V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 PROGRAM UTAMA QBioDSS Model QBioDSS dirancang untuk dijadikan alat bantu dalam menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan mutu biodiesel. Pengguna program ini adalah pengolah yang akan mendirikan industri dan industri kecil yang sudah berjalan. Selain itu pihak-pihak yang terkait langsung maupun tidak terkait dapat memanfaatkan program ini, seperti produsen bahan bakar minyak, industri oleokimia, dan konsumen. Keluaran yang dihasilkan dari program ini adalah rekomendasi bagi para pengolah biodiesel dalam mengambil keputusan untuk menentukan proses pengolahan biodiesel yang paling tepat, perhitungan kebutuhan bahan tambahan untuk proses terpilih, penentuan standar mutu untuk produk, dan saran terhadap biodiesel yang dihasilkan namun tidak sesuai dengan standar mutu. Selain itu pengguna program ini akan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai biodiesel, mulai dari jenis bahan baku, teknologi proses pengolahan, jenis standar mutu, dan cara uji standar mutu. Program QBioDSS ini memiliki dua antar muka yaitu antar muka untuk pengguna (frontend user) dan antar muka untuk administrator (backend user). Sistem Pengolahan Terpusat menggunakan sentral dari proses yang ada dalam sistem untuk mengatur keseluruhan interaksi antara sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model. Ketika program QBioDSS dijalankan, maka program akan memasuki menu beranda. Dimana terdapat informasi umum mengenai biodiesel dan menu-menu utama yang digunakan untuk mengakses halaman lain di dalam sistem. Menu utama ini terdapat menu yang berupa informasi dan menu yang berupa model penunjang keputusan. Untuk menu yang berupa informasi pengguna dapat mengakses jenis-jenis bahan bahan baku yang dapat digunakan, jenisjenis proses pengolahan biodiesel, standar mutu, jenis-jenis peralatan yang dibutuhkan untuk proses, dan prosedur pengujian untuk menganalisa mutu produk biodiesel. Tampilan menu beranda dapat dilihat pada Gambar 19. Menu lainnya selain menu yang memberikan informasi yaitu menu untuk model penunjang keputusan. Model penunjang keputusan ini diletakkan terpisah dengan model sistem informasi agar pengguna mudah dalam menggunakannya. Dalam paket program ini model penunjang keputusan berada dalam menu yang diberi nama simulasi. Menu simulasi ini terdiri dari 2 bagian yang dapat digunakan, yaitu bagian untuk penentuan jenis proses yang di dalamnya terdapat model penentuan proses pengolahan dengan metode decision tree dan rule base untuk mendapatkan (goal) yang diinginkan dan model perhitungan bahan tambahan sesuai dengan proses terpilih menggunakan perhitungan aritmatika dan rule base. Pada bagian analisis penentuan mutu terdapat model penentuan standar mutu dan model penyebab ketidaksesuaian standar mutu serta alternatif proses dengan menggunakan metode rule base. 41

2 Menu SPK Menu SIM Gambar 19. Tampilan halaman beranda dan menu untuk model penunjang keputusan Untuk menuju halaman pemilihan model penunjang keputusan pengguna dapat memasuki menu login yang meminta nama dan password dari pengguna sebagai user. Menu login ini dimaksudkan agar admin dapat mengetahui siapa saja yang menggunakan model ini. Administrator dapat melakukan perubahan pada sistem dan dapat mengakses seluruh modelmodel yang tersedia, sedangkan user tidak, sehingga perlu adanya pengamanan dan validitas data. Pengguna yang masuk dengan status user perlu melakukan registrasi (sign up) untuk dapat masuk kedalam program QBioDSS. Tampilan menu login QBioDSS dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20. Tampilan menu login untuk user Setelah melalui menu login, selanjutnya pengguna akan masuk ke dalam menu model penunjang keputusan. Menu model penunjang keputusan dari program QBioDSS didesain untuk memudahkan pengguna dalam pengoperasianya, menjadikan program ini lebih user friendly dan tidak merasa bosan selama berinteraksi dengan program ini. 42

3 Informasi yang terdapat dalam basis data statis QBioDSS adalah definisi umum mengenai biodiesel, jenis-jenis bahan baku yang dapat dijadikan biodiesel, jenis-jenis proses pengolahan biodiesel, standar mutu biodiesel di Indonesia, negara lain, standar minyak diesel, standar minyak solar, peralatan produksi, dan prosedur pengujian mutu biodiesel. untuk menu yang menampilkan informasi ini disajikan dalam bentuk data HTML. Dengan format data HTML tersebut, pengguna hanya dapat mengakses namun tidak dapat melakukan input data sebab perubahan (update) data hanya dapat dilakukan oleh administrator atau dalam hal ini administrator saja yang dapat melakukan proses editing terhadap sistem dan data statis tersebut. Sistem manjemen basis data statis bertujuan untuk memberikan informasi guna mendukung paket program QBioDSS. Sistem manajemen basis data dinamis dalam paket program ini terdapat pada model penunjang keputusan. Penanganan data ini di bantu dengan menggunakan MySQL sebagai penempatan basis data. 5.2 STRUKTUR ANTAR MUKA PENGGUNA Tampilan antar muka untuk pengguna dapat diakses oleh pengguna atau yang biasa disebut frontend user. Struktur antar muka ini terdiri dari sistem penunjang keputusan dan sistem informasi. Pengguna dapat memperoleh data dengan memasukkan data kedalam model-model yang tersedia dalam menu sistem penunjang keputusan, sedangkan untuk menu sistem informasi pengguna hanya bisa memperoleh informasi tetapi tidak dapat merubah ataupun memasukkan data Model Penentuan Proses Pengolahan Biodiesel Model penentuan proses pengolahan biodiesel ini digunakan untuk menentukan proses pengolahan yang paling tepat sesuai dengan karakteristik bahan baku yang dimiliki oleh user. Pada model ini pengguna harus memasukkan nilai-nilai karateristik bahan baku sesuai dengan yang dimiliki oleh pengguna pada kolom-kolom yang disediakan. Teknik yang digunakan dalam model ini adalah decision tree dan rule base. Decision tree digunakan untuk menentukan proses terpilih. Terdapat enam kriteria yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan proses yaitu : Kadar Air dan Sedimen Air dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan dapat menyebabkan sumbatan filter dan aliran bahan bakar pada mesin. Air berasosiasi dengan reaksi hidrolisis ester asam lemak membentuk asam lemak bebas dan dapat menyebabkan penyumbatan pada filter dan korosi logam kromium dan seng pada injektor. Air mempersulit proses pencampuran biodiesel dengan diesel (Elviyanti 2007). Dalam pengolahan biodiesel diharapkan kadar air maksimum untuk bahan baku adalah 0.05 % dari volume. Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) Asam lemak bebas merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan proses. Asam lemak bebas ini menentukan apakah proses pengolahan dilakukan satu tahap atau dua tahap. Minyak akan mengalami proses satu tahap (transesterifikasi) jika kandungan asam lemak bebasnya kurang dari atau sama dengan 2.5%, jika kandungan asam lemak bebasnya lebih dari 2.5% maka minyak harus diproses secara dua tahap yaitu minyak harus mengalami proses esterifikasi terlebih dahulu untuk menurunkan bilangan asamnya baru kemudian minyak diproses secara transesterifikasi. 43

4 Viskositas Kinematik Viskositas kinematik berpengaruh terhadap atomisasi bahan bakar, kesempurnaan pembakaran, injeksi bahan bakar, dan umum digunakan sebagai indikator kualitas biodiesel selama penyimpanan. Viskositas yang tinggi menyebabkan buruknya proses atomisasi bahan bakar dan pembakaran yang tidak sempurna yang mengakibatkan pembentukan kerak pada ujung injektor. Hal ini menyebabkan mesin dapat kehilangan tenaga. Nilai viskositas kinematik dipengaruhi oleh panjang rantai asam lemak dan alkohol, jumlah ikatan rangkap, dan kandungan kontaminan. Kontaminan seperti gliserol (total, bebas) dapat meningkatkan nilai viskositas (Elviyanti 2007). Nilai viskositas pada minyak agar dapat diolah menjadi biodiesel adalah 60 cst. Biasanya proses transesterifikasi maupun esterifikasi dapat menurunkan nilai viskositas sepersepuluh dari nilai awal. Bilangan Iod Angka iodium merupakan ukuran jumlah ikatan ganda (ketidakjenuhan) dalam produk biodiesel, yang dinyatakan sebagai gram iodin yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan 100 gram sampel biodiesel. Angka Iodium yang tinggi berhubungan dengan tingkat polimerisasi bahan bakar yang akan menyebabkan penyumbatan injektor, juga berhubungan dengan buruknya stabilitas penyimpanan biodiesel. Angka iodium dipengaruhi oleh komponen asam lemak bahan baku biodiesel (Elviyanti 2007). batas maksimum nilai bilangan iod dari minyak yang dapat diolah menjadi biodiesel adalah 115. Jika nilai lebih dari 115 maka bahan baku tersebut tidak dapat diolah karena baik proses transesterifikasi maupun proses esterifikasi tidak dapat menurunkan nilai bilangan iod tersebut. Densitas (massa jenis) Densitas metil ester asam lemak bergantung pada komposisi asam lemak dan kemurniannya. Densitas akan meningkat dengan menurunnya panjang rantai dan meningkatnya jumlah ikatan rangkap, hal ini menyatakan nilai yang tinggi untuk bahan bakar yang kaya akan senyawa tak jenuh. Sebaliknya densitas dapat dikurangi oleh keberadaan kontaminan berdensitas rendah seperti metanol. Nilai densitas akan mempengaruhi nilai pembakaran (heating value) dan konsumsi bahan bakar (Elviyanti 2007). Dalam model ini nilai maksimum untuk densitas (massa jenis) adalah 0.95 kg/m 3. Kadar Fosfor Kandungan fosfor pada biodiesel biasanya berasal dari fosfolipid dalam bahan baku atau dari penambahan asam fosfat dalam proses produksi. Kandungan fosfor yang tinggi pada bahan bakar dapat menyebabkan peningkatan emisi. Fosfor dapat merusak catalytic converter yang digunakan dalam kontrol emisi yang umum digunakan pada kendaraan diesel (Elviyanti 2007). Batas kandungan fosfor dalam minyak nabati yang akan diolah menjadi biodiesel adalah 10 ppm. Jika nilai kadar fosfor lebih dari 10 ppm maka harus dilakukan proses degumming terlebih dahulu untuk menurunkan kadar fosfornya. Dari ke enam kriteria tersebut maka akan dibuat aturan sehingga akan menghasilkan tujuan (goal) sesuai dengan nilai karakteristik bahan baku yang dimasukkan oleh pengguna. Aturan yang di dapat berdasarkan decision tree dengan mengurutkan dari atribut yang paling berpengaruh. Decision tree untuk penentuan proses ini dapat dilihat pada Gambar 9. Pada model ini juga ketika pengguna memilih bahan baku maka akan muncul nilai baku untuk setiap 44

5 parameter. Hasil keluaran atau output penentuan proses pengolahan biodiesel dengan metode decision tree dan rule base ini menghasilkan proses pengolahan untuk biodiesel sesuai dengan karakteristik bahan baku yang dimiliki oleh pengguna. Dalam tampilan halaman hasil tersebut yang ditampilkan adalah jenis proses pengolahan, diagram alir, dan keterangan dari diagram alir tersebut. Halaman untuk memasukkan nilai pada model penentuan proses ini dapat dilihat pada Gambar 21. Model perhitungan kebutuhan bahan tambahan Gambar 21. Tampilan halaman model penentuan jenis proses dan perhitungan kebutuhan bahan tambahan Gambar 22. Tampilan halaman hasil sub menu penentuan jenis proses 45

6 5.2.2 Model Perhitungan Kebutuhan Bahan Tambahan Dalam Proses Pengolahan Model perhitungan kebutuhan bahan tambahan ini bertujuan untuk menentukan jumlah kebutuhan bahan tambahan pada proses pengolahan biodiesel terpilih sehinggga pengguna tidak perlu lagi menghitung kebutuhannya. Dalam model ini kebutuhan bahan tambahan yang dihitung adalah katalis dan alkohol. Proses produksi biodiesel memerlukan katalis untuk memperoleh kecepatan konversi yang layak. Katalis yang digunakan dapat diklasifikasikan sebagai katalis basa, katalis asam dan katalis enzim. Katalis basa yang sering digunakan adalah KOH (potasium hidroksida) dan NaOH (sodium hidroksida). NaOH yang dikenal juga dengan kaustik soda atau soda api merupakan senyawa alkali, berbentuk kristal putih, dan bersifat higroskopis. Penanganan bahan ini harus hati-hati dan menggunakan pelindung tangan karena jika terkena kulit akan merusak jaringan serta menyebabkan rasa gatal. Pemakaian NaOH sebagai katalis basa akan menghasilkan gliserin berwujud padat. KOH juga merupakan senyawa alkali/basa kuat dengan karakteristik menyerupai NaOH. Perbedaannya adalah pada proses pembuatan biodiesel, pemakaian KOH akan menghasilkan gliserin berwujud cair. Katalis asam yang dapat digunakan adalah asam sulfat (H 2 SO 4 ) dan HCl (asam klorida). Asam sulfat berupa cairan bening, lebih kental dari air, bersifat korosif dan eksplosif. Asam ini tidak boleh mengenai kulit manusia secara langsung karena dapat membakarnya begitu juga dengan kain/baju. Oleh karena itu penanganannya harus hati-hati, menggunakan pelindung yang cukup seperti sarung tangan, dan jas laboratorium. Alkohol merupakan pereaksi utama dalam proses esterifikasi maupun transesterifikasi, dimana alkohol akan menggantikan gugus alkohol pada ester dengan alkohol lain dengan dibantu katalis. Jenis alkohol yang lebih umum digunakan untuk proses transesterifikasi adalah metanol karena harganya lebih murah dan lebih mudah untuk direkoveri, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan jenis alkohol lainnya seperti etanol, isopropanol dan butanol. Penggunaan alkohol lain untuk menggantikan metanol kemungkinan memerlukan tahapan proses tambahan serta quality control. Metanol lebih mudah diperoleh kembali dan didaur ulang karena tidak membentuk azeotrop dengan air, dan relatif menghasilkan metanol murni yang dapat digunakan kembali. Metanol dapat diperoleh kembali di akhir proses atau hanya dari fasa gliserol, karena sekurangkurangnya 70% dari jumlah kelebihan metanol yang berada di dalam fasa gliserol (Gerpen et al. 2004). Masukkan untuk model ini adalah jumlah bahan baku yang dimiliki oleh pengguna yang terdapat di dalam halaman model penentuan proses. Untuk proses tepilih yang nanti akan dihitung kebutuhannya berasal dari model penetuan proses pengolahan. Cara perhitungan untuk kebutuhan setiap proses adalah sebagai berikut : Proses satu tahap Kebutuhan metoksida: - Metanol : 10%-20% (v/v) dari jumlah bahan baku - Katalis basa (biasanya KOH) : 0.5%-1% (b/v) dari jumlah bahan baku Proses dua tahap Kebutuhan metoksida: - Metanol/Alkohol : 225%(v/v) dari FFA (nilai FFA yang digunakan adalah hasil perhitungan nilai %FFA x jumlah bahan baku ) 46

7 - Katalis Asam (biasanya H 2 SO 4 ): 5%(b/v) dari FFA (nilai FFA yang digunakan adalah hasil perhitungan nilai %FFA x jumlah bahan baku ) Degumming dengan proses satu tahap Tahap degumming : - Asam fosfat (kadar 20%) : 0.4% (v/v) dari jumlah bahan baku - Air : 3% (v/v) dari jumlah bahan baku Kebutuhan metoksida (proses satu tahap): - Metanol : 10%-20% (v/v) dari jumlah bahan baku - Katalis basa (biasanya KOH) : 0.5%-1% (b/v) dari jumlah bahan baku Degumming dengan proses dua tahap. Tahap degumming : - Asam fosfat (kadar 20%) : 0.4% (v/v) dari jumlah bahan baku - Air : 3% (v/v) dari jumlah bahan baku Kebutuhan metoksida (proses dua tahap): - Metanol/Alkohol : 225%(v/v) dari FFA (nilai FFA yang digunakan adalah hasil perhitungan nilai %FFA x jumlah bahan baku ) - Katalis Asam (biasanya H 2 SO 4 ): 5%(b/v) dari FFA (nilai FFA yang digunakan adalah hasil perhitungan nilai %FFA x jumlah bahan baku ) Hasil keluaran dari model perhitungan bahan tambahan ini adalah nilai perhitungan berdasarkan proses terpilih. Nilai-nilai yang dihitung dalam model ini adalah kebutuhan metoksida yang terdiri dari metanol/alkohol dan katalis asam/ basa, untuk proses degumming yang dihitung adalah kebutuhan asam fosfat dan air. Halaman untuk memasukkan jumlah bahan baku ini terdapat dalam halaman yang sama dengan model penentuan proses pengolahan biodiesel yang dapat dilihat pada Gambar 21, begitu juga untuk hasil perhitungan. Halaman hasil perhitungan kebutuhan bahan tambahan dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23. Tampilan halaman hasil perhitungan kebutuhan bahan tambahan 47

8 5.2.3 Model Penentuan Mutu Produk Biodiesel Model penentuan mutu produk biodiesel ini digunakan untuk menentukan produk biodiesel yang dihasilkan sesuai dengan standar atau tidak. Dalam paket program ini model penentuan mutu produk biodiesel terdapat dalam menu simulasi dengan sub menu analisis mutu biodiesel. Standar Nasional Indonesia (SNI ) merupakan acuan yang digunakan untuk model ini. Input yang dibutuhkan oleh model ini adalah ke-18 nilai dari parameter yang ada di SNI. Pengguna memasukkan nilai-nilai tersebut pada kolom yang telah disediakan kemudian akan diproses ketika tombol proses diklik. Gambar halaman untuk model penentuan mutu biodiesel ini dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24. Tampilan halaman model penetuan mutu produk dan analisis ketidaksesuaian mutu biodiesel 48

9 Hasil keluaran dari model ini berupa hasil kasesuaian mutu biodiesel yang dimiliki dengan Standar Nasional Indonesia (SNI ). Teknik yang digunakan dalam model ini adalah rule base. Rule base dalam model ini adalah membuat aturan jika nilai parameter lebih besar dari atau kurang dari nilai standar maka parameter tersebut sesuai dengan standar atau tidak sesuai dengan standar. Tampilan halaman hasil model ini dapat dilihat pada Gambar 25. Gambar 25. Tampilan halaman hasil untuk model penetuan mutu produk Model Analisis Terhadap Ketidaksesuaian Mutu Biodiesel Model ketidaksesuaian mutu biodiesel ini digunakan untuk memberikan saran kepada pengguna terhadap ketidaksesuaian mutu produk biodiesel mereka dengan standar yang ada (SNI ). Input terhadap model ini adalah nilai yang dimasukkan pada model penentuan mutu produk biodiesel. nilai tersebut akan diproses, jika nilai tersebut tidak memenuhi standar mutu maka akan diberikan penyebab terjadinya, saran untuk alternatif proses yang dapat dilakukan, dan akibat yang ditimbulkan. Metode yang digunakan dalam model ini adalah rule base. Hasil keluaran dari model ini adalah penyebab dari ketidaksesuaian mutu biodiesel pengguna dengan standar mutu yang ada (SNI ), pengaruh, dan alternatif yang dapat dilakukan oleh pengguna terhadap biodiesel tersebut. Halaman untuk model analisis terhadap ketidaksesuaian mutu biodiesel dapat dilihat pada Gambar 24. Halaman hasil untuk model analisis terhadap ketidaksesuaian mutu biodiesel ini dapat dilihat pada Gambar

10 Gambar 26. Tampilan halaman hasil model analisis ketidaksesuaian mutu biodiesel 5.3 STRUKTUR ANTAR MUKA ADMINISTRATOR Tampilan antar muka administrator adalah tampilan yang dapat diakses khusus oleh administrator atau yang disebut dengan backend user. tampilan ini bertujuan untuk mempermudah administrator dalam mengubah informasi maupun data yang terdapat di dalam program ini. Pada tampilan khusus administrator disediakan kotak untuk memasukkan nama dan password agar administrator dapat mengakses menu administrator Gambar 27. Tampilan awal administrator Jika administrator salah memasukkan user ID dan password maka akan muncul dialog yang bertuliskan sorry, user id/password invalid. Tampilannya dapat dilihat pada Gambar 28. Sebaliknya, jika user ID dan password sesuai, maka akan masuk ke menu administrator seperti yang terlihat pada Gambar

11 Gambar 28. Tampilan dialog untuk user ID dan password yang salah Gambar 29. Menu awal administrator Terdapat lima menu dalam tampilan antar muka administrator ini. Administrator dapat melakukan perubahan pada menu yang ada dalam program, sub menu yang ada dalam tiap menu, halaman untuk memasukkan, menghapus ataupun menambah informasi atau data, kategori untuk memudahkan dalam mengubah informasi, dan buku tamu untuk menghapus data dari pengguna. Gambar 30. Tampilan menu pada menu administrator Menu dalam menu admin bertujuan untuk mengubah, mengahapus ataupun menambah menu yang ada dalam program. Menu ini memiliki kelemahan yaitu untuk menampilkan menu yang telah ditambahkan pengguna perlu menambahkan page dalam dalam kode program. Gambar untuk tampilan menu dapat dilihat pada Gambar

12 Sub menu dalam menu administrator bertujuan untuk menambah, menghapus ataupun mengubah sub-sub menu yang terdapat dalam setiap menu pada program. Gambar untuk sub menu ini dapat dilihat pada Gambar 31. Gambar 31. Tampilan sub menu pada menu administrator Halaman dalam menu administrator bertujuan untuk mengubah, menambah ataupun mengurangi informasi yang ada pada setiap menu dan sub menu. Administrator dalam menu halaman ini perlu membuat nama untuk setiap menu atau sub menu dalam program, kemudian nama tersebut dibuat dalam file php yang disimpan dalam folder program. Menu halaman ini akan muncul pada program dengan mengubah nomor id yang terdapat dalam tabel halaman basis data program. Tampilan untuk menu halaman dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32. Tampilan menu halaman pada menu administrator Kategori dalam menu administrator bertujuan untuk menggabungkan sub-sub menu yang memiliki tipe informasi yang sama. Administrator dapat mengubah, menambah ataupun menghapus kategori yang tidak diinginkan. Tampilan untuk menu kategori ini dapat dilihat pada Gambar

13 Gambar 33. Tampilan menu kategori pada menu administrator 5.4 VERIFIKASI MODEL Verifikasi adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model (program komputer) sesuai dengan logika diagram alir. Tahapan verifikasi merupakan tahapan yang digunakan untuk memeriksa kesesuaian hasil keluaran. Kesesuaian yang dimaksud adalah keluaran sesuai dengan apa yang diinginkan berdasarkan perancangan model yang telah dibuat sebelumnya (Radecka and Zilic 2004). Tahapan verifikasi menurut Wilcox (2004) dapat dilihat pada Gambar 34. Verifikasi model dalam sistem penunjang keputusan dibagi menjadi dua bagian, yaitu verifikasi perhitungan dan verifikasi perangkat lunak. Gambar 34. Verifikasi model (Wilcox 2004) 53

14 5.4.1 Verifikasi Perhitungan Verifikasi perhitungan dilakukan dengan cara memberikan persyaratan-persyaratan parameter yang digunakan pada proses perhitungan, sehinggga output yang dihasilkan dianggap benar selama masih memenuhi persyaratan perhitungan. Jika persyaratan tidak dipenuhi maka hasil yang didapatkan dengan rentan yang cukup jauh dan hal tersebut artinya hasil perhitungan tidak benar. Gambar 35. Tahapan verifikasi model perhitungan kebutuhan bahan tambahan. Syarat untuk melakukan perhitungan adalah karakteristik bahan baku yang akan menetukan jenis proses pengolahan. Tahapan awal verifikasi perhitungan yang dilakukan adalah verifikasi terhadap masing-masing nilai karakteristik bahan baku. Nilai karakteristik bahan baku tersebut adalah kadar air dan sedimen, asam lemak bebas (Free Fatty Acid), viskositas kinematik, bilangan iod, densitas (massa jenis), dan kadar fosfor. Tahap berikutnya yaitu penentuan jenis proses. Perhitungan kebutuhan bahan tambahan untuk setiap jenis proses berbeda-beda sesuai dengan nilai karakteristik yang dimasukkan. Dalam program ini batasan nilai yang digunakan hanya satu dan dibagi menjadi nilai lebih besar dari (>) dan kurang dari sama dengan (<=). Nilai yang dimasukkan harus sesuai dengan satuan yang telah disediakan, sehingga dalam perhitungan tidak perlu menyetarakan kembali satuannya. Apabila perhitungan yang dilakukan telah mengikuti syaratsyarat yang harus dipenuhi, maka hasil perhitungan yang didapatkan adalah benar sesuai dengan prosedur hitungan. 54

15 5.4.2 Verifikasi Perangkat lunak Verifikasi program/perangkat lunak pemodelan dilakukan dengan pengujian program selama proses pembuatan dan setelah pembuatan program dilakukan, pengujian yang dilakukan yaitu menguji keluaran hasil perhitungan, menguji program dapat dijalankan atau tidak, dan menemukan kesalahan jika terjadi kesalahan pada saat penerapan bahasa pemrograman. Gambar 36. Tahapan verifikasi sistem penunjang keputusan mutu biodiesel. Berdasrkan Gambar 36, dapat dilihat bahwa verifikasi perangkat lunak diawali dengan pemeriksaan bahasa pemrograman atau pengkodean formulasi perhitungan (coding). Setiap selesai melakukan formulasi pemrograman, pemeriksaan dilakukan dengan cara menjalankan formulasi tersebut. Apabila masih terdapat kesalahan, maka perangkat lunak belum dapat dijalankan. Perangkat lunak MySQL menyediakan fasilitas informasi kesalahan yang terjadi pada proses formulasi sehingga memudahkan pengembang model perangkat lunak memperbaiki kesalahan pengkodean. Selanjutnya adalah pemeriksaan kotak-kotak kosong yang merupakan tempat pengisian nilai input. Apabila tidak terdapat kesalahan pada saat penulisan bahasa pemrograman (coding), maka paket program QBioDSS dapat dijalankan, kemudian pada halaman menu simulasi yang di dalamnya terdapat sistem penunjang keputusan akan terdapat tombol proses yang jika ditekan secara otomatis akan memeriksa kotak input. Perhitungan hanya dapat dilakukan jika nilai parameter telah dimasukkan ke halaman perhitungan. 55

6.1 HASIL APLIKASI DAN OPERASIONAL SISTEM

6.1 HASIL APLIKASI DAN OPERASIONAL SISTEM VI. APLIKASI SISTEM 6.1 HASIL APLIKASI DAN OPERASIONAL SISTEM Sistem operasi adalah software pada lapisan pertama yang ditaruh pada memori komputer pada saat komputer dinyalakan. Sedangkan software-software

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN MUTU BIODIESEL BERBASIS WEB A WEB-BASED DECISION SUPPORT SYSTEM FOR THE QUALITY OF BIODIESEL ABSTRACT ABSTRAK

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN MUTU BIODIESEL BERBASIS WEB A WEB-BASED DECISION SUPPORT SYSTEM FOR THE QUALITY OF BIODIESEL ABSTRACT ABSTRAK SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN MUTU BIODIESEL BERBASIS WEB A WEB-BASED DECISION SUPPORT SYSTEM FOR THE QUALITY OF BIODIESEL Eva Arifah *, Dwi Setyaningsih, dan Marimin DepartemenTeknologi Industri Pertanian,

Lebih terperinci

Data Dan Informasi Sumber Data Pengambilan Data Tipe Data Teknik Mengolah Data Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

Data Dan Informasi Sumber Data Pengambilan Data Tipe Data Teknik Mengolah Data Prosedur Pelaksanaan Kegiatan LAMPIRAN 65 Lampiran 1. Perolehan dan pengolahan data Langkah- Langkah Penelitian Tahapan penelitian Data Dan Informasi Sumber Data Pengambilan Data Tipe Data Teknik Mengolah Data Prosedur Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK BAHAN BAKU CPO HASIL ANALISIS GCMS Tabel L1.1 Komposisi Asam Lemak CPO Dari perhitungan, maka diperoleh berat molekul rata-rata FFA CPO sebesar 272,30

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Jumlah cadangan minyak bumi dunia semakin menipis. Sampai akhir tahun 2013, cadangan minyak bumi dunia tercatat pada nilai 1687,9 miliar barel. Jika tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Bahan Baku, Pengepressan Biji Karet dan Biji Jarak Pagar, dan Pemurnian Minyak Biji karet dan biji jarak pagar yang digunakan sebagai bahan baku dikeringanginkan selama 7

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas Penentuan asam lemak bebas sangat penting untuk mengetahui kualitas dari minyak nabati. Harga asam lemak bebas kurang dari

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 4.1 KONFIGURASI SISTEM

PEMODELAN SISTEM 4.1 KONFIGURASI SISTEM VI. PEMODELAN SISTEM 4.1 KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel Berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan standar mutu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT KALOR BIODIESEL DARI HASIL ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS PdCl 2 DAN TRANSESTERIFIKASI DENGAN KATALIS KOH MINYAK BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum Inophyllum) Oleh : Muhibbuddin Abbas 1407100046 Pembimbing I: Ir.

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Curah Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini diantaranya yaitu minyak Jarak dan minyak Kelapa. Kedua minyak tersebut memiliki beberapa karakteristik

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Disusun oleh : Dyah Ayu Resti N. Ali Zibbeni 2305 100 023

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada sampel CPO {Crude Palm Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.9 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar mesin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di sisi lain ketersediaan bahan bakar minyak bumi dalam negeri semakin hari semakin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Minyak Goreng Bekas. Minyak goreng bekas yang digunakan dalam penelitian adalah yang berasal dari minyak goreng bekas rumah tangga (MGB 1), minyak goreng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah

Lebih terperinci

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. SKRIPSI/TUGAS AKHIR APLIKASI BAHAN BAKAR BIODIESEL M20 DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS 0,25% NaOH PADA MOTOR DIESEL S-111O Nama : Rifana NPM : 21407013 Jurusan Pembimbing : Teknik Mesin : Dr. Rr. Sri

Lebih terperinci

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Dipresentasikan oleh : 1. Jaharani (2310100061) 2. Nasichah (2310100120) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI

BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI 7.1 Implemetasi Sistem SINKUAL-BIODIESEL dirancang untuk membantu proses pengambilan keputusan pada bagian pengedalian kualitas (quality control) yang diaplikasikan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Merujuk pada hal yang telah dibahas dalam bab I, penelitian ini berbasis pada pembuatan metil ester, yakni reaksi transesterifikasi metanol. Dalam skala laboratorium,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Bahan Baku Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan cocodiesel, minyak kelapa terlebih dahulu dianalisa. Adapun hasil analisa beberapa karakteristik minyak

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml) LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi Berat Mikroalga Kering (gr) Volume Pelarut n-heksana Berat minyak (gr) Rendemen (%) 1. 7821 3912 2. 8029 4023 20 120 3. 8431

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak jarak. Minyak jarak sendiri memiliki karakteristik seperti Densitas, Viskositas, Flash

Lebih terperinci

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari,Nani Wahyuni Dosen Tetap Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F34103041 2007 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO Dosen Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST. MT. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA. Safetyllah Jatranti 2310100001 Fatih Ridho

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada beberapa dekade terakhir ini, konsumsi bahan bakar fosil seperti minyak bumi terus mengalami kenaikan. Hal itu dikarenakan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan BBM mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi, aktivitas industri, PLTD, aktivitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI ) LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998) Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri atas mono-alkil ester dari fatty acid rantai panjang, yang diperoleh dari minyak tumbuhan atau lemak binatang (Soerawidjaja,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil & Pembahasan 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Biodiesel dari Mikroalga Chlorella sp Pada penelitian ini, digunakan mikroalga Chlorella Sp sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi

Lebih terperinci

Oleh : PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI (METODE FOOLPROOF)

Oleh : PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI (METODE FOOLPROOF) PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI (METODE FOOLPROOF) Oleh : Irma Ayu Ikayulita 2308 030 034 Yudit Ismalasari 2308 030 058 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Soeprijanto,

Lebih terperinci

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( ) Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil Oleh : Riswan Akbar (4207 100 091) Latar Belakang Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi

Lebih terperinci

Biodiesel Dari Minyak Nabati

Biodiesel Dari Minyak Nabati Biodiesel Dari Minyak Nabati Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dengan gliserol yang membentuk gliserol, dan ester-ester tersebut dinamakan trigliserida. Perbedaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas transesterifikasi in situ pada ampas kelapa. Penelitian dilakukan 2 tahap terdiri dari penelitian pendahuluan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 9 PENDAHULUAN Departemen Energi Amerika Serikat dalam International Energy utlook 2005 memperkirakan konsumsi energi dunia akan meningkat sebanyak 57% dari tahun 2002 hingga 2025. Di lain pihak, persediaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI TRIGLISERIDA BAHAN BAKU MINYAK SAWIT MENTAH CPO HASIL ANALISA GC-MS Tabel L1.1 Komposisi Trigliserida CPO Komponen Penyusun Komposisi Berat Mol %Mol %Mol x (%)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK BAHAN BAKU CPO HASIL ANALISIS GCMS Tabel L1.1 Komposisi Asam Lemak CPO Asam Lemak Komposisi Berat (%) Molekul Mol %Mol %Mol x BM Asam Laurat (C 12:0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat dilaporkan dalam dua analisa, yakni secara kuantitatif dan kualitatif. Data analisa kuantitatif diperoleh dari analisa kandungan gliserol total, gliserol

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES TRANSESTERIFIKASI OLEIN MENJADI BIODIESEL Pemilihan proses yang tepat dalam produksi metil ester berbahan baku olein sawit adalah proses transesterifikasi. Proses ini

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING

PENGARUH STIR WASHING PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Dyah Ayu R. (2305100023), Ali Zibbeni (2305100104) Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. JARAK PAGAR Tanaman jarak pagar mempunyai nama latin Jatropha curcas L. (Linnaeus). Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah yang kemudian menyebar ke daerah tropis. Tanaman ini

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR Galih Prasiwanto 1), Yudi Armansyah 2) 1. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS II. 1 Tinjauan Pustaka II.1.1 Biodiesel dan green diesel Biodiesel dan green diesel merupakan bahan bakar untuk mesin diesel yang diperoleh dari minyak nabati

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dihindari ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu bangsa di masa sekarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap berkesinambungan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Penelitian dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK BAHAN BAKU CPO HASIL ANALISA GCMS Tabel L1.1 Komposisi Asam Lemak CPO Asam Lemak Asam Laurat (C 12:0 ) Asam Miristat (C 14:0 ) Komposis i (%) 0,05 0,51

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED) PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED) Dwi Ardiana Setyawardhani 1), Sperisa Distantina 1), Anita Saktika Dewi 2), Hayyu Henfiana 2), Ayu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.8. Latar Belakang Indonesia mulai tahun 2007 dicatat sebagai produsen minyak nabati terbesar di dunia, mengungguli Malaysia, dengan proyeksi produksi minimal 17 juta ton/tahun di areal

Lebih terperinci

APLIKASI PENGGUNAAN BIODIESEL ( B15 ) PADA MOTOR DIESEL TIPE RD-65 MENGGUNAKAN BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0,6 %

APLIKASI PENGGUNAAN BIODIESEL ( B15 ) PADA MOTOR DIESEL TIPE RD-65 MENGGUNAKAN BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0,6 % APLIKASI PENGGUNAAN BIODIESEL ( B15 ) PADA MOTOR DIESEL TIPE RD-65 MENGGUNAKAN BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0,6 % Oleh : Eko Deviyanto Dosen Pembimbing : Dr.Rr. Sri Poernomosari Sari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK MINYAK JELANTAH Tabel L1.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Jelantah Asam Lemak Komposisi Berat Molekul % x BM (%) (gr/mol) (gr/mol) Asam Laurat (C12:0)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai solusi. Pada umumnya sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai solusi. Pada umumnya sumber energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perindustrian di Indonesia akan menyebabkan kebutuhan bahan bakar fosil yang semakin meningkat sehingga dibutuhkan bahan bakar alternatif lain yang dapat

Lebih terperinci

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No. 2, Mei 2011 79 Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Wara Dyah Pita Rengga & Wenny Istiani Program Studi Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang untuk produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data statistik menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010 PEMBUATAN BIODIESEL Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu 109096000004 Kelompok : 7 (tujuh) Anggota kelompok : Dita Apriliana Fathonah Nur Anggraini M. Rafi Hudzaifah Tita Lia Purnamasari Tanggal : 27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa cadangan sumber energi fosil dunia sudah semakin menipis. Hal ini dapat berakibat pada krisis energi yang akan menyebabkan terganggunya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Minyak nabati merupakan cairan kental yang berasal dari ekstrak tumbuhtumbuhan. Minyak nabati termasuk lipid, yaitu senyawa organik alam yang tidak

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP. Laporan Tesis PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED Oleh : Yanatra NRP. 2309201015 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. HM. Rachimoellah, Dipl. EST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II) LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II) PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI Oleh : Dr. Kusmiyati, MT Dibiayai Direktorat Penelitian Dan Pengabdian

Lebih terperinci

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR BIODIESEL B25 BERASAL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0.5% TERHADAP SOLAR PADA MESIN DIESEL TIPE RD 65 T Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN TABEL DATA HASIL PENELITIAN Tabel 1. Perbandingan Persentase Perolehan Rendemen Lipid dari Proses Ekstraksi Metode Soxhlet dan Maserasi Metode Ekstraksi Rendemen Minyak (%) Soxhletasi

Lebih terperinci

Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Semarang 2

Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Semarang 2 SINTESIS FATTY ACID METHYL ESTHER DARI MINYAK BIJI MAHONI (SWIETENIA MACROPHYLLA, KING) DAN UJI PERFORMANCE-NYA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PADA MESIN DIESEL Sri Mursiti 1, Ratna Dewi Kusumaningtyas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah) Minyak jelantah adalah minyak yang telah digunakan lebih dari dua atau tiga kali penggorengan, dan dikategorikan sebagai limbah karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permintaan energi global sedang meningkat sebagai hasil dari prtumbuhan dari populasi, industri serta peningkatan penggunaan alat transportasi [1], Bahan bakar minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat diperbarui, oleh sebab itu persediaan bahan bakar fosil di bumi semakin menipis dan apabila digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin berkurang. Keadaan ini bisa

Lebih terperinci