STRATEGI GURU AKHLAK DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA KELAS X DI MA AL-HIKMAH KAJEN MARGOYOSO PATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI GURU AKHLAK DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA KELAS X DI MA AL-HIKMAH KAJEN MARGOYOSO PATI"

Transkripsi

1 STRATEGI GURU AKHLAK DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA KELAS X DI MA AL-HIKMAH KAJEN MARGOYOSO PATI RINGKASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam Disusun Oleh: EVI HIDAYATIN NI MAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012

2 STRATEGI GURU AKHLAK DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA KELAS X DI MA AL-HIKMAH KAJEN MARGOYOSO PATI Abstrak EVI HIDAYATIN NI MAH. Strategi Guru Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas X di MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati. Skripsi. Yogyakarta: jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga, Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis secara kritis mengenai strategi guru akhlak dalam mengatasi kenakalan pada siswa kelas X di MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati dan upaya apa saja yang dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yang bersifat kualitatif, dengan mengambil judul Strategi Guru Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas X di MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati. Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif dengan memberikan pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) strategi yang dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al-Hikmah antara lain, melalui kegiatan pembelajaran, pembinaan akhlak dan moral, meningkatkan pemahaman diri remaja, menyediakan klinik sebagai biro konsultasi, bimbingan berperilaku baik terhadap orang tua, dan penyuluhan hidup bermasyarakat. 2) Upaya yang 1

3 dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al- Hikmah Kajen melalui tiga tindakan yaitu tindakan preventif: 1) Memberikan pemahaman agama dan penanaman akhlak kepada siswa baik dalam penyampaian materi pelajaran, 2) Memotivasi siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler khitobah. 3) Membantu malakukan SIDAK (inspeksi dadakan). 4) Memberikan contoh yang baik terhadap siswa. Tindakan represif: Memberi nasihat, peringatan, dan sanksi kepada siswa yang melanggar tata tertib. Sanksi dan hukuman yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan siswa. 2) Mengadakan home visit, hal ini dilakukan guru akhlak ketika siswa sering melanggar tata tertib sekolah. Tindakan kuratif: 1) Melakukan pengawasan kepada siswa bekerja sama dengan seluruh pengajar dan staff perguruan islam Al-Hikmah. 2) Melakukan bimbingan dengan siswa secara pribadi. 3) Memberikan nasihat kepada siswa dengan tujuan untuk meminimlisir tindakan yang menyimpang dari norma agama dan sosial. 4) Menanamkan nilai-nilai islami akhlakul karimah. 2

4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan siswa atau yang dikenal dengan istilah juvenile dilinavency (kenakalan remaja) merupakan perbuatan atau kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama. 1 Kenakalan siswa merupakan sebuah wacana yang cukup meresahkan di kalangan masyarakat akhir-akhir ini. Sehingga dibutuhkan strategi untuk mengatasi kenakalan siswa tersebut. Dalam hal ini guru akhlak dituntut mampu untuk memilah dan memilih strategi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, karena guru akhlak memiliki tanggung jawab yang besar dalam membentu akhlak atau moral siswa. Berbagai bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa MA Al- Hikmah seperti pelanggaran tata tertib sekolah, kurang taat kepada guru, bolos, terlambat datang, boncengan dengan lawan jenis, pacaran, merokok dilingkungan sekolah, tidak memakai atribut sekolah, memanjangkan rambut, membuat gaduh kelas, keluar ketika jam pelajaran berlangsung, sehingga sedikit banyak menimbulkan kegelisahan bagi sekolah. 2 Berawal dari jenis kenakalan yang kecil bisa menyebabkan ke hal yang lebih besar, dan bahkan bisa sampai pada tingkat perilaku kriminal. 1 Sudarsono, Kenakalan Remaja: Prefensi, Rehabilitasi Dan Kenakalan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal Hasil observasi, Selasa 09 Mei 2012 pukul WIB. 3

5 Dalam hai ini guru akhlak dituntut dapat berupaya membawa anak didik ke arah kehidupan keagamaan yang sesuai ajaran islam, serta berupaya dalam membentuk akhlak siswa. Menurut Zakiah Darajat, semua ini bertujuan agar anak mempunyai kepribadian muslim, yaitu seluruh aspek kepribadiannya dijiwai oleh ajaran islam. 3. Berawal dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Strategi Guru Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas X di MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, secara sederhana dapat dirumuskan inti permasalahan yang menjadi pokok bahasan utama penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana strategi guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati? 2. Upaya apa saja yang dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati? C. Landasan Teori 1. Strategi pembelajaran Menurut Hilda Taba strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih oleh guru dalarn proses pengajaran yang dapat memberikan hal Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 4

6 kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran. 4 Strategi-strategi yang digunakan untuk mengatasi kenakalan dalam membantu remaja melalui masa krisis serta masa kegoncangan yang sangat menentukan keadaan masa depannya diperlukan tindakantindakan yang dapat membantunya mengatasi berbagai masalah sebagai berikut: 5 a. Melaksanakan pendidikan agama dan pembinaan akhlak b. Meningkatkan pengertian remaja akan dirinya c. Menciptakan hubungan baik dengan orang tua d. Bimbingan ke arah hari depan yang baik e. Bimbingan hidup masyarakat Strategi yang digunakan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa sebagaimana mengutip pendapat Zakiah Daradjat dalam memberikan strategi untuk menanggulangi kenakalan remaja dalam bukunya Kesehatan Mental melalui pendekatan keagamaan antara lain: a. Pendidikan Agama b. Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan c. Pengisian waktu luang yang teratur d. Membentuk markas-markas bimbingan dan penyuluhan 4 Suprihadi Saputra, dkk., Strategi Pembelajaran, (Malang: Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hal Panut Panuji Dan Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999), hal

7 e. Pengamalan ajaran agama f. Penyaringan buku-buku cerita, komik, film-film dan sebagainya 2. Cara Mengatasi Kenakalan siswa a. Pengertian Kenakalan Remaja Juvenile delinquency ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial kepada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah-laku yang menyimpang. 6 b. Bentuk-bentuk kenakalan 1) Kenakalan yang tidak dapat digolongkan kepada pelanggaran hukum. 2) Kenakalan yang dapat digolongkan pelanggaran terhadap hukum dan mengarah kepada tindakan kriminal. 7 c. Untuk mengatasi supaya kenakalan siswa bias dikurangi atau tidak terulang lagi maka perlu adanya tindakan penanggulangan masalah kenakalan yaitu dengan cara: 8 1) Tindakan preventif yaitu segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan. 6 Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, Cetakan Ke-9, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal Y. Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja Dan Penaggulangannya, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), hal Ny. Y. Singgih D. Gunarsa Dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja..., hal

8 2) Tindakan represif yaitu tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat. 3) Tindakan kuratif dan rehabilitasi yaitu memperbaiki akibat perubahan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut. D. Metode Pe/nelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitin lapangan yang bersifat kualitatif, dan berdasarkan kegunaannya penelitian inni termasuk applied research. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi, pendekatan ini digunakan untuk mengetahui tentang strategi guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa MA Alhikmah Kajen Margoyoso Pati. 3. Penentuan Subjek dan Objek Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek pemberi informasi adalah: 9 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 2. 7

9 a. Kepala sekolah MA Al-hikmah Kajen Margoyoso Pati b. Guru akhlak MA Al-hikmah Kajen Margoyoso Pati c. Siswa-siswi MA Al-hikmah Kajen Margoyoso Pati d. Guru Bimbingan dan Konseling Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah strategi guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati. 4. Teknik Pengumpulan Data Penulis dalam melakukan pengumpulan data ini menggunakan beberapa teknik, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. 5. Metode Analisis Data Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam pembahasan ini deskriptif kualitatif, dan metode berpikir dalam analisis data penelitian bersifat induktif. 8

10 BAB II PEMBINAAN AKHLAK SISWA KELAS X DI MA AL-HIKMAH KAJEN MARGOYOSO PATI A. Strategi Pembinaan Akhlak Siswa Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap strategi guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al- Hikmah Kajen, baik itu melalui metode observasi, wawancara maupun dokumentasi menunjukkan strategi yang dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa tersebut antara lain: 1. Melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. 10 Dalam menyampaikan materi pelajaran guru melakukan beberapa siklus atau tahapan dalam pembelajaran. Tiga tahapan yaitu tahap prainstruksional, tahap intruksional dan tahap evaluasi dan tindak lanjut. Tiga tahapan itu dilakukan sebagaimana berikut: 10 Uakesana, pengertian kegiatan pembelajaran, ( Sabtu 21 Juli 2012, pukul

