Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (LAKU PANDAI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (LAKU PANDAI)"

Transkripsi

1 PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: XX/POJK.YY/2014 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.YY/2014 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF Menimbang: I. UMUM a. bahwa masih banyak masyarakat di wilayah Indonesia yang belum mengenal, menggunakan dan/atau mendapatkan layanan jasa perbankan dan jasa keuangan lainnya, baik karena tingkat kemiskinan maupun lokasi tempat tinggal yang terpencil (unbanked dan unbankable people); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Peranan perbankan sangat penting dalam menunjang kegiatan dan pertumbuhan perekonomian baik lokal, regional maupun global. Dalam perkembangan akhirakhir ini, tuntutan dinamika perbankan untuk meningkatkan pelayanan agar bermanfaat kepada segenap lapisan masyarakat semakin terdengar. Hal ini terutama karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tersentuh oleh jasa layanan perbankan. Banyaknya unbanked people ini terlihat pada hasil survey World Bank (2010) yang mencatat bahwa pada saat itu terdapat sekitar 47% dari total masyarakat yang merupakan penabung di lembaga keuangan formal. Kondisi akses keuangan di Indonesia ini relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan akses keuangan di negara lain di Asia seperti Singapura (95%), Korea (65%), Malaysia, Thailand dan Srilangka (masing-masing 60%). Hal 1 dari 38

2 Rendahnya akses terhadap layanan jasa keuangan di Indonesia disebabkan antara lain oleh masih banyaknya wilayah yang belum terjangkau layanan jasa keuangan formal karena faktor lokasi kependudukan masyarakat yang terpencil sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar untuk mendapatkan layanan keuangan. Selain itu rendahnya akses keuangan juga disebabkan oleh penghasilan sebagian masyarakat yang belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai produk dan layanan keuangan sehingga belum mampu menyisihkan dana untuk menabung. Layanan jasa keuangan melalui Branchless Banking (BB) diharapkan dapat menjangkau masyarakat yang tidak bisa dilayani oleh jaringan kantor secara fisik (Layanan Keuangan Tanpa Kantor/LAKU PANDAI), baik dengan menggunakan sarana teknologi seperti telepon seluler, Electronic Data Capture (EDC) maupun jasa pihak ketiga seperti seperti Agen individu atau Agen badan hukum, terlebih lagi bila diiringi dengan produk yang tepat atau sesuai bagi masyarakat yang disasar, maka BB dapat merupakan alternatif yang efektif dan efisien bagi Bank dalam menawarkan jasa keuangan kepada unbanked dan unbankable people. Hal 2 dari 38

3 b. bahwa dalam rangka memperluas akses masyarakat terutama unbanked dan unbankable people atas layanan keuangan, Otoritas Jasa Keuangan dan industri perbankan serta jasa keuangan lainnya mendukung program keuangan inklusif sebagaimana telah dituangkan dalam strategi nasional keuangan inklusif; Salah satu prasyarat bagi keberhasilan pembangunan adalah terciptanya suatu sistem keuangan yang berfungsi dengan baik dan memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Pasar dan institusi keuangan diyakini memainkan peranan penting dalam menyalurkan dana kepada kegiatan ekonomi yang produktif. Maka dari itu Pemerintah menyadari akan pentingnya keuangan inklusif dan menerbitkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) yang terdiri dari 6 (enam) pilar. BB dicantumkan di dalam pilar ke-5 (kelima) dalam SNKI yaitu fasilitas intermediasi dan distribusi. Diharapkan dengan menjadikan program BB untuk FI sebagai salah satu strategi nasional dalam pembangunan di Indonesia, partisipasi dan kerjasama dari pihak-pihak seperti Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo), Bank penyelenggara LAKU PANDAI, perusahaan telekomunikasi (telco), perusahaan penyedia jasa teknologi informasi dan Agen LAKU PANDAI dapat menimbulkan sinergi yang baik dalam implementasi kegiatan LAKU PANDAI ini. Dengan dilayaninya masyarakat yang tinggal di lokasi terpencil dan masyarakat berpenghasilan rendah oleh Bank penyelenggara LAKU PANDAI maka akan semakin banyak dan semakin beragam golongan masyarakat yang memiliki akses terhadap layanan jasa keuangan. Selanjutnya, dengan semakin inklusif layanan jasa Hal 3 dari 38

4 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif. Mengingat: a. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); c. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan keuangan di Indonesia maka kegiatan perekonomian baik dari Pemerintah maupun swasta dapat melibatkan semakin banyak pihak dalam masyarakat di Indonesia sehingga dampak dari pertumbuhan ekonomi dapat semakin merata di seluruh Indonesia baik dari sisi wilayah maupun golongan ekonomi. Dengan demikian peningkatan akses keuangan dapat berperan dalam usaha pengentasan kemiskinan di Indonesia. Pelaksanaan kegiatan LAKU PANDAI selain memberikan manfaat yang besar juga dilain pihak dapat menimbulkan risiko baru baik kepada Bank sendiri maupun masyarakat, sehingga dalam hal ini diperlukan pengaturan mengenai Layanan Keuangan Tanpa Kantor (LAKU PANDAI) dalam rangka Keuangan Inklusif. Hal 4 dari 38

5 Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3467). Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF BAB I KETENTUAN UMUM PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah bank sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang yang mengatur mengenai perbankan dan bank syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan syariah. 2. Layanan Keuangan Tanpa Kantor yang selanjutnya disebut LAKU PANDAI adalah kegiatan jasa layanan perbankan dan jasa keuangan lainnya yang dilakukan tidak melalui jaringan kantor lembaga keuangan secara fisik, namun dengan memanfaatkan sarana teknologi dan informasi dan pihak ketiga yang bekerjasama dengan Bank terutama dalam rangka melayani unbanked dan unbankable people. Hal 5 dari 38

6 3. Agen adalah pihak ketiga yang merupakan kepanjangan tangan dari Bank untuk melayani nasabah secara bertatap muka menggunakan teknologi informasi yang diselenggarakan oleh Bank. 4. Keuangan Inklusif yang selanjutnya disingkat KI adalah upaya untuk menjangkau masyarakat yang belum memiliki akses dan/atau memanfaatkan jasa keuangan (unbanked dan unbankable people) karena berbagai hambatan antara lain tingkat kemiskinan, lokasi domisili di daerah terpencil, lokasi tempat bekerja yang jauh dari domisili dan biaya yang terkait dengan produk dan transaksi keuangan. Pasal 2 Pasal 2 (1) Penyelenggara LAKU PANDAI untuk KI adalah lembaga keuangan yang telah memperoleh persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan LAKU PANDAI. (2) Lembaga keuangan yang dapat mengajukan permohonan persetujuan penyelenggaraan LAKU PANDAI untuk KI adalah: Ayat (1) Ayat (2) a. Bank, Huruf a b. Perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa, dan Huruf b Perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan asuransi yang memberikan jasa dalam penalangan risiko kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa dari tak pasti. Hal 6 dari 38

7 c. Lembaga keuangan lainnya dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan. Perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Huruf c Pasal 3 Pasal 3 (1) Produk yang dapat dilayani oleh pihak ketiga yang Ayat (1) bekerjasama dengan lembaga keuangan dalam rangka LAKU PANDAI untuk KI antara lain: a. Basic Saving Account (BSA), Huruf a b. kredit kepada usaha mikro, Huruf b Kredit kepada usaha mikro adalah kredit yang diberikan oleh Bank penyelenggara LAKU PANDAI kepada nasabah BSA untuk kegiatan produktif. c. asuransi mikro, dan/atau Huruf c Produk asuransi mikro adalah produk asuransi yang memiliki karakterisitik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat berpenghasilan rendah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai asuransi mikro. Hal 7 dari 38

8 d. produk lainnya berdasarkan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan. (2) BSA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah rekening tabungan dengan karakteristik sebagai berikut: a. hanya dapat dimiliki oleh perorangan warga negara Indonesia paling banyak hanya 1 (satu) rekening tabungan pada Bank yang sama; Huruf d Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan tabungan adalah semua jenis tabungan yang ditawarkan oleh Bank mencakup BSA dan tabungan lainnya. b. dalam mata uang rupiah; Huruf b c. Bank dapat memberikan nama produk tabungan Huruf c sesuai kebijakan Bank; d. tanpa batas minimum setoran; Huruf d Setoran mencakup setoran pada saat pembukaan rekening dan/atau setoran tunai selanjutnya. e. tanpa batas minimum saldo rekening berlaku setiap saat; f. batas maksimum saldo rekening setiap saat ditetapkan oleh Bank, namun paling tinggi Rp ,00 (dua puluh juta rupiah); g. maksimum transaksi penarikan tunai dan/atau transfer keluar dalam 1 (satu) bulan ditetapkan oleh Bank, namun paling tinggi Rp ,00 (lima juta rupiah); h. maksimum transaksi penarikan tunai sebagaimana dimaksud pada huruf g paling tinggi dapat lebih besar Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Hal 8 dari 38

9 dari Rp ,00 (lima juta rupiah) dalam 1 (satu) bulan, namun tidak boleh lebih besar dari Rp ,00 (enam puluh juta rupiah) dalam hal nasabah BSA menjadi debitur Bank; i. tanpa biaya untuk: Huruf i 1) administrasi bulanan, 2) pembukaan rekening, 3) penutupan rekening, 4) penyetoran tunai, dan/atau 5) transfer masuk; j. penarikan tunai dan/atau transfer keluar ke rekening lain pada Bank yang sama yang dilakukan nasabah BSA di Agen LAKU PANDAI dapat dikenakan biaya setelah 4 (empat) transaksi dalam 1 (satu) bulan yang sama; Huruf j Contoh nasabah BSA Bank P (X) melakukan transaksi sebagai berikut: Tanggal Jenis Transaksi 2 Juli (satu) transaksi tarik tunai di Agen A 10 Juli (satu) transaksi transfer ke rekening nasabah Bank P (Y) melaluiagen B 15 Juli (dua) transaksi transfer ke rekening nasabah Bank P (Z) dan nasabah Bank P Hal 9 dari 38

10 (W) melalui ATM 17 Juli (dua) transaksitariktunai di Agen C 20 Juli (satu) transaksi transfer ke rekening nasabah Bank P (W) melalui Agen B 25 Juli (satu) transaksi tarik tunai di Agen B k. biaya untuk transaksi pembayaran melalui rekening tabungan dan biaya lainnya ditetapkan oleh Bank, namun tidak boleh lebih tinggi dari biaya transaksi untuk rekening tabungan reguler; l. tidak diperkenankan untuk rekening bersama (joint account) dengan status dan/atau ; m. bukti kepemilikan rekening tabungan diserahkan kepada Bank; Bank P baru dapat membebankan biaya transaksi kepada nasabah X untuk transaksi yang dilakukan selama bulan Juli sejak tanggal 20 Juli Huruf k Contoh pembayaran antara lain untuk listrik, air dan/atau telepon. Contoh biaya lainnya antara lain untuk penggantian kartu atau buku tabungan karena telah penuh, rusak atau hilang. Huruf l Huruf m Bukti kepemilikan tabungan antara lain Hal 10 dari 38

11 berupa buku, print out atau kartu penabung; n. mendapatkan bunga atau bagi hasil; Huruf n Bunga atau bagi hasil BSA diberikan secara tiering kepada nasabah, mulai dari saldo Rp1,00 (satu rupiah) dengan suku bunga/tingkat bagi hasil terendah paling kurang sama dengan tingkat bunga terendah untuk tabungan reguler pada masing-masing Bank. (3) Dalam hal jumlah transaksi nominal dalam sebulan dan/atau saldo rekening BSA akan mendekati batas, namun nasabah tetap ingin melakukan transaksi dan/atau meningkatkan saldo rekening BSA, Bank dapat mengubah status rekening BSA menjadi tabungan reguler berdasarkan pengajuan nasabah. (4) Dalam rangka menyesuaikan kualitas layanan dengan kebutuhan nasabah BSA, Bank hanya dapat menyediakan kartu ATM/debit kepada nasabah yang mengajukan permohonan kepemilikan kartu ATM/debit, dan kartu ATM/debit harus didukung dengan kerjasama antara Bank dengan penyelenggara sistem pembayaran tertentu. (5) Bank wajib melayani nasabah yang membutuhkan pembukaan BSA dan/atau transaksi BSA lainnya melalui jaringan kantor Bank. (6) Kredit kepada usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b hanya diberikan kepada calon debitur (pemohon kredit) yang telah menjadi nasabah BSA paling singkat 6 (enam) bulan dengan kriteria kredit sebagai Ayat (3) Ayat (4) Yang dimaksud dengan penyelenggara sistem pembayaran tertentu yaitu berbadan hukum Indonesia dan memiliki lokasi pemrosesan transaksi dan penempatan pusat data di Indonesia. Ayat (5) Ayat (6) Hal 11 dari 38

12 berikut: a. maksimum nominal kredit sesuai dengan rata-rata saldo BSA dalam 6 (enam) bulan terakhir atau ditetapkan berdasarkan kebijakan Bank dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian; b. tujuan kredit adalah untuk kegiatan produktif seperti modal kerja, investasi barang modal, pendidikan, dan kegiatan produktif lainnya; c. jangka waktu kredit paling lama 1 (satu) tahun atau ditetapkan berdasarkan kebijakan Bank dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian; d. permohonan kredit dapat diajukan melalui jaringan kantor Bank dan/atau Agen, namun analisis kelayakan dan persetujuan pemberian kredit tetap dilakukan oleh Bank; e. pencairan kredit dapat dilakukan melalui: Huruf e 1) rekening BSA debitur, atau Angka 1) 2) rekening milik supplier, pemberi kerja atau pihak yang terkait dengan kegiatan usaha nasabah. Huruf a Kebijakan Bank antara lain mempertimbangkan analisis Bank mengenai kebutuhan dana yang diajukan calon debitur dan/atau informasi dari pendamping, kelompok nasabah, dinas atau instansi terkait. Huruf b Huruf c Kebijakan Bank antara lain mempertimbangkan analisis Bank mengenai rencana pengembangan kegiatan usaha yang diajukan calon debitur dan/atau informasi dari pendamping, kelompok nasabah, dinas atau instansi terkait. Huruf d Angka 2) Contoh supplier antara lain Agen Hal 12 dari 38

13 (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai: Ayat (7) a. BSA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2), dan b. kredit kepada usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, c. produk lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d. diatur dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. (8) Fitur produk asuransi mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan ketentuan lebih lanjut mengenai asuransi mikro mengacu pada ketentuan mengenai asuransi mikro. BAB II BANK PENYELENGGARA LAKU PANDAI Bagian Pertama Persyaratan Bank Penyelenggara LAKU PANDAI Pasal 4 Pasal 4 Ayat (1) (1) Bank yang akan mengajukan permohonan persetujuan penyelenggaraan LAKU PANDAI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: Ayat (8) a. berbadan hukum Indonesia; Huruf a Cukup jelas pupuk dan/atau benih yang diperlukan untuk kegiatan tanam padi nasabah. Hal 13 dari 38

14 b. memiliki peringkat faktor profil risiko, risiko operasional dan risiko kepatuhan dengan peringkat 1,2, atau 3. c. telah memiliki jaringan kantor di Wilayah Indonesia Timur dan sekitarnya; Huruf b Penilaian peringkat faktor profil risiko, risiko operasional dan risiko kepatuhan adalah penilaian sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum atau penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah. Penilaian peringkat faktor profil risiko, risiko operasional dan risiko kepatuhan yang digunakan adalah penilaian yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Huruf c Yang dimaksud dengan Wilayah Indonesia Timur adalah pembagian wilayah Indonesia berdasarkan zona waktu meliputi provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara. Yang dimaksud dengan sekitarnya adalah provinsi di sekitar wilayah Indonesia timur yang berdasarkan pertimbangan jaringan kantor perbankan. banyaknya daerah tertinggal dan penduduk miskin, dan kondisi tertentu lainnya di provinsi tersebut memerlukan LAKU PANDAI. d. telah memiliki infrastruktur pendukung untuk melayani Huruf d Hal 14 dari 38

15 nasabah Bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melaksanakan transaksi perbankan melalui media elektronik berupa: 1) SMS banking atau mobile banking, dan Angka 1) Yang dimaksud dengan: a) SMS banking adalah layanan informasi atau transaksi perbankan yang dapat diakses langsung melalui telepon seluler dengan menggunakan media SMS, b) Mobile banking adalah layanan untuk melakukan transaksi perbankan melalui telepon seluler, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti. 2) Internet banking atau host to host. Angka 2) Yang dimaksud dengan internet banking adalah layanan untuk melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti.. (2) Jaringan kantor di sekitar Wilayah Indonesia Timur Ayat (2) Yang dimaksud dengan host to host system adalah sistem elektronik yang terhubung diantara dua institusi. Hal 15 dari 38

16 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c adalah provinsi Nusa Tenggara Timur. (3) Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan evaluasi secara Ayat (3) berkala terkait persyaratan wilayah jaringan kantor Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan ayat (2), dan akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 5 Pasal 5 Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Yang dimaksud Bank yang dimiliki oleh Pemerintah huruf c dikecualikan bagi Bank yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah adalah Bank yang sahamnya mayoritas Daerah atau Bank yang berkantor pusat di luar Jakarta. dimiliki oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan/atau Pemerintah Kota. Bagian Kedua Wilayah Operasional Bank Penyelenggara LAKU PANDAI Pasal 6 Pasal 6 (1) Bank penyelenggara LAKU PANDAI dapat bekerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka LAKU PANDAI untuk KI (Agen). (2) Lokasi pihak ketiga yang bekerjasama dengan Bank yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Pengaturan ini dimaksudkan untuk mendukung peran Bank yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan Bank yang berkantor pusat di luar Jakarta dalam meningkatkan layanan keuangan, pengembangan pembangunan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan di daerahnya. Ayat (1) Ayat (2) Hal 16 dari 38

17 ayat (1) huruf c dapat berada di seluruh wilayah Indonesia, namun tidak termasuk di ibukota provinsi, ibukota kabupaten atau kotamadya. (3) Lokasi pihak ketiga yang bekerjasama dengan Bank yang mendapatkan pengecualian sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) hanya dapat di provinsi sesuai lokasi kantor pusat Bank berada. (4) Mempertimbangkan kemampuan jangkauan pemantauan, Bank wajib memiliki jaringan kantor di kabupaten lokasi Agen LAKU PANDAI berada, dengan ketentuan sebagai berikut paling kurang: a. kantor kas dalam hal Agen hanya dapat menerima tabungan, atau b. kantor cabang pembantu dalam hal Agen dapat menerima tabungan dan aplikasi kredit (5) Bank dapat memiliki Agen LAKU PANDAI di kotamadya atau ibukota kabupaten dalam hal tidak terdapat jaringan kantor (sampai dengan kantor kas) dari bank apapun di kotamadya atau ibukota kabupaten tersebut. (6) Kewajiban memiliki jaringan kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat dikecualikan sepanjang: Ayat (3) Contoh : 1. Bank X yang berkantor pusat di Surabaya maka hanya dapat memiliki Agen LAKU PANDAI yang berlokasi di provinsi Jawa Timur. 2. Bank yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang berkantor pusat di provinsi Z maka hanya dapat memiliki Agen LAKU PANDAI yang berlokasi di provinsi Z. Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Hal 17 dari 38

18 a. Bank penyelenggara memiliki jaringan kantor paling kurang kantor kas di kabupaten yang berbatasan, dan b. lokasi Agen dapat dijangkau oleh pegawai Bank dari jaringan kantor terdekat. (7) Dalam hal keberadaan jaringan kantor Bank masih belum mencukupi untuk melayani unbanked dan unbankable people di ibukota kabupaten, Bank dapat memiliki Agen di ibukota kabupaten tersebut sepanjang: Huruf a Cukup jelas Huruf b Pengertian dapat dijangkau dalam hal untuk kepentingan pengelolaan likuiditas, proses persetujuan pembukaan rekening, monitoring, dan lain-lain. Ayat (6) a. Bank sudah memiliki jaringan kantor di ibukota kabupaten tersebut, dan b. Bank bekerjasama dengan Agen di ibukota kabupaten luar Pulau Jawa sejumlah dua kali dari Agen di kota kabupaten. BAB III KERJASAMA PENYELENGGARAAN LAKU PANDAI Pasal 7 Pasal 7 (1) Dalam menyelenggarakan kegiatan LAKU PANDAI, Bank dapat bekerjasama dengan pihak ketiga yang merupakan kepanjangan tangan Bank. (2) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. Agen LAKU PANDAI individu, dan/atau b. Agen LAKU PANDAI badan usaha. (3) Pelaksanaan kerja sama Bank Penyelenggara dengan pihak Hal 18 dari 38

19 ketiga wajib dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 8 Pasal 8 (1) Agen LAKU PANDAI individu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 7 ayat (2) huruf a harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut: a. bertempat tinggal di lokasi Agen beroperasi, Huruf a b. memiliki kemampuan, reputasi dan integritas yang baik di Huruf b wilayah operasionalnya; Kemampuan meliputi kemampuan dalam memberikan penjelasan terkait aspek teknis dengan baik. Reputasi yang baik antara lain mempunyai jabatan atau memiliki pengaruh di daerahnya seperti ketua adat, anggota pengurus perkumpulan dan/atau tenaga pendidik. c. memiliki sumber penghasilan utama yang berasal dari usaha atau kegiatan lainnya yang sedang berjalan di lokasi setempat, paling singkat 2 (dua) tahun; d. menempatkan deposit dan/atau jaminan dengan jumlah sesuai yang ditetapkan oleh Bank penyelenggara LAKU Integritas antara lain dapat dinyatakan dalam bentuk penyampaian surat pernyataan oleh Agen kepada Bank dan/atau Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Huruf c Huruf d Hal 19 dari 38

20 PANDAI; e. telah menjadi nasabah Bank paling singkat 2 (dua) tahun; f. lulus proses uji tuntas (due diligence) oleh Bank penyelenggara LAKU PANDAI; dan g. hanya dapat bekerjasama dengan 1 (satu) Bank penyelenggara LAKU PANDAI. (2) Persyaratan jumlah tahun sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c dan huruf e dapat dikecualikan dengan pertimbangan tertentu yang akan diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 9 Pasal 9 Agen LAKU PANDAI badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut: a. berbadan hukum Indonesia berupa: Huruf a 1) lembaga yang memiliki otoritas pengatur dan pengawas dan diperkenankan melayani transaksi dibidang keuangan, atau Huruf e Huruf f Huruf g Ayat (2) 2) perusahaan berbadan hukum yang memiliki jaringan Angka 2) retail outlet, b. memiliki reputasi dan kinerja yang baik di wilayah Huruf b operasionalnya; c. memiliki usaha yang sedang berjalan dengan lokasi usaha Huruf c tetap paling singkat 2 (dua) tahun; d. merupakan nasabah Bank penyelenggara paling singkat 2 Huruf d Angka 1) Contoh lembaga antara lain PT POS Indonesia, Lembaga Keuangan Mikro, koperasi dan pegadaian. Hal 20 dari 38

21 (dua) tahun; e. menempatkan deposit dan/atau jaminan dengan jumlah sesuai yang ditetapkan oleh Bank penyelenggara LAKU PANDAI; f. mampu melakukan manajemen likuiditas sesuai yang dipersyaratkan; g. memiliki teknologi informasi yang memadai dan dapat mengintegrasikan data dari berbagai device yang digunakan untuk LAKU PANDAI; h. lulus proses uji tuntas (due diligence) oleh Bank penyelenggara LAKU PANDAI; i. memiliki unit khusus atau menunjuk pegawai yang bertanggung jawab atas kegiatan LAKU PANDAI; j. dapat bekerjasama dengan lebih dari 1 (satu) Bank Penyelenggara, namun disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan operasional badan hukum tersebut dan mendapatkan persetujuan dari Bank yang telah bekerjasama sebelumnya; dan k. Setiap kantor atau outlet badan hukum hanya dapat menyediakan 1 (satu) produk bank konvensional dan/atau 1 (satu) bank syariah. Pasal 10 Pasal 10 Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Keberadaan unit khusus atau penunjukan pegawai Agen LAKU PANDAI badan hukum, yang bertanggung jawab atas kegiatan LAKU PANDAI dituangkan dalam perjanjian kerjasama antara Bank penyelenggara dengan Agen LAKU PANDAI badan hukum. Huruf j Huruf k Hal 21 dari 38

22 (1) Layanan yang dapat dilakukan oleh Agen LAKU PANDAI individu atau badan usaha meliputi; a. Pembukaan BSA; Huruf a b. penyetoran dan penarikan tunai; Huruf b c. pemindahbukuan; Huruf d Yang dimaksud dengan pemindahbukuan adalah transfer antar rekening pada Bank yang sama. d. pembayaran tagihan; Huruf e e. transfer dana; Huruf e Transfer dilakukan berdasarkan perintah nasabah. Dalam hal perintah transfer bukan berdasarkan perintah nasabah yaitu dari walk in customer, Agen LAKU PANDAI wajib memiliki ijin kegiatan usaha pengiriman uang dari Bank Indonesia. Termasuk dalam kegiatan transfer antara lain penyaluran program bantuan Pemerintah kepada masyarakat. f. pengecekan saldo; Huruf f g. penutupan BSA; Huruf g Hal 22 dari 38

23 h. menerima dokumen permohonan pengajuan kredit kepada usaha mikro oleh nasabah BSA untuk diteruskan kepada kantor cabang pembantu Bank; i. fasilitas lain berdasarkan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan. (2) Layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dilakukan oleh Agen LAKU PANDAI tertentu untuk melayani nasabah Bank selain nasabah BSA. (3) Batas nominal transaksi untuk layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk dalam batas layanan yang ditetapkan oleh Agen LAKU PANDAI tertentu. Huruf h Pasal 11 Pasal 11 (1) Bank penyelenggara LAKU PANDAI wajib memastikan: a. pemenuhan persyaratan Agen LAKU PANDAI individu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Agen LAKU PANDAI badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dan b. penyediaan layanan Agen LAKU PANDAI individu dan/atau badan usaha setiap saat sesuai dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. (2) Bank wajib mengenakan sanksi dan/atau pembinaan terhadap Agen LAKU PANDAI yang tidak dapat memenuhi persyaratan dan penyediaan sebagaimana diatur pada ayat (1). Pasal 12 Pasal 12 (1) Agen LAKU PANDAI individu atau badan hukum dapat Huruf i Ayat (2) Agen LAKU PANDAI tertentu ditetapkan berdasarkan kebijakan dan standar operating procedure (SOP) Bank. Ayat (3) Hal 23 dari 38

24 menjadi pemasar asuransi mikro. (2) Agen LAKU PANDAI individu atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan pemasar asuransi mikro sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai asuransi mikro. Pasal 13 Pasal 13 (1) Bank dapat menetapkan pemakaian device yang berbeda antar Agen LAKU PANDAI dengan mempertimbangkan kondisi wilayah operasional dan kemampuan Agen LAKU PANDAI. (2) Bank dapat menetapkan device dan/atau instrument yang akan digunakan nasabah untuk melakukan transaksi keuangan, atau tidak menetapkan device dan/atau instrument. Pasal 14 Pasal 14 Cukup Jelas Ketentuan lebih lanjut mengenai kerjasama penyelenggaraan LAKU PANDAI diatur dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. BAB IV TATA CARA PENGAJUAN DAN PERSETUJUAN PENYELENGGARAAN LAKU PANDAI Pasal 15 Pasal 15 (1) Bank yang akan melakukan kegiatan LAKU PANDAI wajib Ayat (1) Ayat (1) Device yang dapat digunakan Agen LAKU PANDAI antara lain komputer atau laptop, handphone (HP), dan/atau EDC. Ayat (2) Device yang dapat digunakan nasabah antara lain HP, sedangkan instrument antara lain kartu ATM. Contoh non device dan/atau instrument antara lain buku tabungan, lembar statement, lembar print out bukti transaksi. Hal 24 dari 38

25 mencantumkan rencana penyelenggaraan LAKU PANDAI dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Yang dimaksud dengan RBB adalah rencana bisnis bank sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai rencana bisnis bank. (2) Bank wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh persetujuan penyelenggaraan LAKU PANDAI kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum penyelenggaraan LAKU PANDAI dilakukan. (3) Permohonan persetujuan penyelenggaraan LAKU PANDAI sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disertai dengan dokumen pendukung yang paling kurang memuat Rencana penyelenggaraan LAKU PANDAI paling kurang memuat informasi dan penjelasan sebagai berikut: a. jenis dan deskripsi umum kegiatan LAKU PANDAI, b. waktu pelaksanaan kegiatan LAKU PANDAI, c. tujuan kegiatan LAKU PANDAI, d. keterkaitan kegiatan LAKU PANDAI dengan strategi bisnis Bank, e. risiko atas kegiatan LAKU PANDAI, dan f. mitigasi risiko atas kegiatan LAKU PANDAI. Ayat (2) Ayat (3) informasi sebagai berikut: a. informasi umum mengenai kegiatan LAKU PANDAI; Huruf a Informasi umum meliputi antara lain: nama produk LAKU PANDAI, rencana waktu penerbitan, dan informasi mengenai skim atau fitur produk LAKU PANDAI yang akan Hal 25 dari 38

26 diterbitkan. b. manfaat, biaya dan risiko bagi Bank; Huruf b c. manfaat dan risiko bagi nasabah dan Agen LAKU Huruf c PANDAI; d. prosedur pelaksanaan (standar operating procedure/sop) kegiatan LAKU PANDAI; Huruf d e. rencana kebijakan dan prosedur terkait dengan penerapan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT); f. dokumen atau konsep dokumen dalam rangka: Huruf f 1) transparansi dan edukasi kepada Agen dan nasabah yang terkait dalam kegiatan LAKU PANDAI, Huruf e 2) rencana cakupan Agen dan wilayah operasional, Angka 2) 3) struktur organisasi pendukung termasuk pengawasan Angka 3) dari manajemen dan kantor bank di daerah yang menjadi target lokasi Agen, 4) kesiapan kebijakan, sistem dan prosedur dari para pihak yang terkait dengan LAKU PANDAI, 5) kesiapan infrastruktur teknologi informasi, Angka 5) Angka 1) Dokumen atau konsep dokumen meliputi antara lain perjanjian antara Bank dengan nasabah dan/atau Agen LAKU PANDAI, brosur, leaflet, dan/atau formulir aplikasi. Angka 4) Hal 26 dari 38

27 6) kesiapan pengendalian manajemen risiko khususnya untuk memastikan terpenuhinya prinsip-prinsip pengendalian pengamanan data nasabah dan transaksi e-banking. Angka 6) g. sistem informasi akuntansi. Huruf g Sistem informasi akuntansi termasuk penjelasan singkat mengenai keterkaitan sistem informasi akuntansi tersebut dengan sistem akuntansi Bank secara menyeluruh, dan/atau sistem pencatatan administrasi. (4) Otoritas Jasa Keuangan akan menindaklanjuti permohonan persetujuan dan rencana penyelenggaraan LAKU PANDAI yang disampaikan oleh Bank dengan berpedoman pada ketentuan mengenai kegiatan usaha bank umum berdasarkan modal inti. BAB V KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB BANK PENYELENGGARA LAKU PANDAI Pasal 16 Pasal 16 (1) Bank Penyelenggara wajib: Ayat (1) a. bertanggungjawab atas seluruh perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh Agen LAKU PANDAI, Ayat (4) Huruf a Tanggung jawab Bank penyelenggara termasuk tindakan yang tidak diatur dalam perjanjian kerjasama sepanjang terkait dengan jasa Bank atau permasalahan terkait lainnya. Hal 27 dari 38

28 b. melakukan pemantauan dan pengawasan kegiatan Agen LAKU PANDAI secara memadai, c. memiliki perjanjian kerjasama secara tertulis dengan pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan LAKU PANDAI, dan d. memastikan edukasi dan literasi kepada Agen, nasabah BSA, dan masyarakat telah dilakukan secara optimal. Huruf b Huruf c Huruf d Contoh edukasi adalah penyampaian informasi mengenai: - manfaat, risiko, syarat dan ketentuan dari produk dan layanan yang disediakan Agen, dan - hak dan kewajiban nasabah, Agen dan Bank. (2) Bank penyelenggara LAKU PANDAI dalam melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b harus memastikan Agen tercakup dalam pemantauan dan pengawasan kantor cabang yang akan menjadi base branch dari Agen LAKU PANDAI. (3) Pengaturan lebih lanjut terkait dengan perjanjian Ayat (3) Yang dimaksud dengan masyarakat adalah penduduk di sekitar lokasi Agen LAKU PANDAI dan/atau yang menjadi target calon nasabah. Ayat (2) Yang termasuk kegiatan pemantauan adalah monitoring likuiditas Agen sedangkan yang termasuk kegiatan pengawasan adalah sistem pengendalian internal yang terintegrasi dalam sistemnya sehingga seluruh pemasalahan kepatuhan dapat terakomodir, khususnya mengenai identifikasi, assesment dan pelaporan atas kepatuhan Bank. Hal 28 dari 38

29 kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan pengaturan hal-hal lain yang terkait dengan kewajiban dan tanggung jawab Bank sebagai penyelenggara LAKU PANDAI diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 17 Pasal 17 (1) Bank Penyelenggara wajib menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan LAKU PANDAI kepada Otoritas Jasa Keuangan. (2) Laporan pengembangan pelaksanaan kegiatan LAKU PANDAI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September dan Desember. (3) Laporan pengembangan pelaksanaan kegiatan LAKU PANDAI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat setiap tanggal 15 (lima belas) setelah akhir bulan laporan. (4) Dalam hal tanggal 15 (lima belas) jatuh pada hari libur maka laporan paling lambat disampaikan pada hari kerja terakhir sebelumnya. (5) Laporan pengembangan pelaksanaan kegiatan LAKU PANDAI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Ayat (1) Laporan pengembangan pelaksanaan kegiatan LAKU PANDAI antara lain memuat: a. data kuantitatif terkait produk dan kegiatan, b. data penolakan pembukaan rekening dan transaksi, c. data Agen, dan d. informasi kendala dan tindak lanjut. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Hal 29 dari 38

30 secara online kepada Otoritas Jasa Keuangan. (6) Selama penyampaian laporan secara online sebagaimana dimaksud pada ayat (5) belum dapat dilakukan, Bank harus menyampaikan hardcopy dan softcopy laporan secara offline kepada Otoritas Jasa Keuangan. (7) Format laporan pengembangan pelaksanaan kegiatan LAKU PANDAI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Ayat (6) Ayat (7) Pasal 18 Pasal 18 Setiap transaksi LAKU PANDAI yang dilakukan nasabah harus dibukukan pada rekening nasabah pada saat yang bersamaan (real time). Pasal 19 Pasal 19 (1) Bank wajib memastikan sistem elektronik untuk BSA terinterkoneksi dengan sistem elektronik untuk BSA di Bank lain. (2) Bank harus mendukung terwujudnya interoperability dalam sistem pembayaran di Indonesia. BAB VI MANAJEMEN RISIKO DAN PENERAPAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME (APU DAN PPT) Bagian Pertama Penerapan APU dan PPT Pasal 20 Pasal 20 (1) Bank dapat menerapkan prosedur Customer Due Dilligence Ayat (1) Hal 30 dari 38

31 (CDD) yang lebih sederhana terhadap calon nasabah BSA. (2) Terhadap calon nasabah BSA, Bank wajib meminta informasi paling kurang mencakup: a. nama lengkap, b. alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas dan alamat tempat lain apabila ada, c. tempat dan tanggal lahir, dan d. pekerjaan. (3) Informasi calon nasabah BSA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib didukung dengan dokumen identitas calon nasabah atau dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas yang dapat memberikan keyakinan kepada Bank tentang profil calon nasabah tersebut dan spesimen tanda tangan. CDD yang lebih sederhana adalah prosedur CDD yang lebih sederhana dari prosedur CDD sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai penerapan APU dan PPT bagi bank umum. Ayat (2) Ayat (3) Dokumen identitas adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Izin Mengemudi (SIM). Dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas antara lain: a. kartu pengenal yang dikeluarkan oleh Pemerintah yang mencantumkan foto diri seperti kartu peserta program yang dikeluarkan oleh Pemerintah; b. dokumen identitas dan surat referensi dari nasabah lain yang mengenal profil calon nasabah BSA; c. surat referensi dari kelurahan atau kepala desa dimana calon nasabah BSA berdomisili Hal 31 dari 38

32 (4) Terhadap calon nasabah BSA yang menyerahkan dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dimintakan surat pernyataan untuk menyerahkan dokumen identitas paling lambat 12 (dua belas) bulan setelah pembukaan BSA. (5) Calon nasabah BSA yang membuka rekening melalui Agen LAKU PANDAI dapat melakukan transaksi penyetoran tunai sebelum proses verifikasi selesai dlakukan oleh Bank. (6) Dalam menerapkan Customer Due Dilligence (CDD) yang lebih sederhana, Bank dan Agen LAKU PANDAI wajib mematuhi peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan ketentuan yang mengatur mengenai penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. yang mencantumkan foto diri; atau d. kartu tanda pelajar bagi calon nasabah BSA perorangan yang belum memenuhi syarat untuk memiliki KTP yang disertai dengan dokumen identitas dan surat persetujuan dari orang tua atau pihak lain yang bertanggungjawab terhadap calon nasabah BSA tersebut. Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal 21 Pasal 21 Bank penyelenggara wajib memberikan pelatihan mengenai penerapan APU dan PPT kepada Agen LAKU PANDAI secara berkelanjutan. Bagian Kedua Hal 32 dari 38

33 Manajemen Risiko Pasal 22 Pasal 22 Bank wajib menerapkan manajemen risiko dalam melakukan Ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko kegiatan LAKU PANDAI dengan mengacu pada ketentuan bagi bank, antara lain: mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank. 1. ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum, apabila bank penyelenggara LAKU PANDAI berupa bank umum; atau 2. ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah, apabila apabila bank penyelenggara LAKU PANDAI berupa bank umum syariah. Pasal 23 Pasal 23 (1) Sistem elektronik untuk LAKU PANDAI yang diselenggarakan oleh Bank wajib menerapkan prinsipprinsip pengendalian pengamanan data nasabah dan transaksi e-banking yang paling kurang mencakup: a. kerahasiaan (confidentiality), b. integritas (integrity), c. ketersediaan (availability), d. keaslian (authentication), e. non repudiation, f. pengendalian otorisasi dalam sistem, database, dan aplikasi (authorisation of control), g. pemisahan tugas dan tanggung jawab (segregation of duties), dan h. pemeliharaan jejak audit (maintenance of audit trails). Ayat (1) Hal 33 dari 38

34 sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko teknologi informasi. (2) Bank dapat menggunakan berbagai metode dalam rangka menguji keaslian identitas (authentication) yang didasarkan atas penilaian manajemen risiko aktivitas LAKU PANDAI, sensitivitas dan nilai data yang disimpan, antara lain menerapkan sekurang-kurangnya dua faktor otentikasi (two factor authentication). (3) Dalam menerapkan prinsip non repudiation, Bank harus menyusun dan menerapkan prosedur agar transaksi dapat dipertanggungjawabkan (kredibel) antara lain messaging security dan end to end encryption. Pasal 24 Pasal 24 Dalam penerapan teknologi informasi untuk LAKU PANDAI, Bank dan Agen LAKU PANDAI wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PERLINDUNGAN NASABAH Pasal 25 Pasal 25 (1) Dalam melaksanakan LAKU PANDAI, Bank penyelenggara wajib menerapkan prinsip perlindungan konsumen sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai perlindungan konsumen sektor jasa keuangan dan perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran. Ayat (2) Contoh factor authentication yaitu what you know (PIN, password), what you have (kartu magnetis/chip, token, digital signature), dan/atau something you are (biometric/sidik jari, retina). Ayat (3) Peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko teknologi informasi, Peraturan Pemerintah mengenai penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik dan Undang-Undang mengenai informasi dan transaksi elektronik. Ayat (1) Prinsip perlindungan konsumen mencakup: a. Transparansi, b. Perlakuan yang adil, c. Keandalan, Hal 34 dari 38

35 (2) Mekanisme dan tata cara penerapan prinsip perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. BAB VIII PELAPORAN Pasal 26 Pasal 26 Permohonan persetujuan penyelenggaraan LAKU PANDAI, rencana penyelenggaraan LAKU PANDAI melalui Agen dan/atau laporan pelaksanaan LAKU PANDAI, disampaikan kepada: 1. Departemen Pengawasan Bank atau Kantor Regional terkait, Otoritas Jasa Keuangan, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah Jabodetabek; atau 2. Kantor Regional atau Kantor Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan setempat, bagi Bank yang berkantor pusar di luar wilayah Jabodetabek, dengan tembusan kepada Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN d. Kerahasiaan dan keamanan data/informasi konsumen, e. Penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana, cepat dan biaya terjangkau. Ayat (2) Hal 35 dari 38

36 Pasal 27 Pasal 27 Otoritas Jasa Keuangan dapat memberikan penolakan atas permohonan Bank untuk menyelenggarakan LAKU PANDAI berdasarkan pertimbangan tertentu. Pasal 28 Pasal 28 Dalam rangka memastikan kebenaran laporan yang disampaikan dan memastikan pemenuhan ketentuan oleh Bank, Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta laporan, keterangan, dan/atau data, termasuk melakukan pemeriksaaan langsung (on site visit) terhadap Agen LAKU PANDAI. BAB X SANKSI Pasal 29 Pasal 29 (1) Bank penyelenggara yang melanggar Pasal, Pasal, Pasal dikenakan sanksi administratif, antara lain berupa: a. peringatan tertulis; b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. Pembatasan kegiatan usaha; d. Pembekuan kegiatan usaha; dan e. Pencabutan izin kegiatan usaha. Yang dimaksud dengan pertimbangan tertentu antara lain tujuan penyelenggaraan LAKU PANDAI ditengarai tidak sejalan dengan persaingan yang sehat, upaya pemerataan pembangunan, dan perluasan akses keuangan bagi masyararakat berpenghasilan rendah dan berada di daerah terpencil. Hal 36 dari 38

37 (2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Pasal 30 Ketentuan-ketentuan pelaksanaan yang terkait dengan implementasi pelaksanaan LAKU PANDAI di sektor jasa keuangan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Pasal 31 Pasal 31 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, MULIAMAN D. HADAD Diundangkan di Jakarta Ketentuan pelaksanaan yang terkait antara lain perlindungan konsumen sektor jasa keuangan dan penerapan APU dan PPT bagi bank umum. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR. Hal 37 dari 38

38 pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR... Hal 38 dari 38

2 d. bahwa melalui layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking) tersedia produk-produk keuangan yang dapat dijangkau, sederhana, mudah dipahami,

2 d. bahwa melalui layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking) tersedia produk-produk keuangan yang dapat dijangkau, sederhana, mudah dipahami, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.350, 2014 KEUANGAN. OJK. Layanan. Tanpa Kantor. Keuangan Inklusif. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5628) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.03/2014 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.03/2014 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.03/2014 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF.

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF. - 2 - huruf d perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif; Mengingat : 1._.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Lebih terperinci

No. 16/12/DPAU Jakarta, 22 Juli 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 16/12/DPAU Jakarta, 22 Juli 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 16/12/DPAU Jakarta, 22 Juli 2014 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital Dalam Rangka Keuangan Inklusif Melalui Agen Layanan Keuangan Digital

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL

Lebih terperinci

SEPUTAR INFORMASI MENGENAI

SEPUTAR INFORMASI MENGENAI SEPUTAR INFORMASI MENGENAI Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan BANK OJK AGEN 1 2 SEPUTAR INFORMASI MENGENAI Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan 3 2015 Departemen Penelitian dan Pengaturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. LAKU PANDAI Laku pandai disingkat dari layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif, yaitu program Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk penyediaan layanan perbankan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/SEOJK.03/2015 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF OLEH BANK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/SEOJK.03/2015 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF OLEH BANK Yth. 1. Direksi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional; dan 2. Direksi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5849) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

No. 18/22/DKSP Jakarta, 27 September 2016 S U R A T E D A R A N. Perihal: Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital

No. 18/22/DKSP Jakarta, 27 September 2016 S U R A T E D A R A N. Perihal: Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital No. 18/22/DKSP Jakarta, 27 September 2016 S U R A T E D A R A N Perihal: Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik

Lebih terperinci

No.16/11/DKSP Jakarta, 22 Juli 2014 S U R A T E D A R A N. Perihal : Penyelenggaraan Uang Elektronik (Electronic Money)

No.16/11/DKSP Jakarta, 22 Juli 2014 S U R A T E D A R A N. Perihal : Penyelenggaraan Uang Elektronik (Electronic Money) No.16/11/DKSP Jakarta, 22 Juli 2014 S U R A T E D A R A N Perihal : Penyelenggaraan Uang Elektronik (Electronic Money) Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

- 3 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas.

- 3 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 8 /PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) I. UMUM Seiring perkembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.20, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Produk Keuangan Luar Negeri. Keagenan. Prinsip. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5844) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 8 /PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan BAB I KETENTUAN UMUM 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 18/22/DKSP TANGGAL 27 SEPTEMBER 2016 PERIHAL PENYELENGGARAAN LAYANAN KEUANGAN DIGITAL

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 18/22/DKSP TANGGAL 27 SEPTEMBER 2016 PERIHAL PENYELENGGARAAN LAYANAN KEUANGAN DIGITAL LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 18/22/DKSP TANGGAL 27 SEPTEMBER 2016 PERIHAL PENYELENGGARAAN LAYANAN KEUANGAN DIGITAL PEDOMAN PENYELENGGARAAN LAYANAN KEUANGAN DIGITAL 2 DAFTAR ISI I. PERSYARATAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PERBANKAN DIGITAL OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.164, 2015 KEUANGAN. OJK. Sertifikat Deposito. Bank. Penerbitan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5718) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyaluran

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.64, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Alat Pembayaran. Kartu. Penyelenggaraan. Perizinan. Pengawasan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5000) PERATURAN

Lebih terperinci

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban No.144, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Perusahaan Anak. Manajemen Risiko. Pengendalian. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6087)

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N. Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money)

No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N. Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money) No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money) Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12./PBI/2009 tanggal 13 April

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2017 KEUANGAN OJK. Informasi Keuangan. Sistem Layanan. Debitur. Pelaporan. Permintaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /POJK.03/2016 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/10/PADG/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY)

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/10/PADG/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY) PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/10/PADG/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2016 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5896). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA KONSOLIDASI BAGI BANK YANG MELAKUKAN PENGENDALIAN TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 9 /PBI/2010 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) I. PERSYARATAN DOKUMEN PERIZINAN UANG ELEKTRONIK BAGI LEMBAGA SELAIN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2010 PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Kehati-hatian. Prinsip. Keagenan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5139) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan alat pembayaran

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N Perihal : Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /POJK.03/2015 TENTANG PENERBITAN SERTIFIKAT DEPOSITO OLEH BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

No. 15/6/DPNP Jakarta, 8 Maret 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 15/6/DPNP Jakarta, 8 Maret 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 15/6/DPNP Jakarta, 8 Maret 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Kegiatan Usaha Bank Umum Berdasarkan Modal Inti Sehubungan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 23 /PBI/2012 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 23 /PBI/2012 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 23 /PBI/2012 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjaga keamanan dan kelancaran sistem pembayaran

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan No.142, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Penyertaan Modal. Prinsip Kehatihatian. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6085) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/14/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/10/PBI/2009 TENTANG UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/14/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/10/PBI/2009 TENTANG UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/14/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/10/PBI/2009 TENTANG UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 25 /PBI/2011 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PIHAK LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.07/2016 TENTANG PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN BAGI KONSUMEN DAN/ATAU

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian

Lebih terperinci

No.18/ 41 /DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran

No.18/ 41 /DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran No.18/ 41 /DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 tentang

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) Pedoman Uji Coba Aktivitas Jasa Sistem Pembayaran dan Perbankan Terbatas Melalui Unit Perantara Layanan Keuangan

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) Pedoman Uji Coba Aktivitas Jasa Sistem Pembayaran dan Perbankan Terbatas Melalui Unit Perantara Layanan Keuangan 1. Apakah yang dimaksud dengan Aktivitas layanan sistem pembayaran dan keuangan melalui UPLK? Aktivitas layanan sistem pembayaran dan perbankan terbatas melalui agen yang selanjutnya disebut dengan UPLK

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /POJK.03/2016 TENTANG PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG

Lebih terperinci

2016, No.267.

2016, No.267. -2- dengan penggunaan teknologi informasi serta perkembangan standar nasional dan internasional, perlu dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT DEPOSITO

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT DEPOSITO Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT DEPOSITO Sehubungan dengan Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI Sehubungan dengan Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.01/2016 TENTANG LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.01/2016 TENTANG LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.01/2016 TENTANG LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 25 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2015 KEUANGAN OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Manajemen Risiko. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5761). PERATURAN

Lebih terperinci

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun syariah, di tempat, SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.07/2017

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5849 KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 34). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 17 /PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016 TENTANG PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN UNTUK KONSUMEN DAN/ATAU

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /POJK.03/2017 TENTANG PELAPORAN DAN PERMINTAAN INFORMASI DEBITUR MELALUI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /POJK.03/2017 TENTANG PELAPORAN DAN PERMINTAAN INFORMASI DEBITUR MELALUI SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /POJK.03/2017 TENTANG PELAPORAN DAN PERMINTAAN INFORMASI DEBITUR MELALUI SISTEM LAYANAN INFORMASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.03/2016 TENTANG TRANSFORMASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO KONVENSIONAL MENJADI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2012 PERBANKAN. BI. Transfer Dana. Sistem Pembayaran. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5381) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip

Lebih terperinci

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di Tempat.

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di Tempat. Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di Tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /SEOJK.03/2017 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

Agen Kerjasama Kode Pos Longitudinal Kota (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m)

Agen Kerjasama Kode Pos Longitudinal Kota (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) -1-1. Laporan Laku Pandai (Baru) dan Perubahan Laku Pandai Nama (a) dan Lokasi Electronic Jaringan Tanggal Tanggal Klasifikasi Usaha Device yang kantor Keterangan Perjanjian Pelaksanaan digunakan Bank

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 9 /PBI/2010 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-12/1.02/PPATK/06/13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN TRANSFER DANA DARI DAN KE LUAR NEGERI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5932) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar No.74, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Laporan Bank. Transparansi. Publikasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5687) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/6/PBI/2018 TAHUN 2018 TENTANG UANG ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/6/PBI/2018 TAHUN 2018 TENTANG UANG ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/6/PBI/2018 TAHUN 2018 TENTANG UANG ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kebutuhan masyarakat untuk menggunakan uang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Uang Rupiah. Pembayaran dan Pengelolaan. Sistem (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 106). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /POJK.03/2016 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 TENTANG LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

Panduan. Penyelenggaraan Digital Branch oleh Bank Umum

Panduan. Penyelenggaraan Digital Branch oleh Bank Umum Panduan Penyelenggaraan Digital Branch oleh Bank Umum Desember 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i Bab I Pendahuluan... 1 Bab II Digital Branch... 3 Bab III Panduan Penyelenggaraan Digital Branch... 5

Lebih terperinci

No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK

No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK Perihal : Penyelenggaraan Transfer Dana Sehubungan dengan diberlakukannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Modal. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5842) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/6/PBI/2018 TENTANG UANG ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/6/PBI/2018 TENTANG UANG ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/6/PBI/2018 TENTANG UANG ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kebutuhan masyarakat untuk menggunakan uang elektronik

Lebih terperinci