TUGAS AKHIR TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI SEBAGAI PROGRAM PENATAAN PERUMAHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT MISKIN KOTA PEKALONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI SEBAGAI PROGRAM PENATAAN PERUMAHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT MISKIN KOTA PEKALONGAN"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI SEBAGAI PROGRAM PENATAAN PERUMAHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT MISKIN KOTA PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota Oleh : Aryani Setyowati I PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI SEBAGAI PROGRAM PENATAAN PERUMAHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT MISKIN KOTA PEKALONGAN Aryani Setyowati NIM. I Abstrak Program Sapu Lidi Kota Pekalongan merupakan program Pemerintah Kota Pekalongan sebagai program rumah aman bagi warga miskin di Kota Pekalongan melalui pembangunan rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan permukiman dengan menggunakan pendekatan Tribina, yaitu Bina Lingkungan, Bina Sosial, dan Bina Manusia. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Tingkat keberhasilan capaian dari hasil implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi tingkat keberhasilan program Sapu Lidi dalam upaya pengentasan kemiskinan dengan cara penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode yang digunakan adalah deskriptif. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran sehingga dapat diketahui implementasi program Sapu Lidi di Kota Pekalongan. Tingkat keberhasilan program Sapu Lidi menggunakan 5 variabel, yaitu Efektifitas, Efisiensi, Kecukupan, Responsitas, dan Ketepatan yang kemudian masing-masing variabel dianalisis. Variabel efektifitas menggunakan analisis kualitatif, variabel efesiensi menggunakan analisis kualitatif, variabel kecukupan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif, variabel responsitas menggunakan analisis kualitatif dan kuantitaif, dan variabel ketepatan menggunakan analisis kualitatif. Setelah itu dilakukan analisis tingkat keberhasilan program Sapu Lidi Kota Pekalongan berdasarkan hasil analisis dari masing-masing variabel dengan indikator dan tolak ukur yang ditentukan. Berdasarkan hasil analisis tingkat keberhasilan program Sapu Lidi di Kota Pekalongan dapat disimpulkan bahwa bahwa Tingkat Keberhasilan Program Sapu Lidi sebagai Program Penataan Perumahan Permukiman Masyarakat Miskin Kota Pekalongan tidak efektif karena program tersebut memberikan kontribusi yang kecil terhadap penanganan RTLH Kota Pekalongan walapun terkait mekanisme dan peran pemerintah dalam pemberian bantuan belum memperlihatkan secara jelas alur, proses dan keterlibatan commit pemerintah to user didalamnya sehingga implementasi kurang efisien. iii

3 Berdasarkan penilian masyarakat terkait implementasi program, Keberhasilan Program Sapu Lidi ada di lokasi BEDAH KAMPUNG, dimana di lokasi tersebut implementasi program berhasil dalam aspek fisik, sosial, dan ekonomi. Selain itu, di lokasi tersebut, masyarakat mendapatkan manfaat bahkan multiplier effect dari hasil implementasi program dan tidak menimbulkan banyak masalah terkait tahapan implementasi program. Abstract The Sapu Lidi program is a program from the Government as a safe house program for the poor in Pekalongan through the construction of core houses grow, restoring the house, and arrange the settlements by using the "TRIBINA" approach of Community Development, Social Development and Human Development. The formulation of the issues raised in this study is The success rate of achievement from the implementation of SAPU LIDI program as a program which structuring settlements housing poor in Pekalongan City. The purpose of this study is to evaluate the success rate of SAPU LIDI program in an effort to alleviate poverty by structuring settlements housing poor Pekalongan City. The study is qualitative and used descriptive method. This method was used to illustrated the implementation of the SAPU LIDI program so that it could be seen in the City of Pekalongan. The success rate of SAPU LIDI program was using five variables, namely Effectiveness, Efficiency, Adequacy, Responsitas, and accuracy are then analyzed each variable. The variable effectiveness using qualitative analysis, the variable efficiency of using qualitative analysis, the variable adequacy of using qualitative and quantitative analysis, the variable responsitas using qualitative and quantitative analysis, and variable precision using qualitative analysis. After it carried out the analysis of the SAPU LIDI's program success rate Pekalongan based on the results of analysis of each variable to the indicators and benchmarks are determined. Based on the results of the analysis of the SAPU LIDI's program success rate in Pekalongan can be concluded that the The success rate SAPU LIDI's Program as the Program Planning Housing the Poor Settlements Pekalongan not effective because the program a small contribution towards handling RTLH Pekalongan related mechanisms and despite the government's role in relief groove has not been demonstrated clearly, process and government involvement in it so the implementation was less efficient. iv

4 DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii MOTTO HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan sebagai Permasalahan Suatu Kota KebijakanPemerintahKota Pekalongan Program Sapu Lidi Kota Pekalongan Perlunya Evaluasi Program SapuLidi Kota Pekalongan... 6 B. RUMUSAN MASALAH... 7 C. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Penelitian Sasaran Penelitian....7 D. BATASANPENELITIAN Batasan Wilayah Batasan Materi... 9 E. MANFAATPENELITIAN... 9 F. METODE PENELITIAN G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN H. KERANGKAPENELITIAN BAB II LANDASAN TEORI A. KEMISKINAN Definisi Kemiskinan Program PengentasanKemiskinan B. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pengertian Perumahan Permukiman Tujuan Pembangunan Perumahan Permukiman Community Based Housing Development Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Perumahan Swadaya Secara Berkelompok (Organisasi) Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Keterkaitan Perbaikan atau Peningkatan Pembangunan Perumahan Permukiman untuk Penanggulangan Kemiskinan 30 C. PERUMAHANDANPEMUKIMAN KOTA PEKALONGAN Kebijakan Perumahan dan Permukiman Kota Pekalongan Permasalahan Perumahan Permukiman dan Lingkungan Kota Pekalongan commit... to user 31 viii

5 DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR D. PROGRAM SAPULIDI KOTA PEKALONGAN Pengertian Program Sapu Lidi Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Program Sapu Lidi Tahap Pelaksanaan Program E. EVALUASI PROGRAM Pengertian Evaluasi Hakekat Evaluasi Program Kriteria Evaluasi Program Fungsi dan Tujuan Evaluasi Program BAB III METODOLOGI A. JENIS PENELITIAN B. RUMUSAN VARIABEL C. KEBUTUHAN DATA D. TEKNIK SAMPLING E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik Pengumpulan Data Primer Teknik Pengumpulan Data Sekunder F. METODE ANALISIS Metode Analisis Deskriptif Kualitatif Metode Analisis Statistik Deskriptif G. INDIKATOR PENELITIAN EVALUASI H. METODE SINTESIS BAB IV GAMBARAN WILAYAH KAJIAN PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM KOTA PEKALONGAN B. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Lokasi Implementasi Program di Rusunawa Slamaran Gambaran Lokasi Implementasi Program di Bumirejo Damai Residence Gambaran Implementasi Program di Griya Swadaya Asri Gambaran Lokasi Implementasi Program di Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru C. IMPLEMENTASI PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN Struktur Keorganisasian Program Sapu Lidi Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Implementasi Program D. PENCAPAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM Implementasi Program terhadap Pembangunan Fisik di Lokasi Implementasi Program Imlementasi Program terhadap Aspek Ekonomi Implementasi Program terhadap Aspek Sosial ix

6 DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR E. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Fisik Implementasi Program Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Ekonomi Implementasi Program Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Sosial Implementasi Program Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program Persepsi Masyarakat tentang Manfaat Program Persepsi Masyarakat tentang Permasalahan Pelaksanaan Program BAB V ANALISIS EVALUASI PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN A. ANALISIS EFEKTIFITAS PENCAPAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM SAPU LIDI B. ANALISIS EFISIENSI PERAN LEMBAGA YANG TERLIBAT DAN MEKANISME DALAM PEMBERIAN BANTUAN SAPU LIDI Analisis Peran Kepanitiaan atau Lembaga yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Sapu Lidi Analisis Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Program Sapu Lidi Kota Pekalongan C. ANALISIS TINGKAT KECUKUPAN CAPAIAN PROGRAM DALAM KOMPONEN TRIDAYA PEMBANGUNAN PERUMAHAN D. ANALISIS RESPONSIVITAS MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM SAPU LIDI E. ANALISIS KETEPATAN ATAU KESESUAIAN KELOMPOK SASARAN ATAU TARGET GROUP PELAKSANAAN PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN Analisis Kesesuaian Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerima Program Analisis Penghunian F. SINTESIS TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN B. REKOMENDASI Rekomendasi terhadap Hasil Studi Rekomendasi Arah commit Penelitian to user Lanjutan x

7 DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Usaha usaha Tribina Program Sapu Lidi Tabel 2.2. Kriteria Evaluasi Tabel 2.3 Rangkuman Variabel dari Hasil Kajian Teori Tabel 3.1. Perumusan Variabel Tabel 3.2. Kebutuhan Data Penelitian Tabel 3.3. Responden Wawancara Penelitian Tabel 3.4. Jumlah Populasi dan Sampel di Tiap Lokasi Penelitian Tabel 3.5. Kebutuhan Data Primer Tabel 3.6 Kebutuhan Data Sekunder Tabel 3.7 Indikator dan Tolok Ukur Penelitian Evaluasi Tabel 3.8 Pengkriteriaan Keberhasilan Fisik Tabel 3.9 Pengkriteriaan Keberhasilan Ekonomi Tabel 3.10 Pengkriteriaan Keberhasilan Sosial Tabel 3.8. Metodologi Penelitian terkait Kebutuhan Data Tabel 4.1 Jumlah dan Kepadatan Pendudul Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.3 Target Aspek Fisik di Tiap Lokasi Implementasi Program Tabel 4.4 Peran atau Tupoksi Organisasi atau Panitia Implementasi Program Tabel 4.5 Kondisi Rumah Masyarakat Sebelum Menerima Program Tabel 4.6 Kondisi Fisik Bangunan Sebelum dan Setelah Implemenyasi Program Tabel 4.7 Peningkatan Penghasilan atau Pendapatam Masyarakat Penerima Program Tabel 4.8 Persepsi Masyarakat terkait Aspek Fisik Implementasi Program Tabel 4.9 Persepsi Masyarakat terkait Aspek Ekonomi Implementasi Program Tabel 4.10 Persepsi Masyarakat terkait Aspek Sosial Implementasi Program Tabel 4.11 Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap Implementasi Program Tabel 4.12 Persepsi Masyarakat terkait Manfaat dari Tabel 4.13 Implementasi Program Persepsi Masyarakat terkait Permasalahan dalam Implementasi Program Tabel 5.1 Analisis Efektifitas Implementasi Program Tabel 5.2 Analisis Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Program 115 Tabel 5.3 Analisis Kecukupan Capaian Implementasi Program Tabel 5.4 Analisis Responsivitas Masyarakat terkait Implementasi Program Tabel 5.5 Target Group berdasarkan Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerima Program Tabel 5.6 Analisis Kesesuaian Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerima Program xi

8 DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR Tabel 5.7 Analisis Penghunian Implementasi Program Tabel 5.8 Analisis Ketepatan atau Kesesuaian Kelompok Sasaran atau Target Group Pelaksanaan Implementasi Program Tabel 5.9 Sintesa Tingkat Keberhasilan Program Sapu Lidi Kota Pekalongan DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Pemilihan Batasan Wilayah Penelitian... 8 Gambar 1.2. Kerangka Pikir Penelitian Gambar 2.1. Model Community Development Secara Komprehensif Gambar 2.2. Skema Alur Penyelenggaraan Perumahan Swadaya Gambar 2.3 Skema Alur Pelaksanaan Program Sapu LIdi Gambar 2.4 Pola Penanggulan Kemiskinan Gambar 2.5 Skema Pola Pembiayaan Mikro Gambar 3.1 Kerangka Analisis Penelitian Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Pekalongan Gambar 4.2 Peta Sebaran Lokasi Gambar 4.7 Struktur Organisasi Program Sapu Lidi Kota Pekalongan Gambar 4.8 Mekanisme Bantuan Implementasi Program Gambar 4.9 Diagram Kondisi Rumah Sebelum Pelaksanaan Program Gambar 4.10 Kondisi Bangunan Rusunawa Slamaran Gambar 4.11 Kondisi Bangunan Rumah di Griya Swadaya Asri Gambar 4.12 Kondisi Bangunan Rumah di Bumirejo Damai Residence Gambar 4.13 Kondisi Bangunan Rumah Bedah Kampung Gambar 4.14 Kondisi Jalan di Rusunawa Slamaran Gambar 4.15 Kondisi Jalan di Griya Swdaya Asri Gambar 4.16 Kondisi Jalan di Bumirejo Damai Residence Gambar 4.17 Kondisi Jalan di Bedah Kampung Gambar 4.18 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Fisik Implementasi Program Gambar 4.19 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Ekonomu Implementasi Program Gambar 4.20 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Sosial Implementasi Program Gambar 4.21 Diagram Kesesuaian Harapan Masyarakat terkait Implementasi Program Gambar 4.22 Diagram Presentase Kesesuaian Harapan Masyarakat terkait Implementasi Program Gambar 4.23 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Manfaat Implementasi Program Gambar 4.24 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Permasalahan dalam Implementasi Program xii

9 DAFTAR ISI,TABEL, GAMBAR DAFTAR REFRENSI LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP xiii

10 BAB I BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Kemiskinan sebagai Permasalahan Suatu Kota Kemiskinan merupakan persoalan yang maha kompleks dan kronis bagi segala lapisan masyarakat. Pengertian kemiskinan menurut Gunawan Sumodiningrat dkk (1999: 1) adalah sebuah konsep ilmiah yang lahir sebagai dampak ikutan dari pembangunan dalam kehidupan. Kemiskinan dipandang sebagai bagian dari masalah dalam pembangunan, yang keberadaannya ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Kemiskinan pada dasarnya tidak bisa didefinisikan dengan sangat sederhana karena menyangkut berbagai aspek yang tidak hanya berhubungan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan material, tetapi juga sangat berkaitan dengan dimensi kehidupan manusia yang lain. Menurut Bank Dunia (2003), terdapat beberapa penyebab dasar dari kemiskinan adalah sebagai berikut : 1). Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal; 2). Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; 3). Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor; 4). Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung; 5). Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern); 6). Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat; 7). Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya; 1

11 BAB I 8). Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance); 9). Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan. Setiap kota di Indonesia pasti memiliki permasalahan kemiskinan sebagai akibat dari pembangunan di kota tersebut. Seperti halnya di Kota Pekalongan yang juga memiliki masalah kemiskinan. Kota Pekalongan sebelumnya dikenal sebagai salah satu kantong kemiskinan di Indonesia. Hal itu ditandai dengan banyaknya rumah tidak layak huni, seperti yang tercatat di Bapermas Kota Pekalongan yaitu tidak berjendela, tidak memiliki sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) di 286 titik kawasan kumuh Kota Pekalongan dan angka kemiskinan kota yang besar yaitu 33,45% pada tahun Adanya tingkat kemiskinan pada suatu perkotaan menunjukkan sejauh mana kota tersebut memberikan perhatian yang lebih pada masyarakat miskinnya. Kemiskinan pada suatu kota mengambarkan sejauh mana kota tersebut maju dalam mengelola pembangunan kotanya, maka dari itu berbagai kota yang ada di Indonesia berlomba lomba mengatasi problema kemiskinan yang ada di kotanya dengan cara atau kebijakan masing masing. Menurut Tjiptoherijanto, 1996 : 71, ada beberapa alasan penting mengapa kemiskinan perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi, yaitu : 1. Kemiskinan merupakan kondisi yang kurang beruntung bagi kaum miskin, akses terhadap perubahan politik dan institusional sangat terbatas. 2. Kemiskinan merupakan kondisi yang cenderung menjerumuskan orang miskin ke dalam tindak kriminalitas. 3. Bagi para pembuat kebijaksanaan, kemiskinan itu sendiri juga mencerminkan kegagalan kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil pada masa lampau. 2

12 BAB I 2. Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya kawasan permukiman kumuh di perkotaan. Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman kumuh dapat dikatakan sebagai pengejawantahan dari kemiskinan, karena pada umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal dan banyak dijumpai di kawasan perkotaan. Adanya masalah kemiskinan yang kemudian menimbulkan permasalahan perumahan permukiman yaitu permukiman kumuh mendorong pihak yang berwenang untuk mengeluarkan suatu kebijakan untuk penangannya. Adapaun kebijakan atau peraturan yang diambil oleh Pemerintah KotaPekalongan untuk mengatasi masalah kemiskinan di kotanya, yaitu dengan mengeluarkan Perda No. 11 Tahun 2008 Tentang Percepatan Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat dengan Visi : Keluarga Miskin menjadi sejahtera, mampu dan mandiri. Adapun Misi sebagai berikut : Mewujudkan keluarga miskin bersekolah Mewujudkan keluarga miskin sehat Mewujudkan keluarga miskin berusaha Membangun Sarana dan prasarana lingkungan Menguatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Adapun Visi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pekalongan, yaitu Melalui Pemberdayakan Masyarakat dengan memampukan dan memandirikan masyarakat sehingga dapat tercapai : Rumah Layak Huni 100% Keluarga Berkualitas UMK (Usaha Mikro Kecil) menjadi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Lingkungan yang sehat Menurunkan Angka Kemiskinan 3

13 BAB I Sementara itu, kebijakan atau peraturan yang khusus terkait dalam penanganan permasalahan perumahan permukiman Kota Pekalongan, yaitu Visi perumahan permukiman Kota Pekalongan adalah : Memampukan dan memandirikan masyarakat dengan membangun rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan permukiman Sedangkan Misi perumahan permukiman Kota Pekalongan : 1. Menjawab tuntutan strategis pembangunan yang sesuai dengan tantangan perkembangan dan permasalahan perumahan, sebagaimana digariskan dalam RUTRK. 2. Menetapkan program prioritas dan strategis yang berkaitan dengan perumahan. 3. Pengurangan kemiskinan, pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan pelayanan publik. 3. Program Sapu Lidi Kota Pekalongan Program penanganan kemiskinan yang ada di Kota Pekalongan, dikenal dengan Sapu Lidi. Program Sapu Lidi merupakan program rumah aman bagi warga miskin di Kota Pekalongan melalui pembangunan rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan permukiman. Menurut informasi yang didapat dari Bapermas Kota Pekalongan, strategi sapu lidi ini awal kali ditempuh pada Tahun 2006 dengan pertimbangan bahwa selama ini banyak program dari pusat yang berasal dari berbagai departemen tidak terkoordinasi dan campur aduk program program itu juga dijalankan dengan beragam sistem sehingga menyulitkan pelaksanaan di lapangan. Selain itu, program peningkatan kualitas rumah (pemugaran) dari pusat juga belum diikuti oleh program peningkatan kualitas prasarana dan sarana umum di lingkungan komunitas miskin. Dana yang digunakan untuk Program Sapu lidi tersebut dengan menggumpulkan dana dari 4

14 BAB I berbagai pihak/ anggaran yang ada, dukungan dana yang digunakan berasal mulai dari : APBD Kota Pekalongan Swadaya masyarakat, APBN Pusat, APBD Provinsi Jawa Tengah, pihak swasta / BUMN dan potensi-potensi sah yang lain. Pelaksanaan program dilakukan dengan berbagai tahapan, yaitu langkah pertama yang dilakukan dengan mendata jumlah warga miskin. Pencarian data terkait data warga miskin, pemkot menggerakan perangkat terbawah secara berjenjang,mulai Kelurahan, LPM,PKK dan Kecamatan. Gerakan inipun cepat dilakukan. Pada Tahun 2005 diperoleh data Jumlah KK Miskin di Kota Pekalongan sebanyak KK (36.54% dari jumlah KK di Kota Pekalongan). Saat itu rumah yang berkategori miskin langsung ditempel stiker yang bertuliskan "KK miskin". Dan setiap rumah yang ditempeli stiker tersebut diberi kepemilikan kartu KK miskin. Setelah itu, dilakukan pendekatan dengan model Community-based Development, memberikan hak dan kesempatan seluas luasnya bagi masyarakat untuk berperan serta (prakasa masyarakat). Disamping Pendekatan Tribina (Bina Manusia,Bina Linkungan, Dan Bina Usaha). Kegitan tersebut dibarengi dengan menerapkan strategi membangun kesadaran kritis masyarakat, bahwa mereka mampu dan berdaya. Disamping mengembangkan penguatan Lembaga Keuangan Mikro seperti BMT, Koperasi dan BKM yang memberikan stimulan kredit lunak kepada MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dengan tujuan untuk peningkatan kualitas papan dan meningkatkan peran lembaga institusi masyarakat LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ) sekaligus untuk memupuk rasa kegotong royongan di tingkat akar rumput. Langkah itu dibarengi dengan melibatkan perempuan melalui lembaga PKK dalam perencanaan sampai pasca commit pemugaran to user rumah sekaligus pemeliharaan 5

