ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PENDERITA ASMA BRONKIAL DI RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR MOJOSARI
|
|
- Yuliana Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PENDERITA ASMA BRONKIAL DI RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR MOJOSARI Rofitatul Hasanah SUBJECT: Asma Bronkial, Oksigenasi, Asuhan Keperawatan DESCRIPTION: Asma bronkial merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan, ditandai dengan beberapa gejala seperti sesak nafas yang di ikuti dengan suara wheezing di sertai batuk. Studi kasus ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada penderita asma bronkial dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Desain yang digunakan adalah studi kasus dengan partisipan yang digunakan adalah 2 penderita yang terdiagnosa asma bronkial dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Studi kasus dilakukan di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari pada tanggal juni Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil pengkajian pada partisipan 1 dan 2 mengalami keluhan sesak disertai batuk basah berdahak, terdapat bunyi wheezing namun berbeda pada area wheezingnya. Diagnosa yang muncul adalah ketidakefektifan pola nafas. Intervensi pada partisipan 1 dengan pemberian O2, nebulizer, nafas dalam, dan batuk efektif. Sedangkan pada partisipan 2 pemberian nebulizer, nafas dalam, dan batuk efektif. Implementasi yang diberikan pada partisipan 1 hari pertama sampai hari ketiga dilakukan di rumah sakit dan pada partisipan 2 hari pertama dilakukan nebulizer di rumah sakit selanjutnya tindakan dilanjutkan di rumah. Hasil dari evaluasi partisipan 1 dan 2 sama-sama sesak berkurang. Sesak yang di rasakan partisipan 1 disebabkan faktor alergi yang menyebabkan otototot polos pada saluran nafas mengecil yang disebabkan oleh bronkospasme dan akan mengakibatkan klien sesak. Sedangkan partisipan 2 lebih di sebabkan karena kecemasan, cemas sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma. Simpulan bahwa nebulizer, nafas dalam, dan batuk efektif dapat mengurangi sesak nafas, batuk berkurang, respirasi dalam batas normal. ABSTRACT: Bronchial asthma is a respiratory disease caused by the increase response of trachea and bronchi to various kinds of stimuli, characterized by symtoms such as shortness of breath followed by a wheezing sound accompanied by coughing. This case study aim to implement nursing care in patients with bronchial asthma with impaired oxigenation fulfillment. The research used was a case study. Number of participants were 2 patients diagnosed with impaired oxygenation fulfillment. The case study conducted in RSUD prof. Dr. soekandar Mojosari on June 16-25, The data was collected through interviews, 1
2 observation, and documentation. Data analysis was done by data collection, data reduction, data presentation and conclusion. The assesment results to participants 1 and 2, they were experiencing shortness of breath with wet cough, wheezing sound but different in wheezing area. Diagnose that arose was ineffective breathing pattern. Intervention in participant 1 by administering oxygen, nebulizer, a deep breath, and effective cough. While the participant 2 got nebulizer, a deep breath, and effective cough. Implementation to participant 1 at the first day until the third day in hospitals and on participant 2 at first day performed nebulizer at hospital further action continued at home. The results of the evaluatoin, of both participant 1 and 2, the shortness of breath reduced. Shortness of breath that felt by participant 1 caused by allergic factor that cause the smooth muscles on airways narrowed that caused by bronchospasme and will cause shortness of breath. While participants 2 was caused by anxiety, anxiety is often seen as one trigger for asthma attacks. The conclusion is that the nebulizer, a deep breath, and effective cough can reduce shortness of breath, decrease of cough, respiration, rate within normal limits. Keywords: Bronchial Asthma, Oxygenation, Nursing Contributor : 1. Dwiharini Puspitaningsih, M.Kep 2. Umul Fatkhiyah, S.Kep.,Ns Date : 01 Agustus 2016 Type Material : Laporan Penelitian Identifier : - Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Asma bronkial merupakan satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea, sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible (Naga, 2012 dalam (Rosalina, 2015). Asma adalah penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak nafas dan wheezing, dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang berbeda. Kondisi ini akibat kelainan inflamasi dari jalan nafas di paru dan mempengaruhi sensitivitas saraf pada jalan nafas sehingga mudah teriritasi. Pada saat serangan, alur jalan nafas membengkak karena penyempitan jalan nafas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru (WHO, 2013 dalam Rosalina, 2015). Penyakit asma adalah efek peradangan paru yang menyempitnya jalan napas, hingga jumlah udara yang dikeluarkan dari paru-paru terhambat, dan demikian pula udara yang dihembuskan dari paru-paru. (Setiono, 2005 dalam Aspar, 2014). Reaksi tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 adalah dengan menambah frekuensi pernafasan sehingga menimbulkan gejala sesak nafas (Haryanto, 2014). World Health Organization (WHO) 2013 menyebutkan bahwa telah tercatat sebanyak 300 juta orang dari segala usia dan latar belakang etnis di seluruh dunia menderita asma bronkial. Jumlah penderita asma bronkial di khawatirkan akan terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025 dan di perkirakan sebanyak orang meninggal setiap tahun disebabkan oleh asma bronkial. Seiring berkembangnya usia, asma yang diderita oleh pria, saluran pernafasannya juga akan menghilang karena semakin dewasa seorang pria, saluran pernafasannya juga akan semakin melebar. Sedangkan wanita ketika memasuki usia 17 tahun pertumbuhan volume saluran pernafasannya hanya berkembang lebih sedikit. Dengan demikian pada saat dewasa, jumlah penderita asma pada wanita lebih banyak dari pada pria,prevalensi asma di Indonesia prevalensi asma sebesar 2
3 4,5% sedangkan untuk prevalensi asma di jawa timur sebesar 5,1% asma termasuk dalam penyakit tidak menular yang paling banyak di Indonesia (RISKESDAS, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Prof. Dr.Soekandar Mojosari, pada tahun 2015 jumlah klien asma bronkial yang di rawat inap berjumlah 703 orang. Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas sehingga menimbulkan gejala periodik berupa wheezing, sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi yang menyebabkan obsrtuksi jalan nafas dengan derajat bervariasi dan bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Inflamasi menyebabkan peningkatan respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (Hasma, 2012). Penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik namun sangat sulit saat ekspirasi (Guyton and Hall, (2006) dalam (Widodo, 2012). Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Fatmawati, 2009 dalam (Widodo, 2012). Metode yang paling sederhana dan efektif dalam biaya untuk mengurangi risiko stasis sekresi pulmonar dan mengurangi risiko penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi klien dengan penyakit kardiopulmonari adalah posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 45, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma (Potter, 2005 dalam (Safitri, 2011). Dijelaskan oleh Wilkison (Supadi, 2008 dalam (Damayanti, 2015) bahwa posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikkan 45 membuat oksigen didalam paru-paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran nafas. Penurunan sesak nafas tersebut didukung juga dengan sikap pasien yang kooperatif, patuh saat diberikan posisi semi fowler sehingga klien dapat bernafas. Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada penderita Asma Bronkial dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di RSUD Prof. Dr.Soekandar Mojosari. METODOLOGI Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Responden penelitian adalah 2 penderita asma bronkial di ruang dhoho RSUD Prof. Dr.Soekandar Mojosari. Penelitian dilakukan di ruang dhoho RSUD Prof. Dr.Soekandar Mojosari pada tanggal Juni Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengkajian pada Klien 1 (Sdr.A/23 tahun) data yang muncul yaitu, mengatakan sesak di sertai batuk basah berdahak, terdapat bunyi wheezing di ICS 2 mid klavikula sinistra, peningkatan frekuensi pernafasan. Hail pengkajian selanjutnya yang di dapatkan pada Sdr.A yaitu keadaan umum Klien tampak sesak, terlihat gelisah, klien berbicara dengan pelan-pelan (berhenti sebentar-sebentar), klien tidak bisa untuk mengambil nafas panjang, frekuensi pernafasan cepat, klien terlihat lelah, posisi klien dengan posisi setengah duduk (semi fowler), ketika batuk klien langsung duduk, tidur menggunakan satu bantal. Pemeriksaan tanda-tanda vital di peroleh tekanan darah 130/80 mmhg, nadi 88 x/mnt, respirasi 28 x/mnt, suhu 37 C. 3
4 Hal tersebut sesuai dengan teori yang menunjukkan bahwa salah satu gejala Asma Bronkial adalah terdapat wheezing, peningkatan frekuensi pernafasan, dispnea (Muttaqin, 2008 dalam Widatininda, 2012). Di dapatkan data-data pada klien 1 yaitu klien mengeluh sesak dan peningkatan frekuensi pernafasan dimana data tersebut adalah data utama pada klien Asma Bronkial, ada kesesuaian antara data yang muncul pada saat pengkajian dengan teori bahwa tanda gejala asma yaitu sesak, terdapat suara tambahan wheezing, batuk, peningkatan frekuensi pernafasan. Pada klien 2 (Ny.S/47 tahun) tanda gejala asma bronkial yaitu klien merasa sesak, terdapat wheezing di ICS 4 mid klavikula deksta, menggunakan otot bantu pernafasan yang terlihat otot sternoklaidomastoid, peningkatasn frekuensi pernafasan, dan cemas. Dengan keadaan umum Posisi klien duduk, ketika berbicara ngos-ngosan sambil memegangi dadanya, batuk basah di sertai dahak, nafas tersenggal-senggal, klien terlihat kurang tenang dengan respirasi 30 x/mnt. menurut muttaqin, 2008 dalam Widatininda, 2012 klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian di ikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernafasan, dan perubahan tekanan darah. Faktor alergi pada klien 1 akan menimbulkan hiperraktivitas bronkus dalam saluran pernafasan dimana hal tersebut akan menyebabkan otot-otot polos pada saluran nafas mengecil yang disebabkan oleh bronkospasme dan akan mengakibatkan klien sesak. Sedangkan pada klien 2 kecemasan dan gangguan emosional sering di pandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma gangguan itu berasal dari rumah tangga klien. Berdasarkan hasil pengkajian dari kedua partisipan data yang muncul sama namun etiologi berbeda. Diagnosa yang muncul pada klien 1 (Sdr.A/23 tahun) yaitu, Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan suplai O2 berkurang sesuai teori yang menyebutkan bahwa klien akan mengalami sesak. (Menurut Mangunnegoro, 2005) timbulnya edema mukosa, peningkatan produksi mucus dan kontraksi otot polos bronkiolus akan menyebabkan proliferasi sehingga terjadi sumbatan dan konsulidasi pada jalan nafas mengakibatkan proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi sehinnga menyebabkan O2 yang masuk berkurang. Pada dasarnya sesak yang di rasakan klien 1 disebabkan oleh debu yang berlebihan atau aktivitas yang berat yang menyebabkan menyempitnya jalan nafas sehingga muncul diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan suplai O2 berkurang. Pada klien 2 (Ny.S/47 tahun) dengan Asma Bronkial muncul masalah keperawatan yaitu, Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan ansietas. Diagnosa ini muncul pada klien 2 di tandai dengan klien menggunakan otot bantu pernafasan, peningkatan frekuensi pernafasan, cemas. Menurut (Muttaqin, 2008 dalam Widatininda, 2012) kecemasan dan koping yang tidak efektif sering di dapatkan pada klien dengan asma bronkial. Gangguan emosional sering di pandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar, sampai lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidup yang berat lebih berpotensial mengalami serangan asma. Berbeda dengan klien 1, klien 2 lebih menunjukkan pada psikologi klien dimana tanda gejalanya klien merasa sedih dan juga cemas ketika bercerita tentang kehidupan rumah tangganya. Diagnosa keperawatan dalam kasus ini, selain mengacu pada teori juga di sesuaikan dengan masalah yang ada berdasarkan data yang di peroleh dari hasil pengkajian pada 4
5 kedua partisipan. Adanya kesenjangan antara diagnosa keperawatan yang terdapat dalam teori dengan yang muncul pada kasus ini sama hanya saja etiologi berbeda. Klien 1 karena faktor alergi yang menyebabkan otot-otot polos pada saluran nafas mengecil yang disebabkan oleh bronkospasme dan akan mengakibatkan klien sesak. Sedangkan klien 2 lebih di sebabkan karena kecemasan, cemas sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma. Jadi sifat dari masing-masing individu yang unik dan beragamnya respon tubuh terhadap masalah yang ada.jadi masalah yang muncul pada kedua partisipan berbeda. Pada klien 1 (Sdr.A/23 tahun) intervensi yang di lakukan, memberikan posisi semi fowler, menganjurkan latihan nafas dalam dan batuk efektif, sedangkan kolaborasi memberikan nebul ventilon, pemberian O2 nasal 2 lpm jika sesak, injeksi: methyl prednisone, ranitidine, cefotaxim. Dalam teori intervensi yang di lakukan dengan, memonitor frekuensi,irama dan kedalaman pernafasan, tinggikan kepala, observasi pola batuk dan berikan klien latihan nafas dalam. Kolaborasi, berikan O2 dan bantu fisioterapi dada. (Yusuf, 2010) Dalam perumusan rencana keperawatan ini lebih mendahului prioritas masalah yaitu jalan nafas efektif dan pada klien 1 intervensi yang paling prioritas ini dengan memberikan O2 2 lpm dengan begitu jalan nafas akan kembali normal dan dengan kriteria hasil pola nafas menjadi efektif Klien 2 (Ny.S/47 tahun) intervensi mandiri, menganjurkan posisi semi fowler, latihan nafas dalam dan batuk efektif, kolaborasi: memberikan nebul ventilon, turbuhaler, ranitidine, methyl prednison. Secara teori intervensi yang di lakukan sama dengan intervensi pada klien 1, hanya saja klien 2 menggunakan nebul dan turbuhaler saja karena etiologi antara klien 1 dan klien 2 berbeda, klien 2 hanya memerlukan nebul sesaat setelah itu sesak berkurang di sebabkan faktor psikologi selanjutnya intervensi di lanjutkan di rumah. Semua rencana yang di buat sesuai dengan teori dan keadaan klien, rencana keperawatan ini terlebih dahulu adalah menetapkan prioritas masalah yaitu jalan nafas yang tidak efektif. Pada klien 1 memberikan O2 tambahan untuk memaksimalkan kerja nafas dan menurunkan kerja nafas sesuai dengan etiologi beratnya aktivitas dan masuknya debu yang berlebihan, Klien 2 hanya di beri nebul dan inhaler saja hal itu di sebabkan karena faktor psikologi klien. saat kambuh klien bisa menghirupnya di rumah untuk memperingan sesak yang selama ini di deritanya. Klien 1 (Sdr.A/23 tahun) memberikan posisi semi fowler, menganjurkan latihan nafas dalam dan batuk efektif, memberikan O2 tambahan, nebul. Klien 2 (Ny.S/47 tahun) memberikan posisi semi fowler, latihan nafas dalam dan batuk efektif, nebul dan inhaler. dalam teori Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronkial, perawat dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan, pemberi support, pendidik, advokasi, konselor, dan pencatat atau penghimpun data (Yusuf, 2010). Implementasi yang diberikan pada klien 1 dan 2 berbeda, klien 1 mengobservasi TTV, memberikan posisi semi fowler, menganjarkan batuk efektif, memberikan edukasi untuk menghindari faktor pencetus, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi. Klien 2 pada hari pertama diberikan nebul selanjutnya pelaksanaan di lakukan di rumah. Jadi ada perbedaan pelaksanaan dari kedua partisipan, klien 1 hari pertama sampai hari ketiga dilakukan di rumah sakit sedangkan pada klien 2 hari pertama dilakukan di rumah sakit selanjutnya dilakukan di rumah hal ini karena berbedanya etiologi yang muncul pada kedua partisipan. 5
6 Klien 1 (Sdr.A/23 tahun) mengatakan sesak berkurang dengan data objektif, tidak ada suara tambahan wheezing, batuk berkurang, klien tampak tenang, RR: 21 x/mnt dan Klien 2 (Ny.S/47 tahun) juga mengatakan sesak berkurang data objektif, batuk berkurang, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, tidak ada suara tambahan wheezing, RR: 24 x/mnt. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan melalui standar yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini penilaian yang diharapkan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan Asma Bronkial adalah :Jalan nafas bersih atau efektif (Yusuf, 2010). Hasil dari evaluasi klien 1 dan 2 sama-sama sesak berkurang dimana tujuan dari rencana keperawatan pada masalah ketidakefektifan pola nafas yaitu pola nafas efektif dengan kriteria hasil sesak berkurang. Evaluasi ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dari tindakan yang sudah dilakukan dengan menggunakan evaluasi proses (mengacu pada tindakan keperawatan) dan evaluasi hasil (mengacu pada kesimpulan dari tindakan). Hal ini tampak dari keberhasilan pencapaian tujuan, yaitu dapat teratasinya masalah keperawatan yang timbul dengan kriteria hasil sesak berkurang. Simpulan Dari data hasil pengkajian tanda dan gejala asma bronkial yang dialami kedua partisipan sama. Partisipan 1 mengalami sesak, RR: 28 x/mnt, ada suara tambahan wheezing di ICS 2 mid klavikula sinistra, nafas pendek, batuk basah berdahak, dan partisipan 2 mengalami sesak nafas, ada suara tambahan wheezing di ICS 4 mid klavikula dekstra, batuk basah berdahak, RR: 30 x/mnt. Partisipan 1 dan 2 memiliki masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas. Partisipan 1 berhubungan dengan suplai O2 berkurang dengan faktor penyebab alergi. Partisipan 2 ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ansietas dimana kecemasan pada klien menjadi etiologi yang menimbulkan klien sesak. Intervensi pada klien 1 dan 2 sama hanya saja edukasi yang diberikan berbeda. Tindakan hari pertama sampai hari ketiga pada klien 1 dilakukan di rumah sakit. Sedangkan klien 2 hari pertama dilakukan di rumah sakit selanjutnya tindakan dilakukan di rumah. Hasil perawatan antara partisipan 1 dan partisipan 2 sama sesak berkurang. Akan tetapi masalah pada klien 1 teratasi dan pada klien 2 masalah teratasi sebagian kemungkinan faktor stress atau cemas dan juga intervensi yang dilakukan di rumah. Rekomendasi Harus selalu meningkatkan mutu pelayanan pada semua klien dan juga dalam melakukan tindakan keperawatan terutama pada asma bronkial dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi lebih di tingkatkan dengan mengupayakan intervensi yang lebih intensif dan meningkatkan program-program standar praktek keperawatan yang sudah berjalan. Institusi kesehatan harus lebih mengoptimalkan program standar praktek keperawatan dan meningkatkan mutu dari keperawatan dimana tenaga keperawatan tidak hanya memberikan pelayanan pada klien sakit tetapi juga sebagai tenaga pendidik supaya klien dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan baik. Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk studi kasus lebih lanjut tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada penderita asma bronkial. 6
7 DAFTAR PUSTAKA Aspar,H.,2014.Karya tulis ilmiyah asma.28 maret,pp Damayanti,E.,2015.Keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak nafas pada pasien asma.s.i.,sn. Haryanto,A.,2014.Study perbandingan pengaruh posisi fowler dan semi fowler terhadap penurunan sesak nafas pada pasien asma bronkial.makasar,sn. Hasma.2012.Faktor pencetus serangan asma bronkial.volume I,p.3. Muttaqin,Arif.,2008.Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan.jakarta:salemba Medika. Rosalina,F.A.,2015.Faktor predisposisi dan pencetus serangan asma bronkial.jember,.sn. Widatininda.2012.Asuhan keperawatan.4 januari. Widodo,W.W.,2012.Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.karanganyar,sn. Yusuf,D.,2010.Kumpulan asuhan keperawatan.23 desember. Alamat Correspondensi : - rofitatul_h@yahoo.co.id - No. HP : Alamat : Panji, Situbondo 7
BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk
BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma di ruang IGD Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma telah di kenal sejak ribuan tahun lalu, para ahli mendefinisikan bahwa asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang memberikan gejalagejala batuk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok
Lebih terperinciGASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 ( )
GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 (783-792) KEEFEKTIFAN PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP PENURUNAN SESAK NAFAS PADA PASIEN ASMA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Refi Safitri,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,
1 BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, PPOK, ISPA, dan lain-lain. WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :
STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik dengan karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan, tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum peduli dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba memerlukan tatalaksana segera dan kemungkinan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KELUARGAYANG MENGALAMI ASMA DENGAN GANGGUAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DI DESA GAYAMAN. Ainul Yakin
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGAYANG MENGALAMI ASMA DENGAN GANGGUAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DI DESA GAYAMAN Ainul Yakin 1312010035 SUBJECT : Asma, efektif, pola,nafas, keluarga DESCRIPTION Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Penyakit asma menjadi masalah yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun penyakit asma mempunyai tingkat fitalitas yang rendah namun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Asma merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat, asma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma
bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan penyakit saluran pernafasan kronik yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan peningkatan hiperresponsif yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan adanya trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang akan dicapai dari 2016 pencapaian pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian dari penerapan pembangunan global. Salah satu aspek yang akan dicapai dari 2016 pencapaian pembangunan millennium SDGs adalah kesehatan. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru
Lebih terperinciC. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang
27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini sangat memberi berbagai dampak, baik itu dampak positif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru adalah salah satu organ pernapasan yang berfungsi sebagai tempat bertukarnya oksigen dari udara yang menggantikan karbondioksida di dalam darah. Organ ini
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ASMA BRONCHIAL DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU YOGYAKARTA
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ASMA BRONCHIAL DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU YOGYAKARTA Diajukan guna melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa derajat penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru merupakan salah satu organ vital yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen (O 2 ) yang digunakan sebagai bahan dasar metabolisme dalam tubuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI. Disusun Oleh :
PENGARUH PEMBERIAN DIAPHRAGMATIC BREATHING EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA KASUS ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary Diseases- COPD) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
Lebih terperinciNoor Khalilati 1. Key Words: Using Inhalers Correctly, Asthma Attack Frequency
THE RELATIONSHIP BETWEEN USING INHALERS CORRECTLY WITH DECREASE ASTHMA ATTACK FREQUENCY OF ASTHMA PATIENTS IN RESPIRATORY WARD BLUD RS DR. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA Noor Khalilati 1 ABSTRACT Background:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asma bronkial merupakan penyakit kronik tidak menular yang paling sering dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri berkorelasi
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL
PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN Oleh: DARU KUMORO CIPTO JATI
Lebih terperinci5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan
5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,
Lebih terperinciANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN
ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK Juniartha Semara Putra ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP
Lebih terperinciPENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG
PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG Vironica Dwi Permatasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) mempengaruhi 15 juta orang Amerika dan mengakibatkan kematian 160.000 jiwa pertahun, peringkat ke-empat sebagai penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang semakin pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru-paru merupakan salah satu organ vital pada manusia yang berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan, sehingga diperlukan suatu kajian yang lebih menyeluruh mengenai determinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.
Lebih terperinciDI SOGATEN RT 3 RW 15 PAJANG LAWEYAN DI WILAYAH PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M DENGAN MASALAH UTAMA ASMA BRONKHIAL PADA Ny. H DI SOGATEN RT 3 RW 15 PAJANG LAWEYAN DI WILAYAH PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman. Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan ukuran 1-5 mikrometer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan ukuran 1-5 mikrometer (Versitaria dan Kusnoputranto, 2011).
Lebih terperinciD. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui. Malacia
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Serangan asma masih merupakan penyebab utama yang sering timbul dikalangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. Penyakit Paru Obstruksi
Lebih terperinciSistem Pernafasan Manusia
Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam
Lebih terperinciDI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn. S DENGAN MASALAH ASMAPADA Ny. L DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seluruh individu di dunia tentunya ingin memiliki kesehatan salah satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga kesehatannya.
Lebih terperinciPERSEPSI SISWA SMA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI SMAN 2 KOTA MOJOKERTO MEGA AGUSTIA WARDANI NIM
PERSEPSI SISWA SMA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI SMAN 2 KOTA MOJOKERTO MEGA AGUSTIA WARDANI NIM. 1212020016 Subject: Persepsi, Siswa, Penyakit Asma Description : Asma merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat penting, kesehatan akan terganggu jika timbul penyakit yang dapat menyerang siapa saja baik laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD)merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TINDAKAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN TB PARU DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU PALEMBANG TAHUN 2010
PENATALAKSANAAN TINDAKAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN TB PARU DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU PALEMBANG TAHUN 2010 Suratun 1, Erni Rahayu 2 Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN RENANG DAN PURSED LIP BREATHING UNTUK MENGURANGI SESAK NAFAS PADA KONDISI ASMA BRONKIAL
PENGARUH PEMBERIAN RENANG DAN PURSED LIP BREATHING UNTUK MENGURANGI SESAK NAFAS PADA KONDISI ASMA BRONKIAL Yose Rizal Program Studi D-III Fisioterapi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT
PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau Cronik Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
Lebih terperinciSTUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DI SUSUN OLEH : ROSI ADITYANA NIM. P.09043 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Lebih terperinciSISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Pernapasan manusia meliputi proses inspirasi dan ekspirasi Inspirasi : pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernapasan Ekspirasi :pengeluaran udara pernapasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah masalah kesehatan secara global yang sejak tahun 2001 merupakan masalah utama dalam kesehatan masyarakat. PPOK diperkirakan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN DETEKSI SUARA PARU-PARU DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGASI UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT ASMA
RANCANG BANGUN DETEKSI SUARA PARU-PARU DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGASI UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT ASMA Artiarini Kusuma N., Kemalasari,. Ardik Wijayanto Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2011 Christone Yehezkiel P, 2013 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. Pembimbing II :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Menua adalah
Lebih terperincikekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis atopik atau gatal-gatal masih menjadi masalah kesehatan terutama pada anak-anak karena sifatnya yang kronik residif sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONCHIALE DI BANGSAL BOUGENVILLE III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONCHIALE DI BANGSAL BOUGENVILLE III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciOleh : Destarita Rahmawati R
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. R UMUR 2 TAHUN DENGAN PNEUMONIA DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Ujian Akhir Program Kompetensi Bidan Di Program
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperinci