BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Lanny Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar mempunyai pengertian yang sangat luas, dari sejumlah pengertian belajar terdapat arti yang sangat penting yaitu change atau perubahan. Dengan aktivitas belajar, seseorang akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan dan dengan belajar akan membentuk pola pikir seseorang dalam berperilaku. Menurut Burton dalam Aunurrahman, belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya (2009: 35). Sedangkan menurut Kingskey dalam Djamarah mengatakan bahwa, learning is the process by which behavior (in the brocder sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. Djamarah berpendapat bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (2002: 13). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses seseorang dalam mencari berbagai informasi melalui berbagai sumber dan kegiatan guna mengasah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai proses pendewasaan seseorang. 8
2 9 b. Prinsip-Prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar merupakan prinsip yang berkaitan dan mendukung dalam kegiatan belajar mengajar supaya kegiatan belajar lebih optimal. Prinsip-prinsip belajar tersebut adalah sebagai berikut (Slameto, 2003: 27) : 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar a) Dalam belajar setiap peserta didik harus berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan pengajaran. b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada peserta didik untuk mencapai tujuan. c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuan bereksplorasi dan belajar dengan aktif. d) Belajar perlu ada interaksi peserta didik dengan lingkungan. 2) Sesuai Hakikat Belajar a) Belajar itu kontinyu, maka harus thap demi tahap menurut perkembangannya. b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery. c) Belajar adalah prose kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. 3) Sesuai Materi/ Bahan yang Harus Dipelajari a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajiannya sederhana, sehingga peserta didik mudah menangkap. b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. 4) Syarat Keberhasilan Belajar a) Belajar memerlukan saran yang cukup, sehingga peserta didik dapat belajar dengan tenang. b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ ketrampilan/ sikap itu mendalam pada peserta didik.
3 10 2. Aktivitas Belajar Siswa Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Sehingga untuk mendukung hal tersebut maka perlu diciptakannya aktivitas belajar yang kompleks dan bervariasi. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Jadi orang yang belajar harus aktif, karena tanpa aktivitas kegiatan pembelajaran tidak mungkin dapat terjadi (Sardiman, 2001: 93). Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto yang mengatakan bahwa dalam proses mengajar belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat (2003: 36). Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. aktivitas tesebut meliputi: mendengarkan, memandang (memperhatikan), membaca, menulis (mencatat), membuat ringkasan, mengingat, mengamati tabel-tabel; diagram atau bagan, menyusun paper atau kertas kerja, latihan (praktek), dan meraba; mencium; membau (Djamarah, 2002: 38). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian upaya mencari berbagai informasi dari berbagai sumber dengan memberikan beberapa stimulus atau latihan praktek yang telah direncanakan oleh guru kemudian siswa berusaha untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut Diedrich yang dikutip oleh Sardiman membuat suatu daftar yang berisi macam-macam aktivitas peserta didik yang digolongkan menjadi 8 aktivitas diantaranya: a. Visual activities meliputi kegiatan membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, atau pekerjaan orang lain. b. Oral Activities termasuk menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
4 11 c. Listening activities termasuk kegiatan mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. d. Writing activities meliputi menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin. e. Drawing activities meliputi kegiatan menggambar, membuat grafik, peta, diagram, f. Motor activities contohnya: melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi, bermain, berkebun, beternak, g. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan dan aktivitas, h. Emosional activities, termasuk menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tegang, gugup merasa bosan. Dengan klasifikasi di atas menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik dalam belajar cukup kompleks dan bervariasi. Berbagai macam kegiatan tersebut harus berusaha diciptakan di dalam kelas agar peserta didik tidak merasa bosan dalam belajar (2001: 99). 3. Kemampuan Kognitif Kemampuan kognitif mengacu pada kegiatan mental (otak) kemampuan seseorang untuk memproses suatu informasi, dimana proses dalam hal ini menyangkut tentang pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapatnya yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan. Tujuan dari aspek kognitif ditekankan pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat untuk kemudian diolah menjadi kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Sehingga aspek kognitif mempunyai beberapa jenjang, yaitu pengetahuan/ hafalan/ ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian/ penghargaan (Yunikowati, 2014: 58).
5 12 Berikut merupakan prinsip belajar kognitif yang sangat penting diperhatikan dalam proses pembelajaran kognitif (Aunurrahman, 2009: ), yaitu: a. Perhatian harus dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum prose belajar kognitif terjadi. b. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedan individual yang ada. c. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuan membaca, kecakapan, dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif. d. Pengalaman belajar harus di organisasikan kedalam satuan-satuan atau unitunit yang sesuai. e. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dalam konsep amatlah penting. Perilaku mencari, pendefinisian, resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna. f. Dalam pemecahan masalah, para siswa harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi linkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berpikir yang multi dimensional (divergent thinking). 4. Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses/ aktivitas yang dilakukan untuk mentransfer informasi secara langsung baik berlangsung secara formal ataupun nonformal. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal (Aunurrahman, 2009: 34). Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala, 2011: 61).
6 13 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan pengembangan kemampuan oleh pendidik atau guru kepada siswa yang dilakukan dan dikembangkan secara terus menerus dengan tujuan membantu proses belajar siswa. 5. Model Pembelajaran Untuk menciptakan suatu kondisi belajar yang efektif dan kondusif dalam suatu pembelajaran, seorang pendidik harus mampu memilih, menciptakan dan merancang suatu strategi atau model pembelajaran yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce (1992), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dll (Suyadi, 2013: 14). Menurut Soekamto dalam Hamruni, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam aktivitas belajar mengajar. Hal senada dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak, yang menyatakan bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar (2012: 6). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu panduan bagi guru dalam merencanakan aktivitas belajar dalam upaya mencari inovasi dan alternatif cara mengajar sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik guna meningkatkan hasil belajar. 6. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
7 mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Hamruni, 2012: 119). Roger, dkk (1992) menyatakan cooperative learning is group learning activity organized in such way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increased the learning of other (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prnsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara social diantara kelompok-kelompok siswa yang di dalamnya setiap peserta didik bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain) ( Huda, 2014: 29). Adapun empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: adanya peserta didik dalam kelompok, aturan kelompok, upaya belajar setiap anggota kelompok, dan tujuan yang harus dicapai (Suyadi, 2013: 61). Slavin (1995) mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kooperatif prestasi belajar peserta didik dapat ditingkatkan, disamping itu dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, mengintregasikan pengetahuan dengan ketrampilannya (Hamruni, 2012: 120). 14 dan Sadker dan Sadker (1997) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi, 2) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar,
8 15 3) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada temantemannya dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interpedensi positif) untuk proses belajar mereka nanti, 4) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda (Huda, 2014: 66). b. Aspek Pembelajaran Kooperatif 1) Semua siswa di tempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (ability grouping atau heterogenous group) dan diminta untuk mempelajari materi tertentu dan saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut, 2) Kerjasama dapat diterapkan dalam level kelas (dengan cara memastikan bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan bahwa semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara akademik), 3) Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama lain, 4) Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap individu, bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa ataupun sekolah (Huda, 2014: 78). Singkatnya, pembelajaran kooperatif mengacu pada pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar untuk mencapai tujuan bersama. 7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) Two Stay-Two Stray (TS-TS) adalah salah satu jenis model pembelajaran kooperatif. Perbedaan dengan model lain dari tipe pembelajaran kooperatif, struktur TS-TS memberikan kesempatan setiap kelompok untuk mengumpulkan informasi dari kelompok lain. Kegiatan berbagi membiasakan siswa untuk menghormati setiap pendapat orang lain. Siswa juga dapat belajar untuk mengekspresikan pendapat mereka kepada orang lain. Pengakuan
9 16 pendapat siswa lain dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi siswa untuk mengekspresikan ide-ide atau pendapat mereka. Siswa merasa keberadaan mereka dipercaya dan dihargai karena setiap anggota memiliki peran yang sangat penting. Selain itu, kehadiran teman-teman dalam kelompok dapat menyebabkan saling motivasi dalam belajar; mereka dapat saling membantu untuk mengatasi kesulitan, saling menghormati ide atau pendapat, ditambah lagi karena menuntut siswa mempersiapkan dengan baik untuk tugas tersebut, maka siswa akan menjadi lebih memperhatikan selama pembelajaran. Menggunakan model pembelajaran ini, siswa tidak hanya menjadi lebih mandiri, tidak bergantung pada guru, tetapi juga model ini memberikan dorongan untuk berpikir dan untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini mempromosikan siswa untuk berani bertanya dan berdebat, jadi diharapkan proses pembelajaran fisika menjadi lebih bermakna dan mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Implementasi model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS) yakni, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdidri dari 4 siswa, guru memberikan soal atau permasalahan kepada masing-masing kelompok untuk dipecahkan bersama. Masing-masing kelompok mengirimkan 2 anggotanya untuk mencari dan bertukar informasi dari kelompok lain, sedangkan 2 anggota kelompok yang tinggal melayani tamu dari anggota lain untuk memberikan informasi. Dua anggota yang dikirim keluar kemudian kembali lagi ke kelompok asal untuk menyampaikan informasi yang didapatnya dari kelompok lain guna memecahkan soal (Sulisworo & Suryani, 2014: 59-60). Secara terperinci prosedur pelaksanaan model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS) dikemukakan oleh Huda (2013: 141), sebagai berikut: a. Siswa bekerjasama dengan kelompok berempat sebagaimana biasa. b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama.
10 17 c. Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggoat dari kelompok lain. d. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka. e. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain. f. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua. 8. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Meskipun model pembelajaran ini sederhana, namun sangat besar manfaatnya jika diterapkan dalam proses pembelajaran karena dapat memberikan dampak yang positif bagi siswa khususnya guna meningkatkan prestasi belajarnya. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) disebut juga dengan model pembelajaran pikir bareng dan berbagi. Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran ini, (Saminanto, 2011: 35) sebagai berikut: a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. b. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/ permasalahan yang disampaikan guru. c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya. e. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. f. Guru memberikan kesimpulan. g. Penutup.
11 18 Ada banyak manfaat model pembelajaran Think Pair Share. Model pembelajaran semacam ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan komunikatif mereka dengan berdiskusi dengan teman sekelas mereka. Selain itu, mereka dapat berbagi pengetahuan satu sama lain, dan itu membuat aspek afektif mereka meningkatkan cepat. Kagan (2009) menyebutkan beberapa manfaat model pembelajaran Think Pair Share, (Sugiarto & Sumarsono, 2014: 209, 210) yaitu: 1. Ketika siswa memiliki waktu untuk berfikir, kualitas respon mereka membaik. 2. Siswa secara aktif terlibat dalam proses berfikir. 3. Berpikir menjadi lebih fokus ketika didiskusikan dengan pasangan (teman sebangku). 4. Pemikiran yang kritis akan bertahan setelah pelajaran selesai di mana siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan dan merefleksikan topik. 5. Banyak siswa merasa lebih mudah untuk berdiskusi dengan sedikit teman, bukan dengan kelompok besar. 6. Tidak ada bahan khusus yang diperlukan untuk strategi ini, sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran. 7. Membangun gagasan lain merupakan keterampilan penting bagi siswa dalam belajar. Manfaat dari diterapkannya model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah dapat melatih siswa untuk berfikir secara mandiri dan percaya diri untuk mengemukakan ide-idenya. Dengan berpikir bersama teman dapat memberikan ruang kepada siswa untuk menggali potensinya karena bertukar pendapat dengan teman sebaya dirasa lebih efektif, kemudian dengan menshare dengan kelompok lain dapat memfasilitasi siswa untuk berbicara di depan umum untuk melatih rasa percaya diri sekaligus memperoleh informasi secara langsung melalui masukan dari kelompok lain sehingga model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat memberikan pengaruh positif meningkatkan prestasi siswa.
12 19 9. Materi a. Pemuaian Semua zat, baik padat, cair, maupun gas, tersusun atas partikelpartikel atau molekul-molekul yang senantiasa bergerak tarik-menarik. Bila suhu zat semakin tinggi, molekul-molekulnya akan bergerak semakin cepat. Dalam geraknya yang terus bertambah cepat itu, molekul-molekul akan terdorong semakin menjauhi, sehingga ukuran zat semakin membesar. Dengan kata lain, zat itu memuai. Jadi, pemuaian zat adalah bertambahnya ukuran zat akibat dipanaskan. 1) Pemuaian Pada Zat Padat Alat yang digunakan untuk menyelidiki pemuaian zat padat disebut Musschenbroek. Alat ini bertujuan untuk menyelidiki pemuaian pada berbagai jenis logam dengan ukuran mula-mula dan pertambahan suhu yang sama. Dari hasil percobaan tersebut diperoleh bahwa, pemuaian dipengaruhi oleh jenis zat, dan pertambahan suhu. Gambar 2.1 Musschenbroek (Winarsih dkk, 2008: 94) Untuk batang sejenis namun berbeda ukuran awalnya, kemudian dipanaskan dengan kenaikan suhu yang sama, ternyata menghasilkan pemuaian yang berbeda. Batang yang mempunyai ukuran awal lebih besar akan mengalami pertambahan ukuran yang lebih besar pula, begitu pun sebaliknya. Maka selain dua faktor di atas, pemuaian juga dipengaruhi oleh faktor ketiga yakni, ukuran awal zat.
13 20 Pemuaian zat padat terbagi menjadi tiga, yaitu: a) Pemuaian Panjang Pemuaian panjang adalah penambahan ukuran panjang suatu benda yang dipanaskan. Pada umumnya pemuaian panjang terjadi pada benda yang penampangnya kecil dan memanjang. Pertambahan panjang suatu benda ketika dipanaskan dapat ditentukan dengan persamaan berikut: = ( ) atau (2.1) = (2.2) Jadi panjang benda setelah dipanaskan adalah: = + atau (2.3) = (1 +. ) (2.4) Keterangan: = pertambahan panjang (m) = panjang mula-mula (m) = panjang benda setelah dipanaskan (m) = koefisien muai panjang (/ ) = suhu awal ( ) = suhu akhir ( ) = kenaikan suhu ( ) Koefisien muai panjang α adalah angka yang menunjukkan besarnya pertambahan panjang suatu zat padat untuk setiap kenaikan suhu 1. b) Pemuaian Luas Jika yang dipanaskan adalah suatu lempeng atau plat tipis, maka plat tersebut akan mengalami pemuaian pada panjang dan lebarnya. Dengan demikian lempeng akan mengalami pemuaian luas atau bidang.
14 21 Pertambahan luas suatu lempeng ketika dipanaskan dapat ditentukan dengan persamaan berikut: =. ( ) atau (2.5) =.. (2.6) Jadi panjang benda setelah dipanaskan adalah: = + atau (2.7) = (1 +. ) (2.8) Keterangan: A = pertambahan luas (m ) A = luas mula-mula (m ) A = luas benda setelah dipanaskan (m ) = 2 = koefisien muai luas (/ ) Koefisien muai luas adalah angka yang menunjukkan besarnya pertambahan luas suatu zat padat untuk setiap kenaikan suhu 1. c) Pemuaian Volume (berlaku untuk semua zat) Jika zat yang dipanaskan berbentuk bangun ruang, maka bangun ruang tersebut akan mengalami pemuaian yang disebut dengan muai volume. Pada muai volume, pemuaiannya dianggap ke segala arah. Koefisien muai volume adalah angka yang menunjukkan besarnya pertambahan volume suatu zat padat untuk setiap kenaikan suhu 1. Untuk mengetahui pemuaian volume pada zat padat, koefisien muainya adalah 3 kali koefisien muai panjang, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: = 3 (2.9) Pertambahan volume ketika dipanaskan dapat ditentukan dengan persamaan berikut: = ( ) atau (2.10) = (2.11)
15 22 Jadi panjang benda setelah dipanaskan adalah: = + atau (2.12) = (1 +. ) (2.13) Keterangan: V = pertambahan volume (m ) V = volume mula-mula (m ) V = volume benda setelah dipanaskan (m ) = koefisien muai volume (/ ) 2) Pemuaian Pada Zat Cair Seperti zat padat, zat cair juga mengalami pemuaian jika dipanaskan. Namun karena zat cair selalu menempati dan mengikuti bentuk wadah/ ruangnya, maka zat cair hanya mengalami muai volume saja. Koefisien muai volume zat cair lebih besar dibandingkan dengan zat padat, hal ini dikarenakan susunan partikel zat cair yang lebih renggang, serta gaya tarik antar partikel yang lemah. Alat yang digunakan untuk menyelidiki pemuaian zat cair disebut labu didih. Pada masing-masing labu didih dimasukkan beberapa jenis zat cair, kemudian diapanaskan. Setelah dipanaskan Nampak bahwa tinggi permukaan zat cair dalam labu didih berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien zat cair berbeda-beda. sebelum dipanaskan setelah dipanaskan Gambar 2.2 Labu Didih (Winarsih dkk, 2008: 100)
16 23 Khusus untuk air pada kenaikan suhu dari 0 C sampai 4 C volumennya tidak bertambah akan tetapi justru menyusut, keanehan sifat air ini disebut dengan anomali air sehingga pada suhu 4 C air mempunyai volume terendah. Pada suhu 4 C air menenpati posisi volume terkecil sehingga pada suhu itu air memiliki massa jenis terbesar. Hubungan suhu dan volume air dapat digambarkan pada grafik di bawah ini. Gambar 2.3 Grafik hubungan antara Volume dan Suhu Air (Winarsih dkk, 2008: 99) 3) Pemuaian Gas Alat yang digunakan untuk menyelidiki pemuaian gas disebut dilatometer. Dilatometer dipanaskan dengan nyala lilin, ternyata muncul gelembung-gelembung air keluar dari ujung pipa kapiler pada dilatometer. Hal ini menunjukkan bahwa gas memuai jika dipanaskan. Gambar 2.4 Dilatometer (Sulistyana, 2010: 5)
17 24 Seperti halnya zat cair, gas juga hanya mengalami muai volume saja. Namun, koefisien muai volume gas lebih besar dibanding koefisien muai volume zat cair. Hal ini disebabkan susunan partikel gas yang berjauhan, dan gaya tarik antar partikel yang sangat lemah. Dari hasil eksperimen yang dilakukan ternyata kofisien muai untuk semua jenis gas adalah sama yaitu atau 0, Maka persamaan perubahan volume terhadap suhu pada tekanan tetap dapat ditulis: = (1 +. ) atau = (1 + ) (2.14) Keterangan: T = pertambahan suhu gas ( ) V = volume gas mula-mula (m ) V = volume gas setelah dipanaskan (m ) = koefisien muai volume (/ ) b. Masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian dalam kehidupan sehari-hari 1. Pemasangan kaca jendela Tukang kayu merancang ukuran bingkai jendela yang sedikit lebih besar daripada ukuran sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk memberi ruang kaca saat terjadi pemuaian. Apabila desain jendela tidak diberiruangan pemuaian, maka saat kaca memuai akan mengakibatkan retaknya kaca tersebut. 2. Celah pemuaian pada sambungan jembatan Sering dijumpai sambungan antara dua jembatan beton terdapat celah di antaranya. Hal ini bertujuan agar jembatan tersebut tidak melengkung saat terjadi pemuaian. 3. Kawat telepon atau kawat listrik Pemasangan kawat telepon atau kawat listrik dibiarkan kendor saat pemasangannya pada siang hari. Hal ini dilakukan dengan maksud, pada malam hari kawat telepon atau listrik mengalami penyusutan sehingga kawat tersebut tidak putus.
18 25 4. Sambungan rel kereta api Sambungan rel kereta api dibuat ada celah diantara dua batangrel tersebut. Hal ini bertujuan agar saat terjadi pemuaian tidak menyebabkan rel melengkung. Rancangan yang sering digunakan sekarang ini sambungan rel kereta api dibuat bertautan dengan ujung rel tersebut dibuat runcing. Penyambungan seperti ini memungkinkan rel memuai tanpa menyebabkan kerusakan. c. Penerapan Pemuaian dalam Kehidupan Sehari-hari Beberapa manfaat pemuaian yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: 1. Pengelingan Menyambung dua pelat dengan menggunakan paku khusus dengan proses khusus disebut mengeling. Pengelingan dilakukan dengan cara paku keling yang dipakai untuk mengeling plat dipanaskan sampai berpijar dan dimasukkan ke dalam lubang plat yang hendak kita keling. Kemudian paku bagian atas dipukul-pukul sampai rata. Setelah dingin paku keling tersebut akan menyusut dan menekan kuat plat tersebut. Pengelingan dapat dijumpai pada pembuatan badan kapal laut. 2. Keping bimetal Salah satu produk pengelingan adalah keping bimetal. Keping bimetal merupakan dua keping logam tidak sejenis yang digabung menjadi satu dengan pengelingan. Keping bimetal peka terhadap perubahan suhu. Jika keping bimetal dipanaskan, maka akan melengkung ke arah logam yang angka koefisien muai panjangnya kecil. Bila didinginkan, keping bimetal akan melengkung ke arah logam yang angka koefisien muai panjangnya besar. Produk dari keeping bimetal anatara lain: alarm pemadam kebakaran, thermostat, dan termometer bimetal. Thermostat adalah alat yang berfungsi ganda sebagai saklar otomatis dan sebagai pengatur suhu. Beberapa alat yang memanfaatkan keping bimetal dalam thermostat, antara lain: setrika listrik, rice cooker, oven, dll.
19 26 3. Pemasangan bingkai roda logam pada pedati dan kereta api Roda pedati dan roda kereta api memiliki ukuran lebih kecil daripada ukuran bingkainya. Untuk dapat memasang roda logam tersebut, maka dengan cara pemanasan. Hal ini mengakibatkan roda logam akan mengalami pemuaian. Kemudian roda logam tersebut dipasang pada bingkainya, setelah dingin roda akan menyusut dan terpasang pada bingkainya dengan kuat. B. Penelitian yang Relevan Penelitian terkait dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan TPS ditijau dalam aktivitas belajar siswa belum ada sebelumnya. Akan tetapi penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan penerapan model pembelajaran TSTS dan TPS telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu: Penelitian Palupi (2013), Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) dan Two Stay Two Stray (TSTS) Ditinjau dari Tingkat Kemandirian Belajar dalam Pembelajaran Matematika Siswa SMP di Kabupaten Wonogiri. Dengan kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan TS-TS memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Zainuddin (2014), Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan Numbered Heads Together (NHT) Pada Materi Pokok Fungsi Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta. Diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran langsung. Dalam penelitian lain, Isnaini (2014), Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan Kooperatif Menggunakan TPS (Think Pair and Share) dan TAI (Team Assisted Individualization) Ditinjau dari Kemampuan Berpikir dan Interaksi Sosial. Diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS mendapatkan hasil lebih
20 27 baik daripada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Budiastuti (2013), Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share dan Team Assisted Individualization pada Materi Trigonometri Ditinjau dari Minat Belajar Matematika Siswa SMK di Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran konvensional. Dari keempat penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model TS-TS dan TPS berpengaruh positif dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil diatas maka dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti untuk menerapkan model TS-TS dan TPS dalam proses pembelajaran. C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa kemampuan kognitif Fisika peserta didik dipengaruhi oleh 3 hal yaitu: penggunaan model pembelajaran, aktivitas belajar siswa dan interaksi antar keduanya. Uraian tentang kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dan TPS dengan Metode Diskusi Dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS dan TPS dengan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa. Untuk kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) dengan metode diskusi, sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) diterapkan di kelas kontrol dengan menggunakan diskusi kelompok. Penerapan model pembelajaran TS-TS dengan metode diskusi berjalan secara menyenangkan dan menekankan pada aktivitas kerja kelompok. Dalam penerapan model pembelajaran TS-TS siswa dilibatkan secara penuh dalam pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah, setiap kelompok dapat berinteraksi dengan kelompok lain dengan cara saling mengunjungi untuk
21 28 bertukar informasi. Dengan penerapan model pembelajaran TS-TS memungkinkan setiap siswa mampu mengolah setiap informasi yang didapatnya serta menyampaikan informasi tersebut dengan baik dan sistematis, sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung kondusif sehingga memberikan dampak positif bagi peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran Fisika yang telah ditetapkan. Sedangkan penerapan model pembelajaran TPS dengan metode diskusi berjalan secara menyenangkan dan menekankan pada presentasi setiap pasangan kelompok untuk menshare hasil diskusinya. Dengan aktivitas belajar seperti ini diharapkan peserta didik mampu menyampaikan ide-ide mereka dengan penuh percaya diri serta mampu menggali potensi mereka untuk memecahkan berbagai permasalahan. Sehingga dengan penerapan model pembelajaran TPS dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensinya maka dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar. 2. Pengaruh Aktivitas Belajar Peserta Didik Kategori Tinggi dan Rendah Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Peserta Didik Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Aktivitas belajar berkaitan erat dengan rangkaian kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa atau seseorang dalam rangka menambah atau mencari informasi. Dalam proses belajar mengajar, guru harus dapat menciptakan berbagai aktivitas belajar yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi kemampuan dan pengetahuannya. Pemahaman serta pendalaman materi akan lebih bermakna bagi siswa jika aktivitas belajar itu dilakukan langsung oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, akan tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing melalui berbagai aktivitas belajar mengajar, karena belajar adalah berbuat sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif. Aktivitas belajar yang dapat dilakukan guna mendukung hal
22 29 tersebut adalah dengan mendengarkan, menulis, mencatat, membaca, bertanya, memperhatikan, mengingat, berpikir, latihan atau praktek, dll. Dalam kaitannya pembelajaran Fisika, bagi siswa yang menyukai pelajaran Fisika maka akan banyak melakukan aktivitas belajar tersebut sehingga siswa itu dapat diklasifikasikan ke dalam aktivitas belajar yang tinggi. Sedangkan siswa yang kurang menyukai pelajaran Fisika maka aktivitas belajarnya cenderung rendah. Perbedaan aktivitas tersebut sangat mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari yang akan berdampak pada hasil belajar. Dalam penelitian ini membatasi aktivitas siswa berdasarkan angket yang diberikan guru untuk kemudian diisi oleh siswa, yaitu mengenai aktivitas belajar sebelum dilakukan tindakan, baik aktivitas belajar yang sering dilakukan siswa di sekolah ataupun di rumah. Dengan mengisi angket tersebut dapat diketahui siswa yang memiliki aktivitas belajar fisika yang tinggi dan rendah, sehingga diharapkan bagi siswa yang memiliki aktivitas belajar fisika yang tinggi dapat mencapai hasil yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki aktivitas belajar fisika yang rendah. 3. Interaksi antara Model Pembelajaran Tipe TSTS, TPS dan Aktivitas terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Pemilihan model pembelajaran yang efektif oleh pendidik dan aktivitas belajar siswa keduanya akan menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar fisika. Keberhasilan ataupun kegagalan penyerapan materi pelajaran sangat tergantung pada dua hal tersebut secara bersama-sama. Jika model pembelajaran yang digunakan baik tetapi tidak didukung dengan aktivitas belajar siswa yang tinggi maka hasilnya pun tidak akan optimal. Sebaliknya jika aktivitas belajar siswa yang tinggi itu tidak didukung dengan model pembelajaran yang baik maka hasilnya pun juga tidak akan maksimal. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS dan TPS melalui metode diskusi ditinjau dari aktivitas belajar siswa yang menekankan pada aktivitas belajar siswa. Dengan penerapan model pembelajaran yang baik
23 30 serta didukung dengan aktivitas belajar siswa yang tinggi diharapkan kemampuan kognitif Fisika siswa dapat meningkat. Untuk memperjelas kerangka berpikir, maka dapat digambarkan paradigma penelitian pada Gambar 2.5 sebagai berikut: Masalah-masalah dalam pembelajaran Fisika: 1. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan 2. Kurangnya aktivitas belajar Fisika siswa 3. Kurang dikembangkan kemampuan kognitif siswa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS dengan metode diskusi Prestasi Belajar Tipe TPS dengan metode diskusi Gambar 2.5 Kerangka Berpikir D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran kooperatif tipe TS-TS dan TPS melalui metode diskusi terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi pokok Pemuaian. 2. Ada perbedaan pengaruh antara aktivitas belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi pokok Pemuaian. 3. Ada interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran TS-TS dan TPS dengan aktivitas belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika pada materi pokok Pemuaian.
BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
BAB 5 PEMUAIAN Kompetensi Dasar: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. minyak air Standar Kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahannya. Peta Konsep: Pemuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun. Dewasa ini, Indonesia telah meningkatakan subsidi pendidikan agar semua lapisan masyarakat dapat
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG Dosen : Lia Angraini, S.Si., M.Pd. Disusun oleh : Wahyu Saputra (321300017) Kelas : B Sore FAKULTAS MIPA & TEKNOLOGI INSTITUT KEGURUAN DAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok
Lebih terperinciPemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan.
Pemuaian Zat Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian zat padat, zat cair, dan gas menunjukkan karakteristik yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang
II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas
Lebih terperinciBAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,
BAB.II. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep belajar Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehinga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Lina Wahyuningrum, Pujayanto, Dewanto Harjunowibowo 1) Karangtalun Rt 04 RW
Lebih terperinciBUKU SISWA (BS-01) SUHU DAN PEMUAIAN Pengertian Suhu. Pemuaian
BUKU SISWA (BS-01) SUHU DAN PEMUAIAN Pengertian Suhu Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau benda. Oven yang panas dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan
Lebih terperinciPemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.
1. C. PRINSIP TEORI Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Keterampilan Proses Sains Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan
Lebih terperinciΔL = ΔT. α. L 1. ΔA = ΔT. β. A 1 PEMUAIAN
PEMUAIAN Pengertian Pemuaian Pada pembicaraan tentang suhu pernah dibicarakan bahwa suhu mempengaruhi gerak partikel suatu benda. Benda yang bersuhu tinggi gerak partikelnya lebih cepat dari pada benda
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki
Lebih terperinciBAB 9 SUHU DAN PEMUAIAN
A. Suhu sebagai Tingkat Panas BAB SUHU DAN PEMUAIAN Suhu merupakan sesuatu untuk menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda. Suhu rendah berarti dingin atau sejuk. Suhu tinggi berati panas. Untuk mengetahui
Lebih terperincieksternal yang datang dari lingkungan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model
Lebih terperinciBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi
7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika
Lebih terperincijadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran 2.1.1 Hakikat Belajar Proses perkembangan manusia atau individu sebagian besar berlangsung melalui proses belajar dari mulai sederhana sampai kompleks baik secara
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemampuan Representasi Matematis Representasi merupakan ungkapan dari suatu ide matematika yang ditampilkan peserta didik sebagai bentuk yang mewakili situasi
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
Lebih terperinciSinggih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI DENGAN TIPE THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IPS 3 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB 5 PEMUAIAN. Peta Konsep. Zat dan Wujudnya. Menunjukkan Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair. Pemuaian pada Zat Padat, Zat Cair, dan Zat Gas
BAB 5 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan dapat: 1. mendeskripsikan pengertian pemuaian dan jenis-jenisnya; 2. melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian; 3. mengetahui
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan dapat
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan secara umum bahwa penerapan pendekatan inkuiri terbimbing adalah baik untuk materi pokok
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model pembelajaran
16 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model merupakan bentuk yang tergambar dari awal sampai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum SMP/ MTs. Ilmu
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. LKS Word Square Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media pembelajaran. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu
Lebih terperinciOleh Saryana PENDAHULUAN
PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan
7 B A B II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan keterangan guru, berpikir, berpendapat, berbuat, bertanya, dan berbagai aktifitas baik fisik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Metode Diskusi Dalam pembelajaran ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan salah satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Ngesti
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
4 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Hakikat Aktivitas Belajar 2.1.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Artinya bahwa belajar tidak pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak
Lebih terperinciSMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal ,00078 cm. 65,0078 cm. 65,078 cm. 65,78 cm
SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal 8.2 1. Koefisien muai panjang besi sebesar 0,000012/ Pada saat suhu besi 25C, panjangnya 65 cm. Kemudian besi dipanaskan sampai 125C, panjang akhir
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia. Sejalan dengan
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara
Lebih terperinciSUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda?
SUHU DAN PERUBAHAN A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda? Kalian tentunya pernah mandi menggunakan air hangat, bukan? Untuk mendapatkan air hangat tersebut kita mencampur air dingin dengan air panas.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua
Lebih terperinciKata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku individu sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS masih dianggap
Lebih terperinci