BAPPEDA PROVINSI BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAPPEDA PROVINSI BANTEN"

Transkripsi

1 Rancangan Akhir Rencana Kerja (Renja) TA Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat Rahmat Nya, Alhamdulillah Rancangan Akhir Rencana Kerja SKPD (RENJA SKPD) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 dapat tersusun sesuai jadwal yang ditetapkan dengan mengacu pada visi Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten yaitu TERWUJUDNYA SISTEM JARINGAN JALAN YANG ANDAL DAN TERPADU BERBASIS PENATAAN RUANG YANG BERKELANJUTAN. Rancangan Akhir Rencana Kerja (Renja) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten tahun dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016 yang dilaksanakan dalam periode tahunan. Oleh karena itu, keselarasan dan sinergitas substansi serta target pembangunan antara ketiga dokumen tersebut harus berartikulasi dan saling mendukung. Semoga dokumen Rancangan Akhir Rencana Kerja SKPD (RENJA SKPD) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 ini dapat mengendalikan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Serang, Juni 2015 KEPALA DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG PROVINSI BANTEN Ir. WIDODO HADI, SP NIP i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii iii BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I Landasan Hukum I Maksud dan Tujuan I Sistematika Penulisan I 4 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten II Analisa Kinerja Pelayanan SKPD II Isu Isu Penyelenggaraan Tugas Dan Fungsi II Review Terhadap Rancangan RKPD II Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan dari Kabupaten/Kota II 28 TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional III Tujuan dan Sasaran Renja SKPD III Program dan Kegiatan III 4 PENUTUP 4.1. Kaidah Pelaksanaan IV 1 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pengukuran Kinerja TA II 2 Tabel 2.2 Realisasi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Tahun Anggaran II 12 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Provinsi Banten... II 15 Tabel 2.4 Pertumbuhan Kendaraan di Provinsi Banten... II 16 Tabel 2.5 Kondisi Dimensi Jalan Provinsi Tahun II 17 Tabel 2.6 Kondisi Perkerasan Jalan Provinsi Tahun II 18 Tabel 2.7 Daftar Jalan Provinsi yang terjadi pelanggaran batas MST... II 20 Tabel 2.8 Review Rancangan RKPD Tahun II 29 Tabel 2.9 Usulan Program dan Kegiatan Kabupaten/ Kota... II 35 Tabel 3.1 Tujuan dan Sasaran Tahun 2016 Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten... III 3 Tabel 3.2 Program dan Kegiatan Tahun 2016 Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten... III 5 Tabel 3.3 Usulan Pagu Rencana Program dan Kegiatan Tahun 2016 Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten... III 9 Tabel 3.4 Rencana Program dan Kegiatan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun Anggaran III 12 iii

5 iv

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Penetapan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta perangkat peraturan perundangan penjabarannya, merupakan pedoman pelaksanaan perencanaan pembangunan yang lebih terintegrasi, sinkron dan sinergis baik antar daerah, antar ruang, antar waktu maupun antar fungsi pemerintahan daerah. Terkait dengan kewajiban Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten sebagai salah satu perangkat daerah (SKPD) yaitu untuk menyusun rencana kerja sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembangunan di daerah, baik untuk jangka menengah (lima tahunan) maupun jangka pendek (tahunan). Sejalan dengan amanat undang undang dimaksud diatas, maka kewajiban Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) sebagai acuan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun kedepan sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya serta sebagai bentuk implementasi pelaksanaan amanat UU No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 23 Tahun Penyusunan Rancangan Awal Renja Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 ini merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan menjadi dokumen Renja Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 yang definitif. Penyusunan Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 adalah perencanaan jangka pendek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang sebagai penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten tahun dengan berpedoman kepada Rancangan Awal RKPD Provinsi Banten Tahun 2016 yang merupakan penjabaran perencanaan jangka menengah (RPJMD Tahun ) sebagai bagian dari perencanaan jangka panjang yang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD Tahun ) dan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Banten Tahun Hal ini dapat digambarkan dalam bagan 1.1. Hubungan Sinkronisasi Perencanaan & Penganggaran Pusat Dan Daerah Dalam Kesatuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan demikian, maka pada dasarnya perencanaan jangka pendek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang merupakan rencana kegiatan pemerintah daerah dalam urusan Pekerjaan Umum (Bidang Bina Marga) dan urusan Penataan Ruang untuk waktu 1 (satu) tahun yang selanjutnya disebut Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 I 1

7 1.2. LANDASAN HUKUM Rancangan awal Rencana Kerja (Renja) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 disusun berlandaskan pada peraturan perundangundangan sebagai berikut: 1. Undang undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 5. Undang undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 7. Undang undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung; 13. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 14. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ; Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 I 2

8 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 16. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 631/KPTS/M/2009, tentang Penetapan Ruas Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional; 17. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 567/KPTS/M/2010, tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional; 18. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, Nomor 248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya sebagai Jalan Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor 1 (JKP 1) 19. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2007 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 4); 20. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 26); 21. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 32); 22. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 41). 23. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Banten; 24. Peraturan Gubernur Banten No. 12 Tahun 2012 Tanggal 23 Agustus 2012 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah Provinsi Banten; 25. Peraturan Gubernur Banten No. 14 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah; 26. Keputusan Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Nomor. 600/SK.129/DBT/2012, Tanggal 11 September 2012 tentang Rencana Strategis (Renstra) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Penyusunan Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 dimaksudkan untuk memberikan pedoman, arahan dan acuan bagi Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten beserta jajarannya dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dalam Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 I 3

9 urusan Bina Marga dan urusan Penataan Ruang di Provinsi Banten pada tahun 2016 yang dilaksanakan secara terpadu, sinergis dan berkesinambungan Tujuan Dengan demikian penyusunan Penyusunan Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 ditujukan untuk : 1. Menetapkan prioritas pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan serta prioritas Pembangunan Bidang Penataan Ruang yang mendesak untuk dilaksanakan pada tahun 2016; 2. Menetapkan rencana kerja yang dijabarkan dalam program dan kegiatan prioritas disertai dengan indikasi pagu anggarannya yang akan dilaksanakan pada tahun Mengacu pada maksud dan tujuan tersebut, maka Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 mempunyai fungsi pokok sebagai berikut: 1. Menjadi acuan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten beserta jajarannya dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dalam urusan Pekerjaan Umum (bidang Bina Marga) dan urusan Penataan Ruang di Provinsi Banten pada tahun 2016; 2. Menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun Anggaran 2016; 3. Menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perubahan Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA P) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun Anggaran 2016; 4. Sebagai acuan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan Pemerintah Provinsi Banten Tahun Anggaran SISTEMATIKA PENULISAN Rencana Kerja (Renja) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan. Landasan hukum, serta sistematika penyajian. BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU Bab ini memuat kajian (review) terhadap hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu (tahun n 2) dan perkiraan capaian tahun berjalan (tahun n 1), mengacu pada APBD tahun berjalan yang seharusnya pada waktu penyusunan Renja SKPD sudah disahkan. Selanjutnya dikaitkan dengan pencapaian target Renstra SKPD berdasarkan realisasi program dan kegiatan pelaksanaan Renja SKPD tahun tahun sebelumnya. Review hasil evaluasi evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu, dan realisasi Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 I 4

10 BAB III BAB IV Renstra SKPD mengacu pada hasil laporan kinerja tahunan SKPD dan/atau realisasi APBD untuk SKPD yang bersangkutan, Berisikan kajian terhadap capaian kinerja pelayanan SKPD berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditentukan dalam SPM, maupun terhadap IKK sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, Isu isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD, Review terhadap Rancangan Awal RKPD, Dalam bagian ini diuraikan hasil kajian terhadap program/kegiatan yang diusulkan para pemangku kepentingan, baik dari kelompok masyarakat terkait langsung dengan pelayanan provinsi, LSM, asosiasi asosiasi, perguruan tinggi maupun dari SKPD kabupaten/kota yang langsung ditujukan kepada SKPD Provinsi maupun berdasarkan hasil pengumpulan informasi SKPD provinsi dari penelitian lapangan dan pengamatan pelaksanaan musrenbang kabupaten/kota. TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Bab ini menguraikan tentang Telaahan terhadap kebijakan nasional dan sebagaimana dimaksud, yaitu penelaahan yang menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional dan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi SKPD, Perumusan tujuan dan sasaran didasarkan atas rumusan isu isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD yang dikaitkan dengan sasaran target kinerja Renstra SKPD, Program dan Kegiatan. PENUTUP Berisikan uraian penutup, berupa: a. Catatan penting yang perlu mendapat perhatian, baik dalam rangka pelaksanaannya maupun seandainya ketersediaan anggaran tidak sesuai dengan kebutuhan. b. Kaidah kaidah pelaksanaan. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 I 5

11 Bagan 1.1. Hubungan Sinkronisasi Perencanaan & Penganggaran Pusat Dan Daerah Dalam Kesatuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 I 6

12 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU Rencana Kerja (Renja) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Tahun 2016 ini merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten tahun dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016 yang dilaksanakan dalam periode tahunan. Oleh karena itu, keselarasan dan sinergitas substansi serta target pembangunan antara ketiga dokumen tersebut harus berartikulasi dan saling mendukung. Untuk menjaga keselarasan dan sinergitas tersebut, maka targettarget pencapaian pembangunan yang ditetapkan dalam Rencana Kerja (Renja) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016 merupakan target yang telah diskenariokan dalam rangka mencapai target target pembangunan dalam jangka menengah. Kegiatan evaluasi kinerja pada dasarnya dapat dipandang dari dua fungsi utamanya yakni: (1) bagi keperluan eksternal pemerintah, menjadikan evaluasi sebagai sarana pertanggungjawaban pemerintah atas capaian kinerja yang berhasil diperoleh selama ini. Esensi capaian kinerja tersebut merujuk kepada sampai sejauh mana visi, misi, tujuan dan sasaran strategis telah dicapai. (2) bagi keperluan internal pemerintah, menjadikan evaluasi sebagai sarana monitoring pencapaian kinerja oleh manajemen pemerintah bagi upaya upaya perbaikan kinerja di masa datang. Untuk setiap celah kinerja yang ditemukan, manajemen pemerintah dapat merumuskan strategi pemecahan masalahnya sehingga capaian kinerja pemerintah dapat ditingkatkan dimasa mendatang secara berkelanjutan. Dalam penyusunan dokumen Rencana Kerja (Renja) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2016, ukuran keberhasilan kinerja program dan kegiatan yang dilaksanakan melalui pendekatan / metodologi pengukuran sesuai Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG PROVINSI BANTEN Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan Capaian Kinerja Kegiatan Pada tahun 2014 Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten mempunyai 38 (tiga puluh delapan) kegiatan Belanja Langsung dan 1 (satu) kegiatan Belanja Tidak Langsung dan semuanya sudah direalisasikan. Berdasarkan pada Matriks Pengukuran Kinerja (PK) Tahun 2014 maka dapat diketahui bahwa Tingkat Pencapaian Target (Rencana Tingkat Capaian) dari Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten pada Tahun 2014 dilihat dari masing masing Indikator Kinerja Kegiatan atau realisasi fisik per kegiatan adalah 31.87%. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pencapaian target dari masingmasing kelompok kinerja kegiatan dapat dilihat dalam format Pengukuran Kinerja sebagaimana terlampir format 2.1. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 1

13 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH : DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG TAHUN ANGGARAN : 2014 FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan - Menyediakan infrastruktur jalan yang handal dan terintegrasi Prosentase jaringan jalan provinsi dalam kondisi 82,00% 1. Pembangunan Jalan Wilayah Utara 30,79 untuk mendukung pergerakan orang, barang dan jasa. - Pembangunan Jalan Wilayah Utara - Pelebaran Jalan Wilayah Utara - Rehabilitasi Berkala Jalan Provinsi - Normalisasi Bahu Jalan Prosentase panjang jembatan provinsi dalam kondisi mantap (%) 2. Pembangunan Jalan Wilayah Selatan 43,90 - Pembangunan Jalan Wilayah Selatan - Pelebaran Jalan Wilayah Selatan - Rehabilitasi Berkala Jalan - Normalisasi Bahu Jalan 90,00% 3. Pembangunan jembatan 29,42 - Pembangunan Jembatan - Pelebaran Jembatan - Peningkatan Jembatan 4. Pemeliharan Jalan dan Jembatan Provinsi Wilayah Utara 98,27 - Pemeliharaan Rutin Jalan - Clearing Area Pelebaran Jalan (Pembersihan dan Pembongkaran) - Pemeliharaan Rutin Jembatan 5. Pemeliharan Jalan dan Jembatan Provinsi Wilayah Selatan 99,97 - Pemeliharaan Jalan Provinsi - Pemeliharaan Jembatan Provinsi 6. Pembangunan Saluran Drainase dan Gorong-Gorong 58,47 - Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong 7. Pembangunan TPT,Talud dan Bronjong 81,32 - Pembangunan Turap/Talud/Bronjong Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 2

14 8. Pengadaan Lahan Kebinamargaan 23,62 - Pembebasan Lahan untuk Jalan - Penyusunan Data Pendukung Pengadaan Lahan 9. Perencanaan Pembangunan Jalan dan Jembatan 24,01 - Penyusunan DED Jalan - Penyusunan DED Persimpangan Sebidang - Penyusunan DED Jembatan - Penyusunan Simplified Design - Penyusunan DED Pada Daerah Longsoran - Penyusunan Perencanaan Pengadaan lahan - Analisa Harga Satuan Dasar Bidang Jalan dan Jembatan - Penilaian Uji Laik Fungsi Jalan Provinsi Banten di WKP I, WKP II dan WKP III. - Updating Kondisi Jalan dan Jembatan Provinsi Banten di WKP I, WKP II dan WKP III. 10. Pengawasan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur 12,68 - Pengawasan Pembangunan Jalan - Pengawasan Pembangunan Jembatan - Pengawasan Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong - Pengawasan Pembangunan TPT/Talud/Bronjong 11. Pengadaan alat-alat ukur kebinamargaan dan Pengujian Kualitas 67,84 - Pengujian Bahan Kualitas Bahan - Pemeliharaan Alat-alat Ukur Pengujian - Pengadaan Alat-alat Ukur Pengadaan Peralatan dan Bahan-Bahan Kebinamargaan Wilayah ,82 Utara - Pengadaan Peralatan dan Bahan Kebinamargaan Wilayah Utara - Pengadaan Vibrating Roller Kap. Min 3,7 Ton - Pengadaan Cold Miling Machine Pengadaan Asphalt Finisher Pengadaan Hydraulic Breaker Pengadaan Truck Craen Kap. 6Ton Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Bermotor Roda Tiga Pengadaan Rambu Lalu Lintas Pengadaan Cold Mix Pengadaan Aspal Bakar Pengadaan Aspal Emulsi Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 3

15 Pengadaan Peralatan dan Bahan-Bahan Kebinamargaan Wilayah ,34 Selatan - Pengadaan Vibrating Roller Kapasitas 8 Ton - Pengadaan Vibrating Roller Kapasitas 4 Ton - Pengadaan Genset Kapasitas 150 Kva Pengadaan Kawat Bronjong Pengadaan Mini Excavator Kapasitas min 4ton+extra Bucket Vibrating Roller Combine min 3.64ton Hydraulic Power Pack Compressor Jack Hammer Grass Cutter Pengadaan Alat-Alat Angkutan Darat Bermotor Roda Tiga dan UPR Chainsaw Box Culvert 2000x2000 Box Culvert 1000x Pembangunan Jalan Prioritas Tahun Jamak 15,05 Pembangunan Jalan Prioritas Tahun Jamak (Perda No.2 Tahun ) 15, Pendataan Leger Jalan 76,41 - Pendataan Leger Jalan Provinsi 16. Optimalisasi Pengelolaan Perijinan Bidang Bina Marga dan Tata 84,74 - Pengelolaan Perijinan Bidang Bina Marga Pada Tahun Pengendalian Pemanfaatan Tanah Bidang Bina Marga 17. Pemeliharaan Peralatan Kebinamargaan Wilayah Utara 72,97 Pemeliharaan Peralatan Kebinamargaan Wilayah Utara 18. Pemeliharaan Peralatan Kebinamargaan Wilayah Selatan 98,14 Pemeliharaan Peralatan Kebinamargaan Wilayah Selatan 2 Penataan Ruang Wilayah dan Kawasan Jumlah Rasio Rencana Kawasan Strategis yang 4,67% 19, Penataan dan Pemanfaatan Ruang 98,40 - Meningkatnya Perencanaan Ruang Kawasan Tersusun (%) Pemantapan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi - Bendungan Sindang Heula Kabupaten Serang - Meningkatnya kesesuaian pemanfaatan ruang dan kualitas pengendalian pemanfaatan ruan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Banten Waterfront City Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi PLTU Suralaya Cilegon Rapat Koordinasi RTR Kawasan Strategis Provinsi PLTU Suralaya Kota Cilegon dalam rangka penyusunan Raperda Rapat Koordinasi RTR Kawasan Strategis Provinsi Bendungan Sindang Heula Kabupaten Serang dalam rangka penyusunan RKA Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 4

16 20, Pengendalian Pemanfaatan Ruang 98,05 - Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Pertumbuhan Ekonomi ( Banten waterfront City di Kota Serang dan Kawasan Wisata Tanjung Lesung - Panimbang di Kabupaten Pandeglang ) - Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Sosial Budaya ( Kawasan Situs Banten Lama di Kota Serang dan Kawasan Masyarakat Adat baduy di kabupaten - Fasilitasi Forum Komunikasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah ( BKPRD ) Provinsi Banten - Rapat Koordinasi Pengendalian Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Di Provinsi Banten - Studi Banding Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Kota Lama Di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah Bimbingan Teknis Implementasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Provinsi Banten Bimbingan Teknis Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan di Provinsi Banten Rapat Koordinasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Industri di Provinsi Banten Rapat Koordinasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Banjir di Provinsi Banten Konsinyering Pengaturan Perijinan dan Sanksi Administratif Sebagai Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang 3 Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah Rasio dokumen Penatausahaan, Pengendalian dan 100% 21, Penyusunan Laporan Kinerja Keuangan dan Neraca Aset 59,24 - Mewujudkan kelembagaan dan ketatalaksanaan organisasi, Evaluasi Laporan Keuangan dan Rasio dokumen - Penyusunan Laporan Kinerja Keuangan, Neraca dan Aset perencanaan serta pengelolaan keuangan yang akuntabel Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan - Sosialisasi Penyusunan e-spt PNS DBMTR Bimtek/Workshop Penyusunan Neraca Asset SKPD 22, Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan 82,69 Penyusunan Program dan Anggaran Dinas Bina Marga dan Tata - Ruang Provinsi banten Penyusunan Laporan Kinerja pada Dinas Bina Marga dan Tata - Ruang Provinsi Banten Evaluasi Capaian Renja Dinas Bina Marga dan Tata Ruang - Provinsi Banten Tahun 2013 Pengendalian Program, kegiatan dan Anggaran Dinas Bina Marga - dan Tata Ruang Provinsi Banten Fasilitasi Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Teknis & Rapat Kerja - Bidang Bina Marga dan Penataan Ruang - Kajian Teknis Bidang Ke-Binamargaan Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 5

17 4 Peningkatan Sarana, Prasarana Pekantoran dan Kapasitas Rasio Penyediaan Barang Jasa Adm. Perkantoran serta 100% 23, Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor 74,04 Aparatur pelayanan Tata Usaha dan Kerumahtanggaan - Pengadaan Sarana dan Prasarana Aparatur - Mewujudkan Sarana, Prasarana Perkantoran yang memadai Rasio Penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan 100% 24, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor 83,81 Konsultasi di Dalam dan keluar daerah - Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor Rasio Pembangunan, Pengadaan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi Prasarana dan Sarana Aparatur Rasio pembinaan dan peningkatan pelayanan, tata usaha dan administrasi kepegawaian 100% 25, Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran 80,42 - Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran 100% 26, Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor Balai Pelaksana Teknis 95,74 Jalan Utara - Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor Balai Pelaksana Teknis Jalan Utara 27, Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor Balai Pelaksana Teknis 53,35 Jalan Selatan - Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor 28, Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor Balai Pembinaan Jasa Konstruksi - Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor 29, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor Balai Pelaksana Teknis Jalan Utara - Pemeliharaan sarana dan Prasarana Kantor Balai Pelaksana Teknis Jalan Utara 30, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor Balai Pelaksana Teknis Jalan Selatan - Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi 31, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor Balai Pembinaan Jasa Konstruksi - Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor 32, Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran Balai Pelaksana Teknis Jalan Utara - Konsinyering Insentif dan Disinsentif sebagai Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang 96,26 89,79 97,19 93,49 88,57 33, Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran Balai Pelaksana T eknis Jalan Selatan - Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran 89,43 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 6

18 34, Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran Balai Pembinaan Jasa Konstruksi - Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran 93,75 35, Pembinaan Jasa Konstruksi 98,99 - Desiminasi dan Sosialisasi SPM Bidang Sipil - Rapat Tim Pembina Jasa Konstruksi Kab/Kota se-provinsi Banten - Pembekalan dan sertifikasi PJBU Jasa Konstruksi - Fasilitasi Forum Jasa Konstruksi Daerah Provinsi Banten Pengendalian Kinerja Badan Usaha Jasa Konstruksi di Lingkungan - DBMTR - Pengembangan Media Jasa Konstruksi Daerah 36, Penyelenggaraan Bimbingan Teknis 88,97 - Bimbingan Sistem Manajemen K3 Konstruksi (SMK3K) - Bimbingan Teknis dan Praktek Lapangan Pekerja Konstruksi - Sertifikasi Bagi Operator Alat Berat - Bimbingan Teknis Hukum Kontrak - Bimbingan Teknis Pengukuran Tanah - Penyusunan Petunjuk Teknis Pembinaan Jasa Konstruksi 5 Penyediaan Data Pembangunan Daerah Ketersediaan Data dan Informasi Pembangunan 100% 37. Penyediaan Data dan Informasi Pembangunan 97,47 Meningkatnya pelayanan data dan informasi pembangunan Updating Buku Data dan Informasi Bidang Bina Marga dan Tata - - kebinamargaan dalam menunjang pelayanan publik Ruang Fasilitasi dan Modul Materi Pameran Pembangunan Provinsi - Banten - Updating Website 38, Penyusunan Data Teknis Bidang Kebinamargaan 91,78 - Survey Lalu Lintas Harian Rata - Rata (LHR) - Analisis Harga Satuan Jadi Bidang Kebinamargaan Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 7

19 Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan Realisasi Keuangan Pengukuran kinerja keuangan disebut juga realisasi pencapaian keuangan yaitu mengukur tingkat realisasi capaian keuangan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2014 yang didasarkan kepada 3 (tiga) aspek keuangan yaitu : 1. PENDAPATAN; 2. BELANJA LANGSUNG (BL); 3. BELANJA TIDAK LANGSUNG (BTL); 1. PENDAPATAN Target Pendapatan/Retribusi untuk Tahun 2014 adalah Rp ,00 dicapai sebesar Rp ,00 atau dicapai sebesar 60.06% dari target. Dengan demikian, secara umum dapat disebutkan bahwa pencapaian Pendapatan mendapat skala penilaian Cukup Baik ; 2. BELANJA LANGSUNG Realisasi Belanja Langsung mendapat skala penilaian Kurang dimana realisasi Belanja Langsung (APBD Perubahan) untuk Tahun 2014 adalah Rp ,00 atau dicapai sebesar 31.41% dari target/pagu yaitu Rp Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : 1 Penyusunan Laporan Kinerja Keuangan dan Neraca Aset dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 59.24%. 2 Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 82.69%. 3 Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 74.04%. 4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 83.81%. 5 Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 80.42%. 6 Pembinaan Jasa Konstruksi dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 98.99%. 7 Penyelenggaraan Bimbingan Teknis dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 88.97%. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 8

20 8 Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor pada Balai Pelaksana Teknis Jalan Utara dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 95.74%. 9 Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor pada Balai Pelaksana Teknis Jalan Selatan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 53.35%. 10 Pengadaan Sarana dan Prasarana Kantor pada Balai Pembinaan Jasa Konstruksi dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 96.26%. 11 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor pada Balai Pelaksana Teknis Jalan Utara dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 89.79%. 12 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor pada Balai Pelaksana Teknis Jalan Selatan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 97.19%. 13 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor pada Balai Pembinaan Jasa Konstruksi dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 93.49%. 14 Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran pada Balai Pelaksana Teknis Jalan Utara dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 88.57%. 15 Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran pada Balai Pelaksana Teknis Jalan Selatan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 89.43%. 16 Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran pada Balai Pembinaan Jasa Konstruksi dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 93.75%. 17 Pembangunan Jalan Wilayah Utara dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 30.79%. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 9

21 18 Pembangunan Jalan Wilayah Selatan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 43.90%. 19 Pembangunan Jembatan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 29.42%. 20 Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Provinsi Wilayah Utara dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 98.27%. 21 Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Provinsi Wilayah Selatan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 99.97%. 22 Pembangunan Saluran Drainase/Gorong gorong dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 58.47%. 23 Pembangunan TPT, Talud dan Bronjong dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 81.32%. 24 Pengadaan Lahan Kebinamargaan Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 23.62%. 25 Perencanaan Pembangunan Jalan dan Jembatan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 24.01%. 26 Pengawasan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur Kebinamargaan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 12.68%. 27 Pengadaan Alat alat ukur Kebinamargaan dan Pengujian Kualitas Bahan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 67.84%. 28 Pengadaan Peralatan dan Bahan bahan Kebinamargaan Wilayah Utara dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 84.82%. 29 Pengadaan Peralatan dan Bahan bahan Kebinamargaan Wilayah Selatan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 83.34%. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 10

22 30 Pembangunan Jalan Prioritas Tahun Jamak dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 15.05%. 31 Pendataan Leger Jalan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 76.41%. 32 Optimalisasi Pengelolaan Perijinan Bidang Bina Marga dan Tata Ruang dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi Rp ,00 atau 84.74%. 33 Pemeliharaan Peralatan Kebinamargaan Wilayah Utara dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi Rp ,00 atau 72.97%. 34 Pemeliharaan Peralatan Kebinamargaan Wilayah Selatan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi Rp ,00 atau 98.14%. 35 Penataan dan Pemanfaatan Ruang dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 98.40%. 36 Pengendalian Pemanfaatan Ruang dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp , atau 98.05%. 37 Penyediaan Data dan Informasi Pembangunan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 97.47%. 38 Penyusunan Data Teknis Bidang Kebinamargaan dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 91.78%. 3. BELANJA TIDAK LANGSUNG Selanjutnya, pencapaian Realisasi Belanja Tidak Langsung mendapat skala penilaian Amat Baik dimana realisasi Belanja Tidak Langsung (APBD Perubahan) untuk Tahun 2014 adalah Rp ,00 atau dicapai sebesar 94.67% dari target/pagu yaitu Rp ,00. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 11

23 Tabel 2.2. Realisasi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Tahun Anggaran 2014 Kelompok Belanja DPA Perubahan TA (Rp) Realisasi TA 2014 Share (Rp) (%) BELANJA TIDAK LANGSUNG , , Gaji Pokok PNS/Uang Representasi , , BELANJA LANGSUNG , , Belanja Pegawai , , Belanja Barang & Jasa , , Belanja Modal , , JUMLAH BELANJA DAERAH , , (Sumber : Subbag Keuangan, Des 2014) Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Terhadap Pencapaian Kinerja Renstra Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Pengukuran kinerja yaitu mengukur tingkat capaian kinerja yang dimulai dengan menetapkan indikator kinerja kegiatan berdasarkan kelompok input, output, dan outcome; menentukan satuan setiap kelompok indikator; menetapkan rencana tingkat capaian (target), mengetahui realisasi indikator kinerja kegiatan; menghitung rencana dan realisasi untuk mendapatkan prosentasenya. Pada tahun 2014 Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten mempunyai 38 (tiga puluh delapan) kegiatan Belanja Langsung dan 1 (satu) kegiatan Belanja Tidak Langsung dan semuanya sudah direalisasikan. Berdasarkan pada Matriks Pengukuran Kinerja (PK) Tahun 2014 maka dapat diketahui bahwa Tingkat Pencapaian Target (Rencana Tingkat Capaian) dari Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten pada Tahun adalah sebagai berikut : 1. Pencapaian Indikator Kinerja ke 1 yaitu Prosentase jaringan jalan provinsi dalam kondisi mantap tercapai sebesar 74,77%, hal ini dilihat dari rencana tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 82.00% dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 61,31%. 2. Pencapaian Indikator Kinerja ke 2 yaitu Prosentase panjang jembatan provinsi dalam kondisi mantap tercapai sebesar 84,21%, hal ini dilihat dari rencana tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 90,00% dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 75,79%. 3. Pencapaian Indikator Kinerja ke 3 yaitu Jumlah Rasio Rencana Kawasan Strategis yang Tersusun tercapai sebesar 100%, hal ini dilihat dari rencana tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 4.67%, dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 4,67%. 4. Pencapaian Indikator Kinerja ke 4 yaitu Jumlah kesesuaian pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan dan kota Sebanyak 3 Dokumen; 5. Pencapaian Indikator Kinerja ke 5 yaitu Rasio dokumen Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan tercapai sebesar 100%, hal ini dilihat dari rencana Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 12

24 tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 100%, dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 100%. 6. Pencapaian Indikator Kinerja ke 6 yaitu Rasio dokumen Penatausahaan, Pengendalian dan Evaluasi Laporan Keuangan tercapai sebesar 100%, hal ini dilihat dari rencana tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 100%, dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 100%. 7. Pencapaian Indikator Kinerja ke 7 yaitu Rasio Penyediaan Barang Jasa Adm. Perkantoran serta pelayanan Tata Usaha dan Kerumahtanggaan tercapai sebesar 100%, hal ini dilihat dari rencana tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 100%, dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 100%. 8. Pencapaian Indikator Kinerja ke 8 yaitu Rasio Penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan Konsultasi di Dalam dan keluar daerah tercapai sebesar 100%, hal ini dilihat dari rencana tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 100%, dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 100%. 9. Pencapaian Indikator Kinerja ke 9 yaitu Rasio Pembangunan, Pengadaan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi Prasarana dan Sarana Aparatur tercapai sebesar 100%, hal ini dilihat dari rencana tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 100%, dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 100%. 10. Pencapaian Indikator Kinerja ke 10 yaitu Rasio pembinaan dan peningkatan pelayanan, tata usaha dan administrasi kepegawaian tercapai sebesar 100%, hal ini dilihat dari rencana tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 100%, dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 100%. 11. Pencapaian Indikator Kinerja ke 11 yaitu Ketersediaan Data dan Informasi Pembangunan tercapai sebesar 100%, hal ini dilihat dari rencana tingkat capaian indikator kinerjanya sebesar 100%, dibandingkan dengan realisasi tingkat capaian kegiatan sebesar 100% ANALISIS KINERJA PELAYANAN SKPD Sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 41), yaitu melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang Bina Marga dan Tata Ruang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka kinerja pelayanan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi dapat dijelaskan dalam tabel Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Bina Marga Dan Tata Ruang 2.3. ISU ISU PENYELENGGARAAN TUGAS DAN FUNGSI Kinerja pelayanan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun berdasarkan renstra Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun dan RPJMD Provinsi Banten Tahun dapat diuraikan sebagai berikut : Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 13

25 1. Jaringan jalan Provinsi dalam kondisi mantap sampai dengan tahun 2014 sebesar 78,52% atau sepanjang 669,716 Km dari total panjang jalan yang menjadi kewenangan penanganan sepanjang Km; 2. Panjang jembatan Provinsi dalam kondisi mantap sampai dengan tahun 2014 sebesar 87,78% atau sepanjang 4.793,14 m dari total panjang jembatan yang menjadi kewenangan penanganan sepanjang 5.460,40 m; 3. Rencana Kawasan Strategis yang Tersusun tercapai sampai dengan tahun 2014 sebesar 87,15% dari total 100%. Permasalahan dan hambatan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten pada Tahun 2014 antara lain : 1. Terkendalanya proses pengadaan lahan baik terutama dalam tahapan negosiasi harga dengan masyarakat serta lamanya prosedur pelaksanaan pengadaan lahan khususnya yang dilaksanakan oleh pihak BPN; 2. Dalam pelaksanaan pekerjaan fisik konstruksi jalan dan jembatan, pihak pelaksana belum sepenuhnya melaksanakan pekerjaan sehingga target/volume yang tertuang dalam kontrak tidak tercapai; 3. Dalam hal penyelenggaraan penataan ruang, masih terkendala dalam koordinasi dan sinkronisasi perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan dalam bentuk dokumen hukum; 4. Permasalahan yang terakhir adalah ketersediaan Sumber Daya Manusia khususnya tenaga teknis sipil di lapangan sangat kurang. Selain permasalahan permasalahan yang terjadi pada tahun 2014, pelaksanaan pembangunan dibidang apapun termasuk Bidang Bina Marga dan Tata Ruang tentu selalu menghadapi permasalahan permasalahan yang selalu terjadi di Indonesia. Transportasi menjadi isu yang sangat kritis pada saat ini di Provinsi Banten khususnya dan di Indonesia Umumnya. Penurunan kondisi jalan, kondisi jembatan, anggaran yang ketat, pertumbuhan penduduk, pelanggaran muatan, kerusakan dini, pertumbuhan jumlah kendaraan dan permasalahan lainnya membutuhkan penanganan dengan perencanaan yang efisien dan terukur. Adapun permasalahan permasalahan yang telah menjadi isu regional dan nasional dan kerap menjadi kendala dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi, antara lain : Perubahan Iklim Pemanasan global yang terjadi sejak pertengahan abad ke 20 ini juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan secara signifikan pada abad ke 21 jika tidak ada upaya untuk menanganinya. Dampak yang dirasakan saat ini adalah terjadinya perubahan iklim dan peningkatan frekuensi dan intensitas iklim ekstrim. Kondisi ini menyebabkan rentannya sebagian wilayah di Indonesia termasuk di Provinsi Banten terhadap bencana yang diakibatkan perubahan iklim seperti banjir akibat air laut pasang maupun akibat hujan yang berkepanjangan yang juga dapat menyebabkan longsor di beberapa lokasi sehingga berdampak pada terputusnya jaringan transportasi jalan yang ada. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 14

26 Sesuai dengan kondisi topografi Provinsi Banten, maka Wilayah Utara Banten seperti Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan sering mengalami kejadian banjir atau genangan yang berpengaruh terhadap kondisi jaringan jalan. Sementara di wilayah selatan, bencana longsor dan menjadi ancaman sepanjang musim hujan dibeberapa ruas jalan provinsi Kemacetan Perkotaan akibat Perkembangan Wilayah dan Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk di Provinsi Banten terutama disebabkan tingginya angka urbanisasi dan perpindahan penduduk dari provinsi lain dikarenakan Provinsi Banten mempunyai daya tarik bagi para urbanis dan penduduk di provinsi lain yaitu diantaranya karena bertetangga dengan DKI Jakarta. Urbanisasi bukan hanya terjadi di Provinsi Banten, tetapi hampir di semua kota kota di Indonesia. Dampak laju urbanisasi yang tinggi sudah mulai dirasakan di Provinsi Banten salahsatunya dari segi transportasi. Kemacetan terutama diwilayah perkotaan menjadi semakin parah seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan pertumbuhan pergerakan barang dan jasa. Pada prinsipnya, kemacetan di jalan raya itu disebabkan terlampauinya kapasitas jaringan jalan yang ada oleh jumlah (arus Lalu Lintas) kendaraan yang lewat pada jaringan tersebut. Jika di urut lebih jauh lagi, maka hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya waktu (semakin lamanya) seseorang melakukan perjalanan di dalam sistem jaringan jalan. Artinya, semakin lama seseorang melakukan perjalanan, maka semakin besar sumbangsih dia terhadap kemacetan di jalan. Pertambahan jumlah penduduk menuntut bertambahnya ruang untuk permukiman, niaga dan lain sebagainya. Pertumbuhan kota sudah dengan sendirinya akan menaikkan harga lahan di pusat kota yang berdampak semakin banyaknya masyarakat yang tinggal di area pinggiran kota, namun mereka bekerja di pusat kota. Dengan demikian, semakin banyak masyarakat yang melakukan perjalanan dengan waktu tempuh perjalanan yang semakin panjang. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan pertumbuhan penduduk di Provinsi Banten sangat tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh tabel dibawah ini : Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Provinsi Banten Kabupaten/Kota Pandeglang Lebak Tangerang* Serang** Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang Selatan Banten Sumber : BPS Provinsi Banten, 2014 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 15

27 Seiring dengan diberlakukanya otonomi daerah, kini daerah berusaha menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari berbagai sector untuk membangun daerahnya. Tidak terkecuali juga dari sektor sektor yang memberi kontribusi terhadap kemacetan perkotaan. Sayangnya untuk saat ini penerimaan dari sektor pajak kendaraan bermotor menjadi sektor unggulan dalam penerimaan PAD. Oleh karenanya Pemerintah Daerah terus menggenjot penerimaan pajak kendaraan dengan kurang mempertimbangkan kemampuan jaringan jalan yang tersedia dalam menampung jumlah kendaraan. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan penambahan kapasitas jaringan jalan pada satu titik tertentu akan menyebabkan kemacetan dalam sistem jaringan jalan perkotaan terutama di Tangerang, Serang dan Cilegon. Kemacetan di dalam Kota sebenarnya sudah merupakan indikator peringatan untuk mempertimbangkan mengurangi laju pertumbuhan kendaraan. Pertumbuhan kendaraan di Provinsi Banten seperti halnya di provinsi provinsi lain di Pulau Jawa khususnya cukup mencengangkan. Dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun semenjak Banten menjadi provinsi, pertumbuhan kendaraan naik sekitar 600%. Tabel 2.4 Pertumbuhan Kendaraan di Banten Jenis Kendaraan Populasi Kendaraan Mutasi Mutasi Populasi Awal baru Masuk Keluar Akhir (1) (2) (3) (4) (5) (6) Sedan dan Sejenisnya 59,016 2,906 4,404 3,559 62,767 Jeep dan Sejenisnya 20,981 3,535 1,270 1,275 24,511 Mini Bis dan Sejenisnya 250,669 40,030 10,255 11, ,697 Mikro Bis dan Sejenisnya 5, ,140 Bis dan Sejenisnya 1, ,874 Pick Up dan Sejenisnya 48,979 7,547 1,053 1,940 55,639 Truk dan Sejenisnya 39,406 4,614 1, ,163 Kendaraan Alat Berat Sepeda Motor 2,738, ,092 14,446 28,110 3,168,559 Jumlah/Total 3,164, ,244 32,717 47,641 3,652,660 Sumber : BPS Provinsi Banten, 2014 Upaya penambahan kapasitas jaringan jalan baik dari sisi penambahan panjang jaringan jalan ataupun pelebaran jalan justru menunjukkan fenomena sebaliknya dibandingkan pertumbuhan kendaraan bermotor. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir saja penambahan jaringan jalan baru di Provinsi Banten bahkan hanya dibawah 50 Km saja yaitu diantaranya Pembangunan Jalan Lingkar Selatan Kota Cilegon, Pembangunan Jalan Lingkar Selatan Kab. Tangerang dan Pembangunan Jalan Tanjung Lesung Sumur. Masalah kemacetan ini tentu saja menjadi ancaman yang serius jika tidak segera mendapat perhatian. Melambungnya ongkos transportasi dan kehilangan kesempatan akibat kehilangan waktu dapat menyebabkan produk daerah tidak Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 16

28 dapat bersaing di pasar nasional atau internasional. Lebih buruk lagi, hal ini dapat memicu para investor yang sudah ada pindah ke daerah lain atau bahkan ke negara lain. Dengan demikian, janganlah kita berbicara mengundang investor baru jika investor yang sudah eksis di Provinsi Banten berencana untuk mengalihkan investasinya ke provinsi lain atau ke negara lain Kondisi Jalan dan Jembatan Pada tahun 2011, Gubernur Banten melalui Surat Keputusan Gubernur Banten nomor : 761/Kep.1039 Huk/2011 Tanggal 8 Desember 2011 tentang Penetapan Status Ruas ruas Jalan sebagai Jalan Provinsi menetapkan status Jalan Provinsi sepanjang 852,888 Km. Surat Keputusan Gubernur ini merupakan pengganti dari SK Gubernur Nomor : 761/Kep.8 Huk/2006 Tgl 2 Februari 2006 dimana panjang Jalan Provinsi sebelumnya yaitu 889,01 Km. Kemudian dengan adanya Surat Usulan Bupati Lebak Nomor : 900/20 Bapp/2009 tanggal 11 Mei 2009 mengenai permintaan penurunan status 3 ruas jalan provinsi di Kabupaten Lebak dan SK Menteri PU Nomor 631/KPTS/M/2009 Tgl 31 Desember 2009 tentang Penetapan Status Jalan Nasional dimana Ruas Jalan Serang Pandeglang ditingkatkan statusnya dari jalan provinsi menjadi jalan nasional, maka panjang jalan provinsi sebelum diterbitkannya SK Gubernur Banten nomor : 761/Kep.1039 Huk/2011 Tanggal 8 Desember 2011 diatas yaitu sepanjang 770,09 Km. A. Kondisi Dimensi Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan mensyaratkan lebar dimensi jalan dan bagian bagian jalan. Dalam Pasal 32 ayat 4 sebagaimana Peraturan Pemerintah dimaksud, disebutkan : Spesifikasi jalan sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter Pada kenyataannya lebar minimum lajur lalu lintas pada jalan provinsi masih banyak yang belum memenuhi persyratan yang telah ditentukan dalam peraturan pemerintah dimaksud. Data mengenai kondisi dimensi lebar jalan provinsi yaitu sebagai berikut : Tabel 2.5 Kondisi Dimensi Jalan Provinsi Tahun 2015 NO. Uraian Kinerja Satuan Kondisi Total Panjang Jalan Provinsi Km 852,89 2 Panjang dengan Lebar Jalan < 7,00 m Km 671,85 3 Panjang dengan Lebar Jalan 7,00 m Km 116,74 4 Panjang dengan Lebar Jalan 7,00 m 10,00 m Km 27,06 5 Panjang dengan Lebar Jalan 2 x 7,0 m Km 37,23 Keterangan Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 17

29 NO. Uraian Kinerja Satuan Kondisi Panjang Jembatan m 5.460,40 Sumber : Hasil Survey dan Pengolahan Data, 2014 Keterangan Dari data pada tabel diatas, terlihat masih terdapat 671,85 Km Jalan provinsi yang lebar perkerasan / lajur lalu lintasnya belum memenuhi syarat minimum yang ditetapkan peraturan pemerintah tentang jalan. B. Kondisi Struktur Perkerasan Jalan dan Jembatan Selain dimensi lebarnya harus memenuhi standar minimal yang disyaratkan, kondisi perkerasan jalan juga menjadi persoalan tersendiri dalam pelaksanaan pelayanan bidang bina marga. Pada akhir tahun 2012, kondisi perkerasan jalan provinsi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.6 Kondisi Perkerasan Jalan Provinsi Tahun 2014 NO. Uraian Kinerja Satuan Kondisi 2014 (Desember) 1 Panjang dengan Lapis Permukaan Sudah beraspal atau beton Km 786,79 2 Panjang dengan Lapis Permukaan Belum beraspal atau beton Km 66,10 3 Jalan dalam kondisi Baik % Jalan dalam kondisi Sedang % Jalan dalam kondisi Rusak % Jembatan dalam Kondisi Baik % Jembatan dalam Kondisi Sedang % Jembatan dalam Kondisi Rusak % Sumber : Hasil Survey dan Pengolahan Data, Januari 2014 Keterangan Persoalan kondisi jembatan pada ruas ruas jalan provinsi perlu dilihat lebih dalam lagi. Jembatan jembatan yang dibangun sebelum terbentuknya provinsi Banten sebagian besar tidak diketahui batasan kekuatan strukturnya. Berdasarkan umur jembatan yang dilihat dari tahun pembuatannya, maka jembatan pada ruas jalan provinsi yang umurnya sudah mencapai 30 tahun keatas. Permasalahan umur dan kekuatan struktur jembatan jembatan lama ini perlu ditindaklanjuti dengan baik mengingat faktor keselamatan pengguna jalan. Kegagalan struktur jembatan dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang fatal dan harus diantisipasi secara baik. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 18

30 Sistem Jaringan Transportasi yang Belum Terpadu Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari perairan, namun moda transportasi yang dipergunakan masih dikuasai oleh moda transportasi yang menggunakan prasarana jalan. Bappenas mencatat moda transportasi melalui jalan melayani 84% penumpang, sedangkan kereta api baru 7,3%, udara 1,5%, laut 1,8%, dan sungai hanya 5,3%. Untuk angkutan barang, moda jalan masih mendominasi dengan menguasai 90,4%, sisanya dibagi ke moda lainnya yakni laut dan kereta api masing masing 7% dan 0,6%, padahal moda ini memiliki potensi angkutan barang berskala besar. (Bappenas, 2006) Permasalahan yang sama juga terjadi di Provinsi Banten. Dominasi penggunaan jalan raya sebagai prasarana untuk lalu lintas barang/ jasa ini dapat dinilai sebagai hal yang wajar dikarenakan moda transportasi lain yaitu Kereta Api (Jalan Baja), Laut dan Udara dianggap kurang memadai, kurang efisien atau kurang ekonomis, dengan kata lain Sistem Jaringan Transportasi yang ada belum terpadu. Jalan Baja (Kereta Api) yang seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian seperti halnya dinegara maju kondisi prasarana dan cakupan jaringannya masih teramat minim. Sistem angkutan barang / jasa di negara maju mengandalkan Kereta Api untuk angkutan berat dengan volume besar seperti angkutan hasil tambang, bahan galian C, produk industri logam, dll. Dengan daya angkut yang sangat besar dan biaya yang ekonomis, kereta api dapat menjadi moda transportasi utama dalam distrubusi manusia, barang dan jasa. Dengan kondisi seperti ini, jalan dituntut untuk terus menyesuaikan dan mengimbangi pertumbuhan kebutuhan pergerakan barang dan jasa. Tentu saja hal tersebut akan sangat tidak ekonomis dan dari segi pembiayaan membutuhkan dana yang sangat besar Keterbatasan Kemampuan Pendanaan Infrastruktur Jalan Kemampuan pendanaan APBD Provinsi Banten dalam penanganan infrastruktur jalan menjadi salah satu faktor kunci dalam penuntasan perbaikan kondisi jalan provinsi. Keterbatasan anggaran dalam penanganan perbaikan jalan ditunjukkan dengan alokasi anggaran untuk infrastruktur jalan yang masih dibawah nilai 20% dari total APBD Provinsi Banten per tahun nya. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 dalam penjelasan Pasal 85 ayat 2 menyebutkan : Pemerintah daerah dinyatakan belum mampu membiayai pembangunan jalan apabila telah melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan jalan dengan baik dengan dana paling sedikit sebesar 20% (dua puluh persen) dari total anggaran pendapatan dan belanja daerah, tetapi kondisi jalan belum memenuhi kriteria standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pelanggaran Penggunaan Ruang Jalan Kepedulian masyarakat terhadap barang milik publik di Indonesia umumnya masih sangat memprihatinkan. Salah satu barang publik yang sering kurang diperdulikan oleh masyarakat adalah jalan. Penurunan kinerja jaringan jalan diperkotaan dan juga jalan antar kota selain disebabkan tingginya pertumbuhan kendaraan juga diperparah oleh hal Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 19

31 hal sebagai berikut penggunaan Ruang Milik Jalan (Rumija) untuk penggunaan yang tidak semestinya seperti : a. Penggunaan trotoar, bahu jalan bahkan lajur jalan oleh pedagang kaki lima, pangkalan ojek, pangkalan becak, dan pemanfaatan ruang jalan yang tidak sesuai lainnya. b. Kurang disiplinnya para pengguna jalan seperti parkir di badan jalan c. Buruknya pengaturan penggunaan lahan sekitar koridor jalan dan di persimpangan yaitu seperti : tidak dibatasinya akses langsung terhadap jalan, tidak memperhatikan garis sempadan, bangunan toko yang tidak menyediakan tempat parkir, dan lain sebagainya. d. Seringkali masyarakat dengan sengaja menutup saluran saluran drainase jalan dan meninggikan bahu jalan yang notabene merupakan Ruang Milik Jalan Pelanggaran Batas Muatan Sumbu Terberat Persoalan Pelanggaran Muatan Sumbu Terberat (MST) atau Overloading merupakan masalah nasional. Kasus overloading terjadi hampir seluruh provinsi di Indonesia. Hal ini terjadi karena moda transportasi lain seperti Kereta Api masih belum bisa diandalkan dikarenakan keterbatasan infrastruktur jaringannya. Sesuai dengan Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, batas maksimal MST untuk jalan kelas III atau jalan provinsi yaitu sebesar 8 ton. Kenyataan dilapangan banyak dijumpai kendaraan truk yang mengangkut muatan dengan MST melebihi 8 ton. Pelanggaran MST di ruas jalan provinsi setiap tahun terus bertambah yang menyebabkan kerusakan jalan provinsi semakin banyak. Ruas ruas jalan provinsi sampai dengan tahun 2011 ini terdapat pelanggaran MST ini adalah sebagai berikut : Tabel 2.7 Daftar Jalan Provinsi yang terjadi Pelanggaran Batas MST No Ruas Panjang (Km) Jenis Galian C Lokasi Quarry 1 Saketi Picung Banjarsari 18,00 Pasir Basah Jalupang, Banjarsari 2 Ciruas - Petir - Warung Gunung 25,60 Pasir Basah Jalupang, Banjarsari 3 Cikande Rangkasbitung 26,00 Pasir Basah Citeras, Kopo 4 Citeras - Maja - Cisoka 18,00 Pasir Basah Citeras, Kopo 5 Legok Parung Panjang 5,00 Batu Pecah Sidomanik (Bogor) 6 Karawaci Legok 8,50 Batu Pecah Sidomanik (Bogor) 7 Terate Banten Lama 11,50 Batu Pecah Bojonegara 8 Pontang - Banten Lama 16,20 Batu Pecah Bojonegara 9 Pontang - Kronjo Pasir Basah dan 18,60 Tanah Timbunan Jongjing, PLTU Teluk Naga 10 Kronjo - Mauk Pasir Basah dan 11,40 Tanah Timbunan Jongjing, PLTU Teluk Naga 11 Palima - Ciomas 10,00 Pasir Basah Padarincang 12 Pakupatan - Palima 10,50 Pasir Basah Padarincang 13 Sempu - Cilaku - Dukuh Kawung (Petir) 10,50 Pasir Basah - 14 Lingkar Selatan Serang 4,60 Pasir Basah - Jumlah Sumber : Hasil Survey 194,40 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 20

32 Profesionalisme mitra / para pelaku bidang Jasa Konstruksi belum maksimal Pembenahan para penyedia jasa konstruksi sebagai mitra pembangunan di Provinsi Banten masih terus dilakukan secara bertahap. Tidak dapat dipungkiri bahwa ujung tombak pembangunan dibidang bina marga adalah para penyedia jasa konstruksi sebagai pihak pelaksana. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur bina marga membutuhkan kesiapan dari para peyedia jasa. Berdasarkan pengalaman, tetap saja para penyedia jasa konstruksi lokal mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan pembangunan di daerahnya. Umumnya meskipun sudah dilakukan pelelangan secara terbuka, namun tetap saja sangat sedikit sekali penyedia jasa konstruksi dari luar daerah yang masuk. Kondisi saat ini masih banyak dari penyedia jasa konstruksi lokal yang masih mempunyai sumberdaya manusia dan alat yang masih kurang memadai. Masih banyak para penyedia jasa konstruksi lokal yang mengandalkan penggunaan alat berat menggunakan cara sewa kepada pihak lain. Atau dari sisi manajemen yang masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih sedikitnya penyedia jasa konstruksi lokal yang megantongi ISO Hambatan dalam Proses Pengadaan Tanah Rencana yang telah disusun juga sudah didukung oleh pendanaan yang siap. Namun dalam pelaksanaannya, pembangunan jalan dan jembatan terutama pembangunan jalan dan jembatan baru dan pelebaran yang harus segera dilaksanakan mengalami hambatan serius dalam penyediaan tanah nya. Beberapa rencana pelebaran jalan, pelebaran persimpangan sebidang dan pembangunan jembatan baru mengalami stagnasi karena proses penyediaan lahan berjalan sangat lambat. Di tingkat nasional pembangunan jalan tol juga mengalami nasib yang sama. Rencana pembangunan 24 ruas jalan tol sepanjang 908 kilometer, setara dengan lebih kurang Rp 120 Triliun nilai investasi, yang sudah di tender dari tahun 2006 sampai saat ini baru dapat menyelesaikan pembangunan tol sepanjang 75 kilometer akibat lahan susah dibebaskan. Beberapa kendala yang menyebabkan lambatnya proses pengadaan tanah adalah sebagai berikut : 1. Peraturan perundang undangan dalam penyediaan lahan untuk kepentingan umum masih belum jelas. 2. Pelaksanaan dilapangan yang kompleks, mulai dari resistensi dari masyarakat pemilik lahan, alot nya kesepakatan harga dicapai, sampai dengan banyak pemintaan ganti rugi dari sebagian warga seringkali jauh lebih tinggi dari kewajaran harga yang sudah di nilai oleh tim appraisal. 3. Kesiapan pihak pihak terkait yang belum maksimal Lemahnya penegakan hukum dalam implementasi RTRW Lemahnya implementasi dan penegakan hukum RTRW menyebabkan inkonsistensi dalam penerapan kebijakan penataan ruang. Meskipun dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sanksi pelanggaran sudah cukup berat, namun dalam prakteknya masih lemah. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 21

33 Dalam pelaksanannya sering kita jumpai terjadinya konflik kepentingan antar sektor, seperti pertambangan, lingkungan hidup, kehutanan, prasarana wilayah, dan sebagainya. Hal ini terjadi akibat belum berfungsinya secara optimal penataan ruang dalam rangka menyelaraskan, mensinkronkan, dan memadukan berbagai rencana dan program sektor tadi. Berbagai fenomena bencana (water related disaster) seperti banjir, longsor dan kekeringan yang terjadi secara merata di berbagai wilayah di Indonesia pada paling tidak 5 tahun belakangan ini, pada dasarnya, merupakan indikasi yang kuat terjadinya ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang, antara manusia dengan alam maupun antara kepentingan ekonomi dengan pelestarian lingkungan. Kurangnya kemampuan menahan diri dari keinginan membela kepentingan masing masing secara berlebihan. Hal ini juga terlihat dari inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat cenderung diselenggarakan untuk memenuhi tujuan jangka pendek, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan jangka panjang. Konversi lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kesenjangan antar wilayah Perkembangan kawasan perkotaan yang membentuk pola linear yang dikenal dengan ribbon development, seperti yang terjadi di Pantai Utara Jawa secara intensif pun mulai terjadi di Pantai Timur Sumatera. Di Provinsi Banten, pola yang sama dimana memang wilayah utara Provinsi Banten mempunyai kegiatan ekonomi yang lebih tinggi dibanding wilayah selatan. Konsentrasi perkembangan kawasan perkotaan yang memanjang pada wilayah utara telah menimbulkan kesenjangan utara selatan yang cukup signifikan serta inefisiensi pelayanan prasarana. Sebagai gambaran konsentrasi kegiatan ekonomi di Pantura Jawa mencapai 85%, jauh meninggalkan Pantai Selatan (15%). Hal ini pun dicirikan dengan intensitas pergerakan orang dan barang yang sangat tinggi di wilayah utara Jawa Telaahan terhadap Program dan Kebijakan serta Isu Isu Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum Berdasarkan hasil telaahan terhadap pada Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum dan beberapa kali pembahasan dengan Satker dari Kementrian Pekerjaan Umum, maka kebijakan pembangunan prasarana jalan Kementrian Pekerjaan Umum yaitu sebagai berikut : 1. Mempertahankan kinerja pelayanan prasarana jalan yang telah terbangun dengan mengoptimalkan pemanfaatan prasarana jalan melalui pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan teknologi jalan; 2. Mengharmonisasikan keterpaduan sistem jaringan jalan dengan kebijakan tata ruang wilayah nasional yang merupakan acuan pengembangan wilayah dan meningkatkan keterpaduannya dengan sistem jaringan prasarana lainnya dalam konteks pelayanan intermoda dan sistem transportasi nasional (Sistranas) yang menjamin efisiensi pelayanan transportasi; Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 22

34 3. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memperjelas hak dan kewajiban dalam penanganan prasarana jalan. 4. Mengembangkan rencana induk sistem jaringan prasarana jalan berbasis pulau (Jawa dan Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua); 5. Melanjutkan dan merampungkan reformasi jalan melalui UU Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan serta peraturan pelaksanaannya; 6. Menumbuhkan sikap profesionalisme dan kemandirian institusi dan SDM bidang penyelenggaraan prasarana jalan; 7. Mendorong keterlibatan peran dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaran dan penyediaan prasarana jalan. Renstra Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum juga mensyaratkan Strategi pendanaan infrastruktur jalan dikaitkan dengan kebutuhan investasi bidang jalan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu (pendekatan top down). Sebagai pendekatan umum, diperlukan investasi infrastruktur sebesar 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi sekitar 6%. Total investasi untuk infrastruktur masih sekitar 3%, karena itu dibutuhkan tambahan investasi paling sedikit 2% atau sekitar US$ 6 Milyar per tahun. Pengelolaan insfrastruktur ke PU an saat ini adalah sebesar 2% PDB yang sebagian merupakan pengeluaran pemerintah pusat, yaitu 0,72% PDB. Kebutuhan investasi infrastruktur ke PU an untuk tahun 2025 diperkirakan sebesar Rp Trilyun atau setara dengan 2,7% dari PDB. Kebutuhan dimaksud merupakan gabungan investasi Pemerintah, BUMN/D, dan pihak swasta. Untuk pencapaian kondisi jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum mentargetkan pada akhir tahun 2014 Prosentase jaringan jalan nasional dalam kondisi mantap yaitu sebesar 94 %. Selanjutnya hal hal yang perlu dilakukan sinergitas antara pusat dan daerah berupa dukungan lahan atau sinergi perencanaan teknis maupun pelaksanaan yaitu sebagai berikut : 1. Rencana Pelebaran Ruas Jalan Tangerang Serang Merak menjadi 4 lajur secara menyeluruh yang diharapkan akan dapat diselesaikan sampai dengan tahun 2014; 2. Rencana Peningkatan dan pelebaran ruas Jalan Nasional Serang Pandeglang Saketi Simpang Labuan Cibaliung sebagai bagian dari rencana aksi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung; 3. Khusus segmen Serang Pandeglang, rencananya akan dilakukan pelebaran menjadi 4 lajur yang akan dimulai tahun 2013 secara bertahap; 4. Pelebaran pelebaran pada seluruh jalan nasional untuk memenuhi syarat lebar minimum yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 23

35 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Hasil telaahan terhadap rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis dan arahan kebijakan ruang, menunjukkan bahwa sistem jaringan jalan Nasional dan Jaringan Jalan Provinsi yang sudah ditetapkan sudah memberikan aksesibilitas terhadap rencana tata ruang wilayah. Namun demikian setiap kabupaten / Kota ataupun setiap kawasan strategis memerlukan tingkat aksesibilitas yang berbeda beda. Sebagai contoh, untuk kawasan perkotaan dengan kawasan luar kota. Kawasan perkotaan secara eksisting memang sudah terlayani oleh sistem jaringan jalan nasional dan jalan provinsi yang ada. Namun kawasan perkotaan memerlukan kapasitas jaringan jalan yang lebih besar dikarenakan tingginya jumlah pergerakan. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan penambahan kapasitas jaringan jalan perkotaan. Namun demikian jika harus menyesuaikan kapasitas jaringan jalan untuk mendukung RTRW Provinsi Banten perlu dana yang sangat besar. Oleh karena itu untuk 5 tahun kedepan, perlu disusun prioritas sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan dalam RTRW itu sendiri. Mengacu kepada rencana struktur ruang RTRW Provinsi Banten, maka rencana pengembangan jaringan jalan nasional di Provinsi Banten meliputi jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, dan jalan tol/bebas hambatan, yaitu: a. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan arteri primer di Provinsi Banten meliputi Merak Cilegon Serang Tangerang Batas DKI Jakarta, Merak Cilegon Ciwandan Anyer Carita Labuan Panimbang Cigeulis Cibaliung Muarabinuangeun Malingping Simpang Bayah Cisolok Batas Provinsi Jawa Barat untuk mewujudkan pengembangan jaringan jalan Ring Barat Selatan Provinsi Banten sebagai perwujudan pengembangan jaringan jalan arteri lintas Selatan Pulau Jawa, mewujudkan pengembangan jaringan jalan Ring Utara pada ruas Pantura Bojonegara Banten Lama Tirtayasa Kronjo Mauk Teluknaga Bandara Soekarno Hatta; b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan kolektor primer di Provinsi Banten meliputi Merak Suralaya Pulo Ampel Bojonegara Cilegon, Tangerang Bandara Soekarno Hatta untuk menghubungkan simpul simpul transportasi nasional, Labuan Saketi Pandeglang Rangkasbitung Cipanas Batas Provinsi Jawa Barat; c. Pengembangan jaringan jalan tol/bebas hambatan dalam kota di Provinsi Banten meliputi Jakarta Tangerang, Pondok Aren Ulujami, Pondok Aren Serpong, JORR II (Jakarta Outer Ring Road II) : JORR II (Jakarta Outer Ring Road II) : Kamal Teluk Naga Batuceper, Benda Batuceper Kunciran, Kunciran Serpong, Serpong Cinere, Cinere Cimanggis, Cimanggis Cibitung, Cibitung Cilincing; d. Pengembangan jaringan jalan tol/bebas hambatan antar kota di Provinsi Banten meliputi Jembatan Selat Sunda, Tangerang Merak, Cilegon Bojonegara, Serpong Tigaraksa Balaraja, Balaraja Teluknaga Bandara Soekarno Hatta (Lingkar Utara); Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 24

36 e. Usulan jalan bebas hambatan prospektif (bersyarat)/jalan strategis nasional prospektif Kragilan (Kabupaten Serang) Warunggunung (Kabupaten Lebak) Panimbang (Kabupaten Pandeglang) Bandar Udara Banten Selatan yang penetapannya disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku (Tol Serang Panimbang). Sedangkan untuk jalan provinsi rencana pengembangan jaringan diarahkan pada ruas jalan : a. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi pada ruas Tangerang Serpong Batas Provinsi Jawa Barat sebagai akses penghubung wilayah Provinsi Banten Provinsi Jawa Barat; b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi pada ruas Bayah Cikotok Citorek Majasari Cigelung Rangkasbitung Kopo Cisoka Tigaraksa Serpong untuk mewujudkan pengembangan jaringan jalan ring selatan timur Provinsi Banten; c. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan pada ruas Pontang Ciruas Warung Gunung, Rangkasbitung Citeras Tigaraksa untuk melengkapi perwujudan pengembangan jaringan jalan cincin Provinsi Banten; d. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi dan kabupaten pada ruas Panimbang Angsana Munjul Cikeusik Muarabinuangeun, Panimbang Citeureup Banyuasih Cimanggu Cigeulis Wanasalam Malingping, Citeurep Cibaliung Cikeusik Wanasalam Malingping, Bayah Cilograng Cibareno Batas Provinsi Jawa Barat untuk akses penghubung dan sekaligus pengembangan wilayah Banten Selatan Penentuan Isu isu Strategis Beberapa isu strategis pembangunan dan pengembangan bidang bina marga dan tata ruang yang terangkat berdasarkan kondisi faktual di lapangan, inventarisasi permasalahan permasalahan kunci, evaluasi capaian kinerja dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir, memperhatikan RPJMD Provinsi Banten , RTRW Provinsi Banten , maka isu strategis pembangunan dan pengembangan bidang kebinamargaan dan tata ruang untuk 5 (lima) tahun kedepan adalah : 1. Pelaksanaan Perda No. 2 Tahun 2012 Tentang Pembangunan Tahun Jamak; 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Dinas Bina Marga dan Tata Ruang sesuai kebutuhan dan kompetensinya; 3. Sinergitas pembangunan dalam rangka mendukung program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); 4. Pembangunan dan pengembangan jaringan jalan untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung; 5. Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 2 Tahun 2012 tentang Pembangunan Infrastruktur Jalan Dengan Penganggaran Tahun Jamak; Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 25

37 6. Konektivitas ibu kota kabupaten / kota di Provinsi Banten dengan jalan 4 lajur diantaranya mewujudkan Pembangunan Jalan 4 lajur Ruas Serang Pandeglang Rangkasbitung Cikande; 7. Meningkatnya kemacetan di wilayah perkotaan; 8. Pengembangan dan perwujudan kawasan strategis provinsi; Berdasarkan rancangan RKPD Provinsi Banten Tahun 2016, Infrastruktur Wilayah dan Kawasan merupakan salah satu isu penting dan mendesak di Provinsi Banten Tahun 2016, dimana kesenjangan pembangunan antar daerah, dan antar kawasan sampai saat ini masih sangat besar. Hal ini disebabkan pendekatan pembangunan daerah lebih bersifat sektoral, tidak terpadu antar satu sektor dengan sektor lainnya. Pendekatan pengembangan wilayah merupakan salah satu solusi yang tepat dalam mempercepat keserasian pembangunan antar daerah/wilayah. Oleh karena itu perlu dikembangkan program kewilayahan untuk terciptanya keterpaduan, keserasian, keseimbangan laju pertumbuhan dan berkelanjutan pembangunan antar wilayah/antar kawasan sesuai dengan potensi alamnya dan memanfaatkan potensi tersebut secara efektif, tertib dan aman. Pengembangan dan pemerataan pertumbuhan wilayah agar diarahkan pada upaya : 1. Mendorong dan mengimplementasikan kerjasama pembangunan antar daerah/wilayah secra fungsional sebagai instrumen penyerasian dan pengendalian pengembangan wilayah. 2. Mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah perbatasan dengan mengutamakan pemanfaatan potensi keunggulan lokal, peningkatan investasi dan partisipasi swasta, pemberdayaan lembaga perekonomian masyarakat serta mengembangkan sistem jaringan infrastruktur perhubungan. 3. Mendorong percepatan pembangunan wilayah tertinggal dengan menggunakan data dan informasi yang valid dan lengkap yang mencerminkan kondisi terakhir ketertinggalan disetiap kecamatan dan sektor tertentu. 4. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pesisir dan pulau pulau kecil. 5. Pengelolaan dan pengembangan potensi sumber daya alam diwilayah pesisir laut dan pulau pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan. 6. Kawasan strategis Provinsi Banten yang akan diprioritaskan sesuai dengan RTRW Provinsi Banten Tahun pada Tahun 2014 antara lain Kawasan Tanjung Lesung Panimbang di Kabupaten Pandeglang, Kawasan Bayah dan sekitarnya di Kabupaten Lebak, Kawasan Malingping dan sekitarnya di Kabupaten Lebak, Kawasan Cibaliung dan sekitarnya di Kabupaten Pandeglang, Kawasan Balaraja di Kabupaten Tangerang, Kawasan Teluk Naga di Kabupaten Tangerang, KP3B di Kota Serang, Kawasan Sport City di Kota Serang, KSE Bojonegara di Kabupaten Serang, KSE Krakatau di Kota Cilegon, Kawasan Kota Kekerabatan Maja di Kabupaten Lebak, Kawasan Kaki Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 26

38 Jembatan Selat Sunda, Kawasan Banten Water Front City di Kota Serang dan Kawasan pusat pusat pertumbuhan lainnya. Pembangunan infrastruktur wilayah dan kawasan sangat penting guna menunjang peningkatan perekonomian wilayah dan kawasan yang berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Kondisi infrastruktur di Provinsi Banten khususnya kondisi jalan provinsi dan nasional saat ini sebagian besar dalam kondisi rusak sehingga pada tahun 2016 tetap perlu mendapat perhatian khusus. Penanganan Kondisi Jalan dan Jembatan dilakukan melalui pemeliharaan dan peningkatan jalan, peningkatan fungsi jembatan timbang, peningkatan pengendalian dan pengawasan dan penyediaan sarana dan prasarana keselamatan transportasi. Khusus dalam penanganan mempertahankan kondisi jalan dan jembatan, pada tahun 2014 Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten telah menyusun kajian terhadap kebutuhan organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pelaksana Teknis Jalan dan Jembatan yang selama ini terdiri dari 2 (dua) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pelaksana Teknis Jalan dan Jembatan dan akan dimekarkan menjadi 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pelaksana Teknis Jalan dan Jembatan yaitu : 1. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pelaksana Teknis Jalan dan Jembatan Wilayah Tangerang; 2. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pelaksana Teknis Jalan dan Jembatan Wilayah Serang dan Cilegon; 3. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pelaksana Teknis Jalan dan Jembatan Wilayah Pandeglang; dan 4. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pelaksana Teknis Jalan dan Jembatan Wilayah Lebak. Fokus Penanganan Infrastruktur 2016 diarahkan pada pembangunan jalan menunjang pariwisata, kawasan pusat pertumbuhan, penanganan kemacetan, kawasan pertanian dan pusat pemerintahan. Penanganan infrastruktur jalan mendukung Pariwisata, antara lain : 1) Melalui APBD yaitu peningkatan jalan ruas Sumur Cibaliung, Cigeulah Bayah, Tanjung Lesung Sumur, Kronjo Mauk Tanjungkait, Palima Cinangka Anyer, dll; 2) Melalui APBN yaitu peningkatan jalan ruas Labuan Cibaliung Muarabinuangen Bayah, Cilegon Bojonegara dan Cilegon Pasauran, dll; 3) Peningkatan Jalan Saketi Malingping. Penanganan Infrastruktur jalan mendukung Kawasan Pusat Pemerintahan antara lain : 1) Melalui APBD yaitu peningkatan jalan ruas Serang Palima Pakupatan, Bhayangkara Cilaku Pakupatan Palima, Serang Cilaku (Pertigaan Petir KP3B), Lingkar Selatan (Tb Suwandi) Sayabulu Serang Palima; 2) Melalui APBN yaitu Peningkatan jalan ruas Tol Serang Timur Sudirman, Serang Cilegon (Tol Serang Barat), Serang Pandeglang. Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 27

39 Penanganan Infrastruktur jalan mengurangi kemacetan Perkotaan, antara lain : 1) Peningkatan kapasitas jalan seperti : ruas Hasyim Ashari, Ciputat Pamulang, Abdul Hadi Fatah Hasan; 2) Penataan persimpangan seperti : Sp.Brimob, Wr.Pojok, Sp.Kepandean, Sp. Cirendeu, dll Review terhadap Rancangan RKPD Dalam penyusunan Renja Tahun 2016, Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten juga memperhatikan hasil review terhadap Rancangan RKPD Pemerintah Provinsi Banten Tahun 2016 yang diuraikan sebagaimana tabel 2.8. (Terlampir) 2.5. Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan dari Kabupaten/Kota Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Renja SKPD Provinsi wajib menampung usulan atau aspirasi masyarakat melalui Forum SKPD Provinsi. Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten telah menyelenggarakan Forum SKPD Bidang Bina Marga dan Tata Ruang dimana Forum SKPD tersebut merupakan wadah penampungan dan penjaringan aspirasi masyarakat, dan dunia usaha (pemangku kepentingan), untuk penyempurnaan rancangan kebijakan penyusunan Renja SKPD. Forum SKPD Bidang Bina Marga dan Tata Ruang membahas rancangan Renja Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dengan menggunakan prioritas program dan kegiatan yang dihasilkan dari musrenbang RKPD kabupaten/kota, sebagai bahan untuk menyempurnakan rancangan Renja Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Hasil rumusan usulan program kegiatan kabupaten/kota untuk Tahun 2016 dilihat pada tabel 2.9. (Terlampir) Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 28

40 TABEL 2.8 REVIEW TERHADAP RANCANGAN AWAL RKPD TAHUN 2016 PROVINSI BANTEN Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 29

41 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 30

42 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 31

43 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 32

44 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 33

45 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 34

46 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 35

47 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 36

48 TABEL 2.9 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN KABUPATEN / KOTA Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 37

49 Rancangan Rencana Kerja Tahun 2016 II 38

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : Tahun 2015 28 Desember 2015 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah tak henti hentinya kita panjatkan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA-SKPD) Tahun 2017 Dinas Pekerjaan Umu Bina Marga Kabupaten Lamongan

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA-SKPD) Tahun 2017 Dinas Pekerjaan Umu Bina Marga Kabupaten Lamongan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah ( RENJA SKPD ) adalah dokumen tahunan, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD

Lebih terperinci

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) 1 RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) Renja Bagian Pertanahan Tahun 2015 (Review) Page 1 2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Rencana Kerja Bagian Pertanahan Sekretariat

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Dinas Bina Marga Provinsi Lampung 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung Dinas Pekerjaan Umum Dati I Lampung berdiri pada tanggal 11 maret 1967 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya, kami dapat menyelesaikan Rencana Kerja (RENJA) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

BAPPEDA PROVINSI BANTEN

BAPPEDA PROVINSI BANTEN RANCANGAN RENCANA KERJA TAHUN 2016 DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Pada tahun 2016, pembangunan bidang pertambangan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 167 SURABAYA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS BINA MARGA KABUPATEN BANDUNG

RENCANA KERJA DINAS BINA MARGA KABUPATEN BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UU NO. 32 tahun 2004 sebagai pengganti dari UU NO. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus sendiri daerahnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA KABUPATEN MALANG TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA KABUPATEN MALANG TAHUN 2018 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA KABUPATEN MALANG TAHUN 2018 TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas tersusunnya dokumen Rencana

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAGIAN PERTANAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MALANG BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA BAGIAN PERTANAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MALANG BAB I PENDAHULUAN 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN PERTANAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 188.45/ /KEP/421.014/2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA BAGIAN PERTANAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MALANG

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL RENCANA KERJA 2017 Rancangan Akhir Rencana Kerja KATA PENGANTAR Bidang kependudukan merupakan salah satu hal pokok dan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat adalah dokumen rencana pembangunan BPMPT untuk periode 1 (satu) tahun yang penyusunannya

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH Jalan Kabupaten No. 1 Purwokerto 53115 Telp. 637405 Faxcimile (0281) 637405 KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

Rencana Kerja (RENJA ) 2015

Rencana Kerja (RENJA ) 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU-SPPN) yang telah dijabarkan secara teknis dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, 2014 Kepala Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Musi Rawas

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, 2014 Kepala Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Musi Rawas KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Musi Rawas Tahun 2015 merupakan perwujudan dari Pelaksanaan Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU KECAMATAN ANGSANA DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Bagan... iv Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA JL. RAYA SOREANG KM. 17 SOREANG TELP. (022) 5897432 2012 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK PEMERINTAH KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 Kata Pengantar Rencana Kerja ( Renja ) Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Tahun 2016

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016 RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU KECAMATAN ANGSANA DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Bagan... iv Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK Jl. Lintas Sumatera Km 20 Telp. (0755) 31566,Email:pukabsolok@gmail.com RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK TAHUN 2015 AROSUKA

Lebih terperinci

Rencana Strategis. Dinas Binamarga. Kabupaten Garut. Jalan Raya Samarang No 117 Garut

Rencana Strategis. Dinas Binamarga. Kabupaten Garut. Jalan Raya Samarang No 117 Garut 2014-2019 Rencana Strategis Dinas Binamarga Kabupaten Garut Jalan Raya Samarang No 117 Garut KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Bina Marga Kabupaten Garut 2014-2019, merupakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun

Renstra Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG BAGIAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Sebagai tindak lanjut instruksi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan rangkaian kegiatan dari dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan Pemerintah Daerah dalam seluruh aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja- SKPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan pertanian diarahkan pada pertanian industrial unggul berkelanjutan. Dengan demikian budidaya atau usaha tani harus dilihat sebagai bioindustri,

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA-SKPD) 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja (Renja) SKPD pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. Rencana Kerja Unit Kerja Biro Pemerintahan Setda Provinsi Banten Tahun 2016

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. Rencana Kerja Unit Kerja Biro Pemerintahan Setda Provinsi Banten Tahun 2016 BAB 3 TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Tujuan, Sasaran, Program dan Kegiatan 3.1 BAB 3 TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. TUJUAN DAN SASARAN RENJA Maksud penyusunan Rencana Kerja Biro Pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN.. 2 1.1 Latar Belakang 2 1.2 Landasan Hukum.. 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2017 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI GORONTALO

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2017 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI GORONTALO RENCANA KINERJA TAHUNAN 2017 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Puji syukur hanya patut dihaturkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

BAPPEDA PROVINSI BANTEN

BAPPEDA PROVINSI BANTEN RANCANA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA ( DISPORA )PROVINSI BANTEN TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RECANA KERJA 2016 DISPORA PROVINSI BANTEN i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah Kami

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang RENCANA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2018 Penyusunan Rancangan Akhir Rencana Kerja Inspektorat Kota Tangerang Tahun 2018 merupakan pelaksanaan kegiatan mengacu pada Rancangan Akhir Rencana Kerja

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 LANDASAN HUKUM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 LANDASAN HUKUM. KATA PENGANTAR Dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang, sesuai dengan tahapan sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tersebut dalam butir 1 d, disebutkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DISNAKERTRANS KAB.MURA TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KERJA (RENJA) DISNAKERTRANS KAB.MURA TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KERJA (RENJA) DISNAKERTRANS KAB.MURA TAHUN ANGGARAN 2015 Jl.Lintas Sumatera KM.12,5 Komplek Perkantoran Pemkab Muara Beliti KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tidak tercapainya beberapa sasaran tersebut diatas disebabkan karena beberapa hal, antara lain : PROSE NTASE

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tidak tercapainya beberapa sasaran tersebut diatas disebabkan karena beberapa hal, antara lain : PROSE NTASE IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja disusun berdasarkan Rencana Strategis 2011 2016 dan Rencana Kerja Tahun 2014. Adapun Capaian Sasaran Dinas Bina Marga tahun 2014 tampak sebagai berikut

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja adalah dokumen perencanaan untuk periode satu tahun,

Lebih terperinci

RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN 2015

RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN 2015 RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Rencana Kerja yang disusun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016 Lampiran Tahun 2016 Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bontang BAB I P E N D A H U L U A N I.1. LATAR BELAKANG Dengan ditetapkannya UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

BekerjaKeras,BergerakCepat, BertindakTepat Menuju Lombok Barat Bangkit

BekerjaKeras,BergerakCepat, BertindakTepat Menuju Lombok Barat Bangkit PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DINASPEKERJAANUMUM DAN PENATAAN RUANG KOMPLEK KANTOR PEMDA. KABUPATEN LOMBOK BARAT Jl. SoekarnoHattaGiriMenang GerungKode Pos 83363 email : dpu@lombokbaratkab.go.id BekerjaKeras,BergerakCepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. ... i DAFTAR ISI. ... ii. A. Latar Belakang B. Landasan Hukum C. Maksud dan Tujuan...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. ... i DAFTAR ISI. ... ii. A. Latar Belakang B. Landasan Hukum C. Maksud dan Tujuan... DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 4 C. Maksud dan Tujuan... 5 D. Sistematika Penulisan. 6 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENjA-SKPD) Tahun 2017 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Lamongan

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENjA-SKPD) Tahun 2017 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Lamongan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2015 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA KAB. LAMONGAN 2.1.Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun 2015 dan Capaian Renstra SKPD Program kegiatan pembangunan dan tingkat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL

PERATURAN BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 36 Peraturan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KLUNGKUNG JALAN GAJAH MADA NO 47 SEMARAPURA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PEKERJAAN UMUM Jalan Gajah Mada Nomor 47 Telp. (0366)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTABARU NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang P erencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Banyuwangi 1

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Banyuwangi 1 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Banyuwangi 1 Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang disempurnakan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Tahun Latar Belakang. B a b I P e n d a h u l u a n 1

Bab I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Tahun Latar Belakang. B a b I P e n d a h u l u a n 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang erdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang B Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah wajib menyusun Rancangan Awal Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Strategis ( Renstra ) Dinas Kesehatan 2012 2017 Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, merupakan penjabaran

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 217 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 167 SURABAYA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA,

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA, KATA PENGANTAR Assamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas ijinnya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) PEMERINTAH KOTA MATARAM DINAS PEKERJAAN UMUM Jalan Semanggi No. 19 Telepon (0370) 633095 - Mataram RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA MATARAM 2011-2015 PEMERINTAH KOTA MATARAM DINAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENJA DISPORA KAB. MURA

KATA PENGANTAR RENJA DISPORA KAB. MURA KATA PENGANTAR Pembangunan Kepemudaan dan Keolahragaan pada hakekatnya merupakan miniatur kehidupan, Hal ini dapat dikatakan demikian karena didalam aktifitas kepemudaan dan keolahragaan terdapat aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011-2015 DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah tak henti hentinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I Pemerintah Provinsi Banten PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan merupakan suatu proses pengambilan keputusan untuk menentukan tindakan masa depan secara tepat dari sejumlah pilihan, dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2015

RENCANA KERJA TAHUN 2015 RENCANA KERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN JL. KAPTEN A. RIVAI PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2015 adalah Rencana Operasional

Lebih terperinci