15 BAB I lingkungan pemukiman. Semuanya dengan tujuan menumbuhkan rasa memiliki (sense of ownership). 4. Perlunya Evaluasi Program Sapu Lidi Kota Pekalongan Evaluasi program sebagaimana dimaknai oleh Suharsimi Arikunto dan Abdul Jabar (2004 ; 14) adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah di bakukan. Adanya permasalahan kemiskinan yang masih terdapat di Kota Pekalongan, maka pemkot mengambil langkah untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan yang ada di Kota Pekalongan. Langkah yang diambil Pemerintah Kota Pekalongan yaitu dengan penerapan program Sapu Lidi untuk penanggulangan kemiskinan yang dimulai dengan perbaikan kondisi rumah masyarakat miskin dan lingkungannya. Hal ini disebabkan, kondisi rumah merupakan salah satu dari indikator kemiskinan. Sehingga program Sapu Lidi menempuh jalur perbaikan dan peningkatan kualitas hunian masyarakat miskin untuk menanggulangi kemiskinannya tersebut. Implementasi dari program Sapu Lidi Kota Pekalongan perlu dilakukan suatu evaluasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan program tersebut dalam penanganan kemiskinan di Kota Pekalongan. Sebagaimana menurut Isaac dan Michael (1984), sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita akan melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program tersebut. Tingkat keberhasilan dari program didapatkan dengan commit to adanya user suatu indikator yang digunakan 6

16 BAB I untuk menganalisis tingkat keberhasilan yang didapat. Tiap tiap indikator dianalisis sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan dari implementasi program Sapu Lidi di Kota Pekalongan. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan? C. TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN 1. Tujuan Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin dalam upaya pengentasan kemiskinan Kota Pekalongan. 2. Sasaran Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah : a. Mengetahui kontribusi program Sapu Lidi dilihat dari misi kota terkait bidang perumahan permukiman. b. Mengidentifikasi pencapaian kinerja program Sapu Lidi yang disesuaikan dengan misi/target program. c. Mengetahui kesesuaian antara mekanisme dan implementasi pengajuan dan pencairan bantuan program. d. Mengidentifikasi kesesuaian peran, tugas, dan kewenangan pihak yang terkait dalam implementasi program. e. Mengidentifikasi dampak, manfaat dan multiplayer effect dari implementasi program bagi masyarakat miskin Kota Pekalongan. f. Menganalisis tingkat keberhasilan program Sapu Lidi Kota Pekalongan dalam pengentasan kemiskinan. 7

17 BAB I D. BATASAN PENELITIAN 1. Batasan Wilayah Lingkup wilayah penelitian dalam Tingkat Keberhasilan Program Sapu Lidi sebagai Program Penataan Perumahan Permukiman Masyarakat Miskin Kota Pekalongan terdapat di 4 lokasi, dimana ke 4 lokasi tersebut merupakan lokasi implementasi program. Pengambilan keseluruhan lokasi implementasi dimaksudkan untuk penggambaran implementasi program secara umum. Adapun lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah : a. Rusunawa di Kelurahan Krapyak lor b. Griya Swadaya Asri di Kelurahan Kandang Panjang c. KPRS Bumi Rejo di Kelurahan Bumi Rejo d. Bedah Kampung di Kelurahan Panjang Baru Program Sapu Lidi Kecamatan Pekalongan Utara Kecamatan Pekalongan Barat Rusunawa Slamaran Kel. Krapyak lor Griya Swadaya Asri Kel. Kandang Panjang Bedah Kampung Kel. Panjang Baru Bumirejo Damai R Kelurahan Bumi Rejo Batasan Wilayah Penelitian Gambar 1.1 Pemilihan Batasan Wilayah Penelitian 8

18 BAB I Pemilihan seluruh lokasi program sebagai batasan wilayah penelitian dimaksudkan agar dapat menggambarkan secara utuh terkait implementasi program tersebut sehingga dapat mengetahui secara jelas seberapa besar tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan. Selain itu, juga dari 4 lokasi implementasi program penanganan penataan perumahan permukiman berbeda anatara 1 lokasi dengan lokasi lainnya, yaitu dalam bentuk Rusunawa, Rumah Inti Tumbuh, Bedah Kampung, dan Perumahan KPRS. 2. Batasan Materi Penelitian ini dibatasi pada implementasi program Sapu Lidi dalam penataan perumahan permukiman bagi masyarakat miskin Kota Pekalongan. Pembahasan dilakukan terkait dari proses implementasi program dan hasil yang didapat dari program tersebut. Selain itu, pembahasan dilakukan terkait variabel ataupun indikator dari penelitian ini yaitu efektifitas dengan pembatasan materi terkait kontribusi dari hasil implementasi program, efisiensi terkait mekanisme bantuan dan kesesuaian peran panitia pelaksana implementasi program, kecukupan terkait kondisi aspek fisik,sosial, dan ekonomi berdasarkan target implementasi program, responsivitas terkait penilaian masyarakat, dan ketepatan terkait sasaran dari implementasi program. Pembahasan dari variabel variabel tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan. E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagi Pemerintah Kota, diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah Kota Pekalongan untuk menentukan kebijakan 9

19 BAB I yang lebih baik dalam menerapkan penataan perumahan permukiman bagi masyarakat miskin. Bagi masyarakat setempat, hasil evaluasi dari program dapat menyadarkan mengenai pentingnya manfaat program Sapu Lidi. Bagi disiplin Ilmu Perencanaan Wilayah Kota, produk studi dapat digunakan sebagai masukan dan tambahan literatur terhadap konsep dan teori mengenai penelitian evaluasi dan khususnya terkait program pengentasan kemiskinan. F. METODE PENELITIAN Menurut Gulo (2002:19), penelitian yang didasarkan pada pertanyaan dasar Bagaimana merupakan tipe penelitian deskriptif. Sesuai dengan perumusan masalah Bagaimanakah tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data data untuk dianalisis dan diinterpretasikan (Narbuko, 2004:44) Detail dari metodologi penelitian lebih lengkapnya akan dibahas dalam Bab 3, yaitu terkait kebutuhan data, teknik sampling, taknik pengumpulan data, metode analisis, indikator penelitian evaluasi, dan metode sintesi 10

20 BAB 1 G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Penelitian ini memiliki berbagai macam pembahasan yang terbagi tiap bab. Pembahasan pertama terkait latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan sasaran, batasan penelitian, dan metodologi. Kemudian dilakukan pembahasan terkait teori teori yang digunakan dalam penelitian sebagai dasar acuan pemahaman akan materi penelitian yang dibahas atau diangkat dan juga dapat merumuskan variabel-variabel penelitian yang akan digunakan. Setelah landasan teori yang digunakan dalam penelitian telah diketemukan dan juga variabel penelitian telah dirumuskan, lalu akan dibahas terkait metode atau cara yang digunakan mendapatkan data yang digunakan untuk mendukung kegiatan penelitian yang dilakukan. Selain itu, juga dibahas terkait cara yang digunakan untuk menganalisis sampai dengan cara yang digunakan dalam penelitian memperoleh kesimpulan atau hasil akhir dari penelitian tersebut. Pembahasan selanjutnya terkait gambaran fakta dan data yang diambil dan digunakan dalam penelitian yang sesuai dengan topik penelitian serta berisi penjelasan realisasi pelaksanaan program Sapu Lidi Kota Pekalongan. Setelah data di kompilasi, kemudian dianalisis agar dapat menjawab tujuan penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis evaluatif dengan metode deskriptif serta statistik deskriptif dengan menggunakan indikator yang telah ditentukan. Pembahasan yang terakhir dilakukan yaitu terkait hasil penelitian setelah dianalisis dan disintesiskan. Selain itu, juga membahas saran dan usulan terkait perbaikan pemecahan terhadap masalah. 11

21 BAB 1 H. KERANGKA PIKIR PENELITIAN Konsep umum kemiskinan Kondisi kemiskinan di Kota Pekalongan Permasalahan Perumahan Permukiman Kota Pekalongan Kebijakan Perumahan Permukiman Kota Pekalongan Program Penataan Perumahan Permukiman bagi Warga Miskin Kota Pekalongan Research Questions Bagaimanakah tingkat keberhasilan Program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH Efektifitas Efisiensi Kecukupan Responsivitas Ketepatan Analisis Kualitatif dan Kuantitaif Analisis Kualitatif Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Analisis Kualitatif dan Kuantitaif VARIABEL& ANALISIS Analisis tingkat keberhasilan program Sapu Lidi Kota Pekalongan PROSES ANALISIS Tingkat keberhasilan program Sapu Lidi sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan Kesimpulan dan Rekomendasi Gambar 1.2 Kerangka Pikir Peneletian 12

22 BAB II BAB II LANDASAN PUSTAKA A. KEMISKINAN 1. Definisi Kemiskinan Kemiskinan dapat dikatakan hampir menjadi kenyataan abadi yang sudah ada dari dulu dan setiap kota pasti memiliki permasalahan kemiskinan, seiring dengan proses pembangunan di kota tersebut. Kemiskinan selalu mendapatkan tempat yang cukup penting dalam pembahasan pembangunan karena adanya kemiskinan berarti hasil dari pembangunan tidak berhasil atau kurang sesuai. Pengertian kemiskinan menurut Gunawan Sumodiningrat dkk (1999: 1) adalah sebuah konsep ilmiah yang lahir sebagai dampak ikutan dari pembangunan dalam kehidupan. Kemiskinan dipandang sebagai bagian dari masalah dalam pembangunan, yang keberadaannya ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi, sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang memiliki potensi lebih tinggi. Masalah kemiskinan muncul karena adanya sekelompok anggota masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk mencapai tingkat kehidupan yang layak. Akibatnya mereka harus mengakui keunggulan kelompok masyarakat lainnya dalam persaingan mencari nafkah dan kepemilikan aset produktif, sehingga semakin lama menjadi semakin tertinggal. Dalam prosesnya, gejala tersebut memunculkan persoalan ketimpangan distribusi pendapatan. 13

23 BAB II 2. Program Pengentasan Kemiskinan Pada tingkatan yang lebih implementatif, dalam Undang Undang No. 5 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas), disebutkan empat strategi penanggulangan kemiskinan, yaitu : 1. Penciptaan kesempatan (create opportunity) melalui pemulihan ekonomi makro, pembangunan yang baik, dan peningkatan pelayanan umum. 2. Pemberdayaan masyarakat (people empowerment) dengan meningkatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan politik. 3. Peningkatan kemampuan (increasing capacity) melaui pendidikan dan perumahan. 4. Perlindungan sosial (social protection) untuk mereka yang memiliki cacat fisik, fakir miskin, kelompok masyarakat yang terisolir, serta terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), dan korban konflik sosial. Adanya paradigma baru dalam penanggulangan kemiskinan yang dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui sasaran kelompok masyarakat tidak individual lagi dan setiap upaya pemberdayaan baik yang dilakukan pemerintah, dunia usaha maupun kelompok peduli masyarakat miskin seharusnya dipandang sebagai pancingan dan pemacu untuk menggerakkan ekonomi rakyat. Menurut Sumodiningrat, 1997:7, upaya penanggulangan kemiskinan memenuhi lima hal pokok sebagai berikut : a. Bantuan dana sebagai modal usaha. b. Pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. c. Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi barang dan jasa masyarakat. d. Pelatihan bagi aparat dan masyarakat. e. Penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat 14

24 BAB II B. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 1. Pengertian Perumahan Permukiman Sesuai dengan Undang-Undang nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, yang dimaksud dengan : a) rumah adalah bangunan gedung yang yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga,cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya, b) perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni, dan c) permukiman adalah bangian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Permukiman didalam kehidupan masyarakat merupakan suatu kebutuhan dasar dan setiap komunitas masyarakat berhak melakukan selfcommunity evaluation karena mereka stakeholder didalam lingkungannya. Menurut Santoso (2000:41) bagi masyarakat berpenghasilan rendah menilai (evaluation) permukiman / perumahan sebagai kebutuhan dasar dan sekaligus suatu sumberdaya modal yang berguna untuk meningkatkan kehidupan dan penghidupan mereka. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah rumah harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Dekat dengan tempat kerja atau berlokasi di tempat yang berpeluang dalam mendapatkan pekerjaan, minimalkan pekerjaan di sektor informal. 2. Kualitas fisik hunian dan lingkungan tidak penting sejauh mereka masih mungkin menyelenggarakan kehidupan mereka. 3. Hak-hak penguasaan atas tanah dan bangunan khususnya hak milik tidak penting. Yang penting mereka tidak diusir atau digusur. Ini sesuai dengan cara berpikir mereka adalah sebuah fasilitas. 15

25 BAB II 2. Tujuan Pembangunan Perumahan Permukiman Penanganan perumahan permukiman dalam suatu wilayah harus memiliki tujuan, maka menurut Turner (1980) terdapat tujuan pembangunan suatu perumahan permukiman yang perlu diperhatikan, yaitu berkaitan dengan : 1. Menciptakan Pembangunan Baru Pembangunan baru yang dimaksud yaitu dengan pembangunan perumahan permukiman di lokasi atau lahan yang kosong atau baru, dimana pembangunan baru dalam suatu wilayah dapat mengembangkan atau memekarkan kegiatan perumahan permukiman yang terpusat pada suatu daerah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan baru, yaitu : a. Menciptakan dasar ekonomi, lapangan kerja melalui mikro kredit dengan bunga rendah untuk usaha kecil b. Program perumahan harus sesuai dengan kebutuhan komunitas c. Program pengembangan sosial yang memastikan efisien distribusi dari fasilitas sosial, pembangunan baru yang menarik maupun untuk kesenangan dan kenyamanan. d. Menciptakan program investasi baik yang dilakukan developer swasta maupun pemerintah e. Memberi peluang munculnya penciptaan lapangan kerja baru di dekatnya. f. Menciptakan lingkungan fisik yang lebih menarik 2. Menciptakan Komunitas Baru Pembangunan perumahan permukiman selain untuk menciptakan pembangunan baru, juga untuk menciptakan komunitas baru. Menciptakan komunitas baru terbentuk apabila pembangunan rumah dilakukan ditempat yang berbeda dengan lokasi rumah yang dihuni sebelumnya, sehingga bertemu dengan lingkungan yang baru (Komunitas Baru). Komunitas commit to baru user yang direncanakan harus dibantu 16

26 BAB II untuk penyediaan lapangan pekerjaan dan fasilitas pelayanan yang tadinya tinggal di pusat kota. Menciptakan komunitas baru dilakukan baik pada peningkatan kualitas permukiman pada komunitas existing maupun pada area baru. Komunitas komunitas baru tersebut akan membentuk suatu tipe komunitas sebagai berikut : a. Komunitas yang secara ekonomi terjadi keseimbangan antara komunitas baru di dalam metropolitan area sebagai alternative daripada terjadi urban sprawl b. Komunitas yang terjadi pada pemekaran kota-kota kecil untuk menjadi pust pertumbuhan baru c. Komunitas pada kota baru berdekatan dengan kota lain yang berdempetan dengan kota existing d. Komunias dalam kota mandiri jauh dari pusat kota 3. Community Based Housing Development Community Development (Pembangunan Masyarakat) diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana mereka mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan masalah secara bersama. Ada yang mengartikan pula bahwa pembangunan masyarakat adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat. Model community development yang komprehensif sangat diperlukan bagi masyarakat setempat atau sekitar, dan pemerintah daerah yang berkepentingan dalam perumusan program program pembangunan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, yang meliputi banyak bidang dan sektor. Berbagai komponen yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam penyusunan model Community Development yang komprehensif, sekurang kurangnya terdiri dari : 1. Paradigma Pembangunan yang Diterapkan. Peran pemerintah bukan sebagai provider (penyedia), commit tetapi to user sebagai enabler (fasilitator) 17

27 BAB II 2. Azas Pembangunan Masyarakat, yaitu Azas Pembangunan Integral, Azas Kekuatan Sendiri, dan Azas Permufakatan bersama sama, yang dewasa ini lebih dikenal sebagai azas kemandirian lokal 3. Prinsip Pembangunan Masyarakat, yaitu : Transparansi, Partisipatif, Dapat dinikmati masyarakat luas, Akuntabilitas, dan Sustainable 4. Pendekatan yang diterapkan bukan top down, tetapi bottom up. Kegiatan pembangunan harus didasarkan pada kekuatan atau kemampuan masyarakat itu sendiri. 5. Strategi Pembangunan Masyarakat yang Partisipatif adalah relevan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. 6. Kebijakan Pembangunan Masyarakat : pengembangan atau penguatan kelembagaan, peningkatan investasi dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya, peningkatan kemampuan organisasi pemerintah dan lembaga lembaga masyarakat, penciptaan iklim sosial ekonomi yang kondusif. 7. Perencanaan Pembangunan Partisipatif memberikan manfaat kepada : anggota masyarakat mampu mengidentifikasi bidang atau sektor yang perlu dilakukan perbaikan, anggota masyarakat dapat berperan serta dalam perencanaan pembangunan masa depan, masyarakat dapat menghimpun sumber daya dan sumber dana dari kalangan masyarakat sendiri. 8. Unsur unsur community development meliputi : Masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pelaku Pembangunan 9. Harmoni bermakna antara keserasian dan tata tertib, menjadi ikatan batin yang mempersatukan tekad untuk mencapai keberhasilan pembangunan masyarakat. Komponen komponen Model Community Development yang komprehensif dapat dliihat dalam gambar seperti berikut : 18

28 BAB II Pemerintah Daerah Paradigma Pembangunan Azas Prinsip Masyarakat MODEL COMMUNITY DEVELOPMENT Pendekatan Sasaran dan Tujuan Strategi Perencanaan Pembangunan Kebijakan & Program Gambar 2.1 Model Community Development Secara Komprehensif Sumber : Rahardjo adisasmita 4. Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Perumahan Swadaya secara Berkelompok (Organisasi) Pemenuhan kebutuhan perumahan bagi MBR dapat diselenggarakan melalui pembangunan perumahan swadaya yang dilakukan secara berkelompok. Berkelompok dapat diartikan sebagai upaya membangun kekuatan atau modal sosial (social capital) guna mengakses ke berbagai sumber daya yang ada. Berikut tahapan pembangunan perumahan swadaya secara berkelompok, menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 8/PERMEN/M/2007 : 1. Tahap Persiapan di Tingkat Pemerintah Pusat dan Daerah (Perumusan Kebijakan) 19

29 BAB II 2. Tahap Persiapan di Tingkat MBR (Pengorganisasian MBR), terdiri dari beberapa langkah, yaitu sebagai berikut : a. Identifikasi MBR yang membutuhkan rumah b. Sosialisasi Mekanisme Penyelenggaraan Perumahan Swadaya c. Penyepakatan Keikutsertaan dalam Penyelenggaraan Perumahan Swadaya Berkelompok d. Rembug Persiapan Pembentukan Organisasi e. Pembentukan dan Penyusunan Kelengkapan Organisasi f. Pemupukan Tabungan Perumahan Swadaya Berkelompok 3. Tahap Pemetaan dan Perencanaan, terdapat beberapa langkah tahapan pelaksanaan yaitu sebagai berikut : a. Identifikasi Permasalahan Pengembangan Perumahan Swadaya Berkelompok b. Identifikasi Kebutuhan dan Potensi Pengembangan Perumahan Swadaya Berkelompok c. Identifikasi Mitra Potensial dalam Pengembangan Perumahan Swadaya Berkelompok d. Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) e. Rintisan Penyelenggaraan Pembangunan Perumahan Swadaya Berkelompok f. Penyusunan Proposal Penyelenggaraan Perumahan Swadaya Berkelompok g. Pengajuan Proposal 4. Tahap Perijinan dan Pelaksanaan Pembangunan 5. Tahap Pemanfaatan dan Pengelolaan. Tahapan pelaksanaan pembangunan perumahan swadaya berkelompok dapat dilihat secara jelas dalam skema berikut ini. 20

30 PERSIAPAN PERUMUSAN KEBIJAKAN PERSIAPAN PENGORGANISASIAN MBR PEMETAAN DAN PERENCANAAN PERIZINAN DAN PEMBANGUNAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN Perumusan Kebijakan Tk. Pusat Sosialisasi Kebijakan Perumusan Kebijakan Tk. Provinsi Sosialisasi Kebijakan Provinsi Perumusan Kebijakan Tk. Kab/Kota Identifikasi MBR yg membutuhkan Rumah Layak Huni Sosialisasi Mekanisme Penyelenggaraan Perumahan Swadaya Rembug warga persiapan Pembentukan Organisasi Pemilihan dan Penetapan Kader Komunitas Identifikasi Masalah/Potensi Pengembangan Perumahan Penyusunan Rencana Tindak Penyusunan Proposal Pengajuan Proposal Perizinan dan Persiapan Pembangunan Pelaksanaan Pembangunan Rumah Pemanfaatan dan Penyusunan Mekanisme Pengelolaan Sosialisasi Kebijakan Penyusunan Kelengkapan Organisasi Pengembangan Data Base Kebutuhan Perumahan Swadaya Pemupukan Tabungan Gambar 2.2 Skema Alur Penyelenggaraan Perumahan Swadaya 28

31 BAB II 5. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Program peningkatan kualitas perumahan dan permukiman yang selama ini menjadi perhatian pemerintah adalah kawasan perumahan dan permukiman yang termasuk kategori kawasan kumuh, yang ditandai antara lain dengan kondisi prasarana dan sarana yang tidak memadai baik secara kualitas dan kuantitas, kondisi sosial eonomi masyarakat yang rendah, kondisi sosial budaya masyarakat, dan kondisi lingkungan yang rawan bencana, penyakit dan keamanan (Dirjen Cipta Karya, 1999). Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, lokasi kawasan perumahan yang layak adalah : a. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara) b. Tersedia air bersih c. Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya d. Mempunyai aksesibilitas yang baik e. Mudah dan aman mencapai tempat kerja f. Tidak berada dibawah permukaan air setempat g. Mempunyai kemiringan rata-rata Komponen lingkungan perumahan berkaitan dengan upaya perbaikan lingkungan perumahan untuk meningkatkan kualitas lingkungan menurut Dirjen Cipta Karya, antara lain : a. Jalan lingkungan b. Jalan setapak c. Sistem drainase d. Penyediaan air bersih e. Pengumpulan dan pembuangan sampah f. Fasilitas penyehatan lingkugan (MCK) 29

32 BAB II 6. Keterkaitan Perbaikan atau Peningkatan Pembangunan Perumahan Permukiman untuk Penanggulangan Kemiskinan Menurut Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, 2005 Pemenuhan hak perumahan bertujuan untuk memenuhi hak masyarakat miskin atas tempat tinggal atau perumahan yang layak dan lingkungan permukiman yang sehat, dengan kebijakan : a. Menyediakan rumah yang layak dan sehat yang terjangkau bagi masyarakat miskin, b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan penyediaan rumah yang layak dan sehat, c. Meningkatkan perlindungan terhadap lingkungan permukiman dan permukiman rakyat. Berdasarkan hal tersebut, salah satu cara dalam menanggulangi kemiskinan yaitu dengan pemenuhan hak akan rumah yang layak. Apabila pemenuhan kebutuhan akan rumah layak huni bagi masyarakat miskin terpenuhi maka secara tidak langsung hal tersebut mampu menanggulangi kemiskinan dalam suatu kota. C. PERUMAHAN PERMUKIMAN KOTA PEKALONGAN Penanganan Perumahan Kota Pekalongan berupaya memberdayakan masyarakat (Community Empowerment) antara lain dengan memampukan dan memandirikan masyarakat melalui intervensi berbagai program pembangunan agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai kemampuan yang diharapkan. Salah satu upaya intervensi pemerintah antara lain dengan memberikan motivasi, fasilitasi, dan stimulan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna terwujudnya daya cipta, karya, dan prakarsa masyarakat untuk membangun rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan. 1. Kebijakan Perumahan dan Permukiman Kota Pekalongan Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Pekalongan adalah commit : to user 30

33 BAB II Meningkatkan kualitas rumah tinggal, lingkungan permukiman, dan ketersediaan infrastruktur air bersih bagi masyarakat miskin Adapun Visi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pekalongan, yaitu Melalui Pemberdayakan Masyarakat dengan memampukan dan memandirikan masyarakat sehingga dapat tercapai : Rumah Layak Huni 100% Keluarga Berkualitas UMK (Usaha Mikro Kecil) menjadi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Lingkungan yang sehat Menurunkan Angka Kemiskinan Serta Visi perumahan permukiman Kota Pekalongan adalah : Memampukan dan memandirikan masyarakat dengan membangun rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan permukiman Sedangkan Misi perumahan permukiman Kota Pekalongan : 1. Menjawab tuntutan strategis pembangunan yang sesuai dengan tantangan perkembangan dan permasalahan perumahan, sebagaimana digariskan dalam RUTRK. 2. Menetapkan program prioritas dan strategis yang berkaitan dengan perumahan. 3. Pengurangan kemiskinan, pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan pelayanan publik. 2. Permasalahan Perumahan Permukiman dan Lingkungan Kota Pekalongan Adapun permasalahan yang terjadi terkait perumahan permukiman dan lingkungan di Kota Pekalongan, yaitu : Tingkat Kemiskinan Sebelum Reformasi : KK (31,6%) dari jumlah KK se-kota Pekalongan 31

34 BAB II Pasca Reformasi : KK (47,11%) dari jumlah KK se-kota Pekalongan Kawasan Kumuh 286 Titik Ringan : 243 Titik Sedang : 43 Titik Rumah Tidak Layak Huni : Type C : Type C+ : Mengandalkan kekuatan PAD Pemda kota Pekalongan, maka prediksi 21 tahun kemudian Kota Pekalongan baru bebas Rumah Tidak Layak Huni dan Kawasan Kumuh Banyaknya Program dari Pusat dari berbagai Departemen yang tidak terkoordinasi dan bermacam-macam sistem sehingga menyulitkan pelaksanaan di lapangan di tingkat akar rumput Kurangnya kemampuan KK Miskin dalam mengakses Sumber Daya untuk keluar dari kemiskinan KK Miskin Produktif adalah KK miskin yang mempunyai Usaha Mikro Kecil / berpenghasilan rendah mayoritas bekerja pada sektor informal. Kurangnya kesadaran KK miskin untuk keluar dari kemiskinan. PNS Golongan rendah ( I dan II ) sejumlah ± 800 yang belum mempunyai rumah ± 465 ( 58,12% ) dan Buruh yang terdaftar di SPN / Jamsostek ± ( 37,35% ) KK belum mempunyai rumah. D. PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN 1. Pengertian Program Sapu Lidi Program penanganan kemiskinan yang ada di Kota Pekalongan, dikenal dengan Sapu Lidi. Program Sapu Lidi merupakan program rumah aman bagi warga miskin di Kota Pekalongan melalui pembangunan rumah inti tumbuh, memugar rumah, dan menata lingkungan permukiman. Sistem sapu lidi tersebut menggumpulkan dana dari berbagai pihak/ anggaran yang ada, dukungan dana yang digunakan commit to berasal user dari APBD Kota Pekalongan, 32

35 BAB II Swadaya masyarakat, APBN Pusat, APBD Provinsi Jawa Tengah, dan pihak swasta / BUMN dan potensi-potensi sah yang lain. Strategi sapu lidi ini awal kali ditempuh pada Tahun 2006 dengan pertimbangan bahwa selama ini banyak program dari pusat yang berasal dari berbagai departemen tidak terkoordinasi dan campur aduk program program itu juga dijalankan dengan beragam sistem sehingga menyulitkan pelaksanaan di lapangan. Selain itu, program peningkatan kualitas rumah (pemugaran) dari pusat juga belum diikuti oleh program peningkatan kualitas prasarana dan sarana umum di lingkungan komunitas miskin. 2. Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Program Sapu Lidi a. Penanggulangan Kemiskinan dimulai dari Peningkatan Kualitas Papan dan Lingkungan dengan Membangun Keterpaduan Program Untuk Percepatan Kota Pekalongan Bebas Rumah Tidak Layak Huni dan Bebas Kawasan Kumuh Tahun 2010 Penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan cluster rumah keluarga miskin dengan memberikan pelayanan sosial dengan Memadukan dan mensinergikan dana penanggulangan kemiskinan dengan sistem Sapu Lidi (Sumber dana dari Pusat, APBD Provinsi dan APBD Kota pekalongan) melalui Tribina : Tabel 2.1 Usaha usaha Tribina Program Sapu Lidi Aspek Program Program Aksi Keluaran Kegiatan Bina Bebas Rumah Pemugaran Rumah Type C Terealisasinya Kota Lingkungan tidak Layak atau Type C+ bagi KK Pekalongan Bebas Rumah Huni miskin atau MBR (Sinergi Tidak Layak Huni dilengkapi pembiayaan dengan dengan fasilitas dasar rumah Menpera, DKP, sebanyak pada tahun Bapermasdes Prov. Jateng 2008 dan Pendampingan APBD Terbangunnya 100 RIT bagi Kota Pekalongan berupa : PNS gol. Rendah dan Buruh plesterisasi, jamban, dan Terbangunnya perumahan sumur gali) Bumirejo Damai Pembangunan Rumah Inti Terbangunnya 3 twinblok Tumbuh bagi PNS gol. Rusunawa Rendah dan Buruh (Sinergi pembiayaan dengan Menpera) 33

36 BAB II Aspek Program Program Aksi Keluaran Kegiatan Pembangunan perumahan Bumirejo Damai bagi TNI atau Polri dan PNS (kerjasama dengan Menpera) Pembagunan Rusunawa (kerjasama dengan DPU Cipta Karya Pusat) Peningkatan Pengadaan MCK sinergi MCK 7 unit dari dana APBD kualitas pembiayaan dari APBN Kota Pekalongan, MCK 6 unit lingkungan menpera dan Negara Donor dari APBN Menpera dan MCK (Bebas Pembangunan atau 5 unit dari Negara Donor Kawasan perbaikan jalan dan saluran Titik kawasan kumuh Kumuh) di lingkungan MBR (sinergi terselesaikan 110 dari target pembiayaan dari APBN 286 Tahun 2010 Menpera, DKP, DPU Pusat dan APBD Kota Pekalongan) Penyadaan sarana air bersih di lingkungan kluster kemiskinan Penghijauan Pemanfaatan dana Penghijauan di kluster dan penangan akselerasi untuk kemiskinan yang padat sampah di penghujauan dan penduduk, tahapan dari 370 kluster persampahan di BLK atau lokasi BLK atau disesuaikan kemiskinan kluster kemiskinan dengan anggaran yang ada Kerjasama dengan Dep. Sampel penanganan sampah di Kehutanan untuk 47 kelurahan penghijuan di kluster kemiskinan Kerjasama dengan Puslitbang Perkim untuk penanganan sampah di kluster kemiskinan Sertifikasi Sertifikasi tanah (Prona) Tahun 2007 proses realisasi Tanah Bagi secara massal untuk MBR sertifikasi MBR kerjasama dengan BPN Tahun 2008 target sertifikasi Pusat Bina Pendidikan Pendidikan usia wajib 278 anak meneruskan sekolah Manusia dan Pelatihan belajar 9 Tahun bagi anak melalui Kejar Paket A (14 keluarga miskin yang tidak kelompok) & mendapat sekolah melalui Kejar Paket tambahan gizi susu selama 3 Pendidikan Kejar Paket B bulan Pelatihan commit Anak to usia user anak diberi kesempatan tahun yang tidak melanjutkan sekolah melalui 34

37 BAB II Aspek Program Program Aksi Keluaran Kegiatan melanjutkan sekolah dilatih di Balai Latihan Kerja Kejar Paket B (670 anak/27 kelompok) dan Kejar Paket C (89anak/4 kelompok) & tambahan gizi susu selama 3 bulan Pelatihan keterampilan berusaha (jasa boga, menjahit, bordir, tukang bangunan, otomotif, teknisi hp, las listrik) bagi anak, terakomodasi 676 anak (49,79%) Kesehatan Catur Keluarga Bina Penguatan kapasitas Kelembagaan PMT bagi penderita TB BTA PMT bagi Ibu Hamil Kekurangann Energi Kronis (Bumil KEK) PMT bagi Balita BGM & BGT PMT AS (Pemberian Makanan Tambahan Bagi Anak Sekolah) PMT di posyandu Dukungan operasional Catur Bina (BKB : 192 ; BKR : 69 ; BKL :365) Sertifikasi Tukang : kerjasama dengan PT. Semen Gresik telah dilatih 20 tukang dari pekerja bangunan LKM pelaksana pemugaran/pembangunan rumah Pelatihan Perencanaan Pembagunan bagi LPM dan Tim Pokja Perumahan Kerjasama dengan Puslitbang Perkim Pemberian susu selama 90 hari bagi 297 penderita TB BTA Pemberian susu selama 90 hari bagi 607 Bumil KEK Pemberian susu selama 120 hari bagi BGM & BGT Pemberian susu dan kudapan melalui PMT AS selama 3 bulan pada anak sekolah bagi anak dari 23 SD/MI Bantuan untuk posyandu berupa papan nama dan dari PMT selama 6 bulan Dukungan operasional Catur Bina (BKB:192 ; BKR:69 ; BKL:70 ; BLK:365) Telah dilatih 20 tukang dari pekerja bangunan LKM pelaksana pemugaran/ pembangunan rumah Telah dilatih Tim Pokja (9 orang) dan 47 LPM seksi Pembangunan Bina Usaha Pemberdayaan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Mengembangkan lembaga keuangan mikro, Koperasi, BMT, BKM dalam melayani commit dalam to user pemodalan usaha dan investasi bagi 3 LKM menjadi pelaksana pembangungan RIT untuk 100 rumah 10 LKM menjadi pelakasana pembangunan/ pemugaran 35

38 BAB II Aspek Program Program Aksi Keluaran Kegiatan MBR rumah bagi MBR/ KK miskin Pemberdayaan Mengembangkan dan 321 kelompok UPPKS yang (UPPKS) memberdayakan Lembaga terbagi dalam 8 angkatan Usaha Keuangan Mikro dan mendapat pelatihan Peningkatan kelompok ekonomi manajemen dan keterampilan Pendapatan produktif (UPPKS) pada usaha Keluarga 306 cluster rumah KK 147 kelompok UPPKS yang Sejahtera miskin dari dana APBN dan dana APBD (melalui dana belum mendapatkan pinjaman modal, mendapatkan pinjaman Sumber : Bapermas Kota Pekalongan akselerasi) sehingga Keluarga Miskin dapat mengakses dana stimulan yang ditujukan pada keluarga tersebut. modal usaha Dukungan operasional Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) b. Peningkatan SDM LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Dalam Pembangunan berbasis Masyarakat 1. Mou antara Walikota Pekalongan dengan Kepala Pusat Pengembangan Litbang Perkim Bandung : - Perencanaan dan tata cara pembuatan RAB Rumah sehat Tahan Gempa - Tata Cara Perencanaan dan Penyusunan RAB Prasarana dan Sarana Air bersih dan PLP - Tata Cara Pembuatan Batako dan Paving blok (Peragaan/Praktek) - Tata Cara Pembuatan RAB Produksi Bangunan Rumah 2. Sertifikasi Pertukangan bagi LKM (Lembaga Keuangan Mikro) pelaku dan pelaksana pembangunan berbasis masyarakat kerjasama antara PT. Semen Gresik dengan Pokja Perumahan 3. Tahap Pelaksanaan Program Pelaksanaan program dilakukan dengan berbagai tahapan, yaitu langkah pertama yang dilakukan dengan mendata jumlah warga miskin. Pencarian data terkait data commit warga miskin, to user pemkot menggerakan perangkat 36

39 BAB II terbawah secara berjenjang,mulai Kelurahan, LPM,PKK dan Kecamatan. Gerakan inipun cepat dilakukan. Pada Tahun 2005 diperoleh data Jumlah KK Miskin di Kota Pekalongan sebanyak KK (36.54% dari jumlah KK di Kota Pekalongan). Saat itu rumah yang berkategori miskin langsung ditempel stiker yang bertuliskan "KK miskin". Dan setiap rumah yang ditempeli stiker tersebut diberi kepemilikan kartu KK miskin. Setelah itu, dilakukan pendekatan dengan model Community Based Development, memberikan hak dan kesempatan seluas luasnya bagi masyarakat untuk berperan serta (prakasa masyarakat). Disamping Pendekatan Tribina (Bina Manusia,Bina Linkungan, Dan Bina Usaha). Kegitan tersebut dibarengi dengan menerapkan strategi membangun kesadaran kritis masyarakat, bahwa mereka mampu dan berdaya. Selain itu, mengembangkan penguatan Lembaga Keuangan Mikro seperti BMT, Koperasi dan BKM yang memberikan stimulan kredit lunak kepada MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) yang bertujuan untuk peningkatan kualitas papan dan meningkatkan peran lembaga institusi masyarakat LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ) sekaligus untuk memupuk rasa kegotong royongan di tingkat akar rumput. Langkah tersebut dibarengi juga dengan melibatkan perempuan melalui lembaga PKK dalam perencanaan sampai pasca pemugaran rumah sekaligus pemeliharaan lingkungan pemukiman. Semuanya dengan tujuan menumbuhkan rasa memiliki (sense of ownership). Tahapan selanjutnya yaitu Pemetaan dan Perncanaan yang terdiri dari kegiatan identifikasi masalah, kebutuhan dan potensi yang dimiliki masyarakat. Setelah identifikasi tersebut selsesai dilakukan maka dapat dijadikan pedoman untuk menyusun rencana yang kemudian dapat dilakukan rintisan penyelenggaraan program. Kemudian dilakukan pembangunan, dan dilanjutkan pada tahapan pemanfaatan dan pengelolaan oleh masyarakat implementasi program. Untuk memperjelas tahapan pelaksanaan program Sapu Lidi dapat dilihat pada skema berikut ini commit : to user 37

40 BAB II Tahapan Persiapan Pemerintah Tahapan Persiapan MBR Pencarian Data terkait jumlah warga miskin Pemberian kartu KK miskin Kelompok Warga Miskin Pendekatan dengan model Community Based Development Pendekatan Tribina Penguatan Lembaga Keuangan Mikro Tahapan Pemetaan dan Perencanaan Identifikasi Masalah Identifikasi Kebutuhan dan Potensi Penyusunan Rencana Rintisan Penyelenggaraan Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Tahapan Pemanfaatan dan Pengelolaan Gambar 2.3 Skema Alur Pelaksanaan Program Sapu Lidi Berikut skema pola penanggulangan kemiskinan yang dimulai dari peningkatan kualitas papan dan lingkungan. 38

41 Perguruan Tinggi Lembaga Institusi Masyarakat Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kota Swadaya Masyarakat LKM Swasta/ CSR BAB II Negara Donor Sapu Lidi TKPK Tk Kota, Kec, Kel Pokja Perumahan Ka. UPT-KB, PLKB, PPKBD, Sub PPKBD Lahan Sendiri Pemugaran/Pemba ngunan per cluster rumah tidak Layak Huni BLK (Organisasi/wadah penanggulangan Kemiskinan ) KK Miskin WC Umum Tidak Punya Lahan Rusunawa Rumah Sosial Transmigrasi Solusi Pendekatan TRIBINA 1. Bina Manusia 2. Bina Lingkungan 3. Bina Usaha Outcome 1. Rumah layak Huni lengkap degan sarana prasarananya 2. Peningkatan kualitas lingkungan 3. Sertifikasi tanah 4. Pemberian keterampilan dan kemudahan pendidikan 5. Pemberian gizi bagi balita dan ibu Hamil 6. Penguatan kelembagaan 7. Pemberdayaan lembaga keuangan 8. Peningkatan pendapatan masyarakat Output 1. Meningkatnya HDI/ IPM 2. Menurunnya Angka Kemiskinan 3. Naiknya income Generating MBR sebesar 35,33% Gambar 2.4 Pola commit Penanggulan to user Kemiskinan 39

42 BAB II Adapun pola pembiayaan mikro perumahan dalam program sapu lidi dapat secara jelas dilihat pada skema berikut : KPRS Bumirejo Pelaku Pengembang Sasaran PNS atau Masyarakat bukan KK miskin Pembiayaan Mikro Perumahan Penanggulangan Kemiskinan dimulai dari Perumahan Kredit Mikro Bunga 6% per Thn Sewa Pelaku LKM terseleksi (Koperasi, BKM, BMT, dsb) Pelaku Pengembang Sasaran KK miskin Produktif yang mempunyai usaha Mikro Kecil (UMK) atau MBR Pengelola LKM Terseleksi Rumah Swadaya Menpera Sasaran KK miskin Produktif yang tidak mempunyai rumah atau tanah Rusunawa (APBN DPU) Hibah Pelaku 4 PILAR 1. Kelurahan 2. LPM 3. BKM 4. PKK Sasaran KK miskin tidak Produktif APBD Provinsi APBD Kota Pekalongan P2KP (DPU) Gambar 2.5 Skema Pola Pembiayaan Mikro Perumahan KUBE (DEPSOS) 40

43 BAB II E. EVALUASI PROGRAM 1. Pengertian Evaluasi Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing masing menunjukkan pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum, istilah evaluasi dapat disamakan dengan penafsiran (approach), pemberian angka (rating), dan penilaian (assesment), kata kata yang menyatakan untuk menganalisis suatu hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Evaluasi berkenaan dengan produk informasi mengenai nilai atau manfaat suatu hasil kebijakan. Ketika hasil suatu kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, hal ini karena hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan dan sasaran (Dunn, 2000). Sebagaimana disampaikan oleh Subarsono (2006), penelitian evaluasi mengandung makna pengumpulan informasi tentang hasil yang telah dicapai oleh sebuah program yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan metodologi ilmiah sehingga dapat dihasilkan data yang akurat dan obyektif. Pengertian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah kegiatan atau proses akhir dari tahapan implementasi suatu program/kebijakan untuk mengetahui manfaat ataupun nilai yang didapatkan dari penerapan tujuan dan sasaran dari program/kebijakan tersebut, sehingga dapat dilihat sejauh mana keberhasilan implementasi program yang dirasakan oleh masyarakat penerima program. 2. Hakekat Evaluasi Program Menurut Suharsimi Arikunto (2004) program dapat dipahami dalam dua pengertian, yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan dengan rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang dikemudian hari. Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakn realisasi atau implementasi 41

44 BAB II dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Menurut Isaac dan Michael (1984), sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita akan melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut mereka, ada tiga tahap rangkaian evaluasi program, yaitu : (1) menyatakan pertanyaan secara menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh, (2) mencari data yang relevan dengan penelitian, dan (3) menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program tersebut. Berdasarkan pengertian diatas, maka evaluasi program sebagaimana dimaknai oleh Kirkpatrick dapat dimaknai sebagai sebuah proses untuk mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektifitas masing masing komponennya melalui rangkaian informasi yang diperoleh evaluator (Kirkpatrick, 1996). Tetapi, pengambilan keputusan itu sendiri bukanlah evaluator melainkan pihak lain yang lebih berwenang. Evaluator hanya menyediakan informasi informasi yang dibutuhkan oleh pengambil kebijakan (decision maker). 3. Kriteria Evaluasi Program Evaluasi diterapkan secara retropektif (ex-post), sedangkan kriteria untuk merekomendasikan diterapkan secara perspektif (ex-ante). Secara umum tolok ukur yang dapat dijadikan alat untuk evaluasi suatu program meliputi : a. Efektifitas : berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. b. Efisiensi : berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. 42

45 BAB II c. Kecukupan atau adequancy : berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. d. Responsibilitas : berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan atau program dapat memuaskan kebutuhan, atau nilai dari kelompok kelompok tertentu. e. Ketepatan : kriteria ini untuk mengukur apakah tujuan dari program telah tepat sasaran kepada masyarakat atau belum. Untuk menjawab hal hal tersebut analisis dapat mempertimbangkan semua kriteria secara bersama sama (Dunn, 2000) Tabel 2.2 Kriteria Evaluasi No Tipe Kriteria Pertanyaan 1 Efektifitas Apakah tujuan yang diinginkan telah tercapai? 2 Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan? 3 Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah dicapai memecahkan masalah? 4 Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kelompok kelompok tertentu? 5 Ketepatan Apakah hasil yang dinginkan benar benar berguna dan bernilai serta tepat sasaran? Sumber : Dunn, Fungsi dan Tujuan Evaluasi Program Evaluasi memegang peranan utama dalam setiap analisis kebijakan atau program, secara umum fungsi evaluasi adalah sebagai berikut : a. Memberikan informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan atau program, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik, dalam hal ini evaluasi mengungkapkan seberapa besar tujuan telah dicapai. b. Melakukan klarifikasi dan kritik terhadap nilai nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. 43

46 BAB II c. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Sedangkan tujuan dari pelaksanaan evaluasi ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program (Arikunto, 2004). 44

47 BAB II Tabel 2.3 Rangkuman Variabel dari Hasil Kajian Teori No Teori Sumber Uraian Variabel A KEMISKINAN 1 Definisi Kemiskinan 2 Sebab Terjadinya Kemiskinan di Perkotaan 3 Program Pengentasan Kemiskinan Gunawan Sumodining rat (1999 : 1) Loekman Sutrisno (1999:5) Tjiptoherija nto (1996:71) Konsep ilmiah yang lahir dari hasil pembangunan yang keberadaannya ditandai dengan adanya penggangguran, keterbelakangan, yang kemudian menjadi ketimpangan. Pandangan Konservatif Perbedaan masyarakat dipandang sebagai akibat dari perbedaan individu, pembawaan (bakat) dan karakter, termasuk motif hidup. Pandangan Liberal Adanya kesempatan yang tidak sama akibat dari manajemen yang amburadul (berantakan dan tidak profesional). Pandangan Transformatif Kemiskinan disebabkan oleh struktur, terutama yang berkaitan dengan aset produksi. Pentingnya kemiskinan ditanggulangi karena kemiskinan bukan merupakan kondisi yang beruntung, menjerumuskan dalam tindak kriminalitas, dan kegagalan kebijakan pembangunan bagi para pembuat Kemiskinan muncul dari hasil pembangunan Kemiskinan ditandai dari adanya penggangguran, keterbelakangan dan menjadi ketimpangan Penyebab kemiskinan : Orang miskin dinilai pemalas, bodoh dan tidak punya keinginan untuk maju, kurang keterampilan, dan hidup anti modernisasi Kesempatan yang tidak sama Akibat dari struktur. Kemiskinan sangat penting ditanggulangi untuk : menghilangkan kondisi kurang beruntung masyarakat miskin Mencegah tindakan kriminal Tidak dianggap gagal dalam membuat kebijakan pembangunan 45

48 BAB II No Teori Sumber Uraian Variabel kebijaksanaan UU No. 5 4 Strategi penanggulangan kemiskinan Penciptaan Kesempatan (Create Opportunity) Tahun 2000 Penciptaan kesempatan, melalui Pemberdayaan Masyarakat (people empowerment) tentang pemulihan ekonomi makro, Peningkatan kemampuan (increasing capacity) Program pembangunan yang baik, peningkatan Perlindungan sosial (social protection) Pembangun pelayanan umum an Nasional Pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan politik Peningkatan kemampuan melaui pendidikan dan perumahan Perlindungan sosial untuk mereka yang memiliki cacat fisik, fakir miskin, dll B 1 Tujuan Pembanguna n Perumahan Permukiman PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN John F.C. Turner (1980) 2 Community Based Develompme nt Tujuan pembangunan perumahan permukiman, yaitu : Menciptakan pembangunan baru dengan beberapa hal yang harus diperhatikan Menciptakan komunitas baru, dimana komunitas komunitas tersebut membentuk suatu tipe komunitas tersendiri. Community based development merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana mereka mampu mengidentifikasikan Pembangunan Baru. Komunitas Baru Adanya Community Based Development dapat meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki (participating ang belonging together) terhadap program yang dilaksanakan, dan mengandung usur pemberdayaan 46

49 BAB II No Teori Sumber Uraian Variabel kebutuhan dan masalah secara bersama. 3 Tahapan Peraturan Terdapat berbagai tahapan dalam Tahapan yang dilalui : Pelaksanaan Menteri pelaksanaan pembangunan perumahan Persiapan perumusan kebijakan Pembanguna Negara swadaya Persiapan pengorganisasian MBR n Perumahan Perumahan Pemetaan dan Perencanaan Swadaya Rakyat No. Perizinan dan Pembangunan secara 8/PERMEN Pemamfaatan dan Pengelolaan Berkelompok /M/2007 (Organisasi) 4 Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Dirjen Cipta Karya (1999) Lokasi kawasan perumahan permukiman yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan permukiman memiliki beberapa kriteria, dan terdapat beberapa komponen lingkungan perumahan permukiman yang harusnya tersedia dalam meningkatkan kualitas hunian. Lokasi kawasan perumahan yang layak : Tidak terganggu oleh polusi (Air, Udara, Suara) Tersedia air bersih Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya Mempunyai aksesibilyas yang baik Mudan dan aman mencari tempat kerja Tidak berada di bawah permukaan air setempat Mempunyai kemiringan rata-rata C. PERUMAHAN PERMUKIMAN KOTA PEKALONGAN Komponen lingkungan dalam peningkatan kualitas hunian : Jalan Lingkungan Jalan Setapak Sitem Drainase Penyediaan air bersih Pengumpulan dan pembungan sampah Fasilitas penyehatan lingkungan (MCK) 47

50 BAB II No Teori Sumber Uraian Variabel 1 Kebijakan Perumahan dan Permukiman Kota Pekalongan Bapeda Kota Pekalongan Tujuan RPJM : meningkatkan kualitas rumah tinggal,lingkungan permukiman, dan ketersediaan infrastruktur air bersih bagi masyarakat miskin Visi penanggulangan kemiskinan : melalui pemberdayakan masyarakat dengan memampukan dan memandirikan masyarakat... D. PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN 1 Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Program Sapu Lidi Bapermas Kota Pekalongan 2 Tahap Pelaksanaan Program Bapermas Kota Pekalongan Penanggulangan kemiskinan yang dilakukan tidak hanya meningkatkan kualitas rumah atau lingkungannya saja, tetapi juga terkait aspek ekonomi dan sosial masyarakat (pemberdayaan masyarakat) Implementasi program Sapu Lidi melewati berbagai tahapan Peningkatan kualitas hunian,lingkungan dan Sarana Prasarana Dasar perumahan permukiman masyarakat miskin. Keswadayaan masyarakat. Menggunakan strategi Tribina : a. Bina Lingkungan Bebas Rumah Tidak Layak Huni Peningkatan Kualitas Lingkungan (Bebas Kawasan Kumuh) Penghijauan dan Penanganan Sampah di Kluster Kemiskinan Sertifikasi Tanah bagi MBR b. Bina Manusia Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Catur Bina Penguatan Kapasitas Kelembagaan c. Bina Ussha Pemberdayaan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Pemberdayaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Tahapan persiapan pemerintah, persiapan MBR, pemetaan dan perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pemanfaatan dan pengelolaan 48

51 BAB II No Teori Sumber Uraian Variabel E EVALUASI PROGRAM 1 Kriteria Evaluasi Program Dunn (2000) Sumber : Hasil Rangkuman Teori, 2011 Tolak ukur yang dapat dijadikan alat untuk evaluasi suatu program meliputi : Efektifitas, Efisiensi, Kecukupan, Responsitas, dan Ketepatan a. Efektifitas Apakah tujuan dan target program yang diinginkan telah tercapai? b. Efesiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan? c. Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah dicapai memecahkan masalah? d. Responsitas Apakah ada multiplayer effect dari implementasi program yang dirasa memuaskan bagi masyarakat penerima program? e. Ketepatan Apakah hasil yang diinginkan benar-benar tepat sasaran? 49

52 BAB III BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian tingkat keberhasilan program Sapu Lidi Kota Pekalongan yang merupakan sebagai program penataan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan dilihat dari sifat permasalahan yang dibahas merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana penelitian tersebut berusaha memberikan gambaran dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu terhadap obyek penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan program Sapu Lidi dalam pengentasan kemiskinan Kota Pekalongan, dimana merupakan salah satu bentuk implementasi kebijkan publik. Evaluasi program tersebut digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat keberhasilan program tersebut. Keberhasilan dari suatu program dapat dilihat dari dampak, proses atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. B. RUMUSAN VARIABEL Rumusan variabel didapat dari hasil eksplorasi teori yang digunakan dalam penelitian. Tidak semua teori penelitian digunakan sebagai dasar perumusan variabel. Berhubung penelitian ini bersifat evaluasi sehingga teori yang digunakan dalam perumusan variabel yaitu terkait teori tentang evaluasi dari William Dunn. Selain itu juga disesuaikan dengan target dari Program Sapu Lidi, dan juga tujuan program Sapu Lidi. Rumusan variabel peneilitian dapat dilihat secara jelas dalam tabel berikut : 50

53 BAB III No Tipe Kriteria Evaluasi (Dunn) Pertanyaan Evaluasi (Dunn) 1 Efektifitas Apakah tujuan yang diinginkan telah tercapai? 2 Efesiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan? Tujuan Pembangunan Rusunawa : Peningkatan kualitas hunian dari kondisi sebelumnya Griya Swadaya Asri: Penyediaan rumah bagi masyarakat miskin untuk pengsmbilan rumah pertama Bumirejo Damai Residence : Penyediaan rumah bagi para PNS/TNI golongan rendah untuk pengambilan rumah pertama Bedah Kampung : peningkatan kualitas hunian dari kondisi sebelumnya. Tabel 3.1 Perumusan Variabel Target Program Kota Pekalongan Bebas Rumah Tidak Layak Huni dilengkapi dengan fasilitas dasar rumah Tahun 2008 dan Bebas Kawasan Kumuh Tahun 2010 Variabel Penelitian Apakah tujuan dan target program yang diinginkan telah tercapai? Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan? Indikator Penelitian Mendukung target Kota Pekalongan Bebas Rumah Tidak Layak Huni Tahun 2008 dan Bebas Kawasan Kumuh Tahun 2010 Penggunaan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan Mekanisme pencairan bantuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Mekanisme pengajuan bantuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Kepanitiaan yang bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku 51

54 BAB III No Tipe Kriteria Evaluasi (Dunn) Pertanyaan Evaluasi (Dunn) 3 Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah dicapai memecahkan masalah? Tujuan Pembangunan Status lahan dan rumah yang jelas Peningkatan kualitas/ketahanan rumah (permanen) Peningkatan penyediaan sarana prasarana Memberi pelatihan keterampilan Menciptakan swadaya masyarakat Target Program Bangunan Rusunawa, Rumah Inti Tumbuh, Perumahan Bumirejo Damai Residence, Perbaikan Rumah semi atau non permanen, Sertifikasi, Penghijauan, Kelengkapan Sarana Prasarana Dasar Rumah, Kesehatan, Keterampilan, dan Pemberdayaan Masyarakat Variabel Penelitian Seberapa jauh hasil yang telah dicapai memecahkan masalah? Indikator Penelitian 1. Keberhasilan Fisik Pembangunan Rumah Aman dan layak huni Jelas Status Kepemilikan Bangunan dan Rumah Sarana Prasarana yang memadai Adanya kemudahan akses sanitasi/mck Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Permukiman. 2. Keberhasilan Ekonomi Adanya pelatihan keterampilan Adanya pemberdayaan lembaga keuangan swadaya masyarakat Adanya peningkatan pendapatan atau penghasilan masyarakat 3. Keberhasilan Sosial Kemudahan pendidikan Adanya pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil Adanya peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal Adanya Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif. 52

55 BAB III No Tipe Kriteria Evaluasi (Dunn) Pertanyaan Evaluasi (Dunn) 4 Responsitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kelompok kelompok tertentu? Tujuan Pembangunan Target Program Variabel Penelitian Apakah ada multiplayer effect dari implementasi program yang dirasa memuaskan bagi masyarakat penerima program? Indikator Penelitian Persepsi masyarakat terhadap dampak ikutan dari proses dan tahapan, serta tingkat kepuasaan terkait implementasi program tersebut. 5 Ketepatan Apakah hasil yang dinginkan benar benar berguna dan bernilai serta tepat sasaran? Rusunawa : Masyarakat berpendapatan tidak lebih dari Rp ,00/ bulan Perumahan Bumirejo Damai Residence : bagi PNS ataupun POLRI or TNI bergolongan rendah berpenghasilan tidak lebih dari Rp ,00 RIT : masyarakat miskin Kota Pekalongan berpenghasilan tidak lebih dari Rp Masyarakat Miskin Pekalongan Sumber : Hasil Analisis Tujuan Pembangunan dan Target Program Kota Pekalongan, dan Evalusi Dunn Kota Apakah hasil yang diinginkan benar benar tepat sasaran? Ketepatan sasaran masyarakat penerima program dengan kesesuaian target group di masing masing lokasi implementasi program. Masyarakat penerima program menempati sendiri rumah hasil implementasi program. 53

56 BAB III C. KEBUTUHAN DATA Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan sasaran penelitian yang akan dicapai, kemudian dijabarkan sesuai dengan sumber data yang diperoleh dan metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Berikut tabel kebutuhan data dalam penelitian, yaitu sebagai berikut : Tabel 3.2 Kebutuhan Data Penelitian No. Indikator Kebutuhan Data Sumber Metode 1 Efektifitas Target Kota Pekalongan terkait penanganan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan 2 Efiaiensi Mekanisme dalam pengajuan dan pencairan bantuan 3 Kecukupan (perubahan antara sebelum dengan sesudah program) Kepanitiaan dalam menjalankan tugasnya Perubahan Kondisi Fisik Pembangunan Rumah Aman dan layak huni Status Kepemilikan Bangunan dan Rumah Sarana Prasarana yang memadai Akses sanitasi/mck Kualitas Lingkungan Perumahan Permukiman. (secara swadaya masyarakat) Kondisi Ekonomi Adanya pelatihan keterampilan Adanya pemberdayaan lembaga keuangan Adanya peningkatan pendapatan atau penghasilan masyarakat Kondisi Sosial Kemudahan pendidikan Pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil Adanya peran serta atau Bapeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Bapermas, Pokja Perumahan Bapermas, Pokja Perumahan Bapermas, Pokja Perumahan Lokasi Penelitian Studi Dokumen, Wawancara Studi Dokumen, wawancara Studi Dokumen, wawancara Observasi lapangan, Kuesioner, Wawancara 54

57 BAB III No. Indikator Kebutuhan Data Sumber Metode swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal Adanya Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif 4 Responsitas Persepsi masyarakat terhadap implementasi program Besarnya manfaat terkait implementasi program Kesesuaian dengan keinginan dan harapan masyarakat dari hasil program tersebut. Multiplayer effect program 5 Ketepatan Kesesuaian antara target group dengan keadaan di lapangan Sumber : Hasil Analisis Kebutuhan Data, 2011 Lokasi Penelitian Bapermas, Lokasi Penelitian Kuesioner, Wawancara Studi Dokumentasi, Kuesioner D. TEKNIK SAMPLING Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan cara cluster sampling. Cluster sampling adalah teknik menggelompokkan subpopulasi berdasarkan pengelompokan geografis. Penelitian ini menggunakan cara cluster sampling karena seluruh lokasi implementasi program yang merupakan lokasi penelitian diteliti secara keseluruhan dengan pemilihan koresponden secara sampling. Pemilihan koresponden dilakukan dengan menggunakan sampel, dimana dalam pemilihan sampel koresponden menggunakan teknik Accidental sample yaitu teknik pengambilan sample berdasarkan kesedian responden untuk mengisi kuesioner baik dari sisi waktu dan pemikiran (Singaribun dan Efendi, 1997). 55

58 BAB III E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Teknik Pengumpulan Data Primer Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan mendapatkan data yang dibutuhkan secara langsung di lapangan sehingga mengetahui fakta dan kondisi aktual di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data primer yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara terstruktur, observasi lapangan, dan penyebaran kuesioner. a). Wawancara Terstruktur Wawancara merupakan cara memperoleh data atau informasi secara langsung dengan tatap muka melalui komunikasi verbal. Teknik ini dipakai secara simultan dan sebagai cara utama memperoleh data secara mendalam yang tidak diperoleh dengan data dokumentasi, menanyakan hal hal yang belum ada atau belum jelas yang mungkin terdapat dalam data dokumentasi. Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam penghayatan peneliti terhadap proses persepsi responden. Pengumpulan data primer dengan wawancara terstruktur dilakukan untuk mendapat informasi yang terkait dengan program Sapu Lidi Kota Pekalongan. Penentuan responden wawancara dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Metode tersebut mengambil sampel dengan maksud atau tujuan tertentu (Riduwan, 2004). Maksud atau tujuan tersebut adalah, pertama sampel yang dipilih merupakan perencana program Sapu Lidi Kota Pekalongan, kedua sampel yang dipilih merupakan sampel yang mengelola program Sapu Lidi Kota Pekalongan. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena dianggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Instansi yang terkait dengan program Sapu Lidi Kota Pekalongan dijadikan sebagai responden wawancara. Instansi tersebut antara lain : Bapermas, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Bapeda, Pokja 56

59 BAB III pokja perumahan, Camat, Lurah, RW, dan RT. Berikut dapat dilihat secara jelas pada tabel di bawah ini : Tabel 3.3 Responden Wawancara Penelitian No. Personil Jumlah 1 Bapermas Kota Pekalongan 1 orang 2 Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang 1 orang 3 Bapeda 1 orang 4 Pokja pokja perumahan 1 orang 5 Camat 1 orang 6 Lurah 1 orang 7 RW 1 orang 8 RT 1 orang Sumber : Hasil Analisis Responden Wawancara, 2011 b). Observasi Lapangan Observasi di lapangan yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan/ lokasi pelaksanaan program. Observasi yang dilakukan berupa catatan catatan di lapangan dan foto foto kondisi rumah dan lingkungan yang mendapatkan program Sapu Lidi. Observasi lapangan dilakukan pada lokasi penelitian yang telah ditentukan yaitu di Rusunawa Kelurahan Krapyak Lor, Griya Swadaya Asri Kelurahan Kandang Panjang, KPRS Bumi Rejo Kelurahan Bumi Rejo, dan Bedah Kampung di Kelurahan Panjang Baru. c). Penyebaran Kuesioner Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan daftar pertanyaan yang sifatnya tertutup dan terbuka. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang hanya bersifat tertutup, dimana kuesioner yang bersifat tertutup dimaksudkan dengan jawaban kuesioner telah tersedia dan responden tinggal memilih beberapa alternatif yang telah disediakan. Tujuannya untuk mendapatkan persepsi/ pandangan umum commit terkait to user pelaksanaan program tersebut. 57

60 BAB III Adapun jumlah sampel untuk masyarakat ditentukan dengan rumus Slovin yaitu sebagai berikut : n Dimana, n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi N 1 + N. e² e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang berada di lokasi penelitian yaitu 180 KK di Rusunawa Kelurahan Krapyak Lor, 144 KK di Griya Swadaya Asri Kelurahan Kandang Panjang, 130 KK di KPRS Bumi Rejo Kelurahan Bumi Rejo, dan 40 KK di Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru. Tingkat eror yang diinginkan yaitu 10% sehingga dengan menggunakan rumus Slovin maka jumlah sampel yang minimal diambil 89 sampel. Jumlah sampel pada tiap lokasi menggunakan perbandingan dalam penentuan jumlah sampel, sehingga didapatkan jumlah sampel 15 KK di Rusunawa Krapyak Lor, 14 KK di Griya Swadaya Asri, 13 KK di KPRS Bumi Rejo, dan 7 KK di Bedah Kampung Panjang Baru. Jumlah populasi dari tiap tiap lokasi penelitian dan jumlah sampel yang digunakan, dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3.4 Jumlah Populasi dan Sampel di Tiap Lokasi Penelitian No. Lokasi Penelitian Jumlah Jumlah Populasi (KK) Sampel (KK) 1 Rusunawa Griya Swadaya Asri Bedah Kampung di Kelurahan Panjang Baru KPRS Bumi Rejo JUMLAH Sumber : Hasil Analisis Jumlah Sampel,

61 BAB III Berikut daftar kebutuhan data primer terkait dengan variabel yang digunakan: Tabel 3.5 Kebutuhan Data Primer No. Macam Data Metode Sumber 1 EFEKTIFITAS Target Kota Pekalongan terkait Wawancara Pihak Terkait penanganan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan 2 EFISIENSI Mekanisme pencairan dana Wawancara Pihak Terkait Mekanisme pengajuan bantuan Wawancara Pihak Terkait Tugas dari masing masing panitia Wawancara Pihak Terkait pelaksana program 3 KECUKUPAN Kondisi Fisik Lokasi Penelitian Kuesioner, Masyarakat di Lokasi sebelum dan sesudah program Observasi Penelitian yang dijalankan, terkait : Lapangan menjalankan program Kondisi bangunan rumah Status lahan dan bangunan Sarana Prasarana Akses sanitasi (MCK) Kondisi Ekonomi sebelum dan sesudah Kuesioner Masyarakat di Lokasi program dijalankan, terkait : Penelitian yang Pelatihan keterampilan menjalankan program Pemberdayaan lembaga keuangan Peningkatan pendapatan atau penghasilan masyarakat Kondisi Sosial masyarakat sebelum dan Kuesioner Masyarakat di Lokasi sesudah program dijalankan, terkait : Penelitian yang Kemudahan pendidikan menjalankan program Pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil Peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif 4 RESPONSITAS Persepsi masyarakat terhadap manfaar, Kuesioner Masyarakat di Lokasi multiplier effect dan permasalahan Penelitian yang tahapan hasil implementasi program menjalankan program 5 KETEPATAN Sasaran dari program tersebut Kuesioner Lokasi Penelitian Sumber :Hasi Analisis Kebutuhan Data Sekunder,

62 BAB III 2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder Teknik pengumpulan data sekunder merupakan teknik mengumpulkan data secara tidak langsung berkaitan dengan dokumen dokumen rencana, peraturan perundangan, serta data data yang didapat dari suatu instansi/lembaga atau pihak tertentu. Data sekunder yang diperlukan, yaitu: Tabel 3.6 Kebutuhan Data Sekunder No. Macam Data Metode Sumber 1 Rencana Strategis terkait dengan Studi SKPD/ Dinas terkait Program Sapu Lidi Dokumen 2 Kebijakan tentang perumahan Studi Bappeda dan permukiman Kota Dokumen Dinas Pekerjaan Umum Pekalongan dan Tata Ruang 3 Peraturan terkait program Sapu Lidi Kota Pekalongan 4 Informasi mengenai implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan. Tujuan dan target program Sapu Lidi Sumber :Hasi Analisis Kebutuhan Data Sekunder, 2011 Studi Dokumen Studi Dokumen, Studi Literatur Bappeda Bapermas Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Bapermas Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Website, buku, leaflet presentasi, F. METODE ANALISIS Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2001). Metode analisis yang digunakan dalam studi ini yaitu Deskriptif Kualitatif dan Statistik Deskriptif. Kedua metode analisis tersebut digunakan pada data yang berbeda, seperti berikut : 1. Metode Analisis Deskriptif Kualitatif Prosedur penelitian dalam metode analisis kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku serta benda benda yang diamati (Moleong, 2001). Metode analisis commit deskriptif to user kualitatif digunakan dalam 60

63 BAB III menganalisis data berupa hasil wawancara dan hasil observasi lapangan. Data hasil observasi lapangan sebelumnya diolah dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Analisis ini menghasilkan penilaian untuk setiap evaluasi. 2. Metode Analisis Statistik Deskriptif Hasan (2001), menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah bagian dari statistik mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan keterangan mengenai suatu data atau keadaan fenomena. Dengan kata lain, statistik deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan. Metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis kuesioner. Melalui kuesioner tersebut akan diketahui tingkat keberhasilan program dengan melihat bagaimana respon masyarakat terhadap program tersebut. 61

64 KRITERIA EVALUASI EFEKTIFITAS ANALISIS SINTESIS KESIMPULAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF Kriteria Keberhasilan berdasarkan RENTANG NILAI dari penelitian sebelumnya. BAB III EFISIENSI KECUKUPAN KUALITATIF KUALITATIF DAN KUANTITATIF Kriteria Keberhasilan berdasarkan Hasil Analisis dikaitkan dengan kenyataan di lapangan dan teori Kriteria Keberhasilan berdasarkan TEORI TINGKAT KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PROGRAM RESPONSIVITAS KUALITATIF DAN KUANTITATIF Kriteria Keberhasilan berdasarkan Hasil dari penilaian masyarakat di tiap-tiap lokasi implementasi program KETEPATAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF Kriteria Keberhasilan berdasarkan RENTANG NILAI dari penelitian sebelumnya. Gambar 3.1 Kerangka Analisis Penelitian 62

65 BAB III G. INDIKATOR PENELITIAN EVALUASI Analisis evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator dan tolok ukur berdasar kriteria efektifitas, efisiensi, kecukupan, responsibilitas, dan ketepatan (Dunn, 2000). Identifikasi indikator dilakukan dengan menggunakan teori teori dan peraturan perundangan yang terkait dengan perumahan dan permukiman. Penggunaan indikator dan tolok ukur yang telah dihasilkan, kemudian dilakukan perbandingan terhadap kondisi pelaksanaan program. Berikut variabel, indikator, dan tolak ukur yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.7 Indikator dan Tolok Ukur Penelitian Evaluasi Kriteria Variabel Indikator Tolok Ukur Efektifitas Apakah tujuan, Mendukung target Kontribusi program sapu lidi terhadap dan target Kota Pekalongan target kota. program yang diinginkan telah Bebas Rumah Tidak Layak Huni Tahun tercapai? 2008 dan Bebas Kawasan Kumuh Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan? Tahun 2010 Penggunaan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan Mekanisme pencairan bantuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Mekanisme pengajuan bantuan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku Kepanitiaan bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku Bantuan digunakan sesuai kebutuhan Kemudahan dalam mekanisme pencairan bantuan. Kesesuaian mekanisme pencairan bantuan Kemudahan syarat ataupun birokrasi dalam pengajuan bantuan. Kesesuaian mekanisme dalam pengajuan bantuan Kelompok kerja menjalankan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku Kepanitiaan bekerja sesuai dengan ketentuan yan berlaku Kepanitiaan tingkat pemerintah kota bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 63

66 BAB III Kriteria Variabel Indikator Tolok Ukur Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah Keberhasilan Fisik Terjadi peningkatan/perubahan terkait : dicapai Adanya pembangunan Rumah memecahkan Aman dan layak huni masalah? Jelas Status Kepemilikan Bangunan dan Rumah Sarana Prasarana yang memadai Adanya kemudahan akses sanitasi/mck Peningkatan Kualitas Lingkungan Responsivitas Apakah ada multiplayer effect dari program tersebut yang memuaskan kelompok kelompok tertentu? Ketepatan Apakah hasil yang dinginkan benar benar tepat sasaran? Keberhasilan Ekonomi Sasaran merupakan masyarakat miskin Kota Pekalongan yang disesuaikan dengan target group masing-masing di lokasi implementasi program Perumahan Permukiman. Terdapat adanya : Pelatihan keterampilan Pemberdayaan lembaga keuangan Peningkatan pendapatan atau penghasilan masyarakat Keberhasilan Sosial Terdapat adanya : Kemudahan pendidikan Pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil Peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif. Persepsi masyarakat terhadap proses dan tahapan pelaksanaan program, serta tingkat kepuasan terhadap hasil dari dampak ikutan program tersebut. Sumber : Hasil Analisis Indikator dan Tolok Ukur, 2011 Besarnya manfaat atas program tersebut yang dirasakan oleh masyarakat. Pelaksanaan program sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat. Adanya program tersebut, bukan menambah masalah bagi masyarakat. Sasaran adalah masyarakat miskin yang sesuai dengan target group pada masing masing lokasi implementasi program. Sasaran menempati sendiri rumah yang sesuai dengan program tersebut. 64

67 BAB III H. METODE SINTESIS Sintesis data menyangkut hasil analisis yang disintesiskan, dimana penyajian datanya berupa tabel dan deskripsi yang akan menuju suatu kesimpulan. Sintesis yang digunakan berdasarkan hasil dari analisis dan pengkriteriaan yang didasari oleh rentang nilai dan teori-teori. Berikut sintesis yang dilakukan tiap-tiap kriteria evaluasi yang digunakan : 1. Efektifitas Hasil dari analisis kriteria Efektifitas berupa data numerik, maka sintesis yang dilakukan dengan menggunakan rentang nilai untuk merumuskan tingkat keberhasilan program. Rentang nilai yang digunakan berasal dari penelitian sebelumnya yaitu oleh F, Gunawan : 2005, dengan rentang nilai sebagai berikut : 0% - 25% : Tidak Efektif 26% - 50% : Kurang Efektif 51% - 75% : Cukup Efektif 76% - 100% : Efektif Berdasarkan rentang nilai tersebut, maka hasil dari analisis yang telah dilakukan dimasukan dalam rentang nilai tersebut, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan program Sapu Lidi terkait kriteria Efektifitas. 2. Efisiensi Sintesis yang dilakukan yaitu dengan hasil analisis dan teori. Berdasarkan hasil analisis sudah dapat digunakan sebagai dasar merumuskan kesimpulan tingkat keberhasilan program. 3. Kecukupan Sintesis yang digunakan untuk merumuskan tingkat keberhasilan program dengan menggunakan kriteria dari teori-teori. Kriteria evaluasi kecukupan, pengkriteriaan yang dilakukan dibedakan tiap indikatornya yaitu keberhasilan fisik, ekonomi, dan sosial. 65

68 BAB III a. Keberhasilan Fisik Pengkriteriaan keberhasilan fisik dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.8 Pengkriterian Keberhasilan Fisik Kriteria Penilaian Berhasil Apabila memiliki semua komponen lingkungan perumahan permukiman dengan kondisi yang baik, yaitu terdiri dari : (Dirjen Cipta Karya, 1999) - Jalan Lingkungan - Jalan Setapak - Sistem Drainase - Penyediaan Air Bersih - Pengumpulan dan Pembuangan Sampah - Fasilitas Penyehatan Lingkungan (MCK) Cukup Berhasil Apabila memiliki semua komponen lingkungan perumahan permukiman dengan kondisi yang tidak atau kurang baik. Kurang Berhasil Apabila hanya memiliki beberapa komponen lingkungan perumahan permukiman dengan kondisi yang tidak atau kurang baik. Tidak Berhasil Apabila tidak memiliki semua komponen lingkungan perumahan permukiman. Sumber : Hasil Sintesis, 2011 Berdasarkan pengkriteriaan tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait aspek fisiknya yaitu dengan cara melihat kondisi lapangan yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengkriteriaan dari teori. b. Keberhasilan Ekonomi Pengkriteriaan keberhasilan ekonomi dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.9 Pengkriterian Keberhasilan Ekonomi Kriteria Penilaian Berhasil Apabila pembangunan perumahan permukiman baru menghasilkan kegiatan ekonomi baru dan juga meningkatkan penghasilan dari kondisi sebelumnya. (Turner, 1980) Cukup Apabila pembangunan perumahan permukiman baru Berhasil menghasilkan commit kegiatan to user ekonomi baru tetapi penghasilan masih sama dengan kondisi sebelumnya. 66

69 BAB III Kriteria Kurang Berhasil Tidak Berhasil Sumber : Hasil Sintesis, 2011 Penilaian Apabila pembangunan perumahan permukiman baru menghasilkan kegiatan ekonomi baru tetapi belum mampu meningkatkan penghasilan dari kondisi sebelumnya Apabila pembangunan perumahan permukiman baru tidak menghasilkan kegiatan ekonomi baru dan juga meningkatkan penghasilan dari kondisi sebelumnya Berdasarkan pengkriteriaan tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait aspek fisiknya yaitu dengan cara melihat kondisi lapangan yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengkriteriaan dari teori. c. Keberhasilan Sosial Pengkriteriaan keberhasilan ekonomi dapat dilihat dalam tabel berikut: Kriteria Berhasil Cukup Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil Sumber : Hasil Sintesis, 2011 Tabel 3.10 Pengkriterian Keberhasilan Sosial Penilaian Tingkat partisipasi penghuni aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan (Deliyanto, 2011) Tingkat partisipasi penghuni cukup aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan. Tingkat partisipasi penghuni kurang aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan. Tingkat partisipasi penghuni tidak aktif dalam memelihara dan mengembangkan perumahan dan lingkungan Berdasarkan pengkriteriaan tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan program terkait aspek fisiknya yaitu dengan cara melihat kondisi lapangan yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengkriteriaan dari teori. Pengkriteriaan dipisahkan tiaptiap lokasi implementasi program karena untuk menunjukan lokasi 67

70 BAB III mana yang memiliki tingkat keberhasilan tertinggi terkait implementasi program aspek fisik, ekonomi, dan sosial. 4. Responsivitas Sintesis yang dilakukan berdasarkan hasil penilaian masyarakat terkait manfaat yang didapat dari program tersebut, Multiplier Effect hasil dari implementasi program, kesesuaian terhadap keinginanan masyarakat dan tidak menimbulkan masalah. Berdasarkan dari indikator tersebut, untuk merumuskan tingkat keberhasilan program berdasarkan hasil dari penilaian tertinggi dari masyarakat penerima program di masing-masing lokasi penelitian. 5. Ketepatan Hasil dari analisis kriteria Ketepatan berupa data numerik, maka sintesis yang dilakukan sama halnya dengan kriteria Efektifitas yaitu menggunakan rentang nilai untuk merumuskan tingkat keberhasilan program. Rentang nilai yang digunakan berasal dari penelitian sebelumnya yaitu oleh F, Gunawan : 2005, dengan rentang nilai sebagai berikut : 0% - 25% : Tidak Tepat 26% - 50% : Kurang Tepat 51% - 75% : Cukup Tepat 76% - 100% : Tepat Berdasarkan rentang nilai tersebut, maka hasil dari analisis yang telah dilakukan dimasukan dalam rentang nilai tersebut, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan program Sapu Lidi terkait kriteria Ketepatan. Pengkriteriaan Ketepatan dilakukan di tiap-tiap lokasi implementasi program karena untuk menunjukkan di lokasi mana yang memiliki kesesuaian ketepatan sasaran tertinggi. 68

