PERBANDINGAN RELIABILITAS SKOR VITILIGO EUROPEAN TASK FORCE DAN VITILIGO AREA SCORING INDEX PADA PASIEN VITILIGO DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN RELIABILITAS SKOR VITILIGO EUROPEAN TASK FORCE DAN VITILIGO AREA SCORING INDEX PADA PASIEN VITILIGO DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG"

Transkripsi

1 Artikel Asli PERBANDINGAN RELIABILITAS SKOR VITILIGO EUROPEAN TASK FORCE DAN VITILIGO AREA SCORING INDEX PADA PASIEN VITILIGO DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Helga Pasadena, Oki Suwarsa, Reiva Farah Dwiyana Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Padjadjaran / RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung ABSTRAK Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi kulit didapat yang tersering ditemukan, dan dapat berdampak pada masalah psikososial. Perlu skala penilaian klinis vitiligo untuk menentukan terapi yang tepat dan mengetahui respons pengobatan. Skala yang ada saat ini sangat beragam dan belum terstandarisasi. Skala penilaian yang telah tervalidasi yaitu skor Vitiligo European Task Force (VETF) dan Vitiligo Area Scoring Index (VASI), namun belum ada penelitian yang membandingkan reliabilitas kedua skala penilaian tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas terbaik antara skor VETF dan VASI pada pasien vitiligo di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode yang digunakan yaitu observasional analitik dengan rancangan potong lintang, menggunakan metode reliabilitas antar pemeriksa. Peserta penelitian 20 orang pasien vitiligo. Penilaian skor VETF dan VASI dilakukan oleh tiga orang pemeriksa yang berbeda pada hari kunjungan yang sama, namun tanpa saling berkomunikasi. Pada hasil penelitian didapatkan koefisien reliabilitas intraclass correlation coefficient (ICC) VASI 0,997, dan ICC VETF kriteria extent 0,998, staging 0,984, serta spreading 0,938. Interpretasi menurut general guidelines for reliability level, diketahui seluruh ICC pada rentang 0,81-1,0 yang menunjukkan reliabilitas VASI dan VETF sangat tinggi. Perbandingan data bootstrap menggunakan dependent t test didapatkan ICC VASI lebih tinggi (0,996) dibandingkan dengan ICC VETF (0,967) dan secara statistik bermakna t=13,158, p= 0,01 (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa VASI merupakan skala penilaian vitiligo yang tervalidasi dengan reliabilitas yang lebih baik secara bermakna dibandingkan dengan skor VETF. (MDVI 2014;41/ S:2S - 8S) Kata kunci: vitiligo, VETF, VASI. ABSTRACT Vitiligo is an acquired skin depigmentation disorder that is most commonly found that leads to psychosocial problems. Clinical assessment scale is needed in vitiligo to determine appropriate therapy and observe response to treatment. This assessment scale reveals the extent of skin lesions, severity of disease, and repigmentation, but this scale widely varied and have not been standardized. Assessment scales that have been validated are Vitiligo European Task Force (VETF) and the Vitiligo Area Scoring Index (VASI), however the reliability comparison between these assessment scales have not been studied yet. The aim of this study was to determine the best reliability between VETF and VASI in vitiligo patient at Hasan Sadikin Hospital, Bandung. This study method is an observational analytic study with cross sectional design, using interrater reliability method. Twenty vitiligo patients were included in this study. Scoring of VETF and VASI was assessed by three different independent examiners on same visit, without communicate each other. The results obtained reliability coefficient of intraclass correlation coefficient (ICC) VASI ICC of VETF extent criteria 0.998, staging 0.984, and spreading According to the general guidelines for the reliability level, ICC for VASI and VETF was within the range , which indicated VASI and VETF were highly reliable. Based on bootstrap data comparison with dependent t tets, VASI had higher ICC (0.996) compared to VETF ICC (0.967), which was statistically significant t= and p=0.01 (p <0.05). Conclusions that VASI is a validated assessment scale in vitiligo and significantly more reliable compare to VETF. (MDVI 2014;41/S:2S - 8S) Korespondensi: Gedung Radiopoetro Lantai 3, Jl. Farmako, Sekip,Yogyakarta Telpon/Fax gisa_fan@yahoo.co.id Key words: vitiligo, VETF, VASI. 2S

2 H Pasadena, dkk Perbandingan reliabilitas skor vitiligo european task force dan vitiligo area scoring index PENDAHULUAN Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi kulit didapat, yang terjadi akibat destruksi melanosit di epidermis.1,2 Manifestasi klinis vitiligo berupa makula depigmentasi berwarna putih seperti susu, berbatas tegas,1,3 dengan variasi bentuk dan ukuran.4 Etiologi vitiligo bersifat multifaktorial,3,5 dengan patogenesis yang belum sepenuhnya dimengerti.3 Vitiligo dapat terjadi pada semua usia,3,5 semua ras di seluruh dunia, dan dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dengan perbandingan yang sama.2,6 Vitiligo bersifat asimtomatik dan tidak mengancam jiwa,2,7 namun dapat menyebabkan gangguan psikologis berupa rasa tidak percaya diri,2,6 kecemasan, serta depresi,5,9,10 terutama pada pasien dengan tipe kulit IV-VI.8 Tipe kulit individu di Asia Tenggara termasuk Indonesia pada umumnya adalah tipe III, IV, dan V.10 Terapi vitiligo bertujuan untuk mendapatkan repigmentasi lesi kulit,1,2 sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.2,9 Skala penilaian efektivitas berbagai terapi pada vitiligo sangat beragam11,12 dan tidak sepenuhnya disetujui oleh semua peneliti,13 sehingga sulit untuk membandingkan efektivitas berbagai modalitas terapi ada vitiligo.9,11 Skala penilaian pada vitiligo penting digunakan untuk menentukan terapi yang tepat dan mengetahui efektivitas terapi,9,14 Skala tersebut umumnya menunjukkan luas kelainan kulit, derajat keparahan penyakit, dan repigmentasi.14 Repigmentasi merupakan timbulnya pigmentasi pada lesi vitiligo yang dapat terjadi secara spontan atau karena pengobatan.15 Banyak peneliti yang telah mempublikasikan hasil penelitian mereka mengenai penilaian repigmentasi pada vitiligo, namun menggunakan skala yang berbeda-beda dan belum terstandarisasi.13,14 Hasil repigmentasi berdasarkan persentase dikategorikan menjadi respons kurang (repigmentasi 0%-25%), cukup (repigmentasi 26%-50%), baik (repigmentasi 51%-75%), dan sangat baik (repigmentasi 75%-100%).4,15 Pembagian kategori tersebut tidak sepenuhnya disetujui oleh semua peneliti.13 Penekanan pada evidence based practice menyebabkan penggunaan skala penilaian klinis yang sahih menjadi penting dalam praktik klinis maupun penelitian.16 Skor Vitiligo Area Scoring Index (VASI) merupakan skala penilaian pada vitiligo yang telah divalidasi pada tahun dan Vitiligo European Task Force (VETF) divalidasi pada tahun Skala tersebut memberikan penilaian yang lebih akurat dibandingkan dengan penggunaan fotografi klinis saja.8 The San Gallicano Dermatological Institute (SGDI) Rome Workshop telah memvalidasi penggunaan skor VETF di beberapa klinik Universitas di Eropa. Penilaian skor VETF menggunakan analisis berdasarkan kriteria extent, staging, dan spreading.8,12,17 Kriteria extent dinilai berdasarkan rule of nines; kriteria staging berdasarkan depigmentasi kulit dan rambut pada lesi terluas di setiap regio tubuh; serta kriteria spreading berdasarkan depigmentasi yang dilihat dari kombinasi hasil pemeriksaan lampu Wood dan lampu ruangan. Selain itu, lampu Wood digunakan pula untuk membantu penilaian kriteria staging.12 Vitiligo Area Scoring Index merupakan skor kuantitatif parametrik, yang diperoleh dengan rumus mengalikan residual depigmentation dan luas lesi berdasarkan unit tangan (hand unit).8,11 Satu unit tangan terdiri atas telapak tangan dan permukaan volar seluruh jari-jari tangan, yang sama dengan sekitar 1% luas seluruh permukaan tubuh.8 Penilaia VASI mudah dilakukan, namun bersifat subjektif terutama dalam penentuan luas lesi kulit dan residual depigmentation, yang selanjutnya akan dikalikan sesuai rumus.11,18 Validitas dan reliabilitas merupakan ciri instrumen pengukuran yang baik. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana sebuah alat ukur memberikan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu.19 Reliabilitas penting diketahui karena mewakili sejauh mana data yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan representasi yang benar dari alat ukur yang digunakan.20 Istilah reliabilitas disebut pula dengan keandalan, presisi, kesesuaian, konsistensi, atau kepercayaan.21,22 Sebuah alat ukur disebut andal atau dapat dipercaya, apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang sama atau relatif sama, selama aspek yang diukur dari subjek tidak mengalami perubahan.22,23 Metode penilaian reliabilitas antara lain berupa metode antar pemeriksa, metode paralel, metode belah dua, dan metode tes ulang.19,24 Metode reliabilitas antar pemeriksa digunakan pada alat ukur dengan penilaian yang diberikan pemeriksa,19 dan penting diketahui karena menunjukkan stabilitas sebuah alat ukur.24 Metode ini dilakukan dengan melihat kesesuaian di antara beberapa pemeriksa yang dinilai dari koefisien reliabilitas.24 Vitiligo Area Scoring Index dan VETF merupakan skala penilaian yang tervalidasi dengan teknik penilaian yang berbeda, namun hingga saat ini, belum terdapat publikasi penelitian mengenai reliabilitas skor VETF dan VASI padapasien vitiligo, khususnya di Indonesia. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui reliabilitas terbaik antara skor VETF dan VASI pada pasien vitiligo di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung. 3S

3 MDVI Pengaruh fototerapi narrowband UV- B terhadap Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 2 S - 8 S METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang, yang dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013 terhadap 20 pasien vitiligo di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode reliabilitas yang digunakan yaitu metode antar pemeriksa. Pada ketiga pemeriksa dilakukan standarisasi sebelum penelitian pertama dimulai, yaitu mengenai cara penilaian skor VETF dan VASI, dilanjutkan dengan pelatihan singkat, diskusi, dan evaluasi dengan waktu sekitar 2,5 jam. Penilaian skor VETF dan VASI pada setiap pasien hanya dilakukan pada satu kali kunjungan oleh tiga orang pemeriksa yang berbeda secara bergantian, tanpa saling mengetahui hasil pemeriksaan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program análisis statistik SPSS, untuk mendapatkan koefisien reliabilitas intraclass correlation coefficient (ICC) skor VETF dan VASI. ICC tersebut kemudian diinterpretasikan berdasarkan general guidelines for reliability level. 0,00-0,1: tidak reliabel; 0,11-0,4: rendah; 0,41-0,6: sedang; 0,61-0,8: tinggi; 0,81-1,0: sangat tinggi.16,25 ICC yang diperoleh kemudian diolah kembali dengan metode bootstrap, sehingga dapat dilakukan uji banding, dengan menggunakan dependent t test, untuk mengetahui reliabilitas yang terbaik antara skor VETF dan VASI. Gambar 1 Pembagian Unit Tangan 26 PROSEDUR KERJA Penilaian VASI Pemeriksaan dilakukan di ruangan dengan penerangan yang cukup dan pasien dalam posisi yang nyaman. Penggambaran/pencetakan unit tangan pasien dilakukan pada plastik transparan, menggunakan permanent marker, dilanjutkan pembagian pada gambar unit tangan di plastik transparan sesuai penelitian Amirsheybani dkk.26 (2001) yaitu ukuran panjang tangan dinilai dari bagian tengah interstylon hingga ujung jari tengah, sedangkan ukuran lebar dinilai dari bagian ulnaris palmar-digital crease hingga percabangan antara ibu jari dan jari telunjuk. Penilaian luas lesi dilakukan pada setiap regio (kepala/leher, batang tubuh, lengan, tungkai, tangan, dan kaki) berdasarkan unit tangan, dengan mencetak/menggambar lesi pada plastik transparan yang bergambar unit tangan tersebut. Dilakukan penghitungan luas lesi dan penilaian residual depigmentation pada lesi di masing-masing regio berdasarkan skala yang telah ditentukan. Penghitungan VASI dengan menggunakan rumus: VASI = [Hand Units] x [Residual Depigmentation] All Body Sites Gambar 2 Panduan Residual Depigmentation 11 4S

4 H Pasadena, dkk Perbandingan reliabilitas skor vitiligo european task force dan vitiligo area scoring index Pemeriksaan dilanjutkan di kamar gelap untuk menilai riteria staging pada lesi yang terluas di enam regio (kepala/leher, batang tubuh, lengan, tungkai, tangan, dan kaki) dengan menggunakan lampu Wood. Interpretasi 0: pigmentasi normal (tidak terdapat area depigmentasi); 1: depigmentasi tidak lengkap (titik-titik depigmentasi, trichome, dan pigmentasi homogen yang lebih terang); 2: depigmentasi lengkap (termasuk rambut berwarna putih kurang dari 30%); 3 : depigmentasi lengkap disertai rambut putih lebih dari 30%. Penilaian kriteria spreading dilakukan pada lesi yang sama dengan penilaian kriteria staging. Awalnya lampu ruangan dinyalakan dan dinilai depigmentasi pada lesi, kemudian lampu ruangan dimatikan dan pemeriksaan dilakukan dengan lampu Wood. Kedua hasil tersebut dibandingkan,dan interpretasi hasil yaitu: +1: progresif (makula depigmentasi tampak bertambah/melebar), 0 : stabil (tidak ada perubahan), -1 : regresif (makula depigmentasi berkurang, tampak repigmentasi). Dilakukan penghitungan jumlah total skor kriteria staging dan spreading. Setelah semua pasien diperiksa oleh ketiga pemeriksa, formulir penilaian skor VETF dan VASI yang disimpan akan dibuka untuk dilakukan pengolahan data. HASIL PENELITIAN Karakteristik peserta penelitian Peserta penelitian berjumlah 20 orang, terdiri atas 16 orang perempuan (80%) dan empat orang laki-laki (20%). Kelompok usia terbanyak yaitu pada kelompok usia tahun yaitu sebanyak tujuh orang (35%), dengan rentang usia pasien 4-62 tahun dan usia rerata seluruh pasien adalah 33,3 tahun dengan simpang baku 17,46. Usia awitan vitiligo berkisar 3-51 tahun dengan durasi penyakit vitiligo berkisar antara 3 bulan hingga 22 tahun, dan rerata keseluruhan 7,21 tahun dengan simpang baku 6,04. Sebagian besar pasien (90%) pada penelitian ini pernah mendapat pengobatan sebelumnya. Hasil Penilaian Skor VETF dan VASI dapat dilihat pada tabel 1. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan SPSS untuk mendapatkan koefisien reliabilitas ICC (Tabel 2). PEMBAHASAN Istilah reliabilitas disebut pula dengan keandalan, presisi, kesesuaian, konsistensi, atau kepercayaan Sejauh mana beberapa orang pemeriksa menetapkan skor pengukuran yang sama menggunakan instrumen yang sama Tabel 1. Hasil penilaian skor Vitiligo European Task Force dan Vitiligo Area Scoring Index pada pasien vitiligo di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Tahun 2013 Skala penilaian VETF Extent Staging Spreading VASI Median 1, ,239 Hasil Penilaian Kisaran 0,198-37, ,104-26,812 Tabel 2. Koefisien realibilitas Intraclass Correlation Coefficient Skor Vitiligo European Task Force dan Vitiligo Area Scoring Index pada pasien vitiligo di RSUP dr. Hasan Sadikin, Tahun 2013 Skala Penilaian ICC Nilai p VETF Extent Staging Spreading VASI Keterangan : ICC= intraclass correlation coefficient 0,998 0,984 0,938 0,997 Skala Penilaian ICC SB Nilai p VETF (bootstrap) 0,967 0,015 0,01 VASI (bootstrap) 0,996 Keterangan : ICC= intraclass correlation coefficient, SB: simpang baku, t = 13,158 5S

5 MDVI Pengaruh fototerapi narrowband UV- B terhadap Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 2 S - 8 S pada subjek yang sama, disebut metode reliabilitas antarpemeriksa. 21,27 Tinggi rendahnya reliabilitas diketahui dari angka yang disebut koefisien reliabilitas dengan rentang 0,00-1,00.24,27 ICC merupakan koefisien reliabilitas yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas sebuah alat ukur,28,29 Menurut general guidelines for reliability level IIC dapat diinterpretasikan sebagai 0,00-0,10 tidak reliabel; 0,11-0,40 rendah; 0,41-0,60 sedang; 0,61-0,80 tinggi; 0,81-1,0 sangat tinggi.16,25 Pada penelitian ini didapatkan ICC VASI 0,997 (p=) dan ICC VETF untuk kriteria extent sebesar 0,998, staging 0,984, serta spreading 0,938 (p=). Interpretasi ICC pada penelitian ini, berada dalam rentang 0,81-1,0, yang menunjukkan bahwa skor VETF dan VASI memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Reliabilitas skor VETF dan VASI yang sangat tinggi menunjukkan kesesuaian yang baik antarpemeriksa. Skor VETF dan VASI merupakan skala penilaian yang andal, sehingga skor VETF dan VASI dapat digunakan untuk penilaian pasien vitiligo di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung. Jones dkk.16 pada tahun 2006 di Inggris, melakukan penelitian mengenai reliabilitas psoriasis area severity index (PASI), Lattice System Global Psoriasis Scale (LS- PGA), dan Physician's Global Assessment (PGA). Pada penelitian tersebut diperoleh ICC PASI sebesar 0,90, LS- PGA 0,84, dan PGA 0,75. ICC tersebut kemudian diinterpretasikan menurut general guidelines for reliability level, sehingga diketahuipasi dan LS-PGA menunjukkan reliabilitas yang sangat tinggi, sedangkan reliabilitas PGA tinggi. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ketiga skala penilaian tersebut dapat digunakan dalam penilaian pasien psoriasis.16 Beberapa hal yang dapat meningkatkan reliabilitas antara lain standarisasi cara pengukuran, pelatihan pemeriksa, penyempurnaan instrumen, dan pengulangan pengukuran.21,22 Pada penelitian Jones dkk.16 mengenai reliabilitas PASI, LS-PGA, dan PGA, sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu dilakukan pelatihan cara penilaian skala selama 2,5 jam, termasuk cara penilaian luas permukaan tubuh menggunakan telapak tangan. Pada penelitian ini, sebelum penelitian dimulai dilakukan terlebih dahulu standarisasi meliputi cara penilaian luas kelainan kulit (satu telapak tangan disertai jari-jari tangan sama dengan 1 % luas permukaan tubuh) serta residual depigmentation untuk VASI; cara penilaian kriteria extent, staging, dan spreading untuk skor VETF; termasuk cara penggunaan lampu Wood pada kriteria staging dan spreading. Standarisasi penilaian VETF dan VASI dilanjutkan dengan pelatihan untuk pemeriksa, evaluasi, dan diskusi dengan keseluruhan waktu 2,5 jam. Hal tersebut diduga meningkatkan reliabilitas skor VETF dan VASI, sehingga pada penelitian ini didapatkan reliabilitas yang sangat tinggi, baik pada VASI maupun VETF. Berdasarkan tabel 3 mengenai perbandingan ICC antara skor VETF dan VASI menggunakan data bootstrap, diketahui bahwa ICC VASI lebih tinggi (0,996) dibandingkan dengan ICC VETF (0,967) secara bermakna dengan p= 0,01 (p<0,05). ICC yang lebih tinggi pada VASI menunjukkan bahwa reliabilitas VASI lebih baik dibandingkan dengan VETF. Skor VASI diitung berdasarkan rumus yang mengalikan luas lesivitiligo dan residual depigmentation. Penentuan luas lesi kulit dan residual pigmentation pada VASI bersifat subjektif.11,18 Perkiraan luas kelainan kulit berperan dalam perbedaan skor yang diberikan leh pemeriksa.16,28 Amirsheybani dkk.26 (2001) pada penelitiannya menggunakan penilaian area telapak tangan terhadap luas permukaan tubuh dengan standarisasi metode pencetakan telapak tangan. Metode pencetakan telapak tangan tersebut dinilai mudah dan nyaman, serta meningkatkan akurasi penilaian.26,31 Pada penelitian ini, penilaian luas kelainan kulit pada VASI dilakukan dengan bantuan plastik transparan. Elapak tangan pasien digambar pada plastik transparan menggunakan permanent marker dengan pembagian sesuai penelitian Amirsheybani dkk.26 Plastik transparan dengan cetakan telapak tangan tersebut kemudian digunakan untuk menggambar lesi kulit. Hal ini pun diduga meningkatkan akurasi penilaian, sehingga ketiga pemeriksa menghasilkan kesesuaian yang baik, diketahui dari ICC VASI yang menunjukkan reliabilitas yang sangat tinggi. Pada skor VETF kriteria extent, dinilai luas lesi kulit berupa makula depigmentasi berdasarkan rule of nine, yaitu satu telapak tangan termasuk jari-jari tangan sama dengan lebih kurang 1% luas permukaan tubuh.12 Kriteria staging dinilai berdasarkan depigmentasi kulit dan rambut pada lesi yang terluas pada setiap regio tubuh, serta spreading berdasarkan depigmentasi yang dinilai dengan kombinasi hasil pemeriksaan lampu Wood dan lampu ruangan pada lesi yang terluas di setiap regio tubuh.12 Batas lesi hipopigmentasi dan depigmentasi akan tampak lebih jelas dengan pemeriksaan menggunakan lampu Wood.32 Lampu ini berukuran kecil, tahan lama, tidak mahal, aman, dan mudah digunakan,33 namun tidak semua sarana pelayanan kesehatan memiliki lampu Wood.8 Pada penelitian ini, kriteria extent VETF dinilai dengan pencetakan telapak tangan pasien seperti pada penilaian luas kelainan kulit pada VASI. Taieb dkk.12 (2007) melaporkan bahwa pada penilaian kriteria staging terdapat kemungkinan pemeriksa akan menentukan derajat terburuk lesi yang dinilai dan bukan derajat yang paling mewakili. Hal ini terutama terjadi apabila terdapat sedikit rambut putih disertai repigmentasi kulit, dan 6S

6 H Pasadena, dkk Perbandingan reliabilitas skor vitiligo european task force dan vitiligo area scoring index dibutuhkan penilaian rambut putih lebih dari 30% untuk staging terburuk (3).12 Pada lesi yang terbatas atau berukuran kecil cenderung mendapat penilaian staging yang tinggi. Penilaian kriteria spreading merupakan kriteria penilaian yang tersulit pada skor VETF secara blind test (tanpa dipengaruhi pendapat pasien). Repigmentasi perifolikular dapat disertai depigmentasi marginal, dan depigmentasi parsial di bagian tepi lesi dapat dianggap sebagai repigmentasi. Pada penelitian ini, penilaian kriteria staging dan spreading dilakukan dengan bantuan lampu Wood yang dapat membantu penilaian agar lebih objektif, namun lampu tersebut tidak mudah didapatkan di Indonesia. Pada penilaian kriteria staging dan spreading terdapat komponen subjektif karena keduanya membutuhkan kemampuan visualisasi. Pada kriteria staging terdapat kemungkinan pemeriksa memilih derajat yang terburuk dan bukan derajat yang paling mewakili pada lesi yang dinilai. Selain itu, terdapat pula kesulitan dalam menilai persentase rambut putih pada staging 2 dan 3. Pada penilaian kriteria pada VETF tidak dilibatkan pendapat pasien. Adanya repigmentasi perifolikuler yang terjadi disertai depigmentasi marginal dan depigmentasi parsial pada bagian tepi lesi yang dapat diinterpretasi sebagai repigmentasi, mempersulit penilaian kriteria spreading. Para peneliti dalam penelitian ini juga merasa kesulitan dalam penilaian kriteria spreading, karena harus membandingkan pigmentasi kulit sebelum dan sesudah menggunakan lampu Wood. KESIMPULAN Vitiligo area scoring index merupakan skala penilaian vitiligo yang tervalidasi dengan reliabilitas yang lebih baik dibandingkan skor VETF. Standardisasi cara penilaian, pelatihan, evaluasi, dan diskusi sebelum pemeriksaan pertama dimulai akan meningkatkan reliabilitas kedua skala penilaian. Metode pencetakan unit tangan pasien pada plastik transparan membantu meningkatkan kesesuaian antar pemeriksa dalam penilaian luas lesi kulit. DAFTAR PUSTAKA 1. Kakorou T. Vitiligo in children. World J Pediatr. 2009; 5: Handa S, Dogra S. Epidemiology of childhood vitiligo: a study of 625 patients from North India. Pediatr Dermatol. 2003; 20: Birlea SA, Spritz RA, Norris DA. Vitiligo. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz LI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: Mc Graw-Hill h Njoo MD, Spuls PI, Bos JD, Westerhof W, Bossuyt MM. Nonsurgical repigmentation therapies in vitiligo.meta-analysis of the literature. Arch Dermatol. 1998; 134: Grimes PE. New insights and new therapies in vitiligo. J Am Med Assoc. 2005; 293: Morelli J. Vitiligo. Dalam: Schachner LA, Hansen R, penyunting. Pediatric dermatology. Edisi ke-4. Philadelphia: Elsevier; h Kostovic K, Pasic A. New treatment modalities for vitiligo: focus on topical immunomodulators. Drugs. 2005; 65: Kawakami T, Hashimoto T. Disease severity indexes and treatment evaluation criteria in vitiligo. Dermatol Res Prac. 2011; 28: Ongenae K, Beelaert L, Van Geel N, Naeyaert JM. Psychosocial effects of vitiligo. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2006; 20: Chen YY, Tsai TF. The minimal erythema dose of 311 nm narrowband UVB in Taiwanese. Dermatol Sinica. 2002; 20: Hamzavi I, Jain H, McLean D, Shapiro J. Parametric modeling of narrowband UVB phototherapy for vitiligo using a novel quantitative tool: the vitiligo area scoring index. Arch Dermatol. 2004; 140: Taieb A, Picardo M. The definition and assessment of vitiligo: a consensus report of the Vitiligo European Task Force. Pigment Cell Res. 2007; 20: Hossain D. Assesment scale used in vitiligo. J Am Acad Dermatol. 2005; 52: Elefthariadou V, Thomas KS, Whitton ME, Batchelor JM. Which outcomes should we measure in vitiligo? Results of systematic review and survey among patients and clinicians on outcomes in vitiligo trials. Br J Dermatol. 2012; 167: Kanwar AJ, Parsad D. Understanding the mechanisme of repigmentation in vitiligo. Dalam: Gupta S, Olsson MJ, Kanwar AJ, Ortone JP, penyunting. Surgical management of vitiligo. Oxford: Blackwell; h Jones JB, Grotzinger K, Rainville C, Pham B, Huang J. A study examining inter- and intrarater reliability of three scales for measuring severity of psoriasis: Psoriasis Area and Severity Index, Physician's Global Assessment and Lattice System Physician's Global Assessment. Br J Dermatol. 2006; 155: Gawkrodger DJ, Omerod AD, Shaw L, Mauri-Sole I. Guideline for the diagnosis and management of vitiligo. Br J Dermatol. 2008; 159: Szczurko O, Shear N, Taddio A, Boon H. Ginkgo biloba for the treatment of vitiligo vulgaris: an open 7S

7 MDVI Pengaruh fototerapi narrowband UV- B terhadap Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 2 S - 8 S label pilot clinical trial. BMC Complement Altern Med. 2011; 11: Downing SM. Reliability: on the reproducibility of assessment data. Med Edu. 2004; 38: McHugh ML. Interrater reliability: the kappa statistic. Biochem Med. 2012; 22: Sopiyudin DM. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Edisi ke- 2. Jakarta: Sagung Seto; h Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; h Azwar S. Reliabilitas dan validitas. Edisi ke-3. Yogyakarta: Pustaka Penerbit; h Chandra SS, Sharma RK. Research in education. Edisi ke-2. New Delhi: Atlantic; h Shrout PE. Measurement reliability and agreement in psychiatry. Stat Methods Med Res. 1998; 7: Amirsheybani HR, Crecelius GM, Timothy NH, Pfeiffer M, Saggers GC. The natural history of the growth of the hand: I. Hand area as a percentage of BSA. Plast Reconstr Surg. 2001; 107: Thomas JR, Nelson JK, Silverman SJ. Research methods in physical activity. Edisi ke-6. Windsor: Human Kinetics; h Rosenbach M, Murrel DF, Bystryn JC, Dulay S, Dick S. Reliability and convergent validity of two outcome instruments for pemphigus. J Invest Dermatol. 2009;129: Eliasziw M, Young SL, Woodbury MG, Fryday-Field K. Statistical methodology for the concurrent assessment of interrater and intrarater reliability: using goniometric measurements as an example. Phys Ther. 1994; 74: Hanifin JM, Thurston M, Omoto M, Cherill R, Tofte SJ. The Eczema Area and Severity Index (EASI): assessment of reliability in atopic dermatitis. Exp Dermatol. 2001; 10: Agarwal P, Sahu S, Determination of hand and palm area as a ratio of body surface area in Indian population. Indian J Plast Surg. 2010; 43: Asawanonda P, Taylor CR. Wood's light in dermatology. Int J Dermatol. 1999; 38: Gupta LK, Singh MK. Wood's lamp. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2004; 70: S

BAB I PENDAHULUAN. Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan secara kosmetik tapi juga dapat menyebabkan menurunnya kepercayaan diri seseorang. Vitiligo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipopigmentasi berwarna putih susu berbatas tegas. Vitiligo mengenai sekitar 0,5-1% dari

BAB I PENDAHULUAN. hipopigmentasi berwarna putih susu berbatas tegas. Vitiligo mengenai sekitar 0,5-1% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Vitiligo adalah kelainan pigmentasi kulit yang didapat, ditandai dengan adanya makula hipopigmentasi berwarna putih susu berbatas tegas. Vitiligo mengenai sekitar 0,5-1%

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA RESPONS PIGMENTASI AKIBAT PAJANAN MATAHARI DENGAN DERAJAT PARUT AKNE VULGARIS

KORELASI ANTARA RESPONS PIGMENTASI AKIBAT PAJANAN MATAHARI DENGAN DERAJAT PARUT AKNE VULGARIS Artikel Asli KORELASI ANTARA RESPONS PIGMENTASI AKIBAT PAJANAN MATAHARI DENGAN DERAJAT PARUT AKNE VULGARIS Istiana Fiatiningsih, Kristiana Etnawati, Agnes Sri Siswati Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Royong I Surabaya terhadap 75 anak umur 2-14 tahun sejak 8 Juni-9 Agtustus

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Royong I Surabaya terhadap 75 anak umur 2-14 tahun sejak 8 Juni-9 Agtustus BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang prevalensi white dermographism dan kriteria mayor Hanifin dan Rajka di Klinik Pratama Gotong Royong I Surabaya

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU Putri Ratriviandhani, 2016. Pembimbing I : J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP Pembimbing II : Jo Suherman, dr.,

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Kelamin Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya Periode 16 Juni. 2. Pada 6 orang pasien yang memiliki riwayat Rinitis Alergi,

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Kelamin Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya Periode 16 Juni. 2. Pada 6 orang pasien yang memiliki riwayat Rinitis Alergi, BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Riwayat Atopi pada pasien dengan Keluhan Gatal di Poli Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. proliferasi dan diferensiasi keratinosit yang abnormal, dengan gambaran klinis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. proliferasi dan diferensiasi keratinosit yang abnormal, dengan gambaran klinis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis dengan karakteristik proliferasi dan diferensiasi keratinosit yang abnormal, dengan gambaran klinis berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan baik fisik maupun psikis. Salah satu bercak putih pada kulit adalah vitiligo,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan baik fisik maupun psikis. Salah satu bercak putih pada kulit adalah vitiligo, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Munculnya bercak berwarna putih pada kulit seseorang sering menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis. Salah satu bercak putih pada kulit adalah vitiligo, yang

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) terdiri

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

iii Universitas Kristen Maranatha

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara grit dan IPK pada mahasiswa Kurikulum Berbasis KKNI angkatan 2013 di Universitas X di Kota Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kepribadian Tipe D dan perilaku hidup sehat pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Rumah Sakit X Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : i SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PETUGAS DAN METODE PEMBIAYAAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR

ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR Almiya Khansa Putri, 2017 Pembimbing I : R. Amir Hamzah, dr., M.Kes., SpKK Pembimbing II: Dani, dr., M.Kes Dermatitis Atopik

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang akne. 2 Selain dari keluhan kosmetik, akne mempengaruhi setiap aspek kehidupan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang kesehatan psikodermatologi atau psikokutan berfokus pada interaksi antara pemikiran,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Fransisca Nathalia, Pembimbing Utama: dr.adrian Suhendra, Sp.PK., M.Kes

ABSTRAK. Fransisca Nathalia, Pembimbing Utama: dr.adrian Suhendra, Sp.PK., M.Kes ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI HEMATOLOGI ANTARA PASIEN MEDICAL CHECK UP (MCU) DI RUMAH SAKIT PURI MEDIKA JAKARTA DENGAN NILAI RUJUKAN ALAT SYSMEX XS-800i Fransisca Nathalia, 2014. Pembimbing Utama: dr.adrian

Lebih terperinci

Dasar-dasar Metode Penelitian

Dasar-dasar Metode Penelitian Dasar-dasar Metode Penelitian Modul ke: Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kuantitatif Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Reno Laila Fitria Apa itu Rencana Penelitian (Research

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI Sarah Damayanti R.P. Marbun 1, Titis Hadiati 2, Widodo Sarjana 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depigmentasi kulit berupa makula hipopigmentasi disebabkan karena hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. depigmentasi kulit berupa makula hipopigmentasi disebabkan karena hilangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Vitiligo merupakan suatu gangguan pigmentasi, ditandai dengan adanya depigmentasi kulit berupa makula hipopigmentasi disebabkan karena hilangnya fungsi melanosit epidermis

Lebih terperinci

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY Rd. Nessya N. K., 2011 Pembimbing I : Adrian S., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Hartini T.,

Lebih terperinci

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronis residif dengan lesi yang khas berupa plak eritema berbatas

Lebih terperinci

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI AGUSTUS Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS

KARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI AGUSTUS Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS KARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI 2014- AGUSTUS 2015 Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS 120100056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN

Lebih terperinci

Confirmatory Factor Analysis

Confirmatory Factor Analysis Teknik Analisis Validitas Konstruk dan Reliabilitas instrument Test dan Non Test Dengan Software LISREL Akbar iskandar Teknik informatika, STMIK AKBA, Sulawesi selatan, Indonesia Email : akbar.iskandar06@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM 080100410 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ABSTRACT Introduction.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN WHR (WAIST HIP RATIO)

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN WHR (WAIST HIP RATIO) ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN WHR (WAIST HIP RATIO) Leni Martinna, 2006. Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM.,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KLINIK URTIKARIA DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA URTIKARIA KRONIK

HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KLINIK URTIKARIA DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA URTIKARIA KRONIK HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KLINIK URTIKARIA DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA URTIKARIA KRONIK Rahmatun Nisa Husain 1, Sani Widjaja 2, Alfi Yasmina 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui informasi yang dapat menjelaskan mengenai gambaran kemandirian remaja bungsu SMA Negeri X di Bandung berdasarkan tiga aspek kemandirian Steinberg (2002),

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Aisyah,2012; Pembimbing I : Dr. Savitri Restu Wardhani,dr.SpKK Pembimbing II: dr. Hartini Tiono, M.Kes

ABSTRAK. Aisyah,2012; Pembimbing I : Dr. Savitri Restu Wardhani,dr.SpKK Pembimbing II: dr. Hartini Tiono, M.Kes ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DERMATITIS KONTAK BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN, GEJALA KLINIK, SERTA PREDILEKSI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2011 Aisyah,2012; Pembimbing

Lebih terperinci

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA Oleh : Venerabilis Estin Namin 1523013024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014

Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014 Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014 Muhammad Alif Hilmi*, Carla Raymondalexas Marchira**, Budi Pratiti**. *Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan penilaian/sikap yang diperlukan dalam melakukan praktik keperawatan yang aman dan etis (College of Nurses

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK Pranata Priyo Prakoso, 2014; Pembimbing I: Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II: Christine

Lebih terperinci

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar

Lebih terperinci

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

Perbandingan Luas Permukaan Telapak Tangan terhadap Luas Permukaan Tubuh berdasar Jenis Kelamin dan Indeks Massa Tubuh pada Dewasa Muda

Perbandingan Luas Permukaan Telapak Tangan terhadap Luas Permukaan Tubuh berdasar Jenis Kelamin dan Indeks Massa Tubuh pada Dewasa Muda Perbandingan Luas Permukaan Telapak Tangan terhadap Luas Permukaan Tubuh berdasar Jenis Kelamin dan Indeks Massa Tubuh pada Dewasa Muda (Comparison of Hand Surface Area on Body Surface Area based on Sex

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008. JURNAL VISIKES - Vol. 9 / No. 1 / April 20 HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008. Yayuk Eny*), Enny

Lebih terperinci

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik. Factors that Influence The Level of Quality of Life Atopic Dermatitis Patients

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik. Factors that Influence The Level of Quality of Life Atopic Dermatitis Patients Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik Retno Indrastiti 1, Ika Dyah Kurniati 1, Eka Oktaviani Saputri 1 *Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

Abstrak. viii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. viii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara Trait Extraversion dan dimensi-dimensi Self-Disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan

Lebih terperinci

UJI VALIDITAS INSTRUMEN B-IPQ VERSI INDONESIA PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

UJI VALIDITAS INSTRUMEN B-IPQ VERSI INDONESIA PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK 41 UJI VALIDITAS INSTRUMEN B-IPQ VERSI INDONESIA PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK Robiyanto*, Ammy Okta Prayuda, Esy Nansy Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan membutuhkan biaya

Lebih terperinci

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya Yessy Mardianti Sulistria Farmasi /Universitas Surabaya yessy.mardianti@yahoo.co.id Abstrak Diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau topeng kehamilan) berasal dari bahasa Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET XYLITOL TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA (Studi Kasus Pada Pasien Radioterapi Kepala dan Leher di RSUP Dr. Kariadi Semarang) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI OBJEK WISATA JAM GADANG BUKITTINGGI BAYU PERMANA PUTRA

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI OBJEK WISATA JAM GADANG BUKITTINGGI BAYU PERMANA PUTRA PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI OBJEK WISATA JAM GADANG BUKITTINGGI BAYU PERMANA PUTRA PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN PERHOTELAN JURUSAN PARIWISATA FAKULTAS PARIWISATA PERHOTELAN

Lebih terperinci

PREVALENSI KOMPLIKASI TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh: YUEN KOK FOONG

PREVALENSI KOMPLIKASI TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh: YUEN KOK FOONG PREVALENSI KOMPLIKASI TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009 Oleh: YUEN KOK FOONG 070100248 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Ciri-ciri sebuah penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat

Lebih terperinci

COMPOSITE INDEXING Oleh Karmaji

COMPOSITE INDEXING Oleh Karmaji COMPOSITE INDEXING Oleh Karmaji Jakarta, 25 November 2017 TAHAPAN RISET KUANTITATIF SECARA UMUM Pengumpulan Data Entri Data Ke Media Komputer Penanganan Missing Value Validasi dan Konsistensi Data Transformasi

Lebih terperinci

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY Analisa Hubungan Karakteristik Pasien dengan Tingkat Kepuasan Pasien di RSGMP UMY Ike Primalia Alveonita

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 2/2017) 152-163 152 KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Oleh Dwi Viora Universitas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA EVALUASI PENGUKURAN DIAMETER KANALIS SPINALIS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK MEDAN KARYA AKHIR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA EVALUASI PENGUKURAN DIAMETER KANALIS SPINALIS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK MEDAN KARYA AKHIR i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA EVALUASI PENGUKURAN DIAMETER KANALIS SPINALIS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK MEDAN KARYA AKHIR Antonius Haratua Pakpahan 107117001 PROGRAM STUDI ILMU ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

Lebih terperinci

i Universitas Kristen Maranatha

i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini merupakan studi deskriptif mengenai kepuasan kerja pada teller Bank X cabang Bengkulu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat kepuasan kerja pada teller

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH i HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DOKTER TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN DATA REKAM MEDIS DOKTER YANG BERTUGAS DI BANGSAL ANAK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE 1-31 AGUSTUS 2010 The Relationship

Lebih terperinci

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ)

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ) ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ) Felicia S., 2010, Pembimbing I : J. Teguh Widjaja, dr., SpP., FCCP. Pembimbing II

Lebih terperinci

ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Susi Susanti : Psikologi : Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di Tarumajaya Bekasi Utara Konsep diri penting bagi remaja karena hal tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Penny Setyawati Martioso, dr., Sp.PK., M.Kes.

ABSTRAK. Penny Setyawati Martioso, dr., Sp.PK., M.Kes. ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE WESTERGREN DAN METODE CLINICAL LABORATORY AND STANDARDS INSTITUTE (CLSI) 2011 TERHADAP METODE RUJUKAN INTERNATIONAL COUNCIL FOR STADARDIZATION

Lebih terperinci

4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V.

4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V. DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... I LEMBAR PERSETUJUAN... II PENETAPAN PANITIA PENGUJI... III KATA PENGANTAR... IV PRASYARAT GELAR... V ABSTRAK... VI ABSTRACT... VII DAFTAR ISI... VIII DAFTAR TABEL... X Bab I.

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Berikut ini merupakan variabel-variabel dari penelitian: Motorik kasar adalah keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data langsung dari lokasi penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat kepuasan kerja dan aspek-aspeknya pada karyawan divisi HR PT. X Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I Pengembangan Instrumen Asesmen. (R.M Mirwan Sabiq) 425 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I THE DEVELOPMENT

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

Abstrak. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapatkan koefisien korelasi untuk derajat self-efficacy dan perilaku hidup sehat +0,453

Abstrak. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapatkan koefisien korelasi untuk derajat self-efficacy dan perilaku hidup sehat +0,453 Abstrak Mahasiswa yang telah mengetahui pentingnya menjaga kesehatan nyatanya masih memiliki perilaku hidup yang tidak sehat. Perilaku hidup yang sehat pada mahasiswa salah satunya dapat dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Abstrak. x Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. x Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui self-compassion yang terdapat pada komunitas tour organizer kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik

Lebih terperinci

SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA

SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA Flora Grace Putrianti Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta ABSTRACT

Lebih terperinci

MODUL 7 UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS DATA BAB VI

MODUL 7 UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS DATA BAB VI MODUL 7 UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS DATA BAB VI 1 MODUL 7 UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS DATA A. Kompetensi Dasar Memahami uji instrumen, uji validitas, dan uji reliabilitas data B. Indikator Kognitif

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract.  Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3 705 Artikel Penelitian Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Desember 2012 Vivit

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN.  Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3 345 Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Kepatuhan Penderita Tuberkulosis Paru dengan Perilaku Kesehatan, Efek Samping OAT dan Peran PMO pada Pengobatan Fase Intensif di Puskesmas Seberang Padang September

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TAHUN II DAN TAHUN IV DI SKILLS LABORATORY PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TAHUN II DAN TAHUN IV DI SKILLS LABORATORY PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TAHUN II DAN TAHUN IV DI SKILLS LABORATORY PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO Indah Puspasari Kiay Demak* * Dosen pada Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja. 1 BAB I A. Latar Belakang Penelitian Akne merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada wajah, leher,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis adalah suatu keadaan kompleks tubuh yang dirangsang oleh infeksi kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun tubuh yang diinisiasikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA Disusun Oleh: AFIF ARIYANWAR 20130310063 Telah disetujui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian non eksperimental atau observasional yang merupakan metode penelitian secara observasional

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program

Lebih terperinci

UJI RELIABILITAS TINETTI ASESSMENT TOOL UNTUK MENILAI KESEIMBANGAN PADA LANSIA

UJI RELIABILITAS TINETTI ASESSMENT TOOL UNTUK MENILAI KESEIMBANGAN PADA LANSIA UJI RELIABILITAS TINETTI ASESSMENT TOOL UNTUK MENILAI KESEIMBANGAN PADA LANSIA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Kesehatan Oleh: AUXILIADORA

Lebih terperinci

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr. Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 8, No. Vol. 3, Desember 8, No. 3, 2006: Desember 226-2006 230 Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula

Lebih terperinci

PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012

PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012 PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012 1 Anggelina Moningka 2 Renate T. Kandou 2 Nurdjanah J. Niode 1 Kandidat Skripsi Fakultas

Lebih terperinci

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR Kadek Agustini Aryani RSUP Sanglah Denpasar Program

Lebih terperinci

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS 51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) diawali dengan studi pendahuluan sampai tahap uji produk dengan

Lebih terperinci