BAB 2 LANDASAN TEORI. simulator yang digunakan pada penelitian ini. Pembahasan pada landasan teori ini akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. simulator yang digunakan pada penelitian ini. Pembahasan pada landasan teori ini akan"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan berbagai teori mengenai jaringan komputer, khususnya Mobile Ad Hoc Network beserta dengan NS-3 sebagai perangkat network simulator yang digunakan pada penelitian ini. Pembahasan pada landasan teori ini akan dimulai dari tinjauan singkat mengenai bagian-bagian penting dari sistem jaringan komputer yang merupakan dasar dari teknologi Mobile Ad Hoc Network. Pustaka yang dipilih disesuaikan berdasarkan keterkaitan isi dari pustaka tersebut dengan ruang lingkup topik yang dibahas secara lengkap dan menyeluruh, sehingga dapat mendukung pemecahan masalah yang diteliti dalam penelitian ini. 2.1 Protokol Jaringan Sebuah protokol menjelaskan format dan urutan dari pertukaran pesan-pesan antara dua atau lebih entitas komunikasi dan juga perlakuan apa yang harus diambil pada saat transmisi dan atau saat penerimaan pesan (James F. Kurose, 2000). Protokol jaringan terbagi atas 3, yaitu model OSI (Open Systems Interconnection), model TCP/IP, dan model ATM (Asynchronous Transfer Mode) (C. Siva Ram, 2004).

2 2.1.1 OSI Model Model ini pertama kali dikemukakan oleh badan standarisasi dunia (International Organization for Standarization) atau biasa disebut dengan ISO, dan telah menjadi protokol standar yang digunakan pada berbagai lapisan jaringan. Model ini bernama Open Systems Interconnection (OSI) dan sesuai dengan namanya, protokol ini bertujuan untuk mengatur mekanisme komunikasi antara sistem (mesin) dalam jaringan komunikasi yang terbuka untuk berkomunikasi dengan sistem lainnya. OSI terbagi atas 7 layer/lapisan, diantaranya: Gambar 2.1 Seven Layer OSI

3 1. Physical Layer 2. Data Link Layer 3. Network Layer 4. Transport Layer 5. Session Layer 6. Presentation Layer 7. Application Layer Setiap lapisan tersebut saling berhubungan dan memiliki tugas serta fungsi masingmasing. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai ketujuh layer tersebut. 1. Physical Layer Lapisan ini bertanggung jawab dalam proses transmisi setiap bit melalui perantara fisikal. Lapisan ini berhubungan dengan mechanical dan electrical specifications dari perangkat keras jaringan yang dipakai dengan media physical transmission yang digunakan untuk transmisinya. Mechanical specifications biasanya berhubungan dengan kabel, connectors, dan segala macam yang berkaitan dengan hubungan antar jaringan. Sedangkan untuk electrical specifications, berhubungan dengan tingkat tegangan yang biasa digunakan untuk merepresentasikan informasi digital (binary 1 dan 0) dan durasi dari setiap bit. 2. Data Link Layer Lapisan ini berfungsi untuk memastikan transmisi data yang dilakukan bebas dari kesalahan. Selain itu, lapisan ini juga bertugas untuk menerima data dari lapisan diatasnya, membagi datanya menjadi beberapa paket / frame, yang kemudian paket-paket / frame-frame tersebut ditransmisikan. Pada lapisan ini

4 juga terdapat mekanisme pendeteksian dan mentransmisi ulang paket yang rusak atau hilang. 3. Network Layer Layer ini bertanggung jawab dalam routing paket data dari node sumber ke node tujuan. Selain itu, network layer juga bertanggung jawab dalam pengalamatan node. Congestion control juga menjadi tanggung jawab network layer. 4. Transport Layer Transport Layer memiliki beberapa fungsi penting seperti, segmentasi dan penyusunan kembali pesan, perbaikan kesalahan yang terjadi, pemantauan Quality of Service (QoS), dan end to end flow control. 5. Session Layer Sebuah session bisa didefinisikan sebagai koneksi antar 2 presentation layer (yang akan dijelaskan setelah Session Layer). Tugas dari Session Layer adalah pembangunan dan pelepasan dari sebuah sesi dalam suatu koneksi, interaction manager (yang menentukan apakah sesi tersebut two-way simultaneous, two-way alternate, atau one-way interaction) dan sinkronisasi antar sesi. 6. Presentation Layer Lapisan ini berhubungan dengan sintaks dan semantik dari pertukaran informasi antar dua sistem. Presentation layer memastikan pertukaran pesan antar dua proses yang ada pada komputer yang berbeda dimana representasi data yang digunakan berbeda, memiliki arti secara umum yang sama.

5 7. Application Layer Application Layer berperan sebagai interface kepada proses suatu aplikasi yang membutuhkan bantuan komunikasi. Lapisan ini mengacu pada pelayanan komunikasi pada suatu aplikasi TCP / IP (Transmission Control Protocol Internet Protocol) Model Model ini yang biasa digunakan pada internet sekarang ini. Model ini awalnya dirancang oleh ARPANET sebelum menjadi model standar yang digunakan secara luas. TCP/IP hanya memiliki 4 layer yang diantaranya adalah host-to-network layer, internet/network layer, transport layer dan application layer dan berikut adalah penejelasan singkatnya. Host-to-network Layer Lapisan ini bersifat mirip seperti physical layer pada OSI. Host harus terhubung pada jaringan menggunakan beberapa protokol yang bertujuan untuk mentransmit paket yang dikirim. Internet Layer Fungsi utama dari lapisan ini adalah routing dan congestion control. Internet layer mendefinisikan sebuah protocol yang biasa disebut IP atau Internet Protocol. Paket yang dikirim oleh Internet Layer kepada lapisan dibawahnya harus mengikuti format IP ini. Transport Layer Transport layer pada TCP/IP juga memiliki cara kerja yang mirip dengan Transport Layer pada model OSI. Namun, faktanya adalah desain dari model transport layer OSI dipengaruhi oleh operasi dan performa dari TCP. Pada layer

6 ini juga, protokol komunikasi Transmission Control Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP) ditetapkan. TCP bersifat connection oriented. Pada TCP, dibutuhkan pembangunan koneksi untuk pertama kalinya sebelum transfer data yang sebenarnya dapat dilakukan. Setelah koneksi terjalin, barulah kemudian pengiriman paket dapat dilakukan melalui jalur yang sudah ditentukan. Paket yang dipecah pada saat sebelum proses pengiriman akan dikirimkan secara terurut dan akan disatukan kembali sesuai dengan urutan diterimanya paket tersebut. Pada TCP juga terdapat flow control yang dapat mengatur arus transmisi data, sehingga resiko kehilangan data dan jaringan overloaded lebih kecil. UDP merupakan protokol transport layer yang sederhana dan tidak menjamin keandalan dalam pengiriman paket. Protokol ini mendukung multicast dan broadcast. UDP mengutamakan waktu pengiriman data daripada keutuhan data. Protokol UDP bersifat connectionless. Komunikasi dicapai dengan mengirimkan informasi satu arah, dari sumber ke tujuan tanpa memeriksa terlebih dahulu keberadaan tujuan dan kesiapan koneksi dalam menerima data. UDP menggunakan metode Cyclic Redundancy Check (CRC) untuk memeriksa integritas paket. Saat error pada paket terdeteksi, paket dinyatakan hilang dan dibuang. Protokol ini didefiniskan untuk komunikasi packet-switched pada jaringan komputer yang saling terhubung (RFC 768). UDP tidak menyediakan mekanisme congestion control untuk mengatasi jaringan yang padat. UDP cocok digunakan untuk aplikasi seperti Voice Over-IP, online games, internet radio dimana keutuhan paket tidak menjadi prioritas utama.

7 Gambar 2.1 Profil UDP Source port address mengindikasikan port yang mengirim proses pengiriman datagram. Destination port adress mengindikasikan port yang menerima datagram. Length berisi ukuran datagram dalam bytes yang juga termasuk header di dalamnya. Checksum merupakan bagian optional 16-bit 1's komplemen dari jumlah header pseudo-ip, header UDP, data UDP dimana header pseudo-ip berisi alamat IP sumber dan alamat IP tujuan, protokol dan ukuran UDP. Application Layer Bersifat sama seperti Application Layer pada model OSI. Pada Layer ini berisi level protocol yang lebih tinggi seperti File Transfer Protocol (FTP) yang digunakan untuk pengiriman file antar komputer, Virtual Terminal (TELNET) yang dapat menyediakan fasilitas remote login, Simple Mail Transfer Protocol

8 (SMTP) yang biasa digunakan untuk pengiriman dan HyperText Transfer Protocol (HTTP) untuk mentransfer halaman web melalui internet ATM Model Asynchronous Transfer Mode (ATM) model pertama kali dikembangkan oleh Broadband-Integrated Service Digital Network (B-ISDN). Model ATM ini cukup berbeda dengan model OSI ataupun TCP/IP. Pada model ini, semua informasi ditransmisikan kedalam bentuk paket paket kecil berukuran tetap yang disebut dengan cells. Ukuran dari cells tersebut adalah 53 byte, dimana 5 byte sebagai header diikuti oleh 48 byte yang dapat diisi. ATM menggunakan teknologi yang disebut cell switching. Cell switching mirip dengan packet switching, yang dimana membagi data kedalam beberapa cell yang berukuran sama, lalu ditransmisikan melalui channel tertentu yang biasa disebut sebagai virtual channel dan saling berbagi dengan node node lainnya. Perbedaan antara packet switching dengan cell switching adalah ukuran cell pada cell switching sifatnya tetap, pada packet switching tidak. ATM juga dapat berjalan pada physical layer apapun dan biasanya ATM berjalan pada fiber optic menggunakan standar SONET pada kecepatan 155,52 Mbps, 622 Mbps dan lebih tinggi lagi (James F. Kurose et al., 2000). 2.2 Wireless Network Wireless Network atau Jaringan Nirkabel adalah jaringan komputer yang menggunakan frekuensi radio sebagai perantara komunikasinya. Sistem komunikasi radio nirkabel pertama kali ditemukan oleh Guglielmo Marconi pada tahun Pada

9 tahun 1901, beliau sukses mendemonstrasikan sistem telegraph nirkabelnya dengan mentransmisikan sinyal radio menyeberangi Samudra Atlantik dari Inggris ke Amerika, menjangkau lebih dari mil (C. Siva Ram, 2004). Mobile Wireless Network terbagi menjadi dua tipe jaringan yang dibedakan berdasarkan infrastruktur yang menunjang terbentuknya jaringan tersebut. Jaringan mobile yang memiliki infrastruktur lengkap, misalnya memiliki access point, gateway dan routing support disebut sebagai Mobile IP dan jaringan mobile yang tidak memiliki infrastruktur dinamakan Ad Hoc Network (A. Ali, 2004). 2.3 Mobile Ad Hoc Network Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah jaringan wireless yang tidak mempunyai sebuah infrastruktur yang tetap atau administrasi yang terpusat. Node-node pada jaringan ini bergerak secara acak dan berubah ubah sehingga topologi jaringan ini dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diperkirakan (Basagni, 2004). Secara umum, rute diantara node di dalam jaringan ad hoc termasuk jaringan wireless multi hop. Gambar dibawah ini menunjukkan sebuah contoh jaringan mobile ad hoc. Seperti yang ditunjukkan pada gambar, sebuah jaringan mobile ad hoc terdiri dari beberapa peralatan home-computing, seperti notebook dan yang lainnya. Setiap node mampu berkomunikasi secara langsung dengan node yang lainnya yang terletak pada jarak transmisi. Untuk berkomunikasi dengan node yang berada di luar jarak tersebut, node membutuhkan node perantara untuk menyampaikan message dari hop ke hop.

10 Gambar 2.2 Mobile Ad-Hoc Network (Basagni) Karakteristik yang spesifik pada jaringan mobile ad hoc wireless network (Basagni, 2004:13) : Wireless / Nirkabel. Node-node berkomunikasi secara wireless dan dapat berbagi pada media yang sama (radio, infrared, dll.). Ad-hoc-based. Mobile ad hoc network adalah jaringan sementara yang dibangun secara dinamis dengan cara yang berubah-ubah oleh sekumpulan node.

11 Mandiri dan tanpa infrastruktur. MANET tidak bergantung pada infrastruktur yang tetap atau administrasi yang terpusat. Setiap node berjalan dengan cara peer-to-peer terdistribusi, bertindak sebagai router, dan menghasilkan data sendiri Multihop routing. Setiap node bertindak sebagai router dan menyampaikan paket yang lainnya sehingga memungkinkan penyebaran informasi diantara mobile host. Mobility / Pergerakan. Setiap node bebas untuk bergerak dalam berkomunikasi dengan node yang lain. Topology dari ad-hoc network bersifat dinamis karena pergerakan nodenya yang tergantung oleh situasi tertentu sehingga hubungan antar nodenya terus berubah secara berkala Protokol Routing Routing adalah sebuah aksi memindahkan informasi dari node sumber ke node tujuan melalui sebuah jaringan. Selama proses ini, minimal harus ada sebuah node penengah antara node sumber dan node tujuan. Konsep routing pada dasarnya melibatkan 2 aktifitas: Pertama, menentukan jalur routing yang paling optimal dan yang kedua, pengiriman sekumpulan informasi (biasa disebut paket) melalui suatu jaringan. Menurut C. Siva Ram (2004), tanggung jawab sebuah routing protocol adalah melakukan pertukaran informasi rute; menemukan jalur yang mungkin untuk sampai ke node tujuan dengan memperhatikan panjang lompatan, energi yang dibutuhkan seminimal mungkin, dan lama jangka hidup dari hubungan nirkabel tersebut;

12 mengumpulkan informasi tentang jalur yang putus; memperbaiki jalur yang rusak; dan memanfaatkan bandwidth yang minimum. Adapun masalah-masalah yang dihadapi protokol routing yaitu: Pergerakan Salah satu faktor penting dari ad hoc wireless network adalah pergerakan atau mobilitas node nodenya. Mobilitas node node tersebut juga yang menyebabkan terjadinya jalur yang putus, paket data yang bertabrakan, terlewatinya sebuah node, routing information yang sudah tidak cocok, dan kesulitan dalam penggunan sumber daya. Batasan bandwidth Oleh karena channel yang digunakan terbagi ke semua node yang masih dalam daya jangkau, bandwidth untuk setiap wireless linknya tergantung dari jumlah node dan traffic yang ditangani. Potensi Error dan channel yang terbagi Bit Error Rate (BER) pada wireless channel sangatlah tinggi jika dibandingankan dengan jaringan yang menggunakan kabel. Pertimbangan akan keadaan dari wireless link, rasio signal-to-noise, dan jalur yang berpotensi hilang pada ad hoc wireless network dapat meningkatkan efisiensi dari sebuah routing protocol. Ketergantungan terhadap lokasi Sebuah lokasi menentukan kebutuhan sebuah channel dalam menggunakan sumber daya yang ada. Perebutan penggunaan sumber daya yang tinggi pada suatu channel dapat menghasilkan tingkat tabrakan paket yang tinggi

13 dan pembuangan bandwidth secara sia-sia. Sebuah routing protocol yang bagus diharapkan didalamnya dapat memiliki mekanisme untuk mendistribusikan isi dari channel tersebut secara merata, sehingga perebutan sumber daya tersebut dapat dihindari. Batasan dari sumber lain Ada juga batasan batasan dari sumber lain seperti computing power, kekuatan batere, dan kapasitas buffer yang juga membatasi kemampuan sebuah routing protocol.

14 Gambar 2.3 Hirarki Protokol Routing Ad-Hoc

15 Dalam ad hoc routing protocols, ada 3 bagian utama bedasarkan topologinya yaitu: 1. Flat Routing Protokol yang tergolong dalam kategori flat routing menggunakan skema pengalamatan yang sama dengan yang digunakan oleh IEEE LAN. Semua node yang terhubung memiliki alamat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya (C. Siva Ram, 2004). Namun, protokol routing yang tergolong dalam kategori ini memiliki kekurangan dari segi daya cakup jumlah node-nya yang rendah dibandingkan dengan hierarchical ataupun position-based routing, karena setiap node harus memelihara setiap routing table dari node lainnya (Basagni, 2004). Dalam flat routing pun terbagi kembali atas 3 bagian, berdasarkan cara pembaharuan informasinya, yaitu Proactive, Reactive, dan Hybrid. Proactive Protokol routing ini disebut juga table-driven routing protocol. Pada protokol ini, node secara terus menerus melakukan pembaharuan rute untuk node-node sekitarnya yang bisa dicapai dan berusaha untuk tetap melakukan pembaharuan secara konsisten. Pada routing protokol yang tergolong proactive ini, setiap node-nya memiliki informasi yang konsisten terhadap topologi jaringan yang sedang berjalan saat itu. Nodenode yang ada pada jaringan tersebut terus membaharui informasi rute yang mungkin tanpa memperhatikan ada tidaknya data traffic saat itu.

16 Oleh karena proses pembaharuan ini dilakukan tanpa henti selama jaringan tersebut masih ada, overhead yang terjadi di dalam jaringan tersebut tergolong tinggi (Subir Kumar, 2008). Berikut adalah contohcontoh protokol routing yang tergolong proactive: DSDV (Destination-sequenced Distance Vector) Destination-sequenced Distance Vector (DSDV) merupakan protokol routing yang menggunakan algoritma Distance-Vector dan algoritma shortest path Bellman-Ford. Mekanisme DSDV dalam menemukan rute di dalam mobile ad hoc network (MANET) berbeda. Routing table yang digunakan protokol ini menyimpan hop (loncatan) selanjutnya dari node awal, cost dari node awal ke node tujuan, serta destination sequence number yang berasal dari node tujuan. (Subir Kumar Sarkar, 2008) Pada dasarnya algoritma Distance-Vector tidak bebas pengulangan (loop free), oleh karena itu destination sequence number digunakan supaya tidak terjadi looping dalam proses routing. Destination sequence number juga berguna untuk menjaga informasi routing table supaya menjadi informasi yang terbaru dengan memperbaharui rute lama menjadi rute yang baru.

17 Gambar 2.4 Node B melakukan broadcast Setiap node mencatat destination (tujuan) yang mungkin tercapai, next node yang mengarah ke destination, cost (metric), dan sequence number. Setiap node saling bertukar informasi secara rutin dengan melakukan broadcast ke node tetangga (neighbor node). Pembaruan routing table juga bisa terjadi apabila ada event tertentu, seperti rute putus atau pergerakkan node yang menyebabkan perubahan topologi jaringan dan perubahan informasi pada tabel. Node B melakukan increment terhadap sequence number menjadi 102 dan melakukan broadcast informasi routing table baru ke node-node tetangganya (A dan B). Broadcast ini akan terus dilakukan selama masih

18 ada node pada jaringan yang terhubung sehingga routing table senantiasa baru. Gambar 2.5 Node D mengirim paket ke node A melalui 2 jalur dengan hop berbeda Node D merupakan source node, sedangkan node A merupakan destination node. Karena adanya routing table, maka D dapat dengan

19 mudah mengidentifikasi rute dengan cost atau hops (loncatan) terpendek yaitu melalui Q. Node D melakukan broadcast dengan sequence number D-102 melalui P dan Q. Informasi sampai ke P dan Q dengan sequence number 102 dengan jumlah hop 14 di Q dan 15 di P. Routing table yang dipilih adalah routing table dengan sequence number terbesar dan jumlah hop terkecil. Oleh karena sequence number di P dan Q sama-sama 102, maka informasi yang akan diteruskan ke node A adalah informasi routing table dari node Q dengan jumlah hop 14. Pembaharuan rute pada protokol routing DSDV bersifat timedriven (periodik) ataupun event-driven (digerakkan oleh fenomena tertentu). Setiap node bertukar informasi dengan node-node tetangganya secara periodik untuk memperoleh informasi routing table yang terbaru. Saat terjadi perubahan signifikan tertentu dari update terakhir, suatu node dapat mengirim informasi dari routing table yang telah berubah dengan digerakkan oleh trigger / event tertentu. DSDV memiliki dua cara saat memperbaharui routing table. Pertama adalah full-dump yang memperbarui seluruh isi routing table. Incremental update, merupakan cara lain yang hanya memuat informasi yang berubah sejak pembaharuan terakhir (Sushil Kumar, 2011). Incremental update dapat dikirim dengan satu NDPU (Network Data Packet Unit) sedangkan full-dump dikirim dengan menggunakan beberapa NDPU.

20 DSDV merupakan protokol routing yang efisien. Dengan adanya sequence number, DSDV bebas dari pengulangan (loop free). Delay (keterlambatan) untuk penemuan rute baru juga relatif rendah karena saat dibutuhkan destination yang baru, source node telah menyimpan rute dari source ke destination di dalam routing table yang diperbarui secara rutin. Sebagai protokol proaktif, DSDV perlu memperbaharui routing table-nya secara rutin sehingga mengkonsumsi banyak energi baterai dan bandwith meskipun jaringan tersebut sedang dalam kondisi idle. Akibatnya protokol ini kurang cocok untuk jaringan dengan jumlah node yang sangat besar. Saat topologi jaringan berubah, sequence number baru dibutuhkan. DSDV tidak stabil hingga perubahan routing table tersebar di seluruh node pada jaringan. Karena alasan ini DSDV tidak tepat digunakan pada jaringan dengan mobilitas tinggi (Marc Esquius Morote, 2010). DSDV efektif untuk jaringan ad-hoc dengan populasi rendah karena perubahan topologi juga relatif rendah. Jaringan dengan populasi tinggi namun frekuensi perubahan topologi yang rendah juga baik untuk protokol DSDV. Hal ini disebabkan karena tidak dibutuhkan pencarian rute baru pada saat pengiriman data akan dilakukan sehingga delay menjadi rendah.

21 OLSR (Optimized Link State Routing Protocol) OLSR merupakan protokol routing proaktif, yang dapat dengan segera menyediakan routing ke semua network tujuan yang ada. Protokol ini merupakan pengembangan dari algoritma link-state klasik untuk memenuhi persyaratan dari jaringan nirkabel dinamis seperti MANET (Clausen & jacquet, 2003). OLSR merupakan protokol routing yang menggunakan algoritma link-state klasik dan algoritma djikstra untuk mencari shortest path. Optimalisasi ini berdasarkan pada konsep multipoint relays (MPR). Setiap node menyeleksi node-node tetangganya sebagai multipoint relay (MPR). Pada OLSR, hanya node yang berperan sebagai MPR yang bertanggung jawab untuk melanjutkan control traffic (paket kontrol), yang dimaksud untuk penyebaran ke seluruh jaringan. Multipoint relays (MPRs) menyediakan mekanisme untuk mem-flood control traffic dengan mengurangi jumlah transmisi yang dibutuhkan (Kirti Annirudha Adoni & Radhika D. Joshi, 2012). Pertama dengan menggunakan multipoint relay dapat mengurangi ukuran dari control message. Daripada menyatakan semua link, node menyatakan hanya sekumpulan links dengan node tetangganya sebagai multipoint relay. Penggunaan MPR juga meminimalisasi flooding dari control traffic. Teknik ini secara signifikan mengurangi jumlah retransmisi dari broadcast control message. Sistem link state mempunyai cara yang lebih efisien dibanding dengan system distance vector. Router dengan tipe ini akan mengirimkan routing table melalui multicast (tidak melalui paket broadcast) setiap lima menit. Jika ada proses pembaharuan,

22 maka hanya pembaharuan itu yang akan dikirimkan. Koleksi jalur terbaik kemudian akan membentuk tabel routing node. OLSR menyediakan dua fungsi utama yaitu neighbor discovery dan topology dissemination. Neighbor discovery adalah proses penambahan node baru dialam suatu jaringan sedangkan topology dissemination adalah proses penyebaran informasi routing table yang berasal dari perubahan topologi. Gambar 2.6 Proses packet flooding pada OLSR Sebuah node OLSR yang sedang beroperasi akan secara periodik menyebarkan paket hello sehingga tetangga dapat mendeteksi keberadaan node tersebut. Setiap node menghitung berapa jumlah paket hello yang hilang atau diterima dari tetangga sehingga mendapatkan informasi tentang topologi dan kualitas sambungan node lingkungan. Informasi topologi yang diterima di broadcast sebagai pesan topology

23 control (TC) dan diteruskan oleh tetangga yang dipilih sebagai multipoint-relay (MPR) (Flickenger,2007). Pada gambar 1 melalui MPR, hanya node yang dipilih saja yang bertugas untuk membanjiri jaringan dengan mengirimkan broadcast-messages ke seluruh jaringan. OLSR tepat digunakan untuk jaringan yang besar dan padat karena penggunaan MPRs. Semakin besar dan padat suatu jaringan, maka optimasi akan semakin berpengaruh dibanding dengan protokol link-state klasik. OLSR menggunakan proses pencarian rute hop-by-hop dimana setiap node menggunakan informasi routing table lokalnya untuk mengirim paket. OLSR lebih efisien apabila bekerja dalam jaringan padat dengan traffic yang rendah. OLSR membutuhkan bandwith yang konstan untuk memperoleh topology update message (Aleksandr Huhtonen, 2004). WRP (Wireless Routing Protocol) WRP merupakan unicast routing protocol yang bersifat proaktif. WRP menggunakan pengembangan algoritma routing Bellman-Ford Distance-Vector (Subir Kumar Sarkar et al, 2008). Untuk mengatasi masalah count-to-infinite dan mempercepat proses konvergensi, WRP menggunakan sebuah metode unik yaitu dengan menjaga informasi mengenai shortest distance ke semua node tujuan yang ada pada jaringan dan satu node setelahnya yang mengarah ke node tujuan (predecessor node). WRP menjaga rute supaya senantiasa baru, setiap node telah

24 memiliki informasi di dalam routing table mengenai rute ke tiap tujuan. Perbedaannya dengan DSDV adalah DSDV hanya menggunakan satu topology table, sedangkan WRP menggunakan satu set tabel agar informasi menjadi lebih akurat. Tabel yang ada pada tiap node adalah distance table (DT), routing table (RT), link cost table (LCT), dan message retransmission list (MRL). DT adalah sebuah matriks dimana setiap node menyimpan data mengenai jarak ke tujuan dan informasi mengenai predecessor node pada setiap rute yang ada untuk setiap destination. RT berisi tentang sekumpulan informasi terbaru mengenai sekumpulan tujuan node yang bisa dicapai oleh suatu source node, jarak terpendek yang bisa dicapai dari source node ke destination node, predecessor node dan successor node (satu node sebelum destination node), dan sebuah pointer atau flag yang mengindikasikan status dari rute (bisa berupa loop atau correct). LCT berisi cost atau hop (jumlah loncatan dari source node ke destination node). Cost untuk rute yang terputus adalah infinite ( ). LCT juga berisi number of update periods (interval dari 2 periodic update yang berhasil) dimana interval yang sangat tinggi atau mengindikasikan rute yang terputus. MRL berisi entri dari setiap update message yang akan dikirim ulang dan menjaga counter dari setiap entri. Counter ini di-decrement setelah setiap update message dikirim ulang (retransmitted). Sebuah node juga menandai setiap node dalam routing table yang harus menerima acknowledgement dari update message yang

25 dikirim oleh node penanda tersebut. Setelah counter mencapai nol, entri pada update message yang tidak menerima ack harus dikirim ulang dan update message dihapus. Dengan demikian, node mendeteksi adanya jalur yang putus dengan menetahui update period yang hilang sejak transmisi sukses terakhir. Setelah memperoleh update message, sebuah node tidak hanya mengupdate jarak dari tetangga yang baru saja ditransmit tetapi juga memeriksa jarak dari tetangga yang lain, maka dari itu konvergensi WRP menjadi lebih cepat dari DSDV. WRP memiliki keunggulan yang sama dengan DSDV tetapi WRP memiliki konvergensi yang lebih cepat dan memerlukan table update yang lebih sedikit. Tetapi kompleksitas maintenance dari beberapa tabel membutuhkan memory dan energi pemrosesan yang lebih besar. Dalam keadaan mobilitas yang tinggi, control overhead yang menyangkut pembaruan table entries hampir sama dengan DSDV dan menyebabkan WRP tidak tepat untuk jaringan yang sangat dinamis dan populasi yang besar. (Shiva Ram, 2004) STAR (Source-tree adaptive routing protocol) Source-tree adaptive routing protocol (STAR) diciptakan oleh Garcia-Luna-Aceves dan Spohn. Protokol ini merupakan variasi dari table-driven routing protocol dengan metode least overhead routing approach (LORA) sebagai kunci dari konsep, berbeda dengan optimum

26 routing approach (ORA) yang digunakan untuk table-driven routing protocol terdahulu. Protokol ORA mencoba untuk memperbarui informasi routing yang cepat untuk memperoleh jalur yang optimum, dalam hal ini adalah jalur dengan loncatan terkecil. LORA mencoba untuk menyediakan jalur yang memungkinkan namun tidak selalu optimal sehingga menciptakan control overhead yang lebih kecil. Pada protokol STAR, setiap mem-broadcast informasi source tree-nya. Source tree mengandung wireless link yang digunakan oleh node tersebut untuk mencapai node tujuan. Setiap node menggunakan jalur terdekatnya dan source tree broadcast dari node tetangganya untuk membangun sebuah partial graph dari topologi jaringan tersebut. Saat inisialisasi, sebuah node mengirim sebuah pesan pembaharuan ke node tetangganya. Setiap node juga harus mengembalikan pesan pembaharuan tentang tujuan yang baru, kemungkinan perulangan dalam routing, dan cost dari jalur yang melebihi batas tertentu. Dengan demikian, setiap node dapat memiliki jalur ke setiap node tujuan. Dalam banyak hal jalur tersebut bersifat suboptimal. Karena mekanisme link layer broadcast-nya yang kurang dapat diandalkan, STAR menggunakan pendekatan khusus dalam teknik path finding-nya. Saat node S ingin mengirim paket data ke node tujuan D, dengan tidak ada jalur yang tersedia dalam source-tree, node S mengembalikan pesan pembaharuan ke seluruh neighbor node yang menyatakan bahwa node S tidak memiliki rute ke node D. Update

27 message tersebut kemudian menggerakkan pesan pembaharuan lain dari neighbor node S yang memiliki rute ke node D. Node S mentransmisikan pesan pembaharuan selama node S tidak memiliki rute ke D dengan meningkatkan interval berdasarkan pengiriman ulang (retransmissions) yang sukses. Setelah node S memperoleh source-tree update dari node tetangganya, node S memperbaharui source-treenya dan dengan menggunakan source-tree barunya, node S menemukan jalur ke seluruh node dalam jaringan. Paket data yang berisi informasi mengenai jalur tersebut akan disebar dengan tujuan mencegah kemungkinan pembentukan perulangan routing. STAR menggunakan perbaikan rute yang implisit. Jalur dengan pesan pembaharuan tentang ketidaktersediaan sebuah next-hop node akan menggerakkan pesan pembaharuan dari neighbor node yang memiliki source tree alternatif dan next-hop node alternatif ke tujuan. Intermediate node juga bertanggung jawab untuk mengatasi routing loops dalam hal rute yang terputus. Saat intermediate node K menerima paket data ke destination D, dan apabila terdapat sebuah node yang ada pada jalur lewat paket antara node K dan node D, maka node tersebut membuang paket tersebut dan sebuah Route Repair update message dikirim ke node kepala (head node) yang berada di awal jalur route repair. Jalur route repair berhubungan dengan jalur K ke X, dimana X adalah router terakhir yang ada pada jalur lewat paket yang ditemukan diantara jalur node K ke D, milik node sumber K. Paket Route Repair berisi source tree

28 lengkap dari node K dan jalur lewat paket. Saat sebuah node menerima Route Repair update message, node tersebut memindahkan dirinya dari jalur route repair dan secara handal mengirim Route Repair update message tersebut ke head node dari jalur route repair. STAR memiliki overhead komunikasi yang kecil. Penggunaan metode LORA pada table-driven routing protocol mengurangi control overhead dibanding protokol routing lain. Protokol ini cocok untuk jaringan berskala besar namun membutuhkan memori dan tenaga pemrosesan yang besar untuk memelihara tree yang besar (S.Sujatha & P.Soundeswari, 2012). Reactive Protokol yang tergolong dalam kategori ini tidak memelihara topologi jaringannya. Pada saat suatu node ingin melakukan transaksi dengan node lain, biasa disebut dengan destination node atau node tujuan, proses pembuatan koneksi dan penentuan rute menuju node tujuan dari node sumber baru akan dilakukan. Protokol ini tidak melakukan pergantian informasi tentang informasi routing-nya secara berkala, karena hanya akan menentukan rute dari node sumber ke node tujuan pada saat dibutuhkan saja atau biasa diistilahkan on-demand (C. Siva Ram et al., 2004). Menurut Subir Kumar (2008), jika dibandingkan dengan proactive routing, reactive routing memiliki control overhead yang lebih rendah oleh karena tidak adanya proses pembaharuan routing

29 table secara terus menerus. Selain itu, reactive routing protocol lebih unggul disisi skalabilitas atau daya cakup jumlah node. Namun, node sumber pada protokol jenis ini akan mengalami delay yang cukup besar oleh karena proses pembuatan koneksi dan penentuan rute tersebut. Berikut adalah contoh contoh protokol routing yang tergolong reactive: AODV ( Ad-hoc On-demand Distance-Vector) Menurut C. Siva Ram (2004:320), routing protocol AODV menggunakan pendekatan on-demand dalam menentukan rutenya, yang mana rute akan dibangun hanya bila dibutuhkan saja oleh node sumber dalam mentransmisikan sebuah paket. Node sumber dan node pertengahan menyimpan informasi tentang ada tidaknya next-hop atau node selanjutnya yang berguna sebagai penentu jalur transmisi paket. Pada setiap routing protocol yang bersifat on-demand, node sumber selalu mengirimkan paket RouteRequest ke seluruh node dalam jaringan tersebut pada saat rute tersebut mencari rute menuju node yang dituju. Hal ini memungkinkan juga adanya lebih dari satu rute yang dapat menuju node tujuan dari sebuah RouteRequest. Perbedaan yang paling mencolok dari AODV dengan algoritma routing yang bersifat on-demand lainnya adalah AODV menggunakan destination sequence number (DestSeqNum) untuk menentukan ada tidaknya jalur baru yang dapat menuju node tujuan. Ada atau tidaknya node baru dapat diketahui apabila DestSeqNum dari paket yang saat ini diterima lebih besar daripada DestSeqNum terakhir yang disimpan pada node.

30 Sebuah RouteRequest membawa source identifier (SrcID), destination identifier (DestID), source sequence number (SrcSeqNum), destination sequence number (DestSeqNum), broadcast identifier (BcastID), dan time to live (TTL). DestSeqNum mengindikasikan baru tidaknya sebuah rute yang dapat diterima oleh node sumber. Pada saat node yang ada di pertengahan menerima sebuah RouteRequest, node tersebut dapat meneruskannya atau menyiapkan sebuah Route Reply apabila ada rute baru yang valid yang dapat menuju ke node tujuan. Validitas sebuah rute pada node pertengahan ditentukan dengan membandingkan nomer urutan atau sequence number pada node pertengahan tersebut dengan destination sequence number yang terdapat didalam paket RouteRequest. Apabila sebuah RouteRequest diterima beberapa kali, yang dimana dapat diindikasikan dari BcastID-SrcIDnya, salinan lainnya akan dibuang. Semua node pertengahan dan node sumber, dapat mengirimkan paket Route Reply kepada node sumber. Setiap node yang berada ditengah, sembari meneruskan sebuah Route Request, memasukan alamat node sebelumnya dan Bcast ID-nya ke dalam paket. Dalam hal ini, sebuah timer digunakan untuk menentukan apa sebuah Route Reply dapat dihapus atau tidak. Apabila Route Reply tersebut tidak diterima oleh node sumber, maka dalam waktu tertentu yang sudah ditentukan oleh timer, Route Reply tersebut dapat dihapus. Pada saat sebuah node menerima sebuah paket Route Reply, informasi mengenai node sebelumnya dari mana paket tersebut diterima akan disimpan

31 didalam node tersebut dan paket data tersebut diteruskan menuju ke node berikutnya sampai menemukan node tujuan yang diinginkan. Gambar 2.7 Proses pengiriman RREQ sampai RREP pada saat node tujuan sudah ditemukan dan pengiriman paket RERR (RouteError) apabila jaringan menuju node tujuan (node D) terputus (Basagni et al., 2004) AODV tidak memperbaiki sebuah jalur yang rusak secara lokal. Pada saat sebuah hubungan terputus, yang mana ditentukan dengan melihat dari periodical beacons-nya atau melalui penelusuran setiap nodenya, akan disebarkan sebuah notifikasi. Saat node sumber telah mengetahui dimana jalur node yang terputus, pembangunan jalur akan dilakukan kembali apa bila node tujuan masih memerlukan hubungan dari node sumber. Secara umum, tujuan dari algoritma AODV ini adalah (Subir Kumar et al.,2008):

32 1. Menyebarkan paket pencarian rute apabila diperlukan. 2. Dapat membedakan pengaturan pendeteksian antar node dalam konektifitas lokal dan pemeliharaan umum pada topologi jaringan. 3. Dapat menyebarkan informasi mengenai adanya perubahan posisi dan atau jumlah node dalam jaringan tersebut pada saat dibutuhkan. AODV memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah rute akan dibangun sesuai dengan permintaan. Setelah rute optimal ditemukan, maka node sumber tidak perlu mencari kembali rute alternatif dan mengirimkan RouteRequest secara terus menerus, sehingga delay pengiriman paket tergolong kecil setelah rute tersebut terbangun. Kelemahan dari routing protocol ini adalah node node yang berada diantara node sumber dan node tujuan dapat menimbulkan rute yang tidak konsisten oleh karena node sumber tidak secara terus menerus membaharui rute menuju tujuan. Selain itu, beberapa paket RouteReply yang ditujukan untuk merespon sebuah paket RouteRequest dapat menimbulkan control overhead yang berlebihan dan dimana akan memakan bandwidth yang cukup besar dan penyimpanan informasi rute yang disimpan pada intermediate node atau node yang menjadi perantara antara node sumber dengan node tujuan. Kelemahan yang lain adalah sistem periodic beaconing pada AODV juga cukup memakan bandwidth.

33 DSR ( Dynamic Source Routing) Subir Kumar (2008) menyatakan bahwa Dynamic Source Routing atau yang biasa disingkat DSR, adalah routing protocol yang tergolong bersifat on-demand dan dirancang khusus MANET yang bersifat multihop. Dalam protokol routing DSR, tiap node yang ada dapat menemukan beberapa rute menuju node tujuan secara dinamis. Setiap paket data yang dikirim dari node sumber, terdapat informasi lengkap tentang urutan node yang harus dilalui pada header paket, dengan tujuan menghindari kemungkinan terjadinya looping rute pengiriman paket. Protokol DSR terdiri atas 2 mekanisme yang dapat bekerja secara bersamaan yaitu route discovery dan route maintenance. Route discovery adalah mekanisme yang mana node sumber ingin mengirim paket kepada node tujuan, tanpa mengetahui rute sebelumnya. Route discovery hanya dilakukan apabila diperlukan saja. Kemudian, route maintenance adalah mekanisme yang dijalankan pada saat node sumber sudah mengetahui rute menuju node tujuan dan menentukan apakah rute yang sedang dipakai saat ini masih berlaku atau tidaknya, karena apabila terjadi perubahan topologi yang mempengaruhi rute menuju node tujuan, maka rute tersebut tidak bisa dipakai kembali. Pada saat route maintenance mengindikasikan adanya rute yang rusak, maka node sumber dapat mencoba untuk menggunakan rute lain yang sudah diketahui oleh node sumber sebelumnya atau dapat melakukan route discovery kembali dari node sumber menuju node tujuan. Route maintenance dijalankan hanya pada saat node sumber mengirimkan paket ke node tujuan. Baik route

34 maintenance maupun route discovery, keduanya dijalankan secara ondemand. DSR tidak melakukan pencarian rute secara berkala, status hubungan antar node, atau pendeteksian node tetangga melalui paket yang dikirim secara berkala. Oleh karena perilaku yang secara keseluruhan bersifat on-demand dan kurangnya aktifitas pengiriman paket yang dilakukan secara berkala, menjadikan jumlah dari paket yang overhead bisa diminimalisir hingga tidak ada sama sekali, hanya saja apabila semua node sudah stabil dan semua rute yang dibutuhkan untuk komunikasi yang sedang berlangsung sudah ditemukan. Pada saat proses route discovery berlangsung, setiap node dapat menyimpan dan mengingat rute-rute alternatif menuju ke node manapun. Hal tersebut memungkinkan perubahan rute yang cepat apabila rute yang saat itu digunakan mengalami gangguan atau kerusakan dan juga dapat menghindari routing overhead apabila dilakukan kembali route discovery yang baru setiap adanya rute yang rusak. Cara kerja dari algoritma routing ini pada awalnya node sumber akan melakukan proses route discovery dengan mengirimkan paket RouteRequest (RREQ) ke node node tetangganya. Saat node node tetangga itu mendapat paket RREQ tersebut, node node tersebut meneruskan paket tersebut kepada node tetangganya yang belum menerima paket RREQ tersebut. Apabila ada satu node yang menerima 2 paket RREQ, maka salah satu paket RREQ tersebut akan dibuang. Paket RREQ tersebut akan terus diteruskan melalui node node perantara sampai menemukan node yang dituju. Pada saat paket RREQ tersebut

35 sampai pada node yang dituju, maka node tujuan akan mengirimkan kembali paket RouteReply (RREP) melalui rute yang memungkinkan pada saat proses route discovery sebelumnya. Gambar 2.8 RREQ dan RREP pada routing DSR (Basagni et al., 2004) Dalam proses pengiriman RREP tersebut, node sumber akan menerima beberapa paket RREP bedasarkan rute yang mungkin menuju node tujuan, maka akan dipilih bedasarkan yang paling optimal, sedangkan rute lainnya akan disimpan pada route cache yang apabila terjadi kerusakan atau hubungan yang terputus pada rute yang sedang digunakan, maka node yang mengalami masalah dalam pengiriman paket tersebut akan mengirimkan paket Route Error yang kemudian akan diterima oleh node sumber. Pada saat node sumber menerima paket Route Error tersebut maka rute akan dialihkan ke rute yang sebelumnya telah

36 ditemukan yang kemudian digunakan untuk pengiriman paket menuju node yang dituju (C. Siva Ram et al., 2004:318). Kelebihan dari protokol routing ini adalah tidak adanya pengiriman paket secara berkala seperti hello message yang bertujuan untuk memeriksa apakah ada hubungan antar node yang rusak di dalam jaringan, yang mana dapat meminimalisir routing overhead dan penghematan energi tiap node. Selain itu, rute dibangun bedasarkan ondemand atau saat diperlukan saja, sehingga energi yang terpakai dan routing overhead-nya lebih kecil. Node node yang ada dalam jaringan pun memiliki route cache yang akan sangat berguna apabila terjadi kerusakan atau hubungan yang terputus menuju node tujuan, karena setelah node sumber menerima paket RouteError, node sumber dapat menentukan rute alternatif menuju node tujuan. Sedangkan, kelemahan dari protokol routing ini, salah satunya, adalah mekanisme pemeliharaan rute tidak memperbaiki hubungan yang rusak, melainkan hanya mengalihkan rute yang sebelum ke rute yang lain. Persiapan pembangunan koneksi lebih besar jika dibandingkan dengan protokol routing yang bersifat table-driven. Walaupun DSR bekerja cukup baik pada lingkungan jaringan yang bersifat statis atau mobilitasnya rendah, performa DSR akan terus menurun seiring dengan pergerakan node yang semakin besar.

37 Hybrid Katergori hybrid adalah protokol routing yang menggabungkan keunggulan dari kedua jenis protokol routing sebelumnya yaitu proactive dan reactive. Penggunaan keunggulan dari proactive dan reactive tergantung oleh posisi geografis atau jarak dari node sumber yang menjadi acuan. Oleh karena proactive lebih unggul dalam jarak dan daya cakup node yang kecil, maka untuk node yang lebih dekat dengan node sumber akan dilakukan pendekatan secara table-driven seperti yang diterapkan pada protokol proactive. Selanjutnya, apabila jarak node sumber melebihi kapasitas jarak dari jangkauan protokol proactive, maka pendekatan on-demand yang akan digunakan (C. Siva Ram et al., 2004). 2. Hierarchical Routing Oleh karena kekurangan yang terdapat pada flat routing adalah daya cakup node-nya yang rendah, maka hierarchical routing dapat menjadi solusinya. Hierarchical routing menerapkan sistem teknik clustering, membagi lalu mengelompokan node yang biasanya berdasarkan posisinya atau fungsinya (Basagni et al., 2004). Berbeda dengan flat routing, teknik pengalamatan yang digunakan pada hierarchical routing bersifat assosiatif (C. Siva Ram et al., 2004). Berikut adalah contoh contoh dari hierarchical routing:

38 HSR (Hierarchical State Routing) Menurut Mehran Abolhasan (2003), Hierarchical State Routing adalah sebuah protokol routing yang didasari oleh algoritma Link State yang merupakan sebuah algoritma tradisional. C. Siva Ram (2004) dalam bukunya mendeskripsikan HSR sebagai sebuah hierarchical routing protocol yang terdistribusi secara multi-level Dalam HSR peta topologi dan pengalamatan (addressing) dikelola secara hirarkis. HSR mengelompokkan node node yang jaraknya berdekatan kedalam suatu cluster secara multi-level. Sistem clustering yang digunakan dalam HSR dapat membuat pengaturan alokasi sumber daya menjadi lebih optimal. Setiap cluster yang terbentuk mempunyai 3 tipe node yang memiliki fungsi berbeda yaitu : Cluster Head Node / Cluster Leader Node ini berperan sebagai koordinator untuk setiap node yang terdapat dalam cluster tersebut. Node ini bertanggung jawab atas alokasi frekuensi, pertukaran informasi routing, penjadwalan pengiriman paket, call admission control,dan mengatasi apabila terjadi route breaks. Gateway Nodes Node node yang terletak di antara dua atau lebih cluster yang berbeda.

39 Internal Nodes / Normal Member Nodes Node node lainnya yang ada di dalam setiap cluster yang terbentuk. Gambar 2.9 Penggambaran routing HSR Level pertama dari physical clustering terbentuk dari node node yang dapat dijangkau dalam sebuah single wireless hop. Level berikutnya dari physical clustering terdiri dari node node yang terpilih sebagai leader (Cluster Head Node) pada setiap cluster yang terbentuk di level sebelumnya. Berikut ini adalah contoh dari HSR multi-level clustering yang lebih kompleks

40 Gambar 2.10 Penggambaran multi-level clustering pada HSR Pada gambar di atas terdapat 6 cluster leader pada level 0 (L = 0) yaitu node 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. L0-1 menunjukkan level clustering yaitu (L = 0). Node-node yang berada dibawah pimpinan node 6 pada level 0, yaitu node 9, 10, 11, 12, dan 17 merupakan gateway nodes karena terletak pada lebih dari satu cluster secara bersamaan. Setiap node

41 mengelola informasi mengenai semua node tetangga yang ada dan status hubungan dengan setiap node yang bertetangga dengannya tersebut. Informasi itu disebarkan di dalam cluster setiap rentang waktu yang telah ditentukan. Cluster leader dengan cluster leader lainnya bertukar informasi mengenai topologi dan route. Pertukaran informasi ini dilakukan melalui multiple hops yang terdiri dari cluster head dan gateway nodes. Setelah mendapatkan informasi tersebut, cluster head mengalirkan informasi tersebut ke level dibawahnya, sehingga setiap node mendapatkan informasi topologi hirarkis. Setiap node mempunyai ID unik yang berfungsi sebagai MAC address bagi tiap node tersebut. Selain itu setiap node juga mempunyai hierarchical ID (HID), HID merupakan sebuah rangkaian MAC address dari hirarki teratas ke source node. HID dapat digunakan untuk mengirim paket dari node manapun ke node manapun juga. Misalnya ketika node 11 akan mengirimkan paket ke node 4, paket tersebut akan diteruskan ke node tertinggi dalam hirarki yaitu node 6, lalu kemudian node 6 akan mengirimkan paket tersebut ke node 4. CGSR (Cluster-Head Gateway Switch Routing Protocol) CGSR adalah sebuah routing protokol hirarkis yang mengkelompokkan node-node-nya kedalam cluster (Mehran Abolhasan, 2003). Setiap cluster yang terbentuk dikoordinir oleh sebuah node yang dinamakan cluster head. Cluster head ini dipilih secara dinamis dengan menggunakan algoritma least cluster head (LCC). Dalam algoritma LCC,

42 sebuah cluster head node hanya akan berhenti menjadi sebuah cluster head ketika node tersebut berada dalam jangkauan cluster head node lainnya, dimana pertalian dilepaskan berdasarkan ID terendah atau konektivitas tertinggi (C. Siva Ram, 2004). Cluster head mengatur medium transmisi dan semua komunikasi di dalam sebuah cluster berlangsung melalui cluster head. Gambar 2.11 Contoh penggambaran routing CGSR Kelebihan dari protokol ini adalah bahwa node-node yang ada hanya memelihara rute ke cluster head-nya saja, hal ini dapat menekan

43 routing overhead menjadi lebih rendah dibandingkan dengan cara membanjiri (flooding) routing information ke semua bagian jaringan. Akan tetapi masih dapat terjadi overheads yang cukup signifikan dalam proses pemeliharaan cluster-cluster yang ada. Hal demikian dapat terjadi karena setiap node harus menyiarkan tabel anggota cluster-nya dan memperbaharui tabel tersebut secara berkala. Komunikasi diantara dua buah cluster berlangsung melalui node biasa (bukan cluster head) yang posisinya terletak diantara dua cluster tersebut dan menjadi anggota dari kedua cluster tersebut. Node-node yang merupakan anggota dari dua atau lebih cluster yang berbeda disebut sebagai gateway nodes. Sebuah gateway yang baik harus dapat mendengar (listen) terhadap beberapa code yang tersebar yang sedang beroperasi dalam cluster tempat dimana gateway node tersebut berada. Gateway conflict bisa terjadi ketika sebuah cluster head mengeluarkan token ke sebuah gateway disaat gateway tersebut sedang mendengarkan code yang lain. Gateway conflict dapat dihindari dengan cara menggunakan gateway yang dapat berkomunikasi dengan dua atau lebih interface secara simultan.

44 MMWN (Multi-media Support in Mobile Wireless Networks) Gambar 2.12 Contoh penggambaran routing MMWN MMWN routing protocol mengelola jaringan ad hoc dengan sistem clustering secara hirarkis (Mehran Abolhasan, 2003). Node-node yang terdapat dalam setiap cluster dibedakan menjadi dua jenis yaitu switches dan endpoints. Setiap cluster di-manage oleh location manager (LM) dan semua informasi dalam MMWN disimpan pada database yang terdistribusi secara dinamis. Pencarian dan update lokasi hanya dilakukan oleh LM, hal ini menjadikan routing overhead pada MMWN menjadi jauh lebih kecil dibandingkan dengan algoritma tradisional lainnya seperti pada protokol routing DSDV dan WRP. Akan tetapi MMWN memiliki kekurangan dalam hal pencarian dan pembaruan informasi lokasi node-node. Hal ini dikarenakan dalam proses pencarian dan

45 pembaruan informasi lokasi dari sebuah node, messages atau pesan harus berjalan melalui hierarchical tree dari LM sehingga proses tersebut menjadi sangat kompleks. 3. Geographic Position Assisted Routing Georgraphic Position Assisted Routing atau yang biasa disebut Position-Based Routing ini menggunakan informasi geografis sebagai acuan optimisasi performa routing-nya. Menurut Basagni (2004), informasi geografis yang dipakai pada position-based routing ini didapat dari GPS (Global Positioning System) yang dapat menampilkan koordinat geografis dari wilayah tertentu, khususnya wilayah dimana jaringan ad hoc tersebut ada. Penggunaan informasi geografis ini adalah untuk membatasi area pencarian untuk menuju ke node tujuan dan juga dapat menentukan rute yang biasa dilalui atau yang paling optimal bedasarkan letak geografisnya. Kekurangan dari kategori ini adalah setiap node yang ada dalam jaringan harus terus memperbaharui posisi geografisnya agar protokol routing yang diterapkan dapat berjalan dengan baik.

46 2.3.2 Faktor Performa Routing routing : Berikut adalah beberapa faktor faktor yang mempengaruhi performa sebuah Throughput Throughput adalah rata-rata data yang dikirim dalam suatu jaringan, biasa diekspresikan dalam satuan bits per second (bps), bytes per second (Bps) atau packet per second (pps). Throughput merujuk pada besar data yang di bawa oleh semua trafik jaringan, tetapi dapat juga digunakan untuk keperluan yang lebih spesifik, misalnya hanya mengukur transaksi Web, VoIP (Voice over IP), atau trafik jaringan yang menuju alamat jaringan tertentu, dll. Throughput diukur dengan cara menghitung bytes yang dikirimkan selama rentang waktu tertentu. Besarnya selang waktu pengukuran dapat mempengaruhi hasil gambaran perilaku jaringan. Selang waktu pengukuran yang terlalu besar dapat berakibat menghilangkan gambaran perilaku burstiness yang terjadi, sedangkan selang waktu pengukuran yang terlalu kecil memberikan koleksi kelajuan data yang lebih banyak dan dapat mengubah gambaran perilaku burstiness yang sebenarnya (Brownlee & Loosley 2001). Packet Loss Ratio Packet loss ratio didefinisikan sebagai suatu paket data yang hilang dari keseluruhan paket data yang dikirim selama proses pengiriman dari client menju ke server dan kembali lagi ke client selama rentang waktu tersebut (Brownlee & Loosley 2001).

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC SONY CANDRA D. NRP 5104 100 008 Dosen Pembimbing Ir. Muchammad Husni, M.Kom. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Nirkabel Jaringan nirkabel atau dikenal dengan jaringan wireless adalah jaringan komunikasi yang tidak memerlukan kabel sebagai media transmisinya. Pada jaringan nirkabel

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology 1.1 Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Jaringan hybrid wireless ad hoc adalah gabungan antara jaringan infrastruktur dengan MANET yang memungkinkan adanya node yang bergerak bebas/mobile yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan berbagai teori mengenai jaringan komputer, khususnya Wireless Sensor Network beserta dengan NS-2 sebagai perangkat network simulator yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad hoc Network (VANET) termasuk dalam jaringan komunikasi nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan dasar VANET adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rochandi Wirawan (2011), bertujuan untuk melakukan perbandingan terhadap kemampuan dari dua buah protokol

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan BAB 3 ANALISIS 3.1 Pendahuluan Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan menggunakan teknologi Mobile Ad Hoc Network. Simulasi akan dilakukan berdasarkan beberapa skenario

Lebih terperinci

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Aletheia Anggelia Tonoro 1, Hartanto Kusuma Wardana 2, Saptadi Nugroho 3 Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi nirkabel terus berkembang lebih maju, dan peluang penggunaanya semakin menyebar secara luas. Dengan mudahnya kita bisa menemukan tempat

Lebih terperinci

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications KOMIKASI DATA Dosen: Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications BAB 1 Pendahuluan 1. Model Komunikasi 2. Komunikasi Data 3. Jaringan Komunikasi Data 4. Protokol

Lebih terperinci

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data Melakukan deteksi adanya koneksi fisik atau ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Protokol Komunikasi Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi komunikasi, perpindahan data, serta penulisan hubungan antara dua atau lebih perangkat komunikasi.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET Didik Imawan Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Januari 29

Lebih terperinci

BAB 2: INTRODUCTION TCP/IP

BAB 2: INTRODUCTION TCP/IP BAB 2: INTRODUCTION TCP/IP Reza Aditya Firdaus Cisco Certified Network Associate R&S Introduction to TCP/IP DoD (Departement of Defense) dibanding dengan OSI OSI Model Application Presentation Session

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 protokol jaringan Menurut Mulyanta (2005, p. 5), apabila dua buah sistem saling berkomunikasi, hal yang pertama dibutuhkan adalah kesamaan bahasa yang digunakan, sehingga dapat

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Pengenalan Komunikasi Data dan Klasifikasi Jaringan By : Dwi Andi Nurmantris Dimana Kita? Dimana Kita? Pengertian Komunikasi Data Penggabungan antara dunia komunikasi

Lebih terperinci

TCP DAN UDP. Budhi Irawan, S.Si, M.T

TCP DAN UDP. Budhi Irawan, S.Si, M.T TCP DAN UDP Budhi Irawan, S.Si, M.T LAPISAN TRANSPOR adalah Lapisan keempat dari Model Referensi OSI yang bertanggung jawab untuk menyediakan layanan-layanan yang dapat diandalkan kepada protokol-protokol

Lebih terperinci

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP A. Dasar Teori Apa itu jaringan komputer? Jaringan Komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari dua atau lebih komputer yang saling terhubung satu sama lain melalui media

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pentingnya Efisiensi Energi pada Perangkat Komunikasi Bergerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pentingnya Efisiensi Energi pada Perangkat Komunikasi Bergerak BAB II DASAR TEORI 2.1 Pentingnya Efisiensi Energi pada Perangkat Komunikasi Bergerak Penggunaan perangkat komunikasi bergerak yang bertumbuh dengan cepat mengisyaratkan permintaan penggunaan energi yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan komputer saat ini semakin banyak digunakan oleh orang, terlebih kebutuhan akan akses jaringan nirkabel. Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah salah

Lebih terperinci

The OSI Reference Model

The OSI Reference Model The OSI Reference Model Contoh penerapan model OSI : Contoh penerapan model OSI sehari-hari pada proses penerimaan e mail: o Layer 7, Anda memakai Microsoft Outlook yang mempunyai fungsi SMTP dan POP3.

Lebih terperinci

TRANSPORT LAYER. Aplikasi dan Operasi pada TCP dan UDP

TRANSPORT LAYER. Aplikasi dan Operasi pada TCP dan UDP TRANSPORT LAYER Aplikasi dan Operasi pada TCP dan UDP Transport Layer melakukan segmentasi dan menyatukan kembali data yang tersegmentasi menjadi suatu arus data. Layanan-layanan yang terdapat di transport

Lebih terperinci

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Eri Sugiantoro Laboratory for Telecommunication Networks Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111 Tel

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless

Lebih terperinci

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan 1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan mengatasi problem yang terjadi dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

Fungsi Lapis Transport

Fungsi Lapis Transport Transport Layer Fungsi umum Memungkinkan multi aplikasi dapat dikomunikasikan melalui jaringan pada saat yang sama dalam single device. Memastikan agar, jika diperlukan, data dapat diterima dengan handal

Lebih terperinci

Bab III Prinsip Komunikasi Data

Bab III Prinsip Komunikasi Data Bab III Prinsip Komunikasi Data Teknologi Jaringan yang menghubungkan beberapa Komputer baik dalam area kecil maupun besar mempunyai aturan aturan baku atau Prinsip prinsip baku dalam komunikasi data.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC Sony Candra Dirganto, Ir. Muchammad Husni, M.Kom # Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi

Lebih terperinci

Networking Model. Oleh : Akhmad Mukhammad

Networking Model. Oleh : Akhmad Mukhammad Networking Model Oleh : Akhmad Mukhammad Objektif Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. Mengidentifikasi dan mengatasi problem

Lebih terperinci

TRANSPORT LAYER DEFINISI

TRANSPORT LAYER DEFINISI TRANSPORT LAYER DEFINISI Transport layer merupakan lapisan keempat pada lapisan OSI layer. Lapisan ini bertanggung jawab menyediakan layanan pengiriman dari sumber data menuju ke tujuan data dengan cara

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer yang berjumlah

BAB II JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer yang berjumlah BAB II JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) 2.1 Pendahuluan Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer yang berjumlah banyak yang saling terpisah-pisah, akan tetapi saling berhubungan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

TUGAS JARKOM. *OSI Layer dan TCP/IP* A. OSI layer

TUGAS JARKOM. *OSI Layer dan TCP/IP* A. OSI layer TUGAS JARKOM *OSI Layer dan TCP/IP* A. OSI layer Pengertian model OSI (Open System Interconnection) adalah suatu model konseptual yang terdiri atas tujuh layer, yang masing-masing layer tersebut mempunyai

Lebih terperinci

Tugas Jaringan Komputer

Tugas Jaringan Komputer Tugas Jaringan Komputer SOAL 1. Jelaskan perbedaan antara dua model jaringan computer: OSI model dan TCP/IP model! 2. Jelaskan fungsi tiap layer pada model TCP/IP! 3. Apa yang dimaksud dengan protocol?

Lebih terperinci

MODEL REFERENSI OSI & TCP/IP. Budhi Irawan, S.Si, M.T

MODEL REFERENSI OSI & TCP/IP. Budhi Irawan, S.Si, M.T MODEL REFERENSI OSI & TCP/IP 1011101010101011101 Budhi Irawan, S.Si, M.T Pendahuluan Model Referensi OSI (Open System Interconnection) merupakan standar dalam protokol jaringan yang dikembangkan oleh ISO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH Bayu Nugroho, Noor Akhmad Setiawan, dan Silmi Fauziati Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Refrensi OSI

Refrensi OSI Refrensi OSI Model Open Systems Interconnection (OSI) diciptakan oleh International Organization for Standardization (ISO) yang menyediakan kerangka logika terstruktur bagaimana proses komunikasi data

Lebih terperinci

Dasar Dasar Jaringan

Dasar Dasar Jaringan Dasar Dasar Jaringan Ardian Ulvan (Applied Computer Research Group ACRG) ulvan@unila.ac.id 1 Pendahuluan Keuntungan Menggunakan Jaringan Resource Sharing (kebanyakan device berstatus idle) Biaya pembelian

Lebih terperinci

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan 1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan mengatasi problem yang terjadi dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

TCP dan Pengalamatan IP

TCP dan Pengalamatan IP TCP dan Pengalamatan IP Pengantar 1. Dasar TCP/IP TCP/IP (Transmision Control Protocol/Internet Protocol) adalah sekumpulan protokol komunikasi (protocol suite) yang sekarang ini secara luas digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wibling et al. (2004) menyatakan bahwa Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah jaringan komputer bersifat spontan, yang berkomunikasi melalui suatu media nirkabel. Setiap

Lebih terperinci

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Network Layer JARINGAN KOMPUTER Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Objectives Fungsi Network Layer Protokol Komunikasi Data Konsep Pengalamatan Logis (IP) Konsep Pemanfaatan IP Konsep routing Algoritma routing

Lebih terperinci

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP Agenda Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP 2 Protokol Definisi : A rule, guideline, or document which guides how an activity should be performed. Dalam ilmu komputer, protokol adalah konvensi

Lebih terperinci

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.1 Tujuan : Memahami konsep dasar routing Mengaplikasikan routing dalam jaringan lokal Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.2 Teori Dasar Routing Internet adalah inter-network dari banyak

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) A652 Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) Bima Bahteradi Putra dan Radityo Anggoro Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Bab 1. Pengenalan. William Stallings Komunikasi Data dan Komputer

Bab 1. Pengenalan. William Stallings Komunikasi Data dan Komputer William Stallings Komunikasi Data dan Komputer Diterjemahkan oleh Andi Susilo E-mail: andi.susilo@mail.com Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro, Peminatan Teknik Komunikasi Universitas Krisnadwipayana,

Lebih terperinci

OSI LAYER & TCP/IP. Deris Stiawan.S.Kom.MT. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya

OSI LAYER & TCP/IP. Deris Stiawan.S.Kom.MT. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya OSI LAYER & TCP/IP Deris Stiawan.S.Kom.MT. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya Pendahuluan Kebutuhan akan interkoneksi antar komputer Standarisasi kompatibelitas vendor-vendor h/w dan s/w 1970an

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK Didik Purwanto 1, Dr.Rendy Munadi, Ir, MT. 2, Yudha Purwanto,S.T. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

lapisan-lapisan pada TCP/IP tidaklah cocok seluruhnya dengan lapisan-lapisan OSI.

lapisan-lapisan pada TCP/IP tidaklah cocok seluruhnya dengan lapisan-lapisan OSI. TCP dan IP Kamaldila Puja Yusnika kamaldilapujayusnika@gmail.com http://aldiyusnika.wordpress.com Lisensi Dokumen: Copyright 2003-2013IlmuKomputer.Com Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan,

Lebih terperinci

Gambar 1 : Simple Data Transfer

Gambar 1 : Simple Data Transfer Berikut ini adalah aliran data pada Internetwork. Gambar 1 : Simple Data Transfer Gambar diatas menunjukan transfer data secara sederhana dan gambar-gambar dibawah akan menjelaskan bagaimana data di proses

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK MANET (Mobile Ad Hoc Network) merupakan jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa mobile node yang saling menghubungkan antar mobile node. Jaringan MANET merupakan jaringan yang bergerak atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Protokol Jaringan Menurut Steinke (2003, p. 3), agar dapat saling berkomunikasi satu sama lain, komputer-komputer yang terhubung dalam suatu jaringan harus mempunyai satu set

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER Layanan Dari TCP dan UDP Protocol

JARINGAN KOMPUTER Layanan Dari TCP dan UDP Protocol JARINGAN KOMPUTER Layanan Dari TCP dan UDP Protocol Nama : Qonita Al afwa NIM : 09011281520103 Kelas : SK5C Dosen Pengampuh : Deris Stiawan, M.T., Ph.D. SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM

OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM Faosan Mapa, Supeno Djanali, Ary Mazharuddin S. Fakultas

Lebih terperinci

William Stallings Data and Computer Communications. BAB 2 Protokol dan Arsitektur

William Stallings Data and Computer Communications. BAB 2 Protokol dan Arsitektur William Stallings Data and Computer Communications BAB 2 Protokol dan Arsitektur 1 Langsung atau tidak langsung Monolitik atau terstruktur Simetris atau asimetris Standar atau tidak standar Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur komunikasi data nirkabel diperlukan agar perangkat bergerak nirkabel (wireless mobile device) dapat berkomunikasi satu dengan yang lain. Pada beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV Sunario Megawan STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol

BAB II DASAR TEORI. Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi TCP/IP Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol yang dilaksanakan dan dibiayai oleh Defense Advanced Research Project Agency (DARPA). Paket TCP/IP

Lebih terperinci

Rahmady Liyantanto liyantanto.wordpress.com

Rahmady Liyantanto liyantanto.wordpress.com Rahmady Liyantanto liyantanto88@gmail.com liyantanto.wordpress.com Komunikasi Data D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo Protokol Komunikasi OSI Aliran Data Encapsulation 7 Lapisan OSI D3 Manajemen

Lebih terperinci

Model Komunikasi. Sumber-sumber. Alat Pengirim. Sistem Trasmisi. Alat Penerima. Tujuan (Destination) Menentukan data untuk dikirim

Model Komunikasi. Sumber-sumber. Alat Pengirim. Sistem Trasmisi. Alat Penerima. Tujuan (Destination) Menentukan data untuk dikirim Pendahuluan Model Komunikasi Sumber-sumber Menentukan data untuk dikirim Alat Pengirim Mengubah data menjadi signal yang dapat dikirim Sistem Trasmisi Mengirim data Alat Penerima Mengubah signal menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Iklan berasal dari sebuah kata dalam bahasa melayu, yaitu i lan atau i lanun

BAB 2 DASAR TEORI. Iklan berasal dari sebuah kata dalam bahasa melayu, yaitu i lan atau i lanun BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Mekanisme Penayangan Iklan Digital Iklan berasal dari sebuah kata dalam bahasa melayu, yaitu i lan atau i lanun yang memiliki arti informasi. Iklan adalah suatu cara untuk memperkenalkan,

Lebih terperinci

Dosen Pengampu : Muhammad Riza Hilmi, ST.

Dosen Pengampu : Muhammad Riza Hilmi, ST. Model OSI DAN TCP/IP PROTOKOL Konsep Dasar Komunikasi Data Konsep Protokol Jaringan OSI Model Enkapsulasi dan Dekapsulasi TCP/IP Model Protocol Suite TCP/IP Dosen Pengampu : Muhammad Riza Hilmi, ST. Email

Lebih terperinci

Pengertian TCP IP, Konsep Dasar Dan Cara Kerja Layer TC IP

Pengertian TCP IP, Konsep Dasar Dan Cara Kerja Layer TC IP Pengertian TCP IP, Konsep Dasar Dan Cara Kerja Layer TC IP Pengertian TCP/IP adalah protokol komunikasi untuk komunikasi antara komputer di Internet. TCP/IP singkatan Transmission Control Protocol / Internet

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET Vina Rifiani 1, M. Zen Samsono Hadi 2, Haryadi Amran Darwito 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

Materi 1. Pendahuluan

Materi 1. Pendahuluan Jaringan Komputer Materi 1. Pendahuluan Missa Lamsani Hal 1 Outline Konsep dan Model Komunikasi Jaringan Komputer Teknik Switching Konsep Protokol Arsitektur Protokol Model OSI dan TCP/IP Organisasi dan

Lebih terperinci

Muhamad Husni Lafif. TCP/IP. Lisensi Dokumen: Copyright IlmuKomputer.

Muhamad Husni Lafif.  TCP/IP. Lisensi Dokumen: Copyright IlmuKomputer. Muhamad Husni Lafif muhamadhusnilafif@yahoo.com http://royalclaas.blogspot.com TCP/IP Lisensi Dokumen: Copyright 2003-2007 IlmuKomputer.Com Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

Transport Layer. Oleh : Akhmad Mukhammad

Transport Layer. Oleh : Akhmad Mukhammad Transport Layer Oleh : Akhmad Mukhammad Objektif Menjelaskan pentingnya layer Transport. Mendeskripsikan peran dua protokol pada layer Transport : TCP dan UDP. Menjelaskan fungsi-fungis layer Transport

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Oleh : DICKY RACHMAD PAMBUDI Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Tugas Jaringan Komputer

Tugas Jaringan Komputer Tugas Jaringan Komputer Soal 1. Jelaskan perbedaan antara model jaringan OSI dan TCP/IP 2. Jelaskan fungsi tiap layer pada model TCP/IP! 3. Apa yang dimaksud Protocol? 4. Jelaskan tentang konsep class

Lebih terperinci

Penelusuran Data Melalui Jaringan Internet

Penelusuran Data Melalui Jaringan Internet Penelusuran Data Melalui Jaringan Internet Tulisan ini berdasarkan CCNA Exploration 4.0 : Network Fundamentals Berikut ini akan digambarkan sebuah transfer data sederhana antara dua host melewati sebuah

Lebih terperinci

Sejarah TCP/IP TCP/IP

Sejarah TCP/IP TCP/IP Sejarah TCP/IP Sejarah TCP/IP bermula di Amerika Serikat pada tahun 1969 di Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) melakukan menguji rangkaian sistem pada paket (packet-switching). 1 Sejarah

Lebih terperinci

Open Systems Interconnection 7 - Layer

Open Systems Interconnection 7 - Layer Open Systems Interconnection 7 - Layer Open Systems Interconnection (OSI) Dibuat oleh International Organization for Standardization (ISO) pada tahun 1984 Model asitektur untuk komunikasi interkomputer.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2)

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2) IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2) Abdul Kadir, ST Program Studi Teknik Komputer AMIK INTeL

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA & JARINGAN KOMPUTER PENDAHULUAN

KOMUNIKASI DATA & JARINGAN KOMPUTER PENDAHULUAN KOMUNIKASI DATA & JARINGAN KOMPUTER PENDAHULUAN DEFINISI DATA Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan,

Lebih terperinci

Data and Computer BAB 2

Data and Computer BAB 2 William Stallings Data and Computer Communications BAB 2 Protokol dan Arsitektur 1 Karakteristik Langsung atau tidak langsung Monolitik atau terstruktur Simetris atau asimetris Standar atau tidak standar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T ROUTING Budhi Irawan, S.Si, M.T PENDAHULUAN Routing adalah mekanisme yang dilaksanakan pada perangkat router dijaringan (yang bekerja pada lapis 3 network) untuk mencari dan menentukan jalur yang akan

Lebih terperinci

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Pendahuluan Tidak ada mekanisme untuk menjamin bahwa data yang dikirim melalui jaringan berhasil. Data mungkin gagal mencapai tujuan dengan berbagai macam

Lebih terperinci

Monitoring Jaringan. Rijal Fadilah, S.Si

Monitoring Jaringan. Rijal Fadilah, S.Si Monitoring Jaringan Rijal Fadilah, S.Si Monitoring Jaringan Memahami bentuk-bentuk segmen TCP dan UDP ygadaditransport Layer. UntukmelihatbentuksegmenTCP danudp yg adadalamjaringankitamemerlukantools yakni

Lebih terperinci

Referensi Model OSI & TCP/IP

Referensi Model OSI & TCP/IP 03 Referensi Model OSI & TCP/IP Jaringan Komputer, ST http://afenprana.wordpress.com Sub Pokok Bahasan Latar Belakang Kenapa Perlu Standard Lapisan Model OSI Model TCP/IP 2 Latar Belakang Masalah ketidak

Lebih terperinci

Data and Computer BAB 1

Data and Computer BAB 1 William Stallings Data and Computer Communications BAB 1 Pendahuluan 1 Model Komunikasi Source / Sumber-sumber Menentukan t k / menghasilkan data yang akan dikirim i Transmitter / Alat Pengirim Mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran perkembangan teknologi dimulai dari teknologi bersifat tetap dan sekarang mulai bergeser menuju teknologi bersifat mobile. Untuk teknologi mobile tidak terlepas

Lebih terperinci

ARSITEKTUR PROTOKOL TCP/IP

ARSITEKTUR PROTOKOL TCP/IP ARSITEKTUR PROTOKOL TCP/IP 1. Umum... 2 2. Transport Control Protocol (TCP)... 6 3. User Datagram Protocol (UDP)... 8 4. Internet Protocol (IP)... 10 5. Internet Control Message Protocol (ICMP)... 13 6.

Lebih terperinci

Simulasi Jaringan Komputer dengan Cisco Packet Traccer. Kelompok Studi Teknik Komputer dan Jaringan SMK Negeri 4 Kota Gorontalo KST

Simulasi Jaringan Komputer dengan Cisco Packet Traccer. Kelompok Studi Teknik Komputer dan Jaringan SMK Negeri 4 Kota Gorontalo KST Simulasi Jaringan Komputer dengan Cisco Packet Traccer Kelompok Studi Teknik Komputer dan Jaringan SMK Negeri 4 Kota Gorontalo KST - 2013 Jaringan & Komputer? Jaringan : Hubungan antara satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad-hoc Network (VANET) merupakan perkembangan dari Mobile Adhoc Network (MANET). Perbedaan utama antara kedua sistem tersebut dimana VANET adalah jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori umum 2.1.1 Jenis Jaringan A. Berdasarkan Area Berdasarkan luas area, jaringan dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN),

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired)

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired) BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 ANALISA PERANCANGAN MODE GATEWAY Mode Gateway pada penelitian ini terdiri dari satu buah gateway yang terhubung dengan satu buah host dan satu buah router dengan media

Lebih terperinci

Protokol Jaringan JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom

Protokol Jaringan JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Protokol Jaringan JARINGAN KOMPUTER Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Overview Konsep Jaringan Komputer Protokol Jaringan Physical Layer Data Link Layer Konsep Lan Network Layer Ip Address Subnetting Ip Version

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini penulis menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah dari penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, metodologi yang dipakai dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Protokol Jaringan Menurut Steinke [4] protokol adalah seperangkat aturan untuk komunikasi antara komputer agar dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Seperti halnya dua orang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR NETWORKING MODEL-MODEL REFERENSI

DASAR-DASAR NETWORKING MODEL-MODEL REFERENSI DASAR-DASAR NETWORKING MODEL-MODEL REFERENSI Ada 3 elemen dasar dalam komunikasi : 1. Sumber Pesan (Message Source) 2. Saluran/Media Perantara (Channel) 3. Tujuan Pesan (Message Destination) Gambar 1.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN ULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk melakukan komunikasi semakin besar dari waktu ke waktu. Saat ini, komunikasi bergerak menjadi kebutuhan komunikasi yang sudah tidak

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini ditampilkan hasil dari simulasi yang telah dilakukan pada tahap penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis tersebut

Lebih terperinci

MODEL OSI DAN PROTOCOL TCP/IP

MODEL OSI DAN PROTOCOL TCP/IP Modul 03 MODEL OSI DAN PROTOCOL TCP/IP Model lapisan/layer yang mendominasi literatur komunikasi data dan jaringan sebelum 1990 adalah Model Open System Interconnection (OSI). Setiap orang yakin bahwa

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES Kamal Syarif 2208100642 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Djoko Suprajitno R, MT Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Datarate (bandwidth) Layout jaringan (topologi) Single atau multiple kanal komunikasi.

Datarate (bandwidth) Layout jaringan (topologi) Single atau multiple kanal komunikasi. Lapisan phisik ini mendefinisikan karakteristik dari transmisi bit data melalui media tertentu. Protokol yang mengatur koneksi fisik dan transmisi dari bit antar dua perangkat. Secara spesifik lapisan

Lebih terperinci

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

TK 2134 PROTOKOL ROUTING TK 2134 PROTOKOL ROUTING Materi Minggu ke-1: Internetworking Devie Ryana Suchendra M.T. Teknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan Semester Genap 2015-2016 Internetworking Topik yang akan dibahas pada pertemuan

Lebih terperinci