BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data Melalui wawancara dan observasi diperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini. Data-data perolehan tersebut diperoleh dari divisi I bagian Produksi yang ditekankan pada golongan obat OTC (obat bebas tanpa resep dokter), yakni Mixagrip, Fatigon, Fatigon Spirit, dan Mixadin. Adapun data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini, antara lain: Data Spesifikasi Berikut ini adalah data spesifikasi mesin-mesin yang digunakan untuk melakukan penjadwalan. Tabel 5.1 Data Spesifikasi Untuk Penjadwalan Proses Nama Jumlah (unit) Kapasitas per Pembuatan larutan Binder Turbo Mixer 2 20 kg Pencampuran bahan (Granulasi) Lodige Mixer kg Yen Chen Mixer kg Pengeringan (Drying) FBD Yenchen kg FBD Glatt kg FBD Eurovent kg Pengayakan basah Cone Will kg Pengayakan Kering OSC kg Frewitt kg Tumbling Mixer kg Pencampuran Akhir (Final Mixing) Spafil Mixer kg Loedige kg

2 71 Pencetakan Pelapisan (Coating) Tabel 5.1 Data Spesifikasi Untuk Penjadwalan (Lanjutan) Proses Nama Jumlah (unit) Kapasitas per 2P kg BB kg Rimek kg Jemco kg Sejong kg Sejong Coating kg Thai Coater kg Setiap mesin di-setup hanya sekali sebelum waktu kerja atau waktu proses produksi dimulai, dengan waktu setup sekitar 20 menit. Setup ini dilakukan dengan tujuan agar mesin siap beroperasi. Adapun data spesifikasi mesin untuk proses produksi tiap produk adalah sebagai berikut: Tabel 5.2 Data Spesifikasi untuk produk Mixagrip Proses Nama Waktu Proses (menit/batch) Kapasitas mesin Pembuatan Binder Turbo Mixer 7 1 batch Granulasi (Pencampuran bahan) Loedige Mixer 6 1 batch Pengeringan (Drying) FBD Eurovent 50 1 batch Pengayakan kering OSC 30 1 batch Pencampuran Akhir (Final Mixing) Tumbling Mixer 20 1 batch Pencetakan BB4 (pertama) 480 ± 800,000 tablet BB4 (kedua) 480 ± 800,000 tablet Rimek 480 ± 1,000,000 tablet Keterangan: Kapasitas mesin yang dimaksud dalam tabel di atas adalah kapasitas maksimum yang dapat diolah mesin dalam satuan batch produk Mixagrip. BB4 mampu menghasilkan ± tablet / 8 jam, sedangkan mesin Rimek mampu menghasilkan ± tablet dalam waktu 8 jam.

3 72 Tabel 5.3 Data Spesifikasi untuk produk Mixadin Proses Nama Waktu Proses (menit/batch) Kapasitas mesin Pembuatan larutan Binder Turbo Mixer 12 1 batch Pencampuran bahan (Granulasi) Loedige Mixer 12 1 batch Pengeringan (Drying) FBD Glatt 40 1 batch Pengayakan kering OSC 30 1 batch Pencampuran akhir (Final Mixing) Loedige 15 1 batch Pencetakan 2P ± 300,000 tablet Keterangan: Kapasitas mesin yang dimaksud dalam tabel di atas adalah kapasitas maksimum yang dapat diolah mesin dalam satuan batch produk Mixadin. 2P33 menghasilkan ± tablet / 8 jam Tabel 5.4 Data Spesifikasi untuk produk Fatigon Proses Nama Waktu Proses (menit/batch) Kapasitas Pembuatan Binder Turbo Mixer 15 6 batch Pencampuran bahan (Granulasi) Yen Chen Mixer 10 6 batch Pengayakan basah Cone Will 15 6 batch Pengeringan (Drying) FBD Yenchen 70 6 batch Pengayakan kering Frewitt 30 6 batch Pencampuran Akhir (Final Mixing) Spafil Mixer 15 6 batch Pencetakan Jemco ± 700,000 kaplet Sejong ± 700,000 kaplet Pelapisan (Coating) Sejong Coating 125 ± 500,000 kaplet Keterangan : Thai Coater 125 ± 300,000 kaplet Kapasitas mesin yang dimaksud dalam tabel di atas adalah kapasitas maksimum yang dapat diolah mesin dalam satuan batch produk Fatigon. Jemco 39 dan Sejong 37 masing-masing mampu menghasilkan pencetakan ± tablet dalam waktu 8 jam. mesin Sejong Coating mampu

4 73 melapisi ± tablet dalam waktu 125 menit, sedangkan mesin Thai Coater mampu melapisi ± tablet dalam waktu 125 menit.. Tabel 5.5 Data Spesifikasi untuk produk Fatigon Spirit Proses Nama Waktu Proses (menit/batch) Kapasitas Pembuatan Binder Turbo Mixer 15 6 batch Pencampuran bahan (Granulasi) Yen Chen Mixer 20 6 batch Pengayakan basah Cone Will 15 6 batch Pengeringan (Drying) FBD Yenchen 45 6 batch Pengayakan kering Frewitt 45 6 batch Pencampuran Akhir (Final Mixing) Spafil Mixer 10 6 batch Pencetakan Jemco ± 700,000 kaplet Sejong ± 700,000 kaplet Pelapisan (Coating) Sejong Coating 125 ± 500,000 kaplet Keterangan: Thai Coater 125 ± 300,000 kaplet Kapasitas mesin yang dimaksud dalam tabel di atas adalah kapasitas maksimum yang dapat diolah mesin dalam satuan batch produk Fatigon Spirit. Jemco 39 dan Sejong 37 masing-masing mampu menghasilkan pencetakan ± tablet dalam waktu 8 jam. mesin Sejong Coating mampu melapisi ± tablet dalam waktu 125 menit, sedangkan mesin Thai Coater mampu melapisi ± tablet dalam waktu 1 jam. Waktu menunggu (wait time), waktu bergerak (move time), dan waktu antrian (queue time) didistribusikan ke dalam waktu antar-operasi (inter-operation time) (Gaspersz, 2001, p245). Data waktu yang termasuk dalam waktu antar-operasi dalam proses produksi obat OTC golongan tablet/kaplet di divisi I bagian produksi yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan divisi I bagian produksi adalah sebagai berikut ini :

5 74 Tabel 5.6 Data waktu antar-operasi produk Mixagrip Golongan Waktu I II III IV V VI Keterangan Pemindahan bahan baku dari gudang storage sampai Turbo Mixer yang berjarak 6 meter dari gudang storage, penuangan bahan baku ke dalam Turbo Mixer, pengeluaran hasil proses, pemindahan hasil proses Turbo Mixer sampai Loedige Mixer yang berjarak 20 meter dari Turbo Mixer. Pemasukan bahan ke Loedige Mixer, pengeluaran hasil proses, pemindahan hasil proses Loedige Mixer sampai FBD Eurovent yang berjarak 4 meter dari Loedige Mixer. Pemasukan bahan ke FBD Eurovent, pengeluaran hasil proses, pemindahan hasil proses FBD Eurovent sampai pengayak OSC yang berjarak 32 meter dari FBD Eurovent. Pemasukan bahan ke pengayak OSC, pengeluaran hasil pengayakan OSC, penimbangan berat hasil proses, pemindahan hasil penimbangan dari OSC sampai Tumbling Mixer yang berjarak 32 meter dari OSC. Pemasukan bahan ke Tumbling Mixer, pengeluaran hasil proses, penimbangan hasil proses, pemindahan hasil penimbangan dari Tumbling Mixer ke mesin pencetakan (Rimek, BB4 pertama, dan BB4 kedua) yang berjarak meter dari Tumbling Mixer.. Pemasukan bahan ke mesin pencetakan, pengeluaran hasil pencetakan, penimbangan berat produk Mixagrip, pemasukan produk ke wadah penyimpanan. Waktu (menit) 15 menit 15 menit 20 menit 25 menit 25 menit 25 menit Keterangan: Data waktu antar-operasi untuk proses produksi produk Mixagrip di atas berlaku hanya untuk setiap proses pada mesin yang bersangkutan dan telah termasuk di dalamnya perhitungan kelonggaran untuk kebutuhan lain-lain karyawan yang bersangkutan langsung dengan aktivitas antar-operasi tersebut.

