BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori I. Hakikat Keterampilan Motorik Halus a. Pengertian Keterampilan Motorik Halus Pada dasarnya perkembangan motorik adalah aspek perkembangan yang utama sebelum perkembangan kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Namun saat ini perkembangan motorik anak kurang diperhatikan sehingga kemampuan motorik anak menjadi kurang merata. Seperti yang dinyatakan oleh Suyadi (2010:67) bahwa perkembangan fisik motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, da otot terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang telah aada sejak lahir. Maka dari itulah perkembangan motorik baiknya diperhatikan dengan tidak mengesampingkan perkembangan-perkembangan yang lainnya. Anak dengan keterampilan motorik halus ialah anak yang mampu mengkoordinasikan perintah-perintah yang didapatnya menjadi suatu gerakan yang cermat dan tepat. Seperti yang diungkapkan oleh Suyadi (2010:69) bahwa perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail. Sehingga anak memerlukan penanganan secara terus menerus untuk mengasah serta mengetahui sejauh mana perkembangan keterampilan motorik anak tersebut. Hal ini dapat dilakukan oleh seorang guru ketika berada di sekolah dengan memberikan kegiatan yang memfungsikan otot-otot kecil dan jari-jemarinya. Sumantri (2005:143) berpendapat bahwa keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang 7

2 8 sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit, dan lain-lain. Kemampuan mengkoordinasikan kedua tangan adalah tujuan dari pengembangan keterampilan motorik halus. Menurut Saputra & Rudyanto (2005:115) menjelaskan bahwa keterampilan motorik halus adalah kemampuan motorik yang berhubungan dengan keterampilan kedua tangan. Melalui melalui pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus adalah kemampuan mengkoordinasikan kedua tangan melalui kinerja otot-otot halus jari yang membutuhkan kecermatan, koordinasi mata dan tangan dalam pelaksanaan segala aktivitasnya. b. Tujuan Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Peningkatan pembelajaran yang berguna untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak pada usia dini sangat dibutuhkan. Karena pengembangan motorik halus yang sudah dilatih sejak usia dini akan membuat anak siap menjajaki tingkatan pendidikan yang selanjutnya yaitu sekolah dasar. Beberapa tujuan pengembangan motorik halus oleh para ahli adalah sebagai berikut: Tujuan pengembangan keterampilan motorik halus menurut Sumantri (2005:9) adalah: 1) Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. 2) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. 3) Mampu mengendalikan emosi. Melalui pendapat yang disampaikan oleh Sumantri (2005:9) dapat diambil garis tengahnya yaitu melalui pengembangan keterampilan motorik halus yang sejak dini telah diajarkan di Taman Kanak-kanak atau

3 9 Raudhatul Athfal maka akan memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan dengan mata dan kemudian melatih pengendalian emosi. Sedangkan menurut Sujiono dkk (2007: ) pengembangan keterampilan halus memiliki tujuan sebagai berikut : 1) Mampu memperlancar proses sirkulasi darah dan pernafasan anak 2) Mampu mengembangkan aspek sosial dan emosional anak 3) Mampu menumbuhkan kreativitas dan daya imajinasi anak Sehingga melaui kedua pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan melakukan pengembangan keterampilan motorik halus dapat meningkatkan fungsi otot-otot kecil pada jari tangan, mengembangkan aspek sosial dan emosi anak, serta dapat meningkatkan daya kreasi dan imajinasi pada anak. c. Fungsi Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Berkembangnya kemampuan keterampilan motorik halus tentunya akan mendukung aspek perkembangan kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Karena pada hakikatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk mengetahui fungsi dari pengembangan keterampilan motorik halus. Menurut Sumantri (2005:10) Fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah: 1) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan. 2) Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata. 3) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi Berbeda pendapat dengan Sumantri kepada fungsi komponen motorik halusnya pendapat Mutahir & Gusril (2004:51) menyatakan bahwa

4 10 fungsi utama motorik ialah mengembangkan kesanggupan dan keterampilan tiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya kerja. Sehingga melalui kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi keterampilan motorik halus adalah alat untuk mengembangkan keterampilan gerak dan koordinasi kecepatan tangan dan mata serta melatih emosi guna mempertinggi daya kerja. d. Proses Perkembangan Keterampilan Motorik Halus Proses perkembangan keterampilan motorik halus tidak dapat dijauhkan dari proses belajar. Proses belajar itulah yang nantinya akan menjadikan anak semakin mahir dalam mengelola gerakan motorik halusnya. Sehingga anak menjadi lebih terampil serta meningkatkan kepercayaan diri yang lebih seperti teman-temannya yang lain. Menurut (Fitts, Postner, Sugiyanto & Sujarwo, 1991) dalam Sumantri (2005:101) proses perkembangan belajar motorik anak usia dini terjadi dalam 3 tahap yaitu: 1) Tahap Verbal Kognitif Tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut dengan fase kognitif ka rena pada tahap ini anak menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari; sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. 2) Tahap Asosiatif Tahap ini disebut juga dengan tahap menengah. Pada tahap ini tingkat penguasaan gerakan di mana anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. 3) Tahap Otomasi Tahap ini dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak.

5 11 Pencapaian pada tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak mampu melakukan gerakan secara otomatis. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik atau spontan. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa ada 3 tahap perkembangan keterampilan motorik yaitu tahap verbal kognitif, asosiatif, dan otomasi. e. Faktor-faktor Penentu Keterampilan Motorik Keterampilan motorik halus memiliki beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan untuk menunjang perkembangannya. Beberapa faktor tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.keterampilan motorik halus mengalami perkembangan melalui berbagai faktor, menurut Mahendra (1998) dalam Sumantri (2005:110) ada tiga faktor utama penentu pencapaian keterampilan motorik. Faktor Proses Belajar (Learning Process) adalah proses pembelajaran, proses pembelajaran ini tidak dapat dijauhkan dari proses pembelajaran yang berada di sekolah. Yaitu ketika pembelajaran motorik dikelas anak akan dipertemukan dengan berbagai macam masalah atau soal yang berkaitan dengan keterampilan motorik halus. Sehingga dengan semakin banyak anak belajar mengenai keterampilan motorik halus, anak akan semakin banyak belajar. Dengan faktor belajar inilah perkembangan keterampilan motorik halus anak dapat meningkat. Faktor Pribadi (Personal Factor) setiap anak merupakan individu yang berbeda-beda, baik karakter, kecerdasan, jiwa sosial, kemampuan fisik, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Dengan memahami adanya perbedaan-perbedaan tersebut maka tidak mengherankan apabila kesuksesan dalam menguasai keterampilan motorik juga ditentukan

6 12 berdasarkan ciri-ciri atau kemampuan dan bakat dari orang yang bersangkutan. Faktor Situasional (Situational Factors) Faktor situasional berhubungan dengan faktor lingkungan atau kondisi yang dapat memberikan perubahan makna serta situasi pada kondisi pembelajaran. Dalam hal ini dibutuhkan strategi oleh guru untuk memberikan pembelajaran yang menarik sehingga situasi yang positif dapat dibangun di dalam kelas. Menurut pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada 3 tahap penentu keterampilan motorik dibagi menjadi tiga yaitu faktor proses belajar, pribadi, dan situasional. Pendampingan dari guru dan orangtua dibutuhkan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan ketiga faktor keterampilan motorik anak ini. f. Ciri-ciri Perkembangan Keterampilan Motorik Halus Perkembangan keterampilan motorik halus memiliki ciri-ciri dalam setiap tahapannya. Seperti yang diungkapkan oleh Caughlin (2001) dalam Sumantri (2005:103) menjelaskan sejumlah indikator perkembangan motorik halus anak usia dini berdasarkan kronologis usia : Pada anak usia empat tahun anak dapat melakukan kegiatan seperti (1) menggamb ar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut dan gambar tersebut dapat dikenali orang lain, (2) mempergunakan gerakan-gerakan jemari dalam permainan jemari, (3) menjiplak gambar kotak, (4) menulis beberapa huruf. Sedangkan pada usia lima sampai dengan enam tahun kegiatan yang sudah mampu dilakukan anak seperti (1) menulis nama depan, (2) mewarnai dengan garis-garis, (3) memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari, (4) menggambar orang beserta rambut dan hidung, (5)

7 13 menjiplak persegi panjang, sgitiga, dan wajik, (6) memotong bentuk-bentuk sederhana. Berdasarkan pendapat dari Caughlin (2001) dalam Sumantri (2005:103) ciri-ciri perkembangan keterampilan motorik halus dibagi dalam dua periode usia yaitu usia empat dan lima sampai dengan enam tahun, pada usia empat tahun anak sedang berlatih menggerakkan jari-jarinya dengan kegiatan seperti menggambar, menjiplak, dan menulis beberapa huruf. Berbeda dengan usia lima sampai dengan enam tahun pada usia ini anak sudah dituntut untuk dapat memfungsikan jari-jarinya secara lebih benar sehingga kesalahan-kesalahan dapat diminimalisir. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menunjang keterampilan motorik halus anak ini seperti menulis nama depan, mewarnai dengan garis-garis, memegang pensil dengan benar, dan seterusnya. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tingkat pencapaian lingkup perkembangan motorik halus anak dengan rentang usia 4-<5 tahun, yaitu : 1) Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri dan kanan, dan lingkaran. 2) Menjiplak bentuk 3) Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit. 4) Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media. 5) Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media. Selain itu standar tingkat pencapaian motorik halus anak dengan rentang usia 5-6 tahun, yaitu:

8 14 1) Menggambar sesuai dengan gagasannya 2) Menirukan bentuk dalam menggambar 3) Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan 4) Menggunakan alat tulis dengan benar 5) Menggunting sesuai dengan pola 6) Menempel gambar dengan tepat 7) Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara sederhana Berdasarkan beberapa pendapat di atas, ciri-ciri perkembangan motorik halus yang dicapai oleh anak usia 5-6 atau anak Taman Kanak-kanak kelompok B adalah (a) menggambar sesuai dengan pikirannnya, (b) mewarnai lebih rapi dengan bantuan garis pembatas, (c) menggunting lebih rapi dan akurat, (d) mulai bisa menggunakan alat tulis sendiri, (e) menjiplak berbagai macam bentuk, (f) dapat mengkreasikan berbagai media sebagai alat bermain. g. Unsur Keterampilan Motorik Halus Keterampilan motorik halus tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur penting yang mengikutinya. Menurut Moeslichatoen (2004) dalam Hajarwati (2014:13) menyatakan bahwa dalam keterampilan motorik halus memerlukan 3 unsur keterampilan motorik halus, yaitu: 1) Kecepatan 2) Ketepatan 3) dan, keterampilan menggerakkan Sedangkan menurut E. Hurlock (1978:158) menyatakan bahwa unsur dari keterampilan motorik halus ialah kecepatan, akurasi, kekuatan dan efisiensi gerakan. Pada penelitian ini peneliti lebih cenderung pada pendapat dari Moeslichatoen (2004) dalam Hajarwati (2014:13) Karena kekuatan dan

9 15 efisiensi gerakan sudah termasuk dalam kemampuan keterampilan menggerakkan. Selain itu peneliti dlam hal ini menggunakan ketiga unsur keterampilan motorik halus untuk mendukung penilaian keterampilan motorik halus pada penelitian ini. h. Stimulasi Peningkatan Perkembangan Fisik-Motorik Perkembangan motorik anak usia dini tidak bisa lepas tanpa adanya stimulasi-stimulasi yang dilakukan oleh guru ataupun orang tua peserta didik. Dave (1970) dalam Suyadi (2010:73) mengembangkan teori Bloom dengan mengklasifikasikan domain psikomotorik ke dalam lima kategori. Kategori tersebut adalah imitation (peniruan), manipulation (penggunan konsep), presition (ketelitian), articulation (perangkaian), dan naturalization (kewajaran/kealamiahan). Kelima teori Dave tersebut merupakan sumber stimulasi yang digunakan untuk meningkatkan perkembangan fisik-motorik anak usia dini. Gambaran mengenai Teori Dave (1970) sebagai berikut : Imitation (Peniruan) merupakan kemampuan dalam melakukan gerakan yang telah dilatih sebelumnya. Sehingga dalam imitasi ini anak mendapatkan stimulasi gerak melalui peragaan yang diajarkan oleh guru kepada anak didik. Manipulation (Penggunaan Konsep) adalah kemampuan anak menggunakan konsep yang telah didapatkan anak melalui kegiatan meniru pada tahap sebelumnya. Pada tahapan ini anak mencoba sendiri dengan selalu mengikuti arahan, penampakan gerakan, dan selalu melakukan latihan-latihan untuk mengembangkan keterampilan motorik anak. Presition (Ketelitian) merupakan kemampuan yang berhubungan dengan ketelitian suatu gerakan. Pada tahap ini anak sudah dapat mengerti akan urutan-urutan dalam gerakan. Namun, memerlukan ketelitian dalam

10 16 setiap gerakannya agar gerakan itu nantinya dapat menjadi sempurna. Articulation (Perangkaian) artikulasi merupakan kesatuan antara peniruan, penggunaan konsep, kemudian ketelitian. Melalui tahapan perangkaian ini anak sudah dapat melakukan kontrol terhadap tubuh dengan baik, tetapi perlu meningkatkan kemampuan koordinasi antara organ tubuh, mata, dan syaraf, agar anak dapat melakukan serangkaian gerakan secara kombinatif dan berkesinambungan. Naturalization (Kewajaran/Kealamiahan) adalah tahapan akhir dari stimulasi pada tahap gerakan. Pada tahap ini anak sudah mendapatkan hasil dari latihan dari gerakan-gerakan yang dilakukan sebelumnya. Sehingga pada tahap naturalization ini gerakan lebih terlihat alami dan wajar dalam kegiatan sehari-hari. i. Program Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Perkembangan keterampilan motorik halus perlu diketahui untuk menentukan tindakan pembelajaran yang sesuai terhadap pola pikir anak. Seperti yang dinyatakan oleh Sumantri (2005:149) menyatakan bahwa program pengembangan keterampilan motorik halus adalah sebagaimana pada tabel dibawah: Kelompok Usia Hasil Belajar Indikator/Kegiatan Lahir - 12 bulan (Bayi) Bayi mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan menunjukkan keterampilan jari Memegang benda Dapat mengambil benda balok ukuran kepalanya Memindahkan benda

11 17 tangan 1-3 tahun Anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya ke tangan satunya Memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah Memegang botol susu dalam mulutnya Menggerakkan atas permintaan orangtua secara lisan. Misalnya bertepuk tangan, salam, dadah, dll. Menyendok makanan, dan minuman sendiri walaupun belum sempurna. Menuangkan cairan dari satu wadah ke wadah lainnya Memasukkan benda kecil ke dalam wadah yang lebih besar Mengambil benda dengan jari Memindahkan benda dari tangan dari tangan ke tangan

12 18 dan menunjukkan gerak lentur dan seimbang. 4-6 tahun Anak menunjukkan kelentukan otot dan mampu menolong diri sendiri Memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah Memegang cangkir Kegiatan mencoret-coret dengan alat tulis Memegang pensil/crayon Bermain menyusun balok Membuka kancing pakaian tanpa bantuan Belajar memakai dan membuka kaos kaki Dapat mengurus dirinya sendiri antara lain: makan, berpakaian, mandi, menyisir rambut, mencuci, dan melap tangan. Dapat mengikat tali sepatu sendiri dengan sedikt bantuan atau sama sekali tanpa bantuan.

13 19 sangkar T T Menjahit sederhana a Tabel 2.1 : Program Pengembangan Keterampilan Motorik Halus (Sumantri, 2005:149) Berdasarkan tabel program di atas pengembangan keterampilan motorik halus dapat diketahui melalui setiap tahapan usia yang melalui kegiatan-kegiatan ini nantinya dapat menyempurnakan keterampilan motorik halus dan menunjang kemampuan kognitf, bahasa, sosial dan emosional anak usia dini. Dapat membuat berbagai bentuk dengan menggunakan platisin, playdough, dll Meniru membuat garis tegak garis datar dan lingkaran Menirukan melipat kertas sederhana Menggambar orang yang berdiri sari dua bagian Belajar menggunting Dapat menyalin lingkaran dua bujur

14 20 II. Hakikat Corrugated Paper a. Pengertian Corrugated Paper Kertas Bergelombang (Corrugated Paper) atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama kertas Kokoru. Awal mula dari Corrugated Paper ini menurut Suryani (2014:10) pertama kali ditemukan pada pertengahan abad ke 19. Karena sifatnya yang mampu melindungi dari benturan, maka kegunaan dari kertas bergelombang ini kemudian mulai berkembang dan dapat dimanfaatkan sebagai pembungkus. Pada tanggal 20 Desember 1871, Albert L Jones dari New York memperoleh paten kertas bergelombang digunakan sebagai alat pembungkus bahan pecah belah seperti botol, lampu yang dibuat dari kaca dan lain-lain. Kertas bergelombang yang semula hanya digunakan sebagai pembungkus berwarna cokelat itulah kemudian kertas bergelombang dengan berbagai varian warna muncul. Suryani (2014:10) menyatakan bahwa Corrugated Paper merupakan kertas bergelombang yang memiliki aneka warna, menarik dan dalam penggunaannya Corrugated Paper ini menggunakan 3 teknik dasar, yaitu menggunting, menggulung dan menempel. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Corrugated Paper adalah kertas bergelombang berwarna yang terbuat dari pulp, yang memiliki aneka warna dan menarik, yang dalam pembuatannya memerlukan 3 teknik dasar yaitu; menggunting, menggulung dan menempel. corrugated paper merupakan sejenis kertas untuk membuat dekorasi, pembatas buku, mainan, dan banyak benda-benda yang dapat dijadikan miniatur apabila menggunakan Corrugated Paper ini. Kertas ini dapat digunakan oleh berbagai tingkatan usia, mulai dari taman kanak-kanak, hingga untuk mahasiswa ataupun orangtua.

15 21 b. Macam Corrugated Paper Menurut penuturan dari website resmi ( atau buku yang dikarang oleh Kokoru Indonesia, Corrugated Paper ini dibagi menjadi 2 macam yaitu Hachi dan Ichi. Perbedaan antara 2 macam Corrugated Paper ini berdasarkan ukurannya. Berikut penjelasannya : 1) Hachi Hachi dalam bahasa Jepang artinya delapan yang berarti ada 8 lembar Corrugated Paper dengan ukuran 21 x 29,7 cm atau serupa dengan A4. 2) Ichi Ichi dalam bahasa Jepang artinya satu yang berarti corrugated paper tersebut terdiri dalam satuan-satuan panjang yang ukurannya 1,3 x 50 cm. Corrugated Paper ini juga memiliki nama-nama yang berbeda berdasarkan varian warnanya, yaitu; Ichi, Ichigo, Ichiro, Hachi, Hachigo dan Hachiro. Namun karena perbedaan ini hanya sekedar varian warna yang berbeda menurut jenis produk jadi tidak ada penjelasan lebih lanjut. c. Teknik dan Langkah Penggunaan Corrugated Paper Membuat keterampilan dengan dengan bahan baku kertas merupakan hal yang mudah bagi orang dewasa. Namun, akan berbeda jika subyeknya anak-anak. Anak-anak memerlukan daya pikir yang konstruktif guna terjalinnya kesatuan antara otak dan tangan. Pada penggunaan media Corrugated Paper atau Kokoru ini terdapat 3 langkah dasar menurut Suryani (2014:12) bahwa teknik dasar dalam berkreasi dengan menggunakan kertas Kokoru ini adalah menggulung, menggunting, dan menempel. Sehingga berkreasi dengan kertas Kokoru dapat dilakukan oleh semua kalangan mulai dari

16 22 anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Kokoru.co.id dalam buku petunjuk penggunaannya menjelaskan bahwa terdapat 14 langkah dasar dalam mengaplikasikan Corrugated Paper menjadi bentuk bola, yaitu : 1) Gulung kertas mulai dari ujung 2) Gulung dengan kencang 3) Beri lem di ujung kertas 4) Sambung kertas, lalu gulung terus 5) Setelah selesai menggulung, berikan lem pada bagian ujung 6) Tekan bagian tengah dengan menggunakan jempol 7) Berikan lem bagian dalamnya agar kuat 8) Berikan lem di kedua bagian 9) Rekatkan keduanya 10) Berikan lem pada tengah sambungan 11) Tutup dengan kertas baru 12) Gunting kertas yang berlebih 13) Berikan lem pada ujung kertas 14) Tekan agar kuat Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 teknik utama atau dasar dalam pembuatan penggunaan media Corrugated Paper, yaitu menggulung, menggunting dan menempel. Kemudian apabila langkah-langkah membuat penggunaan media Corrugated Paper yaitu dapat disesuaikan dengan kemampuan anak dalam mengkreasikan penggunaan media tersebut. d. Penggunaan Corrugated Paper Bagi Anak Usia 5-6 tahun Bentuk atau model yang dibuat melalui penggunaan Corrugated Paper ini dibuat dengan bentuk yang menarik dan mudah untuk di ikuti oleh anak-anak usia 5-6 tahun, tentunya dengan menerapkan tema

17 23 sebagaimana pembelajaran dikelas. Melalui desain dan bentuk yang disesuaikan dengan tema akan membuat anak lebih senang dan tertarik dalam pembelajaran dikelas. Suryani (2014:15) mengatakan bahwa hal yang penting sebagai orang tua dan guru adalah mau memulai untuk memberi contoh bagaimana berkreasi. Karena tidak mungkin berharap anak-anak kita menjadi kreatif tanpa memberi contoh dan dorongan kepada mereka. Selain itu yang harus diperhatikan adalah masalah keamanan. Penggunaan gunting di kelas juga memerlukan pengawasan guru. Meskipun penggunaan gunting tidak terlalu banyak namun tidak ada salahnya bagi guru apabila melakukan tindakan preventif sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. III. Hakikat Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan salah satu metode dari banyak metode yang digunakan oleh guru. Metode demonstrasi merupakan suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar dengan cara melihat, mendengarkan dan kemudian diikuti dengan menirukan pekerjaan yang didemonstrasikan. Sehingga metode demonstrasi dapat juga dikatakan sebagai metode untuk memperagakan serangkaian tindakan berupa gerakan yang menggambarkan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa atau kejadian (Suryani, 9.3:2010). Sependapat dengan diatas (Syah dalam Gunarti, 9.3:2010) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memeragakan barang, kejadian aturan dan urutan melakukan suatu pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Sehingga melalui metoode demonstrasi ini penyajian materi

18 24 menjadi lebih jelas dan mudah tersampaikan pada peserta didik. Pada kegiatan anak usia dini banyak jenis kegiatan yang tak hanya cukup dijelaskan secara verbal saja, tetapi perlu penjelasan secara konkret atau nyata dengan cara memperlihatkan suatu cara atau gerakan. Karena sesuai dengan cara berpikir anak yaitu konkret dan kritis sehingga anak akan lebih menguasai dalam hal keterampilan tersebut. Dan melalui melihat, meniru dan mendengarkan anak akan mudah mengikuti dan memahami penjelasan dari guru. Melalui pendapat diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode yang yang digunakan untuk memeperagakan suatu proses atau kejadian tertentu yang ingin diketahui secara lebih lanjut dengan cara memperagakan, melakukan, dan menjelaskan. Biasanya metode demonstrasi digunakan untuk membuktikan suatu gerakan untuk dicontoh. b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Metode demontrasi tentunya bukan metode yang paling sempuna. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi tersebuat akan dapat menggunakan metode ini pada kondisi yang tepat dan sesuai. Menurut (Suryani, dkk 2010: ) kelebihan yang dimiliki oleh metode demonstrasi adalah sebagai berikut: 1. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda atau peristiwa. 2. Memudahkan berbagai jenis pekerjaan. 3. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya. 4. Perhatian anak dapat lebih dipusatkan.

19 25 5. Anak dapat ikut serta aktif apabila demonstrasi langsung dilanjutkan dengan eksperimen. 6. Mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi sekiranya hendak mencoba sendiri. 7. Beberapa persoalan yang belum dimengerti dapat ditanyakan langsung saat suatu prose ditunjukkan sehingga terjawab dengan jelas. Beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: 1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda atau peristiwa yang akan dipertunjukkan karena jumlah anak yang banyak dalam satu kelas atau alat yang terlalu kecil sehingga metode demonstrasi hanya efektif untuk sistem kelompok dan kurang efektif apabila menggunakan system klasikal. 2. Tidak semua benda atau persitiwa dapat didemonstrasikan 3. Sukar dimengerti apabila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan. 4. Apabila tidak dilanjutkan dengan eksperimen ada kemungkinan anak menjadi lupa, dan materi belajar tidak akan bermakna karena tidak menjadikan pengalaman belajar bagi anak. Sehingga melalui pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode demonstrasi membantu anak dalam memahami suatu proses atau kejadian dengan lebih jelas dan konkret, perhatian anak menjadi lebih terpusat, anak dapat berperan aktif sehingga secara tidak langsung melatih pergerakan otot syaraf motorik, mengurangi kesalahan yang terjadi langsung karena dapat bertanya kepada guru saat proses berlangsung. Sedangkan kelemahan dari metode demonstrasi adalah alat yang digunakan untuk memperagakan harus dapat diamati secara jelas oleh anak, tidak semua benda atau barang dapat digunakan, kurang sesuai jika digunakan pada

20 26 jumlah anak yang terlalu besar karena akan mengurangi fokus dan perhatian anak, sukar dimengerti apabila dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman. c. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi Penerapan metode demonstrasi pada umumnya hampir sama pada setiap kegiatan. Bedanya pada aspek apa saja yang ingin ditingkatkan oleh guru. Sehinga penerapan metode demonstrasi lebih fleksibel dan menyenangkan. Adapun langkah penerapan metode demontrasi menurut (Gunarti,dkk, 2010: :) adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan tujuan dan tema kegiatan demonstrasi Tujuan dari metode demonstrasi adalah anak dapat menguasai kemampuan yang diharapkan dengan baik tentunya didukung dengan pemilihan tema sesuai, dekat dengan kehidupan anak, menarik dan menantang aktivitas belajar anak. 2. Menetapkan bentuk kegiatan demonstrasi yang dipilih Sebelum menetapkan kegiatan yang akan dilakukan, guru menentukan bentuk kegiatan yang dapat digunakan dengan metode demonstrasi. Seperti penjelasan, sosiodrama, atau cara yang lain. 3. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan Ada dua jenis bahan dan alat yang dibutuhkan dalam metode demonstrasi yaitu (1) bahan dan alat yang digunakan oleh guru untuk mendemonstrasikan yang bentuknya cukup besar sehingga dapat terlihat oleh anak, (2) bahan dan alat yang digunakan oleh anak untuk menirukan contoh yang dilakukan guru. 4. Menetapkan langkah kegiatan demonstrasi Penerapan kegiatan demonstrasi bersifat fleksibel tergantung pada kegiatan yang dipilih oleh guru.

21 27 5. Menetapkan penilaian kegiatan demonstrasi Penilaian kegiatan demonstrasi disesuaikan dengan kemampuan dasar yang akan diukur. Penilaian dapat berupa checklist, dan dokumentasi. d. Teknik Pengembangan Kemampuan Dasar Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode Demnstrasi Kemampuan dasar anak usia dini dapat dikembangkan melalui metode demonstrasi dengan menggunakan langkah-langkah penerapan metode demonstrasi. Pengembangan kemampuan dasar anak seperti halnya kemampuan motorik halus dapat bersifat integrative yang artinya dalam satu kegiatan dapat ikut mengembangkan beberapa aspek perkembangan anak. Metode demonstrasi. Menurut (Gunarti, dkk, 2010: ) kegiatan demonstrasi dapat dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu sebagai berikut: 1. Memperagakan-Melakukan-Menjelaskan (Showing-Doing-Telling) Teknik ini sesuai untuk kegiatan yang meminta anak untuk menirukan apa yang dilakukan oleh guru. Guru yang akan melakukan metode demonstrasi seharusnya guru yang telah memahami tentang gerakan atau tindakan yang akan didemonstrasikan. Pertama, memperagakan (showing). Pada tahap ini guru memperagakan kemampuan untuk dicapai anak. Agar jelas, rangkaian kegiatan perlu dipecah menjadi beberapa tahapan atau urutan. Untuk memulainya pertama kali guru mungkin perlu melakukannya berulang-ulang agar anak jelas dalam mengamati dan menirukannya. Kedua, Melakukan (doing). Pada tahap ini anak melakukan pengulangan tindakan yang dilakukan oleh guru dengan mengikuti prosedur yang didemonstrasikan. Oleh karena itu, guru perlu memperagakan metode demonstrasi dengan seefektif mungkin agar anak dapat mengulangi langkah-langkah tindakan atau gerakan yang

22 28 dipergakan oleh guru. Ketiga, menyampaikan atau menjelaskan gerakan yang tengah dilakukan secara rinci dan operasional. Hal ini akan mempermudah anak menangkap maksud gerakan yang diperagakan oleh guru. 2. Demonstrasi Kombinasi dengan Ekspositori Teknik demonstrasi ini menjelaskan mengenai suatu proses yang berhubungan dengan proses fenomena dengan memperlihatkan kejadiannya. Teknik deonstrasi ini biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu kejadian yang sifatnya ilmiah atau terjadi karena sebab-akibat. 3. Demonstrasi Kombinasi dengan Sosiodrama Teknik demonstrasi dengan sosiodrama ini tidak hanya mengembangkan kemampuan dasar yang ingin dicapai namun juga aspek pengembangan yang lainnya. Teknik ini sesuai untuk mengembangkan kemampuan sosial-emosional, dan moral, agama. 4. Demonstrasi Kombinasi dengan Eksperimen Teknik ini bertujuan untuk membuktikan suatu perubahan sebagai akibat dari suatu tindakan. Teknik ini dekat dengan metode eksperimen karena merupakan satu rangkaian kegiatan dengan sesuatu yang didemonstrasikan. Artinya kegiatan dianggap mencapai tujuan apabila anak memperoleh hasil yang sama dengan yang didemonstrasikan setelah mempraktikkannya sendiri. Sehingga dengan kombinasi ini anak menjadi aktif dan tujuan pembelajaran akan menjadi lebih mengena. 5. Demonstrasi Untuk Kegiatan Khusus Metode demonstrasi dalam kegiatan khusus atau tertentu merupakan metode pendamping atau cara pembelajaran tambahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan utama. Misalnya dalam kegiatan

23 29 matematika membilang, guru dapat mendemonstrasikannya dengan memotong lidi kecil-kecil dan menjelaskan jumlah bilangan yang dimaksud. 6. Demonstrasi dengan Improvisasi Demonstrasi dengan improvisasi ini sebenarnya berasal dari guru karena guru merupakan teladan bagi anak maka seringkali anak menirukan perkataan, perbuatan, dan penampilan yang dilakukan oleh guru. Sehingga demonstrasi dengan improvisasi ini adalah tingkah laku yang tidak direncanakan dan merupakan hal yang mendukung pengembangan sosial-emosional dan moral-agama anak. e. Implementasi Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Pada Usia 5-6 Tahun Penerapan metode demonstrasi dengan corrugated paper untuk meningkatkan keterampilan motorik halus memerlukan perencanaan yang matang untuk tercapainya tujuan dalam pembelajaran. Hal-hal yang perlu untuk dipersiapkan seperti tujuan dan tema, menentukan teknik atau bentuk demonstrasi, menyiapkan alat dan media, menetapkan langkah-langkah dalam kegiatan dan melakukan penelitian. Penelitian mengenai peningkatan keterampilan motorik halus melalui metode demonstrasi dengan corrugated paper, singkatnya dilaksanakan sebagai berikut: 1. Kemampuan yang diharapkan tercapai: keterampilan menggerakkan tangan, kekuatan otot jari, kecepatan tangan. 2. Tema: Tumbuh-tumbuhan 3. Alat/Bahan: Corrugated paper, lem, gunting, kertas gambar 4. Kegiatan: Membuat keterampilan berbentuk bunga dengan menggunakkan corrugated paper

24 30 5. Metode: Demonstrasi dengan teknik showing-doing-telling (Gunarti,dkk 2010:9.13) 6. Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi dengan corrugated paper untuk meningkatan keterampilan motorik halus: 1) Guru menjelaskan kepada anak dengan memperagakan cara menggulung corrugated paper, yang kemudian ujung gulungan kertas direkatkan dengan lem. Terakhir jika sudah selesai maka ditempel dan disusun menjadi bentuk bunga yang indah. 2) Anak menirukan (melakukan) yang telah diajarkan oleh guru dengan menggulung corrugated paper dan kemudian direkatkan ujung gulungannya, kemudian membutanya menjadi bentuk bunga pada kertas gambar. 3) Guru menjelakan kepada anak untuk berkreasi dengan bentuk bunga dan memberikan dorongan keberanian untuk anak dalam melakukan kegiatan. 4) Guru memberikan bantuan dan bimbingan kepada anak jika diperlukan. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh: 1. Yunita Dewanti Munica (2011), Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Kegiatan Menganyam pada anak Kelompok B di TK PKK Sindurmatani Ngemplak Sleman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yunita Dewanti Munica (2011) dapat disimpulkan bahwa kegiatan menganyam dapat meningkatkan kemampuan keterampilan motorik halus anak pada siklus II. Persamaan antara penelitian Yunita

25 31 dengan penelitian ini adalah pada variabel terikatnya yaitu keterampilan motorik halus. 2. Novia Purnamasari (2014), Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja dengan judul Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan Melipat Kertas (Origami) Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan motorik halus anak. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan melipat yang meningkat jumlahnya pada siklus II. Persamaan yang terdapat pada penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode demonstrasi. 3. Kalih Dian Sukowati (2012), Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Peningkatan Perkembangan Motorik Halus melalui Finger Painting Pada Anak Kelompok A TK Bangsri 01 Karang Pandan Tahun Pelajaran Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu penggunaan media finger painting dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok A TK Bangsri Kecamatan Karang Pandan Tahun Pelajaran Pada penelitian yang dilakukan oleh Kalih Dian Sukowati (2013) terdapat kesamaan pada variable ketermapilan motorik halus. Sedangkan perbedaannya terletak pada variable bebasnya pada penelitian Kalih Dian Sukowati (2013) menggunakan finger painting sedangkan pada penelitian ini menggunakan media corrugated paper. Melalui ketiga penelitian dapat diketahui bahwa dari ketiga penelitian diatas terdapat kesamaan dengan penelitian ini. Kesamaan tersebut terletak pada aspek perkembangan yang ditingkatkan yaitu keterampilan motorik halus. Berdasarkan penelitian-penelitian yang relevan di atas maka

26 32 memperkuat dan memberikan inspirasi pada penulis untuk melakukan penelitian. C. Kerangka Berpikir Perkembangan keterampilan motorik halus anak RA Permata Hati Jebsres masih perlu dikembangkan secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari menempel dan menggulung anak yang masih kurang rapi, dan kuat sedangkan untuk kegiatan menggunting anak rata-rata sudah menguasainya. Permasalahan tersebut disebabkan kurangnya alat dan bahan yang dapat mendukung keterampilan motorik halus anak. Alat dan bahan yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak biasanya hanya memanfaatkan kegiatan menggunting dan menempel dari kertas yang tersedia di buku lembar kerja anak. Selain itu metode yang digunakan kurang sesuai dengan bentuk kegiatan. Hal itu membuat makna dalam kegiatan pembelajaran kurang tersampaikan dengan baik. Sehingga peneliti pada hal ini menerapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan keterampilan motorik halus. Metode demonstrasi merupakan metode yang paling efektif untuk mengajarkan kegiatan yang mengajarkan mengenai proses atau cara. Sehingga tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan menunjukkan, memperagakan, melakukan, dan menjelaskan. Hal ini diharapkan agar anak menjadi lebih paham dan lebih jelas dalam memahami sebuah proses suatu kejadian. Berdasarkan masalah tersebut dapat diberikan suatu tindakan yaitu dengan memberikan alat pembelajaran melalui Corrugated Paper sebagai obyek yang diteliti. Kegiatan ini akan melatih perkembangan keterampilan motorik halus anak dengan suasana yang menyenangkan dan menarik karena Corrugated Paper ini dapat dibuat menjadi macam-macam bentuk

27 33 sesuai dengan imajinasi dan kreativitas anak. Kegiatan membuat berbagai macam bentuk dari Corrugated Paper dapat menjadi solusi bagi kesulitan guru dalam mengembangkan kegiatan belajar di TK/RA terutama dalam mengembangkan keterampilan motorik halus. Oleh karena itu, peneliti memilih kegiatan tersebut dengan Corrugated Paper karena sederhana dalam pembuatannya media kertas bergelombang berwarna ini juga sangat aman untuk digunakan anak ketika bermain. Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah: Kondisi Awal Kurang bervariasinya media yang digunakan dalam pembelajaran khususnya motorik halus, penggunaan media berupa LKA Keterampilan motorik halus anak belum baik Tindakan Diberi tindakan melalui metode demostrasi dengan corrugated paper Siklus I Kondisi Akhir Melalui metode demonstrasi dengan corrugated paper dapat meningkatkat keterampilan motorik halus anak Siklus II

28 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 34

29 35 D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu penerapan Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan seiring dengan perkembangan motorik. antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan,

BAB I PENDAHULUAN. berjalan seiring dengan perkembangan motorik. antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan fisik memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perkembangan fisik seorang

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Pada Anak Kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta

Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Pada Anak Kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Pada Anak Kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta Farchannah 1, Sukarno 2, Warananingtyas Palupi 1 1 Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Santrock (1995: 225) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin

Lebih terperinci

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB I1 LANDASAN TEORI BAB I1 LANDASAN TEORI 2.1 KETERAMPILAN MOTORIK HALUS 2.1.1 Pengertian Motorik Halus Sumantri (2005), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Peserta Didik Kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta

Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Peserta Didik Kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Peserta Didik Kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta Farchannah 1, Sukarno 2, Warananingtyas Palupi 1 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan anugerah terbesar yang dititipkan oleh Allah SWT. untuk dididik dan dibimbing agar menjadi individu yang beriman serta bertaqwa kepada Allah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Menurut Sujiono, dkk (2009: 1.14) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN MEDIA KERTAS PADA ANAK KELOMPOK A TK PERWANIDA I MRICAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia taman kanak-kanak adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan motorik halus anak merupakan sebuah koordinasi antara mata dan tangan yang melibatkan gerakan otot otot kecil. Keterampilan motorik halus sangat berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksperimen guru hanya menjelaskan dengan metode tanya jawab. Dengan. sehingga dia hanya terbengong-bengong di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. eksperimen guru hanya menjelaskan dengan metode tanya jawab. Dengan. sehingga dia hanya terbengong-bengong di dalam kelas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal penting bagi guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah yaitu penguasaan metode yang paling tepat yang akan diterapkan pada siswa. Mengapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang A. Keterampilan Motorik Halus BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus Dini P. Daeng Sari (1996: 121) menyatakan bahwa motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa prasekolah adalah waktu untuk mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan berperan penting

Lebih terperinci

NAMA : ELNI NIM : :

NAMA : ELNI NIM : : PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK BERMAIN LEMBAH TERIANG PAGADIH MUDIAK KECAMATAN PALUPUH NAMA : ELNI NIM : 821674475

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik halus Menurut Bambang Sujiono dkk, 2005: 1.11) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap rangsangan yang diberikan dari lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi matang. Anak mulai belajar ke tingkat yang lebih tinggi baik dari aspek-aspek

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH. Oleh : SUSIWATI A1/111186

KARYA ILMIAH. Oleh : SUSIWATI A1/111186 KARYA ILMIAH MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI DENGAN KEGIATAN FINGER PAINTING PADA KELOMPOK B PAUD CEMPAKA PUTIH CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU RAODATUL MUNAWARA 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah apakah ada hubungan kegiatan montase dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keterampilan Motorik Halus 1.1.1 Pengertian Keterampilan Motorik Halus Menurut Sumantri (2005) keterampilan motorik halus anak adalah pengorganisasian pengunaan sekelompok otot-otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0- 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Senada dengan (Fadlillah, 2013:47) pasal 28 undang-undang sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS (Disampaikan Pada Pelatihan Kader PAUD Se-Kelurahan Sidoagung Godean Sleman) Oleh: Lismadiana lismadiana@uny.ac.id FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Purwakarta Jln. Veteran Gg. Beringin Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Adapun subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan pada banyak media yang ditemukannya, seperti dinding, kain alas tempat tidur, kertas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN Muhima Talfiana Ningrum 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah sebagian anak kurang mampu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah upaya sistematis dalam rangka menciptakan dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. gerakan pada seluruh bagian tubuh. Perkembangan motorik merupakan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. gerakan pada seluruh bagian tubuh. Perkembangan motorik merupakan suatu 9 A. Perkembangan Motorik BAB II LANDASAN TEORI Perkembangan anak meliputi perkembangan fisik/motorik, anak Taman Kanak-Kanak dalam perkembangan fisiknya sangat berkaitan erat dengan perkembangan motoriknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Pra Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Pra Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Pra Tindakan Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok A di TK Pertiwi Banaran 5 Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 yang dapat diidentifikasi adanya masalah yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM. 1 PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM Effi Kumala Sari ABSTRAK Perkembangan Motorik Halus anak di Taman Kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MOTORIK KASAR 2.1.1 Motorik Kasar Untuk merangsang motorik kasar anak menurut Sujiono, dkk, (2008) dapat di lakukan seperti melatih anak untuk meloncat, memanjat,berlari, berjinjit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan anak selanjutnya. Anak usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah anak usia nol sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Perkembangan motorik berjalan seiring dengan perkembangan motorik berarti pengambangan pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak terlahir sebagai manusia yang unik dengan berbagai anugrah, sifat dan bakat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Walaupun terlahir dari orang tuanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia dalam tumbuh kembangnya memiliki beberapa tahapan. Manusia tidak semertamerta langsung menjadi dewasa, namun berproses dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DI KELOMPOK A TK HARAPAN BANGSA JONO OGE KECAMATAN SIGI BIROMARU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DI KELOMPOK A TK HARAPAN BANGSA JONO OGE KECAMATAN SIGI BIROMARU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DI KELOMPOK A TK HARAPAN BANGSA JONO OGE KECAMATAN SIGI BIROMARU Evi Sumiarti 1 ABSTRACT The aim of this research is to improve the

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penerapan kegiatan keterampilan motorik halus bertujuan untuk meningkatkan kemandirian. 4.1.1 Deskripsi Kondisi awal Langkah awal yang dilakukan

Lebih terperinci

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL [Admin TK, TK ST. CAROLUS BENGKULU] - Berita Umum Sering kita sebagai orangtua melarang anak memegang gunting karena takut tangannya luka. Demikian juga ketika anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS PADA ANAK KLAS B TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS PADA ANAK KLAS B TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS PADA ANAK KLAS B TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

CREATIVE INOVATIVE EDUCATIVE

CREATIVE INOVATIVE EDUCATIVE CREATIVE INOVATIVE EDUCATIVE Proposal Kertas Warna Bergelombang KOKORU M J Pro Creative 1 DASAR PEMIKIRAN Dalam kegiatan melipat kertas, banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi para pendidik di sekolah.

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SRI MULYATI ARIFAH NIM.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan yang sangat pesat dan perlu dilatih dengan cara yang tepat dan sesuai. Moeslichatoen (1999) mengemukakan bahwa seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGENALAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK TERATAI KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO

DESKRIPSI PENGENALAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK TERATAI KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO 1 DESKRIPSI PENGENALAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK TERATAI KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO NURNANINGSIH AHMAD Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Fitria Indriyani NIM

SKRIPSI. Oleh Fitria Indriyani NIM PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DENGAN BERBAGAI MEDIA PADA ANAK USIA DINI DI KELOMPOK A TK ABA GENDINGAN KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMANYOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT ARTIKEL untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Marliza

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus salah satu tujuannya adalah agar anak dapat mengurus diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Agar dapat mengurus

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1 1 PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU Ari Okta Pratiwi 1 ABSTRAK Masalah pokok dalam tulisan ini adalah kemampuan

Lebih terperinci

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU 1 PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU ARIFAH ANANDA RIZKI D.KANDUPI ABSTRAK Masalah pokok dalam tulisan ini adalah perkembangan motorik

Lebih terperinci

Ni Made Susanti 1 ABSTRAK

Ni Made Susanti 1 ABSTRAK PERANAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B PAUD DARMA SANTI DESA TOLAI BARAT KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Made Susanti 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know, PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENGGAMBAR DEKORATIF PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang di miliki. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Keterampilan Motorik Menurut Wtarsono (2009) Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga umur 6 tahun dengan cara merangsang dan membantu pertumbuhan jasmani

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG Lili Saputri* Abstrak: Kemampuan motorik halus anak di

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment A. Hakikat Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan fisik berkaitan dengan adanya pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang. Perkembangan fisik mudah teramati dengan ditandai adanya

Lebih terperinci

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MENGANYAM PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI MRISEN III KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Ilmiah, diajukan sebagai salah satu persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-beda. Bakat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-beda. Bakat adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-beda. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang ada dalam diri seorang anak. Bakat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A Indah Putri Murdhani Nurul Khotimah PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai

Lebih terperinci

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU Indriwati 1 ABSTRAK Masalahan pokok dalam artikel ini adalah kreativitas anak yang belum berkembang sesuai harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA )

Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA ) Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA ) Didalam undang undang Sistim Pendidikan Nasional no 20 Th 2003, pendidikan diorientasikan kepada

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PGPAUD OLEH :

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PGPAUD OLEH : MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN MEMBENTUK BUAH MELALUI MEDIA PLAYDOUGH PADA KELOMPOK A TK PGRI KEPUHREJO DI KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian Anak Usia Dini 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut teori psychological needs Murray 1994 (Yulianti, 2009: 8) perilaku psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah

Lebih terperinci

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan komponen yang pertama dalam perencanaan pembelajaran. Tujuan mengawali komponen yang lainnya. Mengapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. Karena pada hakekatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri,

Lebih terperinci