PROFILING KECEPATAN GELOMBANG GESER (V s ) MENGGUNAKAN INVERSI SPEKTRUM HORIZONTAL-TO-SPECTRAL RATIO (HVSR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFILING KECEPATAN GELOMBANG GESER (V s ) MENGGUNAKAN INVERSI SPEKTRUM HORIZONTAL-TO-SPECTRAL RATIO (HVSR)"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) PROFILING KECEPATAN GELOMBANG GESER (V s ) MENGGUNAKAN INVERSI SPEKTRUM HORIZONTAL-TO-SPECTRAL RATIO (HVSR) Wahyu Tri Sutrisno, Bagus Jaya Santosa, Dwa Desa Warnana Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya bjs@physics.its.ac.id Abstrak Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah dengan tingkat resiko bencana tegolong tinggi. Dengan nilai Peak Ground Accelearation (PGA) maka Malang masuk dalam kategori daerah rawan efek gempa. Salah satu bencana yang diprediksi diakibatkan oleh aktivitas gempa lokal adalah adanya longsor di Desa Jombok, Kecamatan Ngantang. Hal ini diperkuat dengan data geologi bahwa di desa Jombok melintang dua patahan yang aktif. Dengan kondisi ini, maka sekiranya perlu dilakukan tindakan mikrozonasi. Dalam penelitian ini, parameter yang akan dipertakan guna keperluan mirkozonasi adalah persebaran Vs bawa permukaa. Hasil persebaran Vs ini kemudian dianalisis dengan nilai persebaran amplifikasi tanah dan frekuensi natural. Teknik yang dilakukan untuk mengetahui prediksi persebaran Vs adalah dengan menggunakan inversi spektrum H/V dari data Mikrotremor. Inversi yang digunakan adalah hasil pengembangan ModelHVSR Herak, pada tahun Input pengolahan data ini adalah nilai HVSR perekaman mikrotremor dan nilai Vs,Vp,,h,Qp dan Qs dari data soil boring. Menggunakan prinsip propagasi Monte Carlo paremeter parameter ini kemudian diinversi. Hasil dari inversi ini didapatkna bahwa persebarna nilai Vs cenderung rendah di kedalamn 0-15 meter di daearh barat. Selain itu, hasil analisiss amplifikai dan frkeunsi natural menunjukkan bahwa daerah barat desa Jombok memiliki kerentanan cukup tinggi. Nilai Vs yang didapatkan kemudian dimodelkan dalam bentuk 3D bawah permukaan. Kata Kunci HVSR, Mikrotremor, Jombok, Vs. D I. PENDAHULUAN AERAH dengan nilai Peak Groung Acceleration (PGA) tinggi rawan terhadap aktivitas seismisitas. Malang merupakan salah datu daerah dengan indeks PGA , hal ini berarti Malang termasuk daerah yang memiliki resiko tinggti terhadap efek gempa lokal [1]. Salah satu daerah rawan bencana di Kabupaten Malang adalah desa Jombok. Jombok merupakan salah satu desa rawan longsor. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa amblesan tanah yang sudah terjadi lebih dari satu kali pada tempat yang sama[2]. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan di Desa Jombok terdapat dua patahan yang memanjang dari arah tenggara ke barat laut (Gambar.1) dan terjadi amblesan, sehingga besar kemungkinan wilayah ini rentan terhadap aktivitas seismisitas diakibatkan oleh kondisi tersebut [2],[3],[4]. Oleh sebab itu, penting untuk memperkirakan bahaya seismik yang mungkin terjadi oleh aktivitas pergerakan patahan. Salah satu cara untuk memperkirakan bahaya seismik yang mungkin terjadi adalah mikrozonasi daerah setempat. Mikrozonasi mampu memberikan analisiss bahaya seismik dasar dari daerah setempat serta memberikan batas-batas wilayah yang rawan terhadap efek lokal [5]. Parameter yang dapat digunakan untuk keperluan mikrozonasi adalah kecepatan gelombang geser (Vs) [6]. Analisis Vs bukan merupakan hal yang baru, akan tetapi hingga saat ini metode yang dilakukan untuk mengkaraktersasi Vs adalah dengan pengambilan sampel langsung (bor) dan uji laboratorium. Namun, metode ini akan memakan waktu yang cukup lama dan cost yang sangat tinggi. Nakamura et al (2000), menawarkan metode analisis bawah permukaan menggunakan Mikrotrermor [7]. Pada tahun 2008, Herak mengenalkan teknik prediksi dan analisis Vs dari inversi model HVSR [6] yang kemudian disempurnkana oleh Sungkono [8]. Secara geologi, Malang merupakan daerah yang berada diatas litologi yang kompleks. Secara garis besar dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni (1). Batuang Gunung Api Kuarter Atas yang berada di Malang Selatan (2). Tuf Rabano (3). Batuan Gunung Api Kuarter Tengah dan (4) Aluvium yang berada di sepanjang Batu hingga Malang Selatan [9]. Aluvium merupakan fitur geologi yang memiliki sifat rentan terhadap efek seismisitas. Hal ini menguatkan hipotesis bahwa Jombok memang berada di daerah zona rawan. Gambar 1 Peta Patahan di Desa Jombok

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) Sifat fisik dan mekanik tanah juga memiliki pengaruh dalam karakterisasi bawah permukaan. Hal ini nantinya akan dikorelasikan lagi dengan kondisi geologi, sehingga mendapatkan kesimpulan yang lebih valid. Beberapa sifat fisis danb mekanis yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain adalah Vs, Vp dan Selain itu juga akan dibahas beberapa parameter hasil turunan dari perekaman mikrotremor yang digunakan untuk zonasi. Daryono (2009) menyebutkan bahwa suatu daerah yang memiliki karakteristik frekuensi natural rendah sangat rentan terhadap bahaya getaran gelombang gempa bumi periode panjang. Hal ini dapat mengancam kerusakan bangunan yang ada di atasnya [10]. Sedangkan amplifikasi tanah adalah kontras parameter perambatan gelombang (densitas dan kecepatan) antara batuan dasar (bedrock) dan sedimen di atasnya. Nilai amplifikasi perambatan gelombang akan semakin bertambah apabila perbedaan antara parameter tersebut semakin besar. Efek lokal, amplifikasi dan frekuensi natural merupakan faktor yang penting dalam mitigasi bencana suatu tempat [11]. Amplifikasi berbanding terbalik dengan akar kuadrat kecepatan gelombang geser (Vs) dan densitas tanah (r) (Pers. 1) tentang apa terdiri dari apa jenis gerakan gelombang mikrotremor [7]. Gambar 2a. menunjukkan model perlapisan tanah di mana teori spetkrum H/V akan ditentukan. Model perlapisan tanah diasumsikan sebagai bidang semi-infinite medium elastik yang tersusun atas N Parallel, solid, homogen, lapisan isotropis. Arai [11] dan Sungkono [8] menjelaskan bahwa setiap lapisan dikarakterisasi oleh ketebalan lapisan H, densitas, kecepatan gelombang kompresi (Vp), kecepatan gelombang geser Vs, faktor redaman gelombang P (Qp) dan faktor redaman gelombang S (Qs). Hal ini juga diasumsikan bahwa Fourier-time mentransformasi titik titik vertikal dan horizontal yang memiliki frekuensi sudut, Ly( ), dan LH ( ) tersebar di permukaan secara acak (Arai, 2004) pada jarak diatas 1 panjang gelombang dari titik observasi yaitu titik asal (Gambar. 2b). (1) Towhata (2008) menyebutkan bahwa amplifikasi gelombang seismik dapat disebabkan oleh empat hal, yaitu adanya lapisan lapuk yang terlalu tebal di atas lapisan keras, adanya frekuensi natural yang rendah, frekuensi natural gempabumi dan geologi setempat yang memiliki energi gempa yang terjebak di lapisan lapuk dalam waktu yang lama. Hal ini dipengaruhi oleh faktor Vs. Gardner et al (1974) melakukan serangkaian studi empiris untuk menentukana hubungan keterikatan antara Vp, Vs dan densitas. Hasil dari studi ini dikenal sebagai persamaan Gardner [12]. Dengan dalam g/cm 3, a adalah koefisien dengan nilai 0.31 ketika V dalam m/s dan digunakan 0.23 ketika V dalam ft/s. Setelah parameter Vp didapatkan dari Gardner, maka untuk perhitungan Vs dapat dikatikan menggunakan persamaan (3). (2) ( ) (3) Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil perekaman mikrotremor. mikrotremor didasarkan pada perekaman ambient noise untuk menentukan beberapa parameter karakterisitik dinamika tanah (damping ratio dan frekuensi natural) dan fungsi perpindahan (frekuensi dan amplifikasi) suatu bangunan dan tanah [11]. Banyak observasi dan eksperimen terhadap perekaman data mikrotremor memperlihatkan bahwa mikrotremor terdiri dari gelombang body (Gelombang P dan Gelombang S) dan gelombang permukaan, tetapi tidak ada teori yang menetapkan. Gambar 2 (a) Gometri perlapisan tanah (b) model sumebr mikrotremor yang diformulasikan menggunakan teori Spektrum H/V Definisi rasio spektrum H/V dari mikrotremor pada frekuensi (H/V)m( ) yang digunakan dalam penelitian dini didefinisikan sebagai ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) di mana ( ) adalah spektrum power fourier dari pergerakan vertikal dan ( )dan ( )adalah pergerakan partikel secara orthogonal. II. METODOLOGI PENELITIAN Akusisi data dilakukan di 50 titik perekaman mikrotremor. Luas area perekaman mencakup 100m x 100m. Perekaman mikrotremor dilakukan menggunakan Portable Seismograph 3 Komponen SL07 SARA, dari Italia. Data hasil perekaman dengan SL07 berupa komponen seismogram 3 komponen dengan ekstensi EV0, EV1 dan EV2. Data ini kemudian diolah menggunakan software Geopsy. data hasil perekaman ini kemudian dilakukan windowing untuk memilah antara data asli dan noise. Hasil windowing yang didapat kemudian dengan mengaplikasin Fast Fourier Transform dan Smoothing didapatkan kurva HVSR. Kurva HVSR ini berisi nilai frekuensi minimum, amplifikasi dan standar deviasi. HVSR merupaka sebuah kurva penggabungan antara komponen Horizontal dan komponen vertikal. Penggabungan kedua komponen ini dilakukan dengan persamaan 5. (4)

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ( ) [ ( ) ( ) ] (5) dengan R(T)=Spektrum rasio vertikal terhadap horizontal F NS = Spektrum Fourier di NS F EW = Spektrum Fourier di EW F z = Spektrum Fourier di Z (Vertikal) Kurva spektrum HVSR ini kemudian diekstrak menjadi data data dengan ekstensi.dat. Hasil ekstraksi kruv ahvsr ini kemudian dicari frekuensi natural dan amplifikasi untuk setiap titik. Masing masing frekuensi natural dan amplifikasi kemudian disebar dalam digitasi peta kontur 2D dan 3D menggunakan Surfer Hasil digitasi peta ini dianalisiss untuk diketahui daerah daerah yang memiliki nilai frekuensi natural dan amplifikasi tinggi maupun rendah. Data hasil pengolahan HVSR dengan Geopsy yang telah diekstrak kemudian diinversi menggunakan program inversi ModelHVSR yang dikembangkan oleh Herak (2008) dan disempurnakan oleh Sungkono (2011). Inversi ini bertujuan untuk mendapatkan nilai persebaran Vs pada setiap kedalaman di masing masing titik ppengukuran mikrotremor. Input dari program ini adalah berupa hv-file dan log-file hasil olahan Geopsy. Seperti dalam Sungkono (2011), untuk mendapatkan hasil inversi berupa Vs dibutuhkan beberapa parameter yang akan diinversi antara lain kecepatan gelombang primer (Vp), kecepatan gelombang geser (Vs), densitas ( ), Faktor kuasi gelombang S (Qp) dan Faktor kuasi gelombang S (Qs). Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa profiling persebaran kecepatan gelombang geser (Vs). Analisa sebaran peta frekuensi netural digunakan untuk menganalisiss zona zona rentan. Parolai et al (2002) dan Chen et al (2008) menyatkaan bahwa frekuensi natural erat hubungannnya dengan kedalaman bedrock. Hubungannya berbanding terbalik, artinya apabila dihubungkan dengan Nakamura (2000) yang menyatakan bahwa frekuensi natural rendah menunjukkan daerah rentan terhadap efek lokal maka daerah yang memiliki kedalaman bedrock relative dalam cenderung lebih rentan. Gambar. 3 apabila dikaitkan dengan lokasi landslide (garis merah) maka daerah yang mengalami penurunan akibat landslide tersebut memiliki nilai frekuensi natural berkisar antara Daerah di sekitar titik 21,34,35,27,28 serta 2 dan 45 apabila diinterpretasikan dari peta tersebut cenderung rentan terhadap efek lokal. Jika dilihat secara fisiografis untuk daerah titik 34,35 dan 21 memang terletak di area landslide sedangkan titik 2 dan 32 berada di tanah yang memiliki slope miring. Frekuensi natural rendah juga ditemukan di titik 45 yang mengindikasikan bahwa titik tersebur juga memiliki kedalaman bedrock relative dalam Analisiss selanjutnya ialah amplifikasi. Hasil dari sebaran nilai amplifikasi pada Gambar 4 menunjukkan range nilai amplifikasi berkisar antara Horike et al (2001) menyatakan bahwa amplifikasi hasil estimasi HVSR perlu dipertimbangkan jikai amplifikasi bernilai besar. Amplifikasi merupakan penguatan gelombang yang menjalar pada sedimen lapisan tanah. Sungkono (2011) menunjukkan bahwa faktor amplifikasi di penaruhi oleh nilai kecepatan gelombang geser Vs, kontras densitas sedimen dan bedrock yang signifikan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4 Peta Persebaran Amplifikasi Tanah Gambar 3 Peta persebaran frekuensi natural Dari hasil analisiss Gambar 4 terlihat sebaran nilai amplifikasi rendah di daerah tengah dan cenderung tinggi di sisi barat. Apabila dikorelasikan dengan Nakamura et al (2000) yang menyebutkan bahwa parameter amplifikasi yang dapat merusak bangunan berkisar antara >3 dan berasosiasi dengan frekuensi rendah. Maka dari itu apabila dikorelasikan dengan hasil peta sebaran frkuensi natural maka daerah barat (Titik 35 dan 34) dan utara (Titik 42) yang memiliki resiko paling besar kerusakan apabila didirikan bangunan. Jika dilihat dari kajian geologi dan fisiologi sekitar terbukti bahwa di titik 32 terdapat bekas rumah yang telah hancur. Hal ini

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) juga didukung oleh penelitian Warnana et al (2011) yang menyatakan bahwa amplifikasi lebih dominan dipengaruhi oleh faktor geologi Namun, dalam penelitian ini hasil dari analisiss amplifikasi ini tidak dijadikan acuan primer sebagai dasar karakterisasi tanah. Menurut Nguyen dkk (2009) pengguanaan faktor amplifikasi dalam mengkarakterisasi tanah masih menjadi perdebatan diantara para ahli. Dalam menarik kesimpulan lebih,masih diperlukan tambahan parameter yang lain untuk bisa menghubungkan antara nilai frekuensi natural dan amplifikasi tanah dalam mengkaraktersasi tanah. Selanjutnya, untuk lebih menguatkan analisissi karakteristik tanah dilakukan perhitungan Indeks Kerentanan Tanah (Furneability Index). Nakamura (2000) memberikan persamaan indeks kerentanan tanah (Kg) seperti pada persamaan (6). Dengan Kg adalah indeks kerentanan tanah, A m adalah amplifikasi tanah dan f 0 adalah frekuensi natural. Hasil dari perhitungan ini kemudian disebar menjadi peta kontur seperti Gambar 5. (6) daerah penelitian memiliki kondisi bedrock dominan dangkal. Bedrock dalam ditemukan di titik 32 dan 42. Selain itu, hasil analisiss lainnya juga dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi litologi daerah penelitian didominasi lempung (clay). Adapun daerah dengan rentan nilai diantara tinggi dan rendah diduga berupa alluvium lempung berlanau. Hal ini match dengan hasil soil boring yang menyajikan data litologi berupa lempung (clay)-lempung berlanau (silty clay) dan pasir berlanau (silty sand). Karakteristik tanah telah didekati menggunakan analisis hasil dari kurva HVSR. Selanjutnya, akan dilakukan inversi kurva HVSR menggunkan program ModelHVSR yang dikembangkan Herak (2008). Inversi ModelHVSR ini menggunakan propagasi Monte Carlo dalam usaha untuk mengestimasi persebaran nilai kecepatan gelombang geser di masing masing titik pada setiap kedalaman. Nantinya, hasil dari inversi ModelHVSR ini kemudian dipetakan ke dalam bentuk penampang persebaran Vs secara 3D. Dalam melakukan inversi HVSR, selain dibutuhkan nilai dari spektrum H/V juga dibutuhkan beberapa parameter fisis lain. Sungkono (2011) menjelaskan bahwa dibutuhkan input nilai Vp,Vs,h,,Qp dan Qs. Nilai h dan didapat dari data Soil Boring. Menggunakan persamaan Gardner (1974) dengan input nilai didapatkan nilai Vp dan Vs. Qs dan Qp adalah faktor redaman dari Vs dan Vp yang masing masing bernilai 1/10 Vs dan 2Qs. Parameter parameter ini digunakan sebagia inisialiasasi awal sebelum dilakukan inversi kurva H/V. Penampang (GUI) proses inversi ModelHVSR seperti pada Gambar. 6. Gambar 5 Peta sebaran Indeks Kerentanan Tanah Indeks kerentanan tanah ini digunakan untuk mengidentfikasi suatu daerah yang rentan terhadap gerakan tanah yang kuat. Hasil dari frekuensi natural dan amplifikasi dihubungkan menggunakan persamaan 6. Berdasarkan pada Huang dan Tseng (2002) menggunakan ini untuk memetakan area alluvial fan di Yuan Lin dan menunjukan umumnya nilai kerentanan yang tinggi akan berpotensi mengalami likuifaksi. Dari Gambar 5 hasil range niali indeks kerentanan tanah adalah berkisar Jika dikorelasikan dengan penelitian oleh Huan dan Tseng (2002) dan Daryono (2009) maka daerah di utara, disekitar titik 42 dan di sisi barat, titik 32 diprediksi paling berpotensi terhadap potensi likuifaksi. Kontras indeks kerentanan tanah terlihat di sisi timur dan selatan daerah penelitian. Nilai indeks kerentanan tanah di sisi timur dan selatan rata rata berada di bawah 20. Sebaran frekuensi natural, amplifikasi dan kerentantan telah disajikan. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan awal bahwa Gambar 6 GUI Inversi ModelHVSR GUI proses inversi ModelHVSR terdiri dari tiga bagian,bagian yang pertama adalah kotak dialog atas yang berisi kurva HVSR warna hitam dan warna merah. Kurva warna merah menunjukkan nilai observasi dan kura warna hitam adalah nilai hasil estimasi. Dalam analisiss ini dilihat hasil fitting puncak kurva warna hitam dengan puncak kurva warna merah, apabila ditiik puncak kurva merah dan hitam berhimpit maka kualitas data baik. Namun, apabila ditemui puncak kurva tidak saling berhimpit maka perlu dilakukan modifikasi pembobotan logarithmic dan penambahan nilai K menjadi Ketidak fitan antara data observasi dan data estimasi (inversi) dimungkinkan disebabkan oleh beberapa

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) hal, sebagaimana yang disebutkan Dal Moro (2010) yakni pengaruh gelombang permukaan pada frekuensi di atas frekuensi dasar. Selain itu juga bisa disebabkan karena pengaruh angina dalam pengukuran HVSR (Muccoarelli et al, 2004). Untuk kolom dialog kanan, merupakan kolom yang menampilkan hubungan kecepatan gelombang P dan S terhadap kedalaman. Kecepatan gelombang P untuk masing masing lapisan dan kedalaman digambarkan oleh garis warna hitam. Sedangkan untuk kecepatan gelombang S direpresentasikan dengan garis merah. Sedangkan untuk kolom paling bawah adalah grafik yang menunjukkan hubungna propasi dan fungsi error. Grafik porpagasi ini berbasis pada propagasi Monte Carlo. Metode Monte Carlo adalah teknik yang melibatkan menggunakan angka acak dan kemungkinan untuk memecahkan masalah. Monte Carlo Istilah Metode ini diciptakan oleh S. Ulam dan Nicholas Metropolis mengacu pada permainan kesempatan, atraksi yang populer di Monte Carlo, Monako. [13][14]. Hasil dari inversi ini, kemudian dilakukan pemodelan secara 3D menggunakan Rockwork. Peta 3D didapat menggunakan interpolasi iso-surface. Peta 3D terlihat seperti Gambar. 7. cenderung memiliki nilai frekuensi natural rendah, amplifikasi tinggi dan indeks kerentanan tanah tinggi. Hasil penampang Vs menunjukkan pula bahwa kondisi geologi yang berupa Caly memiliki nilai Vs rendah dengan ketebalan lebih dari 10 meter. Secara geologi clay juga memiliki sifat dinamik rentan terhadap fenomena pembasahan dan pengeringan, yakni mudah menggembang oleh pembasahan, dan mengempis oleh pengeringan. Kondisi ini pula yang mungkin menyebabkan daearah Jombok rawan teerhadap bencana longsoran tanah. IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Tugas Akhir yang berjudul Profilling Persebaran Kecepatan Gelombang Geser (Vs) Bawah Permukaan Menggunakan Inversi Mikrotremor Spektrum H/V" adalah: a. Rentan Frekuensi Natural di daerah penelitian berkisar antara Rentan Amplifikasi tanah berada di rentan Sedangkan rentan nilai Indeks Kerentanan Tanah (Kg) berada di range b. Berdasarkan hasil analisis Frekuensi Natural dan Amplifikasi, sisi utara dan barat lokasi penelitian memiliki kecenderungan tanah yang rentan terhadap bahaya seismisitas. (a) (b) Gambar 7(a) Penampang Model 3D Persebaran Vs (b) Sayatan persebaran Vs Garis hitam pada gambar 7.a menunjukkan daerah landslide. Sedangkan dari hasil gambar 7b dilihat dari gradasi warna terlihat bahwa nilai Vs rendah dengan rentan m/s menyebar meratan. Namun, terlihat bahwa di daerah sekitar landslide persebaran Vs rendah lebih tebal dari pada daearh lain. Tebal rata rata Vs rendah untuk daerah landslide mencapai 7-12 meter. Apabila dikembalikan pada data hasil soil boring maka terlihat bahwa lapisan lempung berlanau maupun lanau berlempung cenderung memiliki Vs lebih rendah dari lempung berpasir. Hal ini mengidentifikasikan bahwa lapisan bawah permukaan Jombok didomiasi oleh lapisan sedimen alluvium beruipa lempung-lanau dan pasir yang merupakan endapan sungai. Berdasarkan hasil penggambaran Vs dari hasil inversi ModelHVSR kemudian dikorelasikan lagi dengan hasil analisiss frekuensi natural tanah, amplifikasi dan Kg dan hasilnya adalah menemukan kecocokan. Secara fisiografis, daerah dengan garis hitam yang merupakan area landslide c. Inversi ModelHVSR mampu dengan baik menggambarkan Vs bawah permukaan dari data mikrotremor dan soil boring. d. Hasil penggambaran penampang 3D Vs bawah permukaan, terlihat bahwa nilai Vs rendah di sisi barat (bagian landslide) berada di permukaan hingga kedalaman 15 meter. Sedangkan di sisi timur Vs rendah cenderung tipis, antara 0-5 meter dari permukaan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA ITS yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga meyampaikan terimakasih kepada JICA yang memberikan dukungan finansial untuk pelaksanaan penelitian ini.

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) PUSTAKA [1] Asrurifak, M., Peta Spektra Hazard Indonesia Dengan Menggunakan Model Gridded Seismicity Untuk Sumber Gempa Background. Penerbit ITB [2] Atmoko, P, W., Penyelidikan Zona Longsor dengan Metode Resistivity Di Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Malang. Jurnal Natural UB [3] Ardianto, R, N., Arief R., Suroso., Penyelidikan Longsor di Dusn Songkorejo Desa Jombok Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Malang. Jurnal UB [4] Mustomo, I., 2013., Studi Perubahan Karakteristik Fisik, Mekanik Dan Dinamik Tanah Terhadap Siklus Pembasahan Dan Pengeringan Pada Tanah Permukaan Lereng Di Ngantang Malang. ITS Surabaya. Jurnal Teknik POMITS Vol 1, No.1 (2013) 1-7. [5] Beroya MAA,Aydin A., A new aproach to liquefaction hazard zonation:application to Laoag City Northen Phillipina;Soil Dynamics and Earthquake Engineering;30, [6] Herak, M. (2008)., ModelHVSR: a Matlab tool to model horizontal-tovertical spectral ratio of ambient noise, Computers and Geosciences, vol.34, hal [7] Nakamura, Y., Sato, T., and Nishinaga, M., Local Site Effect Of Kobe Based On Microtremor Measurement. Proceedings of the Sixth International Conference on Seismic Zonation (6ISCZ) EERI, November 12-15, 2000/ Palm Springs. California. [8] Sungkono., Inversi Terpisah Dan Simultan Dispersi Gelombang Rayleigh Dan Horizontal to Vertical Ratio Menggunakan Algoritma Genetik. Thesis ITS. Surabaya. Thesis ITS [9] Budiono, K., Handoko., H., dan Godwin Penafsira Struktur Geologi Bawah Permukaan di Kawasan Semburan Lumpur Sidoarjo, Berdasarkan Penampang Ground Penetratring Radar. Junal Geologi Indonesia, Vol. 5 No,3 September 2010: [10] Daryono dkk., 2009, Efek Tapak Lokal (Local Site effect) di Graben Bantul Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor. International Conference Earth Science And Technology. Yogyakarta 6-7 August [11] Nakamura Y, 1989, A method for dynamic characteristics estimation of subsurface using microtremor on the ground surface, Quarterly Report of the Railway Technology Research Institute, Japan ;30(1): [12] Gardner, G.H.F., Gardner, L.W., and Gregory, A.R., 1974, Formation velocity and density the diagnostic basics for stratigraphic traps: Geophysics, 39, [13] Hoffman, P., 1998, The Man Who Loved Only Numbers: The Story of Paul Erdos and the Search for Mathematical Truth. New York: Hyperion, pp [14] Metropolis, N. and Ulam, S., 1949, "The Monte Carlo Method." J. Amer. Stat. Assoc. 44,

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) C384 Estimasi Kecepatan Gelombang Geser (Vs) Berdasarkan Inversi Mikrotremor Spectrum Horizontal to Vertikal Spectral Ratio (HVSR) Studi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : ( Print) C-383

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : ( Print) C-383 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-383 Estimasi Kecepatan Gelombang Geser (Vs) Berdasarkan Inversi Mikrotremor Spectrum Horizontal to Vertikal Spectral Ratio (HVSR)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 84 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hazard Gempa Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software Ez-Frisk dan menghasilkan peta hazard yang dibedakan berdasarkan sumber-sumber gempa yaitu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG

TUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG TUGAS AKHIR (SG 091320) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG Disusun Oleh : IRMA NOVALITA CRISTANTY (1106 100 048) Pembimbing : Prof.Dr.rer.Nat BAGUS JAYA

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi, 1 III. TEORI DASAR A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Gempa bumi umumnya menggambarkan proses dinamis yang melibatkan akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI

PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI KURVATEK Vol.1. No. 2, November 2016, pp.55-59 ISSN: 2477-7870 55 PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI Urip Nurwijayanto Prabowo Prodi Pendidikan Fisika,

Lebih terperinci

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor B194 Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor Nizar Dwi Riyantiyo, Amien Widodo, dan Ayi Syaeful Bahri Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi 20 BAB III TEORI DASAR 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi di Pulau Jawa yang terbesar mencapai kekuatan 8.5 SR, terutama di Jawa bagian barat, sedangkan yang berkekuatan 5-6 SR sering terjadi di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada tiga pertemuan lempeng besar dunia yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Pasifik di bagian timur, dan Lempeng Eurasia di

Lebih terperinci

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B - 194 Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor Nizar Dwi Riyantiyo, Amien Widodo, dan Ayi Syaeful Bahri Departemen

Lebih terperinci

Unnes Physics Journal

Unnes Physics Journal UPJ 5 (2) (2016) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj Identifikasi Struktur Lapisan Tanah Daerah Rawan Longsor di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dengan Metode Horizontal

Lebih terperinci

OUTLINE PENELITIAN PENDAHULUAN. Tinjauan Pustaka METODOLOGI PEMBAHASAN KESIMPULAN PENUTUP

OUTLINE PENELITIAN PENDAHULUAN. Tinjauan Pustaka METODOLOGI PEMBAHASAN KESIMPULAN PENUTUP OUTLINE PENELITIAN PENDAHULUAN Tinjauan Pustaka METODOLOGI PEMBAHASAN KESIMPULAN PENUTUP PENDAHULUAN Latar Belakang TUJUAN BATASAN MASALAH Manfaat Surabaya merupakan wilayah yang dekat dengan sesar aktif

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Area Penelitian IV.2. Tahap Pengolahan IV.3. Ketersediaan Data IV.4.

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Area Penelitian IV.2. Tahap Pengolahan IV.3. Ketersediaan Data IV.4. DAFTAR ISI PRAKATA... i INTISARI... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR ISTILAH... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1. Latar Belakang... 1 I.2. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi khususnya Bidang Mitigasi Gempabumi dan Gerakan Tanah, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Lebih terperinci

MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013! MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... 1 HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v INTISARI... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metoda Mikrozonasi Gempabumi Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya batuan sedimen yang berada di atas basement dengan perbedaan densitas dan kecepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan kajian dan penelitian terkait dengan daerah penelitian atau penelitian yang menggunakan metode terkait. Baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN berikut: Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai 1. Pemetaan mikrozonasi amplifikasi gempabumi di wilayah Jepara dan sekitarnya dilakukan

Lebih terperinci

Inversi Mikrotremor Spektrum H/V untuk Profilling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Lapisan Bawah Permukaan dan Mikrozonasi Wilayah Surabaya

Inversi Mikrotremor Spektrum H/V untuk Profilling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Lapisan Bawah Permukaan dan Mikrozonasi Wilayah Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8 1 Inversi Mikrotremor Spektrum H/V untuk Profilling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Lapisan Bawah Permukaan dan Mikrozonasi Wilayah Surabaya Asmaul Mufida

Lebih terperinci

Profiling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Surabaya Berdasarkan Pengolahan Data Mikrotremor

Profiling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Surabaya Berdasarkan Pengolahan Data Mikrotremor JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-76 Profiling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Surabaya Berdasarkan Pengolahan Data Mikrotremor Asmaul Mufida, Bagus Jaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Pada tahun 2016 di Bulan Juni bencana tanah longsor menimpa Kabupaten Purworejo,

Lebih terperinci

RASIO MODEL Vs30 BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DAN USGS DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL

RASIO MODEL Vs30 BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DAN USGS DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL J. Sains Dasar 2017 6 (1) 49-56 RASIO MODEL Vs30 BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DAN USGS DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL RATIO OF Vs30 MODEL BASED ON MICROTREMOR AND USGS DATA IN JETIS BANTUL Nugroho

Lebih terperinci

Unnes Physics Journal

Unnes Physics Journal UPJ 5 (2) (2016) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj Identifikasi Kerentanan Dinding Bendungan dengan Menggunakan Metode Mikroseismik (Studi Kasus Bendungan Jatibarang, Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara geografis Provinsi Bengkulu terletak pada posisi 101 1-103 46 BT dan 2 16-5 13 LS, membujur sejajar dengan Bukit Barisan dan berhadapan langsung dengan Samudra

Lebih terperinci

ANALISIS GSS (GROUND SHEAR STRAIN) DENGAN METODE HVSR MENGGUNAKAN DATA MIKROSEISMIK PADA JALUR SESAROPAK

ANALISIS GSS (GROUND SHEAR STRAIN) DENGAN METODE HVSR MENGGUNAKAN DATA MIKROSEISMIK PADA JALUR SESAROPAK Analisis Nilai GSS...(Yuni Setiawati) 132 ANALISIS GSS (GROUND SHEAR STRAIN) DENGAN METODE HVSR MENGGUNAKAN DATA MIKROSEISMIK PADA JALUR SESAROPAK ANALYSIS OF GSS (GROUND SHEAR STRAIN) USING HVSR METHOD

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang

IV. METODE PENELITIAN. Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang IV. METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang efektif, murah dan ramah lingkungan yang dapat digunakan pada wilayah permukiman.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak studi menunjukkan bahwa kerusakan infrastruktur akibat gempa bumi akan lebih besar terjadi pada wilayah yang tanahnya tidak terkonsolidasi dengan baik. Tanah yang

Lebih terperinci

KAJIAN KERENTANAN TANAH BERDASARKAN ANALISIS HVSR DI DAERAH SEMBURAN LUMPUR SIDOARJO DAN SEKITARNYA, JAWA TIMUR, INDONESIA

KAJIAN KERENTANAN TANAH BERDASARKAN ANALISIS HVSR DI DAERAH SEMBURAN LUMPUR SIDOARJO DAN SEKITARNYA, JAWA TIMUR, INDONESIA KAJIAN KERENTANAN TANAH BERDASARKAN ANALISIS HVSR DI DAERAH SEMBURAN LUMPUR SIDOARJO DAN SEKITARNYA, JAWA TIMUR, INDONESIA SOIL VULNERABILITY ASSESSMENT BASED ON HVSR ANALYSIS IN AND AROUND THE LUSI ERUPTION

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xv ABSTRACT...

Lebih terperinci

Aplikasi Metode HVSR pada Perhitungan Faktor Amplifikasi Tanah di Kota Semarang

Aplikasi Metode HVSR pada Perhitungan Faktor Amplifikasi Tanah di Kota Semarang Windu Partono, Masyhur Irsyam, Sri Prabandiyani R.W., Syamsul Maarif Aplikasi Metode HVSR pada Perhitungan Faktor Amplifikasi Tanah di Kota Semarang Aplikasi Metode HVSR pada Perhitungan Faktor Amplifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempabumi tektonik. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci

Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:

Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 215: 1122-1127 Studi Site Effect Dengan Indikator Percepatan Getaran Tanah Maksimum, Indeks Kerentanan Seismik, Ground Shear Strain Dan Ketebalan Lapisan Sedimen Di Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS MIKROTREMOR UNTUK MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI KAWASAN JALUR SESAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA

ANALISIS MIKROTREMOR UNTUK MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI KAWASAN JALUR SESAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA Analisis Mikrotremor untuk... (Ika Kurniawati) 88 ANALISIS MIKROTREMOR UNTUK MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI KAWASAN JALUR SESAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA MICROTREMOR ANALYSIS FOR SEISMIC VULNERABILITY

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU Yeza Febriani, Ika Daruwati, Rindi Genesa Hatika Program

Lebih terperinci

!"#$%&!'()'*+$()$(&,(#%-".#,/($0&#$,(#&1!2,#3&

!#$%&!'()'*+$()$(&,(#%-.#,/($0&#$,(#&1!2,#3& "#$%&'()'*+$()$(&,(#%-".#,/($0&#$,(#&12,#3& Diterbitkan oleh : Pusat Pengembangan Instruksional Sains (P2IS) Bekerjasama dengan : Jurusan Pendidikan Fisika F M IPA UN Y dan Himpunan Mahasiswa Fisika UN

Lebih terperinci

Timur dan kedalaman 48 kilometer. Berdasarkan peta isoseismal yang

Timur dan kedalaman 48 kilometer. Berdasarkan peta isoseismal yang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak diharapkan dan tidak bisa dikendalikan. Bencana alam seperti gempabumi, banjir, letusan gunung api tidak hanya mengganggu

Lebih terperinci

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji) 42 Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji) Friska Puji Lestari 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Hamdy Arifin 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas

Lebih terperinci

Penentuan Pergeseran Tanah Kota Palu Menggunakan Data Mikrotremor. Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data

Penentuan Pergeseran Tanah Kota Palu Menggunakan Data Mikrotremor. Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data Zakia* ), Sandra, M.Rusydi Hasanuddin Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia. ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISIS LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN GROUND PROFILES

ANALISIS LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN GROUND PROFILES Analisis Litologi Bawah... (Siti Patimah) 59 ANALISIS LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN GROUND PROFILES KECEPATAN GELOMBANG GESERDENGAN METODE ELLIPTICITY CURVE DI KECAMATAN PRAMBANAN DAN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di Indonesia, kejadian longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi. Beberapa contoh kejadian yang terpublikasi adalah longsor di daerah Ciregol, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.

Lebih terperinci

Zonasi Rawan Bencana Gempa Bumi Kota Malang Berdasarkan Analisis Horizontal Vertical to Spectral Ratio (HVSR)

Zonasi Rawan Bencana Gempa Bumi Kota Malang Berdasarkan Analisis Horizontal Vertical to Spectral Ratio (HVSR) Zonasi Rawan Bencana Gempa Bumi Kota Malang Berdasarkan Analisis Horizontal Vertical to Spectral Ratio (HVSR) Oxtavi Hardaningrum 1, Cecep Sulaeman 2, Eddy Supriyana 1 1 Program Studi Geofisika, Universitas

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 1. PENGUKURAN SITECLASS 2. PENGUKURAN MIKROTREMOR ARRAY 3. PEMBUATAN SINTETIK GROUND MOTION 4. PETA PROBABILITAS HAZARD

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KURVA HORIZONTAL-TO-VERTICAL SPECTRAL RATIO: KAJIAN LITERATUR DAN PERMODELAN

KARAKTERISASI KURVA HORIZONTAL-TO-VERTICAL SPECTRAL RATIO: KAJIAN LITERATUR DAN PERMODELAN KARAKTERISASI KURVA HORIZONTAL-TO-VERTICAL SPECTRAL RATIO: KAJIAN LITERATUR DAN PERMODELAN Oleh: Sungkono 1), B.J. Santosa 2) ABSTRAK: Metode Horizontal-to-Vertical Spectral Ratio (HVSR) dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Data Pengukuran mikrotremor merupakan salah satu metode seismik pasif yang banyak digunakan dalam penelitian bawah permukaan. Metode ini menggunakan HVSR (Horizontal

Lebih terperinci

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti Untuk Mikrozonasi Seismik Untuk Stabilitas Lereng Daerah Rawan Longsor Dalam Rangka Mengurangi Resiko Terjadinya Tanah Longsor Di Panti, Kabupaten Jember Peneliti

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar III. TEORI DASAR 3.1. Jenis-jenis Gelombang Seismik 3.1.1. Gelombang Badan (Body Waves) Gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang menjalar melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi dari tiga lempeng utama (kerak samudera dan kerak benua) yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta J. Sains Dasar 2014 3(1) 95 101 Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta (Microtremor characteristics and analysis of seismicity on Opak fault

Lebih terperinci

Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array

Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array M. Asrurifak, Masyhur Irsyam, Bigman M Hutapea Pusat

Lebih terperinci

OLEH : REZA AGUS P. HARAHAP ( ) LAILY ENDAH FATMAWATI ( )

OLEH : REZA AGUS P. HARAHAP ( ) LAILY ENDAH FATMAWATI ( ) ANALISA MIKROTREMOR DENGAN METODE HVSR (HORIZONTAL TO VERTICAL SPECTRAL RATIO) UNTUK PEMETAAN MIKROZONASI SERTA VARIASI BENTUK PONDASI TELAPAK BANGUNAN SEDERHANA DI KELURAHAN KEJAWAN PUTIH TAMBAK SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan

Lebih terperinci

), DAN TIME FREQUENCY ANALYSIS

), DAN TIME FREQUENCY ANALYSIS Karakteristik Mikrotremor di.. (Kholis Nurhanafi) 107 KARAKTERISTIK MIKROTREMOR DI PERMUKAAN SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, KAWASAN KARST GUNUNG SEWU, BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRUM, ANALISIS KURVA HORIZONTAL

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM (PGA) DAN ERENTANAN TANAH MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR I JALUR SESAR KENDENG

IDENTIFIKASI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM (PGA) DAN ERENTANAN TANAH MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR I JALUR SESAR KENDENG Identifikasi Percepatan Tanah IDENTIFIKASI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM (PGA) DAN ERENTANAN TANAH MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR I JALUR SESAR KENDENG Anindya Putri R., M. Singgih Purwanto, Amien Widodo Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali dikembangkan oleh Nakamura (1989) dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SEISMIK KAWASAN KULONPROGO BAGIAN UTARA (THE SEISMIC CHARACTERISTICS OF NORTHERN PART OF KULONPROGO)

KARAKTERISTIK SEISMIK KAWASAN KULONPROGO BAGIAN UTARA (THE SEISMIC CHARACTERISTICS OF NORTHERN PART OF KULONPROGO) KARAKTERISTIK SEISMIK KAWASAN KULONPROGO BAGIAN UTARA (THE SEISMIC CHARACTERISTICS OF NORTHERN PART OF KULONPROGO) Bambang Ruwanto, Yosaphat Sumardi, dan Denny Darmawan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Matematika

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RF IMAM GAZALI NRP DOSEN PEMBIMBING: M. Singgih Purwanto, S.Si, MT NIP

TUGAS AKHIR RF IMAM GAZALI NRP DOSEN PEMBIMBING: M. Singgih Purwanto, S.Si, MT NIP TUGAS AKHIR RF 141501 ESTIMASI KECEPATAN GELOMBANG GESER (Vs) BERDASARKAN INVERSI MIKROTREMOR SPECTRUM HORIZONTAL TO VERTICAL SPECTRAL RATIO (HVSR) STUDI KASUS : TANAH LONGSOR DESA OLAK ALEN, BLITAR IMAM

Lebih terperinci

PEMETAAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPABUMI 30 SEPTEMBER 2009

PEMETAAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPABUMI 30 SEPTEMBER 2009 PEMETAAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPABUMI 30 SEPTEMBER 2009 Saaduddin 1, Sismanto 2, Marjiyono 3 1 Prodi Teknik Geofisika, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MIKROTREMOR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRUM, ANALISIS TFA (TIME FREQUENCY ANALYSIS) DAN ANALISIS SEISMISITAS PADA KAWASAN JALUR SESAR OPAK

KARAKTERISTIK MIKROTREMOR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRUM, ANALISIS TFA (TIME FREQUENCY ANALYSIS) DAN ANALISIS SEISMISITAS PADA KAWASAN JALUR SESAR OPAK Karakteristik Mikrotremor Berdasarkan (Umi Habibah) 93 KARAKTERISTIK MIKROTREMOR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRUM, ANALISIS TFA (TIME FREQUENCY ANALYSIS) DAN ANALISIS SEISMISITAS PADA KAWASAN JALUR SESAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian yang dilakukan mengambil topik tentang gempabumi dengan judul : Studi Mikrotremor untuk Zonasi Bahaya Gempabumi Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Andreastuti, S.D., Laporan Tanggap Darurat Letusan G. Api, G. Soputan, Sulawesi Utara. Yayasan Media Bhakti Tambang. Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Andreastuti, S.D., Laporan Tanggap Darurat Letusan G. Api, G. Soputan, Sulawesi Utara. Yayasan Media Bhakti Tambang. Bandung. DAFTAR PUSTAKA Andreastuti, S.D., 2008. Laporan Tanggap Darurat Letusan G. Api, G. Soputan, Sulawesi Utara. Yayasan Media Bhakti Tambang. Bandung. Arai, H., dan Tokimatsu, K., 2004. S-wave velocity profiling

Lebih terperinci

Deskripsi tanah. Vs (m/s) BH-2 BH-1

Deskripsi tanah. Vs (m/s) BH-2 BH-1 Deskripsi tanah BH-1 Kedalaman (m) Ketebalan (m) Vs (m/s) Deskripsi tanah BH-2 Kedalaman (m) Ketebalan (m) clayey silt 37.6-41. 3.4 38 clayey silt 48. - 54. 6. 35 clayey sand 41. - 44. 3. 31 clayey silt

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching Penampang hasil pengolahan dengan perangkat lunak Ipi2win pada line 08 memperlihatkan adanya struktur antiklin. Struktur ini memiliki besar tahanan jenis

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio Pada Perhitungan Frekuensi Natural dan Amplitudo HVSR

Aplikasi Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio Pada Perhitungan Frekuensi Natural dan Amplitudo HVSR 105 Aplikasi Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio Pada Perhitungan Frekuensi Natural Samsul Hidayat 1*, Cari 1, Dwa Desa Warnana 2, Sorja Koesuma 3 1 Prodi Ilmu Fisika, PPs, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana bumi, dimulai dari letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami karena wilayah nusantara dikepung

Lebih terperinci

Identifikasi Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Gelombang Geser Di Kecamatan Palu Barat

Identifikasi Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Gelombang Geser Di Kecamatan Palu Barat Identifikasi Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Gelombang (Identification of subsurface structure based on the shear wave analysis in West Palu subdistrict) Musrifah Am Tayeb *),

Lebih terperinci

Analisis Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Tingkat Kerentanan Seismik Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu

Analisis Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Tingkat Kerentanan Seismik Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisis Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Tingkat Kerentanan Seismik Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu Refrizon, Arif Ismul Hadi, Kurnia Lestari dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Email: lutfinur.ismi@ymail.com

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. gaya yang bekerja pada batuan melebihi batas kelenturannya. 1. Macam Gempa Bumi Berdasarkan Sumbernya

III. TEORI DASAR. gaya yang bekerja pada batuan melebihi batas kelenturannya. 1. Macam Gempa Bumi Berdasarkan Sumbernya III. TEORI DASAR A. Gempabumi Gempabumi adalah getaran seismik yang disebabkan oleh pecahnya atau bergesernya batuan di suatu tempat di dalam kerak bumi (Prager, 2006). Sedangkan menurut Hambling (1986)

Lebih terperinci

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI PEMETAAN ZONA LEMAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN DUTCH CONE PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI PORONG ABDURAHMAN WAFI Dosen Pembimbing: Prof. Dr.rer.nat. Bagus Jaya

Lebih terperinci

Karakterisasi Kekuatan Bangunan Wilayah Surabaya Jawa Timur Menggunakan Analisis Mikrotremor

Karakterisasi Kekuatan Bangunan Wilayah Surabaya Jawa Timur Menggunakan Analisis Mikrotremor Karakterisasi Kekuatan Bangunan Wilayah Surabaya Jawa Timur Menggunakan Analisis Mikrotremor 1 Mochamad Abied Lutfi Nashir dan Ayi Syaeful Bahri Fisika, FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Lebih terperinci

PEMETAAN KETEBALAN LAPISAN SEDIMEN WILAYAH KLATEN DENGAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR

PEMETAAN KETEBALAN LAPISAN SEDIMEN WILAYAH KLATEN DENGAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR KURVATEK Vol.01. No. 02, November 2016, pp.49-54 ISSN: 2477-7870 49 PEMETAAN KETEBALAN LAPISAN SEDIMEN WILAYAH KLATEN DENGAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR Rizqi Prastowo 1,a, Urip Nurwijayanto Prabowo 2, Fitri

Lebih terperinci

RESEARCH ARTICLE. Randi Adzin Murdiantoro 1*, Sismanto 1 dan Marjiyono 2

RESEARCH ARTICLE. Randi Adzin Murdiantoro 1*, Sismanto 1 dan Marjiyono 2 Jurnal Fisika Indonesia Murdiantoro et al. Vol. 20 (2016) No. 2 p.36-41 ISSN 1410-2994 (Print) ISSN 2579-8820 (Online) RESEARCH ARTICLE Pemetaan Daerah Rawan Kerusakan Akibat Gempabumi di Kotamadya Denpasar

Lebih terperinci

ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS

ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN... (MICHEL S. PANSAWIRA, DKK) ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS Michel S. Pansawira 1, Paulus P. Rahardjo 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Pada penelitian mikrozonasi gempa dengan memanfaatkan mikrotremor di Kota Cilacap ini, penulis melakukan pengolahan data pengukuran mikrotremor

Lebih terperinci

Analisis Mikrotremor Kawasan Palu Barat Berdasarkan Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR) ABSTRAK

Analisis Mikrotremor Kawasan Palu Barat Berdasarkan Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR) ABSTRAK Analisis Mikrotremor Kawasan Palu Barat Berdasarkan Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR) Yesberlin Toiba, M. Rusydi H, Petrus Demon Sili, Maskur Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu

Lebih terperinci

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan titik temu antara tiga lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim disebut Triple Junction.

Lebih terperinci

Analisis Mikrotremor untuk Evaluasi Kekuatan Bangunan Studi Kasus Gedung Perpustakaan ITS

Analisis Mikrotremor untuk Evaluasi Kekuatan Bangunan Studi Kasus Gedung Perpustakaan ITS JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-52 Analisis Mikrotremor untuk Evaluasi Kekuatan Bangunan Studi Kasus Gedung Perpustakaan ITS Vivi Wulandari Ayi dan Syaeful Bahri

Lebih terperinci

Penaksiran Resonansi Tanah dan Bangunan Menggunakan Analisis Mikrotremor Wilayah Surabaya Jawa Timur

Penaksiran Resonansi Tanah dan Bangunan Menggunakan Analisis Mikrotremor Wilayah Surabaya Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1,. 1, (2012) 1-5 1 Penaksiran Resonansi Tanah dan Bangunan Menggunakan Analisis Mikrotremor Wilayah Surabaya Jawa Timur Dian Nur Aini, Widya Utama, A. Syaeful Bahri Fisika, FMIPA

Lebih terperinci

INDEK KERENTANAN DAN AMPLIFIKASI TANAH AKIBAT GEMPA DI WILAYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

INDEK KERENTANAN DAN AMPLIFIKASI TANAH AKIBAT GEMPA DI WILAYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Muhtar & Arief Alihudien 2 INDEK KERENTANAN DAN AMPLIFIKASI TANAH AKIBAT GEMPA DI WILAYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Vulnerability and Soil Amplification Index Due to Earthquake in The University

Lebih terperinci

Jurnal Geocelebes Vol. 1 No. 1, April 2017, Hal 5-12

Jurnal Geocelebes Vol. 1 No. 1, April 2017, Hal 5-12 ISSN : 2579-5821 (Cetak) ISSN : 2579-5546 (Online) Alamat URL : http://journal.unhas.ac.id/index.php/geocelebes Jurnal Geocelebes Vol. 1 No. 1, April 2017, Hal 5-12 MIKROZONASI KAWASAN RAWAN BENCANA GEMPABUMI

Lebih terperinci

Intepretasi Lapisan Sedimen berdasarkan Ground Profile Vs dengan Pengukuran Mikrotremor di Kecamatan Pacitan

Intepretasi Lapisan Sedimen berdasarkan Ground Profile Vs dengan Pengukuran Mikrotremor di Kecamatan Pacitan ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2018) Vol.8 No.1 halaman 32 April 2018 Intepretasi Sedimen berdasarkan Ground Profile Vs dengan Pengukuran Mikrotremor di Kecamatan Pacitan Nugroho

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT Diah Ayu Chumairoh 1, Adi Susilo 1, Dadan Dhani Wardhana 2 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.

Lebih terperinci

KOMPARASI NILAI FAKTOR AMPLIFIKASI TANAH DENGAN PENDEKATAN SSA DAN HVSR PADA WILAYAH KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

KOMPARASI NILAI FAKTOR AMPLIFIKASI TANAH DENGAN PENDEKATAN SSA DAN HVSR PADA WILAYAH KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG KOMPARASI NILAI FAKTOR AMPLIFIKASI TANAH DENGAN PENDEKATAN SSA DAN HVSR PADA WILAYAH KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Windu Partono *), Masyhur Irsyam **), Sri Prabandiyani R.W *), Syamsul Maarif ***)

Lebih terperinci

Spatial Analysis of Surface Aquifer Thickness Based Frequency predominant in Bantul District

Spatial Analysis of Surface Aquifer Thickness Based Frequency predominant in Bantul District ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2015) Vol.5 No.1 Halaman 62 April 2015 Spatial Analysis of Surface Aquifer Thickness Based Frequency predominant in Bantul District Nugroho Budi Wibowo

Lebih terperinci

PROCEEDINGS PIT HAGI th HAGI Annual Convention & Exhibition Palembang, September 2012

PROCEEDINGS PIT HAGI th HAGI Annual Convention & Exhibition Palembang, September 2012 Pemetaan Profil Ketebalan edimen Makassar dan ekitarnya Menggunakan Pengukuran Mikrotremor abrianto Aswad, Erni Fransisca P, Muhammad Hamzah, Rahmat Hidayat, Ade Perdana 2 Program tudi Geofisika, Universitas

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu

Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu R. SURYANITA 1,* 1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Jl. HR Soebrantas KM.12.5 Pekanbaru, Indonesia

Lebih terperinci

STUDI KERENTANAN SEISMIK TANAH TERHADAP FREKUENSI ALAMI BANGUNAN DI KOTA PALU BERDASARKAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR

STUDI KERENTANAN SEISMIK TANAH TERHADAP FREKUENSI ALAMI BANGUNAN DI KOTA PALU BERDASARKAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR STUDI KERENTANAN SEISMIK TANAH TERHADAP FREKUENSI ALAMI BANGUNAN DI KOTA PALU BERDASARKAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR Mauludin Kurniawan 1* Kirbani Sri Brotopuspito 2 Agung Setianto 3 1 Magister Geo-Informasi

Lebih terperinci

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI) Jurnal Fisika Vol. 3 No. 2, Nopember 2013 117 PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI) Munaji*, Syaiful Imam, Ismi Lutfinur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnitudo Gempabumi Magnitudo gempabumi adalah skala logaritmik kekuatan gempabumi atau ledakan berdasarkan pengukuran instrumental (Bormann, 2002). Pertama kali, konsep magnitudo

Lebih terperinci

Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Jatikuwung Karanganyar

Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Jatikuwung Karanganyar ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.1 halaman 29 April 2013 Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Jatikuwung Karanganyar Nakif Nurcandra,

Lebih terperinci

Analisis Pendahuluan Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisis Pendahuluan Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta Analisis Pendahuluan Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta Lindung Zalbuin Mase Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada ABSTRAK: Likuifaksi

Lebih terperinci

POTENSI LIKUIFAKSI TANAH BERDASARKAN PENGUKURAN MIKROTREMOR STUDI KASUS KECAMATAN PUGER, JEMBER

POTENSI LIKUIFAKSI TANAH BERDASARKAN PENGUKURAN MIKROTREMOR STUDI KASUS KECAMATAN PUGER, JEMBER TUGAS AKHIR RF 141501 POTENSI LIKUIFAKSI TANAH BERDASARKAN PENGUKURAN MIKROTREMOR STUDI KASUS KECAMATAN PUGER, JEMBER MUHAMMAD REZA SHALAHUDDIN NOOR NRP. 3713100001 Dosen Pembimbing Dr. Dwa Desa Warnana

Lebih terperinci