71 BAB III Tabel 3.11 Metodologi Penelitian terkait Kebutuhan Data No. Indikator Kebutuhan Data Sumber Metode Jenis Data Analisis 1 Efektifitas Target Kota Pekalongan terkait penanganan perumahan permukiman masyarakat miskin Kota Pekalongan 2 Efeisiensi Kesesuaian mekanisme dalam pengajuan dan pencairan bantuan Kesesuaian kepanitiaan dalam menjalankan tugasnya 3 Kecukupan Peningkatan/Perubahan Kondisi Fisik (perubahan Pembangunan Rumah Aman dan layak huni antara Jelas Status Kepemilikan Bangunan dan Rumah Sarana Prasarana yang memadai sebelum Adanya kemudahan akses sanitasi/mck dengan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan sesudah Permukiman. program) (secara swadaya masyarakat) Kondisi Ekonomi Adanya pelatihan keterampilan Adanya pemberdayaan lembaga keuangan Adanya peningkatan pendapatan atau penghasilan masyarakat Kondisi Sosial Kemudahan pendidikan Adanya pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil Bapeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Bapermas, Pokja Perumahan Bapermas, Pokja Perumahan Bapermas, Pokja Perumahan Lokasi Penelitian Studi Dokumen, Wawancara Studi Dokumen, wawancara Studi Dokumen, wawancara Observasi lapangan, Kuesioner, Wawancara 1. Sekunder 2. Primer Sekunder 1. Sekunder 2. Primer Primer Kualitatif Kualitatif 1. Kulitatif 2. Kuantitatif 69

72 BAB III No. Indikator Kebutuhan Data Sumber Metode Jenis Data Analisis Adanya peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal Adanya Pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif 4 Responsitas Persepsi masyarakat terhadap implementasi program Besarnya manfaat terkait implementasi program Kesesuaian dengan keinginan dan harapan masyarakat dari hasil program tersebut. Multiplayer effect program 5 Ketepatan Kesesuaian antara target group dengan keadaan di lapangan Sumber : Hasil Analisis Metodologi Penelitian, 2011 Lokasi Penelitian Kuesioner Primer 1. Kulitatif 2. Kuantitatif Bapermas, Lokasi Penelitian Studi Dokument, Kuesioner 1. Sekunder 2. Primer Kualitatif 70

73 BAB IV BAB IV GAMBARAN WILAYAH KAJIAN PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM KOTA PEKALONGAN Kota Pekalongan membentang antara 6º º55 44 LS dan 109º º42 19 BT. Berdasarkan koordinat fiktifnya, Kota Pekalongan membentang antara 510,00 518,00 Km membujur dan 517,75 526,75 Km melintang Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai Pulau Jawa, dengan ketinggian kurang lebih 1 meter dari permukaan air laut, dengan batas administrasi : Sebelah utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Pekalongan : Kabupaten Batang Pekalongan memiliki luas wilayah 45,25 Km 2 dengan jumlah penduduk pada Tahun 2009 sebesar jiwa. Secara administratif, Kota Pekalongan dibagi menjadi 4 wilayah Kecamatan, yakni Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kecamatan Pekalongan Barat.dan Kecamatan Pekalongan Timur. Berikut tabel jumlah dan kepadatan penduduk Kota Pekalongan tiap kecamatan. Tabel 4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2009 No. Nama Kecamatan Kepadatan Luas Jumlah Jumlah (Km 2 Penduduk Masyarakat ) Penduduk (Jiwa/Km 2 ) Miskin 1 Pekalongan Utara 14, , Pekalongan Barat 10, , Pekalongan Selatan 10, , Pekalongan Timur 9, , JUMLAH 45, , Sumber : Pekalongan Dalam Angka Tahun

74 BAB IV 72

75 BAB IV 73

76 BAB IV B. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Seluruh lokasi penelitian terletak di Kota Pekalongan yang terlatak di Kecamatan Pekalongan Barat dan Kecamatan Pekalongan Utara, yaitu di Rusunawa Slamaran, Griya Swadaya Asri, Bumirejo Damai Residence, dan Bedah Kampung di Kelurahan Panjang Baru. 1. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Rusunawa Slamaran Rusunawa yang berada di Kota Pekalongan ini, lebih dikenal dengan Rusunawa Slamaran yang terletak di Kelurahan Krapyak Lor. Pembangunan rusunawa ini mulai dibangun pada Tahun 2007, terdiri dari 3 blok rusun yang terbagi dalam 3 lantai, masing masing blok tersedia 96 ruangan atau unit. Setiap lantai mempunyai harga sewa yang berbeda, yaitu untuk lantai 1 harga sewanya sebesar Rp ,00/bulan, lantai 2 Rp /bulan, dan di lantai 3 dengan harga sewa Rp ,00/bulan, makin tinggi letak lantai maka harga sewa akan lebih murah. Rusunawa ini memiliki luas bangunan sebesar 380 m 2 dengan lahan milik Pemerintah Kota Pekalongan. Pembangunan Rusunawa Kota Pekalongan merupakan kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah kota Pekalongan. Pemerintah Pusat menyediakan dana untuk membangun fisik bangunan Rusunawa secara total sedangkan pemerintah Kota Pekalongan menyediakan lahan yang digunakan untuk membangun rusun tersebut. Menurut UPTD Rusunawa Slamaran, masyarakat yang dapat menjadi penghuni rusun tersebut harus memenuhi persyaratan ataupun prosedur yaitu antara lain : berdomisili di Kota Pekalongan, belum memiliki rumah, berpenghasilan minimal sebesar Upah Minimum Kota (UMK) sebesar Rp ,00 dan maksimal Rp ,00/bulan, dan jumlah keluarga maksimal 4 orang (suami,istri, dan 2 orang anak) atau 3 orang dewasa yang sejenis. Saat ini masyarakat yang menempati Rusunawa Slamaran sebanyak 180 KK yang berasal dari berbagai daerah yang berasal dari Kota Pekalongan. Pendidikan terkahir masyarakat di lokasi ini lulusan dari 74

77 BAB IV SMA dan SMP dan masyarakat yang menempati rusun ini, mayoritas bekerja di sektor informal yaitu sebagai buruh dan pedagang. 2. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Bumirejo Damai Residence KPRS Bumirejo yang biasa dikenal dengan Bumirejo Damai Residence terletak di Kelurahan Bumi Rejo Kecamatan Pekalongan Barat. Pembangunan perumahan yang dikhususkan untuk PNS golongan rendah dan bagi para TNI dengan penghasilan kurang dari Rp ,00 per bulan. Lokasi implementasi program dibangun pada lahan seluas 16 Ha, dimana lahan yang digunakan merupakan bekas lahan sawah yang tidak produktif. Perumahan ini direncanakan membangun 1000 unit, tetapi unit yang sudah terbangun sebanyak ± 450 unit dengan jumlah warga sebesar 400 orang. Pembangunan perumahan ini merupakan kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah kota pekalongan. Pemerintah pusat yang dimaksud yaitu Menpera yang memberikan subsidi bagi pembangunan perumahan ini berupa pembangunan sanitasi di lingkungan perumahan. Sedangkan, pemerintah kota yaitu dalam hal ini dari DPU Kota Pekalongan memberikan subsidi bagi pembangunan jalan. Selain itu, bagi calon penghuni diberi kemudahan untuk mendapatkan rumahnya dengan menggunakan KPRS yang bekerjasama dengan pihak bank, dimana bank yang dimaksud yaitu Bank BTN Kota Pekalongan. Perumahan Bumirejo Damai telah terbentuk dalam 1 RW dengan memiliki 3 RT yang terbagi dalam blok blok. RT 1 terdiri dari blok A B, RT 2 terdiri dari blok C D, dan RT 3 terdiri dari blok H I. Masyarakat yang tinggal di perumahan ini memiliki jenis pekerjaan yang beraneka ragam, yaitu sebagai Polisi, TNI, dan PNS. 75

78 BAB IV 3. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Griya Swadaya Asri Griya swadaya asri terletak di Kelurahan Kandang Panjang Kecamatan Pekalongan Utara. Griya swadaya asri dibangun bagi masyarakat berpenghasilan rendah Kota Pekalongan dengan penghasilan Rp ,00 s/d Rp ,00 per bulan. Pembangunan rumah di Griya Swadaya Asri dalam bentuk Rumah Inti Tumbuh yang merupakan tempat hunian awal untuk memulai bertempat tinggal dengan standart minimal yang layak huni dengan luas bangunan sebesar 77 meter 2. Pembangunan dalam bentuk Rumah Inti Tumbuh ini dimaksudkan agar terdapat swadaya masyakarat dalam meningkatakan keadaan bangunan fisik rumah tinggalnya dan sosial budaya dengan lingkungan sekitarnya. Griya Swadaya Asri telah dihuni oleh 144 KK dengan mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai karyawan/buruh. Lahan seluas 1,5 Ha yang digunakan dalam pembangunan Rumah Inti Tumbuh di lokasi Griya Swdaya Asri berasal dari tanah atau lahan kosong milik Pemerintah Kota Pekalongan dengan pembangunan yang dilakukan oleh DPU-PT Kota Pekalongan. Pembangunan Rumah Inti Tumbuh terbagi dalam 3 tahapan, yaitu : RIT Tahap I : membangun sebanyak 50 unit yang merupakan kerjasama Pemkot Pekalongan dan Deputi Swadaya Menpera pada Tahun 2006 RIT Tahap II : membangun sebanyak 50 unit yang merupakan kerjasama Pemkot Pekalongan dengan Deputi Swadaya Menpera pada Tahun 2007 RIT Tahap III : membangun sebanyak 50 unit yang merupakan kerjasama Pemkot Pekalongan dan Deputi Pembiayaan Menpera (KPRS Mikro Bersubsidi) pada Tahun

79 BAB IV 4. Gambaran Lokasi Implementasi Program di Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru Kelurahan Panjang Baru merupakan salah satu cluster kemiskinan di Kota Pekalongan dan merupakan kawasan genangan rob paling parah karena terletak di lokasi dekat pantai. Program bedah kampung yang berada di Kelurahan Panjang Baru dilakukan dengan pemugaran rumah sejumlah 40 unit pada Tahun Pemugaran rumah dan peningkatan kualitas rumah dilakukan bagi rumah tangga yang termasuk dalam KK miskin Kota Pekalongan. Bedah Kampung yang berada di Kelurahan Panjang Baru mendapatkan bantuan dari Menpera dalam pemugaran rumahnya dan juga ada dari swadaya masyarakat dalam proses pembangunannya. Kegiatan yang dilakukan dalam Bedah Kampung di lokasi ini, yaitu dengan pemugaran rumah dan pembangunan Prasarana Sarana umum termasuk MCK umum, dranise dan peningkatan kualitas jalan dengan pavingisasi. Mayoritas masyarakat yang memiliki tempat tinggal di lokasi ini bekerja sebagai nelayan dan pedagang dengan penghasilan yang tidak menentu tiap bulannya yaitu antara sebesar. Bedah kampung ini memugar sejumlah 40 rumah yang berarti terdapat 40 KK yang terkena program ini, dimana ke 40 penghuni tersebut tersebar di berbagai RT namun masih dalam satu RW yaitu RW 07. Adapun rumah rumah yang dipugar terdapat di RT 01 sebanyak 4 unit rumah, RT 02 sebanyak 4 unit rumah, RT 03 sebanyak 6 unit rumah, RT 04 sebanyak 8 unit rumah, RT 05 sebanyak 6 unit rumah, RT 06 sebanyak 6 unit rumah, dan RT 07 sebanyak 6 unit rumah. 77

80 BAB IV Implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan memiliki target yang berbeda dalam aspek fisik di tiap-tiap lokasi implementasi program. Target implementasi program tiap lokasi dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.3 Target Aspek Fisik di Tiap Lokasi Implementasi Program No Lokasi Target Implementasi Program 1 Rusunawa Penanganan untuk meningkatkan kualitas hunian dari kondisi sebelumnya. Memberikan status lahan dan rumah yang jelas Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen) Meningkatkan penyediaan sarana prasarana Memberi pelatihan keterampilan Menciptakan swadaya masyarakat 2 Griya Swadaya Asri 3 Bumirejo Damai Residence 4 Bedah Kampung Sumber : Hasil Wawancara dan Studi Dokumen, 2011 Penyediaan rumah bagi masyarakat miskin untuk pengambilan rumah pertama Memberikan status lahan dan rumah yang jelas Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen) Meningkatkan penyediaan sarana prasarana Memberi pelatihan keterampilan Menciptakan swadaya masyarakat Penyediaan rumah bagi para PNS golongan rendah/tni untuk pengambilan rumah pertama Memberikan status lahan dan rumah yang jelas Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen) Meningkatkan penyediaan sarana prasarana Menciptakan swadaya masyarakat Penanganan untuk meningkatkan kualitas hunian dari kondisi sebelumnya. Memberikan status lahan dan rumah yang jelas Meningkatkan kualitas/ketahanan rumah (Permanen) Meningkatkan penyediaan sarana prasarana Memberi pelatihan keterampilan Menciptakan swadaya masyarakat 78

81 BAB IV C. IMPLEMENTASI PROGRAM SAPU LIDI KOTA PEKALONGAN 1. Struktur Keorganisasian Program Sapu Lidi Pelaku atau panita yang terkait dengan implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan yaitu dibagi menjadi 3 tingkat pelaksana, yaitu tingkat kota, kecamatan, dan kelurahan. a. Tingkat Kota, terdiri dari : (1) Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Pekalongan (2) SKPD pendamping teknis (3) Sekretariat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Pekalongan (4) Tehnikal Asisten b. Tingkat Kecamatan terdiri dari : (1) Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) (2) Tim Koordinasi Program Tingkat kecamatan sebagai Penanggungjawab adalah Camat, Ketua, Sekretaris, Bendahara c. Tingkat Kelurahan terdiri dari : (1) Tim Pelaksana kegiatan program sebagai penanggungjawab adalah Lurah, Ketua, Sekretaris yang dijabat oleh kepengurusan LPM, Bendahara (unsur pemerintahan kelurahan) dan anggota oleh catur pilar kelurahan, RW, RT, kelompok kegiatan dan institusi lain yang dianggap perlu. (2) Pendamping Kelurahan/ Fasilitator program Namun, pelaku pengorganisasian di lapangan dalam implementasi program yaitu terdiri : a. Tim Pokja Perumahan dan Lingkungan b. TKPK c. Lima Pilar Kelurahan ( Lurah, LPM, PKK, BKM, dan Karang Taruna) d. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) 79

82 BAB IV Tingkat Kota Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Pekalongan Sekretariat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Pekalongan SKPD Pendamping Teknis Tehnikal Asisten Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Tingkat Kecamatan Tim Koordinasi Program Tingkat kecamatan Tim Pelaksana kegiatan program Tingkat Kelurahan Pendamping Kelurahan atau Fasilitator Program Tim Pokja Perumahan dan Lingkungan TKPK (Dinas-Dinas Terkait) Lurah, LPM, PKK, BKM, Karang Taruna Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Gambar 4.3 Struktur Organisasi Program Sapu Lidi Kota Pekalongan Peran atau tugas pokok fungsi organisasi atu panitia implementasi program dapat dilihat dalam tabel berikut : 80

83 BAB IV Tabel 4.4 Peran atau Tupoksi Organisasi/Panitia Implementasi Program No Organisasi Pelaksana Tupoksi 1 Tingkat Kota Tim Koordinasi Sekretariat 2 Tingkat Kecamatan Tim Koordinasi Sekretariat 3 Tingkat Kelurahan Tim Pelaksana Kegiatan Tim Pendamping 4 Pelaku di Lapangan Pokja Perumahan TKPK, yaitu terkait dinas yang terkait Lima Pilar Kelurahan (Lurah, LPM, PKK, BKM, Karang Taruna) Lembaga Keuangan Mikro Sumber : Hasil Studi Dokumen dan Wawancara Memberi dukungan administratif dan teknis kepada tim kecamatan dan Kelurahan Memfasilitasi dan mengarahkan alokasi anggaran kegiatan sesuai dengan kebutuhan databased Melakukan sosialisasi program Melakukan pelatihan dan pembekalan monitoring, evaluasi, dan pelaksanaan program Memberikan dukungan teknis administrasi dan operasional terhadap tugas tim koordinasi tingkat kota Pelaksana monitoring dan evaluasi kegiatan Verifikasi dan pengesahan usulan kegiatan dari Tim Pelaksana Memfasilitasi Tim Pelaksana Memfasilitasi dan mengelola administrasi Membuat laporan pelaksana dan merekapitulasi kegiatan Memberikan dukungan administratif dan operasional tugas Tim Koordinasi Melaksanakan sosialisasi program Mendorong partisipasi masyarakat Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Mengadministrasikan dokumen pelaksanaan program dan laporan-laporan hasil kegiatan Mengelola dan mempertanggungjawabkan administrasi Mendampingi pelaksanaan program Mengusulkan rencana kebutuhan program Sapu Lidi kepada panitia tingkat Kelurahan Mengkonsultasikan, mengkoordinasikan dan melaporkan pelaksanaan program secara periodik Dinas- dinas memfasilitasi atau memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan tiap tiap lokasi program Membantu dalam proses pembangunan implementasi program Memfasilitasi pendanaan atau pinjaman dana dengan bunga lunak untuk masyarakat penerima program yang dapat digunakan untuk mendapatkan hunian implementasi program ataupun dapat digunakan commit sebagai to modal user usaha. 81

84 BAB IV 2. Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Implementasi Program Sebelum dilakukan program bantuan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang berada di Kota Pekalongan, dilakukan suatu musyawarah atau diskusi secara partisipatif tingkat kota yang dilakukan oleh Pokja Perumahan dengan dihadiri oleh tokoh tokoh masyarakat dalam hal ini yaitu RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan LSM. Diskusi atau musyawarah partisipatif yang dilakukan di tingkat kota tersebut membahas daerah cluster kemiskinan yang perlu ditangani dengan biaya dari mana dan bentuk penanganan yang sesuai untuk menangani permasalahan kemiskinan yang berada di salah satu cluster kemiskinan yang akan ditangani. Penentuan lokasi cluster kemiskinan yang akan ditangani berdasarkan databased masyarakat miskin yang berada di Kota Pekalongan. Bantuan program Sapu Lidi Kota Pekalongan dibedakan berdasarkan target sasaran masyarakat miskin yang terkena, yaitu keluarga miskin produktif (keluarga miskin yang punya usaha produktif) dan masyarakat miskin non produktif. Bagi keluarga miskin yang produktif, Pemkot memberikan dana stimulan dalam bentuk kredit lunak dengan bunga 6%. Sementara untuk keluarga miskin yang tidak produktif diberikan dana dalam bentuk bantuan hibah. Program untuk keluarga miskin produktif didanai dari program rumah swadaya yang berasal dari Menpera. Sementara bantuan hibah bagi keluarga miskin tak produktif didanai dari berbagai sumber: APBD provinsi, APBD Kota Pekalongan, P2KP (DPU) dan KUBE (Depsos). Untuk memperjelas mekanisme bantuan implementasi Program Sapu Lidi dapat dilihat dalam flowchart berikut ini : 82

85 BAB IV Musyawarah Tingkat Kota Cluster Kemiskinan Bantuan Program KK Miskin Produktif KK Miskin Non Produktif Kredit Mikro Bunga 6% per tahun LKM Terseleksi (Koperasi, BKM, BMT, dsb) Sewa LKM Terseleksi (Koperasi, BKM, BMT, dsb) Hibah APBD Provinsi APBD Kota Pekalongan P2KP (DPU) Kobe (Depsos) Rumah Swadaya Rusunawa Gambar 4.4 Mekanisme Bantuan Implementasi Program 83

86 BAB IV D. PENCAPAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM No 1. Implementasi Program terhadap Pembangunan Fisik di Lokasi Implementasi Program. Masyarakat penerima program Sapu Lidi Kota Pekalongan merupakan masyarakat miskin dengan kondisi rumah atau hunian yang tidak nyaman untuk ditempati dan juga tidak baik untuk kesehatan. Berikut kondisi rumah masyarakat sebelum menerima program dapat dilihat dalam tabel : Tabel 4.5 Kondisi Rumah Masyarakat Sebelum Menerima Program Griya Bumirejo Rusunawa Swadaya Damai Asri Residence Kondisi Bangunan Rumah Sebelumnya 1 Bangunan Tidak Permanen 2 Lantai dari Tanah dan Rumah Pengap 3 Bangunan/Tanah Bukan Milik Status Pribadi 4 Tidak mempunyai Akses MCK 5 Sarana Prasarana Tidak Memadai 6 Tidak Memiliki Akses Air Bersih Sumber : Hasil Kuesioner, 2011 Bedah Kampung Jml % Jml % Jml % Jml % 3 20% 2 14% 0 0% 7 100% 9 60% 8 57% 0 0% 6 86% 10 67% % % 3 18% 3 20% 0 0% 0 0% 3 43% % 0 0% 0 0% 7 100% 1 7% 0 0% 0 0% 2 29% Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui kondisi fisik masyarakat penerima program sebelum implementasi program Sapu Lidi, dimana tabel tersebut menggambarkan jumlah masyarakat penerima program terkait kondisi fisik sebelum implementasi program. 84

87 BAB IV 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Bangunan Tidak Permanen Lantai dari Tanah dan Rumah Pengap Bangunan/Tanah Bukan Milik Status Pribadi Tidak Mempunyai Akses MCK Sarana Prsasarana Tidak Memadai Tidak Memiliki Akses Air Bersih Rusunawa Griya Swadaya Asri Bumirejo Damai Residence Bedah Kampung Gambar 4.5 Diagram Kondisi Rumah Sebelum Pelaksanaan Program Setelah implementasi program Sapu Lidi dilakukan, maka Perubahan Kondisi Fisik kualitas hunian masyarakat penerima program dapat dijelaskan dalam tabel dan kemudian penjelasannya ada dibawahnya, dapat dilihat sebagai berikut : 85

88 BAB IV No. Komponen 1 Status Lahan Hak Milik orang lain dan ada yang di lahan ilegal 2 Status Kepemilikan Rumah 3 Bangunan Rumah Tabel 4.6 Kondisi Fisik Bangunan Sebelum dan Setelah Implementasi Program Rusunawa Griya Swadaya Asri Bumirejo Damai Residence Bedah Kampung Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Lahan Milik Status lahan Status lahan Status Lahan Status lahan Ada 18% yang Pemerintah hak milik sewa hak milik hak milik hak milik pakai belum yang pakai sewa memiliki disewakan sertifikat Mengontrak dengan harga yang sulit dijangkau 20% rumah yang non permanen 4 Lantai 60% rumah yang lantainya dari tanah 5 Air Bersih 7% masyarakat yang kesulitan dalam mengakses air bersih sewa dengan harga yang terjangkau Bangunan berbentuk rusunawa dengan dinding dari batako Lantai tiap kamar atau hunian dari plesteran Mudah dalam mengakses air bersih dengan kualitas yang baik Mengontrak 20% rumah yang semi permanen permanen. Dan 20% dengan kondisi rusak 57% rumah yang lantainya terbuat dari tanah Air bersih berasal dari PAM dan sumur Hak Milik Pribadi Bangunan Rumah Inti Tumbuh dengan dinding terbuat dari batako Lantainya dari plesteran Swadaya masyarakat dalam penyaluran ke tiap tiap rumah dari sumur artesis Mengontrak Bangunan telah layak Huni Sudah berkeramik Seluruh masyarakat dapat dengan mudah mengakses air bersih. Ada yang Hak Milik Pribadi Bangunan dalam bentuk perumahan type 36 Tidak Ada Perubahan Seluruh masyarakat dapat mengakses air bersih dengan kualitas yang bagus dari Hak Milik Pribadi Rumah non permanen Berlantai tanah 29% warga yang belum dapat mengakses air bersih dengan mudah Status lahan hak milik pakai Tidak Ada Perubahan Rumah Layak Huni Berlantai plester dan ada pula yang dikeramik Seluruh masyarakat dapat mengakses air bersih dengan mudah dari sumur gali 86

89 BAB IV No. Komponen Rusunawa Griya Swadaya Asri Bumirejo Damai Residence Bedah Kampung Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah dari sumur PDAM dan PAM 6 Sanitasi/MCK Ada 20% Semuanya Semuanya Tidak Ada Semuanya Tidak Ada Ada 43% yang Perbaikan rumah yang memiliki MCK memiliki MCK Perubahan memiliki Perubahan belum MCK pribadi belum memiliki pribadi pribadi MCK pribadi memiliki MCK pribadi dan dan pembangunan MCK pribadi sebagian kondisi MCKnya tidak MCK umum 7 Sarana Prasarana Lingkungan Sumber : Hasil Kuesioner, 2011 Tanah berkerikil dan saluran air tidak lancar Jalan dari paving blok dan jalan selasar antar hunian dari keramik dan saluran air dengan kondisi baik Beraspal dan telah memiliki saluran air Jalan lingkungan yang berada di gang 1 telah di paving blok, sedangkan jalan lingkungan lainnya masih dari tanah berkerikil. Saluran air tidak lancar Beraspal dan memiliki saluran air dengan kondisi baik Sepanjang jalan masuk telah di paving blok, tetapi jalan lingkungan masih dari tanah berkerikil. Saluran air ada, tetapi kondisi tidak baik bagus Jalan tanah berkerikil dan belum ada saluran air Seluruh jalan telah di paving blok dan ada saluran air 87

90 BAB IV (1) Hunian/ Bangunan Rumah a). Rusunawa Slamaran Keadaan bangunan yang ada di rusun ini terdiri dari 3 blok bangunan rusun, yang masing masing rusun memiliki 4 lantai, dimana 3 lantainya digunakan sebagai tempat tinggal sedangkan di lantai dasar digunakan sebagai tempat parkir dan tempat berkumpul warga. Masing masing blok rusun terdiri dari 96 kamar/unit, dimana tiap lantai terdapat 2 kamar/unit yang disediakan untuk cadangan apabila ada kamar/unit yang telah ditempati mengalami kerusakan. Kamar/unit yang berada di rusun berukuran ± 21 m 2 yang terdiri dari 1 ruangan utama, dapur, dan 1 kamar mandi dalam, dimana bahan bangunannya terbuat dari batako dan tiap kamar/unit lantainya dari plesteran. Namun, jalan penghubung antara kamar/unit yang satu dengan yang lain terbuat dari keramik. Gambar 4.6 Kondisi Bangunan Rusunawa Slamaran b). Griya Swadaya Asri Bangunan rumah yang berada di Griya Swadaya Asri merupakan bangunan dalam bentuk rumah inti tumbuh, dengan luas yang dimiliki 77 meter 2. Bangunan rumah di lokasi ini terbuat dari batako, dengan lantai yang diplester dengan atap yang terbuat dari seng. Bangunan Rumah Inti Tumbuh yang berada di Griya Swadaya Asri terdiri dari 1 ruang serba guna, 1 kamar mandi/wc, commit dan 1 to dapur. user 88

91 BAB IV Gambar 4.7 Kondisi Bangunan Rumah di Griya Swdaya Asri c). Bumirejo Damai Residence Bangunan rumah yang berada di lokasi ini dalam bentuk perumahan dengan tipe 36 dan cara mendapatkan rumah di lokasi ini dengan menggunakan cara KPR/KPRS. Bangunan rumah yang ada di lokasi ini juga terbuat dari batako, dengan atap dari genteng dan lantai berkeramik. Gambar 4.8 Kondisi Bangunan Rumah di Bumirejo Damai Residence d). Bedah Kampung Bedah kampung yang berada di Kelurahan Panjang Baru memugar sebanyak 40 rumah, dimana keadaan 40 rumah tersebut sebelumnya memprihatikankan dengan rumah yang termasuk non permanen, dimana dindingnya masih terbuat dari bambu, lantainya dari tanah, dan ada beberapa yang belum memiliki MCK pribadi. 89

92 BAB IV Gambar 4.9 Kondisi Bangunan Rumah Bedah Kampung Perbaikan dan peningkatan kualitas rumah dan lingkungan dilakukan dengan mengganti dinding rumah dengan menggunakan tembok, perbaikan lantai yang terbuat dari tanah dengan memplesternya, selain itu juga dilakukan perbaikan kualitas lingkungan dengan perbaikan jalan lingkungan yaitu dengan pavingsasi menggunakan paving blok dan pembangunan MCK umum, serta saluran. (2) Jaringan Jalan a). Rusunawa Slamaran Jaringan jalan yang menuju di lokasi ini merupakan jalan kolektor yang terbuat dari perkerasan aspal dengan lebar jalan ± 8 meter, namun jalan yang dilalui menuju ke lokasi ini tidak mulus karena terdapat beberapa lubang besar. Sedangkan jalan yang berada di rusun terbuat dari paving blok dan jalan penghubung antar kamar terbuat dari keramik. 90

93 BAB IV Gambar 4.10 Kondisi Jalan di Rusunawa Slamaran b). Griya Swadaya Asri Jaringan jalan yang digunakan untuk menuju lokasi ini termasuk jalan lingkungan di lokasi perumahan yang berada di sekitar lokasi Griya Swadaya Asri. Jaringan jalan di lokasi ini memiliki keadaan jalan yang tidak sama, yaitu di beberapa bagian telah terbuat dari paving blok, tetapi sebagian besar jalan di bagian jalan yang lain hanya terbuat dari jalan tanah berkerikil yang keadaannya bergelombang. Gambar 4.11 Kondisi Jalan di Griya Swadaya Asri c). KPRS Bumi Rejo Jaringan jalan yang menuju lokasi KPRS Bumi Rejo terbuat dari aspal dengan lebar ± 2 meter yang merupakan jalan kolektor. Jaringan jalan yang berada di lokasi ini merupakan subsidi dari pemerintah kota, namun keadaan jalan yang berada di lokasi ini terkesan commit to belum user selesai dibangun karena ada 91

94 BAB IV beberapa bagian lokasi yang jalannya masih terbuat dari tanah keras yang bergelombang. Sedangkan di jalan bagian lain yaitu yang terletak di jalan pintu masuk terbuat dari paving blok. Gambar 4.12 Kondisi Jalan di Bumirejo Damai Residence d). Bedah Kampung Jaringan jalan yang menuju lokasi ini merupakan jalan kolektor dengan keadaan jalan yang telah beraspal, sedangkan di lokasinya jalan terbuat dari paving blok yang merupakan kerjasama dari PNPM dan DPU-PT Kota Pekalongan. Gambar 4.13 Kondisi Jalan di Bedah Kampung (3) Jaringan Listrik Jaringan listrik yang berada di lokasi program seluruhnya bekerjasama dan disediakan oleh jaringan listrik dari PLN, dimana tiap tiap rumah dapat mengakses jaringan listrik tersebut dengan mudah. Hal ini juga berlaku di Rusunawa Slamaran, dimana tiap kamar/unit memiliki meteran tersendiri yang batas dayanya 900 watt. 92

95 BAB IV (4) Jaringan Sampah Sampah sampah yang dihasilkan tiap rumah tangga dikelola oleh petugas khusus dengan mengangkutnya dan dikumpulkan ke tempat pembuangan sampah. Pengangkutan sampah dilakukan rutin yaitu tiap 2 hari sekali dengan setiap KK membayar Rp ,00/ bulan. Sampah yang berada di lokasi Bumi Rejo Damai Residence dipisahkan berdasarkan sampah organik dan nonorganik. (5) Air Bersih a). Rusunawa Air bersih di Rusunawa Slamaran berasal dari sumur artesis sebanyak 2 buah di lokasi yang sama di rusun tersebut. Air yang berasal dari sumur artesis tersebut ditampung di bak penampungan dengan volume sebesar Liter yang kemudian disalurkan tiap tiap unit/kamar di Rusunawa Slamaran. Air yang berasal dari sumur artesis tersebut sangat lancar dan memiliki kualitas yang bagus. b). Griya Swadaya Asri Penyediaan air bersih yang berada di Griya Swadaya Asri telah dikelola dengan swadaya masyarakat di lokasi tersebut. Penyediaan air bersih di lokasi ini berasal dari sumur dalam yang dibuat oleh Pemerintah Kota Pekalongan yaitu dari DPU- PT Kota Pekalongan. Pendistribusian dari sumur dalam tersebut dilakukan dengan sistem perpipaan yang disalurkan tiap tiap rumah. Penyediaan air secara swadaya di lokasi ini dimaksudkan dalam hal pendistribusian dan pengelolaan air bersihnya, dimana tiap rumah tangga dikenakan biaya sesuai dengan meteran penggunaan airnya. c). KPRS Bumi Rejo Penyediaan air bersih yang berada di lokasi ini berasal dari PDAM yang commit menggunakan to user sistem perpipaan dengan setiap 93

96 BAB IV rumah dapat mengaksesnya dengan mudah dan kualitas airnya pun bagus. d). Bedah Kampung Penyediaan air bersih yang berada di lokasi program Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru berasal dari sumur gali dengan kualitas air bersih yang bagus. 2. Implementasi Program terhadap Apek Ekonomi a. Pelatihan Keterampilan Pelatihan keterampilan yang diadakan dalam implementasi program Sapu Lidi yaitu berupa keterampilan berusaha seperti jasa boga, menjahit, bordir, tukang bangunan, otomotif, teknisi hp, dan las listrik. Pelatihan dilakukan di tiap-tiap lokasi program, namun pada kenyataannya pelatihan keterampilan yang berjalan hanya di lokasi Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru yang dikarenakan masyarakat penerima program di lokasi tersebut secara aktif mengikuti pelatihan,dimana dilakukan sebanyak sekali dalam seminggu. b. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Swadaya Masyarakat Lembaga keuangan swadaya masyarakat dalam implementasi aspek ekonomi program Sapu Lidi yaitu dalam bentuk kelompok ekonomi produktif dengan membentuk suatu kelompok yang bernama UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Kelompok masyarakat tersebut beranggotakan dari masyarakat penerima program itu sendiri di tiap tiap lokasi dan juga dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga, apabila kelompok UPPKS terbentuk di tiap lokasi program, maka masyarakat penerima program dapat merasakan manfaat implementasi program terkait aspek ekonomi. Namun, kenyataannya di lapangan, tidak semua masyarakat penerima program di tiap tiap lokasi membentuk kelompok UPPKS. Masyarakat penerima program yang membentuk kelompok UPPKS yaitu hanya di lokasi Bedah Kampung. Kelompok UPPKS commit to inilah user yang memberikan pelatihan atau 94

97 BAB IV keterampilan bagi masyarakat penerima program yang berada di lokasi dimana kelompok usaha tersebut terbentuk. c. Pendapatan atau penghasilan Masyarakat Penerima Program Implementasi suatu program perumahan permukiman seharusnya tidak hanya meningkatkan aspek fisik saja, tetapi juga aspek ekonomi yang salah satunya dapat dilihat apakah implementasi program tersebut dapat memberikan peningkatan penghasilan masyarakat penerima programnya. Seperti halnya, implementasi aspek ekonomi program Sapu Lidi Kota Pekalongan yang memberikan peningkatan pendapatan masyarakat penerima program yang berada di lokasi Bedah Kampung. Namun, ke 3 lokasi implementasi program yang lain yaitu di Rusunawa, Griya Swadaya Asri, dan Bumirejo Damai Residence tidak terjadi peningkatan penghasilan. Hal ini dikarenakan, di lokasi Bedah Kampung terdapat pelatihan keterampilan yang dapat memberikan modal untuk mencari pekerjaan dan juga kelompok swadaya masyarakat yang aktif dalam melakukan pelatihan. Peningkatan pendapatan atau penghasilan masyarakat penerima program Sapu Lidi dapat dilihat dalam tabel berikut : No Peningkatan Pendapatan Masyarakat Tabel 4.7 Peningkatan Penghasilan/Pendapatan Masyarakat Penerima Program Griya Bumirejo Rusunawa Swadaya Damai Asri Residence Bedah Kampung % % - 50% % - 75% % - 100% Jumlah Sumber : Hasil Kuesioner, Implementasi Program terhadap Aspek Sosial a. Pendidikan Implementasi program aspek sosial terkait pendidikan yaitu diberikannya kemudahan bagi para anak usia wajib belajar 9 tahun 95

98 BAB IV bagi anak keluarga miskin yang tidak sekolah melalui kejar paket. Namun, kemudahan ini tidak dimanfaatkan oleh berbagai warga yang dikarenakan anak-anak dari warga tersebut ingin bersekolah di Sekolah Negeri atau sekolah yang bukan melalui kejar paket. b. Pemberian Gizi Balita dan Ibu Hamil Implementasi program aspek sosial terkait pemberian gizi balita dan ibu hamil diadakan oleh posyandu yang terbentuk di tiap-tiap lokasi implementasi program. gizi yang diberikan yaitu berupa susu bagi balita dan ibu hamil yang diberikan selama periode tertentu apabila balita atau ibu hamil mengalami suatu kelainan atau penyakit. Posyandu di tiap-tiap lokasi implementasi program rutin dilakukan tiap seminggu sekali. c. Swadaya Masyarakat Swadaya masyarakat dalam implementasi aspek sosial program Sapu Lidi, lebih mengarah kepada pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan hasil implementasi program. bentuk swadaya masyarakat yang dilakukan yaitu misalnya gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal yang biasanya dilakukan setiap seminggu sekali. Hampir seluruh masyarakat di lokasi implementasi program memiliki sifat gotong royong yang tinggi, namun masih juga ada masyarakat yang tidak peduli. Selain itu juga ada gotong royong dalam perbaikan jalan lingkungan apabila ada yang rusak dengan dana secara swadaya yang dikumpulkan oleh masyarakat. d. Pemberdayaan Lembaga Swadaya Masyarakat Pelaksanaan aspek sosial terkait lembaga swadaya masyarakat yang berada di lokasi program yaitu dengan dibentuknya suatu kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang kelompok tersebut dimaksudkan untuk menggali potensi tiap keluarga, pembinaan dan pemberdayaan tiap keluarga. UPPKS ini tidak hanya commit bergerak to user dalam aspek ekonomi, tetapi juga 96

99 BAB IV direncanakan oleh pemerintah untuk aspek sosial. Kelompok UPPKS ini direncanakan oleh Pemerintah Kota dalam pembinaan usaha manusia untuk masyarakat penerima program, namun pada implementasinya masyarakat lah yang secara swadaya membentuk kelompok UPPKS tersebut. Kelompok UPPKS ini kemudian membentuk atau mengurus kegiatan sosial yang berada di masyarakat yaitu posyandu balita, pengadaan dan pelaksanaan PAUD, ada juga yang membantu pembangunan masjid yang digunakan masyarakat sebagai tempat untuk pengajian. Kelompok ini bersifat aktif di masyarakat penerima program serta merupakan kelompok yang dapat meningkatkan keswadayaan masyarakat penerima program dan selain itu untuk meningkatkan interaksi antar warga. e. Implementasi Program terhadap Pengembangan Kelompok (komunitas) Masyarakat miskin Kota Pekalongan seteleh mendapatkan kartu KK miskin, maka diberi pembekalan untuk bisa mengembangkan diri secara swadaya dalam aspek fisik, sosial, dan ekonomi. Pengembangan kelompok masyarakat penerima program Sapu Lidi Kota Pekalongan dibentuk di tiap-tiap lokasi program secara swadaya masyarakat sendiri. Namun, pada kenyataannya tidak semua lokasi implementasi program membentuk kelompok atau komunitas secara swadaya karena masyarakat tidak aktif untuk membentuk suatu kelompok komunitas yang pada nantinya juga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyrakat itu sendiri. Adanya pengembangan kelompok (komunitas) ada di lokasi Bedah Kampung dan Griya Swadaya Asri, dimana pengembangan kelompok dilakukan dengan adanya pembinaan atau keterampilan, kegiatan sosial masyarakat yang memperhatikan kondisi kehatan masyrakat dan pendidikan anak-anak di lokasi tersebut, dan juga keagamaan. Namun, pengembangan commit kelompok to user di 2 lokasi program berbeda karena 97

100 BAB IV keaktifan pengurus yang berbeda dan kegiatan yang dilakukan berbeda. E. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM 1. Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Fisik Implementasi Program Implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan bagi masyarakat miskin Kota Pekalongan dilihat dari penangannya dalam meningkatkan kelayakan bangunan rumah, kejelasan status bangunan dan tanah, pelayanan akses air bersih dan sanitasi, dan juga penyediaan sarana prasarana yang memadai untuk masyarakat penerima program tersebut. Berdasarkan dari responden di lokasi implementasi program, maka persepsi masyarakat terkait implementasi aspek fisik dapat dilihat dalam tabel berikut berikut : 98

101 BAB IV No. Kondisi Fisik 1 Peningkatan kelaykan bangunan rumah 2 Peningkatan status tanah dan rumah yang jelas 3 Peningkatan Akses air bersih yang mudah 4 Peningkatan Sarana Prasarana Memadai 5 Peningkatan Pelayanan sanitasi/mck yang baik Rusunawa Tabel 4.8 Persepsi Masyarkat terkait Aspek Fisik Implementasi Program Griya Swadaya Asri Bumirejo Damai Residence Bedah Kampung Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml % Jml (%) , , , , Rata Rata ,2 87,14 1,8 12, , , Sumber : Hasil Kuesioner,

102 BAB IV Rusunawa Griya Swadaya Asri Bumirejo Damai Residence Bedah Kampung Meningkat Tidak Meningkat Gambar 4.14 Diagaram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Fisik Implementasi Program Berdasarkan tabel persepsi masyarakat terkait implementasi aspek fisik program Sapu Lidi Kota Pekalongan terlihat bahwa di lokasi Bedah Kampung secara 100% mengalami peningkatan kondisi fisik daripada kondisi sebelumnya. Persepsi masyarakat di lokasi Rusunawa terkait implementasi aspek fisik program yaitu sebanyak 100% masyarakat penerima program menilai adanya perbaikan kondisi fisik dari kehidupan sebelumnya terkait status tanah dan rumah, akses air bersih yang mudah, sarana prasarana yang memadai, akses sanitasi yang baik, dan kelayakan bangunan rumah. Aspek fisik implementasi program di Griya Swadaya Asri dapat terlihat aspek fisik yang banyak dirasakan masyarakat penerima program di lokasi Griya Swadaya Asri sebesar 100% yaitu terkait status tanah dan rumah, akses air bersih yang mudah dengan kualitas yang bagus, sanitasi yang baik, dan kelayakan bangunan rumah. Kondisi fisik terkait sarana prasarana yang berada di lokasi Griya Swadaya Asri sebanyak 64,29% yang tidak menganggap commit sarana to prasarana user di lokasi tersebut memadai 100

103 BAB IV karena jalan yang berada di lokasi tersebut di blok pertama telah menggunakan paving blok tetapi di bagian yang lain, jalan masih dari tanah berkerikil. Selain itu, juga saluran yang berada di lokasi tersebut tidak jalan aliran airnya dan sering terjadi rob. Implementasi aspek fisik program di Bumirejo Damai Residence dapat diketahui bahwa aspek fisik yang banyak dirasakan oleh masyarakat penerima program yang sebesar 100% yaitu terkait status lahan dan rumah, akses air bersih yang mudah dengan kualitas yang bagus, sanitasi yang baik, dan kelayakan bangunan rumah. Namun, implementasi aspek fisik yang tidak banyak dirasakan peningkatannya oleh masyarakat penerima program yaitu terkait sarana prasarana yaitu sebesar 76,92%. Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang berada di lokasi tersebut berbeda, jalan utama masuk perumahan telah menggunakan paving blok, tetapi jalan lingkungan di perumahan masih dari tanah serta saluran air yang tidak ada kelanjutan arah alirannya. 2. Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Ekonomi Implementasi Program Persepsi masyarakat terhadap aspek ekonomi program Sapu Lidi Kota Pekalongan terkait adanya pelatihan keterampilan, adanya pemberdayaan lembaga keuangan swadaya masyarakat, dan peningkatan penghasilan atau tingkat ekonomi masyarakat. Implementasi aspek ekonomi program Sapu Lidi di lokasi Rusunawa, Griya Swadaya Asri, Bumirejo Damai Residence, dan Bedah Kampung dapat dilihat dalam tabel berikut ini : 101

104 BAB IV No Aspek Ekonomi 1 Adanya pelatihan keterampilan 2 Adanya pemberdayaan lembaga keuangan swadaya masyarakat 3 Peningkatan penghasilan atau tingkat ekonomi Rata - Rata Sumber : Hasil Kuesioner, 2011 Tabel 4.9 Persepsi Masyarakat terkait Aspek Ekonomi Implementasi Program Rusunawa Griya Swadaya Asri Bumirejo Damai Residence Bedah Kampung Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) 0 0% % 0 0% % 0 0% % 7 100% 0 0% 0 0% % 0 0% % 0 0% % 7 100% 0 0% 0 0% % 0 0% % 0 0% % 7 100% 0 0% 0 0% % 0 0% % 0 0% % 7 100% 0 0% 102

105 BAB IV 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Rusunawa Griya Swadaya Asri Bumirejo Damai Residence Bedah Kampung Meningkat Tidak Meningkat Gambar 4.15 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Ekonomi Implementasi Program Implementasi Program Sapu Lidi terkait aspek ekonomi tiap lokasi program memiliki perbedaan. Implementasi apek ekonomi terkait adanya pelatihan keterampilan secara keseluruhan hanya dirasakan oleh masyarakat penerima program di Bedah Kampung. Namun, aspek ekonomi terkait peningkatan penghasilan dan Adanya pemberdayaan lembaga keuangan swadaya masyarakat hanya dirasakan oleh masyarakat di lokasi Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru, sedangkan di lokasi lainnya yaitu di Rusunawa, Griya Swadaya Asri, dan Bumirejo Damai Residence tidak dirasakan oleh masyarakat penerima program karena masyarakat penerima program di lokasi tersebut tidak secara swadaya membentuk kelompok usaha untuk meningkatkan penghasilan ataupun keterampilan mereka sendiri. 3. Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Sosial Implementasi Program Persepsi masyarkat mengenai aspek sosial implementasi program Sapu Lidi Kota Pekalongan terkait adanya kemudahan pendidikan, pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil, peran serta atau swadaya 103

106 BAB IV masyarakat yang aktif, pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif, dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.10 Persepsi Masyarakat terkait Aspek Sosial Implementasi Program Ya Tidak No. Aspek Sosial Jumlah % Jumlah % 1 Kemudahan Pendidikan 17 35% 32 65% 2 Adanya pemberian gizi bagi balita dan ibu hami % 0 0% 3 Adanya peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal 31 63,27% 18 36,73% 4 Adanya pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif 21 42,86% 28 57,14% Rata - Rata 29,50 60% 19,50 40% Sumber : Hasil Kuesioner, % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Kemudahan Pendidikan Adanya pemberian gizi bagi balita dan ibu hami Adanya peran serta atau swadaya masyarakat yang aktif Adanya pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat yang aktif Meningkat Tidak Meningkat Gambar 4.16 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Aspek Sosial Implementasi Program Berdasarkan responden penelitian yang berada di 4 lokasi implementasi, menilai bahwa implementasi aspek sosial yang dapat dirasakan secara sepenuhnya di keempat lokasi program yaitu terkait pemberian gizi bagi balita dan ibu hamil. Namun, aspek sosial yang 104

107 BAB IV tidak banyak dirasakan oleh masyarakat penerima program yaitu dalam kemudahan pendidiakan yang dikarenakan masyarakat penerima program tidak mendapat keringanan biaya pendidikan karena kemudahan pendidikan yang dilakukan hanya untuk siswa kejar paket sedangkan anak dari masyarakat penerima program menempuh sekolah negeri. Secara keseluruhan, aspek sosial implementasi program lebih banyak dirasakan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap Implementasi Program 4. Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program Kesesuaian harapan masyarakat terhadap implementasi program Sapu Lidi di lokasi Rusunawa Slamaran, Griya Swadaya Asri, Bumirejo Damai Residence, dan Bedah Kampung Kelurahan Panjang Baru yaitu sebagai berikut : Tabel 4.11 Kesesuaian Harapan Masyarakat terhadap Implementasi Program Griya Bumirejo Bedah Rusunawa Swadaya Damai Kampung Slamaran Asri Residence Panjang Baru Jml % Jml (%) Jml (%) Jml % Jml % Sesuai Harapan Tidak Sesuai Harapan Jumlah Sumber : Hasil Kuesioner,

108 BAB IV 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Rusunawa Slamaran Griya Swadaya Asri Bumirejo Damai Residence Bedah Kampung sesuai tidak sesuai Gambar 4.17 Diagram Kesesuaian Harapan Masyarakat terkait Implementasi Program Berdasarkan responden penelitian di 4 lokasi implementasi Program Sapu Lidi diketahui bahwa lokasi program di Rusunawa Slamaran dan Bedah Kampung di Panjang Baru dinilai yang paling banyak sesuai dengan keinginan ataupun harapan dari masyarakat yaitu masing masing sebesar 87% dan 71%. Hal ini dikarenakan, masyarakat penerima program di Rusunawa sebelumnya memiliki masalah terkait penyediaan rumah yang layak, sehingga dengan adanya program Sapu Lidi sangat membantu masyarakat penerima program dalam memiliki rumah yang layak huni sehingga implementasi program sangat sesuai harapan bagi masyarakat penerima program di Rusunawa. Bagi masyarakat penerima program di Bedah Kampung lebih banyak yang merasakan implementasi program sesuai dengan harapan atau keinginan masyarakat dikarenakan dari awal proses implementasi program, masyarakat dilokasi tersebut ikut serta dalam merencenakan dan dalam tahapan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan untuk 2 lokasi implementasi program yaitu di Bumirejo Damai Residence dan Griya Swadaya Asri yang masyarakat penerima programnya lebih banyak merasakan implementasi program tidak sesuai dengan commit keingianan to user atau harapan yang dikarenakan 106

109 BAB IV secara aspek fisik implementasi program di lokasi tersebut belum memuaskan karena keadaan sarana prasarana yang belum sepenuhnya memadai, dan aspek ekonomi yang tidak ada implementasinya di lokasi tersebut walaupun sebenarnya karena di lokasi tersebut itu sendiri, masyarakat tidak berperan aktif dalam membentuk suatu kelompok swadaya untuk meningkatkan penghasilan masyarakat. Sedangkan untuk keseluruhan penilaian terhadap kesesuaian implementasi program di seluruh lokasi implementasi program, dapat dilihat dalam diagram berikut : 44% 56% Sesuai Harapan Tidak Sesuai Harapan Gambar 4.18 Diagram Presentase Kesesuaian Harapan Masyarakat terkait Implementasi Program Dilihat dari diagram tersebut, maka diketahui bahwa program Sapu Lidi menurut responden penelitian dari ke 4 lokasi sebanyak 56% menilai bahwa program tersebut telah sesuai dengan keinginan atau harapan masyarakat. Namun, banyak juga responden yang menilai bahwa program Sapu Lidi tersebut tidak sesuai dengan keinginan atau harapan masyarakat yaitu sebanyak 44%. 107

110 BAB IV 5. Persepsi Masyarakat tentang Manfaat Program Suatu implementasi program pasti diharapkan memiliki manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat penerima program tersebut, begitupula dengan program Sapu Lidi yang memberikan manfaat bagi masyarakat yang menerima program tersebut. Persepsi masyarakat tentang manfaat implementasi program yaitu terkait status lahan dan rumah yang legal, membantu pembangunan/perbaikan rumah, Meningkatkan sarana dan prasarana, Meningkatkan ekonomi masyarakat, Pemberian Keterampilan dan Kemudahan Pendidikan, Kepedulian Gizi Balita dan Ibu Hamil, Penguatan Kelembagaan, dan Pemberdayaan Lembaga Keuangan. Persepsi masyarakat terhadap manfaat yang dirasakan di tiap tiap lokasi program dapat dilihat dalam tabel berikut : 108

111 BAB IV No 1 2 Manfaat yang dirasakan Memiliki status lahan dan rumah yang legal Membantu pembangunan/perbaikan rumah Tabel 4.12 Persepsi Masyarakat terkait Manfaat dari Implementasi Program Bumirejo Damai Rusunawa Griya Swadaya Asri Bedah Kampung Residence Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) Jml (%) , Meningkatkan sarana dan prasarana , , , , Meningkatkan ekonomi masyarakat Pemberian Keterampilan dan Kemudahan Pendidikan Kepedulian Gizi Balita dan Ibu Hamil Penguatan Kelembagaan Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rata Rata 9, , , , , , , ,50 7 Sumber : Hasil Kuesioner,

112 BAB IV Berdasarkan tabel persepsi masyarakat akan manfaat yang diterima oleh masyarakat penerima program memiliki penilaian yang berbeda di tiap lokasi implementasi program. Manfaat implementasi program paling banyak dirasakan masyarakat penerima program di Bedah Kampung. Secara keseluruhan di lokasi implementasi program, lebih banyak masayarakat penerima program yang merasakan manfaat implementasi program yang dapat dilihat dalam diagram berikut : Tidak 35% Ya 65% Gambar 4.19 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Manfaat Implementasi Program 6. Persepsi Masyarakat tentang Permasalahan Pelaksanaan Program Persepsi masyarakat terkait permasalahan yang terjadi dalam implementasi program Sapu Lidi dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.13 Persepsi Masyarakat terkait Permasalahan dalam Implementasi Program No Tahapan Bermasalah Tidak Bermasalah Jumlah % Jumlah % 1 Pengelompokan Masyarakat Miskin 0 0% % 2 Pendekatan Masyarakat 11 22% 38 78% 3 Identifikasi Masalah 0 0% % 4 Identifikasi Potensi dan Kebutuhan 0 0% % 5 Penyusunan Rencana 9 18% 40 82% 6 Rintisan Penyelenggaraan 9 18% 40 82% 7 Pembangunan 0 0% % 8 Pemanfaatan dan Pengelolaan 19 39% 30 61% Rata Rata 6 12% 43 88% Sumber : Hasil Kuesioner,

113 BAB IV 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Pengelompokan Masyarakat Miskin Pendekatan Masyarakat Identifikasi Masalah Identifikasi Potensi dan Kebutuhan Penyusunan Rencana Rintisan Penyelenggaraan Pembangunan Pemanfaatan dan Pengelolaan Bermasalah Tidak Bermasalah Gambar 4.20 Diagram Persepsi Masyarakat terkait Permasalahan dalam Implementasi Program Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa penilaian masyarakat terhadap permasalahan implementasi progam secara garis besar tidak banyak permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat penerima program yaitu sebesar 88%, dimana tahapan yang dirasakan oleh masyarakat tidak adanya masalah yaitu pada tahapan pengelompokan masyarakat, identifikasi masalah, potensi, dan kebutuhan, serta tahapan pembangunan yaitu sebesar 100%. Sedangkan, permasalahan yang banyak dirasakan masyarakat dalam tahapan implementasi program yaitu terkait tahapan pemanfaatan dan pengelolaan yaitu sebesar 39%. Hal ini dikarenakan, dalam tahapan pemanfaatan dan pengelolaan masyarakat penerima program belum bisa secara swadaya aktif dalam meningkatkan aspek fisik, sosial, dan ekonomi dari hasil implementasi program tersebut. 111

TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI SEBAGAI PROGRAM PENATAAN PERUMAHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT MISKIN KOTA PEKALONGAN

TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI SEBAGAI PROGRAM PENATAAN PERUMAHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT MISKIN KOTA PEKALONGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM SAPU LIDI SEBAGAI PROGRAM PENATAAN PERUMAHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT MISKIN KOTA PEKALONGAN ARYANI SETIYOWATI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, WINNY ASTUTI PROGRAM

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Persentase Juta Jiwa MENGAPA ADA PERMUKIMAN KUMUH? Urbanisasi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya 1 PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya Ir. Wiwik Widyo W., MT. Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP - ITATS Jl. Arief Rachman Hakim

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN 2016-2021 H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK VISI TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN PEKALONGAN YANG BERKARAKTER, MANDIRI, BERAKHLAQ,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DALAM MENCAPAI TARGET PEMBANGUNAN RPJMN 2015-2019 DIREKTORAT PERKOTAAN, PERUMAHAN, DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA 22 MEI 2017 Arah Kebijakan 2015-2019

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014 PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG SARANA DAN PRASARANA ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR

Lebih terperinci

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang; budiyanto_hery@yahoo.com Abstract Program

Lebih terperinci

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2015-2019 DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 LANDASAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

VISI, MISI DAN PORGRAM VISI

VISI, MISI DAN PORGRAM VISI VISI, MISI DAN PORGRAM PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN SORONG (ZETH KADAKOLO,SE,MM DAN H.IBRAHIM POKKO) VISI Terwujudnya Masyarakat yang Sejahtera, Mandiri, Berkarakter, Berahlaq dan Berkeadilan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BADAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama Badan. Pasal 32

BADAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama Badan. Pasal 32 BADAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Badan Pasal 32 Badan Partisipasi Masyarakat Dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Kupang mempunyai tugas pokok membantu

Lebih terperinci

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat 5.1 Visi Visi adalah suatu gambaran keadaan masa depan yang ingin diwujudkan berdasarkan segala sumber daya yang dimiliki. Visi yang ditetapkan dapat memberikan motivasi kepada seluruh aparatur serta masyarakat

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran masyarakat bahwa hidup diperkotaan lebih terjamin dibandingkan dengan hidup dipedesaan telah menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi

Lebih terperinci

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN BAB VI TUJUAN DAN SASARAN Penetapan tujuan dan sasaran organisasi di dasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

ARAH DAN KEBIJAKAN UMUM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

ARAH DAN KEBIJAKAN UMUM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Bab 5 ARAH DAN KEBIJAKAN UMUM PENANGGULANGAN KEMISKINAN INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 81 Bab 5 ARAH DAN KEBIJAKAN UMUM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 5.1. Arah dan Kebijakan Umum Arah dan kebijakan umum penanggulangan

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan kerangka dasar otonomi daerah yang salah satunya mengamanatkan dilaksanakannya perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017 PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017 1 PERUBAHAN YANG DITUJU Trend Saat Ini Permukiman Kondisi Yang Diinginkan Padat, tidak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Pembangunan Daerah Dalam kampanye yang telah disampaikan, platform bupati terpilih di antaranya sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa sebagai salah

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Latar Belakang. Kewajiban negara yang diemban pemerintah adalah: (1) melindungi rakyat;

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Latar Belakang. Kewajiban negara yang diemban pemerintah adalah: (1) melindungi rakyat; BAB I PENDAHULUAN I.2 Latar Belakang Kewajiban negara yang diemban pemerintah adalah: (1) melindungi rakyat; (2) melayani rakyat; (3) mengatur rakyat, dengan demikian sebenarnya esensi dari tanggung jawab

Lebih terperinci

Permasalahan Mendasar Daerah

Permasalahan Mendasar Daerah VISI, MISI DAN AGENDA PEMBANGUNAN SERTA KEBIJAKAN STRATEGIS Permasalahan Mendasar Daerah 1. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas dan daya saing yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Bab 5. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah

Bab 5. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Bab 5 Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Untuk menetapkan rencana program dan prioritas daerah maka dilakukan sebuah proses panjang mulai dari pelaksanaan musyawarah tingkat dusun yang kemudian

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH Bab IV tediri dari ; Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan pencapaian kota

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kelurahan Kapuk merupakan suatu wilayah dimana mengacu pada dokumen Direktori RW Kumuh 2011 dalam Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 adalah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi Visi merupakan kondisi ideal masa depan yang menantang, yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan, berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini. Kondisi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI PENYANDANG CACAT

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI PENYANDANG CACAT 324 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI PENYANDANG CACAT Lilis Wahyuni Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN.. 2 1.1 Latar Belakang 2 1.2 Landasan Hukum.. 4

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

APA ITU PROGRAM KOTAKU? pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana

APA ITU PROGRAM KOTAKU? pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana KOTAKU? APA ITU PROGRAM Sumber Photo : Istimewa Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

BAB I PENDAHULUAN. hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28 H dijelaskan bahwa tempat tinggal dan lingkungan yang layak adalah hak bagi setiap

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci