Jurnal Evolusi Volume 5 No evolusi.bsi.ac.id

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Evolusi Volume 5 No evolusi.bsi.ac.id"

Transkripsi

1 Analisa Algoritma Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) Menggunakan Bahasa Pemrograman C++ Fitri Dwi Lestari Program Studi Manajemen Informatika, AMIK BSI Pontianak Abstrak - The algorithm is said to be good if the algorithm can minimize the need for time and space. One type of algorithm that there is an algorithm to find the value of Greatest Common Divisor (GCD). Greatest Common Divisor (GCD) of two numbers is the largest positive integer that can divide two numbers depleted tersebut.ada some algorithms that I use to find the value of the GCD as the Euclidean algorithm, the algorithm Stein, Brute Force algorithm, and the algorithm Dijkstra Algorithm Bishops. In this paper the authors analyze some of the algorithms used in the calculation of Greatest Common Divisor (GCD)and made in the programming language C ++. Of some existing algorithms on calculation GCD numbers, Brute Force algorithm is quite efficient algorithms are used because we are not using complex calculations. Keywords: Algorithms, FPB, Euclidean algorithm, Stein Algorithm, Brute Force Algorithm, Dijkstra's algorithm, Bishops Algorithm Abstrak - Algoritma dikatakan baik jika algoritma dapat meminimalkan kebutuhan ruang dan waktu. Salah satu jenis algoritma yang ada algoritma untuk menemukan nilai Divisor umum Greatest (GCD). Greatest Divisor Umum (GCD) dari dua angka adalah bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi dua nomor habis tersebut.ada beberapa algoritma yang saya gunakan untuk menemukan nilai GCD sebagai algoritma Euclidean, algoritma Stein, algoritma Brute Force, dan algoritma Dijkstra algoritma Uskup. Dalam tulisan ini penulis menganalisis beberapa algoritma yang digunakan dalam perhitungan Divisor umum Greatest (GCD) dan dibuat dalam bahasa pemrograman C ++. Dari beberapa algoritma yang ada pada nomor perhitungan GCD, Brute Force algoritma ini cukup efisien algoritma yang digunakan karena kita tidak menggunakan perhitungan yang rumit. Kata kunci: Algoritma, FPB, Algoritma Euclidean, Algoritma Stein, Algoritma Brute Force, Algoritma Dijkstra, Algoritma Bishop 1. PENDAHULUAN Seperti yang diketahui bersama bahwa algoritma merupakan suatu pemecahan masalah yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, algoritma juga biasanya dijadikan alternatif pencarian /perhitungan yang banyak digunakan dalam bentuk program, karna dianggap lebih efektif dan efisien. Salah satu permasalahan yang dapat dipecahkan dengan pencarian algoritma suatu bilangan yaitu perhitungan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar). Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) merupakan dua bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi habis kedua bilangan tersebut. Dalam bahasa Inggris FPB biasa juga dikenal dengan Greatest Common Divisor (GCD). Dari perhitungan dua buah bilangan tersebut dicari persekutuan terbesar yang akan menjadi hasil akhir dari dua bilangan tersebut. Dalam memecahkan suatu masalah pencarian nilai terbesar dibutuhkan sebuah algoritma penyelesaian secara komputasi. Algortima merupakan kumpulan beberapa instruksi atau perintah yang dibuat secara jelas dalam penyelesaian suatu masalah. Kumpulan instruksi atau perintah yang dimaksud dibentuk dari suatu bahasa pemrograman yang dapat dimengerti oleh komputer. Kumpulan instruksi atau perintah tersebut berupa langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau suatu masalah secara cepat,mudah, dan efisien. Untuk mencari sebuah FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari dua buah bilangan bulat, kita dapat menggunakan beberapa algoritma diantaranya: 1. Algoritma Euclidean 2. Algoritma Stein 3. Algoritma Brute Force 4. Algoritma Dijkstra 5. Algoritma Bishops Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui algoritma mana yang paling mudah penggunaannya dan perhitungan yang paling singkat dalam suatu FPB (Faktor Persekutuan Terbesar), serta di buat dalam bahasa pemrograman C Algoritma Algoritma pada dasarnya merupakan alur pikiran dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dan dituangkan dalam bentuk tertulis yang dapat dimengerti oleh orang lain Menurut Utami dan Sukrisno (2005:20), Algortima adalah spesifikasi urutan langkah untuk melakukan pekerjaan tertentu atau metode dan tahapan sistematis dalam program. ISSN :

2 Menurut Rinaldi (2007:4), Algoritma merupakan prosedur komputasi yang terdefinisi dengan baik yang menggunakan bebebrapa nilai sebagai masukan dan menghasilkan beberapa nilai yang disebut keluaran atau lebih detailnya disimpulkan bahwa algortima adalah deretan langkah komputasi yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran. Menurut Donald Kunth dalam buku Suarga (2012:4), Sebuah algorima juga harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Input Suatu algoritma memiliki input atau kondisi awal sebelum dilaksanakan, bisa berupa nilai-nilai peubah yang diambil dari himpunan kusus. 2. Output Suatu algoritma akan mengahsilkan output setelah dilaksanakan atau algoritma akan mengubah kondisi awal menjadi kondisi akhir, dimana nilai output diperoleh dari nilai input yang telah diproses melalui algoritma. 3. Definiteness Langkah-langkah yang dituliskan dalam algoritma terdefinisi dengan jelas sehingga mudah dilaksanakan oleh pengguna algoritma. 4. Finiteness Suatu Algoritma harus memberi kondisi akhir setelah jumlah langkah yang terbatas jumlahnya dilakukan terhadap setiap kondisi awal atau input yang diberikan. 5. Effectiveness Setiap langkah dalam algoritma bisa dilaksanakan dalam suatu selang waktu tertentu sehingga pada akhirnya didapatkan suatu yang diharapkan. 6. Generality Setiap langkah alhoritma berlaku untuk setiap himpunan input yang sesuai dengan persoalan yang diberikan, tidak hanya untuk himpunan tertentu. 1.2 Kompleksitas Algoritma Terdapat dua macam kompleksitas algoritma, yaitu Kompleksitas waktu dan kompleksitas ruang. Kompleksitas waktu disimbolkan dengan T(n) dan kompleksitas ruang S(n). Kompleksitas waktu, T(n), diukur dari jumlah tahapan komputasi yang dibutuhkan untuk menjalankkan algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan n. Komplesitas ruang, S(n) diukur dari memori yang digunakan oleh struktur data yang terdapat di dalam algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan n. Dengan menggunakan besaran kompleksitas waktu/ruang algoritma, kita dapat menentukan laju peningkatan waktu (ruang) yang diperlukan algoritma dengan meningkatnya ukuran masukan n(1). [4] Setiap algoritma memiliki dua buah ciri khas yang dapat digunakan sebagai parameter pembanding, yaitu jumlah proses yang dilakukan dan jumlah memori yang digunakan untuk melakukan proses. Jumlah proses ini dikenal sebagai kompleksitas waktu yang disimbolkan dengan T(n), diukur dari jumlah tahapan komputasi yang dibutuhkan untuk menjalankan algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan n, dimana ukuran masukan (n) merupakan jumlah data yang diproses oleh sebuah algoritma. Sedangkan jumlah memori dikenal sebagai kompleksitas ruang yang disimbolkan dengan S(n), diukur dari memori yang digunakan oleh struktur data yang terdapat didalam algoritma sebagai fungsi dari masukan n. Dengan menggunakan kompleksitas waktu atau kompleksitas ruang, dapat ditentukan laju peningkatan waktu atau ruang yang diperlukan algoritma, seiring dengan meningkatnya ukuran masukan (n). Dalam setiap algoritma, terdapat berbagai jenis operasi, di antaranya : a. Operasi baca tulis. b. Operasi aritmatika (+ - / *) c. Operasi pengisian nilai (assignment) d. Operasi pengaksesan elemen larik e. Operasi pemanggilan fungsi ataupun prosedur Bedasarkan kodisi dari kompleksitas algortima ada 3 kondisi yang dilihat dari beberapa kasus yaitu : a. Kondisi Best Case Waktu tempuh yang bernilai minimum dari suatu fungsi F(N) untuk setiap input atau disebut juga suatu keadaan yang terbaik dari suatu proses di dalam algoritma. b. Kondisi Worst Case Waktu tempuh yang bernilai maksimum dari suatu fungsi F(N) untuk setiap input atau keadaan ini disebut juga dengan keadaan analog terburuk. c. Kondisi Avarage Case Merupakan suatu keadaan dari suatu waktu tempuh yang equivalen dengan nilai eksperimentasi dari fungsi F(N) untuk setiap input.[5] 1.3 FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) Menurut Erna (2011:7), FPB adalah singkatan dari Faktor Persekutuan Terbesar. ISSN :

3 Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari dua bilangan adalah bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi habis kedua bilangan tersebut. Dalam bahasa Inggris FPB biasa juga dikenal dengan Greatest Common Divisor (GCD). 1.4 Algoritma Euclidean Algoritma Euclidean adalah metode yang efisien untuk menghitung pembagi umum terbesar (FPB) dari dua bilangan bulat tanpa meninggalkan sebuah sisa. Algoritma Euclidean juga memiliki aplikasi teoritis dan praktis. Algoritma ini adalah elemen kunci dari algoritma RSA, sebuah enkripsi public-key metode yang luas digunakan dalam perdagangan elektronik. Hal ini digunakan untuk memecahkan persamaan Diophantine, Algoritma Euclidean juga dapat digunakan dalam metode rantai untuk mencari akar Sturm nyata dari polinomial, dan dalam beberapa algoritma faktorisasi bilangan bulat yang modern. Konsep dari Algoritma Euclidean ini adalah menghitung bilangan yang lebih besar (m) dibagi dengan bilangan yang lebih kecil (n). Hasil sisa pembagian m dan n disimpan dalam sebuah bilangan r. Kemudian m diisi dengan nilai n dan n diisi dengan nilai r. Jika hasil sisa pembagian m dan n belum nol maka lakukan terus perulangan pembagian hingga sisanya nol. 1. Jika n=0 maka m adalah FPB(m,n); stop. Tetapi jika n 0 Lanjutkan ke langkah Bagilah m dengan n dan misalkan r adalah sisanya. 3. Ganti nilai m dengan nilai n dan nilai n dengan nilai r, lalu ulang kembali ke langkah 1. [4] Contoh: FPB (275,51); 275= = = = = = = Karena sisa terakhir adalah nol maka FPB dari 275 dan 51 adalah sisa sebelumnya yaitu 1. FPB(797, 522); 797 = = = = = = = = = = Karena sisa terakhir adalah nol maka FPB dari 797 dan 522 adalah sisa sebelumnya yaitu Algoritma Stein Algoritma Stein(Algoritma FPB Biner) adalah algoritma yang menghitung pembagi umum terbesar dari dua bilangan bulat nonnegatif dengan menerapkan identitas-identitas secara berulang kali.[3] Konsep algoritma ini dipakai identitas yang berulang sebagai berikut: 1. gcd(0, v) = v, karena bilangan apapun membagi 0 dan v adalah bilangan terbesar yang membagi v. Sama halnya, gcd(u, 0) = u. gcd(0, 0) tidak dapat didefinisikan. 2. Jika u and v keduanya genap, maka gcd(u, v) = 2 gcd(u/2, v/2), karena 2 adalah pembagi keduanya. 3. Jika u genap dan v ganjil, maka gcd(u, v) = gcd(u/2, v), karena 2 bukan pembagi keduanya. Sama halnya, jika u ganjil dan v genap, maka gcd(u, v) = gcd(u, v/2). 4. Jika u dan v keduanya ganjil, dan u v, maka gcd(u, v) = gcd((u v)/2, v). Jika keduanya ganjil dan u < v, maka gcd(u, v) = gcd((v-u)/2, u). Ini merupakan kombinasi satu langkah dari algoritma Euclid, yang menggunakan pengurangan setiap langkah, dan sebuah aplikasi dari langkah 3. Pembagian oleh 2 menghasilkan sebuah integer karena perbedaan dari dua angka ganjil adalah genap. 5. Ulangi langkah 3 4 sampai u = v, (atau satu langkah lagi) sampai u = 0. Dalam kasus ini, hasilnya adalah 2kv, di mana k ISSN :

4 adalah faktor dari 2 yang ditemukan di langkah 2. [4] Contoh: Mencari FPB(2132, 2541); 1. FPB(2132, 2541) 2. FPB(2132, 2541) 3. FPB(1066, 2541) 4. FPB(533, 2541) 5. FPB(533, 1004) 6. FPB(533, 502) 7. FPB(533, 201) 8. FPB(166,201) 9. FPB(83,201) 10. FPB(83,59) 11. FPB(12,59) 12. FPB(6,59) 13. FPB(3,59) 14. FPB(3,28) 15. FPB(3,14) 16. FPB(3,7) 17. FPB(3,2) 18. FPB(3,1) 19. FPB(1,1) Maka FPB(2132, 2541 )=FPB(1,1)= Algoritma Brute Force Brute force adalah sebuah pendekatan yang lempang (straightforward) untuk memecahkan suatu masalah (problem statement) dan definisi konsep yang dilibatkan Algoritma brute force memecahkan masalah dengan sangat sederhana, langsung, dan dengan cara yang jelas (obvious way) meskipun bukan merupakan solusi yang paling mangkus. Algoritma ini digunakan untuk menghitung bilangan bulat positif mulai dari n hingga kebawah sampai menemukan satu bilangan yang dapat membagi m dan n secara merata. Algoritma: 1- Gunakan dua bilangan positif m,n, dimana m<n. 2- Nilai i = m. 3- While (m mod i <> 0 or n mod i <> 0) do i=i-1; GCD = i;.[1] Contoh : M N I GCD = Algoritma Dijkstra Algoritma ini dikembangkan oleh Dijkstra yang merupakan ahli matematika Belanda dan seorang ilmuwan komputer. Konsep algoritma ini adalah : jika m > n, maka GCD ( m-n, n ). dan jika m<n, maka GCD (M, N-M) Algoritma ini dikatakan baik bahwa ia menggunakan algoritma struktur data rekursi [1] Algoritma: For m,n>0, GCD(m,n)= m if m=n GCD(m-n,n) if m>n Contoh : m N GCD GCD (250,100) GCD (150,100) GCD (50,100) GCD (50,50) FPB = Algoritma Bishop s Konsep dari algoritma Bishop s ini adalah jika angka bilangan besar dan kecil keduanya kelipatan k, maka besar - kecil merupakan kelipatan dari k. Catatan: besar - kecil lebih kecil dari yang besar, jadi kami telah mengurangi masalah dan lebih mudah untuk dipecahkan. Algoritma: 1. Masukkan dua bilangan bulat positif x,y 2. While ( x <> y ) If (x>y) then X=x-y Else { temp = y y=x x=temp } Return(x) [1] 2 1 ISSN :

5 Contoh: X Y Gambar 1. Implementasi Program Algoritma Euclidean Algoritma Stein Stein menggunakan antar muka bahasa pemrograman C++, perhitungan menggunakan algoritma Stein pada C++: FPB = Pemrograman C++ Menurut Joni dan Raharjo (2011:3) mengemukakan bahwa bahasa C merupakan bahasa yang powerful dan fleksibel yang telah terbukti dapat menyelesaikan programprogram besar seperti pembuatan system operasi, pengolah kata, pengolahan gambar (seperti pembuatan game) dan juga pembuatan kompilator untuk bahasa pemrograman baru. Joni dan Raharjo (2011:3) mengemukakan bahwa bahasa C merupakan bahasa yang portabel sehingga dapat dijalankan di beberapa sistem operasi yang berbeda. Sebagai contoh program yang kita tulis dalam sistem operasi Windows dapat kita kompilasi di dalam sistem operasi Linux dengan sedikit ataupun tanpa perubahan sama sekali. 2. PEMBAHASAN Pada pembahasan ini akan membahas tentang implementasi algoritma yang digunakan dalam perhitungan FPB dengan menggunakan bahasa pemrograman C Implementasi Program Algoritma Euclidean euclidean menggunakan antar muka bahasa pemrograman C++, perhitungan menggunakan algoritma Euclidean pada C++: Gambar 2. Implementasi Program Algoritma Stein Algoritma Brute Force Brute Force menggunakan antar muka bahasa pemrograman C++, perhitungan menggunakan algoritma Brute Force pada C++: Gambar 3. Implementasi Program Algoritma Brute Force Algoritma Dijkstra Dijkstra menggunakan antar muka bahasa pemrograman C++, perhitungan menggunakan algoritma Dijkstra pada C++: Gambar 4. Implementasi Program Algoritma Dijkstra ISSN :

6 Algoritma Bishops Bishops menggunakan antar muka bahasa pemrograman C++, perhitungan menggunakan algoritma Bishops pada C++: Gambar 4. Implementasi Program Algoritma Bishops 3. KESIMPULAN Dari hasil analisis tiap algoritma dalam menghitung nilai FPB dapat disimpulkan: 1. Diantara lima algoritma dalam proses perhitungan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB), algoritma Brute Force adalah algoritma yang sederhana dan mudah untuk dipahami, karna proses perhitungannya hanya mencari sisa bagi antara dua bilangan bulat positif. 2. Algoritma Stein memerlukan perhitungan yang kompleks dan cukup rumit untuk dipahami dibandingkan dengan algoritma lainnya. 3. Dari kompilasi yang dilakukan menghasilkan output yang sama tetapi dengan proses yang berbeda dari setiap algoritma yang digunakan. 4. DAFTAR PUSTAKA [1] Altarawneh A Comparison of Several Greatest Common Divisor(GCD) Algorithms. Volume 26-No.5, Juli 2011 ( er5/pxc pdf, Diakses 20 Januari 2016) [2] Himawati,Erna Menghitung Faktor Persekutuan Terbesar(FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Jakarta: Be Champion. [3] Joni, Budi Raharjo Pemrograman C dan Implementasinya. Bandung: Informatika. [4] Okharyadi Kompleksitas Algoritma Euclidean dan Stein(FPB Biner)( di.munir/matdis/ /makalah2011/makalah-if pdf,, Diakses 20 Januari 2016) [5] Ryan Rheinadi Analisis Algoritma Bubble Sort ( ir/matdis/ /makalah0910/makalahstrukdis pdf, Diakses 20 Januari 2016) [6] Suarga Algoritma dan Pemrograman. Yokyakarta: Andi. [7] Utami,Sukrisno Langkah Belajar Logika dan Algoritma Menggunakan Bahasa C dan C++ di GNU/Linux. Yokyakarta: Andi [8] Widhaprasa Penerapan Algoritma Brute Force Dalam Mencari Faktor Prima Pada Suatu Bilangan ( nir/stmik/ /makalah2010/makalahstima pdf, Diakses 19 Januari 2016) ISSN :

Kompleksitas Algoritma Euclidean dan Stein(FPB Biner)

Kompleksitas Algoritma Euclidean dan Stein(FPB Biner) Kompleksitas Algoritma Euclidean dan Stein(FPB Biner) Okharyadi Saputra (13510072) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

Jurnal Evolusi Volume 5 No evolusi.bsi.ac.id

Jurnal Evolusi Volume 5 No evolusi.bsi.ac.id Analisa Perbandingan Kompleksitas Algoritma Bubble Sort, Cocktail Sort Dan Comb Sort Dengan Bahasa Pemrograman C++ Devy Kumalasari Program Studi Manajemen Informatika, AMIK BSI Pontianak devy2610@bsi.ac.id

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Brute Force dalam mencari Faktor Prima pada suatu Bilangan

Penerapan Algoritma Brute Force dalam mencari Faktor Prima pada suatu Bilangan Penerapan Algoritma Brute Force dalam mencari Faktor Prima pada suatu Bilangan Widhaprasa Ekamatra Waliprana - 13508080 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

Journal Speed Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi Volume 9 No

Journal Speed Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi Volume 9 No Analisa Perbandingan Kompleksitas Algoritma Bubble Sort, Cocktail Sort Dan Comb Sort Dengan Bahasa Pemrograman C++ Devy Kumalasari Program Studi Manajemen Informatika, AMIK BSI Pontianak devy2610@bsi.ac.id

Lebih terperinci

Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus.

Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus. Waktu komputasi (dalam detik) Kompleksitas Algoritma Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus. Kemangkusan algoritma

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma Kompleksitas Algoritma 1 Pendahuluan Sebuah masalah dapat mempunyai banyak algoritma penyelesaian. Contoh: masalah pengurutan (sort), ada puluhan algoritma pengurutan Sebuah algoritma tidak saja harus

Lebih terperinci

Analisis dan Strategi Algoritma

Analisis dan Strategi Algoritma Analisis dan Strategi Algoritma Deskripsi Mata Kuliah Konsep dasar analisis algoritma Beberapa jenis algoritma 28/02/2011 2 Standar Kompetensi Mahasiswa mampu membandingkan beberapa algoritma dan menentukan

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force

Algoritma Brute Force Algoritma Brute Force Definisi Brute Force Brute force adalah sebuah pendekatan yang lempang (straightforward( straightforward) ) untuk memecahkan suatu masalah, biasanya didasarkan pada pernyataan masalah

Lebih terperinci

Jurnal Evolusi Volume 5 No evolusi.bsi.ac.id

Jurnal Evolusi Volume 5 No evolusi.bsi.ac.id Analisa Perbandingan Algoritma Insertion Dan Merge Dalam PENGURUTAN DATA Pada C++ Dan Java Ardiyansyah Komputerisasi Akuntansi, AMIK BSI Pontianak ardiyansyah.arq@bsi.ac.id Abstract - Ordering data interpreted

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Linear Dalam Bentuk Kongruen

Penyelesaian Persamaan Linear Dalam Bentuk Kongruen Penyelesaian Persamaan Linear Dalam Bentuk Kongruen Yayat Priyatna Jurusan Matematika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Smd Km 11 E mail : yatpriyatna@yahoo.com Tlp / Fax : 022 4218676 HP :08122334508

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA. Disusun Oleh: Analisis Masalah dan Running Time. Adam Mukharil Bachtiar Teknik Informatika UNIKOM

ANALISIS ALGORITMA. Disusun Oleh: Analisis Masalah dan Running Time. Adam Mukharil Bachtiar Teknik Informatika UNIKOM ANALISIS ALGORITMA Analisis Masalah dan Running Time Disusun Oleh: Adam Mukharil Bachtiar Teknik Informatika UNIKOM adfbipotter@gmail.com AGENDA PERKULIAHAN DEFINISI MASALAH f x = a 0 + a n cos nπx +

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force (Bagian 1) Oleh: Rinaldi Munir

Algoritma Brute Force (Bagian 1) Oleh: Rinaldi Munir Algoritma Brute Force (Bagian 1) Oleh: Rinaldi Munir Bahan Kuliah IF2251 Strategi Algoritmik 1 Definisi Brute Force Brute force : pendekatan yang lempang (straightforward) untuk memecahkan suatu masalah

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma Kompleksitas Algoritma Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus. Kemangkusan algoritma diukur dari berapa jumlah

Lebih terperinci

AlgoritmaBrute Force. Desain dan Analisis Algoritma (CS3024)

AlgoritmaBrute Force. Desain dan Analisis Algoritma (CS3024) AlgoritmaBrute Force Desain dan Analisis Algoritma (CS3024) Definisi Brute Force Brute forceadalah sebuah pendekatan yang lempang (straightforward) untuk memecahkan suatu masalah, biasanya didasarkan pada

Lebih terperinci

Pendahuluan. Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien. Algoritma yang bagus adalah algoritma yang efektif dan efisien.

Pendahuluan. Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien. Algoritma yang bagus adalah algoritma yang efektif dan efisien. Pendahuluan Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien. Algoritma yang bagus adalah algoritma yang efektif dan efisien. Algoritma yang efektif diukur dari berapa jumlah waktu dan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id Kinerja yang perlu ditelaah pada algoritma: beban komputasi efisiensi penggunaan memori Yang perlu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENCARIAN BINER DAN ALGORITMA PENCARIAN BERUNTUN

PERBANDINGAN KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENCARIAN BINER DAN ALGORITMA PENCARIAN BERUNTUN PERBANDINGAN KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENCARIAN BINER DAN ALGORITMA PENCARIAN BERUNTUN Yudhistira NIM 13508105 Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika ITB Jalan Ganesha No.10 Bandung e-mail: if18105@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Analisis Algoritma Bubble Sort

Analisis Algoritma Bubble Sort Analisis Algoritma Bubble Sort Ryan Rheinadi NIM : 13508005 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10, Bandung e-mail: if18005@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Teori Algoritma. Algoritma Perulangan

Teori Algoritma. Algoritma Perulangan Alam Santosa Teori Algoritma Perulangan Algoritma Perulangan Seperti pernah dibahas sebelumnya, kemampuan komputer adalah melakukan pekerjaan yang sama tanpa merasa lelah maupun bosan. Syarat utama memanfaatkan

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma untuk Penyelesaian Persoalan Penukaran Koin dengan Algoritma Greedy

Kompleksitas Algoritma untuk Penyelesaian Persoalan Penukaran Koin dengan Algoritma Greedy Kompleksitas Algoritma untuk Penyelesaian Persoalan Penukaran Koin dengan Algoritma Greedy Dita Anindhika 13509023 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Algoritma Algoritma adalah kumpulan instruksi atau perintah yang dibuat secara jelas dan sistematis berdasarkan urutan yang logis (logika) untuk penyelsaian suatu

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS Program Studi : Pendidikan Matematika Semester : IV (Empat) Oleh : Nego Linuhung, M.Pd Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aljabar merupakan salah satu bagian dalam matematika yang mencakup berbagai materi yang dipelajari baik pada tingkat sekolah dasar sampai pada tingkat perguruan tinggi.

Lebih terperinci

Fungsi Rekursif PEMROGRAMAN DASAR. Dr. Eng. Herman Tolle, ST., MT. Sistem Informasi PTIIK UB Semester Ganjil 2014/2015

Fungsi Rekursif PEMROGRAMAN DASAR. Dr. Eng. Herman Tolle, ST., MT. Sistem Informasi PTIIK UB Semester Ganjil 2014/2015 PEMROGRAMAN DASAR Sistem Informasi PTIIK UB Semester Ganjil 2014/2015 Fungsi Rekursif Dr. Eng. Herman Tolle, ST., MT Program Teknologi Informasi & Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Fungsi yang memanggil

Lebih terperinci

Strategi Algoritma Penyelesaian Puzzle Hanjie

Strategi Algoritma Penyelesaian Puzzle Hanjie Strategi Algoritma Penyelesaian Puzzle Hanjie Whilda Chaq 13511601 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

Logika dan Algoritma Yuni Dwi Astuti, ST 2

Logika dan Algoritma Yuni Dwi Astuti, ST 2 ALGORITMA Istilah algoritma pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli matematika yaitu Abu Ja far Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi. Yang dimaksud dengan algoritma adalah : Urutan dari barisan instruksi

Lebih terperinci

Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan

Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan umur hingga habis, dan yang tersisa tinggal catatan

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Brute Force di Permainan Nonogram

Penerapan Algoritma Brute Force di Permainan Nonogram Penerapan Algoritma Brute Force di Permainan Nonogram Aurelia 13512099 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENGURUTAN (SORTING ALGORITHM)

KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENGURUTAN (SORTING ALGORITHM) KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENGURUTAN (SORTING ALGORITHM) Andi Kurniawan Dwi Putranto / 3508028 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Brute Force pada Teka-teki Magic Square 3 x 3

Penerapan Algoritma Brute Force pada Teka-teki Magic Square 3 x 3 Penerapan Algoritma Brute Force pada Teka-teki Magic Square 3 x 3 Dzar Bela Hanifa 13515007 Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13515007@std.stei.itb.ac.id Abstract Teka-teki

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force

Algoritma Brute Force Algoritma Brute Force Deskripsi Materi ini membahas tentang algoritma brute force dengan berbagai studi kasus Definisi Brute Force Straighforward (lempeng) Sederhana dan jelas Lebih mempertimbangkan solusi

Lebih terperinci

Pemfaktoran prima (2)

Pemfaktoran prima (2) FPB dan KPK Konsep Habis Dibagi Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu bilangan bulat, maka a membagi habis b (dinyatakan dengan a b) jika dan hanya jika ada sebuah bilangan bulat c demikian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Algoritma Menurut (Suarga, 2012 : 1) algoritma: 1. Teknik penyusunan langkah-langkah penyelesaian masalah dalam bentuk kalimat dengan jumlah kata terbatas tetapi tersusun

Lebih terperinci

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Induksi Matematika Induksi matematika adalah : Salah satu metode pembuktian untuk proposisi perihal bilangan bulat Induksi matematika merupakan teknik

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Brute Force pada permainan Countdown Number

Penerapan Algoritma Brute Force pada permainan Countdown Number Penerapan Algoritma Brute Force pada permainan Countdown Number Farhan Amin (13515043) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, penjelasan, dan teorema yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang diberikan diantaranya adalah definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algoritma Algortima adalah jantung ilmu komputer atau informatika. Banyak cabang dari ilmu komputer yang diacu dalam terminologi algoritma, misalnya algoritma perutean (routing)

Lebih terperinci

Design and Analysis Algorithm. Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom. Pertemuan 07

Design and Analysis Algorithm. Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom. Pertemuan 07 Design and Analysis Algorithm Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom Pertemuan 07 Contents 31 2 3 4 35 Divide and Conguer MinMax Problem Closest Pair Sorting Problem Perpangkatan 2 Algoritma divide and conquer

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force (lanjutan)

Algoritma Brute Force (lanjutan) Algoritma Brute Force (lanjutan) Contoh lain Mencari Pasangan Titik yang Jaraknya Terdekat Persoalan: Diberikan n buah titik (2-D atau 3- D), tentukan dua buah titik yang terdekat satu sama lain. y p 5

Lebih terperinci

Analisis Kompleksitas Algoritma dalam Operasi BigMod

Analisis Kompleksitas Algoritma dalam Operasi BigMod Analisis Kompleksitas Algoritma dalam Operasi BigMod Calvin sadewa / 13512066 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

Pengantar Strategi Algoritmik. Oleh: Rinaldi Munir

Pengantar Strategi Algoritmik. Oleh: Rinaldi Munir Pengantar Strategi Algoritmik Oleh: Rinaldi Munir 1 Masalah (Problem) Masalah atau persoalan: pertanyaan atau tugas yang kita cari jawabannya. Contoh-contoh masalah: 1. [Masalah pengurutan] Diberikan senarai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER

PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER Danang Arief Setyawan NIM : 3559 Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung e-mail: das_centauri@yahoo.com

Lebih terperinci

Algoritma Perulangan. Kuliah algoritma dan pemrograman

Algoritma Perulangan. Kuliah algoritma dan pemrograman Algoritma Perulangan Kuliah algoritma dan pemrograman Pendahuluan Saat membuat suatu program setiap instruksi bisa dimulai dari yang pertama sampai dengan instruksi terakhir, kemudian setiap instruksi

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma Kompleksitas Algoritma Bahan Kuliah IF2120 Matematika Disktit Rinaldi M/IF2120 Matdis 1 Rinaldi M/IF2120 Matdis 2 Pendahuluan Sebuah masalah dapat mempunyai banyak algoritma penyelesaian. Contoh: masalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

Decrease and Conquer

Decrease and Conquer Decrease and Conquer Bahan Kuliah IF2211 Strategi Algoritma Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB 1 Decrease and conquer: metode desain algoritma

Lebih terperinci

Algoritma & Pemrograman #1. Antonius Rachmat C, S.Kom, M.Cs

Algoritma & Pemrograman #1. Antonius Rachmat C, S.Kom, M.Cs Algoritma & Pemrograman #1 Antonius Rachmat C, S.Kom, M.Cs Algoritma Asal kata Algoritma (algorism - algorithm) berasal dari nama Abu Ja far Muhammad ibn Musa Al-Khuwarizmi Ilmuan Persia yang menulis kitab

Lebih terperinci

MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER

MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER Disusun : NIM : 12141424 Nama : Ristiana Prodi : Teknik Informatika B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN ILMU KOMPUTER EL RAHMA YOGYAKARTA 2016 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

Algoritma, Pseudo Code Flow Chart

Algoritma, Pseudo Code Flow Chart Algoritma, Pseudo Code Flow Chart Algoritma Asal kata Algoritma (algorism - algorithm) berasal dari nama Abu Ja far Muhammad ibn Musa Al-Khuwarizmi Ilmuan Persia yang menulis kitab al jabar w al-muqabala

Lebih terperinci

Pembuktian Sifat Barisan Keterbagian Kuat pada Barisan Fibonacci

Pembuktian Sifat Barisan Keterbagian Kuat pada Barisan Fibonacci Pembuktian Sifat Barisan Keterbagian Kuat pada Barisan Fibonacci Aufar Gilbran 13513015 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force (lanjutan)

Algoritma Brute Force (lanjutan) Algoritma Brute Force (lanjutan) Contoh-contoh lain 1. Pencocokan String (String Matching) Persoalan: Diberikan a. teks (text), yaitu (long) string yang panjangnya n karakter b. pattern, yaitu string dengan

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma Kompleksitas Algoritma Pendahuluan Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus. Kemangkusan algoritma diukur dari berapa

Lebih terperinci

TEORI BILANGAN. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0.

TEORI BILANGAN. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. TEORI BILANGAN Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. Sifat Pembagian pada Bilangan Bulat Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan

Lebih terperinci

Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan

Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan N a m a : NIM/Kelas : Waktu Kuliah : Kompetensi Dasar dan Indikator: 1. Memahami pengertian faktor dan kelipatan bilangan bulat. a) Menuliskan denisi faktor suatu

Lebih terperinci

Penyelesaian Berbagai Permasalahan Algoritma dengan Kombinasi Algoritma Brute Force dan Greedy

Penyelesaian Berbagai Permasalahan Algoritma dengan Kombinasi Algoritma Brute Force dan Greedy Penyelesaian Berbagai Permasalahan Algoritma dengan Kombinasi Algoritma Brute Force dan Greedy Anggriawan Sugianto 1, David Susanto 2, Zakka Fauzan Muhammad 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Program

Lebih terperinci

MENENTUKAN PRIMALITAS SEMUA BILANGAN YANG TERDAPAT PADA SELANG TERTENTU SECARA BRUTE FORCE

MENENTUKAN PRIMALITAS SEMUA BILANGAN YANG TERDAPAT PADA SELANG TERTENTU SECARA BRUTE FORCE MENENTUKAN PRIMALITAS SEMUA BILANGAN YANG TERDAPAT PADA SELANG TERTENTU SECARA BRUTE FORCE E.Z. Adnan Kashogi 13505094 Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

MAKALAH ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER

MAKALAH ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER MAKALAH ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER Galih Pranowo Jurusan Matematika Ilmu Komputer FAKULTAS SAINS TERAPAN INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 1. Pengertian Algoritma Divide and Conquer merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Algoritma Algoritma adalah urutan logis langkah-langkah penyelesaian yang disusun secara sistematis. Meskipun algoritma sering dikaitkan dengan ilmu komputer, namun

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force dalam Pattern Matching pada Aplikasi Pendeteksian Potongan Citra

Algoritma Brute Force dalam Pattern Matching pada Aplikasi Pendeteksian Potongan Citra Algoritma Brute Force dalam Pattern Matching pada Aplikasi Pendeteksian Potongan Citra Ananta Pandu Wicaksana 13510077 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul

Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul Training of Trainer (TOT) Olimpiade Matematika Tingkat Sekolah Menengah Atas Untuk Guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA BUBBLE SORT, MERGE SORT, DAN QUICK SORT DALAM PROSES PENGURUTAN KOMBINASI ANGKA DAN HURUF

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA BUBBLE SORT, MERGE SORT, DAN QUICK SORT DALAM PROSES PENGURUTAN KOMBINASI ANGKA DAN HURUF ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA BUBBLE SORT, MERGE SORT, DAN QUICK SORT DALAM PROSES PENGURUTAN KOMBINASI ANGKA DAN HURUF Anisya Sonita 1, Febrian Nurtaneo 2 1,2 Program Studi Informatika, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA A. KELIPATAN A. KELIPATAN Kelipatan suatu bilangan dapat diperoleh: 1. penjumlahan berulang, dan 2. penjumlahan bilangan dengan bilangan asli Contoh: Tentukanlah

Lebih terperinci

Penentuan Hubungan Kompleksitas Algoritma dengan Waktu Eksekusi pada Operasi Perkalian

Penentuan Hubungan Kompleksitas Algoritma dengan Waktu Eksekusi pada Operasi Perkalian Penentuan Hubungan Kompleksitas Algoritma dengan Waktu Eksekusi pada Operasi Perkalian Raymond Lukanta 13510063 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

Analisa dan Perancangan Algoritma. Ahmad Sabri, Dr Sesi 1: 9 Mei 2016

Analisa dan Perancangan Algoritma. Ahmad Sabri, Dr Sesi 1: 9 Mei 2016 Analisa dan Perancangan Algoritma Ahmad Sabri, Dr Sesi 1: 9 Mei 2016 Apakah algoritma itu? Asal istilah: Al Khwarizmi (± 800 M), matematikawan dan astronomer Persia. Pengertian umum: "suatu urutan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPLEKSITAS ALGORITMA

BAB III ANALISIS KOMPLEKSITAS ALGORITMA BAB III ANALISIS KOMPLEKSITAS ALGORITMA 3.1 Kompleksitas Algoritma Suatu masalah dapat mempunyai banyak algoritma penyelesaian. Algoritma yang digunakan tidak saja harus benar, namun juga harus efisien.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan

Lebih terperinci

Perbandingan Kecepatan/Waktu Komputasi Beberapa Algoritma Pengurutan (Sorting)

Perbandingan Kecepatan/Waktu Komputasi Beberapa Algoritma Pengurutan (Sorting) Perbandingan Kecepatan/Waktu Komputasi Beberapa Algoritma Pengurutan (Sorting) Indrayana 1, Muhamad Ihsan Fauzi 2 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP

BAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP BAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP Kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari bab ini adalah sebagai berikut. (1) Dapat memberikan sepuluh contoh notasi dalam teori bilangan dan menjelaskan masing-masing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat

Lebih terperinci

Sieve of Eratosthenes, Algoritma Bilangan Prima

Sieve of Eratosthenes, Algoritma Bilangan Prima Sieve of Eratosthenes, Bilangan Prima M. R. Al-ghazali NIM. 13509068 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1 Kriptografi Kriptografi pada awalnya dijabarkan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana menyembunyikan pesan. Namun pada pengertian modern kriptografi adalah ilmu yang bersandarkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda BAB II DASAR TEORI Pada Bab II ini akan disajikan beberapa teori yang akan digunakan untuk membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda tangan digital yang meliputi: keterbagian

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem merupakan uraian dari sebuah sistem kedalam bentuk yang lebih sederhana dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

Pembagi Persekutuan Terbesar dan Teorema Bezout

Pembagi Persekutuan Terbesar dan Teorema Bezout Latest Update: March 10, 2017 Pengantar Teori Bilangan (Bagian 3): Pembagi Persekutuan Terbesar dan Teorema Bezout M. Zaki Riyanto Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga

Lebih terperinci

CCH1A4 / Dasar Algoritma & Pemrogramanan

CCH1A4 / Dasar Algoritma & Pemrogramanan CCH1A4 / Dasar & Pemrogramanan Yuliant Sibaroni M.T, Abdurahman Baizal M.Kom KK Modeling and Computational Experiment FUNGSI Overview Fungsi Konsep Fungsi Fungsi Sederhana Fungsi dengan Analisa Kasus If...Then...Else

Lebih terperinci

Algoritma Pendukung Kriptografi

Algoritma Pendukung Kriptografi Bahan Kuliah ke-20 IF5054 Kriptografi Algoritma Pendukung Kriptografi Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 20. Algoritma Pendukung Kriptografi

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force (Bagian 2) Oleh: Rinaldi Munir Bahan Kuliah IF2251 Strategi Algoritmik

Algoritma Brute Force (Bagian 2) Oleh: Rinaldi Munir Bahan Kuliah IF2251 Strategi Algoritmik Algoritma Brute Force (Bagian 2) Oleh: Rinaldi Munir Bahan Kuliah IF2251 Strategi Algoritmik 1 Contoh-contoh lain 1. Pencocokan String (String Matching) Persoalan: Diberikan a. teks (text), yaitu (long)

Lebih terperinci

Alih Kontrol dengan Flowchart

Alih Kontrol dengan Flowchart Alih Kontrol dengan Flowchart Pada contoh-contoh pertemuan 1, flowchart (diagram alur) mengalir lurus dari atas ke bawah. Flowchart demikian biasanya untuk masalah-masalah sederhana. Untuk masalah yang

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan

Pengantar Teori Bilangan Pengantar Teori Bilangan Kuliah 2 2/2/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 1 Materi Kuliah 2 Teori Pembagian dalam Bilangan Bulat Algoritma Pembagian Pembagi Persekutuan Terbesar 2/2/2014 2 Algoritma Pembagian

Lebih terperinci

Decission : if & if else

Decission : if & if else PRAKTIKUM 5 Decission : if & if else A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan tentang operator kondisi (operator relasi dan logika) 2. Menjelaskan penggunaan pernyataan if 3. Menjelaskan penggunaan pernyataan

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Brute Force pada Permainan Kartu 24 (24 game)

Penerapan Algoritma Brute Force pada Permainan Kartu 24 (24 game) Penerapan Algoritma Brute Force pada Permainan Kartu 24 (24 game) Evita Chandra (13514034) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA UNIVERSITAS GUNADARMA SK No. 92 / Dikti / Kep /1996 Fakultas Ilmu Komputer, Teknologi Industri, Ekonomi,Teknik Sipil & Perencanaan, Psikologi, Sastra Program Diploma (D3) Manajemen Informatika, Teknik

Lebih terperinci

Matematika Diskrit Kompleksitas Algoritma. Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Matematika Diskrit Kompleksitas Algoritma. Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Matematika Diskrit Kompleksitas Algoritma Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Pendahuluan Sebuah masalah dapat mempunyai banyak algoritma penyelesaian. Contoh: masalah pengurutan (sort), ada

Lebih terperinci

Teori Bilangan (Number Theory)

Teori Bilangan (Number Theory) Bahan Kuliah ke-3 IF5054 Kriptografi Teori Bilangan (Number Theory) Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 3. Teori Bilangan Teori bilangan

Lebih terperinci

Algoritma dan Pemrograman Lanjut. Pertemuan Ke-5 Rekursif

Algoritma dan Pemrograman Lanjut. Pertemuan Ke-5 Rekursif Algoritma dan Pemrograman Lanjut Pertemuan Ke-5 Rekursif Disusun Oleh : Wilis Kaswidjanti, S.Si.,M.Kom. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima BAB II KETERBAGIAN 2.1 Pendahuluan Pada pertemuan minggu ke-3, dan 4 ini dibahas konsep keterbagian, algoritma pembagian dan bilangan prima pada bilangan bulat. Relasi keterbagian pada himpunan semua bilangan

Lebih terperinci

NASKAH UJIAN UTAMA. JENJANG/PROG. STUDI : DIPLOMA TIGA / MANAJEMEN INFORMATIKA HARI / TANGGAL : Kamis / 18 FEBRUARI 2016

NASKAH UJIAN UTAMA. JENJANG/PROG. STUDI : DIPLOMA TIGA / MANAJEMEN INFORMATIKA HARI / TANGGAL : Kamis / 18 FEBRUARI 2016 NASKAH UJIAN UTAMA MATA UJIAN : LOGIKA DAN ALGORITMA JENJANG/PROG. STUDI : DIPLOMA TIGA / MANAJEMEN INFORMATIKA HARI / TANGGAL : Kamis / 18 FEBRUARI 2016 NASKAH UJIAN INI TERDIRI DARI 80 SOAL PILIHAN GANDA

Lebih terperinci

Design and Analysis of Algorithms CNH2G3- Week 5 Kompleksitas waktu algoritma rekursif part 2: Metode Karakteristik

Design and Analysis of Algorithms CNH2G3- Week 5 Kompleksitas waktu algoritma rekursif part 2: Metode Karakteristik Design and Analysis of Algorithms CNH2G3- Week 5 Kompleksitas waktu algoritma rekursif part 2: Metode Karakteristik Dr. Putu Harry Gunawan (PHN Review 1. Tentukan kompleksitas waktu Big-Oh untuk relasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Bilangan 2.1.1 Keterbagian Jika a dan b Z (Z = himpunan bilangan bulat) dimana b 0, maka dapat dikatakan b habis dibagi dengan a atau b mod a = 0 dan dinotasikan dengan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PERCABANGAN DAN PENGULANGAN

MODUL PRAKTIKUM PERCABANGAN DAN PENGULANGAN PERCABANGAN DAN PENGULANGAN Pada BAB ini akan membahas tentang PERCABANGAN dan PERULANGAN. PERCABANGAN : a) IF THEN b) CASE OF PENGULANGAN: a) REPEAT N TIMES b) REPEAT UNTIL c) WHILE DO d) ITERATE STOP

Lebih terperinci

Analisis Algoritm. Fundamentals of the Anlysis of Algorithm Efficiency

Analisis Algoritm. Fundamentals of the Anlysis of Algorithm Efficiency Analisis Algoritm Fundamentals of the Anlysis of Algorithm Efficiency Hendri Karisma Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 2013 Review An algorithm is a sequence of unambiguous

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force pada Fluid Particle Engine

Algoritma Brute Force pada Fluid Particle Engine Algoritma Brute Force pada Fluid Particle Engine Alfian Ramadhan 13509078 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER

ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER By Gapra. Email : ga_pra_27@yahoo.co.id 1. Pengertian Algoritma Divide and Conquer merupakan algoritma yang sangat populer di dunia Ilmu Komputer. Divide and Conquer merupakan

Lebih terperinci

Konstruksi Dasar Algoritma

Konstruksi Dasar Algoritma Konstruksi Dasar Algoritma ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN [IF6110202] Yudha Saintika, S.T., M.T.I. Sub-Capaian Pembelajaran MK Pendahuluan Instruksi dan Aksi Algoritma merupakan deskripsi urutan pelaksanaan

Lebih terperinci

Algoritma dan Struktur Data

Algoritma dan Struktur Data Algoritma dan Struktur Data Click to edit Master subtitle style Pertemuan 3 Pengantar Analisis Efisiensi Algoritma Analisa efisiensi algoritma bertujuan mengestimasi waktu dan memori yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

STRATEGI DIVIDE AND CONQUER

STRATEGI DIVIDE AND CONQUER Pemrogram bertanggung jawab atas implementasi solusi. Pembuatan program akan menjadi lebih sederhana jika masalah dapat dipecah menjadi sub masalah - sub masalah yang dapat dikelola. Penyelesaian masalah

Lebih terperinci

ALGORITMA MENCARI LINTASAN TERPENDEK

ALGORITMA MENCARI LINTASAN TERPENDEK Abstrak ALGORITMA MENCARI LINTASAN TERPENDEK Indra Fajar 1, Gustian Siregar 2, Dede Tarwidi 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Algoritma Modular Exponentiation mempunyai kompleksitas sebesar O((lg n) 3 ) (Menezes et al. 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Algoritma Modular Exponentiation mempunyai kompleksitas sebesar O((lg n) 3 ) (Menezes et al. 1996). pengukuran running time dari setiap perlakuan. Ulangan setiap perlakuan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing-masing RSA dan RSA-. Lingkungan Penelitian Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengirim pesan secara rahasia sehingga hanya orang yang dituju saja yang dapat membaca pesan rahasia tersebut.

Lebih terperinci

Percobaan Perancangan Fungsi Pembangkit Bilangan Acak Semu serta Analisisnya

Percobaan Perancangan Fungsi Pembangkit Bilangan Acak Semu serta Analisisnya Percobaan Perancangan Fungsi Pembangkit Bilangan Acak Semu serta Analisisnya Athia Saelan (13508029) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci