BAB I PENDAHULUAN. Shalawat Wahidiyah merupakan salah satu gerakan tasawuf lokal. shalawat dan puji-pujian kepada Rasulullah Muhammad Saw.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Shalawat Wahidiyah merupakan salah satu gerakan tasawuf lokal. shalawat dan puji-pujian kepada Rasulullah Muhammad Saw."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shalawat Wahidiyah merupakan salah satu gerakan tasawuf lokal Indonesia yang mengedepankan akhlak al-karimah dengan mengamalkan shalawat dan puji-pujian kepada Rasulullah Muhammad Saw. Shalawat Wahidiyah ini lahir di Indonesia, tepatnya di Kediri Jawa Timur tahun 1967, shalawat ini berikut ajarannya merupakan produk atau susunan KH. Abdoel Madjid Ma roef, yang kemudian dikenal sebagai Muallif Shalawat Wahidiyah. 1 Shalawat Wahidiyah kemudian menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan kini ke seluruh dunia, dengan pengikut yang cukup banyak. 2 Secara garis besar Shalawat Wahidiyah terdiri dari dua perangkat utama, yakni amalan shalawat yang dikarang oleh sang muallif. Isi dari amalan Shalawat Wahidiyah ini banyak mengupas tentang ma rifat billah. Perangkat kedua adalah ajaran yang disebut panca ajaran Wahidiyah. Panca ajaran Wahidiyah adalah pedoman moral bagi pengamal Wahidiyah, yang menjadi landasan mereka dalam berfikir, berbicara, dan bertingkah laku. Isi dari panca ajaran Wahidiyah ini meliputi lillâh-billâh, li al-rasûl bi al-rasûl, li al-ghauts bi al-ghauts, yu'tî kulla dzî haqqin haqqah, dan taqdim al-ahamm fa al-ahamm tsumma al-anfa' fa al-anfa'. 1 Sokhi Huda, Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2008), Ibid.,

2 2 Dalam perjalanannya, gerakan Shalawat Wahidiyah ini banyak melahirkan kontroversi. Kontroversi pertama mengenai statusnya, Shalawat Wahidiyah menyatakan bahwa meskipun mereka sebuah gerakan tasawuf, tapi mereka bukanlah tarekat. Hal ini menimbulkan kebingungan karena lazimnya gerakan tasawuf membentuk dirinya menjadi sebuah organisasi tarekat, dengan ciri adanya seorang mursyid sebagai pembimbing, hierarki pengajar yang jelas serta adanya proses pembaiatan. Organisasi Nahdlatul Ulama menggolongkan Shalawat Wahidiyah sebagai tarekat yang ghayru mu tabarah karena menurutnya mata rantai amalan ini tidak bersambung secara jelas kepada Rasulullah sebagaimana tarekat lain. 3 Kontroversi kedua lahir dari dimensi amalan Wahidiyah yang bagi masyarakat umum terlihat aneh. Dalam pelaksanaannya pengamal Shalawat Wahidiyah sering menangis keras, bahkan histeris, saat membaca Shalawat tersebut. Kontroversi ketiga pada dimensi ajarannya, dalam Shalawat Wahidiyah terdapat panca ajaran Wahidiyah yang bagi sebagian orang adalah sebuah konsep yang abstrak dan sulit dipahami. Selain itu tidak seperti umumnya tarekat lain, Shalawat Wahidiyah tidak membatasi diri dengan konsep baiat ataupun mursyid serta terbuka untuk di ajarkan bagi semua umur termasuk para remaja, 4 seperti yang dilaksanakan di Pondok Pesantren 3 Di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU), para pengamal tarekat mu'tabarah itu bernaung di bawah organisasi tarekat yang dikenal dengan nama Jam'iyyah Thariqah Mu'tabarah (perkumpulan tarekat yang sah). Tujuannya adalah untuk memberikan arahan agar para pengamal tarekat di lingkungan organisasi ini tidak menyimpang dari ajaran agama. Lihat Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahts al- Masail (Yogyakarta: LKiS, 2004), Sokhi Huda, Tasawuf Kultural..., 264.

3 3 Terpadu al-syarwânî di Desa Ngrupit, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî merupakan sebuah pondok pesantren yang memasukkan Shalawat Wahidiyah ke dalam kurikulum pembelajaran pesantren. Di pesantren ini, amalan Wahidiyah dilaksanakan setiap saat dan ajaran-ajarannya disampaikan sebagai sebuah materi pelajaran. Hal ini menjadi sebuah fenomena yang menarik karena metode pembelajaran sebuah ajaran tasawuf (dalam hal ini, Shalawat Wahidiyah) dengan sistematis secara umum belum ada. Selain itu, kebanyakan santri di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî masih berusia remaja yang daya tangkap rasionya masih terbatas. Tasawuf secara umum dipandang sebagai ajaran yang rumit, membutuhkan metode belajar dengan aturan yang ketat. 5 Shalawat Wahidiyah sebagai sebuah ajaran tasawuf, tidak hanya berupa ritual membaca shalawat, namun juga mengusung konsep-konsep yang tidak mudah dipahami bagi seorang remaja, 6 sehingga proses menyampaikan ajaran Shalawat Wahidiyah kepada santri yang masih remaja menjadi sebuah hal yang menarik untuk diteliti. 5 Hal ini berlaku di kalangan Islam tradisional, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam tradisional, maka hal ini menjadi sebuah pendapat umum. Bagi kalangan Islam tradisional, tasawuf tidak bisa dilepaskan dari gerakan tarekat, ritual, doktrin ajaran, dan struktur keorganisasian mereka yang rumit dan ketat. Lihat Sokhi Huda. Tasawuf Kultural (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2008). 6 Konsep ini meliputi lillâh-billâh, li al-rasûl bi al-rasûl, li al-ghauts bi al-ghauts, yu'tî kulla dzî haqqin haqqah, dan taqdim al-ahamm fa al-ahamm tsumma al-anfa' fa al-anfa'. Lihat Sokhi Huda. Tasawuf Kultural 120.

4 4 Berdasarkan fenomena di atas kami mengangkat penelitian berjudul PEMBELAJARAN SHALAWAT WAHIDIYAH BAGI SANTRI (Studi Kasus di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî Ngrupit Jenangan Ponorogo). B. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah Pembelajaran Shalawat Wahidiyah Bagi Santri di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî Ngrupit Jenangan Ponorogo. C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas dapat dirumuskan dalam beberapa rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana proses pembelajaran Shalawat Wahidiyah di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî Ngrupit Jenangan Ponorogo? 2. Apa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran Shalawat Wahidiyah di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî Ngrupit Jenangan Ponorogo? 3. Apa manfaat pembelajaran Shalawat Wahidiyah bagi santri di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî Ngrupit Jenangan Ponorogo?

5 5 D. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses pembelajaran Shalawat Wahidiyah di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan apa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran Shalawat Wahidiyah di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî. 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan apa manfaat pembelajaran Shalawat Wahidiyah bagi santri di Pondok Pesantren Terpadu al- Syarwânî. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai metode pembelajaran Shalawat Wahidiyah di Pondok Pesantren Terpadu al- Syarwânî, sekaligus dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pondok pesantren yang berorientasi pada pengembangan pembelajaran shalawat.

6 6 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis dan sumbangan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Dan di masa mendatang setidaknya dapat memberikan inspirasi bagi peneliti lain khususnya mahasiswa STAIN Ponorogo untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan penelitian ini. F. Metode Penelitian Yang dimaksud metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif, dan makna merupakan hal yang esensial. 8 Dan dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena 7 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1999), 3. 8 Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), 3.

7 7 tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Disamping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu. 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. 9 Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî Ngrupit Jenangan Ponorogo. Pesantren ini didirikan tahun 2002 oleh K.H Muh. Budi Santoso SH. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah sebagai sumber data tambahan seperti data tertulis, foto, dokumen, dan lainnya Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek. Dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi..., Lexy J. Moleong, Metodologi..., 112.

8 8 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung. Di samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). a. Teknik Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara antara lain adalah 1) menkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain; 2) merekonstruksi kebulatan-kebulatan sebagai yang dialami masa lalu; 3) memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; 4) memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia; dan 5) memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Teknik wawancara ada bermacam-macam jenisnya, diantaranya adalah: 1) wawancara pembicaraan informal 2) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan 3)

9 9 wawancara buku terbuka. 11 Disamping itu juga ada macam-macam wawancara yang lain, yaitu: 1) wawancara oleh tim atau panel, 2)wawancara tertutup dan wawancara terbuka; 3) wawancara riwayat secara lisan. Sedangkan dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah 1) wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data bisa dikumpulkan semaksimal mungkin; 2) wawancara terbuka, artinya bahwa dalam penelitian ini para subyeknya mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu; 3) wawancara terstruktur, artinya bahwa dalam penelitian ini, peneliti atau pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan. Dalam penelitian ini orang-orang yang akan diwawancarai adalah pendiri, ustadz, serta para santri Pondok Pesantren al- Syarwânî. Hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkip wawancara. b. Teknik Observasi Dalam penelitian kualitatif observasi diklasifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai 11 Ibid., 135.

10 10 seorang partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian. Dan dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang pertama, dimana pengamat bertindak sebagai partisipan. Dalam observasi partisipan, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang akan diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Observasi partisipan dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif, dan partisipasi lengkap. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan partisipasi pasif. Jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut dalam kegiatan tersebut. 12 Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam catatan lapangan (fieldnote), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara 12 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian...,

11 11 dalam pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat catatan, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan lapangan. 13 Pada dasarnya catatan lapangan berisi dua bagian. Pertama bagian diskriptif yang berisi gambaran tentang diri subyek, rekonstruksi dialog, diskripsi latar fisik, catatan tentang peristiwa khusus, dan perilaku pengamat. Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berfikir dan pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya. 14 c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accounting. 15 Sedangkan dokumen digunakan dengan tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya. Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini, mengingat 1) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; 2) rekaman dan dokumen 13 Ibid., Ibid., Sugijono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2006), 329.

12 12 merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau, maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan; 3) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara konstektual relevan dan mendasar dalam konteksnya; 4) sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkip dokumentasi. 6. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu semua analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotetis. Berdasarkan hipotesis tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Setelah data terkumpul, data yang ada dianalisis dengan analisis model interaktif yang dikembangkan oleh Miles & Huberman (1992) adalah sebagai berikut:

13 13 Data Collection Data Display Data Reduction Conclusion Drawing (Verivication) Keterangan: a. Reduksi Data (Data Reduction) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. 16 Berkaitan dengan tema ini, setelah data-data terkumpul yang berkaitan dengan masalah pembelajaran Shalawat Wahidiyah bagi santri di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî, dipilih yang penting dan difokuskan pada pokok permasalahan. b. Penyajian Data (Data Display) Data yang direduksi, selanjutnya disajikan berupa data. Penyajian data adalah menguraikan data dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data ini tujuannya adalah memudahkan pemahaman terhadap apa yang diteliti dan bisa segera dilanjutkan berdasarkan penyajian yang telah dipahami. 16 Ibid., 29.

14 14 Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. c. Verifikasi (Conclusion Drawing) Langkah ketiga yaitu mengambil kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih kurang jelas dan apa adanya kemudian diteliti menjadi lebih jelas dan diambil kesimpulan. Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan di awal Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan kehandalan (reliabilitas), 18 derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara : a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap pembelajaran Shalawat Wahidiyah bagi santri di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî, b) menelaahnya secara rinci sampai 17 Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: Universitas Indonesia Pers, 1992), Moleong, Metodologi Penelitian., 171.

15 15 pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori. 19 Dalam penelitian ini, menggunakan teknik triangulasi dengan sumber data, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, e) membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. 19 Ibid., 178.

16 16 8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada empat tahapan. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: a. Tahap pra Lapangan, Menurut Bodgan dan Taylor (1975) bahwa desain penelitian kualitatif dilakukan sebelum ke lapangan, yakni di mana peneliti mempersiapkan diri sebelum terjun ke lapangan. Desain penelitiannya bersifat fleksibel, termasuk ketika terjun ke lapangan. Sekalipun peneliti memakai metodologi tertentu, tetapi pokokpokok pendekatan tetap dapat berubah pada waktu penelitian sudah dilakukan. Tahap pra lapangan ini meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan Dengan membawa desain yang dirancang sedemikian rupa, bisa saja tidak sesuai dengan situasi nyatanya. Pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya mungkin tidak mempunyai relevansi dengan situasi objek yang diteliti. Dalam menghadapi hal ini, peneliti harus memulai membuat formulasi desain yang baru lagi (new research design) atau taktik baru lagi dan mulai

17 17 menyusun pertanyaan-pertanyaaan berbeda dalam berbagai hal serta meninggalkan situasi yang satu ke situasi yang lain. 20 Tahapan ini meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap Analisis Data Tahap ini meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data, pada bagian tahap analisa data ini terdiri dari: 1). Konsep Dasar Analisis Data Hal ini akan mempersoalkan pengertian, waktu pelaksanaan, maksud, tujuan, dan kedudukan analisis data. 2). Menemukan Tema dan Merumuskan Hipotesis Sejak menganalisis data di lapangan, peneliti sudah mulai menemukan tema dan hipotesis. Namun analisis yang dilakukan lebih intensif, tema dan hipotesis lebih diperkaya, diperdalam dan lebih ditelaah lagi dengan menggabungkannya dengan data dari sumber-sumber lainnya. 3). Menganalisis Berdasarkan Hipotesis Sesudah menformulasikan hipotesis, peneliti mengalihkan pekerjaan analisisnya dengan mencari dan menemukan apakah hipotesis itu didukung atau ditunjang oleh 20 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif (Malang: Kalimasahada, 1996),

18 18 data yang benar. Dalam hal demikian, peneliti akan mengubah atau membuang beberapa hipotesis. d. Tahap Penulisan Hasil Laporan Penelitian Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Kemampuan melaporkan hasil penelitian merupakan suatu tuntutan mutlak bagi peneliti. Dalam hal ini peneliti hendaknya tetap berpegang teguh pada etika penelitian, sehingga ia membuat laporan apa adanya, objektif, walaupun dalam banyak hal ia akan mengalami kesulitan. 21 G. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penulisan skripsi maka pembahasan dalam laporan penelitian ini penulis kelompokan menjadi lima bab yang masing masing bab terdiri dari sub-bab yang saling berkaitan satu sama lain. Sistematika dan pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I: Merupakan gambaran umum untuk memberikan pola pemikiran bagi seluruh laporan penelitian meliputi latar belakang masalah yang berisi desain dan pembagian masalah, alasan mengapa masalah ini diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori atau telaah pustaka, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. 21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif...,

19 19 Bab II: Berisi pembahasan tentang pengertian pembelajaran, ciri-ciri, faktor pendukung dan penghambat pembelajaran serta konsep ajaran Shalawat Wahidiyah. Bab III: Berisi tentang paparan data dan lokasi penelitian yang terdiri dari data geografis, sejarah singkat, proses pembelajaran, kendala, dan manfaat pembelajaran Shalawat Wahidiyah bagi santri di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî Ngrupit Jenangan Ponorogo. Bab IV: Berisi analisis terhadap proses pembelajaran Shalawat Wahidiyah, kendala yang dihadapi, dan manfaat pembelajaran Shalawat Wahidiyah bagi santri di Pondok Pesantren Terpadu al-syarwânî. Bab V: Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan, dan saran.

20 20 BAB II KONSEP PEMBELAJARAN SHALAWAT WAHIDIYAH A. Konsep Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. 22 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, guru, dan tenaga lainnya, misalnya laboratorium. Sedangkan yang bersifat material meliputi: buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audiovisual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi praktik, belajar, ujian, dan sebagainya Ciri-ciri Pembelajaran 22 Pembelajaran disebut juga sebagai proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Pesan tersebut berupa materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum, sedangkan sumbernya meliputi guru, peserta didik, maupun penulis buku. Sedangkan penerima pesannya adalah peserta didik atau juga guru. Lihat Arief S Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), 11. Lihat juga Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994), Ibid.,

21 21 Menurut Edi Suardi seperti yang dikutip oleh Saiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu yaitu: a. Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing. b. Memiliki tujuan, yakni untuk membentuk peserta didik dalam suatu perkembangan tertentu. c. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Evaluasi Faktor yang Mendukung dan Menghambat Pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tidak akan terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam proses pembelajaran tersebut adalah: a. Faktor yang Mendukung Pembelajaran 1) Tujuan Tujuan merupakan dasar untuk mengukur hasil pembelajaran, dan juga menjadi landasan untuk menentukan isi pelajaran dan metode mengajar, dengan kata lain bahwa tujuan merupakan hal yang sangat penting untuk menilai hasil pembelajaran, bahkan dapat digunakan sebagai instrumen pengukuran. Tujuan pembelajaran hendaknya memenuhi kriteria Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 46-

22 22 kondisi untuk belajar, rumusan tingkah laku, dan ukuran minimal tingkah laku yang diinginkan. 25 2) Kurikulum Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan bagi peserta didik. Berdasarkan program pendidikan tersebut peserta didik melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 26 Dengan program tersebut, sekolah/lembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi peserta didik untuk berkembang. Itu sebabnya, kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan peserta didik melakukan beraneka ragam kegiatan belajar. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik, seperti; bangunan sekolah, perlengkapan sekolah, perpustakaan, gambar-gambar, dan lain-lain. 3) Bahan pelajaran Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan terjadi. Karena itu, guru yang akan 25 Oemar Hamalik, Kurikulum, Ibid., 65.

23 23 mengajar memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran penunjang. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan kualifikasinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. 27 4) Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah inti kegiatan dalam proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini akan melibatkan semua komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individu peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Kerangka berfikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada peserta didik. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut akan menjadikan hubungan yang sehat antara guru dengan peserta 27 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar, 50.

24 24 didik. Ada beberapa pendekatan yang diharapkan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan pembelajaran yaitu: 28 a) Pendekatan Edukatif Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik peserta didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama. b) Pendekatan Pengalaman Pengalaman adalah guru yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah guru tanpa jiwa namun selalu dicari oleh siapa pun juga. Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang tidak mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa peserta didik ke arah tujuan pendidikan. c) Pendekatan Pembiasaan Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik 28 Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Jadi, dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Lihat Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar...,

25 25 peserta didik di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk manusia yang berkepribadian baik, sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok yang berkepribadian buruk. d) Pendekatan Emosional Emosi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran. Pendekatan emosional yang dimaksud di sini adalah suatu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya. e) Pendekatan Rasional Manusia adalah makhluk yang sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Manusia mempunyai akal sehingga membedakan dengan makhluk yang lainnya. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan perbuatan mana yang baik dan perbuatan mana yang buruk.

26 26 Karena keampuhan akal (rasio) inilah akhirnya dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pembelajaran. 29 5) Metode Metode berasal dari bahasa Yunani Metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu metho yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. 30 Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik. 31 Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode menempati peranan yang sangat penting. Pendidikan dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk mengantarkan kegiatan pembelajarannya ke arah tujuan yang dicita-citakan, ia tidak akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikan kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam pemilihan metode secara praktis akan menghambat proses pembelajaran yang akan 29 Ibid., Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodolagi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 184.

27 27 mengakibatkan terbuangnya waktu dan tenaga. 32 Kejelasan tentang metode-metode yang dapat dipakai dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Metode Pembiasaan Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan siswa berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tujuan awal yang hendak dicapai. Metode ini sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang masih berusia dini, karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. 33 b) Metode Keteladanan Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada peserta didik agar dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik. 34 Secara historis, dapat dicermati bahwa 32 Basyiruddin Usman, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Ibid.,

28 28 keberhasilan pendidikan jaman Rasulullah Saw salah satunya adalah keteladanan beliau. c) Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu teknik penyampaian sebuah materi pelajaran dengan penuturan lisan kepada peserta didik. 35 Dalam hal ini hubungan antara guru dengan peserta didik banyak menggunakan bahasa lisan. Guru menerangkan secara aktif, sedangkan peserta didik mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang pokok persoalan yang diterangkan oleh guru. 36 d) Metode Latihan/Drill Metode Latihan/Drill adalah suatu metode dalam pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan. Ciri khas dari metode ini adalah kegiatan yang berupa pengulangan berkali-kali dari hal yang sama. Dengan demikian, terbentuklah ketrampilan yang setiap saat siap digunakan oleh yang bersangkutan. 37 6) Sumber Pelajaran Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pelajaran terdapat asal usul belajar seseorang. Sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan bagi peserta didik, yang pada 35 Basyiruddin Usman, Metodologi, Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar, Ibid., 55-59

29 29 hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan). 38 7) Evaluasi Secara etimologi evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai. Selanjutnya istilah evaluasi dipakai dalam berbagai disiplin ilmu tak terkecuali ilmu pendidikan. 39 Evaluasi dalam pendidikan adalah pengambilan sebuah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. a) Prinsip-prinsip Evaluasi 40 (1) Prinsip Berkelanjutan Prinsip ini dimaksudkan bahwa evaluasi tidak hanya dilakukan sekali dalam satu jenjang pendidikan, tetapi harus dilakukan setiap saat dan setiap waktu pada saat membuka pelajaran, menyajikan materi apalagi mencakup pelajaran, ditambah lagi pemberian tugas yang harus diselesaikan siswa. (2) Prinsip Universal Prinsip ini maksudnya adalah evaluasi hendaknya dilakukan untuk semua aspek sasaran pendidikan, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 38 Ibid., Armai Arief, Pengantar, Ibid.,

30 30 (3) Prinsip Keikhlasan Pendidikan tidak hanya mampu menunjukkan kesalahan-kesalahan peserta didik, tetapi juga dapat menunjukkan jalan keluarnya sehingga peserta didik tidak merasa bahwa ia dipersulit oleh guru. b) Cara dan Teknik Evaluasi 1) Cara Evaluasi Didalam evaluasi ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu: (a). Cara kuantitatif (evaluasi dalam bentuk angka) seperti evaluasi dengan skala 1-10 atau (b). Cara kualitatif (berbentuk pernyataan) seperti baik, cukup, sedang, dan kurang. 2) Teknik Evaluasi Teknik evaluasi dalam pembelajaran di sekolah dapat berbentuk: (a). Teknik tes, digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan bakat. Bentuk-bentuk tes tersebut antara lain; essay test, obyective test, true-false.

31 31 (b). Teknik nontes, digunakan untuk menilai sikap, minat, dan kepribadian peserta didik. 41 b. Faktor yang Menghambat Pembelajaran Sukses tidaknya pembelajaran tergantung pada faktor-faktor yang mendukung dalam proses pembelajaran. Sebaliknya pembelajaran tidak akan sukses apabila ada faktor-faktor penghambat di dalamnya. Faktorfaktornya dibagi dua yaitu internal dan eksternal. 1) Faktor internal a) Pendekatan metodologi guru monoton, sehingga kurang menarik minat siswa. b) Kurangnya waktu persiapan guru dalam pengajaran karena faktor kesibukan yang lain. c) Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional. 42 2) Faktor eksternal a) Timbulnya sikap orang tua di beberapa lingkungan sekitar sekolah kurang menyadari tentang pendidikan terutama pendidikan agama. b) Situasi lingkungan sekolah dipengaruhi godaan-godaan dalam berbagai bentuk. c) Timbulnya sikap frustasi di kalangan orang tua yang beranggapan bahwa tingginya tingkat pendidikan yang diperoleh tidak akan menjamin untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. 41 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Djamaluddin, Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 18.

32 4 32 Dari berbagai problem di atas dapat diketahui bahwa sebagai faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran tidak hanya datang dari satu sumber, akan tetapi dari berbagai sumber, seperti guru, peserta didik, keluarga, lingkungan, ataupun faktor fasilitas yang semuanya itu memerlukan suatu pemecahan sehingga pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan efisien. B. Shalawat Wahidiyah 1. Dasar Hukum dan Tatakrama Membaca Shalawat Dasar hukum membaca shalawat kepada nabi Muhammad Saw adalah firman Allah dalam surat al-ahzab ayat 56 yaitu: 43 ϵø n=tã (#θ = ¹ (#θãζtβ#u š Ï%!$# $pκš r' tƒ Äc É< Ζ9$# n?tã tβθ = Áムçµtgx6í n=tβuρ!$# βî) $ ϑšî=ó n@ (#θßϑïk=y uρ Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. al-ahzab: 56). Dalam hadits nabi juga disebutkan, yaitu: 44 ق ا ل ص لي االله ع ل يه و س لم: ا ولي الن اس بي ي وم الق ي ام ة ا آث ر ه م ع ل ي ص لا ة. (ر و ه الت رمذي ع ن ابن م سع ود). Artinya: Rasulullah Saw bersabda: Manusia yang lebih utama di sisiku besok pada hari kiamat ialah mereka yang lebih banyak membaca shalawat kepadaku. (HR. at-tirmidzi dari Ibn Mas ud). 43 Al-Qur'an, 33: Imam at-tirmidzi, Sunan at-tirmidzi,hadits nomor 446, pada kitab (bab) ash-shalah.

33 33 Adapun hukum membaca shalawat, terdapat beberapa pendapat para ulama. Ada ulama yang mengatakan bahwa membaca shalawat hukumnya wajib bi al-ijmâl, ada yang mengatakan wajib satu kali seumur hidup, dan ada yang mengatakan sunnah. Akan tetapi, pendapat tentang hukum membaca shalawat yang paling populer adalah sunnah muakkadah, kecuali membaca shalawat pada tahiyat akhir dalam shalat. Dalam ajaran Wahidiyah, shalawat dari Allah kepada Nabi Muhammad Saw adalah dalam rangka menambah rahmat dan ta zhim (kasih sayang dan sifat memuliakan), sedangkan kepada selain Nabi Muhammad adalah dalam upaya menambah rahmat dan maghfirah (kasih sayang dan ampunan). Bagi pengamal Shalawat Wahidiyah, hal yang paling penting adalah memperhatikan adab ketika membaca shalawat, yang meliputi niat dengan ikhlas beribadah kepada Allah tanpa pamrih, ta zhim (mengagungkan), dan mahabbah (mencintai) Rasulullah, hati hudhûr kepada Allah dan îstihdhâr (merasa berada di hadapan Rasulullah, dan tawadhu (merendahkan diri), iftiqâr (merasa butuh sekali) kepada pertolongan Allah, butuh sekali terhadap syafa at atau bantuan (moril) dari Rasulullah Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Shalawat Wahidiyah, Kuliah Wahidiyah untuk Menjernihkan Hati dan Ma'rifat Billâh wa Birasulihi (Jombang: Sekretariat Pesantren "At- Tahdzib" Rejo Agung, 1993), 146.

34 34 Ada banyak keutamaan dan manfaat membaca shalawat kepada Rasulullah Saw diantaranya adalah: a. Shalawat sebagai pengawal doa, keridhaan, dan pembersih amal perbuatan. b. Shalawat Sebagai pembuka hijab doa sekaligus bisa menyebabkan terkabulnya hajat di dunia dan akhirat. c. Dimintakan ampun oleh malaikat bagi penulis shalawat Macam-macam Shalawat Shalawat kepada nabi Muhammad Saw memiliki beraneka macam bentuk atau redaksi dan dapat dipilah menjadi dua kelompok, yaitu: a. Shalawat Ma tsûrah Shalawat ma tsûrah adalah shalawat yang redaksinya langsung diajarkan oleh Rasulullah Saw. Salah satu contohnya adalah Shalawat Ibrahimiyah, seperti yang dibaca dalam tasyahud akhir dalam shalat. 47 Shalawat ini tidak menggunakan kata sayyidinâ, memang semua shalawat ma tsûrah tidak memakai kata tersebut. Ini menunjukkan keluhuran budi Rasulullah Saw yang tidak mau menonjolkan diri. Rasulullah selalu ber-tawadhu (sopan santun dan lemah lembut) kepada siapapun, suatu sikap budi luhur yang seharusnya ditiru oleh umatnya. 46 Sokhi Huda, Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2008), Dewan pimpinan pusat penyiar Shalawat Wahidiyah, Kuliah Wahidiyah, 55.

35 35 b. Shalawat Ghairu Ma tsûrah Shalawat ghairu ma tsûrah adalah shalawat yang tidak disusun oleh Nabi Muhammad Saw sendiri, tetapi disusun oleh para sahabat, tâbi în, shâlihîn, auliyâ, para ulama, atau yang lainnya dari kalangan umat Islam. 48 Pada umumnya, redaksi shalawat ini panjang, susunan bahasanya disertai dengan kata-kata indah yang mengekspresikan penghormatan, pujian, dan sanjungan sebagai cetusan dari getaran jiwa mahabbah (cinta) dan syauq (rindu yang mendalam). Diantara shalawat-shalawat ghairu ma tsûrah adalah; shalawat munjiyat, shalawat nariyyah, shalawat burdah, shalawat badawi, shalawat badar, shalawat masyisyiyyah, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sebagian besar shalawat ghairu ma tsûrah mengandung berbagai macam ajaran dan bimbingan. Ada yang mengandung ajaran bidang akhlak, bidang adab (etika), ajaran tauhid, ajaran haqîqat, ajaran ma'rifat, dan ada juga yang mengandung ajaran syari'at. Shalawat Wahidiyah juga mengandung ajaran yang meliputi bidang-bidang Haqîqat, syari'at, akhlak (adab), tauhid, iman, Islam, dan ihsan. Shalawat Wahidiyah memberikan bimbingan praktis di dalam merealisasikan pelaksanaaan habl min Allâh wa habl min al-nâs. Shalawat Wahidiyah termasuk shalawat ghairu ma tsurah yang disusun oleh KH. Abdoel Madjid Ma'roef. Di dalam Shalawat Wahidiyah setidaknya ada 4 karakter, yakni: 48 Ibid., 58.

36 36 1) Sebagaimana tertulis di dalam lembaran Shalawat Wahidiyah, ia merupakan rangkaian doa shalawat Nabi, termasuk tata cara maupun adab pengamalannya. 2) Merupakan suatu obat bagi penyakit-penyakit batiniah yang hanya bisa dirasakan reaksinya dalam batin seseorang jika diamalkan. Tidak cukup hanya dipelajari atau diketahui komposisi dan kegunaannya. 3) Di dalamnya terdapat doa-doa permohonan agar diberi keimanan (ketauhidan) dan kesadaran kepada Allah yang disertai bimbingan billâh untuk merealisasikan keteladanan Rasulullah sebagai pengentas umat dari kegelapan syirik. 4) Merupakan rangkuman shalawat Nabi, seperti shalawat-shalawat yang boleh diamalkan oleh siapa saja tanpa disyaratkan adanya sanad atau silsilah seperti yang berlaku dalam amalan tarekat. Di dalamnya mempunyai sistem ajaran dan bimbingan praktis yang disebut ajaran Wahidiyah Panca Ajaran Pokok Wahidiyah Yang dimaksud dengan ajaran Wahidiyah adalah "bimbingan praktis lahir dan batin di dalam melaksanakan tuntunan Rasulullah, yang meliputi bidang Haqîqat dan syari'at, mencakup peningkatan iman, pelaksanaan Islam, dan perwujudan ihsan serta pembentukan moral (akhlak)". Komposisi ini secara rinci meliputi lima hal, yakni: a. Peningkatan iman menuju kesadaran atau ma'rifat kepada Allah. 49 Sokhi Huda, Tasawuf Kultural, 157.

37 37 b. Pelaksanaan Islam sebagai realisasi dari ketaqwaan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. c. Perwujudan ihsan sebagai manifestasi dari iman dan Islam yang sempurna. d. Pembentukan moral (akhlak) untuk mewujudkan akhlak yang mulia (al-akhlak al-karîmah). e. Bimbingan praktis lahiriah dan batiniah dalam memanfaatkan potensi lahiriah yang ditunjang oleh pendayagunaan potensi batiniah (spiritual) yang seimbang dan serasi. 50 Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa bimbingan praktis dalam ajaran Wahidiyah meliputi segala aktifitas hidup manusia dalam hubungannya dengan Allah dan rasul-nya. Hubungan mausia dengan keluarga, bangsa, negara, agama, sesama umat manusia, dan semua makhluk hidup. Secara ringkas, ajaran Wahidiyah tersebut dapat dirumuskan menjadi lima, yakni: lillâh-billâh, li al-rasûl bi al-rasûl, li al-ghauts bi alghauts, yu'tî kulla dzî haqqin haqqah, dan taqdim al-ahamm fa al-ahamm tsumma al-anfa' fa al-anfa'. 1) Lillâh-Billâh a) Lillâh Pengertian lillâh adalah melaksanakan segala amal perbuatan seraya disertai niat beribadah kepada Allah dengan ikhlas tanpa 50 Ibid., 158.

38 38 pamrih. 51 Dengan menyertakan niat tersebut, maka perbuatan yang kita lakukan akan tercatat sebagai amal ibadah. Perlu ditegaskan pula bahwa perbuatan yang boleh dan bahkan harus disertai niat ibadah lillâh terbatas hanya pada perbuatan yang tidak terlarang agama. b) Billâh Billâh mengandung makna bahwa dalam segala perbuatan dan gerak-gerik lahir maupun batin, dimanapun dan kapanpun, hati senantiasa merasa dan berkeyakinan bahwa yang menciptakan dan mengatur semua adalah Allah Yang Maha Mencipta. 52 manusia dilarang mengaku atau merasa mempunyai kekuatan dan kemampuan sendiri tanpa dititahkan oleh Allah. Dengan demikian, billâh dikatakan merupakan perwujudan dari ungkapan; lahaula wa lâ quwwata illa billah (tiada daya dan kekuatan melainkan atas titah Allah). c) Lillâh-Billâh Semua orang yang beragama, sama-sama dikaruniai kemampuan oleh Allah untuk dapat menerapkan ajaran lillâhbillâh. Dalam arti bukan dalam suatu ritual keagamaan, melainkan dalam keseragaman sikap hati manusia beragama atau manusia yang beriman kepada Tuhan. Jadi, lillâh-billâh seharusnya menjadi 51 Dewan Pimpinan Pusat, Kuliah Wahidiyah, Ibid., 160.

39 39 uniform bagi hati setiap manusia yang menyatakan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa. 53 Menurut ajaran Wahidiyah, penjelasan ilmiah atau teoretis konsep lillâh-billâh sangat mudah untuk dipelajari. Akan tetapi, penerapannya perlu perhatian yang khusus dan serius. Penerapan konsep lillâh-billâh digerakkan dan dituntun oleh petunjuk (hidayah) dari Allah. Hidayah Allah inilah yang akan menentukan keselamatan hidup umat manusia. Jika seseorang mendapat hidayah dari Allah niscaya dia akan selamat dalam menjalani hidup di dunia dan akhirat. Tetapi sebaliknya, jika seseorang tidak mendapat hidayah dari Allah, maka dia tidak memperoleh syafa'at dari Rasulullah sehingga ia akan sukar menerapkan konsep lillâhbillâh. Oleh karena itu, umat manusia disamping perlu mempelajari ilmu pengetahuan, juga harus berusaha untuk bisa memperoleh hidayah Allah. Adapun salah satu caranya, dalam perspektif Wahidiyah adalah dengan melakukan mujahadah. Pengertian mujahadah secara umum adalah berjuang, bersungguh-sungguh atau berperang melawan musuh. Di dalam Wahidiyah yang dimaksud mujahadah adalah bersungguh-sungguh memerangi dan menundukkan hawa nafsu untuk diarahkan kepada kesadaran-kesadaran "fafirruu ilallahi wa rasulihi" Sokhi Huda, Tasawuf Kultural, Sokhi Huda, Tasawuf Kultural, 193.

40 40 Bagi semua orang yang akan melakukan mujahadah Wahidiyah, maka dia harus memenuhi etika atau adab bermujahadah. Adapun adab ber-mujahadah adalah sebagai berikut: 55 (1 ) Harus dijiwai perasaan lillâh-billâh, li al-rasûl bi al-rasûl, li al-lghauts bi al-lghauts. (2 ) Hatinya harus hudhûr (berkonsentrasi) kepada Allah. (3 ) Istihdhâr, yakni merasa hadir di hadapan Rasulullah dan ghaust dengan ketulusan hati, ta'dhim (memuliakan) dan mahabbah (mencintai) sedalam-dalamnya dan semurnimurninya. (4 ) Tadzallul, merendahkan diri, merasa hina sehina-hinanya akibat perbuatan dosanya. (5 ) Tadhallum, merasa penuh berlumuran dosa dan banyak berbuat dhalim. Dhalim dan dosa terhadap Allah Swt, ghauts hâdza al-zamân, terhadap orang tua, anak, keluarga, saudara, tetangga, bangsa, negara, dan sebagainya. (6 ) Iftiqar, merasa memerlukan sekali, memerlukan maghfirah atau ampunan, perlindungan dan taufik hidayah Allah Swt. Butuh syafa'at tarbiyah Rasulullah Saw, butuh terhadap barakah nadzrah dan doa restu ghauts hâdza al-zamân. (7 ) Jika mengalami suatu pengalaman batin, tangis, dan jeritan. Apabila masih bisa dikuasai supaya dikuasai dan 55 Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Shalawat Wahidiyah, Tuntunan Mujahadah dan Acaraacara Wahidiyah (Jombang: Sekretariat: Pesantren "At-Tahdzib" Rejoagung, 1993), 4.

41 41 dimanfaatkan sekuat mungkin untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Mujahadah tidak hanya satu macam saja akan tetapi ada bermacam-macam dan penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Macam-macamnya adalah sebagai berikut; 56 (1 ) Mujahadah pengamalan empat puluh hari/tujuh hari, dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi lebih dianjurkan berjama'ah sekeluarga, satu kampung/lingkungan. (2 ) Mujahadah yaumiyyah (harian), dilaksanakan setiap hari setelah mujahadah pengamalan empat puluh hari/tujuh hari, paling sedikit satu kali dalam sehari semalam. (3 ) Mujahadah keluarga adalah mujahadah berjama'ah seluruh keluarga. Apabila situasi mengizinkan dianjurkan untuk dilaksanakan tiap hari, akan tetapi kalau tidak memungkinkan maka setidak-tidaknya seminggu sekali atau dua minggu sekali, atau tiap bulan sekali. (4 ) Mujahadah usbu'iyyah, dilaksanakan seminggu sekali oleh seluruh pengamal Wahidiyah satu kampung/desa/kelurahan, sekalipun pengamalnya cuma sedikit. Misalnya dua/tiga orang. 56 Ibid., 7.

42 42 (5 ) Mujahadah syahriyyah, dilaksanakan tiap bulan sekali/setiap tiga puluh lima hari (Jawa: selapan) sekali oleh seluruh masyarakat Wahidiyah, se-wilayah kecamatan. (6 ) Mujahadah rubu' al-sanah (triwulan), dilaksanakan setiap tiga bulan sekali oleh seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah sewilayah. (7 ) Mujahadah nisf al-sanah, dilaksanakan setiap enam bulan sekali oleh seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah se-wilayah propinsi/daerah istimewa dengan mengundang masyarakat umum. (8 ) Mujahadah kubra Wahidiyah, dilaksanakan setahun dua kali yang diikuti oleh seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah. (9 ) Mujahadah khusus, adalah mujahadah yang dilakukan secara khusus dengan aurad (cara, bilangan, atau bacaan) yang khusus pula yang diberikan/diijazahkan oleh Muallif Shalawat Wahidiyah. 2) Li al-rasûl bi al-rasûl a) Li al-rasûl Pengertian li al-rasûl adalah bahwa segala amal ibadah kita di samping harus disertai niat karena Allah, juga harus disertai dengan niat mengikuti tuntunan Rasulullah Saw. 57 Dengan demikian, seluruh tindakan selama tidak bertentangan dengan 57 Ibid., 167.

BAB I PENDAHULUAN. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat

BAB I PENDAHULUAN. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hal pengupahan, Islam memberikan ketentuan dasar mengenai Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat prinsip moral yang membedakan

Lebih terperinci

shalawat ghoiru ma tsuroh. shalawat ma tsuroh adalah yang susunan kalimatnya

shalawat ghoiru ma tsuroh. shalawat ma tsuroh adalah yang susunan kalimatnya I Bershalawat kepada Nabi Muhammad saw, merupakan ungkapan rasa terima kasih yang dalam bagi umat Islam atas tuntunannya sehingga selamat dari bahaya yang sangat besar. Sudah menjadi watak manusia untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Allah menciptakan manusia dengan penciptaan yang paling sempurna di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada manusia, salah satunya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi kehidupan manusia saat ini, pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya membimbing, mendidik, dan mengarahkan ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Pendidikan Renang di SMP Al-Hikmah Surabaya, dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Pendidikan Renang di SMP Al-Hikmah Surabaya, dengan menggunakan 51 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada Penelitian ini penulis menitikberatkan pada Nilai-nilai Keislaman Pada Pendidikan Renang di SMP Al-Hikmah Surabaya, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki perundang-undangan sebagai kitab hukumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia akan lebih berpengetahuan luas dan menjadi lebih bijaksana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesionalisme guru berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern, hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang terdapat dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif analitis yaitu penelitian yang tujuan utamanya untuk menerangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Metode merupakan suatu hal yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekecil apapun ilmu yang didapat, kita harus selalu berusaha untuk menyampaikannya kepada yang lain. Karena setiap individu berhak untuk dididik dan mendidik, berhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Al-qur an Hadis adalah mata pelajaran yang memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan Hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nabi Muhammad SAW, sangat memiliki kedudukan yang tinggi. kepada umat manusia sejagad, bahkan bagi seisi alam semesta.

BAB I PENDAHULUAN. Nabi Muhammad SAW, sangat memiliki kedudukan yang tinggi. kepada umat manusia sejagad, bahkan bagi seisi alam semesta. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabi Muhammad SAW, sangat memiliki kedudukan yang tinggi dikalangan umat Islam. 1 Tak ada nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad SAW, yang dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan sumber data, jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah berupa penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan (Field

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen organisasi dari para anggota dalam upaya meningkatkan kualitas.

BAB I PENDAHULUAN. komitmen organisasi dari para anggota dalam upaya meningkatkan kualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak organisasi yang menghadapi tantangan dengan membangun komitmen organisasi dari para anggota dalam upaya meningkatkan kualitas. Bagi kehidupan organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Untuk itu, masalah pendidikan sejak dahulu hingga sekarang mendapat perhatian sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu manusia berpacu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, maksudnya data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan akan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi merupakan salahsatu kualifikasi pendidikan yang terpenting. Diantara kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik adalah menguasai bidang studi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis mengambil pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan Anak Usia Dini merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan nasional yang saat ini mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah. PAUD dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Apabila ditinjau dari data-datanya, maka pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mempersiapkan anak didik melakukan berbagai peran di lingkungannya secara tepat di masa akan datang. 1 Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari orangorang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari orangorang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat diartikan sebagai usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan guna menjawab permasalahan yang akan diteliti. 1 Metode merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang mendeskripsikan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperjelas arah dan mempermudah pencapaian tujuan penelitian, perlu adanya metode yang harus dilakukan agar hasilnya harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disisi Tuhan-Nya, dan untuk berpacu menjadi hamba-nya yang menang di

BAB 1 PENDAHULUAN. disisi Tuhan-Nya, dan untuk berpacu menjadi hamba-nya yang menang di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama Islam merupakan tuntunan yang sangat penting dan mendasar yang merupakan tujuan untuk mengatur setiap sikap dan tingkah laku manusia, terutama kaum muslimin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi obyek, sasaran suaru ilmu yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, sehingga peneliti berupaya memberikan pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfir motivasi atas dasar komitmen dan identitas emosional pada visi, filosofi, dan gaya mereka dalam diri bawahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan berdasarkan iman untuk mencintai Allah, takut kepadanya dan

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan berdasarkan iman untuk mencintai Allah, takut kepadanya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengingat sekarang zaman sudah semakin tua dan semakin majunya teknologi yang memicu pada menipisnya nilai-nilai agama dan keimanan serta norma-norma dan juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik. kedewasaan dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik. kedewasaan dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada si terdidik, baik jasmani maupun rohani, diarahkan kepada suatu tujuan positif dan mampu mengembangkan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

MODEL PENDIDIKAN AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

MODEL PENDIDIKAN AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO MODEL PENDIDIKAN AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO SKRIPSI Diajukan Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya.. Dalam menanamkan keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang hidup di dunia ini tidak pernah terlepas dari ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah subhanahu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. 1 Metode dapat diartikan juga sebagai suatu cara atau teknis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Metode penelitian digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

Lebih terperinci

Cece Abdulwaly. Diterbitkan oleh: melalui:

Cece Abdulwaly. Diterbitkan oleh: melalui: Cece Abdulwaly Diterbitkan oleh: melalui: HAFAL AL-QUR'AN: BUAH SABAR & ISTIQAMAH Oleh: Cece Abdulwaly Copyright 2014 by Cece Abdulwaly Cetakan I, 2015 Desain Sampul: Cece Abdulwaly Penerbit: Tahfidz Media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa Arab di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Ponorogo.

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa Arab di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Ponorogo. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, yang menggunakan kajian terperinci mengenai sub setting, subyek tunggal yang berupa peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian lapangan (Field Research). Yang mana penelitian ini, menggunakan objek penelitian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Di Indonesia, pendidikan dilakukan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang tinggi, selalu meletakkan pendidikan dan pada derajat yang tinggi. Adapun untuk memperoleh derajat manusia didunia adalah melalui ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sering kali diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Secara fitrah manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling bergantung satu sama lain. Dengan fitrah tersebut, maka manusia akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

BAB III METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan esensial dalam kehidupan manusia, karena pendidikan, manusia dapat di bedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KELAS IV SD NEGERI NGEPUNGROJO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian yang mempelajari secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

Lebih terperinci

, 2015 MODEL PENDIDIKAN ISLAM BAGI LANSIA DI DAARUT TAUHIID BANDUNG

, 2015 MODEL PENDIDIKAN ISLAM BAGI LANSIA DI DAARUT TAUHIID BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk sebaikbaiknya. Ia diberi akal untuk senantiasa berfikir dan mengembangkan potensinya. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, penyesuaian diri dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan metode yang baik dan sesuai dapat memungkinkan tercapainya tujuan penelitian yang tepat dan benar. Metode penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 TEGALOMBO

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 TEGALOMBO PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 TEGALOMBO SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai dunia alam ataupun dunia sosial. memprioritaskan pada gambaran kejadian-kejadian yang berlangsung pada

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai dunia alam ataupun dunia sosial. memprioritaskan pada gambaran kejadian-kejadian yang berlangsung pada BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian adalah aktivitas menelaah suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan atau hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Peneliti bermaksud untuk mengungkap realitas atau kenyataan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Peneliti bermaksud untuk mengungkap realitas atau kenyataan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Peneliti bermaksud untuk mengungkap realitas atau kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang beradab dan berakhlak mulia akan terbentuk yang akhirnya akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah fieldresearch atau penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghafal Al-Qur an merupakan suatu keutamaan yang besar dan posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang bercita-cita tulus, serta berharap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan. Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan. Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu: BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmiah untuk

Lebih terperinci

Sugiyono, Metode Penelitian Pendikan, (Pendekatan kuantitatif, Kualitatifdan R&D), Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 3. 2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendikan, (Pendekatan kuantitatif, Kualitatifdan R&D), Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 3. 2 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Untuk mencapai hasil penelitian yang valid dan reliabel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 73 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Kemudian dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kualitas manusia yang dalam pelaksanaanya merupakan suatu proses yang berkesinambungan pada setiap jenis

Lebih terperinci

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Dr. Sukring, M.Pd.I. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian. Muslim Peserta Didik Di MA Al- Ma arif. Maka pendekatan dalam

Bab III. Metode Penelitian. Muslim Peserta Didik Di MA Al- Ma arif. Maka pendekatan dalam 78 Bab III Metode Penelitian A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan judul yang dikemukakan yakni Pelaksanaaan Pembelajaran GuruAqidah Akhlak dalam Meningkatkan Kepribadian Muslim Peserta Didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian membutuhkan data yang obyektif, pembahasan penelitian dibahas secara teoritis dan empiris. Pembahasan teoritis bersumber pada kepustakaan yang merupakan karangan ahli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di MA Islamiyah Senori Tuban dengan alasan bahwa di MA Islamiyah Senori menggunakan kitab Adab Islamiyah sebagai mata pelajaran akhlak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa arab sering diterjemahkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kepribadian merupakan sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. 1 Kepribadian ini sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian field research, yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dialami subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lainlain.

BAB III METODE PENELITIAN. dialami subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lainlain. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Definisi dari pendekatan penelitian ini adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu uraian dan penjelasan komperhensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok,

Lebih terperinci