BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Daftar Pasangan Ground Cek Points (GCPs) Koordinat Citra Koordinat Peta Delta Baris Kolom mt mu Baris
|
|
- Agus Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Citra Digital Koreksi geometri yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk menghilangkan kesalahan non sistematik yang terdapat pada citra dan sekaligus menambahkan koordinat citra yang sesuai dengan letak yang sebenarnya di lapangan. Jumlah GCPs yang digunakan adalah 10 pasang. sedangkan syarat minimum yang diperlukan untuk proses transformasi, yaitu 6 pasang (Tabel 2). No Tabel 2. Daftar Pasangan Ground Cek Points (GCPs) Koordinat Citra Koordinat Peta Delta Baris Kolom mt mu Baris Delta Kolom , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Ketelitian (Root Mean Square) = 0,42 pixel Bedasarkan batas toleransi tingkat ketelitian yang masih dapat diterima yang ditetapkan oleh National Map Accuracy Standard (NMAS) yaitu 1,7 pixel (51 m), Root Mean Square (RMS) yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu 0,42 (12,6 m) masih dapat diterima karena nilainya lebih kecil dari batas maksimal yang ditentukan. Setelah dilakukan proses transformasi dengan menggunakan GCPs, kemudian dilanjutkan dengan proses resampling. Penajaman citra yang digunakan adalah perentangan kontras, proses ini menghasilkan citra dengan tingkat kekontrasan yang lebih tinggi. Hasil perbandingan citra yang belum dilakukan pengolahan (koreksi radiometrik, 27
2 28 geometrik dan penajaman citra) (Gambar 11) dengan citra yang telah diolah menunjukan adanya peningkatan kualitas citra baik dari aspek radiometrik maupun geometrik citra. (a) (b) Gambar 11. Data Citra Kab. Bekasi Belum Terkoreksi (a) dan Terkoreksi (b) Perbaikan aspek radiometrik citra dapat dilihat dan meningkatkan kemampuan pengenalan dan pembedaan obyek, sedangkan peningkatan aspek geometrik ditunjukan ketepatan posisi obyek baik secara relatif dengan obyek yang ada disekitarnya maupun secara absolut dengan kordinat yang sebenarnya di lapangan. Citra yang sudah dikoreksi dipotong untuk mereduksi ukuran data hingga lebih ringan ketika diolah komputer. Selain itu, pemotongan citra juga bertujuan untuk membuat deliniasi area sebagai batas kajian, yaitu batas wilayah tersebut adalah peta digital kecamatan di wilayah pesisir Jawa Barat yang di peroleh dari peta administrasi bakosurtanal. Citra komposit RGB-542 yang telah dipotong di export ke dalam data *.tiff kemudian diolah pada software ArcGis 9.3 untuk dilakukan penentuan kelas penutupan hutan mangrove berdasarkan pada perbedaan warna, pola spektral dan posisi bentang lanskap. Data tersebut di bandingkan dengan tampilan visual dengan resolusi tinggi yang diperoleh dari Google earth.
3 Persebaran Hutan Mangrove di Jawa Barat Hutan mangrove terbentuk karena adanya perlindungan dari ombak, masukan air tawar dari sungai, sedimentasi dan aliran air pasang surut (Setyawan 2006). Persebaran hutan mangrove Jawa Barat tersebar di 36 Kecamatan di 10 Kabupaten di Pesisir Utara dan Pesisir Selatan Jawa Barat Persebaran Hutan Mangrove Pesisir Utara Jawa Barat Persebaran hutan mangrove di Pesisir Utara Jawa Barat terdapat di dalam tambak maupun berada di sekeliling tambak tersebut (tambak silvofishery). Hutan mangrove di Kabupaten Subang tersebar di Kecamatan Balanakan dan Legon Kulon dengan spesies mangrove Rhizophora stylosa, Avicennia marina, Soneratia alba, Bruguiera gymnorhiza, Bruguiera cylindrica, Nypa fruticans, Hibiscus tiliaceus, terminalia cattapa, Exceocaria agallocha dan Achanthus ilicifolius (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang 2007). Hutan mangrove di Kabupaten Karawang tersebar di dua Kecamatan yaitu Tirtajaya dan Cibuaya dengan spesies yang ditemukan Rhizophora apicullata, Rhizophora mucronata, Avicennia marina, Soneratia alba dan Lumnitzera racemoza (BPLHD 2010). Hutan mangrove di Kabupaten Indramayu tersebar di enam Kecamatan yaitu Kadanghaur, Losarang, Cantigi, Sindang, Indramayu dan Balongan. Spesies yang ditemukan yaitu Rhizophora mucronata, Rhizopora apiculata, Avicennia marina, Achanthus ilicifolius, Acrotichum aureum, Denis heterophyl dan Fimbristylis scalhacea (Mustari 1992). Hutan Mangrove di Kabupaten Cirebon tersebar di delapan Kecamatan yaitu Kapetakan, Cirebon Utara, Lemahwungkuk, Mundu, Astanajapura, Pangenan, Gebang dan Losari. Spesies yang ditemukan Avicennia spp dan Rhizophora spp (Phihastuti 2009). Hutan mangrove di Kabupaten Bekasi tersebar tiga Kecamatan yaitu Muara Gembong, Babelan dan Tarumajaya. Spesies yang ditemukan Avicennia spp, Rhizophora spp dan Soneratia spp (Sumitro 1985).
4 Persebaran Hutan Mangrove Pesisir Selatan Jawa Barat Mangrove di Pesisir Selatan Jawa Barat terdiri dari mangrove sejati dan mangrove asosiasi khususnya pada rawa payau. Hutan Mangrove di Kabupaten Tasikmalaya tersebar di tiga kecamatan, yaitu Cikalong, Karangnunggal dan Cipatujah dengan didominasi oleh spesies Nypa fruticans. Hutan Mangrove di Kabupaten Sukabumi tersebar di empat kecamatan, yaitu Pelabuhan Ratu, Simpenan, Ciemas dan Ciracap. Spesies yang ditemukan Padanus spp, Bambusa spp, Stercoelia foetida, Terminalia cattapa, Rhizophora spp., Bruguiera spp., Sonneratia alba, Avicennia spp., Callophylum inophylum, Nypa frutican dan Baringtonia asiatica (Hartini 2010). Hutan mangrove di Kabupaten Garut tersebar di Kecamatan Cibalong dengan spesies yang ditemukan Rhizophora mucronata, Rhizophora gymnorhiza, Soneratia alba, Aegiceras comoculatum, Bruguiera gymnorhiza, Xylocarpus granatum, Ceriops tagal, Acanthus ilicifolius dan Avicennia alba (Rochmah 2001). Spesies mangrove di Kabupaten Cianjur tersebar Nypa fruticans di Kecamatan Cidaun. Hutan Mangrove di Kabupaten Ciamis tersebar di enam kecamatan, yaitu Cimerak, Cijulang, Parigi, Sidamulih, Pangandaran dan Kalipucang. Spesies yang ditemukan yaitu Thespesia vovulnea, Nypa fruticans, Acanthus ilicifolius, Rhizophora apiculata, Scyphiphora hydrophyllaceae, Acrosticum aureum, Pongmia pinnata, Terminalia cattapa, Padanus tektorius, Cerbera mangas dan Hibiscus spp. (Sukmawan 2004). 4.3 Luasan Hutan Mangrove Luasan Hutan mangrove di Jawa Barat dengan menggunakan data citra satelit dilakukan setelah pengolahan data citra dilihat secara visual dan di bandingkan dengan citra resolusi tinggi google earth setelah menyamakan titik kordinat pada citra Landsat-ETM dengan citra resolusi tinggi, kemudian dilakukan digitasi untuk mengetahui tutupan luasan hutan mangrove dan persebarannya. Pengklasifikasian kelas berdasarkan tampilan visual (Tabel 3).
5 31 Tabel 3. Perbandingan Kelas Penutupan Lahan Berdasarkan Tampilan Visual Kelas Pola warna RGB Tampilan Google Earth Laut 1 Laut 2 Mangrove Perumahan Tambak Sungai
6 Luasan Mangrove (ha) Luasan Hutan Mangrove di Jawa Barat Tahun Gambar 12. Luas Hutan Mangrove Jawa Barat Tahun Hasil pengolahan data citra satelit didapat luas hutan mangrove di Jawa Barat pada tahun 1999 seluas 8758,52 ha, sedangkan pada tahun 2012 seluas 6861,25 ha. Penurunan luas hutan mangrove dalam kurun waktu ±13 tahun seluas 1897,27 ha atau sebesar 22% luas tahun Luas Hutan Mangrove di Pesisir Utara Jawa Barat memiliki luas yang lebih tinggi dibandingkan Pesisir Selatan Jawa Barat dengan luas Pesisir Utara seluas 5.216,31 ha dan Luas Pesisir Selatan Jawa Barat pada tahun 1999 seluas 3.542, 21 ha. Pada perkembangannya ditahun 2012 terjadi penurunan yang besar di Pesisir Utara Jawa Barat seluas 1.622,25 ha atau sebesar 31%, sedangkan pada Pesisir Selatan Jawa Barat penurunan luas mangrove tidak terlalu besar yaitu seluas 275,02 ha atau sebesar 8%. Perbedaan luasan Hutan mangrove di Pesisir Utara lebih luas dibandingkan Pesisir Selatan Jawa Barat dikarenakan adanya beberapa perbedaan, diantranya karakteristik pesisir dan pantai, jenis tanah, kontur, dan letak geografis. Karakteristik pesisir dan pantai Utara Jawa Barat menghadap Laut Jawa yaitu ditandai oleh paparan landai yang luas dengan alur sungai panjang dan air mengalir berkelok-kelok melalui rawa dan limpahan air ke pantai berawa
7 33 sehinggga menyebabkan banyak terdapat endapan lumpur dan memiliki tutupan mangrove yang tebal pada umumnya, serta ketinggian kurang dari 3 M diatas permukaan laut, walupun mangrove yang teridentifikasi keberadaannya berada di lahan pertambakan karena kondisi lahan yang landai ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan kawasan tambak. Pesisir Selatan memiliki karakteristik pesisir dan pantai menghadap kearah Samudera Hindia ditandai oleh tebing perbukitan curam dan terjal dengan gelombang yang kuat dan pantai datar berpasir yang menyelingi pesisir ini. karakteristik ini menyebabkan rendahnya luas hutan mangrove dan jenis mangrove yang dapat bertahan dalam kondisi ini kebanyakan mangrove asosiasi. Penyumbang luas hutan mangrove yang besar di Jawa Barat dengan rata rata diatas ha adalah Kabupaten Subang, Indramayu, Bekasi, Garut dan Ciamis pada tahun 1999, sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan hutan mangrove yang drastis di Kabupaten Bekasi sebesar 975,46 ha atau 59% dari luas pada tahun Menurut Forestian (2011) Hutan Mangrove di Kabupaten Bekasi memiliki tingkat ancaman degradasi relatif tinggi, seperti konversi lahan dan alih fungsi status lahan. Seperti yang terjadi di Muara Gembong pada tahun 1954 ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung tetapi berubah pada tahun 2006 statusnya menjadi Hutan Produksi Tetap (HPT), hal ini menyebabkan sebagian wilayahnya menjadi tambak, sawah, kebun dan pemukiman. Penurunan luas hutan mangrove yang drastis pada tahun 2012 terjadi pula di Kabupaten Karawang yaitu sebesar 194,07 ha atau sebesar 56% dari tahun Penurunan luas mangrove di karawang ini lebih banyak dikarenakan pembukaan lahan tambak, penggalakan hutan mangrove untuk kawasan pariwisata dan terjadinya abrasi pada green belt yang teridentifikasi pada data citra satelit tahun 1999, sedangkan pada tahun 2012 kawasan green belt hilang. Hutan mangrove di Kabupaten Subang memiliki persebaran hutan mangrove yang terluas di Jawa Barat. Tetapi kondisinya habitat hutan mangrove di Kabupaten Subang berada di dalam tambak atau di sekeliling tambak (tambak
8 34 silvofishery), di pinggiran sungai dan membentuk green belt sepanjang garis pantai. Penurunan luas hutan mangrove cukup besar di sini yaitu seluas 287,48 ha tetapi bila dibandingkan dengan tahun 1999 penurunan ini hanya sebesar 16%. Selain penurunan hutan mangrove, di beberapa Kabupaten terjadi peningkatan luas hutan mangrove di tahun Peningkatan luasan hutan mangrove terjadi di Kabupaten Cirebon, Tasikmalaya, Garut dan Cianjur. Luasan hutan mangrove di Kabupaten Cirebon dibandingkan tahun 1999 mengalami peningkat sebesar 11% atau 10,94 ha pada tahun Walaupun mengalami peningkatan sebaran mangrove di Kabupaten Cirebon relatif sedikit, penggunaan lahan banyak di gunakan untuk perumahan. Hutan mangrove di Kabupaten Garut merupakan hutan mangrove terluas yang berada di Pesisir Selatan Jawa Barat. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan seluas 32,83 ha atau sebesar 3% dari tahun Hutan mangrove tersebar di Kecamatan Cibalong dimana hutan ini dijadikan Cagar Alam Leuweung Sancang sejak tahun 1978 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 370/Kpts/Um/6/1978. Cagar Alam Leuweung Sancang terdiri dari hutan mangrove dan hutan non mangrove (hutan tropis). Menurut Rochmah (2001) kondisi hutan mangrove di Leuweung Sancang bersifat heterogen berpengaruh terhadap komponen biotik antara lain menyebabkan terjadinya strata strata dari vegetasi mangrove disana atau menurut Nybakken (1988) kondisi tersebut dikatakan hutan mangrove dengan tegakan alami.
9 35 (a) (b) (c) (d) Gambar 13. Peta Persebaran Hutan Mangrove Jawa Barat di Pesisir Utara Tahun 1999 (a) dan Tahun 2012 (b), Pesisir Selatan Tahun 1999 (c) dan Tahun 2012 (d) 4.4 Perubahan Luasan Hutan Mangrove Perubahan hutan mangrove adalah bertambahnya atau berkurangnya luasan hutan mangrove, hal ini berbeda dengan penurunan atau peningkatan luasan hutan mangrove pada suatu periode. Perubahan hutan mangrove terjadi apabila terjadi peningkatan luasan hutan mangrove akibat adanya pertumbuhan hutan mangrove atau persebaran biji mangrove yang kemudian tumbuh di daerah yang asalnya tidak terdapat mangrove, ataupun pengurangan hutan mangrove terjadi apabila suatu daerah terdapat mangrove kemudian mangrove tersebut mati atau hilang digantikan dengan tata guna lahan lainnya (Gambar 14).
10 36 (a) Gambar 14. Garis Pantai di Kabupaten Bekasi Tahun 1999 (a) dan Tahun 2006 (b) (b) Lingkaran merah pada gambar diatas menunjukan adanya abrasi di Kabupaten Bekasi dimana pada tahun 1999 daerah tersebut merupakan daerah pertambakan. Di sepanjang tanggul tambak di tumbuhi oleh vegetasi mangrove dan pada garis pantai vegetasi mangrove membentuk green Belt, tetapi pada tahun 2006 tambak tersebut hilang tergerus air laut, beserta persebaran vegetasi mangrove pada tahun 1999 dan menyebabkan pengurangan luasan hutan mangrove. Abrasi di Kabupaten Bekasi selain terjadi pengurangan luasan terjadi juga penambahan luasan hutan mangrove pada daerah abrasi diatas. Munculnya spektrum warna hijau pada lingkaran merah tahun 2006 yang lebih luas di bandingkan pada tahun 1999, terlihat pada daerah pada tahun 1999 lahan tambak menjadi daerah perkembangan hutan mangrove pada tahun 2006 membentuk green belt baru.
11 Luasan Mangrove (ha) Faktor Penyebab Perubahan Luasan Hutan Mangrove (-) mangorve (+) mangrove Gambar 15. Penambahan dan Pengurangan Luasan Hutan Mangrove di Jawa Barat Penambahan luasan hutan mangrove yang terjadi dari tahun 1999 sampai dengan tahun Terlihat Kabupaten Subang mengalami penambahan luasan yang cukup besar, yaitu sebesar 865,3 ha. Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di pesisir Utara Jawa Barat dengan morfologis dan topografis pantainya yang dicirikan oleh bentuk pantai yang menjorok ke arah daratan berbentuk teluk, seperti di wilayah Pantai Blanakan, serta menjorok kearah laut berbentuk tanjung, seperti wilayah Pantai Legonkulon. Hal ini menyebabkan adanya penambahan daratan atau akresi, pada penambahan daratan ini menjadikan tumbuhnya mangrove baru (Gambar 16).
12 38 Pengurangan Penambahan Penambahan Pengurangan Gambar 16. Perubahan Luasan Hutan Mangrove di Kabupaten Subang Terlihat pada daerah akresi terdapat mangrove yang tumbuh pada tahun 2006 tetapi sebelumnya terlihat pada data citra satelit pada tahun 1999 tidak terdapat penambahan daratan sehingga setelah bertambahnya daratan tumbuh mangrove baru menjadi green belt. Adapula mangrove yang sebelumnya tidak terdapat pada tambak pada tahun 1999, pada tahun 2006 terklasifikasi adanya mangrove yang tumbuh dan di verifikasi melalui google earth mangrove pada tahun 1999 masih dalam tingkat tiang sehingga belum dapat teridentifikasi, sedangkan pada tahun 2006 tumbuh menjadi pohon sehingga dapat teridentifikasi pada data citra satelit. Adanya fungsi ekologis hutan mangrove di daerah ini sebagai pelindung daratan dari abrasi dan penahan sedimentasi sungai dan pantai sehingga terbentuk daratan baru sebagai tempat mencari, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang (nursery ground). Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Subang (2007) Pemanfaatan mangrove di Kabupaten Subang diperuntukan bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat yang tinggal di sekitarnya, terutama untuk dijadikan areal
13 39 pertambakan tumpangsari (silvofishery). Persebaran hutan mangrove di Subang berada pada kawasan tambak. Adanya penambahan luasan mangrove di Kabupaten subang terjadi dapat dilihat pada Gambar 18. Pada tahun 1999 terdapat mangrove sedangkan pada tahun 2006 mangrove tersebut hilang. Hal ini terjadi karena adanya pemanfaatan kayu pohon mangrove untuk dijadikan bahan bakar dan bahan bangunan, serta perkembangan keberadaan pohon mangrove di tambak yang cenderung tetap atau dibatasi oleh tanggul ataupun digalakan oleh petani tambak. Pengurangan terjadi pada tambak yang berada kearah daratan pada tahun 1999 merupakan lahan tambak yang berubah menjadi lahan pemukiman pada tahun Pengurangan Penambahan Gambar 17. Perubahan Luasan Hutan Mangrove di Kabupaten Garut Di Kabupaten Garut, Kecamatan Cibalong terjadi penambahan luasan hutan mangrove, penambahan ini di sebabkan hutan mangrove di sana terjadi perluasan secara alami. Dilihat dari karakteristik hutan di sana terdapat hutan mangrove dan hutan tropis. Pada perkebangannya hutan mangrove di Kecamatan Cibalong di dominasi oleh spesies Rhizophora mucronata (Rochmah 2001). Jenis
14 40 mangrove Rhizophora mucronata mempunyai perakaran tunjang atau akar yang keluar dari batang dan tumbuh kedalam substrat sehingga dapat merangkap sedimentasi dan membentuk pertumbuhan pohon baru yang menyebabkan semakin majunya vegetasi mangrove kearah laut (Gambar 17). Penambahan luasan mangrove terjadi seperti yang di tunjukan lingkaran berwarna kuning, terdapat penambahan luasan mangrove kearah daratan oleh genus Aegiceras dan Xylocarpus (Rochmah 2001). Kedua jenis tersebut penyebarannya pada kondisi tanah yang tidak terlalu sering mengalami genangan air dan penyebarannya banyak di temukan ke arah daratan. Adapula terjadi pengurangan luasan hutan mangrove seperti ditunjukan lingkaran berwarna merah, kondisi dimana pada tahun 1999 teridentifikasi sebagai hutan mangrove dan pada tahun 2012 teridentifikasi menjadi hutan tropis, hal ini menunjukan adanya suksesi antara hutan mangrove dengan hutan tropis dimana menurut Onrizal (2008) terjadinya suksesi hutan tropis dan hutan mangrove diakibatkan adanya perubahan kondisi habitat tempat hidup seperti berkurangnya pasokan air laut pada saat pasang atau pasokan air tawar pada saat surut, hal ini mengakibatkan perubahan kualitas tanah yang menjadi tempat hidup tumbuhan tersebut. 4.5 Hubungan Luasan Hutan Mangrove dengan Tambak dan Produksi Budidaya Tambak dari Tahun Hubungan luasan hutan mangrove dengan tambak dan produksi budidaya tambak di Jawa Barat dari tahun 1999 sampai dengan 2012 ditunjukan dengan perubahan luasan mangrove dan luasan tambak dengan perubahan produksi budidaya tambak. Kondisi tersebut dapat terlihat berdasarkan data time series dari luas tambak dan produksi budidaya tambak di Jawa Barat berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat (2011) (Gambar 18).
15 41 200, , , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Produksi (ton) Tambak (Ha) Gambar 18. Luas Tambak dan Produksi Budidaya Tambak di Jawa Barat dari Tahun Luas tambak di Jawa Barat pada tahun hampir tidak terjadi penambahan yang signifikan, tetapi pada tahun 2001 mulai terjadi penggalakan tambak yang cukup luas yaitu sebesar 569 ha. Peningkatan tersebut berlanjut sampai dengan tahun Pada tahun 2003 terjadi peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar ha. Sampai dengan tahun 2006 hampir tidak terjadi perubahan luas tambak yang berarti. Pada tahun 2007 kembali terjadi peningkatan luas tambak sebesar ha tetapi pada tahun berikutnya tahun 2008 terjadi penurunan luas tambak sebesar ha. Kejadian ini berlanjut sampai dengan tahun 2009, dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan kembali sebesar ha dan 953 ha pada tahun Adanya program Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat untuk meningkatkan produksi budidaya tambak menyebabkan banyaknya penggalakan lahan tambak pada tahun Nilai produksi budidaya tambak pada tahun terjadi penurunan nilai produksi sebesar 423 ton bila dilihat dari luas tambak pada tahun 2000 tidak ada penambahan luas hingga menyebabkan turunnya produksi budidaya tambak, tetapi pada tahun 2001 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar
16 ton hal ini diimbangi dengan adanya peningkatan luasan tambak pada tahun Pada tahun 2002 terjadi penurunan yang drastis sebesar ton, padahal terjadi penambahan luas tambak pada tahun artinya pada tahun tersebut produksi budidaya tambak masih belum optimal. Pada tahun mulai terjadi peningkatan nilai produksi secara bertahap, tahun 2005 terjadi penurunan produksi kembali tetapi hal tersebut digantikan dengan nilai produksi yang meningkat drastis pada tahun 2006 yaitu sebesar ton. Dan berlanjut pada tahun 2007 sebesar ton, tahun 2008 sebesar ton, tahun 2009 sebesar ton dan peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2010 sebesar ton, kemudian peningkatan terjadi kembali di tahun 2011 sebesar ton. Hingga total produksi di tahun 2011 mencapai ton. Peningkatan nilai produksi ini sebanding dengan peningkatan luas tambak yang terjadi di tahun 2007 sampai dengan Akibat dari peningkatan luas tambak mengakibatkan banyaknya lahan mangrove yang dikonversi menjadi lahan tambak, atau pembukaan tambak intensif menggantikan tambak-tambak silvofishery, walaupun pada dasarnya terjadi peningkatan produksi budidaya tambak yang drastis pada tahun 2007 sampai dengan 2011, di tahun 2012 terjadi penurunan luas hutan mangrove di Jawa Barat. Menurut Puspita (2005) perkembangan tambak yang pesat ini telah memicu pembukaan areal mangrove secara besar-besaran untuk pembangunan tambak. Pola budidaya yang diterapkan juga telah mengalami perubahan, sistem budidaya yang tadinya bersifat tradisional telah bergeser ke arah sistem budidaya semi intensif dan intensif menggunakan pakan buatan, pestisida (misalkan diazon dan thiodan) dan penenbaran benih yang padat untuk memaksimalkan produksi. Pengembangan dan pembangunan tambak yang dilakukan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan, telah berdampak negatif yang sangat besar. Seperti yang terjadi di Kabupaten Karawang pembukaan hutan mangrove untuk
17 43 pertambakan telah mengganggu kehidupan berbagai satwa liar, serta menimbulkan abrasi pantai dan instruisi air laut ke daratan. Keberadaan hutan mangrove di Jawa Barat saat ini sudah mulai terdesak oleh pesatnya pembangunan dan telah banyak mengalami perubahan fisik dan fungsi. Disisi lain, di beberapa daerah seperti di Selatan Jawa Barat ekosistem mangrove yang alami terdesak oleh pembangunan untuk peruntukan lain. Penurunan luasan mangrove ini tidak hanya berakibat pada hilangnya keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya, namun lebih jauh telah menimbulkan berbagai bencana atau ancaman serius bagi lingkungan pesisir.
ANALISIS PERUBAHAN LUASAN HUTAN MANGROVE DI JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT
ANALISIS PERUBAHAN LUASAN HUTAN MANGROVE DI JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT ANALYSIS OF THE CHANGES AREA OF MANGROVE FOREST IN WEST JAVA BY USING SATELLITE IMAGERY DATA Rezha Adviana Refrial,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2013 dengan lokasi penelitian meliputi wilayah Pesisir Utara dan Selatan Provinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai suatu negara kepulauan dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial. Salah satu ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai tumbuhan, hewan, dan mikrobia yang berinteraksi dengan lingkungan di habitat mangrove (Strategi Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Luas laut Indonesia sekitar 3,1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat besar,
Lebih terperinciKERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)
1 KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI) Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang memiliki ciri khusus yaitu lantai hutannya selalu digenangi air, dimana air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
135 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Komposisi spesies mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi sebanyak 20 spesies mangrove sejati dan tersebar tidak merata antar pulau.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 95.181 km terdiri dari sumber daya alam laut dan pantai yang beragam. Dengan kondisi iklim dan substrat
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM WILAYAH PANGANDARAN DAN SEKITARNYA
TINJAUAN UMUM WILAYAH PANGANDARAN DAN SEKITARNYA Oleh: Dr. Wanjat Kastolani Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di kecamatan pesisir Kabupaten Ciamis didominasi oleh guna lahan tegalan/ kebun/ ladang/ huma,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau dengan garis pantai sepanjang 99.023 km 2 (Kardono, P., 2013). Berdasarkan UNCLOS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Hutan Mangrove Ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove memiliki sifat khusus yang berbeda dengan ekosistem hutan lain bila dinilai dari keberadaan dan peranannya dalam ekosistem sumberdaya alam, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alamnya, baik sumber daya yang dapat pulih (seperti perikanan, hutan mangrove
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010
PENGARUH AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK TERHADAP KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyarataan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciAvicenia sp. ( Api-Api ) Rhizophora sp( Bakau ) Nypa sp. ( Nipah ) Bruguiera sp. ( Lacang ) Sonneratia sp. ( Pedada )
Mangal komunitas suatu tumbuhan Hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terletak didaerah teluk dan muara sungai dengan ciri : tidak dipengaruhi iklim, ada pengaruh pasang surut
Lebih terperinciREPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI
REPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI Kerjasama TNC-WWF Wakatobi Program dengan Balai Taman Nasional Wakatobi Wakatobi, Juni 2008 1 DAFTAR ISI LATAR BELAKANG...
Lebih terperinciTeknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus
Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus TEKNIK PENANAMAN MANGROVE PADA DELTA TERDEGRADASI DI SUMSEL Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi di Sumsel Teknik Penanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan fisik habitat wilayah pesisir dan lautan di Indonesia mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem. Salah satunya terjadi pada ekosistem mangrove. Hutan mangrove
Lebih terperinciTINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal
TINJUAN PUSTAKA Ekosistem Mangrove Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau (bahasa Indonesia), selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat
Lebih terperinciAnalisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2
Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tyas Eka Kusumaningrum 1) dan Bangun Muljo Sukojo 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup yang berada di suatu lingkungan akan saling berinteraksi, interaksi terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup itu sendiri maupun makhluk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perencanaan Lanskap Lanskap dapat diartikan sebagai bentang alam (Laurie, 1975). Lanskap berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat hubungan totalitas
Lebih terperinciDESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Legonkulon berada di sebelah utara kota Subang dengan jarak ± 50 km, secara geografis terletak pada 107 o 44 BT sampai 107 o 51 BT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti perikanan
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KAWASAN SEGARA ANAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ari Luqman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove dunia sebagian besar di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 3,062,300 ha atau 19% dari luas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. mangrove tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai wilayah di Nusantara. Kerusakan hutan mangrove ini disebabkan oleh konversi lahan menjadi areal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata mangrove dipakai sebagai pengganti istilah kata bakau untuk menghindari salah pengertian dengan hutan yang melulu terdiri atas Rhizophora spp., (Soeroyo.1992:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dengan definisi hutan adalah suatu ekosistem hamparan lahan berisi sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mangrove di DKI Jakarta tersebar di kawasan hutan mangrove Tegal Alur-Angke Kapuk di Pantai Utara DKI Jakarta dan di sekitar Kepulauan Seribu. Berdasarkan SK Menteri
Lebih terperinciRehabilitasi dan Restorasi Hutan Mangrove di Kalimantan Selatan. Wawan Halwany Eko Priyanto
Rehabilitasi dan Restorasi Hutan Mangrove di Kalimantan Selatan Wawan Halwany Eko Priyanto Pendahuluan mangrove : sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut air laut. Kriteria Mangrove Tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Etnobotani Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani adalah studi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu
6 TINJAUAN PUSTAKA Pengetian Mangrove Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizopora spp.). Nama Mangrove diberikan kepada jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya raya akan keberagaman alam hayatinya. Keberagaman fauna dan flora dari dataran tinggi hingga tepi pantai pun tidak jarang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh gerakan pasang surut perpaduan antara air sungai dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Mangrove 2.1.1. Definisi. Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu tumbuhan. Ada juga yang menyebutkan bahwa mangrove berasal
Lebih terperinciKAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK
KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA Kartini V.A. Sitorus 1, Ralph A.N. Tuhumury 2 dan Annita Sari 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Budidaya Perairan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
4 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Umum Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan dengan faktor fisik yang ekstrim, seperti habitat tergenang air dengan salinitas tinggi di pantai dan sungai dengan
Lebih terperinciPOTENSI EKOLOGIS KEANEKARAGAMAN HAYATI
POTENSI EKOLOGIS KEANEKARAGAMAN HAYATI Ekosistem Pesisir dan Laut 1. Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa endapan kalsium karbonat (CaCO 3) yang dihasilkan terutama
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 212: 355-364 ISSN : 288-3137 PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN BLANAKAN DAN KECAMATAN LEGONKULON, KABUPATEN SUBANG
Lebih terperinciKERAPATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI DASAR REHABILITASI DAN RESTOCKING KEPITING BAKAU DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT
1123 Kerapatan hutan mangrove sebagai dasar rehabilitasi... (Mudian Paena) KERAPATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI DASAR REHABILITASI DAN RESTOCKING KEPITING BAKAU DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT
Lebih terperinciJURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 301-308 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN PERUBAHAN LUAS VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN METODE NDVI CITRA LANDSAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penutupan Lahan Tahun 2003 2008 4.1.1 Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi penutupan lahan yang dilakukan pada penelitian ini dimaksudkan untuk membedakan penutupan/penggunaan
Lebih terperinci1. Pengantar A. Latar Belakang
1. Pengantar A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang sekitar 81.000, sehingga Negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi
Lebih terperinciPROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA
PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia,
Lebih terperinciSUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR
SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR EDI RUDI FMIPA UNIVERSITAS SYIAH KUALA Ekosistem Hutan Mangrove komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu untuk tumbuh
Lebih terperinciTabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lingkungan Penelitian Pada penelitian ini, lokasi hutan mangrove Leuweung Sancang dibagi ke dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya.
Lebih terperinciPEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN
PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Drs. Dede Sugandi, M.Si. Drs. Jupri, MT. Nanin Trianawati Sugito, ST., MT. Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove
Lebih terperinciANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.
ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2 1) Dosen Prodi Ilmu Kelautan, FKP Universitas Udayana 2) Dosen Prodi Ilmu Kelautan, FKP Universitas
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan Luas Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi 05 33 LS dan 105 15 BT. Pantai Sari Ringgung termasuk dalam wilayah administrasi Desa
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo
Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo 1,2 Yulinda R.Antu, 2 Femy M. Sahami, 2 Sri Nuryatin Hamzah 1 yulindaantu@yahoo.co.id
Lebih terperinciGambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kajian Peta Daerah Berpotensi Banjir Rob Karena Pasang Surut Analisis daerah yang berpotensi terendam banjir rob karena pasang surut dilakukan dengan pemetaan daerah berpotensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomis, ekologis, maupun biologis. Fungsi fisiknya yaitu sistem perakaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan daerah peralihan antara laut dan darat. Ekosistem mangrove memiliki gradien sifat lingkungan yang tajam. Pasang surut air laut menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis
PENDAHULUAN Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis kondisi dan keberadaannya. Beberapa
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan
29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 99.093km, sehingga memiliki potensi sumberdaya pesisir
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mangrove Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizopora spp.). Nama mangrove diberikan kepada jenis tumbuh-tumbuhan
Lebih terperinciBab III Karakteristik Desa Dabung
Bab III Karakteristik Desa Dabung III.1. Kondisi Fisik Wilayah III.1.1. Letak Wilayah Lokasi penelitian berada di Desa Dabung yang merupakan salah satu desa dari 18 desa yang terdapat di Kecamatan Kubu
Lebih terperinciPROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE
SALINAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan yang memiliki ciri khas didominasi pepohonan yang mampu tumbuh di perairan asin. Komunitas pepohonan
Lebih terperinciMangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan
1 2 Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Menurut Mastaller (1997) kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi untuk menerangkan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil 1. Keanekaragaman vegetasi mangrove Berdasarkan hasil penelitian Flora Mangrove di pantai Sungai Gamta terdapat 10 jenis mangrove. Kesepuluh jenis mangrove tersebut adalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. aktivitas marin. Dengan demikian daerah pantai terdiri dari perairan pantai dan
5 TINJAUAN PUSTAKA Wilayah Pesisir Daerah pantai atau pesisir adalah suatu daratan beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih dipengaruhi baik oleh aktivitas darat maupun oleh aktivitas marin.
Lebih terperinciadalah untuk mengendalikan laju erosi (abrasi) pantai maka batas ke arah darat cukup sampai pada lahan pantai yang diperkirakan terkena abrasi,
BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan. MenurutHadi(2014), menyebutkan bahwa lingkungan adalah tempat manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Konsep pembangunan yang mengintegrasikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial disebut sebagai pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Konsep pembangunan ini
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR DAN STATUS EKOSISTIM MANGROVE DI PERAIRAN TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR
ANALISIS STRUKTUR DAN STATUS EKOSISTIM MANGROVE DI PERAIRAN TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR Bernhard Katiandagho Staf Pengajar Akademi Perikanan Kamasan Biak-Papua, e-mail: katiandagho_bernhard@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi - manggi,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ekosistem Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi - manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizophora spp). Nama mangrove diberikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sumatera Utara 7300 ha. Di daerah-daerah ini dan juga daerah lainnya, mangrove
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Mangrove Indonesia Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia. Mangrove terluas terdapat di Irian Jaya sekitar 1.350.600 ha (38 %), Kalimantan 978.200 ha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai dan secara teratur di genangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ekosistem mangrove di dunia saat ini diperkirakan tersisa 17 juta ha. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al, 1998), yaitu
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut (Mulyadi dan Fitriani,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada
Lebih terperinciHutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini
II. TINJAIJAN PliSTAKA Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan
I. PENDAHULUAN Mangrove adalah tumbuhan yang khas berada di air payau pada tanah lumpur di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian secara umum berada di Kabupaten Indramayu tepatnya di Desa Brondong Kecamatan Pasekan. Wilayah pesisir di sepanjang pantai
Lebih terperinci4 KERUSAKAN EKOSISTEM
4 KERUSAKAN EKOSISTEM 4.1 Hasil Pengamatan Lapangan Ekosistem Mangrove Pulau Weh secara genetik merupakan pulau komposit yang terbentuk karena proses pengangkatan dan vulkanik. Proses pengangkatan ditandai
Lebih terperinciPEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)
PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**) Abtrak Perairan Segara Anakan yang merupakan pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam daerah pantai payau yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan mangrove di
Lebih terperinciTEKNIK PENGAMATAN VEGETASI MANGROVE DI PESISIR KABUPATEN PANGANDARAN, JAWA BARAT
Teknik Pengamatan Vegetasi di Pesisir Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat (Kuslani, H. & Sukamto) TEKNIK PENGAMATAN VEGETASI MANGROVE DI PESISIR KABUPATEN PANGANDARAN, JAWA BARAT Henra Kuslani dan Sukamto
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Keragaman Vegetasi Mangrove Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 20 plot yang masing-masing petak ukur 5x5 m, 10x10 m dan 20x20 m diketahui bahwa vegetasi mangrove
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia sekitar 3.735.250 ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove Indonesia
Lebih terperinci