ANALISIS PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT. Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT. Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H"

Transkripsi

1 ANALISIS PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT Oleh TRIAN FAJAR RAMDHAN H PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 RINGKASAN TRIAN FAJAR RAMDHAN. Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat. Dibawah bimbingan H. MUSA HUBEIS dan HARDIANA WIDYASTUTI. Trend konsumen Indonesia ke arah pangan organik semakin meningkat. Pangan organik sudah menjadi tren konsumen, karena beberapa faktor, terutama dikaitkan dengan berbagai isu kesehatan. Kampanye serta gerakan back to nature juga gencar dipromosikan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Tidak heran jika pertumbuhan permintaannya meningkat secara nyata. Departemen Pertanian telah mencanangkan program Go Organik Program ini diarahkan agar konsumen, dapat hidup sehat. Misi dalam program Go Organik 2010 ini adalah meningkatkan mutu hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) Mengidentifikasi karakteristik petani organik di daerah Selaawi dan Limbangan. 2) Mendeskripsikan penerapan mutu yang dilaksanakan di kelompok tani organik Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut. 3) Menganalisis penerapan mutu sayuran organik pada kelompok tani sayuran organik Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak kelompok tani, khususnya wawancara dengan para petani sayuran organik dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari kelompok tani, Internet, Deptan, BPS dan buku-buku, jurnal ilmiah serta laporan penelitian yang terkait. Pengolahan data untuk identifikasi permasalahan Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat menggunakan metode Brainstorming, Fishbone diagram, dan Diagram Pareto. Dari hasil perhitungan diagram pareto dan diagram sebab akibat diperoleh hasil cacat produk yang terdapat pada komoditi kangkung adalah daun berlubang (66,66%), bercak putih (16,67%), batang patah (6,67%), warna tidak seragam (6,67%), dan batang tua (3,33%). Cacat produk yang terdapat pada bayam hijau adalah bercak putih pada daun (66,67%), daun berlubang (16,67%), batang patah (10,00%), warna tidak seragam (6,67%) dan batang tua (0%). Cacat produk untuk bayam merah adalah daun berlubang (56,67%), bercak putih (30,00%), warna tidak seragam (6,67%), batang patah (3,33%), dan batang tua (3,33%). Sedangkan cacat produk untuk komoditi bawang daun adalah daun kering (53,33%), daun/batang patah (30,00%), bercak ungu (16,67%), dan daun busuk (0%). Secara garis besar cacat terbesar yang terjadi pada kamoditas kangkung, bayam hijau, dan bayam merah disebabkan hama yang mulai resisten terhadap pestisida organik yang digunakan. Dan cacat terbesar pada komoditas bawang daun adalah daun kering yang disebabkan kurangnya suplai air ke lahan.

3 ANALISIS PENERAPAN MUTU PADA SAYURAN ORGANIK BERBASIS PETANI DI SELAAWI DAN LIMBANGAN, GARUT, JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh : TRIAN FAJAR RAMDHAN H PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

4 Judul Nama NIM : Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat : Trian Fajar Ramdhan : H Dosen Pembimbing 1 Menyetujui, Dosen Pembimbing 2 (Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA) NIP Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM Mengetahui, Ketua Departemen, ( Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc ) NIP : Tanggal lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 5 Mei 1989, sebagai anak ketiga dari Bapak Rochman Syarif dan Euis Liestianawati. Penulis merupakan lulusan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jomin Barat II pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Cikampek pada tahun 2004 dan kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Cikampek. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) untuk Program Diploma. Penulis memperoleh gelar Ahli Madya pada tahun 2010 dari Program Diploma dengan predikat memuaskan. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes. Selain berkuliah di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman, Institut Pertanian Bogor, penulis juga aktif sebagai staf pengajar di Ganbare Smart Community (GSC), selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan bela diri KATEDA dan menjadi asisten pelatih di kampus IPB. iii

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi berjudul Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat.. Skripsi ini merupakan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan lapang di Kelompok Tani Cibolerang Agro dengan waktu kurang lebih 3 (tiga) bulan. Penulis berharap bahwa penulisan laporan ini benar-benar dapat memberikan manfaat untuk para pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk senantiasa memperoleh wawasan dan pengetahuan. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Bogor, Januari 2013 Penulis iv

7 UCAPAN TERIMA KASIH Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku dosen pembimbing pertama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. 2. Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku dosen pembimbing 2 (dua) yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Syamsun, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis 4. Bapak Rochman Syarif dan Ibu Euis Liestianawati sebagai orang tua yang selalu memberikan ridho, doa, motivasi hidup, moril dan materil kepada penulis. 5. Irwan Gunawan dan Tresna Amelia sebagai kakak yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. 6. Saudara-saudaraku yang telah memberikan indahnya rasa persaudaraan dan kasih sayang. 7. Seluruh staf pengajar pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor 8. Bapak Temi Poniah Kepala UPTD bidang Hortikultura Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan yang telah mengizinkan serta membantu selama penulis melakukan penelitian Kelompok Tani Cibolerang Agro (CiboAgro). 9. Asep Muldiana selaku Ketua Kelompok Tani Cibolerang Agro yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Kelompok Tani Cibolerang Agro (CiboAgro). 10. Rekan-rekan Angkatan 8 Program Sarjana Alih Jenis Manajemen atas dukungan dan memberikan semangat selama ini. 11. Seluruh Petani di Kelompok Tani Cibolerang Agro (CiboAgro) yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. v

8 12. Ika Indah Y. dan Gita Widianti yang selalu memberikan semangat selama penulis melakukan penelitian hingga penulis menyelesaikan laporan tugas akhir ini. 13. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan masukan dan dukungan kepada penulis. Bogor, Januari 2013 Penulis vi

9 DAFTAR ISI RINGKASAN Halaman RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mutu Definisi Sayuran Organik Kelompok Tani Metode Diagram Tulang Ikan Diagram Pareto Penelitian Terdahulu yang Relevan III. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Karakteristik Kabupaten Garut Sejarah Kelompok Tani Cibolerang Agro Struktur Organisasi Ketenagakerjaan vii

10 4.2 Karakteristik Poktan CiboAgro Jenis dan Karakteristik Produk Budidaya dan Panen Pengolahan dan Persiapan Lahan Penyemaian Lahan Penyemaian Benih Penanaman Pemeliharaan Panen Pasca Panen Pemasaran Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data menggunakan diagram sebab-akibat (diagram tulang ikan) Pengolahan data dengan menggunakan diagram Pareto KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

11 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Data komoditas sayuran sayuran unggulan Garut 4 2. Sumber data Penelitian Jenis sayuran daun, buah dan umbi di Kelompok Tani Cibolerang Agro Data contoh sayuran Kangkung Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Kangkung Organik Data contoh sayuran Bayam Hijau Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Bayam Hijau Data contoh sayuran Bayam Merah Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Bayam Merah Data contoh sayuran Bawang Daun Hasil perhitungan Diagram Pareto pada Bawang Daun 55 ix

12 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Grafik tahapan pengembangan pertanian organik 2 2. Kerangka pemikiran penelitian Fishbone diagram Diagram Pareto Struktur organisasi Cibolerang Agro Kegiatan Pengolahan dan Persiapan lahan Kegiatan Penyemaian Lahan Penyemaian Benih Penanaman Pemeliharaan Panen Kegiatan Pasca Panen Diagram Alir pemasaran Kelompok Tani Cibolerang Agro Diagram Sebab-Akibat komoditi Kangkung Diagram Sebab-Akibat komoditi Bayam Hijau Diagram Sebab-Akibat komoditi Bayam Merah Diagram Sebab-Akibat komoditi Bawang Daun Diagram Pareto terhadap cacat Kangkung Diagram Pareto terhadap cacat Bayam Hijau Diagram Pareto terhadap cacat Bayam Merah Diagram Pareto terhadap cacat Daun Bawang 56 x

13 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Daftar pertanyaan wawancara dengan petani Sertifikat Organik Kelompok Tani Cibolerang Agro 60 xi

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia tidak alami seperti pupuk kimia, pestisida sintesis serta hormon pertumbuhan dalam produksi pertanian, ternyata dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (Manuhutu, 2005). Umumnya residu pestisida pada produk pertanian sangat tinggi, karena masih banyak petani yang sering menyemprotkan pestisida pada saat panen bahkan sampai tiga (3) hari menjelang panen. Itu dilakukan untuk menghindari gagal panen karena serangan hama dan penyakit. Bagi manusia, senyawa kimia tersebut berpotensi menurunkan kecerdasan, menggangu kerja saraf, menganggu metabolisme tubuh, menimbulkan radikal bebas, menyebabkan kanker, meningkatkan risiko keguguran pada ibu hamil dan dalam dosis tinggi menyebabkan kematian (Manuhutu 2005). Departemen Pertanian telah mencanangkan program Go Organik Program ini diarahkan agar masyarakat, baik petani sebagai produsen maupun masyarakat luas sebagian konsumen untuk hidup sehat. Misi dalam program Go Organik 2010 ini adalah meningkatkan mutu hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan. Untuk itu, pemerintah terus mendukung secara aktif pertanian organik di Indonesia dengan membentuk aturan/regulasi yang meliputi standarisasi, sertifikasi dan pengawasan. Sistem pangan organik ini telah diatur oleh pemerintah dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang pangan organik yang tertuang dalam SNI (SNI Pangan Organik, 2010). Gambar 1. menunjukkan tahapan pengembangan pertanian organik yang dirancang Departemen Pertanian untuk Go Organik 2010.

15 2 Gambar 1. Grafik Pengembangan Pertanian Organik (Departemen Pertanian, 2005) Namun demikian, sampai dengan 2008, tampaknya Indonesia masih satu langkah tertinggal dibanding target rencana pengembangan yang telah ditetapkan. Walaupun perkembangan pangan organik sudah cukup baik, tetapi jaminan mutu berupa sertifikasi produk masih jauh dari harapan. Pemerintah melalui Kebijakan Pusat Standarisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian membagi produk bermutu menjadi tiga (3) bagian, yaitu Produk Prima I, adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha tani yang menghasilkan produk aman dikonsumsi, bermutu baik serta cara produksi ramah lingkungan, hal ini berdasarkan manajemen mutu dan keamanan pangan produk tanaman segar yang telah menerapkan standar internasional (GAP = Good Agriculture Practices). Kedua disebut Produk Prima II adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha tani yang menghasilkan produk aman dikonsumsi, dan bermutu baik., dibuat berdasarkan Standarisasi dan dokumentasi Standar Prosedur operasional penerapan budidaya yang baik per komoditi. Dan yang ketiga disebut sebagai Produk Prima III adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha tani yang menghasilkan produk aman dikonsumsi yang merupakan pondasi umum bagi petani dan kelompok tani (poktan) di tingkat

16 3 budidaya, yaitu penerapan penggunaan pestisida yang baik dan catatan penggunaan pestisida yang baik. Produk Prima III (Diperta JABAR, 2012). Dari ketiga kategori di atas, maka pangan organik seharusnya minimal menempati posisi sebagai Produk Prima III dengan penerapan penggunaan pestisida yang baik dan catatan penggunaan pestisida baik, karena untuk meminimalkan penggunaan pestisida, atau bahkan tidak menggunakan pestisida sama sekali. Di luar Pulau Jawa terdapat orang petani (BPS, 2010), mungkin dapat dikategorikan sebagai petani organik, karena tidak ditargetkan sebagai partisipan revolusi hijau dan sampai saat ini masih melanjutkan usahataninya secara tradisional. Beberapa kelompok tani dan lembaga swadaya masyarakat memandang pertanian organik sebagai suatu cara untuk melawan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh revolusi hijau dan membebaskan petani dari dominasi revolusi hijau dimana ketergantungan terhadap pupuk, pestisida serta input kimiawi lainnya. Kabupaten Garut merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang terletak di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sayuran. Wilayah Kabupaten Garut meliputi luas areal ha, terdiri dari lahan sawah seluas ha dan lahan kering ha yang tersebar di 42 Kecamatan. Dengan kondisi agroklimat yang baik sangat mendukung untuk berbagai jenis hortikultura dapat tumbuh. Kabupaten Garut merupakan sentra pertanian sayuran baik untuk sayuran daun, umbi maupun buah. Data luas tanam, produksi dan produktivitas komoditas sayuran dapat dilihat di Tabel 1.

