jakarta. PT. United Tractors, Latihan Dasar Sistem mesin (B). Jakarta, Training Center Departement. Rochmanhadi, Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan menggunakan Alat alat Berat, Jakarta. Soeharto, Iman Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta. Susy Fatena Rostiyanti, Ir. M.Sc Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Jakarta. Djoko Sulistiono Alat Berat dan pemindahan tanah mekanis Konstruksi, Jakarta 10

STUDI DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN TERHADAP ASPEK BIAYA DAN ASPEK WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO SEKSI IA

STUDI DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN TERHADAP ASPEK BIAYA DAN ASPEK WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO SEKSI IA TUGAS AKHIR STUDI DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN TERHADAP ASPEK BIAYA DAN ASPEK WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO SEKSI IA NURFIAH 3106100706 Latar Belakang Perkembangan lalu lintas yang

Lebih terperinci

RINTA ANGGRAINI

RINTA ANGGRAINI TUGAS AKHIR OPTIMALISASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN RELOKASI JALAN ARTERI RAYA PORONG (PAKET 4) KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR RINTA ANGGRAINI 3 040 67 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

NAMA MAHASISWA : ADALEA IVANA PRAJWALITA NRP

NAMA MAHASISWA : ADALEA IVANA PRAJWALITA NRP TUGAS AKHIR - RC090412 ANALISA PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI ALAT BERAT PADA PEKERJAAN PERKERASAN RELOKASI JALAN ARTERI RAYA PORONG (PAKET I) KABUPATEN SIDOARJO-PROPINSI JAWA TIMUR NAMA MAHASISWA : ADALEA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Optimalisasi Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi maksud dari optimalisasi pada penelitian ini adalah proses pencapaian

Lebih terperinci

ARDYCHA PRAYUDHA NRP

ARDYCHA PRAYUDHA NRP TUGAS AKHIR ESTIMASI BIAYA DAN WAKTU PEKERJAAN PERKERASAAN RIGID PAVEMENT TOL SURABAYA- MOJOKERTO STA 37+000 42+000 JAWATIMUR ARDYCHA PRAYUDHA NRP. 3111040612 PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan tehnik

Lebih terperinci

ZULFIKAR JAUHARI NRP

ZULFIKAR JAUHARI NRP TUGAS AKHIR MANAJEMEN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL MOJOKERTO KERTOSONO STA. 5+350 STA. 10+350 DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU DI KABUPATEN MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR ZULFIKAR JAUHARI NRP. 3110040601

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MUHAMMAD RIDWAN OLEH : PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

TUGAS AKHIR MUHAMMAD RIDWAN OLEH : PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA TUGAS AKHIR OLEH : MUHAMMAD RIDWAN 3111040602 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Pelaksanaan Pembangunan jalan di Ruas Jalan Trenggalek Pacitan STA 15+ 000

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PERKERASAN KAKU JALAN TOL MOJOKERTO-KERTOSONO STA STA

ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PERKERASAN KAKU JALAN TOL MOJOKERTO-KERTOSONO STA STA ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PERKERASAN KAKU JALAN TOL MOJOKERTO-KERTOSONO STA 32+375 STA 35+400 Oleh : 1. PRAHARINTA CHOIRONY ZULVAN W 3111030030 2. AGUS RENANTO ROSIDY 3111030006 Dosen Pembimbing : Ir. SULCHAN

Lebih terperinci

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0)

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0) 2 PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0) Yudi Syahrudin NRP : 0221054 Pembimbing : Yohanes L.D. Adianto. Ir., MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterlambatan Pengertian penundaan (delay) adalah sebagian waktu pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan yang

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS Kartika Andayani NRP : 0121077 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3(2015), hal 237 242. PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penjadwalan Proyek Suatu proyek yang akan dilaksanakan harus terjadwal terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang

Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Perencanaan Penjadwalan 3.1.1 Umum Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang akhirnya

Lebih terperinci

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP : TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 Erwan Santoso Djauhari NRP : 9921021 Pembimbing : Maksum Tanubrata., Ir., MT FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Produktivitas Produktivitas memiliki pengertian yang beraneka ragam berkaitan dengan aspek ekonomi, kesejahteraan, teknologi, dan sumber daya. Pembahasan mengenai

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA MUHAJIR SORDIAN SUHARTA Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT

DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN FLY OVER RUAS PORONG-GEMPOL PAKET 3A 41 + 571.5 s.d STA 41+968.5 KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT Disusun oleh: Prahasta

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAKSI... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DATAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMBANG,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh Manajer proyek

Lebih terperinci

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis. ABSTRAK Dalam pelaksanaan proyek konstruksi berbagai hal dapat terjadi, salah satunya ketidaksesuaian antara jadwal pelaksanaan (time schedule) dengan realisasi di lapangan. Proyek pembangunan Six Senses

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE RSM PADA PENJADWALAN DENGAN AKTIVITAS BERULANG (STUDY KASUS: Proyek jalan tubaan- talisayan/ dumaring, provinsi kalimantan timur)

PENERAPAN METODE RSM PADA PENJADWALAN DENGAN AKTIVITAS BERULANG (STUDY KASUS: Proyek jalan tubaan- talisayan/ dumaring, provinsi kalimantan timur) PENERAPAN METODE RSM PADA PENJADWALAN DENGAN AKTIVITAS BERULANG (STUDY KASUS: Proyek jalan tubaan- talisayan/ dumaring, provinsi kalimantan timur) Oleh: Dosen pembimbing: Annis Nur Uzma Ir. Putu artama

Lebih terperinci

Terjadi penumpukan volume lalu lintas kendaraan di sepanjang Jalan Raya Porong

Terjadi penumpukan volume lalu lintas kendaraan di sepanjang Jalan Raya Porong TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK FLY OVER RELOKASI JALAN ARTERI RAYA PORONG (PAKET IV) KABUPATEN SIDOARJO LATAR BELAKANG Jalan Arteri Raya Porong

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas proyek

Lebih terperinci

BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Moch. Chusairi (2015) melakukan penelitian dengan analisis time cost trade off pada pembangunan Gedung Tipe B SMPN Baru

Lebih terperinci

OPTIMALISASI RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN DENGAN PRESEDEN DIAGRAM METHOD (PDM)

OPTIMALISASI RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN DENGAN PRESEDEN DIAGRAM METHOD (PDM) OPTIMALISASI RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN DENGAN PRESEDEN DIAGRAM METHOD (PDM) M.Fauzan 1), Burhanuddin 2), Zulfahmi 3) Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email: fauzanunimal@gmail.com

Lebih terperinci

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENGARUH JAM KERJA LEMBUR TERHADAP BIAYA PERCEPATAN PROYEK DENGAN TIME COST TRADE OFF ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Rehabilitasi Ruang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Menurut Widiasanti (2013), manajemen diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Permasalahan konstruksi yang sering terjadi adalah keterlambatan pelaksanaan proyek. Sebagai objek dari penelitian ini adalah Pembangunan Gedung Puskesmas I Abiansemal yang dalam pelaksanaan dilapangan

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan dan Alat Berat

Metode Pelaksanaan dan Alat Berat MODUL PERKULIAHAN Metode Pelaksanaan dan Alat Berat Pengertian tentang kapasitas produksi Dozer shovel/wheel loader dan Motor grader. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMAKAIAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANDA ACEH CALANG STA SUMATRA

PERENCANAAN PEMAKAIAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANDA ACEH CALANG STA SUMATRA PERENCANAAN PEMAKAIAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANDA ACEH CALANG STA 138+000-151+000 SUMATRA Disusun oleh : KHAIRUL MUTTAQIN 3107 040 207 Peta Lokasi Peta Lokasi Peta Lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini akses yang menghubungkan selatan dan timur Surabaya banyak menumpuk melalui Jalan Ahmad Yani Surabaya. Selain itu, Jalan Ahmad Yani menjadi jalan akses utama

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PEKERJAAN RIGID PAVEMENT ( STUDI KASUS PELEBARAN JALAN ISIMU-PAGUYAMAN)

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PEKERJAAN RIGID PAVEMENT ( STUDI KASUS PELEBARAN JALAN ISIMU-PAGUYAMAN) PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PEKERJAAN RIGID PAVEMENT ( STUDI KASUS PELEBARAN JALAN ISIMU-PAGUYAMAN) Kartika Candra 1), Mohammad Yusuf Tuloli 2), Arfan Utiarahman 3). 1 Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Sebuah proyek merupakan suatu upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan tol merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk mengatasi kemacetan yang semakin meningkat di Indonesia. Proyek pembangunan jalan tol semakin ditingkatkan

Lebih terperinci

FORMULIR STANDAR UNTUK PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN PERKIRAAN HARGA JUMLAH NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA

FORMULIR STANDAR UNTUK PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN PERKIRAAN HARGA JUMLAH NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA Analisa EI-21 FORMULIR STANDAR UNTUK PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN NAMA KEGIATAN : DAK Transportasi Perdesaan No. PAKET KONTRAK : NAMA PAKET PROP / KAB / KODYA : Sulawesi Selatan /Sidrap

Lebih terperinci

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN 0000-0000,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ANALISA TEKNIS PRODUKSI ALAT BERAT UNTUK PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA PIT X PT. BINTANG SYAHID

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya Konstruksi Biaya konstruksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu proyek. Kebijakan pembiayaan biasanya dipengaruhi oleh kondisi keuangan perusahaan

Lebih terperinci

Jurnal Kontruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No.2, Tarogong Kidul, Garut

Jurnal Kontruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No.2, Tarogong Kidul, Garut PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT BULLDOZER DAN EXCAVATOR DIBANDINGKAN DENGAN BACKHOE LOADER PADA PEMBANGUNAN PETERNAKAN AYAM DAYEUH MANGGUNG Robby Maulana Sopa 1, Sulwan Permana 2, Ida

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV Hasil dan analisis BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi proyek Nama proyek : Rukan Palladium blok A. Project Island Golf Island Lokasi Developer Konsultan Kontraktor No.SPK Sifat SPK. : Pantai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Proyek Jaringan jalan saat ini merupakan salah satu prasarana sistem transportasi untuk menunjang berbagai bidang pembangunan yang merupakan urat nadi dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLODI PERHITUNGAN

BAB III METODOLODI PERHITUNGAN 21 BAB III METODOLODI PERHITUNGAN 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi yang dimaksud dalam tugas akhir ini adalah metode pengumpulan data dan pengolahan data, guna menunjang penyelesaian laporan Tugas akhir dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dalam suatu proyek konstruksi, waktu merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, sebisa mungkin pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

Lebih terperinci

BAB VII METODE PELAKSANAAN

BAB VII METODE PELAKSANAAN BAB VII METODE PELAKSANAAN 7.1 Persiapan a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul,

Lebih terperinci

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

ASSALAMUALAIKUM WR.WB ASSALAMUALAIKUM WR.WB Disusun Oleh : 1. Akhmad Arif (3106030026) 2. Atho Adil Sansail (3106030142) LATAR BELAKANG Kurangnya persediaan air baku pada saat musim kemarau TUJUAN RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Data Data-data yang didapat dalam proyek gedung Ditjen Dikti Jakarta merupakan data-data umum dan teknis berupa :

BAB III METODOLOGI Data Data-data yang didapat dalam proyek gedung Ditjen Dikti Jakarta merupakan data-data umum dan teknis berupa : 54 BAB III METODOLOGI 3.. Umum. Metodologi merupakan suatu metode pendekatan untuk menyelesaikan masalah dengan memperhatikan sumber data dan fasilitas yang tersedia. Metodologi menguraikan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder, BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder, sedangkan data primer yang diperoleh sifatnya hanya digunakan sebagai pelengkap dan penyempurna

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan BAB II LANDASAN TEORI Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Assalamu alaikum Wr. Wb

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Assalamu alaikum Wr. Wb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Assalamu alaikum Wr. Wb ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO DI PEKERJAAN UNDERPASS NATIONAL ROAD WARU STA 9 + 678 DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

MANAJEMEN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TANGGUL PERLINDUNGAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN KOTA BENTENG TAHAP II KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

MANAJEMEN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TANGGUL PERLINDUNGAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN KOTA BENTENG TAHAP II KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR MANAJEMEN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TANGGUL PERLINDUNGAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN KOTA BENTENG TAHAP II KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR Oleh : Mahberial binsar, NRP : 3109038014 Danu suprayogo, NRP : 3108038714

Lebih terperinci

Tabel 5.7 Perhitungan Biaya dan Waktu Pondasi Tiang Pancang

Tabel 5.7 Perhitungan Biaya dan Waktu Pondasi Tiang Pancang 5.1.3 Analisa Teknis Pada analisa teknis terdapat hasil dari masing-masing alternatif adalah sebagai berikut : 5.1.3.1 Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Alternatif ini menggunakan tiang pancang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA TEKNIK SIPIL JURNAL ILMIAH PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT DALAM PEKERJAAN LONGSORAN PADA RUAS JALAN SIMPANG PERDAU BATU

Lebih terperinci

Penerapan Repetitive Scheduling Method Pada Penjadwalan Proyek Jalan Tubaan- Talisayan/ Dumaring, Provinsi Kalimantan Timur

Penerapan Repetitive Scheduling Method Pada Penjadwalan Proyek Jalan Tubaan- Talisayan/ Dumaring, Provinsi Kalimantan Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Penerapan Repetitive Scheduling Method Pada Penjadwalan Proyek Jalan Tubaan- Talisayan/ Dumaring, Provinsi Kalimantan Timur Annis Nur Uzma, Ir. Putu Artama

Lebih terperinci

AHMAD ZAZILI KURNIAWAN NRP.310

AHMAD ZAZILI KURNIAWAN NRP.310 PROYEK AKHIR Pekerjaan Pembangunan Bendung dan Pengaman Tebing Kali Jambe Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah AGUNG BIANTORO NRP.310 3109038015 AHMAD ZAZILI KURNIAWAN NRP.310 3109038016 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Mahasiswa : Rahmat Jatmikanto Dosen Pembimbing : 1. Cahyono Bintang Nurcahyo, ST, MT 2. Prof. Ir. Indrasurya B. Mochtar, MSc.

Mahasiswa : Rahmat Jatmikanto Dosen Pembimbing : 1. Cahyono Bintang Nurcahyo, ST, MT 2. Prof. Ir. Indrasurya B. Mochtar, MSc. STUDI PERBANDINGAN RIGID PAVEMENT METODE KONVENSIONAL DENGAN METODE PPCP (Precast Prestress Concrete Pavement) DITINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU (Lokasi Studi : Jalan Tol Surabaya-Mojokerto) Mahasiswa

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PROYEK

PERKIRAAN BIAYA PROYEK Halaman 1 dari Pertemuan 5 Pertemuan 5 PERKIRAAN BIAYA PROYEK 5.1 KEGUNAAN a. Bagi Pemilik, menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. b. Bagi Konsultan, diajukan kepada pemilik

Lebih terperinci

Oleh : 1. Esti Yuvita Rendi Candrawitadi

Oleh : 1. Esti Yuvita Rendi Candrawitadi ASSALAMUALAIKUM WR.WB SALAM SEJAHTERA METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INTAKE DAN JARINGAN PIPA TRANSMISINYA DI KECAMATAN BALONGBENDO, KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR Oleh : 1. Esti Yuvita 3108030001 2. Rendi

Lebih terperinci

STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003

STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003 STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003 Domy Christoferson NRP : 9921022 Pembimbing : Ir. V. Hartanto,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN digilibunsacid BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Pembangunan Jalan Tol Solo-Semarang (Bawen Solo Seksi II) 411 Data Umum Proyek Proyek yang dijadikan studi kasus dalam skripsi ini adalah Proyek Pembangunan

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN PENENTUAN BIAYA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA TRENGGALEK PACITAN KM KM PROVINSI JAWA TIMUR

ESTIMASI WAKTU DAN PENENTUAN BIAYA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA TRENGGALEK PACITAN KM KM PROVINSI JAWA TIMUR PRESENTASI TUGAS AKHIR ESTIMASI WAKTU DAN PENENTUAN BIAYA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA TRENGGALEK PACITAN KM 186+940- KM 191+940 PROVINSI JAWA TIMUR Oleh : Junaidi Abdillah NRP : 31120404505 Dosen

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA Taufik Dwi Laksono, Dosen Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto Dwi Sri Wiyanti, Dosen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB )

Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB ) Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB ) Bobot Nilai : Dosen TP : 50 % Dosen AB : 50 % Dosen AB : PR & Diskusi : 30 % Quiz : 30 % UAS : 40 % Referensi 1. Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Ir. Rochmanhadi.

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES Pekerjaan Pembangunan Jembatan ini terdiri dari beberapa item pekerjaan diantaranya adalah : A. UMUM 1. Mobilisasi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan ABSTRAK

Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan ABSTRAK PENJADWALAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE PDM ( Precedence Diagram Method ) Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Ruang Pamer Suzuki Jl. Sisingamangaraja Medan Mhd. Teguh Satria Cipta 1, Ir. Yusrizal Lubis,

Lebih terperinci

A.A. Gde Agung Yana 1

A.A. Gde Agung Yana 1 Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 PENGARUH JAM KERJA LEMBUR TERHADAP BIAYA PERCEPATAN PROYEK DENGAN TIME COST TRADE OFF ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas

Lebih terperinci

BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Ariany Frederika (2010) melakukan penelitian dengan analisis time cost trade off pada proyek pembangunan Super Villa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan Tol Solo Kertosono adalah jalan tol sepanjang 177,12 km terbagi menjadi 2 ruas tol yakni Solo-Ngawi 90,10 km dan Ngawi-Kertosono sepanjang 87,02 km. Proyek yang

Lebih terperinci

ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA s/d STA DI MOJOKERTO

ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA s/d STA DI MOJOKERTO ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA 601+318.55 s/d STA 601+181.45 DI MOJOKERTO Hendi Yudhatama, Yusronia Eka Putri,ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek 2.1.1. Pengertian Proyek Proyek merupakan Suatu kegiatan bersifat sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 ANALISIS KEUNTUNGAN KONTRAKTOR AKIBAT VARIASI SISTEM PEMBAYARAN DAN JADWAL PELAKSANAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT. Oleh : Muhammad Ridha

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT. Oleh : Muhammad Ridha Oleh : Muhammad Ridha 3108.100.646 TUGAS AKHIR PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA Dosen Pembimbing : M. Arif Rohman, ST.

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAAN REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah)

KOP PERUSAHAAN REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) KOP PERUSAHAAN REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN Program : Pembangunan Jalan Dan Jembatan Kegiatan : Pengerasan Jalan Bengkinang Kelurahan Loa Tebu Lokasi : Kec. Tenggarong Sumber Dana : APBD Kab.

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Metode Jaringan Kerja diperkenalkan menjelang akhir tahun 1950 oleh tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du-pont bekerja sama dengan Rand Corporation

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov. PROYEK AKHIR PU Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA 0+000 - STA 1+500 Kab. Luwu Utara Prov. Sulawesi Selatan Pembimbing : Ir. Sulchan Arifin, M.Eng. Dipresentasikan Oleh

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERSETUJUAN iii PERSEMBAHAN iv MOTTO v ABSTRAK vi ABSTRACT vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON Kiki Widya Apriliani NRP : 0221031 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrol mutu atau quality control (QC) adalah suatu kegiatan untuk mengukur kualitas suatu barang dengan membandingkannya sesuai dengan spesifikasi dan syarat yang

Lebih terperinci

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH TEKNIK PELAKSANAAN BANGUNAN AIR Pertemuan #3 TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH ALAMSYAH PALENGA, ST., M.Eng. RUANG LINGKUP 1. PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH 2. PELAKSANAAN PEKERJAAN GEOTEKNIK (pertemuan selanjutnya).

Lebih terperinci

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Halaman Motto dan Persembahan... iii Intisari... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... viii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Lampiran...

Lebih terperinci

STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK JUDUL PENELITIAN STUDI PEMILIHAN ALTERNATIF PENGADAAN KENDARAAN OPERASIONAL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK Oleh : IRAWAN SUDARSONO Nrp. 3106 207 713 1 Latar Belakang Timbulan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PROYEK TOL PANDAAN- MALANG. (Optimalization of Using Heavy Equipment on Pandaan-Malang Highway Project)

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PROYEK TOL PANDAAN- MALANG. (Optimalization of Using Heavy Equipment on Pandaan-Malang Highway Project) OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PROYEK TOL PANDAAN- MALANG (Optimalization of Using Heavy Equipment on Pandaan-Malang Highway Project) Annisa Citra La Shinta, Harimurti, M. Hamzah Hasyim Jurusan

Lebih terperinci

Pertemuan ke 10 Metode Jalur Kritis. Dalam Analisis CPM, dipakai suatu cara yang disebut hitungan maju dan hitungan mundur.

Pertemuan ke 10 Metode Jalur Kritis. Dalam Analisis CPM, dipakai suatu cara yang disebut hitungan maju dan hitungan mundur. Pertemuan ke 10 Metode Jalur Kritis Halaman 1 dari Pertemuan ke - 10 10.1 Terminologi dan Perhitungan Dalam proses identifikasi jalur kritis, dikenal beberapa terminologi dan rumus-rumus perhitungan sebagai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Manajemen Proyek Satu hal yang mendasar bahwa kegiatan proyek mempunyai karakter yang berbeda dengan kegiatan operasional (seperti pekerjaan administrasi kantor,

Lebih terperinci

MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT

MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT By : Sering kali kita melihat berbagai aktifitas alat berat ketika suatu proyek bangunan dilakukan, baik itu transportasi (jalan, jembatan, bandara), bangunan air (waduk, bendung,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNI UNIVERSITAS RIAU

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNI UNIVERSITAS RIAU RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNI UNIVERSITAS RIAU 1 Nama Mata Kuliah : PTM (Pemindahan Tanah Mekanis) 2 Kode Mata Kuliah : TSS-3246 3 Semester : II 4 (sks)

Lebih terperinci

ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS A r m e d y NRP : 9021048 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

Lebih terperinci

PERCEPATAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE WHAT IF

PERCEPATAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE WHAT IF PERCEPATAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE WHAT IF PADA PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS JALAN BATAS KOTA RUTENG KM 210- BATAS KAB. MANGGARAI NUSA TENGGARA TIMUR Iik Radevi B.P 1 Saifoe El Unas 2, Kartika

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENERAPAN METODE PERT PADA PROYEK GUDANG X

STUDI KASUS PENERAPAN METODE PERT PADA PROYEK GUDANG X STUDI KASUS PENERAPAN METODE PERT PADA PROYEK GUDANG X Christian 1, Cefiro 2 dan Sentosa 3 ABSTRAK : Pembangunan yang sedang marak terjadi pada saat ini ialah pembangunan gudang khususnya di Surabaya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. UMUM Penelitian ini berupa analisa perbandingan pengecoran menggunakan alat berat concrete pump dan concrete bucket untuk pekerjaan konstruksi pada proyek bangunan. Permodelan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN SERUA RAYA DEPOK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF

PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN SERUA RAYA DEPOK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN SERUA RAYA DEPOK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF Imay Zulkasa 1), Budiono 2),dan Budi Arief 3) ABSTRAK Berbagai hal dapat terjadi dalam pelaksanaan proyek

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENJADWALAN BERULANG (REPETITIVE SCHEDULLING METHOD) PADA PROYEK PRINCETON TOWER EDUCITY RESIDENCE SURABAYA

PENERAPAN METODE PENJADWALAN BERULANG (REPETITIVE SCHEDULLING METHOD) PADA PROYEK PRINCETON TOWER EDUCITY RESIDENCE SURABAYA PENERAPAN METODE PENJADWALAN BERULANG (REPETITIVE SCHEDULLING METHOD) PADA PROYEK PRINCETON TOWER EDUCITY RESIDENCE SURABAYA Bobby Armanda Akeda Damanik Yusronia Eka Putri, ST., MT., Cahyono Bintang Nurcahyo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

REKAPITULASI : PERENC. REHAB/PEMELIHARAAN JALAN POROS UPT TANJUNG AGUNG

REKAPITULASI : PERENC. REHAB/PEMELIHARAAN JALAN POROS UPT TANJUNG AGUNG REKAPITULASI KEGIATAN : REHAB/PEMELIHARAAN JALAN POROS UPT TANJUNG AGUNG PANJANG 3,3 KM PEKERJAAN : PERENC. REHAB/PEMELIHARAAN JALAN POROS UPT TANJUNG AGUNG PANJANG 3,3 KM LOKASI : UPT TANJUNG AGUNG KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Umum Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian dan pertumbuhan penduduk akan berpengaruh pada masalah transportasi. Daerah Mojokerto - Jombang merupakan kawasan berkembang

Lebih terperinci