Model Pembelajaan Advance Organizer dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model Pembelajaan Advance Organizer dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis"

Transkripsi

1 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Model Pembelajaan Advance Organizer dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Yulia Rahmawati Z 1, Haninda Rachmawati 2 1 Program Studi Pendidikan Matematika SPs UPI Bandung 2 Program Studi Pendidikan Matematika SPs UPI Bandung yulia_rahmawatiz@ymail.com PM -156 Abstrak-Salah satu tujuan umum pendidikan matematika yang termuat pada KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa siswa memiliki kemampuan yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Mencermati tujuan tersebut maka kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk memahami pelajaran matematika lebih lanjut.salah satu upaya pembelajaran yang dirancang agar dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa adalah melalui model pembejaran advance organizer dengan pendekatan saintifik. Penyusunan makalah ini dilakukan berdasarkan hasil review dari kajian literatur dan penelitian yang relevan. Makalah ini membahas tentang pengertian, teknik/proses, manfaat, dan efektifitas dari model pembelajaran advance organizer dengan pendekatan saintifik dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Kata kunci: koneksi matematis, advance organizer, saintifik I. PENDAHULUAN Dalam pembelajaran matematika diperlukan berbagai strategi agar ilmu yang disampaikan dapat dipahami siswa sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Salah satu tujuan umum pembelajaran matematika di sekolah yaitu untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Tim MKPBM dalam [1]). Dari tujuan tersebut, terlihat bahwa dengan mempelajari matematika siswa dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari cabang ilmu pengetahuan lain. Hal ini menunjukkan keterkaitan matematika dengan aspek kehidupan lain. Tetapi berdasarkan hasil penelitian The National Assesment of Educational Progress (NAEP) bahwa siswa memperoleh prestasi baik hanya pada konteks yang dikenal siswa, tetapi tidak untuk konteks yang tidak dikenal mereka meskipun untuk permasalahan matematika yang masih sama (Kouba et al dalam [2]). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah. Pentingnya pembelajaran matematika dijelaskan dalam National Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) [3] bahwa 1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); 2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); 3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); 4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection); dan 5) belajar untuk mempresentasikan ide-ide (mathematical representation). Pembelajaran matematika perlu mendorong atau memunculkan aktivitas-aktivitas yang akan mengarah pada pencapaian tujuan umum pendidikan matematika. Tujuan umum pendidikan matematika yang termuat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa siswa memiliki kemampuan yaitu (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah [4]. 1107

2 ISBN Kemampuan koneksi matematis menurut [5] bahwa dalam matematika adalah kemampuan untuk mengaitkan konsep atau aturan matematika yang satu dengan yang lainnya, dengan bidang studi lainnya, atau dengan aplikasi pada kehidupan nyata. Selain itu, [6] menyatakan bahwa dengan koneksi matematis tujuan yang diharapkan sebagai berikut: (1) memperluas wawasan siswa, maksudnya dengan diberikan koneksi atematis di sekolah, siswa memperoleh informasi yang cakupannya dari berbagai ilmu dan dapat mengakomodir serta mentransfer informasi-informasi yang telah diketahui baik itu dari mendengar, membaca, maupun melihat untuk merespons informasi atau suatu situasi yang lain; (2) mendidik siswa untuk mengenal matematika tidak lagi sebagai suatu yang terpisah melainkan sebagai suatu keseluruhan yang terpadu; dan (3) memberikan keterampilan bagi siswa agar dapat memecahkan masalah dari berbagai bidang baik antar matematika itu sendiri maupun yang di luar matematika. Strategi pembelajaran telah banyak dikembangkan oleh beberapa ahli pendidikan. Salah satunya mengenai teori belajar bermakna oleh David Ausubel. Ausubel [7] mengemukakan teorinya bahwa pembelajaran bermakna berhubungan dengan tiga hal, yaitu: (1) bagaimana pengetahuan (materi kurikulum) dikelola; (2) bagaiman pikiran bekerja dalam memproses informasi baru (pembelajaran); dan (3) bagaimana guru mengaplikasikan gagasan-gagasan ini pada kurikulum dan pembelajaran ketika mereka mempresentasikan materi baru pada siswa. Berdasarkan teori tersebut, Ausubel menganjurkan peningkatan metode-metode pengajaran presentasional. Pengajaran presentasional yang dimaksud salah satunya adalah Advance organizer. Model pembelajaran Advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk mengetahui pengetahuan baru yang dikaitkan dengna pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran, dan dirancang untuk memperkuat struktur kogniif siswa mengenai pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik [7]. Dengan kata lain, sebelum mempelajari suatu konsep siswa telah disiapkan untuk dapat membenagun struktur kognitif. Kemudian setelah konsep diberikan, siswa dapat mengelola, memperjelas, dan memelihara konsep tersebut dengan baik. Model pembelajaran advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan [7], yaitu tahap pertama adalah presentasi advance organizer, tahap kedua adalah presentasi tugas pembelajaran atau materi pembelajaran, dan tahap ketiga adalah penguatan struktur kognitif. Pada pelaksanaanya, model pembelajaran advance organizer ini dapat dibantu dengan berbagai sarana seperti: peta konsep, bagan, diagram, media, dan sebagainya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Aziz [1] bahwa penerapan model pembelajaran advance organizer dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan teknik-teknik yang lebih variatif. Variasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan peta konsep yang dikonstruksi oleh siswa sebelum dan setelah pemblajaran. Untuk mendukung tercapainya pembelajaran bemakna, kita dapat memadukan advance organizer dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Dalam pembelajaran matematika, langkah-langkah pendekatan saintifik ini terdiri dari pengumpulan data dari percobaan, pengembangan dan penyelidikan suatu model matematika dalam bentuk representasi yang berbeda, dan refleksi. Pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia menjabarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut menjadi lima yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan [8]. Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan penerapan model pembelajaran advance organizer dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan self-concept siswa. Rumusan dan Tujuan Salah satu alternatif solusi pembelajaran yang dapat diupayakan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran advance organizer dengan pendekatan saintifik. Pembelajaran ini telah diteliti dan diterapkan dalam menumbuhkembangkan aspek kognitif dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran ini efektif dalam pengembangan aspek kognitif siswa. Dengan demikian, karena kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu aspek kognitif yang akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran matematika, maka fokus dan tujuan dalam makalah ini adalah Bagaimana efektifitas model pembelajaran advance organizer dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa?. II. METODE PENELITIAN Penyusunan makalah ini dilakukan berdasarkan hasil review dari kajian pustaka dan penelitian yang relevan. Metode yang digunakan meliputi empat hal, yaitu: 1108

3 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY Perumusan masalah yang diperlukan agar permasalahan yang dibahas dalam makalah ini jelas dan fokus. 2. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik studi pustaka. Studi pustaka yang dilakukan dengan mencari sumber-sumber pustaka yang relevan dengan permasalahan, berupa buku-buku, artikel, dan sebagainya. 3. Pembahasan yang dilakukan dengan pendekatan teoritik berdasarkan hasil studi pustaka. Proses analisis dan sintesis data yang dilakukan dalam penulisan artikel ini mencakup reduksi data dan sajian data. 4. Kesimpulan dan saran, dengan penarikan kesimpulan menggunakan teknik induksi berdasarkan uraian pada pembahasan dan perumusan saran dilakukan untuk memberikan rekomendasi pengembangan dan penelitian yang memungkinkan untuk dilakukan pada kurun waktu selanjutnya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu tujuan umum pendidikan matematika yang termuat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa siswa memiliki kemampuan yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Mencermati tujuan tersebut maka kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk memahami pelajaran matematika lebih lanjut. A. Model Pembelajaran Advance organizer Model pembelajaran Advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk mengetahui pengetahuan baru yang dikaitkan dengna pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran, artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari system pemrosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan itu. Metode ini dikembangkan oleh David Ausubel dan menurutnya metode ini adalah model pembelajaran yang bermakna. Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai pengelola materi pelajaran dan menyajikan informasi melalui ceramah, membaca, dan penyediaan tugas pada siswa dalam memadukan apa yang telah dipelajari. Dalam pendekatannya, guru bertanggung jawab dalam mengelola dan mempresentasikan apa yang akan dipelajari. Sedangkan peran utama siswa adalah menguasai gagasan dan informasi. Sementara pendekatan-pendekatan induktif dapat menuntun siswa menemukan kembali konsep-konsep, maka advance organizer menyediakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada siswa secara langsung [7]. Ausubel [7] meyakini bahwa siswa harus menjadi konstruktor pengetahuan yang aktif, hanya saja arah tujuannya adalah mengajarkan mereka pada metalevel disiplin dan metakognisi untuk merespon pengajaran secara produktif, dari pada mengawali pengajaran dengan dunia persepsi mereka dan membimbing mereka untuk menginduksikan struktur-struktur. Untuk itu, guru harus menggunakan pemprosesan informasi. Salah satunya adalah advance organizer yang memberikan struktur intelektual tertentu dan menggunakan proses berpikir tertentu. Dengan menggunakan advance organizer, pengembangan struktur intelektual siswa dapat meningkat dlaam mempelajari struktur-struktur tersebut dan proses-proses berpikir yang menyertainya. Informasi baru mengenai konsep diisi ke dalam kategori kerangka kerja yang disebut skema yang terdiri dari informasi khusus mengenai suatu konsep. Ketika pengetahuan sebelumnya didapatkan kembali, skema ini memberikan kerangka kerja untuk meletakkan pengetahuan baru. Jika pengetahuan yang sebelumnya tidak tersedia, advance organizer berguna untuk memberikan pengetahuan kepada siswa agar informasi baru diperoleh dengan mengingat kembali. Misalnya memberikan siswa diagram sebelum mendengarkan wacana dapat menuntun pada daya ingat siswa lebih baik terhadap materi, daya ingat siswa dapat ditingkatkan untuk informasi konseptual dalam pelajaran. 1. Fungsi dan Tujuan Advance organizer Advance organizer berfungsi dalam memberikan dukungan untuk informasi baru agar mudah menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep yang telah ada pada struktur kognitif siswa, sehingga terjadi belajar bermakna. Advance organizer mengarahkan pada perhatian siswa kepadasesuatu yang penting dalam materi yang akan datang; menyoroti hubungan-hubungan antar aggasan yang akan disajikan; dan mengingatkan siswa akan informasi relevan yang telah dimilikinya [7]. Dalam menghubungkan apa yang telah diketahui oleh siswa dengan informasi baru yang akan disajikan dalam pelajaran, penggunaan advance organizer harus menggunakan istilah dan konsep yang dikenal siswa. Hal ini dapat membantu dalam proses-proses mentransformasi 1109

4 ISBN pengetahuan secara kreatif dan menerapkannya dalam situasi baru. Proses ini membantu memasukkan informasi baru ke dalam ingatan jangka panjang. Advance organizer tidak harus menjadi panjang atau kompleks, namun harus jelas dipahami dan berhubungan dengan materi. Menurut Ausubel [7] advance organizer dapat diklasifikasikan dengan baik sebagai metode deduktif. Advance organizer merupakan alat utama untuk memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan daya ingat terhadap informasi baru dan sebagai alay yang berguna pada permulaan pembelajaran, sebelum diskusi, sebelum periode tanya jawab, sebelum memberikan tugas rumah, sebelum laporan siswa, sebelum siswa membaca text book siswa, dan sebelum diskusi konsep berdasarkan pengalaman siswa. Dengan demikian, secara umum tujuan advance organizer adalah menjelaskan, mengintegrasikan dan menginterkorelasikan materi dalam pembelajaran dengan materi yang dipelajari sebelumnya. Advance organizer membantu siswa membedakan materi baru dari materi yang dipelajari sebelumnya. Advance organizer yang paling efektif adalah menggunakan konsep, istilah-istilah, dan dalil-dalil yang sudah dikenal siswa serta diilustrasikan dengan analogi yang tepat. Tujuan ini tercapai jika pengembangan rencana pembelajaran dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum, artinya kurikulum benar-benar berfungsi sebagai pendoman pengajaran. 2. Bentuk dan Jenis Advance organizer Menurut Ausubel [7], model pembelajaran advance organizer terbagi menjadi dua bentuk yaitu: a. Expository advance organizer Dirancang jika akan menjelaskan suatu gagasan umum yang memiliki beberapa bagian yang saling berhubungan. Bentuk ini bertujuan untuk membantu memperluas pemahaman konsep bagi siswa. Organizer ini mempresentasikan perancah intelektual tentang bagaimana siswa akan menggantungkan informasi baru yang mereka temui. Organizer ekspositori khususnya berguna karena dapat menyediakan perancah ideasional untuk materi-materi yang asing atau tidak biasa. Expository advance organizer memberikan konsep dasar pada level abstraksi tinggi dan kemungkina konsep yang lebih sedikit. b. Comparatif advance organizer Dirancang untuk mengintegrasikan konsep baru dengan konsep lama yang telah siswa miliki dalam struktur kognitifnya. Organizer ini dirancang untuk membedakan antara konsep baru dan konsep lama untuk menghindari kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antara keduanya. Bentuk ini bertujuan untuk mempertajam dan memperluas pemahaman konsep. Contoh: ketika siswa diperkenalkan dengan pembagian. Comparatif advance organizer bisa daja diterapkan untuk menunjukkan kesamaan dan perbedaan antara operasi pembagian dan perkalian. Jika dalam perkalian, yang mengalikan dan dikalikan dapat dibalik tanpa mengubah perubahan hasil yakni dapat diubah menjadi ; maka dalam pembagian yang membagi dan dibagi dapat ditukar tanpa mempengaruhi hasil, yaitu 6:2 tidak sama dengan 2:6. Menurut [7] advance organizer terbagi menjadi enam jenis yaitu: a. Advance organizer adalah pengorganisasian yang berdasarkan pada pengetahuan siswa sebelumnya tentang materi pelajaran atau pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari; b. Expository organizer (mendeskripsikan konsep baru) merupakan penjabaran pengetahuan atau materi kepad siswa berdasarkan pada apa yang ada pada saat itu secara tepat sehingga siswa dapat mengambil pengetahuan secara bermakna; c. Naratif organizer merupakan penyajian informasi baru dalam bentuk cerita kepada siswa; d. Skimming organizer (membaca sepintas), membaca materi pelajaran untuk melihat materi baru dan memperoleh tinjauan dasar terhadap materi tersebut, dapat berupa teks atau wacana; e. Graphic organizer merupakan visualisasi dan grafik untuk menjabarkan informasi baru, menggambarkan hubungan-hubungan antara fakta, istilah dan gagasan dalam pembelajaran; f. Concept map (pemetaan konsep), peta konsep adalah alat yang dapat digunakan para guru sains untuk menentukan sifat gagasan siswa yang ada. Peta dapat digunakan untuk membuktikan konsep-konsep utama yang akan dipelajari dan memperlihatkan keterkaitan antara informasi baru yang akan dipelajari dan apa yang telah diketahui siswa. 3. Tahapan Model Pembelajaran Advance organizer Di dalam [7] menguraikan tentang tahap-tahap dalam model pembelajaran advance organizer, yaitu: 1110

5 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 a. Penyajian advance organizer Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini adalah sebagai berikut: 1) Mengklarifikasikan tujuan pengajaran Dalam hal ini dimaksudkan untuk membangun perhatian peserta didik dan menuntun mereka pada tujuan pembelajaran dimana keduanya merupakan hal penting untuk membantu terciptanya belajar bermakna. 2) Menyajikan organizer Dalam menyajikan organizer (kerangka konsep) terdapat beberapa hal penting yang harus dilakukan yaitu: a) Mengidentifikasi karakteristik yang konklusif b) Memberi contoh-contoh c) Menyajikan konteks d) Mengulang Penyajian kerangka konsep yang umum dan menyeluruh untuk kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang lebih spesifik. Gambaran konsep/proposisi yang utama harus dikemukakan secara jelas dan hati-hati sehingga siswa mau melakukan eksplorasi baik berupa tanggapan maupun mengajukan contohcontoh. Mulai memasuki kegiatan penyajian materi (bagian ini diterapkan beberapa kali dalam konteks yang berbeda agar siswa dapat memperluas wawasan). 3) Mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa Pada bagian ini, peran aktif siswa tampak dalam bentuk memberikan respon terhadap presentasi organisasi yang diberikan guru. b. Penyajian tugas atau materi pembelajaran Pada tahap kedua ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan: 1) Menyajikan materi 2) Mempertahankan perhatian 3) Memperjelas pengolahan 4) Memperjelas urutan materi pembelajaran yang logis. Tahap ini dapat dikembangkan dengan dalam bentuk diskusi, ekspositori, atau siswa memperhatikan gambar-gambar, melakukan percobaan atau membaca teks, yang masingmasing diarahkan pada tujuan pengajaran yang ditunjukkan pada langkah pertama. Pada tahap ini juga, guru memberikan soal latihan mulai dari yang mudah, sedang, hingga sukar untuk melatih proses berpikir siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimilikinya dan dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukannya. c. Penguatan pengolahan kognitif Tujuan dalam tahap ketiga adalah meletakkan materi pembelajaran baru ke dalam struktur kognitif siswa yang sudah ada, yakni memperkuat pengolahan kognitif siswa. Dalam pengajaran yang alamiah, beberapa prosedur ini bisa dimasukkan ke dalam tahap kedua. Namun, kita ingin menekankan bahwa menggarap kembali materi baru merupakan tugas pengajaran yang terpisah dengan perangkat aktivitas dan keterampilannya. Ausubel [7], mengidentifikasi empat aktivitas, yaitu: 1) Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integratif Ada beberapa cara untuk memfasilitasi rekonsiliasi materi baru dengan struktur kognitif siswa. Guru dapat melakukan hal-hal berikut: a) Mengingatkan siswa tentang gagasan (gambaran yang lebih besar) b) Meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting materi pembelajaran yang baru c) Mengulang definisi yang tepat d) Meminta perbedaan diantara aspek-aspek materi e) Meminta siswa mendeskripsikan bagaimana materi pembelajaran mendukung konsep dan rancangan yang digunakan sebagai organizer. 2) Menganjurkan pembelajaran resepsi aktif Belajar aktif dapat ditingkatkan dengan: a) Meminta siswa mendeskripsikan bagaimana materi baru berhubungan dengan organizer b) Meminta siswa membuat contoh-contoh tambahan tentang konsep dan rancangan dalam materi pembelajaran 1111

6 ISBN c) Meminta siswa menjelaskan secara lisan esensi materi tersebut dengan menggunakan terminology dan kerangka rujukan mereka sendiri, dan d) Meminta siswa menguji materi dari sudut pandang yang lain. 3) Meningkatkan pendekatan kritis pada mata pelajaran Dilakukan dengan menanyakan kepada siswa tentang asumsi atau pendapatnya yang berhubungan dengan materi pelajaran. Guru memberikan pertimbangan dan tantangan terhadap pendapat tersebut dan menyatukan kontradiksi apabila terjadi silang pendapat. 4) Mengklarifikasi Guru dapat melakukan klarifikasi dengan cara memberi tambahan informasi baru atau mengaplikasikan gagasan ke dalam situasi baru atau contoh lain. Ringkasan struktur pengajaran model advance organizer ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Tahapan Model Pembelajaran Advance organizer Tahap Pertama: Penyajian Mengklarifikasi tujuan pembelajaran Organizer Menyajikan organizer Mengidentifikasi karakteristik yang konklusif Memberi contoh-contoh Menyajikan konteks Mengulang Mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa. Tahap Kedua: Penyajian Tugas Menyajikan materi atau Materi Pembelajaran Mempertahankan perhatian Memperjelas pengolahan Memperjelas urutan materi pembelajaran yang logis. Tahap Ketiga: Memperkuat Menggunakan prinsip rekonsiliasi integratif Pengolahan Kognitif Menganjurkan pembelajaran resepsi aktif Meningkatkan pendekatan kritis pada mata pelajaran Mengklarifikasi Pada dasarnya, Ausubel memberikan kita metode yang tidak hanya meningkatkan prestasi siswa tetapi juga kemampuan siswa untuk belajar dari presentasi tersebut. Semakin sering kita melatih siswa aktif, mencari pengolahan gagasan, mendapatkan informasi dengan gagasan tersebut, dan membuat organizer sendiri (melibatkan diri dlaam aktivitas induktif selama membaca atau menonton), semakin benar potens siswa dalam mencari manfaat dari presentasi tersebut. B. Pendekatan Saintifik Pendekatan pembelajaran akan menjadi pedoman bagi proses pembelajaran dan sekaligus akan memberikan tahapan belajar mengajar yang semestinya dilakukan agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Referensi [9] menguraikan bahwa proses pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan yang menggunakan pendekatan saintifik, terdiri atas limapengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah infomasi, dan mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut: Tabel 2 Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi Kompetensi yang Dikembangkan Melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi Mengembangkan krea-tivitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumus-kan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat 1112

7 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Mengumpulka n informasi Mengolah informasi Mengkomunikasikan tambahan tentang apa yang diamati. Melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas, dan/ atau wawancara dengan nara sumber Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemam-puan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengum-pulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengem-bangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sis-tematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. C. Kemampuan Koneksi Matematis Koneksi matematis berasal dari bahasa Inggris Mathematical Connection yang kemudian dipopulerkan oleh NCTM merupakan salah satu standar kurikulum yang disebutkan oleh NCTM untuk tingkat 9-12 yaitu mengenali dan menggunakan koneksi antar gagasan matematika yang saling berhubungan dan mendasar satu sama lain untuk menghasilkan sesuatu yang utuh, serta mengenali dan menggunakan matematika dalam konteks di luar matematika. Dengan begitu koneksi matematis menjadi salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari matematika. Kemampuan koneksi dalam matematika adalah kemampuan untuk mengaitkan konsep atau aturan matematika yang satu dengan yang lainnya, dengan bidang studi lainnya, atau dengan aplikasi pada kehidupan nyata [5]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koneksi matematis tidak hanya ada dalam matematika itu sendiri tetapi dari berbagai aspek atau bidang lainnya juga dapat dihubungkan dengan matematika. Referensi [3] menyebutkan ada tiga tujuan siswa memiliki kemampuan koneksi matematis, yaitu agar siswa mampu (1) mengenali dan menggunakan koneksi antar gagasan-gagasan matematis; (2) memahami bagaimana gagasan-gagasan matematis saling berhubungan dan berdasar pada satu sama lain untuk menghasilkan suatu keseluruhan yang koheren (padu); (3) mengenali juga menerapkan matematika baik di dalam maupun di luar konteks matematika. Sementara itu, [10] menyatakan bahwa dengan koneksi matematis tujuan yang diharapkan sebagai berikut: (1) memperluas wawasan siswa, maksudnya dengan diberikan koneksi atematis di sekolah, siswa memperoleh informasi yang cakupannya dari berbagai ilmu dan dapat mengakomodir serta mentransfer informasi-informasi yang telah diketahui baik itu dari mendengar, membaca, maupun melihat untuk merespons informasi atau suatu situasi yang lain; (2) mendidik siswa untuk mengenal matematika tidak lagi sebagai suatu yang terpisah melainkan sebagai suatu keseluruhan yang terpadu; dan (3) memberikan keterampilan bagi siswa agar dapat memecahkan masalah dari berbagai bidang baik antar matematika itu sendiri maupun yang di luar matematika. Indikator kemampuan koneksi matematis menurut [11] bahwa koneksi matematis disusun dalam indikator-indikator yang relevan, diantaranya: (1) mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; (2) memahami hubungan antar topik; (3) menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari; (4) memahami representasi ekuivalen suatu konsep; (5) mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lainnya dalam representasi yang ekuivalen; dan (6) menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika. Adapun indikator kemampuan koneksi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah (1) mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika; (2) mencari dan memahami hubungan antara konsep atau aturan matematika dengan bidang studi lain; dan (3) mencari dan memahami hubungan antara konsep atau aturan matematika dengan aplikasi pada kehidupan nyata. Berdasarkan tujuan dan indikator yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup matematika tidak hanya mencakup permasalahan yang berkaitan dengan bidang studi 1113

8 ISBN matematika, melainkan juga meliputi bidang studi lain dan kehidupan sehari-hari. Seluruh aspek yang berkaitan dengan koneksi matematis yang meliputi: penyatuan tema-tema, proses matematika, dan penghubung matematika satu sama lain saling koheren (terkait), sehingga sebuah topik matematika dapat dihubungkan dengan topik matematika lainnya ataupun dihubungkan dengan topik di luar matematika melalui proses penyelesaian yang melibatkan fungsi dan algoritma matematika [12]. Hal ini diperkuat dengan pendapat [13] yang mengemukakan bahwa tak ada konsep atau operasi yang tidak terkoneksi dengan konsep atau operasi lain dalam suatu sistem, karena merupakan suatu kenyataan bahwa esensi matematika merupakan sesuatu yang terkait dengan sesuatu yang lain. Hubungan yang sangat erat dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lain, bukan saja dari segi isi juga dari segi rumus-rumus yang digunakan [2]. Berdasarkan hasil penelitian [14] tentang permasalahan yang dialami siswa terkait kemampuan koneksi matematis, antara lain: (1) kurang memliki pengetahuan prasyarat yang baik; (2) kurang memmiliki kemampuan untuk memahami serta menggali konsep-konsep dasar matematika (aksioma, definisi, teorema, dan kaidah) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan; dan (3) kurang memiliki keterkaitan dalam menyimak atau mengenali sebuah persoalan atau soal-soal yang berkaitan dengan pokok bahasan tertentu. Hasil penelitian [15] menemukan bahwa: (1) kebanyakan siswa tidak mengetahui dan tidak mengerti materi mana yang ada hubungannya dengan materi yang akan dipelajari; (2) masih banyak siswa yang tidak mampu menyatakan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika dan juga tidak mampu menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau bentuk simbol; (3) sebagian besar siswa tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia nyata atau masalah yang ada disekitar siswa; dan (4) ada siswa yang mampu menyelesaikan suatu masalah matematika tetapi tdak mengerti apa yang dikerjakannya dan kurang memahami apa yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan hal di atas, maka dalam pembelajaran matematika perlu adanya penekanan pada materi yang memunculkan keterkaitan, baik dengan matematika itu sendiri, dengan disiplin ilmu lain, maupun dengan kehidupan sehari-hari. IV. SIMPULAN DAN SARAN Sejalan dengan penjelasan dalam pendahuluan tentang tujuan makalah ini yaitu kajian tentang efektifitas model pembelajaran advance organizer dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran advance organizer dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa memiliki potensi besar dalam peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa. Setelah memaparkan hasil kajian teoritis, disarankan kepada para peneliti agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran advance organizer dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. DAFTAR PUSTAKA [1] Maya Sari, Mira Penerapan Model Pembelajaran Advance organizer dengan Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. [2] Suherman, E dkk Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA: Universitas Pendidikan Indonesia. [3] NCTM Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Virginia. [4] Depdiknas Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. [5] Suherman, E Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand-out Perkuliahan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. [6] Mariana, S Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pemberian Tugas Mind Map Setelah Pembelajaran terhadap Peningkatan Koneksi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. [7] Joyce, B., Weil., & Calhoun, W Models of Teaching (sixth Edition). Texas. A Person Education Company. [8] Kemendikbud Dokumen Kurikulum 2013 Tentang Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum.Jakarta: Kemendikbud. [9] Permendikbud 81a Dokumen Kurikulum 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Permendikbud. [10] Mariana, S Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pemberian Tugas Mind Map Setelah Pembelajaran terhadap Peningkatan Koneksi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. [11] Sumarmo, U Berpikir dan Disposisi Matematis serta Budi Pekerti dalam Pembelajaran Matematika. Hand-out Seminar Pendidikan Matematika. Yogyakarta: tidak diterbitkan. [12] Coxford The Case for Connection, in Connecting Mathematics Across the Curriculum. Reaston, VA: NCTM. [13] Bruner The Process of Education. London: Harvard University Press. [14] Wahyudin Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Tesis PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan. [15] Kusmaydi Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. 1114

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor yang berperan mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dihasilkan dari sistem pendidikan yang baik dan tepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan sumber dari segala disiplin ilmu dan kunci ilmu pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Pada tiap tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan terorganisir yang memiliki keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Matematika diberikan kepada

Lebih terperinci

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah suatu alat untuk mengemban salah satu penunjang yang sangat penting dalam kehidupan. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya informasi yang disampaikan dalam bahasa matematika seperti tabel, grafik, diagram dan persamaan semakin menjadikan pembelajaran matematika sebagai suatu kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini menyebabkan kita harus selalu tanggap menghadapi hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan peranan pentingnya, matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Matematika mempunyai andil dalam mengembangkan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berasal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita rasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal kemerdekaan hingga sekarang, Indonesia telah memberlakukan enam kurikulum sebagai landasan pelaksanaan pendidikan secara nasional. Diantaranya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui bidang pendidikan merupakan salah satu kunci sukses dalam menghadapi era globalisasi. Sehubungan dengan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, Matematika dipelajari pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat berperan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 104 Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA Samsul Feri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju dan berkembangnya suatu Negara dipengaruhi oleh pendidikan. Bagaimana jika pendidikan di suatu Negara itu makin terpuruk? Maka Negara tersebut akan makin

Lebih terperinci

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang timbul akibat adanya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) dimana semakin pesat yaitu bagaimana kita bisa memunculkan Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah adalah mata pelajaran matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena dengan matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adinawan, dkk. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

DAFTAR PUSTAKA. Adinawan, dkk. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. DAFTAR PUSTAKA Adinawan, dkk. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. Anderson. (2003). Critical Thinking Across the Disciplines. Makalah pada Faculty Development Seminar in New York

Lebih terperinci

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengalaman belajar diberbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu. Karena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang peranan dalam tatanan kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan taraf dan derajatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem pendidikan Indonesia, bidang studi yang dipelajari secara implisit dan eksplisit mulai dari taman kanakkanak hingga perguruan tinggi adalah matematika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi pembangunan pendidikan nasional kini telah tertuang dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 2, No. 2, 2016, Hal. 97 102 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah Mikrayanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika, telah banyak upaya dilakukan untuk memperbaiki aspek-aspek yang berkaitan dengan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang turut memberikan sumbangan signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah, prinsip serta teorinya banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seorang guru ketika memberikan pelajaran, terutama dalam pembelajaran matematika, diharapkan dapat mengoptimalkan siswa dalam menguasai konsep dan memecahkan

Lebih terperinci

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber? BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu diajarkan pada jenjang pendidikan disetiap tingkatan kelas dengan proporsi waktu yang lebih

Lebih terperinci

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, bidang pendidikan terus diperbaiki dengan berbagai inovasi didalamnya. Hal ini dilakukan supaya negara dapat mencetak Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses pembentukan kepribadian dan pola pikir siswa. Salah satu pembelajaran yang mampu membentuk kepribadian dan pola pikir siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sri Wahyuni, Tesis : Kemampuan Koneksi Matematika siswa SMP dalam Memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sri Wahyuni, Tesis : Kemampuan Koneksi Matematika siswa SMP dalam Memecahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang kemajuan teknologi. 1 Matematika juga menjadi salah

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa di sekolah. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika merupakan salah

Lebih terperinci

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia yang terus berubah dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat, manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari. Pentingnya matematika dalam kehidupan dapat dirasakan dan dilihat dari diajarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangatlah pesat, arus informasi yang berada di dunia lebih mudah diakses seakan tidak ada lagi batasan wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan

Lebih terperinci

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Ali Mahmudi Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY) Email: ali_uny73@yahoo.com & alimahmudi@uny.ac.id Pendahuluan Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap insan karena manfaatnya berdampak langsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan sangat berperan dalam perkembangan dunia. Pada zaman modern sekarang ini matematika menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Terbukti bahwa hampir di setiap negara, pendidikan menjadi prioritas utama

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.150 PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Nurul Afifah Rusyda 1), Dwi

Lebih terperinci

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia nomor 65 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) adalah dengan meningkatkan pendidikan. Bangsa yang maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara tentang matematika tidak lepas dari bagaimana kesan siswa terhadap matematika itu sendiri, banyak yang menyukainya tapi tidak sedikit pula yang tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut disiapkannya penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan. Individu yang siap adalah individu yang sukses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran matematika selalu diajarkan di setiap jenjang pendidikan, dari Sekolah Dasar sampai pada Perguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, karena di dalamnya manusia dapat berinteraksi, bersosialisasi, menggali potensi diri, serta memperoleh informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh banyak orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DENGAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS SISWA

2016 PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DENGAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS SISWA 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu upaya membangun sumber daya manusia agar lebih maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini senada dengan definisi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan mata pelajaran pokok mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, baik di sekolah yang berbasis agama maupun berbasis umum. Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dari jenjang pendidikan dasar hingga kelas XII memerlukan standar

Lebih terperinci

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika Makalah Termuat pada Jurnal MIPMIPA UNHALU Volume 8, Nomor 1, Februari 2009, ISSN 1412-2318) Oleh Ali Mahmudi JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan

Lebih terperinci