Makalah Seminar Kerja Praktek

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Makalah Seminar Kerja Praktek"

Transkripsi

1 Makalah Seminar Kerja Praktek PENGUJIAN TAN δ PADA KABEL TEGANGAN MENENGAH DAN PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI IMPULS PADA PANEL SWITCHGEAR TEGANGAN MENENGAH DI LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI PT.PLN (PERSERO) PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETENAGALISTRIKAN Galuh Susilowati (L2F005536) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK - Pengujian tegangan tinggi bertujuan untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik menyangkut kualitas sistem isolasi peralatan tenaga, yaitu memeriksa kualitas peralatan sebelum terpasang ataupun setelah operasi, untuk menghindarkan kerugian bagi pemakai peralatan dan mengurangi kerugian semasa pemeliharaannya. Kualitas isolasi berperan pentung dalam menentukan mutu suatu peralatan listrik, terutama dalam bidang penyaluran transmisi dan distribusi tenaga. Di antara peralatan tenaga tersebut adalah kabel dan panel switchgear. Kabel merupakan materi inti dalam transmisi dan distribusi. Sedangkan switchgear memainkan peranan penting pada gardu-gardu induk sebagai media gabungan penyalur daya sekaligus pengaman sistem tenaga. Karena itu, dibutuhkan kualitas sistem isolasi yang baik pada kedua peralatan tenaga tersebut untuk mendukung stabilitas sistem. Maka dibutuhkan pengujian-pengujian tegangan tinggi yang dapat menentukan kualitas sistem isolasi peralatan-peralatan tenaga listrik, sehingga dapat diperoleh rancangan yang memiliki ketahanan tinggi, yaitu dengan pengujian tegangan tinggi impuls maupun pengujian tan δ. Melalui kedua jenis pengujian tersebut, PT. PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan dapat melaksanakan peranan besarnya dalam menjamin kualitas peralatan tenaga listrik yang bermutu tinggi, sebagai laboratorium pengujian independent terakreditasi terdepan dalam mendukung terciptanya stabilitas sistem tenaga listrik yang andal. Kata kunci : Pengujian tegangan tinggi impuls, Pengujian tan δ, kabel, switchgear, PLN Litbang. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan perusahan besar yang mengelola listrik negara, baik dari segi pembangkitan, transmisi, maupun pendistribusian tenaga listrik di Indonesia. Adapun kegiatan penelitian dan pengembangan di PT. PLN (Persero) diarahkan pada usaha untuk meningkatkan keandalan serta efisiensi sistem dan pembangkit tenaga listrik, kualitas suplai energi listrik, jaminan mutu, konservasi dan manajemen lingkungan, serta teknologi baru dalam bidang teknik energi listrik. Kegiatan penelitian serta pengembangan inilah yang menjadi tugas khusus bagi salah satu unit bisnis PT. PLN (Persero) yang dikenal sebagai PT. PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan. Dalam peranannya menjamin mutu peralatan-peralatan listik, PT. PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan telah melakukan pengujian-pengujian pada setiap item peralatan uji berdasarkan standar-standar terkini yang diakui tidak hanya di dalam negri, namun juga di dunia internasional. Di antara dari sekian rangkaian pengujian yang harus dilakukan untuk menguji mutu alat yang diuji adalah pengujian tegangan tinggi impuls dan pengujian rugi-rugi dielektrik (tan delta). Pengujian tegangan tinggi impuls ini menggunakan sumber tegangan impuls bertegangan tinggi untuk menguji isolasi pada peralatan listrik, dimana pengujian ini ditujukan karena adanya kemungkinan resiko terkenanya surja petir maupun surja hubung pada peralatan tenaga listrik tersebut. Sedangkan pengujian tan delta ditujukan untuk mendeteksi besarnya rugi-rugi dielektrik pada isolasi peralatan listrik yang berpengaruh pada umur pakai suatu peralatan listrik. Pengujian-pengujian tersebut dikenai pada item uji peralatan-peralatan listrik yang berkenaan langsung dalam pendistribusian tegangan listrik dari gardu induk ke pelanggan maupun ke gardu induk lain dalam satu sistem penyaluran tenaga

2 2 listrik. Salah satu peralatan yang berperan, dalam sistem tegangan menengah tersebut adalah panel (switchgear) distribusi listrik tegangan menengah, dimana panel ini menjalankan fungsi penyaluran listrik, pemutus atau penyambung saluran, serta memegang fungsi kontrol pengamanan sistem. Di samping itu, peralatan kabel tenaga tegangan menengah juga memegang peranan penting dalam menyalurkan dan mentransmisikan tegangan listrik dalam sistem tegangan menengah Dalam Kerja Praktek di Laboratorium Tegangan Tinggi PLN Litbang Ketenagalistrikan ini dibahas mengenai pengujian tegangan tinggi impuls yang dilakukan pada panel switchgear tegangan menengah dan membahas pengujian tan delta pada kabel tenaga tegangan menengah. 1.2 Tujuan Adapun tujuan kerja praktek ini adalah mengetahui dan mengikuti sejarah perkembangan teknologi pengujian tegangan tinggi dan mempelajari sistem pengujian tegangan tinggi, serta mengamati secara langsung pengujian pada panel (switchgear) distribusi tenaga listrik dan kabel tenaga di Laboratorium Tegangan Tinggi PT PLN (Persero) Litbang Ketenagalistrikan. 1.3 Pembatasan Masalah Pada laporan kerja praktek ini, permasalahan hanya dibatasi pada hal pengujian tegangan tinggi impuls pada panel listrik (switchgear) tegangan menengah dan pengujian tan delta kabel tenaga tegangan menengah di Laboratorium Tegangan Tinggi PT. PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan. II. PT. PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan 2.1 Gambaran Umum PT. PLN Litbang Ketenagalistrikan PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan (Research and Development) didirikan pada April 2004, sebagai sebuah unit bisnis yang dimiliki secara utuh oleh PLN, PLN Litbang berkecimpung dengan penelitian, dalam lingkup keandalan sistem dan pembangkit, kualitas suplai energi listrik, peralatan, efisiensi sistem dan pembangkit, jaminan mutu, konservasi dan manajemen lingkungan, serta teknologi baru. Sesuai namanya, aktivitas utama PT PLN Litbang Ketenagalistrikan adalah penelitian, dimana penelitian dan dilakukan mencakup tiga hal besar, yaitu Pengujian, Kalibrasi, serta Fasilitasi dan Jasa lainnya. PT PLN (Persero) Litbang memilliki laboratorium-laboratorium yang berfungsional penuh dalam bidang pengujian tegangan tinggi, pengujian hubung singkat daya tinggi, kalibrasi, kimia terapan, mekanisme tanah dan struktur sipil, lingkungan, diagnosa bahan material, hydro power, kontrol dan instrumentasi, pembakaran dan bahan bakar, sistem daya, serta bidang proteksi. Terdapat dua macam laboratorium, yaitu Laboratorium Kelistrikan dan Laboratorium Non-Listrik. Adapun Laboratorium Kelistrikan terdiri atas lima laboratorium, yaitu Laboratorium Tegangan Rendah, Laboratorium Tegangan Tinggi, Laboratorium Hubung Singkat, Laboratorium Sistem Daya, Telekomunikasi dan Proteksi, serta Laboratorium Kalibrasi. Sedangkan Laboratorium Non Listrik terdiri atas lima laboratorium, yaitu Laboratorium Instrumen / Kontrol, Laboratorium Material, Laboratorium Kimia dan Lingkungan, Laboratorium Struktur Sipil dan Mekanika Tanah, serta Laboratorium Hidrolik. 2.2 Laboratorium Tegangan Tinggi Laboratorium Tegangan Tinggi menangani pengujian dan penelitian sektor listrik tegangan tinggi seperti : Pengujian Jenis (Type Test) Pengujian Pengembangan (Development Test) Pengujian Karakteristik (Characteristic Test) Pengujian Tegangan Tinggi di Lapangan Pengkajian Fenomena Tegangan Tinggi : Korona, Interferensi Radio, Penelitian Dalam Induksi Medan Elektromagnetik Penelitian Dalam Proteksi Tegangan Lebih Laboratorium ini menangani segala bentuk pengujian maupun penelitian bidang tegangan tinggi, yang memiliki dua lokasi

3 3 Lab di dalam komplek Gedung PT. PLN (Persero) Litbang Ketenagalistrikan, yaitu Laboratorium Tegangan Tinggi 1 dan Laboratorium Tegangan Tinggi 2. Laboratorium Tegangan Tinggi 1 berada pada Gedung 3 PT. PLN (Persero) Litbang, dimana lab ini memiliki kemampuan pengujian peralatan listrik hingga tegangan pengenal 36 kv, di antaranya : Impuls generator, yang memiliki spesifikasi 5 tingkat 750 kv/14 kws. Trafo tegangan tinggi AC 220 kv, 220 kva, dan 100 kv, 200 kva. Alat Uji dalam keadaan hujan [wet test] Sedangkan Lab Tegangan Tinggi 2 berada pada Gedung 4 PT. PLN (Persero) Litbang, dimana lab ini memiliki kemampuan pengujian peralatan listrik sampai dengan tegangan pengenal 150 kv. Fasilitas perlengkapan pengujian yang tersedia dalam Lab ini berada dalam sebuah Main Hall seluas 23 x 32 x 46 meter dengan sebuah pintu masuk ukuran 10 x 10 meter. Hall ini memiliki suatu lapisan khusus pada dindingnya untuk mengeliminasi efek dari gelombang elektromagnetik yang dapat mengganggu kepresisian pengukuran. Adapun perlengkapan uji pada lab ini di antaranya : Impuls generator 10 tingkat 2000 kv/150 kws Trafo tegangan tinggi 500 kv / 500 kva Alat Uji Partial Discharge 300 kv/300 kva Alat Uji dalam keadaan hujan [wet test] (dengan skala lebih besar dibandingkan pada Lab Tegangan Tinggi 1). Adapun pengujian-pengujian maupun penelitian yang dilakukan di dalam laboratorium ini didasarkan pada standarstandar terkini, meliputi standar SNI (Standar Nasional Indonesia), SPLN (Standar PLN), IEC, ANSI, VDE, BS, dan sebagainya. Gambar 1. Generator Impuls 2000 kv pada Lab Tegangan Tinggi 2 PLN Litbang III. Pengujian Tan δ Kabel Tegangan Menengah 3.1 Rugi-Rugi Dielektrik Jika dielektrik dikenai medan elektrik, maka elektron-elektron akan mengalami gaya yang arahnya berlawanan dengan arah medan elektrik sedang inti atom yang bermuatan positif akan mengalami gaya searah dengan arah medan elektrik. Gaya ini akan memindahkan elektron dari posisinya semula, sehingga molekul-molekul berubah menjadi dipoldipol yang letaknya sejajar dengan medan elektrik. Jika medan elektrik berubah arah, maka gaya pada muatan-muatan dipol akan berubah arah membuat dipol berputar 180 o. Ketika molekul-molekul yang terpolarisasi ini berubah posisi, maka terjadilah gesekan antar molekul. Jika medan elektrik berulang-ulang berubah arah, maka gesekan antar molekul juga akan berulang-ulang. Gesekan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan panas pada dielektrik, dan panas inilah yang disebut dengan rugi-rugi dielektrik. Rugi-rugi dielektrik terjadi jika terdapat perubahan arah medan elektrik yang berulang-ulang. Oleh karena itu, rugirugi dielektrik hanya terjadi pada medan elektrik bolak-balik, yaitu medan yang ditimbulkan oleh tegangan bolak-balik, sehingga frekuensi gesekan antar molekul meningkat. Akibatnya rugi-rugi dielektrik yang dihasilkan semakin besar. Namun jika frekuensi yang diperoleh sangat tinggi, maka perubahan posisi dipol hanya sedikit, karena molekul harus segera kembali ke posisi semula. Ketika suatu tegangan diterapkan pada suatu dielektrik, akan ditimbulkan tiga

4 4 komponen arus, yaitu arus pengisian, arus absorpsi, dan arus konduksi. Rangkaian pendekatan pendeteksian rugi-rugi dielektrik ini harus dapat menampilkan ketiga komponen tersebut. a i k i p i k R a C g R k Gambar 2. Rangkaian Ekivalen Suatu Dielektrik Keterangan Gambar : Cg : Kapasitansi geometris Rk : Tahanan dielektrik Ra : Tahanan arus absorpsi Ca : Kapasitansi arus absorpsi a I I R R e C e I C V C a AC Gambar 3. Rangkaian Ekivalen Dielektrik Jika terminal a-b dihubungkan ke sumber tegangan AC, maka arus pada tiap komponennya : V I R = Re I C = ω ce v Arus total diperoleh : 2 2 I = I R + I C b b Dengan substitusi komponen arusnya, dapat diperoleh persamaan : 3.2 Pengujian Tan δ Berdasarkan dampak pengujian terhadap benda uji, pengujian tegangan tinggi dapat dikelompokkan seperti berikut: 1) Pengujian tidak merusak a) Pengukuran tahanan isolasi b) Pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik c) Pengukuran korona d) Pengukuran konduktivitas e) Pemetaan medan elektrik 2) Pengujian bersifat merusak a) Pengujian ketahanan (Withstand Test) b) Pengujian kegagalan (Breakdown Test) c) Pengujian peluahan (Discharge Test) Pengujian tan δ dilakukan untuk mengukur besarnya parameter tan δ dalam suatu peralatan listrik, dimana tan δ merupakan faktor rugi-rugi dielektrik, yaitu rasio dari komponen imajiner dan komponen real dari permetivitas kompleks dielektrik. Pengujian tan δ ini termasuk ke dalam jenis pengujian tidak merusak. Besarnya rugi-rugi dielektrik pada suatu peralatan sebanding dengan faktor rugi-rugi dielektrik (Tan δ). Jika Tan δ bernilai besar, maka rugi-rugi dielektrik makin besar. Rugi-rugi dielektrik menimbulkan panas yang dapat menaikkan temperatur dielektrik adan pada akhirnya dapat mempercepat penuaan dielektrik. Adapun alat untuk mengukur tan δ adalah jembatan schering. I C I δ φ I R Gambar 4. Komponen arus dielektrik Arus I R menimbulkan rugi-rugi daya pada tahanan R e. Rugi-rugi ini disebut sebagai rugi-rugi dielektrik. Rugi-rugi dielektrik ini merupakan perkalian V dengan I R, atau : Gambar 5. Jembatan Schering Terdapat dua macam pengukuran tan δ yang biasa dilakukan, yaitu :

5 5 tan δ sebagai fungsi dari tegangan dengan suhu sebagai parameter tan δ sebagai fungsi dari suhu dengan tegangan sebagai parameternya Faktor daya tan δ umumnya bernilai konstan pada tegangan nominal (rated) apabila bahan isolasinya tidak mengandung air (moisture) atau kantong udara (void). Naiknya tan δ dengan naiknya tegangan biasanya disebabkan oleh void yang memungkinkan pelepasan korona. Karakteristik dari kapasitansi versus tegangan dapat pula diambil. Gambar 6. Kurva Fungsi Pengukuran tan δ terhadap : (a) tegangan; (b) suhu 3.3 Kabel Tegangan Menengah Kabel merupakan komponen penyaluran energi listrik yang sangat penting. Sebuah kabel listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator di sini adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari karet atau plastik. Sedangkan konduktornya terbuat dari serabut tembaga ataupun tembaga pejal. Sebuah kabel tenaga disusun oleh dua atau lebih konduktor listrik, biasanya dipasang dalam sebuah bungkus keseluruhan konduktornya. Pemasangan konstruksi dalam kabel daya ini digunakan untuk transmisi daya listrik. 3.4 Pengujian Tan δ Pada Kabel Tegangan Menengah di Lab Tegangan Tinggi PT. PLN Litbang Ketenagalistrikan Benda Uji Pengujian tan delta ini dilakukan pada enam sampel kabel tegangan menengah, yaitu dengan spesifikasi sebagai berikut : 1) Kabel A Jenis isolasi kabel : XLPE/AWA/PVC Jumlah inti dan ukuran : 1 x 185 mm 2 Tegangan rating : 3,6/6 kv 2) Kabel B Jenis isolasi kabel : XLPE/SWA/PVC Jumlah inti dan ukuran : 3 x 120 mm 2 Tegangan rating : 12/20 kv 3) Kabel C Jenis isolasi kabel : XLPE/LSFH/SWA/LSFA Jumlah inti dan ukuran : 3 x 150 mm 2 Tegangan rating : 12/20 kv 4) Kabel D Jenis isolasi kabel : XLPE/LSFH Jumlah inti dan ukuran :3x70 mm 2 Tegangan rating : 6,35/11 kv 5) Kabel E Jenis isolasi kabel : XLPE Jumlah inti dan ukuran : 3x240 mm 2 Tegangan rating : 3,6/6 kv 6) Kabel F Jenis isolasi kabel : XLPE/SWA/PVC Jumlah inti dan ukuran : 3 x 185 mm 2 Tegangan rating : 3,6/6 kv Peralatan Pengujian Tan δ Kabel TM Pengujian tan δ di Lab Tegangan Tinggi PT. PLN Litbang Ketenagalistrikan menggunakan M4100 Insulation Analyzer Instrument sebagai elemen utama pengukuran tan deltanya. Adapun perangkat dalam rangkaian pengujian tan delta di antaranya : a) Slide regulator tegangan b) Trafo tegangan (Potential Transformer/PT) c) Trafo Arus (Current Transformator) d) Compressed Gas Capacitor Divider e) M4100 Insulation Analyzer Instrument f) Pencatat Temperatur Bagian Benda Uji g) Klem penghubung antar inti kabel h) Termometer i) Benda uji kabel j) Sumber tegangan AC 1 Fasa k) Jumper penghubung l) Kontaktor

6 6 suhu ini, pengukuran tan delta dilakukan setelah kabel uji dipanaskan hingga mencapai temperatur maksimum kinerja kabel tersebut di lapangan. Berikut gambaran rangkaian saat pengujian tan delta fungsi suhu : Sumber Tegangan AC 1 Fasa Slide Regulator Current Transformer Kabel Uji Setelah mencapai Suhu 100 C M4100 Insulation Analyzer Instrument Termometer Gambar 4.10 Diagram Blok Pengujian Tan δ Fungsi Suhu Pada Kabel TM Gambar 7. M4100 Insulation Analyzer Instrument pada saat penggunaannya Prosedur Pengujian Tan δ Kabel TM Pengujian tan delta fungsi tegangan dilakukan dengan merangkai perangkat pengujian yang terdiri atas sumber tegangan AC, Compressed Gas Capacitor, trafo tegangan PT, slide regulator, dan M4100 Insulation Analyzer Instrument. Berikut gambaran rangkaian saat pengujian tan delta fungsi tegangan : Current Transformer Kabel uji ditekuk membentuk loop Termometer Digital Pencatat Temperatur Per Bagian Isolasi Kabel Uji Slide Regulator Tegangan (a) Terminal Kabel Uji Dihubungkan dengan M4100 Instrument setelah dinaikkan suhunya Termometer Current Transformer Sumber Tegangan AC 1 Fasa Slide Regulator Potential Transformer Kabel Uji Kabel Uji Compressed Gas Capacitor M4100 Insulation Analyzer Instrument (b) Gambar 11. Rangkaian Pengujian Tan δ Fungsi Suhu Terminal Kabel yang diuji Compressed Gas Capacitor Gambar 8. Diagram Blok Pengujian Tan δ Fungsi Tegangan Pada Kabel TM Terminal Tegangan Output Potential Transformer Komputer M4100 Instrument Insulation Analyzer Adapun pada pengujian tan δ ini digunakan standar IEC tentang Kabel Tenaga dengan Isolasi Tambahan dan Aksesori-Aksesori Kabel Untuk Tegangan Rating dari 1 kv (U m = 1,2 kv) hingga 30 kv (U m =36 kv), di antaranya disebutkan : Tabel 1. Persyaratan Pengujian Tan Delta untuk Campuran Isolasi M4100 Instrument Insulation Analyzer Gambar 9. Rangkaian Pengujian Tan δ Fungsi Tegangan Sedangkan pengujian tan delta fungsi suhu dilakukan dengan merangkai perangkat pengujian yang sedikit berbeda dibandingkan dengan pengujian fungsi tegangannya, yaitu dimana pada pengujian ini terdiri atas perangkat sumber tegangan AC, slide regulator, trafo arus CT, termometer, dan M4100 Insulation Analyzer Instrument. Pada pengujian fungsi

7 Hasil Pengujian Tan Kabel TM Pengujian Tan δ Fungsi Tegangan Berikut hasil pengujian tan δ fungsi tegangan Kabel A (1 x 185 mm 2, 3,6/6 kv, XLPE/AWA/PVC) : Tabel 5. Laporan Hasil Uji Tan δ Fungsi Suhu Kabel C Tabel 2. Laporan Hasil Uji Tan δ Fungsi Tegangan Kabel A Berikut hasil pengujian tan δ fungsi tegangan Kabel F (3 x 185 mm 2, 3,6/6 kv, XLPE/SWA/PVC) : Berikut hasil pengujian tan δ fungsi tegangan Kabel E (3 x 240 mm 2, 3,6/6 kv, XLPE/SWA/PVC) : Tabel 6. Laporan Hasil Uji Tan δ Fungsi Suhu Kabel F Tabel 3. Laporan Hasil Uji Tan δ Fungsi Tegangan Kabel E Dari keseluruhan hasil pengujian di atas dapat terlihat bahwa seluruh sampel kabel yang diuji dinyatakan lulus uji karena telah sesuai dengan standar yang digunakan Pengujian Tan δ Fungsi Suhu Dengan standar tan δ yang digunakan, berikut hasil pengujian tan δ fungsi tegangan Kabel B (3 x 120 mm 2, 12/20 kv, XLPE/SWA/PVC) : Tabel 4. Laporan Hasil Uji Tan δ Fungsi Suhu Kabel B IV. Pengujian Tegangan Tinggi Impuls Panel Switchgear Tegangan Menengah 4.1 Pembangkitan Tegangan Tinggi Impuls Dalam sistem tenaga listrik, terdapat tiga bentuk tegangan impuls yang mungkin terjadi, yaitu tegangan impuls petir, tegangan impuls surja hubung, dan tegangan impuls terpotong. Berikut bentukbentuk tegangan impuls: V V V t (a) (b) (c) Gambar 12. Jenis-Jenis Tegangan Impuls (a) Impuls Kilat; (b) Impuls Surja Hubung; (c) Impuls Terpotong t Berikut hasil pengujian tan δ fungsi tegangan Kabel C (3x150 mm 2, 12/20 kv, XLPE/LSFH/SWA/LSFA) : Persamaan bentuk umum tegangan impuls yang digunakan di laboratorium, yaitu tegangan yang naik dalam waktu yang sangat singkat, disusul dengan penurunan yang lambat menuju nol:

8 8 V 1,0 0,9 0,5 0,3 0 Q P V = V 0 (e at e bt ) V maks O A B T f T t Gambar 13. Bentuk Gelombang Impuls Petir t Generator Marx Generator impuls dengan rangkaian Marx merupakan generator impuls RC yang disusun bertingkat untuk memperoleh tegangan keluaran yang lebih tinggi. Misalnya saja terdapat generator impuls Marx tiga tingkat. Generator tersebut memiliki tiga kondensator pemuat, sehingga dinamai generator Marx tiga tingkat. Generator ini juga memiliki tiga sela picu yang dapat dipicu dalam waktu yang bersamaan. Alat pembangkit tegangan tinggi impuls di antaranya adalah Generator impuls RLC, Generator impuls RC, dan Generator Marx Generator RLC Adapun prinsip kerja generator impuls RLC adalah dimana kapasitor C diberikan muatan dari sebuah sumber DC melalui tahanan pemuat r. Percikan api (spark over) antara sela picu G terjadi pada waktu tegangan pemuat V mencapai suatu harga tertentu, kemudian muatan pada C dilepaskan (discharge) melalui tahanan seri Rs, induktansi L, dan tahanan R o. Dengan demikian tegangan impuls terjadi antara terminal tahanan R o. Gambar 14. Rangkaian Generator Impuls RLC Generator RC Pada dasarnya prinsip kerja generator impuls RC hampir sama dengan generator rangkaian RLC. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada hasil tegangan keluarannya, dimana generator impuls RC ini menghasilkan tegangan yang lebih tinggi, sehingga dewasa ini generator RC banyak digunakan pada pengujianpengujian tegangan impuls. R s1 =n rs g R s2 C s =C s /n R o =n ro Co Gambar 15. Rangkaian Generator Impuls RC Gambar 16. Rangkaian Generator Marx Vo 4.2 Pengukuran Tegangan Tinggi Impuls Adapun terdapat 6 jenis alat ukur dalam pengukuran tegangan tinggi, yaitu sebagai berikut : Tabel 7. Jenis Alat Ukur Tegangan Tinggi No. Nama Alat Ukur Jenis Tegangan yang Diukur 1 Trafo Ukur Tegangan tinggi AC 2 Pembagi Tegangan tinggi AC Kapasitor dan impuls 3 Pembagi Tahanan Tegangan tinggi AC, DC, dan impuls 4 Voltmeter Tegangan tinggi AC Elektrostatik dan DC 5 Voltmeter Puncak Tegangan tinggi AC dan impuls 6 Chubb & Fortesque Tegangan tinggi AC 4.3 Pengujian Tegangan Tinggi Impuls Pengujian ketahanan tegangan impuls merupakan pengujian yang dilakukan untuk tujuan mengetahui ketahanan isolasi suatu peralatan tenaga terhadap tegangan impuls. Hal ini dikarenakan bahwa peralatanperalatan tenaga dalam penggunaannya di lapangan dapat dimungkinkan mengalami

9 9 tegangan lebih impuls akibat surja hubung maupun surja petir. Hal inilah mengapa diperlukan suatu pengujian isolasi pada kumparan-kumparan peralatan maupun pada bagian-bagian badan peralatan tersebut. Bentuk gelombang tegangan pengujian impuls yang dikenakan pada suatu peralatan uji telah ditentukan dalam standar-standar yang ada sesuai dengan jenis peralatan tenaga tersebut masingmasing maupun sesuai dengan spesifikasi pabrik, dimisalkan besarnya adalah V s. 4.4 Faktor Koreksi Udara Dalam praktek pengujian tegangan tinggi di lapangan, keadaan udara pada saat pengujian tidak selalu sama dengan keadaan standar. Oleh karena itu, hasil pengukuran pada keadaan udara sembarang adalah sebagai berikut : V = δ. V s dimana : V = Tegangan sela bola pada saat pengujian (keadaan udara sembarang) V s = Tegangan tembus sela bola standar δ = Faktor koreksi udara Faktor koreksi udara bergantung pada suhu dan tekanan udara yang besarnya adalah sebagai berikut : δ = 0,386 p θ dimana : θ = temperatur udara ( C) p = tekanan udara (mmhg) Pada dasarnya kelembaban udara juga turut mempengaruhi tegangan tembus sela bola. Jika hal ini diperhitungkan, maka tegangan tembus elektroda bola menjadi : V = δ. V s k h dimana k h merupakan faktor koreksi yang bergantung pada kelembaban udara. 4.5 Panel Hubung (Switchgear) Istilah switchgear digunakan dalam hubungan dengan sistem atau jaringan tenaga listrik, yaitu kombinasi pemutus listrik, fuse, dan atau pemutus daya (Circuit Breaker/CB) digunakan untuk mengisolasi peralatan listrik. Switchgear digunakan untuk men-deenergize peralatan untuk menghasilkan keberhasilan kerja alat dan untuk memutus gangguan yang mengalir. Panel switchgear biasanya digunakan pada gardu-gardu induk dalam menjalankan fungsinya sebagai gabungan media pemutus beban melalui CB atau LBS internal dalam panel, penyalur daya melalui busbar, serta memproteksi rangkaian sistem melalui relerele proteksi yang terdapat dalam panel tersebut. 4.6 Pengujian Tegangan Tinggi Impuls Pada Panel Switchgear di Lab Tegangan Tinggi PT. PLN Litbang Ketenagalistrikan Benda Uji Adapun pada pengujian impuls ini digunakan benda uji beberapa sampel panel switchgear jenis metal clad yang memiliki spesifikasi seperti berikut ini : a) Panel TM A Spesifikasi sampel panel tegangan menengah A ini adalah : Tipe : PIX 12 Tegangan Rating : 12 kv Arus Busbar : 630 A Arus Rating : 630 A Fungsi : CB Feeder Tegangan Ketahanan Impuls : 75 kv Frekuensi Rating : 50 Hz Arus Puncak Rating : 100 ka Arus Rating Waktu Singkat : 40 ka [3s] Gambar 17. Panel TM A Gambar 18. CB Panel TM A : (a) Tampak Depan; (b) Tampak Belakang

10 10 b) Panel TM B Spesifikasi sampel panel tegangan menengah B ini adalah : Tipe : PIX M Tegangan Rating : 7,2 kv Arus Busbar : 630 A Arus Rating : 400 A Fungsi : Contactor Feeder Tegangan Ketahanan Impuls : 60 kv Frekuensi Rating : 50 Hz Arus Puncak Rating : 100 ka Arus Rating Waktu Singkat : 40 ka [3s] Gambar 19. Panel TM B Gambar 21. Panel TM C Peralatan Pengujian Impuls Pada Panel TM Berikut peralatan-peralatan dalam rangkaian pengujian impuls panel TM : a) Generator Tegangan Impuls b) Pembagi Tegangan Kapasitif (Capacitor Divider) c) Oscilloscope Le Croy d) Meja Controller Generator Impuls e) MikroAmperemeter DC f) Slide Regulator Tegangan g) Beban Uji Sampel Panel Hubung Switchgear TM h) Termometer Basah dan Kering i) Barometer j) Kabel Penghubung Gambar 20. Kontaktor Panel TM B: (a) Tampak Depan; (b) Tampak Belakang c) Panel TM C Spesifikasi sampel panel tegangan menengah C ini adalah : Tipe : PIX 12 Tegangan Rating : 12 kv Arus Busbar : 2500 A Arus Rating : 2500 A Fungsi : CB Feeder Tegangan Ketahanan Impuls : 75 kv Frekuensi Rating : 50 Hz Arus Puncak Rating: 100 ka Arus Rating Waktu Singkat : 40 ka [3s] Gambar 22. Oscilloscope Le Croy 1 Gambar 23. Impulse Voltage Generator

11 11 Sumber Tegangan AC Prosedur Pengujian Impuls Pada Panel TM Berikut dapat digambarkan blok diagram proses pengujian tegangan tinggi impuls pada pengujian panel tegangan menengah : Slide Regulator Tegangan µampere Meter DC Generator Tegangan Impuls 75 kv Meja Controller Generator Impuls Capacitor Divider Osiloskop Le Croy Gambar 24. Diagram Blok Proses Pengujian Tegangan Tinggi Impuls Pada Panel TM Panel Switchgear Tegangan Menengah (Benda Uji) Pengambilan Data Gambar 23. Rangkaian Pengujian Tegangan Tinggi Impuls Berikut ini merupakan prosedur pengujian tegangan tinggi impuls pada benda uji panel switchgear tegangan menengah jenis metal-clad : 1) Merangkai seperti rangkaian percobaan. 2) Rangkaian benda uji, capacitor divider, dan generator impuls ditempatkan sedemikian rupa, sehingga jarak antara masing-masing benda tersebut tidak saling berdekatan (sekurang-kurangnya tegangan uji dalam kv dibagi dua adalah jarak dalam cm). 3) Membersihkan benda uji dan memasang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. 4) Mencatat data teknis benda uji pada blanko yang sesuai. 5) Mencatat kondisi udara ruang : suhu kering (t d ), suhu basah (t w ), dan tekanan udara (b), dan jarak busur minimum dari isolator (L). 6) Menghitung faktor koreksi udara untuk memperoleh besarnya tegangan uji pada kondisi ruang. 7) Menghidupkan oscilloscope sesuai manual alat. 7.1) Melakukan pengisian kapasitor generator impuls hingga tegangan masukan generator impuls pertingkat mencapai nilai setelan. Apabila sebelum nilai setelan tercapai terjadi pelepasan muatan pada generator impuls, maka menambah jarak sela bola generator impuls sebesar 0,1 cm dan melakukan pengisian kembali. Apabila terjadi kembali pelepasan sebelum waktunya, mengulangi langkah-langkah tersebut hingga tegangan setelan dapat tercapai. Setelah tercapai, menunggu proses penyalaan (triggering) generator impuls. Pada langkah tersebut, ujung kabel keluaran dari generator impuls tidak disambung ke benda uji, melainkan disambungkan ke sela bola 25 cm, sampai penyetelan tegangan yang dikehendaki tercapai. 7.2) Setelah penyetelan masukan generator impuls tercapai, yaitu dengan melihat tinggi tegangan di oscilloscope, langkah selanjutnya adalah menyambungkan ujung keluaran dari generator ke benda yang akan diuji. 8) Melakukan kembali pengisian masukan generator sesuai langkah (7.1) kemudian menerapkan tegangan ke benda uji masing-masing 15 kali tembakan tegangan untuk setiap konfigurasi pengujian dan pada setiap polaritas tegangan uji. 9) Mencatat hasil penerapan tegangan uji ke benda uji tersebut pada blanko yang sesuai. 10) Benda uji panel tegangan menengah tersebut dinyatakan lulus uji apabila selama pengujian terjadi maksimum 2 kali flashover untuk tiap konfigurasi. Adapun dalam pelaksanaan pengujian impuls pada suatu panel tenaga, terdapat beberapa konfigurasi penyambungan busbar serta perlakuan CB ataupun LBS / DS yang terdapat di dalam panel tenaga tersebut. Pada suatu panel tenaga yang hanya memiliki pemutus daya berupa CB atau kontaktor di dalamnya, terdapat lima konfigurasi pengujian impulsnya, yaitu sebagai berikut :

12 12 R S T BUSBAR BAGIAN ATAS R S T R S T R S T Pengujian Fasa R V impuls Ground KONFIGURASI I CB CLOSE, NO DRAW R S T BUSBAR BAGIAN ATAS Pengujian Fasa S V impuls Ground R S T BUSBAR BAGIAN ATAS Pengujian Fasa T Gambar 25. Skema Penghubungan Busbar Konfigurasi I Pengujian Impuls Panel TM R S T KONFIGURASI II CB OPEN; CB DRAW IN BUSBAR BAGIAN ATAS V impuls BUSBAR BAGIAN BAWAH R S T Ground Gambar 26. Skema Penghubungan Busbar Konfigurasi II Pengujian Impuls Panel TM KONFIGURASI III CB OPEN; CB DRAW IN BUSBAR BAGIAN ATAS Ground BUSBAR BAGIAN BAWAH R S T V impuls Gambar 27. Skema Penghubungan Busbar Konfigurasi III Pengujian Impuls Panel TM KONFIGURASI IV CB OPEN; CB DRAW OUT BUSBAR BAGIAN ATAS V impuls Ground V impuls BUSBAR BAGIAN BAWAH R S T Ground Gambar 28. Skema Penghubungan Busbar Konfigurasi IV Pengujian Impuls Panel TM KONFIGURASI V CB OPEN; CB DRAW OUT BUSBAR BAGIAN ATAS Ground BUSBAR BAGIAN BAWAH R S T V impuls Gambar 29. Skema Penghubungan Busbar Konfigurasi V Pengujian Impuls Panel TM Adapun langkah-langkah pengukuran tegangan impuls dengan menggunakan osiloskop Le Croy : 1) Menentukan nilai puncak = P. 2) Menentukan titik 0,9 P dengan cursor panah-1. 3) Menentukan titik 0,9 P x 0,6 : 0,9 dengan cursor panah-2. 4) Membaca Δt. 5) Menghitung waktu muka = 1,67 x Δt. 6) Menghitung koreksi udara seperti persamaan perhitungan di atas. 7) Menentukan tegangan flashover pada kondisi standar : 1 Vs = Vu Kt 8) Menentukan tegangan uji pada kondisi ruang : Vu = Vs Kt dimana terdapat kriteria bentuk gelombang impuls dan besar volt/div serta time/div untuk osiloskop Le Croy ini, yaitu terdiri atas : Kriteria Muka Gelombang = 0,84 1,56 µs ; 0,2 V/div x 1 µs/div Kriteria Ekor Gelombang = µs ; 0,2 V/div x 10 µs/div Dalam pengujian tegangan tinggi impuls panel ini digunakan standar IEC mengenai Spesifikasi Umum untuk Standar-Standar Switchgear dan Controlgear Tegangan Tinggi, di antaranya dijelaskan : dapat diterapkan : 15 impuls petir ataupun 15 impuls switching secara berturutan pada tegangan ketahanan switchgear tersebut harus diterapkan untuk tiap kondisi pengujian dan tiap polaritas tegangan uji. Switchgear dinyatakan lulus uji impuls yang tersebut di atas apabila jumlah discharge disruptif yang terjadi pada isolasi self-restroring tidak melampaui 2 kali untuk tiap seri impuls 15 kali, dan pada kondisi tidak terjadinya discharge disruptif pada isolasi non self-restroring. Alternatif lain dengan mengaplikasikan tiga impuls berturutan untuk tiap polaritas. Switchgear dinyatakan lulus uji apabila tidak terjadi discharge disruptif. Jika 1 discharge disruptif terjadi pada bagian self-restoring isolasi, kemudian diberikan tambahan 9 impuls hingga kemudian tidak terjadi discharge disruptif, maka switchgear dinyatakan lulus uji Hasil Pengujian Impuls Panel TM Pengujian Panel TM A 630 A Berikut data-data dan perhitungan hasil pengujian tegangan tinggi impuls pada panel TM A 630 A :

13 13 PERHITUNGAN FAKTOR KOREKSI Suhu ruang : t d = 31,4 C t w = 27,6 C Tekanan udara : b = 1011 mbar Densitas udara relatif : δ : b (273+20) 1013 δ = = 0,9606 (273+T d ) Sesuai standar pengujian impuls panel IEC , untuk panel dengan rating tegangan 52 kv dan di bawahnya, diasumsikan bahwa m = 1 dan w = 0, sehingga : o Faktor koreksi densitas udara : k 1 = δ m = δ 1 = δ o Faktor koreksi kelembapan : k 2 = k w = k 0 = 1 o FAKTOR KOREKSI UDARA : k t = k 1 k 2 = δ 1 = δ = 0,9606 Tabel 10. Data Parameter Bentuk Gelombang Tegangan Uji Impuls Panel A Polaritas Negatif Hasil pengujian tegangan impuls untuk panel TM A ini adalah : Tabel 11. Hasil Pengujian Tegangan Impuls Panel TM A Polaritas Negatif POLARITAS POSITIF Parameter bentuk gelombang impuls yang diperoleh adalah : Tabel 8. Data Parameter Bentuk Gelombang Tegangan Uji Impuls Panel A Polaritas Positif Hasil pengujian tegangan impuls untuk panel TM A ini adalah : Tabel 9. Hasil Pengujian Tegangan Impuls Panel TM A Polaritas Positif Dari hasil pengujian kedua polaritas di atas, dapat terlihat bahwa keseluruhan hasil 15 seri tembakan tegangan impuls untuk tiap konfigurasi yang dibuat dari konfigurasi I hingga V menghasilkan kondisi baik. Hal ini menandakan pada kedua polaritas pengujian memberikan hasil uji dimana tidak terjadinya satu pun discharge disruptif pada isolasi selfrestoring yang dimaksud pada standar IEC. Oleh karena itu, panel A tersebut dinyatakan lulus uji pengujian tegangan tinggi impuls Pengujian Panel TM B 400 A Berikut data-data dan perhitungan hasil pengujian tegangan tinggi impuls pada panel TM B 400 A : POLARITAS NEGATIF Parameter bentuk gelombang impuls yang diperoleh adalah : PERHITUNGAN FAKTOR KOREKSI Suhu ruang : t d = 29,5 C t w = 25,5 C Tekanan udara : b = 1014 mbar Densitas udara relatif : δ : δ = b 1013 (273+20) (273+T d ) = 0,97

14 14 Sesuai standar pengujian impuls panel IEC , untuk panel dengan rating tegangan 52 kv dan di bawahnya, diasumsikan bahwa m = 1 dan w = 0, sehingga : o Faktor koreksi densitas udara : k 1 = δ m = δ 1 = δ o Faktor koreksi kelembapan : k 2 = k w = k 0 = 1 o FAKTOR KOREKSI UDARA : k t = k 1 k 2 = δ 1 = δ = 0,97 Tabel 15. Hasil Pengujian Tegangan Impuls Panel TM B Polaritas Negatif POLARITAS POSITIF Parameter bentuk gelombang impuls yang diperoleh adalah : Tabel 12. Data Parameter Bentuk Gelombang Tegangan Uji Impuls Panel B Polaritas Positif Hasil pengujian tegangan impuls untuk panel TM B ini adalah : Tabel 13. Hasil Pengujian Tegangan Impuls Panel TM B Polaritas Positif Pada hasil kedua polaritas di atas, dapat terlihat bahwa baik pada polaritas positif maupun negative terdapat beberapa kali terjadi flashover. Namun dari penambahan tegangan impuls petir pada tiap flashover yang terjadi, dapat terlihat bahwa kasus terjadinya flashover pada kedua polaritas pengujian impuls pada panel B ini masih dapat menaati standar yang berlaku, dimana terjadinya discharge disruptif seperti yang disebutkan IEC tersebut tidak melebihi 2 kali dari 15 seri tegangan impuls yang diberikan, sehingga dapat dinyatakan bahwa panel B lulus uji pengujian tegangan tinggi impuls Pengujian Panel TM B 400 A Berikut data-data dan perhitungan hasil pengujian tegangan tinggi impuls pada panel TM C 2500 A : POLARITAS NEGATIF Parameter bentuk gelombang impuls yang diperoleh adalah : Tabel 14. Data Parameter Bentuk Gelombang Tegangan Uji Impuls Panel B Polaritas Negatif Hasil pengujian tegangan impuls untuk panel TM B ini adalah : PERHITUNGAN FAKTOR KOREKSI Suhu ruang : t d = 32 C t w = 28,2 C Tekanan udara : b = 1009 mbar Densitas udara relatif : δ : δ = b 1013 (273+20) (273+T d ) = 0,9569 Sesuai standar pengujian impuls panel IEC , untuk panel dengan rating tegangan 52 kv dan di bawahnya, diasumsikan bahwa m = 1 dan w = 0, sehingga : o Faktor koreksi densitas udara : k 1 = δ m = δ 1 = δ o Faktor koreksi kelembapan : k 2 = k w = k 0 = 1 o FAKTOR KOREKSI UDARA : k t = k 1 k 2 = δ 1 = δ = 0,9569

15 15 POLARITAS POSITIF Parameter bentuk gelombang impuls yang diperoleh adalah : Tabel 19. Hasil Pengujian Tegangan Impuls Panel TM C Polaritas Negatif Tabel 16. Data Parameter Bentuk Gelombang Tegangan Uji Impuls Panel C Polaritas Positif Hasil pengujian tegangan impuls untuk panel TM C ini adalah : Tabel 17. Hasil Pengujian Tegangan Impuls Panel TM C Polaritas Positif POLARITAS NEGATIF Parameter bentuk gelombang impuls yang diperoleh adalah : Tabel 18. Data Parameter Bentuk Gelombang Tegangan Uji Impuls Panel C Polaritas Negatif Hasil pengujian tegangan impuls untuk panel TM C ini adalah : Setelah menggabungkan hasil pengujian tegangan tinggi impuls pada panel C untuk polarit s positif dan polaritas negatif tersebut, dapat dinyatakan bahwa panel C lulus uji, karena tidak terjadi discharge disruptif lebih dari 2 kali untuk tiap 15 seri tembakan tegangan impulsnya. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Pengujian tan δ dilakukan pada kabel tegangan menengah untuk mengukur besarnya rugi-rugi dielektrik yang terdapat dalam kabel tenaga tersebut yang besarnya sebanding dengan faktor rugi-rugi dielektrik (tan δ), dimana nilai tan δ yang besar menandakan rugi-rugi dielektrik yang semakin besar yang akhirnya dapat mempercepat penuaan dielektrik. 2. Pengujian tan δ pada kabel tegangan menengah di Lab Tegangan Tinggi PT PLN (Persero) Litbang Ketenagalistrikan menggunakan perangkat uji M4100 Instrument Insulation Analyzer yang dapat mendeteksi langsung besarnya faktor rugi-rugi dielektrik pada kabel serta besaran-besaran kabel lainnya dengan teknologi komputerisasi, sehingga lebih memudahkan pengambilan data dan penganalisisan tan δ kabel tenaga dibandingkan menggunakan jembatan schering secara teoritis. 3. Pada pengujian tan δ kabel tegangan menengah di Lab Tegangan Tinggi PLN Litbang dalam kerja praktek ini digunakan standar IEC seri untuk kabel bertegangan rating dari 1

16 16 kv (U m = 1,2 kv) hingga 30 kv (U m =36 kv). 4. Adapun sebagian besar sampel pengujian tan δ fungsi suhu kabel tegangan menengah merupakan jenis penghantar tembaga dengan isolasi XLPE dengan tegangan rating 6/10 (12) kv ke atas yang distandarkan memiliki nilai tan δ maksimum sebesar 40 (x 10-4 ) pada temperatur maksimum konduktor pada operasi normal. 5. Dari keseluruhan data hasil pengujian tan δ fungsi tegangan maupun fungsi suhu yang dilakukan pada beberapa sampel kabel tegangan menengah, diperoleh hasil bahwa seluruhnya telah lulus uji tan δ, dimana nilai tan δ memenuhi standar yang diberlakukan. 6. Pengujian tegangan tinggi impuls dilakukan pada penel hubung switchgear yang memegang peranan penting dalam suatu gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dengan tujuan bahwa suatu panel switchgear di lapangan memiliki resiko besar terkena gangguan surja petir dan surja hubung, sehingga pengujian tersebut membantu perancangan panel untuk dapat sedemikian rupa memiliki ketahanan impuls yang tinggi. 7. Standar yang dipakai sebagai panduan dalam pengujian tegangan tinggi impuls panel switchgear tegangan menengah tersebut adalah standar IEC seri Terdapat 5 konfigurasi rangkaian pengujian tegangan tinggi impuls berdasarkan posisi CB dan penyambungan busbar pada panel switchgear. 9. Panel switchgear tegangan menengah dinyatakan lulus uji tegangan tinggi impuls apabila hanya terjadi maksimum dua kali discharge disruptif pada bagian self-restoring switchgear dalam setiap 15 seri tegangan tinggi impuls untuk tiap konfigurasi pada tiap polaritas tegangan, tanpa terjadinya discharge disruptif pada bagian non-sel restroring panel. 10. Dari keseluruhan data hasil pengujian tegangan tinggi impuls pada panel switchgear tegangan menengah yang dilakukan, dapat dinyatakan bahwa seluruh sampel panel lulus uji tegangan tinggi impuls, dimana terjadinya flashover/discharge disruptif yang terjadi sesuai yang dimaksud standar tidak lebih dari 2 kali pada tiap 15 seri tegangan impuls untuk tiap konfigurasi pada tiap polaritas pengujian. 11. Besarnya tegangan pengujian tegangan tinggi impuls besar dipengaruhi oleh faktor koreksi udara (K t ) yang meliputi kondisi temperatur basah dan kering (t), tekanan udara (b), dan kelembapan udara (h) pada ruang uji. 5.2 Saran 1. Sesuai visi dan misi PLN Litbang dalam peran terdepan sebagai laboratorium pengujian independent yang terakreditasi yang melayani industri peralatan kelistrikan nasional, maka perlu dikembangkan lagi penelitian-penelitian mengenai masalah tegangan tinggi yang terbaharukan dengan perkembangan terbaru di dunia kelistrikan global. 2. Melihat begitu besarnya permintaan jasa pengujian dari peralatan-peralatan tenaga yang produksinya kini semakin luas oleh pabrik-pabrik di Indonesia, diharapkan PLN Litbang dapat menambah unit-unit perlengkapan pengujiannya, sehingga waktu pengerjaan pengujian akan lebih cepat dan efektif dengan banyaknya barang yang masuk, sehingga mutu produk kelistrikan yang beredar di Indonesia pun akan lebih terjamin. 3. Selain itu, melihat begitu banyaknya jenis-jenis pengujian yang perlu dilakukan dalam tempo waktu yang cukup padat, diharapkan jumlah personil tenaga kerja ataupun operator penguji dapat ditambah agar peningkatan kerja lebih efektif dan efisien, yang tentunya diiringi dengan peningkatan kapabilitas yang sesuai dengan tuntutan kerja. 4. Demi terciptanya keterjaminan mutu peralatan listrik yang beredar di Indonesia yang secara tidak langsung mendukung stabilitas penyaluran listrik dari pembangkit hingga sampai ke konsumen, hendaknya penggunaan ketentuan standar lebih diperketat lagi pada pengujian-pengujian yang dilakukan.

17 17 DAFTAR PUSTAKA [1] Arismunandar, A., Teknik Tegangan Tinggi, PT Pradnya Paramita, Jakarta, [2] Gonen, Turan., Electric Power Transmission System Engineering Analysis and Design, Willy- Interscience Publication, New York. [3] Hutahuruk, T.S., Transmisi Daya Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, [4] International Electrotechnical Commission, International Standard IEC Power cables with extrunded insulation and their accessories for rated voltages from 1 kv (Um = 1,2 kv) up to 30 kv (Um = 36 kv), Switzerland, [5] International Electrotechnical Commission, International Standard IEC Common Specifications for High-Voltage Switchgear and Controlgear Standards, Switzerland, [6] Privezentsev, V., Grodnev, I., Kholodny, S., Ryazanov, I. Fundamentals of Cable Engineering, Mir Publishers, Moskow, [7] Rao, Sunil S., Switchgear and Protection, Khanna Publishers, New Delhi. [8] Tobing, Bonggas L, Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, [9] Tobing, Bonggas L, Peralatan Tegangan Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, [10] ---, Power Cable, r_cables, July [11] ---, Switchgear, chgear, July BIOGRAFI Galuh Susilowati lahir di Jakarta pada tanggal 9 Oktober Menempuh pendidikan dasar di SD Islam Al-Azhar 2 Jakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Islam Al-Azhar 1 Jakarta. Penulis melanjutkan sekolahnya di SMA Islam Al-Azhar 2 Jakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi dan diterima sebagai mahasiswa jurusan Teknik Elektro Angkatan 2005 Universitas Diponegoro Semarang, Konsentrasi Teknik Energi Listrik dan masih melanjutkan studinya hingga saat ini. Menyetujui, Dosen Pembimbing Abdul Syakur, ST. MT. NIP

PENGUJIAN TAN δ PADA KABEL TEGANGAN MENENGAH

PENGUJIAN TAN δ PADA KABEL TEGANGAN MENENGAH PENGUJIAN TAN δ PADA KABEL TEGANGAN MENENGAH Abdul Syakur 1, Galuh Susilowati 2, Satyagraha A.K. 3, A. Parlindungan Siregar 3 1,2 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

Pengujian Recloser Tegangan Menengah Menggunakan Tegangan Tinggi Impuls

Pengujian Recloser Tegangan Menengah Menggunakan Tegangan Tinggi Impuls Pengujian Recloser Tegangan Menengah Menggunakan Tegangan Tinggi Impuls Ari Hastanto, Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang,

Lebih terperinci

Pengujian Tegangan Impuls Pada Isolator Tonggak Pin ( PinPost) Untuk Saluran Udara Tegangan Menengah

Pengujian Tegangan Impuls Pada Isolator Tonggak Pin ( PinPost) Untuk Saluran Udara Tegangan Menengah Pengujian Tegangan Impuls Pada Isolator Tonggak Pin ( PinPost) Untuk Saluran Udara Tegangan Menengah Melfa Silitonga, Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof.

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN Disusun oleh : SWITO GAIUS AGUSTINUS SILALAHI PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK 86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Wahyu Arief Nugroho 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol. PEMELIHARAAN DAN ANALISA PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP SEMARANG BC SEMARANG Guntur Pradnya Pratama 1, Ir. Tejo Sukmadi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS D I S U S U N Oleh : Heri Pratama ( 5141131008 ) Natalia K Silaen ( 5141131011 ) Yulli Hartanti Ritonga ( 5141131016 ) Rafiah perangin-angin ( 5141131014 ) Neni Awalia

Lebih terperinci

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR Yang dibimbing oleh Slamet Hani, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Daniel Septian

Lebih terperinci

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK 1.1 DASAR TEORI Tegangan tinggi bolak-balik banyak dipergunakan untuk pengujian peralatan listrik yang memiliki kapasitansi besar seperti

Lebih terperinci

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH Yuni Rahmawati, ST* Abstrak: Untuk menganalisis besar tegangan maksimum yang terjadi pada jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL 1 PENGANTAR TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI Tegangan

Lebih terperinci

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Waluyo 1, Syahrial 2, Sigit Nugraha 3, Yudhi Permana JR 4 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa 1 Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa Filia Majesty Posundu, Lily S. Patras, ST., MT., Ir. Fielman Lisi, MT., dan Maickel Tuegeh, ST., MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad 23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari No 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com Intisari Arester

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR Wangto Ratta Halim, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Sudarto, SH, Tembalang, kotak pos6199/sms/sematang

Lebih terperinci

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA Seminar dan Sidang Tugas Akhir Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek

Makalah Seminar Kerja Praktek Makalah Seminar Kerja Praktek PENGUJIAN KABEL TANAH 3 INTI BERISOLASI XLPE DAN BERSELUBUNG PVC DENGAN TEGANGAN PENGENAL 12/20 (24) KV MENGGUNAKAN SPLN 43-5-4 : 1995 DAN 39-1 : 1981 DI QUALITY CONTROL LOW

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S. OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board) Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board) PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI Disusun oleh: DESINTA AYU WORO HENDRASWARI NIM. 0910633040-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG Zainal Abidin Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau zainal@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) 2.1 SEJARAH GIS GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) sebagai media isolasi, menjadikannya sebagai sebuah teknologi yang maju dan telah

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) Oleh : Agus Sugiharto Abstrak Seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia serta bertambah padatnya aktivitas masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tegangan tinggi merupakan suatu bagian dari Sistem Tenaga Listrik yang memiliki peranan penting. Dalam proses penyaluran daya, tegangan yang dibangkitkan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Dengan letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh lautan, maka Indonesia berpeluang untuk memiliki kerapatan petir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Identifikasi Partial Discharge (PD) pada isolasi kabel input motor dengan tegangan dan frekuensi tinggi menjadi suatu metode diagnosa yang sangat penting dalam dunia

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009 KOORDINASI ISOLASI By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009 KOORDINASI ISOLASI (INSULATION COORDINATION) Koordinasi Isolasi : Korelasi antara daya isolasi alat-alat dan rangkaian

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam menunjang kehidupan sehari hari. Kebutuhan akan energi listrik tersebut selalu meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih impuls yang disebabkan oleh adanya operasi hubung-buka (switching. ketahanan peralatan dalam memikul tegangan lebih impuls.

BAB I PENDAHULUAN. lebih impuls yang disebabkan oleh adanya operasi hubung-buka (switching. ketahanan peralatan dalam memikul tegangan lebih impuls. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat beroperasi suatu sistem tenaga listrik dapat mengalami tegangan lebih impuls yang disebabkan oleh adanya operasi hubung-buka (switching operation) ataupun

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Pendahuluan Kebutuhan akan energi listrik yang handal dan kontinyu semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan beban. Penyaluran energi listrik diharapkan dapat berlangsung secara

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I

Lebih terperinci

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: RESI RATNASARI

Lebih terperinci

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 37-42 37 Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan Samuel Marco Gunawan, Julius Santosa Jurusan

Lebih terperinci

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola.

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola. Alat ukur ini terdiri dari dua elektroda bola yang berdiameter sama dan terbuat dari

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Simulasi Proteksi Daerah Terbatas... (Setiono dan Arum) SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Iman Setiono

Lebih terperinci

HIGH VOLTAGE (equipment & testing) HASBULLAH, M.T

HIGH VOLTAGE (equipment & testing) HASBULLAH, M.T HIGH VOLTAGE (equipment & testing) HASBULLAH, M.T TEKNIK PEMBANGKITAN PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI Tegangan Tinggi Normal Tegangan yang dapat ditahan oleh sistem tersebut untuk waktu tak terhingga Tegangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan pola hidup

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan pola hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan pola hidup masyarakat, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dituntut untuk memberikan suplai

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA Di Susun Oleh : Kelompok 2 1. AdityaEka 14.03.0.020 2. AnggaPrayoga. S 14.03.0.048 3. HasbiSagala 14.03.0.011 4. MuhammadIqbal 14.03.0.040

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV Priska Bayu Anugrah Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo,

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU.

PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU. PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU Slamet Hani 1 1 Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, e-mail : shani.akprind.@yahoo.com ABSTRACT Transformer

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Partial Discharge (PD) pada bahan isolasi yang diakibatkan penerapan tegangan gelombang AC sinusoidal pada listrik bertegangan tinggi sekarang ini telah banyak

Lebih terperinci

Modul 1 Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik

Modul 1 Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik Modul 1 Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik 1. Jelaskan cara pembangkitan tegangan tinggi bolak balik! Pembangkitan tegangan tinggi bolak-balik dengan menggunakan trafo uji satu tingkat atau trafo uji kaskade

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 Kv

Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 Kv Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 2 Kv Erhaneli*,Musnadi** *Dosen Jurusan Teknik Elektro **Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH Eykel Boy Suranta Ginting, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing : Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum-Plat LUQMAN KUMARA 2205 100 129 Dosen Pembimbing : Dr.Eng I Made Yulistya Negara, ST,M.Sc IG Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu : 1. Piranti Pelindung Surja OBO V20-C Piranti pelindung surja yang digunakan pada penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI JENIS PORSELEN

PENGARUH ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI JENIS PORSELEN PENGARUH ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI JENIS PORSELEN Doly Damanik, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract Pemanfaatan energi listrik secara optimum oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan

Lebih terperinci

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS Andi Hidayat, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG SEMINAR. Laporan TUGAS AKHIR

SELAMAT DATANG SEMINAR. Laporan TUGAS AKHIR SELAMAT DATANG DI SEMINAR Laporan TUGAS AKHIR UJI TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR YANG BERVARIASI MENGGUNAKAN ELEKTRODA BOLA ARIF WIBOWO L2F 303426 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isolasi memiliki peranan penting pada sistem tenaga listrik. Isolasi melindungi sistem tenaga listrik dari gangguan seperti lompatan listrik atau percikan, isolasi

Lebih terperinci

BAB III PENGAMBILAN DATA

BAB III PENGAMBILAN DATA BAB III PENGAMBILAN DATA Didalam pengambilan data pada skripsi ini harus di perhatikan beberapa hal sebagai berikut : 3.1 PEMILIHAN TRANSFORMATOR Pemilihan transformator kapasitas trafo distribusi berdasarkan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik tenaga listrik sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam sistem penyaluran tenaga listrik. Namun, masih ada daerah yang masih sulit dijangkau

Lebih terperinci

Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv

Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv Jurnal Elektro ELTEK Vol., No., Oktober 011 ISSN: 086-8944 Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv Teguh Herbasuki,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1. Untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik yang baru ditemukan, sebagai usaha dalam menemukan bahan isolasi yang lebih murah.

PENDAHULUAN. 1. Untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik yang baru ditemukan, sebagai usaha dalam menemukan bahan isolasi yang lebih murah. PENDAHULUAN Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan diukur dalam pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di tanah air.

BAB I PENDAHULUAN. energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di tanah air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor perindustrian di Indonesia, maka kebutuhan akan energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat

Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Udara Jarum - Plat Luqman Kumara - 2205100129 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh pember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG Aditya Teguh Prabowo 1, Agung Warsito 2 1 Mahasiswa dan 2

Lebih terperinci