BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar BelakangK-3 Proyek Penerapan K-3 pada proyek bangunan gedung akan lebih kompleks dibandingkan dengan proyek non gedung. Inilah salah satu alasan kami untuk memilih penerapan K-3 di proyek gedung. Studi kasus pada ProyekPLAZA OLEOS TOWER 1 di Jakarta akan kita kupas sejak dari dokumen kontrak, standard proyek, manual K-3 yang berlaku, standarisasi sistim kesalamatan dan kesehatan kerja (K-3) yang ditentukan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan DepartemenTenaga Kerja dan Transmigrasi, Standarisasi sistim Keselamatan dan Kesehatan kerja yang diterapkan oleh kontaktor, dan prosentase kesesuaian pelaksanaan sistim Keselamatan dan Kesehatan kerja (K-3) yang di gunakan di Proyek PLAZA OLEOS TOWER 1 di Jakarta dengan standarisasi sistim kesalamatan dan kesehatan kerja (K-3) yang ditentukan oleh DepartemenPekerjaan Umum dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 4.2 Maksud dan Tujuan K-3 Proyek Adapun maksud dan tujuan studi kasus proyek ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan sistim K-3 di proyek terutama pada pembangunan gedung, sehingga dapat efektif dan efisien dalam upaya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan di lapangan yang disebabkan karena kesalahan pekerja atau kurang tersedianya suatu sistim keselamatan dan kesehatan kerja yang memadai bahkan peralatan yang memadai. 4.3 Penerapan K-3 Proyek Pembentukan Panitia Pembina K-3 (P2K-3) Proyek 1. Struktur Organisasi K-3 Penerapan K-3 proyek dan pembentukan Panitia Pembina K-3 (P2K3) proyek maka diperlukan struktur organisasi dan tugas dan tanggung jawab yaitu(donny Cahyo, 2012): Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 1

2 KEPALA PROYEK PENGENDALI SISTEM K-3 PETUGAS K-3 PUSAT PENGENDALI DOKUMEN K-3 TIM TANGGAP DARURAT Gambar 4.1 Struktur Organisasi K-3 2. Tugas dan Tanggung jawab Personil yang bertanggung jawab atas terwujudnya pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut (Donny Cahyo, 2012) : a. Kepala Proyek adalah Orang yang bertugas memimpin jalannya pekerjaan di proyek. Tugas dan tanggung jawab Kepala Proyek adalah : 1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) di proyeknya. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 2

3 2) Menunjuk atau memerintahkan satuan kerjanya di proyek untuk mendukung pelaksanaan K-3 di proyeknya. 3) Memantau pemenuhan terhadap Undang undang dan peraturan yang berlaku. 4) Membantu dan mendukung penuh petugas K-3 dan kegiatan K-3. b. Pengendali sistim K-3 adalah orang yang bertugas mengatur semua yang berhubungan tentang K-3 di proyek. Tugas dan tanggung jawab Petugas pengendali K-3 adalah : 1) Membuat revisi dari rencana K-3 apabila ada identifikasi bahaya yang belum masuk dalam rencana K-3 proyek. 2) Mengendalikan kegiatan K-3 di proyek sesuai dengan rencana K-3 proyek. 3) Menganalisa dan melaporkan semua permasalahan yang menyangkut pelaksanaan sistim K-3 di proyek. 4) Membuat instruksi instruksi kerja untuk pekerjaan pekerjaan beresiko tinggi apabila dipandang perlu di tingkat proyek. 5) Memantau pelaksanaan K-3 proyek. 6) Memelihara bukti kerjanya. c. Petugas K-3 adalah orang yang bertugas mengawasi dan menerapkan penerapan K-3 di proyek. Tugas dan tanggung jawab Petugas K-3 adalah : 7) Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada semua karyawan dan pekerja mengenai masalah K-3. 8) Membuat laporan berupa data statistik yang merekam kejadian kejadian K-3dan kecelakaan kerja. 9) Membuat dan mengadakan rambu rambu dan fasilitas K-3. 10) Mengadakan koordinasi dengan instansi terkaitfasilitas K-3 misalnya : ke Rumah Sakit atau Klinik Pengobatan terdekat, Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 3

4 Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pemadam Kebakaran, Jamsostek, dll. 11) Melaksanakan Pemeriksaan (check list) dan pengetesan (fisik, kimia, biologi). 12) Menjamin bahwa pelaksanaan K-3 di proyek sesuai dengan rencana K-3 di proyek. 13) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan di proyek apabila dianggap dapat membahayakan keselamatan pekerja dengan persetujuan Manager Operasi / Site Manager. 14) Mengkoordinir Petugas Safety patrol. 15) Melaksanakan tugas tugas K-3 lainya. 16) Memalihara bukti kerjanya. d. Pusat Pengendali K-3 adalah orang yang bertanggung jawab penuh tentang jalannya K-3 di proyektugas dan Tanggung Jawab Pusat Pengendali K-3 adalah : 1) Memelihara dan mendistribusikan dokumen K-3 berdasarkan persetujuan K-3 berdasarkan persetujuan petugas sasaran K- 3 Membuat daftar induk dokumen K-3 yang berlaku termasuk nomor revisinya untuk menghindari kesalahan penggunaan dan memastikan dokumen mutu yang didistribusikan telah sampai kepada yang berkepentingan. 2) Membuang / menghancurkan dokumen yang sudah tidak berlaku atau menyimpan terpisah untuk referensi. 3) Memelihara bukti kerjanya. e. Tim Tanggap Darurat adalah orang yang diberi tugas untuk mengatur dan bertanggung jawab apabila ada kejadian kecelakaan di proyek. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Tanggap Darurat adalah : 1) Siaga yang tanggap atas kondisi yang ada. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 4

5 2) Memantau Pelaksanaan K-3, misalnya : Pengecekan terhadap penandaan di proyek dan pembangunan APD yang sesuai. 3) Melakukan koordinasi untuk mengatasi situasi dan kondisi darurat. 4) Menghubungi instansi terkait apabila diperlukan. 5) Membuat laporan laporan terjadinya situasi / kondisi darurat ke atasan apabila diperlukan. 6) Membuat evaluasi penyebab terjadinya situasi dan kondisi darurat. 7) Mengadakan simulasi dan skenario keadaan darurat di proyek. 8) Memelihara bukti bukti kerjanya. 3. Struktur Organisasi Tim Tanggap Darurat Di dalam penerapan K-3 proyek dan pembentukan Tim Tanggap Darurat di proyek maka diperlukan struktur organisasi dan tugas dan tanggung jawab yaitu (Donny Cahyo, 2012): Ketua Safety Officer Koordinator P3K Koordinator Evakuasi Koordinator Anti huru - hara Koordinator Pemadam Kebakaran Gambar 4.2 Struktur Organisasi Tim Tanggap Darurat Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 5

6 4. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Tanggap Darurat Personil yang bertanggung jawab atas terwujudnya pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut : a. Safety Officer Tugas dan tanggung jawab Safety Officeradalah : 1) Memberikan pengarahan kepada seluruh pekerja ( setiap pagi jam ) yang berada di lokasi / area proyek, tentang pentingnya : a) Mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) selama di dalam area dan disesuaikan dengan kebutuhan kerjanya. b) Mematuhi rambu rambu yang dipasang di area sebagai pedoman c) Mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja. 2) Mengamati, memeriksa dan melakukan tindakan di setiap area kerja terhadap : a) Personil yang berada di area proyek, apakah mereka sudah memakai APD? b) Personil yang berada di area proyek, apakah sudah memenuhi aturan K-3? c) Alat / peralatan yang digunakan pekerja, apakah sudah memenuhi persyaratan keselamatan? d) Area / lokasi yang digunakan untuk bekerja ataupun dilalui personil, apakah sudah aman, tidak ada lubang lubang yang membahayakan? e) Alat / peralatan seperti P3K dan rambu rambu K-3, apakah sudah sesuai dengan ketentuan? f) Memastikan bahwa jalur evakuasi tidak terhambat oleh sesuatu apapun. g) Aktifitas pekerja tidak membahayakan dirinya maupun lingkungan. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 6

7 h) Seluruh aktifitas Safety Officerdituangkan dalam buku laporan harian yang setiap saat dapat diperiksa oleh petugas K-3. 3) Petugas Safety Officer berhak menindak para pelaku yang melanggar ketentuan tersebut sebagai berikut : a) Memberi peringatan. b) Memberlakukan sanksi denda. c) Mengeluarkan pelaku dari area proyek. 4) Petugas Safety Officeradalah merupakan bagian dari security system, sehingga harus berkoordinasi dengan anggota dan koordinator security. 5) Beberapa alat bantu K-3 yang harus diperiksa setiap saat : a) Alat pemadam api ringan (APAR) harus : 1. Ada di tempat sesuai layout. 2. Terlihat dan mudah dijangkau 3. Petunjuk penggunaan mudah di baja. 4. Segel dalam kondisi lengkap. 5. Jarum penunjuk dalam posisi hijau. 6. Tidak ada kerusakan / karat. 7. Tinggi 120 cm dari lantai. b) Kotak P3K harus : 1. Ada di tempat sesuai layout. 2. Terlihat dan mudah dijangkau. 3. Isi lengkap sesuai ketentuan. c) Rambu rambu harus : 1. Ada di tempat sesuai layout. 2. Tidak rusak, terlihat dan mudah di baca. 3. Jenis jenis rambu : a. Rambu rambu ketentuan / keharusan : indikasi warna biru berarti harus wajib menggunakan helm, sepatu, safety belt, dll. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 7

8 b. Rambu larangan : indikasi warna merah berarti dilarang merokok, menyalakan api, dll. c. Rambu Peringatan : indikasi warna kuning berarti ada peringatan misalnya awas lubang d. Rambu anjuran : warna hijau misalnya Jalur Evakuasi 6) Menghubungi Koordinator terkait bilamana terjadi sesuatu: a) Koordinator kebakaran. b) Koordinator Evakuasi. c) Koordinator P3K. d) Koordinator Anti huru hara. 7) Mengetahui prosedur penanganan keadaan darurat. b. Koordinator dan petugas P3K Tugas dan tanggung jawab petugas P3K adalah : 1) Membantu koordinator team tanggap darurat dalam menjalankan manajemen K-3. 2) Mempelajari situasi dan kondisi bila setiap saat diperlukan untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. 3) Membuat hubungan yang baik dengan pihak terkait seperti Rumah Sakit, Dokter, dan Tim Medis. 4) Memberikan pertolongan pertama pada korban sesuai kondisi korban. 5) Menggunakan peralatan yang ada saat memberikan pertolongan. 6) Membawa korban ke Rumah Sakit yang dirujuk. 7) Melaporkan kepada atasan kejadian kecelakaan tersebut, baik kronologis terjadinya kecelakaanmaupun kondisi akhir korban. 8) Siaga dan tanggap atas kondisi yang ada. c. Koordinator dan Petugas Evakuasi. Tugas dan tanggung jawab petugas evakuasi adalah : Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 8

9 1) Membantu koordinator tim tanggap darurat dalam menjalankan manajemen K-3. 2) Mempelajari situasi dan kondisi bila saat diperlukan untuk melakukan evakuasi. 3) Melaksanakan evakuasi bila terjadi keadaan darurat kecelakaan kerja, kebakaran, ancaman bom dan huru hara. 4) Selalu mendahulukan keselamatan jiwa dari pada keselamatan barang / material. 5) Siaga yang tanggap atas kondisi yang ada. d. Koordinator dan Petugas Anti Huru Hara. Tugas dan tanggung jawab petugas huru - hara adalah : 1) Membantu koordinator team tanggap darurat dalam menjalankan manajemen K-3. 2) Mempelajari situasi dan kondisi bila setiap saat diperlukan untuk melakukan pengamanan atas terjadinya huru hara. 3) Melokalisir tindakan huru hara agar tidak meluas. 4) Menyidik timbulnya huru hara. 5) Melakukan tindakan persuasif untuk meredakan huru hara. Tersebut. 6) Menghubungi atau meminta bantuan pihak berwajibuntuk mengatasi kondisi bila tidak dapat diatasi sendiri. 7) Melaporkan kepada atasan kejadian huru hara tersebut, baik kronologis terjadinya huru hara tersebut maupun kondisi akhir. 8) Siaga yang tanggap atas kondisi yang ada. e. Koordinator dan Petugas Pemadam Kebakaran. Tugas dan tanggung jawab petugas pemadam kebakaran adalah : 1) Membantu Koordinator team tanggap darurat dalam menjalankan manajemen K-3. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 9

10 2) Mempelajari situasi dan kondisi bila setiap saat diperlukan pada waktu ada bahaya kebakaran untuk melakuakan pemadaman api. 3) Melakuakan pemeriksaan atas alat pemadam api yang tersedia : a) Selalu ada di tempat sesuai layout. b) Terlihat dan mudah dijangkau. c) Petunjuk penggunaan mudah dibaca. d) Segel dalam kondisi lengkap. e) Jarum penunjuk dam posisi hijau. f) Tidak ada kerusakan / karat. g) Penempatan sesuai peraturan ( 120 cm dari lantai ). 4) Melaksanakan tindakan pemadaman apabila terjadi indikasi kebakaran. 5) Memberikan tanda / sinyal bahaya kepada seluruh personil yang ada disekitar lokasi kebakaran. 6) Selalu mendahulukan keselamatan jiwa dari pada keselamatan barang atau material. 7) Menghubungi aparat terkait bila setelah 3 menit api belum juga dapat dipadamkan. 8) Melaporkan kepada atasan kejadian kebakaran tersebut, baik kronologis terjadinya kebakaran maupun akibat yang dei timbulkan. 9) Siaga dan tanggap atas kondisi yang ada Sasaran K-3 Proyek. 1. Petugas Sasaran K-3 (PSK3) / KAPRO DAN TEKNIK Untuk mengetahui sasaran K-3 dan tugas tugaspsk3 / KAPRO dan Teknik maka dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 10

11 Tabel 4.1Sasaran K-3 proyek yang dilakukan oleh PSK3 / KAPRO DAN TEKNIK : No SASARAN PSK3 / KAPRO TEKNIK 1. Tidak ada kecelakaan di tempat kerja. 2. Menjaga Kesehatan karyawan dan pekerja di lingkungan proyek. 3. Peningkatan kepedulian karyawan dan pekerja di lingkungan proyek. 4. Kesesuaian dengan peraturan undang undang. a. Bersama bagian operasi proyek membuat Rencana K- 3 Proyek / K-3 Plan. b. Perbaikan site managemen, metode kerja sehingga memenuhi standar K-3. c. Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Rencana K-3 Proyek. d. Membentuk Struktur Organisasi K-3 sebagai pelaksanaan kebijakan K-3. a. Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan dan pengecekan kesehatan bagi karyawan. a. Membuat program pelatihan dengan peningkatan pemahaman karyawan terhadap K-3. b. Memantau pelaksanaan sosialisasi K-3 untuk sub kontraktor / supplier yang dilakukan PSK3 dan pendukung. c. Memastikan bahwa Suplier / sub kontraktor mendukung pelaksanaan K-3. a. Mengidentifikasi / memahami peraturan dan undang undang yang digunakan. b. Memantau pemenuhan peraturan undang undang yang berlaku serta terkait dengan K-3. a. Membantu PSK3 menyiapkan data data teknis untuk K3 Plan. b. Review terhadap seluruh Metode Kerja dan Site Managemen sehingga memenuhi standar K-3. a. Mengikutsertakan karyawan logistic pada kegiatan kesehatan secara rutin. a. Karyawan mendapatkan sosialisasi secara rutin dan program pelatihan. b. Bersama PSK3 melaksanakan K-3 untuk sub kontraktor. c. Memastikan bahwa sub kontraktor mendukung pelaksanaan K-3. a. Memahami dan memenuhi peraturan dan undang undang yang berlaku serta terkait dengan K-3. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 11

12 2. OPERASIONAL DAN LOGISTIK Untuk mengetahui sasaran K-3 dan tugas tugas Operasional dan Logistikmaka dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.2 Sasaran K-3 proyek yang dilakukan oleh Operasinal dan Logistik : No. SASARAN OPERASIONAL LOGISTIK 1. Tidak ada kecelakaan di tempat kerja. 2. Menjaga kesehatan karyawan dan pekerja di lingkungan proyek. 3. Peningkatan kepedulian karyawan dan pekerja di lingkungan proyek. a. Memastikan implementasi site managemen dan metode kerja sesuai dengan setandar K-3. a. Mengikutsertakan karyawan bagian logistik pada kegiatan kesehatan secara rutin. a. Karyawan mendapatkan sosialisasi secara rutin dan program pelatihan. a. Penanganan material dan bahan bahan berbahaya sesuai standar K-3. a. Mengikutsertakan karyawan bagian logistik pada kegiatan kesehatan secara rutin. a. Karyawan mendapatkan sosialisasi secara rutin dan program latihan. b. Bersama PSK3 melaksanakan sosialisasi K-3 untuk suplier. c. Memastikan bahwa suplier mendukung pelaksanaan K Kesesuaian dengan peraturan undang undang. a. Memahami dan memenuhi peraturan undang undang yang berlaku serta terkait dengan K-3. a. Memahami dan memenuhi peraturan undang undang yang berlaku serat terkait dengan K ADMINISTRASI / KEUANGAN DAN PERALATAN Untuk mengetahui sasaran K-3 dan tugas tugas Administrasi / Keuangan dan Peralatan maka dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.3 Sasaran K-3 proyek yang dilakukan oleh Administrasi dan Peralatan: No. SASARAN ADMIMISTRASI / KEUANGAN 1. Tidak ada kecelakaan a. Meningkatkan kepedulian di tempat kerja. seluruh karyawan terhadap K- 3. b. Melakukan koordinasi PERALATAN a. Penanganan peralatan dan pelaksanaan peralatan operator sesuai dengan standar Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 12

13 2. Menjaga kesehatan karyawan dan pekerja di lingkungan proyek. 3. Peningkatan kepedulian karyawan dan pekerja di lingkungan proyek. 4. Kesesuaian dengan peraturan undang undang. dengan PSK3 terkait dengan pengamanan proyek. a. Melaksanakan kegiatan dan pengecekan kesehatan secara rutin. a. Karyawan mendapatkan sosialisasi secara rutin dan program pelatihan. a. Memahami dan memenuhi peraturan undang undang yang berlaku serta terkait dengan K-3. K-3. b. Memastikan penggunaan peralatan sesuai dengan jadwal. a. Mengikutsertakan karyawan bagian peralatan pada kegiatan kesehatan secara rutin. a. Karyawan mendapatkan sosialisasi secara rutin dan program pelatihan. a. Memahami dan memenuhi peraturan undang undang yang berlaku serta terkait dengan K Persyaratan K-3 Sesuai Manual K-3 Pada persyaratan K-3 terdapat pedoman teknis pengoperasian dan sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) bagi kontraktor (Donny Cahyo, 2012) : 1. Penerapan Menerapkan kebijakan K-3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diberlakukan untuk mencapai kebijakan K-3 harus dapat mengintegrasikan sistim managemen proyek yang sudah ada. Yang perlu diperhatikan oleh perusahaan pada tahap ini adalah (Donny Cahyo, 2012) : a. Jaminan Kemampuan Sumber daya manusia, Sumber daya fisik misalnya sarana dan peralatan, dan finansial penting bagi penerapan kebijakan K-3 dari suatu organisasi. Pencapaian dari sasaran kebijakan ini harus terdefinisi dan tersedia. Dalam mengalokasikan sumber daya, organisasi juga dapat mengembangkan suatu prosedur untuk menempatkan manfaat manfaat, sama halnya dengan biaya, kedalam setiap kegiatan produk atau jasa, insiden rehabilitasi dan sejenisnya. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 13

14 Dalam mengorganisir penerapan dan manajemen yang efektif dari kebijakan K-3, organisasi perlu mengetahui hal hal sebagai berikut : 1) Mengalokasikan sumber daya sesuai dengan ukuran dan jenisnya. 2) Mengidentifikasi keahlian yang diperlikan pada segala tingkatan didalam organisasi serta mengkoordinasi pelatihan pelatihan yang diperlukan. 3) Membuat penyebaran informasi K-3 yang efektif. 4) Mengatur penyediaan informasi berupa nasehat dari para ahli serta jasa lain secara efektif. 5) Mengatur suatu kegiatan bimbingan serta keterlibatan secara aktif dan tenaga kerja di bidang K-3. Untuk penerapan jaminan kemampuan maka dibutuhkan : a) Integrasi Dalam suatu organisasi yang mempunyai sistim manajemen yang terdokumentasi dan dilaksanakan akan merasa mudah mengembangkan serta mengintegrasikan sistimya kedalam SMK3, organisasi lain mungkin lebih memilih memperkenalkan sistim yang terdokumentasikan secara terpisah b) Tanggung jawab Agar dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja maka seluruh orang dari seluruh lapisan organisasi harus didorong untuk ikut serta dalam pengembangan dan pelaksanaan Program K- 3.Dengan melibatkan tenaga kerja dalam keputusan mengenai perubahan dan memberikan respon terhadap kepentingan orang. Maka hal tersebut akan sangat membantu dalam menetapkan tujuan bersama antara manajemen dan para tenaga kerja. Untuk menjamin efektifnya pengembangan dan penerapan SMK3 maka perlu ada suatu rencana yang mendukung terhadap SMK3 tersebut. Organisasi perlu : 1) Mendefinisikan, menetapkan, mendokumentasikan dan menyebarluaskan tanggung jawab K-3, wewenang untuk Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 14

15 bertindak dan pelaporan terhadap semua manajer, tenaga kerja, kontraktor, sub kontraktor dan pengunjung. 2) Mempunyai proses yang memantau dan memberitahukan perubahan tanggung jawab dan pertanggungjawaban apabila ditimbulkan oleh perubahan sistim atau proses K-3. 3) Dapat memberikan respon dengan tepat waktu dan efektif terhadap perubahan keadaan atau situasi. c) Konsultasi, motivasi dan kesadaran Seorang pimpinan perlu menunjuk komitmennya terhadap K-3 dengan berkonsultasi dan apabila diperlukan mengikut sertakan tenaga kerja baik perorangan atau kelompok dalam pengembangan, pelaksanaan SMK3. d) Pelatihan dan ketrampilan Efektifnya pelaksanaan SMK3 tertanggung pada kecakapan dan cara untuk menjamin bahwa kecakapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan K-3 terpenuhi. Prosedur perlu dimiliki untuk mengenal standar kecakapan dan memenuhinya melalui program pelatihan. Standar kecakapn K-3 dapat dikembangkan dengan cara : 1) Menggunakan standar kecakapan proyek. 2) Memeriksa uraian pekerjaan atau jabatan. 3) Menganalisa hasil pemeriksaan dan audit. 4) Menganalisa tugas kerja. 5) Meninjau ulang laporan kecelakaan. b. Dukungan Tindakan Untuk dukungan suatu proyek maka dibutuhkan : 1. Komunikasi Komunikasi dua arah yang efektif beserta pelaporan dalam waktu dini adalh unsur penting dari sisi manajemen K-3. Pemberian informasi yang diperlukan kepada tenaga kerja, badan Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 15

16 perwakilannya dan pihak lain yang terkait akan dapat memotivasi tenaga kerja dan mendorong pemahaman masyarakat serta penerimaan tenaga kerja. Upaya - upaya untuk meningkatkan kinerja K-3 dalam suatu proyek adalah : a. Memberitahukan hasil- hasil dari peninjauan ulang sistim manajemen, pemantauan dan audit kepada orang orang didalam organisasi yang bertanggung jawab dan mempunyai andil dalam kinerja proyek. b. Mengidentifikasi dan menerima informasi K-3 yang diperlukan. c. Menjamin bahwa informasi yang berkaitan disebarluaskan kepada para tenaga kerja. 2. Pelaporan Prosedur untuk pelaporan informasi disebarluaskan kepada para tenaga kerja di waktu dini perlu disusun untuk menjamin bahwa SMK3 dipantau keselamatan dan kesehatan kerjanya. Prosedur pelaporan internal yang perlu disusun mencakup : a) Pelaporan kejadian kecelakaan. b) Pelaporan ketidaksesuaian prosedur atau penerapan. c) Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. d) Pelaporan identifikasi. c. Pengendalian dokumen Dokumen K-3 menjelaskan tentang standard dan mengatur tindakan, maka harus didefinisasikan, oleh karena itu proyek perlu menjamin bahwa dokumen dapat diidentifikasikan, dapat ditinjau ulang secara periodic, dokumen versi terbaru tersedia di semua tempat untuk memfungsikan sistim yang efektif dan dokumen yang dahulu perlu diambil. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 16

17 d. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko Semua bahaya yang teridentifikasi dinai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan pengukuran kemungkinan dan konsekuensi, cidera, dan sakit yang timbul karena lingkungan yang mengandung bahaya.dalam langkah akhir dilakukan pengendalian resiko. Untuk mengurangi tingkat resiko diperlukan : 1) Identifikasi bahaya Identifikasi bahaya adalah proses pencarian semua kegiatan dan situasi, produksi dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera. 2) Penilaian resiko Penilaian resiko adalah resiko yang dipakai untuk menentukan prioritas tingkat resiko atau sakit yang ditimbulkan oleh setiap bahaya yang teridentifikasi untuk maksud pengendalian. 3) Tindakan pengendalian Suatu proyek perlu merencanakan pengendalian kegiatan produk atau jasa yang dapat menimbulkan resiko pada keselamatan kerja dan tenaga kerja dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan, standar untuk tempat kerja untuk mengelola dan mengendalikan suatu kegiatan proyek. 4) Perancangan dan teknik keselamatan dan kesehatan kerja Perlu dipertimbangkan pada perancangan awal dan pada tahap perancangan untuk membina pengendalian resiko. Pemakaian serta pemeliharaan fasilitas, alat dan sistim sistim dipertimbangkan apabila suatu proses, produk,jasa atau tempat kerja disusun dan dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan kerja, maka jumlah prosedur yang akan ditambahkan untuk mengelola bahaya akan berkurang. 5) Pengendalian Administratif Apabila proses identifikasi bahaya telah terjadi dan sarana pengendalian lainya telah disususn maka pengendalian administrative perlu dipakai dan keemudian didokumentasiakan Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 17

18 dan diintegrasiakan dengan sistim manajemen yang ada. Prosedur dan instruksi kerja tertulis harus dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan serta keamanan dimasukan untuk setiap tahap.prosedur perlu ditinjau ulang secara rutin.serta pada saat terjadi perubahan terhadap alat, proses dan bahan ini ditanda tangani dan diberi tanggal. 6) Peninjauan ulang kontrak Apabila ulang kontrak maka suatu proyek harus memasok suatu barang termasuk prosedur yang mencakup identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian bahwa proyek mampu memenuhi persyaratan K-3 yang teridentifikasi.suatu proyek perlu menjamin bahwa orang yang berkewajiban untuk meninjau ulang K-3 yang terdapat dalam kontrak mempunyai ketrampilan dan pengalaman yang sesuai dengan bidangnya. 7) Pembelian Sistim untuk pembelian jasa atau kontrak termasuk prosedur dalam proyek. Dan merupakan bagian yang tek terpisahkan dari strategi manajemen proyek. Sistim ini menjamin bahwa kontraktor dan su kontraktor mentaati persyaratan K-3. 8) Kesiapan dan respon terhadap hal hal yang tak terduga Keadaan darurat atau bencana walaupun sistim manajemen K-3 menitik beratkan pada pencegahan penyakit dan cidera karena kecelakaan pada waktu kerja di proyek tetapi perlu diketahui kejadian tak terduga dapat terjadi, karena itu maka suatu proyek perlu merencanakan untuk menghadapi hal hal yang tak terduga sebelumnya dan secara sukarela bekala menguji rencana untuk mengusahakan agar respon yang terjadi di minimalisasikan. Rencana keadaan darurat diantaranya : a) Pemasangan atau penyediaan sistim pemberian tanda atau alarm. b) Organisasi dan tanggung jawab keadaan darurat. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 18

19 c) Daftar personalia inti. d) Keterangan tentang jasa keadaan darurat. e) Rencana komunikasi internal dan eksternal. f) Rencana pelatihan dan pengujian efektifitas. g) Alat pengaman keadaan darurat yang tersedia dan terpelihara dengan baik. 9) Kesiapan dan respon terhadap kejadian yang menyangkut tenaga kerja. Insiden ini dapat berupa cedera ringan sampai fatal.yang dialami satu karyawan bahkan lebih.maka suatu proyek harus mempunyai prosedur yang sesuai untuk meringankan akibat dari kejadian tersebut terhadap mereka yang langsung mengalami cedera. 10) Rencana pemulihan keadaan darurat, Suatu proyek perlu membuat prosedur rancana keadaan darurat sebagai bagian dari rencana keadaan darurat / bencana untuk membantu penyembuhan tenaga kerja di lokasi secepat mungkin setelah kejadian berakhir. Dengan prosedur tersebut maka proyek tersebut dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk mengembalikan ke keadaan normal dan membantu tenaga kerja yang cedera. 4.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Pedoman Sistem ManajemenKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) Konstruksi Bidang PekerjaanUmum Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, dalam penerapannya di lapangan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi dapat dilaksanakan pada berbagai pekerjaan meliputi: 1. Pekerjaan Perancah. 2. Pekerjaan Tanah. 3. Pekerjaan Beton. 4. Pekerjaan Finishing dan pembongkaran. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 19

20 4.5.1 Pekerjaan Perancah Perancah adalah alat bantu berupa sebuah bangunan sementara yang digunakan pada pekerjaan konstruksi yang sedang dilaksanakan, bertujuan untuk menunjang beban, dan atau jalan kerja/tempat kerja yang aman sebelum bangunan permanen selesai atau konstruksi mempunyai kekuatan. Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, persyaratan perancah adalah: 1. Ketentuan Umum Perancah : a. Perancah harus dihitung dengan faktor pengaman sebesar 4 kali beban maksimal. b. Dalam pemasangannya harus dilakukan oleh ahlinya. c. Harus ada tangga pengaman untuk tempat berjalan. d. Penguat (Bracked) harus cukup kuat. e. Perancah harus dikaitkan pada bangunan dengan sistim japit dan diperhatikan kestabilannya. f. Peralatan pelengkap seperti tali baja, papan, dan klem harus dalam kondisi baik dan secara periodik harus diinspeksi. 2. Pemeriksaan a. Dalam pembuatannya dan setelah digunakan perancah harus selalu dikontrol oleh ahlinya. b. Pemeriksaan tersebut bertujuan agar perancah : 1) Dalam kondisi stabil 2) Bahan yang dipakai tidak rusak dan cukup baik untuk dipakai 3) Sudah diberi pegangan c. Waktu pemeriksaan dianjurkan 1) Satu minggu sekali 2) Sesudah hujan 3) Setelah hari libur Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 20

21 3. Tidak boleh dibuka sebagian. Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,jenis perancah berdasarkan bahan yang umum digunakan antara lain: 1. Perancah bambu atau kayu a. Persyaratan bahan 1) Kayu atau bambu yang digunakan harus lurus. 2) Mempuyai urat yang lurus, tidak ada mata kayu, tidak ada lubang ulat. 3) Bambu tidak mempunyai sayatan-sayatan dipermukaan sehingga kulit bambu harus masih utuh. 4) Usia bambu sudah cukup tua dan ukiran bambu paling sedikit 75 mm. b. Persyaratan teknis 1) Perancah-perancah tersebut tidak boleh melebihi 4,5 m dan jarak antar tiang 1,5 m faktor pengaman adalah 4 kali. 2) Sambungan dari dua kayu / bambu harus saling melengkapi sekurang-kurangnya 600 mm 1000 mm. 3) Pengikat rotan adalah yang paling cocok. 4) Harus diberi penguat diagonal. 5) Pemeriksaan dilakukan sebelum dipakai dan setiap minggu. 6) Pembongkaran perancah harus dilakukan tahap demi tahap dimulai dari atas turun ke bawah. c. Perancah baja / besi a) Persyaratan bahan 1) Pipa-pipa baja harus berdiameter luar kira-kira 48,5 mm dan 8 SWG atau 4 mm tebal dindingnya. 2) Sambungan antara perancah-perancah besi (Fitting) harus punya kapasitas menahan beban sebesar 650 kg. 3) Alas dasar sebagai tumpuan ke tanah harus mempunyai ukuran 15 mm 2. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 21

22 b) Persyaratan teknis Jarak antara tiang tidak boleh melebihi 2,4 m. d. Perancah Modul Adalah perancah yang semua bagiannya direncanakan dalam satuan modul, sebagian dari perancah yang biasa ialah frem H type pesambung baja dan type cup look. Syarat penguat dan tie back adalah sama dengan perancah lainnya. Keuntungan dari sistim ini adalah mudah konstruksinya membutuhkan sedikit keahlian dan biasanya sangat cepat membangunnya, hanya biaya bahannya mahal. e. Perancah untuk beton / bekisting Perancah untuk konstruksi beton terdiri dari papan acuan dan penumpu (supports). Penempatan papan acuan : 1) Papan acuan dipasang dan dibongkar dibawah pengawasan orang yang berpengalaman dan dikerjakan oleh pekerja yang terampil. 2) Pemasangan papan acuan berdasarkan gambar rencana yang jelas mengenai jarak balok melintang, balok penumpu dan penyambungnya. 3) Balok kayu dan penumpu harus cukup kuat menahan beban dengan memperhitungkan pengaruh cuaca hujan. 4) Bahan-bahan untuk acuan harus diperiksa dengan teliti sebelum digunakan. 5) Bahan-bahan bangunan tidak boleh diletakkan atau ditumpu pada papan acuan. 6) Papan acuan diberi penguat horizontal dan vertikal yang cukup. f. Penumpu (Supports) 1) Harus kuat menahan gaya horizontal. 2) Diberi penguat pada arah horizontal dan menyilang. 3) Bahan untuk penumpu dari kayu atau besi. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 22

23 4) Harus kuat menahan gaya muatan tegak lurus yang diakibatkan oleh papan acuan, beton, alat pemadat, pekerja, dan lainnya. 5) Setiap penumpu tidak boleh mempunyai sambungan lebih dari satu. 6) Pada setiap tingkat yang mempunyai sambungan harus ada penguat silang. 7) Sambungan diberi perkuatan dengan pelat besi untuk mencegah pembengkokan. 8) Paku-paku yang menjorok keluar harus diamankan. 9) Penumpu dan papan penompang harus mempunyai alat yang kuat untuk menahan gaya terpusat yang diterima. 10) Pondasi penumpu ditempatkan pada arah tanah yang keras Pekerjaan Tanah Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,tanah atau lahan merupakan pondasi alami yang diperlukan dalam membangun prasarana dan sarana fisik pekerjaan struktur. Kebutuhan sarana dan prasarana pengaman keselamatan dan kesehatan kerja ada 9 kiat antara lain : 1. Perancah dan tenaga kerja untuk pekerjaan pada ketinggian atau sarana transportasi pada tempat kerja. 2. Konstruksi penyangga untuk melindungi pekerja yang ada dibawah. 3. Dinding penahan tanah untuk menjaga agar tanah tidak longsor. 4. Pagar pengaman untuk menjaga agar pekerja tidak jatuh dari suatu ketinggian atau terperosok ke dalam lubang galian. 5. Sirkulasi udara untuk menjaga kebersihan udara di tempat kerja. 6. Penerangan untuk meghindari kecelakaan pada tempat gelap. 7. Prasarana tanda peringatan, petunjuk untuk menghindari pekerja memasuki daerah yang berbahaya. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 23

24 Contohnya : Hati- hati Licin!!! Awas benda jatuh dari atas!!!!!!!!! 8. Prasarana perlindungan untuk pekerjaan pergerakan yang digunakan sebagai alat transportasi vertical. Contoh alat : kran angkat (jib crane). 9. Sarana komunikasi untuk memberikan instruksi ke pusat kegiatan. a) Pekerjaan Galian Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, dalam melaksanakan pekerjaan galian perlu diperhatikan berbagai hal khususnya cara melaksanakan pekerjaan diantaranya adalah : 1. Stabilitas tanah, akan melemah pada saat kondisi tanah : kering, retakretak, dan tanah berpasir. 2. Air tanah yang dapat merembes (infiltrasi) melalui lapisan tanah dan tanah yang mengandung air terlalu banyak. 3. Galian yang dalam. 4. Adanya aktivitas atau beban pada sekitar galian. 5. Sebelum pekerjaan galian dilakukan perlu diteliti dan diuji stabilitas tanah atau bangunan diatasnya. Pemeriksaan ini dilakukan setelah : a. Pekerjaan berhenti satu hari b. Setelah peledakan c. Setelah terjadi longsor dan keruntuhan konstruksi d. Setelah hujan lebat atau gempa bumi 6. Jika terdapat batu lepas, tonggak, pohon atau bangunan yang menggantung atau besar diatas tempat kerja harus disingkirkan. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 24

25 7. Pemeriksaan terhadap instalasi yaitu saluran pembuangan, air, listrik diharuskan sebelum pekerjaan dimulai. 8. Gambar layout instalasi disekitar lokasi dan persiapan untuk menanggulangi masalah instalasi yang timbul. 9. Menghubungi instansi yang bersangkutan dan mempunyai kontak langsung terhadap petugas yang bertanggung jawab. 10. Galian diusahakan bebas dari air, pembuatan saluran agar air genangan dapat dialirkan. 11. Dilarang menempatkan atau menumpuk barang-barang atau benda berat dan menggerakkan peralatan di dekat sisi galian yang akan membahayakan pekerja. 12. Bagi pekerja yang bekerja ditempat ketinggian perlu tempat berpijak yang aman dan melindungi tenaga kerja dibawahnya. 13. Penopang kayu untuk alas alat berat, pinggir galian perlu dibuat. 14. Dinding galian harus dibuat talud pengaman atau konstruksi pengaman lengkap dengan balok untuk penahan mencegah longsor serta balok koppel tidak boleh dibebani benda berat, dipasang dan dibongkar dibawah pengawasan seorang ahli. 15. Pekerjaan yang menggunakan peralatan skop atau cangkul harus memperhatikan jarak yang cukup antara yang satu dengan yang lain. 16. Pengawasan terus-menerus harus dilakukan pada pekerjaan ini. b) Pekerjaan Timbunan Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, dalam melaksanakan pekerjaan timbunan perlu diperhatikan berbagai hal khususnya cara melaksanakan pekerjaan diantaranya adalah: 1. Penggunaan peralatan angkut harus direncanakan secara baik sehingga tidak menimbulkan kecelakaan bagi pekerja. 2. Peralatan pemindahan tanah dijalankan bila lapangan telah aman. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 25

26 3. Peralatan harus dihindarkan bersentuhan langsung dengan konduktor listrik. 4. Jalan dan jalur pengangkut yang berdebu harus disiram air. 5. Tanda-tanda yang diperlukan untuk pelaksanaan timbunan adalah rambu-rambu diantaranya : lentera, bendera merah, dan tanda alat pengaman lainnya 6. Penimbunan pada lubang dengan konstruksi penyangga harus pada tempatnya selama diperlukan untuk mencegah longsor. 7. Pengatur lalu lintas dan pemandu operasional harus ada 3 peralatan c) Pekerjaan Bawah Tanah Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, dalam melaksanakan pekerjaan bawah tanah perlu diperhatikan berbagai hal khususnya cara melaksanakan pekerjaan diantaranya adalah: 1. Konstruksi penyangga harus kuat. 2. Harus tersedia jalan masuk yang aman ke lokasi proyek dan rencana transportasi serta tangga naik turun untuk pekerja dan barang harus terpisah. 3. Batuan yang lepas pada pekerjaan pengeburan disingkirkan. 4. Pengurangan debu pada tempat kerja dapat dilakukan dengan sarana ventilasi yang cukup juga dengan penyiraman air. 5. Pemeriksaan yang teliti pada pekerjaan sumur dilakukan sebelum pekerjaan diturunkan atau setelah peledakan. 6. Semua tempat kerja dibawah tanah harus diperiksa paling sedikit satu kali untuk setiap penggantian shift pekerja. 7. Pemeriksaan terhadap peralatan, mesin-mesin bangunan, penyangga, jalan, gedung dilakukan minimal satu kali seminggu. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 26

27 4.5.3 Pekerjaan Beton Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,pekerjaan beton, beton adalah campuran air, semen, pasir, dan kerikil dengan perbandingan tertentu, untuk mendapatkan sifat tertentu campuran dapat ditambah zat-zat lain (additive). Didalam konstruksi struktur biasanya beton diberi besi bertulang yang berfungsi sebagai penerima gaya tarik. Sebelum pelaksanaan beton pada pekerjaan struktur dilaksanakan, diharuskan mengetahui metode penyimpanan bahan-bahannya antara lain : 1. Bahan cair (cat, tinner, minyak gas, bensin) : a. Disimpan pada tempat yang tertutup rapat sehingga tidak mudah tumpah atau tercampur bahan lain. Dalam hal bahan mudah terbakar harus dipisahkan dari bahan lain. b. Botol, kaleng, jerigen untuk menyimpan bahan cair harus diberi label yang mudah terbaca menyatakan bahan apa yang ada didalamnya. c. Botol yang terbuat dari kaca diletakkan di rak yang terendah. d. Rak tertinggi harus masih dalam jangkauan orang, jika melebihi harus disediakan tangga khusus. 2. Bahan serbuk (semen, kapur, tras) : a. Bahan serbuk yang dikemas dalam karung atau kantong maksimum hanya boleh ditumpuk setinggi 10 kantong. b. Dibagian bawah harus diberi landasan sehingga tidak kena genangan air. c. Dalam pengambilan dijaga permukaan tumpukan selalu rata. 3. Bahan lembaran (seng gelombang, multiplek) : a. Diletakkan dengan cara mendatar. b. Tinggi tumpukan maksimum setinggi orang. 4. Bahan curah (pasir, koral) : a. Timbunan bahan agar dibuat maksimum setinggi orang rata-rata untuk menghindari kelongsoran bahan. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 27

28 b. Pekerja yang menangani pengambilan bahan ini harus bersepatu untuk menghindari butir-butir tajam. 5. Bahan lempengan (genteng, tegel abu-abu, tegel keramik) : a. Diletakkan dengan cara tegak lurus. b. Tinggi maksimum tumpukan setinggi orang. 6. Bahan bentuk bata (bata merah, batako, bata beton) : a. Diletakkan tegak lurus menurut sisi yang terpendek. b. Peletakan diselang-seling arahnya untuk memudahkan penghitungan. c. Tinggi tumpukan maksimum setinggi orang. 7. Bahan betuk balok (kayu, profil besi) : a. Ditumpuk dengan diberi alas berupa balok kayu atau kaso melintang arah memanjang balok untuk memudahkan pengangkutan pengambilan. b. Pada setiap tinggi ± 50 cm diberi balok pengunci melintang. c. Tinggi tumpukan maksimum setinggi orang rata-rata. d. Dalam halnya tentang penyimpanan kayu-kayu bekas maka sebelumnya paku yang masih menancap dicabut dahulu. e. Pengambilan selalu dilakukan dari lapisan atas tumpukan dan harus dijaga agar permukaan sedapat mungkin rata. f. Setiap kali pengangkatan balok, minimum harus dilakukan oleh 2 orang untuk menjaga keseimbangan dan kemudahan bergerak. 8. Bahan berbentuk balok bulat (pipa besi besar, tiang pancang bulat) : a. Ditumpuk semakin keatas jumlah batang perlapis semakin sedikit dan ditepi lapisan bawah diberi patok penahan. b. Pengambilan harus dari bagian atas. 9. Batu : a. Tumpukan batu sebaiknya tidak melebihi tinggi orang, untuk menjaga keruntuhan. b. Tepi tumpukan dibuat miring dan pengambilan dari atas. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 28

29 10. Besi beton : a. Dipisah-pisah berdasarkan ukuran diameternya. b. Ditempatkan pada tempat yang tidak berlumpur. c. Bebas dari lalu lintas orang, sehingga tidak terinjak-injak dan tetap bersih dan tidak berkarat. d. Diletakkan sedekat mungkin dengan tempat pemotongan dan pembengkokan. Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,pelaksanaan pembuatan beton dalam keselamatan dan kesehatan kerja adalah: 1) Cetakan harus diperiksa dalam pemasangan dan pembongkaran dibawah pengawasan orang yang berpengalaman dan cakap, serta sedapat mungkin dikerjakan oleh pekerja yang terampil. 2) Gambar dan sketsa harus diberikan kepada pekerja untuk mempermudah pelaksanaan dan keamanannya. 3) Dalam merencanakan, kayu yang dipakai dan sebagai penumpu harus diperhitungkan antara lain beban gerak, pengaruh sudut dan pengaruh hujan. 4) Papan dan kerangka harus diperiksa sebelum digunakan. 5) Kerangka dan papan harus diberi kaitan untuk mengangkat. 6) Bahan bangunan yang lain yaitu yang agak berat tidak boleh ditimbun atau diletakan pada papan form. 7) Untuk mencegah bahaya roboh perlu digunakan perancah agar dapat memberi dukungan atau mengikat papan form untuk lantai, untuk pengecoran atap. Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,syarat-syarat penumpu dan penopang adalah : Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 29

30 1. Dalam pekerjaan struktur, cetakan beton biasanya harus ditopang oleh penumpu dan penopang yang dapat menahan beban-beban, dan penyangga tersebut tidak boleh berubah posisinya yaitu turun, miring, melengkung sewaktu pengecoran dilaksanakan. 2. Penumpu harus terbuat dari besi atau kayu yang berserat lurus. 3. Penumpu dan penopang harus mempunyai alas yang kuat dan ukuran yang sesuai untuk menahan gaya terpusat yang diterima. 4. Penumpu harus kuat serta aman yaitu : a. Gaya muatan tegak lurus yang disebabkan oleh papan cetakan, beton, alat penggetar, dan sebagainya. b. Gaya horizontal dari penumpu ataupun akibat dari kegiatan lain yang berdekatan. 5. Penopang dan penumpu harus : a. Mempunyai jarak yang sesuai dan pondasi yang cukup. b. Posisi harus kuat serta diberi pengikat pada arah horizontal dan menyilang pada kedua arah. 6. Bila penumpu dengan sambungan disambung harus sesuai : a. Penumpu dan sambungan harus dibagi rata pada papan form. b. Setiap penumpu tidak diperkenankan untuk mempunyai sambungan lebih dari satu. c. Sambungan harus diperkuat dengan pelat besi penguat untuk menjaga pembongkaran atau pelenturan. d. Pada setiap tingkat yang mempunyai sambungan harus ada penguat silang. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 30

31 7. Sloof untuk menumpu ini harus ditempatkan pada pondasi yang kuat tidak pada tanah yang lunak. 8. Penumpu yang didapat memanjang harus diberi alas pembatas mencegah yang melampaui batas. Bila perlu panjang maksimal yang diizinkan harus tertulis jelas pada penumpu. 9. Penopang harus direncanakan terkunci kuat pada posisinya pada waktu terpancang. 10. Penopang harus tetap pada tempatnya sampai beton cukup kuat untuk menahan muatan yang ada dan beban sendiri beton. 11. Penopang harus terikat kuat atau diberi penguat untuk mencegah pergeseran atau perubahan bentuk. 12. Penopang harus terlindungi dari kerusakan yang dapat ditimbulkan dari kendaraan, muatan yang terayun, dan lainnya 13. Penopang harus sedemikian rupa, sehingga pada waktu disingkirkan masih ada penumpu yang cukup kuat untuk menahan, serta tidak menimbulkan biaya. 14. Paku, kawat serta bagian lainnya yang menjorok keluar harus disingkirkan atau diamankan dari papan penopang. Pelaksanaan pembetonan dilakukan dengan cara : a. Penyambungan pengecoran dilakukan bersamaan atau terus menerus sehingga daya ikat beton dapat terjamin dan kuat. Dan penyambungannya pada struktur yang tidak menahan beban momen atau momennya = 0, maka pelaksanaan penghentian pengecoran harus mendapat persetujuan dari perencana. b. Pengawasan pembesian pada umumnya beton menahan gaya tekan dan besi dapat menerima gaya tarik, oleh sebab itu letak pembesian tidak boleh Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 31

32 berbeda dengan gambar rencana. Dengan demikian perlu diadakan pemeriksaan pembesian sebelum diadakan pengecoran. c. Persiapan pengecoran pekerja harus memenuhi : 1) Menghindari singgungan langsung dengan semen dan yang diangkut dengan concrete bucket. 2) Menghindari terhadap melecutnya ujung besi beton yang mencuat sewaktu ditekan atau direnggangkan dan sewaktu diangkat atau diangkut. 3) Menghindari terhadap getaran sewaktu menjalankan vibrator Pekerjaan Finishing dan Pembongkaran Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,Pekerjaan finishing adalah kegiatan akhir dari suatu proses konstruksi, umumnya pada tahap ini berbagai jenis kegiatan banyak dilakukan secara bersamaan sehingga fungsi koordinator pelaksanaan menjadi sangat penting. Kegiatan tesebut sering dapat menimbulkan keadaan karena bahan-bahan atau alat bantu diletakkan dengan sembarang dan menganggu pekerja yang masih mengerjakan bagian bangunan lainnya, bahkan dapat mencelakakannya. Dimana pekerjaan finishing antara lain : pekerjaan plesteran, pasangan bata, pengecatan, pemasangan kusen, dinding, lantai, sanitair, tangga, plafon, interior, atau dekorasi.persyaratan teknis suatu pekerjaan finishing dan pembongkaran adalah : 1. Pelaksanaan pekerjaan setiap harinya harus mendapat persetujuan dari Project Manager atau Site Manager (Kepala Pelaksana). Hal ini menyangkut semua pekerjaan baik yang dilaksanakan sendiri maupun yang dikerjakan para sub kontraktor. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 32

33 2. Penggunaan bangunan bantu perlu selalu diawasi secara periodik, hal ini dikarenakan dari pengalaman pekerja selalu menggunakan rambu-rambu atau sejenisnya sebagai bangunan bantu atau steiger untuk bekerja. 3. Pembentukan suatu kelompok-kelompok pekerja yang bertanggung jawab penuh, harus ditetapkan tiap pekerjaan per pelaksana untuk bertanggung jawab, terutama pada pembangunan gedung bertingkat banyak sekali kegiatan pekerja yang bersamaan. 4. Rambu-rambu peringatan selalu dicek setiap saat agar tidak berpindah dari tempatnya, demikian pula net atau jaring-jaring harus dipasang pada daerahdaerah yang berbahaya yang menyebabkan bagian lain tertimpa dari atas. 5. Pada pekerjaan pembongkaran harus diyakini bahwa untuk bagian konstruksi tertentu telah aman sesuai teknis demikian pula aliran listrik serta kabelkabelnya. 6. Pada pembongkaran suatu bangunan harus dipastikan bahwa semua aliran listrik, gas, air benar-benar telah aman. 7. Pada pembongkaran perlu diperhitungkan gangguan yang timbul seperti debu, bising, dan juga hal-hal yang mungkin terjadi pada bangunan di sebelahnya. 8. Sirkulasi jalan keluar dan pembuangan bongkaran sudah diperhitungkan. 4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tentang Keselamatan dankesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan Dalam menimbang kondisi di lapangan bahwa kenyataan menunjukkan banyak terjadi kecelakaan, akibat belum ditanganinya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja secara mantap dan menyeluruh pada pekerjaan konstruksi bangunan, sehingga karenanya perlu diadakan upaya untuk membina norma perlindungan kerjanya. Menurut Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No.01 tahun 1980 dalam penerapannya di lapangan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi dapat dilaksanakan pada berbagai pekerjaan meliputi: 1. Pekerjaan Perancah. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 33

34 2. Pekerjaan Tanah. 3. Pekerjaan Beton. 4. Pekerjaan Pembongkaran. 5. Pekerjaan Tentang Mesin Mesin Pekerjaan Perancah Perancah (Scaffolding) adalah bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga sebuah bangunan konstruksi, bahan bahan serta alat alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran. Menurut Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No.01 tahun 1980 tentang ketentuan umum perancah adalah sebagai berikut : a. Perancah yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan aman oleh seorang yang berdiri di atas konstruksi yang kuat dan permanen, kecuali apabila pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan aman dengan mempergunakan tangga. b. Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dan menahan dengan aman tenaga kerja, perlatan dan bahan yang dipergunakan. c. Lantai perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter. d. Jalan - jalan sempit, jalan jalan dan landasan (runway) harus dari bahan dan konstruksi yang kuat, tidak rusak dan aman untuk tujuan pemakaiannya. e. Perancah tiang kayu yang terdiri dari sejumlah tiang kayu dan bagian atasnya dipasang gelagar sebagai tempat untuk meletakkan papan-papan perancah harus diberi palang pada semua sisinya. f. Untuk perancah tiang kayu harus digunakan kayu lurus yang baik. g. Perancah gantung harus terdiri dari angker pengaman, kabel-kabel baja penggantung yang kuat dan sangakar gantung dengan lantai papan yang dilengkapi pagar pengaman. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 34

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Untuk mendapat data di dalam penelitian ini digunakan teknik pengamatan langsung, wawancara dan meminta data data dari proyek. Tolok ukur dalam penelitian

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Soft cor ini dipasang sepanjang keliling area yang akan dicor, dengan kata lain pembatas area yang sudah siap di cor dengan area yang belum siap. 46 Pekerjaan

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 07 Judul Modul TEKNIK PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material. Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi, dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK BAB IV: PENGAMATAN PROYEK 4.1. Proses Pelaksanaan Teknis 4.1.1 Pelaksanaan Teknis Proyek Tampak Utara Tampak Timur Gambar 4.1 : Zona Pengamatan Teknis. Ketika memulai praktik profesi, proses pengamatan

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA-RK3K)

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA-RK3K) 1. PENDAHULUAN Perusahaan Jasa Konstruksi memiliki potensi bahaya tinggi, seperti penggunaan alat berat, mesin gerinda, las, bekerja diketinggian, suhu yang ekstrim, melakukan penggalian dan lain-lain.

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran BAB IV Tinjauan Bahan Bangunan Dan Alat - Alat BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK) NOMOR : TANGGAL : NOMOR URAIAN KEGIATAN Koef. A BANGUNAN GEDUNG 24.01 Pekerjaan Persiapan & Tanah 24.01.01.01 Pembuatan Bouwplank /Titik Titik 23.02.04.01.01.F Mandor 0.0045 Orang Hari 158,000.00 711.00

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA Margeritha Agustina Morib 1) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail : margerithaagustina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN Apartemen Casa de Parco BSD BabV Pelaksanaan Pekerjaan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG. Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG. Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut: A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Pendahuluan Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat signifikan dalam menentukan proses pelaksanaan pekerjaan tersebut dengan baik, benar, dan

Lebih terperinci

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant)

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) Contract Title : Belstar Hotel Contract No. : Contractor : PT. Mutiara EPC Management Consultant : PT Cremona Para Mitra Owner : PT Trihasa METHOD STATEMENT Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) BELSTAR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian A. Pendahuluan Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP PENILAIAN

BAB I KONSEP PENILAIAN BAB I KONSEP PENILAIAN 1.1. Bagaimana Instruktur akan Menilai Dalam sistem berdasarkan Kompetensi, penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran VI. KEGIATAN K3 LISTRIK DALAM PENERAPAN SMK3 Penetapan Kebijakan K3: - Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik - Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya

Lebih terperinci

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Daftar Isi Ⅰ Manajemen Umum 1 Ⅰ-1.Pakaian Kerja 1 Ⅰ-2.Rapih dan Teratur 2 Ⅰ-3.Jalur Aman 3 Ⅰ-4.Kantor dan Tempat Istirahat 4 Ⅰ-5.Tempat Tinggal 5 Ⅰ-6.Peralatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Uraian Umum Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek yang akan berlangsung. Manajemen pelaksanaan bukan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut. BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam melaksanakan proyek pembangunan maka pastilah digunakan alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut. Alat

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari struktur suatu bangunan. Fungsi kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Peralatan Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dibutuhkannya peralatan-peralatan yang dapat memudahkan para pekerja dalam melaksanakan tanggung jawabnya, peralatan-peralatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG METODE PELAKSANAAN REHABILITASI PRASARANA PENGENDALI BANJIR SUNGAI CITARUM HILIR WALAHAR MUARA GEMBONG PAKET III DI KAB. KARAWANG DAN BEKASI (BENDUNG WALAHAR W718) "SICKLE" LIFTING JACK TIANG PANCANG LIFTING

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Tinjauan Umum Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN BAB VI BAHAN DAN PERALATAN 6.1 Jenis-jenis dan Mutu Bahan Yang Digunakan Mutu dari setiap bahan yang akan digunakan tidak boleh berkurang dan diharapkan dapat memenuhi target yang telah direncanakan. Adapun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Lunch Atop a Skyscraper (New York Construction Workers Lunching on a Crossbeam) Foto diambil tahun 1932 oleh Charles C. Ebbets pada proyek Gedung RCA, USA Dr. Jati

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) 7.1 Uraian umum Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada Setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Uraian umum Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : a. Tower A 18 lantai - Atap 1 lantai b. Tower B & C 24 lantai - Atap 1 lantai c. Podium 5 lantai,

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya. BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT 7.1 Uraian Umum Dalam konstruksi bangunan bertingkat seperti halnya pada Proyek Puri Mansion Apartment

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan Plat untuk di teruskan ke Pondasi. Tujuan penggunaan kolom yaitu : Gambar 5.1 : Pekerjaan

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT STRUKTUR ORGANISASI HSE PROJECT MANAGER Ir. P Tanudjaja HSE OFFICER Suharso HSE SUPERVISOR Widianto HSE SUPERVISOR Deni Santoso HSE STAFF Jauhari J HSE STAFF

Lebih terperinci

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Panduan Praktis Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 0393 Telp:(022) 7798393 ( lines), Fax: (022) 7798392, E-mail: info@puskim.pu.go.id, Website: http://puskim.pu.go.id

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 04 Judul Modul KONSTRUKSI BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci