BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WAJO Provinsi SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WAJO Provinsi SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WAJO Provinsi SULAWESI SELATAN Disiapkan oleh: POKJA SANITASI KABUPATEN WAJO

2 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Wajo Tahun 2014 dapat terselesaikan. Penyusunan Buku Putih Sanitasi didukung oleh Data Sekunder bersumber dari Instansi terkait dan Studi EHRA yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan. Tak lupa ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Wajo ini. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Wajo merupakan gambaran sanitasi yang ada di Kabupaten Wajo baik dari Air Limbah, Persampahan maupun Drainase serta Air Bersih, yang ditinjau dari Kelembagaan, Sistem dan Cakupan Pelayanan, Peran Serta Masyarakat, Komunikasi dan Media, Peran Swasta, Pendanaan dan Pembiayaan serta Permasalahan Mendesak. Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Wajo, diharapkan akan menjadi dasar dalam meningkatkan pembangunan di bidang sanitasi agar tercipta lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat. Kami sadari penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) ini masih jauh dari titik kesempurnaan, olehnya itu diharapkan saran, kritik dan masukan yang membangun untuk kesempurnaan Buku Putih Sanitasi (BPS) ini. Karena dengan tersusunnya Buku Putih Sanitasi (BPS) merupakan awal perencanaan pembangunan Sanitasi di Kabupaten Wajo. Sengkang, 18 Agustus

3 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Wajo pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wajo merupakan Buku Induk terhadap rencana pengembangan pembangunan di bidang sanitasi dan menjadi dasar serta acuan terhadap semua pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi dan terpadu secara berkesinambungan,. Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Wajo, yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten dalam menejemen kegiatan sanitasi. Dalam penyusunan Buku Putih ini, langkah-langkah pendekatan dari bawah (bottom-up approach) yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten Wajo selaku Ketua Pokja; Meninjau dan melakukan survei ke tempattempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di pedesaan; Diskusi (focus group discussions) yang bersifat teknis dan mendalam juga dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi. Kondisi wilayah Kabupaten Wajo yang berbentuk mangkok sehingga aliran air dari berbagai kabupaten lain seperti Soppeng, Bone, Luwu dll akan berakhir atau berhulu ke Kabupaten Wajo. Hal ini sering menyebabkan banjir karena meluapnya danau tempe dan ditambah dengan banyaknya saluran drainase yang tidak berfungsi dengan baik, sungai yang mengalami pendangkalan. Ini semua dikarenakan banyaknya masyarakat yang masih membuang sampah, membuang tinja dan limbah rumah tangga disembarang tempat. Kondisi ini akan berdampak pada pencemaran lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai jenis penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. ii

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Melihat kondisi wilayah Kabupaten Wajo yang rawan terjadi banjir dan untuk peningkatan kualitas kesehatan masyarakat maka diperlukan peningkatan kualitas sanitasi. Peningkatan kualitas sanitasi meliputi pada penataan saluran drainase, pengelolaan persampahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas air minum bersih bagi masyarakat. Wilayah Kajian Sanitasi di Kabupaten Wajo terdiri dari 15 Desa/Kelurahan dari 9 (Sembilan) Kecamatan yaitu; Kecamatan Tempe (Lapongkoda dan Siengkang; Kecamatan Tanasitolo (Wajariaja dan Lowa); Kecamatan Sabbangparu (Ujung Pero dan Wage); Kecamatan Pammana (Simpursia); Kecamatan Belawa (Leppangeng); Kecamatan Maniangpajo (Anabanua); Kecamatan Majauleng (Tua dan Tellu Limpoe); Kecamatan Bola (Manurung dan Balielo; dan Kecamatan Penrang (Doping dan Walanga). Untuk masalah pengelolaan air limbah domestik di kabupaten wajo, masih banyak yang perlu dibenahi seperti halnya pengadaan IPLT, Tangki Septik yang sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku, perlunya sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya penggunaan jamban dan yang memenuhi syarat kesehatan. Di Kabupaten Wajo, terkait pengelolaan persampahan masih sangat kurang di lingkungan masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan, sarana pengelolaan sampah perlu ditingkatkan lagi. Kondisi drainase di Kabupaten Wajo masih sangat perlu perhatian dalam hal pembangunan, pemeliharaan dan peningkatan. Hal tersebut memerlukan anggaran yang besar dalam pelaksanaannya, sehingga Pemerintah Daerah harus menjadikan hal tersebut adalah prioritas perencanaan pembangunan. Perlunya lembaga khusus sebagai pengelola sistem drainase perkotaan. Kabupaten Wajo memiliki beberapa wilayah atau area berisiko sanitasi yakni, untuk Komponen Air Limbah terdapat 2 Kelurahan yang berisiko sangat tinggi dan 17 Desa/Kelurahan yang berisiko tinggi. Untuk Komponen Persampahan terdapat pula 5 Desa/Kelurahan yang berisiko sangat tinggi dan 16 Desa/Kelurahan yang berisiko tinggi. Dan untuk Komponen Drainase terdapat 7 Desa/Kelurahan yang berisiko sangat tinggi dan 16 Desa/Kelurahan yang berisiko tinggi. Dengan demikian untuk Sanitasi Kabupaten Wajo masih perlu pembenahan di beberapa Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan-Kecamatan. iii

5 PPSP WAJO DAFTAR ISI DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)... ii... iv Daftar Tabel... vii Daftar Peta xi Daftar Isi... Daftar Gambar... xii Daftar Istilah... xiv Landasan Gerak Maksud dan Tujuan Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Demografi Keuangan dan Perekonomian Daerah Tata Ruang Wilayah Sosial dan Budaya Kelembagaan Pemerintah Daerah 2.7 Komunikasi dan Media Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi Tatanan Rumah Tangga Tatanan Sekolah iv

6 DAFTAR ISI 3.3 Pengelolaan Air Limbah Domestik Kelembagaan Sistem dan Cakupan Pelayanan Peran Serta Masyarakat Komunikasi dan Media Peran Swasta Pendanaan dan Pembiayaan Permasalahan mendesak Pengelolaan Persampahan Kelembagaan Sistem dan Cakupan Pelayanan Peran Serta Masyarakat Komunikasi dan Media Peran Swasta Pendanaan dan Pembiayaan Permasalahan mendesak Pengelolaan Drainase Perkotaan Kelembagaan Sistem dan Cakupan Pelayanan Peran Serta Masyarakat Komunikasi dan Media Peran Swasta Pendanaan dan Pembiayaan Permasalahan mendesak Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi Pengelolaan Air Bersih Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Pengelolaan Limbah Medis v

7 PPSP WAJO DAFTAR ISI Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Peningkatan Pengelolaan Persampahan Peningkatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Bab 5: Area Berisiko Sanitasi Lampiran vi

8 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nama Daerah Aliran Sungai di Wilayan Kabupaten Wajo Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah dan Jumlah Keluraha per-kecamatan Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3 5 Tahun Terakhir Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk saat ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Wajo Tahun Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Wajo Tahun Tebel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Wajo Tahun Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Per-Kapita Kabupaten Wajo Tahun Tabel 2.9 Realiasasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Per-Kapita Tabel 2.10 Peta Perekonomian Kabupaten Wajo Tahun Tabel 2.11 Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Wajo Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan Tabel 2.13 Jumlah rumah per Kecamatan Tabel 2.14 Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Sekolah Tingkat Dasar/MI Tabel 3.2 Kondisi sarana Sanitasi Sekolah Dasar (MI) Tabel 3.3 PHBS terkait Sanitasi di Sekolah Dasar/MI vii

9 DAFTAR TABEL Tabel 3.4 Daftar Pemangku Kepentingan yang terlibat dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik Tabel 3.5 Daftar Peraturan terkait Air Limbah Domestik Kabupaten Wajo Tabel 3.6 Cakupan Layanan Air Limbah Domestik yang ada Di Kabupaten Wajo Tabel 3.7 Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik Tabel 3.8 Daftar Program/Kegiatan Layanan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat Tabel 3.9 Pengelolaan Sarana Air Limbah Domestik oleh Masyarakat Tabel 3.10 Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Air Limbah Domestik 115 Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Kabupaten Wajo Tahun Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Kabupaten Wajo Tahun Tabel 3.13 Permasalahan Mendesak Tabel 3.14 Daftar Pemangku Kepentingan yang terlibat dalam Pengelolaan Persampahan Tabel 3.15 Daftar Peraturan terkait Sanitasi Tabel 3.16 Cakupan Layanan Persampahan yang ada di Kabupaten Wajo 140 Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana Sampah yang ada di Kabupaten Wajo Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Layanan Persampahan Berbasis Masyarakat Tabel 3.19 Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat Tabel 3.20 Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Pengelolaan viii

10 DAFTAR TABEL Persampahan Tabel 3.21 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Persampahan Kabupaten Wajo Tahun Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Persampahan Kabupaten Wajo Tahun Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak Tabel 3.24 Daftar Pemangku Kepentingan yang terlibat dalam Pengelolaan Drainase Perkotaan Tabel 3.25 Daftar Peraturan terkait Drainase Perkotaan Tabel 3.26 Cakupan Layanan Pengelolaan Drainase yang ada di Kabupaten Wajo Tabel 3.27 Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase di Kabupaten Wajo Tabel 3.28 Daftar Program/Kegiatan Layanan Drainase Perkotaan yang berbasis masyarakat Tabel 3.29 Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Perkotaan oleh Masyarakat Tabel 3.30 Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase Perkotaan yang ada di Kabupaten Wajo Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten Wajo Tahun Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten Wajo Tahun Tabel 3.33 Permasalahan Mendesak Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan Kabupaten Wajo ix

11 DAFTAR TABEL Tabel 3.35 Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga Kabupaten Wajo Tabel 3.36 Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas-fasilitas Kesehatan Tabel 4.1 Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi saat ini Tabel 4.2 Kegiatan PHBS terkait Sanitasi yang sedang berjalan Tabel 4.3 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik saat ini Tabel 4.4 Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang sedang Berjalan Tabel 4.5 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan saat ini Tabel 4.6 Kegiatan Pengelolaan Persampahan yang sedang Berjalan Tabel 4.7 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan saat ini Tabel 4.8 Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan yang sedang Berjalan Tabel 4.9 Rencana Program dan Kegiatan Komponen terkait Sanitasi saat ini Tabel 4.10 Kegiatan Komponen terkait Sanitasi yang sedang Berjalan Tabel 5.1 Area Berisiko Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Tabel 5.2 Area Berisiko Sanitasi Komponen Persampahan Tabel 5.3 Area Berisiko Sanitasi Komponen Drainase x

12 DAFTAR PETA DAFTAR PETA Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Wajo Peta 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Wajo Peta 2.3 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Wajo Peta 2.4 Rencana Pola Ruang Kabupaten Wajo Peta 3.1 Peta Wilayah Kajian Sanitasi Peta 3.2 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik termasuk IPAL terpusat Peta 3.3 Peta Cakupan Layanan Persampahan Peta 3.4 Peta Jaringan Drainase dan Wilayah Genangan Kabupaten Wajo 171 Peta 3.5 Peta Cakupan Layanan Air Bersih Peta 5.1 Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Peta 5.2 Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Persampahan Peta 5.3 Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Drainase xi

13 DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo Gambar 2.2 Diagram SKPD terkait dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Wajo Gambar 3.1 Grafik CPTS di Lima Waktu Penting Gambar 3.2 Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan penangan air) Gambar 3.4 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat Gambar 3.5 Grafik pencemaran Karena SPAL Gambar 3.6 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Gambar 3.7 Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Gambar 3.8 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik 97 Gambar 3.9 Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Wajo Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Sampah Gambar 3.11 Grafik Pengangkutan Sampah Gambar 3.12 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Gambar 3.13 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Wajo Gambar 3.14 Grafik Persentase Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin 170 Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Perkotaan Gambar 3.16 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah xii

14 DAFTAR GAMBAR diikuti di Kabupaten Wajo Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak xiii

15 DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISTILAH 1. BPS : Buku Putih Sanitasi 2. EHRA : Environmental Health Risks Assessment 3. PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 4. PPSP : Program Percepatan Sanitasi Permukiman 5. RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 6. RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 7. Sanitasi Sanitasi secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan limbah (urin dan tinja) dan juga mengacu pada kemampuan mejaga kondisi higienis, melalui pelayanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah (WHO,http// pada 30 November 2011) 8. Air Limbah Air yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang mengandung zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan 9. Air Limbah Domestik Air Limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama (Lampiran 2 Permen PU No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) 10. Cubluk Sistem pembuangan tinja sederhana, terdiri atas lubang yang digali secara manual dilengkapi dengan dinding rembes air 11. IPLT : Instalasi Pengolahan Limbah Tinja Instalasi pengolahan air limbah yang didesain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaan) (Lampiran 2 Permen PU No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) 12. Jamban xiv

16 DAFTAR ISTILAH Fasilitas pembuangan tinja 13. Pengolahan Air Limbah Perlakuan terhadap air limbah, agar dapat dibuang ke badan air sesuai baku mutu yang diisyaratkan 14. Tangki Septik Ruang kedap air yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga 15. 3R Reduce, Reuse, dan Recycle. Sebuah pendekatan untuk mengurangi timbulan sampah melalui mengurangi, menggunakan kembali, serta mendaur ulang sampah 16. Open Dumping (penimbunan terbuka) Proses penimbunan sampah di TPA tanpa melalui proses pemadatan dan penutupan secara berkala 17. Pengelolaan Sampah Kegiatan sistematis, menyeluruh dan berkesinmabungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah 18. Sampah Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (UU no.18 tahun 2008) 19. Sanitary Landfill Metode pengurugan di areal pengurugan sampah yang disiapkan dan dioperasikan secara sistematis dengan penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan serta penutupan sampah setiap hari (Permen PU No.03/PRT/M/2003) 20. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendaur ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (UU no.18 tahun 2008) 21. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) xv

17 DAFTAR ISTILAH Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemprosesan akhir sampah (UU no.18 tahun 2008) 22. Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (UU no.18 tahun 2008) 23. Drainase Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air penerima air dan atau ke bangunan resapan manusia 24. Drainase Perkotaan Drainase di wilayah perkotaan yang berfungsi mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia 25. Saluran Primer Saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan menyalirkannya ke badan penerima air 26. Saluran Sekunder Saluran drainse yang menerima air dari saluran tersier dan menyalurkan ke saluran primer 27. Salun Tersier Saluran yang menerima air dari sistem drainase lokal dan menyalurkannya ke saluran drainase sekunder 28. CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir (Pedoman STBM, 2008) xvi

18 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Upaya pembangunan sarana dan prasarana sanitasi lingkungan telah dilaksanakan melalui berbagai pendekatan, namun demikian tidak lepas dengan berbagai persoalan yang harus disikapi antara lain : Banyaknya sarana dibangun yang tidak berkelanjutan yang diakibatkan oleh berbagai faktor, belum dipahaminya oleh beberapa pihak bahwa sanitasi dasar memiliki dampak yang sangat mendasar dengan fakta sektor ini belum ditempatkan sebagai program prioritas dalam pembangunan. Kabupaten Wajo dalam menjalankan pembangunan nasional dan daerah dari waktu ke waktu, bukannya dirasakan semakin ringan dan mudah, tetapi pada kenyataannya justru diperhadapkan kepada pergeseran keadaan dalam kondisi yang semakin sulit, kompleks, dinamis serta tantangan yang semakin besar dan beranekaragam sejalan dengan perkembangan tingkat kebutuhan, kesejahteraan dan kemauan masyarakat. Akses masyarakat miskin terhadap pelayanan sanitasi dasar yang masih rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan dan pemeliharaan sarana sanitasi. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Wajo menganggap perlu mengambil sikap, sejalan dengan semangat program Kebijakan Nasional di sektor sanitasi khususnya di kawasan perkotaan (kota sengkang) guna mendukung pemerintah indonesia dalam mencapai Millenium Development Goalts (MDGs) yang dihasilkan pada johannesburg summit pada tahun Rencana Strategis Sanitasi kota sengkang didasarkan pada upaya untuk mendorong percepatan dalam dalam pemenuhan layanan kebutuhan 1

19 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN dasar di bidang sanitasi sebagai salah satu kewajiban atau mandatori dalam kerangka otonomi daerah. Rencana Strategis Sanitasi Kota Sengkang didasarkan dan mempertimbangkan kondisi aktual pada saat ini dan harapan ideal kondisi masa depan LANDASAN GERAK Defenisi dan Ruang Ligkup Sanitasi Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 965/MENKES/SK/XI/1992, dikatakan bahwa Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sedangkan menurut Notoadmojo (2003), sanitasi itu sendiri merupakan perilaku perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakanm lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (azwar, 1995). Upaya sanitasi dasar penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah. Ruang lingkup sanitasi lingkungan terdiri dari beberapa cakupan. Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitikberatkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. 2

20 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN Kesehatan lingkungan adalah karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Untuk itu kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat Visi dan Misi Kab. Wajo Visi dan Misi Calon Bupati Wajo untuk periode , harus mengacu pada Visi dan Misi Wajo yang telah ditetapkan dalam RPJPD ,sebab apabila terpilih maka akan menjadi VISI dan MISI RPJMD wajo tahap III,tahun ,karena itu VISI yang disebutkan diatas tetap sejalan dengan visi wajo ,yakni mewujudkan kesejahteraan masyarakat wajo dengan jiwa kemandiriandan pemerintahan yang demokratis bernafaskan keagamaan. Makna visi calon bupati wajo Drs.H.A. Burhanuddin Unru,MM;bersama Dr.H.A. syahrir kube Dauda,SE.M.SI,sebagai calon bupati wajo periode ,serta keterkaitannya dengan visi RPJPD wajo ,adalah : 1) BERKARAKTER RELIGIUS,yakni suatu sikap dan prilaku masyarakat bersama aparat pemerintah daerah yakni diharapkan tumbuh dan berkembang sebagai modal dasar pembangunan sumber daya manusia wajo lima tahun ke depan karakter masyarakat wajo yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan budaya wajo(sipakatau,sipakalebbi,sipakainge),senantiasa dinafasi lokal oleh kehidupan keagamaan yang kuat.karakter religius itu hanya dapat berkembang jika kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat merata disemua wilayah sehingga sejalan dengan filsafat bugis wajo : MACCAPI NA WARANI,MALEMMPU MAGETTENG. 2) PRODUKTIF,suatu tekad untuk memajukan agama masyarakatdan agama negara kerajaan,karena itu seluruh aktivitasnya disandarkan pada PAMMASE DEWATA dan kemudian menjadi PAMMASE PUANG 3

21 BAB I PENDAHULUAN ALLAH TA ALA dengan demikian senantiasa terjadi suasana AMAN dan TENTERAM. 3) MACCAPI NA WARANI,MALEMMPU NA MAGETTENG bermakna sebagai pembelajar,yakni orang wajo senantiasa membekali dirinya dengan;prinsip,sebagai modal dasar dalam membangun KEMANDIRIAN kehidupan masyarakat yang sejahtera,adil dan makmur. Kearifan lokal budaya wajo tersebut sejalan senafas dengan nilai-nilai dasar kearifan lokal budanya sulawesi selatan yang menjiwai RPJMD provinsi sulawesi selatan.nilai-nilai kearifan budaya wajo tersebut masih tumbuh dan berkembang menafasi prilaku dan watak orang wajo sampai sekarang bahkan menjadi penetrasi atas nilai budaya asing yang masuk ke daerah ini. Nilai-nilai dasar ini menjadi NAFAS VISI dan MISI serta dijabarkan dalam STRATEGI,ARAH,POKOK-POKOK PROGRAM pasangan Drs.H.A.Burhanuddin Unru,MM - Dr.H.Syahrir kube Dauda dalam upayanya akan memimpin kebupaten wajo tahun implementasinya akan tertuang dalam RPJMD kabupaten wajo ,apabila pasangan ini,terpilih insyah allah. Perekonomian masyarakat dengan mengimplementasikan etos kerja YASSIWAJORI dan akhirnya menumbuhkan sikap kemandirian.produktif dalam pengertian lebih luas adalah,jiwa,sikap dan prilaku yang senantiasa berorientasi pada efesiensi dan efektifitas sehingga pendapatan masyarakat meningkat dan ekonomi bertumbuh secara konstan melampaui pertumbuhan ekonomi provinsi sulawesi 4) UNGGUL,dalam pengertian manusianya cerdas dan sehat(macca na paulle) dan komoditas hasil olahannya UNGGUL,karena dikembangkan melalui industri kreatif.suatu tekad untuk mengembangkan komoditas unggulan melalui pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat antar kewilayahan yang didukung oleh 4

22 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN infrastruktur jalan,jembatan,irigasi,embung buatan dan revitalisasi lingkungan hidup pada wilayah pesisir,rawa,danau. 5) SEJAHTERA,adalah suatu cita-cita kabupaten wajo tahun 2025 melalui RPJPDnya,karena itu untuk tahap III RPJMD,diterjemahkan makna SEJAHTERA sebagai suatu tekad untuk mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat di atas rata-rata provinsi dan nasional,serta merata bagi masyarakat wajo,maka dengan demikian angka pengangguran harus ditekan bersamaan dengan makin rendahnya jumlah masyarakat miskin.kehidupan yang sejahtera hanya dapat diwujudkan oleh manusia yang berkarakter hidup religius dam mampu membuat keunggulan yang produktif,maka kemudian PAMMASE dari allah SWT,senantiasa menyertainya. 6) Mengembangkan sistem perencanaan yang partisipatif untuk mendukung kebijakan pembangunan berorientasi lingkungan hidup berbasis pedesaan dan perkotaan. 7) Meningkatkan kualitas tatanan kehidupan yang religius,demokratis dan berkeadilan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan tenteram. 8) Meningkatkan kapasitas aparat dan kapabilitas kelembagaan pemerintah daerah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk melaksanakan pelayanan publik yang berkualitas. Misi Kab. Wajo Berdasarkan uraian Visi sebagai suatu cita-cita, harapan bahkan tekad untuk jangka waktu sampai 2019 mendatang, maka dijabarkanlah dalam Misi yang juga disinergikan dengan Kisi Wajo Diuraikan sebagai berikut : 1. Mengembangkan kualitas SDM yang sehat,cerdas dan berkarakter religius untuk mampu bersaing secara regional dan nasional. 2. Meningkatkan mendukung akselerasi pembangunan pembangunan infra pusat-pusat produksi struktur dalam pertanian dan 5

23 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN pemasaran komoditas unggulan untuk percepatan kesejahteraan masyarakat. 3. Menciptakan kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat sehingga dapat mendorong peningkatan pendapatan rakyat dan daerah. 4. Mengembangkan sistem perencanaan yang partisipatif untuk mendukung kebijakan pembangunan berorientasi lingkungan hidup berbasis pedesaan dan perkotaan. 5. Meningkatkan kualitas tatanan kehidupan yang religius,demokratis dan berkeadilan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan tenteram. 6. Meningkatkan kapasitas aparat dan kapabilitas kelembagaan pemerintah daerah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baaik untuk melaksanakan pelayanan publik yang berkualitas. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Wajo pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wajo merupakan Buku Induk terhadap rencana pengembangan pembangunan di bidang sanitasi dan menjadi dasar serta acuan terhadap semua pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi dan terpadu secara berkesinambungan,. Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Wajo, yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten dalam menejemen kegiatan sanitasi.resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan 6

24 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Wajo yang menangani secara langsung pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi di Kabupaten Wajo Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini adalah : 1. Tersedianya data yang riil dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai sektor sanitasi yang akan menjadi dasar penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Wajo; 2. Mengidentifikasi dan memetakan keberhasilan dan kegagalan pembangunan sanitasi Kabupaten Wajo dalam upaya untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan; 3. Pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Wajo beserta stakeholder lainnya untuk mampu menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi kabupaten; 4. Menjadikan Buku Putih sebagai pedoman penangganan dan pengembangan pembangunan sanitasi Kabupaten Wajo, sehingga terdapat kesamaan pandang dari setiap pelaku pembangunan dalam penyusunan program pembangunan, pengendalian dan pengawasan dalam pembangunan sanitasi; 5. Menjamin terciptanya mekanisme pembangunan yang transparan, konsisten, partisipatif, berkeadilan dan akuntabel. 1.4 METODOLOGI Metode penyusunan buku putih Metode yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini adalah studi dokumen dan pengumpulan data sekunder yang ada di 7

25 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN masing-masing SKPD yang terkait, dan didukung dengan observasi objek yang relevan. Selain itu dilakukan beberapa jenis survey yaitu survey keterlibatan sektor swasta, survey komunikasi dan pemetaan media, survey partisipasi masyarakat jender dan kemiskinan kepada beberapa responden baik kalangan SKPD, Pengusaha, Media maupun ke masyarakat langsung dan survey Environmental Health Risk Assesment (EHRA) ke rumah tangga sample di 20 desa/kelurahan. Analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan membandingkan data dan informasi yang ada dikaitkan dengan kondisi yang seharusnya atau kondisi ideal untuk mengetahui seberapa jauh kesenjangan yang ada. Untuk penentuan area dengan resiko tinggi digunakan analisa kualitatif persepsi SKPD dan analisa kuantitatif hasil EHRA Langkah-langkah penyusunan buku putih Dalam penyusunan Buku Putih ini, langkah-langkah pendekatan dari bawah (bottom-up approach) yang dilakukan adalah sebagai berikut: - Pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten Wajo selaku Ketua Pokja. - Meninjau dan melakukan survei ke tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di pedesaan. - Diskusi (focus group discussions) yang bersifat teknis dan mendalam juga dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi. Adapun tahapan penyusunan buku putih adalah sebagai berikut: 8

26 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1.Diagram penyusunan buku putih kabupaten BA-01 OUTPUT / PRODUK PROSES PERTEMUAN PERDANA BA-02 PENGUMPULAN DATA SEKUNDER BA-03 PEMETAAN AWAL : Manajemen dan operasi sistem sanitasi BA-04 PENGUMPULAN DATA LANJUTAN: - Umum Teknis & kesehatan lingkungan Kelembagaan SDM Perundangan & Peraturan Keuangan & Ekonomi Komunikasi & Media Pemberdayaan masyarakat, jender & kemiskinan Layanan sanitasi oleh badan usaha BA-05 PEMETAAN AWAL : Manajemen dan operasi sistem sanitasi PENILAIAN PEMETAAN CEPAT SANITASI KABUPATEN BB-01 RAPAT KONSULTASI Tim pengarah & Tim teknis BB-02 RAPAT KONSULTASI -2 Camat & Lurah BB-03 Studi Environmental Health Risk Assesment (EHRA) BB-04 PENILAIAN PEMETAAN KONDISI SANITASI: Berdasarkan studi EHRA dan data lainnya BB-05 PENETAPAN : - Kelurahan beresiko sanitasi (4 katagori) - Penyebab utama masalah sanitasi BB-06 PENYUSUNAN DRAFT BUKU PUTIH KONSEP BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BC-01 RAPAT KONSULTASI -3 Pemangku kepentingan tingkat kabupaten MASUKAN UNTUK BC-02 FINALISASI BUKU PUTIH BUKU PUTIH SANITASI Program utama/kegiatan mendesak (melalui musrenbang dan penyusunan strategi sanitasi kabupaten 9

27 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN Sumber data Adapun sumber data penyusunan buku putih dapat dikelompokkan sebagai berikut : - Data primer Didalamnya meliputi penilaian resiko kesehatan lingkungan, penilaian sanitasi berbasis masyarakat, penilaian penyedia sarana sanitasi oleh sektor swasta, penilaian keterlibatan gender dan masyarakat miskin, dan peran media. Data ini diperoleh dengan cara melakukan beberapa studi terkait aspek kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan sektor swasta, keterlibatan masyarakat dan gender, dan studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) dimana sebagian data ini bersifat kualitatif (yang menyangkut persepsi) yang kemudian dikuantifikasi. - Data sekunder Data kuantitatif yang telah tersedia di setiap SKPD yang didalamnya meliputi aspek demografi, kepadatan penduduk, data keluarga miskin, kesehatan masyarakat, arah dan kebijakan pembangunan kota, data kelembagaan dan keuangan, dan lain-lain yang sifatnya umum. Sumber data sekunder adalah Buku Wajo Dalam Angka tahun 2013 dan dokumen perencanaan kabupaten yang lainnya. 1.5 DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN Dasar Hukum Dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wajoberlandaskan pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku dikeluarkan oleh pemerintah provinsi maupun daerah. Program Pengembangan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Wajo didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi : 10

28 BAB I PENDAHULUAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air; 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air; 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 11

29 BAB I PENDAHULUAN 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 20. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimum. 21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. 22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 24. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 25. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1992 tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air. 27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 28. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 12

30 BAB I PENDAHULUAN 29. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 30. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 31. Keputusan Menteri Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 119/1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. 32. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. 33. Keputusan Menteri Kimpraswil 534/2000 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Permukiman. 34. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL; 35. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum; 36. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 38. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik. 39. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA); 40. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil. 13

31 BAB I PENDAHULUAN 41. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan. 42. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). 43. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. 44. Peraturan daerah kabupaten wajo nomor 1 tahun 2001 tentang kewenangan pemerintah kabupaten wajo sebagai daerah otonom; 45. Peraturan daerah kabupaten wajo nomor 11 tahun 2004 tentang pembangunan partisipatif kabupaten wajo; 46. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wajo Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2009 Nomor 11); 47. Peraturan daerah kabupaten wajo nomor 4 tahun 2008 tentang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten wajo; 48. Peraturan daerah kabupaten wajo nomor 5 tahun 2010 tentang bangunan gedung; 49. Peraturan daerah kabupaten wajo nomor 12 tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan daerah nomor 6 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja dinas daerah pemerintah kabupaten wajo; 50. Peraturan daerah kabupaten wajo nomor 26 tahun 2011 tentang legislasi daerah; 51. Peraturan daerah kabupaten wajo nomor 12 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten wajo tahun ; 52. SK bupati wajo nomor 201/KPTS/V/2007 tentang pembentukan tim pokja pembangunan air minum penyehatan lingkungan (AMPL) kabupaten wajo; 14

32 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN 53. Kebijakan nasional air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat (pedoman operasionalisasi kebijakan); 54. Adat-istiadat sipakatau, sipakalebbi, sipakainge (saling menghormati, saling menasehati); 55. Adat-istiadat lempu,getteng,adapanagau (jujur,tegas,konsisten) Keterkaitan BPS dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wajo terkait dengan berbagai dokumen perencanaan pembangunan, baik tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten. Oleh karena itu, Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wajo disusun dengan memperhatikan keterkaitan, keselarasan, dan keterpaduan dengan berbagai dokumen dimaksud, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Memperhatikan RPJP dan RPJM Nasional dilakukan melalui penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Wajo dengan arah, kebijakan umum dan prioritas pembangunan nasional dan pembangunan kewilayahan. 2. Memperhatikan RPJPD dan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan melalui penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Luwu Utara dengan kebijakan, strategi dan program pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan. 3. Berpedoman pada RPJPD dan RTRW Kabupaten Wajo dilakukan dengan: (1) penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Wajo dengan visi, misi, arah, kebijakan pembangunan jangka panjang daerah; dan (2) penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Wajo dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang Kabupaten Wajo. 4. Berpedoman pada Renstra SKPD terkait Sanitasi Kabupaten Wajo dilakukan dengan penyelarasan kebijakan, strategi dan program 15

33 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN pembangunan sanitasi Kabupaten Wajo dengan rencana dan strategi SKPD. 5. Berpedoman dengan Dokumen Wajo Dalam Angka dilakukan dengan penyelarasan data mengenai kondisi sanitasi kabupaten dengan data yang diperlukan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi melalui proses validasi data melalui kajian-kajian yang telah ditetapkan oleh petunjuk teknis pelaksanaan Program PPSP Sistematika Buku Putih Sanitasi Sistematika pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Wajo, ini terdiri dari 5 bab yang meliputi : BAB I PENDAHULUAN Berisikan latar belakang, landasan gerak, maksud dan tujuan, metodologi yang digunakan, dasar hukum dan keterkaitan dengan dokumen perencanaan lainnya serta sistematika penulisan yang digunakan. BAB II GAMBARAN UMUM Berisikan kondisi geografis, administratif, kondisi fisik, demografi, keuangan dan perekonomian, tata ruang wilayah, sosial dan budaya, serta kelembagaan pemerintah daerah. BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN Berisikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan promosi higiene meliputi : tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah; pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase lingkungan, dan pengelolaan terkait komponen sanitasi BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Berisikan penjelasan detail mengenai rencana program dan kegiatan untuk tahun depan dan program serta kegiatan sanitasi yang sedang berjalan 16

34 PPSP WAJO BAB I PENDAHULUAN saat ini, meliputi : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene, Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik, Peningkatan Pengelolaan Persampahan, Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan, Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi. BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Menyajikan hasil dari kegiatan Penetapan Area Berisiko Sanitasi dan hasil analisis posisi pengelolaan sanitasi saat ini, meliputi : Area Berisiko Sanitasi dan Posisi Pengelolaan Sanitasi saat ini Manfaat buku putih Dengan adanya Buku Putih Sanitasi ini beberapa manfaat yang dapat diperoleh Pemerintah Kabupaten Wajo adalah sebagai berikut: 1. Diketahuinya kondisi menyeluruh sanitasi kabupaten saat ini yang menjadi masukan penting bagi penyusunan prioritas pembangunan sanitasi. Hal ini dapat dicapai karena Buku Putih disusun dari kompilasi berbagai data terkait sanitasi Kabupaten Wajo; 2. Adanya pedoman pelaksanaan pengembangan sanitasi Kabupaten Wajo yang lebih jelas dan tepat sasaran; 3. Buku Putih dapat dijadikan acuan strategi sanitasi kota karena Buku Putih Sanitasi juga menjadi dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK); 4. Buku Putih dapat dijadikan rekomendasi bagi perencanaan pembangunan daerah khususnya di bidang sanitasi; 5. Karena Buku Putih memuat strategi pengembangan sanitasi serta prioritas penanganan sanitasi, maka Buku Putih juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di bidang sanitasi. 17

35 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 2.1 GEOGRAFIS. ADMINISTRATIF DAN KONDISI FISIK A. Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Kabupaten wajo terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur Timur, merupakan daerah yang terletak ditengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan dan pada zone tengah yang merupakan suatu depresi yang memanjang pada arah laut tenggara dan terakhir merupakan selat. Batas wilayah Kabupaten Wajo adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kab. Sidenreng Rappang - Sebelah Timur : Teluk Bone - Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng - Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap Luas Wilayahnya adalah 2.506,19 Km2 atau 4,01% dari luas Propinsi Sulawesi Selatan dengan rincian Penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah ha (35,10%) dan lahan kering ha (64,90%). Sampai dengan akhir tahun 2011 wilayah Kabupaten Wajo tidak mengalami pemekaran, yaitunya tetap terbagi menjadi 14 wilayah Kecamatan. Selanjutnya dari keempat-belas wilayah Kecamatan tersebut, wilayahnya dibagi lagi menjadi wilayahwilayah yang lebih kecil yang disebut desa atau kelurahan. Tetap sama dengan kondisi pada tahun 2008, wilayah Kabupaten Wajo terbentuk dari 48 wilayah yang berstatus Kelurahan dan 128 wilayah yang berstatus Desa. Jadi secara keseluruhan, wilayah Kabupaten Wajo terbagi menjadi 176 desa/kelurahan. Masing-masing wilayah Kecamatan tersebut mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda meskipun perbedaan itu relatif kecil, sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang ada relatif sama untuk menunjang pertumbuhan pembangunan di wilayahnya. 18

36 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO B. Topografi Ketinggian Ketinggian wilayah dari permukaan laut (elevasi) merupakan faktor pembatas alam terhadap pengusahaan tanaman di daerah beriklim tropis. Begitu pula pengaruh pembatas ketinggian akan banyak tampak pada temperatur (suhu) yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pertumbuhan. Dalam menyusun penggolongan wilayah tanah usaha, ketinggian wilayah dikelompokkan ke dalam beberapa kelas, yaitu : a. Ketinggian wilayah antara 0-7 meter di atas permukaan laut dikelompokkan ke dalam kelompok tanah usaha terbatas. b. Ketinggian wilayah antara 7-25 meter di atas permukaan laut di kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha utama Ia dan Ib. c. Ketinggian wilayah antara meter di atas permukaan laut di kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha Utama Ic. d. Ketinggian wilayah antara meter di atas permukaan laut di kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha utama Id. Berdasarkan peta ketinggian kabupaten Wajo skala 1 : , maka penyebaran kelompok ketinggian wilayah dan luasnya di setiap kecamatan menurut konsepsi di atas, disajikan pada Tabel. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa di Kabupaten Wajo penyebaran ketinggian wilayah antara meter di atas permukaan laut luasnya adalah ,98 hektar atau 84,13 persen terhadap luas kabupaten. Untuk ketinggian wilayah lebih dari 100 meter di atas permukaan laut luasnya ,18 hektar atau 4,58 % terhadap luas kabupaten. LUAS WILAYAH MENURUT KELOMPOK KETINGGIAN DI SETIAP KECAMATAN KABUPATEN WAJO 19

37 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO NO. 1. KECAMATAN KETINGGIAN Sabbangparu 100 sampai 500 m LUAS KEC. 2. Tempe 3. Pammana 4. Bola LUAS KEC. 5. Takkalalla LUAS KEC. 6. Sajoanging LUAS KEC % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % Rawa % % % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % Danau % Rawa % % % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % Danau % Rawa % % 0 sampai 7 m % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % Rawa % BOLA % 0 sampai 7 m % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % TAKKALALLA % 0 sampai 7 m % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % SAJOANGING % % % % % Danau % Rawa % SABBANGPARU Majauleng TEMPE 100 sampai 500 m LUAS KEC. PERSEN (%) sampai 500 m LUAS KEC. LUAS (HA) PAMMANA 0 sampai 7 m 100 sampai 500 m 25 sampai 100 m 7 sampai 25 m 20

38 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO LUAS KEC. MAJAULENG % 8. Tanasitolo 100 sampai 500 m % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % Danau % Rawa % LUAS KEC. TANASITOLO % 9. Belawa 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % Danau % Rawa % LUAS KEC. BELAWA % 10. Maniangpajo 100 sampai 500 m % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % Rawa % LUAS KEC. MANIANGPAJO % 11. Keera > 500 m % 0 sampai 7 m % 100 sampai 500 m % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % LUAS KEC. KEERA % 12. Pitumpanua 0 sampai 7 m % 100 sampai 500 m % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % LUAS KEC. PITUMPANUA % 13. Penrang 0 sampai 7 m % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % Rawa % LUAS KEC. PENRANG % 14. Gilireng 100 sampai 500 m % 25 sampai 100 m % 7 sampai 25 m % 21

39 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO LUAS KEC. 15. Danau Tempe LUAS GILIRENG % Danau % Danau1 1 meter % Danau2 1 meter % Danau2 2 meter % Danau2 7 meter % DANAU TEMPE % Sumber : Data Pokok Pembangunan Kab. Wajo, Hasil Analisis, 2010 PETA KETINGGIAN WILAYAH KABUPATEN WAJO Kemiringan Kemiringan lereng merupakan faktor fisik dalam perencanaan pembukaan suatu wilayah dan berpengaruh langsung pada usaha dan kegiatan penduduk. Dalam menyusun tingkat kemampuan dan kesesuaian tanah, kemiringan lereng di kelompokkan ke dalam empat kelas, yaitu : a. Wilayah datar, yaitu wilayah yang berlereng antara 0 2 %; b. Wilayah landai, yaitu wilayah yang berlereng antara 2 15 %; c. Wilayah agak curam, yaitu wilayah yang berlereng antara %; d. Wilayah curam, yaitu wilayah yang berlereng lebih dari 40 %; 22

40 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Penyebaran luas wilayah menurut kelas kemiringan lereng di setiap kecamatan Kabupaten Wajo disajikan pada Tabel 2.2. Pada Tabel tersebut, terlihat bahwa kelas kemiringan lereng antara 0 2 % merupakan wilayah terluas untuk masing-masing kecamatan jika dibandingkan dengan kemiringan lereng yang lainnya. Wilayah yang berlereng lebih dari 40 % atau curam dominan berada pada kecamatan. LUAS WILAYAH MENURUT KELOMPOK KEMIRINGAN DI SETIAP KECAMATAN KABUPATEN WAJO NO. 1. KECAMATAN Sabbangparu 0-2% LUAS KEC. 2. Tempe LUAS KEC. 3. Pammana LUAS KEC. 4. KETINGGIAN Bola 5. Takkalalla 77.91% % % 2 15 % % Rawa % SABBANGPARU % 0-2% % % % 2 15 % % Danau % Rawa % TEMPE % 0-2% % % % 2 15 % % Danau % Rawa % PAMMANA % 0-2% % % Rawa % BOLA % 0-2% % % TAKKALALLA % 0-2% % 2 15 % LUAS KEC. 6. Sajoanging PERSEN (%) % LUAS KEC. LUAS (HA) 23

41 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 2 15 % % LUAS KEC. SAJOANGING % 7. Majauleng 0-2 % % % % 2 15 % % Danau % Rawa % LUAS KEC. MAJAULENG % 8. Tanasitolo 0-2 % % % % 2 15 % % Danau % Rawa % LUAS KEC. TANASITOLO % 9. Belawa 0-2 % % Danau % Rawa % LUAS KEC. BELAWA % 10. Maniangpajo >40 % % 0-2 % % % % 2 15 % % Rawa % LUAS KEC. MANIANGPAJO % 11. Keera >40 % % 0-2 % % % % 2 15 % % LUAS KEC. KEERA % 12. Pitumpanua >40 % % 0-2 % % % % 2 15 % % LUAS KEC. PITUMPANUA % 13. Penrang 0-2 % % Rawa % LUAS KEC. PENRANG % 24

42 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 14. Gilireng >40 % % % % % 2 15 % % GILIRENG % Danau % DANAU TEMPE % 0-2% LUAS KEC. 15. Danau Tempe LUAS Sumber : Data Pokok Pembangunan Kab. Wajo, Hasil Analisis, 2010 PETA KELERENGAN KABUPATEN WAJO C. Geohidrologi Sungai Besar di Kabupaten Wajo, terdapat 7 sungai. Diantaranya Sungai Siwa dengan panjang 20,50 Km, Lebar 70,00 m, dan Kedalaman 0,85 m, Sungai Awo panjang 43,50 Km, Lebar 85,00 m, dan Kedalaman 0,65 m, Sungai Keera panjang 27,00 Km, Lebar 65,00 m, dan Kedalaman 0,60 m, Sungai Gilireng panjang 61,50 Km, Lebar 40,00 m, dan Kedalaman 0,35 m, Sungai Bila/Belawa panjang 15,00 Km, Lebar 40,00 m, dan Kedalaman 0,40 m, Sungai Cenranae panjang 47,00 Km, Lebar 115,00 m, dan Kedalaman 0,70 m, serta Sungai Walennae panjang 28,50 Km, Lebar 95,00 m, dan Kedalaman 25

43 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 0,55 m. Sungai-sungai kecil yang dialiri di Kabupaten Wajo, sebanyak 33 sungai. D. Klimatologi (iklim) Berdasarkan peta zone agroklimatologi yang disusun oleh Balai Informasi Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan maka Wilayah Kabupaten Wajo adalah Tipe Iklim C1,D1,D2,E2 dan E3 dengan definisi bahwa berdasarkan metode oldeman dalam menentukan tipe iklim sangat dipengaruhi oleh banyaknya bulan basah dan bulan kering. Kriteria bulan basah dapat dicirikan dengan banyaknya curah hujan lebih dari 200 mm/bulan yang terjadi pada Bulan April-Juli secara berurutan, sedangkan kriteria bulan kering dapat ditandai pada Bulan Agustus-Oktober dengan iklim yang tergolong tropis tipe B dan tipe C dengan suhu antara 29ºC-31ºC. E. Daerah Aliran Sungai (DAS) Wilayah Kabupaten Wajo terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) baik yang besar maupun kecil. Sungai-sungai yang ada di wilayah ini sebagian daerah pengalirannya dalam wilayah Kabupaten Wajo dan sebagian lainnya juga berada pada wilayah kabupaten lainnya. Bahkan Sungai Bila yang daerah bagian hilirnya merupakan wilayah Kabupaten Wajo, berhulu di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sidrap. Demikian pula dengan Sungai Siwa, Sungai Gilireng, Sungai Awo, Sungai Walennae dan lain-lain. Kondisi tersebut diatas ini menunjukkan bahwa diperlukan adanya penggabungan beberapa DAS yang berdekatan atau mempunyai karakteristik yang sama.daerah aliran sungai dalam kabupaten wajo,pada umumnya merupakan daerah subur.berbagai jenis komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tumbuh didaerah aliran sungai ini diusahakan oleh masyarakat dan pengusaha.kondisi tersebut menyebabkan daerah ini banyak diminati untuk pengembangan berbagai usaha tani baik pangan,hortikultura,peternakan, usaha dan tani perkebunan,tanaman lain-lain. sejalan dengan perkembangan berbagai usaha tani ini,berbagai kegiatan bukan 26

44 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO pertanian lainnya juga berkembang seperti pemukiman,prasarana jalan,transportasi,dan lain-lain. Mengingat dampak yang begitu luas dari pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang tidak terencana dibeberapa DAS dalam wilayah kabupaten wajo,maka perlu disusun satu rencana pengelolaan DAS terpadu dalam wilayah kabupaten wajo.keterpaduan ini menyangkut keterpaduan antar wilayah administrasi(kecamatan/desa),antar kelompok masyarakat dan antar berbagai bidang/sektor pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat.untuk maksud tersebut maka penyusunan rencana pengelolaan DAS terpadu dalam wilayah kabupaten wajo ini akan dilakukan oleh satu tim yang anggota-anggotanya terdiri dari berbagai bidang keahlian dan disiplin ilmu yang telah memiliki pengalaman yang luas dibidangnya masing-masing. (Lihat Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Wajo, Tabel 2.2 Nama, luas wilayah per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan, Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai, dan Peta 2.2 Peta Wilayah Administratif) 27

45 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel Daftar Sungai Dan Daerah Aliran Sungainya Di Kabupaten Wajo No Nama Daerah AliranSungai Luas (Ha) 1 Siwa 0,014 2 Awo 0,369 3 Keera 0,176 4 Gilireng 0,025 5 Bila/Belawa 0,006 6 Cenranae 0,541 7 Walennae 0,271 Sumber : Dinas PSDA, Energi dan SD.Mineral Kab. Wajo Tabel 2.2. Nama, Luas wilayah per-kecamatan dan Jumlah kelurahan Kecamatan Jumlah Luas (Km2) Kelurahan/Desa Persentase Administrasi Jumlah Jumlah Desa Kelurahan (KM2) (1) (2) (3) (4) Sabbangparu Tempe - 16 Pammana 13 Bola (%) thd total (5) Terbangun (ha) (%) thd total (6) (7) 5% 1, ,15% % ,2% % 1, ,1% % 5, ,25% Takkalalla % 4, ,25% Sajoanging % 4, ,25% Penrang % 1, ,1% Majauleng % 1, ,05% Tanasitolo % 3, ,2% 28

46 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Kecamatan Jumlah Luas (Km2) Kelurahan/Desa Persentase Administrasi Terbangun Jumlah Jumlah Desa Kelurahan Belawa % 4, ,25% Maniangpajo % ,05% Gilireng % ,05% (KM2) (%) thd total (ha) (%) thd total Keera % 9, ,25% Pitumpanua % 3, ,15% Kab. Wajo % 42, Sumber: BPS Wajo

47 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Peta 2.1 Peta Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Wajo Sumber : RTRW Kab. Wajo 30

48 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Peta 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Wajo Sumber : RTRW Kab. Wajo 31

49 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 2.2. DEMOGRAFI Demografi Jumlah penduduk dalam periode dua tahun terakhir memperlihatkan adanya kecenderungan yang terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,14 persen,dari pada tahun 2010 menjadi jiwa pada tahun Persebaran penduduk,jumlah penduduk yang sebanyak itu tersebar pada 14 kecamatan atau 128 desa dan 48 kelurahan;dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi sekitar 155 jiwa.kecamatan yang terpadat penduduknya adalah kecamatan tempe dan pitumpanua.kedua kecamatan tersebut merupakan sentra perekonomian kabupaten wajo,sehingga mudah dipahami apabila kecamatan tersebut mempunyai penduduk yang padat. Perhitungan proyeksi penduduk menggunakan analisis proyeksi Geometrik, yang merupakan rata-rata yang diperoleh dengan mengalikan semua data dalam suatu kelompok sampel, kemudian diakarpangkatkan dengan jumlah data sampel tersebut. (Lihat Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3 Tahun Terakhir dan Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun) 32

50 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.3. Jumlah penduduk dan kepadatannya 3 5 tahun terakhir Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk Tahun Tahun Tahun Tahun Sabbangparu (0,05) 0,42 0,71 0,55 193,79 194,61 195,98 197,05 Tempe ,60 8,21 -(0,06) 0, , , , ,12 Pammana (0,04) 0,08 -(0,14) 1,31 192,79 192,94 192,67 195,19 Bola (0,96) 0,39 0,62 0,70 87,72 88,06 88,60 89,22 Takkalalla ,37 1,66 0,80 1,20 112,95 115,74 117,01 Sajoanging ,31 -(2,75) 0,18 0,63 115,80 112,61 112,81 113,53 Penrang ,38 1,39 0,22 1,00 99,99 101,39 101,61 102,63 Majauleng ,55 -(1,20) 0,55 1,73 140,35 138,67 139,43 141,92 Tanasitolo ,20 -(2,31) 0,90 1,81 260,03 254,02 256,29 260,93 Belawa ,75 2,40 0,17 0,36 181,28 185,64 185,95 186,62 Maniangpajo ,18 0,76 1,31 0,81 90,05 90,74 91,92 92,67 Gilireng ,16 -(2,61) 0,37 3,66 77,14 75,12 75,40 78,16 Keera ,20 -(0,24) 1,61 2,71 59,17 59,00 59,98 61,61 Pitumpanua ,16 -(1,05) 1,09 0,61 59,17 202,66 204,87 206,12 Total ,81 5,11 8,37 17, Sumber : BPS Wajo Tahun ,82

51 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk saat ini dan Proyeksi 5 Tahun Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk Tahun Tahun Tahun Tahun Nama Kecamatan Sabbangparu , , , ,056 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 197,05 198,13 199,21 200,30 201,39 Tempe , , , ,83 2,59 2,59 2,59 2,59 2, , , , ,, ,15 Pammana , , , ,032 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 195,19 195,22 200,33 202,95 205,60 Bola , , , ,863 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 89,22 89,23 90,47 91,11 91,74 Takkalalla , , , ,073 1,23 1,23 1,23 1,23 1,23 117,01 119,59 120,90 122,23 Sajoanging , , , ,066 -(0,42) -(0,42) -(0,42) -(0,42) -(0,42) 113,53 113,54 114,98 115,72 116,46 Penrang , , , ,024 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 102,63 102,64 104,70 105,75 106,81 Majauleng , , , ,513 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 141,92 141,95 147,03 149,66 152,33 Tanasitolo , , , ,71 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 260,93 260,98 270,46 275,36 280,35 Belawa ,774 8,525, , ,47 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 186,62 186,63 187,97 188,64 189,32 Maniangpajo , , , ,72 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 92,67 92,68 94,19 94,19 95,73 Gilireng , , , ,297 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37 78,16 78,19 83,99 87,06 90,25 Keera , , , ,175 1,32 1,32 1,32 1,32 1,32 61,61 61,63 66,28 68,75 71,30 Pitumpanua , , , ,79 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 206,12 206,13 208,64 209,92 211,20 Total ,17 9,17 9,17 9,17 9, Sumber : BPS Wajo Tahun ,02

52 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 2.3. KEUANGAN DAN PEREKONOMIAN DAERAH Pengelolaan Pendapatan Daerah Anggaran Daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dengan demikian APBD harus benar-benar dapat mencerminkan dan mampu menjawab tuntutan masyarakat melalui berbagai program dan kegiatan dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan jasa publik seperti pendidikan, kesehatan, kebersihan, keamanan/ketertiban dan lain-lain dengan memperhatikan potensi yang dimiliki. Kebijakan Pendapatan Daerah diupayakan akan terus meningkat dari tahun sebelumnya dengan mengoptimalkan sumbersumber Pendapatan Daerah melalui : (1) Pendapatan Asli Daerah, melalui Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (Bagian laba Usaha Daerah), dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, dengan melakukan program intensifikasi, ekstensifikasi dan difersifikasi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, (2) Dana Perimbangan, melalui Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, DAU, dan DAK, (3) Lainlain Pendapatan Daerah Yang Sah, melalui Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Sumbangan dari Organisasi/ Lembaga tertentu/ perorangan atau pihak ketiga, dan Dana Penyesuaian yang diharapkan dari pemerintah. Target pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, pada tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,-- 35

53 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO atau betambah sebesar Rp ,- dari target 2014 sebesar Rp ,- yang lalu, yang dapat dirinci sbb: Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,-- atau dengan kata lain tidak berbeda dengan tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terdiri dari: Pajak daerah, tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,- sama dengan tahun Retribusi Daerah, tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,- sama dengan tahun Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan yang terdiri dari bagian laba usaha daerah tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,- atau sama dengan tahun Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,- sama dengan tahun 2014 Dana Perimbangan Bagi hasil Pajak / Hasil Bukan Pajak tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,- atau sama dengan target tahun Dana Alokasi Umum tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,- atau dibandingkan pada tahun 2014 hanya sebesar Rp ,-. Dana Alokasi Khusus tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,- atau sama tahun

54 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Pendapatan Hibah pada tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,-. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,-. Dana Penyesuaian dan otonomi khusus pada tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp ,-. Meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp , Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya tahun 2015 ditarrgetkan sebesar Rp Pendapatan daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang harus dialokasikan dalam APBD untuk membiayai segala aktifitas yang diprogramkan dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Kebijakan-kebijakan dalam mencapai target antara lain melakukan intesifikasi, ekstensifikasi dan difersivikasi pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli daerah, dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada baik SDM tenaga dan prasarana dalam memberikan pelayanan. Disamping juga melakukan upaya lainnya dengan menggali sumber-sumber lainnya yang memang berpotensi untuk mendapatkan nilai tambah terhadap penerimaan daerah dari berbagi sektor, sesuai dengan potensi, kondisi dan karakter daerah yang dimiliki. Pencapaian target tersebut tentunya dapat diwujudkan melalui upaya yang serius dan kerja keras yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melipatkan partisipasi masyarakat dalam mencapai hasil yang maksimal. 37

55 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Pengelolaan Belanja Daerah Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 berpedoman pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tentang perubahan atas permendagri nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berkenaan dengan itu, seperti tahun anggaran sebelumnya, belanja tidak langsung diharapkan untuk menunjang pelaksanaan tugas operasional Satuan Kerja Daerah secara rutin. Alokasi ini diarahkan untuk dapat memberikan dukungan yang optimal terhadap kelancaran jalannya pemerintahan dan pelayanan administrasi pada setiap lembaga daerah (Satuan Kerja Daerah) baik pelayanan yang langsung terhadap aparatur daerah maupun pelayanan kepada publik yang menjadi tanggung jjawab pemerintah daerah. Total Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2014 kabupaten Wajo sebesar Rp ,-. a. Kebijakan Belanja Tidak Langsung Kebijakan belanja tidak langsung yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan social, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belaja tidak terduga. Kebijakan Belanja tidak Langsung berorientasi kepada upaya pemenuhan Kebutuhan Gaji Pegawai pada setiap SKPD dan belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa, Belanja tidak terduga yang dikelola oleh SKPD yang bersumber dari dana bantuan pemerintah Provinsi ke Daerah Otonom dan Sumbangan Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Desa dari penerimaan PBB yang selama ini sudah disalurkan kepada pemerintah Desa. Berkaitan dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai negeri Sipil melalui peningkatan gaji pada tahun 2014, maka penyediaan dana 38

56 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO untuk pembayaran gaji dan tunjangan pegawai termasuk gaji calon pegawai negeri sipil (CPNS) sesuai dengan petunjuk dan kebijakan Pemerintah Pusat, yang disediakan accres untuk memperhitungkan kenaikan gaji pegawai dan pembayaran gaji ke-13 untuk Tahun Anggaran Alokasi Belanja Tidak Langsung diperuntukan untuk membiayai Belanja Pegawai Negeri Sipil sebesar Rp ,- Belanja Bunga sebesar Rp ,- Belanja hibah Rp ,- Belanja bantuan sosial Rp ,- Belanja bantuan Keuangan kepada provinsi / kabupaten / kota dan pemerintah desa Rp ,- Belanja tidak terduga Rp ,- dengan total keseluruhan belanja tidak langsung Rp ,-. b. Kebijakan Umum Belanja Langsung Khusus mengenai Belanja Langsung tahun 2014, diperuntukan untuk melakukan urusan wajib dan urusan pilihan melalui program dan kegiatan daerah sesuai pengkodean yang telah diatur sesuai ketentuan yang berlaku, dengan tetap memperhatikan Pokok-Pokok Kebijakan Pemerintah Daerah yang dijabarkan dalam RPJMD Wajo dan RKPD Tahun Untuk tahun 2014 alokasi Belanja Langsung, hal yang perlu mendapatkan perhatian pada program kegiatan 2014 antara lain: 1. Pendidikan Gratis dan Kesehatan Gratis 2. Peningkatan Infrastruktur (Jalan, Jembatan, Irigasi dan air Bersih) 3. Operasional UPTD 14 Kecamatan dan Pembinaan PAUD 4. Sarana dan Prasarana Pertanian, Kesehatan dan Pendidikan 5. DED Master Plan Kawasan Perkantoran Pemerintah Kab. Wajo, Rencana Detail Kawasan Danau Tempe. 6. Operasional Adipura 39

57 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 7. Pengadaan Kendaraan Dinas Opersional SKPD, Dokter Ahli dan Mobil Pemadam Kebakaran 8. Anggaran untuk Penanggulangan Bencana dan Penanggulangan Kemiskinan dan beberapa kegiatan lain yang sangat prioritas untuk tahun Alokasi Belanja Langsung diperuntukan untuk membiayai belanja pegawai Rp ,53 Belanja barang dan jasa sebesar Rp ,12 dan Belanja Modal sebesar Rp ,35 sehingga total keseluruhan belanja langsung diperkirakan sebesar Rp ,- sedangkan total APBD secara keseluruhan diperkirakan mencapai sebesar Rp ,-. Kebijakan belanja daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 5, 6, 7, 8 tentang Kelembagaan Orrganisasi Perangkat Daerah Kabupaten Wajo berdasarkan Urusan Pemerintahan. (Lihat tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Wajo Tahun ). 40

58 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.5 Rekapotulasi Realisasi APBD Kabupaten Wajo Tahun No Jenis Pendapatan Daerah Tahun Rata-Rata Pertumbuhan 1 Pendapatan Asli Daerah Rp ,24 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,06 Rp ,61 53,89 a Pajak Daerah Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,50 24,09 b Retribusi Daerah Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 21,18 c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,35 Rp ,00 0,06 d Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Rp ,24 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,71 Rp ,11 8,56 2 Dana Perimbangan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 28,99 a Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 13,96 b Dana Alokasi Umum Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 11,25 c Dana Alokasi Khusus Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 3,78 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,13 Rp , ,53 a Hibah Rp - Rp ,00 Rp - Rp ,00 Rp ,00-39,55 b Dana Darurat Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - - c Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan dari Pemerintah Daerah lainnya Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,13 Rp ,72 18,91 d Dana Penyesuaian dan Otonom Khusus Rp - Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 6,65 e Bantuan Keuangan dariprovinsi dan Pemerintah Daerah lainnya Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp , ,52 Sumbangan dari Organisasi / Lembaga f tertentu / Perorangan atau Pihak Ketiga Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - - JUMLAH PENDAPATAN Rp ,24 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,19 Rp ,33 41

59 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO No Jenis Pendapatan Daerah Tahun Rata-Rata Pertumbuhan 1 Belanja Pegawai Rp ,50 Rp ,61 Rp ,71 Rp ,00 Rp ,00 10,05 2 Belanja Bunga Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00-17,53 3 Belanja Subsidi Rp - Rp - Rp - Rp - Rp Belanja Hibah Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 92,64 5 Belanja Bantuan Sosial Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00-1,89 Belanja Bagi Hasil kepada 6 Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - - Belanja Bantuan Keuangan kepada 7 Provinsi/Kabupaten/Kota dan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 14,84 Pemerintah Desa 8 Belanja Tidak Terduga Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 30,36 JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG Rp ,50 Rp ,61 Rp ,71 Rp ,00 Rp ,00 128,47 1 Belanja Pegawai Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 7,04 2 Belanja Barang dan Jasa Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 12,04 3 Belanja Modal Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00-1,19 JUMLAH BELANJA LANGSUNG Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 17,89 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SILPA) Rp ,76 Rp ,61 Rp ,71 Rp ,00 Rp , ,02 6 Penerimaan Piutang Daerah Rp - Rp - Rp - Rp ,00 Rp ,00 0,00 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Rp ,76 Rp ,61 Rp ,71 Rp ,00 Rp , ,02 1 Penyertaan Modal Pemda Rp - Rp - Rp ,00 Rp ,00 Rp - -39,98 3 Pembayaran Pokok Utang Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 0,13 4 Pemberian Pinjaman Daerah Rp ,50 Rp - Rp - Rp - Rp - -20,00 5 Pembayaran Utang Pihak Ketiga Rp - Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 43,61 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN Rp ,50 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00-16,24 42

60 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Pengalokasian Anggaran Sanitasi Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar sanitasi yang terdiri dari drainase, pengelolaan limbah dan persampahan di Kabupaten Wajo tahun 2012 memiliki proposi anggaran sanitasi terhadap belanja total di Kabupaten Wajo hanya berkisar di angka 0,20 %. Sedangkan proporsi Investasi Sanitasi terhadap belanja sanitasi sekitar 0,87% dan proporsi OM terhadap belanja sanitasi sekitar 0,13%. (Lihat Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Wajo Tahun , Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Wajo Tahun , Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Wajo Tahun , Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Per Kapita dan Tabel 2.10 Peta Perekonomian Kabupaten Wajo Tahun ) 43

61 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi Kab. Wajo Tahun Tahun Rata2 No. Realisasi Anggaran Pertumbuhan Dinas Pekerjaan Umum a Investasi b Operasional/Pemeliharaan (OM) ,25 2. Dinas Tata Ruang dan Permukiman a Investasi b Operasional/Pemeliharaan (OM) ,37 3. Dinas Kesehatan a Investasi b Operasional/Pemeliharaan (OM) ,00 4. Badan Lingkungan Hidup Daerah a Investasi b Operasional/Pemeliharaan (OM) ,80 5. Bappeda a Investasi b Operasional/Pemeliharaan (OM) ,47 6 Belanja Sanitasi ( ) Pendanaan Investasi Sanitasi Total (1a+2a+3a+4a+5a) Pendanaan OM (1b+2b+3b+4b+5b) Belanja Langsung Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 3,86 10 Proporsi Belanja Sanitasi Belanja Langsung (6/9) 0,01 0,01 0,00 0,00 0,02 85,72 11 Proporsi Investasi Sanitasi Total Belanja Sanitasi (7/6) Proporsi OM anitasi Total Belanja Sanitasi (8/6) 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Sumber : Realisasi APBD Tahun Keterangan : investasi termasuk didalmnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan Lahan, pelatihan koordinasi, advokasi, kampaye dan studi-studi yang terkait sanitasi 44

62 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.7. Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kab. Wajo Tahun No Uraian Belanja Sanitasi (Rp) Rata-Rata Pertumbuhan 1 Belanja Sanitasi ( ) 1.1 Air Limbah Domestik 1.2 Sampah Rumah Tangga 1.3 Drainase Perkotaan 1.4 PHBS 2 Dana Alokasi Khusus ( ) 2.1 DAK Sanitasi 2.2 DAK Lingkungan Hidup 2.3 DAK Perumahan dan Permukiman 3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi 4 Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi Belanja APBD Murni untuk Sanitasi (1-2-3) , (15,55) , (35,34) , , , , Total Belanja Langsung % APBD murni terhadap Belanja Langsung 0,008 0,009 0,004 0,008 0,023 29,114 Sumber : Realisasi APBD Tahun

63 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.8. Belanja Sanitasi Per Kapita Kab. Wajo Tahun No Deskriptif 1 Total Belanja Sanitasi Kebupaten Wajo 2 Jumlah Penduduk Belanja Sanitasi Perkapita (1/2) Belanja Sanitasi (Rp) , , Rata-Rata Pertumbuhan Sumber: Data Realisasi Fisik Keuangan SKPD Kab. Wajo Tahun

64 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.9. Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Per Kapita Tahun No Uraian Belanja Sanitasi (Rp) Rata-Rata Pertumbuhan 1 Retribusi Air Limbah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - - Realiasasi Retribusi Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - - Potensi Retribusi Rp - Rp - Rp - Rp - Rp Retribusi Sampah Rp Rp Rp Rp Rp ,05 Realiasasi Retribusi Rp Rp Rp Rp Rp ,05 Potensi Retribusi Rp - Rp - Rp - Rp - Rp Retribusi Drainase Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - - Realiasasi Retribusi Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - - Potensi Retribusi Rp - Rp - Rp - Rp - Rp Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) Rp Rp Rp Rp Rp Total Potensi Retribusi Rp Sanitasi (1b+2b+3b) - Rp - Rp - Rp - Rp - - Proporsi Total Realisasi - 6 Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) Sumber :SKPD Wajo 47

65 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.10 Tabel Peta Perkonomian Kabupaten Wajo Tahun Belanja Sanitasi (Rp) Rata-Rata No Deskriptif Pertumbuhan PDRB Harga Konstan (Struktur , , , , ,865 Perekonomian) (Rp) 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp) , ,72 17,111 19, Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,10 5,71 10,93 8,99 7,68 Sumber : Data BPS Wajo Tahun

66 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 2.4. TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Wajo: Penataan ruang wilayah bertujuan untuk mewujudkan penataan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan untuk mendukung keterpaduan fungsi kegiatan pertanian, perikanan, industri, dan pertambangan energi gas, serta pariwisata Kebijakan Penataan Ruang Daerah Guna mewujudkan tujuan penataan ruang Kabupaten Wajo hingga tahun 2032, maka dirumuskan kebijakan penataan ruang, yang antara lain : a. keterpaduan pengembangan pusat-pusat pelayanan wilayah kabupaten berdasarkan fungsi kawasan; b. peningkatan kualitas jaringan dan jangkauan pelayanan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air secara terpadu dan merata; c. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; d. penetapan kawasan perlindungan daerah bawahannya, setempat, ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya; e. perwujudan dan peningkatan keserasian, keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; f. pengembangan potensi kawasan pariwisata dan obyek wisata dengan berorientasi kearifan lokal; g. pengembangan dan peningkatan kawasan strategis kepentingan ekonomi yang berdaya saing skala kabupaten, provinsi dan nasional; h. pengembangan kawasan strategis sosial dan budaya untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah dan kegiatan kepariwisataan; i. pengembangan dan pelestarian kawasan strategis kepentingan fungsi daya dukung dan lingkungan; 49

67 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO j. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan k. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara Strategi Penataan Ruang Kabupaten Wajo meliputi : Strategi penataan ruang Kabupaten Wajo dimaksudkan sebagai penjabaran dari rumusan kebijakan penataan ruang, sehingga diharapkan pemerintah kabupaten memiliki langkah-langkah strategis guna mewujudkan tujuan penataan ruang kabupaten Wajo, dalam dimensi keruangan. Adapun rumusan strategi pengembangan wilayah Kabupaten Wajo, antara lain : 1. Strategi keterpaduan pengembangan pusat-pusat pelayanan wilayah kabupaten berdasarkan fungsi kawasan, terdiri atas: a. mempertahankan keterkaitan antar sub pusat pelayanan kota (PKL, PKLp, PPK), terhadap wilayah di sekitarnya; b. menata dan mengendalikan pengembangan pusat-pusat pelayanan untuk mewujudkan pembangunan perkotaan yang berwawasan lingkungan; dan c. mendorong pertumbuhan pada kawasan-kawasan yang berpotensi sebagai pusat pelayanan. 2. Strategi peningkatan kualitas jaringan dan jangkauan pelayanan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air secara terpadu dan merata, terdiri atas : a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana transportasi; b. mengembangkan jaringan prasarana transportasi darat untuk meningkatkan aksesibilitas antar kawasan di seluruh wilayah; c. mengembangkan prasarana transportasi laut untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah pesisir dan pulau-pulau, dan beberapa wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara; d. mengembangkan kapasitas sumber energi listrik dan distribusi pelayanan hingga mencapai pusat-pusat lingkungan dengan memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal; 50

68 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO e. mengembangkan sumber daya air untuk pemanfaatan, pengendalian dan pelestarian sumber daya air melalui pembuatan sumur-sumur resapan dan perlindungan kawasan mata air dan danau; f. mengembangkan pelayanan telekomunikasi yang merata hingga menjangkau seluruh kawasan; g. mengembangkan kapasitas pelayanan air minum hingga mencapai pusat-pusat pelayanan lingkungan terutama pada kawasan ketinggian atau daerah rawan air bersih; h. mengembangkan sistem jaringan drainase perkotaan dan perdesaan untuk mengendalikan genangan air dan banjir; i. mengembangkan sistem pembuangan air limbah di setiap kawasan dan mengamankan kawasan permukiman dan kawasan pesisir dari pencemaran; dan j. mengembangkan jalur dan ruang evakuasi bencana pada wilayah yang rawan bencana. 3. Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup, terdiri atas : a. membatasi kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu pelestarian lingkungan hidup; b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun sebagai akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; dan c. mengarahkan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung untuk menjaga fungsi lindung dan menjaga keberlanjutan pembangunan wilayah jangka panjang. 4. penetapan kawasan perlindungan daerah bawahannya, setempat, ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya, terdiri atas: a. menentukan batas-batas kawasan yang harus ditetapkan sebagai kawasan perlindungan daerah bawahannya, setempat, ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam, 51

69 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya; b. mengarahkan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya dengan peraturan zonasi; c. menysusun mekanisme dan peraturan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat, terutama pemanfaatan sempadan pantai dan sungai; d. menyusun ketentuan insentif dan disinsentif, ketentuan perizinan serta sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya. 5. Strategi perwujudan dan peningkatan keserasian, keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya, terdiri atas: a. mengembangkan potensi unggulan pada pusat-pusat pertumbuhan untuk mendorong pemerataan pembangunan; b. mengembangkan kawasan budidaya untuk mengakomodasikan kegiatan peruntukan hutan produksi, hutan rakyat, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, energi, pariwisata serta peruntukan lainnya; c. pengembangan pusat permukiman sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pengembangan kawasan; d. pengembangan dan penataan kawasan pesisir menuju perwujudan kawasan minapolitan yang berkelanjutan; 6. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian meliputi peruntukan budidaya tanaman pangan, budidaya hortikultura diarahkan untuk menjaga ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan; a. mendorong pengembangan kawasan budidaya melalui penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana penunjang; dan 52

70 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO b. mengendalikan kegiatan budidaya sesuai dengan peruntukan lahan, kemampuan lahan dan konflik pemanfaatan ruang; 7. Strategi pengembangan kawasan pariwisata dan obyek wisata yang berorientasi kearifan lokal, terdiri atas: a. mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata meliputi kawasan pariwisata, kawasan daya tarik wisata khusus dan kawasan daya tarik wisata; b. mengembangkan obyek wisata yang memiliki potensi tinggi sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) terkemuka; c. mengembangkan kepariwisataan berbasis masyarakat yang diintegrasikan dengan pengembangan pertanian pada kawasan daya tarik wisata khusus dan daya tarik wisata d. mempromosikan potensi wisata pada tingkat regional, nasional dan internasional; dan e. mengembangkan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan kepariwisataan. 8. Strategi pengembangan dan peningkatan kawasan strategis kepentingan ekonomi yang berdaya saing skala kabupaten, provinsi dan nasional, terdiri atas: a. menetapkan suatu ruang kegiatan sektor unggulan tertentu sebagai kawasan strategis yang memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan ekonomi wilayah; b. meningkatkan fungsi dan radius pelayanan pada suatu kawasan jasa dan perdagangan agar memiliki daya saing nasional dan internasional; c. meningkatkan kualitas kawasan peruntukan permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman yang memadai; d. mengembangkan kawasan peruntukan kegiatan industri diarahkan pada sentra-sentra industri kreatif dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan; dan e. mengarahkan peruntukan permukiman perkotaan dengan konsep compact city dan permukiman perdesaan diarahkan mengikuti pola mengelompok, untuk menghindari perkembangan secara sporadis dan linier; 53

71 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO f. memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut melalui pemanfaatan jasa-jasa lingkungan, potensi perikanan dengan tetap menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan pemberdayaan masyarakat; dan g. mengembangkan kegiatan perekonomian perdesaan berbasis pertanian, industri kecil, dan pariwisata yang dilengkapi sarana dan prasarana penunjang. 9. Strategi pengembangan kawasan strategis sosial dan budaya untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah dan kegiatan kepariwisataan, terdiri atas: a. melestarikan dan merevitalisasi kawasan atau obyek yang memiliki nilai sejarah dan menjadikan sebagai salah satu obyek wisata; dan b. mendorong pengembangan budaya lokal sebagai salah satu potensi wilayah. 10. Strategi pengembangan dan pelestarian kawasan strategis kepentingan fungsi daya dukung dan lingkungan, terdiri atas: a. melestarikan dan merehabilitasi hutan lindung pada kawasan lindung; b. melestarikan dan merehabilitasi kawasan hutan mangrove; c. melestarikan dan melindungi sumber-sumber air bersih berupa mata air dan danau serta wilayah tangkapannya; dan d. mensosialisasikan pelestarian kawasan lindung serta pengendalian pembangunan pada kawasan rawan bencana berbasis mitigasi. 11. Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, terdiri atas: a. mengembangkan sumber daya alam yang tersedia dengan penggunaan teknologi tinggi; dan b. pengelolaan sumber daya alam dan teknologi tinggi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. 12. Strategi peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara, terdiri atas: 54

72 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; b. mengembangkan budidaya tidak kawasan lindung terbangun dan/atau disekitar kawasan kawasan khusus pertahanan dan kemanan; c. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan sekitar kawasan khusus pertahanan dan keamanan; dan d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten A. Sistem Perkotaan Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan di Kabupaten Wajo Timur dilakukan dengan mempertimbangkan rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi rencana sistem pusat-pusat permukiman dan rencana sistem prasarana wilayah Kabupaten Wajo. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka di wilayah Kabupaten Wajo ditetapkan setiap kecamatan akan dikembangkan minimal satu pusat kawasan permukiman (dijadikan sebagai kawasan perkotaan walaupun belum memenuhi kriteria sebagai kawasan perkotaan). 1. Kota orde pertama (Kota Sengkang) peran fungsi penunjang yang diberikan sesuai dengan potensi dan kemampuan wilayah, yang meliputi: Sistem transportasi regional terpadu (darat) Jasa kepariwisataan Permukiman Agroindustri dan agrobisnis Pemerintahan dan pendidikan Pelayanan Jasa sosial dan ekonomi 55

73 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 2. Kota orde kedua, peran fungsi penunjangnya, antara lain: Perdagangan lokal Transportasi lokal Jasa kepariwisataan Perikanan laut Jasa kepelabuhanan Permukiman Hasil pertanian 3. Kota orde ketiga, peran fungsi penunjangnya, antara lain: Industri kecil rakyat Hasil-hasil pertanian Hasil-hasil perkebunan Jasa kepariwisataan Permukiman Perikanan darat dan laut Wilayah pelayanan kota orde pertama Sengkang, meliputi cakupan wilayah pelayanan seluruh wilayah administratif Kabupaten Wajo. Kota orde kedua (Anabanua, Paria, dan Siwa) yang berperan sebagai pusat satuan kawasan pengembangan merupakan pusat pertumbuhan untuk satuan kawasan pengembangan yang bersangkutan. Kota orde ketiga (kota-kota kecamatan) merupakan pusat pelayanan lokal dan juga pusat pemerintahan wilayah kecamatan dan pusat pelayanan sosial dan ekonomi untuk wilayah bersangkutan. B. Sistem Perdesaan Sesuai dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian dari kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemerintahan, permukiman pelayanan perdesaan, sosial dan pelayanan kegiatan jasa ekonomi. Berdasarkan kriteria dan pertimbangan tersebut, maka delineasi kawasan perdesaan adalah kawasan di seluruh kecamatan di 56

74 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO wilayah Kabupaten Wajo yang tidak ditetapkan sebagai kawasan perkotaan. Sehingga kawasan perdesaan ini sifatnya menyebar di hampir seluruh kecamatan di wilayah ini. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.3 Struktur Ruang Kab. Wajo dan Peta 2.4 Rencana Pola Ruang Kabupaten Wajo yang termuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun berikut ini:) 57

75 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Peta 2.3 Peta Struktur Ruang Kabupaten Wajo Sumber : RTRW Kab. Wajo 58

76 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Rencana pengembangan sistem prasarana yaitu sistem prasarana utama merupakan sistem jaringan transportasi yang terdiri atas: A. Sistem transportasi jaringan darat; Sistem lalulintas di Kabupaten Wajo terdiri atas, angkutan barang dan angkutan penumpang. Sistem jaringan lalulintas angkutan barang di Kabupaten Wajo lebih didominasi pengangkutan hasil-hasil bumi, baik dari sentra produksi ke pengolahan dan pemasaran, maupun sebagai jalur perlintasan antar wilayah. Sedangkan untuk rute angkutan umum, di Kabupaten Wajo melayani beberapa rute angkutan, antara lain: 1. Rute Kota Sengkang Kabupaten Soppeng Kabupaten Bone Kabupaten Maro Kota Makassar 2. Rute Kota Sengkang Kabupaten Sidendreng Rappang Kota Parepare Kabupaten Barru Kabupaten Pangkejene Kepulauan Kabupaten Maros Kota Makassar 3. Rute Kota Sengkang Kabupaten Soppeng Kabupaten Barru Kabupaten Pangkejen Kepulauan Kabupaten Maros - Kota Makassar 4. Rute Kota Sengkang Kota Siwa Kabupaten Luwu 5. Rute Kota Sengkang Kota Watampone 6. Rute Kota Sengkang Kota Watansoppeng 7. Rute Kota Siwa Kabupaten Luwu 8. Rute Kota Siwa Kabupaten Sidendreng Rappang Kota Parepare Kabupaten Barru - Kabupaten Pangkejen Kepulauan Kabupaten Maros - Kota Makassar 9. Rute Kota Menge Kabupaten Sidendreng Rappang Kota Parepare 10. Rute Kota Atapangnge - Kabupaten Sidendreng Rappang Kota Parepare B. Sistem jaringan transportasi laut; Untuk transportasi laut ini, pembangunan dan peningkatan prasarana dan sarana yang ada, di antaranya adalah: 59

77 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 1. Pelabuhan Very di Siwa, melayani penupang dan barang yang menghubungkan ke Sulawesi Tenggara (Pelabuhan Tobaku di Kolaka Utara), diarahkan untuk dapat mendorong perumbuhan ekonomi dan penyeberangan penumpang untuk membuka akses wilayah Utara Sul-Sel (Wajo, Luwu, dan Palopo) ke Sulawesi Tenggara. 2. Dermaga Penyeberangan di Sungai Siwa, melayani angkutan penumpang dengan modan angkutan jenis fiber menghubungkan beberapa wilayah di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat ke Sulawesi Tenggara (Pelabuhan Kolaka dan Pelabuhan Tobaku di Kolaka Utara). 3. Pelabuhan/dermaga rakyat yang umumnya melayani merupakan dermaga penyebarangan yang menghubungkan ke pulau-pulau kecil, dermaga ini terdapat di Kecamatan Penrang, dan Kecamatan Sajoanging (Dermaga Cenrana E) 4. Terdapat dermaga PPI, antara lain di PPI Danau Tempe di Kecamatan Tempe, PPI Siwa di Kec. Siwa, dan PPI Keera di Kecamatan Keera 5. Pelabuhan Rakyat Tosewo di Desa Botto Kecamatan Takalalla Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Wajo Adapun sistem perwilayahan yang terbentuk di Kabupaten Wajo, antara lain : a. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP1), meliputi Kecamatan Tempe, Sabbangparu, Pammana, dan Kecamatan Tanasitolo, dengan Pusat Pengembangan Kawasan (PPK) di Kota Sengkang, yang juga berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Wilayah di Kabupaten Wajo (PPW/ibukota kabupaten); b. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP2), meliputi Kecamatan Keera, dan Kecamatan Pitumpanua, dengan pusat pengembangan di Kota Siwa (Kec. Pitumpanua); 60

78 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO c. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP3), meliputi Kecamatan Majau/leng, Penrang, Sajoanging, Takkalalla dan Kecamatan Bola Solo, dengan pusat pengembangan di Kota Paria (Kecamatan Majauleng); d. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP4), meliputi Kecamatan Maniangpajo, Gilireng dan Kecamatan Belawa, dengan pusat pengembangan di Anabanua (Kecamatan Maniangpajo). 61

79 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Peta 2.4 Peta Pola Ruang Kabupaten Wajo Sumber : RTRW Kab. Wajo 62

80 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 2.5. KONDISI SOSIAL BUDAYA KABUPATEN WAJO A. Sektor Pendidikan Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting untuk menyiapkan sumber daya manusia berkualitas bagi pembangunan, dan juga sebagai salah satu pilar utama agar penduduk dapat memberdayakan dirinya berpartisipasi dalam pembangunan. Pendidikan di sini tidak diartikan hanya pendidikan formal saja, akan tetapi dalam arti lebih luas, termasuk pendidikan berpolitik. Pendidikan politik tidak mesti diisolasikan dari yang lainnya, akan tetapi menjadi salah satu unsur pendidikan yang penting agar penduduk dapat secara partisipatif menentukan serta menikmati hasil pembangunan. Namun disadari, indikator dasar tentang pendidikan politik sampai saat ini belum tersedia. Indeks Pendidikan Perhitungan angka indeks ini terdiri dari dua komponen yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Kedua komponen tersebut merupakan pembentuk indeks pendidikan. Keadaan tahun 2011, kondisi pendidikan Kabupaten Wajo memperlihatkan tren yang semakin membaik dibandingkan dengan keadaan 4 tahun yang lalu. Indeks pendidikan pada tahun 2007 sebesar 67,79 dan meningkat menjadi 71,32 pada tahun Namun bila dibandingkan dengan angka Provinsi Sulawesi Selatan terlihat bahwa indeks pendidikan Kabupaten Wajo relatif masih rendah, dimana angka Provinsi Sulsel 76,82 pada tahun Untuk meningkatkan indeks pendidikan Kabupaten Wajo, dibutuhkan suatu program yang mendorong akses pendidikan yang lebih luas serta dana yang cukup besar. 63

81 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO a) Angka Melek Huruf Angka melek huruf dihitung berdasarkan penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. Dalam periode , jumlah penduduk yang dapat membaca dan menulis tersebut semakin meningkat. Pada tahun 2007 tercatat 81,68 persen dan meningkat menjadi 84,99 persen pada tahun Namun demikian dibandingkan dengan angka Provinsi Sulawesi Selatan, angka melek huruf Kabupaten Wajo relatif masih rendah. b) Angka Rata-rata Lama Sekolah Angka ini sangat berguna untuk memonitor tingkat pencapain setiap penduduk dalam kegiatan bersekolah. Interpretasinya, semakin tinggi angka tersebut maka semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah dicapai penduduk. Keadaan lama bersekolah penduduk tahun 2012 telah meningkat. Keadaan 2007 rata-rata lama bersekolah, penduduk 6 tahun dan meningkat menjadi 6,6 tahun pada tahun Dengan kata lain pada tahun 2012, bahwa setiap penduduk telah menamatkan pendidikannya di sekolah dasar dan sedang duduk di kelas 1 SMP. (Lihat Tabel 2.11 Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kabupaten Wajo, Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan dan Tabel 2.13 Jumlah Rumah Per Kecamatan) 64

82 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.11 Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kab. Wajo No Jumlah Fasilitas Pendidikan Nama Umum Kecamatan Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA 1 Sabbangparu Tempe Pammana Bola Takkalalla Sajoanging Penrang Majauleng Tanasitolo Belawa Maniangpajo Gilireng Keera Pitumpanua Sumber : BPS Kab. Wajo Tahun

83 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO B. Kemiskinan Pada tahun 2012 menurut data BPS Kab. Wajo, jumlah keluarga prasejahtera adalah sebesar keluarga. Jumlah keluarga prasejatera terbanyak berada di Kec. Tanasitolo yaitu keluarga. Sedangkan jumlah Keluarga Sejahtera III+ sebanyak keluarga terbanyak di Kec. Tempe. Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Di Kabupaten Wajo Tahun 2012 No Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) 1 Sabbangparu Tempe 3 Pammana Bola Takkalalla Sajoanging Penrang Majauleng Tanasitolo Belawa Maniangpajo Gilireng Keera Pitumpanua Sumber : BPS Wajo Tahun

84 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Tabel 2.13 Jumlah Rumah Per Kecamatan Di Kabupaten Wajo No Nama Kecamatan Jumlah Rumah 1 Sabbangparu Tempe Pammana Bola Takkalalla Sajoanging Penrang Majauleng Tanasitolo Belawa Maniangpajo Gilireng Keera Pitumpanua Sumber : Dinas Tarkim Wajo Tahun

85 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 2.6. KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH Kebijakan Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Wajo berdasarkan Organisasi Perangkat Daerah yakni terdiri dari 15 Dinas, 9 Badan, 5 Kantor (Satpol+Inspektorat), 2 RSUD, 3 Sekretariat. SKPD yang terkait dengan program PPSP tersebut adalah : 1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Merupakan Instansi perencanaan pembangunan di daerah dimana instansi ini menghimpun data dari SKPD dalam pelaksanaan program yang berkaitan dengan sanitasi. 2) Dinas Pekerjaan Umum Instansi ini dibentuk untuk membangun sarana prasarana umum. Didalamnya terbagi atas dua bidang kerja fisik yakni Bidang Bina Marga dan Bidang Cipta Karya. Untuk Program Sanitasi, yang menjadi penanggungjawab adalah Bidang Cipta Karya. 3) Dinas Kesehatan Instansi ini menangani masalah kesehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, sehingga dalam upaya peningkatan kesehatan lingkungan dan masyarakat dapat menjadi sarana pendukung bagi terciptanya program-program kesehatan. 4) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa / Kelurahan (BPMPDK) Sanitasi masih erat hubungannya dengan instansi ini karena memiliki fungsi yang penting sebagai ujung tombak penguatan pemberdayaan dan kelembagaan masyarakat agar mendukung penyelesaian masalah sanitasi di masyarakat. 5) Badan Lingkungan Hidup Daerah Dampak lingkungan sangat terkait dengan permasalahan sanitasi. Oleh karena itu, keberadaan SKPD yang mengurusi 68

86 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO lingkungan berperan penting pula terhadap kebijakan pembangunan sanitasi. 6) Dinas Tata Ruang dan Permukiman SKPD ini sangat menyebarluaskan pentingnya penting informasi untuk kepada memberikan masyarakat dan akan arti sanitasi yang baik dan akibat buruk akibat sanitasi buruk. 7) Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Dalam hal ini, komunikasi berfungsi sebagai wadah untuk menjelaskan atau memperkenalkan teori ataupun penyebaran informasi tentang sanitasi. Instansi inilah yang berperan untuk hal tersebut. 8) Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Penggunaan Anggaran untuk program kegiatan terpusat di Instansi ini. Begitupun halnya anggaran yang digunakan untuk operasional program ini. (Lihat Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo dan Gambar 2.2 Struktur SKPD yang terkait dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Wajo) 69

87 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Wajo BUPATI WAKIL BUPATI DPRD STAF AHLI BIDANG HUKUM DAN POLITIK STAF AHLI BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN STAF AHLI BIDANG KEMASYARAKATAN & SDM STAF AHLI BIDANG PEMRINTAHAN STAF AHLI BIDANG PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH BADAN USAHA 1. BUMD PT. Wajo Energy Jaya 2. PDAM LEMBAGA LAIN 1. Inspektorat Daerah 2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 3. Satpol-PP 4. Kantor Pelayanan Terpadu 5. Sekretariat Korpri LEMBAGA TEKNIS DAERAH 1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 2. Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah 3. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 4. Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian 5. Badan Lingkungan Hidup Daerah 6. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 7. Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 8. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah 9. Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng 10. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah 11. Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DINAS DAERAH 1. Dinas Pendidikan 2. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata 3. Dinas Kesehatan 4. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 6. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 7. Dinas Pekerjaan Umum 8. Dinas Koperasi,UMKM dan Perindustrian 9. Dinas Pertanian dan Peternakan 10. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 11. Dinas Kelautan dan Perikanan 12. Dinas Tata Ruang dan Permukiman 13. Dinas Pendapatan Daerah 14. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Energi dan Sumber Daya Mineral 15. Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar ASISTEN PEMERINTAHAN & KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Bagian Adm. Pemerintahan Umum 2. Bagian Adm. Kesejahteraan Rakyat 3. Bagian Adm. Kemasyarakatan 4. Bagian Administrasi Kerjasama Antar Daerah Kecamatan (14) Kelurahan (48) ASISTEN PEREKONOMIAN & PEMBANGUNAN 1. Bagian Adm. Pengembangan Potensi Daerah 2. Bagian Adm. Pembangunan 3. Bagian Adm. Sumber Daya Alam 4. Bagian Adm. Perekonomian ASISTEN ADMINISTRASI UMUM 1. Bagian Hukum & Perundangundangan 2. Bagian Organisasi & Tata Laksana 3. Bagian Umum 4. Bagian Humas & Protokol SEKRETARIAT DPRD 1. Bagian Umum 2. Bagian Keuangan 3. Bagian Perundangundangan 4. Bagian Risalah dan Persidangan 70

88 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO Gambar 2.2 Diagram SKPD terkait dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Wajo BUPATI BAPPEDA DINAS PU - Bidang Fisik dan Prasarana - Bidang Penelitian dan Statistik - Bidang Sosial Budaya - Bidang Cipta Karya BLHD - Bidang Analisa Dampak Lingkungan 71 DINAS KESEHATAN DINAS TARKIM - Bidang Kesehatan Keluarga - Bidang Pencegahan Penyakit - Bidang Permukiman - Bidang Tata Ruang

89 PPSP WAJO BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO 2.7. KOMUNIKASI DAN MEDIA Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi No Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu Yang Diangkat Pesan Kunci Bersama- Masyarakat Umum terutama yang 1 TV Kabel bertempat tinggal di Kabupaten Wajo Produksi dan Penyiaran dari masingmasing pemilik TV Kabel Segala Kegiatan sama dan Peristiwa mencegah yang terjadi di hal-hal yang Kabupaten Wajo bersifat baik di negatif di Pemerintahan lingkup maupun Pemerintah Masyarakat dan Umum Masyarakat Umum Efektivitas Dari hasil Evaluasi di Masyarakat dengan adanya media ini banyak informasi yang bisa didapatkan sehingga dapat mencegah dan mengurangi halhal negatif Bersama- 2 Tabloid Komunika sama Pemberitaan Segala Kegiatan mencegah yang ada di Masyarakat dan Peristiwa hal-hal yang media ini Umum yang terjadi bersifat membantu terutama yang Dari secara Nasional negatif di masyarakat bertempat Kementerian baik di lingkup mengetahui tinggal di Kominfo Pemerintahan Pemerintah pentingnya Kabupaten maupun dan menjaga Wajo Masyarakat Masyarakat kebersihan Umum Umum untuk lebih mengenai sehat Kesehatan Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kab. Wajo 72

90 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH Pemaparan pada bab ini mengenai profil sanitasi wilayah yang mencangkup wilayah kajian sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terkait sanitasi, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase perkotaan dan pengelolaaan komponen terkait sanitasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sanitasi di Kabupaten Wajo secara real. Pengelolaan sanitasi akan meliputi berbagai aspek yaitu, kelembagaan, sistem dan cakupan pelayanan peran serta masyarakat, komunikasi dan media, peran swasta, pendanaan dan pembiayaan dan permasalahan mendesak. Kondisi wilayah Kabupaten Wajo yang berbentuk mangkok sehingga aliran air dari berbagai kabupaten lain seperti Soppeng, Bone, Luwu dll akan berakhir atau berhulu ke Kabupaten Wajo. Hal ini sering menyebabkan banjir karena meluapnya danau tempe dan ditambah dengan banyaknya saluran drainase yang tidak berfungsi dengan baik, sungai yang mengalami pendangkalan. Ini semua dikarenakan banyaknya masyarakat yang masih membuang sampah, membuang tinja dan limbah rumah tangga disembarang tempat. Kondisi ini akan berdampak pada pencemaran lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai jenis penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Melihat kondisi wilayah Kabupaten Wajo yang rawan terjadi banjir dan untuk peningkatan kualitas kesehatan masyarakat maka diperlukan peningkatan kualitas sanitasi. Peningkatan kualitas sanitasi meliputi pada penataan saluran drainase, pengelolaan persampahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas air minum bersih bagi masyarakat. 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi Wilayah Kajian Sanitasi di Kabupaten Wajo terdiri dari 15 Desa/Kelurahan dari 9 (Sembilan) Kecamatan yaitu; 1. Kecamatan Tempe Lapongkoda Siengkang 2. Kecamatan Tanasitolo Wajariaja Lowa 3. Kecamatan Sabbangparu Ujung Pero Wage 4. Kecamatan Pammana Simpursia 73

91 5. Kecamatan Belawa Leppangeng 6. Kecamatan Maniangpajo Anabanua 7. Kecamatan Majauleng Tua Tellu Limpoe 8. Kecamatan Bola Manurung Balielo 9. Kecamatan Penrang Doping Walanga Pengelompokan Desa/Kelurahan berdasarkan Strata : 1. Strata 0 Doping Kecamatan Penrang 2. Strata 1 Lapongkoda Kecamatan Tempe Anabanua Kecamatan Manniangpajo 3. Strata 2 Simpursia Kecamatan Pammana Tua Kecamatan Majauleng Wajoariaja Kecamatan Tanasitolo Manurung Kecamatan Bola Walanga Kecamatan Penrang 4. Strata 3 Ujung Pero Kecamatan Sabbangparu Wage Kecamatan Sabbangparu Tellu Limpoe Kecamatan Majauleng Siengkang Kecamatan Tempe Lowa Kecamatan Tanasitolo 5. Strata 4 Leppangeng Kecamatan Belawa Balielo Kecamatan Bola (Lihat Peta 3.1 Peta Wilayah Kajian Sanitasi Kab. Wajo) 74

92 PPSP WAJO Peta 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi Kabupaten Wajo 75

93 3.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi Dasar Pemikiran dilakukan penyuluhan tentang PHBS adalah karena faktor perilaku secara teoritis memiliki andil % terhadap derajat kesehatan, sedangkan dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Faktor lingkungan adalah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan sehat akan mendukung masyarakat untuk hidup sehat demikian sebaliknya lingkungan yang tidak sehat dapat menimbulkan penyakit terutama penyakit yang berbasis lingkungan. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan pada umumnya masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan melalui berbagai upaya program yang sesuai. Kesehatan masyarakat terkait erat dengan kondisi kesehatan lingkungan serta perilaku sehat dari penghuni di dalam lingkungan tersebut. Kondisi lingkungan ini terkait dengan lingkungan hunian yang sebagian wilayah adalah alokasi yang rawan banjir/genangan dan terbatasnya jangkauan pelayanan fasilitas kesehatan. Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya kesadaran individu dan masyarakat untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi, yaitu: Meningkatnya cakupan PHBS pada tahun 2018, Meningkatnya peran media dalam promosi PHBS, Meningkatnya jumlah dukungan sektor swasta (CSR) dalam promosi PHBS sampai tahun Untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan dalam sasaran meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat, institusi kesehatan yang berperilaku sehat, institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja yang sehat, tempat umum yang sehat, posyandu serta meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Tatanan Rumah Tangga PHBS masih diperlukan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, karena faktor perilaku memiliki andil % terhadap derajat kesehatan, sedangkan dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu memperaktekkan PHBS. Adalah suatu upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Ada 10 indikator minimal untuk PHBS di dalam rumah tangga : 76

94 a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; b. Memberi bayi baru lahir ASI eksklusif 0-6 bulan; c. Menimbang bayi dan balita setiap bulan diposyandu; d. Menggunakan sumber air bersih; e. Mencuci tangan pakai air bersih dan pakai sabun sebelum dan sesudah aktifitas; f. Menggunakan jamban sehat; g. Memberantas jentik nyamuk dirumah 1 kali 1 minggu; h. Makan buah dan sayur setiap hari; i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal 30 menit sehari; j. Tidak ada perilaku merokok di dalam rumah. (Lihat Gambar 3.1 Grafik CTPS di lima waktu penting, Gambar 3.2 Grafik Persentase Penduduk yang nelakukan BABS, Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpnan dan penanganan air), Gambar 3.4 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat, Gambar 3.5 Grafik Pencemaran karena SPAL) 77

95 Gambar 3.1 Grafik CTPS di lima waktu penting CTPS LIMA WAKTU PENTING 9.2 Tidak Ya 90.8 Masyarakat melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun di Kabupaten Wajo, khususnya di daerah kajian sanitasi adalah diantaranya sebelum ke toilet, setelah menceboki bayi/anak, setelah dari buang air besar, sebelum makan, sesudah makan, sebelum memberi menyuapi makanan, sebelum menyiapkan makanan, setelah memegang hewan, sebelum shalat dll dengan persentase yang melakukan CPTS di Kabupaten Wajo sebanyak 9,2% dan yang tidak melakukan sebanyak 90,8% 78

96 Gambar 3.2 Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS Perilaku BABS 20% 80% Ya Tidak Perilaku Buang Air Besar Sembarang di lingkungan masyarakat masih ada sebagian yang melakukannya, namun sebagian besar telah memiliki jamban pribadi maupun WC umum. Lokasi yang menjadi pilihan melakukan BABS masyarakat antara lain WC Helicopter, sungai, kebun, selokan, lubang galian dll. Dengan persentase yang melakukan BABS di Kabupaten Wajo sebaesar 20% dan yang tidak melakukan BABS sebesar 80%. 79

97 Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpnan dan penanganan air) Untuk sumber air yang sering digunakan masyarakat diantaranya air kemasan, air isi ulang, air ledeng dari PDAM, air hidran umum, air kran umum, air sumur pompa tangan, air sumur gali. Dan air tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari yakni gosok gigi, cuci pakaian, cuci piring dan gelas, masak dan minum. Dari hasil Studi EHRA dapat dilihat, masyarakat yang pengelolaan air minumnya masih tercemar sekitar 16% dan yang tidak tercemar 84%. 80

98 Gambar 3.4 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat Pengelolaan Sampah Setempat 30% 70% Tidak Diolah Ya, Diolah Pengelolaan Sampah Setempat dari hasil Studi EHRA menunjukkan bahwa masih banyak sampah yang hanya di kumpul dan dibuang ke TPS, dibakar, dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah, dibuang ke sungai/kali/laut/danau, dibiarkan saja sampai membusuk, dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk dll dengan persentase jumlah sampah yang diolah masyarakat di Kabupaten Wajo sebanyak 30% dan sampah yang tidsk diolah sebanyak 70%. 81

99 Gambar 3.5 Grafik Pencemaran karena SPAL Berdasarkan hasil Studi EHRA diketahui bahwa sebagian besar masyarakat atau 44% belum mengelola air limbah dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci dengan benar. 82

100 3.2.2 Tatanan Sekolah Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pedekatan usaha kesehatan Sekolah (UKS). PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Jumlah anak di indonesia rata-rata 30% dari total penduduk Indonesia atau sekitar orang dan usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga berpotensi sebagai agen perubahaan untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari berbagai tindakan. Jika tiap sekolah memiliki 20 kader kesehatan saja maka ada 5 juta kader kesehatan yang dapat membantu terlaksananya dua strategi utama Departemen Kesehatan yaitu: Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup dan Surveilans, monitoring dan informasi kesehatan Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, Menggunakan jamban yang bersih dan sehat, Olahraga yang teratur dan terukur, Memberantas jentik nyamuk, Tidak merokok di sekolah, Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan, Membuang sampah pada tempatnya. Adapun Sasaran pembinaan PHBS di sekolah, yaitu Siswa, Warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan orang tua siswa), Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam,dll) Adapun Manfaat Pembinaan PHBS di Sekolah, yaitu : Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit, Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua, Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan, Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain. (Lihat Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Sekolah Tingkat Dasar/MI, Tabel 3.2 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Dasar/MI, Tabel 3.3 PHBS Terkait Sanitasi di Sekolah Dasar/MI) 83

101 No Status Sekolah Dasar Jumlah Sekolah Jumlah Siswa Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Sekolah Tingkat Dasar/MI Jumlah Guru Sumber Air Bersih *) Toilet Guru **) Toilet Guru **) L P L P PDAM SPT/PL SGL T L/P L dan P T L/P L dan P Fas. Cuci Tangan Fas. Pengolahan Sampah Saluran Drainase T Y T Y T Y T 1 Sekolah Dasar Negeri Sekolah Dasar Swasta MI Total Sumber : Kajian Sanitasi Sekolah Kab. Wajo 84

102 Tabel 3.2 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Dasar/MI No Kondisi Sarana Sanitasi % Sangat Baik % Baik % Kurang Baik 1 Toilet Guru Toilet Siswa Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS) Sarana Air Bersih Pengelolaan Sampah Saluran Drainase Ketersediaan Dana Untuk Kegiatan Higiene dan Sanitasi Pendidikan Higiene dan Sanitasi Sumber : Kajian Sanitasi Sekolah Kab. Wajo 85

103 3.3 PHBS Terkait Sanitasi di Sekolah Dasar/MI mber : Kajian Sanitasi Sekolah Kab. Wa Tabel 3.3 PHBS Terkait Sanitasi di Sekolah Dasar/MI PHBS Terkait Sanitasi Baik % Kurang baik % Cuci Tangan Pakai Sabun Penggunaan Toilet Perilaku Buang Sampah Sumber : Kajian Sanitasi Sekolah Kab. Wajo 86

104 3.3 Pengelolaan Air Limbah Domestik Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Layanan air limbah domestik adalah pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK. Prasarana pengelolaan limbah di Kabupaten Wajo perlu perhatian yang lebih. Hal ini karena terkait langsung dengan derajat kesehatan masyarakat. Sistem pembuangan limbah yang terdapat di Kabupaten Wajo dapat dibedakan menjadi dua yaitu; sistem buangan rumah tangga biasanya langsung dibuang atau dialirkan ke sungai atau saluran pematsan. Sedangkan untuk pemukiman yang terdapat di pusat kota sebagian sudah menggunakan sistem septick tank. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran di Kabupaten Wajo adalah kegiatan yang berasal dari rumah tangga inilah yang berkonstribusi membuang limbah paling banyak yaitu berkisar ± 70%. Jika dibandingkan kegiatankegiatan lain yang hanya sekitar ± % saja. Untuk mengolah limbah cair rumah tangga, Pemerintah Kabupaten Wajo telah mengupayakan bantuan dan fasilitas berupa pembangunan IPAL komunal bagi industri skala kecil dan rumah tangga. Adapun Tujuan Sub Sektor Air Limbah Domestik, yaitu: Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Wajo melalui pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga yang berwawasan lingkungan. Sedangkan sasarannya adalah Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala perkotaan pada tahun 2018, Meningkatnya cakupan kepemilikian jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik pada tahun 2018, Meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal di wilayah padat kumuh miskin perkotaan pada tahun 2018, dan Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan air limbah domestik skala kota pada tahun Kelembagaan Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Wajo dalam hal ini yang menangani masalah terkait Dampak Lingkungan adalah BLHD. Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Wajo telah beberapa kali berganti nama tugas dan fungsi, dibentuk pada masa orde baru dengan nama bagian lingkungan hidup dibawah sekretariat daerah, kemudian pembentukan dan tata kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Kabupaten Wajo berdiri sendiri melalui Perda No.16 Tahun 2000, dan selanjutnya dengan peraturan pemerintah nomor 41 Tahun

105 Dan peraturan daerah nomor 7 Tahun 2008 berganti nama dengan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Adapun junlah personil pejabat Eselon II.b terdiri dari 1 Orang, Eselon III.a terdiri dari 10 Orang. Dan staf non struktural sebanyak 13 Orang, sedangkan tingkat Pendidikan (S1) 15 Orang, (D3/D4) 3 Orang, (SLTA) 5 Orang. Visi kelembagaan BLHD Kabupaten Wajo yaitu Terwujudnya Lingkungan Hidup yang serasi, selaras dan seimbang yang dijiwai nilai-nilai budaya lokal kabupaten wajo sedangkan Misinya adalah Peningkatan pelestarian dan pemulihan kualitas lingkungan, Peningkatan pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan, Mewujudkan kualitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan lingkungan. (Tabel 3.4 Daftar Pemangku Kepentingan yang terlibat dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik, Tabel 3.5 Daftar Peraturan terkait Air Limbah Domestik Kabupaten Wajo) 88

106 Tabel 3.4 Daftar Pemangku Kepentingan yang terlibat dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik Fungsi Pemangku Kepentingan Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN - Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kabupaten Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target - - PENGADAAN SARANA - Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (Truk Tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (Pipa Kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL - - PENGELOLAAN - Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase perkotaan) dalam pengurusan IMB

107 PENGATURAN DAN PEMBINAAN Fungsi Pemerintah Kabupaten Pemangku Kepentingan Swasta Masyarakat - Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan dll) - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik - - MONITORING DAN EVALUASI - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kabupaten - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik - - Sumber : BLHD Kab. Wajo 90

108 Tabel 3.5 Daftar Peraturan terkait Air Limbah Domestik Kabupaten Wajo Substansi AIR LIMBAH DOMESTIK - Target Capaian Pelayanan Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten ini - Kewajiban dan Sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam Penyediaan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik - Kewajiban dan Sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam Memberdayakan Masyarakat dan Badan Usaha dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik - Kewajiban dan Sanksi bagi Masyarakat dan atau Pengembang untuk Menyediakan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik di Hunian Rumah - Kewajiban dan Sanksi bagi Industri Rumah Tangga untuk Menyediakan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik di Tempat Usaha - Kewajiban Penyedotan Air Limbah Domestim untuk Masyarakat, Industri Rumah Tangga dan Kantor Pemilik Tempat Usaha Ketersediaan Ada (sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Perda Kab. Wajo No.12 Tahun Retribusi Penyedotan Air Limbah Domestik Tata Cara Perizinan untuk Kegiatan Pembuangan Air Limbah Domestik bagi Kegiatan Permukiman, Usaha Rumah Tangga dan Perkantoran Sumber : BLHD Kab. Wajo Keterangan 91

109 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang terdiri dari atas yang pertama black water yaitu air limbah domestik (rumah tangga) yang bersal dari tinja manusia, urine, air pembersih, air pengelontor dan kertas pembersih dan yang kedua Igrey water yait air limbah domestik yang berasal dari air cucian pakaian. Pengolahan air limbah domestik dengan On-site system ini adalah jamban yang biasanya dibangun di masing-masing rumah atau di tempat-tempat tertentu dan dipakai secara bersama atau kolektif untuk beberapa rumah tangga. Penyediaan jamban ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi dan ketersediaan lahan. Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik yaitu a. Sanitasi sistem setempat atau dengan sistem sanitasi on-site yaitu fasilitas sanitasi individual seperti septic tank atau cubluk. b. Sanitasi sistem off-site atau dikenal dengan istilah sistem terpusat atau sistem sewerage, yaitu sistem yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Wajo masih menggunakan sistem pengelolaan air limbah on site berupa jamban keluarga. Sarana sanitasi di rumah tangga hanya 0,06 % keluarga memiliki jamban, dan yang tergolong jamban sehat sebesar 58 SR sebesar 0,01 % dari jumlah jamban yang ada. Selebihnya penduduk yang tinggal di tepi sungai dan danau memiliki jamban terapung yang langsung terbuang ke sungai. Pengelolaan limbah cair rumah tangga yang dilakukan masyarakat Kabupaten Wajo sebagai berikut a. Membuang air limbah rumah tangga ke got/parit/saluran drainase dekat rumahnya dengan atau tanpa melalui pipa. b. Membuang ke sungai/danau dengan atau melalui pipa. c. Menampung/meresapkan air limbah rumah tangga ke dalam lubang/kubangan terbuka yang dibuat dekat kamar mandi. d. Memakai air limbah rumah tangga untuk menyiram jalan. Ada beberapa alasan yang mempengaruhi masyarakat dalam pengelolaan air limbah seperti disebutkan diatas adalah sebagai berikut a. Belum adanya pelayanan air limbah rumah tangga seperti halnya sampah b. Cara itu lebih mudah c. Tidak membutuhkan biaya d. Tidak ada larangan membuang air limbah ke got 92

110 Pada umumnya masyarakat menggunakan tangki septik yang tidak memenuhi kaidah teknis karena tangki septik yang dibangun tidak kedap air dan tanpa dasar sehingga langsung meresap ke dalam tanah. Selain keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya kontaminasi sumber air bersih / minum, hal tersebut dikarenakan masyarakat merasa lebih mudah, murah, dan simpel. Selain itu dikarenakan belum adanya IPLT (Instansi Pengolahan Limbah Tinja) menyebabkan masyarakat belum perlu memiliki tangki septik yang memenuhi kaidah teknis, karena saat penuh masyarakat harus membuat tangki baru lagi. Di Kabupaten Wajo saat in industri masih tergolong sangat sedikit dan terbatas walaupun demikian penanganan limbah industri belum maksimal bahkan fenomena tersebut masih saja dijalankan seperti bahan buangan yang keluar dari pabrik langsung dibuang ke alam bebas seperti oli bekas, limbah cair langsung menggunakan sungai atau parit sebagai sarana pembuangan limbah, limbah padat memanfaatkan tanah kosong sebagai tempat pembuangan dan limbah gas/asap cerobong dianggap sarana yang baik pembuangan limbah. (Lihat Gambar 3.6 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja, Gambar 3.7 Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman, Peta 3.2 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Termasuk PAL Terrpusat, Gambar 3.8 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik, Tabel 3.6 Cakupan layanan air limbah domestik yng ada di Kabupaten/Kota, Tabel 3.7 Kondisi Prasarana dan Sasaran Air Limbah Domestik,) 93

111 Gambar 3.6 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Kemana Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja 1% 1% 22% 19% 1% 56% Tangki Septik Pipa Sewer Cubluk/Lubang Tanah Langsung ke Drainase Sungai/Danau/pantai Tidak Tahu Penyaluran akhir tinja berdasarkan hasil Studi EHRA menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Wajo telah memiliki Tangki Septik sebagai tempat penyaluran tinja. Dari persentase sebanyak 56% telah melakukan penyaluran akhir tinja ke Tangki Septik, 44% terbagi ke Pipa Sewer, Cubluk/Lubang Tanah, Langsung ke Drainase, Sungai/Danau/Pantai dan yang tidak tahun penyaluran pembuangannya. 94

112 Gambar 3.7 Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Tangki Septik Suspect Aman 24% 76% Suspek Aman Tidak Aman Di Kabupaten Wajo, Tangki Septik dengan suspect aman berdasarkan hasil Studi EHRA sebesar 76% dan yang tidak aman sebesar 24%. 95

113 PPSP WAJO Peta 3.2 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Termasuk IPAL Terrpusat 96

114 Gambar 3.8 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan & Penampungan/ Pengolahan Awal (C) Pengangkutan/ Pengaliran (D) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Black WAter Tangki Septik 97

115 Tabel 3.6 Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota Sarana Tidak Layak Sarana Layak No Nama Kecamatan / Kelurahan BABS* (KK) Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Individual Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) Onsite System MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) MCK++ (KK) Berbasis Komunal Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) Offsite System Kawasan/ Terpusat Sambungan Rumah (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) 1 KECAMATAN MANIANGPAJO DUALIMPOE TANGKOLI ANABANUA MATTIROWALIE ABBANUANGNGE KALOLA SOGI MINANGATELLUE

116 Sarana Tidak Layak Sarana Layak BABS* Onsite System Offsite System No Nama Kecamatan / Kelurahan Individual Berbasis Komunal Kawasan/ Terpusat (KK) Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) MCK++ (KK) Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) Sambungan Rumah (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) 2 KECAMATAN BOLA SOLO UJUNG TANAH LATTIMU RAJAMAWELLANG SANRESENG ADE PATTANGNGA LEMPONG MANURUNG BOLA BALIELO PASIR PUTIH

117 Sarana Tidak Layak Sarana Layak BABS* Onsite System Offsite System No Nama Kecamatan / Kelurahan Individual Berbasis Komunal Kawasan/ Terpusat (KK) Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) MCK++ (KK) Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) Sambungan Rumah (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) 3 KECAMATAN PENRANG PENRANG TADANGPALIE WALANGA TEMMABARANG LAWESSO BENTENG DOPING RADDAE PADAELO MAKMUR

118 No Nama Kecamatan / Kelurahan BABS* (KK) Sarana Tidak Layak Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Individual Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) Onsite System MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) Sarana Layak MCK++ (KK) 101 Berbasis Komunal Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) 4 KECAMATAN MAJAULENG TUA TELLULIMPOE TOSORA TAJO CINNONGTABI WATAN RUMPIA TENGNGA BOTTO TANRE RUMPIA LIMPOMAJANG PARIA URAIYANG MACANANG LAERUNG LIU BOTTO BENTENG BOTTO PENNO LAMIKU Offsite System Kawasan/ Terpusat Sambungan Rumah (KK)

119 Sarana Tidak Layak Sarana Layak BABS* Onsite System Offsite System No Nama Kecamatan / Kelurahan Individual Berbasis Komunal Kawasan/ Terpusat (KK) Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) MCK++ (KK) Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) Sambungan Rumah (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) 5 KECAMATAN BELAWA LEPPANGENG LAUTANG LIMPORILAU BELAWA MACERO MALAKKE ONGKOE SAPPA WELE

120 Sarana Tidak Layak Sarana Layak BABS* Onsite System Offsite System No Nama Kecamatan / Kelurahan (KK) Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Individual Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) MCK++ (KK) Berbasis Komunal Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) Kawasan/ Terpusat Sambungan Rumah (KK) 6 KECAMATAN TEMPE WIRINGPALENNAE SITAMPAE ATAKKAE MADDUKKELLENG SENGKANG PADUPPA BULUPABBULU SALOMENRALENG LAELO WATALIMPUE TEMPE MATTIROTAPPARENG PATTIROSOMPE CEMPALAGI LAPONGKODA TEDDAOPU

121 No Nama Kecamatan / Kelurahan BABS* (KK) Sarana Tidak Layak Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Individual Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) Onsite System MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) Sarana Layak MCK++ (KK) Berbasis Komunal Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) Offsite System Kawasan/ Terpusat Sambungan Rumah (KK) 7 KECAMATAN SABBANGPARU TALOTENRENG WALANAE UGI MALLUSESALO SOMPE WAGE PASAKA UJUNGPERO BENTENGLOMPO LIU TADANGPALIE SALOTENGNGA BILA WORONGNGE PALLIMAE

122 No Nama Kecamatan / Kelurahan BABS* (KK) Sarana Tidak Layak Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Individual Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) Onsite System MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) Sarana Layak MCK++ (KK) Berbasis Komunal Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) 8 KECAMATAN PAMMANA TOBATANG LAPAUKKE KAMPIRI PALAWARUKKA WATAMPANUA CINA PAMMANA TADANGPALIE LAGOSI WECUDAI SIMPULISIA LEMPA PATILA LAMPULUNG ABBANUANGNGE Offsite System Kawasan/ Terpusat Sambungan Rumah (KK) 105

123 No Nama Kecamatan / Kelurahan BABS* (KK) Sarana Tidak Layak Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Individual Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) Onsite System MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) Sarana Layak MCK++ (KK) Berbasis Komunal Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) 9 KECAMATAN TANASITOLO PAKKANNA UJUNG BARU NEPO PAJALELE UJUNGE TANCUNG BARUTANCUNG PINCENGPUTE MAPPADAELO LOWA MANNAGAE INALIPUE TONRALIPU ASSORAJANG WAJORIAJA MARIO WAETUO Offsite System Kawasan/ Terpusat Sambungan Rumah (KK) 106

124 Sarana Tidak Layak Sarana Layak BABS* Onsite System Offsite System No Nama Kecamatan / Kelurahan Individual Berbasis Komunal Kawasan/ Terpusat (KK) Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman** (KK) Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) MCK Umum/ Jamban Bersama (KK) MCK++ (KK) Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) Sambungan Rumah (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) WEWANGREWU PALIPPU Sumber : BLHD Kab. Wajo 107

125 Tabel 3.7 Kondisi Prasarana dan Sasaran Air Limbah Domestik No Jenis Satuan Jumlah/ Kapasitas Kondisi Tidak Berfungsi Berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Sistem Onsite 1 Berbasis Komunal - IPAL Komunal Unit 2 kubik - terendam banjir - MCK ++ Unit desa/kel - Tangki Septik Komunal Unit Truk Tinja Unit 3 IPLT : kapasitas M³/Hari Sistem Offsite 4 IPAL Kawasan/Terpusat - Kapasitas M³/Hari Sistem Sumber : BLHD Kab. Wajo 108

126 3.3.3 Peran Serta Masyarakat Masalah limbah sebetulnya dapat dipecahkan dengan baik sebagaimana yang berhasil dilakukan di negara maju apabila peran serta masyarakat meningkat. Isu peran serta masyarakat yakni Operasional dan Maintenace MCK Umum dan MCK Plus belum Optimal, Masyarakat belum terbiasa untuk menjalankan pemeliharaan sarana pengolahan air limbah domestik yang telah dibangun, ketergantungan kepada pemerintah masih tinggi, Pemanfaatan saluran drainase dan badan air untuk buangan air limbah secara langsung maupun secara terselubung. ( Tabel 3.8 Daftar program/kegiatan layanan air limbah domestic berbasis masyarakat, Tabel 3.9 Pengelolaan saran air limbah domestic oleh masyarakat ) 109

127 Tabel 3.8 Daftar program/kegiatan layanan air limbah domestic berbasis masyarakat. No Nama Program/Kegiatan Pelaksana PJ Lokasi Sumber : BLHD Kab. Wajo Tahun Program/ Kegiatan **) Penerima Manfaat ***) Jumlah Sarana L P Berfungsi Kondisi Sarana Saat Ini Tidak Berfungsi

128 Tabel 3.9 Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh masyarakat No Jenis Sarana Tahun Sarana Dibangun Lokasi Pengosongan Tangki Pengelola Biaya Operasi dan Septik /IPAL Pemeliharaan Lembaga Kondisi Waktu Layanan Sumber : BLHD Kab. Wajo 111

129 3.3.4 Komunikasi dan Media Kegiatan Penyuluhan Lingkungan yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Wajo selama tahun 2013, yakni : Program Adipura Jumlah Peserta 150 Orang Tanggal Pelaksanaan 9 April 2013, Persampahan Jumlah Peserta 150 Orang Tangga Pelaksanaan 15 April 2013, Bank Sampah Jumlah Peserta 100 Orang Tanggal Pelaksanaan 2 Mei 2013, Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Jumlah Peserta 100 Orang Tanggal Pelaksanaan 21 Agustus 2013, Pengembangan Pembanguna Bendung Gerak Jumlah Peserta 100 Orang Tanggal Pelaksanaan 15 Oktober 2013, Program Sekolah Adiwiyata Jumlah Peserta 200 Orang Tanggal Pelaksanaan 20 OKtober 2013, Go Green Sul-Sel Jumlah Peserta 80 Orang Tanggal Pelaksanaan 25 Oktober 2013, Konversi dan Rehabilitasi Danau Tempe Jumlah Peserta 80 Orang Tanggal Pelaksanaan 10 September ( Gambar 3.9 Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten/Kota ) 112

130 Gambar 3.9 Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten/Kota Penyuluhan / Sosialisasi 17% 6% 7% 70% Masalah Sampah dan Kebersihan Lingkungan Air Limbah dan Jamban Keluarga Saluran Air Kotor Air Bersih Sosialisasi/Penyuluhan Kegiatan terkait Sanitasi di Kabupaten Wajo dilaksanakan di kabupaten maupun di kecamatan. Namun didominasi dengan sosialisasi/penyuluhan tentang Air Bersih sebanyak 70%. Sampah dan Kebersihan Lingkungan menempati persentase kedua setelah air Bersih sebanyak 17% dan sisanya tentang Saluran Air Kotor dan Air Limbah dan jamban keluarga masing-masing sebanyak 7% dan 6%. 113

131 3.3.5 Peran Swasta Keterlibatan swasta di bidang air limbah domestik, kurang tertarik untuk melakukan investasi. Namun secara umum berbicara tentang Lingkungan Hidup ada 2 (dua) Mitra Kerja atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bekerja sama dengan pihak Pemerintah Daerah. ( Tabel 3.10 Peran Swasta dalam PenyediaanLayanan Air Limbah Domestik ) 114

132 Tabel 3.10 Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Air Limah Domestik No 1 2 Nama Provider/Mitra Potensial LSM Indonesia Hijau LSM Wajo Institute Tahun Mulai Operasi/ Berkontribusi Jenis Kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi Pelatihan Pengelolaan Limbah, Pembuatan Biogas Pendampingan kegiatan penjilidan kapasitas SLBM Volume 2 keg, 2 keg 1 keg Potensi Kerjasama Penyusunan dokumen Tata Lingkungan atau sebagai Pendamping Kegiatan Pemerintah Daerah Sumber : BLHD Kab. Wjao 115

133 3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan Penganggaran komponen Air Limbah Domesti Kab. Wajo bersumber dari APBD II, dengan pelaksana kegiatan Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Tata Ruang dan Permukiman dan Dinas Pekerjaan Umum. ( Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen Air Limbah Domestik Kab/Kota Tahun , Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik ahun ) 116

134 Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen Air Limbah Domestik Kab/Kota Tahun Belanja (Rp) Rata-Rata No Komponen Pertumbuhan (%) 1 Air Limbah (1a+1b) Rp Rp - Rp Rp Rp ,55 1.a Pendanaan Investasi Air Limbah Rp - Rp - Rp - Rp - 1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM 1.c berdasarkan infrastruktur Rp - Rp - Rp - Rp - terbangun Sumber : Laporan Capaian Kinerja Fisik dan Keuangan Kab. Wajo Tahun Rp Rp - Rp Rp Rp ,55 Rp - Rp - 117

135 Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Tahun No Komponen Belanja (Rp) Rata-Rata Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Air Limbah a Realisasi Retribusi b Potensi Retribusi

136 3.3.7 Permasalahan Mendesak Untuk masalah pengelolaan air limbah domestik di kabupaten wajo, masih banyak yang perlu dibenahi seperti halnya pengadaan IPLT, Tangki Septik yang sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku, perlunya sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya penggunaan jamban dan yang memenuhi syarat kesehatan. ( Tabel 3.13 Permasalahan Mendesak ) 119

137 Tabel 3.13 Permasalahan Mendesak No Permasalahan Mendesak 1 Cakupan akses masyarakat khususnya masyarakat miskin untuk menggunkan jamban yang memenuhi syarat kesehatan masih sangat rendah. 2 Pembuangan black water secara langsung ke sepanjang sungai dan Danau Tempe tanpa pengolahan. 3 Tingkat kesadaran masyarakat untuk memakai jamban yang layak dengan ketersediaan air bersih yang cukup. 4 Pembangunan tangki septik yang tidak memenuhi syarat konstruksi sehingga menimbulkan kerawanan pencemaran. 5 Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan limbah cair skala rumah tangga. 6 Belum adanya IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja) di Kabupaten Wajo. 120

138 3.4 Pengelolaan Persampahan Pengelolaan persampahan di Kota Sengkang ditangani oleh Dinas Tata Ruang, Pemukiman & Kebersihan Kabupaten Wajo, wilayah pelayanan masih belum mencakup seluruh wilayah administrasi Kota Sengkang pada beberapa tahun terakhir ini telah mendapat perhatian Pemerintah. Sehingga dapat dikatakan kebersihan dan keindahan suatu hal yang mutlak dilaksanakan, masing-masing saling berkaitan. Kebersihan jalan utama, kolektor dan tersedianya Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS/Depo) adalah wajib. a. Kegiatan Penyapuan Jalan Kegiatan penyapuan jalan dan pengumpulan sampah di Kota Sengkang dimulai sejak pukul WITA sampai pukul WITA dilanjutkan kembali pada pukul WITA sampai pukul WITA. Kegiatan penyapuan difokuskan pada jala-jalan protokol, daerah keramaian dan taman kota. Dalm pelaksanaannya setiap petugas penyapu jalan diberikan tanggung jawab untk menyapu jalan, sampah yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan langsung diangkut menggunakan truk sampah dan dibawa ke TPA. b. Pengumpulan Sampah Dari Sumber Sampah Kegiatan pengumpulan sampah di Kota Sengkang sudah dimulai dari tingkat masyarakat dimana masyarakt turut berperan serta dalam pengumpulan dan sebagian masyarakat sudah melakukan pemilahan sampah organik dan non organik,. Kegiatan pengumpulan sampah oleh masyarakat pada saat ini sudah efektif berjalan di beberapa kelurahan. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan oleh masyarakat menggunakan tempat sampah yang disiapkan secara swadaya. c. Pengangkutan Sampah Pelayanan pengagkutan sampah di Kota Sengkang menggunakan kendaraan roda tiga, gerobak dorong dan truk sampah. Kendaraan roda tiga yang disipakan oleh Pemerintah kabupaten Wajo bertugas untuk mengangkut sampah yang telah dikumpulkan oleh masyarakat di masing-masing kelurahan yang kemudian dibawa ke TPS dan kemudian langsung dibawa ke TPA dengan menggunakan Dump Truck. Gerobak dorong banyak difungsikan untuk mengumpulkan samaph dari tong sampah yang berada di tempat tempat umum kemudian sampah tersebut dikumpulkan ke TPS untuk diangkut ke TPA. d. Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pengumpulan dan pengangkutan kemudian dibawa ke TPA open dumping Cempalagi Kota Sengkang. Sistem dan Cakupan Pelayanan Sampah di Kota Sengkang yang terangkut adalah m 3 atau 90 % dari m 3 total timbulan sampah. Kawasan di Kota Sengkang yang berpotensi memiliki permasalahan pengelolaan sampah antara lain di pertokoan dan pasar, 121

139 Sedangkan pengelolaan sampah domestik pada umumnya dilakukan oleh masyarakat sendiri dangan cara penimbunan dan pembakaran. Tujuan Sub Sektor Persampahan adalah Mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Wajo melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan untuk seluruh wilayah Kabubaten di atas standar Pelayanan Minumum/SPM. Sedangkan Sasaran Sub Sektor Persampahan yakni : 1. Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan persampahan pada tahun Mengurangi timbulan sampah post collection pada tahun Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sistem 3 R (reduce, reuse dan recycle) skal rumah tangga pada tahun Kelembagaan Lembaga Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo yang bersentuhan langsung dengan pengelolaan persampahan adalah Dinas Tata Ruang dan Permukiman yang di tangani oleh Bidang Kebersihan dan Keindahan serta Badan Lingkungan Hidup Daerah yang ditangani oleh Bidang Analisa Dampak Lingkungan. Untuk Dinas Tata Ruang dan Permukiman terkait dengan Pengadaan Sarana dan Prasarana Persampahan dari mulai TPS, TPA, sampai proses pengangkutan sampah sedangkan untuk Badan Lingkungan Hidup Daerah terkait Pengadaan Sarana dan Prasarana Persampahan berupa TPS yang bersumber dari Dana DAK. ( Tabel 3.14 Daftar pemangkukepentingan yang terlibat dalam pengelolaan persampahan, Tabel 3.15 Daftar peraturan terkait sanitasi ) 122

140 Tabel 3.14 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota - - Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target - - Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target - - PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah - - Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) - - Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) - - Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) - - Membangun sarana TPA - - Menyediakan sarana komposting - - PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS - - Mengelola sampah di TPS - Mengangkut sampah dari TPS ke TPA - - Mengelola TPA - - Melakukan Pemilahan sampah* - - Melakukan penarikan retribusi sampah

141 FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil,peralatan, dll - - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah - - Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah - - MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota - - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan - - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan - - Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman dan BLHD Kab. Wajo 124

142 PERSAMPAHAN Substansi Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama Pemerintah Kab/Kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Tabel 3.15 Daftar peraturan terkait sanitasi Ketersediaan Efektif Ada (Sebutkan) Tidak Ada Dilaksanakan Perbup Pengelolaan Sampah di Kab. Wajo No.5 Tahun 2008 Perda Retribusi Pelayanan Retribusi sampah atau Kebersihan Persampahan/ Kebersihan No Tahun 2011 Sumber : Buku Pengelolaan Persampahan dan RTH, BLHD Kab. Wajo 125 Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan

143 3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Pengelolaan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah yang dihasilkannya, yang secara tidak langsung turut memelihara kesehatan mayarakat serta menciptakan suatu lingkungan bersih, baik, dan sehat dengan perkembangan penduduk yang diiringi dengan aktivitas manusia yang lebih lua serta adanya jenis sampah akibat dari kemajuan teknologi yang sulit terurai, maka sampah menimbulkan masalah bagi lingkungan, permasalahan ini menuntut perlunya dikelola secara profesional. Dalam pengelolaan sampah semacam ini dituntut suatu pelayanan yang cepat dengan kapasitas yang besar untuk proses pengumpulan dan pengangkatan sampah, khususnya dari daerah urban. Pengelolaan ini pun perlu dilaksankan secara efektif,efesien dan dengan program yang terencana agar dapat menekan biaya. Penanganan kebersihan semacam ini baru akan berhasil baik bila masyarakat juga ikut terlibat langsung atau berperan serta secara aktif terutama dalam mengikuti peraturan keberhasilan umum,pembayaran retribusi maupun cara-cara mengenai sampah yang produksinya secara baik dan benar. Informasi yang jelas perlu disampaikan kepada masyarakat sehingga menyadari bahwa perbedaan tingkat elayanan dan kualitas akan memerlukan biaya yang berbeda pula. Oleh karena itu, bila masyarakat menginginkan suatu pelayanan yang lebih baik ( peningkatan kualitas ), harus menyadari bahwa untuk tingkat pelayanan tersebut diperlukan kontribusi masyarakat yang lebih besar/tinggi pula. Sebagai contoh, bila semula dilayani dengan pola komunal dan ingin dilayani dengan pola individual langsung ( door to door dengan truk ), maka akan diperlukan biaya O & M yang lebih besar berarti masyarakat tersebut harus membayar retribusi yang lebih tinggi sesuai tingkat pelayanan diperolehnya. Harus disadari bahwa penduduk kota juga merupakan bagian dari masalah pengelolaan persampahan yang memerlukan perhatian tersendiri. Agar menyadari pentingnya peran aktif dari masyarakat, perlu diberikan informasi dan penyuluhan serta diikutsertakan dalam proses penentuan cara penanganan sampah yang akan diterapkan, khususnya dalam kegiatan pengumpulan sampah. Secara umum, kegiatan penanganan sampah sangat tergantung pada kejelasan penentuan : Daerah yang akan dilayani, Tingkat pelayanan Kualitas pelayanan tipe atau pola pelayanan yang akan diterapkan. 126

144 Pada dasarnya, pengelolaan sampah ada 2 macam yaitu pengelolaan / penanganan sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk suatu lingkungan pemukiman atau kota Penanganan setempat Penanganan setempat dimaksudkan penenganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil sampah dengan menanam daam galian tanah pekarangannya atau dengan cara lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan masih cukup tinggi misalnya,lahan dan lain lain. Pengelolaan terpusat Pengelolaan persampahan secara terpusat, khususnya dalam tekhnis operasional adalah suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu pemukiman atau kota. Pengelolaan samah secara tersebut mempunyai kompleksitas yang besar karna mencakup berbagai aspek yang terkait. Aspek-aspek tersebut dikelompokkan dalam 5 aspek utama yakni aspek institusi, hokum, teknis operasional, pembiayaan dan retribusi serta aspek peran serta masyarakat. Aspek Intitusi Institute dalam system pengelolaan persampahan memegang peranan yang penting,meliputi status, struktur organisasi, fungsi, tanggung jawab, dan wewenang serta koordinasi vertical maupun horizontal dari badan pengelola. a. Bentuk Institusi Sebagian tindak lanjut Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintah Kabupaten Wajo telah telah menetapkan institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah yaitu Dianas Kebersihan dan Pertmanan Kabupaten Wajo ( eselon II ), dan secara khusus pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan kebersihan ditangani oleh pejabat eselon III yaitu Bidang Pengelolaan Sampah, Sarana dan Prasarana Kebersihan. Dibawah bidang,secara tekis dan operasional dilaksanakan oleh pejabat eselon IV yaitu ; Seksi Pengangkutan Sampah, Sarana dan Prasarana, Kebersihan, Seksi Kebersihan Jalan dan Tempat Umum dan Drainase, dan Seksi Peralatan. Kebersihan, Seksi Kebersihan jalan dan tempat Umum dan Drainase, dan Seksi Peralatan Kebersihan. b. Struktur Organisasi Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dari institusi tersebut di atas diharapkan,dapat mempertimbangkn criteria berikut : 127

145 Pola kerja struktur didasarkn pada pola kerja matriks Beban kerja dan pengelompokan kerja yang dilaksankan Menciptakan pengendalian internal Menciptakan beban kerja yang seimbang Rentang kendali yang sesuai dengan batas kemampuan Penanaman yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku Pedoman penyusunan struktur organisasi dinas pelaksana Daerah c. Personalia Jumlah personel unit pengelola persampahan harus cukup memadai baik kualitas/kuantitasnya sesuai tugasnya. Dalam pengelolaan persampahan kemampuan manajemen an teknik sangat diperlukan. Oleh karena itu, untuk tingkat pimpinan, sebaiknya klasifikasinya harus mempertimbangkan factor kemampuan. Kebutuhan personil : Jumlah kebutuhan tenaga staf memperhatikan : - Struktur Organisasi - Beban tugas - Jumlah kebutuhan tenaga operasional memperhatikan - Pengendalian - Jumlah peralatan - Rancangan operasional - Keperluan tenaga penunjang dan pembantu - Beban Penugasan d. Tata Laksana Kerja Yang dimaksud dengan tata laksanakan kerja adalah meliputi lingkup tugas, wewengan, tanggung jawab serta bentuk interaksi antarunit organisasi. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tata laksana kerja: - Menciptakan pembebanan yang merata - Tingkat pembebanan yang merata - Pendelegasian wewenang yang proporsional dan berimbang - Birokrasi pendek - Penugasan yang jelas dan terukur - Penyusunan forum forum pengawasan,pelaporan dan evaluasi baku. e. Pendidikan dan Latihan Pendidikan dan latihan dibagi dalam 3 kelompok yaitu: - Teknik dan manajemen - Teknik Operasional - Pendidikan Khuus 128

146 Teknik dan manajemen level manajemen menengah yaitu subseksi keatas, sedangkan teknik operasional untuk pengawas ke bawah. Pendidikan khusus diberikan untuk karyawan atau petugas yang mendapatkan tugas spesifikasi, misal : Operator dozer, pelaksanaan proyek kompas dan sebagainya. Aspek Peraturan / Hukum Pengelolaanpersampahan dalam kegiatannya sangat ditentukan oleh peraturan yang mendukungnya. Peraturan-peraturan tersebut meibatkan wewenang dan tanggung jawab pengelola kebersihan serta partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan pembayaran retribusi. a. Macam macam Peraturan Daerah Peraturan daerah yang merupakan dasar hokum baggi pelaksanaan pengelolaanpersampahan adalah : 1) Peraturan daerah yang dikaitkan dengan ketentuan umum pengelolaan kebersihan, yang ditujukan bagi masyarakat. 2) Peraturan daerah mengenai pembentukan institusi formal. 3) Peraturan daerah menetukan struktur tarif dan tarif dasar pengelolaan dasar. b. Sifat-sifat Peraturan Daerah Peraturan harus mempunyai sifat : - Sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh peraturan yang berderajat tinggi. - Sesuai dengan sistem yang sedang dirancang / dterapkan. - Terukur dan secara periodic dievaluasi kembali. - Fleksibel,dapat memberikan pedoman untuk masalah yang umum terjadi secara luwes. - Bersifat Impementatif. Misal, masyarakat diharuskan membuang ampahditempatnya, tidak akan bermanfaat bila ternyata pemerintah justru tidak mampu menyediakan tempatnya. c. Materi Pokok Pengaturannya 1) Pedoman umum pengelolaan kebersihan lingkungan Materi pokok pengaturannya memuat : - Lembaga / instansi yang terlibat - Teknik dan pola pengelolaan persampahan - Menentukan bentuk peran serta aktif dan tidak aktif yang dapat dilakukan masyarakat - Bentuk pengelolaan pengumpulan sampah ( metode, peralatan, pengadaan dan lain-lain ). 129

147 - Tata caranya perlakuan sampah di instansi, perusahaan, pabrik dan lain-lain. - Himbauan dan kewajiban yang diserukan bagi seluruh anggota masyaraktat di wilayah hokum yang berlaku,berikut sangsi yang diberikan bila dilanggar. 2) Pembentukan organisasi Materi pokok dalam penerbitan produk hukm adalah: - Mendefinisikan bentuk dan struktur organisasi - Menjelaskan uraian tugas dan tata laksana kinerja organisasi - Menjelaskan kewenangan,hak dan lingkup tugas organisasi 3) Pembentukan struktur tariff retribusi - Menjelaskan struktur tariff retribusi - Menjelaskan criteria penilaian pengelompokan dan pengklasifikasian wajib retribusi - Penjelasan tata cara penarikan retribusi - Penentuan organisasi pelaksanaan dan penanggung jawab pelaksanaan pencaapaian target. Aspek Teknik Operasional Teknik operasional pengelolaan persampahan dimulai dari pewadahan/penympanan pada sumber sampah, kegiatan pengumpulan, Pengangkutan serta pembuangannya di suatu tempat yang aman serta tidak mengganggu lingkungan bagi baik manusia, flora dan fauna atau sumber daya lainnya. Dalam proses penanganan sampah tersebut dapat terjadi kegiatan antara, seperti kegiatan pada stasiun pemindahan ( Transfer Depo atau LPS ) atau Transfer Station, serta proses pengelohan sampah dlam rangka mengurangi berat serta volume sampah atau pemanfaattan benda/bahan yang masih bernilai ekonomis atau pemanfaatan energy yang terkandung daam bahan buangan tersebut. a. Pentimpanan / pewadahan sampah Untuk mencegah sampahberserakah yang akan member kesan atau terlihat kotor serta untuk mempermudah proses kegiatan pengumpuln, sampah yang dihasilkannya perlu disediakan tempat untuk penyimpanan / penampungan sambil menunggu kegiatan pengumpulan sampah. Tempat sampah ini juga harus direncakan dengan mempertimbangkan kemudahan dalam proses pengumpulan ( mempercept proses ) higienis untuk penghasil sampah maupun petugas pengumpul, kuat dan relative tahan lama serta juga mempertimbangkan segi estetika. 130

148 Rencana pengadaan pewadahan atau tempat sampah diperhitungkan deengan rata-rata laju timbulan sampah ( laju generasi sampah ) per orang per hari, jumlah anggota keluarga serta frekuensi pengumpulan yang diterpkan. b. Pengumpulan Pengumpulan merupakan kegiatan operasi pengambilan sampah yang dimulai dari sumber penghasil sampah atau dari titik-titik pewadahan komunal sebelum diangkut ke Tempat Penampungan Sementara ( TPS ). Operasi Pengumpulan pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : - Pola pengumpulan individual dan - Pola Pengumpulan komunal 1) Pola pengumpulan individual ini terdiri dari individu langsung dan individu tidak langsung. (1) Pola individu langsung Pola pengumpulan sampah dari masing-masing sampah dan diangkat langsung menuju Tempat Pembuangan akhir ( TPA ) Pola Pengumpulan individu langsung antara lain menggunakan Truck Biasa, Dump Truck atau Compactor Truk. Alat pengumpul ( berupa Truck ) dalam hal ini sekaligus berfungsi sebagai alat pengangkut sampah menuju TPA. (2) Pola individu tidak langsung Pola pengumpul sampah dari masing-masing sumber sampah diangkut ke TPA melalui proses pemindahan. Kedua pola pengumpulan diatas umumnya diterapkan untuk daerah pelayanan reratur, seperti pemukiman teratur,pertokoan, perkantoran dan lain-lain fasilitas jalan yang landai. Alat pengumpulan yang dipakai : gerobak Sampah, atau becak sampah volume 0,5 1 m 3. Alat Pengumpul ini dipakai untuk melayani daerah pelayanan dengan jalanjalan yang sempit dan tidak dapat dilalui kendaraan Truck. 2) Pola Komunal Pola komunal juga dibagi dalam dua kategori yakni : o Pola komunal langsung dan o Pola komunal tidak langsung (1) Pola komunikasi langsung 131

149 Pola Pengumpulan sampah dari masing-masing titik pewadahan komunal dan langsung diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengumpulan dari masing-masing sumber sampah dilakukan sendiri oleh penghasil sampah ( rumah tangga, dll ) yang membawa sampah masing-masing dan meletakkan ke tempat / titik pengumpulan yang ditentukan. Dari tempat-tempat pewadahan komunal, sampah langsung diangkut ke TPA. Cara Pengumpulan komunal dilakukan untuk daerah-daerah pemukiman yang sempit yang tidak dapat dilewati kendaraan pengumpul. Titik-titik pengumpulan sampah pada umumnya dapat berupa : bak sampah ( TPS ), lapangan ( LPS ), Container dll. (2) Pola komunal tidak langssung Pola pengumpul sampah dari masing-masing titik pewadahan komunal, diangkut ke lokasi pemindahan kemudian diangkut ke TPA menggunakan truk. Pemindahan sampah pada pengumpulan dengan pola individual tidak langsung dan pola komunal tidak langsung : Transfer Station Transfer Station atau Transfer Depo merupakan tempat pemindahan sampah sebelum diangkut ke TPA (LPA), Selama ini transfer station yang kita kenal adalah lokasi pemindahan sampah dari gerobak/becak sampah kedalam truk untuk diangkut ke TPA dengan luas ± 200 m 2. Dinegara lain yang dimaksud dengan Transfer Station mempunyai tujuan yang sama hanya yang dipindahkan bukan dari gerobak,tetapi dari Truk pengumpulan sampah dipindahkan kedalam kendaraan transportasi yang berkapasitas sangat besar ( Congtainer trailer, kereta api,tongkang dll ) untuk diangkut ke TPA. Transfer Station dapat memproses kegiatan pemindahan dalm ribuan ton sampah per hari. Jakarta merencanakan untuk membangun TS besar untuk tiap wilayah. Lokasi Pengumpulan Sampah LPS secara umum berupa pelataran yng diperkeras dengan luas ± 10 m 2 dan terletak di tepi jalan, Merupakan tempat pengumpulan sampah yang sekaligus dibungkus dalam kantong-kantong plastik atau pembbungkus lainnya. Sampah ditempatkan pada waktu tertentu untuk mencegah agar tidak tersebar. 132

150 Container besar Merupakan container besar dengan volume 6 10 m 3 yang ditempatkan pada lokasi yang strategisdi tepi jalan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas. Pemilihan bentuk tempat pengumpulan sampag didasarkan pada situasi dan kondisi sertempat dengan pertimbangan sebagai berikut : - Untuk daerah pelayanan yang masih memiliki cukup lahan,sebaiknya digunakan sistem Transfer Depo yang telah dievaluasi merupaakan sistem operasi yang murah dan efisien. - Untuk daerah pelayanan yang padat dan sulit didapatkan lokasi Transfer Depo, dapat dipakai sistem container besar ( 6-10 m 3 ) yang ditempatkan ditepi jalan dengan memperhatikan : Kemudahan operasi/nomor kendaraan Kemungkinan gangguan terhadap lalu lintas - Untuk Daerah daerah teratur dan berpenghasilan menengah / tinggi sebaiknya diterapkan metode pengumpulan dengan pola individual langsung. Sampah dikumpulkan secara door to door dengan kendaraan pengangkut yang langsung membawanya ke TPA. - Untuk Daerah daerah padat dengan penghasilan yang rendah sebaiknya diterapkan sistem pengumpulan dengan pola komunal mempergunakan Container /TPS didapatkan lokasi transfer. c. Pengangkutan Meupakan kegiatan operasi yang dimulai dari sumber sampah atau Transfer depo/tps ke tempat Pengolahan / Tempat Pembuangan Akhir. Bentuk / Pola pengangkutan tergantung pada jenis yang digunakan diantaranya berupa : 1) Pengangkutan dengan sistem Transfer Depo Kegiatan pengangkutan berupa : - Persiapan di pool kendaraan dan perjalanan ke Transfer Depo - Kegiatan peindahan sampah ke truk dan pengangkutan ke TPA - Pembongkaran sampah di TPA dan perjalanan kembali ke Transfer Depo pertama atau berikutnya ( shift kedua, dst ) Jenis kendaraan yang dipakai sebaiknya berupa Dump Truck untuk mempercepat operasi pembongkaran. 2) Pengangkutan dengan Sistem Container 133

151 Kegiatan pengangkutan berupa : - Persiapan di pool kendaraan (load haul) dan perjalanan ke lokasi denagn membawa penuh gerobak container kosong dibawa. - Sampah di lokasi, container kosong ditukar, container penuh diangkut dan dibawa ke TPA. - Kegiatan pengosongan container di TPA.Setelah container kosong dan dibersihkan, dibawa ke lokasi container penuh lainnya, dan seterusnya. Jenis kendaraan yang dipakai adalah Arm Roll Truck. d. Pengolahan Pengolahan sampah merupakan salah satu tahapan dalam pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah. Ditinjau dari proses pengolahannya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya adalah : 1. Pengompasan ( Composting ) merupakan upaya mengurangi volume sampah secara biologi. 2. Pembakaran ( Uncineration ) merupakan upaya mengurangi volume sampah secara kimiawi. 3. Penghancuran ( Sherdding ) merupakan upaya mengurangi volume sampah dengan cara memotong / memecah sampah. 4. Pemisahan merupakan upaya mendaur ulang material-material untuk ditingkatkan manfaatnya atau diubah menjadi produkproduk lain atau energy. 5. Pengeringan merupakan upaya pengurangan kadar air dengan maksud mengurangi volume dan berat sampah. 6. Pemadatan ( Compacting ) merupakan upaya mengurangi volume sampah secara mekanis. e. Pembuangan Akhir Merupakankegiatan operasi tahap akhir dmana sampah diamankan di suatu tempat agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya, baik alam maupun manusia. Beberapa metode pembuangan smapah akhir, meliputi : 1. Metode Penimbunan Terbuka ( Open Dumping ) Merupakan sistem pembuangan akhir yang paling sederhana, di mana sampah hanya ditimbun disuatu tempat tanpa tindak lanjut berikutnya. Timbunan sampah terbuka dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan berbau bau, lalat, pencemaran air, estetika dan lain-lain. 134

152 Metode ini tidak direkomendasikan untuk digunakan lagi, sesuai undang undang Nomor : 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. 2. Metode Lahan Urug Terkendali ( Controlled Landfill ) Merupakan perbaikan dari cara open dumping, dimana timbunan sampah secara bertahap ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi kemungkinan gangguuan dan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, perlu dilakukan usaha proteksi pencemaran leachate dan gas dengan cara yang sederhana seperti : - Pengumpulan leachate dasar TPA - Pengumpulan dan penyaluran gas methan - Pengolahan leachate di dalam kolam-kolam Pemagaran lokasi dan sistem drainase merupakan fasilitas tambahan. Pada akhirnya pengoperasiannya TPA ini semua timbunan sampah akan tertutup oleh lapisan tanah. 3. Metode Lahan Urug Saniter ( Sanitary Landfill ) Pada metode ini, penutupan dengan lapisan tanah dilakukan pada tahap akhir dari operasi, sehingga setelah operasi berakhir tidak akan terlihat adanya timbunan sampah. Selain itu, upaya pengendalian leachatedan gas yang lebih baik dari pada sistem cotrolled landfill. Metode ini sudah jauh lebih baik / aman dari sebelumnya. Kelemahan dari metode ini adalah biaya operasi yang pemeliharaan yang mahal, sehingga umumnya pemerintah daerah belum mampu melaksanakannya. 4. Metode Improved Sanitary Landfill Merupakan pengembangan lebih lanjut dari sanitary landfill, dimana seluruh Leachate ( air sampah ) yang dihasilkan akan disalurkan dan diolah di suatu sebelum dibuang secara aman. ( Lihat Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Sampah, Gambar 3.11 Grafik Pengangkutan Sampah, Peta 3.3 Peta Cakupan layanan persampahan, Gambar 3.12 Diagram Sistem Saitasi pengelolaan persampahan, Tabel 3.16 Cakupan layanan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota, Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana sampah yang ada di Kabupaten/Kota ) 135

153 Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Sampah Bagaimana sampah rumah tangga dikelola? dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 25% 1% 0% 9% dikumpulkan dan dibuang ke TPS dibakar 1% 14% 43% dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 7% dibuang ke sungai/kali/laut/danau dibiarkan saja sampai membusuk dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk lain-lain Grafik menunjukkan pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan hasil Studi EHRA hanya 9% yang dinilai cukup baik antara lain : Dikumpulkan dan dibuang ke TPS; sebagian besar belum mengelola sampahnya dengan baik antara lain : dibakar (43%0, dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah (7%), dibuang ke sungai/kali/laut/danau (14%), dibiarkan saja sampai membusuk (1%), dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk (25%), dll (1%). 136

154 Gambar 3.11 Grafik Pengangkutan Sampah Berdasarkan hasil EHRA, didapatkan bahwa pengangkutan sampah dari rumah yang ada di Kabupaten Wajo dengan rincian; Tiap hari sebesar 23%, beberapa kali dalam seminggu sebesar 21%, sekali dalam seminggu sebesar 2%, tidak pernah sebesar 23%, lainnya sebesar 23% dan tidak tahu 8%. 137

155 PPSP WAJO Peta 3.3 Peta Cakupan layanan persampahan 138

156 PPSP WAJO Gambar 3.12 Diagram Sistem Saitasi pengelolaan persampahan Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan Setempat (C) Penampungan Sementara (TPS) Gerobak Sampah Container (E) (Semi) (D) Pengolahan Pengangkutan Akhir Terpusat (F) Daur ulang/ Pembuangan Akhir Sampah Organik Tempat Sampah Jalan Sampah Anorganik Truk Sampah Motor Sampah Taman TPA Cempalagi Bak Sampah 139

157 Tabel 3.16 Cakupan layanan persampahan yang ada di Kabupaten Wajo Volume Terlayani No. Nama Kecamatan/Keluruhan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 1 Kecamatan Sabbangparu Kelurahan Walennae 1, Kelurahan Talotenreng 2, Kelurahan Sompe 4, Desa Liu 1, Desa Ugi 1, Desa Ujung Pero 1, Desa Wage 1, Desa Worongnge 1, Desa Salotengnga 1, Desa Pallimae 1, Desa Mallusesalo 1, Desa Pasaka 1, Desa Tadangpalie 1, Desa Benteng Lompoe 1, Desa Bila 1,

158 Volume Terlayani No. Nama Kecamatan/Keluruhan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 2 Kecamatan Pammana Kelurahan Pammana 2, Kelurahan Cina 2, Desa Lempa 2, Desa Patila 2, Desa Kampiri 2, Desa Lapaukke 1, Desa Lagosi 2, Desa Pallawarukka 1, Desa Wecudai 1, Desa Lampulung 2, Desa Watampanua 1, Desa Tadangpalie 2, Desa Simpurusia 2, Desa Tobatang 1, Desa Abbanuangnge 1,

159 Volume Terlayani No. Nama Kecamatan/Keluruhan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 3 Kecamatan Majauleng Kelurahan Paria 2, Kelurahan Limpomajang 1, Kelurahan Macanang 1, Kelurahan Uraiyang 1, Desa Tosora 2, Desa Cinnong Tabi 2, Desa Rumpia 3, Desa Laerung 1, Desa Lamiku 1, Desa Botto Benteng 1, Desa Botto Tanre 1, Desa Tua 2, Desa Tajo 2, Desa Tengnga Desa Liu 1, Desa Tellulimpoe 1, Desa Botto Penno Desa Watan Rumpia 1,

160 Volume Terlayani No. Nama Kecamatan/Keluruhan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 4 Kecamatan Tempe Kelurahan Siengkang 3, Kelurahan Pattirosompe 2, Kelurahan Tempe 6, Kelurahan Maddukkelleng 7, Kelurahan Watallipue 2, Kelurahan Mattirotappareng 3, Kelurahan Laelo 1, Kelurahan Salomenraleng 1, Kelurahan Cempalagi 2, Kelurahan Lapongkoda 6, Kelurahan Teddaopu 5, Kelurahan Padduppa 3, Kelurahan Wiringpalennae 4, Kelurahan Atakkae 4, Kelurahan Sitampae 1, Kelurahan Bulupabbulu 3,

161 Volume Terlayani No. Nama Kecamatan/Keluruhan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 5 Kecamatan Belawa Kelurahan Macero 2, Kelurahan Malakke 2, Kelurahan Belawa 3, Desa Ongkoe 4, Desa Leppangeng 4, Desa Wele 3, Desa Limporilau 3, Desa Sappa 4, Desa Lautang 3,

162 No. Nama Kecamatan/Keluruhan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah Volume Terlayani 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 6 Kecamatan Tanasitolo Kelurahan Tancung 2, Kelurahan Mappadaelo 2, Kelurahan Pincengpute 2, Kelurahan Baru Tancung 1, Desa Nepo 1, Desa Lowa 1, Desa Inalipue 2, Desa Pakkanna 2, Desa Wajoriaja 2, Desa Wewangrewu 2, Desa Wae Tuwo 2, Desa Assorajang 3, Desa Ujunge 2, Desa Pajalele 1, Desa Mario 1, Desa Palippu 1, Desa Tonralipue Desa Ujung Baru 1, Desa Mannagae 2,

163 Volume Terlayani No. Nama Kecamatan/Keluruhan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 7 Kecamatan Maniangpajo Kelurahan Anabanua 4, Kelurahan Dualimpoe 2, Kelurahan Tangkoli 1, Desa Mattirowalie 2, Desa Kalola 1, Desa Sogi 1, Desa Abbanuangnge 1, Desa Minangatellue

164 Volume Terlayani No. Nama Kecamatan/Keluruhan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 8 Kecamatan Bola Kelurahan Solo 2, Desa Bola 1, Desa Ujung Tanah 1, Desa Lempong 2, Desa Sanreseng Ade 1, Desa Pattangnga 1, Desa Balielo 1, Desa Manurung 1, Desa Lattimu 1, Desa Pasir Putih 1, Desa Raja Mawellang 2,

165 Volume Terlayani No. Nama Kecamatan/Keluruhan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 9 Kecamatan Penrang Kelurahan Doping 2, Desa Padaelo 1, Desa Temmabarang 1, Desa Penrang 1, Desa Lawesso 1, Desa Benteng 1, Desa Walanga 1, Desa Makmur 1, Desa Tadangpalie Desa Raddae 1, Sumber : Kajian Pokja Kab. Wajo 148

166 Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana sampah yang ada di Kabupaten/Kota No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah / Kapasitas Ritasi / hari Berfungsi Kondisi Tidak Berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) 1 Pengumpulan Setempat - Gerobak Sampah unit 3 - Gerobak Motor Sampah unit Penampungan Sementara - Truk Terbuka unit Truk Compactor unit Pengangkutan - Dump Truck unit Arm Roll Truck unit Trailer Container unit (Semi) Pengelolaan Akhir Terpusat - TPS 3R unit TPA/TPA Regional - Sanitary Landfill Ha Controlled landfill Ha - Open dumping Ha Alat Berat - Bulldozerl unit Whell/truck loader unit Excavator / backhoe unit IPL - Sistem Sumber : Buku Pengelolaan Persampahan dan RTH, BLD Kab. Wajo 149

167 3.4.3 Peran serta Masyarakat Peran serta masyarakat dapat berupa pengurangan volume sampah mulai dari sumbernya. Program ini dijalankan melalui promosi dan kampanye peningkatan upaya 3R yaitu reduction (pengurangan), reuse (penggunaan kembali), dan recyle (pengolahan). Strategi lainnya yang dilakukan ialah meningkatkan pemahaman tentang pengolahan sampah sejak dini melalui pendidikan di sekolah-sekolah. Perubahan pemahaman bahwa masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi lebih sebagai mitra yang mengandung makna kesetaraan. Hal penting sebagai pola penanganan sampah yang berbasis masyarakat. Menurunnya kepedulian masyarakat dalam hal menjaga kebersihan lingkungan merupakan pemicu terjadinya degrasi kualitas lingkungan. Pada umumnya proses pengelolaan sampah dengan basis partisipasi aktif masyarakat terdiri dari beberapa tahap : 1. Mengupayakan agar sampah di kelola, dipilah dan diproses tahap awalmulai dari tempat timbulan sampah itu sendiri. 2. Pada fase awal ditingkat rumah tangga setidaknya diupayakan untuk mengelolah sampah organik menjadi kompos dan sampah organik dipilah serta mengumpulkan menurut jenisnya sehingga memungkinkan untuk di daur ulang. 3. Pewadahan dan pengumpulan dari wadah tempat timbulan sampah sisa yang sudah di pilah ke tempat pemindahan sementara. 4. Pengangkutan ke tempat pembuangan atau ke tempat pengelolaan sampah terpadu. 5. Pengolahan sambah yang tidak memungkinkan untuk diolah di setiap lingkungan rumah tangga di TPS. Pengangkutan sisa akhir sampah, sampah yang tidak dapat di daur ulang atau tidak dapat dimanfaatkan lagi ke tempat pembuangan sampah terakhir (TPA) a. Bentuk-bentuk Peran Serta Masyarakat Bentuk peran serta masyarakat berdasarkan karakteristik, kemampuan, kesempatan dan kondisi yang ada di masyarakat dapat dikelompokkan : Peran serta pasif : - Sadar akan kebersihan terhadap lingkungan 150

168 Peran serta ini dalam bentuk tidak membuang sampah sembarangan dan menetapkan sampah pada tempat yang tertutup dan lain-lain - Sadar akan kewajiban membayar retribusi Masyarakat menyadari bahwa pengelolaan persampahan memerlukan basa yang besar dan diantaranya dibebankan kepada masyarakat. Peran serta aktif : - Pengumpulan sampah dengan pola komunal, merupakan tindak nyata dalam memantu pekerjaan institusi pengelolaan kebersihan. - Kontrol social, dengn saling mengingatkan antra anggota masyarakat seperti menegur yang membuang puntung rokok di sembarangan tempat. - Gotong royong dalam hal kebersihan - Turut serta menyediakan sarana kebersihan b. Usaha Peningkatan Peran Serta Masyarakat Kemungkinan yang dapat diterapkan dalam pengembangan peran serta masyarakat adalah : 1.) Penyuluhan sebagai program intersektoral,dengan menyampaiakan : Ancaman bahaya bila sampah tidak dikelola dengan baik. a.) Siklus Pengelolaan Persampahan b.) Pengelolaan sampah yang baik dan benar c.) Pembiayaan d.) Peran anggota masyarakat dan pemerintah daerah 2.) Penyuluhan Umum Sasarannya adalah masyarakat luas, brsifat terbuka,dengan teknik peyampaian langsung maupun tidak langsung, materi satu dengan diatas. 3.) Perlakuan Kejut Penetapan hokum dengan dipersiapkan lebih dahulu dasar hukumnya, petunjuk pelaksana, bentuk sanksi dan aparat pelaksananya. ( Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Layanan persampahan Berbasir Masyarakat, Tabel 3.19 Pengelolaan sarana persampahan oleh masyarakat ) 151

169 Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Layanan persampahan Berbasis Masyarakat No 1 2 Nama Program/kegiatan TPST 3R ; TPST Sampah Organik Peningkatan Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan ; Bank Sampah Pelaksana/PJ Lokasi Tahun Program / Kegiatan **) Peneri ma manfa at***) L P Jumlah Sarana Kondisi Sarana Saat Ini**) Ber fungsi Tidak Berfun gsi BLHD TPA unit - SKPD, Sekolah, Masyarakat (Permukiman/P erumahan) SKPD (4), Sekolah (17), Permukiman (3), TPA (1), Pasar (2)

170 Tabel 3.19 Pengelolaan sarana persampahan oleh masyarakat No Jenis Kegiatan Lokasi 1 2 Pemilahan sampah di Rumah tangga Pengangkutan sampah ke TPS 3 Pengelolaan sampah: a) b) c) Pengelolaan sampah organik Pengelolaan sampah non organik Pengelolaan sampah terpadu Lembaga Pengelola Kondisi Kerjasama dengan pihak lain Keterangan Kecamatan Tempe Kelurahan Cempalagi (TPA) Kelurahan Cempalagi (TPA) Kelurahan Cempalagi (TPA) Dinas Tarkim Aktif - Iuran sampah Rp.3000,- /bln sampai Rp ,- /bln BLHD Aktif - - BLHD Aktif - - BLHD Aktif

171 3.4.4 Komunikasi dan Media Strategi untuk meningkatkan ( sasaran ) sub sektor persampahan adalah : Meningkatkan sinergi antara pihak-pihak pelku pembangunan sanitasi ( pemerintah dan masyarakat ) untuk mengembangkan kampanye dan promosi pengelolaan persampahan Melakukan advokasi yang berkesinambungnan kepada stakeholder kunci ( SKPD, Pantia Anggaran, Bupati Wajo, DPRD, Departemen Teknis, Pemerintah Pusat ) menyusun materi sosialisasi tentang sanitasi Kota Sengkang yang terintegrasiantar SKPD. Memanfaatkan beragam media untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah yang sesuai dengan program pemerintah. Meningkatkan sosialisasi pengelolaan sampah kepada masyarakat sehingga menjangkau seluruh key stakeholder ( Gambar 3.13 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten/Kota ) 154

172 Gambar 3.13 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten/Kota Penyuluhan / Sosialisasi 17% 6% 7% 70% Masalah Sampah dan Kebersihan Lingkungan Air Limbah dan Jamban Keluarga Saluran Air Kotor Air Bersih Sosialisasi/Penyuluhan Kegiatan terkait Sanitasi di Kabupaten Wajo dilaksanakan di kabupaten maupun di kecamatan. Namun didominasi dengan sosialisasi/penyuluhan tentang Air Bersih sebanyak 70%. Untuk Masalah Sampah dan Kebersihan Lingkungan hanya sekitar 17%. 155

173 3.4.5 Peran Swasta Penanganan persampahan merupakan tugas dari masing-masing pemda. Pemerintah pusat sendiri lebih berperan dalam pembinaan dan pengaturannya saja. Hal ini terkait dengan otonomi daerah yang memberi kewenangan penuh bagi daerah untuk mengurusi keperluannya sendiri termasuk masalah sampah. Namun kondisi perekonomian saat ini sangat menyulitkan daerah untuk membiayai investasi pengelolaan sampah. Keikutsertaan swasta dalam pengelolaan sampah dibutuhkan, mengingat tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk penanganan masalah ini. Peningkatan iklim yang kondusif bagi kemitraan pemerintahswasta seperti pemberian ijin dan kewenangan serta dijaminanya jumlah suplai sampah, merupakan strategi yang harus dilakukan pemerintah. Perangkat hukum yang mengatur mengenai keterlibatan pihak swasta dalam hal pengelolaan sampah sudah ada, yaitu Peraturan Presiden (Perpres) No. 67 Tahun 2005 serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2005 tentang kerjasama pemerintah dengan badan usaha swasta (KPS) dalam penyediaan infrastruktur penyehatan lingkungan permukiman (PLP). Peran Serta Swasta dalam Bidang Persampahan 1.) Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam upaya pengembangan peran swasta yaitu : - Aspek Hukum Mencakup hal tentang badan usaha,kedudukan dan daerah usaha, wilayah usaha,penguasaan, nasionalisasi dan perpajakan. - Aspek Teknis Mencakup hal tentang sistem pengelolaan sampah,persyaratan umum, komponen penanganan sampah, kelengkapan pengajuan permohonan. - Aspek Opersional Mencakup hak pengusahaan kepada calon investor, ruang lingkup kepada badan usaha, studi kelayakan, perencanaan teknis, pembiayaan, persiapan pelaksanaan-pelaksanaan fisik, operasi pemeliharaan. - Aspek Keuangan Mencakup komponen biaya investor, sumber dana investasi, fasilitas investasi, kebijaksanaan penetapan tariff, dll. Kegiatan kerjasama pemerintah dan swasta menganut sistem saling menguntungkan maka dengan demikian diharapkan 156

174 masyarakat bersedia berpartisipasi dalam penanggulangan sampah secara berkeseimbangan. 2.) Bentuk Peran Serta Swasta Bentuk organisasi swasta yang dapat dikembangkan adalah antara lain : - Usaha Perorangan ( CV ) - Usaha Terbatas ( PT ), atau usaha-usaha lain yang disediakan dengan kondisi setempat. Tugas pemerinyah dalam hal ini pada kegiatan pengawasan, pemantauan dan pengendalin yang telah dibuat. Tugas organisasi swasta adalah menjalankan kewajiban sesuai dengan kesepakatan yang ada. 3.) Kaitan Persampahan dengan Sanitasi Sanitasi adalah pengawasan factor-faktor dalam lingkungn fisik manusia yang dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan pada perkembangan jasmani kesehtan dan ketahanan hidupnya. Sanitasi mempunyai ruang lingkup dan orientasi yang menitik beratkan pada pencegahan pennyakit menular. Sama halnya dengan Air Limbah domestik, pengelolaan persampahan kerjasama swasta oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang Lingkungan Hidup. ( Tabel 3.20 Peran Swasta dalam penyediaan layanan pengelolaan persampahan ) 157

175 Tabel 3.20 Peran Swasta dalam penyediaan layanan pengelolaan persampahan No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi Volume Potensi Kerjasama 1 2 LSM Indonesia Hijau LSM Wajo Institute / 2010 Pelatihan Pengolahan Limbah, Pembuatan Biogas Pendampingan kegiatan penjilidan kapasitas SLBM (sanitasi lingkungan berbasis masyarakat) 2 keg 2 keg 1 keg Sumber : Buku Pengelolaan Persampahan dan RTH, BLHD Kab. Wajo Penyusunan dokumen Tata Lingkungan atau sebagai Pendamping Kegiatan Pemerintah Daerah 158

176 3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan Pengolahan persampahan membutuhkan sejumlah dana untuk mendukung investasi,operasi, pemeliharaan, pergantianperalatan serta peningkatan pelayanan. a. Sumber Dana Dana untuk pengolahan persamopaan dan kebersihan suatu kota yang dianggap memadai adalah 5 10% dari APBD yang dalam hal ini menunjukkan adanya prioritas penerangan subsector ini. Dana investasi, operasi dan pemeliharaan dapat berasal dari bergai sumber : Diusahakan agar biaya pengelolaan persampahan dapat diperoleh dari masyarakat ( self financing ) APBD TK II APBD TK I APBN Pusat Pinjaman dari dalam dan luar negeri b. Penentuan Biaya Struktur biaya dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian besar, yaitu : Biaya investasi Biaya operasi dan pemeliharaan Biaya investasi Pengadaan prasarana dan sarana Pengadaan perangkat lunak seperti studi / perencanaan induk program persampahan, penyusunan sistem prosedur, pendidikan dan latihan awal. Start up, biaya insidentil penerapan sistem baru Biaya operasi dan pemeliharaan : Gaji dan Upah Transportasi dan bahan bakar dan lain-lain Perawatan dan perbaikan Pendidikan dan latihan awal Administrasi kantor dan lapangan Dan Lain-lainnya c. Retribusi Bagi masyarakat yang memperoleh pelayanan persampahan dari pemerintah ataupengelola sampah sedapat mungkin diperhitungkan dengan matang. Retribusi diusahakan untuk dapat mencapai kondisi pengelolaan yang mampu membiayai sendiri. Perhitungan bear 159

177 retribusi dilakukan dengan cara klasifikasi langganan dan prinsip subsidi silang. Pelaksanaan penarikan retribusi dilakukan pengaturan sebagai berikut: Disusun sistem penarikan pengendalian pemungutan yang efektif Dibagi dalam wilayah penagihan Didasarkan pada target, penagihan mulai dilaksanakan setelah pelayanan berjalan Teratur Struktur tarif dalam Perda perlu dipublikasikan Untuk meningkatkan efesiensi penagihan retribusi, sebaiknya pemerintah daerah melakukan penjajangan kemungkinan mengaitkannya dengan air minum atau rekening listrik. (Tabel 3.21 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Persampahan kabupaten Wajo Thn , Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Persampahan Kab. Wajo Thn ) 160

178 Tabel 3.21 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Persampahan kabupaten Wajo Tahun Belanja (Rp) Rata-Rata No Komponen Pertumbuhan (%) Rp 1 Air Limbah (1a+1b) Rp - Rp - Rp - Rp Sampah (2a+2b) Rp Rp Rp Rp Rp ,6 Rp 2.a Pendanaan Investasi Sampah Rp - Rp - Rp - Rp - - Pendanaan OM yang 2.b Rp Rp Rp Rp Rp ,6 dialokasikan dalam APBD 2.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Rp - Rp - Rp - Rp - 3 Drainase (3a+3b) Rp - Rp - Rp - Rp - Aspek Promosi Higiene dan 4 Rp - Rp - Rp - Rp - Sanitasi Sumber : Laporan Capaian Kinerja Fisik dan Keuangan Kab. Wajo Tahun Rp - Rp - Rp

179 Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Persampahan Kabupaten Wajo Thn Belanja (Rp) Rata-Rata No Komponen Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Air Limbah Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 2 Retribusi Sampah Rp Rp Rp Rp Rp a Realisasi Retribusi Rp Rp Rp Rp Rp ,26 2.b Potensi Retribusi Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 3 Retribusi Drainase Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Sumber : Laporan Capaian Kinerja Fisik dan Keuangan Kab. Wajo Tahun

180 3.4.7 Permasalah Mendesak Di Kabupaten Wajo, terkait pengelolaan persampahan masih sangat kurang di lingkungan masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan, sarana pengelolaan sampah perlu ditingkatkan lagi. ( Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak ) 163

181 Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak No Permasalahan Mendesak 1 Masih kurangnya disiplin masyarakat dalam membuang sampah ke tempat sampah, seperti tidak tepat waktu, tidak tepat cara dan tidak tepat tempatnya. Pedagang kaki lima dan pengemudi angkutan umum dan pengendara mobil pribadi yang 2 membuang sisa bungkusan makanan atau minuman,tissue dan sampah di jalan 3 Masih ada masyarakat yang belum memanfaatkan 3R 4 Masih ada masyarakat yang membakar atau membuang sampah 5 Sistem open dumping sudah tidak sesuai lagi sebagai sarana pengelolahan sampah di Kota Sengkang 164

182 3.5 Pengelolaan Drainase Kota Dalam sistem pengelolaan jaringan drainase Kota Sengkang perlu perhatian yang serius, sebab secara umum topografi wilayah Kota Sengkang termasuk dataran rendah terhadap (Danau Tempe), sehingga perlunya sistem yang bagus agar tidak terjadi luapan akibat bertemunya beberapa saluran. Selain itu sistem pembagian wewenang penanganan drainase dengan SKPD belum ada penanganan yang terintegrasi satu dengan yang lainnya. Secara umum kondisi drainase di Kota Sengkang masih banyak yang terbuka dan sebagian kecil yang tertutup. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya penyumpatan dan tidak berfungsinya manhole. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan bagi penduduk dan pengguna jalan apabila terjadi genangan air akibat peningkatan intensitas curah hujan. Tujuan Sektor Drainase Kota yakni Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kota Sengkang melalui penyediaan sarana dan prasarana drainase. Sedangkan Sasaran Sektor Drainase Kota yaitu Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase kota yang terintegrasi pada tahun 2018, dan Berkurangnya luas genangan di Kota Sengkang dengan memperioritaskan penanganan di wilayah genangan pada tahun Kelembagaan Penanganan Drainase di Kabupaten Wajo ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya, baik pengelolaan, pembangunan maupun pemeliharaan drainase. ( Tabel 3.24 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan drainase perkotaan, Tabel 3.25 Daftar peraturan terkait drainase perkotaan ) 165

183 Tabel 3.24 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan drainase perkotaan FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase perkotaan skala kab/kota - Menyusun rencana program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian target - Menyusun rencana anggaran program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian target - PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase perkotaan - PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase perkotaan - Memperbaiki saluran drainase perkotaan yang rusak - Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase perkotaan) dalam pengurusan IMB - - PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediapkan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase perkotaan di wilayah yang akan dibangun - - Memastikan integrasi sistem drainase perkotaan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer - - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase perkotaan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase perkotaan

184 FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase perkotaan skala kab/kota - - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase perkotaan - - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase perkotaan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase perkotaan - - Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Wajo 167

185 Tabel 3.25 Daftar peraturan terkait drainase perkotaan Substansi DRAINASE PERKOTAAN Target capaian pelayanan pengelolaan Drainase Perkotaan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan Drainase Perkotaan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan usaha dalam pengelolaan Drainase Perkotaan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainse perkotaan, dan menghubungkannya dengan sistem Drainase Perkotaan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana Drainase Perkotaan sebagai saluran pematusan air hujan Ketersediaan Ada Tidak Ada (Sebutkan) Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Wajo 168

186 3.5.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Selain berfungsi penyalur air hujan, saluran darinase di kawasan permukiman di Kota Sengkang juga berfungsi sebagai penyalur air bekas mandi, mencuci dan memasak. Air limbah tersebut disalurkan langsung ke saluaran-saluran drainase di tepi jalan (side drain) yang umumnya terbuka. Permasalahan yang sering dijumpai akibat kondisi sistem seperti ini adalah di musim kemarau terjadi aliran yang lampat dengan kedalaman air di saluran yang kecil sekali, sehingga akan timbul endapan-endapan dan memberi kesempatan berkembangbiaknya vektor penyakit seperti, nyamuk, lalat dan insekta lainnya. Baru di musim hujan air mengalir lancar, akan tetapi karena kapasitas tampungan terbatas maka air meluap dan menggenangi daerah sekitarnya. Saluran drainase di Kota Sengkang baru berpusat pada daerah pusat kota dan jalan utama saja. Sedangkan di luar kawasan perkotaan masih berupa saluran alami sehingga mengakibatkan permasalahan genangan air pada daerah yang tidak memiliki saluran drainase. Secara umum sistem drainase yang ada di Kota Sengkang adalah melalui selokan/parit baik berasal dari KM/WC maupun dari dapur/tempat cuci. Kemudian mengalir ke sungai yang ada di sekitarnya tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Sedangkan masyarakat yang bermukim di sepanjang sungai dan danau langsung membuang air limbah ke sungai dan ke danau. Semua sistem saluran drainase di Kota Sengkang bermuara di sungai dan danau. ( Gambar 3.14 Grafik persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin, Peta 3.4 Peta jaringan drainase dan wilayah genangan Kabupaten/Kota, Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase perkotaan, Tabel 3.26 Cakupan layanan pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten/Kota, Tabel 3.27 Kondisi sarana dan prasarana drainase di Kabupaten/Kota ) 169

187 Gambar 3.14 Grafik persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin Apakah Banjir Bisa Terjadi Secara Rutin? 38% 62% Ya Tidak Berdasarkan hasil Studi EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Wajo masih beresiko tinggi atas banjir rutin terlihat dari persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin sebesar 62% dan sisanya 38% tidak mengalami banjir rutin. 170

188 PPSP WAJO Peta 3.4 Peta jaringan drainase dan wilayah genangan Kabupaten/Kota 171

189 Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase perkotaan Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan & Penampungan/ Pengolahan Awal (C) Pengangkutan/ Pengaliran (D) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Grey Water 172

190 Tabel 3.26 Cakupan layanan pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Wajo No. Wilayah Genangan Nama Luas Ketinggian Lama Frekuensi Kecamatan/Kelurahan Penyebab (Ha) (M) (Jam/Hari) Kali/Tahun) 1. Kecamatan Sabbangparu Kelurahan Walennae Pasang Kelurahan Talotenreng Kelurahan Sompe Desa Liu Pasang Desa Ugi Desa Ujung Pero , Desa Wage Desa Worongnge Desa Salotengnga Desa Pallimae Desa Mallusesalo Desa Pasaka Desa Tadangpalie Desa Benteng Lompoe ,5 720 Desa Bila

191 No. Nama Kecamatan/Kelurahan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (Jam/Hari) Kali/Tahun) Penyebab 2. Kecamatan Pammana Kelurahan Pammana Kelurahan Cina Desa Lempa Desa Patila Desa Kampiri Desa Lapaukke Desa Lagosi Desa Pallawarukka ,5 720 Desa Wecudai Desa Lampulung ,5 720 Desa Watampanua ,5 720 Desa Tadangpalie ,5 720 Desa Simpurusia Desa Tobatang Desa Abbanuangnge

192 No. Nama Kecamatan/Kelurahan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (Jam/Hari) Kali/Tahun) Penyebab 3. Kecamatan Majauleng Kelurahan Paria Kelurahan Limpomajang Kelurahan Macanang Kelurahan Uraiyang Desa Tosora Desa Cinnong Tabi Desa Rumpia Desa Laerung Desa Lamiku Desa Botto Benteng Desa Botto Tanre Desa Tua Desa Tajo Desa Tengnga Desa Liu Desa Tellulimpoe Desa Botto Penno Desa Watan Rumpia

193 No. Nama Kecamatan/Kelurahan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (Jam/Hari) Kali/Tahun) Penyebab 4. Kecamatan Tempe Kelurahan Siengkang Kelurahan Pattirosompe Kelurahan Tempe Kelurahan Maddukkelleng Kelurahan Watallipue , Kelurahan Mattirotappareng , Kelurahan Laelo , Kelurahan Salomenraleng , Kelurahan Cempalagi Kelurahan Lapongkoda Kelurahan Teddaopu ,5 720 Kelurahan Padduppa Kelurahan Wiringpalennae Kelurahan Atakkae ,5 720 Kelurahan Sitampae ,5 720 Kelurahan Bulupabbulu No. Nama Kecamatan/Kelurahan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (Jam/Hari) Kali/Tahun) Penyebab 5. Kecamatan Belawa Kelurahan Macero Kelurahan Malakke Kelurahan Belawa Desa Ongkoe Desa Leppangeng Desa Wele Desa Limporilau Desa Sappa Desa Lautang

194 No. Nama Kecamatan/Kelurahan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (Jam/Hari) Kali/Tahun) Penyebab 6. Kecamatan Tanasitolo Kelurahan Tancung Kelurahan Mappadaelo Kelurahan Pincengpute Kelurahan Baru Tancung Desa Nepo Desa Lowa Desa Inalipue Desa Pakkanna Desa Wajoriaja Desa Wewangrewu Desa Wae Tuwo Desa Assorajang Desa Ujunge Desa Pajalele Desa Mario Desa Palippu Desa Tonralipue Desa Ujung Baru Desa Mannagae

195 No. Nama Kecamatan/Kelurahan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (Jam/Hari) Kali/Tahun) Penyebab 7. Kecamatan Maniangpajo Kelurahan Anabanua Kelurahan Dualimpoe Kelurahan Tangkoli Desa Mattirowalie Desa Kalola Desa Sogi Desa Abbanuangnge Desa Minangatellue No. Nama Kecamatan/Kelurahan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (Jam/Hari) Kali/Tahun) Penyebab 8 Kecamatan Bola Kelurahan Solo Desa Bola Desa Ujung Tanah Desa Lempong Desa Sanreseng Ade Desa Pattangnga Desa Balielo Desa Manurung Desa Lattimu Desa Pasir Putih Desa Raja Mawellang

196 No. Nama Kecamatan/Kelurahan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (Jam/Hari) Kali/Tahun) Penyebab 9. Kecamatan Penrang Kelurahan Doping Desa Padaelo Desa Temmabarang Desa Penrang Desa Lawesso Desa Benteng Desa Walanga Desa Makmur Desa Tadangpalie Desa Raddae

197 Tabel 3.27 Kondisi sarana dan prasarana drainase di Kabupaten/Kota No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah / Kapasitas Kondisi Tidak Berfungsi Berfungsi Keterangan (Kali/tahunan) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) 1 Saluran Primer Komp.BTN Pepabri Serikaya - - Jl. Sawerigading - Jl. W.R.Monginsidi - Jl. Nuri - Jl. S.Cenranae m' 2757, Jl. Pisang - Jl. Latenri Bali - Jl. Ahmad Yani - Jl. Lasangkuru - Jl. Amanagappa - Jl. Mesjid Raya - Jl. Belibis - Jl. Sungai Jl. Cendana - Jl. Pahlawan - Jl. Sulawesi - Jl. Irian - Jl. R.A.Kartini - Jl. A.Malingkaan - Jl. Lapabbe - Jl. H.A.Ninnong - Jl. S.Cenranae Jl. Kejaksaan - Jl. Anggrek - Jl. Flamboyan - Jl. A.Macca Amirullah - Jl. A.Pawellangi - Jl. Melati - Jl. Kenanga - Jl. Bau Mahmud - Jl. A.Paggaru - Jl. H.A.Ninnong - Jl. S.Cenranae Jl. Beringin - Jl. Rusa - Jl. Lembu - Jl. Bau Baharuddin - Jl. A.Parenrengi - Jl. Bau Munawarah - Jl. Lapaddaga - Jl. A.Paggaru - Jl. H.A.Ninnong - Jl. S.Cenranae m' 1121,43 - m' 1570,17 - m' 2231,51 - m' 3033,81-180

198 No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah / Kapasitas Berfungs i Kondisi Tidak Berfungsi Keterangan (Kali/tahunan) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) 2 Saluran Sekunder - Jl. Rusa m' Jl. Beringin m' Jl. Lembu m' Jl. Gabus m' Jl. Bau Baharuddin m' Jl. Kejaksaan m' Jl. Lapawennari m' Jl. Andi Parenrengi m' Jl. H.Bahe m' Jl. Rejeki m' Jl. A.Magga Amirullah m' Jl. Pengadilan m' Jl. Anggrek m' Jl. Bau Munawarah m' Jl. A.macca Amirullah m' Jl. A.Koro m' Jl. Flamboyan m' Jl. Veteran m' Jl. Lapaddaga m' Jl. Bau Mahmud m' Jl. Nusa Indah m' Jl. Empat Lima m' Jl. A.Paggaru m' Jl. Lacilellang m' Jl. Melati m' Jl. Mawar m' Jl. Kenanga m' Jl. Jawa m' Jl. Udang m' Jl. H.A.Muri m' Jl. Lapabbe m' Jl. A.Malingkaan m' Jl. Kalimantan m'

199 No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah / Kapasitas Berfungs i Kondisi Tidak Berfungsi Keterangan (Kali/tahunan) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Jl. Sulawesi m' Jl. Jati m' Jl. Cendana m' Jl. R.A.Kartini m' Jl. Sumatra m' Jl.Irian m' Jl. Maluku m' Jl. Pahlawan m' Jl. Nusa Tenggara m' Jl. Gunung Pattirosompe m' Jl. Bhayangkara m' Jl. S.Walennae m' Jl. S.Cenranae m' Jl. Muhammadiyah m' Jl. Datuk Sulaeman m' Jl. Lasalewangeng Totenreng m' Jl. Lamungkace Toaddamang m' Jl. A.Oddang m' Jl. S.Kalola m' Jl. K.H.As'ad m' Jl. S.Bulete m' Jl. Puangrimaggalatung m' Jl. Latenrilait Tosengngeng m' Jl. Lasangkuru m' Jl. Lontar m' Jl. Tomaddualeng m' Jl. Tolanca m' Jl. Amanagappa m' Jl. Lamaddukkelleng m' Jl. Belibis m' Jl. A.Pallawarukka m' Jl. Lombok m' Jl. Tomat m' Jl. Nangka m' Jl. Kelapa m'

200 No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah / Kapasitas Berfungs i Kondisi Tidak Berfungsi Keterangan (Kali/tahunan) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Jl. Serikaya m' Jl. Nenas m' Jl. Durian m' Jl. Langsat m' Jl. Jambu m' Jl. A.Tanjong m' Jl. Merpati m' Jl. Bangau m' Jl. Nuri m' Jl. Tekukur m' Jl. Elang m' Jl. K.C.Kirana m' Jl. A.Pawellangi m' Jl. Bete m' Jl. Belanak m' Jl. Jangko m' Jl. Kandea m' Jl. Bali m' Jl. Timor Timur m' Jl. Latenri Bali m' Jl. Empat Puluh Ribu m' Jl. S.Siwa m' Jl. S.Bila m' Jl. S.Gilireng m' Jl. Mangga m' Jl. Pipit m' Jl. Mesjid Raya m' Jl. Sawerigading m' Jl. Gelatik m' Jl. Angsa m' Jl. Garuda m' Jl. Teratai m' Jl. Emmy Saelan m' 0'348 - Jl. Dahlia m'

201 No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah / Kapasitas Berfungs i Kondisi Tidak Berfungsi Keterangan (Kali/tahunan) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Jl. Seroja m' Jl. Batam m' Jl. Bau Baharuddin II m' Jl. Asoka m' Jl. A.Toppo m' Jl. Pisang m' Jl. Beringin I m' Jl. Andi Jalante m' Jl. Macan m' Jl. Murni m' Jl. Bau Baharuddin I m' Jl. A. Massalissi m' Jl. Beringin II m' Jl. A.Hasan Amirullah m' Jl. Syekh Abdul Bazam m' Jl. Stasiun m' Jl. Masjid Taqwa m' Jl. K.H.Syarif Nur m' Jl. Latsitarda I m' Jl. Latsitarda II m' Bangunan Pelengkap 3 - Rumah Pompa - Pintu Air Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Wajo 184

202 3.5.3 Peran Serta Masyarakat Dalam hal pembangunan drainase dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo, masyarakat hanya membantu dalam hal pembersihan. (Tabel 3.29 Kodisi sarana dan prasarana drainase perkotaan oleh masyarakat, Tabel 3.28 daftar Program/Kegiatan Layanan Drainase Perkotaan Yang Berbasis Masyarakat) 185

203 Tabel 3.28 daftar Program/Kegiatan Layanan Drainase Perkotaan Yang Berbasis Masyarakat No Nama Program/kegiatan Pelaksana/PJ Lokasi Tahun Program/ Kegiatan**) Penerima manfaat***) Jumlah Sarana L P Berfungsi Kondisi Sarana Saat Ini**) Total Tidak Berfungsi 186

204 Tabel 3.29 Kodisi sarana dan prasarana drainase perkotaan oleh masyarakat No Jenis Kegiatan Lokasi Pengelola Iuran Keterangan Lembaga Kondisi

205 3.5.4 Komunikasi dan Media Melakukan advokasi yang bekesinambungan kepada stakeholder kunci ( SKPD, Panitia Anggaran, Bupati Wajo, DPRD,Departemen Teknis, Pemerintah Pusat ) dengan menyusun materi sosialisasi tentang sanitasi Kota Sengkang yang terintegrsi antar SKPD. Memanfaatkan beragam media untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pengelolaaan drainase lingkungan. Meningkatkan sosialisasi pengelolaan drainase lingkungan lingkungan kepada masyarakat sehingga masyarakat menyadari arti penting pembangunan sanitasi bagi kemajuan roda perekonomian, dan diusahakan dapat menjangkau seluruh key stakeholder. Meningkatkan sinergiantara pihak-pihak pelaku pembangunan sanitasi untuk mengembangkan kampanye dan promosi pemeliharaan dan pembangunan drainase lingkungan. ( Gambar 3.16 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten/Kota ) 188

206 Gambar 3.16 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten/Kota Penyuluhan / Sosialisasi 17% 6% 7% 70% Masalah Sampah dan Kebersihan Lingkungan Air Limbah dan Jamban Keluarga Saluran Air Kotor Air Bersih Sosialisasi/Penyuluhan Kegiatan terkait Sanitasi di Kabupaten Wajo dilaksanakan di kabupaten maupun di kecamatan. Namun didominasi dengan sosialisasi/penyuluhan tentang Air Bersih sebanyak 70%. Saluran Air Kotor hanya memiliki persentase sebesar 7% 189

207 3.5.5 Peran Swasta Dalam hal pengelolaan drainase di Kabupaten Wajo, tidak melibatkan peran swasta. Program kegiatan yang mendukung pengelolaan drainase merupakan peran serta pemerintah daerah. ( Tabel 3.30 Penyediaan layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten/Kota ) 190

208 Tabel 3.30 Penyediaan layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten Wajo No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi Volume Potensi Kerjasama

209 3.5.6 Pendanaan dan Pembiayaan Pembangunan drainase dan pengembangan serta pemeliharaannya dibiayai langsung pemerintah, dengan sumber dana APBN, APBD I dan APBD II. ( Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per Komponen Drainase Perkotaan Kab.Wajo Thn , Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Sanitasi Komponen Drainase Perkotaan Kab.Wajo Thn ) 192

210 Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten Wajo Tahun Belanja (Rp) Rata-Rata No Komponen Pertumbuhan (%) 1 Drainase (3a+3b) Rp Rp Rp Rp Rp ,29 1.a Pendanaan Investasi Drainase 1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Rp - Rp - Rp - Rp Rp - 1.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Sumber : Laporan Capaian Kinerja Fisik dan Keuangan Kab. Wajo Tahun

211 Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Sanitasi Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten Wajo Tahun No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Rata-Rata Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Drainase 1.a Realisasi Retribusi b Potensi Retribusi

212 3.5.7 Permasalan Mendesak Kondisi drainase di Kabupaten Wajo masih sangat perlu perhatian dalam hal pembangunan, pemeliharaan dan peningkatan. Hal tersebut memerlukan anggaran yang besar dalam pelaksanaannya, sehingga Pemerintah Daerah harus menjadikan hal tersebut adalah prioritas perencanaan pembangunan. Perlunya lembaga khusus sebagai pengelola sistem drainase perkotaan. ( Tabel 3.33 Permasalahan mendesak ) 195

213 Tabel 3.33 Permasalahan mendesak No Permasalahan Mendesak Keterbatasan Anggaran SKPD yang membidangi pembangungan/pemeliharaan drainase perkotaan Belum adanya Lembaga formal Pengelola Sistem Drainase Perkotaan di tingkat kelurahan sehingga masih menjadi tanggungjawab SKPD teknis terkait Perlu dilakukan perencanaan/survey yang lebih detail sebagai tindak lanjut dari dokumen masterplan drainase Kota Sengkang Kondisi Sistem Drainase (Fisik) baik Primer maupun Sekunder Perkotaan masih memerlukan pembangunan/pemeliharaan dan peningkatan 196

214 3.6 Pengelolaan Komponen terkait Sanitasi Pengelolaan air Bersih Untuk kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Wajo, sampai saat ini sebagian besar masih memanfaatkan air permukaan, air tanah dalam sebagai sumber air bagi keperluan rumah tangga yaitu untuk MCK maupun untuk air minum. Layanan air Minum di Kota sengkang sendiri dilaksanakan atas prakarsa masyarakat, PDAM dan program-program terkait antara lain Pamsimas, PNPM, serta program rutin darfi dinas terkait melalui DAK. Program pembangunan air minum sebelumnya yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah, antara lain melalui proyek Pembangunan Sarana dan Prasarasana Air Minum Perkotaan dan Perdesaan. Adapun Tujuan dan sasaran Sektor Air Bersih, yaitu : Tujuan Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Wajo melalui peningkatan cakupan layanan air bersih. Sasaran 1. Meningkatkan cakupan pelayanan air bersik Kabupaten Wajo pada tahun Terjaganya supply air secara kualitas dan kuantitas dari sumber secara terus menerus. 3. Menurunkan kehilangan air pada tahun Meningkatkan kepedulian akan pentingnya air bersih. Sistem dan Cakupan Pelayanan Untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kabupaten Wajio disupplay dari instansi pengolahan PDAM dengan kapasitas produksi 81,71 L/dt. Saat ini jumlah sambungan rumah PDAM baru KK atau 59,1 % Cakupan Pelayanan PDAM di kota Sengkang. Beberapa kecamatan belumterlayani dengan sistim pelayanan air bersih yang memadai kedepan akan menjadi perhatian pemerintah dalam program pencapaian sasaran MDGs bidang air minum. Tantangan Pembangunan Sanitasi di Kota Sengkang Keberlanjutan hasil pembangunan merupakan isu yang perlu mendapatkan penanganan bersama dan menjadi prioritas utama dalam pembangunan sanitasi. Pengalaman menujukkan pelaksanaan pembangunan sanitasi dengan melibatkan masyarakat secara penuh sejak pengambilan keputusan sampai dengan pengelolaan menujukkan hasil lebih baik dan berkelanjutan yang ditandai dengan dukungan peran serta masyarakat,fungsi kelembagaan pengelola, penyiapan dana operasi dan pemeliharaan oleh masyarakat, tepat gunanya teknologi yang dipilih berdasarkan kemampuan masyarakat serta 197

215 dijadikannya aspek penanganan lingkungan sebagai bagian dari proyek. Sebaiknya proyek sanitasi yang beriorentasi pada target fisik saja tanpa memberdayakan masyarakat sebagai pelaku dan pengambil keputusan utama maka proyek tersebut tidak berkelanjutan dikarenakan masyarakat tidak merasa memiliki. Lokakarya pembangunan sanitasi Kota Sengkang yang diikuti oleh seluruh dinas terkait di Kota sengkang, menindentifikasi isu-isu penting dan permasalahan yang dihadapi oleh daerah dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi berdasarkan aspek keberlanjutan sebagaimana sebagai berikut : Permasalahan - Rendahnya pengetahuna masyarakat, kesadaran masyarakat terhadap kebersihan masih kurang, perilaku BABS masing tinggi, kesadaran gotong royong yang menurun - Kordinasi antara lintas program dan lintas sektoral masih rendah, kelembagaan di desa belum begitu berfungsi. - Dana kurang,alokasi dana untuk pengolahan sampah masih minim,iuran kebersihan oleh masyarakat masih kurang - Tidak ada sarana yang memada, tidak tersedianya tempat pembuangan sampah, banyak dranase tidak berfungsi, kurangnya pembangunan drainase baru khususnya drainase tersier. - Tanah kosong tidak terurus, sampah ditumpuk tidak tertangani, banyak KK tidak memiliki jamban, drainase tidak berujung sehingga mampet oleh sampah dan menjadi perindukan nyamuk, hewan ternak berkeliaran. Faktor Penyebab Utama - Keingintahuan kurang akan bahayalimbah padat ( sampah ) dan cair ( black water dan grey water ) dan prilaku masyarakat membuang sampah tidak pada tempatnya. - Sanitasi belum menjadi program prioritas daerah. - Masyarakat belum eroganisir dengan baik dan terbatasnya pendapat asli daerah. - Tidak memiliki alat pengelolahan sampah. - Terbagtasnya sarana pengangkutan sampah dan maasuh belum optimalnya petugas pengelohan sampah. Kondisi lingkungan saat ini harus menjadi perhatian yang serius, sampah, limbah, yang dihasilkan masyarakat yang terus bertambah yang perlu penangan yang cepat dan tepat, sehingga tidak akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang berdampak terhadap masyarakat, hal ini 198

216 disebabkan oleh prilaku buruk, BABS dan membuang sampah tidak pada tempatnya dan pengelolaannya belum maksimal serta masih rendahnya koordinasii antar lintas sektoral. Koordinasi antar dinas terkait terhadap pengelolaaan sanitasi di Kota Sengkang selama ini masih dikelola masing-masing SKPD terkait, baik pembiayaan, skala prioritas, tidak menjadi salah satu program priorias pembangunan, sehingga tujuan pembangunan terutama sanitasi tidak maksimal, oleh karena itu perlu dijalankan bersama-sama lintas terkait dan adanya koordinasi antar lintas terkait, baik itu pendanaan, pengelolaan,prnyuluhan PHBS dan pemberdayaan masyarakat yang memadai, serta teknologi sarana prasarana yang berkualitas sehingga Pembangunan Sanitasi Kota Sengkang ke depan aka nada manfaat yang signifikan akan berkelanjutan. ( Peta 3.5 Peta cakupan layanan air bersih, Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak, Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan Kab/Kota ) 199

217 PPSP WAJO Peta 3.5 Peta cakupan layanan air bersih 200

218 Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak Air Sum ur Gali tida k Terli ndu ngi Air kran umu m- PDA M/P roye k SUMBER AIR MINUM DAN MEMASAK DI KABUPATEN WAJO TAHUN 2014 Lain nya Air dari Wa duk /Da nau Air dari Sun gai Air Huja n Mat a Air tida k terli ndu ngi Mat a Air terli ndu ngi Air Sum ur Gali Terli ndu ngi Air Sum ur Pom pa Tan gan Air Hidr an Um um Air Led eng dari PDA M Air Isi Ulan g Air Bot ol Kem asan Masak Minum Sumber Air Minum berdasarkan Studi EHRA di Kabupaten Wajo memperlihatkan persentase Air Sumur Gali Terlindungi sebesar 28,83%, Air Sumur Pompa Tangan sebesar 26%, Air Ledeng dari PDAM sebesar 19,33%, Air Isi Ulang sebesar 11,33%, Air Botol Kemasan sebesar 5,5%, Air Sumur Gali Tidak Terlindungi sebesar 5,5%, Air Dari Sungai sebesar 4,5%, Lainnya sebesar 3%, Air Hujan sebesar 2, Air Kran Umum PDAM/Proyek sebesar 1,67%, Air Hidran Umum sebesar 0,5%, Mata Air Terlindungi sebesar 0,5%, Air Dari Waduk/Danau sebesar 0,2 dan Mata Air Tidak Terlindungi sebesar 0,2%. 201

219 Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan Kab/Kota Sistem No Uraian Satuan Perpipaan 1 Pengelolaan PDAM/BPAM Keterangan 2 Tingkat Pelayanan % 3 Kapasitas Produksi Lt/detik 4 Kapasitas terpasang Lt/detik 5 jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 6 Jumlah Kran Air Unit 7 Kehilangan Air (UFW) % 8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 9 Jumlah Pelanggan per Kecamatan 59 81, ,3 - Kecamatan Tempe Pelanggan SR - Kecamatan Tanasitolo Pelanggan 0 SR - Kecamatan Sabbangparu Pelanggan 0 SR - Kecamatan Pammana Pelanggan 0 SR - Kecamatan Bola Pelanggan 0 SR - Kecamatan Takkalalla Pelanggan 0 SR - Kecamatan Sajoanging Pelanggan 0 SR - Kecamatan Penrang Pelanggan 0 SR - Kecamatan Majauleng Pelanggan 0 SR - Kecamatan Belawa Pelanggan 0 SR - Kecamatan Maniangpajo Pelanggan 0 SR - Kecamatan Gilireng Pelanggan 0 SR - Kecamatan Keera Pelanggan 0 SR - Kecamatan Pitumpanua Pelanggan 0 SR Sumber : PDAM Kab. Wajo 202

220 3.6.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Pengeolaan Air limbah Industri Rumah Tangga di Kabupaten Wajo terdapat di 4 kecamatan dengan beberapa jenis industri. Pengolahan Air Limbah Industri Rumah Tangga di lokasi tersebut diolah dengan 4 cara yakni dibakar, pembekuan, penyulingan dan penggilingan. ( Tabel 3.35 Pengelolaan limbah industri rumah tangga Kabupaten/Kota ) 203

221 Tabel 3.35 Pengelolaan limbah industri rumah tangga Kabupaten/Kota Jenis Industri Rumah Tangga LOKASI Jumlah industri RT Jenis Pengolahan Pembuat Kasur Kel. Pammana Pembuat Kasur Desa Tobatang 41 - P.Padi Pammana 11 - P.Gerabah Desa Kampiri 4 - Pembuat Kue Bolu dan Kering Anabanua 3 Dibakar Pembuat Keripik Pisang Kalola 1 Dibakar Warung Bakso Pakkanna 2 Dibakar Usaha Kuliner Pakkanna 1 Dibakar Warung Bakso Baru Tancung 2 Dibakar Warung Bakso Inalipue 2 Dibakar Rumah Bangunan Lowa 1 Dibakar Rumah Bangunan Mappadaelo 2 Dibakar Rumah Bangunan Pinceng Pute 1 Dibakar Rumah Bangunan Tonralipue 1 Dibakar Pembuat Cincin WC Pitumpanua 1 Dibakar Pembuat Cincin WC Pitumpanua 1 Dibakar Pabrik Es Pitumpanua 1 Pembekuan Penyulingan Daun Cengkeh Pitumpanua 5 Penyulingan Penyulingan Padi Pitumpanua 1 Penggilingan Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Wajo Kapasitas (m3/hari) 204

222 3.6.3 Pengelolaan Limbah Medis Dalam hal pengelolaan limbah medis di Kabupaten Wajo, Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) khusus berada di Rumah Sakit Umum Daerah Maddukkelleng Kecamatan Tempe dengan jenis pengolahan Bio Tank, namun terdapat pula di Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes dengan jenis pengolahan di Bakar/di Kubur, terdapat di 6 kecamatan. ( Tabel 3.36 Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan ) 205

223 Tabel 3.36 Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari) IPAL RSUD RSUD Maddukkelleng Bio Tank PUSKESMAS Anabanua Bakar POSKESDES Dualimpoe Bakar POSKESDES Tangkoli Bakar POSKESDES Mattirowalie Bakar POSKESDES Sogi Bakar POSKESDES Abbanuangnge Bakar PUSTU Kalola Bakar PUSTU Minangatellue Bakar PUSKESMAS Menge Bakar/di Kubur PUSTU Tancung Purai Bakar/di Kubur PUSTU Lakoro Bakar/di Kubur PUSTU Tokadde Bakar/di Kubur POSKESDES Timoreng Bakar/di Kubur POSKESDES Wattang Bakar/di Kubur POSKESDES Malakke Bakar/di Kubur POSKESDES Salompare Bakar/di Kubur PUSKESMAS Aluppang Bakar PUSTU Botto Bakar 206

224 Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari) POLINDES Lamarua Bakar POSKESDES Ceppaga Bakar POSKESDES lamarua Bakar POSKESDES Parigi Bakar PUSKESMAS Sappa Bakar POSKESDES Sappa Bakar PUSTU Ongko Bakar PUSTU Wele Bakar PUSKESMAS Doping Bakar PUSTU Temmabarang Bakar PUSTU Padaelo Bakar PUSTU Penrang Bakar POSKESDES Walanga Bakar POSKESDES Benteng Bakar POSKESDES Raddae Bakar POSKESDES Makmur Bakar POSKESDES Tadangpalie Bakar POLINDES Lawesso Bakar PUSKESMAS Baru Tancung Bakar PUSTU Inalipue Bakar PUSTU Lowa Bakar 207

225 Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari) PUSTU Pakkanna Bakar POLINDES Tonralipue Bakar POSKESDES Mannagae Bakar POSKESDES Mappadaelo Bakar POSKESDES Pajalele Bakar POSKESDES Ujung Baru Bakar Sumber : Dinas Kesehatan dan RSUD Maddukkelleng Kab. Wajo 208

226 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANTASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.1 Pelaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) terkait Sanitasi Sesuai dengan Rencana Strategis Sanitasi Kota dijelaskan bahwa Aspek PHBS bertujuan mewujudkan daerah yang sehat dengan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dengan sasaran meningkatkan cakupan PHBS pada tahun 2018, meningkatkan peran media dalam promosi PHBS dan meningkatkan jumlah dukungan sektor swasta (CSR) dalam promosi PHBS sampai tahun Dalam sektor PHBS terkait Sanitasi Tahun 2014 di Kabupaten Wajo dikelola langsung oleh Dinas Kesehatan sebagai penanggungjawab program kegiatan. Dalam hal ini, program kegiatan terkait PHBS yang dikelola diantaranya Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Program Pengembangan Lingkungan Sehat, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, dan Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya. ( Tabel 4.1 Rencana program dan kegiatan PHBS terkait sanitasi saat ini ( tahun n+1 ), Tabel 4.2 Kegiatan PHBS terkait sanitasi yang sedang berjalan ) 209

227 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Rencana Program dan Kegiatan PHBS Terkait Sanitasi Tahun 2015 Tabel 4.1 Rencana program dan kegiatan PHBS terkait sanitasi saat ini ( tahun n+1 ) No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan/ Pembiayaan SKPD Penanggung jawab Sumber Dokumen Perencanaan 1 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat - Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Sehat Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas Kesehatan RKPD - Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas Kesehatan RKPD 2 Program Perbaikan Gizi Masyarakat - Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas Kesehatan RKPD - Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas Kesehatan RKPD 3 Program Pengembangan Lingkungan Sehat - Pengkajian Pengembangan Lingkungan Sehat Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas Kesehatan RKPD - Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas Kesehatan RKPD 4 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular - Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas Kesehatan RKPD 5 Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya - Pengadaan Alat Kesehatan untuk Penyakit akibat Dampak Merokok di Puskesmas Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas Kesehatan RKPD 210

228 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Tabel 4.2 Kegiatan PHBS terkait sanitasi yang sedang berjalan Kegiatan PHBS Terkait Sanitasi Tahun 2014 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana 1 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat - Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat - Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 2 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan Kegiatan 1 Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Kesehatan Kegiatan 1 Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Kesehatan - Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin - Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan 1 Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Kesehatan Kegiatan 1 Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Kesehatan 3 Program Pengembangan Lingkungan Sehat 4 - Pengkajian Pengembangan Lingkungan Sehat - Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular - Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk Kegiatan 1 Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Kesehatan Kegiatan 1 Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Kesehatan Kegiatan 1 Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Kesehatan 211

229 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Berdasarkan Rencana Strategis Sanitasi kota bahwa sektor Air Limbah bertujuan meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di daerah melalui pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga yang berwawasan lingkungan dengan sasaran tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga sakala perkotaan pada tahun 2018, meningkatkan cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik pada tahun 2018, meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal di wilayah padat, kumuh miskin perkotaan pada tahun 2018, dan meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan air limbah domestik skala kota pada tahun Dalam hal ini Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Wajo dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas Tata Ruang dan Permukiman. Pengelolaan Air Limbah tercakup didalam Program Pengendalian Perencanaan dan Perusakan Lingkungan Hidup dan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah. Di Kabupaten Wajo sudah terdapat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sebanyak 2 unit namun tidak berfungsi, sedangkan untuk perusahaan terdapat 3 unit namun difungsikan khusus untuk perusahaan tersebut. Penganggaran program kegiatan tersebut telah dilaksanakan di tahun 2014 sebesar Rp (DAK) dan Rp (APBD II) untuk program Pengendalian Perencanaan dan Perusakan Lingkungan Hidup, sedangkan untuk tahun 2015 dinggarkan sebesar Rp (BLHD) untuk Program Pengendalian Perencanaan dan Perusakan Lingkungan Hidup dan Rp (TRP) untuk Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah. ( Tabel 4.3 Rencana Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik saat ini (tahun n+1), Tabel 4.4 Kegiataan Pengelolaan Air Limbah domestic yang sedang berjalan ) 212

230 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Tabel 4.3 Rencana Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik saat ini (tahun n+1) Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2015 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan/ Pembiayaan SKPD Penanggung jawab Sumber Dokumen Perencanaan 1 Program Pengendalian Perencanaan dan Perusakan Lingkungan Hidup - Peningkatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan Kegiatan 1 Rp APBD II BLHD RKPD 2 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah - Rehabilitasi / pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah Kegiatan 1 Rp APBD II TRP RKPD 213

231 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Tabel 4.4 Kegiataan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang sedang berjalan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2014 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan 1 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup - Peningkatan Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan - Peningkatan Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Kegiatan 1 Rp DAK Kab. Wajo BLHD Kegiatan 1 Rp APBD II Kab. Wajo BLHD 214

232 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan berdasarkan Rencana Strategis Sanitasi Kota dijelaskan bahwa Sektor persampahan bertujuan mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih di daerah melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan untuk seluruh wilayah kota diatas Standar Pelayanan Minimal (SPM) dengan sasaran meningkatnya layanan pengelolaan persampahan pada tahun 2018, mengurangi timbulan sampah post collection pada tahun 2018, dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) skala rumah tangga pada tahun Peningkatan Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Wajo dikelola oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman dan Badan Lingkungan Hidup Daerah. Pelaksanaan Program terkait Pengelolaan Persampahan yang dilaksanakan di Dinas Tata Ruang dengan sumber dana APBD II sebesar Rp ,-. Dengan Program Kegiatan yang diusulkan di tahun 2015 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan sebesar Rp ,- (APBD II) dilaksanakan oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman sedangkan Badan Lingkungan Hidup Daerah sebesar Rp ,- (APBD II). ( Tabel 4.5 Rencana program dan kegiatanpengelolaan persaahmahan saat ini (tahun n+1), Tabel 4.6 Kegiatan pengelolaan persampahan yang sedang berjalan ) 215

233 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Tabel 4.5 Rencana program dan kegiatanpengelolaan persampahan saat ini ( tahun n+1 ) Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2015 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp) 1 2 Sumber Pendanaan/ Pembiayaan SKPD Penanggung jawab Sumber Dokumen Perencanaan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Kegiatan 4 Rp APBD II Dinas Tarkim RKPD - Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan - Peningkatan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana - Peningkatan kemampuan aparatur pengelolaan persampahan - Pengendalian dan pengelolaan persampahan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan - Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan Kegiatan 1 Rp APBD II BLHD RKPD 216

234 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2014 Tabel 4.6 Kegiatan pengelolaan persampahan yang sedang berjalan No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan - Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan - Penyediaan Alat - Alat Kebersihan Paket 1 Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Tarkim - Pengadaan Pompa Penyemprot Paket 1 Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Tarkim - Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Persampahan - Pemeliharaan TPA Cempalagi Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Tarkim - Pemeliharaan Kontainer Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Tarkim - Pemeliharaan Mesin Rumput Rp APBD II Kab. Wajo Dinas Tarkim 217

235 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Sesuai dengan Rencana Strategis Sanitasi Kota dijelaskan bahwa sektor drainase berujuan meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di daerah melalui penyediaan sarana dan prasarana drainase dengan sasaran tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase kota yang terintegrasi pada tahun 2018 dan berkurangnya luas genangan di daerah dengan memperioritaskan penangana di wilayah genangan pada tahun Pengelolaan Drainase Perkotaan ( Tabel 4.7 Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase perkotaan saat ini ( tahun n+1), Tabel 4.8 kegiatan pengelolaan drainase perkotaan yang sedang berjalan ) 218

236 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Tabel 4.7 Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase perkotaan saat ini ( tahun n+1) Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Tahun 2015 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan/ Pembiayaan SKPD Penanggung jawab Sumber Dokumen Perencanaan 1 Program Pembangunan Saluran Drainase / Gorong-Gorong - Pembangunan saluran drainase / goronggorong Rp APBD II TRP RKPD - Pembangunan dan Pemeliharaan MCK, Drainase, Duiker dan Gorong-Gorong Rp APBD II PU RKPD 219

237 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Tabel 4.8 Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan yang sedang berjalan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Tahun 2014 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan 1 Program Pembangunan / Pemeliharaan Talud, Drainasse, Duiker & Gorong-gorong dan Sarana Air Minum - Pembangunan / Pemeliharaan Talud, Drianse, Duiker & Gorong-gorong - Pembangunan Drainase Keg 15 Rp APBD II Jl. S.Siwa - Jl. S.Bulete Kec. Tempe Jl. Maluku Setapak III Kec. Tempe Jl. Lembu - Jl. Macan Kec. Tempe Jl. W.R.Monginsidi Kec. Tempe Jl. Merak Stp.I Kec. Tempe Jl. Bau Baharuddin - Jl Lapaddaga Kec. Tempe Jl. Cendrawasih Atapange Desa Rumpia Kec. Majauleng Dinas PU Ulugalung Desa Lempa Kec. Pammana 220

238 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan - Pembangunan / Pemeliharaan Talud, Drianse, Duiker & Gorong-gorong (retensi) - Pembangunan Drainase Keg 34 Rp APBD II BTN Lembah Kec. Tempe Jl. Jangko - Jl. Gabus Kec. Tempe Jl. Lacilellang Kec. Tempe Jl. S.Gilireng Kec. Tempe Jl. S.Cenranae Kec. Tempe Jl. Ibu Kota Kecamatan Pitumpanua Jl. Lapaddaga Kec. Tempe Jl. Tekukur Atapange Kec. Majauleng Jl. Bau Baharuddin II Kec. Tempe Lapangan Batara Menge Kec. Belawa Jl. Poros Menge - Lancirang Waji Kec. Belawa 221

239 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana 222 Lokasi Kegiatan Jl. Sawerigading (sebelah barat) Kel. Maddukkelleng Kec. Tempe Jl. Muhammadiyah - Jl. A.Oddang Kec. Tempe Jl. Poros Tekukur Kec. Tempe Samping Lapangan Tennis Tampangeng Sengkang Kec. Tempe SMK 1 Pitumpanua Kec. Pitumpanua Seputar Lapangan Sepak Bola Sabbangparu Kec. Sabbangparu Jl. Lapewennari Kec. Tempe Jl. Listrik Atapange Kec. Majauleng Jl. Macan Kec. Tempe Jl. Merpati Lr.II Kec. Tempe Pelaksana Kegiatan

240 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan Kel. Pincengpute Kel. Baru Tancung Kec. Tanasitolo Jl. Sinar Baru Kel. Siwa Jl. 45 Kel. Mappadaelo Kec. Tanasitolo Jl. A.Pallawarukka Lr.I Kec. Tempe Liu (perkuburan) Kec. Sabbangparu Kel. Dua Limpoe Kec. Maniangopajo Desa Liu dan Desa Salotenga Kec. Maniangpajo Jl. Garuda SuraE Kec. Tempe Sekitar Lapangan Bola Kec. Sabbangparu BTN Tae Belakang Pos Ronda Kec. Tempe 223

241 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) 3 4 Program Pembanggunan / Pemeliharaan Bangunan Keciptakaryaan - Pemeliharaan Saluran, Drainase, Talud, dan Sarana Air Bersih - Pemeliharaan Drainase, Duiker dan Talud Program Pemeliharaan / Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Pembangunan Drainase (Dana Insentive DBH Optimalisasi dan DBH SDA PBB Migas) Kegiatan 1 Lokasi 7 Rp Rp Sumber Dana 224 Lokasi Kegiatan Rk.1 Mellengnge Desa Cinnongtabi Kec. Majauleng Lap. Sepakbola Lapabessi Kec. Majauleng Pelaksana Kegiatan APBD II Kab. Wajo Dinas PU APBD II Jl. Pelabuhan Kec. Pitumpanua Jl. S.Alauddin Kec. Pitumpanua Jl. Tocamming - Jl. Penghibur Kec. Pitumpanua Jl.A. Paggaru Lr.3 Kec. Tempe Jl. Pipit Kec. Tempe Jl. H.A.Ninnong (kp. Arab) Kec. Tempe Dinas PU

242 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) 5 Program Pembangunan Jalan, Jembatan, Drainase dan Air Bersih (retensi) - Pembangunan Jalan, Jembatan, Drainase dan Air Bersih - Pembangunan Drainase / Talud Lokasi 5 Rp Sumber Dana APBD II Lokasi Kegiatan Jl. H.A.Ninnong Kel. Watallipue Kec. Tempe Jl. Cempaka Masjid Jamitul Khaeriyah Pelaksana Kegiatan Dinas PU Jl. H.A.ASMIDIN Desa Ujung Baru Kec. Tanasitolo Pasar Belawa Kec. Belawa Jl. Cempaka Kel. Siwa Kec. Pitumpanua 225

243 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Pelaksanaan program kegiatan terkait sanitasi diantaranya Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat yang dilaksanakan di tahun 2014 yakni Pembangunan MCK Komunal di 5 Lokasi dengan jumlah anggaran sebesar Rp ,- untuk sumber dana DAK dan Rp ,-. Sedangkan Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi dan Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) (Pendamping DAK) yang direncanakan di tahun 2015 dengan jumlah anggaran masing-masing sebesar Rp ,- (8 Lokasi) dan Rp ,- ( Tabel 4.9 Rencana program dan kegiatan Komponen terkait Sanitasi saat ini (n+1), Tabel 4.10 Kegiatan terkit Sanitasi yang berjalan ) 226

244 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Tabel 4.9 Rencana program dan kegiatan Komponen terkait Sanitasi saat ini (n+1) Rencana Program dan Kegiatan Terkait Sanitasi Tahun 2015 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan/ Pembiayaan SKPD Penanggung jawab Sumber Dokumen Perencanaan 1 2 Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) (Pendamping DAK) Pembangunan MCK Komunal Lokasi 8 Rp APBD II Dinas PU RKPD - Kel. Bulete - Kel. Maddukelleng - Kel. Bulu Pabbulu - Kel. Salomenraleng - Desa Tobatang - Desa Parigi - Kel. Botto - Desa Salotengnga Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat Dana Daerah untuk Program Bersama (DDPUB) PAMSIMAS Dana Replikasi PAMSIMAS (Pemberdayaan Masyarakat) Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas PU RKPD Kegiatan 1 Rp APBD II Dinas PU RKPD Perencanaan IKK Kecamatan Kegiatan 1 Rp APBD I Dinas PU RKPD 227

245 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Tabel 4.10 Kegiatan terkait Sanitasi yang berjalan Kegiatan Terkait Sanitasi Tahun 2014 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan 1 Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi - Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) - Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat - Pembangunan MCK Komunal Lokasi 5 Rp DAK Rp DAK Rp DAK Rp DAK Rp DAK Paojepe Masia Kec. Pitumpanua Desa Tellulimpoe Kec. Majauleng Desa Ujung Tanah Kec. Bola Desa Lempong Kec. Bola Desa Alesilurung Kec. Pitumpanua Dinas PU Dinas PU Dinas PU Dinas PU Dinas PU 2 Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi - Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) - Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat 228

246 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana - Pembangunan MCK Komunal Lokasi 5 Rp APBD II Rp APBD II Rp APBD II Rp APBD II Rp APBD II Lokasi Kegiatan Paojepe Masia Kec. Pitumpanua Desa Tellulimpoe Kec. Majauleng Desa Ujung Tanah Kec. Bola Desa Lempong Kec. Bola Desa Alesilurung Kec. Pitumpanua Pelaksana Kegiatan Dinas PU Dinas PU Dinas PU Dinas PU Dinas PU 229

247 BAB V AREA BERISIKO SANITASI BAB V AREA BERISIKO SANITASI Area Berisiko Santasi Kabupaten Wajo memiliki beberapa wilayah atau area berisiko sanitasi yakni, untuk Komponen Air Limbah terdapat 2 Kelurahan yang berisiko sangat tinggi dan 17 Desa/Kelurahan yang berisiko tinggi sedangkan yang berisiko Rendah dan Sangat Rendah masing-masing 20 Desa/Kelurahan dan 82 Desa/Kelurahan. Untuk Komponen Persampahan terdapat pula 5 Desa/Kelurahan yang berisiko sangat tinggi dan 16 Desa/Kelurahan yang berisiko tinggi sedangkan untuk Berisiko Rendah dan Sangat Rendah masing-masing 22 Desa/Kelurahan da 78 Desa/Kelurahan. Dan untuk Komponen Drainase terdapat 7 Desa/Kelurahan yang berisiko sangat tinggi dan 16 Desa/Kelurahan yang berisiko tinggi sedangkan untuk Berisiko Rendah dan Sangat Rendah masing-masing 36 Desa/kelurahan dan 62 Desa/Kelurahan. Dengan demikian untuk Sanitasi Kabupaten Wajo masih perlu pembenahan di beberapa Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan-Kecamatan. Penetuan Area Berisiko Sanitasi melalui Data Sekunder, Studi EHRA dan Persepsi SKPD berdasarkan Pengamatan/Survey Lapangan. Dari hasil skoring terhadap 3 (tiga) faktor penilaian dapat diidentifikasi 13 desa/kelurahan yang beresiko sangat tinggi (skor = 4), yang ditunjukkan dengan warna merah dan 34 desa/kelurahan yang beresiko tinggi (skor = 3), yang ditunjukkan dengan warna kuning. Sementara sebanyak 59 desa/kelurahan mempunyai resiko sanitasi rendah ditunjukkan dengan warna hijau dan sisanya 112 desa/kelurahan mempunyai resiko sanitasi sangat rendah ditunjukkan dengan warna biru. ( Peta 5.1 Peta Area berisiko sanitasi komponen air limbah domestic, Peta 5.2 Peta Area berisiko sanitasi komponen persampahan, Peta 5.3 Peta Area berisiko sanitasi komponen drainase, Tabel 5.1 Area berisiko sanitasi komponen air limbah domestik, Tabel 5.2 Area berisiko sanitasi komponen persampahan, Tabel 5.3 Area berisioko sanitasi komponen drainase ) 230

248 PPSP WAJO BAB V AREA BERISIKO SANITASI Peta 5.1 Peta Area berisiko sanitasi komponen air limbah domestik 231

249 PPSP WAJO BAB V AREA BERISIKO SANITASI Peta 5.2 Peta Area berisiko sanitasi komponen persampahan 232

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Upaya pembangunan sarana dan prasarana sanitasi lingkungan telah dilaksanakan melalui berbagai pendekatan, namun demikian tidak lepas dengan berbagai persoalan yang

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Deklarasi pembangunan milenium berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup, dan dituangkan dalam tujuan-tujuan Millenium

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi 2013

Buku Putih Sanitasi 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang seringkali kurang mendapat perhatian dan menjadi prioritas pembangunan di beberapa daerah. Buruknya kondisi sanitasi

Lebih terperinci

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Pendahuluan 1 BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini pembangunan di sektor sanitasi dan pengelolannya kurang mendapatkan perhatian dan prioritas di berbagai daerah di Indonesia, dimana baru 51

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Strategi pengembangan sanitasi yang dituangkan di dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini merupakan suatu dokumen perencanaan jangka menengah (5 Tahun)

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN DRAFF BUKU PUTIH SANITASI KOTA METRO

BAB 1 PENDAHULUAN DRAFF BUKU PUTIH SANITASI KOTA METRO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan Tercapainya Lingkungan Bersih dan Sehat Melalui Pembangunan Sanitasi yang Partisipatif di Kabupaten Pesisir Selatan 2015 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini pembangunan di sektor sanitasi dan pengelolaannya kurang mendapatkan perhatian dan prioritas di berbagai daerah di Indonesia, dimana baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

I Pendahuluan

I Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sedangkan pengertian yang lebih

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pembangunan sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara masih banyak dilakukan secara parsial, dimana masing-masing SKPD melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang 1 Bab : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Belajar dari pengalaman kegagalan berbagai daerah dalam mengelola pembangunan khususnya yang berkaitan dengan dampak negatif dari pembangunan yang kurang peduli terhadap

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu tantangan Pemerintah Daerah yang paling signifikan karena berhubungan langsung dengan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi 1.1 Latar Belakang Tahun 2016 Kabupaten Bandung Barat melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung Barat dilakukan untuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189

Lebih terperinci

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013 Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kurangnya sikap kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci