BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Hypothermia Hypothermia yaitu keadaan dimana suhu tubuh menurun dari keadaan suhu normal (37,5 C). Hypothermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula yang rendah), asidosis metabolik (keasamaan darah yang tinggi) dan kematian. Kondisi tersebut karena terjadinya perubahan udara dingin secara mendadak yang menutup peredaran darah keseluruh tubuh yang pada akhirnya dapat berdampak pada kematian. Hipothermia terjadi karena hilangnya panas tubuh, dan secara alami tubuh tidak mampu lagi memproduksi energi panas. Pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah dengan menyelimuti pasien dengan selimut tebal atau merapatkan tubuh penolong terhadap pasien bila dibutuhkan. Dokter lebih manganjurkan dengan menaikan suhu panas pada pasien dengan berbagai cara dibandingkan dengan memberinya alkohol yang memberikan sedikit kehangatan tubuh. Hypothermia juga dapat disebabkan dalam pengobatan, turunnya temperatur tubuh menyebabkan turunnya metabolisme tubuh, ini sering digunakan untuk mengurangi pendarahan di bagian tubuh dalam pembedahan.

2 7 Secara umum ada tiga tahap hypothermia, yaitu: a. Mild Hypothermia (hipothermia ringan), b. Moderate Hypothermia (hipothermia sedang), c. Severe Hypothermia (hipothermia berat). Mild Hypothermia (temperatur tubuh drop dari 37 hingga 35 C). Penderita mulai menggigil saat temperatur tubuhnya turun hingga 36 C (menggigil adalah usaha alamiah tubuh untuk menghasilkan panas, dan menjaga agar temperatur bagian dalam tubuh tetap stabil). Apabila temperatur tubuh terus turun hingga dibawah 36 C, penderita merasa lelah dan dingin. Cara berpikirnya mulai terlihat kacau dan pertimbangannya tidak logis, tidak bisa mengambil keputusan dengan benar, dan mulai berperilaku aneh diluar kebiasaan normal, serta keras kepala (hanya bertindak atas kemauan sendiri). Gerakan tangan, kaki, dan anggota badan lainnya mulai cenderung tidak terkoordinasi dengan otak (misal; mulai sering tersandung sesuatu saat berjalan, menyampar botol minum, menginjak kompor, bahkan kesulitan untuk mengancingkan jacket). Penderita masih terlihat bernafas secara normal namun terus menggigil dan gemetar. Apabila penderita Mild Hypothermia tidak segera ditangani, dan itu dianggap sesuatu yang wajar saja, maka temperature tubuh semakin turun. Moderate Hypothermia (temperatur tubuh turun dari 35 hingga 32 C), ditandai dengan kulit ditubuhnya terlihat memucat, otot-otot menjadi kaku dan sulit menggerakkan jari tangan (koordinasi tubuh terganggu). Jari tangan dan kaki mati rasa. Menggigil hebat, lalu sama sekali berhenti menggigil (cadangan energy di dalam tubuh sudah habis dipergunakan untuk menggigil, bukan berarti penderita tidak lagi kedinginan). Penderita sudah tidak mampu berpikir atau

3 8 mengingat-ingat sesuatu (menjadi pelupa), dan terlihat tidak mampu merespon dengan baik, bicaranya gagap dan terlihat sulit melontarkan kata-kata. Beberapa area tertentu pada tubuh yang biasanya selalu hangat menjadi dingin (Samping Leher, Ketiak, kunci paha). Gerakan semakin lamban, kondisi tubuh kian lemah, dan seperti orang yang mengantuk berat. Selanjutnya dibawah temperature 32 C semua proses metabolisme tubuh termasuk napas, degub jantung dan fungsi otak semakin melemah. Severe Hypothermia (temperatur tubuh terus turun dari 32 hingga 28 C), ditandai dengan penderita mulai sering hilang kesadaran, Perilakunya tidak rasional. Kulit terlihat membiru, napas dan denyut nadi melemah. Pupil mata membuka lebar, penderita terlihat seperti sudah meninggal. Kematian (temperatur tubuh terus turun dari 28 hingga 25 C). Dibawah temperatur 28 penderita tidak sadarkan diri dan terjadi henti jantung. Kematian terjadi sebelum temperatur mencapai 25 C. Berapa lama seseorang dapat bertahanhidup dari serangan hipothermia? Sangat tergantung dari berbagai faktor yang mendukung untuk terus dapat bertahan hidup, atau berbagai faktor yang membuat situasi semakin memburuk. Kematian karena hipothermia bisa terjadi dibawah 24 jam. 2.2 Gambaran umum alat Patient Warmer Patient Warmer adalah suatu alat untuk menjaga kestabilan suhu tubuh pasien ketika pasien mengalami Hypothermia. Alat ini pada dasarnya memanfaatkan panas yang dialirkan dengan menggunakan blower sebagai media penghantar panas sehingga kondisi pasien tetap terjaga dalam keadaan hangat. Sistem penghangat tubuh Patient Warmer Touch Model 5200 ditujukan untuk

4 9 mencegah dan merawat pasien hypothermia, misalnya dengan pasien operasi, pasien sebelum operasi, wanita hamil yang menggigil selama masa pembiusan sampai hypothermia, atau pasien manapun yang tidak nyaman dimana lingkungannya sangat dingin. Panas suhu dikontrol melalui tombol-tombol panel. Panel tersebut memiliki 3 suhu, yaitu: C, C, C ( Michel,2004). Pemilihan suhu menunjukan tingkatan suhu udara yang masuk ke dalam selimut. Gambar 2.1 Patient Warmer Touch Model Untuk memulai pengoperasian alat ini, pertama-tama yang kita lakukan adalah dengan menekan tombol switch pada posisi On. Temperatur suhu ruangan akan menyala, dan alat siap untuk memulai bekerja menghembuskan udara panas. Alat ini bekerja setelah mendapat tegangan maka akan mengaktifkan blower, setelah kita menseting suhu yang akan kita gunakan pada keypad. Dari perintah

5 10 tersebut akan diolah oleh mikrokontroler, lalu dari mikrokontroler akan memberi perintah kepada heater dan blower untuk bekerja, bila suhu pada setingan telah tercapai maka heater akan berhenti bekerja dan akan bekerja kembali pada saat suhu turun. Di dalam alat ini terdapat empat jenis pengaturan manual ketika kita akan mensetting suhu yang kita inginkan, dan tampilan berupa LED. Dimana temperatur suhu yang kita setting adalah suhu rata-rata untuk udara yang akan masuk kedalam blanket. Untuk pasien yang mengalami hipotermia sangat parah atau gawat, maka setting suhu yang dipilih adalah high, dengan tujuan agar tubuh pasien dapat kehangatan lebih cepat. Gambar 2.2 Cara penggunaan Patient Warmer. 2.3 LM 35 LM 35 adalah sensor panas yang berfungsi mendeteksi besarnya derajat temperature. Aplikasinya sensor ini sangat presisi dalam mendeteksi besarnya derajat panas/temperature. Output yang dihasilkan oleh LM 35 ini sangat linier

6 11 dan terkalibrasi pada satuan derajat celcius. Setiap kenaikan 1 derajat celcius akan menghasilkan 10 mv. Ketelitian dalam mendeteksi panas pada sensor ini sampai ¼ derajat celcius. Sedangkan jangkauan yang dapat dideteksi oleh LM 35 ini berkisar dari C sampai dengan C. Gambar 2.3 Sensor Suhu LM 35 Gambar 2.4 Konfigurasi Sensor Suhu LM 35 Keluaran sensor ini memiliki tingkat impedansi yang sangat rendah. Selain itu LM 35 ini menggunakan arus sebesar 60μA dan panas yang

7 12 ditimbulkan oleh LM 35 yaitu kurang dari 0,1 0 C pada ruangan terbuka. Untuk mengetahui lebih jelas tentang sensor ini. Grafik 2.1 Perbandingan suhu dengan tegangan pada LM 35. Komponen ini terkalibrasi pada satuan celcius. Perubahan linier pada 10 mv setiap 0 C. Kepekaannya ± 0,25 0 C. LM 35 dapat bekerja dengan sempurna pada tegangan 4V sampai dengan 30V. Impedansi output sangat rendah ± 0,1Ω pada beban 1mA. 2.4 LM 741 Rangkaian penguat adalah suatu rangkaian yang memiliki umpan balik negative sehingga pada rangkaian tersebut akan terjadinya rangkaian tertutup Amplifier Close Loop. Tetapi Amplifier Close Loop ini harus kita beri suatu tahanan Rf. Op Amp dapat melaksanakan beberapa operasi aritmatik seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, integrasi, diferensiasi, dan lain-lain. Maka Op Amp banyak digunakan dalam sistem analog atau sistem analog computer.

8 13 Selain itu rangkaian penguat juga dapat diartikan sebagai rangkaian yang menerima sebuah isyarat atau sinyal masukan pada salah satu inputnya dan akan mengeluarkan sebuah sinyal yang bentuknya tidak berubah yang mana keluarannya itu dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil dari sinyal masukannya sehingga outputnya dapat diatur. Gambar 2.5 Konfigurasi pin IC LM 741. Keterangan Gambar : 1. Zero Off Set 2. Terminal Masukan Inverting 3. Terminal Masukan Non Inverting 4. Terminal Catu Daya Negatif (-Vcc) 5. Zero Off Set 6. Terminal Keluaran (Output) 7. Terminal Catu Daya Positif (+Vcc)

9 LM 741 sebagai Penguat Penyangga (Buffer) LM 741 sebagai penguat penyangga (buffer) atau pengikut tegangan. Ini karena besarnya sinyal output yang dihasilkan akan sama dengan besarnya sinyal input yang masuk. Gambar 2.6 Op Amp sebagai Buffer Rangkaian buffer adalah menguatkan arus pada output buffer dengan penguatan tegangan yang sama. Rangkaian buffer juga berfungsi untuk mengubah impedansi input yang tinggi ke impedansi input yang rendah LM 741 sebagai Penguat Non Inverting LM 741 sebagai penguat non inverting memiliki yaitu tegangan keluaran yang dihasilkan (Vout) akan memiliki polaritas yang sama dengan tegangan inputannya (Ei). Adapun rumus-rumus aplikasi dalam pemanfaatan LM 741 yang difungsikan sebagai penguat non inverting adalah sebagai berikut:

10 15 1. Tegangan output yang akan dihasilkan oleh penguat tersebut didefinisikan : Dimana, Vout = Tegangan keluaran (output) yang dihasilkan Vout = (1 + Rf/Ri) X Ei ( 2.1 ) Ei = Sinyal inputan yang masuk 2. Faktor penguatan yang terjadi pada penguat non inverting didefinisikan: A = Vout/Ei ( 2.2 ) Dimana, Vout/Ei = 1 + Rf/Ri ( 2.3) A = Faktor penguatan (Amplification Close Loop) Vout = Tegangan keluaran (output) yang dihasilkan Ei = Sinyal inputan yang masuk Gambar 2.7 Op-Amp sebagai Penguat Non Inverting

11 LM 741 sebagai Komparator Rangkaian pembanding tegangan adalah rangkaian yang berfungsi untuk membandingkan antara sinyal inputan yang satu dengan yang lainnya. Gambar 2.8 Op Amp sebagai Komparator Rangkaian ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memiliki penguatan yang tak terhingga sehingga output yang akan dihasilkan hanya dua keadaan yaitu +SAT atau SAT. 2. Memiliki kedua input yang dibandingkan 3. Kadang-kadang memiliki feed back positif 4. Tidak mempunyai feed back negatif Adapun rumus-rumus aplikasi dari sebuah komparator adalah sebagai berikut: Vout = (E2-E1) X AoL ( 2. 4 ) Dimana, Vout = tegangan keluaran (output) komparator

12 17 E2 E1 = sinyal masukan non inverting = sinyal masukan inverting. AoL = penguatan open loop terbuka (Amplification Open Loop) AoL = X 2.5 Transistor Transistor bekerja sebagai saklar diidentifikasikan dalam dua kondisi, yaitu pada saat kondisi (saklar tebuka) yaitu saat transistor mengalami cut off/titik sumbat dan pada saat kondisi (saklar tertutup) yakni pada saat transistor mengalami saturasi. Transistor memilki dua karakteristik. Contohnya pada transistor tipe NPN, transistor ini dapat bekerja jika tegangan di basis(trigger basis) 0,7 V. Fungsi basis sebagai control sebuah transistor. Selain itu transistor ini dapat bekerja jika ada pergerakan arus dari kaki basis ke kaki emitter. Kemudian juga terjadi pergerakan arus dari kaki kolektor menuju kaki emitter. Sehingga dapatkan nilai arus dari kolektor menuju emiter lebih besar dari pada arus dari kaki basis menuju emiter. Berdasarkan hukum arus Kirchoff, maka dapat diketahui nilai arus, I E = I C + I B ( 2.5 ) Kelebihan transistor ini adalah nilai arus yang terjadi pada kolektor lebih besar dari arus yang terdapat pada basis, penguatan arus dc, merupakan penentu dari perbedaan dari kedua arus ini.

13 18 βdc = Ic/I B ( 2.6 ) Pada gambar dapat diketahui nilai arus basis berdasarkan hukum Ohm, I B = V BB - V BE ( 2.7 ) R B Dan dengan hukum tegangan Kirchoff dapat diketahui, V CE = V CC - ( I C. R C ) ( 2.8 ) Dengan persamaan yang telah ada maka dapat dibuat sebuah garis beban dari transistor, yaitu grafik yang menampilkan I B dan V CE, grafik dapat dilihat pada garafik 2.2. Gambar 2.9 Rangkaian Common Emiter

14 19 Garis beban yang mengenai kurva I B = I B (sat) dan V CE = 0V merupakan daerah saturasi transistor dan garis beban yang mengenai kurva I B = 0 dan V CE = V CC adalah daerah cut off transistor. I c Vcc R c 0 saturasi Q I I I b b > = (sat) (sat) b cut off I b = 0 Vce Vcc Grafik 2.2 Garis Beban Daerah Transistor Transistor Dalam Keadaan Saturasi Transistor jenis NPN, jika dioda basis emitor mendapat forward bias dan dioda basis-kolektor juga mendapat forward bias, arus dapat mengalir dari kolektor menuju ke emitor. Pada kondisi ini transistor berada di saturasi dan VCE atau tegangan antara kolektor dengan emitor dapat dianggap nol. Dalam kondisi ini transistor dianggap seperti sebuah saklar tertutup. Besarnya arus yang mengalir menuju kolektor saat saturasi: I C = V CC - V CE ( 2.9 ) R C

15 20 Daerah ini ditandai dengan nilai I B yang maksimum. Maka harga V CE kecil sehingga nilai V CE dapat dianggap nol. Untuk perhitungannya secara teori dapat digunakan rumus: I C (sat) = V CC R C ( 2.10 ) Gambar 2.10 Transistor Dalam Keadaan Saturasi Transistor Dalam Keadaan Cut Off Transistor jenis NPN, apabila basis lebih negatif dari emitor maka arus tidak akan mengalir dari kolektor menuju ke emitor. Berarti Transistor berada dalam daerah cut off dan dapat dianggap sebagai saklar terbuka. Pada saat kondisi transistor cut off, tidak ada arus bocor yang mengalir melalui beban R C kecuali arus bocor yang sangat kecil (I C 0), sehingga besarnya I C dapat diabaikan. Daerah ini ditandai dengan minimumnya nilai I B. Minimumnya nilai arus basis mengakibatkan nilai arus kolektor juga minimum. Sehingga apabila kita kalkulasikan terhadap rumus maka kita akan mendapatkan perhitungan tegangan cut off, yaitu:

16 21 V CUT OFF = V CC = V CE ( 2.11 ) Gambar 2.11 Transistor Dalam Keadaan Cutt Off 2.6 IC 4011 IC 4011 difungsikan sebagai gerbang NAND. IC 4011 merupakan sebuah perangkat IC yang mempunyai dua buah masukan. Gambar 2.12 Konfigurasi pin IC 4011

17 22 Dimana dalam aplikasinya output yang dihasilkan akan bernilai low atau 0 jika kedua inputan IC tersebut bernilai high atau 1. jika salah satu dari kedua inputan IC tersebut bernilai low atau 0. X Y Z Gambar 2.13 Simbol NAND Keterangan : X : Input 1 Y : Input 2 Z : Output Tabel 2.1 Tabel Kebenaran IC 4011 X Y Z

18 IC 74LS 193 IC 74LS193 adalah IC yang berfungsi sebagai pencacah maju atau mundur. IC ini akan mencacah maju atau mundur tergantung dari inputan yang diterima. IC 74LS193 ini adalah IC dengan aktif low. Karena IC ini akan mencacah jika inputan yang masuk pada salah satu kakinya, kaki 4 atau kaki 5 jika keadaan inputannya bernilai 0 (low). Gambar 2.14 Konfigurasi pin IC IC 4028 Sebagai Dekoder BCD Bilangan-bilangan biner yang sudah mengalami proses counterisasi, agar dapat terbaca disuatu sistem tampilan, maka harus didekoderisasi terlebih dahulu. IC 4028 merupakan salah satu IC yang berfungsi sebagai proses dekoder dari bilangan-bilangan biner menjadi decimal. IC ini akan menerima inputan yang berupa bilangan-bilangan biner melalui kaki 10, 11, 12, dan 13.. Kemudian setelah masuk melalui kaki-kaki tersebut, bilangan-bilangan tersebut akan mengalami proses dekoderisasi untuk dirubah menjadi bilangan

19 24 decimal. Adapun besarnya bilangan decimal yang terbentuk tergantung dari sinyal-sinyal inputan yang masuk. Gambar 2.15 Konfigurasi pin IC 4028 Adapun tabel kebenaran dari IC 4028 adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Tabel Kebenaran IC 4028 D C B A

20 25 Setelah itu, bilangan-bilangan biner yang sudah dirubah menjadi bilangan decimal akan dikeluarkan untuk ditampilkan pada suatu sistem penampil melalui kaki 2, 3, 14, dan IC 4066 IC 4066 merupakan IC CMOS yang berisi empat buah bilateral switch. Switch dapat dioperasikan dengan memberikan tegangan high pada masingmasing kontrol tiap switch. Apabila control A mendapat tegangan high maka switch A pada pin 1 dan pin 2 akan terhubung dan apabila control A mendapat tegangan low maka switch A pada pin 1 dan pin 2 akan terputus. Begitu juga pada switch lainnya yang bekerja apabila kontrolnya diberikan tegangan high. IC 4066 ini juga dapat digunakan sebagi multiplekser dan demultiflekser. IC 4066 ini bila dihubungkan dengan IC counter atau dekoder dapat digunakan sebagai rangkaian ADC. IC tambahan tersebut dapat dihubungkan ke kontrol masing-masing switch. Gambar 2.16 Konfigurasi pin IC 4066

21 IC CA 3162E Sebagai Analog To Digital Converter IC CA 3162E Sebagai Analog To Digital Converter adalah suatu besaran analog tidak dapat langsung ditampilkan sebagai informasi digital, besaran ini harus terlebih dahulu dirubah atau dikonversikan yaitu perubahan dari kode- kode biner ke desimal agar dapat ditampilkan menjadi informasi digital. Misalnya tegangan listrik yang masih dalam bentuk analog, kemudian dikonversikan lagi menjadi besaran-besaran digital dan ditampilkan dalam bentuk informasi digital oleh rangkaian ADC. Jadi disini dilakukan dua kali proses konversi didalam memberikan informasi digital yaitu pengubahan tegangantegangan listrik (analog) menjadi informasi digital. Pada rangkaian ini, IC yang digunakan adalah IC CA3162E, tegangan analog yang merupakan input IC CA3162E terdiri dari tegangan 2 inputan, tegangan inputan yang pertama adalah tegangan yang berasal dari tegangan output rangkaian sensor temperatur, sehingga BCD (Binary Counter to Digital) outputnya ke dekoder merupakan BCD out dari sensor temperatur. Sedangkan tegangan input yang kedua adalah tegangan yang bersal dari tegangan setting, sehingga outnya ke dekoder merupakan BCD out dari tegangan setting. Pada IC CA 3162E ini pin yang digunakan untuk tegangan input analog ini di inputkan melalui pin 11 yang merupakan input tegangan analog high dari IC CA 3162E. Sedangkan input tegangan analog low input melalui pin 10. Pada pin 8 dan 9 dari IC CA 3162E yang dihubungkan ke R variabel dimana fungsinya untuk mengkalibrasi angka digital outputnya 0. Selanjutnya tegangan analog yang masuk ke IC ADC ini akan melewati angka 0 dari IC CA3162E serta penguatannya akan diatur yaitu pada pin 13.Keluaran dari IC ini adalah terletak

22 27 pada pin 16,15,1 dan 2. Karena data BCD yang digitnya dari IC ini di outputkan ke dekoder IC CA3161E maka diperlukan rangkaian digit driver yang sinkron dengan output BCD. Gambar 2.17 Konfigurasi pin IC 3162 E Contoh pada saat BCD output memberikan data BCDnya ke input decoder IC 3161E yaitu pin inputannya pada pin 6,2,1 dan 7 untuk digit pertama (LSD) maka digit driver yang aktif adalah digit driver pada pin 5 dari IC CA 3162E sehingga TR1 akan hidup dengan demikian arus VCC akan mengalir ke emiter yang diteruskan menuju kolektor kemudian masuk ke comon seven segment yang berfungsi untuk menghidupkan seven segment sementara dari anoda seven segment yang dihubungkan ke output dekoder (output IC CA3161E) IC CA 3161E Sebagai Dekoder Dekoder adalah rangkaian gerbang-gerbang yang berguna menampilkan kode-kode biner menjadi tanda-tanda yang dapat ditanggapi secara visual. Dekoder merupakan rangkaian logika yang menggunakan n bit masukan biner

23 28 menjadi m jalur keluaran sedemikian sehingga setiap jalur keluaran dapat diaktifkan dengan salah satu kombinasi pada masukan. Secara ideal dekoder yang memiliki n buah input dapat menghasilkan jalur keluaran sebesar 2 n kombinasi. Untuk setiap kombinasi-kombinasi masukan ini akan salah satu dari m jalur keluaran yang berlogika 1 (tinggi) sedangkan jalur logika yang lain akan berlogika 0 (rendah). Dalam perancangan ini, IC CA 3161 E penulis fungsikan sebagai dekoder, adapun pengertian dari pada dekoder yaitu suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk merubah kode-kode biner menjadi tanda-tanda yang dapat ditandai secara visual. Gambar 2.18 Konfigurasi pin IC 3161 E Keluaran suatu dekoder merupakan data yang diterima dalam bentuk kode biner. Setiap kombinasi pada masukan hanya mengaktifkan satu terminal keluaran salah satu tipe dari dekoder adalah BCD seven segment dekoder, dimana fungsi dari BCD tersebut adalah merubah kode biner menjadi kode desimal yang

24 29 akan ditampilkan pada display. Masukan BCD mendapat masukan yang berasal dari counter. Dilihat dari jenisnya, BCD seven segment mempunyai dua jenis yaitu BCD seven segment aktif low dan aktif high. IC CA 3161E adalah salah satu dari jenis BCD seven segment dekoder yang aktif high. Output dari BCD merupakan inputan untuk dekoder (IC CA 3161E) dan inputan dekodernya terletak pada pin 6, 2,1 dan 7. Data biner yang masuk pada dekoder ini kemudian ditampilkan ke seven segment dekoder sebagai data input berupa desimal ke seven segment. Tabel 2.3 Tabel Kebenaran IC CA 3161E INPUT OUTPUT D C B A a b c d e f g Decimal

25 IC MOC 3020 IC MOC 3020 adalah komponen yang berfungsi sebagi photo triac. Photo triac adalah sebuah komponen penghubung yang bekerja berdasarkan picu cahaya optik. Photo triac terdiri dari dua bagian yaitu transmitter dan receiver. Transmitter biasanya dibangun dari sebuah led infra red, dan receiver dibangun dengan komponen Photo Triac, gatenya akan mendapat bias maju bila mendapat sinar dari LED sehingga triad terhubung. Photo Triac digunakan sebagai optoisolator antara rangkaian input dan output. IC MOC ini dapat digunakan sebagi penggerak tegangan AC. Gambar 2.19 Bentuk Fisik IC MOC 3020 Gambar 2.20 Konfigurasi pin MOC 3020

26 31 Keterangan pin MOC 3020 : 1. Anoda 2. Katoda 3. Normally Close 4. Input / Output Tegangan AC 5. Normally Close 6. Input/Output Tegangan AC 2.13 TRIAC BT 137 Triac merupakan komponen yang berfungsi sebagai saklar. Triac atau Triode for Alternating Current (Trioda untuk arus bolak-balik) sering dipakai pada pengendali, pensaklaran, ataupun pemicu. Prinsip kerja Triac sama dengan SCR (Silicon Control Rectifier) dan Triac sendiri dapat digambarkan sebagai penggabungan dua SCR yang dipasang anti pararel dan diberi satu elektroda pintu. Nama resmi untuk TRIAC adalah Bidirectional Triode Thyristor. Ini menunjukkan sakelar dwiarah yang dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah ketika ditriger. Triac dapat ditriger dengan tegangan positif ataupun negatif. Triac sangat cocok untuk mengendalikan komponen yang memakai tegangan AC untuk mengaktifkannya. Triac mempunyai elektroda kendali yang terpisah guna memungkinkan pemberian level tegangan yang akan memulai triac untuk berkondukasi. Triac banyak digunakan untuk beban yang mempunyai daya besar. Terminal utamanya

27 32 adalah terminal satu dan dua yaitu untuk keluaran dan erminal bersama. Gerbang atau gate merupakan terminal masukan atau terminal kendali. Gambar 2.21 Bentuk fisik Triac BT 137 Triac sering dipakai pada pengendali, pensaklaran, ataupun pemicu. Prinsip kerja Triac sama dengan SCR (Silicon Control Rectifier) dan Triac sendiri dapat digambarkan sebagai penggabungan dua SCR yang dipasang anti pararel dan diberi satu elektroda pintu. Gambar 2.22 Simbol triac

28 Seven Segment Display merupakan sebuah indikator yang digunakan pada peralatan yang berbasis sistim digital. Beberapa macam indikator yang sering digunakan sebagai display adalah seven segment. Gambar 2.23 Bentuk fisik seven segment. Ada dua jenis seven segment yaitu: 1. Common Anoda, berarti pada setiap anoda dari masing-masing led digabungkan dan dihubungkan ke VCC, sedangkan pada katodanya diberikan taraf rendah atau berlogika nol (low) sesuai angka yang ingin kita tampilkan sehingga arus akan mengalir dari anoda ke katoda dan akan menyalakan led. Gambar 2.24 Bentuk fisik dan konfigurasi seven segment anoda

29 34 Adapun tabel kebenaran adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Seven segment common anoda a b c d e f g Angka Common Katoda, kebalikan dari common anoda, jika pada common anoda, anoda pada led yang digabung dan dihubungkan ke VCC maka pada common katoda, katodanya yang digabung dan dihubungkan ke ground. Gambar 2.25 Bentuk fisik dan konfigurasi seven segment katoda

30 35 Adapun tabel kebenaran adalah sebagai berikut: Tabel 2.5 Seven segment common katoda a b c d e f g Angka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Respirasi Gambar 2.1 Sistem respirasi manusia 1 2.1.1 Pendahuluan Proses respirasi sangat penting untuk kelangsungan hidup karena berfungsi sebagai pemasok oksigen untuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL HUMIDIFIER

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL HUMIDIFIER TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL HUMIDIFIER Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh : Nama : Heri Setiawan NIM : 41409110066 Program

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMODELAN ALAT PATIENT WARMER BERBASIS DIGITAL

TUGAS AKHIR PEMODELAN ALAT PATIENT WARMER BERBASIS DIGITAL TUGAS AKHIR PEMODELAN ALAT PATIENT WARMER BERBASIS DIGITAL Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh : Nama : Fauzi Abdurahman NIM : 41409110080

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam BAB III PERENCANAAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam merencanakan alat yang dibuat. Adapun pelaksanaannya adalah dengan menentukan spesifikasi dan mengimplementasikan dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom DIODA KHUSUS Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu: mengetahui, memahami dan menganalisis karakteristik dioda khusus Memahami

Lebih terperinci

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III. Perencanaan Alat BAB III Perencanaan Alat Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing-masing rangkaian, untuk mempermudah dalam memahami

Lebih terperinci

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar.

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar. SRI SUPATMI,S.KOM I. Tujuan Praktikum Mengetahui cara menentukan kaki-kaki transistor menggunakan Ohmmeter Mengetahui karakteristik transistor bipolar. Mampu merancang rangkaian sederhana menggunakan transistor

Lebih terperinci

PENYEDIA VOLUME BENDA CAIR DENGAN STEP 150 ml ( WATER LEVEL )

PENYEDIA VOLUME BENDA CAIR DENGAN STEP 150 ml ( WATER LEVEL ) PENYEDIA VOLUME BENDA CAIR DENGAN STEP 150 ml ( WATER LEVEL ) Imam Chaerudin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok 16424 telp (021) 78881112,

Lebih terperinci

BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107

BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107 BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107 Berkaitan dengan pembuatan alat percobaan efek fotolistrik, diperlukan sebuah alat ukur yang bisa mengukur arus dan tegangan DC dengan polarisasi positif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Water Bath. Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa

BAB II DASAR TEORI Water Bath. Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa 5 BAB II DASAR TEORI 2.1. Water Bath Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa mempertahankan suhu air pada kondisi tertentu selama selang waktu yang ditentukan. Gambar 2.1 General Water

Lebih terperinci

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward 1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward C. Karakteristik dioda dibias reverse D. Karakteristik dioda

Lebih terperinci

PENGERTIAN THYRISTOR

PENGERTIAN THYRISTOR PENGERTIAN THYRISTOR Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.thyristor biasanya digunakan sebagai

Lebih terperinci

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan transistor. 2.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan MOSFET. 3.Praktikan dapat

Lebih terperinci

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter.

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter. TRANSISTOR Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Untuk membedakan transistor PNP dan NPN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

Daerah Operasi Transistor

Daerah Operasi Transistor Daerah Operasi Transistor Sebuah Transistor memiliki empat daerah Operasi Transistor : 1. Daerah Aktif 2. Daerah CutOff 3. Daerah Saturasi 4. Daerah Breakdown Daerah Aktif Daerah kerja transistor yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan Transistor Bipolar oleh aswan hamonangan Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias Transistor Bipolar Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias yang memungkinkan elektron

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur 6 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Tombol Kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur sebagai berikut: 1. tombol pengolah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 48 BAB I HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. HASIL PERCOBAAN 4.1.1. KARAKTERISTIK DIODA Karakteristik Dioda dengan Masukan DC Tabel 4.1. Karakteristik Dioda 1N4007 Bias Maju. S () L () I D (A) S () L ()

Lebih terperinci

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital Jurnal Skripsi Alat mesin mini voting digital ini adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan suara, dikarenakan dalam pelaksanaanya banyaknya terjadi kecurangan dalam perhitungan jumlah hasil

Lebih terperinci

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI SISWA KELAS XII TEI2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW 11268/130.EI Suryo Hadi Sampurno

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 Yudhi Gunardi 1,Firmansyah 2 1,2 Jurusan Elektro, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat.

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pengkondisi sinyal DAC 0808 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian pengkondisi sinyal DAC 0808

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut Mulai Observasi dan studi pustaka Y Permasalahan Hipotesis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN ALAT BAB IV PEMBAHASAN ALAT Pada bab pembahasan alat ini penulis akan menguraikan mengenai pengujian dan analisa prototipe. Untuk mendukung pengujian dan analisa modul terlebih dahulu penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN SUMBER ARUS

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN SUMBER ARUS TRANSSTOR SEBAGA SAKLAR DAN SUMBER ARUS 1. TRANSSTOR SEBAGA SAKLAR Salah satu aplikasi yang paling mudah dari suatu transistor adalah transistor sebagai saklar. Yaitu dengan mengoperasikan transistor pada

Lebih terperinci

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tekik, Universitas Lampung, yang dilaksanakan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai pensakelaran, pengubah,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 2 DECODER-ENCODER. JOBSHEET UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Digital dan Mikroprosesor Yang dibina oleh Drs. Suwasono, M.T.

PRAKTIKUM 2 DECODER-ENCODER. JOBSHEET UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Digital dan Mikroprosesor Yang dibina oleh Drs. Suwasono, M.T. PRAKTIKUM 2 DECODER-ENCODER JOBSHEET UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Digital dan Mikroprosesor Yang dibina oleh Drs. Suwasono, M.T. Nama : Fachryzal Candra Trisnawan NIM : 160533611466 Prog. Studi - Off

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Setelah beberapa perencanaan alat pada bab III selesai, maka ada beberapa tahap yang akan penulis lakukan, dimana tahap tersebut, yaitu persiapan alat dan bahan yang

Lebih terperinci

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

Elektronika Daya ALMTDRS 2014 12 13 Gambar 1.1 Diode: (a) simbol diode, (b) karakteristik diode, (c) karakteristik ideal diode sebagai sakaler 14 2. Thyristor Semikonduktor daya yang termasuk dalam keluarga thyristor ini, antara lain:

Lebih terperinci

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas SCR, TRIAC dan DIAC Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35 POLITEKNOLOGI VOL. 9, NOMOR 2, MEI 2010 RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35 Benny dan Nur Fauzi Soelaiman Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

Bias dalam Transistor BJT

Bias dalam Transistor BJT ias dalam Transistor JT Analisis atau disain terhadap suatu penguat transistor memerlukan informasi mengenai respon sistem baik dalam mode AC maupun DC. Kedua mode tersebut bisa dianalisa secara terpisah.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT HITUNG JUMLAH KENDARAAN MEMANFAATKAN SENSOR INFRAMERAH SEBAGAI INPUT PADA GERBANG PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535

RANCANG BANGUN ALAT HITUNG JUMLAH KENDARAAN MEMANFAATKAN SENSOR INFRAMERAH SEBAGAI INPUT PADA GERBANG PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 RANCANG BANGUN ALAT HITUNG JUMLAH KENDARAAN MEMANFAATKAN SENSOR INFRAMERAH SEBAGAI INPUT PADA GERBANG PARKIR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 TUGAS AKHIR MARLENI 102408002 PROGRAM STUDI D3 FISIKA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3. 27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua

Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua elektroda yaitu katoda dan anoda. Ujung badan dioda biasanya

Lebih terperinci

TEKNIK KENDALI DIGITAL PERCOBAAN 2 PERANGKAT DISPLAY. DOSEN : DR. Satria Gunawan Zain, M.T TANGGAL KUMPUL PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

TEKNIK KENDALI DIGITAL PERCOBAAN 2 PERANGKAT DISPLAY. DOSEN : DR. Satria Gunawan Zain, M.T TANGGAL KUMPUL PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER KELAS PTIK 05 2014 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KENDALI DIGITAL PERCOBAAN 2 PERANGKAT DISPLAY DOSEN : DR. Satria Gunawan Zain, M.T NAMA NIM TANGGAL KUMPUL TANDA TANGAN PRAKTIKAN ASISTEN ABD.MALIK RAUF 1429040053

Lebih terperinci

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014 Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika Sabtu, 15 Maret 2014 1. Pendahuluan: Model Penguat (nilai 15) Rangkaian penguat pada Gambar di bawah ini memiliki tegangan output v o sebesar 100 mv pada saat saklar dihubungkan.

Lebih terperinci

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor - 3 Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP bentuk fisik transistor NPN dan PNP injeksi mayoritas dari emiter, lebar daerah base, rekomendasi hole-elektron, efisiensi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 8 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC

Lebih terperinci

Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51

Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51 21 Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51 Ahmad Yusup, Muchlas Arkanuddin, Tole Sutikno Program Studi Teknik Elektro, Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Panel Inverter adalah peralatan untuk mengubah frekuensi dan tegangan untuk dapat mengontrol motor AC sangat diperlukan terutama oleh perusahaan yang banyak mempergunakan

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB III RANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB III RANCANGAN ALAT DAN PROGRAM Dalam Merancang sebuah alat perlu memperhatikan bagaimana cara membuat alat yang mudah dan disesuaikan dengan dasar teorinya. Diagram blok atau flowchart adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi Yusuf Nur Wijayanto yusuf@ppet.lipi.go.id Sulistyaningsih sulis@ppet.lipi.go.id Folin Oktafiani folin@ppet.lipi.go.id Abstrak Sistem

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan THYRISTOR SCR, TRIAC dan DIAC by aswan hamonangan Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang

Lebih terperinci

MODUL I GERBANG LOGIKA

MODUL I GERBANG LOGIKA MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DIGITAL 1 MODUL I GERBANG LOGIKA Dalam elektronika digital sering kita lihat gerbang-gerbang logika. Gerbang tersebut merupakan rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT UKUR WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH

RANCANGAN ALAT UKUR WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH RANCANGAN ALAT UKUR WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH T. Ahri Bahriun 1) 1) Staf Pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU Abstrak Rele arus lebih berfungsi untuk membuka circuit breaker jika terjadi

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum DECODER

Jobsheet Praktikum DECODER 1 DECODER A. Tujuan Kegiatan Praktikum 6 : Setelah mempraktekkan Topik ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1) Merangkai rangkaian DECODER. 2) Mengetahui karakteristik rangkaian DECODER. B. Dasar Teori Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. diri (koma) ataupun organ pencernaan yang dimiliki pasien tidak. mampu/memungkinkan untuk bekerja sebagimana mestinya.

BAB II TEORI DASAR. diri (koma) ataupun organ pencernaan yang dimiliki pasien tidak. mampu/memungkinkan untuk bekerja sebagimana mestinya. 5 BAB II TEORI DASAR 2.1 SYRINGE PUMP Syringe pump adalah suatu peralatan medis yang berfungsi untuk membantu menginjeksikan makanan maupun obat kedalam pasien, hal ini dilakukan dikarenakan kondisi pasien

Lebih terperinci

Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mengenal cara kerja dari peraga 7-segmen 2. Mengenal cara kerja rangkaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menitik beratkan pada pengukuran suhu dan kelembaban pada ruang pengering menggunakan sensor DHT21. Kelembaban dan suhu dalam

Lebih terperinci

Contoh Bentuk LCD (Liquid Cristal Display)

Contoh Bentuk LCD (Liquid Cristal Display) Display elektronik adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. LCD (Liquid Cristal Display) adalah salah satu jenis display elektronik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

LOGO RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI DAN PENANGGULANGAN KEBOCORAN GAS LPG BERBASIS SENSOR TGS2610

LOGO RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI DAN PENANGGULANGAN KEBOCORAN GAS LPG BERBASIS SENSOR TGS2610 LOGO RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI DAN PENANGGULANGAN KEBOCORAN GAS LPG BERBASIS SENSOR TGS2610 Oleh : Rida Angga Kusuma RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI DAN PENANGGULANGAN KEBOCORAN GAS LPG BERBASIS SENSOR

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1. DIAGRAM BLOK display Penguat sinyal Sensor 1 keypad AT89S51 Penguat sinyal Sensor 5 relay alarm pompa Keterangan diagram blok: Sensor air yang berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda.

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda. 7 BAB II DASAR TEORI 2.1. Dioda Dioda merupakan piranti dua terminal yang berfungsi untuk menghantarkan / menahan arus. Dioda mempunyai simbol seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Dioda memiliki

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Dengan memahami konsep dasar alat pada bab sebelumnya yang mencakup gambaran sistem prinsip kerja dan komponen-komponen pembentuk sistem, maka pada bab ini akan dibahas

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum ENCODER

Jobsheet Praktikum ENCODER 1 ENCODER A. Tujuan Kegiatan Praktikum 5 : Setelah mempraktekkan Topik ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1) Merangkai rangkaian ENCODER. 2) Mengetahui karakteristik rangkaian ENCODER. B. Dasar Teori Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1.

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1. BAB 3 PERANCANGAN 3.1 Deskripsi Umum Alat Alat yang dirancang adalah perangkat pelayangan magnetik dengan menggunakan benda berbentuk bola untuk dilayangkan pada rentang waktu tertentu. Perancangan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop 1. FLIP-FLOP Flip-flop adalah keluarga Multivibrator yang mempunyai dua keadaaan stabil atau disebut Bistobil Multivibrator. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat sekuensial karena sistem kerjanya diatur

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51

Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51 Berkala Fisika ISSN : 1410 9662 Vol. 12, No. 2, April 2009, hal 55-62 Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51 Heri Sugito, Suryono Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM Pada bab ini akan di uraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan,dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

Modul 3 : Rangkaian Kombinasional 1

Modul 3 : Rangkaian Kombinasional 1 Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom 1 Modul 3 : Rangkaian Kombinasional 1 3.1 Tujuan Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja decoder dengan IC, dan membuat rangkaiannya. 3.2 Alat & Bahan 1. IC Gerbang

Lebih terperinci