ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditempuh oleh seorang sufi secara individual. Kemudian para sufi itu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditempuh oleh seorang sufi secara individual. Kemudian para sufi itu"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tarekat adalah gerakan sufi dimana umat Islam mengamalkan ritual-ritual keagamaan dengan menjalankan wirid-wirid tertentu. Kata tarekat berasal dari bahasa Arab, thariqah, yang secara harfiah berarti jalan mistik untuk mendekati Allah 1. Pada mulanya, suatu tarekat hanya berupa jalan atau metode yang ditempuh oleh seorang sufi secara individual. Kemudian para sufi itu mengajarkan pengalamannya kepada murid-muridnya, baik secara individual maupun kolektif. Dari sini, terbentuklah suatu tarekat, dalam pengertian Jalan menuju Tuhan di bawah bimbingan seorang guru. Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi tarekat 2. Tarekat berkembang pesat di Indonesia, salah satunya adalah Tarekat Shiddiqiyyah. Tarekat ini berpusat di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Keberadaan ajaran tarekat Shiddiqiyyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, dimulai dengan masuknya ajaran tersebut di Desa Losari. Pembawa Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, (Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm. 2008), hlm Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, (Yogyakarta: LKiS. 1

2 ajaran tersebut adalah Kyai Muchtar Mu thi yang mendapatkannya dari Syekh Syueb Jamali 3. Pada mulanya nama tarekat yang diajarkan Syekh Syueb Jamali kepada Kyai Muchtar Mu thi adalah Tarekat Khalwatiyyah. Namun, menurut Syekh Syueb Jamali nama Tarekat Khalwatiyyah yang beliau ajarkan kepada Kyai Muchtar Mu thi bukanlah nama tarekat yang asli 4. Salah satu syarat untuk menjadi murid Tarekat Shiddiqiyah yaitu harus melakukan ritual bai at. Pembai atan 5 dilakukan agar seseorang tersebut sanggup melakukan kewajiban sebagai murid Tarekat Shiddiqiyah. Orang yang pertama kali menjadi bai at Tarekat Shiddiqiyyah adalah Slamet Makmun yang dibai at pada tahun Pada periode tahun pengikut Tarekat Shiddiqiyyah bertambah banyak sudah mencapai ribuan. Tetapi ibarat pohon semakin tingggi, semakin besar angin menerpanya. Pada periode ini Tarekat Shiddiqiyyah mendapat rintangan yang cukup gencar dari kalangan umat Islam sendiri. Pada periode ini banyak tuduhan-tuduhan yang ditunjukkan kepada Tarekat Shiddiqiyyah, seperti 3 Ahmad Sodli, Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur, (Semarang: Balai Penelitian Krohanian/Keagamaan Republik Indonesia, 1994), hlm A. Munjin Nasih, Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu thi, (Jombang: Al-Ikhwan, 2006), hlm Pembai atan adalah sebuah prosesi perjanjian antara seorang murid terhadap seorang mursyid. Seseorang murid menyerahkan dirinya untuk dibina dan dibimbing dalam rangka membersihkan jiwanya, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Kemudian sang mursyid menerimanya dnegan mengajarkan dzikir (talqin al-dzikir) yang harus dilalui oleh seorang salik, khususnya seorang yang memasuki jalan hidup kesufian melalui tarekat. Menurut para ahli tarekat baiat merupakan syarat sahnya suatu perjalanan spiritual (suluk). Lihat: Kharisudin Aqib, Inabah: Jalan Kembali dari Narkoba, Stres & Kehampaan Jiwa, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2005), hlm Sodli, op.cit., hlm

3 Tarekat Shiddiqiyyah tidak mutakhbarah (tidak sah) dan Tarekat Shiddiqiyyah adalah ajaran klenik yang akan merusak syari at Islam 7. Tanggapan-tanggapan negatif dari berbagai pihak yang tidak menyukai munculnya Tarekat Shiddiqiyyah ini juga menjadi suatu hambatan yang harus dilalui oleh para murid Tarekat Shiddiqiyyah. Ini tidak berarti bahwa Kyai Muchtar Mu thi tidak pernah bereaksi terhadap tanggapan negatif dari kyai dan umat Islam yang mengkritiknya, Kyai Muchtar Mu thi juga telah menulis beberapa risalah singkat. Kyai Muchtar Mu thi bersikeras bahwa ia tidak mendirikan tarekat baru namun, tarekatnya sama dengan tarekat (mukhtabarah) lain yang mempunyai mata rantai mursyid hingga Nabi Muhammad 8. Tahun 1973 Tarekat Shiddiqiyyah mendirikan Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah (YPS) yang bertujuan untuk menampung dan menyalurkan aspirasi yang berkembang dalam tarekat ini ke dunia luar selain warganya sendiri, Yayasan ini diberi nama Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah (YPS) Pusat didirikan oleh keluarga besar Tarekat Shiddiqiyyah pada tanggal 10 dzulhijah 1393 atau 15 Januari 1973, berkedudukan di Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang 9. Diantara usaha penyebar luasan ajaran tarekat ini yang paling 7 Turmudi, op.cit., hlm Ibid, hlm Syahrul Adam, Tarekat Shiddiqiyyah dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso Jombang Jawa Timur, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003). hlm

4 menonjol adalah pendirian pondok pesantren pada tahun 1974 yang diberi nama Pondok Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah 10. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan uraian di atas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan Tarekat Shiddiqiyah di Ploso- Jombang pada tahun ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian tentang kajian Islam yang berjudul Tarekat Shiddiqiyah, Ploso-Jombang Tahun ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perkembangan tarekat Shiddiqiyah di Ploso-Jombang pada tahun Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut: 1. Memberikan informasi tentang perkembangan Tarekat Shiddiqiyah Dalam bidang akademik diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan bagi penelitian berikutnya khususnya penelitian yang mengangkat tema tarekat di Indonesia. 10 Mochammad Munif, Sejarah Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah, (Jombang: Buku Tidak Diterbitkan 1984), hlm

5 D. Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk memperjelas lingkup permasalahan maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Dalam hal ini maka diperlukan dua pembatasan masalah yaitu batasan spasial dan batasan temporal. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jombang tepatnya Desa Losari Kecamatan Ploso, karena di tempat tersebut merupakan pusat pengajaran Tarekat Shiddiqiyah yaitu Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah. Ploso merupakan sebuah kecamatan yang terletak di bagian utara Kota Jombang di mana kecamatan ini berada di sebelah selatan dibatasi oleh Sungai Brantas. Ploso merupakan persimpangan jalan Provinsi Jombang-Tuban dengan jalur Lengkong- Mojokerto. Wilayah kecamatan Ploso memiliki luas 25,96 km 2. Batas wilayah sebelah utara adalah Kecamatan Kabuh, sebelah timur adalah Kecamatan Kudu, sebelah selatan adalah Kecamatan Tembelang, dan sebelah barat adalah Kecamatan Plandaan. Pembatasan masalah selanjutnya adalah batasan temporal yang dikaji pada penelitian ini adalah antara tahun Pengambilan tahun 1959 dijadikan sebagai batasan awal penelitian ini dikarenakan pada tahun ini merupakan tahun pertama kali mulai diajarkannya Tarekat Shiddiqiyah oleh Kyai Muchtar Mu thi di Jombang. Dan sebagai batasan akhir penelitian ini adalah pada tahun 1979 dikarenakan pada tahun ini merupakan masa mulai dikenalnya Tarekat Shiddiqiyyah sebagai tarekat mutakhbarah (sah) oleh masyarakat luas yang sebelumnya dicap sebagai tarekat yang tidak mutakhbarah (tidak sah). 5

6 E. Metode Penelitian Menulis sebuah karya sejarah haruslah dapat merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif. Penelitian ini secara metodis harus sesuai dengan metodologi atau prosedur kerja seorang sejarawan yaitu antara lain heurisitk, kritik ekstern dan kritik intern, interpretasi, dan historiografi. Heuristik merupakan sebuah langkah awal dalam penulisan sebuah sejarah. Sebagai langkah awal ialah apa yang disebut dengan heurisitk, dalam tahap ini penulis sudah mengumpulkan arsip-arsip terkait dengan Tarekat Shiddiqiyyah yaitu Akta Notaris Goesti Djoehan, Nomor: 137 tentang Anggaran Dasar Pendidikan Shiddiqiyyah, tanggal 10 April Kemudian, Kutipan Surat Pengakuan Pemerintah (Kejaksaan Tinggi Jawa Timur) Terhadap Tarekat Shiddiqiyyah, tanggal 30 Juni Lalu, Lampiran Surat dari Konsulat Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (G.U.P.P.I) kepada Tarekat Shiddiqiyyah pada tanggal 21 Juni Dan Surat Keterangan Camat Kepala Wilayah Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang terhadap Pimpinan Tarekat Shiddiqiyyah Pada Tanggal 08 November Dalam proses ini penulis juga menemukan buku-buku, sumber arsip dan sumber-sumber lainnya serta saksi hidup (dianalisis melalui wawancara) terkait dengan Tarekat Shiddiqiyyah. Dalam hal ini penulis sudah melakukan wawancara dengan dua Khalifah 11 Shiddiqiyyah yang juga merupakan pelaku sejarah Tarekat Shiddiqiyyah yaitu Bapak Mochammad Munif dan Bapak Masruchan Mu thi. Dan 11 Persepsi murid-murid terhadap khalifah, bukan saja sebagai guru dan pemimpin kelompok, melainkan dipandang juga sebagi ulama dan pemimpin agama, dalam arti turut mengembangkan syari at Islam. Khalifah merupakan pusat penyebaran doktrin, karena berfungsi sebagai sumber ilmu pengetahuan. Lihat: Abu Hamid, Syekh Yusuf: Seorang Ulama, Sufi dan Pejuang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), hlm

7 seorang warga Tarekat Shiddiqiyyah yaitu Bapak Musta in Karim yang sudah menjadi anggota Tarekat Shiddiqiyyah sejak tahun Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber tersebut. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal 12. Kritik ekstern yang telah dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan cara melakukan penelitian terhadap sumber-sumber yang ada, misalnya sumber-sumber material seperti arsip masih dalam kondisi yang baik sehingga masih dapat diteliti. Dan sumber lisan yang menjadi saksi sejarah perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah pada tahun yaitu Bapak Mochammad Munif dan Bapak Masruchan Mu thi yang merupakan Khalifah Tarekat Shiddiqiyyah, serta Bapak Musta in Karim yang merupakan warga Tarekat Shiddiqiyyah. Para informan tersebut dapat dipercaya dan akurat karena mereka merupakan pelaku sejarah juga dalam perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah pada tahun Kritik intern merupakan tahapan cross check, di mana dalam tahapan ini juga harus dilakukan dengan cara mengamati dari dalam mengenai isi dari data-data dan sumber sejarah yang diperoleh. Dalam hal ini juga harus ditemukan kesamaan antara informasi yang disampaikan oleh sumber lisan dan sumber-sumber material mengenai Tarekat Shiddiqiyah. Dalam tahapan cross check ini penulis sudah menemukan kesamaan dengan sumber material yaitu arsip, buku dan informan dalam penelitian ini. 12 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm

8 Interpretasi merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena dalam tahapan ini data-data yang telah diperoleh harus ditafsirkan dengan cara membandingkan data-data yang diperoleh. Penafsiran ini hanya boleh dilakukan apabila seorang sejarawan yakin dengan teori yang telah dimiliki, tidak begitu saja memberikan penafsiran tanpa data yang lengkap dan mendukung. Interpretasi data dapat membantu sejarawan dalam mengolah materi temuan untuk menyusun hipotesis awal. Kemudian historiografi merupakan proses terakhir dalam metode penulisan sejarah, historiografi merupakan cara penulisan, penguraian, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini merupakan penelitian yang berjudul Tarekat Shiddiqiyyah, Ploso-Jombang Tahun F. Kerangka Konseptual Penelitian dengan judul Tarekat Shiddiqiyyah, Ploso-Jombang Tahun ini merupakan sebuah kajian sejarah Islam, hal ini dikarenakan kajian yang dibahas ini mencakup beberapa konsep Islam, seperti peranan kyai dalam pengembangan Islam, tarekat, pendidikan agama Islam yang dilakukan melalui sebuah pesantren, dan lain sebagainya. Namun, dalam skripsi ini lebih membahas dalam bidang tarekat. Secara etimologis, kata tarekat berasal dari bahasa Arab, thariqah yang berarti jalan, tempat lalu lintas, aliran, mahzab, metode, mode atau sistem. Kemudian kata thariqah dalam bahasa Arab ini dibakukan dalam bahasa Indonesia menjadi 8

9 tarekat 13. Dalam sebuah tarekat terdapat seorang guru yang bertanggung jawab untuk mengajarkan tarekat yang disebut dengan Mursyid. Mursyid merupakan seseorang yang memiliki kewajiban utuk bertanggung jawab dalam memimpin, mengajarkan dan membimbing ajaran sebuah tarekat terhadap muridnya. Mursyid adalah seorang pemangku jabatan spiritual dalam tarekat yang berwenang memberikan petunjuk jalan bagi perjalanan (suluk) ruhaniah sang murid. Secara organisasi, jabatan mursyid dapat berganti dari seorang mursyid ke mursyid yang lain. Pergantian ini dilakukan apabila terjadi hal-hal yang menyebabkan kemestian pergantian, seperti meninggal dunia atau sebab lainnya 14. Istilah mursyid berasal dari bahasa Arab, dari kata irsyada, yaitu memberi tunjukajar. Dalam arti kata lain, mursyid berarti, seseorang yang pakar dalam memberi tunjuk-akar terutamanya dalam bidang kerohanian, dalam istilah para sufi 15. Dalam Tarekat Shiddiqiyyah Kyai Muchtar Mu thi merupakan Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah yang mengajarkan Tarekat Shiddiqiyyah sampai saat ini. Menurut asal-usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda yaitu: 1. Sebagai gelar kehormatan bagi barangbarang yang dianggap keramat, umpamanya, Kyai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton Yogyakarta. 2. Gelar kehormatan untuk orang-orangtua pada umumnya. 3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin 13 Noer Iskandar al-barsany, Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), hlm Huda, op.cit., hlm Zulkifli, Gelar Dalam Islam: Sejarah, Asal-usul dan Makna Gelar Dalam Islam, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2009), hlm

10 pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada santrinya. Perlu dtekankan di sini bahwa ahli-ahli pengetahuan Islam di kalangan umat Islam disebut ulama. Di Jawa Barat mereka disebut ajengan. Di Jawa Tengah dan Jawa timur, ulama yang memimpin pesantren disebut kyai 16. Secara teknis pesantren adalah tempat di mana para santri tinggal. Frasa ini merupakan gambaran paling penting dari pesantren, yaitu sebagai suatu lingkungan pendidikan dalam pengertiannya yang menyeluruh. Pesantren mirip dengan akademi militer atau biara dalam arti bahwa mereka yang berada di sana mengalami suatu kondisi totalitas. Dibandingkan dengan lingkungan pendidikan parsial yang ditawarkan oleh sistem pendidikan publik Indonesia sekarang, yang menjadi kultur pendidikan umum bangsa. Pesantren dengan sendirinya merupakan suatu kultur yang unik 17. G. Tinjauan Pustaka A. Munjin Nasih dalam bukunya yang berjudul Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid: Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu thi 18 membahas tentang Biografi sang Mursyid Tarekat Shiddiqiyah yaitu Kyai Muchtar Mu thi. Dalam buku ini dijelaskan tentang perjalanan hidup sang Mursyid yaitu Kyai Muchtar Mu thi mulai dari kelahiran dan masa kecil, kemudian perjuangan hidup 16 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm A. Munjin Nasih, Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid: Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu thi, (Jombang: Al-Ikhwan, 2006). 10

11 Kyai Muchtar Mu thi dan penggambaran berthasawuf sang Mursyid. Dalam buku ini lebih membahas tentang perjalanan hidup Kyai Muchtar Mu thi sebelum beliau mulai mengajarkan Tarekat Shiddiqiyyah. Ahmad Sodli dalam bukunya yang berjudul Studi kasus Tarekat Shiddiqiyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur 19, menjelaskan tentang sejarah dan struktur sosial Tarekat Shiddiqiyah, Praktek Ibadah Tarekat Shiddiqiyah, dan hubungan Tarekat Shiddiqiyah dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Mochammad Munif dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kemenangan Perjuangan Shiddiqiyyah Pada Tahun 1970 (Jilid I) 20, menjelaskan tentang perjuangan warga Tarekat Shiddiqiyyah dalam menghadapi tuduhan-tuduhan bahwa Tarekat Shiddiqiyyah bukanlah tarekat yang mutakhbarah oleh kelompok Islam lain di Jombang, yang digelar secara terbuka melalui peristiwa berdirinya PGA (Pendidikan Guru Agama) 4 Tahun di Bakalan Rayung Jombang pada tahun Mochammad Munif (Khalifah Tarekat Shiddiqiyyah) dalam bukunya yang tidak diterbitkan yang berujudul Sejarah Pesantren Majama al Bahrain/Shiddiqiyyah 21. Dalam buku yang tidak diterbitkan ini penulis yaitu Mochammad Munif menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa sejarah dalam 19 Ahmad Sodli, Studi kasus Tarekat Shiddiqiyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur, (Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian / Keagamaan, 1994). 20 Mochammad Munif, Sejarah Kemenangan Perjuangan Shiddiqiyyah Pada Tahun 1970 (Jilid I), (Jombang: Al-Ikhwan, 2010). 21 Mochammad Munif, Sejarah Pesantren Majama al Bahrain/Shiddiqiyyah, (Jombang: Buku Tidak Diterbitkan, 1984). 11

12 Tarekat Shiddiqiyyah yang terjadi pada tahun , yang pembahasannya difokuskan pada kegiatan Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah yang merupakan tempat pusat pengajaran dan penyebaran Tarekat Shiddiqiyyah. Buku ini disusun pada saat Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah berusia 10 tahun. Al Misbahul Munir mahasiswa Institut Negeri Agama Islam Surabaya dlaam skripsinya yang berjudul Tasawuf Modern: Studi tentang Penerapan Thoriqoh Shiddiqiyyah 22. Dalam skripsinya Al Misbahul Munir menuliskan tentang filsafat aqidah dari Tarekat Shiddiqiyyah dan penerapannya bagi warga Tarekat Shiddiqiyyah. Dan di dalam skripsi ini juga dijelaskan bagaimana model ajaran tasawuf dalam Tarekat Shiddiqiyyah. Syahrul Adam dalam Laporan Hasil Penelitiannya yang berjudul Tarekat Shiddiqqiyyah dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Tarekat Shiddiqqiyyah di Ploso Jombang Jawa Timur 23. Buku ini merupakan laporan hasil penelitian. Dalam laporan hasil penelitian ini penulis membahas tentang Tarekat Shiddiqiyyah dan usaha-usaha perubahan sosial Tarekat Shiddiqiyyah baik dalam bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi dan kemasyarakatan. Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada tahun Al Misbahul Munir, Tasawuf Modern: Studi Tentang Penerapan Thoriqoh Shiddiqiyyah, (Surabaya: Institut Agama Islam Negeri, 2009). 23 Syahrul Adam, Tarekat Shiddiqiyyah dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso Jombang Jawa Timur, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003). 12

13 H. Sistematika Penulisan Dalam penulisan ini peneliti membaginya dalam 5 bab yaitu antara lain: 1. Bab I berisikan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual dan sistematika penulisan. 2. Bab II menjelaskan tentang munculnya tarekat di Indonesia dan perkembangan tarekat di Jawa Timur. 3. Bab III menjelaskan masuknya Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso-Jombang pada tahun Bab IV menjelaskan tentang perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso-Jombang pada tahun Bab V merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. 13

DAFTAR PUSTAKA. Amin, Samsul Munir. Karomah Para Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008.

DAFTAR PUSTAKA. Amin, Samsul Munir. Karomah Para Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008. DAFTAR PUSTAKA Amin, Samsul Munir. Karomah Para Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008. Aqib, Kharisudin. Inabah: Jalan Kembali dari Narkoba, Stres & Kehampaan Jiwa. Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2005. Budiarjo,

Lebih terperinci

BAB III MASUKNYA TAREKAT SHIDDIQIYYAH DI PLOSO-JOMBANG TAHUN

BAB III MASUKNYA TAREKAT SHIDDIQIYYAH DI PLOSO-JOMBANG TAHUN BAB III MASUKNYA DI PLOSO-JOMBANG TAHUN 1959-1973 A. Kyai Muchtar Mu thi Ada sebuah pepatah Jawa yang mengatakan ibarat sebuah benih jagung apabila ditanam pasti akan tumbuh jagung dan tidak akan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang awalnya sangat berperan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN TAREKAT DI JAWA TIMUR. yang berpangkal dari syari at, sebab jalan utama disebut syar sedangkan anak

BAB II PERKEMBANGAN TAREKAT DI JAWA TIMUR. yang berpangkal dari syari at, sebab jalan utama disebut syar sedangkan anak BAB II PERKEMBANGAN TAREKAT DI JAWA TIMUR Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi, dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syari at, sebab jalan utama disebut syar sedangkan anak jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB IV PERKEMBANGAN TAREKAT SHIDDIQIYYAH TAHUN sekali hambatan-hambatan pada proses pemunculannya. Pada awal

BAB IV PERKEMBANGAN TAREKAT SHIDDIQIYYAH TAHUN sekali hambatan-hambatan pada proses pemunculannya. Pada awal BAB IV PERKEMBANGAN TAHUN 1973-1979 Sebagai sebuah tarekat yang sudah sangat lama sekali tidak pernah didengar namanya Tarekat Shiddiqiyyah yang muncul kembali pelak mendapatkan banyak sekali hambatan-hambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam itu ditandai dengan adanya hubungan yang erat antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi yang berjudul Kodifikasi Hadis Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkup pendidikan agama pada lembaga pendidikan meliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah, Pendidikan Guru Agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok keagamaan atau jama ah Islamiyah, 1 seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama (NU), Persis, Ahmadiyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dihadapi manusia saat ini dan seterusnya. Pada dasarnya manusia sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. harus dihadapi manusia saat ini dan seterusnya. Pada dasarnya manusia sejak lahir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika merupakan permasalahan dan tantangan yang secara tidak langsung harus dihadapi manusia saat ini dan seterusnya. Pada dasarnya manusia sejak lahir telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat pengajian untuk menghafal dan mengkaji Al-Qur an atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. pusat pengajian untuk menghafal dan mengkaji Al-Qur an atau pusat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Secara etimologi, Ma had berasal dari kata Maahad yang memiliki arti pusat pengajian untuk menghafal dan mengkaji Al-Qur an atau pusat pembelajaran agama Islam.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa macam metode untuk mengumpulkan informasi maupun data berkaitan erat dengan masalah peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara sederhana pondok pesantren dapat kita artikan sebagai sebuah tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam berbagai masa memegang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan yang data analisis datanya secara deskriptif dengan menggunakan metode penelitian sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi pemaparan mengenai metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Pengaruh Pemikiran Harun Nasution Mengenai Islam Rasional Terhadap Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

Syahrul A dam: Etos Ekonomi Kaum Tarekat Shiddiqiyyah

Syahrul A dam: Etos Ekonomi Kaum Tarekat Shiddiqiyyah ETOS EKONOMI KAUM TAREKAT SHIDDIQIYYAH Syahrul A dam Abstract: The Economic Ethos of Tharîqah of Shiddiqiyyah. Congregations are often used as a scapegoat in the deterioration of Islam. Concepts of zuhud,

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat. melalui kegiatan pengajian kitab kuning

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat. melalui kegiatan pengajian kitab kuning BAB V PEMBAHASAN A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat melalui kegiatan pengajian kitab kuning Berdasarkan data yang telah didapat dari lokasi di desa Siyotobagus tepatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan bagi kepentingan hidup manusia, bukan hanya untuk kepentingan hidup pada masa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam merupakan usaha untuk membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam menuju terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan selain karena manusia tercipta sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf.

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. Tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akar pendidikan Islam Indonesia tidak lepas dari pendidikan pesantren. Sebagi ahli bahkan menyebutkan pendidikan pesantren sebagai model pendidikan Islam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akronim yang menggabungkan dua nama nabi dan satu sifat Allah Subhanahu

BAB I PENDAHULUAN. akronim yang menggabungkan dua nama nabi dan satu sifat Allah Subhanahu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nama Harmoko singkatan dari Harun Muhammad Kohar. Sebuah akronim yang menggabungkan dua nama nabi dan satu sifat Allah Subhanahu Wa-Ta ala (SWT). Harmoko adalah politisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen organisasi dari para anggota dalam upaya meningkatkan kualitas.

BAB I PENDAHULUAN. komitmen organisasi dari para anggota dalam upaya meningkatkan kualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak organisasi yang menghadapi tantangan dengan membangun komitmen organisasi dari para anggota dalam upaya meningkatkan kualitas. Bagi kehidupan organisasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat yang diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki akhlak yang sangat mulia. Lahir di kampung Ampel Maghfur, pada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki akhlak yang sangat mulia. Lahir di kampung Ampel Maghfur, pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Ustadz Umar bin Achmad Baradja adalah seorang ulama yang memiliki akhlak yang sangat mulia. Lahir di kampung Ampel Maghfur, pada 10 Jumadil Akhir 1331 H/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pergerakan nasional yang muncul di kalangan pribumi lahir dari rasa persatuan dan kemanusiaan yang tinggi dari para golongan terpelajar yang pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dengan judul skripsi Peranan Polisi Pengawas Aliran Masyarakat Ditengah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah diuraikan bab dari penelitian lapangan tentang SEJARAH PERKEMBANGAN JAMAAH MANAQIB SYAIKH ABDUL QODIR

BAB V PENUTUP. Setelah diuraikan bab dari penelitian lapangan tentang SEJARAH PERKEMBANGAN JAMAAH MANAQIB SYAIKH ABDUL QODIR BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah diuraikan bab dari penelitian lapangan tentang SEJARAH PERKEMBANGAN JAMAAH MANAQIB SYAIKH ABDUL QODIR JAILANI DI PONDOK PESANTREN AL-QODIRI KEC. GEBANG KAB. JEMBER (1997-2015)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan III. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan menggunakan sumber primer dan sekunder sebagai objek penelitian. Metode Historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Republik Indonesia ialah sebuah Negara Kepulauan yang juga disebut sebagai Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab kuning merupakan sebuah elemen penting dalam sebuah pondok pesantren. Kitab kuning telah menjadi bahan ajar pesantren dalam kurun waktu yang lama sehingga kitab

Lebih terperinci

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI 69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat Langkah, yaitu heuristik, verifikasi (kritik), interpretasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan suatu proses dalam membuat suatu kerangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan suatu proses dalam membuat suatu kerangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan suatu proses dalam membuat suatu kerangka penelitian untuk mengarahkan studi dan pengumpulan data penelitian. Sebagai landasan berfikir dan analisa dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang. kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang. kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan Islam, yakni munculnya kelompok Jama ah Tabligh yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan Islam, yakni munculnya kelompok Jama ah Tabligh yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini terjadi fenomena yang menarik di Indonesia dari gerakan keagamaan Islam, yakni munculnya kelompok Jama ah Tabligh yang semakin hari semakin mendarah daging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas muslim terbentuk disuatu daerah, maka mulailah mereka

BAB I PENDAHULUAN. komunitas muslim terbentuk disuatu daerah, maka mulailah mereka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam dimulai dari kontak pribadi maupun kolektif

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, Dudung. Metode Penulisan Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, Dudung. Metode Penulisan Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. 76 DAFTAR PUSTAKA Buku Abdurrahman, Dudung. Metode Penulisan Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. A. Hasan, Syamsul. Kharisma Kiai As ad di Mata Umat. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2003. Aly, Syueb

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keilmuan modern telah berkembang sedemikian rupa di bawah hegemoni paham sekularisme. Akibat sangat lamanya paham ini mendominasi sejarah peradaban modern akibatnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara

BAB I PENDAHULUAN. instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalau pada masa penjajahan Belanda urusan agama ditangani berbagai instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara resmi diurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah yang dieja-indonesiakan dari kata "Ahl al-sunnah wa al Jama'ah". Ia. a. Ahl (Ahlun), berarti "golongan" atau "pengikut".

BAB I PENDAHULUAN. istilah yang dieja-indonesiakan dari kata Ahl al-sunnah wa al Jama'ah. Ia. a. Ahl (Ahlun), berarti golongan atau pengikut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aswaja adalah singkatan dari "Ahlussunnah wal Jama'ah", yakni sebuah istilah yang dieja-indonesiakan dari kata "Ahl al-sunnah wa al Jama'ah". Ia merupakan rangkaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia harus tumbuh dalam pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia harus tumbuh dalam pribadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah lembaga atau organisasi, Kepemimpinan merupakan unsur penting, sebab tanpa adanya kepemimpinan dari seseorang pemimpin maka suatu lembaga atau organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Menurut catatan sejarah masuknya Islam ke Indonesia dengan damai berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini dipaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan dalamskripsi yang berjudul Kehidupan Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir DAFTAR PUSTAKA A. Arsip: Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir. 1975. Sholeh, Muhammad. Risalatu Khulqi al-kirom Wa Shifa I al-ajsami.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah. Jaringan ulama yang terbentuk sejak abad ke-17 dan ke-18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam masuk ke Minangkabau telah terjadi beberapa kali pembaharuan Pada awal abad ke-20 muncul gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau yang dipelopori oleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan, beberapa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan, beberapa A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Berdasarkan rangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan, beberapa hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pondok Pesantren Darussalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Setelah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Setelah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak akan pernah lepas dari berbagai macam permasalahan. Permasalahan manusia itu banyak sekali mulai dari pendidikan, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan BAB V PEMBASAHAN Seluruh data telah penulis kumpulkan dari lapangan dan telah penulis paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan yang sesuai dengan fokus penelitian

Lebih terperinci

al-musyarrāt Fī tasḥīh Dalāil al-khaīrāt, Menara

al-musyarrāt Fī tasḥīh Dalāil al-khaīrāt, Menara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sarana yang telah disediakan agama Islam untuk ummatnya agar bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berbagai amalan telah diajarkan oleh Nabi kepada para sahabat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang datanya dianalisis secara naratif dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Penelitian sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut masa remaja (adolescence) peralihan masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut masa remaja (adolescence) peralihan masa perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat industri modern, perjalanan dari masa kanak kanak menuju kedewasaan ditandai dengan satu peristiwa, melainkan periode panjang yang disebut masa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akhlak merupakan hal yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan sesama manusia. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan dalam mengkaji berbagai permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Peranan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di Indonesia. Keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia begitu buruk terutama untuk pendidikan pribumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan koperasi diberbagai bagian dunia cenderung berbedabeda. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang misalnya, telah memasuki tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting. Ayat Al-Quran yang pertama kali disampaikan kepada Nabi Muhammad berisi seruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mîtsâqan ghalîdhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode modern. Kemajuan zaman yang semakin pesat mendorong umat Islam untuk berfikir aktif, Yaitu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis Selain kesimpulan, diuraikan pula rekomendasi yang penulis berikan kepada beberapa pihak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (penelitian kancah / field research) dilakukan di dalam medan yang sebenarnya untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan nantinya adalah jenis penelitian lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terinci mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis pakai merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan metode sejarah. Tujuan penelitian metode sejarah adalah

Lebih terperinci