11 a. Tahap prainstruksional Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses pembelajaran. Pada tahap ini guru melakukan kegiatan-kegiatan sebagaimana berikut: 1) Guru melakukan presensi, untuk mengetahui siswa yang berangkat dan tidakk. 2) Menanyakan sampai mana pembahasan sebelumnya 3) Melakukan pre test. 4) Memberikan acuan b. Tahap intruksional Pada tahap inti atau intruksional guru menyajikan bahan pelajaran yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 1) Eksplorasi a) Guru menjelaskan proses pembelajaran. b) Guru menjelaskan pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari, terkait dengan akhlak kepada sesama باب الترهيب من مساوى الاخلاق manusia dalam c) Siswa diberi tugas untuk memberikan contoh bagaimana pengaruh akhlak dalam kehidupan sehari-hari, seberapa penting akhlak mempengaruhi kehidupan, dan 10

12 mengamati fenomena-fenomena sosial terkait tentang akhlak (tingkah laku) kepada sesama manusia. 2) Elaborasi Siswa mencari jawaban dengan teman kelompok. 3) Konfirmasi Guru memberikan umpan balik terhadap hasil dari penugasan terhadap peserta didik, untuk memberikan kejelasan dan kebenaran dari penugasan tersebut. Sehingga siswa benar-benar faham akan materi yang disampaiakan. c. Tahap evaluasi dan tidak lanjut Tahap ini merupakan tahap untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua. Pada tahap ini guru melakukan kegiatan-kegiatan, antara lain: 1) Siswa dan guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran. 2) Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terpogram. 3) Guru mengadakan post test secara acak kepada siswa. 4) Guru memberikan tugas individual. 5) Menyampaikan materi pada pertemuan berikutnya Mengakhiri pembelajaran Hasil observasi Rabu 10 Mei 2012 pukul WIB. 11

13 2. Pembinaan akhlak dan moral. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rokhmad selaku guru akhlak, strategi pembinaan akhlak dan moral yang dilakukan guru akhlak terhadap kenakalan siswa yaitu melalui: a. perkumpulan rutin satu bulan sekali dengan memberikan siraman rohani dan memberikan pengarahan kepada siswa tentang akhlak dan moral sebagaimana layaknya orang muslim. b. Sekolah mengundang dari pihak kepolisian untuk melakukan penyuluhan terhadap siswa tentang dampak dari kenakalankenakalan yang nantinya menjurus kearah kejahatan. c. Sekolah mengundang dari dinas kesehatan untuk melakukan workshop dan mengadakan talk show. 3. Meningkatkan penyadaran diri remaja. Melalui penyadaran akan pengertian dirinya, diharapkan siswa bisa mengerti dan membedakan mana yang baik dan yang buruk sehingga pada akhirnya siswa tersebut tidak melakukan kenakalan lagi. 4. Bimbingan berperilaku baik terhadap orang tua. Guru akhlak melakukan penyadaran kepada siswa tentang pentingnya hubungan baik dengan orang tua, hal itu bisa terwujud melalui tingkah laku seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tua, bersikap hormat, tidak membantah perintah orang tua dalam hal kebjikan, bahkan berkata hus pun dilarang sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur an Surat Al-Isra ayat

14 5. Penyuluhan hidup bermasyarakat. Dengan memberikan penyuluhan kepada siswa dalam bermasyarakat, saya berharap nantinya perilaku siswa di dalam kehidupannya akan menjadi lebih baik karena perilaku siswa akan menjadi teladan bagi masyarakat. Ketika seorang siswa tersebut menjadi teladan bagi masyarakat, maka akan timbul perasaan enggan dan malu ketika dia mau melakukan suatu kejahatan, penyuluhan hidup bermasyarakat ini dilakukan dengan cara mengadakan workshop setiap satu bulan sekali dengan mendatangkan penyuluh agama dari dinas Kementerian Agama Menyediakan klinik sebagai biro konsultasi. Klinik ini digunakan untuk membantu siswa mengkonsultasikan masalah yang dihadapi guna menyelesaikan atau menghadapi masalahnya, sehingga dengan adanya klinik ini diharapkan siswa tidak melakukan kenakalan lagi karena perilaku kenakalan mereka sebagian besar disebabkan oleh masalah-masalah yang tidak bisa mereka temukan problem solvingnya. B. Upaya Guru Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Dari hasil wawancara dengan Bapak Rokhmad selaku guru akhlak, dapat diketahui bahwa upaya upaya yang dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al-Hikmah Kajen antara lain: 12 Hasil wawancara dengan Rokhmad, Jum at 08 Juni 2012 pukul WIB. 13

15 1. Tindakan preventif Tindakan preventif maksudnya yaitu suatu langkah atau usaha kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mencegah timbulnya kenakalan atau pelanggaran siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rokhmad selaku guru Akhlak dapat diketahui bahwa usaha-usaha pencegahan dilakukan oleh guru akhlak MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati mencakup: a. Memberikan pemahaman agama dan penanaman akhlak kepada siswa baik dalam penyampaian materi pelajaran. b. Memotivasi siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler khitobah. c. Membantu malakukan SIDAK (inspeksi dadakan). d. Memberikan contoh yang baik terhadap siswa. 2. Tindakan represif Tindakan represif ini bertujuan untuk membina agar kenakalan tidak timbul kembali dan menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat. Berdasarkan hasil wawancara antara penulis dengan Bapak Rokhmad selaku guru akhlak terkait tentang usaha represif yang seperti yang dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al-Hikmah Kajen diperoleh keterangan sebagaimana berikut: 14

16 a. Memberi nasihat, peringatan, dan sanksi kepada siswa yang melanggar tata tertib. Sanksi dan hukuman yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan siswa. b. Mengadakan home visit, hal ini dilakukan guru akhlak ketika siswa sering melanggar tata tertib sekolah. Langkah pertama yang dilakukan guru akhlak adalah dengan menegur siswa dan menasihatinya, bila tidak ada perubahan yang baik guru akhlak dengan bekerja sama dengan guru Bimbingan Konseling memberikan surat panggilan yang ditujukan kepada orang tua siswa/wali murid, dan apabila tidak ada perubahan juga maka guru akhlak melakukan kunjungan ke rumah siswa untuk mengetahui permasalah yang sebenarnya. 3. Tindakan kuratif Tindakan kuratif adalah usaha penyembuhan (perbaikan) terhadap siswa yang dianggap melanggar tata tertib sekolah atau sampai pada taraf kenakalan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rokhmad selaku guru akhlak tentang tindakan kuratif yang dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al-Hikmah Kajen, diperoleh keterangan sebagai berikut: a. Melakukan pengawasan kepada siswa bekerja sama dengan seluruh pengajar dan staff perguruan islam Al-Hikmah. b. Melakukan bimbingan dengan siswa secara pribadi. 15

17 c. Memberikan nasihat kepada siswa dengan tujuan untuk meminimlisir tindakan yang menyimpang dari norma agama dan sosial. d. Menanamkan nilai-nilai islami akhlakul karimah. 16

18 BAB III A. Kesimpulan Setelah mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data sebagai hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al- Hikmah Kajen secara garis besar dilakukan dengan cara antara lain: melalui kegiatan pembelajaran, pembinaan akhlak dan moral, meningkatkan penyadaran diri remaja, bimbingan berperilaku baik terhadap orang tua, penyuluhan hidup bermasyarakat dan menyediakan klinik skonsultasi. 2. Upaya yang dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di MA Al-Hikmah Kajen melalui tiga tindakan yaitu tindakan preventif, tindakan represif dan tindakan kuratif yang masing-masing dilaksanakan berdasarkan tingkat kenakalan yang dilakukan. Usaha yang bersifat preventif maksudnya yaitu suatu langkah atau usaha kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mencegah timbulnya kenakalan atau pelanggaran siswa. B. Saran Segala apa yang kita laksanakan pasti tidak lepas dari sebuah ketidaksempurnaan, kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Setelah 17

19 mengadakan penelitian dan terlibat langsung didalamnya maka penulis akan menyumbangkan sedikit saran antara lain: 1. Guru akhlak sebaiknya lebih sering melakukan penyadaran diri kepada peserta didik, karena melalui cara ini peserta didik dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, sehingga peserta didik tidak melakukan kenakalan lagi. 2. Guru akhlak seharusnya lebih kreatif lagi dalam menentukan strategi dalam mengatasi kenakalan siswa. Misalnya disesuaikan dengan suatu hal yang sangat digemari oleh peserta didik, sehingga pada nantinya peserta didik akan mengikutinya tanpa merasa dipaksa ataupun digurui. 3. Guru akhlak selaku pendidik yang mempunyai tanggung jawab untuk membina akhlak siswa, sebaiknya lebih intensif melakukan pembinaan akhlak dan moral kepada peserta didik. 4. Guru akhlak perlu melaksanakan pendidikan karakter bagi peserta didik, karena apabila peserta didik mempunyai karakter yang baik maka dia tidak akan melakukan kenakalan. 5. Usaha yang dilakukan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa hendaknya benar-benar direalisasikan secara komprehensif. 6. Usaha-usaha yang dilakukan guru akhlak baik secara preventif, represif, maupun kuratif, sebaiknya disertai dengan menggunakan pendekatan secara personal kepada peserta didik untuk memahami kodisi psikologis peserta didik. 18

20 7. Guru akhlak di harapkan untuk lebih serius dalam menanggulangi kenakalan, dengan begitu kenakalan yang ada di MA Al-Hikmah Kajen tidak meluas atau semakin banyak. 19

21 DAFTAR PUSTAKA D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Dan Singgih D. Gunarsa Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Darajat, Zakiah Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Kartono, kartini Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Mulyono, Y. Bambang Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja Dan Penaggulangannya. Yogyakarta: Kanisius. Panuji, Panut Dan Ida Umami Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Saputra, Suprihadi dkk Strategi Pembelajaran. Malang: Departemen Pendidikan Nasional. Sudarsono Kenakalan Remaja: Prefensi, Rehabilitasi Dan Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Uakesana. Pengertian kegiatan pembelajaran. Evi Hidayatin Ni mah Tunjungrejo Rt. 01 Rw. 05 Kecamatan Margoyoso, Kab. Pati Kode Pos No Telfon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, dari masa tanpa identitas ke masa pemilikan identitas diri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena pendidikan menunjang manusia mencapai taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada saat ini keberadaannya dirasakan sangat penting. Oleh karena itu sebagai tugas utama dari keluarga bagi pendidikan adalah mendidik anak sebaik-baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan kehidupan manusia. Pola kehidupan pun semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang diberikan kesempurnaan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang lainnya. Sejak dilahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa menjalani dunia Pendidikan bagi siswa yang memiliki rentang usia 15-18 tahun adalah Pendidikan berjenjang Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PENGARUH KENAKALAN REMAJA DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja bersifat Amoral/ Asosial yang terjadi di SMPN 2 Sumbergempol

a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja bersifat Amoral/ Asosial yang terjadi di SMPN 2 Sumbergempol A. Temuan Penelitian Berdasarkan paparan dan analisis data diatas maka diperoleh temuan data sebagai berikut: 1. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja Yang Dilakukan Remaja Di SMPN 2 Sumbergempol a. Bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMK N

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh :

TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh : TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh : Meilyana Megasari Nyoman Dewa Rai Asmara Putra Program Kekhususan Hukum Acara Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Tujuan dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik. Dengan demikian setiap proses pendidikan harus diarahkan pada tercapainya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember, BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Terdahulu Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak mengesampingkan hasil dari penelitian yang lebih dahulu dilakukan oleh peneliti lain. Hal ini dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat peneliti simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah. BAB I PENDAHULUAN Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, kehadiran bimbingan konseling Islami telah menjadi wawasan baru dalam perkembangan keilmuan bimbingan dan konseling di sekolah ataupun di madrasah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode strum und drang. Sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode strum und drang. Sebabnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah Ilahi yang tercipta dari dua insan dan terlahir sebagaimana fitrahnya yang suci. Anak yang terlahir sudah seharusnya dirawat dan dididik dengan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERANAN POLISI DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI POLRES WONOGIRI PADA TAHUN

NASKAH PUBLIKASI PERANAN POLISI DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI POLRES WONOGIRI PADA TAHUN NASKAH PUBLIKASI PERANAN POLISI DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI POLRES WONOGIRI PADA TAHUN 2012 (Studi Kasus di Polres Wonogiri) Oleh: DELY SETYAWAN A220080019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN

PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN 307 PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN Oleh Kadek Dewi Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar dsetiawati445@gmail.com Abstrak Diera globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis (wahdatul anasir), manusia memiliki empat fungsi yaitu manusia sebagai makhluk Allah SWT, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah remaja adalah suatu masalah yang sebenarnya sangat menarik untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara lain kenakalan remaja. Kenakalan remaja lebih banyak cakupnya dan lebih dalam bobot isinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan esensial dalam kehidupan manusia. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat timbul disebabkan oleh faktor- faktor penyebab, baik faktor intern

BAB I PENDAHULUAN. dapat timbul disebabkan oleh faktor- faktor penyebab, baik faktor intern 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang berada di dalam suatu masyarakat yang dapat dilihat dari berbagai aspek yang berbeda. Kejahatan dapat timbul disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan, yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan sebagai batang muda yang akan menentuka nasib negara itu sendiri. Karena remajalah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2011), hlm Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka, 1990), hlm 1

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2011), hlm Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka, 1990), hlm 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sudut etimologis juvenile delinquency berarti kejahatan anak akan tetapi makna yang muncul dari kejahatan anak adalah makna negatif. Makna yang muncul dari kejahatan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Penelitian Penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana gambaran mengenai upaya madrasah dalam menanggulangai pengaruh negatif teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pentingnya moral dalam kehidupan manusia adalah manusia tidak biasa hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai aturan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KENAKALAN REMAJA DI MA AL-AZHAR SERABI BARAT MODUNG BANGKALAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KENAKALAN REMAJA DI MA AL-AZHAR SERABI BARAT MODUNG BANGKALAN. A. Latar Belakang Lailatul Fitriyah 11410114 HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KENAKALAN REMAJA DI MA AL-AZHAR SERABI BARAT MODUNG BANGKALAN A. Latar Belakang Penelitian ini mengambil background di salah satu desa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya hidup manusia, kenyataan semacam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN A. Analisis Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa-Siswi SD Negeri Salit Kajen

Lebih terperinci

PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar)

PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar) PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh yang sangat besar. Zakiah Daradjat menyebutkan ada tiga fungsi agama terhadap mereka yang meyakini kebenarannya, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari analisis data dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di Negara-negara maju maupun Negara-negara yang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. baik di Negara-negara maju maupun Negara-negara yang berkembang seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah kenakalan remaja ini semakin meresahkan masyarakat, baik di Negara-negara maju maupun Negara-negara yang berkembang seperti Negara kita Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. 1 Persoalan remaja selamanya hangat dan menarik, baik di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun. 1 Persoalan remaja selamanya hangat dan menarik, baik di negara yang tahun. 1 Persoalan remaja selamanya hangat dan menarik, baik di negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolesensi) adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena terkadang banyak hal dan permasalahan yang dialami berasal dari pikiran

BAB I PENDAHULUAN. karena terkadang banyak hal dan permasalahan yang dialami berasal dari pikiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang mungkin belum begitu paham dan mengetahui apa itu Hypnotherapy. Hypnotherapy adalah sebuah seni berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar yang

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah membuka wawasan dan kesadaran masyarakat yang diikuti dengan munculnya sejumlah harapan dan kecemasan. Harapan dan kecemasan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan lajunya perkembangan zaman di segala bidang, perubahan ke arah kemajuan bangsa semakin berkembang. Salah satu kemajuan itu tampak dalam teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, dan tidak dapat ditinggalkan dalam setiap kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan bahwa dengan pendidikanlah

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU SISWA SMP DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI PANCASILA SILA KELIMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Di SMP Negeri 3 Sawit Boyolali)

ANALISIS PERILAKU SISWA SMP DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI PANCASILA SILA KELIMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Di SMP Negeri 3 Sawit Boyolali) ANALISIS PERILAKU SISWA SMP DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI PANCASILA SILA KELIMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Di SMP Negeri 3 Sawit Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang binasa. 1 Keluarga merupakan satu elemen terkecil dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak ketika pertama kali lahir kedunia dan melihat apa yang ada didalam rumah dan sekelilingnya, tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kenakalan anak dan remaja di Indonesia pada saat ini menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan remaja dari mulai tawuran antar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003). 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN JUVENILE DELINQUENCY MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK N 1 PURWOJATI PADA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENANGGULANGAN JUVENILE DELINQUENCY MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK N 1 PURWOJATI PADA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENANGGULANGAN JUVENILE DELINQUENCY MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK N 1 PURWOJATI PADA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut. laku remaja sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut. laku remaja sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut remaja danmereka beranggapan bahwa mereka bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi belum mampu memegang tanggung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Konsep Pendidikan Moral Siswa di MTs Hasbullah Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi Abu, sholeh Munawar, 2004, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT Rineka Cipta

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi Abu, sholeh Munawar, 2004, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT Rineka Cipta DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu, sholeh Munawar, 2004, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT Rineka Cipta Bungin M. Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group Chaplin J. P, 1981,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan kepada situasi yang kurang menguntungkan. Kondisi ini terjadi sejalan dengan semakin banyaknya kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak sangatlah urgen bagi manusia, urgensi akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan yang dibawa oleh semangat globalisasi dan informasi saat ini sudah menggoncang masyarakat dan sekolah, kampus dan tatanan kehidupan dalam segenap seginya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang unik. Keunikan tersebut karena melibatkan subjek berupa manusia dengan segala keragaman dan ciri khasnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan tuntunan yang didapatkan anak untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, membentuk karakter diri, serta mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tipe penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatoris. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang bersifat individual dan juga bersifat sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing yang tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cerita atau jalan untuk mengembangkan dan mengarahkan dirinya menjadi sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan sempurna.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam setiap kehidupan manusia. Keluarga juga mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian

Lebih terperinci

Suka bolos, berkelahi dengan anak sini dan luar, suka minum-minum, suka merokok, pernah bantah guru

Suka bolos, berkelahi dengan anak sini dan luar, suka minum-minum, suka merokok, pernah bantah guru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, juvenile delinquency kian mengerikan di tengah masyarakat, padahal seorang remaja merupakan bibit pemegang kunci keberhasilan suatu negara di masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN Rahmat Hidayat, Erik Saut H Hutahaean, Diah Himawati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan dari waktu ke waktu dirasa semakin kompleks. Baik persoalan antar guru, guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Kompleksitas masalah-masalah berujung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERILAKU DELINKUEN DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSI PENYANDANG TUNALARAS DI SLB-E BHINA PUTERA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan dan menyelaraskan pembangunan dan kemajuan, maka nilai akhlak harus tetap dilestarikan dan ditanamkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN GURU BK (KONSELOR) DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN GURU BK (KONSELOR) DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN GURU BK (KONSELOR) DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Indra Putra Pratama, I Made Sonny Gunawan, Ni Ketut Alit Suarti Bimbingan Konseling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN Diana Dewi Wahyuningsih Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dianadewi_81@yahoo.com Kata Kunci: Pendidikan Seksualitas, Aspek Psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan umat manusia yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya sebuah pendidikan, maka tidak mungkin suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII F. Ivana Yudiastri (Fransiskai777@gmail.com)¹ Yusmansyah² Ranni Rahmayanthi³ ABSTRACT The purpose of this

Lebih terperinci

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016 PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE BRAINSTORMING TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS X SMA SANTO MICHAEL SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 Irma Oktaviani Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH. Oleh : Andi Riswandi Buana Putra*

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH. Oleh : Andi Riswandi Buana Putra* PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH Oleh : Andi Riswandi Buana Putra* Abstrak Masa remaja seringkali dihubungkan dengan penyimpangan dan ketidakwajaran. Kenakalan remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN DIRI DENGAN SIKAP PEDULI SOSIAL SISWA DI SMPN 1 SANGGAR KAB. BIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN DIRI DENGAN SIKAP PEDULI SOSIAL SISWA DI SMPN 1 SANGGAR KAB. BIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN DIRI DENGAN SIKAP PEDULI SOSIAL SISWA DI SMPN 1 SANGGAR KAB. BIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Irawan M.Tayeb, H. Sayafuddin, Sukarman Bimbingan Dan Konseling, FIP, IKIP Mataram Irawanmtayeb@gmail.com

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 0 PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN KEJUJURAN ANAK PADA KELUARGA POLISI (Studi Kasus di Aspolres Sragen Mageru RT 03/RW II Sragen Tengah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci