DERET POSITIF : UJI INTEGRAL DAN UJI LAIN-LAINNYA KELOMPOK 2:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DERET POSITIF : UJI INTEGRAL DAN UJI LAIN-LAINNYA KELOMPOK 2:"

Transkripsi

1 MAKALAH KALKULUS LANJUT DERET POSITIF : UJI INTEGRAL DAN UJI LAIN-LAINNYA OLEH : KELOMPOK 2:. NI LUH PUTU SUARDIYANTI ( ) 2. I WAYAN WIDNYANA ( ) 3. LUH PUTU PRAJAYANTHI W. ( ) JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 20

2 KATA PENGANTAR Om Swastiastu Puji syukur peulis pajatka kehadapa Ida Sag Hyag Widhi Wasa karea atas Asug Kerta Wara Nugraha-Nya peulis dapat meyelesaika makalah kalkulus lajut tetag deret positif: uji itegral serta uji-uji laiya tepat pada waktuya. Makalah ii disusu dalam ragka memeuhi persyarata dalam mata kuliah kalkulus lajut. Makalah ii dapat terselesaika karea batua dari berbagai pihak. Utuk itu, melalui kesempata ii peulis meyampaika terima kasih kepada: ) Dra. I Gusti Ayu Mahayukti, M.Si selaku dose pegampu mata kuliah kalkulus lajut. 2) Reka-reka mahasiswa yag secara lagsug ataupu tidak lagsug telah membatu peulis dalam peyusua makalah ii. Peulis meyadari sepeuhya bahwa apa yag tersaji dalam makalah ii masih jauh dari sempura, karea keterbatasa kemampua yag peulis miliki. Oleh karea itu, dega segala keredaha hati peulis sagat megharapka sara da kritik yag kostruktif gua peyempuraa makalah ii. Pada akhirya, peulis berharap mudah-mudaha makalah ii bermafaat bagi pembaca. Om Satih, Satih, Satih Om. Sigaraja, September 20 Peulis Barisa da Deret Page ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakag.2 Rumusa Masalah 2.3 Tujua Peulisa 2 BAB II PEMBAHASAN 2. Deret Positif: Uji Itegral Deret Positif: Uji-Uji Laiya 3 BAB IV PENUTUP 4. Simpula Sara 28 DAFTAR PUSTAKA Barisa da Deret Page iii

4 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakag Barisa da deret takhigga diperkealka secara sigkat dalam pegatar kalkulus dalam hubugaya dega paradoks Zeo da betuk desimal bilaga. Petigya kedua hal ii dalam kalkulus mucul dari gagasa Newto yag meyataka fugsi sebagai jumlah deret takhigga. Bayak fugsi yag mucul dalam fisika da kimia matematis, seperti fugsi Bessel, didefiisika sebagai jumlah deret, sehigga sagatlah petig utuk mempelajari kosep dasar kovergesi barisa da deret takhigga. Dalam mempelajari deret, selalu ada dua pertayaa petig yag dapat diajuka. Pertama, apakah deret itu koverge? Sedagka kedua, apabila deret tersebut koverge, berapakah jumlahya? Utuk meetuka apakah suatu deret koverge atau diverge dapat ditetuka dari barisa jumlah-jumlah parsial {S } dari deret tersebut. Jika {S } koverge meuju S (dimaa S adalah jumlah dari deret tersebut), maka deret takhigga tersebut koverge. Jika {S } diverge, maka deret tersebut diverge. Pada umumya, tidaklah mudah meghitug jumlah yag eksak dari suatu deret. Perhitugaya dapat dilakuka utuk deret dega rumus S (jumlah parsial ke-) yag eksak, misalya deret geometrik da deret kolaps. Tetapi biasaya tidaklah mudah meghitug lim S utuk jeis deret yag lai. Utuk megatasi masalah tersebut, dikembagka beberapa uji yag memugkika utuk meetuka apakah suatu deret koverge atau diverge tapa meghitug jumlahaya secara eksplisit. Oleh karea itu, peulis igi megulas materi tetag Deret Positif: Uji Itegral da Uji-Uji Laiya utuk meetuka kekovergea suatu deret positif pada makalah ii. Barisa da Deret Page

5 .2 Rumusa Masalah Berdasarka latar belakag yag telah dipaparka sebelumya, ada beberapa permasalaha yag dirumuska dalam peulisa makalah ii, atara lai sebagai berikut..2. Bagaimaakah meetuka kekovergea suatu deret positif dega megguaka uji itegral?.2.2 Bagaimaakah meetuka kekovergea suatu deret positif megguaka uji kekovergea selai uji itegral?.3 Tujua Peulisa Adapu tujua dari peulisa makalah ii adalah sebagai berikut..3. Utuk dapat megetahui kekovergea suatu deret positif dega megguaka uji itegral..3.2 Utuk megetahui cara meetuka suatu deret positif koverge atau diverge megguaka uji-uji lai selai uji itegral. Barisa da Deret Page 2

6 BAB II PEMBAHASAN 2. Deret Positif: Uji Itegral Sebelum membahas kekovergea suatu deret positif megguaka uji itegral, perlu diperhatika hal-hal petig yag aka serig diperguaka dalam pembahasa selajutya. adalah sebuah barisa adalah sebuah deret. PENTING UNTUK DIINGAT adalah jumlah parsial ke- dari deret. a, a 2, a 3,... a + a 2 + a S = a + a 2 + a a S, S 2, S 3,.... adalah barisa jumlah parsial dari deret. Deret koverge jika da haya jika S S berlaku da terhigga, dalam hal maa S disebut jumlah deret. Dalam pasal ii da pasal berikutya, pembahasa tetag deret aka dibatasi haya pada deret dega suku-suku positif (atau setidakya tidak egatif). Dega pembatasa ii, dapat disusu sejumlah uji kekovergea yag sagat sederhaa. Uji utuk deret dega suku suku yag tadaya sembarag tidak aka dibahas pada makalah ii. JUMLAH PARSIAL YANG TERBATAS Salah satu hasil yag dapat dijabarka lagsug dari Teorema Barisa Mooto tetag kekovergea deret dijabarka dalam teorema berikut. Teorema A (Uji Jumlah Terbatas) Suatu deret a k yag sukuya tak egatif adalah koverge jika da haya jika jumlah parsialya terbatas di atas. Barisa da Deret Page 3

7 Bukti: (bukti ke kaa) Apabila deret a k koverge meuju S, berarti lim S = S. Diketahui a k 0, maka S + S. Berarti barisa {S } adalah barisa yag tak turu. Selajutya, utuk setiap berlaku: S = a k < a k + a k = a k = S k= k= k=+ k= Dega demikia, S merupaka batas atas dari barisa {S } (berarti jumlah parsial deret a k memiliki batas atas). (bukti ke kiri) Adaika barisa jumlah parsial {S } terbatas atas (ada bilaga U sehigga S U utuk semua ). Karea S = a + a 2 + a a da a k 0 maka S + S ; jadi {S } adalah barisa yag tidak turu. Meurut Teorema Barisa Mooto, barisa {S } koverge, sehigga sesuai defiisi (pada materi deret tak terhigga), deret a k juga koverge. Apabila tidak, S aka melampui tiap bilaga da hal ii, {S } diverge. Cotoh Buktika bahwa deret koverge.! 2! 3! Peyelesaia: Kita aka membuktika bahwa jumlah-jumlah parsial S terbatas di atas. Perhatika bahwa! = = 2 - da sehigga /! /2 -. Jadi, S =! + 2! + 3! + +! Suku-suku yag terakhir ii adalah deret geometri dega r = ½. Oleh karea r <, deret geometri tersebut koverge dega jumlah S = a r da jumlah parsial ke- S = a ar r. Sehigga diperoleh Barisa da Deret Page 4

8 S 2 = 2 2 < 2 2 Jadi, meurut Teorema A (Uji Jumlah Terbatas), deret ii koverge. Dari hasil tersebut, jumlah S tidak lebih dari 2. Aka diperlihatka kemudia bahwa S = e,7828. DERET DAN INTEGRAL TAK WAJAR. Kelakua deret k= f k da itegral tak wajar f x dx megeai kekovergea adalah serupa sehigga kita dapat mejadikaya sebagai pegujicoba. Teorema B ( Uji Itegral ) Adaika f suatu fugsi yag kotiu, positif da tidak aik pada selag [,). Adaika a k = f(k) utuk semua k positif bulat. Maka deret tak terhigga k= koverge, jika da haya jika itegral takwajar koverge. a k f x dx Bukti Diagram pada gambar memperlihatka bagaimaa kita dapat megartika jumlah parsial deret a k sebagai luasa da dega demikia megkaitka deret itu dega itegral bersagkuta. Gambar Barisa da Deret Page 5

9 Perhatika bahwa luas tiap persegi pajag sama dega tiggiya, oleh karea pajag alasya adalah. Kemudia:. f x dx = Luas daerah di bawah kurva y = f(x) di kuadra dari ke. 2. a 2 + a 3 + a a = Jumlah luas persegi pajag yag berada di bawah kurva y = f(x) dari ke. 3. a + a 2 + a a - = Jumlah luas persegi pajag dega batas bawah sumbu-x da batas atas ruas garis di atas kurva y = f(x) dari ke. Dari gambar di atas, dega mudah terlihat a 2 + a 3 + a a Oleh karea itu, () (bukti ke kiri) Adaika kita peroleh f x dx karea f(x) 0. Jadi k=2 k=2 f x dx a k f x dx a k a + a 2 + a a k= koverge, maka meurut pertidaksamaa sisi kiri, a k f x dx S = a + a k a + k=2 f x dx f x dx = M Karea S M utuk semua, barisa {S } terbatas di atas. Juga S + = S + a + S karea a + = f( + ) 0. Jadi, {S }merupaka barisa tak turu. Berdasarka Teorema Uji Jumlah Terbatas, k= a k koverge. (2) (bukti ke kaa) Misalka k= a k koverge, meurut ketaksamaa sisi kaa, maka apabila t <, kita peroleh Barisa da Deret Page 6

10 Oleh karea t f x dx t t lim t f x dx f x dx k= a k k= f x dx aik apabila bertambah da terbatas di atas, maka harus ada; jadi f x dx koverge. a k CATATAN Teorema B dapat juga diartika bahwa deret f x dx bersama-sama koverge atau diverge. k= a k da itegral tak wajar Jika f x dx Sehigga kita peroleh diverge, maka f x dx f x dx k= a k meuju tak higga, sebab f(x) 0. = s da kareaya S. Akibatya, S sehigga k= a k diverge. CATATAN 2 Ketika kita megguaka Uji Itegral, deret atau itegral tidak harus dimulai dari =. Misalya, dalam meguji deret =4 3 2 kita guaka 4 x 3 2 dx Juga, f tidak harus selalu turu. Yag petig adalah bahwa f pada akhirya turu, artiya, turu utuk x yag lebih besar daripada suatu bilaga N. Maka =N a koverge karea sejumlah terhigga suku tidak mempegaruhi kovergesi atau divergesi suatu deret. Cotoh 2 Ujilah deret = 2 apakah koverge atau diverge. + Peyelesaia Fugsi f(x) = / (x 2 + ) kotiu, positif, da turu pada [,), sehigga kita guaka Uji Itegral : Barisa da Deret Page 7

11 x 2 + dx t t x 2 + dx t ta x] t Jadi, / x 2 + dx t ta t π 4 = π 2 π 4 = π 4 merupaka itegral yag koverge da kareaya, meurut Uji Itegral, deret /( 2 + ) koverge. Cotoh 3 (Uji Deret-p) Deret = p = + 2 p + 3 p + 4 p + dega p sebuah kostata diamaka deret p. Utuk ilai berapakah deret tersebut koverge? Peyelesaia Jika p < 0, maka lim (/ p ) =. Jika p = 0, maka lim (/ p ) =. Dalam kedua kasus ii lim (/ p ) 0, sehigga deret di atas diverge meurut Teorema Uji Kedivergea dega Suku ke-. Apabila p > 0, fugsi f x = /x p kotiu, positif da tidak aik pada selag [,), sedagka f = / p. Maka meurut Teorema Uji Itegral, ( p) t koverge jika da haya jika lim t x p dx terhigga). Bila p f x dx = Apabila p = x p dx x p dx t t t t x p dx t x p dx x p t p t t t x dx ada (sebagai bilaga t p p = p lim t t p t l x t t l t Oleh karea lim t t p = 0 apabila p> da lim t t p = apabila p< da oleh karea lim t l t =, kita dapat mearik kesimpula (berdasarka Barisa da Deret Page 8

12 Teorema Uji Itegral) bahwa deret p koverge apabila p > da diverge apabila 0 p. Perhatika bahwa jika p=, deret p mejadi deret harmoik yag diverge. Deret-p ii merupaka deret yag petig da serig diguaka dalam meguji kekovergea suatu deret. Oleh karea itu, pembahasa pada cotoh 3 di atas dapat diragkum sebagai berikut. Deret-p = koverge jika p > da diverge jika 0 p p Cotoh 4 (a) Deret = 3 = koverge sebab deret ii merupaka deret-p dega p = 3 >. (b) Deret = /3 = 3 = + = diverge sebab deret ii adalah deret-p dega p = 3 < Cotoh 5 Apakah k=4 koverge atau diverge? k,00 Peyelesaia Perhatika bahwa, deret k=4 merupaka deret-p dega p =,00>. k,00 Berdasarka Uji Deret-p ( k=4 koverge. k,00 ) Kekovergea atau kedivergea suatu deret tidak dipegaruhi, apabila dari deret itu dihilagka atau ditambahka beberapa suku yag bayakya terhigga (tetapi mempegaruhi jumlahya). Jadi deret yag diketahui aka koverge. Barisa da Deret Page 9

13 Cotoh 6 Periksa apakah deret Peyelesaia k=2 koverge atau diverge. k l k Hipotesis dalam Uji Itegral dipeuhi utuk f x = /(x l x) pada [2,). Itervalya buka [,). Hal ii dimugkika berlaku sesuai dega catata yag diberika pada Teorema B (Uji Itegral). Sekarag, x l x dx 2 Sehigga deret f x dx 2 t t 2 /(k l k) diverge. x l x dx t t 2 d (l x) l x t l l x 2 t = diverge. Jadi, berdasarka Teorema B (Uji Itegral), CATATAN 3 Kita tidak dapat meyimpulka dari Uji Itegral bahwa jumlah deret ii sama dega ilai itegral. Keyataaya, = Jadi, secara umum, 2 = π2 6 = semetara a f x dx x 2 dx = Cotoh 7 Tetuka apakah deret Peyelesaia l = koverge atau diverge. Fugsi f(x) = (l x) / x positif da kotiu utuk x > sebab fugsi logaritma kotiu. Tetapi tidak jelas apakah f turu atau tidak, sehigga kita hitug turuaya : f (x) = /x x l x x 2 = l x x 2 Jadi, f (x) < 0 bila l x >, yaki, x > e. Dega demikia f turu bila x > e da kareaya kita dapat meerapka Uji Itegral: Barisa da Deret Page 0

14 l x dx x t t l x (l x) 2 dx x t 2 Karea itegral tak wajar ii diverge, deret Uji Itegral. t (l t) 2 = t 2 (l )/ juga diverge meurut EKOR SUATU DERET Awal suatu deret tidaklah petig dalam hal kekovergea da kedivergeaya. Yag petig hayalah ekor -ya. Yag dimaksud dega ekor suatu deret atau suku sisa (R ) adalah: R = S S = a + + a +2 + a +3 + dimaa adalah suatu bilaga besar sembarag. Dega demikia, dalam pegujia kekovergea da kedivergea suatu deret, kita dapat megabaika suku-suku awalya atau bahka meggatiya. Tetapi, jelas bahwa jumlah suatu deret tergatug pada semua sukuya, termasuk suku awal. Cotoh 8 Dega megguaka itegral tak wajar, tetukalah batas atas yag sebaik mugki bagi kesalaha jika kita ambil jumlah lima suku pertama da deret koverge e 2 = utuk megaproksimasi jumlah deret. Peyelesaia Kesalaha E adalah besarya suku (R ). Diperoleh E = R = S S = e 2 =6 Dimaa S yag diambil adalah lima suku pertama. Barisa da Deret Page

15 Perhatika fugsi f x = x/e x 2 da tidak aik (lihat gambar 2). Jadi E = Gambar 2 fugsi ii pada selag [ 5,) adalah kotiu e 2 =6 t 2 t 2 < xe x 2 dx 5 e x 2 5 e x 2 5 2x dx d( x 2 ) t 2 [e x 2 ] 5 t = 2 e 25 6, Jadi batas atas yag sebaik mugki bagi kesalaha (error) adalah 6, Cotoh 9 Hampiri jumlah dari deret Taksirlah kesalaha yag mucul dalam hampira ii. Peyelesaia: Kita perlu megetahui x 3 dx t t x 3 3 = 3dega megguaka jumlah 0 suku pertama. f x dx, dega f x = 3. Kita peroleh dx t t 2x 2 Meurut taksira suku sisa, kita dapatka E = x t 2t = 2 2 S 0 = ,975 3 = < 0 x 3 dx t t 0 x 3 dx t t 2x 2 0 Barisa da Deret Page 2

16 t 2t 2 + 2(0) 2 = 200 Jadi besarya kesalaha dari taksira jumlah deret tersebut megguaka 0 deret pertama adalah tidak lebih dari 0, Deret Positif: Uji-Uji Laiya Sebelumya telah diaalisa secara tutas kekovergea da kedivergea dua deret, yaitu deret geometri da deret-p, dimaa hasilya adalah sebagai berikut. = r koverge apabila -<r<; diverge utuk r = koverge utuk p > ; diverge utuk p p Deret-deret tersebut dapat diguaka sebagai stadar atau model utuk meetuka kekovergea atau kedivergea deret lai. Igat bahwa kita masih tetap meijau deret yag sukuya positif (atau palig sedikit tak egatif). MEMBANDINGKAN SUATU DERET DENGAN DERET LAIN Gagasa dalam uji perbadiga adalah membadigka deret yag diberika dega deret yag telah diketahui koverge atau diverge. Teorema Uji Badig ii haya berlaku utuk deret dega suku-suku positif. Jika suatu deret suku-sukuya lebih kecil daripada suku-suku suatu deret yag diketahui koverge, maka deret tersebut juga koverge. Sedagka, jika terdapat suatu deret yag suku-sukuya lebih besar daripada suku-suku suatu deret yag diketahui diverge, maka deret tersebut juga diverge. Hal ii, dituagka dalam teorema berikut. Teorema A (Uji Badig) Adaika utuk N berlaku 0 a b (i) Jika b koverge, maka a koverge (ii) Jika a diverge, maka b diverge Bukti (i) Adaika N = ; Jika b koverge (misalya dega jumlah t), dimaa Barisa da Deret Page 3

17 t = Misalka s = a i i= b = t = b i i= Karea kedua deret ( a da b ) mempuyai suku-suku positif, barisa {s } da {t } adalah barisa yag tidak turu (s + = s + a + s ). Juga t t, sehigga t t utuk semua. Karea a i b i, kita peroleh s t. Jadi, s t utuk semua. Ii berarti bahwa {s } tidak turu da terbatas di atas da meurut Teorema Uji Jumlah Terbatas, a koverge. (ii) Jika a diverge, maka S (karea {S } tidak turu). Tetapi b i a i sehigga s. t. Akibatya, t. Dega demikia, b diverge. Cotoh Tujukka apakah deret berikut koverge atau diverge. Peyelesaia Betuk deret 2 + = 2 + = = megigatka kita aka deret /2, yag merupaka deret geometrik dega r = 2 koverge. Karea deret 2 + sehigga deret geometri tersebut = sagat mirip dega suatu deret koverge, kita dapat perkiraka bahwa deret ii pu pasti koverge. Da keyataaya memag demikia. Ketaksamaa meujukka bahwa deret 2 + < 2 = yag diberika mempuyai suku-suku 2 + yag lebih kecil daripada suku-suku deret geometrik tadi da kareaya semua jumlah parsialya juga lebih kecil daripada (jumlah deret geometrik Barisa da Deret Page 4

18 tersebut). Ii berarti bahwa jumlah parsialya membetuk suatu barisa aik da terbatas, yag tetuya koverge. Juga dapat disimpulka bahwa jumlah deret di atas lebih kecil daripada jumlah deret geometrik : = 2 + < Jadi berdasarka Uji Badig bagia (i), deret tersebut koverge. Cotoh 2 Apakah Peyelesaia koverge atau diverge? Kita dapat meduga deret diverge, sebab utuk yag cukup besar suku ke- mirip dega /5. Tetapi uraia di atas buka bukti tepat utuk memperoleh bukti yag eksak. Perhatika > 5 2 = 5. Kita ketahui jika deret harmoik / diverge, sehigga (sesuai dega teorema). Jadi meurut Uji Badig Biasa deret diverge. 5. juga diverge Cotoh 3 Tetuka apakah deret Peyelesaia 5 = 2 2 koverge atau diverge Utuk yag besar, suku yag domia pada peyebutya adalah 2 2 sehigga kita badigka deret di atas dega deret 5/(2 2 ). Amati bahwa < Sebab ruas kiri mempuyai peyebut yag lebih besar. (Dalam otasi pada uji perbadiga, a adalah ruas kiri da b adalah ruas kaa). Kita tahu bahwa = = = Barisa da Deret Page 5

19 Koverge karea deret ii merupaka suatu kostata dikalika dega deret-p dega p = 2 >. Jadi = koverge meurut bagia (i) dari uji perbadiga. Cotoh 4 Apakah Peyelesaia 2 (+) koverge atau diverge? Agakya deret ii koverge, sebab utuk cukup besar suku ke- mirip dega (/2). Tepatya = 2 (+) ( 2 ) < (+) ( 2 ) Deret geometri ( 2 ) koverge, sebab pembadigaya (r) adalah ½. jadi deret yag diketahui juga koverge. Satu-satuya kesulita dalam megguaka Uji Badig tersebut terletak pada pemilika deret badig yag tepat. Adaika kita hedak meetuka kekovergea atau kedivergea deret =3 ( 2) 2 = =3 Kita cederug utuk membadigka /(-2) 2 dega / 2, tetapi sayag bahwa ( 2) 2 > 2 Jadi Teorema Uji Badig tidak dapat diguaka karea arah pertidaksamaa seperti yag kita igika. Aka tetapi, setelah beberapa kali percobaa, kita aka meemuka bahwa ( 2) Utuk 3; Kita tijau kekovergea deret 9/ 2. Barisa da Deret Page 6

20 9 2 = 9 2 Kita ketahui bahwa / 2 adalah deret-p dega p = 2, sehigga meurut teorema, 9 2 juga koverge. Oleh karea 9/ 2 koverge, maka deret (sesuai Teorema Uji Badig). ( 2) 2 juga aka koverge CATATAN Walaupu persyarata a b atau a b dalam uji perbadiga dikeaka utuk semua, kita haya perlu memeriksa apakah persyarata ii dipeuhi utuk N, dega N suatu bilaga bulat positif, sebab kovergesi deret tidak dipegaruhi oleh sejumlah terhigga suku. Ii terlihat pada cotoh berikut. Cotoh 5 Ujilah apakah deret Peyelesaia l = koverge atau diverge. Deret ii telah diuji (megguaka Uji Itegral) pada cotoh 7 pada subbab 2., tetapi kita dapat pula meguji deret ii dega membadigkaya dega deret harmoik. Amati bahwa l > utuk 3 da kareaya l > 3 Kita tahu bahwa / diverge (deret-p dega p = ). Jadi, deret yag diberika adalah diverge meurut uji perbadiga. CATATAN 2 Suku-suku deret yag diuji harus lebih kecil daripada suku-suku suatu deret koverge atau lebih besar daripada suku-suku suatu deret diverge. Jika suku-sukuya lebih besar daripada suku-suku suatu deret koverge atau lebih kecil daripada suku-suku suatu deret diverge, maka uji perbadiga tidak berlaku. Tijau, misalya, deret Barisa da Deret Page 7

21 Ketaksamaa = 2 2 > 2 tak bergua sepajag yag ditijau adalah uji perbadiga sebab b = 2 koverge da a > b. Namu demikia, kita mempuyai dugaa bahwa / (2 ) haruslah koverge sebab deret ii sagat mirip dega deret geometrik dapat diguaka. Bukti 2 Teorema B (Uji Badig Limit) Adaika a 0, b 0 da yag koverge. Dalam kasus demikia uji berikut a lim = L b Apabila 0 < L < maka a da b bersama-sama aka koverge atau diverge. Apabila L=0 da b koverge; maka a koverge. Karea lim a b = L berarti utuk setiap ɛ=l/2 ada bilaga positif N sedemikia higga utuk setiap N a b L < L/2 Pertidaksamaa ii setara dega L 2 < a b L < L 2 L 2 < a b < 3L 2 (dega meambahka L pada seluruh ruas) (semua ruas dikalika b ) L 2 b < a < 3L 2 b Akibatya, L 2 b < a < 3L 2 b Barisa da Deret Page 8

22 Jadi utuk N, L 2 b < a da a < 3L 2 Berdasarka kedua pertidaksamaa tersebut da sesuai dega Uji Badig Biasa, terlihat bahwa b () Jika a koverge, maka L 2 b juga koverge sehiga b (2) Jika b koverge, maka 3L 2 b juga koverge sehiga a Sehigga a da b bersama-sama koverge atau diverge. Diketahui a 0 da b 0. Karea L=0 maka a b 0 utuk yag cukup besar. Ii berakibat 0 < a < b. Karea b koverge maka berdasarka Teorea Uji Badig a koverge. Cotoh 6 Ujilah apakah deret Peyelesaia = 2 koverge atau diverge. Kita guaka uji perbadiga limit dega a = 2 da memperoleh lim a b Karea limit ii ada da 2 b = 2 2 /2 = > 0 /2 merupaka deret geometrik yag koverge, deret di atas koverge meurut Uji Perbadiga Limit. Perhatika bahwa dalam meguji bayak deret kita memperoleh suatu deret pembadig b yag cocok, cukup dega meyisaka pagkat tertiggi pada pembilag da peyebutya. Cotoh 7 Tetuka apakah deret-deret berikut koverge atau diverge. (a) 3 2 = Barisa da Deret Page 9

23 (b) = Peyelesaia 2 +9 Kita guaka Uji Badig Limit. Utuk ii kita terlebih dahulu harus meetuka pembadig suku ke- deret ii. Kita harus memeriksa betuk suku ke- utuk yag besar; yag dapat kita tetuka dega melihat sukusuku derajat tertiggi dalam pembilag da peyebut suku umum. (a) Utuk deret (a), bagia domia dari pembilag adalah 3 da bagia domia dari peyebut adalah 3. Hal ii medorog kita utuk megambil a = sehigga 3 2 = da b = 3 = a (3 2)/( ) lim b 3/ = Karea b = 3 2 = 3 2, dimaa /2 adalah deret-p dega p=2, maka b adalah deret koverge. Jadi, sesuai dega Teorema Uji Badig Limit, deret (a) koverge. (b) Utuk deret (b), bagia domia dari pembilag adalah da bagia domia dari peyebut adalah 2. Hal ii medorog kita utuk megambil a = = da b = 2 = 2 +9 a / lim b / = Karea b =, dimaa / adalah deret harmoik yag diverge maka sesuai dega Teorema Uji Badig Limit, deret (b) diverge. Cotoh 8 Tetuka apakah deret = koverge atau diverge! 5+ 5 Barisa da Deret Page 20

24 Peyelesaia Bagia domia dari pembilag adalah 2 2 da bagia domia dari peyebut adalah 5 = 5/2. Ii medorog kita utuk megambil a = b = 22 5/2 a lim b 5 +. / / / lim = = Karea b = 2 / /2 diverge (deret-p dega p = 2 diverge meurut uji perbadiga limit. < ), deret di atas Cotoh 9 Apakah Peyelesaia l = koverge atau diverge? 2 Ke betuk maa kita aka membadigka l 2? Jika kita badigka dega / 2 kita peroleh a l lim b 2 : 2 l = Membadigka dega / 2 tampak tidak berhasil, kita coba dega deret /, kita peroleh a l lim b 2 : l = 0 Hasil ii juga tidak memberika kesimpula karea deret / diverge. Mugki dega deret yag sukuya atara / 2 da / dapat meghasilka sesuatu. Misalya / 3/2 dalam hal ii a l lim b 2 : l 3/2 = 0 Barisa da Deret Page 2

25 (hasil terakhir ii megguaka kaidah I Hopital pada betuk lim x l x/ x). Oleh karea / 3/2 koverge maka deret (lx)/ 2 koverge (meurut bagia kedua uji coba badig limit). MEMBANDINGKAN SUATU DERET DENGAN DIRINYA Utuk dapat megguaka Uji Badig diperluka wawasa luas tetag macam-macam deret yag telah diketahui kekovergea atau kedivergeaya. Kecualiya itu kita harus dapat memilih deret yag hedak dibadigka. Oleh karea kesulita-kesulita itu, kita kemukaka di bawah ii suatu pegujia yag tidak memerluka pegetahua deret lai, kecuali deret yag hedak kita selidiki itu. Teorema C (Uji Hasil Bagi) Adaika a sebuah deret yag sukuya positif da adaika a + lim = ρ a Bukti (i) Jika ρ <, maka deret koverge (ii) Jika ρ >, maka deret diverge (iii) Jika ρ =, pegujia ii tidak memberika kepastia. Iilah yag dimaksudka oleh uji hasilbagi. Oleh karea lim a + a = ρ, maka a + ρa ; ii berarti bahwa deret ii berperilaku seperti suatu deret geometri dega pembadig ρ. Suatu deret geometri aka koverge apabila hasilbagi ρ kurag dari da diverge apabila hasilbagi itu lebih dari. Uraia di atas itu tetuya aka kita tuagka dalam ugkapa yag lebih tepat sebagai berikut. (i) Oleh karea ρ <, kita dapat memilih bilaga r sehigga ρ < r < (misalya, r = (ρ+)/2). Karea lim a a = ρ maka dapat dipilih bilaga asli N sedemikia sehigga utuk N berlaku a + a a N+ < ra N < r maka a N+2 < ra N+ < r 2 a N Barisa da Deret Page 22

26 a N+3 < ra N+2 < r 3 a N. Oleh karea ra N + r 2 a N + r 3 a N + deret geometri dega 0<r<, maka deret ii aka koverge. Dega megguaka uji badig, biasa =N+ a koverge sehigga = a juga koverge. (ii) Adaika ρ >, karea lim a a = ρ maka dapat dipilih bilaga asli N sedemikia sehigga a + a > utuk semua N. Jadi a N+ > a N a N+2 > a N+ > a N Jadi, a >a N >0 utuk semua > N, yag berarti bahwa lim a tidak mugki sama dega ol. Maka meurut Uji Coba suku-, deret a diverge. (iii)kita tahu / diverge sedagka / 2 koverge. Utuk deret yag pertama, Utuk deret kedua, a + lim a + : + = a + lim a ( + ) 2 : 2 ( + ) 2 = Jadi, Uji Hasilbagi ii tidak dapat membedaka deret yag koverge dega deret yag diverge apabila ρ =. 2 Uji hasilbagi itu selalu aka gagal utuk sebuah deret yag suku ke- ya adalah betuk rasioal dalam, sebab dalam hal ii ρ = ( kasus a =/ da a =/ 2 telah dibahas di atas). Utuk sebuah deret yag suku ke- ya memuat! atau r, Uji Hasilbagi ii dapat memberika peyelesaia yag baik. Cotoh 0 Tetuka apakah deret 5 2 =! koverge atau diverge! Barisa da Deret Page 23

27 Peyelesaia a + ρ a ! 2.! 5 2 Meurut Uji Hasilbagi deret itu koverge = ( + ) < Cotoh Apakah deret Peyelesaia 2 = koverge atau diverge?! a + ρ a 2 + +! 2.! 2 2 Meurut Uji Hasilbagi deret itu koverge. 2 ( + ) = 0 Cotoh 2 Selidiki apakah Peyelesaia 2 = koverge atau diverge a + 20 ρ. a ( + ) 20 2 Kita simpulka bahwa deret itu diverge = 2 Cotoh 3 Periksalah apakah deret Peyelesaia 4 + Perhatika betuk deret tersebut. = 4 +! = koverge atau diverge! = =! 4! +! Kita perhatika jumlaha yag pertama. Sehigga deret a + ρ a 4! = = 4! + =! 4 + +!.! 4 = < = koverge meurut Uji Hasil Bagi. a + + ρ a +!.! = 0 < Barisa da Deret Page 24

28 Sehigga deret = koverge meurut Uji Hasil Bagi.! Jadi, dega megguaka sifat keliiera, deret 4 + = koverge.! Cotoh 4 Selidiki deret! = Peyelesaia meurut teorema Sehigga lim + a + +! ρ a ( + ) Jadi deret koverge. = e +.! ( + ) ( + = < ) + (i) Jika a >0 da lim a (ii) Jika a >0 da lim a Jika lim a UJI AKAR = R <, maka deret = a koverge. = R >, maka deret = a diverge. =, maka Uji Akar tidak memberi iformasi apapu. Deret a bisa koverge atau diverge. (Jika ρ = dalam Uji Rasio, jaga mecoba Uji Akar karea R aka tetap sama dega ) Bukti: (i) Diketahui a >0 da lim a = R < Misalka r adalah bilaga atara R da dimaa 0 R < r <, maka a < r jadi a < r utuk yag cukup besar. Karea r adalah deret geometri yag koverge (dimaa 0 < r < ), maka meurut Teorema Uji Badig a koverge. (ii) Diketahui a >0 da lim a = R > Barisa da Deret Page 25

29 Misalka r adalah bilaga atara R da dimaa < r < R, maka a > r jadi a > r utuk yag cukup besar. Karea r adalah deret geometri yag diverge (dimaa r ), maka meurut Teorema Uji Badig a diverge. Cotoh 5 Ujilah kovergesi deret = Peyelesaia a a = = = < Jadi, deret di atas koverge meurut Uji Akar. Barisa da Deret Page 26

30 BAB III PENUTUP 3. Simpula Utuk meguji apakah deret a koverge atau diverge, perhatika a dega seksama. dega suku-suku positif itu. Jika deret berbetuk / p, deret ii merupaka deret-p, yag kita tahu koverge jika p> da diverge jika p. 2. Jika deret berbetuk ar atau ar, deret ii merupaka deret geometrik, yag koverge jika r < da diverge jika r. Suatu maipulasi aljabar mugki perlu dilakuka utuk megubah deret ke betuk ii. 3. Jika deret mempuyai betuk yag mirip dega deret-p atau deret geometrik, maka salah satu dari uji-uji perbadiga ii harus dipertimbagka. Khususya, jika a merupaka fugsi rasioal atau fugsi aljabar dari (melibatka akar poliom), maka deret harus dibadigka dega suatu deret-p. 4. Jika ada dapat melihat sekilas bahwa lim a 0, maka Uji Divergesi harus diguaka. 5. Deret yag melibatka faktorial atau hasilkali laiya (termasuk suatu kostata yag diaikka mejadi pagkata ke-) serigkali lebih mudah diuji dega Uji Rasio. Igat bahwa a + / a utuk semua deret-p da kareaya semuaya merupaka fugsi rasioal atau aljabar dari. Jadi, Uji Rasio tidak dapat diguaka utuk deret demikia. 6. Jika a berbetuk ( b ), maka Uji Akar mugki bergua. 7. Jika a = f(), di maa f x dx dega mudah dapat dihitug, maka Uji Itegral aka efektif (dega asumsi bahwa hipotesis-hipotesis utuk uji ii dipeuhi). Barisa da Deret Page 27

31 3.2 Sara Sara yag bisa peulis berika dalam peulisa makalah ii adalah perlu adaya pegkajia lebih lajut dalam pegujia kekovergea deret, dimaa pegujia kekovergea tidak haya dilakuka utuk deret dega suku-suku positif saja tetapi juga utuk deret yag lai. Barisa da Deret Page 28

32 DAFTAR PUSTAKA Purcell, Edwi J. da Dale Varberg Kalkulus da Geometri Aalitis. Jilid. Edisi kelima. Peerjemah: I Nyoma Susila, dkk. Jakarta: Peerbit Erlagga. Purcell, Edwi J. da Dale Varberg Kalkulus da Geometri Aalitis. Jilid 2. Edisi kelima. Peerjemah: I Nyoma Susila, dkk. Jakarta: Peerbit Erlagga. Purcell, Edwi J. da Dale Varberg Kuci/Peyelesaia Soal-soal Kalkulus da Geometri Aalitis. Jilid 2. Edisi keempat. Peerjemah: I Nyoma Susila, dkk. Jakarta: Peerbit Erlagga. Stewart, James Kalkulus. Edisi keempat. Peerjemah: I Nyoma Susila da Hedra Guawa. Jakarta: Peerbit Erlagga Sugima Kalkulus Lajut. Malag: Peerbit Uiversitas Negeri Malag

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret Program Perkuliaha Dasar Umum Sekolah Tiggi Tekologi Telkom Barisa da Deret Barisa Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) a Fugsi tersebut

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT) BARISAN DAN DERET Nurdiitya Athari (NDT) BARISAN Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) = a Fugsi tersebut dikeal sebagai barisa bilaga

Lebih terperinci

Kalkulus Rekayasa Hayati DERET

Kalkulus Rekayasa Hayati DERET Kalkulus Rekayasa Hayati DERET 1 Isi Bab Pedahulua Barisa tak-higga Deret tak-higga Deret Positif : Uji kekovergea Deret Gati Tada Deret Pagkat Deret Taylor da Maclauri 2 Kompetesi Dasar Setelah megikuti

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 14 Februari 2014

Hendra Gunawan. 14 Februari 2014 MA20 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 203/204 4 Februari 204 Sasara Kuliah Hari Ii 9. Barisa Tak Terhigga Memeriksa kekovergea suatu barisa da, bila mugki, meghitug limitya 9.2 Deret Tak Terhigga

Lebih terperinci

BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA

BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA BARIAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA Bajar/Barisa Tak Higga Barisa tak higga { } adalah suatu fugsi dari dimaa daerah domaiya adalah himpua bilaga bulat positif (bilaga asli). Cotoh: Bila.. maka fugsi

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu

Lebih terperinci

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1 Barisa Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 9/0/06 Matematika Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka susua dari bilaga bilaga yag urutaya berdasarka bilaga

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2013/2014 12 Februari 2014 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 82 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg

Lebih terperinci

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n LIMIT 4.. FUNGSI LIMIT Defiisi 4.. A R Titik c R adalah titik limit dari A, jika utuk setiap δ > 0 ada palig sedikit satu titik di A, c sedemikia sehigga c < δ. Defiisi diatas dapat disimpulka dega cara

Lebih terperinci

Himpunan/Selang Kekonvergenan

Himpunan/Selang Kekonvergenan oki eswa (fmipa-itb) Deret Pagkat Kita aka mempelajari beberapa tehik utuk meyajika suatu fugsi f (x) dalam betuk deret pagkat (power series), yaitu meetuka derat pagkat c (x a) sehigga f (x) = c (x a)

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Itegral adalah salah satu kosep petig dalam Matematika yag dikemukaka pertama kali oleh Isac Newto da Gottfried Wilhelm Leibiz pada akhir abad ke-17. Selajutya

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. 05/12/2016 Matematika Teknik 1 1

BARISAN DAN DERET. 05/12/2016 Matematika Teknik 1 1 BARISAN DAN DERET 05//06 Matematika Tekik BARISAN Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 05//06 Matematika Tekik Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2016/2017 3 Februari 2017 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg Batas

Lebih terperinci

BAB VI BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA

BAB VI BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA BAB VI BARIAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA Bajar/Barisa Tak Higga Barisa tak higga { },,,,, adalah suatu fugsi dari dimaa daerah domaiya adalah himpua bilaga bulat positif (bilaga asli). Cotoh: Bila,,,..,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET Pertemua 7. BAHAN AJAR ANALISIS REAL Matematika STKIP Tuaku Tambusai Bagkiag 5. da kekovergeaya 5. DERET Diberika sebuah barisa a, dapat didefeisika barisa bilaga real S N dega S N := N a = a + a 2 +...

Lebih terperinci

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES)

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) MATEMATIKA II DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) sugegpb.lecture.ub.ac.id aada.lecture.ub.ac.id BARISAN Barisa merupaka kumpula suatu bilaga (atau betuk aljabar) yag disusu sehigga membetuk suku-suku yag

Lebih terperinci

Bab IV. Penderetan Fungsi Kompleks

Bab IV. Penderetan Fungsi Kompleks Bab IV Pedereta Fugsi Kompleks Sebagaimaa pada fugsi real, fugsi kompleks juga dapat dideretka pada daerah kovergesiya. Semua watak kajia kovergesi pada fugsi real berlaku pula pada fugsi kompleks. Secara

Lebih terperinci

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b.

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b. Didowload dari ririez.blog.us.ac.id HALAMAN 36 37 5. Dega defiisi limit barisa buktika limit berikut ii : a. lim = 0 lim 1 2 + 3 = 0 > 0 h 1 = 2 + 3 0 = 1 2 + 3 1 2 1 2 1 2 < jadi terbukti bahwa lim =

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

Definisi Integral Tentu

Definisi Integral Tentu Defiisi Itegral Tetu Bila kita megedarai kedaraa bermotor (sepeda motor atau mobil) selama 4 jam dega kecepata 50 km / jam, berapa jarak yag ditempuh? Tetu saja jawabya sagat mudah yaitu 50 x 4 = 200 km.

Lebih terperinci

Modul 1. (Pertemuan 1 s/d 3) Deret Takhingga

Modul 1. (Pertemuan 1 s/d 3) Deret Takhingga Modul. (Pertemua s/d ) Deret Takhigga. Deret Tidak Terhigga. Pembicaraa kita sekarag deret pada umumya. Deret yag bayakya suku tak terbatas disebut deret tak higga, otasi : Masalah pokok pada deret tak

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu: 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap

Lebih terperinci

DERET Matematika Industri 1

DERET Matematika Industri 1 DERET TIP FP UB Pokok Bahasa Barisa Deret Deret aritmetik Deret geometrik Deret pagkat dari bilaga-bilaga asli Deret tak berhigga Nilai-ilai limit Deret koverge da deret diverge Uji kovergesi Deret secara

Lebih terperinci

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2 Bab Bilaga kompleks BAB BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Bilaga Kompleks Sebelum medefiisika bilaga kompleks, pembaca diigatka kembali pada permasalah dalam sistem bilaga yag telah dikeal sebelumya Yag pertama

Lebih terperinci

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari.

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari. Selag Kepercayaa Cotoh Besar Jika ukura cotoh (sample size) besar, maka meurut Teorema Limit Pusat, bayak statistik megikuti/mempuyai sebara yag medekati ormal (dapat diaggap ormal). Artiya jika adalah

Lebih terperinci

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB III BARISAN DAN DERET Tujua Pembelajara Setelah mempelajari materi bab ii, Ada diharapka dapat:. meetuka suku ke- barisa da jumlah suku deret aritmetika da geometri,. meracag model matematika dari

Lebih terperinci

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions) Distribusi Pedekata (Limitig Distributios) Ada 3 tekik utuk meetuka distribusi pedekata: 1. Tekik Fugsi Distribusi Cotoh 2. Tekik Fugsi Pembagkit Mome Cotoh 3. Tekik Teorema Limit Pusat Cotoh Fitriai Agustia,

Lebih terperinci

theresiaveni.wordpress.com NAMA : KELAS :

theresiaveni.wordpress.com NAMA : KELAS : theresiaveiwordpresscom NAMA : KELAS : 1 theresiaveiwordpresscom BARISAN DAN DERET Barisa da deret dapat diguaka utuk memudahka peyelesaia perhituga, misalya buga bak, keaika produksi, da laba/rugi suatu

Lebih terperinci

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI Fiboacci Matematikawa terbesar pada abad pertegaha adalah Leoardo dari Pisa, Italia (80 0). Ia lebih dikeal dega ama Fibo-acci. Artiya, aak Boaccio. Meara Pisa yag terkeal

Lebih terperinci

BAB V. INTEGRAL. Lambang anti-turunan (integral tak-tentu) oleh Leibniz adalah... dx, sehingga

BAB V. INTEGRAL. Lambang anti-turunan (integral tak-tentu) oleh Leibniz adalah... dx, sehingga BAB V. INTEGRAL 5.. Ati Turua (Itegral Tak-tetu) Defiisi: F suatu ati-turua f pada selag I jika da haya jika D F() = f() pada I, yaki F () = f() utuk semua dalam I. (Jika suatu titik ujug I, F () haya

Lebih terperinci

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ARTIKEL Meetuka rumus Jumlah Suatu Deret dega Operator Beda Markaba 191115198801005 Maret 015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Defiisi Persamaa diferesial adalah persamaa yag melibatka variabelvariabel tak bebas da derivatif-derivatifya terhadap variabel-variabel bebas. Berikut ii adalah

Lebih terperinci

Projek. Contoh Menemukan Konsep Barisan dan Deret Geometri a. Barisan Geometri. Perhatikan barisan bilangan 2, 4, 8, 16,

Projek. Contoh Menemukan Konsep Barisan dan Deret Geometri a. Barisan Geometri. Perhatikan barisan bilangan 2, 4, 8, 16, Projek Himpulah miimal tiga masalah peerapa barisa da deret aritmatika dalam bidag fisika, tekologi iformasi, da masalah yata di sekitarmu. Ujilah berbagai kosep da atura barisa da deret aritmatika di

Lebih terperinci

Barisan dan Deret. Modul 1 PENDAHULUAN

Barisan dan Deret. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Barisa da Deret Reto Wika Tyasig Ada P PENDAHULUAN okok bahasa dalam modul ii terdiri atas dua kegiata belajar. Yag pertama tetag barisa, yag kedua tetag deret da cotoh-cotoh pemakaia deret. Pembahasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 <

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 < II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterbagia Secara umum apabila a bilaga bulat da b bilaga bulat positif, maka ada tepat satu bilaga bulat q da r sedemikia sehigga : = +, 0 < dalam hal ii b disebut hasil bagi

Lebih terperinci

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika BARISAN DAN DERET BILANGAN Peyusu: Atmii Dhoruri, MS Kode: Jejag: SMP T/P: / A. Kompetesi yag diharapka. Meetuka suku ke- barisa aritmatika da barisa geometri. Meetuka jumlah suku pertama deret aritmatika

Lebih terperinci

BAB 6. DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT Deret Taylor

BAB 6. DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT Deret Taylor Bab 6 Deret Taylor da Deret Lauret BAB 6 DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT 6 Deret Taylor Misal fugsi f aalitik pada - < R ligkara dega pusat di da jari-jari R Maka utuk setiap titik pada ligkara itu f dapat

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0.

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUH PONOROGO SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA 03/04 Mata Ujia : Aalisis Real Tipe Soal : REGULER Dose : Dr. Jula HERNADI Waktu : 90 meit Hari, Taggal : Selasa,

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Supraptono, M.Si. Referensi : Kalkulus Edisi 9 Jilid 1 (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal

Oleh : Bambang Supraptono, M.Si. Referensi : Kalkulus Edisi 9 Jilid 1 (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal BAB. Limit Fugsi Ole : Bambag Supraptoo, M.Si. Referesi : Kalkulus Edisi 9 Jilid (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal 56 - Defiisi: Pegertia presisi tetag it Megataka bawa f ( ) L berarti bawa utuk tiap yag

Lebih terperinci

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu Secara umum persamaa rekursif liier tigkat-k bisa dituliska dalam betuk: dega C 0 0. C 0 x + C 1 x 1 + C 2 x 2 + + C k x k = b, Jika b = 0 maka persamaa rekursif tersebut diamaka persamaa rekursif liier

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah III PEMBAHASAN Pada bagia ii aka diformulasika masalah yag aka dibahas. Solusi masalah aka diselesaika dega Metode Dekomposisi Adomia. Selajutya metode ii aka diguaka utuk meyelesaika model yag diyataka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Deret Fourier Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDAHULUAN ada modul ii dibahas masalah ekspasi deret Fourier Sius osius utuk suatu fugsi periodik ataupu yag diaggap periodik, da dibahas pula trasformasi

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Prosidig Semiar Nasioal Matematika da Terapaya 06 p-issn : 0-0384; e-issn : 0-039 PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Liatus

Lebih terperinci

BAB 4 LIMIT FUNGSI Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah

BAB 4 LIMIT FUNGSI Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah BAB LIMIT FUNGSI Stadar Kompetesi Megguaka kosep it ugsi da turua ugsi dalam pemecaha masalah Kompetesi Dasar. Meghitug it ugsi aljabar sederhaa di suatu titik. Megguaka siat it ugsi utuk meghitug betuk

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum BAB II TEORI DASAR 2.1 Aljabar Liier Defiisi 2. 1. 1 Grup Himpua tak kosog G disebut grup (G, ) jika pada G terdefiisi operasi, sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Jika a, b eleme dari G, maka a b eleme

Lebih terperinci

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc.

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc. METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/0 SUGENG00 Copyright 996-98 Dale Caregie & Associates, Ic. Kesalaha ERROR: Selisih atara ilai perkiraa dega ilai eksakilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Statistika iferesi merupaka salah satu cabag statistika yag bergua utuk meaksir parameter. Peaksira dapat diartika sebagai dugaa atau perkiraa atas sesuatu yag aka terjadi

Lebih terperinci

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual Pedekata Nilai Logaritma da Iversya Secara Maual Moh. Affaf Program Studi Pedidika Matematika, STKIP PGRI BANGKALAN affafs.theorem@yahoo.com Abstrak Pada pegaplikasiaya, bayak peggua yag meggatugka masalah

Lebih terperinci

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR Dose Pegampu : Darmadi, S.Si, M.Pd Disusu : Kelas 5A / Kelompok 5 : Dia Dwi Rahayu (084. 06) Hefetamala (084. 4) Khoiril Haafi (084. 70) Liaatul Nihayah (084. 74)

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 BAB XII. SUKU BANYAK A = a Pegertia: f(x) = a x + a x + a x + + a x +a adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a, a,.,a, a, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

Kekeliruan dalam Perhitungan Numerik dan Selisih Terhingga Biasa

Kekeliruan dalam Perhitungan Numerik dan Selisih Terhingga Biasa Modul 1 Kekelirua dalam Perhituga Numerik da Selisih Terhigga Biasa D PENDAHULUAN Dr. Wahyudi, M.Pd. i dalam pemakaia praktis, peyelesaia akhir yag diigika dari solusi suatu permasalaha (soal) dalam matematika

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu

Lebih terperinci

Matematika SMA (Program Studi IPA)

Matematika SMA (Program Studi IPA) Smart Solutio UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 202/203 Disusu Sesuai Idikator Kisi-Kisi UN 203 Matematika SMA (Program Studi IPA) Disusu oleh : Pak Aag SKL 5. Memahami kosep it, turua da itegral dari fugsi

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan POSITRON, Vol. II, No. (0), Hal. -5 ISSN : 30-4970 Peetua Eergi Osilator Kuatum Aharmoik Megguaka Teori Gaggua Iklas Saubary ), Yudha Arma ), Azrul Azwar ) )Program Studi Fisika Fakultas Matematika da

Lebih terperinci

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama Solusi Soal OSN Matematika SMA/MA Hari Pertama Soal 1. Buktika bahwa utuk sebarag bilaga asli a da b, bilaga adalah bilaga bulat geap tak egatif. = F P B (a, b) + KP K (a, b) a b Solusi. Pertama aka dibuktika

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT

SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT Jural Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 12 22 ISSN : 2303 2910 c Jurusa Matematika FMIPA UNAND SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT ENIVA RAMADANI

Lebih terperinci

BUKTI ALTERNATIF KONVERGENSI DERET PELL DAN PELL-LUCAS (ALTERNATIVE PROOF THE CONVERGENCE OF PELL AND PELL-LUCAS SERIES)

BUKTI ALTERNATIF KONVERGENSI DERET PELL DAN PELL-LUCAS (ALTERNATIVE PROOF THE CONVERGENCE OF PELL AND PELL-LUCAS SERIES) rosidig Semirata2015 bidag MIA BKS-TN Barat Uiversitas Tajugpura otiaak BUKTI ALTERNATIF KONVERGENSI DERET ELL DAN ELL-LUCAS (ALTERNATIVE ROOF THE CONVERGENCE OF ELL AND ELL-LUCAS SERIES) Baki Swita 1

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS. OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM

MATEMATIKA BISNIS. OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM MATEMATIKA BISNIS OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM BAB BARISAN DAN DERET A. BARISAN Barisa bilaga adalah susua bilaga yag diurutka meurut atura tertetu.betuk umum barisa bilaga a,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Salah satu pera da fugsi statistik dalam ilmu pegetahua adalah sebagai. alat aalisis da iterpretasi data kuatitatif ilmu pegetahua, sehigga didapatka suatu kesimpula

Lebih terperinci

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS 1.1. Pedahulua Dalam pertemua ii Ada aka mempelajari beberapa padaga tetag permutasi da kombiasi, fugsi da metode perhituga probabilitas, da meghitug probabilitas. Pada

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 SUKU BANYAK A Pegertia: f(x) x + a 1 x 1 + a 2 x 2 + + a 2 +a 1 adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a 1, a 2,.,a 2, a 1, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

Pendiferensialan. Modul 1 PENDAHULUAN

Pendiferensialan. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Pediferesiala Prof R Soematri D PENDAHULUAN alam modul ii dibahas fugsi berilai real yag didefiisika pada suatu iterval Defiisi derivatif suatu fugsi dimulai dega derivatif di suatu titik, kemudia

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP Permasalaha dalam tugas akhir ii dibatasi haya pada peaksira besarya koefisie korelasi polychoric da tidak dilakuka peguia terhadap koefisie korelasi

Lebih terperinci

METODE NUMERIK TKM4104. Kuliah ke-2 DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT

METODE NUMERIK TKM4104. Kuliah ke-2 DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT METODE NUMERIK TKM4104 Kuliah ke- DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT DERET TAYLOR o Deret Taylor adalah alat yag utama utuk meuruka suatu metode umerik. o Deret Taylor bergua utuk meghampiri ugsi ke dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya 5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel

Lebih terperinci

Selang Kepercayaan (Confidence Interval) Pengantar Penduga titik (point estimator) telah dibahas pada kuliah-kuliah sebelumnya. Walau statistikawan

Selang Kepercayaan (Confidence Interval) Pengantar Penduga titik (point estimator) telah dibahas pada kuliah-kuliah sebelumnya. Walau statistikawan Selag Kepercayaa (Cofidece Iterval) Pegatar Peduga titik (poit estimator) telah dibahas pada kuliah-kuliah sebelumya. Walau statistikawa telah berusaha memperoleh peduga titik yag baik, amu hampir bisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model. BAB II LANDASAN TEORI Pada bagia ii aka dibahas tetag teori-teori dasar yag diguaka utuk dalam megestimasi parameter model.. MATRIKS DAN VEKTOR Defiisi : Trace dari matriks bujur sagkar A a adalah pejumlaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1 Latar belakag Model pertumbuha Solow-Swa (the Solow-Swa growth model) atau disebut juga model eoklasik (the eo-classical model) pertama kali dikembagka pada tahu 195 oleh Robert Solow da

Lebih terperinci

PREDIKSI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX SMP NEGERI 196 JAKARTA. Jawab : Nilai dari. Jawab :.3.3 = 27

PREDIKSI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX SMP NEGERI 196 JAKARTA. Jawab : Nilai dari. Jawab :.3.3 = 27 PREDIKSI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX SMP NEGERI 9 JAKARTA No. Idikator Soal Prediksi Soal Peserta didik dapat meyataka betuk pecaha aljabar yag pembilag da peyebutya berpagkat egatif mejadi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3 PERTEMUAN VEKTOR dalam R Pegertia Ruag Vektor Defiisi R Jika adalah sebuah bilaga bulat positif, maka tupel - - terorde (ordered--tuple) adalah sebuah uruta bilaga riil ( a ),a,..., a. Semua tupel - -terorde

Lebih terperinci

Solusi Numerik PDP. ( Metode Beda Hingga ) December 9, 2013. Solusi Numerik PDP

Solusi Numerik PDP. ( Metode Beda Hingga ) December 9, 2013. Solusi Numerik PDP ( Metode Beda Higga ) December 9, 2013 Sebuah persamaa differesial apabila didiskritisasi dega metode beda higga aka mejadi sebuah persamaa beda. Jika persamaa differesial parsial mempuyai solusi eksak

Lebih terperinci

METODE SIMPSON TERMODIFIKASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA LINEAR JENIS KEDUA. Jonas Lodewyk H 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

METODE SIMPSON TERMODIFIKASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA LINEAR JENIS KEDUA. Jonas Lodewyk H 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT METODE SIMPSON TERMODIFIKASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA LINEAR JENIS KEDUA Joas Lodewyk H 1, Zulkarai 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dose Jurusa Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN JURAL MATEMATKA DA KOMPUTER Vol. 6. o., 77-85, Agustus 003, SS : 40-858 DSTRBUS WAKTU BERHET PADA PROSES PEMBAHARUA Sudaro Jurusa Matematika FMPA UDP Abstrak Dalam proses stokhastik yag maa kejadia dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Distribusi Ekspoesial Fugsi ekspoesial adalah salah satu fugsi yag palig petig dalam matematika. Biasaya, fugsi ii ditulis dega otasi exp(x) atau e x, di maa e adalah basis logaritma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana f(x) adalah fungsi tujuan dan h(x) adalah fungsi pembatas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana f(x) adalah fungsi tujuan dan h(x) adalah fungsi pembatas. BAB 1 PENDAHUUAN 1.1 atar Belakag Pada dasarya masalah optimisasi adalah suatu masalah utuk membuat ilai fugsi tujua mejadi maksimum atau miimum dega memperhatika pembatas pembatas yag ada. Dalam aplikasi

Lebih terperinci

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel)

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel) Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel) 1. Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

PENGGGUNAAN ALGORITMA GAUSS-NEWTON UNTUK MENENTUKAN SIFAT-SIFAT PENAKSIR PARAMETER DAN

PENGGGUNAAN ALGORITMA GAUSS-NEWTON UNTUK MENENTUKAN SIFAT-SIFAT PENAKSIR PARAMETER DAN PENGGGUNAAN ALGORITMA GAUSS-NEWTON UNTUK MENENTUKAN SIFAT-SIFAT PENAKSIR PARAMETER DAN DALAM SUATU MODEL NON-LINIER Abstrak Nur ei 1 1, Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Tadulako Jl. Sukaro-Hatta Palu,

Lebih terperinci

Galat dan Perambatannya

Galat dan Perambatannya Modul 1 Galat da Perambataya Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDHULUN ada Modul 1 ii dibahas masalah galat atau derajat kesalaha da perambataya, dega demikia para peggua modul ii diharapka telah memahami

Lebih terperinci

Induksi matematik untuk memecahkan problema deret dan bilangan bulat bentuk kuadrat sempurna

Induksi matematik untuk memecahkan problema deret dan bilangan bulat bentuk kuadrat sempurna Iduksi matematik utuk memecahka problema deret da bilaga bulat betuk kuadrat sempura Oleh: Sutopo Jurusa Fisika FMIPA UM sutopo@fisika.um.ac.id Ditulis pada sekitar bula Februari 2011. Diuggah pada 3 Desember

Lebih terperinci

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,

Lebih terperinci

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi;

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi; Modul 1 Operasi Dr. Ahmad Muchlis B PENDAHULUAN erapakah 97531 86042? Kalau Ada megguaka kalkulator, jawabaya amat bergatug pada tipe kalkulator yag Ada pakai. 9 Kalkulator ilmiah Casio fx-250 memberika

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Sebuah bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentuk. z = x jy. (2.4)

II LANDASAN TEORI. Sebuah bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentuk. z = x jy. (2.4) 3 II LANDASAN TEORI 2.1 Peubah Kompleks da Fugsi Kompleks Sebuah bilaga kompleks dapat diyataka dalam betuk z = x + jy, (2.1) dega x da y adalah bilaga-bilaga real da j = 1. Bilaga x disebut bagia real

Lebih terperinci

Bab 8 Teknik Pengintegralan

Bab 8 Teknik Pengintegralan Catata Kuliah MA3 Kalkulus Elemeter II Oki Neswa,Ph.D., Departeme Matematika-ITB Bab 8 Tekik Pegitegrala Metoda Substitusi Itegral Fugsi Trigoometrik Substitusi Merasioalka Itegral Parsial Itegral Fugsi

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel)

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel) DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Pearika Sampel) I. PENDAHULUAN Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakag Permasalaha Matematika merupaka Quee ad servat of sciece (ratu da pelaya ilmu pegetahua). Matematika dikataka sebagai ratu karea pada perkembagaya tidak tergatug pada

Lebih terperinci

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25 head office : Kompleks Sawaga Permai Blok A5 No.1A, Sawaga, Depok 16511 Telp.01-951 1160. cotact perso : 0-878787-1-8585 / 081-8691-10 Bidag Studi Kode Berkas Waktu : Matematika : MA-L01 (solusi) : 90

Lebih terperinci

Modul Kuliah statistika

Modul Kuliah statistika Modul Kuliah statistika Dose: Abdul Jamil, S.Kom., MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER MUHAMMADIYAH JAKARTA Bab 2 Populasi da Sampel 2.1 Populasi Populasi merupaka keseluruha pegamata

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang II. LANDASAN TEORI Pada bab ii aka diberika beberapa istilah, defiisi serta kosep-kosep yag medukug dalam peelitia ii. 2.1 Kosep Dasar Teori Graf Berikut ii aka diberika kosep dasar teori graf yag bersumber

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

ANALISIS RIIL I. Disusun oleh Bambang Hendriya Guswanto, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si.

ANALISIS RIIL I. Disusun oleh Bambang Hendriya Guswanto, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si. ANALISIS RIIL I Disusu oleh Bambag Hedriya Guswato, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Non Linier

Penyelesaian Persamaan Non Linier Peyelesaia Persamaa No Liier Metode Iterasi Sederhaa Metode Newto Raphso Permasalaha Titik Kritis pada Newto Raphso Metode Secat Metode Numerik Iterasi/NewtoRaphso/Secat - Metode Iterasi Sederhaa- Metode

Lebih terperinci