BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan komoditas tanaman pangan, holtikultura, dan buah-buahan. Banyak lahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan komoditas tanaman pangan, holtikultura, dan buah-buahan. Banyak lahan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di seluruh dunia menyebabkan meningkatnya kebutuhan komoditas tanaman pangan, holtikultura, dan buah-buahan. Banyak lahan menjadi tidak produktif karena kesalahan manusia mengelolanya. Sementara luas lahan pertanian yang tersisa karena tergantikan untuk lahan industri dan pemukiman tidak cukup untuk memproduksi komoditas pangan secara optimal. Iklim juga cenderung berubah ke arah yang tidak menguntungkan sektor pertanian, seperti suhu yang terlalu tinggi, kemarau panjang, angin kencang, banjir, dan sebagainya. Dampak yang paling berpengaruh bagi adalah tanaman kerusakan fisik tanah akibat kemarau dan suhu yang tinggi sehingga menyebabkan kekeringan. Tanah subur yang sebelumnya dijadikan media untuk pertanian telah mengalami perubahan sifat, seperti penurunan daya menahan dan menyerap air. Pengaruh suhu lingkungan yang terlalu tinggi dalam waktu yang panjang dapat mengubah sifat fisik butiran tanah menjadi lebih keras dan padat sehingga menyebabkan air sulit diserap (Nasution dan Winoto, 2000). Hal ini dapat menyebabkan kerusakan permanen bagi tanah di daerah tersebut. Jika hal ini terjadi komoditas pangan akan sulit dibudidayakan dan berdampak negatif terhadap harga komoditas pertanian khusus untuk bahan pangan. Terdapat tiga faktor pertumbuhan eksternal yang sangat vital bagi tingkat pertumbuhan tanaman di daerah tropis untuk bertanam tanpa media tanah, diantaranya 1

2 suhu, nutrisi, dan cahaya (Lingga 1999 ; Haryanto dkk, 2002). Dengan dasar ini, tanaman untuk pangan dapat dibudidayakan seoptimal mungkin dimanapun lokasi dan medianya melalui konsep pengendalian terhadap faktor iklim mikro dan nutrisi di sekitar tanaman. Dalam memilih media tumbuh, sistem hidroponik merupakan alternatif yang baik karena pada masa budidaya umumnya menggunakan media air, sehingga konsentrasi nutrisi relatif dan distribusi nutrisi lebih mudah dikendalikan. Lokasinya dapat dipilih rumah tanaman (greenhouse), karena di kawasan tropis, rumah tanaman berfungsi sebagai bangunan perlindungan tanaman. Menurut Suhardiyanto (2009), greenhouse di kawasan tropis berfungsi untuk melindungi tanaman dari pengaruh buruk faktor luar seperti angin kencang, hujan deras, hama, dan lain sebagainya. Karakteristik utama greenhouse di daerah tropis yaitu memiliki ventilasi yang cukup untuk mengurangi suhu di dalam dan juga memberikan perlindungan ketika hujan deras, kerangka yang kuat untuk menahan kemungkinan angin kencang, dan biaya yang relatif lebih kecil. Hal ini menjadikan greenhouse merupakan tempat yang ideal untuk budidaya tanaman pangan, tanaman buahan, dan tanaman hortikultura seperti sayuran sawi khususnya di daerah tropis. Sayuran sawi tergolong sayuran yang banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia, karena rasanya yang manis dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Selain itu, sayuran ini dapat diolah menjadi manisan. Namun demikian sayuran sawi peka terhadap perubahan lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhannya. Hal ini ditunjukkan langsung oleh perubahan fisik tanaman seperti daun menjadi layu (Opena dan Tray, 1994). Tanaman ini membutuhkan perlakuan khusus untuk memperoleh 2

3 panen yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan perawatan yang lebih intensif agar kegagalan panen akibat iklim yang tidak stabil dapat diminimalkan. Menurut Anonim1 (2013), konsumsi sawi di Indonesia dari tahun 2009 hingga tahun 2012 secara umum mengalami peningkatan. Konsumsi sawi di Indonesia tahun 2009, 2010, 2011, 2012 berturut-turut adalah 562,838 ton, 583,770 ton, 580,969 ton, dan 594,911 ton. Hal ini menunjukan kebutuhan masyarakat terhadap sayuran sawi meningkat setiap tahunnya. Kondisi iklim yang cenderung merugikan petani secara terus menerus dapat mengakibatkan turunnya produksi sawi di Indonesia yang tidak diimbangi dengan tingginya permintaan akibat daya tarik masyarakat yang tinggi terhadap sayuran ini. Beberapa langkah dalam pencegahan turunnya produksi adalah peningkatan kualitas benih, pengelolaan distribusi air, pengendalian hama penyakit, pemberian unsur hara yang merata, pemberian naungan dalam budidaya, dan lain sebagainya. Tetapi beberapa teknik ini masih memiliki kelemahan dalam efektifitas pengelolaan, efisiensi penggunaan nutrisi, air, pestisida, dan ketersediaan tenaga kerja. Salah satu langkah pencegahan berkurangnya produksi, serta peningkatan kuantitas dan kualitas tanaman sawi di masa yang akan datang akibat berbagai faktor perubahan iklim dan keterbatasan lahan adalah dengan cara budidaya tanaman sawi dengan sistem hidroponik di dalam greenhouse. Dalam budidaya sistem hidroponik untuk tanaman sawi, nutrisi (unsur hara) dan kondisi iklim mikro merupakan hal yang sangat penting. Nutrisi yang tersedia cukup di media air akan mudah diserap oleh tanaman, dan iklim yang terkendali mendukung pertumbuhan sawi menjadi lebih baik. Sifat-sifat tanaman yang terkait 3

4 dengan konsentrasi nutrisi dan iklim yang sesuai dengan pertumbuhannya harus diketahui agar pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan menjadi optimal. Dalam budidaya tanaman sawi di greenhouse, dibutuhkan kesesuaian cahaya, suhu, dan nutrisi agar pertumbuhan tanaman sawi dapat optimal. Terdapat tiga permasalahan utama, ditinjau dari permasalahan iklim yang dihadapi oleh pelaku pertanian. Permasalahan pertama yaitu, selama ini pelaku pertanian khususnya petani kurang mempertimbangkan tentang aspek pengaruh iklim mikro dan nutrisi terhadap pertumbuhan. Pada umumnya sawi hanya dibudidayakan di tanah yang kosong tanpa pengendalian apapun seperti mengurangi intensitas sinar, suhu, ketepatan waktu pemberian nutrisi (pemupukan), dosis nutrisi, dan tanpa penyiraman. Kelalaian dalam pengendalian iklim yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh memiliki dampak terhadap pertumbuhan tanaman sawi menjadi tidak optimal. Ketentuan ini berlaku untuk pertanian hidroponik ataupun dengan tanah, karena suhu, cahaya, dan nutrisi merupakan syarat utama dalam proses bertumbuhnya tanaman. Hal ini pernah dilakukan oleh Telaumbanua (2012) pada tanaman sawi yang ditanam di luar greenhouse tanpa mempertimbangkan faktor iklim mikro. Sawi tumbuh lebih kecil dibanding dengan kondisi terkendali yaitu 27,20 g dengan total luas daun ± 813,26 cm2. Sedangkan budidaya pada kondisi iklim mikro terkendali, dengan intensitas sinar matahari yang tepat, berat tanaman mencapai 81,81 g dengan luas total 1948,08 cm2 pada masa panen. Permasalahan yang muncul yaitu iklim mikro dan nutrisi di lokasi budidaya tidak seluruhnya dapat dikendalikan dengan mudah. Adakalanya pengendalian iklim mikro dan nutrisi sulit untuk dilakukan karena berbagai kendala seperti keterbatasan alat, 4

5 kondisi lahan, akses listrik, biaya dan sebagainya. Apabila tanaman dibudidayakan di kondisi suhu, intensitas, dan nutrisi yang tidak sesuai, akan berakibat buruk pada pertumbuhan tanaman. Masing-masing kendala terhadap pengaruh iklim mikro dan nutrisi yang tidak sesuai ini perlu amati lebih jauh, agar pelaku pertanian dapat mengetahui hubungan, pengaruh, dan kombinasi faktor suhu, cahaya, nutrisi agar hasil panen menjadi lebih baik. Menurut Suhardiyanto (2009), Haryanto (2002) dan Rault (1988), budidaya seluruh jenis tanaman melebihi suhu optimal, dapat dikendalikan dengan memberi naungan, menambah intensitas pasokan air untuk mencegah kekeringan pada tanah. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa faktor pertumbuhan oleh suhu, cahaya, dan nutrisi saling mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Untuk mengetahui hubungan antar faktor ini, diperlukan penelitian tentang identifikasi pola pertumbuhan tanaman sawi. Kajian yang dianalisis antara hubungan suhu, cahaya, dan nutrisi berisi tentang : a. Suhu yang terlalu tinggi akan memperlambat tingkat pertumbuhan, tetapi suhu yang terlalu rendah juga memperlambat tingkat pertumbuhan. Bagian dari kajian ontologi dalam penelitian ini membahas tentang : 1) Bagaimana pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman? 2) Suhu optimal dari persyaratan tumbuh untuk pertumbuhan sawi. b. Nutrisi di dalam media tanam yang terlalu rendah akan memperlambat tingkat pertumbuhan, tetapi nutrisi yang terlalu tinggi juga memperlambat tingkat pertumbuhan bahkan dapat menjadi racun bagi tanaman. Bagian lainnya dari kajian ontologi dalam penelitian ini membahas tentang : 5

6 1) Bagaimana pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman? 2) Besaran pengaruh dan komposisi nutrisi terbaik bagi pertumbuhan optimal tanaman. c. Cahaya yang baik dan diperlukan tanaman adalah cahaya tampak (visible light) dengan nilai intensitas yang tinggi. Intensitas sinar yang rendah akan menghambat proses fotosintesis sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Bagian lainnya dari kajian ontologi dalam penelitian ini membahas tentang : 1) Bagaimana pengaruh cahaya dalam pertumbuhan? 2) Intensitas cahaya terbaik untuk pertumbuhan tanaman di greenhouse. 3) Bagaimana hubungan suhu, nutrisi, cahaya dalam pertumbuhan tanaman? Dengan adanya kajian tentang identifikasi pola pertumbuhan oleh suhu, cahaya, dan nutrisi, pelaku pertanian dapat mengetahui hubungan antara faktor dan dapat dengan tepat mengambil keputusan untuk kombinasi yang sesuai di lokasi budidaya agar tingkat keberhasilan panen menjadi lebih baik. Kajian pengaruh iklim mikro dan nutrisi ini diprioritaskan pada budidaya hidroponik di greenhouse, tetapi juga masih memiliki keberlakuan pada budidaya media tanah dengan mengurangi faktor nutrisi hidroponik. Permasalahan kedua yang dihadapi oleh pelaku pertanian di lahan dan hidroponik adalah keterbatasan pengetahuan untuk memprediksi hasil panen yang akan diperoleh. Sejauh ini petani hanya mampu memprediksi hasil panen dengan menghitung 6

7 luas lahan budidaya dibandingkan dengan kerapatan tanaman tanpa memperhitungkan faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan. Hal ini dapat dikatakan tidak akurat, mengingat pertumbuhan tanaman sawi dipengaruhi oleh suhu, cahaya, air, dan nutrisi. Pelaku pertanian, khususnya pihak yang belum mengenal baik kondisi iklim di lokasi budidaya, akan kesulitan dalam memprediksi tingkat pertumbuhan dan hasil panen dengan baik. Kesalahan dalam melakukan prediksi dan pengendalian iklim terhadap syarat tumbuh tanaman sawi, dapat menyebabkan kerugian. Langkah yang dapat dilakukan, untuk menghindari hal tersebut adalah dibutuhkannya penelitian tentang pemodelan terhadap hasil rekayasa iklim mikro dan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sawi yang dapat digunakan oleh pelaku pertanian. Pemilihan perancangan model dengan menggunakan artificial neural network (ANN) atau sering disebut Jaringan Syaraf Tiruan (JST) disebabkan karena tingkat pertumbuhan dan perubahan dimensi tanaman, khususnya daun sawi mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, sehingga pendekatan secara matematika sering menghasilkan hasil model dengan error besar. Pendekatan dengan matematis terkadang mengandung persamaan-persamaan diferensial yang kompleks (Floros dan Gnanasekharan, 1993 ; Flores, dkk., 2009). Dengan menggunakan JST, pemodelan linier ataupun non-linier terhadap data pertumbuhan dapat disusun dengan memiliki akurasi yang tinggi (Egmont, dkk., 2002). Dengan adanya pemodelan terhadap iklim mikro dan nutrisi, diharapkan pelaku pertanian dapat dengan mudah menentukan standart faktor suhu, cahaya, nutrisi untuk dikendalikan, sesuai dengan iklim di lokasi budidaya. Di samping itu, pelaku pertanian mampu memprediksi tingkat pertumbuhan dan hasil panen. 7

8 Permasalahan ketiga yaitu, cara pembudidayaan tanaman yang dilakukan petani pada umumnya masih secara manual yaitu dengan pengendalian iklim dan pengawasan oleh tenaga kerja atau petani itu sendiri. Tentunya, kelalaian akibat kesalahan manusia dapat berdampak buruk pada pertumbuhan tanaman yang mempengaruhi hasil panen, seperti keterlambatan penyiraman tanaman, perlindungan terhadap suhu melebihi ambang batas, dan pengendalian nutrisi. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan adanya sistem kendali iklim mikro dan nutrisi di lokasi budidaya tanaman. Sejalan dengan kebutuhan petani terhadap sistem kendali, penelitian identifikasi pola pertumbuhan dan rekayasa iklim mikro dan nutrisi untuk tanaman sawi ini membutuhkan banyak perlakuan sehingga lebih mudah jika menggunakan greenhouse yang terkendali. Untuk itu dibutuhkan sistem kendali yang dapat mengendalikan 27 ruangan greenhouse secara berkelanjutan selama 24 jam selama masa budidaya tanaman. Kinerja sistem pengendali iklim mikro dan nutrisi ini diamati selama masa budidaya, yang meliputi akurasi, kecepatan pengendalian, dan stabilitas hasil rancangan. Dengan menggunakan sistem kendali, hasil panen pada tanaman juga lebih baik dibandingkan dengan tanpa kendali seperti yang dilakukan Telaumbanua (2012). Adanya rancangan alat pengendali iklim mikro dan nutrisi, seluruh proses budidaya dapat ditangani secara otomatis. Kesalahan yang dilakukan oleh manusia di dalam budidaya tanaman dapat dikurangi (Ebere and Francisca, 2013; Watiningsih, dkk., 2014 ; Zulfa, dkk., 2014 ; Nuryadi, 2015). Dengan adanya perancangan sistem kendali, diharapkan pelaku pertanian khususnya sistem hidroponik, dapat menggunakannya hasil 8

9 rancangan ini, sehingga efisiensi kerja dalam budidaya sawi dapat lebih maksimal, tenaga kerja lebih sedikit dan hasil panen menjadi lebih baik Perumusan Masalah Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor gen di dalam jaringan tanaman dan faktor pertumbuhan eksternal oleh iklim mikro dan nutrisi di lingkungan tumbuhnya. Faktor gen merupakan bagian yang penting di dalam pertumbuhan optimal pada tanaman, tetapi harus didukung oleh kesesuaian iklim dan nutrisi (Harwati, 2008). Budidaya tanaman tanpa mempertimbangkan pengaruh iklim dan nutrisi, menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal, dan bahkan tanaman sulit bertumbuh. Kesesuaian iklim untuk pertumbuhan, berpengaruh pada optimalnya pertumbuhan tanaman. Di dalam penelitian ini, membahas mengenai faktor iklim mikro dan nutrisi karena faktor ini terkait erat dengan rekayasa aspek teknik yang sesuai dengan bidang teknik biosistem ataupun keteknikan pertanian. Untuk mengetahui nilai terbaik, laju pertumbuhan, sensitifitas pertumbuhan, hubungan antara faktor pertumbuhan eksternal yang berpengaruh seperti faktor iklim yaitu suhu, cahaya, dan faktor nutrisi, dibutuhkan kombinasi perlakuan pada budidaya tanaman sawi. Hasil pertumbuhan yang telah diidentifikasi, kemudian dimodelkan dengan JST. Pokok permasalahan yang dicari dalam penelitian ini adalah identifikasi pola pertumbuhan dan model pengendalian iklim mikro dan nutrisi otomatis secara hidroponik untuk meningkatkan hasil panen sawi. Lingkup kajian penelitian yaitu perubahan luas daun tanaman terhadap suhu, nutrisi, dan cahaya di dalam ruang 9

10 budidayanya. Dari hasil pengamatan luas daun tersebut, digunakan untuk identifikasi tingkat pertumbuhan, pemodelan tingkat pertumbuhan tanaman sawi. Hasil perekaman data digunakan untuk analisis kinerja sistem kendali. Permasalahan yang dihadapi dan dicari penyelesaianya di dalam penelitian adalah : 1. Bagaimana pola pertumbuhan tanaman sawi terhadap faktor suhu, cahaya, nutrisi, kombinasi terbaik selama masa pertumbuhan, dan sensitifitas faktor iklim mikro dan nutrisi terhadap tingkat pertumbuhan luas daun? 2. Bagaimana hasil perancangan pengendali iklim mikro dan nutrisi meliputi keakurasian, kecepatan respon, respon sistem, dan stabilitas? 3. Bagaimana model pertumbuhan luas daun tanaman sawi dari variasi pemberian cahaya, suhu, nutrisi? 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian tentang model pengendalian iklim mikro dan nutrisi terhadap tingkat pertumbuhan pada budidaya sawi (Brassica rappa var. parachinensis L.) sistem hidroponik di greenhouse adalah : 1. Pola pertumbuhan dan model ini hanya berlaku untuk tanaman sawi hijau (Brassica rappa var. parachinensis L) dengan iklim mikro dan nutrisi yang stabil dari awal budidaya hingga panen. Pemodelan tanaman berlaku menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. 2. Pola tingkat pertumbuhan dan model tingkat pertumbuhan pengaruh faktor cahaya berlaku pada intensitas cahaya hingga lux. 10

11 3. Pertumbuhan sawi ditentukan respon tanaman terhadap iklim mikro dan nutrisi yang konstan karena, faktor pertumbuhan eksternal di setiap greenhouse diatur stabil sehingga tidak terdapat dinamisasi suhu, cahaya, dan nutrisi di setiap greenhouse selama masa budidaya. Hal ini ditujukan untuk dasar kajian analisis memperoleh nilai iklim mikro dan nutrisi terbaik setiap interval hari pertumbuhan dari seluruh greenhouse. 4. Tinggi tanaman tidak diukur, karena tinggi tidak dapat mencerminkan tingkat pertumbuhan sawi. 5. Kelembaban udara tidak divariasikan karena Yogyakarta berada pada kelembaban ± 70 % - 95 % dan masih sesuai dengan syarat pertumbuhan tanaman sawi yaitu ± 75 % (Gallagher, 1990 dan Haryanto dkk, 2002). 6. Ketersediaan unsur-unsur nutrisi untuk tanaman tidak dikaji di dalam penelitian ini karena menggunakan paket nutrisi hidroponik bermerek Goodplant. Uraian komposisi dapat dilihat pada Tabel Tujuan Tujuan dari penelitian model pengendalian iklim mikro dan nutrisi otomatis untuk pertumbuhan sawi ini adalah : Tujuan umum : Mengidentifikasi interaksi pengendalian iklim mikro dan nutrisi pada pertumbuhan tanaman sawi sistem hidroponik dan mendapatkan model pertumbuhan. 11

12 Tujuan khusus : 1. Identifikasi pola pertumbuhan luas daun terhadap pengendalian faktor suhu, cahaya dan nutrisi. 2. Menyusun perangkat pengendali cahaya, suhu, dan nutrisi otomatis untuk budidaya tanaman sawi (Brassica rappa var. parachinensis L.) di greenhouse dengan sistem hidroponik. 3. Menyusun pemodelan JST tingkat pertumbuhan tanaman sawi (Brassica rappa var. parachinensis L.) yang ditanam di dalam greenhouse sistem hidroponik dengan variasi iklim mikro dan nutrisi terkendali Kebaruan Penelitian Kebaruan penelitian ini terletak pada identifikasi dan pengembangan model dari tiga faktor yaitu suhu, cahaya, dan nutrisi dengan menggunakan sistem kendali dalam budidaya tanaman sawi hidroponik di greenhouse daerah tropis (Tabel ). Terdapat tiga faktor iklim yang utama, sebagai syarat pertumbuhan di daerah tropis, diantaranya suhu, nutrisi, dan cahaya (Lingga 1999 ; Haryanto dkk, 2002). Penelitian sebelumnya sebagiam besar hanya membahas 1-2 faktor petumbuhan. Sejauh ini, tidak ditemukan penelitian tentang pengaruh tiga pengaruh iklim di daerah tropis terhadap pertumbuhan tanaman (Tabel 1.4). Penelitian semacam ini jarang, dimungkinkan karena tergolong penelitian yang sulit dilakukan. Dikatakan sulit karena, masingmasing faktor ini harus dikendalikan selama budidaya tanaman dengan sistem kendali dan banyak perlakuan. Hal tersebut merupakan dasar untuk penelitian lanjutan, 12

13 sehingga dapat katakan dalam penelitian ini, terdapat 3 hal baru yang belum dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu, identifikasi pola pertumbuhan oleh tiga faktor suhu, cahaya, nutrisi, pemodelan tingkat pertumbuhan, dan perancangan sistem kendalinya. Berdasarkan data penelitian pihak lain yang diperoleh, terkait belum adanya penelitian sejenis, peneliti mampu mengembangkan dan mengidentifikasi pola pertumbuhan tanaman sawi secara hidroponik di daerah tropis dengan memanfaatkan sistem kendali untuk mengendalikan iklim mikro dan nutrisi di dalam greenhouse. Dari tahap identifikasi, kemudian dikembangkan pemodelan. Data yang diperoleh di analisis dan dimodelkan dengan JST, sehingga tingkat pertumbuhan dan panen dapat diprediksi dan dapat digunakan oleh pelaku pertanian. Sistem kendali yang melakukan pengendalian terhadap iklim mikro dan nutrisi, diamati kinerjanya. Sistem kendali yang tangguh dalam melakukan pengendalian, layak untuk diduplikasi ataupun digunakan oleh para pelaku pertanian. Konsep ontologi, epistimologi, dan aksiologi dalam penelitian ini, digambarkan pada Tabel 1.3. Pada Tabel 1.1 menjelaskan roadmap penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya tentang pengaruh iklim terhadap pertumbuhan tanaman. Pada Tabel 1.2 menjelaskan keberlanjutan penelitian yang dapat dilakukan terhadap tanaman sawi terkait dengan iklim mikro dan nutrisi, perancangan kendali cerdas, dan pemodelan. 13

14 Tabel 1.1. Roadmap perkembangan penelitian pengaruh iklim terhadap pertumbuhan tanaman Tujuan Metode Output Tahun Mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman Dengan menggunakan paranet untuk variasi cahaya yang masuk. Dengan menggunakan naungan dan variasi takaran pupuk daun. Dengan melakukan variasi pupuk hayati Kentang ditanam pada kondisi suhu 30 C/26 C, 26 C/22 C, 22 C/18 C dan 18 C/14 C dengan menggunakan kontrol buatan. Menentukan pengaruh empat macam pupuk organik terhadap pertumbuhan sawi. Mengetahui pertumbuhan tanaman kentang (Solanum tuberosum l.) dalam lingkungan fotoautotrof secara invitro. a. Perancangan sistem kendali iklim mikro greenhouse b.menggunakan JST untuk memprediksi kesuburan. Tinggi tanaman krisan yang dikurangi intensitas sinar yang masuk, mempengaruhi tinggi tanaman. Tanaman tanpa naungan lebih baik dari pada dengan naungan. Pemupukan pada daun tidak mempengaruhi tinggi tanaman seledri. Pemberian pupuk hayati berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh. Pemberian pupuk NPK berbagai dosis berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman sawi. Dosis terbaik adalah 250 kg/ha sesuai dengan rekomendasi. Pertumbuhan tanaman menunjukan hasil beda nyata pada setiap percobaan. Hasil pertumbuhan terbaik diperoleh melalui pupuk dari kotoran kambing. Intensitas sinar yang tinggi dan suhu yang tinggi memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding intensitas sinar yang tinggi dan suhu yang rendah. a. Tanaman terkontrol pertumbuhannya lebih baik dibandingkan tanaman tanpa kontrol iklim mikro. b. JST mampu memprediksi kesuburan dan nutrisi

15 Tabel 1.2. Keberlanjutan penelitian yang dapat dilakukan untuk tanaman sawi terkait aspek teknik pertanian Tujuan Kajian pengaruh faktor iklim mikro dan nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman, pemodelan, dan perancangan kendali cerdas Metode Merancang pengendali iklim untuk mengendalikan iklim mikro dan nutrisi pada tanaman sawi di dalam 27 greenhouse. Merancang pengendali cerdas yang hemat energi dan mampu di aplikasikan pada masyarakat. Merancang pengendali cerdas yang mampu mengendalikan suhu, cahaya, nutrisi dan mampu mengukur tingkat pertumbuhan tanaman menggunakan machine vision. Diperoleh pola pertumbuhan tanaman, kombinasi iklim mikro dan nutrisi terbaik, rancangbangun sistem kendali serta hasil pemodelan tingkat pertumbuhan Diperoleh kendali cerdas yang murah, hemat energi, serta analisis ekonomi. Diperoleh kendali cerdas yang murah dan hemat energi yang mampu mengukur tingkat pertumbuhan tanaman secara real time, mengukur dan mengendalikan suhu, cahaya, nutrisi, yang terintegrasi dengan jaringan internet Output Tahun 2016 Melakukan budidaya tanaman sawi pada iklim mikro dan nutrisi yang berbeda, pengamatan warna daun, rasa, tekstur, dan kandungan gizi sawi hijau oleh pengaruh iklim. Diperoleh iklim mikro dan nutrisi terbaik berdasarkan rasa, warna, tekstur.. Diperolehnya model tingkat perubahan warna, rasa, tekstur, dan kandungan gizi setiap faktor iklim

16 Tabel 1.3. Landasan ontologi, epistomologi, aksiologi dalam model pengendalian iklim mikro dan nutrisi budidaya sawi Makna Ontologi Cakupan Mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman Epistimologi Konsep Ilmu Kaidah Ilmu Konsep ilmu biologi, Pengembangan ilmu pertanian, iklim mikro, matematika mikrokontroler dan matematika. Mengetahui seberapa besar pengaruh nutrisi bagi pertumbuhan tanaman Konsep ilmu biologi, pertanian, iklim mikro, mikrokontroler dan matematika. Pengembangan ilmu matematika. Konsep ilmu biologi, pertanian, iklim mikro, mikrokontroler dan matematika. Konsep ilmu biologi, pertanian, iklim mikro, mikrokontroler dan matematika. Pengembangan model matematika. Konsep pengembangan model tingkat Mengetahui pengaruh pertumbuhan tanaman cahaya dalam laju sawi oleh faktor cahaya, pertumbuhan tanaman. suhu dan nutrisi Mendapatkan model JST tingkat pertumbuhan tanaman oleh kombinasi pengaruh suhu, nutrisi dan cahaya. Mendapatkan perangkat pengendali iklim mikro dan nutrisi sistem hidroponik untuk greenhouse. Konsep ilmu biologi, pertanian, iklim mikro, mikrokontroler dan matematika. Pengembangan ilmu matematika dan pemodelan JST. Sistem kontrol. Aksiologi Diperolehnya perangkat pengendali iklim mikro dan nutrisi terhadap pada budidaya sawi (Brassica Rappa Var. Parachinensis L.) sistem hidroponik di greenhouse. Didapatkan model matematika laju pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica rappa var. parachinensis L.) terhadap variasi cahaya, suhu dan nutrisi terkontrol yang ditanam dengan sistem hidroponik. Diperoleh nilai suhu, nutrisi dan cahaya terbaik untuk laju pertumbuhan tanaman. Diperoleh hasil pemodelan dengan JST untuk tingkat pertumbuhan tanaman sawi. Selain itu diperolehnya nilai akurasi, stabilitas, sensitifitas dan kecepatan respon dari pengendali iklim. Tabel 1.4. Penelitian pengaruh suhu, cahaya, dan unsur hara No 1 Nama Widiastuti Tahun 2004 Tujuan Metode Menentukan pengaruh Menggunakan paranet Tinggi tanaman krisan intensitas cahaya untuk variasi cahaya yang dikurangi intensitas terhadap pertumbuhan yang masuk. sinar yang masuk, krisan. Hasil mempengaruhi tinggi tanaman. 2 Phaisal 2005 Menentukan pengaruh Menggunakan Tanaman dengan cahaya intensitas sinar dan naungan dan variasi matahari langsung lebih pupuk pada budidaya takaran pupuk daun. baik dari pada variasi Tabel 1.4 bersambung 16

17 seledri. warna naungan. Pemupukan pada daun tidak mempengaruhi tinggi tanaman seledri. 3 Tamrin 2005 Pemodelan JST timun Melakukan Luas kanopi dan nutrisi mini (Cucumis sativus pengambilan citra yang hilang dapat L marla) pada fase kanopi timun. diprediksi melalui model vegetatif. 3 Ferry, P Pengaruh Cahaya Menggunakan Tinggi terbaik diperoleh Terhadap Pertumbuhan metode rancangan dari perlakuan dengan Tanaman Sawi acak lengkap (RAL) cahaya biru, sedangkan Keriting (Brassica juncea L.) dalam Polybag. 4 Setiawan 2009 JST. dengan satu faktor tunggal yaitu pengaruh cahaya. jumlah daun terbaik diperoleh dengan cahaya merah. Menentukan pengaruh Dengan variasi Pupuk memiliki pengaruh empat macam pupuk pemberian jenis pupuk terhadap pertumbuhan organik terhadap organik. tinggi tanaman, yaitu pertumbuhan sawi. kombinasi eceng gondok dan pupuk. 5 Nugroho 2005 Menentukan pengaruh Variasi pemberian Perbedaan pemberian dosis pupuk terhadap takaran pupuk dan dosis pupuk pertumbuhan tanaman jarak tanam. mempengaruhi berat selada. basah dan tinggi tanaman. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi dan berat tanaman. 6 Handoyo 2009 Menentukan pengaruh Variasi pemberian Variasi pemberian pupuk dosis pemberian pupuk takaran pupuk NPK. NPK pada rentang terhadap pertumbuhan 29, tidak berpengaruh sawi. nyata meningkatkan 17 Tabel 1.4 bersambung

18 tinggi, bobot, warna daun tanaman, tetapi memiliki pengaruh terhadap tanaman tanpa pupuk. 7 Saribun 2008 Mengetahui jenis Variasi pemberian Pemberian pupuk NPK pupuk dan dosis pupuk NPK dan pupuk berbagai dosis terbaik terhadap tunggal sesuai dosis berpengaruh langsung pertumbuhan tanaman yang telah ditentukan. terhadap pertumbuhan sawi. tanaman sawi. Dosis terbaik adalah 250 kg/ha sesuai dengan rekomendasi. 8 Anas 2004 Mengetahui pengaruh Variasi volume media Media busa sintetik volume dan jenis tanam dan jenis media dengan volume 20 cm³ media tanam pada tanam. paling baik dan media pertumbuhan dan hasil arang sekam yang paling tanaman selada dalam lambar pertumbuhannya. teknologi sistem hidroponik. 9 Wachjar 2006 Mengetahui pengaruh Melakukan variasi Pemberian pupuk hayati beberapa jenis pupuk pupuk hayati seperti berpengaruh terhadap hayati terhadap EMP4 dan pertumbuhan tanaman pertumbuhan dua klon pendambahannya pada teh. tanaman teh (Camellia budidaya teh. sinensis L) (O. Kuntze) yang belum menghasilkan. 10 Pertamawati 2010 Mengetahui Percobaan kultur Intensitas sinar yang pertumbuhan tanaman jaringan ini dilakukan tinggi dan suhu yang kentang (Solanum pada tanaman kentang, tinggi memiliki tuberosum l.) dalam dilakukan variasi pertumbuhan yang lebih lingkungan cahaya terhadap suhu baik dibanding intensitas Tabel 1.4 bersambung 18

19 11 Harwati 2008 fotoautotrof secara dan diamati sinar yang tinggi dan suhu invitro. pertumbuhannya. yang rendah. Mengetahui pengaruh Kentang ditanam pada Perkembangan dan suhu dan panjang kondisi suhu produksi tanaman kentang penyinaran terhadap 30 C/26 C, dapat dipengaruhi oleh umbi 26 C/22 C, 22 C/18 C panjang penyinaran dan kentang (Solanum dan 18 C/14 C dengan tuberosum, ssp.) menggunakan kendali suhu. buatan. 12 Nurshanti 2009 Mengetahui pengaruh Percobaan dilakukan Pertumbuhan tanaman pemberian pupuk dengan melakukan menunjukan hasil beda organik terhadap variasi pupuk organik nyata pada setiap pertumbuhan dan hasil yaitu kotoran sapi, percobaan. Hasil tanaman sawi caisim kambing dan ayam. pertumbuhan terbaik (Brassica Juncea L.) diperoleh melalui pupuk dari kotoran kambing. 13 Suyantohadi 2009 Mengidentifikasi Percobaan dilakukan Tingkat pertumbuhan pertumbuhan tanaman dengan melakukan tanaman kedelai dapat kedelai (glycine max variasi pemberian diidentifikasi secara L) dengan pengaruh komposisi pupuk. periodik dengan JST. Memprediksi kelapa Percobaan dilakukan Model JST dapat sawit berdasarkan dengan data curah memprediksi produksi kualitas lahan dengan hujan, ketinggian, kelapa sawit dengan nilai JST. kelerengan, umur RMSE = 0,07 dan r = 0,9. pemberian komposisi pupuk menggunakan JST. 14 Hermanto 2009 tanam, batuan, solum dan tingkat keasaman. 15 Telaumbanua 2012 Perancangan perangkat Percobaan dilakukan Pertumbuhan tanaman pengendali iklim mikro dengan mengontrol sawi dengan lingkungan Tabel 1.4 bersambung 19

20 untuk pertumbuhan suhu, kelengasan tanah mikro yang terkontrol di sawi (Brassica rappa dan cahaya selama dalam greenhouse lebih var paracihensis L.). budidaya. baik dibanding di luar greenhouse. 16 Ghosh,S 2014 Perancangan model Percobaan dilakukan JST mampu memprediksi Jaringan syaraf tiruan dengan menganalisis komposisi tanah untuk manajemen bahan organik, nutrisi dibandingkan cara nutrisi dan kesuburan esensial, mikronutrien manual. tanah dengan algoritma yang ditinggalkan backpropagation. tanaman induk,untuk tanaman pada budidaya selanjutnya Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tentang model pengendalian iklim mikro dan nutrisi terhadap tingkat pertumbuhan pada budidaya sawi (Brassica rappa var. parachinensis L.) sistem hidroponik di greenhouse adalah : 1. Diketahuinya pola pertumbuhan tanaman sawi terhadap faktor suhu, cahaya, nutrisi terbaik untuk pertumbuhan dalam umur tertentu, kombinasi terbaik, dan tingkat sensitifitas, bermanfaat untuk proses budidaya tanaman, agar diperoleh hasil panen yang lebih baik. Pelaku pertanian memiliki referensi nilai iklim mikro dan nutrisi untuk pertumbuhan sawi. 2. Diperolehnya hasil perancangan sistem kendali suhu, cahaya, dan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sawi sistem hidroponik di dalam greenhouse yang bermanfaat bagi pengembangan teknologi dan pelaku pertanian. 20

21 3. Diperolehnya pemodelan terhadap pertumbuhan luas daun tanaman sawi dengan JST, yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku pertanian untuk memprediksi tingkat pertumbuhan sawi, sehingga pelaku pertanian mampu menilai kelayakan lokasi budidaya sawi untuk dikelola. 21

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran bagi manusia sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayam (Amaranthus tricolor L.) dari sudut pandang manusia awam

BAB I PENDAHULUAN. Bayam (Amaranthus tricolor L.) dari sudut pandang manusia awam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayam (Amaranthus tricolor L.) dari sudut pandang manusia awam merupakan komoditas sederhana, dalam pengertian mudah didapat setiap saat, harga murah dan dapat diolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang

BAB I PENDAHULUAN. Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat rampai atau tomat ranti banyak disukai oleh konsumen karena tomat mempunyai rasa yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas hasil tanaman. Banyak tumbuhan

Lebih terperinci

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentimun adalah salah satu jenis sayuran yang digemari masyarakat. Salah satu jenis mentimun yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dicari ialah mentimun Jepang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL Oleh : Rinda Dewi Lestari NPM 10712032 POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat PENDAHULUAN Latar belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat prioritas tinggi di bidang penelitian dan pengembangan sayuran di Indonesia. Berdasarkan volume, kentang adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat adalah satu diantara produk hortikultura yang mempunyai beragam manfaat, yaitu bisa dimanfaatkan dalam bentuk segar sebagai sayur, buah dan olahan berupa makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis. Hampir setiap hari produk ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, tanaman selada belum dikelola dengan baik sebagai sayuran komersial. Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam bahas asal yaituyunani, hidroponik berasal dari kata hydro (air) dan ponos (kerja) yang berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jagung manis merupakan salah satu jenis jagung yang mulai dikembangkan dalam sekala luas. Jagung manis memiliki banyak manfaat sebagai makanan tambahan, sayuran, bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan kacang hijau dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga diperlukan untuk mencukupi kebutuhan setiap penduduk. Di Indonesia, masalah ketahanan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki tanah yang sangat subur dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan, seperti padi, jagung, kopi, teh, cengkeh dan lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian. Disisi yang lain sering berjalannya waktu, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroberi atau strawberry dalam bahasa Inggris, merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang terpenting di dunia, terutama untuk negara-negara beriklim subtropis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Menurut Irwan (2006), kandungan gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Caisin pada umumnya banyak ditanam dataran rendah, namun dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

BAB I I. PENDAHULUAN

BAB I I. PENDAHULUAN BAB I I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Kondisi lahan pertanian yang kian hari semakin berkurang sementara disisi lain pemenuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Yogyakarta memiliki lahan pasir pantai seluas sekitar hektar atau

I. PENDAHULUAN. Yogyakarta memiliki lahan pasir pantai seluas sekitar hektar atau I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Yogyakarta memiliki lahan pasir pantai seluas sekitar 13.000 hektar atau 4% dari luas wilayah secara keseluruhan. Lahan pasir pantai terbentang sepanjang 110 km di pantai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan kelompok tanaman sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman sawi yang murah dan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

GELOMBANG BUNYI FREKUENSI HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAWI BAKSO (Brassica rapa var. parachinensis L.)

GELOMBANG BUNYI FREKUENSI HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAWI BAKSO (Brassica rapa var. parachinensis L.) Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013 GELOMBANG BUNYI FREKUENSI 6000-9600 HZ UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAWI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L.) Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan sebagai bumbu masakan dan dapat dibuat olahan. Selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Data dari BPS menunjukkan rata-rata pertumbuhan luas panen, produktivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, masyarakat berusaha untuk mengoptimalkan teknologi smartphone

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, masyarakat berusaha untuk mengoptimalkan teknologi smartphone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, masyarakat berusaha untuk mengoptimalkan teknologi smartphone Android dan memanfaatkan kemudahan peran teknologi smartphone Android dalam sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHU LUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHU LUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya sayuran bagi kesehatan memicu peningkatan produk sayuran. Untuk menghasilkan sayuran segar, sehat dan bermutu tinggi, diperlukan penanganan yang baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. metabolisme, dan tubuh tanaman itu sendiri. Menurut Foth (1998), untuk

I. PENDAHULUAN. metabolisme, dan tubuh tanaman itu sendiri. Menurut Foth (1998), untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman membutuhkan air dalam proses evapotranspirasi, fotosintesis, aktivitas metabolisme, dan tubuh tanaman itu sendiri. Menurut Foth (1998), untuk menghasilkan 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidup. Bahan pangan yang

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura yang

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura yang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura yang cukup penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan sayuran daun yang cukup digemari oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan mentah dan dijadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kementrian Pertanian (2013), produk pertanian mampu menyumbang sekitar 20%

I. PENDAHULUAN. Kementrian Pertanian (2013), produk pertanian mampu menyumbang sekitar 20% I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat mendukung nilai pendapatan. Produk hasil pertanian mampu menyumbangkan sebagian besar nilai pendapatan yang dihasilkan

Lebih terperinci