17 4 Tabel 1. Data komoditas sayuran unggulan Garut No. Komoditi Produksi (Ton) Luas (Ha) 1 Bawang Merah Bawang Putih Bawang Daun Kentang Kubis Kembang kol Petsay Wortel Lobak 0-10 Kacang Merah Kacang Panjang Jamur Cabe Besar Cabe Rawit Tomat Terong Buncis Timun Labu Siam Kangkung Bayem Jml. Sayuran Sumber data : UPTD Data dan Informasi Dinas TPH Kab. Garut, Tahun 2010 Poktan Cibolerang Agro adalah kelompok tani sayuran organik yang telah beranggotakan para petani sayuran organik dari 2 Kecamatan, yakni Kecamatan Limbangan dan Kecamatan Selaawi. Kelompok Tani Cibolerang Agro mulai berdiri pada tahun Pada tahun 2011 Kelompok Tani Cibolerang Agro mendapatkan sertifikat organik dari lembaga sertifikasi INOFICE (Indonesian Organic Farming Certification) untuk 11 (sebelas) jenis sayuran yang di budidayakan, yaitu kangkung, bayam merah, horinzo, buncis, kalian, kapri, pakcoy, selada, sosi, daun bawang, dan bayam hijau.

18 Perumusan Masalah Salah satu cara agar tanaman organik dapat diterima oleh masyarakat luas adalah melakukan pengendalian mutu terhadap mutu sayuran yang diproduksinya. Ini berarti setiap petani/kelompok tani yang ikut serta dalam budidaya sayuran organik dituntut menumbuhkan daya saing dari produk yang dihasilkan, sehingga diperlukan cara untuk menghasilkan produk organik yang bermutu. Cibolerang Agro CiboAgro) sebagai penghasil produk organik (sayuran organik), berusaha untuk menghasilkan produk organik bermutu. Pola tanam Poktan CiboAgro berdasarkan pada pesanan sayuran yang sedang diminta oleh pihak retailer. Apabila membutuhkan pasokan sayuran, pihak retailer akan menghubungi poktan CiboAgro. Seringkali sayuran yang ditanam melampaui masa tanam yang seharusnya, sehingga sayuran yang dipanen memiliki batang yang sudah tua dan mengeras. Menyebabkan mutu hasil panen sayuran dari Poktan CiboAgro menjadi kurang baik. Pada pertengahan bulan Januari, pihak Royal Farm selaku salah satu retailer dari Poktan CiboAgro menolak kiriman sayuran dari pihak CiboAgro dengan alasan mutu sayuran organik diluar dari standar mutu yang telah ditetapkan oleh pihak Royal Farm. Dari masalah tersebut, maka diperlukan penelitian untuk menganalisis seberapa besar peran petani Cibolerang Agro dalam menerapkan mutu dalam produk sayuran organik. Permasalahan pada penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik petani organik di daerah Selaawi dan Limbangan? 2. Bagaimana penerapan mutu pada pangan organik yang telah dilaksanakan oleh kelompok tani di Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik Kelompok Tani Cibolerang Agro. 2. Menganalisis penerapan mutu sayuran organik pada Kelompok Tani Cibolerang Agro di Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut.

19 Ruang Lingkup Penelitian ini merupakan bagian dari riset Strategi Nasional berjudul Strategi Produksi Pangan Organik Bernilai Tambah Tinggi Berbasis Petani yang terfokus pada Kelompok Tani Cibolerang Agro di Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mutu Definisi Sebuah perusahaan akan berfokus pada bagaimana memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, dimana hal tersebut hanya didapatkan apabila perusahaan tersebut memiliki mutu untuk setiap produk barang, maupun jasanya. Menurut Juran (1996) mutu adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna. Menurut Crosby dalam Nasution (2004), mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan apa yang disyaratkan, atau distandarkan. Menurut Demming dalam Nasution (2004), mutu harus sesuai dengan kebutuhan pasar, atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar merepresentasikan produknya sesuai dengan keinginan konsumen. Secara konvensional, mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung suatu produk, seperti penampilan, keandalan, kemudahan penggunaan, estetika, dan sebagainya. Definisi strategik menyatakan bahwa mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan, atau kebutuhan pelanggan (Gaspersz, 2003). Sifat khas mutu suatu produk yang andal bersifat multidimensi, karena harus memberi kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi konsumen melalui berbagai cara. Oleh karena itu, setiap produk harus mempunyai ukuran yang mudah dihitung sesuai dengan kebutuhan konsumen seperti panjang, berat dan lain-lain, disamping itu harus ada ukuran yang bersifat kualitatif seperti penampilan, warna dan lain-lain. Jadi terdapat spesifikasi barang untuk setiap produk, walaupun satu sama lain sangat bervariasi tingkat spesifikasinya. David A Garvin (2006) mengemukakan delapan (8) dimensi, atau kategori kritis dari mutu yaitu : a. Performance (Kinerja). Karakteristik kinerja utama produk. b. Feature (profil). Aspek sekunder dari kinerja, atau kinerja tambahan dari suatu produk.

21 8 c. Reliability (dapat dipercaya). Kemungkinan produk malfungsi, atau tidak berfungsi dengan baik, dalam konteks ini produk/jasa dapat dipercaya dalam menjalankan fungsinya. d. Conformance (kesesuaian). Kesesuaian, atau cocok dengan keinginan/kebutuhan konsumen. e. Durability (Daya tahan). Daya tahan produk/masa hidup produk, baik secara ekonomis, maupun teknis f. Serviceability (kepelayanan), kecepatan, kesopanan, kompetensi dan mudah diperbaiki g. Aesthetics (keindahan). Keindahan produk, dalam desain, rasa, suara, atau bau dari produk dan ini bersifat subyektif h. Perceived quality (mutu yang dipersepsi). Mutu dalam pandangan pelanggan/konsumen 2.2. Sayuran Organik Organik sendiri mengacu pada sesuatu yang mengandung karbon, seharusnya semua bahan pangan yang mengandung unsur karbon disebut organik. Termasuk bahan pakan yang ditanam dengan pupuk kimia dan mengandung pestisida. Tetapi masyarakat tahunya kalau istilah organik berarti bahan pangan yang dibudidayakan secara organik, tanpa petisida atau pupuk buatan. Pemerintah Amerika Serikat sebagai pelopor bahan pangan organik menetapkan standar, bahwa yang disebut organik adalah bahan pangan 100% organik, atau setidaknya 95% diproduksi tanpa pupuk kimia, insektisida, herbisida, antibiotik, hormon pertumbuhan, radiasi untuk sterilisasi dan hewan yang dimodifikasi genetik. Bahan pangan organik dibudidayakan menggunakan teknologi alami. Kesuburan tanah dipertahankan dengan pupuk alam, seperti kompos dan pupuk kandang. Dengan pemupukan alami dan tanpa insektisida, populasi cacing tanah meningkat dan tanah menjadi kaya akan nitrogen, sehingga subur secara alami. Untuk menanggulangi hama, dapat diselang-seling setiap jenis tanamannya, sehingga serangan hama tanaman tertentu diputus mata rantainya. Penyemprotan juga dilakukan

22 9 menggunakan anti hama dari alam ( /whyorganic/ whyorganic.htm). Budidaya secara alami akan menghasilkan bahan pangan tergolong tidak menarik dari sisi performance. Bahan pangan organik, terutama sayuran memang mempunyai performa yang tidak menarik. Banyak yang berlubang dimakan ulat dan serangga. Namun dari mutu cita rasa, pangan organik memang lebih baik. Saat ini, konsumen berhak memilih. Membeli bahan pangan konvensional dengan harga murah namun mengandung residu bahan kimia, atau sayuran berpenampilan buruk, yang mahal tetapi aman bagi kesehatan. Menurut Wartaya (2005), pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa, sehingga mampu menciptakan produktivitas berkelanjutan. Pertanian organik adalah sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujunan untuk melindungi ekosistem dam dengan memimalkan penggunaan bahan-bahan kimia dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan hasil optimal. Pengertian pertanian organik lain menurut Pracaya (2007), adalah sistem pertanian (hal bercocok tanam) yang tidak menggunakan bahan kimia, tetapi menggunakan bahan organik. Bahan kimia tersebut dapat berupa pupuk, pestisida, hormon pertumbuhan dan sebagainya. Sutanto (2002) berpendapat bahwa pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur-ulang hara secara hayati. Daurulang dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Pertanian organik menurut Standar Nasional Indonesia (SNI, 2010) adalah sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan ago-ekosistem, termasuk keragamaan hayati, siklus biologis dan aktivitas biologis. Dalam penggunaannya, Pertanian organik mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam sistem penggunaannya (Pracaya, 2007). Kelebihan dari digunakannya sistem pertanian organik adalah :

23 10 a. Tidak menggunakan pupuk, maupun pestisida kimia, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara dan produknya tidak mengandung racun. b. Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non-organik 2.3. Kelompok Tani Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (social, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengambangkan usaha anggota dalam suatu wilayah. Pembentukan Poktan dimaksudkan untuk membantu para petani mengorganisasikan dirinya terutama dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, permodalan, akses pasar, akses teknologi dan informasi, serta meningkatkan kesejahteraan para petani Metode Metode yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : Diagram Tulang Ikan Untuk mengetahui lebih lanjut faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya masalah dan peluang dalam produksi sayuran organik bernilai tinggi berbasis petani, maka digunakan alat bantu dalam program peningkatan mutu, yaitu diagram tulang ikan (fishbone diagram) yang dikembangkan oleh pakar mutu dari Jepang. Diagram sebab akibat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin (memiliki peluang) menjadi penyebab munculnya masalah. Penyusunannya dilakukan dengan teknik Brainstorming. Meskipun tiap perusahaan, atau organisasi dapat menentukan sendiri faktor-faktor utama dalam penyusunan diagram sebab akibat, namun secara umum terdapat 5 (lima) faktor yang berpengaruh yaitu : (1) lingkungan, (2) manusia, (3) metode, (4) bahan, dan (5) mesin peralatan.

24 Diagram Pareto Diagram Pareto merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan menggunakan diagram Pareto dapat menunjukkan masalah mana yang sedikit tapi dominan (vital few) dan masalah yang banyak tetapi kurang dominan (trivial many). Ketika menemukan banyak masalah perusahaan, maka terlalu berat untuk menyelesaikan semua masalah tersebut. Perlu dilakukan pemilihan untuk menemukan 1 atau 2 masalah yang mempunyai efek besar, sehingga tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki masalah dapat menjadi optimum. Secara rinci, manfaat diagram Pareto berikut : a. Menunjukkan masalah utama. b. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan, c. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah dilakukan tindakan pada masalah terpilih. d. Menunjukkan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan sesudah perbaikan Penelitian Terdahulu yang Relevan Tegar (2010), mengkaji Keragaman dan Penyimpangan Mutu Gula di Kawasan Home Industri gula kelapa Kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan yang ada adalah Histogram, Bagan Kendali dan diagram pareto. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa permasalahan utama menunjukan bahwa sebagian besar data terlihat adanya penyimpangan. Kadar abu merupakan variabel yang datanya paling banyak menyimpang, diikuti bahan tak larut dan kadar air (KA) berturut-turut 52,8%, 25,9% dan 20,2%. Faktor utama yang menyebabkan kegagalan. Bahan baku dan proses pengolahan merupakan faktor yang paling dominan terhadap mutu produk yang dihasilkan. Fakhri (2010), meneliti tentang analisis pengendalian kualitas produksi di PT. Masscom Graphy dalam upaya mengendalikan tingkat

25 12 kerusakan produk menggunakan alat bantu statistik Analisis pengendalian kualitas dilakukan menggunakan alat bantu statistik berupa check sheet, histogram, peta kendali p, diagram pareto dan diagram sebab-akibat. Check sheet dan histogram digunakan untuk menyajikan data agar memudahkan dalam memahami data untuk keperluan analisis selanjutnya. Peta kendali p digunakan untuk memonitor produk yang rusak apakah masih berada dalam kendali statistik atau tidak. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap jenis cacat yang dominan dan menentukan prioritas perbaikan menggunakan diagram pareto. Langkah selanjutnya adalah mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan produk menggunakan diagram sebab akibat untuk kemudian dapat disusun sebuah rekomendasi atau usulan perbaikan kualitas. Hasil analisis peta kendali p menunjukkan bahwa proses berada dalam keadaan tidak terkendali atau masih mengalami penyimpangan. Hal ini dapat dilihat pada grafik kendali dimana titik berfluktuasi sangat tinggi dan tidak beraturan, serta banyak yang keluar dari batas kendali. Berdasarkan diagram pareto, prioritas perbaikan yang perlu dilakukan adalah untuk jenis kerusakan yang dominan yaitu warna kabur (28,31%), tidak register (19,79%) dan terpotong (19,50 %). Dari analisis diagram sebab akibat dapat diketahui faktor penyebab misdruk berasal dari faktor manusia/ pekerja, mesin produksi, metode kerja, material/ bahan baku dan lingkungan kerja, sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan pencegahan serta perbaikan untuk menekan tingkat misdruk dan meningkatkan kualitas produk.

26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah mengenai Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat akan di awali dari adanya permintaan pasar serta adanya program Pemerintah Go Organik Pada Program Pemerintah Go Organik 2010, telah disusun Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sayuran organik. Tahap selanjutnya dilakukan pendataan dan menentukan contoh (Kelompok Tani) penghasil produk sayuran organik dalam hal ini kelompok tani di Garut, Jawa Barat. Menurut pedoman SNI mengenai sayuran organik,..., berdasarkan persyaratan mutu dilakukan identifikasi. Identifikasi terhadap masalah mutu yang sedang dihadapi oleh Poktan CiboAgro, serta faktorfaktor yang mungkin (memiliki peluang) menjadi penyebab munculnya masalah yang terjadi pada pangan sayuran organik yang dihasilkan oleh Poktan CiboAgro, diidentifikasi dengan menggunakan Diagram Sebab- Akibat. Secara umum faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berkurangnya mutu hasil panen sayuran Poktan CiboAgro, yaitu hama, penyakit, metode, material, dan lingkungan. Menurut Kadarisman (2005), Diagram Sebab Akibat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin (memiliki peluang) menjadi penyebab munculnya masalah (berpengaruh terhadap hasil). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap masalah yang sedang terjadi akan dilakukan analisis kembali dengan menggunakan Diagram Pareto. Hasil dari analisis Fishbone diagram dan Diagram pareto akan diketahui pelaksanaan mutu yang baik pada sayuran organik dengan mutu yang sesuai dengan standar SNI. Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 2.

27 14 Permintaan Pasar Sayuran Organik Program Pemerintah Go Organik 2010 Standar SNI sayuran organik tahun 2010 Kelompok Tani Cibolerang Agro Karakteristik Petani Analisis Mutu - Diagram sebab-akibat - Diagram Pareto Pelaksanaan mutu sayuran organik Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Cibolerang Agro di Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dengan waktu penelitian dari bulan Juni Agustus Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan melalui tehnik purposive sampling yang melibatkan para petani sayuran organik dan contoh sebanyak 30 unit untuk

28 15 masing-masing komoditi. Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan sekunder yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sumber data penelitian Data Primer 1. Interview, yaitu metode Brainstorming dan wawancara narasumber dimana pencari data telah mempersiapkan pertanyaan terstruktur (Lampiran 1). 2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung di lapangan, Data Sekunder 1. Studi pustaka (library research) untuk mendapatkan data relevan dengan tema penelitian yang berasal dari buku-buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, atau 2. Data statistik yang tersedia di instansi pemerintah terkait. 3. Data yang diperoleh dari kelompok tani 3. Kuesioner, yaitu mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai obyek yang diteliti kepada petani sayuran organik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data untuk identifikasi permasalahan Penerapan Mutu Pada Pangan Organik Berbasis Petani (Studi Kasus Kelompok Tani Garut, Jawa Barat) menggunakan metode (Diagram sebab-akibat) dan Diagram Pareto. Brainstorming, Fishbone diagram Fishbone Diagram Langkah-langkah penyusunan Fishbone diagram sebagai berikut (Kadarisman, 2008): a. Tentukan masalah (kondisi) yang akan diperbaiki. Gambarkan garis panah dengan kotak diujung garis sebelah kanan dan tuliskan masalah (kondisi) yang akan diperbaiki itu di dalam kotak. b. Cari faktor-faktor utama yang berpengaruh, atau mempunyai akibat pada masalah tersebut. Tuliskan didalam kotak yang telah dibuat di atas, atau di bawah garis panah.

29 16 c. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih rinci yang berpengaruh terhadap faktor utama tersebut. Tuliskan faktor-faktor rinci tersebut dikiri, atau di kanan panah penghubung, dan buatlah panah di bawah faktor rinci tersebut menuju garis penghubung. d. Carilah penyebab-penyebab utama. Dari diagram yang telah lengkap carilah penyebab-penyebab utama dengan menganalisa data yang sudah ada dan buatlah urutannya dengan menggunakan diagram Pareto. Bila analisa tidak dapat dilakukan, maka analisa faktor-faktor manakah yang berpengaruh dan mana yang tidak berpengaruh Dalam menentukan penyebab yang lebih rinci diperlukan sumbang saran (brainstorming) dari sebuah tim yang dibentuk khusus, dengan visual seperti termuat pada Gambar 3. Tulang besar Tulang besar Tulang sedang Tulang kecil sebab Akibat Karakteristik mutu Tulang besar Tulang besar Gambar 3. Diagram sebab-akibat Diagram Pareto Langkah-langkah dalam pembuatan Diagram Pareto dijelaskan sebagai berikut (Kadarisman, 2008): 1. Stratifikasi masalah dan nyatakan dengan angka. 2. Tentukan jangka waktu pengumpulan data. Untuk memudahkan dalam pembandingan, buatlah jangka waktu yang sama antara pengumpulan data sebelum dan sesudah perbaikan masalah.

30 17 3. Atur masing-masing penyebab (dari hasil stratifikasi) dibuat berurutan sesuai dengan besarnya nilai dan gambar grafik (balok). Penyebab terbesar berada di paling kiri. Jika ada penyebab dan lain-lain, maka penyebab ini diletakkan paling kanan. 4. Gambarkan grafik garis yang menunjukkan jumlah persentase pada bagian atas grafik kolom, mulai dari yang terbesar. Dibagian masing-masing kolom dituliskan nama atau keterangan kolom. 5. Pada bagian atas atau samping diberikan keterangan atau nama diagram dan jumlah unit seluruhnya. Perhitungan Diagram Pareto Gambar 4. Diagram Pareto Persen cacat (%) = Jumlah frekuensi cacat x 100% Total jumlah cacat Persen Kumulatif = X 1 +X 2 +X X n Keterangan : X 1 = Jumlah persen cacat pada kriteria cacat pertama X 2 = Jumlah persen cacat pada kriteria cacat kedua X 3 = Jumlah persen cacat pada kriteria cacat ketiga X n = Jumlah persen cacat pada kriteria cacat ke-n Data yang terkumpul diproses dengan program komputer Microsoft Office Excel 2007.

31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar Ha (3.065,19 km²). Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, Bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, dan Barat berbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dibawah permukaan laut (dpl). Karakteristik topografi Kabupaten Garut : sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan (Garut Selatan) sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Selaawi adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Jaraknya 37 kilometer dari ibu kota Kabupaten Garut, Garut Kota. Di Kecamatan ini, mayoritas penduduk bekerja dalam bidang agribisnis dan perdagangan. Kecamatan Selaawi memiliki 7 (tujuh) desa meliputi Cigawir, Desa Cirapuhan, Desa Mekarsari, Desa Pelitaasih, Desa Putrajawa, Desa Samida dan Desa Selaawi. Limbangan adalah Kabupaten lama yang ibukotanya dipindahkan ke Garut, karena sering terjadi bencana alam berupa banjir yang melanda daerah ibukota. Kecamatan Limbangan didominasi oleh daratan tinggi. Di Kecamatan ini mayoritas penduduk bekerja dalam bidang agribisnis dan perdagangan.

32 Sejarah Kelompok Tani Cibolerang Agro Poktan Cibolerang Agro bermula pada tahun 2009, dimana dua (2) orang Petani, yaitu Bapak Agus Permana di Limbangan dan Bapak Asep Muldiana di Selaawi menanam tanaman sayuran organik. Dan Bapak Temi Poniah selaku kepala UPTD Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan, dengan kesamaan visi, misi dan tujuan, maka terbentuklah kelompok tani Cibolerang Agro di Kecamatan Selaawi memiliki memiliki komoditas yang lebih banyak dan lahan yang lebih luas. Tahun 2009 Kepala UPTD Selaawi dan Limbangan, Bapak Temi Poniah mengajukan surat ke Dinas Kabupaten Garut dan diteruskan ke dinas Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya dibuat dokumen sistem mutu, standar Sistem Kendali Internal (SKI), Internat Control Structure (ICS), bimbingan teknis untuk para petani dan juga dilakukan survey lapangan untuk melihat kesediaan petani untuk menanam sayuran organik. Setelah itu, maka diajukanlah sertifikasi (Lampiran 2). Hingga saat ini Kelompok Tani Cibolerang Agro memiliki 10 orang petani sebagai anggotanya, sedangkan yang masih aktif adalah Bapak Tantan, Bapak Asep Muldiana, Bapak Agus Permana dan Agus Sutarman. Petani yang lainnya tidak meneruskan pertanian organik ini, dikarenakan terkendala pasar yang belum jelas serta belum adanya kontrak tertulis antara petani dengan pihak retailer Struktur Organisasi Struktur organisasi pada Kelompok Tani Cibolerang Agro merupakan struktur organisasi vertikal, dimana kekuasaan dan tanggungjawab berjalan dari puncak tertinggi yang dipegang oleh Ketua Kelompok tani. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 4.

33 20 Ketua Kelompok Tani Sekretaris Bendahara Seksi Pemasaran Seksi Sarana Produksi Seksi Program Tanam Anggota Gambar 5. Struktur organisasi Cibolerang Agro Ketenagakerjaan Poktan CiboAgro memiliki 2-3 orang untuk membantu penanaman sayuran. Jam kerja yang berlaku mulai pukul WIB (Senin-Kamis) dengan dua (2) kali waktu istirahat, yaitu pukul WIB untuk istirahat snack dan WIB untuk istirahat makan siang. Pada hari Jum at, karyawan bekerja pukul WIB dengan satu kali istirahat makan siang yaitu pukul WIB. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi para pekerja muslim yang akan melaksanakan sholat Jum at dan bekerja kembali pukul WIB. Pada hari Sabtu, karyawan bekerja mulai pukul WIB. Pembagian kerja berlaku untuk pekerja pria dan wanita. Pekerjaan pekerja pria meliputi pengolahan tanah (menggarpu/mencangkul), pemanenan, mengangkut hasil panen,

34 21 menyiram, pemupukan, pemberian pupuk cair, pengendalian hama dan penyakit (HPT), serta menyemprot pestisida organik (jika diperlukan). Pekerjaan karyawan wanita meliputi pengisian polybag, pemanenan, penjarangan, pendangiran, penyiangan gulma di bedengan, sanitasi kebun (menebas rumput). Sistem pembayaran upah ditentukan dengan satuan HOK (Hari Orang Kerja) untuk pekerja pria dan HKW (Hari Kerja Wanita), dimana setiap petani di CiboAgro menerapkan upah berbeda-beda, yaitu Rp ,- Rp ,- /HOK untuk pekerja pria dan Rp ,- Rp ,- /HKW untuk pekerja wanita. 4.2 Karakteristik Poktan CiboAgro Karakteristik responden berdasarkan tingkat mendidikan dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah responden Petani CiboAgro yang berpendidikan strata I (S1) sebanyak dua (2) orang, berpendidikan SLTA sebanyak satu (1) orang, dan berpendidikan SD sebanyak (1) orang dan telah menikah. Umur petani diketahui bahwa jumlah responden petani CiboAgro yang berumur tahun sebanyak satu (1) orang, berumur tahun sebanyak dua (2) orang dan petani yang berumur tahun sebanyak satu (1) orang. Dan petani yang menggarap lahan sendiri tiga (3) orang dan yang menggunakan lahan sewa satu (1) orang. Dengan rataan pendapatan per bulan diketahui bahwa petani yang berpendapatan Rp Rp sebanyak dua (2) orang dan petani berpendapatan lebih dari Rp sebanyak dua (2) orang. Sayuran yang dibudidayakan oleh Poktan CiboAgro hanya berdasarkan pesanan dari pihak retailer. Apabila hasil panen tidak terserap oleh pihak retailer maka sayuran tersebut akan dijual di pasar lokal dengan harga yang sama dengan sayuran biasa. Selama melakukan budidaya sayuran organik, belum ada perhatian yang serius untuk membantu budidaya sayuran organik ini baik dari pihak pemerintah kecamatan maupun pemerintah kabupaten. Adapun bantuan satu (1) buah pompa air diberikan oleh pemerintah provinsi pada saat Poktan CiboAgro mengajukan proposal

35 22 bantuan. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat potensi budidaya sayuran organik ini sangat besar untuk dikembangkan. 4.3 Jenis dan Karakteristik Produk Petani CiboAgro mengusahakan sebelas (11) jenis tanaman yang telah tersertifikasi dengan mayoritas jenis sayuran. Tanaman yang dibudidayakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis Sayuran Daun, Buah dan Umbi di PokTan CiboAgro No. Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman Kangkung Sosin Bayam Hijau Pakcoy Horinzo Bawang Daun Selada Kapri Bayam Merah Kaylan Pakcoy Dari 11 komoditas yang telah tersertifikasi, peneliti mengambil empat (4) komoditas yang diteliti, yaitu kangkung, bayam hijau, bayam merah, dan bawang daun, dengan alasan keempat komoditas tersebut merupakan komoditas utama yang di pesan oleh konsumen sehingga sering ditanam oleh petani CiboAgro. Poktan CiboAgro telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga INOFICE (Indonesian Organic Farming Certification) tahun 2011 untuk menjamin mutu sayuran organik secara nasional. Setiap komoditas tanaman memiliki teknis budidaya yang berbeda sesuai jenis sayurannya. Namun, prinsip pertanian organik tetap sama, yatu menghasilkan sayuran organik yang bebas pestisida dan bahan sintetik. Benih sayuran yang digunakan merupakan benih yang diproduksi oleh sendiri dan benih hibrida yang berasal dari pasar local (pasar Selaawi).

36 Budidaya dan Panen Lahan Lahan pertanian Kelompok Tani Cibolerang Agro terbagi di dua (2) Kecamatan, yaitu Kecamatan Selaawi dan Kecamatan Limbangan. Luas lahan di Kecamatan Selaawi 0,34 Ha. dengan rincian, milik Bapak Asep Muldiana 0,14 Ha yang merupakan lahan milik pribadi. Dan milik Bapak Tantan 0,2 Ha yang merupakan milik pribadi dan lahan yang disewa dari orang lain. Kecamatan Limbangan Memiliki lahan 0,28 Ha. dengan rincian, lahan milik Bapak Agus Sutarman 0,14 Ha. dan lahan milik Bapak Agus Permana 0,14 Ha. Batas antar blok dapat berupa jalan kebun, parit, maupun pagar alami. Arah bedengan sesuai dengan lebar teras, arah sinar matahari, saluran irigasi dan drainase. Penentuan jumlah bedengan dalam suatu teras mempertimbangkan perencanaan tanam, khususnya pola pergiliran tanaman yang diterapkan Pengolahan dan Persiapan Lahan Kegiatan pengolahan dan persiapan lahan dilakukan untuk membuat lingkungan fisik tanah menjadi baik atau subur bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu kegiatan pengolahan lahan juga dapat menstabilkan kondisi tanah dari segi kandungan unsur hara, perbaikan sifat fisik dan perbaikan drainase tanah. Proses pengolahan lahan dilakukan satu (1) kali dalam satu (1) musim tanam. Kegiatan pengolahan dan persiapan lahan dilakukan sebelum memulai proses budidaya. Pada saat proses pengolahan dan persiapan lahan dilakukan juga pembuatan bedengan tanah yang akan ditanami oleh sayuran dengan menggunakan tanah yang dicampur oleh pupuk organik. Petani CiboAgro menggunakan dua (2) jenis pupuk selama menanam sayuran organik. Pertama adalah pupuk kompos yang dibuat sendiri dari campuran kotoran hewan, sekam, dan hijauan. Kedua, Pupuk cair organik dengan merk Organox. Jenis ini digunakan oleh CiboAgro, karena khasiatnya sudah terbukti serta alasan kemudahan dalam

37 24 mendapatkannya. Pupuk cair organik ini digunakan sebagai pupuk daun. Setelah itu tanah diberakan selama dua (2) hari dan dilakukan penanaman bibit sayuran yang telah disiapkan. Kegiatan pengolahan dan persiapan lahan melibatkan tenaga kerja yang berasal dari warga sekitar yang berada didekat lahan. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan dan persiapan lahan sebesar 10 HOK dan dilakukan oleh tiga (3) orang. Gambar 6. Pengolahan dan Persiapan Lahan Penyemaian Lahan Kegiatan penyemaian lahan dilakukan pada lahan yang telah siap untuk digunakan. Kegiatan persemaian lahan diawali dengan melakukan pengolahan lahan yaitu dengan menggunakan cangkul sampai kondisi tanah menjadi gembur dan rata. Kemudian lahan ditutup dengan mulsa, dengan tujuan agar terlindungi dari gangguan hama serta untuk mengatur lubang tanam. Tujuan lain dari penggunaan mulsa adalah agar unsur hara pada tanah dapat selalu tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Setelah lahan persernaian siap, selanjutnya benih ditaburkan pada lubang-lubang secara merata pada lahan tersebut. Secara keseluruhan kegiatan penyemaian dikerjakan oleh tenaga kerja yang berasal dari warga sekitar yang berada didekat lahan. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan persemaian lahan sebesar 5 HOK. Dalam kegiatan pcrsemaian lahan ini lebih banyak digunakan tenaga kerja wanita, dengan alasan bahwa tenaga kerja wanita mempunyai tingkat ketelitian tinggi dibandingkan tenaga kerja pria.

38 25 Gambar 7. Penyemaian Lahan Penyemaian Benih Benih yang digunakan oleh CiboAgro adalah benih hybrid yang dijual di daerah sekitar. Benih ini dipilih oleh oleh kelompok tani karena mempunyai mutu yang baik, cukup tahan hama, serta sangat mudah dalam mendapatkannya. Kegiatan penyemaian benih dilakukan untuk mempersiapkan benih agar siap untuk ditanam. Kegiatan persemaian benih diawali dengan mempersiapkan tanah untuk media tanam benih. Tanah yang digunakan adalah tanah yang telah digemburkan dan diberi pupuk kandang, kemudian tanah diberi air hangat. Hal ini dilakukan agar tanah bebas dari bibit-bibit penyakit. Setelah lahan siap, lalu benih ditebar di atas lahan tersebut. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan persemaian benih 5 HKW. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan persemaian benih ini adalah sebagian besar tenaga kerja wanita. Gambar 8. Penyemaian benih

39 Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan apabila bibit dipersemaian telah siap untuk ditanam. Teknis penanaman dilakukan secara lurus dan teratur sesuai dengan lubang tanam pada mulsa dengan jarak 25cm x 25cm. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penyiangan gulma. Setelah benih dimasukan ke dalam lubang, selanjutnya dilakukan penyiraman selama dua (2) hari dimana dalam satu (1) hari dilakukan penyiraman sebanyak 2-3 kali. Secara umum kegiatan penyemaian benih dikerjakan oleh tenaga kerja dalam pedesaan. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan persemaian benih sebesar 10 HKW. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegatan persemaian benih ini adalah tenaga kerja wanita. Gambar 9. Penanaman Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk membersihkan tanaman dari gangguan gulma yang dapat menghambat pertumbuhan sayuran. Kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari adalah penyemprotan sebanyak dua (2) kali dalam satu (1) hari. Kemudian apabila tanaman sayuran terkena serangan hama, maka dilakukan penyemprotan dengan obat-obatan organik yang dibuat oleh kelompok tani CiboAgro. Bahan-bahan yang digunakan dalam obat organik ini adalah daun Mindi, daun Surian, Akar Wangi, dan Jahe. Selain itu Poktan CiboAgro juga menggunakan pestisida organik yang kemasan. Pestisida Organik yang digunakan oleh kelompok tani CiboAgro adalah pestisida organik merk SuperFarm. Alasan Pemilihan merk ini selain, karena khasiatnya disamping itu pertimbangan kemudahan

40 27 dalam mendapatkannya. Pengendali Hama Organik Superfarm ini juga dapat dipakai untuk segala jenis tanaman dan tidak menimbulkan akibat negatif apabila terjadi pemberian/pemakaian dosis yang berlebihan dan dapat digunakan bersamaan dengan pupuk organik, pupuk semi organik dan Decomposer Superfarm. Penyemprotan dilakukan pada waktu serangan hama tiba. Secara umum kegiatan pemeliharaan dikerjakan oleh tenaga kerja tenaga kerja untuk kegiatan pemeliharaan 40 HOK. Gambar 10. Pemeliharaan Panen Kegiatan pemanenan mencakup aktivitas pemetikan dan pemotongan sayuran. Kegiatan ini dilakukan setelah tanaman berumur hari dan siap untuk di panen. Teknis pemanenan yang dilakukan masih menggunakan teknologi konvensional untuk pasar local, yaitu menggunakan pisau dan arit, sedangkan untuk sayuran yang dijual ke retailer dilakukan dengan mencabut sayuran hingga keakarnya. sayuran yang telah sudah dipanen kemudian dimasukan kedalam box. Penataan pada box perlu mendapatan perhatian, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada sayuran sebelum dikemas. Pada kegiatan pemanenan ini dilakukan oleh tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pemanenan adalah 15 HKW. Dari hasil wawancara di lapangan, para pekerja kegiatan panen sangat menyadari pentingnya

41 28 menjaga mutu dari sayuran yang dipanen, sehingga hal ini akan mengurangi jumlah sayuran yang ditolak pada saat proses sortir. Gambar 11. Panen 4.5 Pasca Panen 1. Kegiatan pasca panen yang dilakukan mencakup kegiatan sortasi dan grading. Sortasi dan grading sangat diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya cacat pada sayuran dan untuk menggolongkan sayuran berdasarkan mutunya. Proses sortasi dan grading yang dilakukan adalah memisahkan sayuran bermutu tinggi dan rendah serta dicuci dengan air bersih untuk membersihkan kotoran tanah yang masih menempel pada sayuran. Kriteria sayuran yang dipilih dalam mutu tinggi adalah sayuran yang memiliki warna normal, batang muda, tinggi sayuran tidak lebih dari 35 cm, daun tidak berlubang, tidak memiliki bercak putih dan batang tidak patah. 2. Kegiatan penanganan yang dilakukan adalah pengemasan. Proses pengemasan yang dilakukan oleh perusahaan terbagi menjadi dua (2) jenis, yaitu Kemasan langsung yang merupakan kemasan utama yang bersinggungan dengan sayuran yang dikemas. Bahan pengemas utama ini dapat berupa plastik. Kemasan tidak langsung adalah kemasan kedua dari sayuran yang tidak bersentuhan langsung. Hal ini dilakukan untuk melindungi sayuran dari kerusakan fisik dan mekanis dan juga untuk memudahkan pengaturan dalam gudang penyimpanan, distribusi, serta memudahkan pengaturan dalam alat angkut. Bahan pengemas jenis ini

42 29 dapat dibuat dari peti kayu, peti plastik, peti karton, dan keranjang bambu. Pada kegiatan pasca panen ini dilakukan oleh tenaga kerja yang berasal dari warga desa yang dekat dengan lahan tanam. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pasca panen adalah 15 HOK. Dari hasil penelitian di lapangan, bahwa tenaga kerja yang diperbantukan pada kegiatan pasca panen sangat memperhatikan output yang dihasilkan, karena sadar bahwa hanya produk dengan mutu yang baik dan didukung dengan kemasan yang baik pula yang akan diterima oleh pelanggan. Gambar 12. Kegiatan Pasca Panen 4.6 Pemasaran Jalur pemasaran sayuran kangkung, bayam hijau, bayam merah, dan bawang daun di bagian pemasaran dibagi menjadi dua (2) bentuk, pertama petani menjual langsung sayuran ke Royal Farm, sebuah pemasok sayuran organik di Kota Bandung berdasarkan pemesanan dari pihak retailer/restoran yang selanjutnya dijual ke konsumen. Jika terdapat sayuran dengan daun yang berlubang, batang patah, atau memiliki bercak-bercak putih yang masih dapat diterima, atapun sayuran sisa sayuran yang dipanen, sayuran tesebut akan dijual ke pengecer di pasar lokal yang terdapat di onsumendaerah sekitar Kecamatan Selaawi yang kemudian dijual ke konsumen.

Definisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mutu

Definisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mutu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mutu 2.1.1. Definisi Sebuah perusahaan akan berfokus pada bagaimana memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, dimana hal tersebut hanya didapatkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah mengenai Analisis Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Selaawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN

LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi pertanian di Indonesia tersebar secara merata di seluruh

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia No: 02/M/Kp/ II/2000 tercantum bahwa pembangunan nasional akan berhasil jika didukung oleh

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan pesat bagi pembangunan pertanian khususnya dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya. Budidaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis LOUR var) MELALUI TENGKULAK (Studi Kasus Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBERIAN URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) TUGAS AKHIR PENGARUH PEMBERIAN URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian di Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Lahan pertanian yang dijadikan objek penelitian berlokasi di daerah lahan pertanian DAS Citarum Hulu, Desa Sukapura, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Bandung dan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam bahas asal yaituyunani, hidroponik berasal dari kata hydro (air) dan ponos (kerja) yang berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 3 No. 2, APRIL 2015

JIIA, VOLUME 3 No. 2, APRIL 2015 TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN KARANGREJO KECAMATAN METRO UTARA KOTA METRO (Application Level of Organic Vegetables Cultivation Technology in Karangrejo Village of North

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang The Earth Summit (KTT Bumi) 1992 di Rio de Janeiro adalah indikator utama semakin besarnya perhatian dan kepedulian dunia internasional pada masalah lingkungan serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR. Oleh: SANTI ROSITA A

ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR. Oleh: SANTI ROSITA A ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA RR ORGANIC FARM, KABUPATEN CIANJUR Oleh: SANTI ROSITA A14304026 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 0 PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 10712017 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik Amaliah, SP A. Latar Belakang Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia

Lebih terperinci

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices Good Agricultural Practices 1. Pengertian Good Agriculture Practice Standar pekerjaan dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang dihaslikan memenuhi standar internasional. Standar ini harus dibuat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Sayuran

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Sayuran II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Sayuran Sayuran dapat diartikan sebagai salah satu jenis komoditas hortikultura disamping buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat yang umumnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci