Dekolonisasi, kekerasan dan perang di Indonesia, Program penelitian KITLV-NIMH-NIOD
|
|
- Yuliana Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Dekolonisasi, kekerasan dan perang di Indonesia, Program penelitian KITLV-NIMH-NIOD Atas nama pemerintah, Menteri Luar Negeri (Buitenlandse Zaken), Menteri Pertahanan (Defensie), Sekretaris Negara Menteri Kesehatan Masyarakat, Kesejahteraan dan Olah Raga (Volksgezondheid Welzijn en Sport), pada tanggal 2 Desember yang lalu dalam sebuah surat kepada Tweede Kamer (Majelis Rendah), mengumumkan kesediaan mereka untuk memberikan bantuan finansial bagi penelitian menyeluruh tentang perang dekolonisasi di Indonesia periode KITLV, NIMH dan NIOD, tiga lembaga yang sejak pertengahan 2012 telah mendorong dilakukannya penelitian tersebut, menyambut gembira keputusan itu. Berdasarkan surat tersebut di atas, KITLV, NIMH dan NIOD akan mengkaji kembali kontur proposal penelitian bersama mereka. Hal-hal tentang perang dekolonisasi, seperti yang dikemukakan oleh pemerintah, pada saat ini telah lebih banyak diketahui dari pada empat tahun yang lalu, kemudian muncul pertanyaan apakah pendirian pemerintah pada tahun 1969 yang menyatakan bahwa "angkatan bersenjata Belanda secara keseluruhan telah bertindak dengan benar di Indonesia" masih bisa dipertahankan. Penelitian terbaru, seperti yang dilakukan oleh Rémy Limpach, De brandende kampongs van generaal Spoor (kampung-kampung jenderal Spoor yang dibumihanguskan) menyajikan argumen-argumen meyakinkan yang menyatakan bahwa militer Belanda (termasuk tentara Koninklijk Nederlands- Indisch Leger, KNIL) telah menggunakan kekerasan berlebihan secara struktural selama perang dekolonisasi. Pada saat bersamaan, sebagaimana yang dikemukakan oleh pemerintah, masih terdapat banyak pertanyaan mengenai sifat, skala, dan pemicu kekerasan yang melampaui batas tersebut, serta pertanyaan mengenai konteks politik, sosial dan internasional yang lebih luas dimana hal tersebut bisa terjadi. Atas dasar tersebut, ketiga lembaga di atas menyetujui sepenuhnya isi persyaratan pemerintah yang ditetapkan dalam surat perihal pemberian dukungan finansial untuk penelitian lanjutan. Penelitian baru ini akan dikembangkan dari perspektif yang luas, dengan pengamatan yang lebih teliti terhadap terhadap hubungan antara peristiwaperistiwa di Belanda dan Indonesia, dalam konteks hubungan-hubungan pascaperang nasional dan internasional. Hal ini berarti, misalnya, bahwa dalam penelitian baru ini akan diberikan perhatian khusus pada periode penuh kekacauan, yaitu masa Bersiap, antara pertengahan Agustus 1945 dan awal 1946, sampai pada masa sebelum terjadinya pengiriman besar-besaran militer Belanda ke Indonesia dan dampaknya dalam tahun-tahun kemudian. Perhatian yang cukup besar juga akan diberikan terhadap konteks pemerintahan/politik nasional dan konteks politik internasional yang lebih luas di tahun-tahun tersebut, dan juga dampak politik dan sosialnya yang sampai sekarang masih tetap berlangsung.
2 Dari perspektif tersebut KITLV, NIMH dan NIOD sepakat dengan agenda bersama ini untuk penelitian lanjutan: Sintesis Penelitian ini akan menghasilkan sebuah studi singkat sebanyak 300 halaman yang menggabungkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dipublikasikan dengan penelitian terbaru yang dilakukan oleh tiga lembaga ini.. Dalam sintesis ini, pertanyaan-pertanyaan terpenting mengenai kebijakan dekolonisasi, kekerasan dan perang dengan fokus pada (pernyataan) aksi militer Belanda akan terjawab, dengan memberikan perhatian yang memadai kepada konteks sejarah, konteks politik dan konteks internasional dan dampak yang terbawa sampai setelah perang. Bersiap Pada periode Bersiap, di bulan-bulan terakhir 1945 dan awal 1946, yakni periode sebelum kembalinya militer Belanda ke Indonesia, ribuan orang (Indo) Eropa dan orang Cina serta orang Indonesia yang dituduh berkolaborasi dengan penguasa kolonial Belanda menjadi korban kekerasan besar-besaran dan keji yang dilakukan oleh kelompok pejuang Indonesia baik yang terorganisir ataupun yang tidak terorganisir. Penelitian pada latar belakang dan jalannya periode kekerasan ini tentu saja bukan hanya penting dengan sendirinya namun juga berfungsi untuk memetakan dengan lebih baik konsekuensi psikologis bagi militer Belanda dan warga sipil, dan untuk mempertanyakan makna Bersiap sebagai faktor penting dalam peperangan berikutnya. Konteks pemerintahan/politik Sub-penelitian ini meliputi proses pengambilan keputusan politik tentang sifat, skala dan metode peperangan selama berlangsungnya perang di Den Haag dan Batavia /Jakarta; interaksi dengan aparat pemerintahan dan peradilan; dan pengaruh-pengaruh terhadap aksi militer Belanda, yaitu pengaruh opini publik, pers, otoritas moral di Belanda dan Indonesia, khususnya pengaruh gerejagereja dan organisasi-organisasi Kristen yang berkaitan dengan urusan tentara yang pergi bertugas ke medan perang dan keluarga yang ditinggalkannya (thuisfrontorganisatie). Sub-penelitian ini juga memfokuskan diri pada tanggung jawab politik, pada saat perang dan juga pada dekade pertama setelah perang, untuk penyediaan informasi tentang perang dan, khususnya, tentang kekerasan yang berlebihan: Siapa yang tahu tentang apa dan kapan terjadinya? Apakah ada kesengajaan menyembunyikan informasi yang memberatkan, dan apabila memang demikian, oleh siapa, dalam hal apa dan kapan? Apakah tindakan semacam itu, kecuali untuk penyuluhan dan propaganda, juga mempengaruhi pengarsipan? Pertimbangan sosial dan politik apa yang berperan di sini? Dalam hal ini kita antara lain bisa mengacu kepada posisi Belanda di arena internasional, kepedulian terhadap reputasi angkatan bersenjata dan politisi, kebijakan veteran dan kemungkinan adanya konsekuensi hukum.
3 Konteks politik internasional Konteks internasional membutuhkan analisis lebih lanjut, khususnya berkait dengan tanggapan internasional dan upaya-upaya untuk mempengaruhi penerapan dan penggunaan kekerasan oleh Belanda dan Indonesia. Sehubungan dengan itu, penelitian ini juga akan didasarkan pada arsip asing. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah penginventarisasian, dan apabila diperlukan akan dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap koleksi-koleksi nasional dan internasional yang sebelumnya belum banyak digunakan, terutama koleksi-koleksi dari negara-negara yang baik secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam konflik tersebut, yakni Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Australia dan Belgia (Belgia dalam hal ini terlibat karena merupakan anggota Komite Jasa Baik (Good Offices Committee)), disamping negara-negara yang tergabung dalam PBB dan Palang Merah di Swiss. Penelitian perbandingan terhadap perang dekolonisasi dan counterinsurgency Penelitian bandingan internasional terhadap sifat khusus dan konteks yang lebih luas dari perang dekolonisasi dan counterinsurgency adalah penting bagi pemahaman yang lebih baik terhadap perang di Indonesia ( ) dan kekerasan yang berlebihan pada waktu itu. Dalam hal ini terutama akan dibuat perbandingan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan Perancis dan Inggris pada masa perang dekolonisasi mereka. Pelaksanaan perang asimetris Hal ini berkaitan dengan skala yang luas dari kebijakan dan tindakan dalam bidang militer dan peradilan. Dalam penelitian ini, perhatian yang cukup besar akan ditekankan kepada konteks tindakan yang dimaksud di atas. Mengenai aparat militer, aspek-aspek seperti pembentukan militer, pendidikan dan pelatihan militer, kepemimpinan dan pengetahuan tentang daerah sekitar juga akan dikaji. Mengenai aparat peradilan akan diberikan penggambaran garis besar, antara lain tentang pendirian, kompetensi dan pembagiannya, dan juga tentang pendidikan dan pengalaman dari pejabat yang terlibat. Perhatian tidak hanya akan difokuskan pada tindakan pejabat pemerintah (Hindia-)Belanda, tetapi juga pada adanya kemungkinan hubungan antara kejahatan perang dan bentuk-bentuk kekerasan berlebihan yang dilakukan kedua pihak. Yang pasti, aspek-aspek berikut ini akan dibahas: - Peran peradilan militer Belanda yang dominan selama Keadaan Darurat Perang (SOB, Staat van Oorlog en Beleg) dalam hal kekerasan eksesif. Dalam penelitian ini ada perhatian khusus terhadap tindakan-tindakan yang selama dan segera setelah perang usai telah digolongkan sebagai tindak kekerasan yang berada di luar jalur. Dalam hal tersebut para peneliti akan melihat pada struktur kelembagaan dan kepegawaian organisasi peradilan militer di Koninklijke Landmacht (KL, Angkatan Darat), KNIL dan Koninklijke Marine (KM, Angkatan Laut) dan hubungan antara organisasi tersebut dengan kepemimpinan militer. Selanjutnya, perhatian akan diberikan pada kerangka yuridis dan praktek-praktek pencegahan dan
4 hukuman terhadap kekerasan yang melanggar batas, dan vice versa pada tidak adanya maupun disengaja atau tidak disengajanya disfungsi peradilan hukum. Perhatian juga akan diberikan kepada perlakuan terhadap tersangka, tawanan dan para interniran. Tentu saja, para peneliti akan mengaitkan pertanyaan-pertanyaan itu dengan sub-proyek Konteks pemerintahan/politik. - Fungsi dan pentingnya unit intelijen Belanda sebagai bagian dari kontragerilya: organisasi dan operasi dan hubungan antara dinas-dinas intelijen dan keamanan, polisi dan Binnenlands Bestuur (Pemerintahan Dalam Negeri) yang berkaitan dalam hal ini. Termasuk di sini juga tindak kekerasan oleh dinas-dinas itu dan perhatian kepada perlakuan terhadap tersangka, tawanan (perang) dan para interniran. - Tindak kekerasan dengan senjata mesin di pihak Belanda. Penggunaan senjata teknis (artileri, senjata kapal perang, senjata pesawat udara) dengan risiko yang relatif tinggi pada korban sipil, dalam pengertian kerangka hukum yang ada pada waktu itu. - Budaya militer dan kekerasan yang melampaui batas: dampak dari warisan (dan pengalaman) dari KNIL, dari pendudukan Jerman dan Jepang dan juga dari peralihan pemerintahan Inggris, pada mentalitas (kekerasan) dari seluruh angkatan bersenjata Belanda. Berkaitan dengan hal ini, juga akan diteliti mengenai makna pengalaman-pengalaman kekerasan yang melanggar batas dari lawan dan sekutu. Studi Regional Interaksi antara kekerasan ekstrem pihak Belanda dan Indonesia paling baik diteliti pada tingkat regional, karena dengan begitu proses perkembangan kekerasan dapat digali dan diperbandingkan secara lebih mendalam, apakah kekerasan tersebut sempat diredakan atau justru disokong.. Penelitian ini tidak terbatas pada penggunaan kekerasan saja, tetapi juga akan memperlihatkan pada upaya Binnenlands Bestuur dan angkatan bersenjata untuk memulihkan oorlogsschade (kerusakan akibat perang) dan normalisasi kehidupan sosial. Setelah berdiskusi dengan sejarawan Indonesia, sejumlah daerah akan dipilih, didasarkan pada sejarah perangnya yang sangat berbeda satu dengan yang lain. Untuk masing-masing daerah tersebut akan dilakukan penelitian bersama yang intensif oleh sejarawan Indonesia dan Belanda baik di Indonesia maupun di Belanda (dan di tempat lain jika perlu). Dampak sosial Penelitian ini dimulai dengan pembahasan mengenai kembalinya para anggota militer dan repatrian lainnya yaitu para penduduk dari wilayah bekas koloni Hindia Belanda dan mengenai integrasi social mereka di Belanda. Oleh sebab itu, penelitian ini, di satu sisi, akan mempertimbangkan organisasi veteran dan hubungan antara budaya mengingat dan kebijakan veteran, dan, di sisi lain, melihat pengalaman ratusan ribu orang yang datang ke Belanda dalam empat gelombang migrasi besar antara tahun 1945 sampai 1967 pengalaman yang pada masa itu dan di kemudian hari menimbulkan dampak ketidakpuasan
5 terhadap penampungan dan bimbingan dan sampai juga menimbulkan perasaan penolakan dan kesedihan. Yang termasuk dampak sosial ini mencakup topik-topik seperti pengembangan perdebatan pascaperang tentang perang dalam politik, media dan masyarakat, pandangan yang berubah tentang legitimasi perang dan cara perang itu dilaksanakan, dan perasaan yang berkaitan dengan hal itu pada kelompok veteran, para repatrian dan penduduk lain dari wilayah bekas koloni Hindia Belanda yang lalu menetap di Belanda. Hal ini bisa dikembangkan dengan bantuan banyaknya literatur yang telah dipublikasikan mengenai hal tersebut. Perhatian juga akan diberikan pada konsekuensi proses-proses tersebut bagi hubungan bilateral dengan Indonesia. Saksi-saksi/orang-orang sezaman Selain itu, lembaga di Belanda yang terlibat dalam proyek terpisah akan memberikan ruang sendiri bagi suara para saksi, dalam hal ini suara dari orangorang sezaman mereka sendiri baik para warga (termasuk para korban Bersiap) maupun militer/veteran. Ruang ini terutama akan berupa proyek dokumen ego/sejarah lisan yang akan dikembangkan dengan arsip audio (visual) yang hidup tentang perang dan dampaknya dari kesaksian para veteran dan orang lain yang terlibat. Arsip tersebut dapat diakses publik. Dalam rangka studi regional juga di Indonesia akan dikumpulkan dokumen ego dan kesaksian audiovisual. Proyek ini memiliki tujuan ganda. Pertama, dengan cara ini dapat dicari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian baru di mana arsip-arsip yang ada belum memberikan dasar yang memadai. Kedua, platform nasional dan internasional seperti itu akan membuat pihak terkait dapat merasa didengar dan dipandang. Proyek ini akan berusaha untuk bekerja sama dengan Lembaga Veteran dan lembaga lainnya dengan semua koleksi yang sudah ada dalam bidang ini, yang akhirnya akan bisa ditampilkan dalam satu portal. Mengingat usia kebanyakan orang yang terlibat, lembaga-lembaga itu berusaha untuk memulai proyek kesaksian ini dalam waktu dekat. Sumber bahan untuk penelitian dalam bidang tersebut di atas terutama terdapat di Belanda, tetapi juga lebih dari yang sekarang telah dilakukan harus dan dapat dikerjakan dengan sumber dari tempat lain (terutama di Indonesia, di mana dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat lebih banyak sumber yang bisa dipakai, selanjutnya juga terutama sumber-sumber di Australia, Inggris, Amerika Serikat, Belgia dan Swiss). Sumber-sumber asing tersebut sampai saat ini tidak cukup diperhitungkan, sementara mungkin saja sumber-sumber itu mengandung materi yang unik. Juga akan lebih banyak digunakan sumber-sumber nonpemerintah (arsip pribadi, arsip gereja, dokumen ego, dll). Ketiga lembaga itu sejak lama telah melakukan kebijakan aktif untuk melacak koleksi semacam itu dan mengarsipkannya. Dengan begitu, diharapkan proyek Saksi-saksi/orang-orang sezaman ini akan dapat memberikan dorongan baru. Dalam penelitian ini akan dilakukan kerja sama yang intensif dengan sejarawan dari negara-negara yang bersangkutan, terutama dengan sejarawan Indonesia,
6 yang sekarang sudah berlangsung. Perhatian di Indonesia terhadap penyelidikan perang dekolonisasi terasa meningkat, seperti juga minat dalam penelitian bersama. Ketiga lembaga tersebut juga memiliki berbagai jaringan internasional sejarawan yang mempunyai keahlian yang relevan. Penelitian ini dapat dipersiapkan mulai dari musim semi 2017 dan akan mulai dilaksanakan pada tanggal 1 September 2017 dan dilakukan dalam kurun waktu empat tahun. Penelitian ini diatur dan dilaksanakan sebagai program yang koheren, berkesesuaian dengan program-program NWO dan ERC. Artinya bahwa, dari kerangka umum yang diformulasikan dengan kuat, beberapa sub-studi dibentuk, yang walaupun terpisah, namun secara bersamaan bisa dimaksudkan untuk pandangan sintetik pada seluruh bidang yang dipakai oleh program itu. Koherensi tersebut akan tercermin dalam organisasi terkait. Demi kepentingan sub-penelitian Penelitian perbandingan terhadap perang dekolonisasi dan counterinsurgency, akan dibentuk kelompok peneliti internasional di Netherlands Institute for Advanced Study in the Humanities and Social Sciences (NIAS-KNAW). Program ini akan menghasilkan serangkaian dari setidaknya tujuh publikasi, (dengan minimal satu publikasi per sub-penelitian) yang akan selesai dalam tiga tahun, serta setelah empat tahun sebuah sintesis yang akan berfungsi sebagai suatu deskripsi dan analisis yang berpengaruh, sebagaimana dimaksud dalam proposal KITLV, NIMH dan NIOD pada tahun Proyek yang menampilkan para saksi sudah akan dimulai pada tahun pertama dan antara lain akan dirancangkan dalam sebuah laman web interaktif. Kepemimpinan proyek akan dibebankan pada para direktur bersama dari ketiga lembaga yang bertanggung jawab, didukung oleh seorang koordinator proyek. Direktur NIOD berperan sebagai ketua harian; beliau adalah pihak yang menjadi penghubung bagi pemerintah, bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran dan semua pertanggungjawaban terkait, dan juga bertindak sebagai juru bicara. KITLV adalah pihak yang bertanggung jawab untuk sintesis, dan dengan begitu berhak untuk setelah berunding dengan kepala proyek dan Dewan Penasihat Ilmiah (Wetenschappelijke Adviescommissie) memberikan tugas-tugas penelitian tambahan kepada para pekerja proyek untuk dapat menutupi kesenjangan pengetahuan yang mungkin dibutuhkan. NIMH bertanggung jawab untuk organisasi pengawasan kualitas publikasi yang dihasilkan proyek tersebut dan yang akan disajikan sebagai bagian dari proyek itu. Masing-masing direktur bertanggung jawab atas kualitas dan tepat waktu penyerahan sub-penelitian yang atas dasar pembagian kerja masing-masing dilakukan di dalam masing-masing lembaga itu sendiri. Untuk memantau kualitas ilmiah, akan dibentuk suatu Dewan Penasehat Ilmiah terdiri dari sembilan anggota, termasuk maksimal tiga guru besar, yang satu di antaranya berfungsi sebagai ketua, yang terkait dengan lembaga terlibat. Di antara enam anggota lainnya, setidaknya ada satu guru besar Belanda, seorang guru besar Indonesia, dua guru besar asing lainnya yang ahli dalam bidang tersebut, serta dua orang pakar berpengalaman dalam bidang operasi counterinsurgency, yaitu masing-masing dalam hal diplomasi dan Hukum Perang Humaniter. Komite
7 Penasehat Ilmiah dibantu oleh seorang sekretaris, yang disediakan dari organisasi proyek. Selain itu, program penelitian ini memiliki kelompok penasihat Sosial Belanda (Maatschappelijke Klankbordgroep Nederland), yang terdiri dari wakil-wakil berbagai organisasi dan lembaga di bidang peringatan dan pengenangan, termasuk Indisch Platform (Platform berkaitan dengan orang yang pernah bermukim di Hindia Belanda), Stichting Herdenking 15 augustus (Yayasan Peringatan 15 Agustus), Nationaal Comité 4 en 5 Mei (Komite Nasional 4 dan 5 Mei), Veteranen Platform, Veteranen Instituut, Stichting Nationaal Indië monument (Yayasan Nasional Monumen Hindia-Belanda ) dan Stichting Arq (Lembaga pelayanan mengatasi psiko trauma). Selain itu, tentu saja, dengan berunding bersama mitra kerja Indonesia diciptakan ruang untuk sudut pandang dari pihak Indonesia. Anggaran untuk keseluruhan proyek pada awalnya di tahun 2012, dalam perencanaan lebih terbatas, adalah sebesar 3 juta. Anggaran tersebut akan disesuaikan mengingat desiderata yang disebutkan dalam surat kepada Parlemen, yaitu tentang peluasan masa penelitian dan tema-tema yang akan dibahas dalam penelitian tersebut, serta proyek bagi para saksi dan orang sezaman. Peluasan ini terutama diperlukan untuk pengadaan fasilitas agar bisa lebih banyak penelitian dilakukan dalam arsip-arsip luar negeri dan dalam pembentukan proyek sejarah lisan dengan fungsi umum yang dikaitkan pada penelitian itu. Prof. dr Frank van Vree, NIOD 9 februari 2017
Heemskerk, maret Di terjemahkan oleh Karta Pustaka Di koreksi dan di tambah kata-kata oleh Jeffry M. Pondaag
Heemskerk, maret 2017 Di terjemahkan oleh Karta Pustaka Di koreksi dan di tambah kata-kata oleh Jeffry M. Pondaag Ministerie-Kamerstuk (Kementerian-berkas untuk parlemen) https://zoek.officielebekendmakingen.nl/blg-801057
Lebih terperinciDiadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002
Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK
PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang
Lebih terperinci1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME
1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1955 TENTANG DEWAN KEAMANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1955 TENTANG DEWAN KEAMANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa perlu mengadakan pelaksanaan dari pasal 14 Undang-undang Pertahanan berupa
Lebih terperinciKeterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65
Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/
Lebih terperinciPERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa
Lebih terperinciI. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 88 TAHUN 2000 TENTANG KEADAAN DARURAT SIPIL DI PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PRESIDEN
Lebih terperinciPERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN
PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1952 TENTANG STAF KEAMANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1952 TENTANG STAF KEAMANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa perlu disempurnakan usaha-usaha untuk menjamin keamanan di daerah-daerah
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan
Lebih terperinciMenetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI YANG AKAN BERTOLAK KE LUAR NEGERI.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2000 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI YANG AKAN BERTOLAK KE LUAR NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciTelah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:
LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK
PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi
Lebih terperinciMenimbang : Bahwa perlu disempurnakan usaha-usaha untuk menjamin keamanan di daerahdaerah di mana berlaku Peraturan S.O.B.;
Bentuk: Oleh: PERATURAN PEMERINTAH (PP) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 15 TAHUN 1952 (15/1952) Tanggal: 20 FEBRUARI 1952 (JAKARTA) Sumber: LN 1952/20; TLN NO. 232 Tentang: Indeks: STAF KEAMANAN STAF
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK
2012, No.149 4 PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha perjuangan pembelaan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dipikul oleh rakyat Indonesia dengan mengangkat dan siasat perang untuk mempertahankan hak
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara
Lebih terperinciKomunisme dan Pan-Islamisme
Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, selalu timbul perbedaan kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan ini memberikan dinamika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis
Lebih terperinciB A B III KEADAAN AWAL MERDEKA
B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa
Lebih terperinciINTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21
INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21 INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21 Penyunting: Dr. phil. Poltak Partogi Nainggolan, MA Penulis: Lisbet, SIP, MSi Dina Martiany, SH,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang telah bangsa Indonesia dapatkan merupakan suatu perjalanan yang sangat panjang yang diwarnai dengan bentuk perjuangan rakyat Indonesia. Perjuangan
Lebih terperinciUMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL
Lebih terperinciInpres No. 1 Tahun 2002 Tentang Peningkatan Langkah Komprehensif Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian Masalah Aceh
Inpres No. 1 Tahun 2002 Tentang Peningkatan Langkah Komprehensif Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian Masalah Aceh Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa saat ini masih terdapat dua permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1954 (LN 1954/96; TLN NO. 692) TENTANG PENUNJUKAN PENGUASA-PENGUASA MILITER
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1954 (LN 1954/96; TLN NO. 692) TENTANG PENUNJUKAN PENGUASA-PENGUASA MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk memberi ketegasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palang Merah terbentuk dari situasi sulit di dunia seperti peperangan dan bencana alam. Awal mula terbentuknya Palang Merah yaitu pada abad ke-19, atas prakarsa seorang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperinciLEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia
LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1955 TENTANG DEWAN KEAMANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1955 TENTANG DEWAN KEAMANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1. bahwa perlu mengadakan pelaksanaan dari pasal 14 Undang-undang Pertahanan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPPRES 20/1996, PENGESAHAN CONVENTION ON INTERNATIONAL LIABILITY FOR DAMAGE BY SPACE OBJECTS, 1972 (KONVENSI TENTANG TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL TERHADAP KERUGIAN YANG DISEBABKAN OLEH BENDA BENDA ANTARIKSA,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah berhasil menduduki Yogyakarta sebagai awal agresi II, Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai dengan Agresi-nya yang pertama termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.
Lebih terperinciK168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)
K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciterlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.
BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyerahnya Jepang terhadap Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 telah menandai akhir Perang Dunia II. Dalam situasi demikian, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Definisi, Signifikansi, & Ruang Lingkup Politik Luar Negeri Sifat & Tujuan Politik Luar Negeri Keterkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2005 TENTANG TUNJANGAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN ORGANISASI TENTARA NASIONAL INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2005 TENTANG TUNJANGAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN ORGANISASI TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya
Lebih terperinciPENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001
PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1570, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. Pencabutan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
1 PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Pada tanggal 25 Mei 2000 Negara-negara Pihak
Lebih terperinciTuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah
Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Rabu, 28 September 2016, Taryana Hassan, Direktur Riset Krisis dan Bencana di Lembaga Amnesty Internasional
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA PERTEMUAN KHUSUS PARA PEMIMPIN NEGARA-NEGARA ASEAN, NEGARA-NEGARA LAIN, DAN ORGANISASI-ORGANISASI INTERNASIONAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya
Lebih terperinciKerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia
Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan
Lebih terperinciBAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA
BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.149, 2012 PENGESAHAN. Protokol. Hak-Hak. Anak. Penjualan. Prostitusi. Pornografi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5330) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam
Lebih terperinciLampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja
Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei
Lebih terperinci: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia
MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU
PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil
Lebih terperinciSEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG
Jurnal Sejarah. Vol. 1(1), 2017: 151 156 Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia DOI: 10.17510/js.v1i1. 59 SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Sumber Gambar: Tempo.co Professor
Lebih terperinciPada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace
Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan
Lebih terperinciProtokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata
Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata 12 Februari 2002 Negara-negara yang turut serta dalam Protokol ini,terdorong oleh dukungan yang melimpah atas Konvensi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciDUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)
Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman
Lebih terperinciKONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA
KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi
Lebih terperinciCONSOLIDATION DÉMOCRATIQUE ET D ENRACINEMENT DE LA BONNE GOUVERNANCE
LAPORAN KEGIATAN BKSAP DPR RI MENJADI NARA SUMBER DALAM SEMINAR INTERNASIONAL : PROSES DAN TUJUAN DENGAN TEMA CONSOLIDATION DÉMOCRATIQUE ET D ENRACINEMENT DE LA BONNE GOUVERNANCE TANGGAL 10-11 JUNI 2013,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. maksud, pekerjaan, perbuatan, daya upaya, ikhtiar untuk mencapai sesuatu
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Usaha Pemerintah Indonesia Istilah Usaha dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...
Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
Lebih terperinciKONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA
KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT
MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Nama Kelompok 1. Anisa Khafida (14144600207) 2. Rahardhika Adhi Negara (14144600182) 3. Zafitria Syahadatin (14144600195) a) Strategi perjuangan bangsa Indonesia secara
Lebih terperinciPERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?
PERLINDUNGAN KOMBATAN Pasal 1 HR Kombatan..? Distinction principle Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Dipimpin seorang yang bertanggungjawab atas bawahannya Mempunyai lambang yang dapat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciTindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam
Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam Presiden Barack Obama kembali menjejakkan kakinya di Indonesia. Tidak ke Jakarta sebagaimana November 2010
Lebih terperinci