BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan manusia tidak dapat dilepaskan dari seni. Materi-materi yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan manusia tidak dapat dilepaskan dari seni. Materi-materi yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kebudayaan manusia tidak dapat dilepaskan dari seni. Materi-materi yang dibuat atas dasar seni berupa suatu karya, memiliki kandungan yang merujuk kepada suatu hal, atau yang disebut sebagai referen (Goodman, 1984, 1988; dalam Guntur, 2009: 23). Berdasarkan definisi ini kemudian muncul pemaknaan maupun pesan yang akan disampaikan oleh seniman melalui karya seni buatannya. Karya seni yang ditampilkan dan dinikmati oleh publik, di dalamnya terjadi interaksi tidak langsung antara seniman sebagai komunikator/sender dan pengamat karyanya sebagai komunikan/receiver dengan karya seni sebagai media penghubung untuk menyampaikan pesan (message) dan maksud yang ingin disampaikan seniman, sehingga dalam konteks ini karya seni ditempatkan sebagi media komunikasi (Kusen, 1985: 85). Dalam proses penangkapan pesan dalam suatu karya seni, tentunya setiap penikmat menggunakan sudut pandang masing-masing dalam menginterpretasikan karya seni itu, sehingga hasil interpretasi pada satu karya seni seringkali menimbulkan berbagai pemaknaan, bahkan bersifat bias atau berbeda dengan maksud sebenarnya yang disampaikan oleh seniman pembuatnya. Ketidaktepatan dalam memahami pesan dalam karya seni tersebut salah satunya dapat terjadi karena adanya kesenjangan konsep atau nilai kebudayaan antara seniman dengan penikmat karya seni, ditambah lagi dengan masa hidup keduanya yang berbeda (Kusen, 1985: 5). 1

2 2 Kesenjangan ini akan sangat terlihat dan sulit diatasi apabila yang dibahas adalah karya seni kuna, tentu saja dengan rentang waktu tertentu yang dianggap jauh dari masa sekarang. Seperti halnya menginterpretasikan sebuah karya seni, tidak jarang ditemukan bias dalam menginterpretasi data arkeologis. Bias ini tentunya tidak lepas dari penggunaan sudut pandang berupa kerangka pikir dan landasan teori yang digunakan seorang peneliti dalam menginterpretasi suatu data arkeologis. Dalam kajian mengenai kebudayaan, arkeologi memiliki peran besar karena studinya yang mengungkap dan merekonstruksi kehidupan maupun kebudayaan manusia masa lalu melalui tinggalan budaya materinya (Sharer & Ashmore 2003: 15). Karya seni sebagai salah satu artefak dari kebudayaan merupakan sumber data yang penting bagi ilmu arkeologi, terutama karya seni yang bersifat tangible dan kuna. Sisa-sisa keindahan dan corak seni masa lalu yang masih terawetkan dengan cukup baik hingga kini adalah artefak monumental berupa candi. Salah satu candi yang masih terawat dengan baik dan memiliki nilai estetika dan seni yang tinggi adalah candi Borobudur. Candi Borobudur terletak di desa Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Secara umum, tubuh Borobudur terbagi ke dalam tiga tingkatan yang di tiap tingkatannya mengandung konsep Tridhatu 1 dalam Buddhisme (Adams, 1990: 20). Jika Borobudur dilihat tampak atas, menurut Stutterheim (1933) mengadaptasi dari bentuk suatu diagram dalam filosofi ajaran Buddha, yaitu Mandala (Casparis, 1990: 31-32).

3 3 Pada seluruh bagian tubuh candi dipahatkan bermacam ornamen, baik itu ornamen yang bersifat menambah nilai estetika maupun ornamen yang dibuat untuk tujuan lain, salah satunya adalah ornamen berupa relief. Di samping relief yang bersifat dekoratif, pada teras berdenah persegi Borobudur, terdapat relief naratif yang mengandung cerita dari ajaran Buddhisme yang di antaranya sebagai berikut (Kempers, 1976: ; Adams, 1991: 22-30; lihat juga Lampiran 1): a. Relief cerita Karmavibhangga, berisi kisah-kisah yang menunjukkan hukum sebab-akibat yang dilakukan oleh manusia di dunia b. Relief cerita Lalitāvistara, berkisah tentang kehidupan Siddharta Gautama semasa hidupnya c. Relief cerita Jataka, menceritakan tentang kehidupan Buddha terdahulu; (d) Relief cerita Avadana, menceritakan tentang kepahlawanan dan pengorbanan orang-orang suci d. Relief cerita Gandavyuha dan Bhadracari yang berkisah tentang perjalanan seorang Pangeran Sudhana yang mencari kearifan tertinggi Dalam kajian-kajian mengenai Candi Borobudur, terdapat satu bahasan yang secara khusus merujuk kepada relief di dalamnya, yaitu mengenai gaya seni yang mempengaruhi unsur-unsur dalam reliefnya. Pendapat mengenai gaya seni yang mempengaruhi pembuatan relief Candi Borobudur dikemukakan oleh Jean Philippe Vogel (1925), yaitu gaya seni yang terdapat dalam seni patung Borobudur memiliki ciri yang natural, plastis, detil dan agung yang dimiliki oleh gaya seni Buddhis India yang disebut sebagai Gandhāra yang berakar pada kesenian Hellenistik (Holt, 2000: 48-49).

4 4 Pernyataan di atas juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stuterheim (dalam Holt 1967: 47), meskipun keduanya menyebutkan hubungan antara gaya seni Gandhāra dengan seni patung Borobudur memiliki jarak waktu yang cukup jauh. Pernyataan berbeda diungkapkan oleh Zimmer (1983: 300) yang berpendapat bahwa gaya seni yang terdapat dalam karya seni patung dan relief di Jawa merupakan impuls dari gaya seni masa Gupta. Gaya seni ini dianggap sebagai masa keemasan dari gaya seni di India yang merupakan penyempurnaan dari gaya seni lokal; yaitu memiliki bentuk pemahatan yang bersifat tenang, pemahatan yang halus dan dekorasi yang kaya (Vogel: 1977: 54-56). Pendapat-pendapat yang berbeda mengenai gaya seni asing yang diterapkan pada relief Candi Borobudur juga terjadi di Indonesia. Secara umum, perbedaan pendapat tersebut mengarah pada satu pendapat umum bahwa Candi Borobudur mengadung beberapa ciri dari gaya seni Buddhis yang tumbuh dan berkembang di India. Berdasarakan gaya seni yang diterapkan di India dan Borobudur, relief cerita Lalitāvistara menjadi objek kajian yang signifikan karena penggambaran cerita ini ke dalam suatu panil relief merupakan fenomena yang umum dan terjadi di kedua lokasi. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang dan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: Indikasi gaya seni apa yang terdapat dalam relief Candi Borobudur, khususnya pada relief Lalitāvistara?

5 5 I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri gaya seni Buddhis India dan pengaruhnya terhadap relief Lalitāvistara Candi Borobudur yang ditunjukkan melalui kajian atas komponen-komponen visual relief yang ada. I.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan menggunakan relief cerita Lalitāvistara Candi Borobudur sebagai objek kajian utama. Secara keseluruhan, relief Lalitāvistara Candi Borobudur terdiri dari 120 panel, terletak pada dinding utama lorong pertama deret atas yang menceritakan kisah perjalanan hidup Siddharta Gautama, hingga menjadi Buddha dan menyampaikan khutbah pertamanya di Benares (Adams, 1991: 22; Leber, 2011: 23-24). Tidak seluruh panil digunakan sebagai objek kajian, hanya digunakan delapan buah panil dari keseluruhan relief Lalitāvistara yang mengandung adegan peristiwa penting kehidupan Buddha Gautama. Objek lain digunakan dalam kajian ini sebagai perbandingan, yaitu relief-relief yang berasal dari India, sebagian besar diantaranya mengandung kisah Lalitāvistara. Relief yang digunakan sebagai objek kajian berasal dari masa Dinasti Maurya (321 SM) sampai Dinasti Gupta (320 M-650 M) yang berasal dari: (a) Bhārhut, (b) Sānchī, (c) Mathurā, (d) Amarāvati, (e) Gandhāra dan (f) Sarnath. Pemilihan relief Lalitāvistara sebagai objek utama penelitian adalah penggambaran cerita mengenai Buddha yang berinkarnasi menjadi Siddharta ke dalam relief umum dilakukan di India dan di Indonesia relief cerita ini hanya dijumpai di Borobudur; sehingga perbandingan yang didasarkan atas

6 6 penggambaran cerita Lalitāvistara dalam relief sangat mungkin dilakukan. Selain itu, akses data berupa gambar relief Lalitāvistara Candi Borobudur dan di India relative lebih mudah dengan referensi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan relief cerita lainnya. Pembahasan mengenai gaya relief tersebut akan difokuskan pada variasi gaya seni Buddhis yang terjadi di India secara umum, kemudian dijabarkan secara lebih rinci mengenai aspek-aspek yang melekat dan mempengaruhi ragam gaya seni tersebut. Aspek-aspek dari gaya tersebut akan disejajarkan dengan aspekaspek yang terkandung dalam relief Lalitāvistara Candi Borobudur. Gaya yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan bentuk luar suatu karya seni, bedakan dengan aliran yang lebih berkaitan dengan pandangan atau prinsip yang lebih dalam sifatnya (Soedarso, 1987: 79); sedangkan untuk aspekaspek di atas didapatkan dari analisis terhadap komponen visual relief 2 beserta organiasi antarkomponen tersebut. I.5. Keaslian Penelitian Secara umum, penelitian mengenai relief Candi Borobudur sebelumnya telah banyak dilakukan, seperti dengan menggunakan sudut pandang seni kriya, ikonografi, etnografi, arsitektur, konservasi dan sudut pandang keilmuan lain yang relevan. Terdapat banyak penelitian yang membahas mengenai penggambaran komponen visual berwujud makhluk hidup dalam relief Candi Borobudur, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Febri Wijanarko mengenai Pemanfaatan kuda pada masa klasik berdasarkan relief Borobudur (2009) dan penelitian yang

7 7 dilakukan oleh Arif Riyanto mengenai Penggambaran Gajah pada Relief Cerita Di Candi Borobudur (2000). Selain hewan, penggambaran manusia beserta aktivitasnya dalam relief Candi Borobudur juga menjadi objek kajian oleh beberapa akademisi. Beberapa penelitian dilakukan seperti skripsi mengenai Pengasuhan Anak Berdasarkan Kajian Relief Candi Borobudur (2000) yang dilakukan oleh Euis Hadiati pada tahun 2007 serta skripsi karya Widapradnya Hutamasuksma yang berjudul Penggambaran Aktivitas Bhiksu Masa Jawa Kuna (Kajian Berdasarkan Relief Cerita Candi Borobudur). Keberadaan komponen visual relief berupa bentukan lingkungan pendukung seperti bentuk-bentuk bangunan yang digambarkan dalam relief telah dijadikan sebagai objek kajian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Pramono Atmadi yang melakukan penelitian mengenai pemodelan arsitektur candi yang digambarkan dalam relief Candi Borobudur (1979). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Tjahjono Prasodjo yang berjudul Gambaran Rumah Jawa pada Abad IX-XVI M berdasarkan penggambaran pada relief Candi di Jawa ( ). Komponen visual relief lain juga dikaji oleh beberapa peneliti, seperti yang telah dilakukan oleh Kurnia Prastowo Adi (2008) mengenai Alat Transportasi pada Masa Jawa Kuna Berdasarkan Relief pada Candi Borobudur. Selain alat transportasi, benda-benda lain seperti perhiasan dan pakaian yang digunakan oleh makhluk hidup, utamanya manusia juga menjadi objek kajian, seperti penelitian oleh Sri Soejatmi Satari (2009) yang memamparkan mengenai status sosial pada sekitar abad IX-X dengan merefleksikannya pada

8 8 penggambaran pakaian dan perhiasan, salah satunya penggambaran tersebut dikaji menggunakan relief Candi Borobudur sebagai salah satu objek kajiannya. Penggunaan perhiasan sebagai penanda status sosial juga diteliti oleh Chitra Paramaesti (2014), dengan menggunakan relief Lalitāvistara pada Candi Borobudur sebagai objek kajian utamanya dengan menggunakan pendekatan ikonografi untuk identifikasi perhiasan yang digunakan oleh tokoh. Kajian lain berupa penggambaran wadah dalam relief Candi Borobudur juga dilakukan, seperti yang terdapat pada penelitian berjudul Perabot Rumah Tangga pada Relief Karmavibhangga di Candi Borobudur: Analisis Jenis, Bentuk dan Fungsi" oleh Dukut Santoso (1985). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Jati Kurniawan yang kemudian menghasilkan karya skripsi yang berjudul Penggambaran Wadah Keramik Pada Relief Karmawibhangga (tinjauan Atas Bentuk dan Fungsinya) pada tahun Penelitian lain mengenai penggambaran wadah dalam relief juga dilakukan oleh Annur Suryani (2000) yang membahas mengenai Purnakalasa Dalam Relief Cerita di Candi Borobudur: Kajian Atas Variasi Penggambaran, Fungsi, dan Peranannya. Secara khusus, penelitian mengenai gaya seni pada relief Candi Borobudur masih sedikit dilakukan dan belum dibahas secara mendalam. Sejauh ini analisis mengenai gaya seni seperti penelitian Rr. Ratna Arum Widyati mengenai Ragam Hias Arca dan Relief Singa pada Bangunan Candi Masa Jawa Tengah Abad VIII- X Masehi: Studi tentang Bentuk dan Gaya Seni Hiasnya tahun Penelitian ini menghasilkan pembagian tipologi relief dan arca singa pada candi-candi Abad VIII-X M dan faktor-faktor yang menyebabkan variasi tersebut.

9 9 Pembahasan secara langsung mengenai gaya seni dalam Candi Borobudur sejauh ini masih belum ada, hanya terdapat tulisan yang dibuat oleh Agus Aris Munandar mengenai Pengaruh Hellenisme dalam Gaya Seni Arca Masa Klasik Tua di Jawa (abad ke-8 10 M). Tulisan ini membahas mengenai paham Hellenisme yang mempengaruhi Gandhāra Art dan ciri-ciri gaya seni Hellenisme yang kemudian dihubungkan dengan tinggalan artefaktual berupa arca dan relief dari abad VIII-X M, salah satunya dalam relief Karmawibhangga dan relief Lalitāvistara Candi Borobudur. Namun di dalamnya tidak disebutkan secara spesifik mengenai bagian mana saja yang menunjukkan sisi Hellenistik dari tinggalan arca dan relief tersebut. Pendapat serupa diungkapkan oleh Sutjipto Wirjosuparto dalam Sedjarah Kebudajaan India yang menyataan bahwa awalnya memang dipelopori oleh Gandhāra, namun terjadi pengayaan pada gaya tersebut kemudian menyebar ke berbagai tempat, termasuk Indonesia. (1952: ). Detil mengenai gaya seni yang mengalami pengayaan tersebut juga tidak dijelaskan secara detil. Pendapat mengenai gaya lain diungkapkan Sedyawati dalam beberapa tulisannya, seperti Pengaruh India Pada Kesenian Jawa (dalam Soedarsono dkk, 1985: 5) dan Hinduism & Buddhism Influences in Indonesia (Soemantri, 1998: 12); di dalamnya disebutkan bahwa seni pahat dan patung (sculpture art) yang ada di Indonesia sebagian besar mendapat pengaruh dari Gupta, seperti yang sebelumnya dipaparkan oleh Zimmer dalam latar belakang, namun hanya sebatas itu dan tidak ada paparan mengenai bagian mana saja yang menunjukkan gaya seni Gupta secara detil.

10 10 I.6. Kajian Pustaka Relief termasuk ke dalam sculpture art, yaitu seni pahat atau patung, (Butcher (ed.), 2001: 222). Hal ini membuat relief ditempatkan ke dalam dua jenis seni, yaitu jika dilihat dari prosesnya, maka relief termasuk ke dalam karya seni kriya yang mengutamakan pengerjaan berupa pemahatan yang halus, rumit, presisi, filosofis dan bernilai budaya tinggi (Gustami dalam Guntur 2009). Seni kriya merupakan percabangan dari seni rupa yang di dalam praktiknya memerlukan craftsmanship tinggi sehingga curahan ekspresi dari dalam seniman yang terdapat pada karyanya terkesan dipinggirkan (Soedarso, 1987: 14). Berdasarkan dari hasil yang dicapai, relief juga dikategorikan ke dalam karya seni patung karena media yang digunakan dan penggambarannya yang tiga dimensi, seperti patung pada umumnya. Meski berwujud tiga dimensi, relief masih memerlukan perspektif, seperti dilihat secara frontal dan diagonal, tidak seperti patung berwujud tiga dimensional lainnya yang dapat dilihat secara memutar (Soedarso, 1987: dan Butcher (ed.), 2001: 222). Lebih lanjut disebutkan bahwa relief sebagai sculpture art/seni pahatan termasuk ke dalam kategori plastic art/seni plastis kategori three-dimentional art di samping arsitektur, keramik dan patung (Butcher (ed.), 2001: 5). Berdasarkan cara dibuatnya, maka relief sebagai three-dimentional art menggunakan teknik substraksi/substraction 3 (Butcher (ed.), 2001: 231). Selain itu berdasarkan tujuan dibuatnya, maka relief dikategorikan menjadi dua, yaitu pertama adalah relief naratif yang dibuat berdasarkan cerita tertentu dan memiliki alur baca tertentu. Kedua adalah relief dekoratif yang dibuat tanpa landasan cerita

11 11 tertentu, umumnya berkaitan penggambaran objek, tokoh tertentu, simbol, maupun ragam hias (Holt, 1967: 39). Relief merupakan salah satu wujud dari karya seni kriya tiga dimensi yang dibuat berdasarkan ide dan konsep yang dimiliki seniman. Ide dan konsep yang tercurahkan dalam suatu karya seni, khususnya seni kriya dipengaruhi oleh faktorfaktor tertentu, yaitu faktor internal seniman yang terdiri dari penghayatan, kreativitas, keterampilan, selera, kepribadian dan karakter serta faktor eksternal yang teridiri dari kondisi ruang, waktu, kebudayaan dan ketersediaan media penciptaan karya seni (Kusen, 1985:6). Berangkat dari konsep di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa secara intern, relief candi yang dibuat dan masih ada hingga sekarang merupakan salah satu bentuk dari penglihatan seniman masa lalu terhadap kehidupan aktualnya, atau dengan kata lain ide dan ekspresi yang dituangkan ke dalam relief dipengaruhi oleh pengalaman seniman dan apa yang dilihatnya pada kehidupan aktualnya (Prasodjo, : 4-6). Secara eksternal, relief candi yang dibuat dibuat berdasarkan situasi budaya yang terjadi di masa seniman pembuatnya seperti ideologi yang dianut masyarakat, perubahan tatanan dan nilai ekonomi, poitik, sosial dan budaya serta pengaruh luar yang masuk. Kondisi-kondisi di atas yang kemudian menjadi referen bagi seorang seniman untuk menciptakan sebuah karya seni. Referen yang dirujuk ini kemudian mempengaruhi ideologi, gaya dan pola yang dianut oleh sang seniman. Salah satu referen bagi seorang seniman yang dijadikan dasar dalam membuat suatu karya salah satunya adalah gaya, dalam hal ini adalah gaya seni.

12 12 Gaya merupakan bentuk yang tetap atau konstan yang dimiliki seseorang maupun kelompok sebagai ciri pada suatu waktu/kurun waktu tertentu (Soekiman 2000, 81); sedangkan gaya seni merupakan suatu tata cara khas yang menjadikan suatu karya seni memiliki ketetapan bentuk dan kekhasan ciri artisitik sekaligus mencerminkan identitas dan karakter seseorang, kelompok, gerakan, budaya, serta peradaban dalam masa tertentu (Butcher, 2001: 5). Lebih lanjut menurut Henk Baren (dalam Soekiman, 2000: 82-83) dikatakan, gaya dibagi menjadi 4, yaitu: a. Gaya objektif, yaitu ciri yang melekat pada benda itu sendiri. b. Gaya personal, yaitu ciri yang melekat dalam diri seniman dan karya buatannya sebagai penanda dari cirinya. c. Gaya bangsa atau nasional, yaitu ciri yang menjadi identitas suatu Negara atau bangsa d. Gaya khusus atau gaya teknis, yaitu ciri yang melekat pada pemakaian suatu teknik dalam pemanfaatan material/bahan yang digunakan sebagai media. Dalam ilmu arkeologi, kajian mengenai gaya seni tentunya sangat relevan, terutama jika dihubungkan dengan artefak yang menjadi objek kajiannya. Dikatakan demikian karena keempat gaya yang disebutkan di atas bermuara ke satu titik, yaitu gaya suatu zaman, dalam arkeologi keberadaan artefak juga merepresentasikan gaya suatu zaman. Syarat diperolehnya suatu gaya pada suatu artefak mencakup tiga aspek: yaitu (a) bentuk/form, (b) hiasan/ornament, dan (c) keselarasan/harmony (Soekiman, 2000). Berdasarkan syarat-sayarat tersebut diketahui pengaruh gaya seni tertentu dalam suatu artefak yang berasal dari individu, kelompok, atau bangsa tertentu,

13 13 dari situ kemudian diketahui kualitas budaya pendukung artefak tersebut. Secara khusus, gaya yang menandai suatu artefak merupakan cara ungkap atau pencitraan dari pembuatnya dengan berbagai idiom bentuk yang khas sehingga berciri khusus (Setyawan, 2004: 21). Pada penjelasan sebelumnya mengenai aspek-aspek dalam gaya, lebih lanjut dipaparkan beberapa analisis oleh para peneliti lain mengenai unsur dan aspke yang dapat dikaji dalam suatu gaya seni. Beberapa kajian peneliti akan digunakan untuk analisis gaya seni pada tulisan ini yaitu Vernon James Knight Jr., Inés Domingo Sanz dan Dánae Fiore, Marijke J. Klokke serta Kusen. Beberapa kajian dari peneliti tersebut tidak secara langsung mengarah kepada gaya seni, namun kajian di dalamnya memiliki unsur dan aspek umum yang sama mengenai analisis gaya seni. Pada Bab III akan dipaparkan mengenai hal tersebut. I.7. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui indikasi jenis gaya seni India dalam relief Lalitāvistara Candi Borobudur, untuk itu diperlukan deskripsi yang sistemastis terhadap data-data yang berkaitan dengan relief dan gaya seni tersebut sehingga dapat dirumuskan generalisasi empiris (Kusumohartono, 1987: 18-19). Jika dilihat dari hasil yang akan dicapai, yaitu menyimpulkan suatu generalisasi empiris, maka digunakan penalaran induktif (Mundardjito, 1986: 198). Tahap kerja penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut: 1. Pengumpulan data Dalam tahap ini, dilakukan pengumpulan data-data primer berupa observasi terhadap relief Lalitāvistara Candi Borobudur, hasil yang didapat

14 14 adalah deskripsi berdasarkan pengamatan penulis serta foto relief terbaru yang dibutuhkan. Untuk memperkuat data tersebut, dilakukan pengumpulan data sekunder berupa kepustakaan yang berkaitan dengan relief Lalitāvistara Candi Borobudur seperti deskripsi dan analisis dari penelitian sebelumnya beserta foto-foto hasil dokumentasi lalu untuk mendukung visualisasi dari deskripsi sekaligus untuk mendukung analisis secara visual nantinya. Selain itu, dikumpulkan juga data mengenai deskripsi gaya seni Buddhis yang berasal dari India beserta foto-foto relief maupun karya seni patung lain dari sumber pustaka yang relevan. Secara lebih khusus, akan diambil relief atau karya lain yang menceritakan kisah Lalitāvistara maupun yang masih berhubungan dengan gaya seni di India. Deskripsi di atas dilakukan terhadap komponen-komponen visual yang terdapat relief, seperti figur manusia, antromorfis, flora, fauna, peralatan, dan lingkungan pendukung beserta organisasi yang diterapkan di dalamnya. 2. Pengolahan dan Analisis Data Sebelum mengolah data, terlebih dahulu dirumuskan suatu model dari deskripsi yang sudah ada dan berasal dari hasil pengamatan dapat lebih sistematis sehingga mempermudah dalam analisis. Analisis dan pemodelan yang dilakukan berdasarkan modifikasi penulis terhadap teori dan konsep mengenai analisis gaya seni yang telah dirumuskan lebih dahulu oleh peneliti lain; baik itu analisis terhadap gaya seni relief maupun karya seni rupa lain yang masih berkaitan. Secara umum, analisis akan dilakukan dengan

15 15 mengacu kepada teori-teori yang dikemukakan oleh James Vernon Knight, Marijke J. Klokke, Sanz dan Fiore, serta Kusen. Untuk pemodelan dalam analisis secara umum diformulasikan untuk mengidentifikasi gaya yang diterapkan pada komponen-komponen visual relief. Pemodelan ini cenerung mengacu kepada model tabel yang telah dibuat oleh Kusen mengenai analisis Komponen relief dan analisis susunan komponen relief. Untuk mengisi lajur dan kolom tabel, diperlukan beberapa kelompok variabel yang diadaptasi dari teori-teori yang telah dikemukakan para peneliti tersebut dan diambil beberapa variabel seperti: (a) bentuk dan penggambaran, (b) perspektif dan ruang dan (c) komposisi. Setelah formulasi dilakukan berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan, tahap berikutnya yaitu membuat sistem tabulasi dari kelompok-kelompok variabel di atas. Berikut ini adalah rancangan tabel yang digunakan dalam analisis: Komponen Visual Umum Sosok dan figur Lingkungan dan komponen pendukung Gaya seni Buddhis Bentuk Perspektif Penggambaran dan dan ruang Pemahatan Komposisi Relief Data berupa deskripsi dan gambar kemudian dilakukan analisis terhadap gaya seni berdasarkan variabel-variabel di atas, selanjutnya gaya seni Buddhis India yang dibagi ke dalam tiga fase dan gaya seni relief Lalitāvistara Candi Borobudur. di deskripsi dan gambar dilakukan berdasarkan pemodelan yang dibuat tersebut. Hasil dari pengolahan data ini

16 16 kemudian dimasukkan ke dalam sistem tabel yang telah diklasifikasikan berdasarkan model yang telah dibuat untuk membantu ketika analisis perbandingan. Perbandingan dilakukan dengan mencocokkan analisis dan tabel yang menunjukkan ciri-ciri gaya seni dari India dengan tabel yang menunjukkan ciri-ciri penggayaan dalam relief Lalitāvistara. 3. Interpretasi dan Penarikan Kesimpulan Dalam tahap ini, tujuan untuk mengetahui indikasi keberadaan gaya seni dalam relief Lalitāvistara akan terjawab dari penjabaran hasil perbandingan ciri-ciri dalam relief Lalitāvistara yang menunjukkan keberadaan ciri gaya seni Buddhis di India berdasarkan interpretasi terhadap analisis di atas. Selanjutnya akan ditarik kesimpulan yang bersifat umum atau generalisasi empiris mengenai beberapa ciri dari gaya seni Buddhis di India yang diterapkan di relief Lalitāvistara Candi Borobudur.

17 17 CATATAN BAB 1 1 Dalam konsep Buddhisme, Tridhatu dibagi menjadi tiga tingkatan; yaitu Kamadhatu (lingkup hasrat) yang merupakan bagian dasar candi, Rupadhatu (lingkup wujud) yang merupakan bagian tubuh berteras persegi candi dan arupadhatu (lingkup tak berwujud) yang merupakan bagian tubuh berteras lingkar hingga puncak. 2 untuk penyebutan unsur-unsur visual yang terdapat dalam relief, penulis cenderung menggunakan istilah komponen relief yang merujuk kepada penggambaran figur tertentu beserta bentuk-bentuk makhluk hidup maupun benda tak hidup lainnya (lihat Kusen, 1985: 47). Penambahan kata visual dilakukan agar komponen yang dirujuk mengarah kepada bentuk-bentuk artistik yang dipahatkan dalam relief; di samping untuk mempertegas istilah yang dimaksud. 3 Substraksi yaitu teknik dalam seni patung dengan mereduksi media pemahatan menjadi suatu bentuk menggunakan alat tertentu, seperti pahat, gergaji, gerinda, kikir dan sebagainya (lihat juga Susanto 2011: 383).

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks 3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan langsung dengan keadaan yang kini dapat ditemukan di Jawa atau di tempat lain, tetapi sebagian lainnya hanya dapat ditelusuri

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 245 Universitas Indonesia. Tempat duduk..., Yulie Pusvitasary, FIB UI, 2009

BAB 5 PENUTUP. 245 Universitas Indonesia. Tempat duduk..., Yulie Pusvitasary, FIB UI, 2009 BAB 5 PENUTUP Penelitian terhadap pengidentifikasian tempat duduk yang dipahatkan pada relief Lalitavistara Candi Borobudur telah dipaparkan secara sistematis pada bab sebelumnya. Bab 2 merupakan deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni bertumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia. Dengan kreativitas yang dimilikinya manusia selalu berusaha mengembangkan seni, baik kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman agama, adat, tradisi dan sejarah serta budaya berkesenian yang dalam kehidupan sehari-harinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Indonesia yang strategis terletak di antara benua Asia dan Australia, sehingga menyebabkan berbagai suku bangsa telah memasuki kepulauan nusantara mulai dari

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Judul Penelitian ini tentang Analisis Patung Figur Manusia Karya Nyoman Nuarta di Galeri NuArtSculpture Park. Pengambilan judul penelitian ini didasari oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra saja. Karena perkembangan teknologi bahkan sudah masuk ke dunia multimedia (diantaranya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab Kesimpulan berisikan; menjawab rumusan masalah, tujuan dan hasil rekapitulasi rangkuman tiap-tiap tabel kajian Matrik. Selain itu juga disampaikan hasil diskusi dan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi untuk memperindah sesuatu atau sebagai simbol yang mengandung makna untuk mencapai sesuatu yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peninggalan hasil kebudayaan manusia di Indonesia sangat banyak tetapi yang dapat dijadikan sebagai data arkeologis sangat terbatas, salah satunya adalah relief yang

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 160 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarlan pemaparan dari Bab II, III, dan IV, penelitian ini bermuara pada kesimpulan, yaitu: Pertama, konsep dasar arsitektur postmodernisme adalah membangkitkan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG To live in the future, one must first understand their history by anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia mempelajari benda-benda dari masa lalu,

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu wilayah yang mendapat pengaruh kebudayaan India. Kebudayaan India masuk ke Indonesia membawa pengaruh terhadap kehidupan keagamaan di

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

Aspek-Aspek Karya Seni Rupa

Aspek-Aspek Karya Seni Rupa Aspek-Aspek Karya Seni Rupa~ Aspek-Aspek Karya Seni Rupa Hi teman-teman disini saya akan membahas tentang Aspek-aspek Karya Seni Rupa, baik mari kita simak sebagai berikut : A. Aspek-aspek Karya Seni Rupa

Lebih terperinci

Keindahan Arca Buddha Indonesia, Pengaruh Kebudayaan Hellenisme

Keindahan Arca Buddha Indonesia, Pengaruh Kebudayaan Hellenisme Keindahan Arca Buddha Indonesia, Pengaruh Kebudayaan Hellenisme Oleh I Gede Mugi Raharja Dosen FSRD Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Kebudayaan Indonesia (Nusantara) memang tidak ada hubungan secara

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA TEMPAT DUDUK DALAM PENGGAMBARAN RELIEF LALITAVISTARA, CANDI BOROBUDUR : TELAAH BENTUK SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN SIDDHARTA GAUTAMA SKRIPSI diajukan untuk melengkapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada studi ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya manusia hidup di dunia harus memenuhi lima kebutuhan pokok untuk bertahan hidup, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama matakuliah Kode/SKS Status mata kuliah Deskripsi Singkat : ARKEOLOGI HINDU-BUDDHA : BDP 1107/ 2 SKS : Wajib : Pengenalan tinggalan arkeologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri membawa pengaruh besar terhadap bidang arsitektur dan

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri membawa pengaruh besar terhadap bidang arsitektur dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Masuknya agama Hindu dan Buddha yang berasal dari India, tidak dipungkiri membawa pengaruh besar terhadap bidang arsitektur dan kesenian periode Klasik di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

Bab VI Simpulan & Saran

Bab VI Simpulan & Saran Bab VI Simpulan & Saran VI.1. Simpulan Berdasarkan analisis pada perupaan sampel artefak yang saling diperbandingkan, maka sesuai hipotesis, memang terbukti adanya pemaknaan Tasawuf yang termanifestasikan

Lebih terperinci

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Anusapati SENI PATUNG DALAM WACANA SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA 1* Anusapati Patung dan aspek-aspek utamanya Di dalam ranah seni klasik/tradisi, pengertian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2. 63 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak 110 0 01 51 dan 110 0 26 58 Bujur Timur

Lebih terperinci

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah sebuah kota yang berada di pesisir utara pulau Jawa, berbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena letak geografisnya yang strategis membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

MODUL SENI RUPA KELAS X TAHUN AJARAN BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI

MODUL SENI RUPA KELAS X TAHUN AJARAN BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 MODUL

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan mengolah benda-benda dan kekayaan alam lingkungan sekitar kita menjadi suatu benda yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai bentuk aspirasi, apresiasi, dan pandangannya terhadap suatu peristiwa dan perasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu maupun oleh kelompok masyarakat, sehingga melalui ritus kehidupan, kebudayaan dapat dialami

Lebih terperinci

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn Pengaruh Kolektif Seni Kerajinan Batu Padas Seni kerajinan berkembang dan dilakukan melalui tradisi sosial suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah batik. Batik juga merupakan produk khazanah budaya yang khas dari Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu sarana untuk mencurahkan rasa yang ada di dalam diri sehingga menghasilkan suatu karya yang bernilai sesuai dengan ungkapan yang dituangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sejarah beserta peninggalannya. Candi merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang tidak dapat lepas nilai

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2017 DESKRIPSI KARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti pakaian dan alat-alat rumah tangga. Namun seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. seperti pakaian dan alat-alat rumah tangga. Namun seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan beraneka macam kebutuhan demi keberlangsungan hidupnya, baik secara pokok yaitu berupa makan, minum, serta kebutuhan lainnya seperti pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap penelitian tentu memiliki tujuan. Guna mencapai tujuan tersebut maka diperlukan metode penelitian yang tepat. Karena pada dasarnya metode merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilustrasi merupakan bentuk visual dari teks atau kalimat. Ilustrasi dapat memperjelas teks atau kalimat terutama bagi anak-anak yang belum bisa membaca. Dengan menggambarkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kerangka berpikir Arkeologi maka digunakan penelitian kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kerangka berpikir Arkeologi maka digunakan penelitian kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah yang dikaji pada penelitian ini, yang merupakan deskripsi dari peragaan busana pada relief Candi Panataran dengan menggunakan kerangka

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

VISUALISASI DIMENSI KEWAKTUAN DALAM PENGGAMBARAN RELIEF CERITA, (Studi Kasus Relief Cerita Krêsna di Candi Prambanan)

VISUALISASI DIMENSI KEWAKTUAN DALAM PENGGAMBARAN RELIEF CERITA, (Studi Kasus Relief Cerita Krêsna di Candi Prambanan) VISUALISASI DIMENSI KEWAKTUAN DALAM PENGGAMBARAN RELIEF CERITA, (Studi Kasus Relief Cerita Krêsna di Candi Prambanan) Andri Restiyadi Balai Arkeologi Medan Abstract Story s relief is a combination of narrative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pada dasarnya adalah suatu bahasa komunikasi yang disampaikan melalui suatu media. Seniman sebagai sumber komunikasi, sedangkan karya seni sebagai media

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Seni Budaya X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar :

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Seni Budaya X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar : 1 pasangan KD, 1 UKB, 1 RPP UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB sb 1.1.02) Arti kode UKB 1.1.02: UKB ini ada di semester 1 urutan KD ke 2 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Seni Budaya X (Wajib) b. Semester

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif, alasannya karena dalam penelitian ini peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

IKONOGRAFI BARABUDUR. Oleh : Edi Sedyawati Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia PENGANTAR

IKONOGRAFI BARABUDUR. Oleh : Edi Sedyawati Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia PENGANTAR Barabudur 55 IKONOGRAFI BARABUDUR Oleh : Edi Sedyawati Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia YYang selalu disebut sebagai Candi Barabudur PENGANTAR itu mungkin tidak dapat disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Neolithikum diperkirakan rentang waktunya mulai dari 2500 SM 1000 SM.

BAB I PENDAHULUAN. Neolithikum diperkirakan rentang waktunya mulai dari 2500 SM 1000 SM. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya dengan media yang mempunyai rupa atau wujud yang bisa ditangkap dengan indera penglihatan dan dapat dirasakan dengan

Lebih terperinci

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya, dimana keanekaragaman budaya tersebut telah menjadi warisan kebudayaan bangsa yang patut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komik adalah media bercerita melalui gambar-gambar yang disusun sedemikian rupa membentuk narasi. Dalam perkembangannya, komik sempat reaksi keras dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan citra visual melalui unsur titik, garis, bidang, tekstur, dan warna. Sebagai karya seni murni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomenafenomena yang ada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan kebudayaan tersebut secara kronologis

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Perkembangan dunia kesenirupaan saat ini sudah sangat pesat sekali dengan inovasi bahan dan media dari karya seni rupa yang sudah beragam dan kadang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan Seni Rupa Murni Daerah Seni Rupa Murni Daerah adalah Gagasan manusia yang berisi nilai nilai budaya daerah tertentu yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang memiliki kekayaaan berbagai khasanah ragam hias atau ornamen yang tersebar di wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, masing-masing daerah

Lebih terperinci

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D. Bab 2 Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi (3D) Peta Materi Pengertian Jenis Karya Berkarya Seni Rupa 3 D Simbol Karya Nilai Estetis Proses Berkarya 32 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK Setelah mempelajari Bab 2

Lebih terperinci

PENGERTIAN SENI SEBAGAI PENGANTAR KULIAH SEJARAH SENI RUPA

PENGERTIAN SENI SEBAGAI PENGANTAR KULIAH SEJARAH SENI RUPA PENGERTIAN SENI SEBAGAI PENGANTAR KULIAH SEJARAH SENI RUPA John Felix Jurusan Desain Komunikasi Visual, School of Design, BINUS University Jln. K. H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 felixquo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di

BAB III METODE PENELITIAN. inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Sebagai sebuah research humaniora, penelitian ini berusaha mengungkap inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci