PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP PENINGKATAN SIRKULASI DARAH KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP PENINGKATAN SIRKULASI DARAH KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS"

Transkripsi

1 PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP PENINGKATAN SIRKULASI DARAH KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS (DM) DI PUSKESMAS MANTUP KECAMATAN MANTUP KABUPATEN LAMONGAN Alfiyah Ardhyah Yunita, Virgianti Nur F, Mu ah abstrak Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif yang paling banyak diderita di Indonesia saat ini. Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Neuropati Perifer (gangguan syaraf pada kaki) merupakan komplikasi serius dari penyakit Diabetes Melitus. Untuk penatalaksanaan Neuropati Perifer tersebut perlu dilakukan senam kaki yang bertujuan untuk mencegah luka gangren pada pasien Diabetes Melitus. Desain penelitian ini menggunakan metode one-group pra-post test design. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 30 responden yaitu penderita Diabetes Mellitus yang menjadi anggota DM club di puskesmas Mantup Lamongan selama bulan Januari sampai November Data penelitian ini diambil dengan menggunakan alat sphygmomanometer, stetoskop, dan alroji untuk pre dan post intervensi. Setelah ditabulasi, data dianalisis dengan uji Paired t Test dengan tingkat kemaknaan 0,000. Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberi perlakuan senam kaki pada pasien Diabetes Melitus nilai ABPI yaitu lebih dari sebagian besar mengalami penyakit arteri ringan yaitu 18 orang (60) dan nadi yaitu lebih dari sebagian besar mengalami b radikhardi yaitu 16 orang (53,3) dan setelah diberikan perlakuan senam kaki mengalami peningkatan yaitu untuk nilai ABPI sebagian besar mengalami sirkulasi darah normal 15 orang (50) dan nadi lebih dari sebagian besar mengalami nadi normal sebanyak 19 orang (63,3). Sedangkan dari pengujian statistik diperoleh hasil ada pengaruh senam kkai terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus dengan nilai signifikansi untuk nilai ABPI -4,958 dan nadi -4,397 (p<0,000). Melihat hasil penelitian di atas, perlu suatu sosialisasi program pelaksanaan senam kaki yang dilakukan setiap perkumpulan pasien Diabetes Melitus yang dibina oleh tenaga kesehatan. Kata Kunci : Senam Kaki, Sirkulasi Darah kaki (Nilai ABPI dan Karakteristik Nadi), Diabetes Melitus PENDAHULUAN... Sejalan dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, maka semakin banyak pula penyakit infeksi dan menular yang mampu diteliti dan diatasi. Namun tidak demikian dengan penyakit-penyakit degeneratif, penyakit degeneratif sudah ada di negaranegara besar seperti Amerika serikat, Eropa, Rusia, atau Jepang dan sekarang telah merambah ke negara yang sedang berkembang di dunia termasuk India, Afrika dan Indonesia. Adapun penyakit degeneratif contohnya Diabetes Melitus (DM). Menurut Smeltzer, Suzanne C (2002), Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Sedangkan menurut WHO, Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Peter Cavanagh pakar kaki diabetik dari Claveland US, menyoroti problem kaki di masa yang akan datang, dimana pada tahun 2032 seiring dengan peningkatan jumlah penyandang Diabetes Melitus di dunia akan terjadi pula lonjakan masalah kaki diabetik. SURYA 14 Vol.03, No.X, Des 2011

2 Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), saat ini Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia. Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun dan pada 2010 mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan penderita Diabetes Melitus di wilayah Surabaya terus meningkat, bisa dikatakan pengidap DM saat ini mencapai orang. Menurut Syaifudin dalam Febrianto (2008), sekitar atau 12 persen dari penduduk Lamongan diduga terkena penyakit DM. Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal Desember 2010 di Puskesmas Mantup Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan, pada tahun 2010 total pasien DM Club mencapai 51 pasien. Neuropati perifer (gangguan saraf pada kaki) merupakan komplikasi serius dari diabetes. Dari data survey awal menunjukkan bahwa 3 dari 5 orang dengan diabetes (60) mengalami gangguan neuropati perifer. Resiko neuropati perifer adalah sekitar 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes. Apabila neuropati perifer tidak dilakukan perawatan dengan baik maka dapat berkembang menjadi gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi. Menurut Sidartawan, Soegondo (2004), para ahli diabetes memperkirakan ¼ sampai ½ kejadian amputasi dapat dihindari dengan perawatan kaki yang baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya pasien diabetes yang mengalami gangguan pada kaki seperti neuropati perifer, yang disebabkan karena sirkulasi darah kaki yang menurun. Komplikasi Diabetes Melitus antara lain gangguan mata ( retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh darah (vaskulopati), dan kelainan pada kaki. Kaki adalah anggota gerak tubuh yang kurang memperoleh perhatian karena letaknya jauh dari pandangan dan pengamatan mata. Menurut Akhtyo (2009), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki yang kini disebut kaki diabetes. Adanya masalah kaki pada pasien Diabetes Mellitus karena pasien DM kurang mengontrol kadar glukosa darahnya, sehingga glukosa banyak menumpuk dipembuluh darah, hal tersebut yang menyebabkan sirkulasi darah di jaringan kurang termasuk di kaki, tanda dan gejala lainnya mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan neuropati perifer (pasien merasakan kebas atau kesemutan pada kaki). Dengan melakukan Senam kaki pada pasien DM yang melibatkan kelompok otot-otot utamanya (otot kaki), sehingga otot kaki berkontraksi secara teratur maka akan terjadi peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Kemudian akan terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga akan terjadi peningkatan sirkulasi darah kaki dan penarikan glukosa ke dalam sel. Melihat kondisi tersebut penanganan Diabetes Melitus perlu segera diatasi setelah dideteksi secara dini untuk mengurangi komplikasi selanjutnya dari Diabetes Mellitus seperti gangren. Selama ini penatalaksanaan pencegahan komplikasi pada pasien Diabetes Mellitus hanya sebatas pada hal-hal yang biasa. Salah satu contohnya penyuluhan. Oleh karena itu, disini peneliti ingin memberikan satu solusi dalam penatalaksanaan pencegahan komplikasi yaitu intervensi secara langsung berupa senam kaki kepada pasien DM yang mengalami neuropati perifer yang bertujuan untuk pencegahan terjadinya gangren. Dari sudut ilmu kesehatan, tidak diragukan lagi bahwa olahraga apabila dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan. Selain itu telah lama pula olahraga digunakan sebagai bagian pengobatan Diabetes Melitus namun tidak semua olahraga dianjurkan bagi pengidap Diabetes Melitus karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan. Olahraga dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dengan frekuensi 3-5 kali perminggu dan Intensitas (ringan sampai sedang). Salah satu jenis olahraga ringan yang bisa dilakukan pada penderita DM adalah senam kaki. Menurut S, Sumosardjuno (1986), senam kaki adalah kegiatan atau SURYA 15 Vol.03, No.X, Des 2011

3 latihan yang dilakukan oleh pasien Diabetes Melitus untuk mencegah terjadinya luka gangren dan membantu melancarkan sirkulasi darah bagian kaki. Menurut Wibisono (2009), senam kaki ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan paha, serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami oleh penderita Diabetes Melitus. Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes Melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini terjadinya gangren. Dari latar belakang di atas serta banyaknya tujuan dari dilaksanakan senam kaki, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus (DM) Di Puskesmas Mantup Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan Tahun METODOLOGI PENELITIAN Menurut Nursalam (2008), desain penelitian merupakan strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. Menurut Nursalam (20 08), desain penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pra-eksperimental yaitu mencari keterkaitan antara dua variabel atau lebih, pendekatannya dengan cara onegroup pra-post test design yaitu jenis penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah diintervensi. HASIL.PENELITIAN 1. Data Khusus 1. Distribusi penilaian ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) sebelum dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus Tabel 1 Distribusi Nilai ABPI sebelum dilakukan Senam Kaki pada pasien Diabetes Mellitus No. Nilai ABPI Sebelum 1 Arteri tidak dapat 0 0 terkompresi, pengerasan PVD 2 Penyakit arteri sedang 7 23,3 3 Penyakit arteri ringan Sirkulasi arteri normal 5 16,7 5 Penyakit arteri berat atau 0 0 iskemik kaki Total Berdasarkan Tabel 1 diatas sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian pasien DM mengalami penyakit arteri ringan sebanyak 18 orang (60) dan sebagian kecil pasien DM mengalami sirkulasi arteri normal sebanyak 5 orang (16,7). 2. Distribusi penilaian ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) sesudah dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus Tabel 2 Distribusi Nilai ABPI sesudah dilakukan Senam Kaki pada pasien Diabetes Mellitus No. Nilai ABPI Sesudah 1 Arteri tidak dapat 0 0 terkompresi, pengerasan PVD 2 Penyakit arteri sedang 5 16,7 3 Penyakit arteri ringan 10 33,3 4 Sirkulasi arteri normal Penyakit arteri berat atau 0 0 iskemik kaki Total SURYA 16 Vol.03, No.X, Des 2011

4 Berdasarkan Tabel 2 diatas sesudah diberi perlakuan senam kaki sebagian pasien DM mengalami sirkulasi arteri normal sebanyak 15 orang (50) dan sebagian kecil mengalami penyakit arteri sedang sebanyak 5 orang (16,7). 3. Distribusi karakteristik denyut nadi dorsalis pedis sebelum dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus Tabel 3 Distribusi karakteristik nadi dorsalis pedis sebelum dilakukan Senam Kaki pada pasien Diabetes Mellitus No. Karakteristik Nadi Sebelum dorsalis pedis 1 Bradikhardi 16 53,3 2 Normal 14 46,7 3 Takhikardi 0 0 Total Berdasarkan Tabel 3 diatas sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian pasien DM mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3) dan hampir sebagian yang mengalami nadi normal sebanyak 14 orang (46,7). 4. Distribusi karakteristik denyut nadi dorsalis pedis sesudah dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus Tabel 4 Distribusi karakteristik nadi dorsalis pedis sesudah dilakukan Senam Kaki pada pasien Diabetes Mellitus No Karakteristik Nadi Sesudah dorsalis pedis 1 Bradikardi 11 36,7 2 Normal 19 63,3 3 Takhikardi 0 0 Total Berdasarkan Tabel 4 diatas sesudah diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian pasien DM mengalami nadi normal sebanyak 19 orang (63,3) dan hampir sebagian mengalami bradikhardi sebanyak 11 orang (36,7). 5. Tabel silang pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (nilai ABPI) pada pasien Diabetes Mellitus Tabel 5 Tabel silang pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (nilai ABPI) pada pasien Diabetes Mellitus No. Senam Nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) Kaki Arteri tidak dapat Penyakit Penyakit Sirkulasi Penyakit arteri Total terkompresi, arteri sedang arteri ringan arteri berat atau pengerasan PVD normal iskemik kaki 1. Sebelum , , Sesudah , , Berdasarkan Tabel 5 di atas sebelum diberi perlakuan senam kaki yang mengalami penyakit arteri sedang sebanyak 7 orang (23,3) dan setelah diberi perlakuan senam kaki menjadi 5 orang (16,7), pasien DM yang mengalami penyakit arteri ringan sebelum diberi perlakuan senam kaki sebanyak 18 orang (60) dan setelah diberi perlakuan senam kaki mengalami perubahan menjadi 10 orang (33,3), dan pasien DM yang mengalami sirkulasi arteri normal sebelum diberi perlakuan senam kaki sebanyak 5 orang (16,7) dan sesudah diberi perlakuan senam kaki mengalami peningkatan sebanyak 15 orang (50). SURYA 17 Vol.03, No.X, Des 2011

5 Dari hasil uji SPSS menggunakan uji Paired t Test dengan hasil nilai p sig = 000 dimana p 0,05 maka Hı diterima, artinya terdapat pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (nilai ABPI). 6. Tabel silang pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (karakteristik nadi dorsalis pedis) pada pasien Diabetes Mellitus Tabel 6 Tabel silang pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (karakteristik nadi dorsalis pedis) pada pasien Diabetes Mellitus No. Senam Kaki 1 Sebelum 16 53,3 2 Sesudah 11 36,7 Karakteristik Nadi Dorsalis Pedis Bradikh ardi Norma l Takhik ardi Total , , Berdasarkan Tabel 6 di atas sebelum diberi perlakuan senam kaki yang mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3) dan sesudah diberi perlakuan senam kaki menurun menjadi 11 orang (36,7), pasien DM yang mengalami nadi normal sebanyak 14 orang (46,7) sebelum diberi perlakuan senam kaki dan mengalami peningkatan sesudah diberi perlakuan senam kaki sebanyak 19 orang (63,3). Dari hasil SPSS menggunakan uji Paired t Test dengan hasil nilai p sig = 000 dimana p 0,05 maka Hı diterima, artinya terdapat pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (karakteristik nadi dorsalis pedis). PEMBAHASAN.. 1. Nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) sebelum dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian pasien DM yang mengalami penyakit arteri ringan sebanyak 18 orang (60) dan sebagian kecil pasien DM yang mengalami sirkulasi arteri normal yaitu sebanyak 5 orang (16,7). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian besar masih mengalami penyakit arteri ringan yaitu sebanyak 18 orang (60). Secara subyektif pasien DM menyatakan merasakan kebas atau kesemutan pada kaki, dan biasanya pasien DM mengatasi kesemutannya dengan melakukan olahraga biasa seperti jalan kaki pada saat pagi hari. Kategori nilai ABPI dikatakan penyakit arteri ringan apabila secara obyektif nilai ABPI menunjukkan skala 0,8-0,9, setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah nadi dorsalis pedis dibagi nadi brachialis. Menurut Vowden (2001), The Ankle Brachial Tekanan Indeks (ABPI) lebih sering dikenal sebagai ABI adalah rasio dari tekanan darah di kaki yang lebih rendah dibagi tekanan darah di lengan. Tekanan darah kaki yang rendah merupakan indikasi dari penyumbatan pembuluh darah (penyakit pembuluh darah perifer). ABI dihitung dengan membagi sistolik tekanan darah dalam dorsalis pedis arteri dengan tekanan darah sistolik di lengan. Menurut Soegondo Sidartawan, (2004) Penyebab terjadinya penyakit arteri perifer pada pasien DM tersebut pada umumnya karena adanya gangguan sirkulasi darah kaki yang disebabkan oleh keadaan hiperglikemia yang terus-menerus akan berdampak pada kemampuan pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang yang biasanya disebut dengan kaki diabetes. Hampir semua pasien DM mengalami penyakit arteri perifer ditandai dengan neuropati perifer atau rasa kesemutan pada kaki. Hal tersebut merupakan indikasi dari penyumbatan pada pembuluh darah (penyakit pembuluh darah perifer). Terjadinya penyakit arteri perifer selain disebabkan oleh faktor penyakit DM, faktor usia juga mempengaruhi status sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Mellitus, semakin usia meningkat (menua) SURYA 18 Vol.03, No.X, Des 2011

6 secara perlahan tubuh akan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ, sehingga keadaan sirkulasi darah kaki menurun selain karena penumpukan glukosa dalam pembuluh darah, faktor usia juga berperan. Di samping faktor usia, faktor lamanya responden menderita penyakit Diabetes Mellitus dan faktor GDA yang tidak terkendali atau hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia yang terus-menerus akan mempunyai dampak pada kemampuan pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang. Hal ini mengakibatkan sirkulasi darah dalam tubuh menurun, terutama pada kaki. Sehingga glukosa darah tidak lancar masuk ke dalam jaringan atau sel-sel dalam tubuh, sehingga terjadi penyumbatan pada pembuluh darah terutama pada kaki atau sirkulasi darah kaki menjadi tidak lancar dan terjadi penyakit pembuluh darah perifer dengan gejala kesemutan pada kaki, yang ditandai dengan tekanan darah pada kaki yang menurun. Pada prinsipnya senam kaki dilakukan secara teratur oleh pasien Diabetes Mellitus karena senam kaki mempunyai tujuan untuk memperlancar sirkulasi darah terutama pada kaki, dan mengurangi rasa kesemutan pada kaki karena sirkulasi darah akan meningkat karena adanya penarikan glukosa secara teratur terhadap penumpukan glukosa di dalam pembuluh darah. Pasien DM yang merasakan kesemutan pada kaki biasanya berupaya untuk menghilangkan atau mengurangi rasa kesemutannya tersebut dengan melakukan olahraga jalan kaki biasa setiap pagi hari. Untuk itu perlu adanya suatu solusi cara olahraga yang tepat untuk pasien DM yang mengalami penyakit arteri perifer yaitu senam kaki. 2. Nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) sesudah dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 orang pasien DM sesudah dilakukan senam kaki sebagian pasien DM mengalami sirkulasi arteri normal sebanyak 15 orang (50) dan sebagian kecil pasien DM mengalami penyakit arteri sedang yaitu sebanyak 5 orang (16,7). Dari hasil penelitian tersebut bahwa di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM sesudah diberi perlakuan senam kaki sebagian besar pasien DM mengalami peningkatan tekanan darah arteri dorsalis pedis yang dinyatakan dalam penilaian ABPI dalam kategori penyakit arteri normal yaitu sebanyak 15 orang (50). Menurut S, Sumosardjuno (1986), senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien Diabetes Melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran (sirkulasi) darah bagian kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Kategori nilai ABPI pada pasien DM bisa normal dengan melakukan senam kaki. Kategori nilai ABPI dikatakan sirkulasi arteri normal apabila secara obyektif nilai ABPI menunjukkan skala 1,0-1,2, setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah nadi dorsalis pedis dibagi nadi brachialis. Hal ini disebabkan karena senam kaki melibatkan kelompok otot-otot utamanya sehingga terjadi peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Kemudian akan terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga akan terjadi peningkatan sirkulasi darah kaki dan penarikan glukosa ke dalam sel. Sehingga aliran darah normal pada kaki seperti aliran darah di jaringan lain pada tubuh. Secara bertahap dan teratur pasien DM melakukan senam kaki dalam keseharianya disaat santai dan tetap aktif beraktifitas dengan pekerjaannya. Maka dari hal tersebut lebih dari sebagian besar pasien DM mengalami peningkatan sirkulasi darah. Dari data di atas yang menunjukkan peningkatan sirkulasi darah kaki sebagian besar dialami oleh pasien yang berumur tahun, karena usia juga merupakan faktor yang mempengaruhi status sirkulasi darah. Selain itu pekerjaan dan lamanya pasien menderita penyakit DM. Dari data sebagian besar pasien DM bekerja sebagai petani, yang aktif beraktifitas, hali itu merupakan faktor lain yang mendukung peningkatan SURYA 19 Vol.03, No.X, Des 2011

7 sirkulasi darah kaki disamping melakukan senam kaki. Pekerjaan yang sering melibatkan otot-otot secara aktif untuk beraktifitas maka sirkulasi darah akan lebih lancar dibandingkan dengan seseorang yang lebih sering santai. Lamanya DM juga mampengaruhi peningkatan sirkulasi darah kaki, dari data di atas, sebagian besar pasien menderita penyakit DM kira-kira selama 2 tahun, hal itu disebabkan karena semakin lamanya menderita DM maka keaadaan hiperglikemia akan berdampak pada pembuluh darah dan sebaliknya jika menderita DM dalam waktu yang belum lama, dan bisa mengendalikan glukosa darah maka sirkulasi darah kakipun dalam sirkulasi yang normal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa senam kaki adalah salah satu latihan fisik dalam penatalaksanaan DM yang bertujuan untuk memperlancar sirkulasi darah kaki. 3. Karakteristik nadi dorsalis pedis sebelum dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM lebih dari sebagian pasien DM sebelum diberi perlakuan senam kaki mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3) dan hampir sebagian mengalami nadi normal sebanyak 14 orang (46,7). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian besar masih mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3). Menurut Potter and Perry (2005), nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di berbagai tempat pada tubuh. Bradikhardi adalah frekuensi nadi yang lambat, dibawah 60 denyut per menit pada dewasa. Arteri dorsalis pedis yang terletak disepanjang bagian atas kaki, diantara tendon ekstensi dari jari kaki pertama dan besar, yang digunakan untuk mengkaji status sirkulasi darah ke kaki. Nadi merupakan indikator status sirkulasi darah. Sirkulasi merupakan alat melalui apa sel menerima nutrien dan membuang sampah yang dihasilkan dari metabolisme. Menurut Smeltzer, Suzanne C. (2002), tanda -tanda dan gejala penyakit vaskuler perifer mencakup berkurangnya denyut nadi perifer klaudikasio intermiten, hal ini disebabkan karena sirkulasi darah yang buruk atau tidak lancar, terkadang disertai dengan neuropati perifer atau rasa kebas atau kesemutan. Jadi apabila sirkulasi darah mengalami gangguan atau terjadi penyumbatan pada pembuluh darah seperti tekanan darah pada arteri dorsalis pedis menurun maka juga akan mempengaruhi frekuensi denyut nadi yang menurun atau bradikhardi. Hal ini disebabkan karena nadi merupakan indikator dari status sirkulasi darah dalam pembuluh darah. 4. Karakteristik nadi dorsalis pedis sesudah dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM lebih dari sebagian pasien DM mengalami nadi normal sebanyak 19 orang (63,3) dan hampir sebagian mengalami bradikhardi sebanyak 11 orang (36,7). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sesudah diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian besar pasien mengalami peningkatan menjadi nadi normal sebanyak 19 orang (63,3). Nadi dalam batas normal adalah frekuensi nadi kali per menit. Sel akan berfungsi secara normal, harus ada sirkulasi darah yang kontinu dengan volume sesuai yang didistribusikan darah ke sel-sel atau jaringan yang membutuhkan nutrient. Maka dapat dijelaskan dengan senam kaki yang melibatkan otot-otot terutama pada kaki yang bertujuan memperbaiki sirkulasi darah kaki, maka apabila sirkulasi darah kaki normal maka denyut nadi akan berdenyut normal juga karena nadi merupakan indikator dari status sirkulasi darah dalam pembuluh darah. Setelah responden melakukan atau mengaplikasikan sendiri senam kaki dalam sehari-hari maka sirkulasi darah akan normal dan rasa kesemutan semakin berkurang dan nadipun dalam frekuensi normal. Secara SURYA 20 Vol.03, No.X, Des 2011

8 subyektif responden menyatakan bahwa responden melakukan senam kaki pada saat istirahat secara teratur, dan secara obyektif pemeriksaan nadi responden dalam frekuensi normal. 5. Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (nilai ABPI) pada pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM yang sebelum diberi perlakuan senam kaki yang mengalami penyakit arteri sedang sebanyak 7 orang (23,3) dan setelah diberi perlakuan senam kaki menjadi 5 orang (16,7), pasien DM yang mengalami penyakit arteri ringan sebelum diberi perlakuan senam kaki sebanyak 18 orang (60) dan setelah diberi perlakuan senam kaki mengalami perubahan menjadi 10 orang (33,3), dan pasie n DM yang mengalami sirkulasi arteri normal sebelum diberi perlakuan senam kaki sebanyak 5 orang (16,7) dan sesudah diberi perlakuan senam kaki mengalami peningkatan sebanyak 15 orang (50). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sesudah diberi perlakuan senam kaki dapat disimpulkan bahwa dari data di menunjukkan lebih dari sebagian besar pasien DM mengalami peningkatan sirkulasi arteri normal sebanyak 15 orang (50). Dari hasil penelitian diatas dapat menunjukkan hampir seluruh responden nilai ABPI dalam batas normal atau sirkulasi arteri normal ini disebabkan karena mekanisme sirkulasi arteri normal akibat dilakukan senam kaki karena rangsangan dari aktifitas gerakan otot-otot yang aktif pada saat melakukan gerakan senam kaki ataupun aktifitas dalam sehari-hari, sehingga rangsangan dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat melancarkan sirkulasi darah di dalam jaringan atau sel di tubuh terutama di bagian kaki. Dengan melakukan senam kaki pada pasien DM yang melibatkan kelompok otot-otot utamanya (otot kaki), sehingga otot kaki berkontraksi secara teratur maka akan terjadi peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Kemudian akan terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga akan terjadi peningkatan sirkulasi darah kaki dan penarikan glukosa ke dalam sel. Sehingga aliran darah normal pada kaki seperti aliran darah di jaringan lain pada tubuh (Soegondo Sidartawan, 2004). Dengan demikian, dapat peneliti simpulkan bahwa gangguan sirkulasi darah kaki dapat diatasi dengan tindakan seperti senam kaki. Karena Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Senam kaki sendiri merupakan penatalaksanaa DM dengan pendekatan non farmakologi dalam mengatasi gejala kesemutan yang disebabkan karena gangguan sirkulasi darah kaki dan dapat memperlancar sirkulasi darah kaki. Hal ini disebabkan karena efek dari senam kaki yang dapat meningkatkan sirkulasi darah kaki. Dengan efek senam kaki dan faktor lain yang mempengaruhi, maka nilai ABPI dapat menjadi normal. Hal ini dapat dipertegas dengan uji SPSS menggunakan uji Paired t Test dengan hasil nilai p sig = 000 dimana p 0,05 maka Hı diterima, artinya terdapat pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Mellitus. 6. Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (karakteristik nadi dorsalis pedis) pada pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan Tabel 6 di atas sebelum diberi perlakuan senam kaki yang mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3) dan sesudah diberi perlakuan senam kaki menurun menjadi 11 orang (36,7), pasien DM yang mengalami nadi normal sebanyak 14 orang (46,7) sebelum diberi perlakuan senam kaki dan mengalami peningkatan sesudah diberi perlakuan senam kaki sebanyak 19 orang (63,3). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sesudah diberi SURYA 21 Vol.03, No.X, Des 2011

9 perlakuan senam kaki dapat disimpulkan bahwa dari data di atas menunjukkan lebih dari sebagian besar pasien DM mengalami peningkatan sirkulasi arteri normal sebanyak 15 orang (50). Jantung manusia terletak di rongga dada tepatnya di atas diafragma. Jantung terdiri dari dari empat ruang yaitu 2 serambi dan dua bilik. Setiap kali jantung berdenyut terdapat gelombang darah baru yang mengisi arteri. Bila tidak ada distensibilitas sistem arteri, semua darah tersebut akan segera mengalir melalui pembuluh darah perifer hanya selama periode sistol, dan tidak akan ada darah yang mengalir selama diastole. Perbedaan kedua tekanan sistol dan diastole disebut tekanan nadi. Dua faktor utama yang mempengaruhi tekanan nadi yaitu Curah isi sekuncup dari jantung dan komplians (distensibilitas total) dari percabangan arteri, faktor ketiga tetapi kurang penting berperan adalah sifat ejeksi dari jantung selam periode sistol. Pada umumnya makin besar curah isi sekuncup, makin besar pula jumlah darah yang harus di tampung di percabangan arteri pada setiap denyut jantung, dan karena itu, makin besar peningkatan dan penurunan tekanan selama sistol dan diastole akan menyebabkan makin besarnya tekanan nadi. Sebaliknya, semakin kecil komplians sistem arteri, makin besar kenaikan tekanan yang akan terjadi akibat isi sekuncup darah yang dipompa ke dalam arteri. Maka sebenarnya tekanan nadi kira-kira ditentukan oleh perbandingan isi sekuncup dengan komplians dari percabangan arteri. Oleh karena itu, setiap keadaan sirkulasi yang mempengaruhi salah satu dari faktor ini akan mempengaruhi pula tekanan nadi. Jantung juga membutuhkan makanan agar kerjanya maksimal. Makanan itu diperoleh dari nadi tajuk (arteria koronaria). Darah yang dipompa keluar jantung memiliki kekuatan dan kecepatan mengalir tertentu. Kekuatan ini dilanjutkan oleh pembuluh nadi. Karena kekuatan otot pembuluh nadi bersifat elastis, maka nadi ikut berdenyut. Dari hasil penelitian diatas menunjukkan lebih dari sebagian besar responden karakteristik nadinya dalam frekuensi normal hal ini disebabkan karena senam kaki merupakan suatu latihan fisik dengan cara menggerakkan bagian kaki secara aktif sesuai dengan gerakan senam kaki yang akan mempengaruhi sistem sirkulasi darah kaki dan meningkatkan frekuensi nadi. Dengan senam kaki yang melibatkan otot-otot terutama pada kaki yang bertujuan memperbaiki sirkulasi darah kaki, maka apabila sirkulasi darah kaki normal maka denyut nadi akan berdenyut normal juga karena nadi merupakan indikator dari status sirkulasi darah dalam pembuluh darah. Frekuensi nadi ditentukan oleh peningkatan dan penurunan sistol dan diastole setiap denyut jantung. Sehingga apabila keadaan sistol dan diastol terjadi penurunan atau peningkatan, maka denyut nadi juga akan terjadi penurunan atau peningkatan juga. Dalam penelitian ini untuk menentukan peningkatan sirkulasi darah kaki selain dengan menilai ABPI juga ditentukan dari frekuensi nadi. Dapat disimpulkan bahwa sirkulasi darah kaki ditentukan oleh nilai ABPI dan frekuensi nadi. Hal ini dapat dipertegas dengan hasil uji SPSS menggunakan uji Paired t Test dengan hasil nilai p sig = 000 dimana p 0,05 maka Hı diterima, artinya terdapat pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Mellitus. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kesimpulan 1) Lebih dari sebagian nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) responden pada pasien Diabetes Mellitus sebelum dilakukan senam kaki mengalami penyakit arteri ringan 2) Sebagian nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) responden pada pasien Diabetees Mellitus setelah dilakukan senam kaki mengalami sirkulasi arteri normal 3) Lebih dari sebagian karakteristik responden pada pasien Diabetes Mellitus sebelum dilakukan senam kaki mengalami karakteristik bradikhardi SURYA 22 Vol.03, No.X, Des 2011

10 4) Lebih dari sebagian karakteristik nadi responden pada pasien Diabetees Mellitus setelah dilakukan senam kaki mengalami karakteristik nadi normal 5) Ada pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetees Mellitus di Puskesmas Mantup Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan 2. Saran Diharapkan masyarakat khususnya pasien Diabetes Mellitus lebih aktif dalam menerapkan senam kaki setelah mendapatkan pengetahuan tentang senam kaki Diabetes Mellitus. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menerapkan senam kaki terhadap pasien Diabetes Mellitus. Diharapkan sebagai salah satu masukan untuk pengembangan rencana asuhan keperawatan khususnya pada pasien Diabetes Mellitus untuk selalu menjaga kesehatan kakinya guna mencegah terjadinya luka gangren pada pasien Diabetes Mellitus. Perlunya peneliti lebih lanjut dengan menggunakan jumlah responden yang lebih besar dan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur sirkulasi darah....daftar PUSTAKA... Akhtyo. (2009). Senam Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus. diakses tanggal 01 Desember 2010 pukul 12:00. Arief, Mansjoer (1999). Diabetes Mellitus? Apa shi? http: //drarief.com/ diakses tanggal 03 Desember Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineke Cipta. Aru W. Sudoyo. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Budiarto, Eko. (2001). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Febrianto. (2008). Melihat Aktivitas Pengidap Diabetes Mellitus di Lamongan. tanggal 28 Desember Guyton, Arthur C. (1992). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III. Jakarta : EGC. Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran; Edisi 9. Jakarta: EGC. Hayens, B. dkk. (2003). Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Karim. (2002). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Diakses tanggal 01 Desember 2010 pukul Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapa n Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). (2002). Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : CV.Aksara Buana. SURYA 23 Vol.03, No.X, Des 2011

11 Potter and Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Prabowo. (2007). Mengenal dan Merawat Kaki Diabetik. diakses tanggal 02 Desember 2010 pukul Probosuseno. (2007). Agar Olahraga Bermanfaat Untuk Kesehatan. diakses tanggal 02 Desember 2010 pukul S, Sumosardjuno. (1986). Manfaat dan Macam Olahraga bagi Penderita Diabetes Melitus. Bandung. Sidartawan, Soegondo. (2004). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia. Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta : EGC. Soekidjo, Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soewondo, Pradana. (2007). Hi dup Sehat dengan Diabetes. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Syaifuddin. (2002). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan edisi 3. EGC: Jakarta. Vowden,P. (2001). Doppler Assessement and ABPI: Interpretation in the management of leg ulceration. diakses tanggal 03 Desember 2010 pukul Wajan Juni Udjianti. (2007). Ankle brachial pressure index (ABPI) dan compression bandage.surabaya. APBI.com diakses tanggal 04 Desember 2010 pukul Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes Desember 2010 pukul Word Health Organization. (2000). Pencegahan Diabetes Mellitus. Jakarta: Hipokrates. SURYA 24 Vol.03, No.X, Des 2011

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya karbohidrat (Price, 2006). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini gaya hidup modern dengan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga meyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Chang, Daly,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Suyono, 2014 Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya dimasa datang. World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemia jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) yang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan gangguan sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini telah terjadi transisi epidemiologi yaitu berubahnya pola penyebaran penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Saat ini Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan penanganan yang tepat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang merupakan masalah kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) memperkirakan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat substansial, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di suatu daerah dan juga keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut laporan WHO, Indonesia menempati urutan ke empat terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat DM dengan prevalensi 8,6% dari total

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang merupakan masalah kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) memperkirakan di Asia Tenggara ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) semakin bertambah. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) semakin bertambah. Pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) semakin bertambah. Pada tahun 2012, lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia mengalami DM, akibat penyakit metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit degeneratif seperti jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO (2012) penderita DM dunia di tahun 2000 berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes mellitus (DM) adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel terhadap insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan biaya yang cukup terjangkau. Senam Aerobik itu sendiri menghabiskan waktu kurang lebih satu jam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan di bidang sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup khususnya di daerah perkotaan di Indonesia, jumlah penyakit degeneratif khususnya

Lebih terperinci

STIKES NGUDI WALUYO SKRIPSI

STIKES NGUDI WALUYO SKRIPSI STIKES NGUDI WALUYO SKRIPSI UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Oleh NURUL AGUSTIANINGSIH 01.01.09a.102 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2013 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DAN KADAR GULA DARAH DENGAN TERJADINYA ULKUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Saifudin Zukhri* ABSTRAK Latar Belakang : Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN Intan Pratika M *) Abstrak Desain penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi politik dan ekonomi mengakibatkan perubahan pada tingkat kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak akibat penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin (Dorland, 2010). DM suatu

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS GATOEL MOJOKERTO

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS GATOEL MOJOKERTO PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS GATOEL MOJOKERTO Anton Basuki 1, Sri Sudarsih, S.Kp., M.Kes. 2 ) Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN STUDI KASUS PADA Tn. M UMUR 79 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, maka semakin banyak pula penyakit infeksi dan menular yang mampu diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat

Lebih terperinci

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DEMANGAN KOTA MADIUN Hariyadi,S.Kp.,M.Pd (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia semakin meningkat. Hal ini berdampak terhadap adanya pergeseran pola penyakit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin, hormon pengatur kadar gula darah atau tubuh tidak bisa menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SENAM JANTUNG TERHADAP PERUBAHAN STATUS TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI PADA PENGHUNI RUMAH TAHANAN KLAS IIB PRAYA LOMBOK TENGAH ABSTRAK

EFEKTIFITAS SENAM JANTUNG TERHADAP PERUBAHAN STATUS TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI PADA PENGHUNI RUMAH TAHANAN KLAS IIB PRAYA LOMBOK TENGAH ABSTRAK ISSN : 2477 0604 Vol. 2 No. 2 Oktober-Desember 2016 11-19 EFEKTIFITAS SENAM JANTUNG TERHADAP PERUBAHAN STATUS TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI PADA PENGHUNI RUMAH TAHANAN KLAS IIB PRAYA LOMBOK TENGAH 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh kurangnya atau tidak tersedianya insulin dalam tubuh. Karakteristik dari gejala klinis intoleransi glukosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan dengan Penyakit Gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit degeneratif yang jumlah penderitanya terus meningkat dari tahun ke tahun (Subekti, 2006). Menurut WHO (2005), DM menduduki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi di negara sedang berkembang. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat adalah komponen yang sangat penting dalam kehidupan kita. Kondisi masyarakat yang sehat menjadikan masyarakat tersebut produktif. Kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri-ciri adanya hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus adalah sebuah penyakit yang timbul jika terjadi kelainan pada fungsi - fungsi tubuh tertentu yang memanfaatkan karbohidrat, lemak dan protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup dan merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian terhadap Penyakit Tidak Menular semakin hari semakin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat jumlahnya dimasa yang akan datang, salah satu diantaranya adalah penyakit Diabetes Mellitus. Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat

Lebih terperinci