MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN PRODUK DI BENGKEL LAS AW JAKARTA SELATAN TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN PRODUK DI BENGKEL LAS AW JAKARTA SELATAN TAHUN 2012"

Transkripsi

1 MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN PRODUK DI BENGKEL LAS AW JAKARTA SELATAN TAHUN 2012 Aprilia Widiyani* Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Depok L. Meily Kurniawdijaja** Dosen Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok ABSTRAK Penelitian ini membahas risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada aktivitas pekerjaan di Bengkel Las AW Jakarta Selatan Tahun Penelitian ini adalah deskriptif observasional yang bertujuan untuk manajemen risiko. Penelitian ini menggunakan metode identifikasi bahaya dan dampak menggunakan JHA (Job Hazard Analysis) dan analisis penilaian risiko ukuran semi kuantitatif menurut AS/NZS 4360 dengan mengalikan consequences, exposure, dan probability. Hasil penelitian mendapatkam rekomendasi pengendalian risiko, komunikasi dan pemantauan berdasarkan penilaian tingkat risiko yang meliputi very high, priority 1, substancial, priority 3, dan acceptable. Kata kunci: Bengkel las, Manajemen risiko, Penilaian AS/NZS 4360 ABSTRACT This research describes risk management of safety and health occupational for production activity task at Bengkel Las AW South Jakarta Design for this research was descriptive observational study that objective to manage of risk. The research were used JHA (Job Hazard Analysis) for hazards and effects identification, then for analysis of assessment risk rating used AS/NZS 4360 standard by multiplied of consequences, exposure, and probability. The results of the research were recommendations control, communication, and monitoring of risk based on risk assessment of the risk rating in each activity that includes very high, priority 1, substantial, priority 3, and acceptable. Keywords: Informal workshop, Risk assessment AS/NZS 4360, Risk management

2 PENDAHULUAN Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dewasa ini telah menjadi suatu hal yang harus dilaksanakan di tempat kerja. Upaya K3 dimaksudkan untuk melindungi pekerja, mencegah kecelakaan dan munculnya gangguan kesehatan terhadap aktivitas pekerjaan, seperti tertuang dalam Undang- Undang (UU) No 1 tahun Peraturan Pemerintah (PP) No 50 tahun 2012 pasal 7, menyebutkan bahwa perlunya kebijakan mengenai tinjauan awal terkait kondisi K3, salah satunya dengan mengidentifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Upaya mengidentifikasi potensi bahaya, menilai, dan mengendalikan potensi risiko bahaya merupakan konsep dari manajemen risiko. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2012 jumlah tenaga kerja sebanyak 112,8 juta orang, dengan 42,1 juta orang bekerja pada sektor kegiatan formal dan 70,7 juta orang bekerja pada sektor kegiatan informal. Melihat banyaknya jumlah tenaga kerja di sektor kegiatan informal, maka manajemen risiko perlu dilakukan terutama untuk aktivitas pekerjaan yang memiliki potensi risiko di sektor usaha tersebut. Terlebih sektor kegiatan informal seperti usaha bengkel las yang memiliki aktivitas pengelasan berpotensi menimbulkan risiko keracunan uap logam, (Suma mur, 1976:144). Usaha bengkel las yang memiliki aktivitas gerinda, mengandung berbagai jenis energi seperti energi mekanis, fisik, dan listrik. Energi-energi tersebut dapat menimbulkan cedera, suara dan getaran yang keras, serta energi panas dan percikan bunga api yang dapat menimbulkan kecelakaan dan kerusakan, (Ramli, 2011:64). Prasurvei yang dilakukan pada Oktober 2012, didapati bahwa Bengkel Las AW memiliki potensi risiko kecelakaan, gangguan kesehatan, dan kebakaran. Aktivitas pekerjaan yang berpotensi terhadap risiko tersebut terdapat dalam aktivitas pemotongan, pengelasan, gerinda, dan pengecatan. Berdasarkan temuan tersebut, diperlukan manajemen risiko untuk mengidentifikasi bahaya, menganalisis risiko guna mengetahui peluang, konsekuensi dan besar pajanan, mengevaluasi tingkat risiko, menentukan upaya pengendalian risiko, komunikasi dan konsultasi bahaya, serta pemantauan dan tinjauan ulang risiko. TINJAUAN TEORITIS Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses mengevaluasi dan (jika diperlukan) mengendalikan sumber-sumber pajanan (exposure) dan risiko. Pelaksanaan manajemen risiko memerlukan pengumpulan Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 1

3 informasi ilmiah yakni dengan melakukan risk assessment (penilaian risiko). Penilaian risiko merupakan proses untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan besaran efeknya pada keselamatan, kesehatan, ekologi, dan keuangan selama masa periode tertentu, (Kalluru et all, 1996:10). Menurut Australian and New Zealand Standards (AS/NZS) 4360 tahun 2004, manajemen risiko merupakan penentuan suatu kelayakan infrastruktur dan budaya yang diaplikasikan dengan logika serta metode sistematis dari menetapkan ruang lingkup, mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, menafsirkan, memonitoring dan mengomunikasikan risiko-risiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi, atau proses yang memungkinkan organisasi meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan. Tujuan dari manajemen risiko adalah memberikan dasar terpercaya dan tepat untuk pembuatan keputusan dan perencanaan, mengidentifikasi peluang-peluang dan hambatan-hambatan, memperoleh nilai ketidakpastian dan keragaman, memproaktifkan manajemen, meningkatkan efektivitas alokasi sumber daya, memperbaharui manajemen insiden dan mengurangi kerugian serta biaya risiko termasuk biaya asuransi, memperbaharui kepercayaan stakeholder, pemenuhan yang berhubungan dengan legislasi, dan memperbaiki kebijakan perusahaan. Elemenelemen dari AS/NZS 4360 (2004) terdiri dari 7 elemen berikut. 1. Komunikasi dan konsultasi Komunikasi dan konsultasi dengan internal dan eksternal stakeholder yang terlibat dalam masing-masing tahapan dari proses manajemen risiko dan memperhatikan selama proses berlangsung. 2. Menentukan ruang lingkup (context) Menetapkan ruang lingkup eksternal, internal, dan manajemen risiko. Penetapan ruang lingkup memungkinkan risiko dapat dievaluasi dan dianalisis. 3. Identifikasi risiko Mengidentifikasi dimana, kapan, kenapa, dan bagaimana kejadian tertentu dapat dicegah, dikurangi, dihindari, maupun ditingkatkan sesuai dengan tujuan. 4. Analisis risiko Melakukan identifikasi dan evaluasi dari pengendalian yang telah dilakukan, menentukan konsekuensi, kemungkinan, dan level risiko. Elemen analisis harus mendapatkan jarak potensial konsekuensi dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi. 5. Evaluasi risiko Membandingkan estimasi level risiko dan menentukan keseimbangan potensi Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 2

4 keuntungan dan dampak yang muncul. Pada elemen ini memungkinkan terbentuknya keputusan untuk mengatasi hambatan/ ancaman yang timbul dan prioritas pelaksanaan. 6. Pengendalian risiko Mengembangkan dan mengimplementasikan efektivitas berdasarkan strategi biaya efektif dan action plans untuk meningkatkan potensi keuntungan dan mengurangi potensi kerugian. 7. Monitoring dan tinjauan ulang Kegiatan memonitoring efektivitas dari seluruh tahapan proses manajemen yang telah dilakukan. Hal ini penting untuk kelanjutan perbaikan. Monitoring risiko dan efektivitas dibutuhkan untuk memastikan tidak terjadi perubahan prioritas. Teknik aktif merupakan metode terbaik untuk mengidentifikasi bahaya yakni dengan mencari bahaya sebelum menimbulkan dampak. Salah satu contoh teknik ini dengan Job Hazard Analysis (JHA). JHA adalah suatu teknik yang fokus terhadap tugas-tugas pekerjaan sebagai langkah identifikasi bahaya sebelum menimbulkan sesuatu yang merugikan. Teknik ini melihat hubungan antara pekerja, tugas, peralatan, dan lingkungan kerja. Setelah mengidentifikasi bahaya yang tidak dapat dikendalikan, langkah selanjutnya yakni dengan mengeliminasi atau mengurangi risiko dari bahaya tersebut agar berada pada tingkat risiko yang dapat diterima, (OSHA, 2002). Penilaian risiko (risk assessment) mencakup dua tahapan proses yakni menganalisis risiko (risk analysis) dan mengevaluasi risiko (risk evaluation). Teknik analisis risiko semi kuantitatif digunakan jika data-data yang tersedia cukup lengkap dan kondisi operasi lebih kompleks. Menurut Fine (1971:4), risiko ditentukan oleh nilai consequences, exposure, dan probability. Formula dari risiko didapatkan dengan mengalikan ketiga nilai tersebut. Hasil dari perkalian ketiga nilai yang dikemukakan oleh Fine, menurut Cross (2004) dalam Alfiah (2012:31) memunculkan tingkat risiko. Evaluasi risiko dilakukan untuk menentukan prioritas risiko berdasarkan hasil peringkat risiko. Penentuan prioritas dikaitkan dengan konsep ALARP (As Low As Reasonably Practicable), (Ramli, 2011:105). Pengendalian risiko dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian risiko dengan memberikan pedoman melalui pendekatan seperti berikut, (OHSAS dalam Ramli (2011: ). Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 3

5 a. Eliminasi, menghindari risiko dari sumbernya. b. Subtitusi, mengganti bahan, alat, dan cara kerja yang mengurangi risiko kecelakaan. c. Pengendalian rekayasa teknik (engineering control), memberi barrier pada sumber bahaya dan mengendalikan jarak antara sumber bahaya dengan penerima. d. Pengendalian administratif (administrative control), mengurangi kontak antara penerima dengan sumber bahaya melalui pengendalian proses kerja dan pengaturan waktu terhadap pemajanan bahaya. e. Alat pelindung diri (personal protective equipment), membatasi jumlah pemajanan bahaya oleh penerima dengan menggunakan alat pelindung diri. Bahaya Aktivitas di Bengkel 1. Kebisingan Kebisingan dapat menyebabkan gangguan fisiologis, psikologis, komunikasi, dan ketulian. Kebisingan juga digolongkan dapat menyebabkan gangguan auditori misalnya gangguan pendengaran dan gangguan non-auditori seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan, dan stress. Pada pengelasan dengan metode MMA (manual metal arc) yakni menggunakan stick welding intensitas kebisingan adalah 85 dba - 95 dba. Metode MMA merupakan teknik pengelasan yang paling banyak menghasilkan uap las. Peralatan gerinda memiliki intensitas bising yakni 95 dba dba, ( Kebisingan Berdasarkan Bangunan (Sumber: Permenakertrans No. 13 Tahun 2011) Waktu pemaparan per hari Intensitas Kebisingan db (A) Jam Menit Getaran Getaran pada tangan dapat memiliki efek berupa berbagai gejala yang disebut sindrom getar seperti pada gangguan sistem vascular, saraf perifer, dan saraf skletomuskular (white finger), (Anizar, 2009:107). 3. Pencahayaan Silau berpengaruh terhadap mata yaitu menyebabkan ketidakmampuan mata Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 4

6 merespon cahaya dengan baik (disability glare) atau perasaan tidak nyaman (discomfort glare). Pajanan berulang dalam waktu lama dapat menimbulkan conjungtivitis (kebutaan), (HSE, 2010). Menurut Prasetyawan (2012:12), selain cahaya silau, dari pengelasan timbul cahaya tampak, infra merah, dan sinar ultra violet (UV). Cahaya tampak dapat menimbulkan lelah dan sakit mata bersifat sementara. Sinar infra merah menimbulkan pembengkakan kelopak mata, penyakit pada kornea, dan kerabunan. Sinar UV jika melebihi batas ambang tertentu menimbulkan sakit pada mata. 4. Uap Logam Potensi uap logam terjadi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebut demam uap logam. Gejala yang ditimbulkan yakni sakit kepala dan demam secara mendadak, menggigil, mual, muntah, sakit pada otot-otot dan merasa kelelahan. Partikel uap yang berhubungan dengan proses pengelasan dapat menyebabkan berbagai jenis pneumoconiosis diantaranya adalah partikel karbon. Partikel karbon yang menumpuk dapat menyebabkan pigmentasi hitam pada paru-paru yang disebut Anthracosis. 5. Ergonomi Faktor risiko ergonomi seperti postur janggal, force/ beban, repetition, kontak bertekanan dan durasi postur statis dapat menyebabkan CTDs (cumulative trauma disorders), (Kurniawidjaja, 2010:185). 6. Listrik Bahaya listrik menyebabkan kejadian fatal dan luka (terbakar) yang dikarenakan hubungan singkat (electricity shock) dan kebakaran, ( m). METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional, menggunakan pendekatan semi kuantitatif untuk mengestimasi risiko keselamatan dan kesehatan pada aktivitas pekerjaan di Bengkel Las AW pada November 2012 Jakarta Selatan. Identifikasi bahaya dan risiko dilakukan dengan membuat tabel JHA. Analisis dan evaluasi risiko menggunakan standar nilai probability, consequences, exposure, dan level risiko dari AS/NZS Hasil penelitian berupa identifikasi bahaya dan analisis risiko dijabarkan dalam bentuk tabel horisontal. Pembahasan mengenai penilaian risiko dijabarkan dalam bentuk narasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara untuk mengetahui proses dan tahapan Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 5

7 pekerjaan, lembar JHA, kamera, matriks analisis semi kuantitatif AS/NZS 4360 dan formula perhitungan risiko dari perangkat lunak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keterbatasan Penelitian 1. Keterbatasan waktu dan dana membuat observasi terbatas pada aktivitas yang dilakukan saat penelitian berlangsung. 2. Keterbatasan pengalaman peneliti terkait pekerjaan di bengkel las, disiasati dengan wawancara pada pekerja dan literatur terkait kegiatan pengelasan. 3. Keterbatasan lembar data keselamatan (SDS) terkait beberapa bahan kimia produksi dalam negeri seperti dempul dan hardener. Hal ini diantisipasi dengan mencari SDS produk sejenis dari produsen berbeda. 4. Keterbatasan waktu dan SDM untuk berdiskusi dengan ahli yang dapat memberikan masukan terkait rekomendasi teknik (engineering control). Risiko dari Aktivitas Pekerjaan di Bengkel Las AW Bahaya kimia di Bengkel Las AW hampir terdapat di setiap tahap aktivitas pekerjaan. Faktor bahaya kimia yang teridentifikasi berupa percik api, uap bahan kimia, kontak bahan kimia, tertelan bahan kimia, uap besi, uap elektroda, material kimia mudah terbakar (flammable) dan debu dempul. 1. Percik api Percik api berasal dari gesekan benda berputar dengan besi yang terdapat pada aktivitas pemotongan menggunakan mesin cutting dan alat gerinda pada aktivitas penghalusan. Percik api juga dihasilkan saat kegiatan pengelasan akibat kontak elektroda dengan besi yang di las. Percik api dapat menimbulkan sengatan rasa panas di anggota tubuh terbuka dari pekerja hingga kebakaran. Risiko awal (basic risk) dari bahaya percik api berada pada tingkat risiko very high baik saat pengelasan maupun saat pemotongan. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah penyuluhan terkait pengelasan yang aman, menyediakan APAR CO 2 / Dry chemical dan first aid kit (administratif) dan menggunakan gloves kulit, apron dan goggles transparan tahan api (APD). 2. Uap kimia Bahaya uap bahan kimia terdapat pada aktivitas pendempulan dan pewarnaan. Saat mendempul terdapat faktor risiko terhirupnya uap dempul dan hardener yang dioleskan ke sambungan Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 6

8 besi. Uap tersebut dapat menyebabkan iritasi pernapasan (seperti gejala sengau, nausea, pening dan sakit kepala), iritasi mata (kemerahan). Dalam jangka exposure lama dapat membuat kerusakan saluran pernapasan, pandangan kabur, dan pada pajanan berlebih dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sistem saraf dan otak (lembar data keselamatan polyester putty 3M, 2012). Uap dempul/ hardener memiliki nilai risiko dasar (basic risk) pada tingkat risiko priority 1. Evaluasi bahaya ini secara umum adalah toleransi, yakni mengurangi risiko bahaya hingga batas yang dapat diterima. Rekomendasi pengendalian dengan melakukan kegiatan mendempul dengan pertukaran udara baik, menempatkan posisi hidung tidak dekat dengan bahan dempul yang sedang dioleskan, rotasi kerja (pekerja bergantian), jadwal kerja dan istirahat (membuat pembagian tugas dan jadwal kerja), dan komunikasi bahaya mengenai penanganan dan penggunaan material dempul, serta menggunakan masker uap/ gas. Saat mewarnai (pengecatan) terdapat faktor risiko terhirupnya uap dari cat, tiner, dan clear baik ketika mencampur bahan tersebut maupun ketika menyemprotkan cat ke besi. Uap dari cat, tiner, dan clear jika terhirup dapat menyebabkan iritasi hidung dan mata (pusing, gangguan koordinasi, kebingungan, nausea, kerusakan mata) dan kerusakan paru. Dampak dari bahan tersebut diperoleh dari lembar data keselamatan produsen cat dan tiner yang digunakan di bengkel yakni SDS dari Valent dan ICI Paint Indonesia. Tingkat risiko dari uap cat adalah very high, sehingga memerlukan pengendalian untuk mengurangi risiko. Rekomendasi pengendalian yang diberikan dengan pencampuran dilakukan di ruang terbuka (ventilasi cukup), mengontrol jarak kerja aman saat pencampuran bahan cat, penyuluhan terkait cara pencampuran yang aman dan personal hygiene, komunikasi bahaya bahan campuran cat, menempelkan poster cara mencuci tangan yang benar, tersedianya air bersih mengalir dan sabun, dan menggunakan masker gas/ uap dan goggles transparan. 3. Kontak bahan kimia Kontak dengan bahan kimia terjadi saat mengoleskan dempul dan pencampuran bahan pengecatan. Kontak dempul dengan kulit saat mendempul dapat menyebabkan iritasi dengan gejala seperti rasa panas pada jari tangan, kemerahan, kering dan pecah (SDS Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 7

9 polyester putty 3M, 2012). Tingkat substantial berada pada kategori evaluasi toleransi, yakni membutuhkan pengendalian untuk mengurangi risiko. Penggunaan scrub membantu pekerja menghindari secara kontak langsung dengan material dempul. Scrub dinilai dapat mengurangi probability menjadi 1, yakni suatu kejadian yang kecil kemungkinan terjadinya. Scrub mengurangi risiko hingga mencapai 67%. Penggunaan scrub sudah mampu menempatkan risiko pada kategori evaluasi yang secara umum dapat diterima (generally acceptable). Kontak kulit dengan cat, tiner, dan clear dapat menyebabkan iritasi kontak dermatitis (kulit kering dan pecah-pecah), (SDS Valent, 2007 dan ICI Paints, 2012). Nilai basic risk berada pada tingkat risiko priority 1 yang memerlukan pengendalian. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah menggunakan alat bantu (selang/ sejenis gayung) agar tangan tidak langsung kontak dengan cat, menjaga jarak aman saat mencampur bahan cat, penyuluhan terkait cara pencampuran cat yang aman dan personal hygiene, komunikasi bahaya bahan campuran cat, menempelkan poster cara mencuci tangan yang benar, tersedia air bersih mengalir dan sabun, dan menggunakan gloves PVC serta pakaian kerja lengan panjang. 4. Tertelan bahan kimia Tertelan yakni sisa material dempul yang menempel di jari tangan tanpa dibersihkan masuk ke dalam mulut pekerja ketika makan atau minum. Faktor risiko tertelan terdapat pada aktivitas mengoleskan dempul dan mencampur cat. Tertelan material dempul dapat menyebabkan mual, muntah hingga kerusakan saluran pencernaan, (SDS Valent, 2007 dan ICI Paints, 2012). Tingkat risiko awal (basic risk) pada bahaya ini adalah priority 3. Tingkat risiko tersebut berada pada tingkat risiko yang secara umum dapat diterima (generally acceptable) meskipun tidak ada pengendalian yang dilakukan di bengkel. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah mempertahankan cara kerja yang telah dilakukan dan tetap fokus dalam bekerja. Saat mencampur cat terdapat bahaya tertelan. Tertelan memungkinkan apabila terdapat bahan kimia yang menempel di jari tangan dan masuk mulut saat makan atau minum. Dampak dari adalah mual, muntah, kerusakan paru dan saluran cerna. Tingkat basic risk pada bahaya ini adalah priority 1, sehingga Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 8

10 membutuhkan upaya pengendalian. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah menggunakan alat bantu (selang/ sejenis gayung) agar tangan tidak menyentuh bahan cat, penyuluhan terkait cara pencampuran yang aman dan personal hygiene, komunikasi bahaya bahan campuran cat, menempelkan poster cara mencuci tangan yang benar, tersedianya air bersih mengalir dan sabun, dan menggunakan gloves PVC. 5. Uap logam Uap logam adalah uap dari besi yang sedang dikerjakan baik dalam tahap pemotongan maupun penghalusan. Uap besi timbul dari kontak antara putaran mata pisau mesin cutting/ mata gerinda dengan besi. Uap besi yang terhirup menyebabkan gejala demam uap logam seperti pusing, sakit kepala, dan sesak nafas. Uap besi yang terhirup menyebabkan gejala demam uap logam seperti pusing, sakit kepala, dan sesak nafas. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah pengaturan posisi kerja agar area pernapasan (hidung) tidak tepat diatas uap besi yang keluar, rotasi pekerja, penyuluhan/ pelatihan mengenai aktivitas pemotongan yang aman, dan menggunakan masker uap/gas dan welding shield (mencegah uap mengenai mata dan wajah). 6. Uap elektroda Uap elektroda muncul akibat pembakaran elektroda menggunakan energi listrik. Elektroda yang digunakan yakni carbon-manganese. Uap yang terhirup menyebabkan gejala demam uap logam seperti sakit kepala dan sesak nafas, (SDS Nikko Steel). Dalam jangka panjang uap mangan karbondioksida menyebabkan gangguan pernapasan berupa pigmentasi hitam paru (penyakit Anthracosis). Batas pemajanan dari mangane oxide fume adalah 1 mg/m 3 untuk 8 jam kerja (TWA) atau 3 mg/m 3 untuk 15 menit (STEL), (HSE information sheet). Tingkat basic risk bahaya ini adalah very high, sehingga memerlukan upaya pengendalian. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah melakukan pengelasan dengan pertukaran udara baik, menyalakan fan, dan pengaturan posisi wajah saat pengelasan tidak tepat di atas terbentuknya uap, rotasi kerja, jadwal kerja dan istirahat, penyuluhan/ pelatihan terkait kegiatan pengelasan yang aman, training pekerja pengelasan, dan komunikasi bahaya pengelasan menggunakan elektroda, serta Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 9

11 menggunakan masker (gas/uap) dan welding shield dan lensa radiasi. 7. Material flammable Material yang mudah terbakar di Bengkel Las AW adalah cat dan tiner. Bahan ini dapat membentuk uap yang dapat menimbulkan kebakaran. Tingkat basic risk bahaya ini adalah very high, sehingga memerlukan upaya pengendalian. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah mencampur bahan di tempat aman (jauh dari panas/ sumber api) dan cukup sirkulasi udara serta cat disimpan di tempat aman, serta penyuluhan terkait cara pencampuran yang aman, komunikasi bahaya bahan campuran cat, housekeeping, dan menyediakan APAR CO 2 / dry chemical dan first aid kit. 8. Debu Debu dempul terdapat pada aktivitas pendempulan yang berasal dari material dempul yang mengering. Debu yang timbul menimbulkan faktor risiko bahaya terhirup dan kontak mata. Debu yang terhirup menyebabkan iritasi pernapasan (seperti batuk) dan gangguan organ pernapasan, (SDS Polyester Putty 3M, 2012). Debu yang kontak dengan mata menyebabkan iritasi mata (kemerahan). Tingkat basic risk bahaya ini adalah priority 1. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah menggunakan teknik mengamplas dengan metode basah (memercikan sedikit air ke area dempul agar debu tidak berterbangan saat mengampals dengan gerinda), penyuluhan terkait teknik mengamplas yang aman, komunikasi bahaya material dempul, rotasi pekerja, jadwal kerja dan istirahat, serta menggunakan masker debu.bahaya fisik terdapat hampir diseluruh kegiatan di Bengkel Las AW. Debu yang kontak dengan mata menyebabkan iritasi mata (kemerahan). Nilai konsekuensi yang dianalisis adalah 5, karena dampak dari kontak ini membutuhkan perawatan medis (obat mata). Tingkat basic risk bahaya ini adalah priority 1, sehingga memerlukan upaya pengendalian. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah posisi mengamplas yang tepat (tidak di tempat berangin), pelatihan terkait teknik mengamplas, komunikasi bahaya material dempul, rotasi pekerja, jadwal kerja dan istirahat, serta menggunakan goggles transparan. Faktor bahaya fisik yang teridentifikasi adalah kebisingan, getaran, mekanis, glare, dan panas. Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 10

12 1. Kebisingan Kebisingan berasal dari putaran mata pisau mesin cutting dalam tahap pemotongan, putaran mata gerinda saat penghalusan dan pengamplasan, kontak elektroda dengan besi pada pengelasan, dan bising dari kompresor. Bising dari putaran mata pisau mesin cutting memiliki intensitas dba. Tingkat bising pada teknik pengelasan menggunakan eletroda berkisar 85 dba- 95 dba. Intensitas bising pada alat gerinda sebesar dba (HSE, 2010). Intesitas dari peralatan tersebut rata-rata diatas nilai ambang batas sebesar 85 db untuk 8 jam kerja pemaparan (Permenaker No 13 tahun 2011). Kebisingan dapat menimbulkan dampak berupa gangguan komunikasi, rasa tidak nyaman, gangguan dan penurunan fungsi pendengaran serta kecelakaan kerja. Kebisingan dapat menimbulkan dampak berupa gangguan komunikasi, rasa tidak nyaman, gangguan dan penurunan fungsi pendengaran serta kecelakaan kerja. Hasil analisis bahaya ini berada pada tingkat risiko very high untuk basic risk. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah mengganti peralatan/ metode mempergunakan alat yang memiliki pemajanan bising rendah, memasang komponen alat dengan kencang, peralatan yang bising harus selalu pada kondisi baik, maintenance alat secara rutin, rotasi pekerja, pengaturan jam kerja, penyuluhan terkait bahaya bising, dan menggunakan earplug. 9. Getaran Getaran berasal dari putaran mata pisau mesin cutting dalam tahap pemotongan dan putaran mata gerinda saat penghalusan dan pengamplasan. Getaran dari peralatan tersebut menimbulkan getar pada tangan (hand arm vibration) yang menyebabkan kesemutan dan gangguan syaraf tepi (white finger). Hasil analisis berada pada tingkat risiko very high untuk basic risk. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah menggunakan bantalan/ anti vibrasi, memasang komponen dengan kencang, mengganti mata pisau yang sudah kecil/ rusak, dan mengecek putaran mata pisau, menjaga ketajaman dan kondisi alat gerinda tetap baik, tidak menggenggam peralatan terlalu keras (genggam kuat namun tidak ketat agar getaran tidak merambat), aintenance mesin secara rutin, rotasi pekerja, jadwal kerja & istirahat, serta penyuluhan mengenai bahaya getar dan penggunaan alat dengan benar. 10. Bahaya Mekanis Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 11

13 Bahaya mekanis adalah bahaya yang dihasilkan oleh benda bergerak seperti putaran mata pisau mesin cutting dalam tahap pemotongan dan putaran mata gerinda saat penghalusan dan pengamplasan, holder yang digerakan pada tahap pengelasan, scrub yang tajam, kabel dari peralatan listrik yang terjulur, dan pijakan rapuh. Faktor risiko yang ada berupa tersayat, terkelupas, terjepit, tersandung, terlilit, dan terjatuh. Faktor tersebut dapat menyebabkan luka pada tangan, jari tangan, dan memar pada anggota tubuh tertentu). Untuk faktor risiko terjepit, terlilit, dan tersayat tidak ada upaya pengendalian namun sudah berada pada tingkat risiko dapat diterima sehingga rekomendasi yang diberikan adalah mempertahankan pekerjaan dengan aman (fokus saat bekerja). Faktor risiko tersandung memiliki tingkat risiko substantial sehingga memerlukan rekomendasi pengendalian untuk mengurangi risikonya. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah tidak menempatkan kabel dijalur lalu lalang (menempelkan kabel di pojok/dinding agar tidak terulur ke jalan), tidak mengulur kabel terlalu panjang hingga menggulung, dan tidak membuat kabel yang terulur menggantung, dan menyediakan first aid kit. Untuk faktor risiko terjatuh dari pijakan rapuh berada pada tingkat risiko sangat tinggi. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah memilih posisi pengecatan yang aman (tidak didekat selokan dengan pijakan rapuh), menutup bagian berlubang yang dekat dengan proses pengecatan dengan pijakan kuat, menyediakan first aid kit dan pengingatan sebelum bekerja terkait bahaya pijakan rapuh di tempat biasa mengecat. 11. Pencahayaan Pencahayaan yang timbul saat pengelasan berupa glare (silau), cahaya tampak, sinar UV, dan infra merah dari elektroda yang kontak dengan besi. Bahaya tersebut menyebabkan perasaan tidak nyaman (discomfort glare), lelah mata, ketidakmampuan mata merespon silau (disability glare) hingga kebutaan. Basic risk pada bahaya ini masuk dalam tingkat risiko very high. Penggunaan kacamata las merupakan upaya pengendalian yang telah dilakukan. Upaya tersebut dapat mengurangi tingkat risiko sebesar 80%. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah rotasi pekerja, jadwal kerja dan istirahat, pelatihan terkait Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 12

14 kegiatan pengelasan yang aman dan bahaya dari cahaya yang muncul, serta menggunakan goggles berlensa (untuk melindungi dari bahaya radiasi sinar) dan welding shield. 12. Panas Bahaya panas yang terdapat dalam aktivitas di Bengkel Las AW berada pada tahap pengelasan. Panas berasal dari elektroda yang menyala. Elektroda tersebut jika kontak dengan tangan dapat menimbulkan luka bakar/ sengatan rasa panas di tangan. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah mematikan alat las setelah digunakan dan mencabut elektroda jika tidak digunakan, maintenance alat secara rutin, jadwal kerja dan rotasi pekerja (untuk menghindari kelelahan dan kelalaian), komunikasi bahaya pengelasan, menggunakan gloves kulit atau gauntlets (melindungi jari, pergelangan, dan lengan bagian bawah). 13. Ergonomi Bahaya ergonomi yang terdapat dalam aktivitas pekerjaan di Bengkel Las AW berupa faktor risiko aktivitas penggunaan tangan dan postur janggal. 1. Aktivitas penggunaan tangan terdapat pada pengoperasian peralatan tangan yakni mesin cutting, gerinda tangan, proses kerja mengamplas, mendempul, dan pengecatan. Gerakan tangan berulang dan berlebih dapat menyebabkan lelah pada otot tangan dan CTDs. 2. Postur kerja janggal adalah membungkuk, menunduk, dan melipat kaki. Postur tersebut terdapat pada seluruh aktivitas pekerjaan. Postur janggal dapat menyebabkan lelah otot kaki dan tulang belakang tubuh serta gangguan otot/ tulang belakang. 14. Listrik Bahaya listrik yang terdapat dalam aktivitas pekerjaan di Bengkel Las AW adalah shock electric. Shock electric timbul dari hubungan arus singkat yang terjadi pada kabel peralatan yang terhubung dengan arus listrik seperti pada kebel gerinda, mesin cutting, dan holder pengelasan. Shock electric dapat menyebabkan tersengat listrik (tersetrum), percik api, hingga kebakaran/ ledakan. Rekomendasi pengendalian yang diberikan adalah memastikan steker dan kabel dalam keadaan baik (tidak rusak, terkelupas, dan basah), mengganti segera kabel yang terbuka, maintenance peralatan listrik secara rutin, menyimpan peralatan listrik di tempat kering, penyuluhan terkait bahaya listrik, Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 13

15 menyediakan APAR CO 2 / dry chemical dan first aid kit, serta memakai gloves kulit. Bahaya berhubungan dengan pekerjaan Bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan adalah bahaya yang tidak diakibatkan dari proses kegiatan namun berhubungan dengan aktivitas pekerjaan. Bahaya yang dimaksud adalah bahaya perilaku dan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Risiko ini dikendalikan dengan promosi/ penyuluhan dan edukasi (pelatihan). Terdapat 5 faktor bahaya teridentifikasi: 1. Kebiasaan pekerja yang merokok dapat menyebabkan kebakaran. 2. Kebiasaan pekerja mengambil beram menggunakan ujung uang kertas merupakan perilaku berbahaya. Hal ini dapat menyebabakan luka pada mata dan kebutaan. 3. Perilaku pekerja yang menggunakan APD tidak sesuai (masker sapu tangan) menyebabkan pekerja terpajan bahaya di tempat kerja, luka dan sakit. 4. Malas menggunakan APD menyebabkan pekerja terpajan bahaya di tempat kerja, luka dan sakit. 5. Pembagian peran dalam pekerjaan (tugas) yang belum jelas dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan sakit, stres dan kebosanan bagi pekerja. Perbandingan jumlah faktor bahaya 8% 92% Bahaya terkait aktivitas pekerjaan Bahaya berhubungan dengan pekerjaan Diagram di atas menunjukan jumlah bahaya terbanyak terkait dengan aktivitas pekerjaan yakni 92% dengan jumlah faktor bahaya adalah 59. Bahaya terkait aktivitas pekerjaan adalah bahaya dari proses, peralatan, dan material yang digunakan dalam pekerjaan. Bahaya berhubungan dengan pekerjaan adalah bahaya yang berasal dari eksternal pekerjaan namun berhubungan seperti bahaya perilaku pekerja dan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja dengan jumlah faktor bahaya adalah 5. Jumlah bahaya pada proses 15 pekerjaan Digram di atas menunjukan jumlah bahaya yang terdapat pada setiap proses aktivitas pekerjaan di bengkel. Bahaya Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 14

16 terbanyak terdapat di aktivitas pewarnaan yang berjumlah 13 faktor bahaya. dapat terjadi mengingat pengendalian yang ada masih sangat terbatas Basic Risk Level 35 Very High 30 Priority Subtancial 15 Priority 3 10 Acceptable 0 5 Predictive Risk Level Very High Priority 1 Subtancial Priority 3 Acceptable Basic risk level adalah tingkat bahaya yang belum dilakukan pengendalian apapun. Gambar di atas menunjukan tingkat risiko bahaya terbanyak berada di very high baik di risiko pada aktivitas pekerjaan maupun risiko yang berhubungan dengen pekerjaan Existing Risk Level Very High Priority 1 Subtancial Priority 3 Acceptable Existing risk level adalah tingkat risiko hasil dari pengurangan risiko dasar dengan pengendalian yang ada di Bengkel AW. Pada gambar terlihat bahwa tingkat risiko terbanyak tetap berada di very high. Hal ini Predictive risk level adalah tingkat risiko yang didapat setelah diberikan rekomendasi pengendalian. Pada gambar menunjukan tingkat risiko telah menurun/ terbanyak berada di priority 3. Setelah mendapat rekomendasi pengendalian tingkat risiko secara umum dapat diterima (generally acceptable), meskipun beberapa faktor bahaya lain masih berada pada tingkat risiko yang memerlukan pengendalian lebih lanjut (substantial). Hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan dapat dilaksanakan dan ditindaklanjuti oleh otoritas keselamatan kerja (Subdinakertrans) dan kesehatan kerja di ranah publik (Puskesmas Wilayah Pondok Labu Jakarta Selatan). Pelaksanaan hasil penelitian berupa komunikasi dan konsultasi serta pemantauan dan tinjauan ulang. Komunikasi dan konsultasi dari Otoritas K3 Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 15

17 adalah mengomunikasikan hasil manajemen risiko kepada pemilik dan pekerja di Bengkel Las AW, menentukan prioritas pengendalian risiko, serta membuat dan melaksanakan pelatihan berdasarkan prioritas risiko. Subdinakertrans dapat melakukan kerja sama dengan pemilik usaha bengkel las informal dalam melaksanakan pelatihan kerja, penyuluhan, dan komunikasi bahaya di bidang pengelasan informal. Puskesmas Wilayah dapat melakukan kerja sama dengan bengkel las dalam penyuluhan mengenai personal hygiene dan bantuan terhadap luka/ kejadian kecelakaan yang terjadi (ahli membantu mengeluarkan beram yang masuk mata). Subdinakertrans melaksanakan pemantauan dan tinjauan ulang dengan memantau pelaksanaan serta mengkaji ulang pengendalian risiko yang telah dilaksanakan di Bengkel Las AW. Memantau pelaksanaan berupa penilaian risiko lanjutan mengenai bahaya yang memerlukan pengukuran seperti bahaya kebisingan, getar, uap kimia, dan ergonomi serta mengkaji pengendalian risiko yang dilakukan. SIMPULAN 1. Bahaya terbagi menjadi bahaya dari aktivitas kerja dan bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan. 2. Risiko-risiko yang diidentifikasi berasal dari bahaya lingkungan (fisik dan kimia), ergonomi, elektrik (listrik), perilaku, dan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. 3. Pada aktivitas pemotongan, pengelasan, dan penghalusan risiko tertinggi adalah bahaya dari percik api. 4. Pada aktivitas pendempulan risiko tertinggi adalah bahaya dari postur janggal dan uap dempul. 5. Pada aktivitas pengamplasan risiko tertinggi adalah bahaya dari kebisingan dan getaran dari gerinda tangan. 6. Pada aktivitas pewarnaan risiko tertinggi adalah bahaya dari uap cat yang terhirup saat mencampur dan mengecat. 7. Pada bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan risiko tertinggi adalah perilaku merokok. 8. Tingkat risiko terbanyak pada basic risk level dan existing risk level adalah very high, sedangkan pada predictive risk level adalah priority 3. SARAN 1. Untuk otoritas terkait keselamatan kerja (Subdinakertrans) dan kesehatan kerja di ranah publik (Puskesmas wilayah): a. Penilaian risiko lanjutan. Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 16

18 b. Pelatihan kerja mengenai pengelasan, penyuluhan dan komunikasi terkait SDS serta personal hygiene. c. Edukasi dan kerja sama dengan ahli di dekat usaha bengkel las untuk membantu kejadian luka/ kecelakaan (kejadian beram masuk mata). d. Memantau pelaksanaan dan mengkaji ulang pengendalian risiko yang dilakukan di Bengkel Las AW. 2. Untuk Bengkel Las AW: a. Memberikan bantalan pada mesin cutting dan gerinda. b. Memberi pelumas/ oli dan mengganti mengganti mata gerinda yang sudah tidak tajam atau rusak. c. Melakukan pengecekan alat (alat las, cutting, dan gerinda) sebelum, setelah digunakan, dan ketika akan disimpan. KEPUSTAKAAN 1. Suma mur Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cetakan kedua. Jakarta: Gunung Agung. 2. Ramli, Soehatman Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3. Cetakan kedua. Jakart: Dian Rakyat. 3. Kolluru, Rao V. et al. Risk Assessment and Management Handbook for Environmental, Health, and Safety Proffesionals New York: McGraw- Hill. 4. Joint Techincal Committee OB-007 Risk Management Risk Management d. Mengingatkan pekerja untuk menghubungi ahli di dekat bengkel untuk mengambil beram yang masuk mata. e. Melakukan housekeeping sebelum dan setelah bekerja f. Menyediakan APAR (fire extinguisher) CO 2 / dry chemical dan first aid kit di bengkel. g. Membuat tabungan, arisan, atau usaha bersama (patungan) untuk membeli alat pelindung diri tambahan agar setiap pekerja dapat menggunakan APD. h. Mengganti pijakan rapuh yang sering digunakan pekerja untuk pijakan saat pengecatan. menjadi AS/NZS Third Edition. Sydney: Standards Australia International dan Wellington: Standards New Zealand. 5. Fine, William T Mathematical Evaluations For Controlling Hazards. White Oak, Maryland: Naval Ordnance Laboratory. 6. Health and Safety Executive (HSE). -. Hearing Loss and Vibration White Finger. (Diakses pada 18 November 2012). Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 17

19 7. Anizar Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. 8. Health and Safety Executive (HSE) Health and Safety in Engineering Workshops. Reprinted London: The National Archives. 9. Prasetyawan, Lukas Okta Ringkasan Materi Sub Bidang Pengelasan SMAW/ Las Busur Manual. Dikdas Teknologi Mekanik. Serang: Balai Besar Latihan Kerja Industri. 10. Kurniawidjaja, L. Meily Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press. Manajemen Risiko K3 di Bengkel Las AW, FKMUI Page 18

UNIVERSITAS INDONESIA PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PENGELASAN LOGAM DI BENGKEL LAS LOGAM SIKEMBAR SUKMAJAYA DEPOK DESEMBER 2012

UNIVERSITAS INDONESIA PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PENGELASAN LOGAM DI BENGKEL LAS LOGAM SIKEMBAR SUKMAJAYA DEPOK DESEMBER 2012 UNIVERSITAS INDONESIA PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PENGELASAN LOGAM DI BENGKEL LAS LOGAM SIKEMBAR SUKMAJAYA DEPOK DESEMBER 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya Brian Hadi W 1, Ade Sri Mariawati 2 12 Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh)

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) 1) Miftahul Barokah Farid, 2) Nur Rahman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

LOGO. Lingkungan Fisik Area Kerja

LOGO. Lingkungan Fisik Area Kerja LOGO Lingkungan Fisik Area Kerja LOGO Identifikasi Lingkungan Kerja Fisik No Jenis Area Temperatur Kebisingan Pencahayaan Udara Ruang Gerak Lantai Dinding Atap 1 Buffer area 27-30 C 85 dba Tidak ada bau

Lebih terperinci

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy di Industri Kapal Andri Kurniawan 1, Mardi Santoso 2, Mey Rohma Dhani 1 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Nelvi Arvina dan Zulkifli Djunaidi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Nelvi Arvina dan Zulkifli Djunaidi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Proses Kerja di Bagian Trimming Chassis Final F-Series, PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), Assembling Plant Pondok Ungu (APPU) Tahun 2012 Nelvi

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

Alat Pelindung Diri Kuliah 8 Alat Pelindung Diri Kuliah 8 Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration i i Personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

Risk Analysis : Severity & Likelihood

Risk Analysis : Severity & Likelihood LOGO Risk Analysis : Severity & Likelihood Proses Kerja Jenis Bahaya Potensi Bahaya Sub Panel 1 bahaya fisik bahaya kimia bahaya mekanis bahaya ergonomi Severity of Harm Likelihood kebisingan Moderate

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan Kerja

Kesehatan Lingkungan Kerja Kesehatan Lingkungan Kerja 1. Pelarut dan kesehatan di lingk. kerja 2. Debu penyebab Pneumoconiosis (wordversion) 3. Dermatitis industri 4. Kebisingan industri 5. Konsep dasar keamanan radiasi pengion

Lebih terperinci

Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis

Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (Studi Kasus: PT. Pelindo Marine Service) Ragil Aji Samudra 1*, Mey Rohma dhani

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN :

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN : PERANCANGAN SISTEM K3 BERDASARKAN JOB SAFETY ANALYSIS DAN PERHITUNGAN RISK SCORE (SUATU PENDEKATAN DENGAN METODE PARTICIPATORY ERGONOMICS) Paulus Sukapto 1*), Harjoto Djojosubroto 2) dan Yunanto 3) 1,2)

Lebih terperinci

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Materi Sebelum UTS Overview konsep hazard, risk dan control

Lebih terperinci

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM Alat Pelindung Diri adalah salah satu alat yang harus tersedia di laboratorium. Digunakan untuk perlindungan badan, mata, pernapasan dan kaki. Peralatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pembangunan nasional yang dilakukan oleh suatu bangsa pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyatnya. Pembangunan sektor industri

Lebih terperinci

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 A. Badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara dinamis seiring dengan kebutuhan manusia yang selalu berubah dan bertambah pula. Perkembangan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh BAB VII PEMBAHASAN 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh Prosedur kerja yang diterapkan oleh pekerja las asetilin di bagian Rangka Bawah PT. Kereta Api belum sesuai dengan

Lebih terperinci

Kepada Semua Peserta Praktik Kerja. Pemberitahuan tentang pencegahan kecelakaan dalam pekerjaan pengelasan dan sebagainya

Kepada Semua Peserta Praktik Kerja. Pemberitahuan tentang pencegahan kecelakaan dalam pekerjaan pengelasan dan sebagainya Kepada Semua Peserta Praktik Kerja Pemberitahuan tentang pencegahan kecelakaan dalam pekerjaan pengelasan dan sebagainya Setiap tahun hampir 100 orang peserta praktik kerja di bidang pengelasan mengalami

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat dimana dilakukan suatu kegiatan atau aktivitas baik di rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi bahaya. Apabila potensi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS Disusun Oleh: Okky Oksta Bera (35411444) Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI SPIN PACK DI PT BAF TAHUN 2013

ANALISIS PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI SPIN PACK DI PT BAF TAHUN 2013 ANALISIS PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI SPIN PACK DI PT BAF TAHUN 2013 Ahmad Syakir Azhikri R.* L.Meily Kurniawidjaja** Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI TEMPAT PENCUCIAN MOBIL INDO STEAM HYDRAULIC BEKASI TAHUN Feri Saputra dan Zulkifli Djunaidi

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI TEMPAT PENCUCIAN MOBIL INDO STEAM HYDRAULIC BEKASI TAHUN Feri Saputra dan Zulkifli Djunaidi PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI TEMPAT PENCUCIAN MOBIL INDO STEAM HYDRAULIC BEKASI TAHUN 2014 Feri Saputra dan Zulkifli Djunaidi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

RISK ASSESSMENT PEKERJAAN PENGELASAN PADA BAGIAN DOUBLE BOTTOM PEMBANGUNAN KAPAL DI PT X SURABAYA

RISK ASSESSMENT PEKERJAAN PENGELASAN PADA BAGIAN DOUBLE BOTTOM PEMBANGUNAN KAPAL DI PT X SURABAYA RISK ASSESSMENT PEKERJAAN PENGELASAN PADA BAGIAN DOUBLE BOTTOM PEMBANGUNAN KAPAL DI PT X SURABAYA Wahyu Pratiwi Dwi Cahyanti, Abdul Rohim Tualeka Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

SAFETY DATA SHEET. MSDS #: 394 Tanggal Revisi: 15/03 BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK

SAFETY DATA SHEET. MSDS #: 394 Tanggal Revisi: 15/03 BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK IDENTITAS (Nama Dagang): SINONIM: Ampelas berkaca Aluminium Oksida Batu ampelas, Alumina keras, dressing stick, batu kaca, batu cetak, batu poles, batu kasar, atau batu gerinda

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya dan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat pada setiap pekerjaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam menunjang pembangunan di Indonesia. Banyak industri kecil dan menengah baik formal maupun informal mampu menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat 70% penduduk bekerja di sektor informal dan 30% bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja

Lebih terperinci

Peralatan Perlindungan Pekerja

Peralatan Perlindungan Pekerja Oleh: 2013 Peralatan Proteksi Keselamatan Kerja Reference : Hamid R. Kavianian & Charles A. Wentz. 1990. Occuputional & Enviromental Safety Engineering & Management. 1. John Wiley & Sons Inc. New York

Lebih terperinci

Untuk para peserta praktik kerja. Satu langkah supaya para peserta praktik kerja melakukan pekerjaan pengelasan dengan aman

Untuk para peserta praktik kerja. Satu langkah supaya para peserta praktik kerja melakukan pekerjaan pengelasan dengan aman Untuk para peserta praktik kerja Satu langkah supaya para peserta praktik kerja melakukan pekerjaan pengelasan dengan aman Daftar Isi Prakata 1 1 Tiga 2 Pekerjaan 3 Pertanyaan 4 Seluk 5 Empat 6 Penjelasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN

KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN Nur Najmi Laila Program Studi Kesehatan Masyarakat,Fakutas Kedokteran dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Usulan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja Berdasarkan Hasil Analisis

Lebih terperinci

Penilaian Risiko Keselamatan Kerja pada Kegiatan Servis Berkala Sepeda Motor di PT. Setia Utama Motor Tahun 2012

Penilaian Risiko Keselamatan Kerja pada Kegiatan Servis Berkala Sepeda Motor di PT. Setia Utama Motor Tahun 2012 Penilaian Risiko Keselamatan Kerja pada Kegiatan Servis Berkala Sepeda Motor di PT. Setia Utama Motor Tahun 2012 Arison Nadapdap, Hendra. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Lebih terperinci

PANDUAN KESELAMATAN KERJA DAN PRAKTIKUM

PANDUAN KESELAMATAN KERJA DAN PRAKTIKUM PANDUAN KESELAMATAN KERJA DAN PRAKTIKUM D3 UNIVERSITAS BUDI LUHUR Buku Pedoman untuk Dosen Pengajar dan Mahasiswa Versi 2 (2012) Universitas Budi Luhur Jakarta PENDAHULUAN Panduan ini menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

Lebih terperinci

HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT (HIRA) PADA PROSES FABRIKASI PLATE TANKI 42-T-501A PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN

HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT (HIRA) PADA PROSES FABRIKASI PLATE TANKI 42-T-501A PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT (HIRA) PADA PROSES FABRIKASI PLATE TANKI 42-T-501A PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN Aristy Yulanda Ambarani, Abdul Rohim Tualeka Departemen Keselamatan dan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai berbagai macam alat pelindung diri (APD) terutama dalam bidang busana 2. Memahami pentingnya penggunaan APD dalam pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai

Lebih terperinci

EVALUASI PENGENDALIAN RISIKO PT. LEMBAH KARET BERDASARKAN RISK REDUCTION

EVALUASI PENGENDALIAN RISIKO PT. LEMBAH KARET BERDASARKAN RISK REDUCTION EVALUASI PENGENDALIAN RISIKO PT. LEMBAH KARET BERDASARKAN RISK REDUCTION Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas Email: esmiralda@ft.unand.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V PRAHASTA ADIGUNA Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal,

Lebih terperinci

Laboratorium Komputasi Dasar Ilmu Komputer PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KOMPUTASI DASAR JURUSAN ILMU KOMPUTER

Laboratorium Komputasi Dasar Ilmu Komputer PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KOMPUTASI DASAR JURUSAN ILMU KOMPUTER PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KOMPUTASI DASAR JURUSAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS LAMPUNG 2017 PENDAHULUAN Bahwa agar fungsi Laboratorium komputer jurusan ilmu komputer Universitas

Lebih terperinci

N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2. Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 80232, Indonesia, ABSTRAK

N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2. Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 80232, Indonesia, ABSTRAK PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERKAIT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PENGRAJIN PATUNG KAYU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UBUD I GIANYAR BALI N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2 1 Program

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar (Priatna,1997 dalam Carissa, 2012). Bengkel pengelasan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. besar (Priatna,1997 dalam Carissa, 2012). Bengkel pengelasan merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri saat ini makin berkembang, dari satu sisi memberi dampak positif berupa luasnya lapangan kerja yang tersedia dan meningkatnya pendapatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangatlah vital, selain sebagai salah satu aspek perlindungan terhadap tenaga kerja juga berperan untuk melindungi aset perusahaan.undang-undang

Lebih terperinci

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT. Hazard Identification Pengalaman menunjukkan

Lebih terperinci

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN DI KETINGGIAN DI PROYEK BOGOR VALLEY RESIDENCE & HOTEL PT. X TAHUN 2014

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN DI KETINGGIAN DI PROYEK BOGOR VALLEY RESIDENCE & HOTEL PT. X TAHUN 2014 PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN DI KETINGGIAN DI PROYEK BOGOR VALLEY RESIDENCE & HOTEL PT. X TAHUN 2014 Intan Pardyani, Robiana Modjo 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

APLIKASI ERGONOMI UNTUK PENGAMAN ALAT KERJA

APLIKASI ERGONOMI UNTUK PENGAMAN ALAT KERJA APLIKASI ERGONOMI UNTUK PENGAMAN ALAT KERJA DASAR HUKUM 1. UU Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Pasal 1 (1a.) : dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan diterapkan syarat-syarat keselamatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

Personal Protective Equipments (PPE)

Personal Protective Equipments (PPE) Personal Protective Equipments (PPE) Definisi Alat Pelindung Diri Personal Protective Equipments (PPE) Alat Pelindung Diri (APD) dalam susunan sistem pengendalian bahaya ditempat kerja merupakan bagian

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL Retno Fitri Wulandari 36412165 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

RISK ASSESSMENT PADA PEKERJA MAINTENANCE DI PT X

RISK ASSESSMENT PADA PEKERJA MAINTENANCE DI PT X RISK ASSESSMENT PADA PEKERJA MAINTENANCE DI PT X Yosia Parlindungan Bangun dan Erwin Dyah Nawawinetu Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi. Hal ini ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi

Lebih terperinci

Ratri Widiyastuti, Chandra Satrya

Ratri Widiyastuti, Chandra Satrya Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proses Pekerjaan Angkat Angkut Material/ Bahan Menggunakan Tower Crane di Proyek Pembangunan Apartement XY Oleh PT. X Ratri Widiyastuti, Chandra Satrya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.1 Latar Belakang. Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.1 Latar Belakang. Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah faktor manusia, peralatan pendukung keselamatan, dan juga sistem manajemen keselamatan

Lebih terperinci

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan Umumnya gejala yang timbul seolah-olah ada benda asing di mata, mata terasa nyeri, gatal atau merah, mata terasa lengket, kornea mata lecet atau terdapat goresan, mata terasa seperti terbakar dan sensitif

Lebih terperinci

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 SENASSET 2015 ISBN: Serang, 12 Desember 2015

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 SENASSET 2015 ISBN: Serang, 12 Desember 2015 Seminar Nasional Riset Terapan 2015 SENASSET 2015 ISBN: 9786027367203 IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIKAN MENGGUNAKAN METODE HIRARC (HAZARD IDENTIFICATION AND

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN LINGKUNGAN F.45...... 01 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor industri informal dan formal. Banyak industri kecil dan menengah harus bersaing dengan industri besar,

Lebih terperinci

Panduan pelindung mata dan wajah bermanfaat untuk membantu para pekerja dalam mengidentifikasi dan memilih jenis alat pelindung diri (APD) sesuai

Panduan pelindung mata dan wajah bermanfaat untuk membantu para pekerja dalam mengidentifikasi dan memilih jenis alat pelindung diri (APD) sesuai Panduan pelindung mata dan wajah bermanfaat untuk membantu para pekerja dalam mengidentifikasi dan memilih jenis alat pelindung diri (APD) sesuai dengan potensi bahaya yang terdapat di area kerja. Dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DENGAN METODE JSA (JOB SAFETY ANALYSIS)

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DENGAN METODE JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DENGAN METODE JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) PT. KHARISMA JAYA GEMILANG Hana Daryaningrum Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

#10 MANAJEMEN RISIKO K3 #10 MANAJEMEN RISIKO K3 Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya. Selain itu Risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Analisis Identifikasi Bahaya Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol, Dengan Metode HIRARC dan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (BCA)

Analisis Identifikasi Bahaya Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol, Dengan Metode HIRARC dan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (BCA) Analisis Identifikasi Bahaya Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol, Dengan Metode HIRARC dan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (BCA) Vandy Setia Prabowo 1, Rina Sandora 2, Haidar Natsir A.

Lebih terperinci

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA KEGIATAN SERVIS BERKALA MOBIL DI PT GENTA SURYA MOBILINDO TAHUN Supriyanto*, Dadan Erwandi**

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA KEGIATAN SERVIS BERKALA MOBIL DI PT GENTA SURYA MOBILINDO TAHUN Supriyanto*, Dadan Erwandi** PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA KEGIATAN SERVIS BERKALA MOBIL DI PT GENTA SURYA MOBILINDO TAHUN 2013 Supriyanto*, Dadan Erwandi** Abstrak : Penelitian ini membahas tentang nilai risiko yang didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bantuan

Lebih terperinci

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Oleh : Dody Indra Wisnu PENDAHULUAN Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar KUISIONER PENELITIAN No : PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD Pengantar Kuesioner ini disusun untuk melihat dan mengetahui tingkat penerapan

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet Alpha-Pinene

Material Safety Data Sheet Alpha-Pinene Material Safety Data Sheet Alpha-Pinene Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Alpha-Pinene Formula Kimia Alamat : C10H16 : Tradeasia International PTE LTD 133 Cecil Street #

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja yang merupakan beban tambahan dari seseorang yang sedang

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia

Lebih terperinci

KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KARET DI BARANANGSIANG, BOGOR TAHUN 2012

KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KARET DI BARANANGSIANG, BOGOR TAHUN 2012 1 KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KARET DI BARANANGSIANG, BOGOR TAHUN 2012 Yiyin mariska Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16424

Lebih terperinci