6 75 Tabel 5.7 Data waktu antar-operasi produk Mixadin Golongan Waktu I II III IV V VI Keterangan Pemindahan bahan baku dari gudang storage sampai Turbo Mixer yang berjarak 6 meter dari gudang storage, penuangan bahan baku ke dalam Turbo Mixer, pengeluaran hasil proses, pemindahan hasil proses Turbo Mixer sampai Loedige Mixer yang berjarak 20 meter dari Turbo Mixer. Pemasukan bahan ke Loedige Mixer, pengeluaran hasil proses, pemindahan hasil proses Loedige Mixer sampai FBD Glatt yang berjarak 24 meter dari Loedige Mixer. Pemasukan bahan ke FBD Glatt, pengeluaran hasil proses, pemindahan hasil proses FBD Glatt sampai pengayak OSC yang berjarak 3 meter dari FBD Glatt. Pemasukan bahan ke pengayak OSC, pengeluaran hasil pengayakan OSC, penimbangan berat hasil proses, pemindahan hasil penimbangan dari OSC sampai Loedige yang berjarak 12 meter dari OSC. Pemasukan bahan ke Loedige, pengeluaran hasil proses, penimbangan hasil proses, pemindahan hasil penimbangan dari Loedige ke mesin pencetakan 2P33 yang berjarak 4 meter dari Loedige. Pemasukan bahan ke mesin pencetakan 2P33, pengeluaran hasil pencetakan, penimbangan berat produk Mixadin, pemasukan produk ke wadah penyimpanan. Waktu (menit) 15 menit 20 menit 20 menit 25 menit 20 menit 25 menit Keterangan: Data waktu antar-operasi untuk proses produksi produk Mixadin di atas berlaku hanya untuk setiap proses pada mesin yang bersangkutan dan telah termasuk di dalamnya perhitungan kelonggaran untuk kebutuhan lain-lain karyawan yang bersangkutan langsung dengan aktivitas antar-operasi tersebut.

7 76 Tabel 5.8 Data waktu antar-operasi produk Fatigon dan Fatigon Spirit Golongan Waktu I II III IV V VI VII VIII Keterangan Pemindahan bahan baku dari gudang storage sampai Turbo Mixer yang berjarak 6 meter dari gudang storage, penuangan bahan baku ke dalam Turbo Mixer, pengeluaran hasil proses, pemindahan hasil proses Turbo Mixer sampai Yen Chen Mixer yang berjarak 15 meter dari Turbo Mixer. Pemasukan bahan ke Yen Chen Mixer, pengeluaran hasil proses, pemindahan hasil proses Yen Chen Mixer sampai ConeWill (mesin pengayakan basah) yang berjarak 0.5 meter dari Yen Chen Mixer dengan cara pengaliran. Pengeluaran hasil pengayakan ConeWill, pemindahan hasil proses ConeWill sampai FBD Yen Chen yang berjarak 15 meter dari ConeWill. Pemasukan bahan ke FBD Yen Chen, pengeluaran hasil proses, pemindahan hasil proses FBD Yen Chen sampai pengayak kering Frewitt yang berjarak 0.5 meter dari FBD Yen Chen dengan cara pengaliran. Pengeluaran hasil pengayakan Frewitt, penimbangan berat hasil proses, pemindahan hasil penimbangan dari Frewitt sampai Spafil Mixer yang menempuh jarak 40 meter dari Frewitt. Pemasukan bahan ke Spafil Mixer, pengeluaran hasil proses, penimbangan hasil proses, pemindahan hasil penimbangan dari Spafil Mixer sampai mesin pencetakan (Jemco 39 dan Sejong 37) yang berjarak 6 meter dari Spafil Mixer. Pemasukan bahan ke mesin pencetakan, pengeluaran hasil pencetakan, penimbangan berat produk Fatigon/Fatigon Spirit, pemindahan hasil cetak dari mesin pencetakan (Jemco 39/Sejong 37) sampai mesin coating (Sejong Coater/Thai Coater) yang menempuh jarak 21 meter. Pemasukan bahan ke mesin coating, pengeluaran hasil pelapisan, pemindahan produk ke wadah penyimpanan. Waktu (menit) 15 menit 10 menit 15 menit 10 menit 30 menit 25 menit 30 menit 10 menit

8 77 Keterangan: Data waktu antar-operasi untuk proses produksi produk Fatigon/Fatigon Spirit di atas berlaku hanya untuk setiap proses pada mesin yang bersangkutan dan telah termasuk di dalamnya perhitungan kelonggaran untuk kebutuhan lain-lain karyawan yang bersangkutan langsung dengan aktivitas antar-operasi tersebut Data Pesanan Produk dan Due Date Pengiriman Produk. Data berikut ini adalah data yang berasal dari Departemen PPIC untuk Divisi I bagian Porduksi. Pelaporan data Purchase Order ini diberikan setiap minggu kepada Divisi I bagian Produksi. Tabel 5.9. Data pesanan dan due date produk periode Juni 2005 Purchase Order 30 Mei Juni Juni Juni 2005 Produk Jumlah Order (dus) Jumlah tablet/kaplet Per dus Total Jumlah (tablet/kaplet) Due date Mixagrip 86, ,697,600 6 Juni 2005 Fatigon 45, ,740,800 7 Juni 2005 Fatigon Spirit 29, ,761,600 7 Juni 2005 Mixadin 11, ,168,000 8 Juni 2005 Mixagrip 91, ,139, Juni 2005 Fatigon 23, ,382, Juni 2005 Fatigon Spirit 17, ,046, Juni 2005 Mixadin 14, ,472, Juni 2005 Mixagrip 120, ,064, Juni 2005 Fatigon 74, ,483, Juni 2005 Fatigon Spirit 89, ,352, Juni 2005 Mixadin 16, ,644, Juni 2005 Mixagrip 31, ,110, Juni 2005 Fatigon 62, ,768, Juni 2006 Fatigon Spirit 61, ,691, Juni 2005 Mixadin 18, ,884, Juni 2005 Due date penyelesaian produk untuk divisi I bagian produksi adalah minimal 2 hari sebelum due date keseluruhan, karena hasil produk dari produksi I harus dikirim ke divisi II bagian produksi untuk proses pengemasan.

9 Data Spesifikasi 1 Batch Produk. Data berikut ini menjelaskan tentang jumlah tablet atau kaplet dalam 1 batch masing-masing produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Tabel 5.10 Data Spesifikasi 1 Batch Tiap Produk Produk Batch Size Berat teoritis/batch Mixagrip 1,200,000 Tablet 788 Kg Fatigon 200,000 Kaplet 150 Kg Fatigon Spirit 200,000 Kaplet 150 Kg Mixadin 1,500,000 Tablet 300 Kg 5.2 Pengolahan Data Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak divisi I bagian produksi PT. Dankos Laboratories Tbk. diperoleh penjelasan bahwa perusahaan tersebut memiliki karakteristik make to order yang berdasarkan pesanan distributor, dan perusahaan sangat memperhatikan ketepatan waktu dalam memenuhi pesanan. Oleh karena itu perusahaan lebih memperhatikan ketepatan total waktu penyelesaian produknya (makespan). Berdasarkan karakteristik tersebut, maka divisi I bagian produksi PT. Dankos Laboratories Tbk. harus memperhatikan due date pesanan obat Mixagrip, Mixadin, Fatigon, dan Fatigon Spirit yang diberikan oleh distributor melalui pihak PPIC PT. Dankos Laboratories Tbk. Sifat kedatangan order yang diberikan PPIC kepada divisi I bagian produksi adalah secara rutin tiap minggu. Kemudian divisi I bagian produksi akan mulai mengatur penjadwalan produksi obat-obat tersebut sesegera mungkin.

10 Perhitungan Jumlah Batch Produksi untuk PO 30 Mei Berdasarkan data Purchase order bulan Juni 2005 yang diperoleh, maka langkah pertama yang diambil adalah perhitungan jumlah batch yang akan diproduksi untuk memenuhi jumlah permintaan PO 30 Mei 2005 tersebut. Adapun perhitungan tersebut adalah sebagai berikut: Jumlah batch = Jumlah Per min taan ( tablet / kaplet) Jumlah tablet per batch (pembulatan ke atas) Dari rumus perhitungan jumlah batch yang ada, maka perhitungan jumlah batch tiap produk adalah: tablet Mixagrip = = 7,248 batch = 8 batch tablet / batch kaplet Fatigon = = 13,704 batch = 14 batch kaplet / batch Fatigon Spirit = kaplet kaplet / batch = 8,8 batch = 9 batch tablet Mixadin = = 0,778 batch = 1 batch tablet / batch Pembulatan ke atas dimaksudkan perusahaan hendak menjaga ketepatan komposisi bahan baku produknya yang bersifat kimia, mengingat komposisi bahan baku kimia produk yang ada adalah untuk per batch, dan sisa produksi yang berlebihan akan disimpan sebagai stok persediaan untuk memenuhi permintaan yang akan datang.

11 Aturan Prioritas dengan Metode Earliest Due Date dan Perbandingan Algoritma Campbell, Dudek dan Smith (CDS), ASLAN S Frequency, dan ASLAN S Point. Metode Earliest Due Date Oleh karena karakteristik perusahaan yang memperhatikan due date produk yang dipesan. Maka aturan prioritas yang digunakan adalah aturan earliest due date, yaitu mendahulukan pekerjaan yang jatuh temponya paling awal. Prioritas produk yang akan dikerjakan terlebih dahulu berdasarkan data pesanan pada tanggal 30 Mei 2005 menurut tabel 5.9 adalah sebagai berikut: Tabel 5.11 Pengurutan Prioritas pengerjaan produk berdasarkan Earliest Due Date Purchase Order 30 Mei 2005 Produk Total Jumlah Batch (tablet/kaplet) Produksi Due date Mixagrip 8,697,600 8 batch 6 Juni 2005 Fatigon 2,740, batch 7 Juni 2005 Fatigon Spirit 1,761,600 9 batch 7 Juni 2005 Mixadin 1,168,000 1 batch 8 Juni 2005 Hasil pengurutan menunjukkan bahwa Fatigon dan Fatigon Spirit memiliki due date yang sama. Pemilihan prioritas pengerjaan antara Fatigon dan Fatigon Spirit akan dilakukan dengan menggunakan perbandingan algoritma Campbell Dudek dan Smith (CDS), ASLAN S Frequency, dan ASLAN S Point. Penentuan Prioritas Pengerjaan antara Fatigon dan Fatigon Spirit dengan menggunakan perbandingan algoritma Campbell Dudek dan Smith (CDS), ASLAN S Frequency, dan algoritma ASLAN S Point.

12 81 Pembagian batch dengan memaksimumkan kapasitas mesin Diketahui : Kapasitas maksimum mesin = 6 batch Jumlah batch yang harus diproduksi oleh Fatigon = 14 batch Jumlah batch yang harus diproduksi oleh Fatigon Spirit = 9 batch Maka: Pembagian batch = Jumlah batch yang diproduksi kapasitas maksimum mesin 14 batch Pembagian batch Fatigon = = 2, 33 6 batch Maksud dari hasil 2,33 adalah bahwa Fatigon diproduksi sebanyak 2 x 6 batch dan 1 x 2 batch. 9 batch Pembagian batch Fatigon Spirit = = 1, 5 6 batch Maksud dari hasil 1,5 adalah bahwa Fatigon Spirit diproduksi sebanyak 1 x 6 batch dan 1 x 3 batch. Ringkasan hasil pembagian batch dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.12 Pembagian Batch Produk menurut kapasitas maksimum Turbo Mixer Produk Kode Job Jumlah Batch Fatigon Job 1 6 batch Job 2 6 batch Job 3 2 batch Fatigon Spirit Job 4 6 batch Job 5 3 batch Untuk menentukan urutan prioritas pengerjaan job yang memperhatikan makespan terpendek, maka digunakan perbandingan 3 algoritma pengurutan flow shop,

13 82 yaitu algoritma Campbell, Dudek dan Smith (CDS), algoritma ASLAN S Frequency, dan algoritma ASLAN S Point. Masing-masing algoritma akan menghasilkan urutan job dengan makespan terpendek. Hasil urutan job dari ketiga algoritma akan dibandingkan kembali untuk mendapatkan urutan job yang menghasilkan makespan terpendek. Penentuan urutan prioritas job dengan ketiga algorima tersebut hanya dilakukan pada 6 proses pekerjaan secara serial, sehingga yang diperhitungkan dalam ketiga algoritma tersebut berjumlah 6 jenis mesin. Untuk mesin pencetakan dan pelapisan, masing-masing menggunakan 2 mesin yang berfungsi sama, namun kedua mesin tersebut baik untuk proses pencetakan dan pelapisan bekerja tidak secara sinkron/bersamaan, sehingga kedua proses pencetakan dan pelapisan ini termasuk jenis proses produksi dengan mesin paralel yang tidak sinkron. Berikut adalah tabel-tabel yang memberikan informasi waktu total proses pembuatan produk melalui mesin-mesin yang digunakan. Waktu total proses ini berasal dari perkalian jumlah batch tiap job produk Fatigon/Fatigon Spirit dengan waktu proses tiap mesin untuk setiap batch produk Fatigon/Fatigon Spirit dijumlahkan dengan waktu antar-operasi per aktivitas untuk produk Fatigon/Fatigon Spirit. Perlu diketahui bahwa waktu antar-operasi berlaku untuk setiap kali aktivitas antar-operasi dilakukan, sehingga banyaknya aktivitas antar-operasi yang dilakukan menghasilkan kelipatan waktu antar-operasi menurut banyaknya aktivitas antar-operasi tersebut. Waktu antar-operasi ini telah diperhitungkan untuk lebih dari satu batch, sehingga banyaknya batch diasumsikan oleh pihak perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penambahan ataupun pengurangan waktu antar-operasi tersebut.

14 83 Tabel 5.13 Perhitungan Waktu Total Proses Pembuatan Produk Fatigon dan Fatigon Spirit untuk 6 Tahap Urutan Secara Serial Nama Turbo Mixer Yen Chen Mixer Cone Will FBD Yenchen Waktu Proses (menit/batch) FTG FTGS Job 1 Jumlah Batch (batch) Job 2 Job 3 Job 4 Job 5 Job 1 Waktu Proses Setelah Waktu Antar-operasi Waktu Total Proses Perkalian Batch (menit) (menit/aktivitas) (menit) Job 2 Job 3 Job Frewitt Spafil Mixer Job 5 Job 1 Job 2 Job 3 Job 4 Job 5 Job 1 Job 2 Job 3 Job 4 Job 5 Keterangan: FTG = Fatigon FTGS = Fatigon Spirit Job 1-3 = Produk Fatigon Job 4-5 = Produk Fatigon Spirit

15 84 Algoritma Campbell, Dudek and Smith (CDS) Algoritma Campbell, Dudek and Smith merupakan metode heuristik yang memperhatikan makespan yang minimum. Algoritma ini menggunakan aturan Johnson dan mengembangkan kelanjutannya untuk mendapatkan pengurutan penjadwalan pekerjaan yang paling optimal untuk jenis flow shop. Langkah pertama dari algoritma CDS adalah menyusun matriks job dan mesin, seperti berikut: Tabel 5.14 Matriks Waktu Total Proses Pembuatan Produk Fatigon dan Fatigon Spirit untuk 6 Tahap Urutan Proses Secara Serial Nama Pengkodean Waktu Total Proses Job (menit) Turbo Mixer M Yen Chen Mixer M Cone Will M FBD Yenchen M Frewitt M Spafil Mixer M Keterangan : Pengkodean digunakan untuk keperluan perhitungan algoritma. Langkah berikutnya adalah menentukan jumlah urutan proses penjadwalan yang akan dibandingkan, yaitu: Jumlah urutan proses penjadwalan = jumlah mesin 1 = 6-1 = 5. Jadi, proses penjadwalan CDS dapat dilakukan sebanyak 5 kali dengan memilih salah satu alternatif terbaik dari hasil ke-5 proses penjadwalan CDS yang dilakukan. Kelima tahap/alternatif dari penjadwalan CDS adalah:

16 85 Tahap 1 (k = 1) k t ij j= 1 M-1 = m t ij j= m+ 1 k M-2 = M-1 = M1 M-2 = M6 Berikut adalah tabel waktu proses penjadwalan CDS Stage 1 Tabel 5.15 Waktu Proses Penjadwalan CDS Stage 1 Waktu Proses Job (menit) M M Pengurutan kemudian dilakukan dengan algoritma Johnson di mana pekerjaan yang memiliki waktu proses minimal pada mesin pertama (M-1) ditempatkan paling awal yang mungkin dalam urutan, sedangkan jika terletak pada mesin kedua (M-2), tempatkan pekerjaan-pekerjaan tersebut paling akhir yang mungkin dalam urutan. Hasil pengurutan mendapatkan 2 urutan yang memungkinkan, yaitu urutan dan Namun job 1 dan job 2 memiliki waktu proses yang sama baik di mesin 1 maupun mesin 2, sehingga urutan job 1-2 atau job 2-1 tidak akan mempengaruhi waktu makespan, maka ditentukan satu urutan saja dari dua urutan tersebut, yaitu urutan Berikut adalah tabel hasil perhitungan pengurutan jadwal Stage 1.

17 86 Tabel 5.16 Hasil Perhitungan Pengurutan Jadwal Stage 1 Waktu Proses Job (menit) M M M M M M Berikut adalah perhitungan make-span dan total flow time penjadwalan. Tabel 5.17 Hasil Perhitungan Make-span dan Total Flow Time Penjadwalan Stage 1 Waktu Proses Job (menit) F F F F F F Keterangan: F adalah waktu selesainya proses job dikerjakan dengan mesin Maka, kesimpulannya adalah: Urutan penjadwalan = job 3 job 1 job 2 job 4 job 5 Make-span Total flow time = 1985 menit = ( )menit = 6840 menit Tahap 2 (k = 2) k t ij j= 1 M-1 = m t ij j= m+ 1 k M-2 = M-1 = M1 + M2 M-2 = M5 + M6

18 87 Berikut adalah tabel waktu proses penjadwalan CDS Stage 2 Tabel 5.18 Waktu Proses Penjadwalan CDS Stage 2 Waktu Proses Job (menit) M M Berikut adalah tabel hasil perhitungan pengurutan jadwal Stage 2 berdasarkan algoritma Johnson. Tabel 5.19 Hasil Perhitungan Pengurutan Jadwal Stage 2 Waktu Proses Job (menit) M M M M M M Berikut adalah perhitungan make-span dan total flow time penjadwalan. Tabel 5.20 Hasil Perhitungan Make-span dan Total Flow Time Penjadwalan Stage 2 Waktu Proses Job (menit) F F F F F F Keterangan: F adalah waktu selesainya proses job dikerjakan dengan mesin

19 88 Maka, kesimpulannya adalah: Urutan penjadwalan = job 3 job 5 job 1 job 2 job 4 Make-span Total flow time = 1940 menit = ( ) menit = 5760 menit Tahap 3 (k = 3) k t ij j= 1 M-1 = m t ij j= m+ 1 k M-2 = M-1 = M1 + M2 +M3 M-2 = M4 + M5 + M6 Berikut adalah tabel waktu proses penjadwalan CDS Stage 3 Tabel 5.21 Waktu Proses Penjadwalan CDS Stage 3 Waktu Proses Job (menit) M M Berikut adalah tabel hasil perhitungan pengurutan jadwal Stage 3 berdasarkan algoritma Johnson. Tabel 5.22 Hasil Perhitungan Pengurutan Jadwal Stage 3 Waktu Proses Job (menit) M M M M M M

20 89 Berikut adalah perhitungan make-span dan total flow time penjadwalan. Tabel 5.23 Hasil Perhitungan Make-span dan Total Flow Time Penjadwalan Stage 3 Waktu Proses Job (menit) F F F F F F Keterangan: F adalah waktu selesainya proses job dikerjakan dengan mesin Maka, kesimpulannya adalah: Urutan penjadwalan = job 3 job 5 job 1 job 2 job 4 Make-span Total flow time = 1940 menit = ( ) menit = 5760 menit Tahap 4 (k = 4) k t ij j= 1 M-1 = m t ij j= m+ 1 k M-2 = M-1 = M1 + M2 + M3 + M4 M-2 = M3 + M4 + M5 + M6 Berikut adalah tabel waktu proses penjadwalan CDS Stage 4 Tabel 5.24 Waktu Proses Penjadwalan CDS Stage 4 Waktu Proses Job (menit) M M

21 90 Berikut adalah tabel hasil perhitungan pengurutan jadwal Stage 4 berdasarkan algoritma Johnson. Tabel 5.25 Hasil Perhitungan Pengurutan Jadwal Stage 4 Waktu Proses Job (menit) M M M M M M Berikut adalah perhitungan make-span dan total flow time penjadwalan. Tabel 5.26 Hasil Perhitungan Make-span dan Total Flow Time Penjadwalan Stage 4 Waktu Proses Job (menit) F F F F F F Keterangan: F adalah waktu selesainya proses job dikerjakan dengan mesin Maka, kesimpulannya adalah: Urutan penjadwalan = job 3 job 5 job 4 job 1 job 2 Make-span Total flow time = 1910 menit = ( ) menit = 5550 menit

22 91 Tahap 5 (k = 5) k t ij j= 1 M-1 = m t ij j= m+ 1 k M-2 = M-1 = M1 + M2 + M3 + M4 +M5 M-2 = M2 + M3 + M4 + M5 + M6 Berikut adalah tabel waktu proses penjadwalan CDS Stage 5 Tabel 5.27 Waktu Proses Penjadwalan CDS Stage 5 Waktu Proses Job (menit) M M Berikut adalah tabel hasil perhitungan pengurutan jadwal Stage 5 berdasarkan algoritma Johnson. Tabel 5.28 Hasil Perhitungan Pengurutan Jadwal Stage 5 Waktu Proses Job (menit) M M M M M M Berikut adalah perhitungan make-span dan total flow time penjadwalan.

23 92 Tabel 5.29 Hasil Perhitungan Make-span dan Total Flow Time Penjadwalan Stage 5 Waktu Proses Job (menit) F F F F F F Keterangan: F adalah waktu selesainya proses job dikerjakan dengan mesin Maka, kesimpulannya adalah: Urutan penjadwalan = job 3 job 1 job 2 job 4 job 5 Make-span Total flow time = 1985 menit = ( ) menit = 6840 menit Berikut perbandingan tahap hasil perhitungan menurut metode Campbell, Dudek and Smith (CDS). Tabel 5.30 Perbandingan Makespan dan Total Flow Time Kelima Tahap CDS Tahap Urutan Pekerjaan Makespan Total Flow Time (menit) (menit) 1 Job 3 - Job 1 - Job 2 - Job 4 Job Job 3 - Job 5 - Job 1 - Job 2 Job Job 3 - Job 5 - Job 1 - Job 2 Job Job 3 - Job 5 - Job 4 - Job 1 Job Job 3 - Job 1 - Job 2 - Job 4 Job Dari tabel perbandingan tahap hasil perhitungan metode Campbell, Dudek and Smith (CDS) diperoleh bahwa tahap keempat menghasilkan urutan pekerjaan (job) yang

24 93 memiliki makespan yang paling pendek. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa urutan pekerjaan yang akan diproses terlebih dahulu adalah job 3 (Fatigon dengan 2 batch), job 5 (Fatigon Spirit dengan 3 batch), job 4 (Fatigon Spirit dengan 6 batch), job 1 (Fatigon dengan 6 batch), job 2 (Fatigon dengan 6 batch). Algoritma ASLAN S Frequency Algoritma ASLAN S Frequency merupakan algoritma yang bertujuan untuk meminimasikan makespan. Algoritma ini menggunakan pembobotan pada job berpasangan dengan membandingkan hasil kombinasi job berpasangan tersebut dan mempertimbangkan nilai frekuensi tiap-tiap job untuk mendapatkan urutan-urutan job yang memiliki makespan terpendek. Adapun langkah pertama yang dilakukan oleh algoritma ini adalah menyusun matriks job dan mesin. Untuk susunan matriks job dan mesin telah dilakukan pada tabel Selanjutnya, setiap job dikombinasikan secara berpasangan yang menghasilkan n(n-1) pasangan job dimana n adalah jumlah job yang ada. Berdasarkan tabel 5.14, terdapat 5 job, sehingga kombinasi pasangan job yang dihasilkan adalah sebanyak 5(5-1) = 20 pasangan job, antara lain:

25 94 Tabel 5.31 Hasil Kombinasi Pasangan Job I J di mana i adalah job yang lebih dulu dikerjakan dari job pasangannya (j) Tiap pasangan job saling dibandingkan menurut total waktu penyelesaiannya masingmasing, yaitu total waktu penyelesaian pasangan (i,j) dibandingkan dengan total waktu penyelesaiannya pasangan (j,i). Untuk tiap perbandingan, pasangan yang memiliki total waktu penyelesaian pekerjaan yang terpendek akan diberikan nilai 1 pada job pendahulunya, sedangkan job yang lain akan diberikan nilai 0. Berikut adalah total waktu penyelesaian untuk pasangan tiap job dan perbandingan antar pasangan job berdasarkan total waktu penyelesaiannya, dimana nilai akhir sudut kiri bawah yang bertanda tebal adalah total waktu penyelesaiannya tiap pasangan job..

26 95 Tabel 5.32 Perbandingan Makespan pasangan job (1,2) dan (2,1). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F Tabel 5.33 Perbandingan Makespan pasangan job (1,3) dan (3,1). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F Tabel 5.34 Perbandingan Makespan pasangan job (1,4) dan (4,1). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F

27 96 Tabel 5.35 Perbandingan Makespan pasangan job (1,5) dan (5,1). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F Tabel 5.36 Perbandingan Makespan pasangan job (2,3) dan (3,2). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F Tabel 5.37 Perbandingan Makespan pasangan job (2,4) dan (4,2). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F

28 97 Tabel 5.38 Perbandingan Makespan pasangan job (2,5) dan (5,2). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F Tabel 5.39 Perbandingan Makespan pasangan job (3,4) dan (4,3). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F Tabel 5.40 Perbandingan Makespan pasangan job (3,5) dan (5,3). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F

29 98 Tabel 5.41 Perbandingan Makespan pasangan job (4,5) dan (5,4). Makespan Pasangan Job (menit) F F F F F F Berikut tabel ringkasan perbandingan total waktu penyelesaian antar kombinasi job. Tabel 5.42 Ringkasan Perbandingan Makespan antar Kombinasi Job Kombinasi Makespan Makespan Kombinasi (menit) (menit) Dengan perbandingan-perbandingan antar pasangan job berdasarkan tabel 5.43, maka nilai-nilai frekuensi dapat diberikan untuk job. Untuk pasangan job yang memiliki perbandingan waktu makespan terkecil, akan diberikan nilai 1 pada job ke-i, dan job lain yang diperbandingkan, akan diberikan nilai 0. Bila kedua pasangan job yang diperbandingkan memiliki waktu makespan yang sama, maka kedua pasangan job akan dibandingkan menurut waktu penundaan (delayed time) mesin, pasangan job yang

30 99 memiliki waktu penundaan mesin terkecil diberikan nilai 1 untuk job i-nya. Terdapat 3 pasangan job yang memiliki waktu makespan yang sama, yaitu pasangan job (1,2) (2,1), (1,4) (4,1) dan (2,4) (4,2). Dengan demikian, maka ketiga pasangan job akan diperbandingkan waktu penundaan mesin. Tabel 5.43 Waktu Penundaan untuk pasangan job (1,2) dan (2,1) Makespan(menit) Delayed Makespan(menit) Delayed 1 2 Time 2 1 Time F F F F F F Total delayed time 535 Total delayed time 535 Oleh karena pasangan job (1,2) dan (2,1) memiliki delayed time yang sama, maka kedua job akan diberikan nilai 1. Tabel 5.44 Waktu Penundaan untuk pasangan job (1,4) dan (4,1) Makespan(menit) Delayed Makespan(menit) Delayed 1 4 Time 4 1 Time F F F F F F Total delayed time 420 Total delayed time 355 Oleh karena pasangan job (4,1) memiliki delayed time yang lebih kecil, maka nilai 1 akan diberikan ke job-4, sedangkan job 1 mendapatkan nilai 0.

31 100 Tabel 5.45 Waktu Penundaan untuk pasangan job (2,4) dan (4,2) Makespan(menit) Delayed Makespan(menit) Delayed 2 4 Time 4 2 Time F F F F F F Total delayed time 420 Total delayed time 355 Oleh karena pasangan job (4,2) memiliki delayed time yang lebih kecil, maka nilai 1 akan diberikan ke job-4, sedangkan job 2 mendapatkan nilai 0. Berikut adalah nilai-nilai frekuensi untuk masing-masing job untuk setiap perbandingan. Tabel 5.46 Nilai Frekuensi Masing-Masing Job berdasarkan ASLAN S Frequency Perbandingan (1,2) (2,1) 1 1 Job (1,3) (3,1) 0 1 (1,4) (1,4) 0 1 (1,5) (1,5) 0 1 (2,3) (3,2) 0 1 (2,4) (4,2) 0 1 (2,5) (5,2) 0 1 (3,4) (4,3) 1 0 (3,5) (5,3) 1 0 (4,5) (5,4) 0 1 Total Berdasarkan tabel 5.46, maka: Frekuensi untuk job 1 : 1 Frekuensi untuk job 4 : 2 Frekuensi untuk job 2 : 1 Frekuensi untuk job 5 : 3 Frekuensi untuk job 3 : 4

32 101 Nilai-nilai frekuensi semua job diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil, maka diperoleh beberapa urutan yang memungkinkan, yaitu: atau Oleh karena job 2 dan job 1 seidentik, yaitu keduanya merupakan produk Fatigon sebanyak 6 batch, maka keduanya tidak memberikan pengaruh yang signifikan bila ditukar urutannya. Dengan demikian urutan yang digunakan adalah urutan job Berikut hasil perhitunangan make-span dan total Flow Time untuk urutan terpilih. Tabel 5.47 Hasil Perhitungan Make-span dan Total Flow Time urutan job Waktu Proses Job (menit) F F F F F F Keterangan: F adalah waktu selesainya proses job dikerjakan dengan mesin Make-span Total flow time = 1910 menit = ( ) menit = 5550 menit Algoritma ASLAN S Point Algoritma ASLAN S Point merupakan algoritma yang bertujuan sama dengan algoritma ASLAN S Frequency, yaitu untuk meminimasikan makespan. Algoritma ini memiliki langkah-langkah pengerjaan yang sama dengan ASLAN S Frequency. Yang menjadi perbedaan antara kedua algoritma adalah cara pemberian nilai frekuensi untuk tiap job yang diperbandingkan. Oleh karena itu, maka pembahasan algoritma berikut dihubungkan langsung pada tabel 5.42, yaitu ringkasan perbandingan total waktu

33 102 penyelesaian antar kombinasi job. Dari makespan yang dihasilkan oleh tiap pasangan job hasil kombinasi, maka diperoleh selisih berikut. Tabel 5.48 Ringkasan Perbandingan Makespan antar Kombinasi Job Kombinasi Makespan Makespan Kombinasi (menit) (menit) Selisih Untuk pasangan job yang memiliki perbandingan waktu makespan terkecil, akan diberikan nilai positif selisih pada job ke-i, dan job lain yang diperbandingkan, akan diberikan nilai negatif dari nilai selisihnya. Berikut tabel nilai-nilai frekuensi masing-masing job untuk tiap perbandingan. Tabel 5.49 Nilai Frekuensi Masing-Masing Job berdasarkan ASLAN S Point Perbandingan (1,2) (2,1) 0 0 Job (1,3) (3,1) (1,4) (1,4) 0 0 (1,5) (1,5) (2,3) (3,2) (2,4) (4,2) 0 0 (2,5) (5,2) (3,4) (4,3) (3,5) (5,3) (4,5) (5,4) Total

34 103 Berdasarkan tabel 5.49, maka: Frekuensi untuk job 1 : -55 Frekuensi untuk job 4 : -90 Frekuensi untuk job 2 : -55 Frekuensi untuk job 5 : 155 Frekuensi untuk job 3 : 45 Nilai-nilai frekuensi semua job diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil, maka diperoleh beberapa urutan yang memungkinkan, yaitu: Job 5 Job 3 - Job 1 - Job 2 - Job 4 dan Job 5 Job 3 - Job 2 - Job 1 - Job 4. Oleh karena job 1 dan job 2 adalah produk yang sama dengan batch yang sama, maka kedua urutan job tidak memiliki perbedaan makespan, maka berikut hanya dihitung makespan dan total flow time urutan job Tabel 5.50 Perhitungan Make-span dan Total Flow Time Urutan Job Waktu Proses Job (menit) F F F F F F Keterangan: F adalah waktu selesainya proses job dikerjakan dengan mesin Make-span Total flow time = 2010 menit = ( ) menit = 6120 menit

35 104 Perbandingan Algoritma Berdasarkan hasil perhitungan ketiga algoritma, yaitu CDS, ASLAN S Frequency dan ASLAN S Point, masing-masing menghasilkan urutan dengan makespan yang paling minimum menurut konsepnya. Ketiga hasil urutan job tersebut akan diperbandingkan kembali dengan tujuan untuk mendapatkan urutan job yang memiliki makespan paling minimum. Berikut perbandingan urutan job hasil ketiga algoritma tersebut. Tabel 5.51 Perbandingan Algoritma Algoritma Urutan Job Makespan (menit) Campbell, Dudek, and Smith Job 3 Job 5 - Job 4 - Job 1 Job ASLAN'S Frequency Job 3 Job 5 - Job 4 - Job 1 Job ASLAN'S Point Job 5 Job 3 Job 1 - Job 2 - Job Dari ketiga algoritma di atas, maka disimpulkan bahwa urutan job menghasilkan makespan terpendek, yaitu 1910 menit. Dengan demikian urutan job tersebut akan digunakan dalam penjadwalan produksi. Secara keseluruhan aturan prioritas untuk mengurutkan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan metode Earliest Due Date untuk proses tahap pertama pada masing-masing produk dapat dilakukan pada tabel berikut berdasarkan pengembangan tabel Adapun waktu proses/batch tiap produk telah ditambahkan dengan waktu antar-operasi. Berikut tabel urutan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan metode Earliest Due Date.

36 105 Tabel 5.52 Urutan Pelaksanaan Pekerjaan berdasarkan Earliest Due Date Produk/Pekerjaan Batch Produksi (batch) Waktu Proses/Batch (menit) Waktu Proses Kerja (menit) Aliran Waktu (menit) Due Date Mixagrip Juni 2005 Fatigon (Job 3) Juni 2005 Fatigon Spirit (Job 5) Juni 2005 Fatigon Spirit (Job 4) Juni 2005 Fatigon (Job 1) Juni 2005 Fatigon (Job 2) Juni 2005 Mixadin Juni 2005 Aturan Earliest Due Date ini menghasilkan keefektifan ukuran-ukuran berikut ini: Jumlah total aliran waktu a. Waktu Penyelesaian rata-rata = ( menit) Jumlah Pe ker jaan = ( menit) 7 = 3689 ( menit ) 7 = 527 menit b. Utilisasi/Penggunaan = = = Total Waktu Pr oses Kerja Jumlah total aliran waktu = 0,2421 = 24,21 %

37 106 c. Rata-rata jumlah pekerjaan dalam sistem = = Jumlah Total aliran waktu Total Waktu Pr oses Kerja = 4,13 pekerjaan. Keefektifan ukuran-ukuran di atas digunakan untuk menilai kinerja setiap mesin Turbo Mixer dari dua buah Turbo Mixer yang berjalan secara paralel Penjadwalan Produksi untuk PO 30 Mei Perhitungan waktu proses produksi tiap produk dan penjadwalan produksi berikut ini akan dilakukan secara manual terhadap produk Mixagrip, Fatigon, Fatigon Spirit, dan Mixadin. Oleh karena waktu antar-operasi juga berpengaruh terhadap ketepatan waktu penjadwalan penggunaan mesin, maka waktu antar-operasi perlu diperhitungkan ke dalam waktu proses untuk tiap aktivitas dalam mesin. Penjadwalan untuk semua produk dimulai pada awal jam kerja, yaitu pukul 7.30 WIB sesuai dengan prosedur jam kerja PT. Dankos Laboratories Tbk. dan umumnya dilakukan sehari setelah PO diterima, hal ini disebabkan karena Manajer Produksi I membutuhkan waktu untuk membuat Rencana Kerja Harian Produksi I. Penjadwalan Produksi Mixagrip Berikut adalah data perhitungan total waktu keseluruhan proses untuk produk Mixagrip setelah dijumlahkan dengan waktu antar-operasi.

38 107 Tabel 5.53 Total Waktu Proses Tiap untuk Produk Mixagrip Nama Waktu Proses (menit/batch) Waktu antar-operasi (menit/aktivitas) Total Waktu Proses (menit/batch) Turbo Mixer Loedige Mixer FBD Eurovent OSC Tumbling Mixer Sedangkan Total waktu proses mesin pencetakan Tablet Mixagrip adalah seperti berikut: Tabel 5.54 Waktu Proses dan Waktu Antar-Operasi Pencetakan Produk Mixagrip Nama Waktu Proses (menit/kapasitas maksimum) Waktu antar-operasi (menit/aktivitas) BB4 (pertama) BB4 (kedua) Rimek Pengertian dari menit/kapasitas maksimum dari tabel di atas adalah waktu proses kerja untuk kapasitas maksimum dari mesin yang ada. Proses pembuatan campuran (Binder) dilakukan secara terpisah di kedua mesin turbo mixer, karena kedua kedua mesin tersebut mengolah bahan baku yang berbeda, namun kedua mesin tersebut berjalan secara paralel, sehingga waktu mulai dan waktu selesai proses bahan di kedua mesin adalah sama. Kemudian hasil proses dari kedua mesin turbo mixer ini akan digabungkan untuk diproses pada tahap-tahap proses berikutnya. Berikut adalah tabel perhitungan penjadwalan produksi produk Mixagrip untuk keseluruhan batch yang direncanakan, yaitu 8 batch.

39 108 Nama Tabel 5.55 Penjadwalan Produksi Produk Mixagrip untuk Turbo Mixer Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Turbo 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 Mixer 1 7:30 7:52 7:52 8:14 8:14 8:36 8:36 8:58 Nama Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Turbo 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 Mixer 1 8:58 9:20 9:20 9:42 9:42 10:04 10:04 10:26 Nama Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Turbo 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 Mixer 2 7:30 7:52 7:52 8:14 8:14 8:36 8:36 8:58 Nama Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Turbo 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 Mixer 2 8:58 9:20 9:20 9:42 9:42 10:04 10:04 10:26 Tabel 5.56 Penjadwalan Produksi Produk Mixagrip untuk Loedige Mixer Nama Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Loedige 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 Mixer 7:52 8:13 8:14 8:35 8:36 8:57 8:58 9:19

40 109 Tabel 5.56 Penjadwalan Produksi Produk Mixagrip untuk Loedige Mixer (lanjutan) Nama Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Loedige 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 Mixer 9:20 9:41 9:42 10:03 10:04 10:25 10:26 10:47 Tabel 5.57 Penjadwalan Produksi Produk Mixagrip untuk FBD Eurovent Nama Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai FBD 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 Eurovent 8:13 9:23 9:23 10:33 10:33 11:43 11:43 12:53 Nama Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai FBD 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 Eurovent 12:53 14:03 14:03 15:13 15:13 16:23 16:23 17:33 Tabel 5.58 Penjadwalan Produksi Produk Mixagrip untuk OSC Nama OSC Nama OSC Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 9:23 10:18 10:33 11:28 11:43 12:38 12:53 13:48 Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 14:03 14:58 15:13 16:08 16:23 17:18 17:33 18:28

41 110 Tabel 5.59 Penjadwalan Produksi Produk Mixagrip untuk Tumbling Mixer Nama Tumbling Mixer Nama Tumbling Mixer Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 10:18 11:03 11:28 12:13 12:38 13:23 13:48 14:33 Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan untuk Batch ke Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 31/05/05 14:58 15:43 16:08 16:53 17:18 18:03 18:28 19:13

42 111 Tabel 5.60 Penjadwalan Produksi Produk Mixagrip untuk BB4 dan Rimek. Tanggal dan Waktu Operasi dimulai dan diselesaikan Nama 31/05/05 01/06/05 02/06/2005 Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Mulai Selesai Rimek 11:03 19:28 19:28 21:30 7:30 15:55 15:55 21:30 7:30 14:44 Berat Input 657 kg 133 kg 657 kg 424 kg 593,34 kg Jumlah Output tablet kg tablet tablet tablet BB4 (Pertama) 11:03 13:28 13:28 17:52 17:52 21:30 7:30 15:55 15:55 21:30 7:30 14:44 Berat Input 131 kg 262 kg 211 kg 526 kg 339 kg 475,04 kg Jumlah Output tablet tablet tablet tablet tablet BB4 (Kedua) 12:13 20:38 20:38 21:30 7:30 15:55 15:55 21:30 7:30 14:44 Berat Input 526 kg 29,59 kg 526 kg 339 kg 475,03 kg Jumlah Output tablet tablet tablet tablet Total berat produk 1949,59 kg 2811 kg 1543,41 kg kumulatif total berat 1949,59 kg 4760,59 kg 6304 kg Total Tablet tablet tablet tablet Kumulatif total Tablet tablet tablet tablet

43 112 Berat 1 batch untuk bahan hasil proses pencampuran akhir dari Tumbling Mixer adalah 788 kg. Berdasarkan tabel 5.6 bahwa Purchase Order tanggal 30 Mei 2005, produk Mixagrip yang diperlukan adalah sebanyak 8 batch, sehingga total berat produk Mixagrip yang diproduksi adalah sebanyak 8 x 788 kg = 6304 kg. Dengan tujuan untuk meminimumkan makespan, maka sisa berat bahan hasil yang harus dicetak pada tanggal 2 Juni 2005 sebesar 1573 kg akan dibagikan sama rata untuk dimasukkan ke tiga mesin pencetakan yang memiliki kapasitas masing-masing, yaitu: BB4 (pertama dan kedua) berkapasitas 526 kg dan Rimek berkapasitas 657 kg. Hal ini dilakukan karena dengan pembagian rata pekerjaan (berat bahan) ini ke dalam ketiga mesin, maka makespan ketiga mesin pencetakan akan sama, sehingga total waktu penyelesaian pencetakan produk menjadi cepat. Sisa berat bahan yang akan dimasukkan ke masing-masing mesin pencetakan adalah: BB4 (pertama) = 526 x1573kg = 484, 484 kg BB4 (kedua) 526 = x1573kg = 484, 484 kg Rimek 657 = x1573kg = 604, 032 kg Penjadwalan Produksi Fatigon dan Fatigon Spirit Berikut adalah data perhitungan total waktu keseluruhan proses untuk produk Fatigon dan Fatigon Spirit.

44 113 Tabel 5.61 Total Waktu Proses Tiap pada Produk Fatigon dan Fatigon Spirit Nama Turbo Mixer Yen Chen Mixer Waktu Proses Tiap Job Job 1 Job 2 Waktu Antaroperasi Waktu Total Proses (menit) (menit/aktivitas) (menit) Job Job Job Job Job Job Job 1 s/d Job Cone Will FBD Yenchen Frewitt Spafil Mixer Job 4 Job 5 Sedangkan waktu proses dan waktu antar-operasi mesin pencetakan dan mesin pelapisan (Coating) untuk produk Fatigon dan Fatigon Spirit adalah sebagai berikut: Tabel 5.62 Waktu Proses dan waktu Antar-Operasi Pencetakan dan Pelapisan (Coating) untuk produk Fatigon dan Fatigon Spirit Nama Waktu Proses Tiap Job (menit/kapasitas maksimum) Waktu Antar-operasi (menit/aktivitas) Jemco Sejong Sejong Coating Thai Coater Pengertian dari menit/kapasitas maksimum dari tabel di atas adalah waktu proses kerja untuk kapasitas maksimum dari mesin yang ada. Proses pembuatan campuran (Binder) dilakukan secara terpisah di kedua mesin turbo mixer, karena di kedua mesin turbo mixer tersebut dimasukkan bahan baku yang

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI OBAT BEBAS (OTC) GOLONGAN

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data 5.1.1 Data Pesanan Obat Tablet PT.Metiska Farma Data pesanan obat tablet merupakan faktor yang utama dalam menyusun suatu penjadwalan produksi

Lebih terperinci

5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa

5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa 162 5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Analisis dan perancangan sistem informasi berikut menggunakan alat bantu yang dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa permodelan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan suatu proses pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesin dalam jangka waktu tertentu. Persoalan penjadwalan pada

Lebih terperinci

Analisis Dan Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudek Smith (CDS) Pada PT. Muliaglass Container

Analisis Dan Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudek Smith (CDS) Pada PT. Muliaglass Container Analisis Dan Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudek Smith (CDS) Pada PT. Muliaglass Container Nama : Putra Octavianus NPM : 35412750 Jurusan Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Teknik

Lebih terperinci

Indeks Produksi Industri Sedang Besar

Indeks Produksi Industri Sedang Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin banyak mengakibatkan semakin banyaknya peluang usaha. Semakin banyaknya penduduk semakin banyak pula kebutuhan yang perlu dipenuhi. Industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UD Eka merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk pembuatan sol. Perusahaan ini

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENJADWALAN N JOB M MACHINE SERI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CDS UNTUK MEMINIMASI PERSENTASE IDLE

Lebih terperinci

ABSTRAK. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal

ABSTRAK. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal ini mendorong perkembangan semua sektor usaha yang ada di Indonesia. Salah satu sektor yang paling berkembang adalah industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan bagian yang penting dari proses produksi sebelum pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat memperpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri dewasa ini membuat banyak industri yang sejenis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri dewasa ini membuat banyak industri yang sejenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia industri dewasa ini membuat banyak industri yang sejenis saling berlomba-lomba untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi kepuasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia industri suatu kompetisi adalah hal yang wajar terjadi. Kompetisi mempunyai dampak yang positif bagi suatu perusahaan karena dengan adanya kompetisi, perusahaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Agronesia INKABA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang mempoduksi produk terknik berbahan baku karet. Sistem produksi di perusahaan ini adalah mass production dan job

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Start Observasi Lingkungan Produksi Studi Literatur Identifikasi Masalah Pengumpulan Data (dalam satu periode produksi) Menentukan Waktu Proses Tiap Pesanan Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Umum Penjadwalan Produksi Untuk mengatur suatu sistem produksi agar dapat berjalan dengan baik, diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dalam menentukan model rumusan masalah perlu serangkaian hipotesis yang membantu alir pemikiran untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah dan Penjelasannya 3.1.1 Studi Pendahuluan Untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti di PT. Furin Jaya, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) 11 Dinamika Teknik Juli PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VII, No. 2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyelesaian permasalahan dalam penjadwalan dapat dilakukan dengan mengkaji kompleksitas penjadwalan. Menurut Pinedo (2002), kompleksitas dalam penjadwalan terbagi menjadi mesin

Lebih terperinci

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

4.6 Data Waktu Siap Setiap Mesin Pengerjaan Komponenkomponen Screw Conveyor Penentuan Due Date BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

4.6 Data Waktu Siap Setiap Mesin Pengerjaan Komponenkomponen Screw Conveyor Penentuan Due Date BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ABSTRAK PT Kerta Laksana merupakan perusahaan manufaktur berskala internasional yang membuat berbagai jenis mesin, dimana setiap pesanan dikerjakan sesuai dengan permintaan dan keinginan konsumen (job

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai penugasan dan penentuan waktu dari kegunaan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: scheduling, Campbell Dudek Smith,makespan. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: scheduling, Campbell Dudek Smith,makespan. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT CV. Tri Sapta Jaya is a company which moving the manufacture of aluminium molds. Company during the time have the simply production scheduling. During the time the company scheduling is by order.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBYEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBYEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBYEK 2.1 Sejarah Perusahaan dan Perkembangannya PT. Dankos Laboratories Tbk. (Perseroan) didirikan pertama kali pada tanggal 25 Maret 1974 oleh Dr. B. Setiawan bertempat di Pulo Mas,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Yogyakarta,19Juni2010 PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Agus Rudyanto 1, Moch. Arifin 2 1 Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Majemen Informatika

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC (Planning Production Schedule of PVC Pipe Product in PT Harapan Widyatama Pertiwi)

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri manufaktur di Indonesia berkembang sangat pesat. Salah satunya terlihat pada industri manufaktur dalam bidang otomotif. Membludaknya jumlah kendaraan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Penjadwalan Produksi Injection Moulding Pada PT. Duta Flow Plastic Machinery PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Roesfiansjah Rasjidin, Iman hidayat Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum tujuan perusahaan dalam memproduksi barang adalah untuk mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus dapat membuat perencanaan

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta 1 2 USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE B PT. XYZ Lina Gozali, Lamto

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Gistex Textile Division adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang textile yang mengolah polyester (bahan baku) menjadi kain. Perusahaan memproduksi barang sesuai dengan pesanan konsumen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. Proses Produksi Proses produksi merupakan rangkaian operasi yang dilalui bahan baku baik secara fisik maupun kimia untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2 (SNATI 2) ISSN: 197-522 Yogyakarta, 19 Juni 2 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO Moch. Arifin 1, Agus Rudyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses pada suatu mesin tertentu yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama. Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak industri yang mengalami perkembangan salah satunya adalah PT DI (Dirgantara Indonesia). Perusahaan ini merupakan satu-satunya badan usaha milik negara

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DIMENSI PROSES (AKTIVITAS PERUSAHAAN DAN SEBERAPA JAUH. a. Banyaknya tahap-tahap/proses produksi yang harus dilalui

HASIL WAWANCARA DIMENSI PROSES (AKTIVITAS PERUSAHAAN DAN SEBERAPA JAUH. a. Banyaknya tahap-tahap/proses produksi yang harus dilalui HASIL WAWANCARA DIMENSI PROSES (AKTIVITAS PERUSAHAAN DAN SEBERAPA JAUH AKTIVITAS TERSEBUT DILAKSANAKAN) 1. Pemicu Biaya a. Banyaknya tahap-tahap/proses produksi yang harus dilalui b. Jumlah pesanan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian yang tidak menentu dalam negara Indonesia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian yang tidak menentu dalam negara Indonesia ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian yang tidak menentu dalam negara Indonesia ini mengakibatkan persaingan dalam dunia pekerjaan semakin sulit dari waktu ke waktunya. Ini dibuktikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Untuk kemudahan penyusunan job-job tersebut kemudian akan disebut sesuai urutan pengerjaan dengan metode perusahaan; dan nama mesin akan dicantumkan sesuai

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: metode First Come First Serve (FCFS), metode Campbell Dudek and Smith (CDS), total waktu produksi, penjadwalan produksi

ABSTRAK. Kata kunci: metode First Come First Serve (FCFS), metode Campbell Dudek and Smith (CDS), total waktu produksi, penjadwalan produksi ABSTRAK CV. Megah Jaya Abadi merupakan perusahaan konveksi dimana penjadwalan produksi saat ini dibuat dengan metode First Come, First Serve (FCFS) yang artinya pesanan dibuat sesuai dengan urutan pesanan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Production Scheduling, Makespan, CDS Algorithm (Campbell, Dudek, and Smith), FCFS Methods (First Come First Serve).

ABSTRACT. Keywords: Production Scheduling, Makespan, CDS Algorithm (Campbell, Dudek, and Smith), FCFS Methods (First Come First Serve). ABSTRACT PT. X is a company engaged in manufacturing, especially in the sewing business. Production scheduling is implemented using the company's production system First Come First Serve (FCFS). FCFS perform

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal Fitria Imatus Solikhah 1, Renanda Nia R. 2, Aditya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PERBAIKAN SISTEM PENJADWALAN PRODUKSI N JOB M MACHINE PADA PERUSAHAAN PT. POLIDAYAGUNA PERKASA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PERBAIKAN SISTEM PENJADWALAN PRODUKSI N JOB M MACHINE PADA PERUSAHAAN PT. POLIDAYAGUNA PERKASA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PERBAIKAN SISTEM PENJADWALAN PRODUKSI N JOB M MACHINE PADA PERUSAHAAN PT. POLIDAYAGUNA PERKASA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu perusahaan, dimana

Lebih terperinci

Perbaikan Penjadwalan Percetakan di PT. Hamudha Prima Media, Surakarta

Perbaikan Penjadwalan Percetakan di PT. Hamudha Prima Media, Surakarta Perbaikan Penjadwalan Percetakan di PT. Hamudha Prima Media, Surakarta Indri Hapsari, Stefanus Soegiharto, Agnes Tria A. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 Email:

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT United Tractor.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL Setyo Harto, Annisa Kesy Garside, dan Dana Marsetya Utama Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan hal yang penting dalam sistem produksi. Sistem produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan sistem pendukung keputusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 54 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian 55 3.2 Observasi Lapangan Observasi lapangan ini dilakukan di PT. Metiska Farma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG Suriadi AS, Ulil Hamida, N. Anna Irvani STMI Jakarta, Kementerian Perindustrian RI ABSTRAK Permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi)

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi) 1 Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi) 2 Konsep Dasar Stasiun kerja (Work Stations) adalah area kerja yang terdiri dari satu atau lebih pekerja/mesin yang mempunyai tugas khusus Lini produksi (Production

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi kepuasan dan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi kepuasan dan memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dewasa ini menuntut berkembangnya perindustrian pula. Perkembangan dunia industri dewasa ini menuntut banyak perusahaan untuk memberikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro Ferro Ferdinant 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRAK. Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro Ferro Ferdinant 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Minimasi Makespan Penjadwalan Flowshop Menggunakan Metode Algoritma Campbell Dudek Smith (CDS) Dan Metode Algoritma Nawaz Enscore Ham (NEH) Di PT Krakatau Wajatama Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 6 BAB PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA.1 Pengumpulan Data Data-data untuk penelitian ini didapatkan dengan melakukan observasi dan pengamatan di PT. Metiska Farma, data-data ini akan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI UNTUK PENGURUTAN PRODUKSI PESANAN TABLET DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan untuk selanjutnya dianalisa dalam penjadwalan menggunakan pola kedatangan job secara statis dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek. BAB III LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang menjelaskan tentang ilmu yang terkait dalam

Lebih terperinci

PERBAIKAN JADWAL PRODUKSI MENGGUNAKAN CDS DI PT. TAESUNG ABADI

PERBAIKAN JADWAL PRODUKSI MENGGUNAKAN CDS DI PT. TAESUNG ABADI Seminar Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (P) : 2615-2584 Buku 1 ISSN (E) : 2615-3343 PERBAIKAN JADWAL PRODUKSI MENGGUNAKAN CDS DI PT. TAESUNG ABADI Didien Suhardini1 1), Larasati Citra Nuristya 2),

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X didirikian oleh seorang konsultan di sebuah pabrik yang memproduksi sepatu pria. Penjadwalan produksi yang selama ini dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan metode First-Come, First-Served

Lebih terperinci

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Lampiran 15. Etiket PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Nama Produk/Bahan No. Batch/Lot Pabrik Pemasok No. Penerimaan Barang Jumlah No. Sertifikat Analisis Tanda Tangan DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE N-JOB M-MESIN UNTUK MEMINIMALISASI MAKESPAN PADA PT. HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PEMBUATAN PIPA PVC

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE N-JOB M-MESIN UNTUK MEMINIMALISASI MAKESPAN PADA PT. HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PEMBUATAN PIPA PVC UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Ganjil 2005/2006 PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE N-JOB M-MESIN UNTUK MEMINIMALISASI MAKESPAN PADA PT. HARAPAN

Lebih terperinci

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG)

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG) USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG) Yudit Christianta 1, Theresia Sunarni 2 12 Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Musi, Palembang

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mitra Abadi Sejahtera adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garmen yang mengolah kain menjadi pakaian. Perusahaan memproduksi barang sesuai pesanan konsumen (job order). Masalah

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Program Studi Teknik Industri Universitas Stikubank, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia antonijohanes@gmail.com

Lebih terperinci

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Rudini Mulya Daulay Program, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana 2010 email: rudinimenteri@gmail.com Abstrak 1. SHORT-TERM SCHEDULING

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ilmiah, terdapat suatu rangakain dari tahap tahap penelitian yang merupakan suatu rangkain dari tahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ilmiah, terdapat suatu rangakain dari tahap tahap penelitian yang merupakan suatu rangkain dari tahap BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ilmiah, terdapat suatu rangakain dari tahap tahap penelitian yang merupakan suatu rangkain dari tahap ini merupakan suatu proses yang terkait dan tersusun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada proses penelitian untuk mendapatkan waktu baku, ukuran lot terbaik dan memungkinkan untuk dijalankan, serta formula untuk menentukan minimum due date, maka dilakukan tahap-tahap

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, manusia dituntut bergerak dengan kecepatan tetapi tidak melupakan ketepatan. Kecepatan dan ketepatan sangat dibutuhkan dalam berbisnis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia teknologi khususnya komputer yang semakin baik halam hal perangkat lunak maupun perangkat keras dan pentingnya informasi yang dikelolah,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin.

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin. IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi, asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Perencanaan dan Penjadwalan Produksi di PT. Bondi Syad Mulia

Perancangan Sistem Perencanaan dan Penjadwalan Produksi di PT. Bondi Syad Mulia Perancangan Sistem Perencanaan dan Penjadwalan Produksi di PT. Bondi Syad Mulia Renny Olivia Sia 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: This research is a case study conducted at PT. Bondi Syad Mulia, which

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan (job order). Perusahaan ini berada di Jl. Mayjend Sungkono No. 5 Blok

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan (job order). Perusahaan ini berada di Jl. Mayjend Sungkono No. 5 Blok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Bukit Baja Anugrah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur/industri yaitu memproduksi pipa dan plat sesuai dengan pesanan pelanggan (job order). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, dengan semakin banyaknya industri baru yang muncul menjadikan persaingan antar industri semakin ketat. Sehingga, untuk menjadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penjadwalan sering muncul ketika adanya permintaan yang berfluktuasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penjadwalan sering muncul ketika adanya permintaan yang berfluktuasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penjadwalan merupakan masalah yang sering dihadapi oleh setiap perusahaan. Masalah penjadwalan sering muncul ketika adanya permintaan yang berfluktuasi dan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DEPARTEMEN WEAVING Di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENJADWALAN PRODUKSI DEPARTEMEN WEAVING Di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENJADWALAN PRODUKSI DEPARTEMEN WEAVING Di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Wardaya Immanuel 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISA PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AMPBELL DUDECK SMITH, PALMER, DAN DANNENBRING DI PT.LOKA REFRAKTORIS SURABAYA

ANALISA PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AMPBELL DUDECK SMITH, PALMER, DAN DANNENBRING DI PT.LOKA REFRAKTORIS SURABAYA ANALISA PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AMPBELL DUDECK SMITH, PALMER, DAN DANNENBRING DI PT.LOKA REFRAKTORIS SURABAYA Nisa Masruroh Teknik Industri FTI-UPN Veteran Jatim INTISARI Tujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Arus globalisasi yang semakin besar dalam dunia usaha akhir-akhir ini memungkinkan perusahaan menjalankan usahanya tanpa mengenal batas wilayah negara. Perusahaan asing yang masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci