Terang Bagi Jawa Bali, Debu Bagi Warga Jepara dan Paiton

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Terang Bagi Jawa Bali, Debu Bagi Warga Jepara dan Paiton"

Transkripsi

1 [LEMBAR INFORMASI DAMPAK PROYEK LISTRIK BATUBARA Juli Terang Bagi Jawa Bali, Debu Bagi Warga Jepara dan Paiton (Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat PLTU Batubara di Jawa) WALHI Agustus 2015

2 Ditulis oleh PLTU Batubara Jawa Tengah, Tanjung Jati B Ning Fitri M. Arief (Zayyn) Sumedi PLTU Jawa Timur, Paiton Rere Christanto Pius Ginting Edit Bahasa Malik Diazin Kordinator Program Pius Ginting WALHI Juli

3 Pengantar Batubara hingga saat ini adalah bahan bakar utama di pembangkit listrik Indonesia. Sebanyak 54 % pembangkit listrik PLN berbahan bakar batubara. Sementara itu, batubara menimbulkan jejak kerusakan lingkungan besar di penambangan, transportasinya hingga pembangkit. Penyediaan listrik PLN hingga tahun 2014 masih akan didominasi oleh pembangkit barbahan bakar fosil. Tambahan kapasitas pembangkit selama 10 tahun mendatang (periode ) untuk seluruh Indonesia adalah 70.4 GW atau rata-rata 7 GW per tahun. Dan PLTU mendominasi jenis pembangkit, yakni 42.1GW atau 59.8%. Batubara menghasilkan emisi gas rumah tertinggi dibandingkan pembangkit lainnya, sumber utama pencemaran merkuri ke udara, menghasilkan gas SOx penyebab hujam asam yang merusak properti dan produksi tanaman, menghasilkan NOx perusak jaringan paru-paru manusia, mengurangi fungsi paru-paru, khususnya mereka yang menderita asthma; menghasilkan partikel halus (PM10, dan PM2,5, kira kira sepersepuluh ukuran diameter helai rambut) yang menyebabkan kematian lebih cepat, terutama pada mereka yang telah menderita penyakit jantung dan paru-paru dan pada usia lanjut. Pencemaran air, udara terjadi meluas di kawasan PLTU menimbulkan beban berat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Belum lagi kerusakan lingkungan yang parah terjadi di sekitar kawasan penambangan dimana batubara berasal, di daerah Kalimantan dan Sumatera bagian selatan. Persoalan PLTU belum bisa diatasi dengan teknologi seperti ultra super critical boiler untuk mengurangi emisi pencemaran, karena timbul persoalan baru dari limbah non emisi. Lembar Informasi Phasing Out Batubara, edisi Juli 2015 ini memberikan informasi awal tentang dampak tambang PLTU Batubara di Jawa, yakni Tanjung Jati B, Jawa Tengah dan Paiton, Jawa Timur, berdasarkan pengamatan awal WALHI di lapangan, berdiskusi dengan masyarakat terdampak. Abetnego Tarigan Direktur Eksekutif Nasional WALHI 3

4 Jawa Tengah Lahan Investasi Energi Batubara Provinsi Jawa Tengah sedang menjadi incaran investor energi dari berbagai latar belakang korporasi, baik investor dalam negeri maupun luar negeri. Dan saat ini Jawa Tengah sedang dalam serangan investasi energi tersebut. Rencana pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang akan dibangun di Semenanjung Muria Jepara mendapat penolakan kuat dari WALHI Jawa Tengah bersama gabungan kelompok masyarakat seperti; Masyarakat Tapak yang tergabung dalam Persatuan Masyarakat Balong (PMB) Desa Balong, Kabupaten Jepara, Masyarakat Indonesia Aktifis Lingkungan, Gerakan Mahasiswa Jawa Tengah dan Yogyakarta, Masyarakat Rekso Bumi (MAREM), komunitas akademisi, dan para profesional maupun aktifis yang sampai saat ini selalu mendukung Gerakan Tolak PLTU di Bumi Indonesia. Proyek jatropha atau jarak pagar yang dikenalkan oleh perusahaan internasional Waterland yang berpusat di Belanda melakukan kerjasama dengan Perhutani Provinsi Jawa Tengah dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten Pati. Perjanjian kerjasama yang dilakukan yaitu, perusahaan Waterland membiayai seluruh produksi dan membeli seluruh buah jatropha (jarak pagar), sedangkan Perhutani menyediakan lahan di wilayah Kabupaten Pati dan LMDH bertugas untuk menanam jatropha. Dalam prosesnya perusahaan Waterland ternyata ingkar dari kesepakatan semula, sehingga membuat petani marah dan memotong seluruh pohon jarak pagar, lalu menggantinya dengan tanaman pangan. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang telah beroprasi kini menjadi kian besar dan tak terbendung, diantaranya: PLTU Cilacap yang akan menjajaki babak baru dengan investor Tiongkok dan Pemerintah Indonesia yang sepakat menambahkan kapasitas PLTU Cilacap menjadi MW dan akan menjadi PLTU dengan kapasitas terbesar di dunia. 4

5 Batu Bara Menyerang Ke Jawa Dwipa (Tengah) PLTU Cilacap Di Pesisir selatan, tepatnya di Karangkan, Kabupaten Cilacap terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU Cilacap dibangun sejak tahun 2003 dan beroperasi secara komersial pada tahun 2006 dengan tapak tanahnya adalah tanah milik Tentara Nasional Angkatan Dara (TNI AD) dalam wilayah Desa Karangkandri, kecamatan Kasugihan, Kabupaten Cilacap. PLTU Cilacap ini diawali dengan kapasitas 2X300 MW, dibangun oleh PT. Sumber Segara Primadaya bersama Chandra Enginering dari China dengan total investasi pada tahun itu adalah USD 510 juta. PLTU Cilacap ini merupakan PLTU swasta yang dimiliki oleh PT. Sumber Segara Primadaya yang merupakan patungan dari PT. Pembangkit Jawa Bali (anak perusahaan PLN) dengan jumlah saham kepemilikan adalah 49% sedangkan PT. Sumber Energi Sakit Prima 51%. Sukses tahap pertama dengan kapasitas 600 MW, PLTU Cilacap pada tahun 2006 mulai membangun lagi PLTU dengan kapasitas 600 MW, dengan alasan kebutuhan listrik Jawa-Bali terus meningkat, kapasitas dermaga di Cilacap mumpuni, dan memiliki teknologi Pengolahan air laut menjadi air tawar. Sukses dengan PLTU berkapasitas MW, PLTU Cilacap kian berencana menambah kapasitas produksi PLTU dengan kapasitas MW dan akan menjadi proyek PLTU terbesar di dunia. Proses pembangunan PLTU Cilacap dengan kapasitas MW pemerintah menunjuk PT. Jawa Energi untuk menyelesaikan proyeknya yang akan berdiri di lahan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan lahan Polisi Republik Indonesia (POLRI) yang aset tanah nya akan dialihkan ke PLN sehingga diharapkan PT. Jawa Energi menyewa lahan milik PLN tersebut. PLTU Rembang 5

6 PLTU Rembang dibangun diatas lahan seluas 54,96 Ha di Desa Laran dan Desa Trahan, kecamatan Sluke, Kabupaten rembang, tepatnya diantara Jalan Raya Semarang Surabaya KM 130. PLTU Rembang ini mempunyai 2 unit pembangkit dengan kapasitas-masing-masing unit sebesar 315 MW dan kapasitas total tenaga listrik yang dihasilkan adalah 630 MW. Pembangunan PLTU Rembang ini dengan Kontrak EPC PLTU 1 Jawa Tengah, ditanda tangani pada tanggal 21 Maret 2007 oleh PT PLN dan Konsorsium dari Malaysia: Zelan Holding (M) Sdn Bhd, Tronoh Consolidated Malaysia Berhad dan Perusahaan Lokal PT Priamanaya Djan International. PLTU 1 Jawa Tengah beroperasi pada Agustus 2010, guna mendukung percepatan pembangunan proyek energi listrik untuk memenuhi kebutuhan nasional MW. Pembangunan fisik PLTU Rembang Unit I dan Unit II dilaksanakan oleh Konsorsium Zelan-Priamanaya-Tronoh. Dalam Pelaksanaan Pembangunan Proyek PLTU 1 Jawa Tengah, ditunjuk PT. PLN, Jasa Manajemen Konstruksi untuk melaksanakan Supervisi selama periode Konstruksi, sesuai surat penugasan Direksi PT. PLN (Persero) No /121/DIRKIT/2007. Kontrak EPC PLTU 1 Jawa Tengah, Rembang ditanda tangani pada tanggal 21 Maret 2007 oleh PT PLN (Persero) dan Konsorsium dari Malaysia; Zelan Holding (M) Sdn Bhd, Tronoh Consolidated Malaysia Berhad dan Perusahaan Lokal PT Priamanaya Djan International. Nilai Kontrak dari proyek ini sebesar IDR 2,248,800,000,000 dan USD 308,000,000. Pendanaan : Porsi USD diberikan oleh Consortium Barclays Capital, China Development Bank, Jepang, India dan investor asing lainnya yang akan dikelola secara menegerial oleh Kementrian Keuangan. Porsi Rupiah oleh Konsorsium Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BCA, penandatanganan kontrak telah dilaksanakan pada tanggal 18 April 2008 melalui Akta Notaris No. 44 Lokasi proyek : PLTU 1 Jawa Tengah, Rembang terletak di desa Trahan dan Leran, Kecamatan Sluke 22 km sebelah timur kota Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah. 6

7 PLTU Tanjung Jati B (Jepara) PLTU Tanjung Jati B ini di dirikan pada tahun 1993 melalui PT. Cepa Indonesia, mengalami masalah pembebasan tanah pada tahun 1996, lalu berganti nama menjadi PT. HI Power Tubanan 1997, dan melakukan pemindahan lokasi ke Persil Sikuping Desa Tubanan, Kecamatan Kembang yang kemudian dinamakan Proyek PLTU Tanjung Jati B. Pada tahun1997 proyek ini mengalami penundaan karena krisis ekonomi, sehingga negara menghentikan sementara proyek ini atas saran dari IMF dan proyek molor sekitar 5 tahun. Pada tahun 2002 kepemilikan ini diambil oleh Sumitomo Corp, yang kemudian bekerjasama dengan PLN dalam prosesnya PLN menyewa pembangkit listrik dengan nama PT. Central Java Power. Konstruksi dimulai lagi tahun 2003 dan selesai 2006, (Lebih lengkapnya akan menjadi bab pembahasan sendiri dari hasil penelitian) PLTU Batang 7

8 PLTU Batang ini rencana dibangun di Ujung Negoro dengan kapasitas 2X1000 MW dan selesai tahun 2018, namun terkendala masalah pembebasan tanah sehingga dipastikan akan molor sampai tahun Proyek pembangunan PLTU terbesar di Asia Pasifik ini berhadapan dengan penolakan dari masyarakat dan pegiat lingkungan, termasuk WALHI Jawa Tengah. Untuk pembangkit 600 MW, PLTU membutuhkan batubara 2,2 juta ton per tahun atau ton per hari. Bila PLTU Cilacap dengan MW, PLTU Batang 2,000 MW, PLTU Rembang 630 MW dan PLTU Jepara dengan 4 unit operasi MW dan beberapa unit tambahan lainnya, maka sekurangnya untuk pembangkit Jawa Tengah menggunakan batubara sebanyak 71 juta ton batubara, atau 16% dari produksi nasional tahun 2015 (setara dengan jumlah batubara yang digunakan untuk kebutuhan domestik saat ini). Pencemaran lingkungan Jawa Tengah akan kian tinggi, debu partikel halus, hujan asam. Dampak dari hal tersebut akan berimbas pada pertanian, kelautan, kegiatan perekonomian dan kehidupan sosial budaya masyarakat. WALHI Jawa Tengah melakukan penelitian dampak pembangunan PLTU. Fokus penelitian adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati yang terletak di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara. 8

9 PLTU Tanjung Jati B Jepara PLTU Tanjung Jati B terletak di pantai utara Pulau Jawa di ujung Semenanjung Muria. Pembangkit ini menempati area seluas 150 Ha dan untuk pengembangan pada unit V dan Unit VI akan ditambah 50 hektar sehingga menjadi 200 hektar, yang termasuk dalam Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, sekitar 83 km timur laut dari kota Semarang dan 25 km utara dari kota Jepara, Jawa Tengah, Jalan tersebut adalah jalan yang menhubungkan dermaga batubara dan pabrik pembangkit PLTU 9

10 Sejarah PLTU Tanjung Jati B Jepara Jawa Tengah ini adalah pembangkit listrik tenaga uap yang berbahan batubara dengan kapasitas 2X710 MW dan menyumbang 10 % kebutuhan listrik Jawa, Madura dan Bali (JAMALI). pembangunan PLTU Tanjung Jati B Jepara dimulai sejak tahun 1993 dengan melakukan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan oleh PT. CEPA yang rencana sebelumnnya akan didirikan di Desa Bondo Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara. Walau sudah mengantongi dokumen AMDAL, proyek pembangkit listrik ini urung dilakukan karena terdapat masalah pembebasan tanah sampai pada tahun Karena sulitnya proses pembebasan tanah di Desa Bondo, akhirnya lokasi pendirian pabrik pembangkit listrik dipindah ke sebelah Desa Bondo, yaitu ke Desa Tubanan. Di Desa Tubanan proses pembebasan tanahnya tidak mengalami hambatan yang berarti, bahkan tapak atau lokasi pendirian pabrik pembangkit persis di bibir pantai Tanjung Jati yang terletak pada kawasan terumbu karang Tanjung Jati yang bersinergi dengan kawasan terumbu karang Karimun Jawa. Informasi dari beberapa Forum Nelayan (FORNEL) Jepara Utara bahwa kawasan Tanjung Jati sebelum didirikan PLTU adalah kawasan ikan dan surganya bagi para nelayan. Pada tahun 1997 proyek ini dilanjutkan oleh PT CEPA yang berganti nama PT. HI Power Tubanan. PT. HI Power Tubanan merivisi AMDAL dari desa Bondo ke desa Tubanan, tepat nya di Dusun Sekuping, Desa Tubanan kecamatan Kembang, kabupaten Jepara. PT. HI Power Tubanan percaya bahwa proyek ini akan segera selesai dengan dukungan masyarakat, pemerintah dan PLN. Akan tetapi pada tahun 1997 Indonesia terkena badai krisis moneter, Indonesia tumbang secara finansial, rupiah menembus angka lebih dari Rp , per dolar. Krisis moneter ini diikuti oleh krisisis-krisis yang lain. Puncaknya adalah jatuhnya pemerintahan Suharto pada tahun 1998 yang sudah berkuasa lebih dari 32 tahun. Indonesia dalam transisi kepemimpinan nasional, gejolak sosial, gejolak politik dan gejolak ekonomi sulit diprekdeksi ke arah mana negara dibawa oleh tokoh-tokoh nasional. Krisis Indonesia ini beriringan dengan gejolak moneter internasional. Internasinal Monetery Fund atau (IMF) betul-betul berperan seolah dewa penyelamat krisis, tentu tidak Cuma-cuma sebagai syarat IMF meminta 27 proyek pembangkit yang tergabung dalam proyek Independent Power Producers (IPP) harus dihentikan. Indonesia tunduk dalam saran IMF dan menghentikan seluruh proyek pembangkit, termasuk proyek pembangkit listrik di Tanjung Jati desa Tubanan, kecamatan Kembang, kabupaten Jepara. Pembangun PLTU Jepara benarbenar berhenti. PT HI Power Tubanan tidak lagi punya kuasa meneruskan proyek pembangunannya. Pada tahun 2002 hak kepemilikan pembangkit listrik dari PT. HI Power Tubanan diambil alih oleh Sumitomo Corp, sebuah perusahaan dari Jepang. Sumitomo Corp menjalin kerjasama dengan PT. PLN. Disimpulkan oleh Ir. Basuki Siswanto, MM selaku Meneger PLN Tanjung Jati B, bahwa proyek PLTU Tanjung Jati B mangkrak selama kurang lebih 5 tahun, melalui investor Sumitomo Corp ini yang kemudian membuat proyek berjalan kembali. 10

11 Sumitomo Corp menawarkan kerjasama dengan PLN. Adapun bentuk kerjasama nya adalah PLN menyewa instalasi pembangkit listrik PLTU Tanjung Jati B ini dari Sumitomo Corp dengan mendirikan PT. Central Java Power sebagai pelaksana langsung dalam proyek kemitraan ini dan PLN juga mempunyai opsi mengambil alih kepemilikan setelah 23 tahun masa sewa. Naskah kesepahaman dan kesepakatan antara PT. PLN dan Sumitomo Corp ditandatangani kedua belah pihak, maka pembangunan pembangkit ini pada tahun 2003 berjalan kembali dan seluruh pembangunan bisa selesai pada tahun 2006 (unit I dan II). Pada Oktober 2006 unit I mulai beroperasi dan dilanjutkan pada pengoprasian unit II pada bulan November. Proyek Pembangkit Listrik tenaga Uap (PLTU) Jepara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono pada bulan Oktober 2006 dan dinyatakan sebagai Obyek Vital Nasional (OBVITNAS). Dengan pemberian lebel OBVITNAS tersebut, berarti keberadaan PLTU Tanjung Jati B harus dijaga keberadaanya dan dianggap vital dalam dinamika ekonomi nasional terutama di pulau Jawa dan Pulau Bali. Selanjutnya disusul dengan pembangunan PLTU Tanjung Jati B untuk unit III dan Unit IV dibangun bersamaan diatas lahan persawahan seluas 150 hektar. Proses waktu pembangunan PLTU Tanjung Jati B untuk Unit III dan Unit IV memakan waktu hampir 3 tahun dengan kontraktor pelaksana adalah Joint Operation Sumitomo Corporation Wasa Mitra Engeneering. Adapun kebutuhan biaya investasi ini adalah sebesar Rp 15 triliun dari konsursium pendanaan Bank JBIC di Jepang dan didukung dengan Bank komersial lainnya. Kapasitas kelistrikan yang dihasilkan dari Unit III dan Unit IV ini masing-masing unitnya adalah 662 MW. Jadi total yang dihasilkan dari Pembangkit PLTU Tanjung Jati B ini adalah dari empat unit mesin pembangkit mencapai MW. Akan tetapi kebutuhan listrikan Jawa-Bali yang begitu tinggi dengan perekonomian yang signifikan, PLTU Tanjung Jati B pun terus menambah daya, melalui rencana pembangunan Unit 5 dan Unit 6 hingga 10. Rencana pembangunan unit 5 dan unit 6 sudah sampai tahap perluasan lahan, dari 150 Ha kini sudah menjadi 200 Ha. 11

12 Calon Tapak unit 5 dan unit 6 PLTU Tanjung Jati B di areal sawah yang sudah dibebaskan Sejumlah nelayan dari beberapa kelompok nelayan menyampaikan penolakannya pada rencana pembangunan unit 5 dan 6 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B. Penolakan tersebut disampaikan pada Konsultasi Publik Proses Amdal rencana pembangunan PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 Desa Tubanan, kecamatan Kembang, konsultasi publik AMDAL tersebut dihadiri perwakilan dari beberapa kelompok nelayan, tokoh masyarakat, perangkat desa, Pemkab Jepara dan perusahaan konsultan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah selaku tim Komisi Amdal. 12

13 Nelayan di Jepara yang tergabung dalam Forum Nelayan Jepara menolak pembangunan PLTU Jepara unit 5 dan unit 6 pada sidang Komisi AMDAL Skema Kelistrikan PLTU Tanjung Jati B Listrik yang diproduksi dari PLTU Tanjung Jati B ini dialirkan ke sistem interkoneksi Jawa- Bali melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV, yakni dari GIS 500 KV Tanjung Jati ke Gardu Induk (GI) 500 KV Ungaran. Selain itu pengoprasian PLTU Tanjung Jati B yang kebutuhan konsumsi batubara nya mencapai 2 juta ton per tahun diperkirakan akan mampu mengurangi pemakaian BBM hingga kilo liter per tahun. PLTU Tanjung Jati B diklaim sebagai PLTU yang ramah lingkungan dengan menggunakan sistem Flue Gas Disulfurization (FGD) yang ditempatkan di sisi gas buang. Harapannya dengan teknologi ini, asap yang dihasilkan dari pembakaran batubara yang mengandung sulfur berbahaya terhadap lingkungan bisa ditangkap oleh lime stone atau batu kapur yang dicampur air laut pada Flue Gaas Disulfurization (FGD). Eri Suryana, Meneger Engeneering PT. PLN Pembangkit Tanjung Jati B menyatakan bahwa keberadaan PT. PLN Tanjung Jati B memperhatikan faktor dampak lingkungan sehingga keberadaanya dilengkapi faktor-faktor penunjang lainnya, yaitu Electro Static Precipitator untuk mengatasi pencemaran udara dengan cara menangkap abu terbang dengan kemampuan tangkap 99,3 %. Eri Suryana juga mengatakan, bahwa produksi PLTU Tanjung Jati B menghasilkan sisa limbah "fly ash" atau abu terbang sebanyak 16 ribu ton/bulan, gypsum ton/bulan, debu turun ke bawah (buttom ash) ton per bulan. Masih menurut beliau, jika dibanding dari ambang batas limbah yang ditentukan oleh pemerintah sebesar 750 mg per normal meter 13

14 kubik maka tingkat pencemaran PLTU Tanjung Jati masih relatif rendah, yaitu mg / NM3 (Citizen, 6 Jepara). Mungkin dari sinilah alasan pihak PT. PLN yang terus memberi peluang pihak swasta untuk terus mengembangkan investasinya di kawasan pembangkit PLTU Tanjung Jati B ini sampai ke unit 10 dengan sekema bagi untung antara investor dan PT. PLN dengan sekema kelola swasta. PLTU Tanjung Jati B dikelola secara swasta dengan sekema yang pertama kali diterapkan di Indonesia. PLN sebagai BUMN yang mempunyai otoritas pengelolaan kelistrikan secara nasional hanya mengenal 2 sistem pengelolaan pembangkitan, yaitu dijalankan seluruhnya sendiri atau membeli listrik dari swasta atau yang dikenal dengan istilah Independent Power Producers (IPP). Dalam hal pembangkit PLTU Tanjung Jati B ini, PLN menggandeng mitra lain untuk mengoprasikan, yaitu PT. Tanjung jati B Power Service (TJBPS) untuk mengoprasikan sekaligus memelihara intansi pembangkit. TJBPS adalah perusahaan kosursium dari berbagai perusahaan swasta baik yang berbasis dalam negeri maupun luar negeri. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah FORTUM (Finlandia), Medco Energy dan Gajendra, bahkan Arpeni Pratama Ocean Lines (APOL) juga digandeng untuk untuk mengurus dermaga dan pengangkutan batubara atas kontrak Coal Shipping Jetty Menegement Agreement (CSJMA) Problematika PLTU Tanjung Jati B yang begitu gagah, ternyata mempunyai problem yang sangat mendasar pada persoalan internalnya, yaitu bagaimana mengatasi limbah batubatara. Persoalan ini harus segera dicarikan solusi, bila tidak, PLTU Tanjung Jati B ini akan segera berhenti beroprasi setidaknya pendapat ini disampaikan oleh I Dewa Gede Ngurah Ambara, General Menager PT. PLN PLTU Tanjung Jati B (pada 17 Mei 2013). Pembuangan limbah batubara yang dihasilkan dari 4 unit pembangkit PLTU Tanjung Jati B ini tidak kurang ton per harinya. Sementara area penampungan limbah batu bara yang didalamnya mengandung fly ash, gypsum, bottom ash hanya seluas 16 Ha. Dan sudah digunakan lebih dari 7 tahun dan posisi sekarang sudah ditambah 30 Ha tetapi limbah belum ada yang bisa memanfaatkan. Semula limbah batubara ini dimanfaatkan secara gratis oleh pabrik semen PT. Holcim dan usahawan Redi Mix untuk memproduksi batu beton, akan tetapi armada pengangkutan dilarang oleh warga dengan alasan merusak jalan desa, melalui jalur laut dengan kapal tongkang juga dihadang oleh para Nelayan dengan alasan merusak terumbu karang dan dikhawatirkan menciptakan polusi sehingga sampai hari ini pengambilan limbah batu bara berhenti. Problem internal yang lain adalah uap garam yang disemburkan cerobong PLTU, Akibatnya ratusan hektar sawah, ladang dan kebun milik para Petani rusak parah, keresahan para petani sedikit mereda setelah Pemerintah kabupaten Jepara dan seluruh jajaran anggota Muspida Jepara menjadi mediator antara PLTU Tanjung Jati B dan para Petani yang sepakat bahwa seluruh kerugian para Petani diganti oleh pihak PLTU Tanjung Jati B. 14

15 Kabupaten Jepara Dalam peta Jawa Tengah tersebut Kabupaten Jepara terlihat berwarna merah muda dengan pembagian wilayah kerja sebagaimana berikut : Desa Tubanan 15

16 Gapura masuk desa Tubanan, dibangun atas dasar CSR PLTU Tanjung Jati B Secara geografis desa Tubanan yang terletak di Kecamatan Kembang sebelah utara perbatasan dengan jawa, sebelah selatan perbatasan dengan desa Kancilan, sebelah barat perbatasan dengan desa Kaliaaman dan sebelah timur perbatasan dengan desa Balong, (Desa dimana Basis massa WALHI Jawa Tengah dalam gerakan Tolak PLTN). Sampai akhir 1990 Desa Tubanan adalah desa yang sangat nyaman, sejuk, asri perpaduan antara keindahan pantai dan hutan konservasi yang luasnya Ha. Penuh dengan pepohonan jati dan sono keling. Angin laut dan angit darat meracik semilir mengalir ke desa Tubanan. Penduduk desa Tubanan, pada tahun 1990 kurang lebih orang yang terbagi dalam : 1. Laki-laki : orang 2. Perempuan : orang Berdasarkan profile desa Tubanan (tahun 2000) untuk usia sekolah 7 15 tahun 1. Pernah sekolah : 256 orang 2. Tidak pernah bersekolah : 531 orang Sebanyak 70 % nya adalah petani di dukung dengan irigasi pertanian yang cukup memadai, yaitu Ha tanah sawah irigasi dan sawah tadah hujan 30 Ha. Sementara yang mengandalkan hidupnya dari usaha nelayan 10%, perburuhan industri 10% dan usaha lainnya adalah 10%. Perubahan terjadi secara cepat, diawali dengan pembangunan infrastruktur pedesaan yang mulus, dilanjutkan dengan pembangunan proyek PLTU. Masyarakat mulai 16

17 beralih profesi, dari petani, buruh tani, buruh atau nelayan ke tenaga pembangunan yang bayarannya lebih tinggi dan dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dinamika sosial ini pun merubah perilaku warga, masih rendahnya kesadaran akan lingkungan yang memburuk. Dinamika sosial ini juga merubah pikiran, bahwa sekolah dan bekerja menjadi sama penting nya. Luas daratan desa Tubanan tidak kurang dari Ha dengan jumlah penduduk per 2014 berjumlah yang terbagi dari laki-laki dan perempuan dengan wilayah hunian sebagaimana berikut: 1. Kehutanan dan Perhutani 1,000 Ha. 2. PLTU dan wilayah lainnya 200 Ha 3. Hunian, Persawahan dan laninya 800 Ha Desa Tubanan sebagai tapak pembangunan pembangkit PLTU Tanjung Jati B adalah ring 1 bergandengan dengan desa-desa yang lain, yaitu Desa Bondo, Desa Kaliaman, Desa Balong, Desa Kancilan. Jumlah penduduk terbanyak ada di Desa Tubanan yaitu kurang lebih penduduk sementara di masing-masing desa yang lain yaitu Bondo, Kaliaman, Balong dan Kancilan Jumlah penduduknya sekitar 6000 orang. Dampak Awal dimulainya pembangunan pembangkit PLTU ini dibutuhkan tenaga kerja yang luar bisa banyak, tidak cukup dari masyarakat desa Ring 1 (satu) saja yang berjumlah 5 desa. Melalui pengerjaan pabrikan energi yang mampu menyedot tidak kurang dari tenaga kerja ini pun mampu merubah dinamika ekonomi mikro di Desa Tubanan. Pabrik pembangkit PLTU berdiri dan beroperasi, Semua tenaga kerja masih tetap ingin bekerja, tetapi apa daya lapangan pekerjaan sudah tidak ada hanya menyisakan 300 tenaga kerja yang terbatas pada keahlian tertentu. Demo warga menjadi menu harian desa. Pencurian material dari pembangkit PLTU menjadi bisik-bisik di desa. Ada warga yang tewas tertembak karena terindikasi mencuri kabel. Mari kita coba urai, ada apa saja setelah proyek PLTU Tanjung Jati B ini mulai beroprasi. Dampak Sosial Setelah berdirinya pembangkit PLTU Tanjung jati B, khususnya masyarakat desa Tubanan betul-betul dihadapkan pada perubahan prilaku sosial yang keluar dari tradisi pedesaan selama ini. Kebutuhan dasar warga masyarakat desa Tubanan tersebar secara instant. Masyarakat desa Tubanan hampir semua mempunyai alat transportasi yang namanya sepeda motor bahkan mobil tidak lagi menjadi barang mewah. Hal yang menjadi catatan tersendiri adalah 1 Desa Tubanan terdapat lebih dari 20 perusahaan yang berbadan hukum CV dan 17

18 bekerja untuk pemasok kebutuhan pembangkit PLTU Tanjung Jati B, dari katering, alat tulis kantor sampai pengadaan alat-alat produksi lainnya. Dinamika sosial ini juga merubah pikiran, bahwa sekolah dan bekerja menjadi sama-sama pentingnya, dinamika sosial ini pun merubah prilaku warga. Sinergitas warga pendatang juga mampu mempengaruhi dinamika asli masyarakat desa Tubanan yang sebelumnya tidak kenal kafe akhirnya biasa waktu nya dihabiskan di kamar kafe. Dampak Terhadap Petani Penelitian ini menemukan sodetan kali yang mengaliri kurang lebih 50 Ha sawah bersebelahan langsung kawasan pembangkit PLTU, sebelah timur tidak teraliri air secara baik (yang dibenarkan oleh para Petani pemilik sawah setempat). Dampak terhadap pertanian yang masih dirasakan secara bersama adalah kebocoran cerobong per Juni 2011, akan tetapi berkat mediasi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Jepara antara Petani dan pihak PLTU tersepakati ganti rugi dan tidak ada konflik yang ditimbulkan setelah kebocoran tersebut. Dampak Terhadap Lingkungan 1. Dari asap yang dikeluarkan dari cerobong PLTU ini, yang tidak kurang mengeluarkan karbon dari pembakaran batubara 16 ton perhari. 2. Pengerukan dasar laut sebagai kawasan terumbu karang Sebrang dan kawasan terumbu karang Pancal berimbas pada rusaknya ekosistem karang. 3. Pengambilan air laut melalui water intake raksasa, tentu menyedot apa saja yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati pesisir. Lingkungan yang kering, padahal di bibir pantai 18

19 Dampak Terhadap Pesisir Jarak rumah dengan anak ini bermain hanya 13 m dari bibir pantai PLTU Tanjung Jati B adalah kawasan terumbu karang Sabrang dan atau kawasan terumbu karang Pancal yang berhubungan langsung dengan terum bukarang Karimun Jawa. Kapalkapal tokang raksasa bermuatan batu bara, mencari lokasi sandar dengan kedalaman laut dan itu berjarak 5 6 km dengan dermaga PLTU. Sementara bongkar muat dilakukan di dermaga yang berada kurang lebih 3-4 km dari bibir pantai dan secara langsung terhubungkan dengan kawasan PLTU oleh jembatan transport. Dampak penting: 1. Hilir mudiknya kapal tongkang pengangkut batubara 2. water intake untuk pengambilan dan pembuangan air yang merusak biota laut 3. Tapak PLTU didirikan di daerah Terumbu Karang Sabrang dan Terumbu Karang Pancal 4. Mengurangi pendapatan nelayan secara signifikan Hasil wawancara langsung dengan Nelayan yang tergabung dalam kepengurusan Forum Nelayan (FORNEL) Jepara utara 1. Untuk membuat dermaga sepanjang 3-4 KM itu dulu mengeruk laut, mengeruk terumbu karang. 2. Pipa yang sangat besar melibihi drum yang dipakai untuk menyedot air (water intake) itu mengerikan, ikan-ikan besar-besar di sekitar tersedot sehingga untuk mencari ikan dengan radius 100 km2 tidak memungkinkan mendapatkan ikan 19

20 Pesisir ini harus melawan terjangan ombak, naik ombak karena faktor angin maupun ombak dari lalulintas kapal tongkang besar yang menuju dermaga Dampak terhadap Nelayan Pengerukan dasar laut, pengerukan terumbu karang sepanjang 4 km untuk jalan transportasi yang menghubungkan dermaga kapal tokang pengangkut batubara dengan industrial PLTU. Pengerukan yang berupa lumpur, pasir, batuan berpengaruh penting terhadap ekosistem pesisir. Terumbu karang, termasuk salah satu bagian elementer terpenting dalam ekosistem pesisir, sebagai tempat hidup ikan, juga berperan sebagai pemecah gelombang. Untuk mengetahui kondisi terumbu karang masyarakat setempat menyebutnya kawasan terumbu karang Sebrang dan kawasan terumbu karang Pancal perlu dan harus dilakukan penelitian dan monitoring khusus tentang terumbu karang ini. Tetapi dilihat dari hasil tangkapan ikan para nelayan di sekitar PLTU terus menerus menurun, bukan tanpa sebab dan kemungkinan penyebabnya adalah rusaknya terumbu karang. 1. Bagaimana ikan-ikan bisa hidup kalau rumahnya sudah dihancurkan. 2. Banyaknya sisa-sisa cangkang hewan laut yang bertumpuk di sepanjang pantai karena tekanan abrasi akibat hilangnya batuan karang sebagai penghalang/barier pesisir dari terjangan ombak. 3. Water Intake raksasa yang mampu menyedot apa saja, termasuk ikan-ikan besar. 4. Dan limbah cair dari pembangkitan PLTU yang langsung dibuang ke pantai (pitutur dari para Nelayan) Para nelayan yang tergabung dalam Forum Nelayan (FORNEL) Jepara utara sudah melakukan protes, akan tetapi belum ada tanggapan secara pasti oleh pihak yang berwenang. 20

21 Lalu lintas kapal tongkang besar hilir mudik antara tempa lego jangkar dengan dermaga PLTU Tetap setia terhadap profesi, sekalipun harus biaya tinggi 21

22 JAWA TIMUR- PAITON Pembangkit listrik tenaga uap batubara di Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur terdiri dari 9 unit dengan kepemilikan yang beragam. Saat ini kompleks PLTU Paiton adalah penghasil listrik terbesar di Indonesia yang memasok listrik Jawa Bali. Ke sembilan unit pembangkit listrik Paiton menghasilkan 14% dari MW kapasitas terpasang sistem kelistrikan Jawa Bali. Uni Pemilik Kapasitas (MW) t 1 PT. Pembangkitan Jawa Bali (anak 400 perusahaan PLN) 2 PT. Pembangkitan Jawa Bali (anak 400 perusahaan PLN) 3 PT Paiton Energy (teknologi super critical boiler) 4 PT Paiton Energy 5 PT. Jawa Power ( Siemens of Germany (50 %), YTL Power International, Marubeni Corporation (35%), PT. Bumipertiwi Tatapradipta Indonesia (15%) PT Jawa Power PT Paiton Energy PT Paiton Energy PT. Pembangkitan Jawa Bali. Dibangun oleh Harbin, Truba, Central Southern China Electric Power Design Inst, PT Mitra Selaras Hutama Energi 660 (teknologi subcritial) 1 IPM Eagle LLP (International Power Plc, Mitsui), Mitsui & Co., Ltd, Tokyo Power Electric Company, PT. Batu Hitam Perkasa 22

23 Masyarakat petani di sekitar PLTU Paiton mengeluhkan produktifitas pertanian yang turun. Desa desa yang terdapat di sekitar PLTU Paiton, berada di dua kecamatan. Yakni Kecamatan yang terdiri dari desa: Curah Temoh Triwungan Talkandang. Sementara desa lainnya yang terdapat di Kecamatan Paiton yakni Binor Sumber Anyar Penurunan produktivitas pertanian Masyarakat di sekitar PLTU Paiton banyak hidup sebagai petani. Jenis tanaman mereka adalah padi, tembakau, dan jagung. Pada musim kering, yakni Maret hingga Juli, tanaman favorit warga adalah tembakau. Namun sejak PLTU berdiri, petani tembakau melaporkan kualitas daun tembakau mengalami penurunan. Daun tembakau yang rusak warga sebut dengan kerosok. Harga daun tembakau kerker adalah Rp per kg. Sementara itu, daun tembakau kualitas baik adalah Rp Rp Untuk daun bagian paling atas adalah seharga Rp Petani tembakau mengeluhkan turunnya pendapatan akibat penurunan kualitas tembakau. Daun tembakau berwarna hitam pada saat musim kemarau akibat debu batubara yang berasal dari PLTU. Akibat penurunan kualitas tembakau ini, perusahaan rokok Gudang Garam menghentikan pembelian rokok dari kawasan Paiton sejak tahun Padahal sebelum PLTU berdiri, petani melaporkan bahwa tembakau Paiton adalah favorit. Akhirnya, pembeli tembakau kawasan Paiton adalah produsen lokal dengan harga yang lebih rendah. Saat kualitas tambakau masih bagus, petani dapat membeli sepeda motor. Namun kini mereka tidak dapat menjangkaunya. Disamping itu, petani juga mengeluhkan kerusakan yang terjadi pada pohon kelapa. Pohon kelapa di sekitar PLTU Batubara tampak mengalami kerusakan pada bagian daun dan kemudian mati. Pada musim hujan, tanaman yang menjadi favorit adalah padi sawah. 23

24 Pohon kelapa warga banyak mati 24

25 Kerusakan terumbu karang dan penuruan tangkapan ikan Tidak hanya produktivitas lahan pertanian yang terganggu. Produktivitas laut dan pantai di sekitar kompleks PLTU Paiton juga terganggu. Terumbu karang di sekitar pantai Desa Binor tampak mati.karena memiliki akses terhadap laut, penduduk Desa Binor banyak yang memiliki pekerjaan menangkap ikan. Namun jumlah tangkapan ikan menurun. Khususnya penangkap ikan di dekat pantai dimana terumbu karang mengalami kematian dan kerusakan, yakni di pantai Desa Binor. Pencemaran debu batubara ke pemukiman Desa Binor merupakan yang terdekat ke kompleks PLTU Paiton. Yakni Unit 9. Warga mengeluhkan debu dari cerobong PLTU, khususnya unit 9. Terutama pada saat PLTU tersebut berhenti dan memulai kembali operasinya. Selain itu, warga juga mengeluhkan debu batubara yang berasal dari penyimpanan batubara yang begitu dekat ke pemukiman. Sehingga saat angin kencang, debu batubara menimpa pemukiman warga. 25

26 WALHI telah meminta AMDAL PLTU Paiton, khususnya Unit 9, kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 27 Januari Namun hingga saat ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak memberikan AMDAL tersebut. 26

27 27

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian suatu wilayah atau negara. Ketidakcukupan pasokan

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian suatu wilayah atau negara. Ketidakcukupan pasokan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketergantungan masyarakat pada ketersediaan energi khususnya listrik semakin tinggi. Ketersediaan listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan manusia yang harus dipenuhi secara global juga meningkat termasuk kebutuhan akan energi. Kemajuan dibidang

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 27 IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 4.1. Proses Produksi Listrik PLTU Suralaya PLTU Suralaya merupakan PLTU pertama yang dibangun di Indonesia, berbahan bakar utama batubara dan merupakan PLTU terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi PLTU Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi PLTU Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PLTU Cilacap yang merupakan objek dari proyek akhir ini adalah merupakan satu satunya pembangkit yang beroperasi di Pulau Jawa bagian Selatan dan terinterkoneksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

NEWS RELEASE DARI ADARO ENERGY

NEWS RELEASE DARI ADARO ENERGY NEWS RELEASE DARI ADARO ENERGY Media Umum: Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Devindra Ratzarwin Corporate Secretary Tel: (6221) 521 1265 Fax: (6221) 5794 4689 Email: corsec@ptadaro.com Media Keuangan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa energi listrik memiliki peran yang strategis dalam mendukung kehidupan

Lebih terperinci

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA LAPORAN PRAKTIKUM REKLAMASI PANTAI (LAPANG) REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) mata kuliah Reklamasi Pantai Disusun Oleh :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring kemajuan teknologi, kebutuhan akan listrik menjadi kebutuhan utama bagi keberlangsungan hidup manusia, tidak hanya untuk skala rumah tangga terlebih untuk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar fosil memiliki dampak yang dihasilkan yaitu pemanasan global akibat gas rumah kaca, penipisan lapisan ozon untuk CFC

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan potensi sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan potensi sumber daya alam termasuk di dalamnya terdapat sumber energi yang dapat dimanfaatkan sebagai modal dasar

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri.

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri. BAB.I 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri. Bentuk limbah pada dasarnya cair atau padat yang jumlahnya cukup besar tergantung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN PENGAMBILAN KARANG LAUT DI WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE)

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) JW MARRIOTT HOTEL - 02 JUNI 2016 DAFTAR ISI 1 2 3 4 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN TINJAUAN INDUSTRI TINJAUAN KINERJA PERSEROAN STRATEGI PERSEROAN

Lebih terperinci

Adaro Energy Laporan Operasional Kuartalan Kuartal Kedua 2016 Untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016

Adaro Energy Laporan Operasional Kuartalan Kuartal Kedua 2016 Untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 Wajah tambang PT Semesta Centramas dari udara, berlokasi di Balangan, Kalimantan Selatan. Produk campuran Wara Balangan mendapat sambutan baik dari pelanggan di Cina maupun India. Adaro Energy Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dari rencana kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sebuah negara besar yang sedang berkembang, konsumsi energi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk konsumsi energi listrik. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN PENGAMBILAN KARANG LAUT DI WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2016 SUMBER DAYA ENERGI. Percepatan Pembangunan. Infrastruktur Ketenagalistrikan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT PEMBANGKITAN

Lebih terperinci

Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu :

Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu : Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu : Pertama, mengatasi masalah listrik dengan menggunakan bahan bakar minyak. Minyak bumi merupakan bahan bakar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat bermacam ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selatan pulau Jawa, Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro, sekitar 30 km arah

BAB 1 PENDAHULUAN. selatan pulau Jawa, Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro, sekitar 30 km arah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLTU Sudimoro Pacitan dibangun diatas lahan seluas 65 ha, terletak di laut selatan pulau Jawa, Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro, sekitar 30 km arah timur Kota

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baru dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. yang baru dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Energi listrik merupakan salah satu sumber daya energi yang dibutuhkan manusia untuk menompang kinerja dari seluruh aktivitas yang dilakukan. Keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan utama

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan utama BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Telkom merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 DIREKTORAT STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DESEMBER 2011 00 Pendahuluan Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) JW MARRIOTT HOTEL - 10 JUNI 2015 DAFTAR ISI 1 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN 2 TINJAUAN INDUSTRI 3 KINERJA PERSEROAN 4 PENGEMBANGAN USAHA SEKILAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa merupakan tanaman yang cukup populer di Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur di dataran rendah di sepanjang nusantara. Mulai dari ujung barat kepulauan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang. ELABORASI Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 T E N T A N G KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I B A N G K A, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik nasional memerlukan energi baru untuk lebih memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Nomor 5 tahun

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015 PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015 PENJUALAN TAHUN 2014 Pada tahun 2014 Perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp. 2.384 milyar, turun sebesar 7% dari penjualan

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

EVALUASI STRATEGI THORBURN UNTUK MEMASUKI PASAR EXPANSION JOINT DI INDONESIA

EVALUASI STRATEGI THORBURN UNTUK MEMASUKI PASAR EXPANSION JOINT DI INDONESIA EVALUASI STRATEGI THORBURN UNTUK MEMASUKI PASAR EXPANSION JOINT DI INDONESIA BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Perkembangan Sektor Energi Di Indonesia Energi listrik merupakan suatu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius, ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar. Persoalannya bukan hanya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perusahaan-perusahaan yang ada sekarang ini telah bersiap menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Ini berarti persaingan tidak hanya terjadi

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN

MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN Kata Pengantar Dunia saat ini sedang mengalami transisi dalam penggunaan energi, dari energi fosil ke

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa Minyak

Lebih terperinci

PT Holcim Indonesia Tbk

PT Holcim Indonesia Tbk PT Holcim Indonesia Tbk RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM Presentasi Paparan Publik Hotel Crowne Plaza, Jakarta 18 April 2011 1 Visi kami untuk menyediakan kondisi berkehidupan yang sehat bagi masa depan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis 4.1.1 Gambaran Umum Kota Bogor Kota Bogor terletak di antara 106 43 30 BT - 106 51 00 BT dan 30 30 LS 6 41 00 LS dengan jarak dari ibu kota 54 km. Dengan ketinggian

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat PT. X Berdasarkan data yang diperoleh melalui Laporan Tahunan 2009, PT. X didirikan pada 9 Juni 1980 di bawah hukum Republik Indonesia dan memulai usahanya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015 BAB III 33 TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 34 0,96 7,52 8,62 7,90 29,62 25,76 22,78 22,96 36,25 32,35 34,06 31,10 29,86 30,82 42,95 44,89 44,84 41,18 39,94 39,52 41,37 48,12 49,07 BAB III BAB III TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Rembang. geografis Kabupaten Rembang terletak pada garis koordinat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Rembang. geografis Kabupaten Rembang terletak pada garis koordinat 45 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Kabupaten Rembang 2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Rembang Kabupaten Rembang terletak di pesisir pantai utara Provinsi Jawa Tengah dan berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya dengan potensi sumber daya alamnya terutama energi, baik yang berasal dari hasil tambang, air dan udara. Berdasarkan jenisnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci