METODOLOGI. Gambar 2 Lokasi pengambilan data penelitian.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI. Gambar 2 Lokasi pengambilan data penelitian."

Transkripsi

1 47 METODOLOGI Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Juli Kegiatan yang dilakukan meliputi: pengumpulan data, analisis data, dan sintesis. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di 30 desa terpilih yang berada di dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Gambar 2). Desa-desa tersebut secara administrasi pemerintahan, berada pada dua wilayah provinsi dan tiga wilayah kabupaten yaitu: (1) Provinsi Jawa Barat: Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi; (2) Provinsi Banten: Kabupaten Lebak. Gambar 2 Lokasi pengambilan data penelitian. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah Global Positioning System (GPS), kompas, dan seperangkat komputer dengan perangkat lunak: ERDAS versi 9.1, ArcView versi 3.3, dan SPSS versi 13. Bahan-bahan yang digunakan meliputi: citra landsat

2 48 TM (tahun 1989, 1992, 1995, 1998, 2001, dan 2004), Peta Tata Batas TNGHS, Peta Administrasi Pemerintahan, daftar pertanyaan untuk wawancara, dan kuesioner penelitian. Metode Pengumpulan Data 1. Survei dan pengambilan data sekunder ke instansi-instansi terkait: PPLH IPB, Departemen Kehutanan, Pemerintah Daerah, dan BPS. 2. Metode survei dengan wawancara mendalam dan/atau alat kuesioner terhadap responden terpilih, untuk memperoleh data dan informasi selama periode tahun tentang: (a) sejarah penggunaan dan penutupan lahan, (b) data kependudukan, (c) mata pencaharian, (d) tingkat pendapatan, (e) kepemilikan dan penguasaan lahan, (f) kebutuhan lahan garapan, (g) kebutuhan hidup layak, (h) aksesibilitas terhadap sumberdaya alam, (i) pemanfaatan sumberdaya alam, (j) tingkat pendidikan, (k) pengetahuan lokal, (l) adat istiadat, (m) persamaan jender, (n) sarana dan prasarana. Wawancara dilakukan dengan mencoba mengingatkan kembali (recalling) responden terhadap keadaan mereka pada waktu yang telah lalu. 3. Pengumpulan data dan/atau pengamatan di lapang terhadap sub sistem: (a) ekologi, (b) ekonomi-finansial, (c) sosial-budaya. 4. Pengumpulan data koordinat geografis lokasi: dilakukan dengan seperangkat peralatan survey lapangan (GPS, kompas, peta-peta). Penarikan Sampel Untuk mendapatkan berbagai data yang dibutuhkan pada lokasi penelitian, dilakukan penarikan sampel dengan metode stratified cluster sampling (Gambar 3). Pada metode penarikan sampel ini, dilakukan pengelompokkan terhadap unit-unit elementer dalam kelompok kecil yang masih heterogen seperti halnya populasi itu sendiri (Nazir 2003). Penarikan sampel terdiri dari dua tahap, yaitu: tahap pertama untuk menentukan primary sampling unit (psu); dan tahap kedua untuk menentukan secondary sampling unit (ssu).

3 49 Pada tahap pertama, penarikan sampel adalah berupa pemilihan sampel desa yang akan dijadikan sebagai primary sampling unit (psu). Penarikan sampel didasarkan pada hasil stratifikasi yang dilakukan pada tahap awal, dengan sampling fraction sebesar 25%. Pada tahap kedua, penarikan sampel dilakukan terhadap unit elementer yang ada pada psu. Untuk menarik sampel dari total unit elementer pada psu, diperlukan list nama kepala keluarga yang ada pada masing-masing desa terpilih. Seluruh kepala keluarga yang pada desa sampel terpilih merupakan calon responden yang akan memberikan informasi. Dengan mempertimbangkan keterbatasan biaya, waktu, dan standar analisis statistika, jumlah responden yang dipilih pada sampling tahap kedua ini adalah sebanyak 30 kepala keluarga. Informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan responden terpilih, diharapkan sudah dapat mewakili kondisi keluarga yang ada pada desa terpilih. TNGHS Populasi finit Desa strata i D 1 D 2 D 3 D 4 D 5. D j Sampel tahap pertama D 3 D 5 P 1 P 2 P 3. P m P 1 P 2 P 3. P n Sampel tahap kedua P 1 P 3 P 2 P 3 Responden Gambar 3 Tahapan penarikan sampel.

4 50 Pada tahap awal penarikan sampel, seluruh desa yang ada di dalam dan di sekitar kawasan TNGHS dikelompokkan menjadi beberapa strata (Tabel 1). Stratifikasi ini, didasarkan pada: 1. Laju penurunan luas hutan alam: a. Desa dengan laju penurunan rata-rata sebesar %/tahun b. Desa dengan laju penurunan rata-rata sebesar %/tahun c. Desa dengan laju penurunan rata-rata sebesar %/tahun d. Desa dengan laju penurunan rata-rata sebesar %/tahun 2. Sosial kultural masyarakat: a. Desa tradisional b. Desa non-tradisional 3. Status desa: a. Desa enclave b. Desa non-enclave No strata Tabel 1 Kombinasi kriteria untuk penentuan strata desa Laju penurunan luas hutan alam rata-rata (%/tahun) Sosial kultural masyarakat Status desa non-tradisional non-enclave non-tradisional enclave tradisional non-enclave tradisional enclave non-tradisional non-enclave non-tradisional enclave tradisional non-enclave tradisional enclave non-tradisional non-enclave non-tradisional enclave tradisional non-enclave tradisional enclave non-tradisional non-enclave non-tradisional enclave tradisional non-enclave tradisional enclave

5 51 Proses stratifikasi desa merupakan pengelompokkan desa berdasarkan kombinasi dari kriteria laju penurunan luas hutan alam, sosial kultural masyarakat, dan status desa. Setiap strata desa dianggap mewakili setiap tipologi desa yang ada di kawasan TNGHS. Sehingga diharapkan bahwa pengambilan sampel desa pada setiap strata desa, juga akan mewakili setiap tipologi desa. Pengelompokkan laju penurunan luas hutan alam pada setiap desa, didasarkan pada hasil studi Prasetyo dan Setiawan (2006). Laju penurunan luas hutan alam ini merupakan persentase penurunan luas hutan alam rata-rata per tahun dalam kurun waktu 15 tahun ( ) pada setiap wilayah desa. Pada penelitian ini, pengelompokkan laju penurunan luas hutan alam pada setiap desa tidak memperhitungkan luasan desa, dan adanya perbedaan laju penurunan pada setiap tahunnya. Sehingga terdapat kemungkinan bahwa desa-desa dengan luasan yang kecil mempunyai laju penurunan luas hutan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan desa-desa yang relatif lebih luas. Disamping itu, terdapat juga kemungkinan bahwa secara rata-rata keseluruhan selama periode tahun , laju penurunan luas hutan alam pada suatu desa lebih kecil jika dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Tetapi pada selang waktu tertentu, terjadi hal sebaliknya, dimana laju penurunan luas hutan alam pada desa tersebut adalah jauh lebih tinggi dibandingkan desa-desa lainnya. Pada desa-desa dengan laju penurunan luas hutan alam sebesar 0-2% per tahun, diperkirakan luas hutan alam yang berada pada wilayah desa-desa ini sudah berkurang sebanyak 0-30%. Pada desa-desa dengan laju penurunan luas hutan alam sebesar % per tahun, diperkirakan luas hutan alam pada wilayah desa-desa ini sudah berkurang sebanyak %. Pada desa-desa dengan laju penurunan luas hutan alam sebesar % per tahun, diperkirakan luas hutan alam yang berada pada wilayah desa ini sudah berkurang sebanyak %. Pada desa-desa dengan laju penurunan luas hutan alam sebesar % per tahun diperkirakan luas hutan alam yang berada pada wilayah desa ini sudah berkurang lebih dari 90%. Berdasarkan sosial kultural masyarakat, desa-desa yang ada di dalam dan di sekitar kawasan TNGHS dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pengaruh masyarakat tradisional. Desa-desa dimana masih terdapat pengaruh kuat tetua

6 52 adat dan penerapan aturan-aturan masyarakat tradisional, dikelompokkan pada desa tradisional. Sebaliknya, jika pada suatu desa tidak ada lagi pengaruh tetua adat dan penerapan aturan-aturan masyarakat tradisional, maka desa tersebut dikelompokkan pada desa non-tradisional. Pengelompokkan desa berdasarkan status desa yang dimaksudkan pada penelitian ini, didasarkan pada letak wilayah desa dari sudut pandang pengelola TNGHS. Suatu desa disebut desa enclave jika sebagian atau seluruh wilayah desa tersebut berada di dalam kawasan enclave. Sebaliknya, jika tidak terdapat wilayah desa yang berada di dalam kawasan enclave, maka desa tersebut dikelompokkan pada desa non-enclave. Perhitungan terhadap jumlah sampel, dan beberapa nilai pendugaan sampel yang diambil dari populasi awal dihitung berdasarkan rumus-rumus berikut ini: 1. Jumlah sampel tahap pertama: m = f 1 x M m : besarnya sampel f 1 : sampling fraction tahap pertama M : jumlah psu 2. Jumlah sampel tahap kedua: n i = f 2 x N i n i : jumlah unit elementer yang dipilih dari psu ke-i f 2 : sampling fraction tahap kedua N i : jumlah unit elementer dari psu ke-i 3. Jumlah nilai observasi dari ssu dalam psu ke-i : n = i X i X ij j= 1 X i : jumlah harga observasi pada psu ke-i X ij : nilai observasi ssu ke-i dalam psu ke-j

7 53 4. Total harga observasi dari semua ssu: X = m X i i= 1 X : total harga observasi dari semua ssu Xi : jumlah harga observasi pada psu ke-i 5. Rata-rata nilai observasi per psu terpilih dalam sampel: X X = m X : rata-rata nilai observasi per psu yang terpilih dalam sampel X : total harga observasi dari semua ssu m : jumlah psu terpilih 6. Rata-rata nilai observasi per ssu dalam subsampel dari psu ke-i: X i X i = n i X i : rata-rata observasi per ssu dalam subsampel dari psu ke-i X i : jumlah harga observasi pada ssu dari psu ke-i n i : jumlah ssu terpilih dalam psu ke-i 7. Rata-rata nilai observasi per ssu dalam subsampel: X X = n X : rata-rata nilai observasi per ssu dalam subsampel X : total nilai observasi dari semua ssu dalam sampling tahap kedua n : jumlah semua ssu 8. Pendugaan total nilai observasi dari seluruh populasi: 1 X t = X f X t : pendugaan nilai total observasi dalam populasi X : total nilai observasi dari semua ssu f : sampling fraction akhir (= f 1 x f 2 )

8 54 9. Pendugaan total unit elementer dalam seluruh populasi: 1 Y t = f Y Y t : pendugaan total unit elementer dalam populasi Y : jumlah unit elementer dalam sampel f : sampling fraction akhir (= f 1 x f 2 ) 10. Pendugaan rata-rata observasi per unit elementer dari seluruh populasi: X G = Y G : pendugaan rata-rata nilai observasi per unit elementer dari seluruh populasi X : total nilai observasi dari semua ssu Y : jumlah unit elementer dalam sampel Pengolahan dan Analisis Data Metode-metode yang digunakan adalah analisis spasial, analisis deskriptif, analisis regresi linier berganda, analisis tekanan penduduk, analisis harga barang substitusi dan harga pasar, dengan proses sebagai berikut: 1. Analisis spasial: (a) perubahan penggunaan dan penutupan lahan multi waktu; (b) tampilan/layout peta; dan (c) pemasukan data koordinat geografis lokasi penelitian. 2. Analisis tabulasi dan deskriptif: berupa tabel dan gambar dari data-data hasil ground survey sosial ekonomi, untuk menentukan peubah-peubah sosial ekonomi kunci/dominan. 3. Analisis regresi linier berganda: untuk menduga besarnya pengaruh peubah-peubah sosial ekonomi kunci/dominan terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan. 4. Analisis tekanan penduduk: (a) kebutuhan lahan untuk hidup layak; (b) besarnya tekanan penduduk. 5. Analisis harga barang pengganti dan harga pasar: untuk menduga nilai manfaat langsung.

9 55 Analisis Spasial Analisis spasial terhadap data landsat lokasi penelitian mengacu pada hasil studi yang dilaksanakan oleh Prasetyo dan Setiawan (2006). Studi dilaksanakan dengan membandingkan data landsat multi waktu, dari tahun Tahapan pengolahan dan analisis data landsat yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4. Analisis komparasi multi waktu data landsat dilakukan dengan menggunakan metode preclassification dan postclassification. Pada proses preclassification, dilakukan perbandingan nilai dijital pada setiap data landsat secara langsung, dimana seluruh data landsat dinormalkan terlebih dahulu terhadap landsat yang dijadikan acuan. Sedangkan pada proses postclassification, dilakukan perbandingan terhadap data landsat multiwaktu setelah data landsat diklasifikasikan secara individual. Klasifikasi penggunaan/penutupan lahan dilakukan secara terbimbing dengan menggunakan metode kemiripan maksimum (maximum likelihood classification). Landsat tahun Landsat tahun Normalized (corrected) Pre-processing: 1. Geometric correction 2. Normalize/Radiometric (relative radiometric normalization) 3. Topografic correction 4. Subset to boundary Select training area Pre-Processing Processing Accuracy assessement Supervised Classification (Maximum Likelihood Method) Ground Check Peta Penggunaan Lahan/ Penutupan Lahan Gambar 4 Diagram alir pengolahan data Landsat (Prasetyo & Setiawan 2006).

10 56 Koreksi geometri merupakan proses memproyeksikan data peta ke dalam suatu sistem proyeksi peta tertentu. Dalam proses proyeksi ini, digunakan sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator). Untuk menghasilkan tingkat akurasi yang baik, maka geometric co-registration dilakukan dengan RMSE (root mean square error) sebesar pixel atau hampir 1 pixel. Citra landsat yang menjadi acuan adalah citra landsat tahun 2003 atau 2001 yang telah dikoreksi terlebih dahulu ke proyeksi UTM. Penentuan data landsat yang akan dijadikan sebagai acuan didasarkan pada kondisi tutupan awan yang paling sedikit. Metode normalized radiometric yang digunakan adalah metode pseudoinvariant feature (PIF), yaitu dengan membandingkan objek-objek yang tidak mengalami perubahan dari satu data image dengan data image lainnya. Hal ini dapat dilihat pada objek-objek yang tidak tergantung pada musim dan siklus biologi. Perbedaan kecerahan (brightness) dari objek invarian tersebut diasumsikan sebagai fungsi linier. Untuk mengurangi kesalahan akibat efek topografi (topographic effect), maka dilakukan koreksi dengan menggunakan data surface zenit angle (slope), surface azimut angle (aspect), solar zenit angle, dan solar azimut angle. Koreksi topografi dilakukan dengan menggunakan persamaan Non-Lambertian Model (Minnaert function), dimaksudkan untuk mengurangi efek bayangan dengan menurunkan nilai dijital data landsat. Koreksi topografi ini cukup efektif untuk menghilangkan efek topografi. Tetapi untuk daerah dengan kemiringan yang sangat curam (> 40%), koreksi topografi akan menimbulkan nilai-nilai dijital yang berlebihan. Sehingga diperlukan keahlian dari seorang peneliti untuk melakukan koreksi lanjutan dengan menggunakan citra yang lebih tinggi resolusinya. Klasifikasi tipe penggunaan/penutupan lahan dibagi menjadi beberapa kelas yaitu: 1) Hutan alam; 2) Hutan tanaman; 3) Kebun campuran; 4) Kebun teh; 5) Kebun karet; 6) Semak belukar; 7) Rumput; 8) Sawah/lahan basah; 9) Ladang/lahan kering (upland); 10) Lahan terbuka (bareland); 11) Lahan terbangun/pemukiman; 12) Badan air; dan 13) Awan (no data). Untuk mendapatkan hasil klasifikasi yang baik, dilakukan pengujian akurasi (accuracy assessment) terhadap hasil klasifikasi berdasarkan data hasil groundcheck. Hasil klasifikasi diharapkan memiliki nilai akurasi lebih dari 80%.

11 57 Analisis Tabulasi dan Deskriptif Data-data sosial ekonomi yang didapatkan dari hasil survey lapangan dan wawancara dianalisis secara tabulasi dan deskriptif. Tampilan data berupa tabel dan gambar, yang menunjukkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di lokasi penelitian. 1. Kependudukan a. Laju pertumbuhan penduduk Dihitung dengan menggunakan persamaan Geometrik (Rusli 1995): P t = P 0 (1 + r) t P t : jumlah penduduk pada akhir periode waktu t P 0 : jumlah penduduk pada awal periode waktu t r : laju pertumbuhan penduduk t : jangka waktu taksiran b. Kepadatan penduduk Merupakan perbandingan antara jumlah warga desa terhadap luasan wilayah desa pada lokasi sampel penelitian. 2. Kegiatan ekonomi a. Mata pencaharian pokok Merupakan pekerjaan utama bagi kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. b. Mata pencaharian sampingan Identifikasi dilakukan terhadap pekerjaan-pekerjaan lain anggota keluarga selain dari pekerjaan utama. 3. Hubungan masyarakat dengan hutan a. Aksesibilitas terhadap sumber daya alam Merupakan gambaran terhadap kesempatan masyarakat di sekitar hutan untuk melakukan pemanfaatan sumber daya hutan. b. Pemanfaatan sumber daya hutan Berbagai kebutuhan pokok masyarakat di sekitar hutan, dipenuhi dengan memanfaatkan sumber daya hutan. Kebutuhan tersebut antara lain berupa kayu bangunan, kayu bakar, bahan makanan, dan pakan ternak. Termasuk juga adanya kegiatan perluasan areal pertanian dan pemukiman.

12 58 c. Adat istiadat Merupakan kebiasaan masyarakat yang sudah diterapkan dalam kehidupan mereka secara turun temurun. 4. Taraf Hidup a. Pendapatan Pendapatan masyarakat diperoleh dari lahan pertanian, lahan hutan, peternakan rakyat, gaji pegawai, dan upah yang diterima oleh masyarakat yang bekerja di luar sawah, kebun, dan lahan tumpangsari. b. Pengeluaran rumah tangga Bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga dapat dihitung secara sederhana berdasarkan kebutuhan hidup primer. c. Kepemilikan lahan Identifikasi terhadap perubahan luas kepemilikan lahan setiap kepala keluarga yang berada pada desa sampel penelitian. d. Kesempatan kerja Menggambarkan bentuk-bentuk lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja bagi setiap anggota masyarakat yang berada di lokasi penelitian. e. Tingkat pendidikan dan pengetahuan lokal Meliputi pendidikan formal dan non-formal yang didapatkan oleh setiap anggota masyarakat yang berada di lokasi penelitian. f. Persamaan jender Pembagian hak dan kewajiban antara lelaki dan perempuan pada berbagai bidang, antara lain: pekerjaan, pendidikan, dan status sosial. g. Keadaan rumah Rumah merupakan salah satu ukuran kemampuan ekonomi seseorang, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan taraf hidup pemiliknya. h. Sarana dan prasarana Kondisi umum sarana dan prasarana yang ada pada lokasi penelitian, meliputi: sarana transportasi, pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. i. Pemerataan Diukur dengan menggunakan data-data: pendapatan, kepemilikan lahan pertanian, kelas-kelas rumah, dan lapangan pekerjaan.

13 59 Analisis Regresi Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS dengan metode stepwise regression, untuk melihat hubungan antara peubah-peubah sosial ekonomi kunci/dominan (peubah bebas) terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan (peubah tak bebas) pada setiap strata desa. Analisis regresi yang dilakukan adalah analisis regresi linier berganda, dengan model persamaan sebagai berikut: Y i = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 3i β i X 3i + ε i Y i : perubahan penggunaan dan penutupan lahan pada desa strata i β 0 : intersep ε i : sisaan β 1, β 2,, β i : kemiringan/gradien X 1i, X 2i,, X ji : peubah sosial ekonomi kunci/dominan Beberapa asumsi yang mendasari model tersebut adalah: i) ε i menyebar saling bebas mengikuti sebaran normal (0,σ 2 ); ii) ε i memiliki ragam homogen; iii) tidak adanya hubungan antar peubah X (E(X i,x j )=0, untuk semua i j); iv) ε i bebas terhadap peubah X. Untuk menguji pengaruh peubah bebas terhadap peubah tak bebas secara simultan, diuji dengan menggunakan uji F (analisis ragam). Untuk melihat pengaruh peubah bebas secara parsial, diuji dengan menggunakan uji t-student. Untuk melihat keterandalan model, dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi (R 2 ). a. Analisis Ragam (Uji F) Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh peubah bebas secara bersama-sama terhadap peubah tak bebas. Komponen ragam dari regresi linier berganda tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Struktur analisis ragam dari regresi linier berganda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah (KT) F-hitung Keragaman Bebas (JK) Regresi p JKR KTR = JKR/p KTR/KTG Galat n-p-1 JKG KTG = JKG/(n-p-1) Total n-1 JKT S 2 y = JKT/(n-1)

14 60 Bentuk hipotesis yang diuji dari analisis ragam di atas adalah: H 0 : β i = β i = β i = 0 H 1 : ada i dimana β i 0 Hipotesis nol ditolak jika nilai F-hitung > F α(p, (n-p-1)), atau jika peluang nyata lebih kecil dari nilai taraf nyata (α) yang ditetapkan. Jika hipotesis nol ditolak berarti dari p peubah bebas yang dilibatkan dalam model regresi linier berganda tersebut diharapkan terdapat paling sedikit terdapat satu peubah bebas yang berpengaruh langsung terhadap peubah tak bebas. b. Uji t-student Pengujian ini akan berguna jika pada pengujian analisis ragam diperoleh kesimpulan bahwa terdapat paling sedikit satu peubah bebas yang berpengaruh terhadap peubah tak bebas. Uji t-student ini bermanfaat untuk menunjukkan peubah bebas mana yang berpengaruh terhadap peubah tak bebas. Bentuk hipotesis parsial yang digunakan adalah sebagai berikut ini: H 0 : β i = k H 1 : β i k Statistik ujinya dapat dirumuskan sebagai berikut: ˆ β i k thitung = 2 S ˆ β Hipotesis nol akan ditolak bila nilai t hitung > t tabel (α/2, (n-p-1)), atau jika peluang nyata lebih kecil dari nilai taraf nyata (α) yang ditetapkan. c. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi menunjukkan kemampuan model yang dihasilkan dalam menerangkan keragaman nilai peubah tak bebas (Y). Semakin besar nilai R 2, berarti model semakin mampu menerangkan prilaku peubah Y. Besaran nilai koeifisien determinasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut ini: R 2 = JKR / JKT R 2 : koefisien determinasi JKR : jumlah kuadrat regresi JKT : jumlah kuadrat total

15 61 Analisis Tekanan Penduduk Menurut Soemarwoto (1992), tekanan penduduk didefinisikan sebagai gaya yang mendorong penduduk desa untuk memperluas lahan garapannya atau untuk bermigrasi guna mencari sumber pendapatan baru. Secara matematis, tekanan penduduk dapat dihitung berdasarkan rumus berikut ini (Soemarwoto 1992): TP = z ( 1 α ) f t ( 1 + r) P0 β L TP = tekanan penduduk; z = luas lahan yang diperlukan untuk mendukung kehidupan pada tingkat hidup yang dianggap layak (ha/orang); z = f (H, C, S, T, M) H = tingkat hidup yang dianggap layak; C = iklim; S = tanah; T = teknologi; M = nilai pasar hasil; α = proporsi pendapatan dari pekerjaan nir-pertanian; 0 α <1; f = fraksi penduduk yang menjadi petani; 0 < f 1; P 0 = jumlah penduduk pada waktu t 0 (orang) r = laju pertumbuhan penduduk (%/tahun); t = waktu perhitungan (tahun); β = proporsi manfaat yang dinikmati oleh penduduk dari usahanya; 0 < β 1; L = luas lahan pertanian (ha). Nilai α, f, β, didapatkan dari pengamatan, wawancara dengan masyarakat, dan catatan dari desa atau kecamatan. Tekanan penduduk yang diukur pada penelitian ini, merupakan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian. Semakin besar nilai tekanan penduduk pada suatu desa, maka akan semakin luas pula lahan pertanian yang dibutuhkan oleh penduduk desa. Dengan keterbatasan lahan pertanian di desa, maka akan terdapat kemungkinan bahwa akan terjadi perluasan lahan pertanian dengan memanfaatkan kawasan hutan yang ada di sekitar desa. Sebagai alternatif dari tingginya tekanan penduduk, maka dibutuhkan lapangan pekerjaan baru di luar sektor pertanian, adanya perpindahan penduduk ke lokasi pemukiman yang baru, dan adanya usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk desa.

16 62 Analisis Harga Barang Pengganti dan Harga Pasar Untuk menduga besarnya nilai manfaat langsung kawasan TNGHS, dibutuhkan informasi yang meliputi: jumlah pengambil, frekuensi pengambilan, produksi rata-rata per pengambilan, harga jual, dan besarnya biaya pemanfaatan. Pada penentuan harga jual, untuk barang yang bukan barang produktif atau yang tidak diperjualbelikan, digunakan harga barang penggantinya. Sedangkan untuk barang-barang produktif, digunakan harga pasar dari barang tersebut pada tingkat produsen. Besarnya nilai manfaat langsung kawasan TNGHS pada lokasi sampel diduga dengan menggunakan persamaan matematis sebagai berikut: NML = [(P x H) B] Rp/tahun NML = nilai manfaat langsung (Rp/tahun); P = jumlah produksi per tahun (volume/tahun); P = jp x f x jd jp = jumlah pengambil (orang); f = frekuensi pengambilan (kali/tahun); jd = produksi rata-rata per pengambilan (volume); H = harga jual (Rp); B = biaya pemanfaatan (Rp). Besarnya nilai manfaat langsung untuk seluruh wilayah kawasan TNGHS diduga dengan menggunakan persamaan matematis sebagai berikut: = 1 f f Y 1 Y t 2 Y t Rp/tahun = total nilai manfaat langsung kawasan TNGHS (Rp/tahun); Y = nilai manfaat langsung pada lokasi sampel (Rp/tahun); f 1 = persentase jumlah desa sampel terhadap jumlah seluruh desa (%); f 2 = persentase jumlah responden terhadap jumlah KK di desa sampel (%).

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai September 2011 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan September 2012 yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Resort Pugung Tampak pada bulan Januari September 2012. Resort Pugung Tampak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Desember 2009. Penelitian ini terbagi atas pengambilan dan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Manfaat Penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi untuk menentukan langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan kawasan dalam hal pemanfaatan bagi masyarakat sekitar. METODE Lokasi dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai bulan November 2009. Lokasi penelitian adalah wilayah administrasi Kota Jakarta Timur.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor untuk menganalisis sifat fisik tanah. Pengukuran lapang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis data Landsat 7 untuk estimasi umur tanaman kelapa sawit mengambil daerah studi kasus di areal perkebunan PTPN VIII

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Krui (Kecamatan Pesisir Utara, Pesisir tengah, dan Pesisir Selatan) Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung. Analisis

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan Pengertian masyarakat adat berdasarkan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun)

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di kawasan perkotaan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2008. Gambar 3. Citra IKONOS Wilayah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di KPH Kebonharjo Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah. Meliputi Bagian Hutan (BH) Tuder dan Balo, pada Kelas Perusahaan Jati.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014. 33 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014. Adapun penelitian dilaksanakan di pesisir Kabupaten Lampung Timur. Berikut ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di DAS Citarum Hulu Jawa Barat dengan luasan sebesar + 230.802 ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banyumas Barat (Bagian Hutan Dayeuluhur, Majenang dan Lumbir). Penelitian ini dilakukan dengan mengolah dan menganalisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2012. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sebaran agroforestri yaitu di Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Bahorok,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 3.1 Data BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1. Citra Landsat-5 TM, path 122 row 065, wilayah Jawa Barat yang direkam pada 2 Juli 2005 (sumber: LAPAN). Band yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan BAB II LANDASAN TEORI 21 Konsep Dasar Analisis Regresi Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan wisata ini meliputi wisata outbound (yang berada di Lembah Pertiwi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat, tepatnya di Resort Batang Suliti, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1.Data Data adalah suatu bahan mentah yang jka diolah dengan baik melalui berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi. 2.1.1.Menurut sifatnya Menurut sifatnya, data

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gap Filling Citra Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi garisgaris yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami SLCoff, sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di kawasan agropolitan Cendawasari, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Kegiatan analisis data dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai Januari 2010 yang berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Analisis data dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari hingga April 2010. Lokasi penelitian adalah areal perkebunan inti dan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS REGRESI

BAB IX ANALISIS REGRESI BAB IX ANALISIS REGRESI 1. Model Analisis Regresi-Linear Analisis regresi-linear adalah metode statistic yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit Latar Belakang Meningkatnya pembangunan di Cisarua, Bogor seringkali menimbulkan dampak tidak baik terhadap lingkungan. Salah satu contohnya adalah pembangunan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai Ciliwung.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru terletak pada 101 0 18 sampai 101 0 36 Bujur Timur serta 0 0 25 sampai 0 0 45 Lintang Utara.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2. III. METODE PENELITAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelititan Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni di lokasi pengamatan lapang yaitu di wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang berlokasi di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Metode Analisis Data 2.1.1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis regresi multilevel, model regresi dua level, model regresi tiga

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun

Lebih terperinci

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA 1 ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : EDRA SEPTIAN S 121201046 MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian kebakaran wilayah di Indonesia sudah menjadi peristiwa tahunan, khususnya di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2013 kebakaran di Pulau Sumatera semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002) BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Distribusi dan Kecukupan Luasan Hutan Kota sebagai Rosot Karbondioksida dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Secara umum metodologi penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini : Start Data sosial, ekonomi dan jarak Pemodelan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara

III. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2009. Lokasi penelitian yaitu di Wilayah Pengembangan (WP) Bojonagara, Kota Bandung. Gambar 3.1

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data Citra, Data Pendukung dan Alat

METODE PENELITIAN. Data Citra, Data Pendukung dan Alat 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengumpulan dan pengolahan awal data citra dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Februari 2004. Pengambilan data lapangan pada bulan Maret 2004. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. 3.2 Alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Data Data merupakan kumpulan keterangan atau fakta yang diperoleh dari satu populasi atau lebih. Data yang baik, benar dan sesuai dengan model menentukan kualitas kebijakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian pengaruh periode hari bulan terhadap hasil tangkapan dan tingkat pendapatan nelayan bagan tancap dilakukan selama delapan bulan dari bulan Mei 2009 hingga Desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada pasar tradisional yang dikelola oleh UPT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada pasar tradisional yang dikelola oleh UPT BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan pada pasar tradisional yang dikelola oleh UPT Dinas Pengelola Pasar Kota Bandar Lampung, yaitu: pasar UPT Pasar Panjang, UPT Pasar Kangkung,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta administrasi Kota Sintang

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta administrasi Kota Sintang 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sintang Kalimantan Barat, terletak kurang lebih 395 km dari K ota Pontianak Ibu Kota Propinsi Kalimantan Barat. Meliputi

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Nopember 2010. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya, Provinsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Laju dan Pola Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Tangerang 5.1.1. Laju Konversi Lahan di Kabupaten Tangerang Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang dikelompokkan menjadi

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan laporan kembali dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2009. Pengamatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan inventarisasi sumberdaya hutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam perencanaan hutan. Inventarisasi hutan diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. regresi adalah sebuah teknik statistik untuk membuat model dan menyelediki

BAB 2 LANDASAN TEORI. regresi adalah sebuah teknik statistik untuk membuat model dan menyelediki BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan, dan hal tersebut biasanya diselidiki sifat hubungannya.

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan 10 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelititan Kegiatan penelitian ini dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Pengolahan citra digital dan analisis data statistik dilakukan di Bagian Perencanaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Tahun 2009 Peta penutupan lahan dihasilkan melalui metode Maximum Likelihood dari klasifikasi terbimbing yang dilakukan dengan arahan (supervised) (Gambar 14).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 17 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penggunaan lahan masa lalu dan penggunaan lahan masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek yang saling berhubungan antara lain peningkatan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Perubahan nilai suatu variabel dapat disebabkan karena adanya perubahan pada variabel - variabel lain yang mempengaruhinya. Misalnya pada kinerja

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci