PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 21 TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 21 TAHUN"

Transkripsi

1

2 BUPATI SOPPENG PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 21 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 11/ PER-BUP/ V/ TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka konsistensi penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun , sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2011 tentang RPJMD Kabupaten Soppeng Tahun , maka dipandang perlu menetapkan Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Soppeng Tahun 2015; b. bahwa sehubungan dengan perubahan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan serta rencana program dan kegiatan prioritas daerah, maka Peraturan Bupati Soppeng Nomor: 11/ PER-BUP/ V/ 20148perlu ditinjau kembali; c. bahwa untuk memenuhi maksud tersebut pada huruf a dan huruf b diatas, perlu diatur dengan Peraturan Bupati tentang Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 1959, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4406); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234); 6. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679);

3 7. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4693); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817); 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015; 14. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 01 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Soppeng; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Staf Ahli Pemerintah Kabupaten Soppeng; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 03 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 04 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Pemerintah Kabupaten Soppeng; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Soppeng Tahun ; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun ;

4 22. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Soppeng Tahun ; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif Pemerintah Kabupaten Soppeng; 25. Peraturan Bupati Soppeng Nomor 43/PER-BUP/XII/2014 tentang Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif Kabupaten Soppeng; 26. Peraturan Bupati Soppeng Nomor 46/PER-BUP/XII/2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI SOPPENG TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 11/ PER-BUP/ V/ 20148TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2015 Pasal I Ketentuan dalam Lampiran Peraturan Bupati Soppeng Nomor 11/ PER- BUP/ V/ 20148tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Soppeng Tahun 2015 diubah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal II Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Soppeng. Ditetapkan di Watansoppeng pada tanggal : 03 Agustus 2015 BUPATI SOPPENG Diundangkan di Watansoppeng pada tanggal : 04 Agustus 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SOPPENG H. ANDI SOETOMO H. SUGIRMAN DJAROPI BERITA DAERAH KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2015 NOMOR 21

5 DAFTAR ISI Hal. DAFTAR ISI... i PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR 8/PERBUP/V/2013 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SOPPENG TAHUN BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Landasan Hukum... I Hubungan Antar Dokumen... I Sistematika Dokumen RKPD... I Maksud dan Tujuan... I Maksud... I Tujuan... I Perubahan Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah... I Arah Kebijakan Ekonomi Daerah... I Kondisi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun I Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan tahun I Perubahan Kerangka Pendanaan... I Perubahan Arah Kebijakan Pendapatan Daerah... I Perubahan Arah Kebijakan Belanja Daerah... I Perubahan Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah... I Penelaahan Pokok Pikiran DPRD... I - 16 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... II Gambaran Umum Kondisi Daerah... II Aspek Geografi dan Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi II Fokus Kesejahteraan Sosial... II Fokus Seni Budaya dan Olahraga... II Aspek Pelayanan Umum... II Fokus Layanan Urusan Wajib... II Fokus Layanan Urusan Pilihan... II Aspek Daya Saing Daerah... II Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah... II Fokus Fasilitas Wilayah... II Fokus Iklim Berinvestasi... II Fokus Sumber Daya Manusia... II Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai. Triwulan II dan Realisasi Capaian RPJMD... II - 53 PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 i

6 2.3. Pencapaian Millenium Development Goals... II Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah.... II Permasalahan Pembangunan Daerah... II Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah... II Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan. Pemerintahan Daerah... II Pencapaian Indikator Kinerja Daerah... II BAB III RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH DALAM PERUBAHAN RKPD... III Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun III Tujuan dan Sasaran Pembangunan... III Perubahan Rencana Program dan Kegiatan... III - 26 BAB IV PENUTUP... IV - 1 PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 ii

7 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 21 Tahun 2015 TANGGAL : 03 Agustus 2015 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional adalah merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan bernegara yang merupakan amanah dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berdasar Pancasila. Pencapaian tujuan ini dilaksanakan secara bertahap, mulai dari tahapan jangka panjang, menengah dan tahunan. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut Rencana Pembangunan Tahunan Daerah. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Soppeng adalah dokumen perencanaan yang dalam proses penyusunannya juga harus mempertimbangkan keintegrasian, keselarasan, dan sinergitas dengan berbagai dokumen perencanaan pembangunan lainnya, seperti RPJPD, RPJMD, dan RTRW Kabupaten Soppeng; RPJPD, RTRW, dan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan; serta RPJP Nasional dan RPJM Nasional. Ini perlu dilakukan agar program-program yang dirumuskan dapat lebih terarah, terpadu, saling mendukung, dan tidak tumpang tindih sehingga pada gilirannya seluruh program tersebut dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif serta memberi manfaat yang lebih besar kepada masyarakat Kabupaten Soppeng. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2015 merupakan tahun ke-5 (lima) dari pelaksanaan RPJMD Kabupaten Soppeng tahun , sehingga evaluasi pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya mutlak diperlukan untuk melihat sejauhmana hasil yang dicapai dari target RPJMD dan renstra SKPD yang telah ditetapkan. Penyusunan RKPD tahun 2015 selain melihat hasil kinerja pembangunan yang dicapai pada tahun sebelumnya, juga mempertimbangkan perubahan-perubahan yang terjadi baik lingkungan intertnal PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 1

8 maupun di lingkungan eksternal, isu strategis yang akan dihadapi pada tahun pelaksanaan RKPD, hasil musrenbang RKPD di tingkat kecamatan dan kabupaten serta mempertimbangkan sinergitas antar sektor dan antar wilayah. Sebagai suatu dokumen resmi perencanaan daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis, yaitu menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan dan penganggaran tahunan dan mengimplementasikannya dalam program dan kegiatan tahunan, sehingga akan dijadikan acuan bagi proses penyusunan RAPBD, mulai dari perumusan kebijakan umum APBD, penetapan prioritas dan plafon anggaran hingga penyusunan RAPBD dan RKA-SKPD. RKPD memuat kebijakan publik dan arah kebijakan pembangunan daerah selama setahun, yang diharapkan dapat menciptakan kepastian kebijakan sebagai komitmen pemerintah daerah yang harus dilaksanakan secara konsisten. Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng tahun 2015 disusun dengan menerapkan prinsip good governance, yaitu konsep-konsep perencanaan disusun partisipatif, transparan, akuntabel, dan didasarkan pada pengembangan serta perumusan berbagai kebijakan publik yang taktis, stratejik, serta mampu memberdayakan semua pelaku utama pembangunan. RKPD Perubahan disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut, pertama sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan yang ditetapkan oleh daerah (RPJMD Kabupaten Soppeng Tahun ) ; kedua sesuai dengan aspirasi masyarakat yang berkembang dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah; ketiga bersifat fleksibel untuk dijabarkan lebih lanjut dan memberi peluang untuk kreativitas pelaksanaannya. Secara normatif penyusunan Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng tahun 2015 didasarkan pada fungsi anggaran, karena investasi dana APBD mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, fungsi alokasi yaitu pembiayaan untuk kegiatan pembangunan yang tidak mungkin dilaksanakan oleh masyarakat/swasta karena bersifat publik services seperti penanganan prasarana dasar, penyediaan infrastruktur; kedua, fungsi distribusi yaitu pembiayaan diarahkan untuk pemerataan, keadilan sosial dan mengurangi kesenjangan, yang antara lain meliputi penanganan masalah kemiskinan, pengembangan wilayah tertinggal dan lainnya; dan ketiga, fungsi stabilisasi yaitu pembiayaan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat serta stabilitas keamanan dan ketertiban. Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng Tahun 2015 yang memuat prioritas pembangunan dan dijabarkan dalam program-program pembangunan disusun dengan maksud untuk memberikan landasan dan pedoman bagi semua PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 2

9 pelaku dan pengelola pembangunan dalam memanifestasikan kegiatan pembangunan di Kabupaten Soppeng. Seluruh satuan kerja dijajaran Pemerintah Kabupaten Soppeng berkewajiban menyusun Rencana Kerja sebagai manifestasi dari pelaksanaan Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng. Dengan demikian dokumen ini akan bermanfaat bagi satuan kerja dalam rangka mewujudkan keterpaduan dan mensinergikan pembiayaan pembangunan dari berbagai sumber. Oleh karena itu program-program pembangunan yang tertuang dalam RKPD Perubahan Tahun 2015 ini akan menjadi acuan dalam penyusunan Perubahan KUA-PPAS (Kebijakan Umum APBD-Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) Kabupaten Soppeng Tahun Pemerintah Kabupaten Soppeng terus berupaya melakukan perbaikan dan pembenahan pada segala aspek pembangunan guna mewujudkan Kabupaten Soppeng yang Lebih Baik. Kabupaten Soppeng sebagai daerah pertanian dan peternakan mendorong peningkatan kapasitas ekonomi daerah dengan menyeimbangkan antara aspek ekonomi, aspek sosial serta lingkungan. Meskipun saat ini Kabupaten Soppeng memiliki banyak kemajuan pesat di segala bidang, namun Pemerintah Kabupaten Soppeng masih melakukan pembenahan dan perbaikan seperti masalah permukiman, kegiatan ekonomi informal secara berlebihan di sejumlah titik hingga persoalan lingkungan hidup. Dokumen Perubahan RKPD ini merupakan dokumen publik sehingga pelibatan semua stakeholders dalam proses penyusunan rencana program dan kegiatan menjadi pengarusutamaan (mainstreaming) dalam proses penyusunan dokumen ini. Dengan Prinsip tersebut, diharapkan dokume ini harus dapat diakses oleh semua stakeholders baik dalam tahap pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi Landasan Hukum Adapun Peraturan Perundang-undangan dan Aturan lainnya yang menjadi acuan dasar dalam penyusunan Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng Tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 1959, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4406); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Tahun (Lembaran Negara Republik PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 3

10 Indonesia Tahun 2007 Nomor 33 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4693); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015; 12. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah; PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 4

11 13. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 01 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Soppeng; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Staf Ahli Pemerintah Kabupaten Soppeng; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 03 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 04 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Pemerintah Kabupaten Soppeng; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Soppeng Tahun ; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun ; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Soppeng Tahun ; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif Pemerintah Kabupaten Soppeng; 23. Peraturan Bupati Soppeng Nomor 43/PER-BUP/XII/2014 tentang Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif Kabupaten Soppeng; 24. Peraturan Bupati Soppeng Nomor 46/PER-BUP/XII/2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 5

12 1.3. Hubungan Antar Dokumen PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Memperhatikan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengamanatkan bahwa penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara dan ketentuan Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyatakan bahwa Perubahan RKPD menjadi pedoman penyusunan APBD Perubahan, maka untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, perubahan RKPD Tahun 2015 yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati menjadi landasan penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan Tahun 2015 untuk menyusun Perubahan APBD Tahun Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2015 memiliki hubungan dengan berbagai dokumen perencanaan lainnya, yakni disusun dengan memperhatikan RPJM Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009, dan Rancangan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan Selain itu juga mempertimbangkan asas kesinambungan dari penjabaran program-program pembangunan yang termuat dalam RPJMD Kabupaten Soppeng (Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2011), serta mempertimbangkan hasil kajian dan konsepsi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Soppeng Tahun serta RKPD tahun Sistematika Penyusunan Dokumen Perubahan RKPD Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng Tahun 2015 ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : I. Pendahuluan Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan antar Dokumen 1.4. Sistematika Dokumen Perubahan RKPD 1.5. Maksud dan Tujuan 1.6. Perubahan Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Dan Kebijakan Keuangan Daerah 1.7. Perubahan Kerangka Pendanaan PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 6

13 II. PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Sampai Dengan Triwulan II Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD samapai dengan Triwulan ke II (dua) dan Realisasi RPJMD 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah III. Perubahan Rencana Program Dan Kegiatan Prioritas Pembangunan Daerah 3.1. Perubahan Rencana Program dan Kegiatan 3.2. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah IV. Penutup dan Sasaran 1.5. Maksud dan Tujuan Maksud disusunnya Perubahan RKPD tahun 2015 adalah untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan serta mewujudkan efisiensi alokasi berbagai sumber daya dalam pembangunan daerah Adapun tujuan disusunnya Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng Tahun 2015 adalah untuk: 1. Menjadi pedoman dalam penyusunan rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan Tahun 2015 yang akan disampaikan kepada DPRD untuk dibahas, disepakati dan dituangkan dalam Nota Kesepakatan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan antara DPRD Kabupaten Soppeng dengan Bupati Soppeng yang selanjutnya akan dijabarkan dalam Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P- APBD) Tahun 2015; 2. Menjabarkan rencana strategis ke dalam rencana operasional; 3. Memelihara konsistensi antara capaian tujuan perencanaan strategis jangka menengah dengan tujuan perencanaan dan penganggaran tahunan pembangunan daerah; 4. Mengukur kinerja penyelenggaraan fungsi dan urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah melalui capaian target kinerja program dan kegiatan pembangunan; 5. Menjadi acuan dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD; 6. Menyediakan informasi bagi pemenuhan laporan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang perlu disampaikan kepada pemerintah. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 7

14 1.6. Perubahan Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Dan Kebijakan Keuangan Daerah Rancangan kerangka ekonomi daerah ini akan menjadi pedoman dan arah aktivitas pembangunan ekonomi oleh lintas pelaku (stakeholder) untuk mengantar Kabupaten Soppeng pada kondisi ekonomi yang diharapkan dengan mengembangkan dan memantapkan ketahanan ekonomi daerah. Adapun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah, diuraikan sebagai berikut : A. Arah Kebijakan ekonomi Daerah Arah kebijakan ekonomi daerah ditujukan untuk mengimplementasikan program dan mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah serta isu strategis daerah sebagai payung untuk perumusan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun B. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Perkembangan ekonomi makro di Kabupaten Soppeng sampai dengan tahun 2014 secara umum menunjukkan kondisi yang cukup baik walaupun dalam perjalanannya tidak lepas dari pengaruh pasang surut perekonomian nasional dan global sebagai satu sistem perekonomian yang mengalami fluktuasi. Stabilitas ekonomi makro sebagaimana dimaksud nampak dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Soppeng tahun tahun 2014 sebesar 1.507,686,50 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013 sebesar 1,507,686,500 - dibandingkan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1,401, meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya Rp ,050,630,-. Sedangkan berdasarkan atas dasar harga berlaku (ADHB) Kabupaten Soppeng Tahun 2011 mencapai Rp ,- atau meningkat dibandingkan tahun 2010 dengan nilai Rp ,-. Sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi 3,690,683,870,- dan pada tahun 2014 terus mengalami peningkatan sebesar 4,254,982, Memperhatikan struktur ekonomi Kabupaten Soppeng sebagaimana struktur PDRB sebagai pendukung ekonomi Kabupaten Soppeng tahun yang semakin tersebar meskipun masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar sekitar 36,55 persen disusul sektor jasa-jasa sebesar 21,96 persen dan yang terkecil adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,51 persen. Hal tersebut sebagaimana nampak dalam tabel dibawah ini : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 8

15 Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Soppeng Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Tahun No Lapangan Usaha Tahun 2012 (Rp) Tahun 2013* (Rp) Tahun 2014** (Rp) 1 Pertanian 39,45 38,26 36,55 2 Industri pengolahan 6,23 6,24 6,68 3 Perdagangan, hotel dan restauran 13,38 14,14 14,63 4 Jasa-jasa 22,65 22,65 21,96 5 Lain-Lainnya 18,29 18,71 20,19 PDRB Sumber : BPS Kabupaten Soppeng 2014 Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi yang cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat sebagian besar berkecimpung dalam bidang pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan serta perikanan. Namun seiring dengan perjalanan waktu, kontribusi sektor pertanian semakin menurun walaupun tidak signifikan. Stabilitas pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari tantangan berat tingginya laju inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu secara terus menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu sebelumnya dan berlaku di setiap wilayah. Akibatnya terjadi proses menurunnya nilai mata uang secara kontinyu. Kondisi ekonomi tahun 2014 akan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal sebagai pendorong tercapainya pertumbuhan di tahun Pemerintah telah menetapkan sasaran pembangunan dengan penekanan pada pembangunan infrastruktur di berbagai sektor, baik yang ada di pedesaan maupun di perkotaan. Beberapa sektor infrastruktur tersebut diantaranya sektor energi dan ketenagalistrikan, sektor transportasi, komunikasi, kesehatan, pendidikan, hingga penyediaan sumber daya air bersih. Guna mendukung pembangunan infrastruktur di berbagai sektor tersebut, pemerintah akan mengupayakan peningkatan dukungan pembiayaan baik dari sisi perbankan, non-perbankan, pasar modal, penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri, dan belanja modal baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 9

16 C. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015 Pembangunan ekonomi yang ditandai oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi, secara keseluruhan berdampak pada tumbuhnya perekonomian daerah secara dinamis yang direfleksikan pada peningkatan pendapatan perkapita, terciptanya lapangan kerja dan tumbuhnya usaha mikro, kecil dan menengah dari tahun ke tahun. Struktur ekonomi Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 36,55.. Sektor lain yang cukup besar peranannya terhadap perekonomian di Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 masing-masing adalah sektor jasa-jasa sebesar 21,96 persen diikuti sector perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,63 persen. Sedangkan penyumbang terkecil terhadap PDRB Kabupaten Soppeng tahun 201 adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,51 persen. Dari hasil perkembangan PDRB tersebut, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 mencapai 8,26 persen dan pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 7,85 persen yang mana telah melampaui target. Kegiatan pembangunan ekonomi yang tergambar pada pencapaian indikator makro ekonomi daerah secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja bidang sosial terutama pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dengan melihat kemajuan kinerja ekonomi yang telah dicapai dan masalah yang dihadapi hingga tahun 2014, maka tantangan yang dihadapi pada tahun adalah sebagai berikut : 1. Angka kemiskinan Meskipun angka kemiskinan kecenderungannya masih dibawah angka nasional dan provinsi namun penurunannya relatif lambat sehingga memerlukan penanganan yang lebih serius dan sungguh-sungguh. 2. Kualitas pendidikan belum optimal Hal ini disebabkan antara lain terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan dan tuntutan masyarakat terhadap fasilitas pendidikan terutama tingkat pendidikan menengah. 3. Derajat kesehatan Ditandai dengan masih terbatasnya ketersediaan tenaga medis dan sarana prasarana kesehatan. 4. Tuntutan ketersediaan infrastruktur Antara lain dapat dilihat dari usulan masyarakat dan adanya wilayah yang belum memiliki akses jalan dan jembatan yang memadai serta ketersediaan air bersih. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 10

17 Tantangan-tantangan tersebut sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Soppeng. Oleh karena itu, tantangan ini harus dapat diatasi secara proporsional melalui penetapan prioritas pembangunan daerah, penetapan rencana kerja dan pendanaannya serta penataan hubungan tata kerja dalam pelaksanaannya sehingga terjadi sinergitas dan kebersamaan dari semua stakeholders pembangunan di Kabupaten Soppeng Perubahan Kerangka Pendanaan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pada dasarnya keuangan daerah meliputi komponen pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Dengan demikian, arah kebijakan keuangan daerah akan diuraikan pada masing-masing komponen keuangan tersebut. Secara umum arah kebijakan keuangan daerah tetap mengacu pada ketentuan perundangan yang berlaku saat ini antara lain: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Arah kebijakan keuangan daerah dalam RKPD ini bertujuan antara lain untuk : Menopang proses pembangunan daerah yang berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi daerah Kabupaten Soppeng. Menjamin ketersediaan pendanaan pelayanan dasar secara memadai bagi kesejahteraan masyarakat. Meminimalkan resiko fiskal sehingga kesinambungan anggaran daerah dapat terjamin. Kesinambungan anggaran dengan merujuk kepada ketentuan yang terkait dengan batas defisit anggaran dan batas pinjaman/utang. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi anggaran serta peningkatan partisipasi masyarakat. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 11

18 A. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Realisasi dan target pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah tahun terlihat pada Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Realisasi dan Target Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten Soppeng Tahun No Uraian Tahun 2012 (Rp) Tahun 2013 (Rp) Tahun 2014* (Rp) Sebelum Tahun 2015* (Rp) Sesudah 1 PENDAPATAN 1.1 Pendapatan Asli Daerah : Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah 1.2 Dana Perimbangan : Dana bagi hasil/bagi hasil bukan pajak Dana alokasi umum Dana alokasi khusus 25,894,588, ,481,525, ,787,979, ,435, ,189,800, ,337,274, ,095,055, ,410,179, ,832,040, ,350,324, ,376,500, ,669,712, ,510,000, ,794,112, ,144,705, ,062,943, ,805,122, ,276,640, ,986,252, ,684,506, ,131,606, ,710,000, ,830,139, ,690,367, , ,126,996, ,719,300, ,056,188, ,591,100, ,574,862, ,786,895, ,103,331, ,835,721, ,472,197, ,049,244, ,314,280, ,591,100, ,049,244, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah : 96,847,470, ,153,020, ,729,344, ,242,690, Hibah ,830, ,960, Dana Darurat Dana bagi hasil pajak dari 15,844,250, ,716,366, ,919,590, ,722,513, ,722,513, provinsi dan pemerintah daerah lainnya Dana penyesuaian dan 68,502,486, ,00 94,803,422, ,949,159, otonomi khusus Bantuan keuangan dari 12,500,734, ,209,642, ,326,371, ,571,016, provinsi atau pemerintah daerah lainnya Jumlah Pendapatan Daerah 636,079,333, ,648,050, ,775,964, ,134,600, PENERIMAAN PEMBIAYAAN 2.1 Sisa lebih riil perhitungan 46,033,311, ,962,328, ,452,276,581, , ,00 anggaran sebelumnya (silpa) 2.2 Penerimaan kembali pemberian pinjaman 2.3 Penerimaan piutang daerah 109,545, Jumlah Penerimaan 46,142,856, ,962,328, ,452,276,581, Pembiayaan Sumber : DPPKAD Kabupaten Soppeng (olahan) Berdasarkan tabel diatas dan pertimbangan kemungkinan kebutuhan pendanaan dimasa mendatang, selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung dengan pos-pos pendapatan daerah dalam APBD. Arah kebijakan pendapatan daerah ditujukan pada peningkatan pendapatan daerah dengan memperhatikan perkembangan perekonomian regional dan nasional yang dapat mempengaruhi sumber penerimaan daerah. a. Pendapatan Asli Daerah Memperhatikan perkembangan keuangan daerah tahun 2014 dan mengingat pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan sangat tergantung dari kebijakan pemerintah pusat maka penerimaan daerah yang dapat di pacu dan dapat dikendalikan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Seiring dengan meningkatnya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah guna melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tuntutan peningkatan PAD semakin besar mengingat pelayanan kepada masyarakat selayaknya memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 12

19 Kebijakan pendapatan daerah dikhususkan pada upaya pencapaian pertumbuhan PAD sebesar 6,13 persen. Arah kebijakan yang terkait dengan peningkatan pendapatan asli daerah meliputi : Optimalisasi pemanfaatan aset daerah dan sumber daya alam dalam rangka meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan ekonomi. Penyesuaian tarif baru dengan didasarkan pada tingkat perekonomian masyarakat, diikuti dengan meningkatkan pelayanan, baik dalam pemungutan maupun pengelolaannya. Intensifikasi pemungutan pajak dan retribusi melalui perbaikan manajemen dengan menggunakan sistem informasi penerimaan daerah yang lebih dapat diandalkan. Sistem informasi diharapkan dapat menyediakan data menyeluruh yang mencakup jumlah dan potensi terhadap data obyek pajak dan retribusi. Peningkatan sistem pemungutan, pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi daerah. Optimalisasi pemungutan sumber-sumber penerimaan baru yang memiliki potensi yang menguntungkan. Dalam pemungutan obyek baru tersebut diupayakan tidak menghambat kinerja perekonomian yang ada baik di pusat maupun daerah. Untuk itu dalam merencanakan sumber penerimaan baru tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Soppeng akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi agar kebijakan tersebut tidak memiliki dampak yang kontraproduktif terhadap perekonomian masyarakat maupun nasional. Peningkatan pengelolaan BPHTB sebagai pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat. b. Dana Perimbangan Dana perimbangan merupakan pendapatan pemerintah daerah yang berasal dari pemerintah pusat. Pendapatan yang diperoleh dari dana perimbangan pada dasarnya merupakan hak pemerintah daerah sebagai konsekuensi dari revenue sharing policy. Konsep revenue sharing didasarkan atas pemikiran untuk pemberdayaan daerah dan prinsip keadilan. Seiring meningkatnya tuntutan akuntabilitas kinerja pemerintah maka kebijakan revenue sharing harus transparan, demokratis dan adil. Terhadap dana perimbangan ini maka arah kebijakan yang ditetapkan adalah melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi perhitungan terhadap formula bagi hasil dan melakukan peran aktif berkoordinasi dengan pemerintah pusat PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 13

20 No. PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) sehingga alokasi yang diterima sesuai dengan kontribusi yang diberikan atau sesuai dengan kebutuhan yang akan direncanakan. c. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah yang berasal dari dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya serta dana penyesuaian dan otonomi khusus. Kebijakan yang ditetapkan untuk pendapatan tersebut adalah aktif bekerjasama dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan guna meningkatkan penerimaan dari sektor pajak yang dikelola oleh pemerintah provinsi. B. Arah Kebijakan Belanja Daerah Kebijakan belanja daerah yang akan dilakukan oleh Pemerintah daerah minimal yang terkait langsung dengan pengelolaan belanja (belanja langsung maupun belanja tidak langsung) dalam APBD. Kebijakan belanja daerah memprioritaskan terlebih dahulu pos belanja yang wajib dikeluarkan, antara lain belanja pegawai, belanja bunga dan pembayaran pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil, serta belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun yang bersangkutan. Selisih antara perkiraan dana yang tersedia dengan jumlah belanja yang wajib dikeluarkan merupakan potensi dana yang dapat dialokasikan untuk pagu indikatif bagi belanja langsung setiap SKPD. Belanja tidak langsung untuk belanja hibah, belanja sosial, dan belanja bantuan kepada provinsi dan kabupaten/kota/pemerintah desa, serta belanja tidak terduga disesuaikan dan diperhitungkan berdasarkan ketersediaan dana dan kebutuhan belanja langsung. Uraian Tabel 1.3 Realisasi dan Target Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun Realisasi Tahun 2012 (Rp) Realisasi Tahun 2013 (Rp) Realisasi Tahun 2014 (Rp) Sebelum Target Tahun 2015 (Rp) Sesudah A. BELANJA TIDAK LANGSUNG 422,084,879, ,594,648, ,782,993, Belanja pegawai 389,154,977, ,968,735, ,425,967, Belanja bunga 243,704, ,316, Belanja hibah 15,359,674, ,130,000, ,838,662, Belanja bantuan sosial ,000, ,000, Belanja bagi hasil kepada provinsi/kab/kota/pemerintah desa 6 Belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kab/kota/pemerintah desa. 264,576, ,576, ,101, ,961,169, ,961,169, ,826,394, ,873,002, ,865,262, ,796,242, Belanja tidak terduga 235,552, ,017, ,000, B BELANJA LANGSUNG 194,948,902, ,446,140, ,445,247, Belanja pegawai 26,481,552, ,097,670, Belanja barang dan jasa 89,543,704, ,861,450, Belanja modal 78,923,645, ,487,019, JUMLAH TOTAL BELANJA 617,033,782, ,040,788, ,228,240, Sumber : DPPKAD Kabupaten Soppeng (olahan) PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 14

21 Berdasarkan uraian dan tabel tersebut diatas maka arah kebijakan belanja pemerintah Kabupaten Soppeng diprioritaskan untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah (urusan wajib dan urusan pilihan) yang sesuai dengan arah kebijakan sebagai berikut : Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat antara lain melalui peningkatan proporsi belanja modal. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengalokasian anggaran, baik untuk belanja langsung maupun belanja tidak langsung misalnya melalui minimalisasi belanja yang tidak langsung dirasakan oleh masyarakat. Meningkatkan proporsi belanja langsung dibandingkan dengan belanja tidak langsung. Memenuhi proporsi belanja untuk masing-masing urusan pemerintahan sesuai dengan prioritas pembangunan. Peningkatan proporsi belanja yang memihak kepada penduduk miskin (propoor), penciptaan lapangan kerja (pro-job), dan peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth). C. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah. Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan akad pinjaman. Dalam hal ini ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos penerimaan pembiayaan daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya surplus anggaran harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan modal. Arah kebijakan pembiayaan diarahkan pada optimalisasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 15

22 Tabel 1.4 Realisasi dan Target Penerimaan Pembiayaan Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kabupaten Soppeng Tahun No. Uraian Tahun 2012 (Rp) Tahun 2013 (Rp) Tahun 2014 (Rp) Sebelum Target Tahun 2015 (Rp) Sesudah PENERIMAAN PEMBIAYAAN 46,142,856, ,962,328, ,452,276, Sisa lebih perhitungan anggaran 46,033,311, ,962,328, ,452,276, tahun anggaran sebelumnya (SILPA) 2 Pencairan dana cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 4 Penerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali investasi dana bergulir 6 Penerimaan piutang daerah 109,545, ,379, ,379, PENGELUARAN PEMBIAYAAN 9,647,530,105 5,000,000, ,000,000, ,000,000, , Pembayaran pokok utang 9,647,530, ,000,000, Pembayaran Utang Pengeluaran pembiayaan lainnya Penyertaan modal (investasi) 4,320,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, pemerintah daerah Jumlah pengeluaran pembiayaan 9,647,530, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,310,000, Pembiayaan Neto 36,495,326, (37,671,361.00) 18,452,276, Sumber : DPPKAD Kabupaten Soppeng (olahan) D. Penelaahan Pokok-Pokok Pikiran DPRD Mengacu pada Tema Penyusunan RKPD Tahun 2015, yaitu PERCEPATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI AKSELERASI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN, PENGUATAN KELEMBAGAAN DAERAH dan STABILITAS POLITIK KEAMANAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL maka dalam pelaksanaan, kami menyampaikan Pokok-Pokok Pikiran DPRD yang tentunya akan ditelaah oleh Tim Penyusun RKPD. Pokok-pokok Pikiran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memuat pandangan dan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai arah prioritas pembangunan serta rumusan usulan kebutuhan program/kegiatan yang bersumber hasil penelaahan Pokok-pokok Pikiran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tahun sebelumnya yang belum terbahas dalam musrenbang. Penelaahan dimaksudkan untuk mengkaji kemungkinan dijadikannya sebagai masukan dalam perumusan program dan kegiatan berdasarkan prioritas pembangunan daerah. Selanjutnya, Pokok-pokok Pikiran ini disusun dengan memperhatikan kondisi riil daerah. Berbagai persoalan yang dirangkum melalui kegiatan Alat kelengkapan Dewan dalam hal ini Pimpinan DPRD, Komisi-komisi dan TIM Penerima Aspirasi seperti; kunjungan lapangan, kegiatan reses, dan rapat dengar pendapat bersama mitra kerja, maupun dari rapat dengar pendapat umum atau dengan kelompok masyarakat dan LSM, sehingga Pokok-pokok Pikiran ini diharapkan diakomodir kedalam musrenbang kabupaten untuk selanjutnya menjadi acuan bagi penyusunan Kebijakan Umum Anggaran yang akan datang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan untuk mencapai suatu kondisi yang ideal, dimana semua kebutuhan manusia dapat PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 16

23 dipenuhi. Perubahan itu dapat terjadi dalam bentuk pengadaan prasarana, penciptaan atau penataan struktur atau pembentukan mentalitas tertentu. Pembangunan juga merupakan suatu proses transformasi dari kondisi aktual yang dirasa kurang kepada kondisi ideal yang diharapkan untuk dipenuhi. Dalam kerangka otonomi daerah, Pemerintah Pusat telah memberikan kewenangan yang nyata, luas dan bertanggungjawab kepada Pemerintah Daerah untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan urusan pemerintahan. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat demi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal yang hendaknya menjadi perhatian PEMDA, termasuk mencermati kembali masukan yang pernah kami sampaikan pada forum yang sama di tahun lalu dan masih relevan, antara lain; 1) Pembangunan bidang kesejahteraan rakyat utamanya dalam upaya peningkatan kualitas sarana dan prasarana sekolah, kompetensi dan kesejahteraan guru, pelayanan dasar kesehatan masyarakat melalui jamkesmas/jamkesda (BPJS),peningkatan angka harapan hidup, kuantitas dan kualitas sumber daya kesehatan, perluasan kesempatan kerja dan berusaha demi peningkatan pendapatan masyarakat. 2) Percepatan penyelesaian pembangunan RSU AjjapangE termasuk pengadaan fasilitas dan sarana pendukung, sehingga paling lambat pada peringatan hari jadi Soppeng tahun 2016 dapat difungsikan secara maksimal. 3) Percepatan pembangunan ekonomi daerah, yaitu melalui pembangunan bidang Pertanian, pertambangan, pariwisata, dan industri pengolahan hendaknya menjadi perhatian bersama dan masih perlu penajaman kegiatan pada aspek sarana dan prasarana dan peningkatan kualitas SDM baik masyarakat, maupun SDM Aparatur. Untuk mendukung sektor pertanian dalam arti luas, khususnya untuk peningkatan produksi, kelancaran angkutan produksi dan mengurangi biaya ekonomi tinggi, maka disamping penyediaan sarana produksi, pupuk dan benih yang dibutuhkan dan dalam jumlah yang memadai serta tepat waktu dan ketersediaan air irigasi, maka pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan menjadi prioritas sehingga perlu dana investasi lebih besar dibanding dengan program pembangunan lainnya. Pembangunan bidang sumber daya alam dan kelestarian lingkungan utamanya dalam meningkatkan pengawasan terhadap usaha pertambangan yang PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 17

24 berpotensi menimbulkan kerusakan ekologis dan pengendalian kegiatan industri yang merusak lingkungan. Sementara itu, pengembangan pariwisata termasuk seni budaya daerah yang menjadi strong point selama ini belum memberikan hasil yang maksimal, bahkan ada kecenderungan stagnasi sehingga percepatan pembangunan pariwisata mutlak dilakukan dengan melibatkan stekholder, antara lain melalui penyediaan sarana dan prasarana, pelatihan bagi petugas pengelola obyek, peningkatan dan perluasan jalan ke obyek wisata. 1) Tata kelola pemerintahan dan demokratisasi, difokuskan pada optimalisasi peran Pemerintah Daerah dalam peningkatan kualitas pelayanan publik dan peningkatan peran serta masyarakat dalam setiap pelaksanaan pembangunan. 2) Pengentasan Kemiskinan, perlu segera ditangani melalui keterpaduan program, baik antar program pusat, Provinsi dan Kabupaten maupun antar SKPD serta keterlibatan partisipasi dunia usaha, Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi Profesi maupun masyarakat miskin itu sendiri, dalam hal ini diperlukan komitmen bersama untuk memfokuskan seluruh potensi dan kemampuan yang ada untuk diarahkan pada upaya mempercepat pengentasan kemiskinan dan penanggulangan bencana Upaya yang perlu dilakukan dengan mengurangi beban biaya hidup dan fasilitasi peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat miskin melalui peningkatan cakupan pemenuhan kebutuhan dasarnya (pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan air minum) 3) Pengelolaan dan Pengamanan Aset Daerah perlu ditingkatkan baik melalui invetarisasi dan pengadministrasian yang baik, pensertifikatan bagi tanah PEMDA termasuk mengamankan peralatan RPU yang juga merupakan salah satu kekayaan daerah, sehingga menjadi kewajiban daerah untuk melakukan upaya penyelematan dari keruskan dan kehilangan sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini, dan jika perlu diupayakan untuk dibangun kembali agar dapat berfungsi. 4) Pemeliharaan iklim politik yang kondusif harus terus dilakukan oleh semua pihak, sehingga agenda politik lokal yaitu PEMILUKADA Tahun 2015 berjalan aman, tertib dan lancar, antara lain melalui peningkatan kesadaran berbangsa dan bernegara, pemberian pelayanan publik yang adil, penanganan persoalan yang dihadapi masyarakat secara dini dan tepat sehingga persoalan tersebut tidak menjadi besar serta mengajak masyarakat untuk tidak mudah terperopokasi oleh pihak-phak yang tidak bertanggungjawab. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 18

25 Semua catatan kritis di atas sama sekali tidak bermaksud mengendurkan nyali kita dalam menjalankan roda pembangunan di daerah ini. Catatan kritis dan pokok-pokok pikiran di atas hendaknya menjadi cambuk yang terus menggugah potensi dan daya kritis kita dalam merumuskan dan menentukan yang terbaik bagi masyarakat. Sebagai mitra kerja Pemeritah Daerah, kami sangat mengharapkan agar ini betul-betul merupakan suatu kesempatan untuk mengkomunikasikan perencanaan yang dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul, sehingga dalam pengaplikasiannya betul-betul menyentuh problem dan kebutuhan, serta berdampak pada kebaikan dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Kita perlu membuka diri terhadap segala masukkan dari semua elemen masyarakat terutama segala aspirasi yang masuk dan urgensitas kebutuhan serta persoalan-persoalan yang menuntut penanganan segera, dan tentunya kita tetap mempertimbangkan kapasitas keuangan daerah. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 I - 19

26 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografis dan Demografis 1. Aspek Geografis PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) BAB II EVALUASI HASIL RKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II Kabupaten Soppeng secara geografis terletak antara LS dan Lintang Selatan dan BT dan Bujur Timur dengan batas-batas wilayah : Sebelah utara, Kabupaten Soppeng berbatasan dengan Kabupaten Sidrap; Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Bone; Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bone; Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Barru; Kabupaten Soppeng merupakan daerah dataran dan perbukitan dengan luas wilayah km2. Luas daratan ± 700 Km² berada pada ketinggian ratarata ± 60 meter di atas permukaan laut. Perbukitan yang luasnya ± 800 Km² berada pada ketinggian rata-rata ± 200 meter di atas permukaan laut. Ibukota Kabupaten Soppeng yaitu Kota Watansoppeng berada pada ketinggian ± 120 meter di atas permukaan laut. Temperatur udara di Kabupaten Soppeng berada pada sekitar ± 24 o sampai dengan ± 30 o dengan keadaan angin berada pada kecepatan lemah sampai sedang. Luas daerah tersebut terdapat bangunan rumah tempat tinggal,, sebagaimana pada tabel berikut ; Tabel. 2.1 Jumlah Bangunan Rumah Tempat Tinggal Menurut Kecamatan Di Kabupaten Soppeng Tahun 2014 Jumlah Bangunan Rumah No. Kecamatan (Unit) 1. Lalabata Marioriwawo Lilirilau Donri-Donri Liliriaja Marioriawa Ganra Citta Jumlah PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 1

27 Berdasarkan komposisi penggunaan lahan, luas lahan persawahan mengalami peningkatan dari Ha pada tahun 2012 menjadi Ha dan pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 meningkat menjadi Ha. Secara rinci, pola penggunaan lahan sebagai berikut : a. Lahan Sawah - Irigasi - Tadah Hujan b. Lahan Kering Lahan Pertanian Bukan Sawah - Tegal/Kebun - Ladang/Huma - Perkebunan - Ditanami Pohon/Hutan Rakyat - Tanah Gembala/Padang Rumput - Lahan sementara tidak diusahakan - Lainnya (Tambak,Kolam, Empang, Hutan Negara dll) Lahan Bukan Pertanian (Jalan, permukiman, perkantoran, sungai, dll = = = = = = = = = = = = = Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha 846 Ha Ha Ha Ha Di Kabupaten Soppeng terdapat beberapa gunung dan gunung tertinggi adalah Gunung Nene Conang dengan ketinggian m dpl. Seluruh gunung tersebut tidak menunjukkan ciri-ciri sebagai jenis gunung merapi. Ketinggian masing-masing gunung tersebut adalah sebagai berikut : a. Gunung nene Conang ± m dpl b. Gunung Sewo ± 860 m dpl c. Gunung Lapancu ± 850 m dpl d. Gunung Bulu Dua ± 800 m dpl e. Gunung Paowengeng ± 760 m dpl Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Soppeng antara lain Litosol, Gromusol, Mediterian Coklat, Regusol, Aluuvial, Litosol Coklat Tua; dengan variasi penyebaran jenis tanah pada setiap kecamatan; sebagai berikut : 1. Kecamatan Marioriwawo: Litosol, Gromusol dan Mediterian Coklat; 2. Kecamatan Liliriaja; Gromusol/Kelabu Tua, Mediterian Coklat dan Regusol; 3. Kecamatan Citta; Gromusol/Kelabu Tua, Mediterian Coklat dan Regusol; 4. Kecamatan Ganra; Gromusol/Kelabu Tua, Mediterian Coklat dan Regusol; 5. Kecamatan Lilirilial; Aluvial, Coklat Kelabu, Gromusol/Kelabu Tua Kekuning- Kuningan; PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 2

28 6. Kecamatan Lalabata; Aluvial Hidromorf, Gromusol, Coklat Tua Rensina, Litosol, Mediterian Coklat, Regusol dan Litosol; 7. Kecamatan Marioriawa; Aluvial Hidromorf Kelabu Tua, Mediterian Regusol dan Litosol; 8. Kecamatan Donri-Donri; Aluvial Hidromorf Kelabu Tua, Mediterian Regusol dan Litosol. 2. Kondisi Demografis Penduduk Kabupaten Soppeng tersebar pada 8 (delapan) wilayah Kecamatan yang terdiri dari 49 desa, 21 kelurahan, 124 dusun, 39 lingkungan, 438 RW dan RT. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil hingga akhir tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Soppeng adalah jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Kecamatan yang terpadat adalah Liliriaja yaitu sekitar 309 jiwa per km 2 dan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan Marioriawa sekitar 94 jiwa per km 2. Jumlah penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Soppeng tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut; Tabel 2.2 Rata rata Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Soppeng Tahun 2014 Kecamatan Luas Area Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah Marioriwawo Lalabata Liliriaja Ganra Citta Lilirilau Donri-Donri Marioriawa TOTAL Sumber: Dinas Kependudukan, Capil, Nakertrans Potensi tenaga kerja dapat dicermati dari komposisi penduduk menurut umur karena umur seseorang sangat mempengaruhi kemampuan fisiknya sehingga akan menetukan produktivitasnya. Penduduk dengan usia yang sangat mudah (umur 0-14 tahun) umumnya belum produktif karena selain kemampuan fisiknya yang masih kurang, juga karena mereka pada umumnya masih sekolah PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 3

29 dan belum bekerja. Begitu pula penduduk yang berusia lanjut (umur 60 tahun keatas), produktivitasnya sudah menurun dan bahkan sebagian dari mereka sudah tidak bekerja lagi. Bila di hitung jumlah penduduk pada kelompok usia produktif (15-59 tahun) yaitu sebesar jiwa maka dapat diketahui bahwa pada umumnya penduduk Kabupten Soppeng masih dalam usia produktif. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Soppeng Tahun 2014 Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Total Jumlah Sumber: Dinas Kependudukan, Capil, Nakertrans Penduduk Kabupaten Soppeng bekerja di berbagai sektor lapangan usaha. Dan sektor pertanian menjadi sektor tertinggi yang menyerap tenaga kerja terbesar setelah sektor lainnya, selain perdagangan, restoran, hotel dan industri sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.4. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 4

30 Tabel 2.4 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Soppeng Tahun 2014 Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah Pertanian Industri Perdagangan, Restoran dan Hotel Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan Lainnya Jumlah Sumber: Dinas Kependudukan, Capil, Nakertrans a. Potensi Pengembangan Wilayah 1. Pertanian Kabupaten Soppeng termasuk salah satu daerah penghasil pangan utama di Propinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2014 jumlah produksi padi (GKG) di Kabupaten Soppeng mencapai ton dengan tingkat produktivitas 58,86 ton meningkat di banding tahun 2013 yaitu sebesar ton dan tingkat produktivitas 57,26 ton, Sedangkan hasil produksi jagung (pipilan kering) pada tahun 2014 mencapai ton dengan tingkat produktivitas 51,69 ton, meningkat dibanding tahun 2013 sebesar ton dengan tingkat produktivitas ton. Untuk tanaman kedele (biji kering) hasil produksi pada tahun 2014 adalah ton dengan tingkat produktivitas mencapai 17,64 ton sementara pada tahun 2013 adalah ton dengan tingkat produktivitas ton. Secara umum untuk masing-masing komoditi ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat produksi seperti iklim,cuaca, tingkat kesuburan.hara tanah, sarana dan prasarana pertanian, metode bercocok tanam dan faktor terkait lainnya. 2. Perkebunan Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, hampir seluruh wilayah Kabupaten Soppeng cocok untuk berbagai jenis tanaman perkebunan. Luas areal lahan perkebunan yang potensial adalah ,45 Ha untuk ditanami berbagai jenis komoditi yang terdiri dari Kakao, Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kopi Robusta, Cengkeh, Jambu Mete, Lada, Kemiri, Vanili, Aren, Tembakau, Kapas dan Nilam. Produksi Kakao sebagai salah satu komoditas perkebunan unggulan Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 5

31 adalah ton sedikit meningkat dibanding tahun 2013 yang mencapai 12, ton, sedangkan produksi tembakau pada tahun 2014 sebanyak 45,38 ton menurun dibanding tahun 2013 sebanyak 104,85 ton. Komoditi Kelapa Dalam pada tahun 2014 adalah 3.780,90 ton dan komoditi Kemiri adalah 1.140,10 ton. 3. Peternakan Sistem pemeliharaan ternak di daerah ini pada umumnya masih dalam skala rumah tangga. Pada beberapa rumah tangga usaha pemeliharaan ternak merupakan usaha sampingan untuk menambah pendapatan. Populasi ternak besar pada tahun 2014 mencapai ekor meningkat dibanding tahun 2013 yang lalu yaitu ekor, demikian halnya populasi ternak kambing pada tahun 2013 yaitu ekor meningkat menjadi ekor pada tahun Selanjutnya untuk ternak unggas, animo masyarakat terhadap pemeliharaan unggas cukup besar. Populasi ternak unggas pada tahun 2014 mencapai terdiri dari ternak ayam buras sebanyak ekor, ayam ras ekor, broiler ekor dan itik dan entok ekor, meningkat dari tahun 2013 dengan rincian populasi ternak unggas ayam buras sebanyak ekor, ayam ras sebanyak ekor, ayam broiler ekor dan itik ekor. Pada umumnya populasi ternak unggas meningkat dibandingkan tahuntahun sebelumnya. 4. Perikanan Produksi perikanan di Kabupaten Soppeng di dominasi oleh perikanan darat dengan luas areal penangkapan ikan Ha dengan rincian danau seluas Ha, sungai seluas 640 Ha, dan rawa seluas 216 Ha. Produksi ikan pada umumnya berasal dari penangkapan yang menggunakan alat tradisional dan beroperasi di danau, rawa, maupun sungai. Produksi ikan segar pada tahun 2013 mencapai 3.173,2 ton dan pada tahun 2014 produksinya menjadi 3.427,7 ton. Jenis ikan yang diproduksi antara lain ikan mas/karper, sepat, tawes, gabus, nila dan lainlain. Dari total produksi ikan segar ini, 50 persen berasal dari Kecamatan Marioriawa dan sekaligus merupakan wilayah dengan potensi paling besar untuk dikembangkan. Selain itu, juga terdapat kegiatan budidaya ikan (empang), namun luasan dan produksinya belum signifikan. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 6

32 5. Kehutanan PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Salah satu produksi hutan yang pernah menonjol di Kabupaten Soppeng adalah benang sutera yang dihasilkan dari ulat sutera, namun pada tahun ini terjadi penurunan baik dari luas tanam murbei, jumlah petani maupun produksi kokon dan benang. Persuteraan alam dikembangkan di Kecamatan Lalabata, Donri- Donri, Kecamatan Marioriawa, Marioriwawo, dan Liliriaja. Jumlah kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan ini mencapai 7 kelompok dengan jumlah anggota (petani sutera) sebesar 935 orang. Pada tahun 2014, luas areal tanaman Murbei mencapai 114 Ha dan melibatkan 187 KK. Pada tahun yang sama, jumlah ulat sutera yang dibudidayakan mencapai 300 box dengan jumlah produksi kokon mencapai kg per tahun dan menghasilkan benang kg. Sedangkan Kawasan hutan di Kabupaten Soppeng sesuai hasil padu serasi antara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW) seluas Ha atau % dari Luas Kabupaten Soppeng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel.2.5 Luas Hutan Menurut Fungsinya Berdasarkan Persentase Luas Kabupaten Soppeng Tahun 2014 No. Hutan Menurut Fungsinya Luas (Ha) Hutan Lindung Hutan Produksi Biasa Hutan Produksi Terbatas Hutan Wisata Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Soppeng % dari Luas Kabupaten Pertambangan Potensi barang tambang, khususnya tambang galian golongan C seperti pasir, kerikil, batu kali, batu gunung, kapur, pertanian dan batubata, yang tersebar di 8 (delapan) Kecamatan dengan luas tambang keseluruhan 180,91 ha dan 43 jumlah pengusaha. Disamping potensi dari tambang golongan C di Kawasan Bulu Dua Kecamatan Marioriwawo juga memiliki potensi berupa kandungan deposit batu bara dengan luas areal Ha. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 7

33 7. Pariwisata PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Di samping sektor pertanian, sektor pariwisata juga merupakan salah satu potensi unggulan Kabupaten Soppeng. Kabupaten Soppeng merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Sulawesi Selatan, terutama sebagai daerah tujuan wisata alam dan budaya disamping wisata sejarah, kepurbakalaan dan ziarah. Potensi pariwisata tersebut adalah sebagai berikut: 1) Objek wisata alam - Kawasan wisata alam Lejja dengan obyek wisata berupa kolam pemandian, kolam berendam, baruga, villa, sumber air panas dan wisata alam dan budaya - Pemandian alam Ompo dengan objek wisata berupa kolam pemandian dan waduk pemancingan, Guest House, Baruga Pertemuan serta arena balap motor. - Kawasan wisata alam Citta dengan objek wisata berupa kolam pemandian, sumber mata air, Gazebo. - Panorama alam lereng hijau Bulu Dua dengan objek wisata berupa wisata alam, rumah makan dan pemancingan - Panorama alam Jolle dengan objek wisata berupa wisata alam - Panorama alam Cirowali dengan objek wisata berupa industri gula aren, wisata alam dan budaya - Danau Tempe dengan objek wisata berupa masyarakat nelayan, wisata budaya dan tempat pemancingan ikan - Panorama alam gua Codong dengan objek wisata berupa gua dan wisata alam 2) Objek wisata budaya - Maccera tappareng - Pattaungeng - Maddoja bine - Maccera kampong - Maccera sering - Mappadendang - Massappowanua 3) Objek wisata sejarah dan kepurbakalaan - Gedung villa Ratu Yuliana/mess tinggi dengan objek wisata berupa gedung museum La Temmamala - Rumah adat Bola RidiE dengan objek wisata berupa rumah adat dan peninggalan kerajaan PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 8

34 - Rumah adat Sao Mario dengan objek wisata berupa rumah adat dan koleksi benda cagar budaya - Kawasan situs paleolitik Calio dengan objek wisata berupa fosil dan alat batu paleolitik - Situs paleolitik Paroto dengan objek wisata berupa alat batu masa paleolitik - Situs megalitik Tinco dengan objek wisata berupa peninggalan megalitik - Situs megalitik Lawo dengan objek wisata berupa batu bergores, lumpung dan tradisi megalitik - Situs megalitik Sewo dengan objek wisata berupa peninggalan megalitik - Taman dan monumen GAPIS dengan objek wisata berupa taman dan monumen sejarah - Laboratorium kepurbakalaan dengan objek wisata berupa laboratorium dan benda cagar budaya 4) Objek wisata ziarah - Kompleks makam raja Jera Lompoe - Makam Petta Bulu Matanre - Makam Datu Mario - Kompleks makam KalokkoE Watu - Makam Syekh Abdul Madjid (Tuan Uddungeng) - Makam Petta KaramaE - Makam Petta BalubuE Manurunge ri Sekkanyili - Kompleks makam TettikenraraE - Makam ManurungE ri GoariE - Kompleks makam Citta - Kompleks makam Petta Jangko 8. Industri Menurut jenisnya industri dikategorikan menjadi beberapa kelompok antara lain industri kimia dasar, industri mesin logam dan elektronik, aneka industri, indusrti kecil dan industri pariwisata,. Pada tahun 2012 jumlah unit usaha industri 18 unit dengan nilai investasi Rp 1,538,260,000,- dan nilai produksi Rp 4,492,150,000,- dan pada tahun 2013 menjadi 20 unit usaha dengan nilai investasi Rp 3,951,612,000,- dan nilai produksi Rp 7,814,300,000,-. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 9

35 Aspek Kesejahteraan Masyarakat PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir dari penyelenggaraan pembangunan daerah yang merupakan upaya menciptakan kondisi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Aspek kesejahteraan masyarakat meliputi (1) aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, (2) aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan sosial dan; (3) aspek kesejahteraan fokus pada Seni Budaya dan Olahraga. Kinerja masing-masing aspek kesejahteraan masyarakat sampai dengan tahun 2014 adalah sebagai berikut: Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Struktur perekonomian suatu wilayah dapat diketahui dari komposisi Produk Domestik Regional Bruto (atas dasar harga berlaku) setiap sektor/lapangan usaha. Dari komposisi PDRB sektoral dapat dilihat gambaran peranan dari setiap sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB wilayah tersebut. Semakin besar peranan suatu sektor ekonomi terhadap pembentukan total PDRB, maka semakin besar pula Pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan perekonomian wilayah tersebut. Keberhasilan pembangunan antara lain dapat dilihat pada beberapa indikator utama ekonomi, antara lain pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita dan indeks gini serta rasio penduduk miskin. Pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Products) suatu negara dan difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (Gross Domestic Regional Products) pada suatu provinsi, kabupaten atau kota. Seiring perkembangan waktu, muncul alternatif definisi pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada peningkatan pendapatan perkapita (income perkapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara atau daerah untuk meningkatkan output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Blakely, 1989). Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 10

36 mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat meningkat secara mantap dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Terkait dengan pentingnya pembangunan ekonomi, perencanaan pembangunan ekonomi yang matang dan tepat menjadi suatu hal mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah. Pelaksanaan otonomi daerah kabupaten/kota, telah memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk melakukan perencanaan, menentukan strategi dan membuat kebijaksanaan dalam rangka pelaksanaan pembangunan di daerahnya masing-masing. Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok dalam perencanaan ekonomi suatu daerah yaitu: (i) bagaimana mengusahakan agar pembangunan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara mantap dan (ii) bagaimana agar pendapatan yang timbul tersebut dapat dibagi atau diterima masyarakat secara merata. Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan ekonomi adalah melalui pengukuran pencapaian indikator makro ekonomi yang masing-masing indikatornya terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen indikator makro tersebut diantaranya adalah : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), PDRB perkapita dan tingkat inflasi. a. Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang dihasilkan suatu daerah pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Nilai PDRB yang digunakan merupakan pengaruh perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi kabupaten Soppeng tercatat sebesar 7,57 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dimaknai bahwa nilai total barang dan jasa yang dihasilkan Kabupaten Soppeng pada tahun 2013 meningkat sebesar 7,57 persen dibanding tahun 2012, dengan catatan tidak ada faktor perubahan harga (menggunakan konstan tahun dasar 2000). Capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2013 ini meningkat tipis sebesar 0,09 persen dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang berada pada anga 7,48 persen dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 8,26 persen. Perekonomian Kabupaten Soppeng selama lima tahun terakhir tumbuh positif dengan besaran yang cukup fluktuatif seperti terlihat pada grafik dibawah ini. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng ini dipengaruhi oleh PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 11

37 peranan sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Soppeng. Atau dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng tergantung pada pertumbuhan sektor pertanian. Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Soppeng Tahun (dalam persen) Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Soppeng Tahun Sumber: BPS Kab.Soppeng Tahun 2015 Secara detail, pada tahun 2014 kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan nilai total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Soppeng sekitar 36,55 persen, ini lebih rendah dari tahun sebelumnya pada tahun 2013 sebesar 38,26 persen. Besarnya kontribusi pertanian ini erat kaitannya dengan peran sub sektor Tanaman Bahan Makanan dan subsektor Perkebunan. Sektor lain yang cukup besar peranannya terhadap perekonomian di Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 masing-masing adalah sektor jasa-jasa sebesar 21,96 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,63 persen. Sedangkan penyumbang terkecil terhadap total PDRB Kabupaten Soppeng tahun 2014 adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,51 persen, sebagaimana dapat dilihat pada table berikut ini : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 12

38 Tabel 2.6 Distribusi PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Soppeng Tahun Lapangan Usaha * 2014** (1) (3) (4) (5) (6) (6) Pertanian 42,46 41,25 39,45 38,26 36,55 Petambangan dan Penggalian 0,50 0,53 0,52 0,51 0,51 Industri Pengolahan 6,26 6,32 6,23 6,24 6,68 Listrik, Gas dan Air 0,86 0,84 0,88 0,87 0,98 Bangunan 5,69 5,95 5,70 5,68 5,99 Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,52 12,14 13,38 14,14 14,63 Angk. Pergudangan, Komunikasi 4,43 4,57 4,99 5,10 5,45 Lemb. Keuangan, Jasa Perusahaan 5,52 5,93 6,20 6,55 7,26 Jasa-Jasa 22,76 22,48 22,65 22,65 21,96 PDRB *Angka sementara **Angka sangat sementara Sumber: BPS Kabupaten Soppeng Tahun 2015 b. PDRB Perkapita Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan, baik sebagai pendukung maupun yang langsung dirasakan oleh masyarakat sebagai peningkatan kesejahteraan. Salah satu indikator pengukuran tingkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah adalah PDRB per kapita. Besaran PDRB per kapita memberikan gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk selama satu tahun disuatu wilayah. PDRB Perkapita Kabupaten Soppeng dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kenaikan yang cukup menggembirakan. PDRB Perkapita Kabupaten Soppeng atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 telah mencapai 18,87 juta rupiah. Angka PDRB perkapita tahun 2013 mengalami perkembangan sebesar 15,14 persen dari nilai PDRB perkapita tahun 2012 yang tercatat sebesar 16,39 juta rupiah. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 13

39 Tabel 2.7 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Kabupaten Soppeng Tahun PDRB perkapita (juta Rupiah) Harga berlaku Harga Konstan (1) (2) (3) ,15 5, ,28 5, * 16,39 6, * 18,87 6, ** 22,13 7,23 * Angka sementara (sumber BPS Kab.Soppeng Tahun 2014) Beralihnya struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kabupaten Soppeng dari sektor Pertanian ke beberapa sektor ekonomi lainnya dapat dilihat dari besarnya peranan masing-masing sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Soppeng. Sumbangan terbesar masih didominasi oleh sektor Pertanian sebesar 36,55 persen, kemudian diikuti oleh sektor Jasa-Jasa 21,96 persen, sedangkan sumbangan sektor Perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,63 persen. Sektor berikutnya yang kontribusinya relatif cukup besar adalah sektor Industri pengolahan dengan andil sebesar 6,68 persen, sektor Keuangan, Jasa Perusahaan dengan andil sebesar 7,26 persen dan sektor Bangunan dengan andil sebesar 5,99 persen. Adapun sumbangan tiga sektor lainnya masih kurang dari 5 persen, dengan penyumbang terkecil adalah sektor Pertambangan dan penggalian yaitu hanya sebesar 0,51 persen, sebagaimana gambar berikut ini : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 14

40 Grafik 2.2 Distribusi Persetase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Soppeng Tahun 2014 JASA-JASA, KEUANGAN PERSEWAAN DAN JASA KOMUNIKASI, 7.26 ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI, 5.45 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN, Sumber: BPS-Kabupaten Soppeng dalam Angka tahun 2013 PERTANIAN, LISTRIK, GAS BANGUNAN, 5.99 DAN AIR BERSIH, 0.98 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 0.51 INDUSTRI PENGOLAHAN, 6.68 No. Tabel 2.8 PDRB Per Sektor Kabupaten Soppeng Tahun 2014 SEKTOR 1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Harga Berlaku Harga Konstan , ,73 2. Pertambangan dan Penggalian , ,34 3. Industri Pengolahan , ,90 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih , ,81 5. Bangunan , ,79 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran , ,47 7. Angkutan dan Komunikasi , ,13 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan , ,24 9. Jasa-Jasa , ,09 Total PDRB , ,50 Sumber: BPS Kabupaten Soppeng Tahun 2014 PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 15

41 c. Laju Pertumbuhahan Ekonomi PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini mengukur tingkat pertumbuhan output dalam suatu perekonomian, dan memberikan indikasi keberhasilan aktivitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode di suatu daerah tertentu. Pada tahun2014 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng sebesar8,26 persenmengalami peningkatan dari tahun 2013 tercatat sebesar 7,57 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dimaknai bahwa nilai total barang dan jasa yang dihasilkan Kabupaten Soppeng pada tahun 2013 meningkat sebesar 7,57 persen dibanding tahun 2012, dengan catatan tidak ada faktor perubahan harga (menggunakan konstan tahun dasar 2000). Meskipun Pertumbuhan ekonomi meningkat tipis dari tahun 2012 yang mencapai 7,48 persen, angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng tahun sebesar 7,95 persen tetap memberikan indikasi positif bagi peningkatan kinerja perekonomian di kabupaten Soppeng. Perekonomian Kabupaten Soppeng selama lima tahun terakhir tumbuh positif dengan besaran yang cukup fluktuatif seperti terlihat pada grafik dibawah ini. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng ini dipengaruhi oleh peranan sektor pertanian yang memerikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Soppeng. Atau dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng tergantung pada pertumbuhan sektor pertanian. Grafik 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Soppeng dan Sulawesi Selatan Tahun Soppeng Sulsel Sumber: BPS Kabupaten Soppeng PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 16

42 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng tahun 2008 berada pada angka 7,76 persen, kemudian bergerak ke level 6,81 persen pada tahun 2009 dan mencapai titik terendah pada tahun 2010 dengan pertumbuhan ekonomi 4,45 persen. Tahun 2011 ekonomi tumbuh lebih cepat hingga 7,95 persen namun pada tahun 2012 hanya mencapai titik 7,48 persen sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 7,57 persen dan pada tahun 2014 berikutnya menjadi 8,26 persen. Secara rata-rata, selama periode 2008 hingga 2014 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng berkisar pada angka 6,85 persen. Hal ini berarti angka pertumbuhan ekonomi sebesar 8,26 persen pada tahun 2014 masih berada diatas angka rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng , seperti pada tabel 2.9 berikut. Dengan demikian kinerja perekonomian Kabupaten Soppeng tahun 2014 dapat dikatakan berhasil bila dibandingkan dengan rata-rata kinerja perekonomian lima tahun terahir. Tabel 2.9 Perbandingan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Soppeng Tahun Tahun PDRB Perkapita (Rupiah) Harga Konstan Jumlah (jutaan Rp) Pertumbuhan (%) (1) (2) (3) ,42 4, ,64 7, ,87 7, * 1 507,686,50 7, ** 1,632,212,52 8,26 * Angka sementara (Sumber : Kabupaten Soppeng dalam angka 2015) PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 17

43 Tabel 2.10 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Kabupaten Soppeng PDRB Perkapita Pertumbuhan (Rupiah) (%) Tahun Harga Harga Konstan berlaku (1) (2) (5) , , , *) ,099 7, **) 22,138,903 8,26 Sumber : PDRB Kabupaten Soppeng 2013 Dapat dilihat bahwa selama periode tahun PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Soppeng terus mengalami peningkatan. PDRB per kapita Kabupaten Soppeng atas dasar harga berlaku tahun 2013 mencapai Rp Sementara itu pada tahun 2014 sebesar Rp Dari angka tersebut dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan pendapatan perkapita Kabupaten Soppeng hingga pada tahun Meskipun kenaikan pendapatan perkapita tahun 2014 ini tampak lebih signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun pada kenyataannya kenaikan ini telah mampu menunjukkan adanya peningkatan harga barang dan jasa terutama yang dikonsumsi oleh publik pada tahun Baik secara langsung maupun tak langsung kenaikan harga barang-barang dan jasa tersebut pasti dirasakan masyarakat sehingga mengakibatkan perlunya kemampuan yang lebih terutama dari sisi ekonomi untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Soppeng secara riil yang digambarkan dengan PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 mencatatkan kenaikan sebesar 8,26 persen untuk tahun 2014 dengan besaran mencapai Rp d. Laju Inflasi Dalam konteks ilmu ekonomi makro, inflasi adalah proses meningkatnya harga dari sekelompok barang dan jasa secara terus menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Inflasi diukur sebagai persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu), deflector Produk Domestik Bruto (menunjukkan PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 18

44 besarnya perubahan harga dari semua barang baru, atau indeks-indeks lain dalam tingkat harga keseluruhan. Inflasi dapat disebabkan antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau spekulasi, serta akibat adanya ketidaklancaran suplai dan distribusi barang. Jika besarannya tidak terkendali, inflasi akan mempengaruhi kondisi perekenomian masyarakat. Perkembangan laju inflasi Indonesia selama beberapa tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh volatilitas harga komoditas energi dan bahan pangan dipasar inter nasional. Volatilitas harga komoditas tersebut di pasar internasional muncul karena adanya gangguan produksi di negara-negara produsen sebagai dampak anomali iklim, bencana alam, dan konflik geopolitik. Adanya gangguan produksi tersebut mendorong peningkatan tekanan output gap di pasar internasional yang pada akhirnya berdampak pada timbulnya gejolak harga komoditas sejenis di pasar dalam negeri. Stabilitas pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari tantangan berat tingginya laju inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barangbarang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu secara terus-menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di setiap wilayah. Akibatnya, terjadi proses menurunnya nilai mata uang secara kontinyu. Hingga tahun 2013, laju inflasi mengalami fluktuasi. Fluktuatifnya laju inflasi selain disebabkan oleh penyebab-penyebab regional juga dipengaruhi oleh perekonomian nasional antara lain seperti adanya perubahan standar harga terhadap barang atau jasa yang penetapan harganya dilakukan oleh pemerintah, tidak lancarnya distribusi barang, peringatan hari-hari besar keagamaan dan tahun ajaran baru, dimana pada periode-periode tersebut terdapat kenaikan harga barang yang disebabkan oleh keterbatasan jumlah barang yang dibutuhkan masyarakat sehingga sesuai dengan hukum ekonomi maka kenaikan permintaan akan diikuti dengan kenaikan harga barang Fokus Kesejahteraan Sosial Pergeseran kebijakan pembangunan mengakibatkan konsep ukuran keberhasilan pembangunan juga harus disesuaikan dimana untuk mengukur keberhasilan/kinerja pembangunan manusia digunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI) dengan parameter angka melek huruf, usia harapan hidup dan rata-rata lama sekolah. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 19

45 Dengan modal manusia yang berkualitas kinerja ekonomi diyakini akan lebih baik. Pemerintah Kabupaten Soppeng menyadari betul akan pentingnya pembangunan manusia tersebut yang tercermin dari trend peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Trend kenaikan merupakan supported dari peningkatan kinerja indikator angka melek huruf, usia harapan hidup dan ratarata lama sekolah sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.11 Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Soppeng Tahun No. Uraian Tahun *) 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 71,26 71,89 72,23 72,57 73, Angka Melek Huruf 15 thn 85,08 86,67 87,19 86,99 88, Usia Harapan Hidup 71,52 71,63 71,74 71,85 71, Rata-rata lama sekolah 6,98 7,25 7,28 7,29 7,37 Sumber : BPS Kabupaten Soppeng Dari tabel tersebut di atas menggambarkan bahwa IPM Kabupaten Soppeng mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Capaian IPM Kabupaten Soppeng pada tahun 2010 sebesar 71,89 persen mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 72,23 persen serta pada tahun 2012 tetap mengalami peninkatan menjadi 72,57 persen dan pada tahun 2013 tetap mengalami kenaaikan menjadi 73,31 persen. Demikian juga terhadap angka melek huruf dan usia harapan hidup. Dengan perkembangan indikator sosial tersebut, diharapkan target 2015 dapat tercapai dengan asumsi bahwa pemenuhan hak dasar masyarakat merupakan prioritas pemerintah secara berjenjang yang diikuti dengan pengalokasian anggaran khususnya pada urusan pendidikan dan kesehatan melalui beberapa program. Khusus untuk urusan pendidikan, pelaksanaan program pendidikan gratis akan diupayakan sampai ke jenjang SMA/Sederajat. Indikator pembangunan lainnya juga diukur dari angka kemiskinan. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Soppeng yang berorientasi pada upaya menekan angka kemiskinan tercermin dari menurunnya angka kemiskinan. Pengentasan kemiskinan di Kabupaten Soppeng merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan sumberdaya manusia, disamping pembangunan infrastruktur dan pertanian dalam arti luas. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir, pembangunan sarana dan prasarana, dan pendampingan. Berbagai upaya tersebut telah dilakukan namun jumlah penduduk miskin di Kabupaten Soppeng relatif berfluktuasi dari tahun ke tahun. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 20

46 Fokus Seni Budaya dan Olah Raga Fokus seni budaya dan olahraga menggambarkan kondisi daerah terhadap perkembangan pada kebudayaan dan olahraga, dengan menghitung komponen budaya dan olahraga pada variable tertentu. 1. Jumlah grup kesenian adalah jumlah grup kesenian per penduduk. 2. Jumlah gedung kesenian adalah jumlah gedung kesenian per penduduk. 3. Jumlah klub olahraga adalah jumlah klub olahraga per penduduk. 4. Jumlah gedung olahraga adalah jumlah gedung olahraga per penduduk. Pengembangan budaya dalam menunjang potensi pariwisata guna meningkatkan perekonomian dan pelestarian budaya lokal sangat dibutuhkan, atraksi seni budaya dan pentas tari-tarian secara rutin sangatlah diperlukan untuk melestarikan nilai-nilai budaya lokal. Seni dan budaya merupakan salah satu bentuk ekspresi manusia berupa ungkapan nurani terhadap hubungan antar sesama manusia, lingkungan sekitarnya dan hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sehingga kesenian dan kebudayaan merupakan cerminan dari seberapa tinggi peradaban manusia yang dimiliki. Program dan kegiatan dalam urusan Kepemudaan dan Olahraga yang dilaksanakan oleh Dins Pendidikan Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kabupaten Soppeng tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1) Program Peningkatan peran serta kepemudaan, dengan kegiatan - Pendidikan dan pelatihan dasar kepemimpinan; - Lomba Kreasi dan Karya Tulis Ilmiah di Kalangan Pemuda - Peningkatan mutu siswa dibidang seni budaya dan sastra dikalangan pemuda 2) Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda, dengan kegiatan : - Pelatihan Usaha Kelompok Pemuda Kreatif 3) Program Pembinaan dan pemasyarakatan olahraga, dengan kegiatan - Pelaksanaan Identifikasi bakat dan profesi pelajar dalam olahraga - Pembinaan cabang olahraga prestasi di tingkat daerah - Penyelenggaraan kompetisi olahraga 4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 21

47 - Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana olahraga (Pengadaan Karpet Lapangan Bulu Tangkis) - Peningkatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Olahraga (Pembangunan Drainase dan Penataan Sepakbola Calio) Tabel 2.12 Capaian Kinerja Bidang Seni Budaya dan Olahraga Tahun 2014 Kabupaten Soppeng No. Indikator Tingkat Capaian Kinerja 2014 (%) 1 Gelandang/ Balai Remaja (selain 0,004 milik Swasta) 2 Lapangan Olahraga 0,58 3 Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya 4 Saran Penyelenggaraan Seni dan Budaya 5 Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng Aspek Pelayanan Umum 16 Kali 7 Buah 100 Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Soppeng dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Fokus Layanan Urusan Wajib Urusan wajib merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah dan wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Rincian urusan wajib telah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun Adapun capaian kinerja urusan wajib yang telah dilaksanakan pemerintah Kabupaten Soppeng kurun waktu adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Sektor pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menentukan tingkat kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang diharapkan yaitu yang mampu melakukan inovasi, kreasi serta memiliki karakter dan budi pekerti. Kemajuan pelayanan publik dan keberhasilan di bidang pendidikan dapat dilihat dari sejumlah indikator PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 22

48 capaian kinerja, antara lain angka partisipasi murni, angka melek huruf, angka putus sekolah, angka kelulusan, angka melanjutkan, guru yang memiliki kualifikasi S1/D-IV dan sebagainya. Tabel 2.13 Capaian Kinerja Bidang Pendidikan Tahun Kabupaten Soppeng No. Indikator Tingkat Capaian Kinerja 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Pendidikan Anak Usia Dini 51,63 51,42 62,90 92,36 2 Penduduk yang berusia >15 thn 85, ,75 91,91 melek huruf (tidak buta aksara) 3 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A 96,73 95,87 95,19 91,83 SMP/MTs/Paket B 77,91 74,14 67,62 65,78 SMA/SMK/MA/Paket C 62,41 67,09 48,09 49,09 4 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0,23 0,21 0,16 0,18 SMP/MTs 0,73 0,69 0,65 0,70 SMA/SMK/MA 1,43 1,25 0,61 0,85 5 Angka Kelulusan (AL) SD/MI SMP/MTs 99,34 99,68 99,81 99,76 SMA/SMK/MA 97,29 99,91 98,53 99,44 6 Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI ke SMP/MTs 97,23 99,21 97,70 95,98 Dari SMP/MTs ke 96,92 95,20 95,53 99,40 SMA/SMK/MA 7 Guru yang Memiliki Kualifikasi S1/D-IV 72,41 78,35 84,63 86,12 Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Pada tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) rasio kinerjanya meningkat dari 51,42 persen pada tahun 2012 menjadi 62,90 persen pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 mengalami terus peningkatan menjadi 92,36 persen. Data ini menunjukkan bahwa tingkat persentase anak yang menempuh pendidikan di tingkat TK/RA/Penitipan anak hanya setengah dari jumlah anak pada usia 4-6 tahun. Angka melek huruf menunjukkan kemampuan penduduk membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan penduduk untuk menjalankan aktivitas sosial dan PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 23

49 ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. Di Kabupaten Soppeng 91,91 persen penduduk usia 15 tahun keatas sudah bisa membaca dan menulis berdasarkan kriteria kementerian pendidikan yaitu usia sekolah s.d. umur 45 tahun. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Seperti halnya APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah disetiap jenjang pendidikan. Adapun Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Soppeng pada jenjang pendidikan menengah lebih rendah dari APM pada tingkat pendidikan dasar. Hal ini dapat dipahami karena semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin rendah kesempatan atau peluang penduduk untuk dapat menikmati jenjang pendidikan tersebut. Indikator lainnya adalah angka putus sekolah pada semua jenjang pendidikan. Tabel diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin tinggi pula terjadinya putus sekolah. Selanjutnya capaian bidang pendidikan dengan indikator angka kelulusan menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan pada tahun pada semua jenjang pendidikan. Guru sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan pendidikan pada semua tingkat pendidikan sangat penting diperhatikan oleh pemerintah daerah. Tabel diatas menunjukkan capaian kinerja guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV cukup baik dengan capaian 86,12 persen. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Standar pelayanan Minimal yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.15 Th.2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Kabupaten /Kota, sedangkan untuk Pemuda dan Olah Raga sampai saat ini belum kami terima SPM dari Menpora ( Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia ). Sehingga SPM yang menjadi acuan dalam pencapaian Indikator Kinerja masih mengacu pada SPM yang telah disebutkan di atas, dan untuk SPM Dinas Dikmudora hanya SPM SD dan SMP, sehingga masih mengacu pada SPM hanya yang sebagian terpenuhi SPM Pendidikan Dasar, begitupun juga masih mengacu antara lain : Adapun Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 24

50 No. Jenis Pelayanan Dasar Indikator SPM Kondisi Capaian SPM Level Capaian Pelayanan Pendidikan Dasar Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang oleh Kab/Kota terjangkau dengan berjalan kaki yaitu I 1 maksimal 3 km untuk SD dan 6 km untuk dari SD 100% kelompok permukiman permanen di daerah terpencil; SMP 100% Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis; Di setiap SMP tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik; Di setiap SD dan SMP tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru; Di setiap SD tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan Di setiap SMP tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; Di setiap SD tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masingmasing sebanyak 40% dan 20% Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia,Bahasa Inggris dan PKn SD 100% SMP 100% SMP 90% SD 35% SMP 97% SD 35% SMP 81% SD 99% SMP 90% SMP 81% PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 25

51 10 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik Di setiap kab/kota semua kepala SMP 11 berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; Di setiap kab/kota semua pengawas sekolah/ madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 12 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat Pendidik Pemerintah kab/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu 13 satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; 14 Pelayanan Pendidikan Dasar oleh Satuan Pendidikan 15 Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan; Setiap SD menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik SD 99% 100% SMP SD 100% SD 100% SMP 100% SD 100% 100% SD 85% Setiap SMP menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik Setiap SD menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA; SMP 81% SD 64% Setiap SD memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi,dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi; Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan; SD 82% SD 100% 20 Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran sebagai berikut : SD 100% Kelas I - II : 18 jam per minggu Kelas IV VI : 27 jam per minggu Kelas VII IX : 27 jam per minggu SMP 100% PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 26

52 Setiap satuan pendidikan menerapkan kurikulum sesuai ketentuan yang berlaku Setiap guru yang menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil presentasi belajar peserta didik SD 100% SMP 100% SD 100% SMP 100% SD 100% SMP 100% SD 100% SMP 100% SD 100% SMP 94% Kepala Sekolah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaiakan Kelas (UKK) serta Ujian Akhire (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip- prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). SD 100% SMP 97% SD 100% SMP 100% 2. Kesehatan Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembangunan karena berkaitan dengan sumber daya manusia sebagai salah satu modal pembangunan. Jaminan kesehatan yang semakin baik akan menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan kreatifitas. Di bidang kesehatan, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang semakin memadai menunjukkan korelasi positif dengan jangkauan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat. Kondisi capaian kinerja bidang kesehatan di Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada tabel berikut: PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 27

53 Tabel 2.14 Capaian Kinerja Bidang Kesehatan Kabupaten Soppeng Tahun No Indikator Tingkat Capaian Kinerja 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Cakupan komplikasi kebidanan ,99 80,06 yang ditangani 2 Cakupan pertolongan persalinan 91,69 94,81 89,40 94,96 oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 3 Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 4 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Cakupan penemuan dan 54,15 54,24 47,77 46,25 penanganan penderita penyakit TBC BTA 6 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD 7 Cakupan pelayanan kesehatan ,51 79,19 rujukan pasien masyarakat miskin 8 Cakupan kunjungan bayi 85,41 103,29 104,14 103,84 Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Dari keseluruhan indikator kinerja bidang kesehatan dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan secara menyeluruh di Kabupaten Soppeng sudah cukup baik. Capaian kinerja ini tentu tidak lepas dari SDM dan sarana prasarana kesehatan yang ada. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Tingkat pencapaian standar pelayanan minimal bidang kesehatan tahun 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 741/MENKES/PER/VII/2008, adalah sebagai berikut : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 28

54 No Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Indikator Target (persen) Capaian persen I Pelayanan Kesehatan Dasar Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi yang ditangani Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan pelayanan Ibu Nifas Cakupan Neonatal dengan komplikasi yang ditangani 80 48,26 6. Cakupan kunjungan bayi Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Cakupan pelayanan anak balita Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat Cakupan peserta KB aktif Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun b. Penemuan Penderita Pneumonia balita ditangani ,88 c. Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif d. Penderita DBD yang ditangani PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 29

55 e. Penemuan Penderita diare II 14. Pelayanan Kesehatan Rujukan Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin ,51 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100 2,50 Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota III IV Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB 17. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 18. Cakupan desa siaga aktif No 3. Lingkungan Hidup Pembangunan lingkungan hidup merupakan perpaduan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan dengan pembangunan ekonomi. Pengelolaan lingkungan hidup yang bijak secara subtantif akan mengurangi degradasi lingkungan hidup sekaligus merecovery sumber daya lingkungan yang hilang. Implikasi yang diharapkan dari kebijakan pembangunan lingkungan hidup di Kabupaten Soppeng adalah lingkungan yang sehat yang dapat menciptakan harmoni dan kesejahteraan bagi masyarakat. Berikut tabel capaian kinerja Bidang Lingkungan Hidup Kab. Soppeng Tahun : Indikator Tabel 2.15 Capaian Kinerja Lingkungan Hidup Kabupaten Soppeng Tahun Tingkat Capaian Kinerja 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Penanganan Sampah 11,08 36,98 20,15 20,53 2 Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal 3 Tempat Pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk ,69 2,70 2,72 2,84 4 Penegakan hukum lingkungan Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 30

56 Kinerja pembangunan bidang Lingkungan Hidup menunjukkan kinerja yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari pencapaian kinerja yang rata-rata cukup baik, terutama pada penanganan sampah dan penegakkan hukum terkait dengan persoalan amdal. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Realisasi Pencapaian SPM sampai pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah sebagai berikut : a. Penanganan Sampah Pencapaian penanganan sampah pada tahun 2013, yaitu 20,15 persen dari jumlah volume sampah yang ditangani pertahun sebanyak M3 sedangkan volume produksi/timbulan sampah di Kabupaten Soppeng sebanyak M3 per tahun b. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk Pencapaian Tempat Pembuangan Sampah per satuan penduduk pada tahun 2013, yaitu sebanyak 2,72 M3. Dari jumlah penduduk Kabupaten Soppeng Tahun 2013 sebanyak jiwa terdapat jumlah daya tampung Tempat Pembuangan Sampah 707,80 M3 4. Pekerjaan Umum Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya pemerintah dalam penyedian barang dan jasa (goods n service). Salah satu istrumen penting dalam pembangunan yang wajib disediakan oleh pemerintah dalah ketersedian infrastruktur dasar. Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar (basic need) masyarakat yang harus terpenuhi untuk menompang aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat. Dalam konteks itu, Pemerintah Kabupaten Soppeng berkomitmen kuat untuk penyedian infrastruktur bagi masyarakat. Wujud komitmen itu dapat dilihat pada RPJMD Kab. Soppeng Tahun dimana infrastruktur merupakan strong point pembangunan kabupaten. Capaian indikator kinerja kunci penyelenggaraan urusan wajib di bidang pekerjaan sebagaimana terlihat pada tabel berikut : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 31

57 No. PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Tabel 2.16 Capaian Kinerja Pekerjaan Umum Kabupaten Soppeng Tahun Indikator 1 Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik 2 Luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik 2011 (%) Tingkat Capaian Kinerja 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 49,18 49,51 51,90 36,04 12,14 19,63 38,88 65,00 3 Rumah tangga per sanitasi 86,66 86,14 89,59 90,85 4 Kawasan kumuh 0,05 0,05 0,01 0,01 Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Data tersebut menunjukkan panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2013 mencapai 51,90 persen menjadi 36,04 pada tahun Demikian pula halnya dengan indikator luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik dari 38,88 persen pada tahun 2013 menjadi 65,00 persen pada tahun Walaupun telah terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya, namun peningkatan belum terlalu signifikan. Beberapa variable mempengaruhi kondisin tersebut sepeti bencana alam dan pendanaan yang masih sangat terbatas. Namun demikian keterbatasan tersebut berupaya dielimir melalui sinergi pemerintah kabupaten dengan pemerintah provinsi, pemerintah, dan pelibatan masyarakat/swasta. 5. Tata Ruang Capaian indikator kinerja kunci penyelenggaraan urusan wajib di bidang penataan ruang merupakan cerminan dari komitmen pemerintah daerah terhadap penyediaan ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah per HPL/HGB dimana capaian kinerja ruang terbuka hijau Tahun 2013 adalah 40,09 persen. Dari HPL/HGB seluas Ha, ruang terbuka hijau yang ada seluas Ha sedangkan pada tahun 2014 capaian kinerja ruang terbuka hijau persatuan luas wilayah per HPL/HGB sebesar 40,82 persen. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 32

58 6. Perencanaan Pembangunan PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Capaian indikator penyelenggaraan urusan wajib di bidang perencanaan pembangunan daerah relatif cukup baik. Tiga dokumen utama perencanaan pembangunan daerah, yaitu RPJPD, RPJMD telah ditetapkan dengan peraturan daerah dan RKPD telah ditetapkan dengan peraturan bupati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: No Tabel 2.17 Capaian Kinerja Perencanaan Pembangunan Tahun Kabupaten Soppeng Indikator Tingkat Capaian Kinerja Dokumen RPJPD telah Ada Ada Ada Ada ditetapkan dengan perda 2 Dokumen RPJMD telah ditetapkan dengan perda Ada Ada Ada Ada 3 Dokumen RKPD telah ada Ada Ada Ada ditetapkan dengan perbup 4 Penjabaran program 100 % 100 % 100 % 102,33 % RPJMD ke dalam RKPD Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng Perumahan Capaian indikator kenerja kunci penyelenggaraan urusan wajib di bidang perumahan dengan indikator rumah tangga pengguna air bersih pada tahun 2013 adalah 82,66 persen menurun pada tahun 2014 sekitar 81,83 persen. Sedangkan capaian kinerja lingkungan pemukiman kumuh pada tahun 2014 adalah 0,00063 persen dimana dari km² luas wilayah, terdapat 0,00949 km² luas lingkungan permukiman kumuh. Untuk rumah layak huni telah mencapai kinerja 81,23 persen dimana dari jumlah rumah yang ada di Kabupaten Soppeng rumah, yang sudah memenuhi kriteria layak huni sebanyak rumah. 8. Kepemudaan dan Olahraga Capaian indikator kinerja kunci penyelenggaraan urusan wajib di bidang kepemudaan dan olahraga dengan indikator gelanggang/balai remaja (selain milik swasta) dan lapangan olahraga dengan masing-masing capaian kinerja seperti terlihat pada tabel di bawah ini: PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 33

59 Tabel 2.18 Capaian Kinerja Kepemudaan dan Olahraga Tahun Kabupaten Soppeng No. Indikator 1 Gelanggang/Balai Remaja Tingkat Capaian Kinerja 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 0,004 0,004 0,004 0,004 2 Lapangan Olahraga 0,66 0,58 0,56 0,58 Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng Penanaman Modal Capaian kinerja pada bidang penanaman modal dari tahun 2011 sampai tahun 2014 menunjukkan kinerja sangat kurang. Hal ini dilihat dari tingkat capaian hingga tahun 2014 adalah9,20 persen dari yang ditargetkan. 10. Koperasi dan UKM Capaian indikator kinerja kunci penyelenggaraan urusan wajib di bidang koperasi dan UKM dengan indikator koperasi aktif dan usaha mikro dan kecil dengan masing-masing capaian kinerja, untuk koperasi aktif pada tahun tahun 2011 sebesar 96,35 persen dan pada tahun 2012 meningkat sebesar 96,37 persen serta pada tahun 2013 sebesar 96,45 persen dan pada tahun 2014 sebesar 96,95 persen. Sedangkan usaha mikro dan kecil capaian kinerja pada tahun 2012 sebesar 98,50 persen dan tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 98,86 serta pada tahun 2014 menjadi 98,86 persen. 11. Kependudukan dan Catatan Sipil Permasalahan kependudukan dan pencatatan sipil kalau tidak diatasi secara maksimal akan berimplikasi luar biasa bagi kehidupan manusia itu sendiri, baik bagi kehidupan sosial ekonomi, politik, dan kebudayaan. Secara umum penanganan atau intervensi kebijakan kependudukan dan pencatatan sipil mengalami kendali akibat kurang memadainya system pencatatan kependudukan. Untuk itu, penanganan kependudukan harus dimulai dari pencatatan kependudukan itu sendiri sebagai base data dalam melakukan intervensi kebijakan yang dimaksud. Pemerintah Kabupaten Soppeng telah menetapkan target kinerja bidang kependudukan dan catatan sipil sebagai mainstream dari perbaikan pengelolaan kependuduakn. Berikut capaian kinerja bidang kependudukan dan catatan sipil : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 34

60 Tabel 2.19 Capaian Kinerja Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Soppeng Tahun No. Indikator Capaian Kinerja Kepemilikan KTP 81,11 16,62 79,63 86,90 2 Kepemilikan akta ,17 33,45 38,82 kelahiran per 1000 penduduk 3 Penerapan KTP nasional berbasis NIK Sudah Sudah Sudah Sudah Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa capaian kinerja kunci penyelenggaraan urusan wajib di bidang kependudukan dan catatan sipil merupakan cerminan dari komitmen pemerintah daerah terhadap pelaksanaan kebijakan di bidang kependudukan dan catatan sipil. 12. Ketenagakerjaan Permasalahan ketenagakerjaan merupakan persoalan yang harus diselasikan disemua tingkatan pemerintahan. Keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan dapat diukur melalui Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang dapat memberi gambaran penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Selain itu, dapat pula dilihat dari data Pencari Kerja Yang Ditempatkan yaitu pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan adalah persentasi jumlah pencari kerja yang mendaftarkan dan tercatat pada dinas kabupaten/kota yang menangani bidang ketenagakerjaan dan jumlah pencari kerja yang diterima bekerja oleh pemberi kerja dalam hal ini perusahaan yang mendaftarkan lowongan pekerjaannya pada dinas kabupaten/kota. Berikut tabel Capaian Kinerja Bidang Ketenagakerjaan Tahun sbb : No Tabel 2.20 Capaian Kinerja Bidang Ketenagakerjaan Kabupaten Soppeng Tahun Capaian Kinerja Indikator 1 Tingkat partisipasi angkatan kerja (Pelayanan Kepersertaan Jaminan Sosial bagi Pekerja/ buruh) 2 Pencari kerja yang ditempatkan Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 50,08 28,18 31,62 36,67 59,14 33,52 3,03 10,33 PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 35

61 Dari tabel 2.20 terlihat bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja di tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun Sedangkan capaian kinerja pencari kerja yang ditempatkan 3,03 persen di tahun 2013 dan pada tahun 2014 meningkat 10,33 persen. 13. Ketahanan Pangan Capaian kinerja ketahanan pangan terkait dengan ketersediaan pangan utama menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan pangan utama di Kabupaten Soppeng cukup baik dengan cakupan 166,242 persen di tahun Ketersediaan pangan utama dihitung berdasarkan rasio rata-rata jumlah ketersediaan pangan utama pertahun per jumlah penduduk. Capaian kinerja ini tentunya tidak lepas dari peranan pemerintah yang telah menetapkan regulasi ketahanan pangan dalam empat tahun terakhir. 14. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Besaran jumlah penduduk perempuan merupan asset bangsa yang mendapatkan perhatian lebih oleh pemerintah. Pada dasarnya pembangunan perempuan akan berimplikasi pada kemajuan bangspembangunan pemberdayaan perempuan sangat terkait dengan peningkatan kualitas generasi penerus bangsa, karena perempuan adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya dalam keluarga, yang melalui kerjasama dengan suami sebagai mitra sejajar, mempunyai tugas dan peranan penting dalam mewujudkan tumbuhkembang anak yang berkualitas serta menanamkan nilai-nilai keadilan dan kesetreraan gender sejak anak berusia dini. Selain itu perlindungan anak harus seiring dengan pemberdayaan perempuan, mengingat anak sebagai generasi penerus bangsa merupakan investasi masa depan bagi orang tua, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam rangka mewujudkan anak sebagai generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, bertaqwa dan terlindungi, maka pembangunan nasional harus memegang prinsip-prinsip pemenuhan hak-hak anak. Prinsip-prinsip tersebut meliput non-diskriminasi, mempertimbangkan kepentingan terbaik anak, perlindungan dan menghargai partisipasi anak. Sejatinya, isu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan isu internasional sebagaimana komitmen yang juga disepakati oleh Indonesia pada tahun 2000 adalah 8 sasaran pembangunan millennium (Millenium Development Goals) yang harus dicapai pada tahun 2015, dan salah satu tujuannya adalah peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 36

62 Berikut Capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Soppeng Tahun : Tabel 2.21 Capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Soppeng Tahun No Indikator Capaian Kinerja 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Partisipasi perempuan di lembaga pemerintah 14,50 9,89 9,57 12,55 2 Angka melek huruf perempuan usia 15 tahun keatas Partisipasi angkatan kerja 82,94 94,92 88,95 75,61 perempuan Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Secara kuantitatif tingkat partisipasi perempuan di Kabupaten Soppeng cukup baik, hal ini dapat dilihat dari angka melek huruf perempuan dan 100 persen pada tahun 2014 dan angka partisipasi angkatan kerja perempuan yang mengalami peningkatan dari 82,94 persen tahun 2011 menjadi 94,92 persen tahun 2012 dan pada tahun 2013 menjadi 88,95 persen serta pada tahun 2014 sebesar 75,61 persen. Perlu menjadi perhatian adalah angka partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan masih dibawah standar nasional yaitu keterwakilan perempuan minimal 30 persen disemua level pemerintahan, dimana angka partisipasi perempuan di lembaga pemerintah baru mencapai 12,55 persen pada tahun No. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI No.01 Tahun 2010 tanggal 28 Januari Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Indikator Nilai Target Tahun 2014 Pencapaian Tahun A. Penanganan 1. Cakupan perempuan dan 100% 100% 100% Pengaduan/Laporan anak korban kekerasan Korban Kekerasan yang mendapatkan terhadap penanganan pengaduan Perempuan dan oleh petugas terlatih dalam Anak unit pelayanan terpadu B. Penegakan dan. Cakupan perempuan dan 50% 100% 100% bantuan hukum bagi anak korban kekerasan perempuan dan yang mendapat Layanan anak korban bantuan hukum PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 37

63 15. Keluarga Berencana (KB) dan Keluarga sejahtera (KS) KB adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Tujuan KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Sejalan dengan pemikiran tersebut, Pemerintah Kabupaten Soppeng berkomitmen untuk pencapaian kinerja di Bidang KB dan KS sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini : No. Tabel 2.22 Capaian Kinerja Bidang Keluarga Berencana (KB) dan Keluarga Sejahtera (KS) Kabupaten Soppeng Tahun Indikator Capaian Kinerja 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Prevalensi peserta KB aktif 76,98 76,70 72,23 2 Rasio petugas lapangan KB/ Penyuluh KB di setiap 1,944 2,19 desa/kelurahan Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Dari tabel diatas terlihat bahwa capaian kinerja pada bidang KB dan KS dengan indikator prevalensi peserta KB aktif mengalami penurunan dari 76,70 persen di tahun 2013 menjadi 72,23 persen di tahun 2014 Hal ini menggambarkan bahwa Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengikuti Program KB mengalami penurunan setiap tahunnya. Rasio petugas lapangan KB atau penyuluh KB di setiap desa kelurahan sebesar 2,19 persen. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera tahun 2018 sebagai berikut : Jenis pelayanan dasar yang dilaksanakan adalah : No. Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal Tahun 2014 Dasar Indikator Nilai (persen) Target Pencapaian A. Komunikasi, 1. Cakupan Pasangan Usia 100 3,50% 3,65% Informasi dan Subur (PUS) yang Edukasi Keluarga isterinya dibawah usia 20 Berencana dan tahun Keluarga 2. Cakupan sasaran PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 38

64 Sejahtera KB dan KS) Penyediaan dan Kontrasepsi Penyediaan Informasi Mikro (KIE Alat Obat Data Pasangan Usia Subur menjadi peserta KB Aktif 3. Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur yang ingin ber-kb tidak terpenuhi (Unmet Need) 4. Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-kb 5. Cakupan anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) ber- KB 6. Ratio Petugas Lapangan Keluarga Berencana/Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB/PKB) 1 petugas di setiap 2 (dua) Desa/Kelurahan 7. Ratio Pembantu Pembina Keluarga Berencana (PPKBD) 1 (satu) petugas disetiap Desa/Keluarahan 8. Cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat 30 persen setiap tahun 9. Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga Desa/Kelurahan 100persen setiap tahun disetiap ,00% 7,00% 79,00% 92,00% 100% 100% 72,33% 16,82% 66,74% 85,75% 54,00% 100% % 100% % 100% 16. Perhubungan Capaian kinerja pada bidang perhubungan diukur dari rasio jumlah angkutan darat. Dan dari data tahun 2014 yang ada, jumlah angkutan darat dengan jumlah penumpang belum seimbang dengan perbandingan dari seluruh jumlah penumpang angkutan darat 43,267 orang, hanya tersedia angkutan darat. 17. Komunikasi dan Informatika Capaian kinerja pada bidang komunikasi dan informatika yang diukur dari ada tidaknya web-site milik pemerintah daerah dan keikutsertaan pada pameran/expo menunjukkan bahwa kinerja pada bidang ini cukup baik yang ditunjukkan dari tersedianya web-site milik pemerintah daerah yang dapat diakses oleh masyarakat umum untuk mendapatkan informasi/data yang terkait dengan pelaksanaan pemerintahan. Sementara itu untuk keikutsertaan pemerintah daerah pada pameran/expo dengan rata-rata PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 39

65 keikutsertaan hanya 4 (empat) kali dalam setahun, sehingga untuk tahun mendatang perlu ditingkatkan. 18. Pertanahan Pertanahan merupakan persoalaan esensial bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. Pertanahan berdimensii aspek terkait politik, hukum, sosial dan budaya. Dari dimensi yang beragam, sangat penting artinya pembangunan pertanahan menjadi prioritas yang harus ditangani dan diselasaikan. Berikut tabel capaian kinerja bidang pertanahan Kab. Soppeng Tahun : No Indikator Tabel 2.23 Capaian Kinerja Bidang Pertanahan Kabupaten Soppeng Tahun Capaian Kinerja 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Luas lahan bersertifikat 95,85 74,57 67,66 70,18 2 Penyelesaian kasus tanah negara Penyelesaian izin lokasi Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng Tahun 2014 Tabel diatas menunjukkan bahwa capaian kinerja bidang pertanahan menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan indikator luas lahan berserfitikat pada tahun 2011 mencapai 95,85 persen dan pada tahun 2012 mengalami penurunan 74,57 persen begitupun pada kondisi pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 67,66 persen tetapi pada tahun 2014 mengalmi peningkatan menjadi 70,18 persen. Sementara untuk penyelesaian kasus tanah negara dan penyelesaian izin lokasi telah menunjukkan kinerja yang sangat baik dengan capaian sebesar 100 persen. 19. Kesatuan Bangsa dan Politik Bidang urusan kesatuan bangsa dan politik menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian kegiatan dalam IKK pada tahun 2014 yaitu pembinaan politik daerah 2 kegiatan dan pembinaan terhadap LSM, ormas dan OKP masing-masing melaksanakan 2 kegiatan sesuai yang ditargetkan. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 40

66 20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Capaian kinerja pada urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian yang diukur dari ada tidaknya sistem informasi manajemen pemda menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan adanya 3 (tiga) buah sistem informasi manajemen daerah yaitu: (1) Sistem informasi akuntansi keuangan daerah; dan (2) Sistem informasi kependudukan dan (3) Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian. Sedangkan indikator indeks kepuasan layanan masyarakat sebaliknya menunjukkan kinerja yang belum optimal karena selama 4 tahun terakhir ( ) tidak dilakukan pengukuran indeks kepuasan masyarakat. Oleh karena itu untuk tahun-tahun berikutnya perlu diintensifkan pengukuran indeks kepuasan layanan masyarakat untuk mengetahui sejauhmana respon masyarakat terhadap pelayanan birokrasi. 21. Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa No Pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa merupakan urusan wajib yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Adapun capaian kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa hingga tahun 2014 sebagai berikut : Tabel 2.24 Capaian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Soppeng Tahun Indikator Capaian Kinerja 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 PKK Aktif Posyandu Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Tabel di atas menunjukkan bahwa capaian kinerja pada bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa yang diukur dari PKK aktif dan pelayanan posyandu menunjukkan kinerja yang sangat baik. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam pemberdayaan masyarakat. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 41

67 No 22. Sosial PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Pembangunan sosial sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling melengkapi proses pembangunan ekonomi. Pembangunan Sosial sebagai pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial. Secara kontekstual pembangunan sosial lebih berorientasi pada prinsip keadilan sosial ketimbang pertumbuhan ekonomi.sejalan dengan pemikiran tersebut, fokus pembangunan sosial pada pencapaian kinerja indikator bidang sosial dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.25 Capaian Kinerja Bidang Sosial Kabupaten Soppeng Tahun Capaian Kinerja Indikator Ketersediaan sarana sosial 6 buah 6 buah 6 buah 6 buah 2 Penanganan penyandang 3 masalah kesejahteraan sosial PMKS yang memperoleh bantuan sosial Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng ,22 % 2,88% 3,06% 7,01% 0,22 % 11,05 % 10,08 % 2,92 % Tabel diatas menunjukkan capaian kinerja pada urusan sosial yang diukur dari ketersediaan sarana sosial seperti panti asuhan menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan ketersediaan 6 buah panti asuhan. Demikian pula penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial dan PMKS yang memperoleh bantuan sosial yang menunjukkan kinerja yang cukup baik yaitu pada tahun 2014 sebesar 2,92 persen. 23. Budaya Pembangunan budaya sebagai suatu proses terencana yang dirancang untuk pelestarian nilai-nilai budaya yang berlaku di tengah masyarakat. Pembangunan budayal sebagai pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan pemahaman masayarakat akan budaya sebagai kearifan local yang menjadi sumberdaya pembangunan. Sejalan dengan pemikiran tersebut, fokus pembangunan budaya lebih ditekankan pada pelestarian budaya dan pembangunan sarana PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 42

68 No aktualisasi kebudayaan. budaya dapat dilihat pada tabel berikut : PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Adapun pencapaian kinerja indikator bidang Tabel 2.26 Capaian Kinerja Bidang Budaya Tahun Kabupaten Soppeng Indikator 1 Penyelenggaraan festival seni dan budaya 2 Sarana penyelenggaraan seni dan budaya 3 Benda, situs, dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Capaian Kinerja kali 14 kali 14 kali 16 kali 5 buah 7 buah 7 buah 7 buah 100 % 100 % 100 % 100 % Tabel diatas menunjukkan capaian kinerja bidang budaya yang diukur dari ada tidaknya penyelenggaraan festival seni budaya menurun dan tersedianya sarana penyelenggaraan seni dan budaya menunjukkan kinerja yang cukup baik, demikian pula rasio benda, situs, dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan dengan angka 100 persen dalam tiga tahun terakhir menunjukkan kinerja yang sangat baik. 24. Statistik Keberhasian pembangunan sangat dapat diukur dari indikatorindikator yang menjadi acauan secara universal. Indicator-indikator tersebut dapat diterjemahkan ke dalam angka-angka statistik. Menjadi penting artinya ketersedian data statistic sebagai instrument utama dalam penyusunan perencanaan dan evaluasi keberhasilan pembangunan. Sejalan dengan pemikiran tersebut, fokus pembangunan statistic lebih ditekankan pada ketersedian data. indikator bidang budaya dapat dilihat pada tabel berikut : No Adapun pencapaian kinerja Tabel 2.27 Capaian Kinerja Bidang Statistik Tahun Kabupaten Soppeng Capaian Kinerja Indikator Buku Kabupaten Dalam Angka Ada Ada Ada 2 Buku PDRB Kabupaten Ada Ada Ada Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng Dari tabel tersebut diatas menunjukkan capaian pada bidang urusan statistik yang diukur dari ada tidaknya buku Kabupaten Dalam Angka dan buku PDRB Kabupaten, menunjukkan kinerja yang cukup baik, karena PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 43

69 selama tiga tahun terakhir kedua buku tersebut senantiasa tersedia setiap tahun. 25. Kearsipan Fokus pembangunan kearsipan lebih ditekankan pada pengelolaan arsip secara baku dan pengembangan SDM tenaga kearsipan yang pada pada prinnya masih perlu ditingkatkan. Adapun pencapaian kinerja indikator bidang kearsipan dapat dilihat pada tabel berikut : No. Tabel 2.28 Capaian Kinerja Bidang Kearsipan Kabupaten Soppeng Tahun Indikator Capaian Kinerja Penerapan pengelolaan 2,78% 100% 100% 100% arsip secara baku 2 Kegiatan peningkatan SDM pengelola kearsipan 1 keg. 1 keg. 1 keg. 2 keg. Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng Tahun 2014 Capaian kinerja pada bidang kearsipan menunjukkan kinerja yang sudah sangat baik, hal ini dilihat dari diterapkannya pengelolaan arsip secara baku dan adanya kegiatan peningkatan SDM selama tahun 2014 di Kabupaten Soppeng. 26. Perpustakaan Capaian kinerja pada tahun 2014 pada urusan perpustakaan diukur dari rasio koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah dan jumlah pengunjung perpustakaan. Capaian kinerja koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah adalah 0,27 persen, sedangkan capaian kinerja pengunjung perpustakaan adalah 0,02 persen. Jumlah orang dalam populasi yang harus dilayani 156,861 orang, sedangkan kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun orang Fokus Layanan Urusan Pilihan Analisis kinerja atas layanan urusan pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan pilihan pemerintah daerah kabupaten, yaitu bidang urusan pertanian; perikanan; kehutanan; energi dan sumber daya mineral, pariwisata, perindustrian, perdagangan dan transmigrasi. Gambaran umum mengenai penyelenggaraan berbagai pelayanan pilihan dimaksud diuraikan berdasarkan indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan sebagai berikut : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 44

70 1. Pertanian No. PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Pembangunan pertanian merupakan urusan pilihan yang menajdi prioritas pembangunan bagi Pemerintah Kabupaten Soppeng mengingat sektor Pertanian merupakan kontibutor utama pada PDRB Kabupaten. Pembangunan pertanian difokuskan pada peningktan produksi pertanian dalam menopang ketahanan pangan dan menjaga momentum surplus beras yang menjadi target provinsi. Sekaitan dengan fokus tersebut, capaian kinerja Bidang Pertanian tahun sebagai berikut : Tabel 2.29 Capaian Kinerja Bidang Pertanian Kabupaten Soppeng Tahun Indikator Capaian Kinerja 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar 6,09 5,89 5,73 5,72 2 Kontribusi sektor pertanian terhadap 42,46 41,25 39,45 38,26 PDRB Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Tabel diatas menunjukkan capaian kinerja penyelenggaraan urusan pilihan di bidang pertanian dengan indikator produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar mengalami penurunan dari 5,89 persen pada tahun 2012 menjadi 5,73 persen pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 sebesar 5,72 persen. Capaian ini ternyata tidak berimplikasi terhadap capaian kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB dimana pada tahun 2011 sebesar 42,46 persen serta pada tahun 2012 juga mengalami penurunan menjadi 41,25 dan pada tahun berikutnya tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 39,45 persen begitupun pada tahun 2014 terus mengalami penurunan menjadi 38,26. Olehnya itu di tahun-tahun berikutnya kedua indikator ini perlu lebih ditingkatkan. 2. Perikanan Pembangunan perikanan merupakan urusan pilihan yang menajdi prioritas pembangunan bagi Pemerintah Kabupaten Soppeng mengingat sumberdaya air yang melimpah baik berupa air dalam, air permukaan, sungai, dan danau. Potensi ini dijadikan sebagai penopang pembangunan perikanan. Sekaitan dengan fokus tersebut, capaian kinerja Bidang Perikanan tahun sebagai berikut : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 45

71 No. PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Tabel 2.30 Capaian Kinerja Bidang Perikanan Tahun Kabupaten Soppeng Indikator Capaian Kinerja 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Produksi perikanan 113,20 86,23 80,13 87,60 2 Konsumsi ikan 100,70 99,22 102,50 90,50 Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng Tahun 2014 Capaian indikator kinerja kunci penyelenggaraan urusan pilihan di bidang perikanan diukur dengan menggunakan indikator produksi perikanan yang menunjukkan kinerja yang cukup memuaskan, hal ini dapat kita lihat dari capaian kinerja sebesar 87,60 persen pada tahun Demikian pula capaian kinerja untuk konsumsi ikan menurun dari tahun 2011 sebesar 100,70 persen menjadi 99,22 persen pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 menjadi 92 persen dan pada tahun 2014 terus mengalami penurunan sebesar 90,50 persen. 3. Kehutanan Pembangunan kehutanan lebih difokuskan pada rehabilitasi hutan dan lahan kritis dan eliminasi kerusakan kawasan hutan. kinerja bidang kehutanan dapat dilihat pada tabel berikut ini : No Tabel 2.31 Capaian Kinerja Bidang Kehutanan Tahun Kabupaten Soppeng Indikator Capaian Kinerja Adapun capaian 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 6,17 3,70 4,77 4,32 2 Kerusakan kawasan hutan 7,90 7,90 1,21 1,14 Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng 2014 Tabel tersebut menunjukkan capaian kinerja penyelenggaraan urusan pilihan di bidang kehutanan dengan indikator rasio rehabilitasi hutan dan lahan kritis terjadi penurunan persentase demikian pula kerusakan kawasan hutan yang tidak mengalami perubahan. 4. Energi dan sumber daya mineral, pariwisata, perindustrian, perdagangan dan transmigrasi Pembangunan energy dan sumberdaya mineral lebih difokuskan pada perizinan pertambangan khususnya tambang galian golongan-c dan peningkatan kontribusi sector pertambangan pada PRDRB. Fokus pembangunan pariwisata dititikberatkan pada peningkatan kunjungan pada PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 46

72 destinasi pariwisata dan kontribusi pariwisata pada PDRB. Fokus pembangunan industry pada peningkatan kontribusi industry pada PDRB dan pertumbuhan industry. Untuk bidang perdagangan difokuskan pada peningkatan kontribusi perdagangan pada PDRB dan ekspor bersih perdagangan. Sedangkan fokus pembangunan bidang transmigrasi difokuskan pada peningkatan transmigrasi swakarsa. Adapun capaian kinerja masing-masing bidang, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.32 Capaian Kinerja Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Pariwisata, Perindustrian, Perdagangan dan Transmigrasi Kabupaten Soppeng Tahun No Urusan Indikator Kinerja 1 Energi dan Pertambangan tanpa ijin SDM Kontribusi sektor pertambangan trhdp PDRB 2 Pariwisata Kunjungan wisata Kontribusi sektor pariwisata trhdp PDRB 3 Industri Kontribusi sektor industri trhdp PDRB Pertumbuhan industri 4 Perdagangan Kontribusi sektor perdagangan trhdp PDRB Ekspor bersih perdagangan Capaian Kinerja ,71 % 0,25 % orang 1,71 % 6,26 % 0,59 % 11,52 % 88,33 % 0,53% orang 2,40 % 6,32 % 0,36 % 12,14 % 88,33 % 0,46% orang 2,09 % 6,227 % 0,52% 13,38 % 26,72 % 0,51% orang 2,45 % 6,24 % 0,22% 14,14 % - Rp Rp Rp Transmigrasi Transmigrasi swakarsa 89,11 % 81,85 % 81,85 % 81,85 % Sumber : LPPD Kabupaten Soppeng Tahun 2014 Capaian indikator kinerja bidang ESDM dengan indikator pertambangan tanpa ijin mengalami peningkatan dari 69,71 persen pada tahun 2011 menjadi 26,72 persen pada tahun Demikian pula kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB relatif kecil dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Capaian indikator kinerja bidang pariwisata dengan indikator kunjungan wisata dan kontribusinya terhadap PDRB menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam menggalakkan pariwisata. Meskipun demikian untuk tahun-tahun berikutnya perlu diupayakan peningkatan yang lebih baik lagi. Sementara pencapaian kinerja bidang perindustrian dengan indikator pertumbuhan industri mengalami penurunan drastis, yaitu dari 0,59 persen pada tahun 2011 turun menjadi 0,36 persen pada tahun 2012 dan pada PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 47

73 tahun 2013 mengalami peningkatan 0,52 dan pada tahun 2014 masih mengalami penurunan menjadi 0,22 persen. Capaian kinerja bidang urusan perdagangan pada indikator nilai ekspor bersih perdagangan senilai Rp sedangkan kontribusinya terhadap PDRB mengalami peningkatan dari 11,52 persen pada tahun 2011 menjadi 12,14 persen tahun 2012 begitupun pada tahun 2013 terus mengalami peningkatan sebesar 13,38 persen serta pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 14,14 persen. Capaian kinerja bidang urusan pilihan transmigrasi yang menggunakan rasio transmigrasi swakarsa mengalami penurunan capaian kinerja yaitu pada tahun 2014 sebesar 81,85 persen Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Salah satu indikasi yang dapat menggambarkan kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat dari pola konsumsi masyarakatnya. Semakin maju daerah tersebut maka pola konsumsinya akan bergeser ke pengeluaran non makanan. Tingkat kesejahteraan penduduk dapat pula dilihat dari pola konsumsinya dan pengeluaran perkapita. Secara umum, pengeluaran rumah tangga di bagi ke dalam dua kategori yaitu pengeluaran untuk konsumsi makanan dan non-makanan. Apabila proporsi konsumsi makanan jauh lebih besar dibanding proporsi konsumsi non-makanan menunjukkan bahwa taraf hidup penduduk tersebut tergolong masih rendah, karena mereka masih cenderung memenuhi kebutuhan pangan terlebih dahulu dibanding kebutuhan nonpangan seperti sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 48

74 Fokus Fasilitas Wilayah PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Infrastruktur merupakan faktor penting dalam pengembangan wilayah, dimana infrastruktur wilayah merupakan jaringan penghubung antara kawasan produksi ke kawasan pemasaran. Pengembangan infrastruktur wilayah harus mengacu pada rencana tata ruang, karena pembangunan sektoral harus sinergi dengan pembangunan wilayah yang tertuang dalam rencana tata ruang. Analisis kinerja atas fasilitas infrastruktur wilayah dilakukan terhadap indikator-indikator : rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum, jumlah orang/barang melalui terminal per tahun, ketaatan terhadap RTRW, luas wilayah produktif, luas wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, luas wilayah kekeringan, luas wilayah perkotaan, jenis dan jumlah bank dan cabang, jenis dan jumlah perusahaan, jenis, kelas, dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang, jenis, kelas dan jumlah restoran, jenis, kelas dan jumlah penginapan/hotel, persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih, rasio ketersediaan daya listrik, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, dan persentase penduduk yang menggunakan telepon/hp. Ketersediaan infrastruktur yang layak dan memadai merupakan pendukung utama pembangunan suatu wilayah, sekaligus sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Infrastruktur lainnya seperti kelistrikan dan irigasi merupakan salah satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan jaringan air bersih serta pengelolaannya dan peningkatan layanan publik yang dikelola oleh pemerintah seperti prasarana kesehatan, pendidikan, dan sarana olahraga secara berkelanjutan sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat Fokus Iklim Berinvestasi Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam meningkatkan pembangunan perekonomian. Investasi akan mendoromg pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga diharapkan akan mengurangi beban pengangguran dan kemiskinan. Kondisi keamanan dan politik di Kabupaten Soppeng merupakan modal penting dalam menarik minat investor. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan iklim investasi dapat dilihat dari indikator kinerja angka kriminalitas. Angka kriminalitas dapat PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 49

75 menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah angka kriminalitas maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat Fokus Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan. Pembangunan sumber daya manusia harus benarbenar diarahkan dan ditingkatkan agar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin, profesional dan mampu mengembangkan serta menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Soppeng. Gambaran umum kondisi daerah dan aspek daya saing daerah terkait dengan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk. a. Kualitas tenaga kerja 120 Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan di Kabupaten Soppeng adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang di tamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja di suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Grafik 2.4 Persentase Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Soppeng Tahun SD SMP 40 SMA Sumber : Soppeng dalam Angka 2013 PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 50

76 Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan ekonomi, khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi penduduk miskin. Data ketenagakerjaan merupakan data vital yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan apabila ditinjau dari dimensi ekonomi dan dimensi sosial merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan ekonomi. Salah satu permasalahan dalam ketenagakerjaan yaitu terbatasnya lapangan kerja. Keterbatasan lapangan kerja menyebabkan banyak tenaga kerja yang tidak terserap sehingga banyak penduduk yang menganggur. Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena memberikan pengaruh ke banyak hal baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengangguran mempengaruhi daya beli masyarakat dikarenakan dengan tidak adanya pekerjaan yang dimiliki, maka tidak ada pula pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut yang menyebabkan kemiskinan dan peningkatan kriminalitas pada masyarakat. Oleh karena itu, perlu diusahakan penciptaan dan perluasan lapangan kerja, peningkatan keterampilan tenaga kerja serta produktivitas tenaga kerja sebagai fokus pembangunan bidang ketenagakerjaan saat ini, sehingga pada akhirnya akan mengurangi jumlah penduduk miskin dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Angkatan Kerja merupakan penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan (pengangguran). Indikator Angkatan Kerja bermanfaat untuk mengetahui jumlah penduduk yang berpotensi untuk bekerja. Sedangkan Bukan Angkatan Kerja merupakan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu yang lalu aktivitasnya tidak berkaitan dengan kegiatan bekerja secara produktif yaitu meliputi kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Soppeng yang merupakan hasil estimasi Sakernas Agustus 2012, penduduk yang berumur 15 tahun ke atas di Kabupaten Soppeng pada tahun 2012 dari total jumlah penduduk Kabupaten Soppeng yang terdiri dari 62,05% orang angkatan kerja dan 37,95% orang bukan angkatan kerja. Penduduk usia 15 tahun ke atas yang PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 51

77 100 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) bekerja sebesar 58,23% orang dan penduduk yang menganggur atau penganggur (terbuka) yaitu sebesar 3,82% orang. Grafik 2.5 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Di Kabupaten Soppeng Tahun Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Sumber Data : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Soppeng Grafik 2.6 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja Di Kabupaten Soppeng Tahun 2013 Penganggur (Terbuka) 1.01 Bekerja Jiwa Sumber Data : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Soppeng b. Tingkat ketergantungan Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih bergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu penduduk usia diatas 64 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 52

78 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Dengan Triwulan II Hasil pelaksanaan program dan kegiatan sampai dengan Triwulan Ke II tahun 2015 berdasarkan urusan menunjukkan bahwa dari 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan menunjukkan capaian kinerja rata-rata cukup baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 53

79 2.1. Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) Millenium Development Goals (disingkat MDGs) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium (TPM). Tujuan Pembangunan Milenium merupakan paradigma pembangunan global yang disepakati secara internasional oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB bulan September 2000 silam. Majelis Umum PBB kemudian melegalkannya ke dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 Tentang Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (A/RES/55/2. United Nations Millennium Declaration). Lahirnya Deklarasi Milenium merupakan buah perjuangan panjang negara-negara berkembang dan sebagian negara maju. Deklarasi ini menghimpun komitmen para pemimpin dunia, yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi, dan kebebasan fundamental dalam satu paket. Negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi MDGs. Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target berikut indikatornya. MDGs menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan serta memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur. MDGs didasarkan atas konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka, sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut. Secara ringkas, arah pembangunan yang disepakati secara global meliputi: (1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan kematian anak; (5) meningkatkan kesehatan maternal; (6) melawan penyebaran HIV/AIDS, dan penyakit kronis lainnya (malaria dan tuberkulosa); (7) menjamin keberlangsungan lingkungan; dan (8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Walaupun permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Soppeng masih cukup banyak, Pemerintah Kabupaten telah bertekad untuk memenuhi komitmen mendukung Pemerintah dalam pencapaian target MDGs pada 2015 mendatang. Bahkan, Visi Kabupaten Soppeng secara subtantif memiliki semangat yang sama dengan MDGs sehingga agenda pembangunan Kabupaten Soppeng telah mengarah pada Sasaran dan Target yang hendak dicapai dalam MDGs seperti yang tergambar dalam Prioritas Pembangunan setiap tahunnya. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 127

80 TUJUAN DAN TARGET PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Tujuan 1: Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $ 1 per hari menjadi setengahnya antara Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun INDIKATOR UNTUK MONITORING 1. Proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional. 2. Proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari $ 1 per hari. 3. Kontribusi kuantil pertama penduduk berpendapatan terendah terhadap konsumsi nasional. 4. Prevalensi balita kurang gizi. 5. Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi minium (2.100 kkal/per kapita/hari). Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak dimana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar 6. Angka Partisipasi Murni di sekolah dasar. 7. Angka Partisipasi Murni di sekolah lanjutan tingkat pertama. 8. Proporsi murid yang berhasil mencapai kelas Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar. 10. Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menyelesaikan sembilan tahun pendidikan dasar. 11. Angka melek huruf usia tahun. Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar, lanjutan, dan tinggi, yang diukur melalui angka partisipasi murni anak perempuan terhadap anak laki-laki. 13. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki usia tahun, yang diukur melalui angka melek huruf perempuan/laki-laki (indeks melek huruf gender). 14. Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor pertanian. 15. Proporsi kursi DPR yang diduduki perempuan. Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan Angka kematian balita. 17. Angka kematian bayi. 18. Persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 128

81 Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu 19. Angka kamatian ibu. 20. Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. 21. Angka pemakaian kontrasepsi. Tujuan 6: Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya Target 7: Mengendalikan penyebaran 22. Prevalensi HIV di kalangan ibu hamil HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada 2015 yang berusia antara tahun. 23. Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi. 24. Penggunaan kondom pada pemakai kontrasepsi. 25. Persentase anak muda usia tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS 26. Prevalensi malaria dan angka kematiannya. 27. Persentase penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk memerani malaria. 28. Persentase penduduk yang mendapat penanganan malaria secara efektif. 29. Prevalensi tuberkulosis dan angka kematian penderita tuberkulosis dengan sebab apa pun selama pengobatan OAT. 30. Angka penemuan penderita tuberkulosis BTA positif baru. 31. Angka kesembuhan penderita tuberkulosis. Tujuan 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada Proporsi luas lahan yang tertutup hutan. 33. Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan. 34. Energi yang dipakai (setara barel minyak) per PDB (juta rupiah). 35. Emisi CO2 (per kapita). 36. Jumlah konsumsi zat perusak ozon (metrik ton). 37. Proporsi jumlah penduduk berdasarkan bahan bakar untuk memasak. 38. Proporsi penduduk menggunakan kayu bakar dan arang untuk memasak. 39. Proporsi penduduk dengan akses terhadap sumber air minum yang terlindungi dan berkelanjutan. 40. Proporsi penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 129

82 Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) 41. Proporsi rumah tangga dengan status rumah milik atau sewa. Tujuan 8: Mengembangkan Kemitraan Global untuk Kemitraan Target 12: Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang melibatkan komitmen terhadap pengaturan manajemen yang jujur dan bersih, pembangunan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional. Target 13: Membantu kebutuhankebutuhan khusus negara maju, termasuk pembebasan tarif dan kuota eksport, mengembangkan program pembebasan dan penghapusan utang untuk negara paling miskin, dan bantuan pembangunan untuk mengurangi kemiskinan. Target 14: Membantu kebutuhankebutuhan khusus negara-negara tertinggal, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauankepulauan kecil. Target 15: Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara berkembang. Bantuan resmi pemerintah (ODA) 42. Total ODA untuk negara-negara kurang maju merupakan prosentase pendapatan nasional bruto negara-negara anggota OECD/DAC. 43. Proporsi dari seluruh bantuan bilateral ODA dari negara-negara donor OECD/DAC dialokasikan untuk layanan social dasar (pendidikan dasar, kesehatan dasar, pangan, air bersih, dan sanitasi). 44. Proporsi bantuan bilateral negara-negara OECD/DAC sebagai bantuan resmi tanpa ikatan. 45. ODA yang diterima di negara-negara berkembang di wilayah terpencil sebagai bagian dari pendapatan nasional bruto. 46. ODA yang diterima di negara-negara berkembang kepulauan kecil. Akses pasar 47. Proporsi total impor negara maju (tidak termasuk persenjataan) dari negaranegara berkembang dan negara-negara kurang maju, diperlakukan bebas pajak. 48. Tarif rata-rata diatur oleh negara maju terhadap produk pertanian, tekstil, dan pakaian dari negara-negara berkembang. 49. Perkiraan dukungan sector agrikultur untuk negara-negara anggota OECD merupakan prosentase domestic bruto. 50. Proporsi ODA untuk membantu peningkatan kapasitas dalam perdagangan. Pengelolaan utang yang berkelanjutan (debt Sustainability) 51. Pengurangan Beban utang yang disepakati sesuai dengan inisiatif pengurangan utang bagi negara termiskin dengan beban utang yang berat PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 130

83 Target 16: Dalam kerjasama dengan negara maju, mengembangkan dan melaksanakan strategi produktif yang baik, dijalankan untuk kaum muda Target 17: Dalam kerjasama dengan perusahaan farmasi, menyediakan akses pengobatan dasar yang terjangkau di negara-negara berkembang. Target 18: Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi. 52. Komitmen pegurangan merupakan inisiatif negara-negara paling miskin dengan beban utang yang berat 53. Pembayaran utang merupakan prosentase dari eksport barang dan jasa 54. Angka pengangguran kaum muda usia tahun, berdasarkan jenis kelamin dan jumlah. 55. Proporsi penduduk yang mendapatkan layanan pengobatan dasar secara berkesinambungan 56. Sambungan telephone dan cellular yang dijangkau orang per 100 penduduk 57. Pengguna computer secara individu per 100 penduduk. Berikut Capaian MDGs Kabupaten Soppeng Tahun : Tujuan-1 Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem Target-1 Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 per hari Kabupaten Soppeng telah berkontribusi secara nasional dilihat dari 3 (tiga) variable kemiskinan yang dijadikan tolak ukur. Persentase penduduk miskin Soppeng 9,38% atau lebih rendah dibandingkan dengan Prov. Sulawesi Selatan 9,83% dan Nasional 11,66%. Indeks Kedalaman Kemiskinan 0,92% lebih rendah dibandingkan dengan Prov. Sulawesi Selatan 1,50% dan Nasional 2,08%. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Soppeng 0,18% lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Sulawesi Selatan 0,36% dan Nasional 0,55%. Target-2 Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan Pencapaian target ini dari tahun-tahun mengalami perbaikan, dilihat dari persentase anak-anak berusia di bawah 5 tahun yang mengalami gizi buruk (severe underweight) mengalami penurunan 0,60 persen pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 0,72 persen, dan Persentase anakanak berusia di bawah 5 tahun yang mengalami gizi kurang (moderate underweight) juga mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 2,13 persen jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang besarannya mencapai 2,44%. PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 131

84 Tujuan-2 Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua Target-3 Menjamin pada tahun 2015, semua anak dapat menyelesaikan pendidikan dasar Tampaknya, di bidang pendidikan Pemerintah Kabupaten Soppeng boleh dikatakan berhasil. Tujuan kedua MDGs ini adalah memastikan bahwa semua anak menerima pendidikan dasar. Mencermati angka partispasi sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama cenderung stabil walaupun mengalami sedikit penurunan. Namun demikian angka di atas 90 persen merupakan angka yang sangat bagus melebih SPM pendidikan. Dilihat dari angka melek huruf dapat dipastikan mengalami peningkatan signifikan sampai titik tertinggi yaitu 100 persen. Tujuan-3 Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan Target-4 Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 Kesetaraan gender bukan hanya mengenai perempuan, tetapi mengenai perempuan dan laki-laki. Akan tetapi, karena target ini menekankan pada pemberdayaan perempuan. Dalam banyak hal, perempuan di Kabupaten Soppeng telah mencapai kemajuan cukup signifikan dimana hampir semua strata sosial, ekonomi dan politik, perempuan ikut serta memegang peranan penting. Data tujuan ketiga MDGs menunjukkan hal tersebut dengan cukup jelas, rasio antara anak laki-laki dan perempuan di berbagai jenjang pendidikan.melebihi angka 100 persen di tahun 2012, demikian halnya dengan Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan juga mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Tujuan-4 Menurunkan angka kematian anak Target-5 Menurunkan angka kematian Balita sebesar dua per tiga dalam kurun waktu Kita semua ingin menikmati usia panjang dan hidup sehat. Kenyataannya, penduduk Kabupaten Soppeng secara statistik menunjukkan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan harapan hidup (tabel 2.12) artinya masyarakat Soppeng dapat hidup lebih lama. Namun ada satu ukuran lainnya yang sangat penting, yaitu jumlah anak anak yang meninggal. Anak-anak, terutama bayi, lebih rentan terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Itulah sebabnya tujuan keempat MDGs adalah mengurangi jumlah kematian anak. Angka kematian anak di Kabupaten Soppeng dapat ditekan setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dari Angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 sebesar PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 132

85 4,49 mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 2,10, untuk Angka kematian balita (AKBA) per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 sebesar 1,09 mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 1,02. Adanya penurunan angka kematian bayi lebih disebabkan intensifnya pelaksanaan vaksinasi, seperti Anak usia bulan yang diimunisasi campak mencapai 100 persen pada tahun Tujuan-5 Meningkatkan kesehatan ibu Target-6 Menurunkan angka kematian Balita sebesar dua per tiga dalam kurun waktu Melahirkan seyogyanya menjadi peristiwa bahagia tetapi seringkali berubah menjadi tragedi. Sebenarnya, hampir semua kematian tersebut dapat dicegah. Karena itu tujuan kelima MDGs difokuskan pada kesehatan ibu, untuk mengurangi kematian ibu. Gambaran data di atas menunjukkan bahwa tingkat kematian ibu telah turun dari 209,83 menjadi sekitar 180,2 per kelahiran. Penurunan tingkat kematian ibu merupakan implikasi semakin besarnya proses persalinan ditolong oleh tenaga medis yang terlatih 91,7 persen pada tahun 2011 meningkat 94,8 persen pada tahun Pelayanan kesehatan yang semakin dekat dengan masyarakat merupakan variabel yang paling berpengaruhi terhadap kesuksesan menekan angka kematian ibu melahirkan. Tujuan-6 Memerangi hiv/aids, malaria, dan penyakit menular lainnya Target-7 Mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015 Tujuan keenam dalam MDGs menangani berbagai penyakit menular paling berbahaya. Pada urutan teratas adalah Human Immunode_ ciency Virus (HIV), yaitu virus penyebab Acquired Immuno De_ ciency Syndrome (AIDS) terutama karena penyakit ini dapat membawa dampak yang menghancurkan, bukan hanya terhadap kesehatan masyarakat namun juga terhadap negara secara keseluruhan. Risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah melalui kontak langsung dengan darah yang tertular atau melalui hubungan seks tanpa pelindung. Para pengguna narkoba berisiko tinggi karena mereka sering tukar menukar jarum, sehingga memungkinkan penularan dari sisa darah pada alat suntik yang baru digunakan dari satu orang ke orang lain. Di Kabupaten Soppeng jumlah kasus yang tercatat sebanyak 2 (dua) kasus pada tahun 2011 dan tidak ditemukan tambahan kasus pada tahun Kondisi ini tidak mengindikasikan tidak ada tambahan kasus HIV/AIDS baru, pada tataran internasional ketidaktahuan dan keengganan masyarakat melakukan tes darah dan PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 133

86 memberikan informasi yang jujur terkait kondisinya menyebabkan informasi HIV/AIDS sangat terbatas. Target-8 Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit pada tahun 2015 Dibandingkan HIV dan AIDS, TBC sudah ada lebih lama, dan saat ini, angka penduduk yang BTA (Batang Tahan Asam) positif TBC diukur per orang tahun 2011 sebesar 117 dan tahun Strategi standar penyembuhan TBC adalah apa yang disebut strategi penyembuhan jangka pendek dengan pengawasan langsung (Directly-Observed Treatment Shortcourse/DOTS, di mana tingkat penyembuhan sekitar 87 persen pada tahun Tujuan-7 Memastikan kelestarian lingkungan Target-9 Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang Pembangunan telah banyak mengorbankan lingkungan alam. Penebangan pohon, merusak lahan, membanjiri sungai-sungai dan jalur air serta atmosfer dengan lebih banyak polutan. Tujuan MDGs ketujuh adalah untuk menghalangi kerusakan ini. Pertama, tujuan ini menelaah seberapa besar wilayah yang tertutup oleh pohon. Dilihat dari foto satelit, Kabupaten Soppeng memiliki Ha hektar kawasan yang tertutupi pohon. Kawasan yang paling terlindungi adalah kawasan konservasi dan hutan lindung seluas Ha dengan rasio 25,55 persen Kawasan yang tertutupi pohon paling rentan adalah kawasan yang digolongkan hutan konversi, yang sesuai namanya bisa digunakan untuk tujuantujuan lain. Dalam konteks lingkungan dan penegakan hukum lingkungan, dapat dikatakan berhasil dimana capainnya sebesar 100 persen. Target 10 Menurunkan proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar sebsar separuhnya tahun 2015 Tujuan MDGs ketujuh antara lain menetapkan target untuk menurunkan separuh dari proporsi penduduk yang tidak memiliki akses yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman. Dalam MDGs indikator yang dijadikan parameter adalah proporsi penduduk yang memiliki akses berkelanjutan terhadap satu sumber air yang terlindungi (improved water source). Data menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Soppeng dilihat dari proporsi rumah tangga terhadap penduduk dengan berbagai kriteria sumber air mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 93,15 persen dibandingkan tahun 2011 sebesar 88,33 persen, dimana PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 134

87 proporsi di kawasan perdesaan lebih dari proporsi di kawasan perkotaan. Salah satu elemen penting yang menjadi tolak ukur kemampuan daerah menyediakan air bersih adalah PDAM, sampai tahun 2012 Cakupan pelayanan PDAM sebesar KK atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Selain itu, pasokan air yang terlindungi juga harus disertai dengan sistem sanitasi yang lebih baik karena dua hal tersebut saling berkaitan, seringkali bahkan sangat dekat. ada satu target MDGs untuk sanitasi. Target tersebut adalah untuk mengurangi separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses ke sanitasi yang aman. Sekaitan dengan sanitasi, Di Kabupaten Soppeng proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi yang layak tahun 2011 sebesar 33,69 persen dan meningkat di tahun 2012 sebesar 38,94 persen. Seperti halnya dengan air bersih, Proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi di kawasan perdesaan lebih baik dari kawasan perkotaan. Taget 11 Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2015 Salah satu persoalan yang menjadi perhatian MDGs adalah permukiman kumuh. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan muncul kebutuhan perumahan yang besar pula, akibatnya muncullah kawasan-kawasan padat penduduk yang pada gilirannya akan menumbuhkan kawasan kumuh. Dalam kasus ini, permukiman di Kabupaten Soppeng relative masih jauh dari kata kumuh walaupun ada sebagain kecil masuk dalam kategori ini. Dilihat dari kelayakan rumah hunian, inipun masih dalam kategori cukup baik mengingat secara statistic melebihi angka 80 persen Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Pengentasan kemiskinan di Kabupaten Soppeng merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan sumberdaya manusia, disamping pembangunan infrastruktur dan pertanian dalam arti luas. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir, pembangunan sarana dan prasarana, dan pendampingan. Berbagai upaya tersebut telah dilakukan namun jumlah penduduk miskin di Kabupaten Soppeng relatif berfluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Soppeng, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Soppeng menurun 820 jiwa selama satu tahun terakhir. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kabupaten Soppeng pada tahun 2012 sebesar jiwa PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 135

88 Jiwa Persen 21,400 21,200 21,000 20,800 20,600 20,400 20,200 20,000 19,800 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) (9,12%) dan pada tahun 2011 sebanyak jiwa (9,36%), Tetapi pada tahun 2013 Jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan menjadi jiwa (9.43%) mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 20,600 jiwa (9.12%). Grafik ini menunjukkan data jumlah penduduk miskin yang hidup di bawah garis kemiskinan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun Grafik ini menunjukkan pencapaian program pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Soppeng menanggulangi kemiskinan. Grafik 2.7 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten Soppeng Tahun ,200 Sumber Data : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Soppeng Dari grafik di atas terlihat bahwa pada Tahun 2011 sebesar jiwa. Persentase penduduk miskin dari 9,36% menurun menjadi 9,12% pada tahun 2012 penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin sebesar jiwa (9,12%), sedangkan pada tahun 2013 jumlah dan persentase penduduk miskin mengalami peningkatan sebesar jiwa (9,43%). Selain itu, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin memiliki ratarata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Selama periode , garis kemiskinan Kabupaten Soppeng terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, garis kemiskinan Kabupaten Soppeng mengalami peningkatan dibanding keadaan pada tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,-/kapita/bulan meningkat menjadi Rp ,-/kapita/ bulan pada tahun Pada tahun 2011 terus mengalami peningkatan menjadi Rp ,- /kapita/bulan, sedangkan pada tahun 2012 masih terus meningkat menjadi Rp dan pada tahun 2013 sebesar Rp ,-. Garis kemiskinan Kabupaten Soppeng terus mengalami kenaikan pertahun selama tujuh tahun terakhir ( ) ,600 21, Jumlah Penduduk Miskin PEMERINTAH KAB. SOPPENG TAHUN 2015 II - 136

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Pemerintah Kabupaten gresik dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang

Lebih terperinci

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 Lampiran I : Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 33 Tahun 2012 Tanggal : 28 Juni 2012 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor : 13 tahun 2006, bahwa Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 32 Tahun 2014 TANGGAL : 23 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 Lampiran I : Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 21 Tahun 2013 Tanggal : 31 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 PENDANAAN Rencana alokasi pendanaan untuk Percepatan Pembangunan Daerah pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2009 memberikan kerangka anggaran yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah proses yang direncanakan dalam rangka mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan keadaan sebelumnya. Aspek pembangunan meliputi sosial,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G 1 Menimbang Mengingat : a. b. c. 1. 2. PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses Perencanaan merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pembangunan, dimana hasil dari proses perencanaan ini dapat dijadikan sebagai penentu arah dan tujuan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 sebagai dokumen perencanaan periode lima tahunan,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SIstem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Proses perumusan perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk menciptakan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :24 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Rincian kebutuhan pendanaan berdasarkan prioritas dan kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.27. Kerangka Pendaaan Kapasitas Riil kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Temanggung

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR : 178/238/DPRD/2016 NOMOR : 910/205/Bappeda/2016 TANGGAL : 28 Juli 2016 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan keuangan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan, oleh karena itu pengelolaan keuangan daerah selalu

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN PIMPINAN DPRD KABUPATEN DEMAK NOMOR : 06/PIMP.DPRD/2015 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci