SKRIPSI. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI"

Transkripsi

1 SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : FARID SETYO NUGROHO J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 i

2 ABSTRAK FARID SETYO NUGROHO J FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti di RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI xvii Rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ) akan mempermudah proses transmisi virus. Di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali ABJ selalu di bawah 95% selama lima bulan, pada bulan Februari sampai Juli Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali sejumlah 210 rumah tangga dengan sampel sejumlah 68 responden. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) secara buruk sebanyak 55 (80,88%), jenis tempat perindukan buatan yang positif jentik Aedes aegypti sebanyak 51 (26,56%), sampah padat yang posistif jentik Aedes aegypti sebanyak 2 (3,17%). Uji bivariat dengan Fisher s Exact menunjukkan ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD (p = 0,039) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, tidak ada hubungan antara jenis tempat perindukan buatan (p = 1) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dan juga tidak ada hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p = 0,216) di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Sebaiknya penelitian juga dilakukan pada musim hujan dan dengan jumlah wilayah yang lebih besar. Kata kunci: Keberadaan, Jentik Aedes aegypti, PSN DBD. Surakarta, 22 Oktober 2009 Pembimbing I Pembimbing II Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes. Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) NIK. 756 NIK. 863 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Arif Widodo, A.Kep, M.Kes) NIK. 630 ii

3 FARID SETYO NUGROHO J ABSTRAK FACTORS RELATED TO EXISTENCE LARVAE Aedes aegypti in RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI. Lower Free Number of Larvae ( FNL) will watering down virus transmission process. In RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali FNL always under 95% during five months, counted from Februari until July This research aim to know what factors that correlate existence of larvae of Aedes aegypti. This research type is observasional with device of cross sectional. Approach population at this research is all household in RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali a number of 210 households with sampel a number of 68 responders. The technique is simple random sampling. Pursuant to result of research obtained that responder executing Action in Vector Control of Dengue Haemorrhagic Fever (AVC DHF) uglyly counted 55 ( 80,88%), breeding place type of brand which are positive larvae of Aedes aegypti counted 51 ( 26,56%), solid garbage which is posistif larvae of Aedes aegypti counted 2 ( 3,17%). Bivariate test with Fisher s Exact show there are corelation between execution of AVC DHF ( p = 0,039) with existence larvae of Aedes aegypti, there is no corelation breeding place type of brand ( p = 1) with existence larvae of Aedes aegypti and there is so no corelation between solid garbage with existence larvae of Aedes aegypti ( p = 0,216) in RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. The research is better conducted at the rainy seasons and with amount of larger regions. Keyword: Existance, larvae of Aedes aegypti, AVC DHF. iii

4 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI Disusun oleh : Farid Setyo Nugroho NIM : J Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, 17 Oktober 2009 Pembimbing I Pembimbing II Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes. Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid) NIK. 756 NIK. 863 iv

5 PERNYATAAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti di RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI Disusun oleh : Farid Setyo Nugroho NIM : J Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 22 Oktober 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji. Surakarta, 22 Oktober 2009 Ketua penguji : Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes ( ) Penguji I : Azizah Gama T, SKM, M.Pd ( ) Penguji II : Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes ( ) Mengesahkan, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Arif Widodo, A.Kep, M.Kes) v

6 PERSEMBAHAN Karya ini aku persembahkan untuk: Allah SWT yang selalu memberikan segala kemudahan dan kepandaian sehingga karya ini akhirnya dapat terselesaikan. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, pengorbanan dan selalu mendoakan yang terbaik bagiku. Teman-teman Program Studi Kesmas angkatan 2005 yang selalu aku sayangi dan akan aku rindukan serta yang telah membantu dalam proses penelitian ini (Mas Agus, Pambudi, dan Riris). Adik-adikku di IMM FIK dan BEM FIK yang sangat aku banggakan. Kawan-kawan jajaran kabinet bumiputera BEM UMS yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat banyak. Buat diriku semoga ini menjadi tonggak awal dalam proses perjuangan hidup ini. vi

7 MOTTO Niatkanlah semua karena Allah SWT, karena sesungguhnya pahala yang kita peroleh sesuai dengan apa yang kita niatkan. Jika kita niat beribadah karena untuk mendapatkan pujian, maka kita hanya akan mendapatkan pujian. Jika kita beribadah hanya untuk mendapatkan wanita yang kita cintai maka kita hanya mendapatkan wanita tersebut. Marilah kita beribadah niat karena Allah, maka kita akan mendapatkan-nya (Abu Bakar r.a.). Sedikit Bicara Banyak Kerja. Fastabiqul khoirot ( marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan). (Penulis) vii

8 RIWAYAT HIDUP Nama : Farid Setyo Nugroho Tempat/Tanggal Lahir : Sukoharjo/24 Desember 1986 Jenis Kelamin Agama Alamat : Laki-laki : Islam : Gambiran RT 05 RW II, Desa Cemani Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SDN Cemani 03 tahun Lulus SMP BATIK Surakarta tahun Lulus SMA VI Surakarta tahun Menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat FIK UMS sejak tahun 2005 viii

9 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti di RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak banyak yang bisa penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini kepada : 1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Ibu Yuli Kusumawati SKM, M.Kes(Epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta dan selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan ibu yang telah memberikan do a tanpa kenal waktu, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak terhitung banyaknya. 5. Buat adikku Ferary Sahita dan suaminya Asmani Lukito yang telah memberikan doa serta bantuannya. 6. Adik-adikku di IMM dan BEM FIK yang selalu memberikan semangat kepadaku. ix

10 7. Semua jajaran Kabinet Bumiputera BEM UMS yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak ternilai harganya khususnya wakil menteri dan staffku (Azie dan Wisnu). 8. Teman-teman Program Studi Kesmas angkatan 2005 yang sangat aku sayangi dan tentunya akan aku rindukan. 9. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. Kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT, dan segala kepunyaan di langit dan di bumi hanya milik ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari banyak kekurangan. Semoga skripsi ini barmanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Oktober 2009 Penulis x

11 DAFTARI ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN... iv PERNYATAAN PENGESAHAN... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi RIWAYAT HIDUP... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR SINGKATAN... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Ruang Lingkup Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue... 6 B. Keberadaan Jentik C. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Subjek Penelitian C. Waktu dan Tempat Penelitian D. Populasi dan Sampel E. Variabel Penelitian F. Definisi Operasional G. Pengumpulan Data H. Jalannya Penelitian I. Pengolahan Data J. Analisis Data xi

12 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum B. Hasil Penelitian C. Hasil Analisis Bivariat BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara PSN DBD dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti B. Hubungan antara Tempat Perindukan Buatan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti C. Hubungan antara Sampah Padat dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti 39 D. Keterbatasan Penelitian 41 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y Karakteristik Responden Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PSN DBD Distribusi Frekuensi Jenis Tempat Perindukan Aedes aegypti Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Jenis Tempat Perindukan Hasil Analisis Statistik melalui Uji Fisher s Exact xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Bagan Cara Pemberantasan DBD Kerangka Teori Penelitian Kerangka Konsep Penelitian xiv

15 DAFTAR SINGKATAN ABJ BI CFR CI DKS HI DBD IR KLB PSN RW TPA WHO : Angka Bebas Jentik : Breteau Index : Case Fatality Rate : Container Index : Dinas Kesehatan dan Sosial : House Index : Demam Berdarah Dengue : Incidens Rate : Kejadian Luar Biasa : Pemberantasan Sarang Nyamuk : Rukun Warga : Tempat Penampungan Air : World Health Organization xv

16 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian dan Check List 2. Hasil Analisis Bivariat 3. Gambar Dokumentasi Penelitian 4. Surat Ijin Penelitian 5. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian 6. Hasil validitas dan reliabilitas 7. Hasil rekapitulasi data xvi

17 @ 2009 Hak Cipta Pada Penulis xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia mulai menimbulkan masalah kesehatan masyarakat sejak ditemukannya kasus tersebut di Surabaya pada tahun 1968 dan pada tahun 1962 ditemukan 53 kasus dirawat dengan 24 kematian (CFR = 46%) (Dinkes Provinsi Jateng, 1985). Dalam waktu relatif singkat DBD telah dilaporkan di berbagai daerah di Indonesia, dan sampai tahun 1981 hanya Provinsi Timor-Timur yang belum melaporkan penyakit DBD. Di samping meningkatnya jumlah kasus, DBD juga berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan data dari Depkes RI, 1981 (dalam Soedarmo, 1988) menunjukkan angka kematian penderita DBD secara nasional menurun dari 4,0% pada tahun 1968 menjadi 4,1% pada tahun 1977, dan menjadi 4,0% pada tahun Sedangkan pada tahun 2007 CFR DBD di Indonesia sebesar 1% dengan IR 71,78/ penduduk dan pada tahun 2008 CFR DBD sebesar 0,86% dengan IR 60,02/ penduduk (Depkes RI, 2009). Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai kategori endemis untuk penyakit DBD. Pada tahun 2006 IR DBD di Jawa Tengah mencapai 3,39/ penduduk dengan CFR sebesar 2,01% dan pada tahun 2007 IR meningkat menjadi 6,25/ penduduk dengan CFR sebesar 1,60% (Dinkes Provinsi Jateng, 2007). Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten endemis DBD yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah daerah endemis DBD di Kabupaten Boyolali semakin meningkat tiap tahunnya, pada tahun 2006 jumlah daerah endemis sebanyak 16 daerah, tahun 2007 sebanyak 19 daerah, dan tahun 2008

19 sebanyak 27 daerah (DKS Boyolali, 2009). Sedangkan IR DBD pada tahun 2008 sebesar 4/1000 penduduk dengan CFR 1,8%. Kecamatan Nogosari merupakan salah satu kecamatan endemis DBD yang berada di Kabupaten Boyolali. Pada tahun 2008 jumlah kasus DBD di Kecamatan Nogosari mencapai 51 kasus dengan IR 8,4/1000 penduduk. Desa Ketitang merupakan salah satu desa endemis DBD di Kecamatan Nogosari, di Desa Ketitang DBD tiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah kasus, pada tahun 2006 sebanyak 1 kasus, tahun 2007 sebanyak 6 kasus dan 2008 sebanyak 4 kasus (Puskesmas Nogosari, 2008). Hasil survei pendahuluan didapatkan RW dengan jumlah kasus paling tinggi yaitu RW IV dengan jumlah kasus sebesar 3 penderita dan pada tahun 2007 terdapat 1 kasus meninggal. Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan Angka Bebas Jentik Rukun Warga (ABJ RW) paling rendah yaitu sebesar 78%. Keberadaan jentik di suatu wilayah diketahui dengan indikator ABJ. ABJ merupakan persentase rumah atau tempat-tempat umum yang tidak ditemukan jentik (Depkes RI, 1992a). Masih rendahnya ABJ di Desa Ketitang sebesar 78% dari indikator nasional yaitu sebesar 95% merupakan hal yang sangat perlu diwaspadai, hal ini dikarenakan rendahnya ABJ memungkinkan banyak peluang untuk proses transmisi virus (Hasyimi et.al, 2005). ABJ yang rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perilaku penduduk dalam hal menampung air untuk keperluan sehari-hari tidak hanya pada satu tempat dan jarang membersihkan bak penampungan air memungkinkan nyamuk Aedes aegypti memiliki peluang lebih banyak untuk bertelur (Sitorus dan Ambarita, 2004). Menurut Dumai et.al, (2007) faktor pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian, kondisi TPA dan kebersihan lingkungan berhubungan dengan kejadian DBD, sedangkan 2

20 menurut Hasyimi dan Soekino (2004) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan. Jenis TPA yang ditemukan positif jentik Aedes aegypti yang berada di dalam atau di luar rumah ada 3 yaitu drum, bak mandi, dan ember plastik (Sitorus dan Ambarita, 2004). B. Perumusan Masalah 1. Masalah Umum Apakah ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD, tempat perindukan buatan dan sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 2. Masalah Khusus a. Apakah pelaksanaan pemberantasan PSN DBD berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? b. Apakah tempat perindukan buatan berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009? c. Apakah sampah padat berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 3

21 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara PSN DBD, tempat perindukan buatan dan sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan pelaksanaan PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. b. Mengetahui hubungan tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. c. Mengetahui hubungan sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Menambah dan memperluas pengetahuan penulis mengenai beberapa faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dan rendahnya ABJ di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 2. Bagi masyarakat Membantu memecahkan masalah yang ada di masyarakat, terutama untuk meningkatkan ABJ dan mencegah penularan DBD. 4

22 3. Bagi Pemerintah Desa Dapat dijadikan landasan oleh pemerintah desa dalam pembuatan peraturan desa mengenai sanksi terhadap rumah atau penduduk yang di rumahnya masih terdapat jentik penular penyakit DBD. 4. Bagi (Dinas Kesehatan dan Sosial) DKS Boyolali Dapat dijadikan landasan dalam intervensi dan pemecahan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat sehingga kasus DBD tidak terjadi lagi. E. Ruang Lingkup Penelitian Materi penelitian ini menganalisis faktor pelaksanaan PSN DBD, tempat perindukan buatan dan sampah padat yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Kelurahan Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 5

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan, lebam atau ruam, kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Depkes RI, 1992c). Menurut Soedarto (1995) DBD menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun, disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan yang dapat mengakibatkan kematian penderita. Virus dengue sebagai agen penyebab demam berdarah memerlukan masa inkubasi selama 3-14 hari, pada umumnya 4-7 hari (Firdaus, 2005). Darah penderita sudah mengandung virus, yaitu sekitar 1-2 hari sebelum terserang demam. Virus berada dalam darah selama 5-8 hari. Jika daya tahan tubuh tidak cukup kuat melawan virus, maka orang tersebut mengalami berbagai jenis gejala DBD (Satari, 2004). 2. Tanda-tanda Penyakit DBD Tanda-tanda DBD yaitu (Depkes RI, 1992c): 6

24 a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah atau lesu. Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain. b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati. Kadangkadang mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk. c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya: 1) Penderita sembuh, atau 2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut, terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tak teraba). Kadangkadang kesadarannya menurun. Menurut WHO (dalam Soedarto, 1995), derajat beratnya DBD dibagi menjadi empat tingkatan: a. Derajat I: ringan, bila demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinik lain dan manifestasi perdarahan paling ringan yaitu tes turniquet yang positif. b. Derajat II: sedang, dengan gejala lebih berat daripada derajat I, disertai manifestasi perdarahan kulit, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena. Terdapat gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit dingin dan lembab, ujung jari dan hidung dingin. c. Derajat III: berat, dengan gejala syok mengikuti gejala-gejala tersebut di atas. 7

25 d. Derajat IV: berat sekali, penderita syok berat, tensi tidak terukur, dan nadi tidak dapat diraba. 3. Penular Penyakit DBD a. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki (Depkes RI 2005). Batas penyebaran nyamuk Aedes aegypti di negara-negara Asia Tenggara adalah pada ketinggian 1000 sampai dengan 1500 meter di atas permukaan laut (Depkes RI, 2003). b. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk Anophelini mengalami metamorphosis sempurna, yaitu: telur, jentik, kepompong, nyamuk. Stadium telur, jentik, dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu selama 9-10 hari (Depkes RI, 2005). 1) Telur Telur diletakkan satu persatu pada permukaan yang lembab tepat di atas batas air. Kebanyakan Aedes aegypti betina dalam satu siklus gonotropik meletakkan telur di beberapa tempat perindukan. Masa perkembangan embrio selama 48 jam pada lingkungan yang hangat dan 8

26 lembab. Setelah perkembangan embrio sempurna, telur dapat bertahan pada keadaan kering dalam waktu yang lama (lebih dari satu tahun). Telur menetas bila wadah tergenang air, namun tidak semua telur menetas pada saat yang bersamaan. Kemampuan telur bertahan dalam keadaan kering membantu kelangsungan hidup spesies selama kondisi iklim yang tidak menguntungkan (Depkes RI, 2003). 2) Jentik Jentik memerlukan empat tahap perkembangan. Jangka waktu perkembangan jentik tergantung pada suhu, ketersediaan makanan, dan kepadatan jentik dalam sebuah kontainer. Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk dua hari dalam masa pupa. Sedangkan pada suhu rendah, dibutuhkan waktu beberapa minggu (Depkes RI, 2003). Ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva Aedes aegypti tersebut, yaitu (Depkes RI, 2005): a) Instar I: berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm b) Instar II: 2,5-3,8 mm c) Instar III: lebih besar sedikit dari larva instar II d) Instar IV: berukuran paling besar 5 mm 3) Pupa (kepompong) Pupa (kepompong) berbentuk seperti koma. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding jentik. Pupa Aedes aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain (Depkes 9

27 RI, 2005). Menurut Sugito (1989), pupa Aedes aegypti tidak memerlukan udara dan makan, belum bisa dibedakan antara jantan dan betina, menetas dalam waktu 1-2 hari, dan menjadi nyamuk dewasa, pada umunya nyamuk jantan menetas lebih dahulu dari nyamuk betina. 4) Nyamuk Dewasa Sesaat setelah muncul menjadi dewasa, nyamuk akan kawin dan nyamuk betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu jam kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk pematangan telur (Depkes RI, 2003). Habitat tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah di air yang relatif bersih, yaitu di wadah-wadah tempat penampungan air untuk kepentingan sehari-hari dan barangbarang bekas, seperti ban, botol, kaleng, plastik, pecahan kaca, dan sebagainya yang merupakan lingkungan buatan manusia (Nadezul, 2007). 4. Bionomik Nyamuk Demam Berdarah Dengue a. Tempat Perkembangbiakan Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut (Depkes RI, 2005): 1) TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember. 2) TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain). 10

28 3) Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu. b. Kebiasaan menggigit Nyamuk Aedes aegypti bersifat anthropophilic, walaupun mungkin akan menghisap darah hewan berdarah panas lain yang ada. Sebagai spesies yang aktif siang hari nyamuk betina mempunyai dua waktu aktifitas menggigit, yaitu beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap. Apabila pada waktu menghisap darah terganggu, maka nyamuk Aedes aegypti dapat menghisap lebih dari satu orang. Perilaku ini sangat meningkatkan efektifitas penularan pada masa Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah DBD (Depkes RI, 2003). c. Kebiasaan beristirahat Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur (Depkes RI, 2003). Setelah menghisap darah, nyamuk Aedes aegypti hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang aga gelap dan lembab. Di tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya (Depkes RI, 2005). d. Jangkauan terbang Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk keberadaan tempat bertelur dan darah sebagai makanan, namun kelihatannya terbatas pada wilayah 100 meter dari tempat 11

29 pupa menetas menjadi nyamuk dewasa. Walupun demikian, penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina dewasa menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur. Penyebaran pasif nyamuk Aedes aegypti dewasa dapat terjadi melalui telur dan jentik dalam wadah (Depkes RI, 2003). B. Keberadaan Jentik 1. Survey Jentik Survey jentik nyamuk Aedes aegypti dilakukan dengan cara sebagai berikut (Depkes RI, 2005): a. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik. b. Untuk memeriksa TPA yang berukuran besar, seperti: bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 menit unutk memastikan bahwa benar jentik tidak ada. c. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga atau pot tanaman air atau botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain. d. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter. 2. Metode Survey Jentik Metode survey jentik dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005): 12

30 a. Single larva: Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. b. Visual: Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam program DBD menggunakan cara visual. C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti 1. Pelaksanaan PSN DBD PSN DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Syarifah, 2007) bahwa terdapat hubungan antara PSN DBD dengan keberadaan jentik dimana penelitian tersebut dilakukan di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang tahun Pada penelitian tersebut nilai proporsi ABJ sebesar 0,93. Menurut (Depkes RI, 2005), Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara: a. Fisik: cara ini dikenal dengan kegiatan 3-M yaitu menguras (dan menyikat) bak mandi, bak wc, dan lain-lain. Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain). Mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas (seperti kaleng, ban, dan lain-lain). b. Kimia: cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah granules (sand granules). 13

31 Dosis yang digunakan 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasidasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. c. Biologi: cara ini dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain). Dapat juga dengan menggunakan Bacillus thuringiensis H-14. Nyamuk Dewasa Dengan insektisida (fogging dan ULV) Fisik Jentik Kimiawi Biologi Sumber: Depkes RI, 2005 Gambar 1.Bagan cara Pemberantasan DBD 2. Macam Tempat Perindukan Buatan Aedes aegypti Sumber utama perkembangbiakan Aedes aegypti di sebagian besar daerah pedesaan Asia Tenggara adalah di wadah-wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari keramik, tanah liat dan bak semen yang berkapasitas 200 liter, tong besi yang berkapasitas 210 liter (50 galon), dan wadah yang lebih kecil sebagai tempat penampungan air bersih atau hujan. Wadah penampungan air harus ditutup dengan penutup yang rapat atau kasa. Setelah air digunakan harus dijaga agar wadah tetap tertutup. Cara ini cukup efektif seperti telah dilakukan di Thailand (Depkes RI, 2003). Menurut Sutaryo (2005) macam TPA yang berada di rumah meliputi tandon air, tower, bak mandi, bak WC, padasan, cadangan air ditaman, air jebakan 14

32 semut yang memiliki peluang untuk nyamuk Aedes aegypti bertelur. Macam TPA untuk keperluan sehari-hari meliputi drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi atau WC, dan ember. Menurut Hasyimi dan Soekino (2004) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan (Depkes RI, 2005). 3. Sampah Padat Sampah padat, kering seperti kaleng, botol ember atau sejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah. Sisa material di pabrik dan gudang harus disimpan sebaik mungkin sebelum dimusnahkan. Perlengkapan rumah dan alat perkebunan (ember, mangkok, dan alat penyiram) harus disimpan terbalik untuk mencegah tertampungnya air hujan. Sampah tanaman (tempurung kelapa, kulit ari coklat harus dimusnahkan segera. Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Aedes aegypti di perkotaan, sehingga menjadi masalah kesehatan. Botol, kaca, kaleng dan wadah kecil lainnya harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur ulang untuk keperluan industri (Depkes RI, 2003). 15

33 D. Kerangka Teori DBD Sumber Penular Virus Dengue Aedes aegypti Bionomik Vektor Kebiasaan Menggigit Kebiasaan Istirahat Jangkauan Terbang Jentik Aedes aegypti Tempat Perkembangbiakan PSN Buatan Alami TPA Sampah Padat Fisik Kimia Biologi Keterangan: = Diteliti = Tidak diteliti Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian 16

34 E. Kerangka Konsep Variabel Bebas PSN DBD Variabel Terikat Tempat Perindukan Buatan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Sampah Padat Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian F. Hipotesis 1. Ada hubungan antara pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN DBD) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun Ada hubungan antara jenis tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun

35 3. Ada hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun

36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian adalah merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). B. Subjek Penelitian Subjek atau populasi penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: a. Rumah tangga yang berada di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun b. Kepala keluarga atau ibu rumah tangga atau anggota keluarga yang dapat ditemui pada saat penelitian. c. Bersedia menjadi subjek penelitian. 2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: 19

37 a. Rumah tangga yang tidak termasuk dalam wilayah RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun b. Tidak bisa ditemui pada saat penelitian. C. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus Tempat penelitian di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 sejumlah 210 rumah tangga. 2. Jumlah Sampel Sampel pada penelitian ini sejumlah 68 rumah tangga. Besar sampel dapat dihitung dengan rumus Khotari dalam Murti (2006) sebagai berikut: Keterangan: n = 68 responden n p : Besar sampel : Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi (0,93) 20

38 q Z²1-α/2 d : 1 - p : Statistik Z (Z=1,96 untuk α=0,05) : delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi (+/- 5%) 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling (SRS) yaitu metode mencuplik sampel secara acak dimana masing-masing subjek atau unit dari populasi memiliki peluang yang sama dan independen (tidak tergantung) untuk terpilih ke dalam sampel (Murti, 2006). E. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu: 1. Variabel bebas: pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah, jenis tempat perindukan buatan dan sampah padat. 2. Variabel terikat: keberadaan jentik Aedes aegypti. F. Definisi Operasional Variabel 1. Pelaksanaan PSN DBD a. Definisi: kegiatan yang dilakukan oleh responden untuk PSN DBD (Aedes aegypti) secara fisik, kimia, dan biologi. b. Alat ukur: wawancara dengan menggunakan kuesioner. c. Skala: nominal. d. Hasil ukur: baik 70%, buruk < 70%. 21

39 2. Tempat Perindukan Buatan a. Definisi: wadah-wadah penampungan air untuk kepentingan rumah tangga yaitu tempayan, bak mandi, drum, ember, tempat penampungan air kulkas, tempat penampungan air dispenser, vas bunga, tempat minum burung, dan bejana di sekitar rumah responden. b. Alat ukur: observasi dengan menggunakan check list. c. Skala: nominal d. Hasil ukur: ada =1, tidak ada= Sampah Padat a. Definisi: keberadaan sampah padat, kering yang terdiri dari ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, pecahan kaca, ember bekas, drum bekas, mangkok bekas yang tersebar di sekitar rumah responden. b. Alat ukur: observasi dengan menggunakan check list. c. Skala: nominal d. Hasil ukur: ada =1, tidak ada= Keberadaan Jentik a. Definisi: ada atau tidak adanya jentik Aedes aegypti pada berbagai tempat perindukan buatan, dan sampah padat di sekitar rumah responden yang dilihat dengan cara visual menggunakan senter. b. Alat ukur: observasi dengan menggunakan check list. c. Skala: nominal d. Hasil ukur: ada =1, tidak ada= 0. 22

40 G. Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Kuantitatif meliputi skor hasil kuesioner pelaksanaan PSN DBD. b. Kualitatif meliputi jenis tempat perindukan buatan, jenis tempat perindukan alami dan sampah padat dan keberadaan jentik. 2. Sumber Data a. Data primer Data yang langsung diambil dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan pedoman wawancara terstruktur dan pengamatan dengan check list. b. Data sekunder Data yang diperoleh melalui studi pustaka, internet, instansi kesehatan berupa data kesakitan dan ABJ, instansi pemerintahan desa berupa jumlah rumah tangga. 3. Cara Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung kepada rumah tangga yang terpilih sebagai responden untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD. b. Observasi Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang beberapa variabel yang diteliti yaitu: jenis tempat perindukan buatan, jenis tempat perindukan alami, sampah padat dan keberadaan jentik. 4. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini berupa: 23

41 a. Check list untuk pemeriksaan jenis tempat perindukan buatan, sampah padat dan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Check list berupa daftar variabel yang akan di kumpulkan datanya. Apabila terdapat jentik pada tempat perindukan maka akan diberi tanda centang ( ) dan apabila tidak ada jentik maka akan diberi tanda strip ( ) (Hasan, 2004). b. Kuesinoer untuk mengetahui hubungan pelaksanaan PSN DBD dengan keberadaan jentik. 1) Jenis pertanyaan yang digunakan berupa kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 item pertanyaan. 2) Skor kuesioner pelaksanaan PSN DBD dengan pilihan jawaban ya = 1 dan tidak = 0. 3) Uji validitas dan reliabilitas Secara sederhana yang dimaksud dengan valid ialah sahih. Alat ukur dikatakan sahih atau valid bila benar-benar mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan reliabilitas adalah keajegan, maksudnya berkali-kali untuk mengukur hasilnya ajeg (tetap) (Machfoedz, 2007). Uji validitas kuesioner dan check list menggunakan uji korelasi product moment person. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alfa Cronbach. Rumus korelasi product moment person adalah sebagai berikut: Keterangan: : korelasi antara variabel x dan y X dan Y X : skor masing-masing skala : skor ganjil 24

42 Y N : skor genap : banyaknya subjek Tabel 2. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y No Besar Keterangan ,00 - < 0,20 0,20 - < 0,40 0,40 - < 0,70 0,70 - < 0,90 0,90-1,00 Hubungan sangat lemah Hubungan rendah Hubungan sedang atau cukup Hubungan kuat atau tinggi Hubungan sangat kuat atau tinggi Rumus Alfa Cronbach (Muhidin dan Abdurahman, 2007): Keterangan: : reliabilitas instrumen k : banyaknya bulir soal : jumlah varians bulir : varians total H. Jalanya Penelitian Penelitian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada rumah tangga yang menjadi sampel di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun Sebelum penelitian dilaksanakan, maka peneliti melakukan tahapan yaitu: 25

43 1. Melakukan survey pendahuluan 2. Melakukan ijin penelitian kepada pemerintah desa I. Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-langkah: 1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul tidak logis dan meragukan. 2. Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. 3. Entry adalah memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer. 4. Tabulating adalah mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti guna memudahkan analisis data. J. Analisis Data Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Analisis data meliputi: 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden serta menggambarkan masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dengan uji Fisher s Exact dengan tingkat 26

44 kemaknaan 95% dengan program komputer SPSS. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikan (nilai p) adalah: a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak b. Jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian diterima 27

45 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Gambaran Umum Daerah Peneltian Desa Ketitang mempunyai luas wilayah Ha dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa, jumlah penduduk wanita sebanyak jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak Desa Ketitang dibagi atas empat kadus dengan 11 RW dan 39 RT. Adapun batas wilayah Desa Ketitang adalah (Monografi Desa Ketitang, 2008): a. Sebelah Utara : Desa Pulutan b. Sebelah Timur : Desa Jeron c. Sebelah Selatan : Desa Sembungan d. Sebelah Barat : Desa Rembun 2. Karakteristik Responden Tingkat pendidikan pada responden dalam penelitian ini dapat dikelompokkan berdasarkan 5 tingkat pendidikan yaitu Tidak Sekolah, SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Responden lebih banyak menempuh pendidikan SD sebanyak 25 responden (36,78%), dan paling rendah adalah menempuh pendidikan perguruan tinggi sebanyak 2 responden (2,9%). Umur rata-rata responden adalah 41 tahun, mayoritas responden berumur 40 sebanyak 38 responden (55,88%) dan umur > 40 sebanyak 30 responden (44,12%). Jenis kelamin responden ada dua kategori yaitu laki-laki dan 28

46 perempuan. Responden lebih banyak berkelamin perempuan sebanyak 38 responden (55,89%), sedangkan laki-laki sebanyak 30 responden (44,11%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Responden Keterangan Jumlah f % 1. Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 12 17,66 SD 25 36,78 SMP 18 26,48 SMA 11 16,18 Perguruan tinggi Total , Umur ,88 > 40 Total , Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total ,11 55, B. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan PSN DBD Pelaksanaan PSN DBD pada responden dapat diketahui dari pengisian kuesioner, dengan kriteria melaksanakan PSN DBD baik dan melaksanakan PSN DBD buruk. Berdasarkan data hasil pengisian kuesioner tersebut setelah dilakukan penskoran diperoleh gambaran responden yang melaksanakan PSN DBD yang buruk lebih banyak daripada responden yang melaksanakan PSN DBD yang baik. Responden yang melakukan PSN DBD secara buruk sejumlah 55 responden (80,88%) dan PSN DBD secara baik sejumlah 13 responden (19,12%). 29

47 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PSN DBD PSN DBD Jumlah f % Baik 13 19,12 Buruk 55 80,88 Total Jenis Tempat Perindukan a. Jenis Tempat Perindukan Buatan Jenis tempat perindukan buatan responden yang paling banyak adalah bak mandi sejumlah 54 (28,12%), tempayan sejumlah 53 (27,60%), ember sejumlah 42 (21,87%), drum sejumlah 18 (9,37%), vas bunga sejumlah 10 (5,24%), dispenser sejumlah 6 (3,12%), tempat minum burung sejumlah 4 (2,08%), bejana sejumlah 4 (2,08%) dan penampungan air kulkas sebanyak 1 (0,52%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. b. Sampah Padat Sampah padat responden yang paling banyak adalah botol bekas sejumlah 20 (31,75%), kaleng bekas sejumlah 17 (26,98%), ember bekas sejumlah 10 (15,87%), pecahan kaca sejumlah 6 (9,53%), ban bekas sejumlah 4 (6,35%), drum bekas sejumlah 3 (4,76%) dan mangkok bekas sejumlah 3 (4,76%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. 30

48 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Tempat Perindukan Aedes aegypti Jenis Tempat Perindukan Jumlah f % 1. Buatan Tempayan Bak mandi Drum Ember Penampungan kulkas Dispenser Vas bunga Tempat minum burung Bejana Total 2. Sampah Padat Ban bekas Kaleng bekas Botol bekas Pecahan kaca Ember bekas Drum bekas Mangkok bekas Total ,60 28,12 9,37 21,87 0,52 3,12 5,24 2,08 2, ,35 26,98 31,75 9,53 15,87 4,76 4, Keberadaan Jentik Aedes aegypti a. Jenis Tempat Perindukan Buatan Pada jenis tempat perindukan buatan jentik Aedes aegypti banyak ditemukan pada bak mandi sebanyak 24 (47,06%), pada tempayan sebanyak 23 (45,10%), pada drum sebanyak 3 (5,88%), pada tempat minum burung sebanyak 1 (1,96%), tidak ditemukan jentik Aedes aegypti pada jenis tempat perindukan yang lain. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. b. Sampah Padat Pada sampah padat hanya ditemukan jentik Aedes aegypti pada jenis kaleng bekas yaitu sebanyak 2 (100%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. 31

49 Tabel 5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Jenis Tempat Perindukan Jenis Tempat Perindukan Jumlah f % 1. Buatan Tempayan Bak mandi Drum Ember Penampungan kulkas Dispenser Vas bunga Tempat minum burung Bejana Total 2. Sampah Padat Ban bekas Kaleng bekas Botol bekas Pecahan kaca Ember bekas Drum bekas Mangkok bekas Total ,10 47,06 5, , C. Hasil Analisis Bivariat Hasil analisis statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan antara PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dengan p = 0,056, tidak terdapat hubungan antara tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dengan nilai p = 1 dan tidak terdapat hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dengan nilai p = 0,504. Berikut disajikan Tabel 8 rangkuman hasil analisis statistik. 32

50 Tabel 6. Hasil Analisis Statistik melalui Fisher s Exact No Variabel Nilai p Keterangan 1. 0, PSN DBD Jenis tempat perindukan buatan Sampah padat 0,504 Ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan 33

51 BAB V PEMBAHASAN Secara umum selama lima bulan berturut-turut mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli tahun 2009 ABJ di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali selalu di bawah 95%. Rendahnya ABJ ini memungkinkan banyak peluang untuk proses transmisi virus (Hasyimi et.al, 2005). Kondisi perumahan Desa Ketitang yang padat dan penduduknya banyak yang menggunakan lebih dari satu TPA, secara teoritis kondisi yang seperti sangat potensial untuk tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Hasil wawancara dari 68 responden di RW IV Desa Ketitang diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan rata-rata umur responden adalah 41 tahun. Sebagian besar pendidikan responden adalah SD yaitu sebesar 25 responden (36,78%). Hal ini berarti tingkat pendidikan responden di RW IV Desa Ketitang tergolong rendah. Rendahnya pendidikan responden akan berakibat terhadap proses penerimaan informasi kesehatan sehingga hal ini akan mempengaruhi perilaku responden dalam melaksanakan PSN DBD. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 68 responden, 55 responden melaksanakan PSN DBD secara buruk, hanya 13 responden yang melakukan PSN DBD secara baik. Pelaksanan PSN DBD yang buruk ini diketahui dari perilaku responden yang tidak menutup tempat-tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan jarang menguras atau membersihkan tempat-tempat penampungan air lebih dari 2 minggu. Pelaksanaan PSN DBD yang buruk ini akan memberikan peluang bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan berkembangbiak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh 34

52 Yudhastuti dan Vidiyani (2005) bahwa perilaku masyarakat yaitu pengetahuan dan tindakan dalam mengurangi atau menekan kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti mempunyai hubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Pekerjaan responden kebanyakan adalah pedagang dan buruh diluar tempat tinggal. Hal ini juga berisiko dalam penularan penyakit DBD. Umur responden yang paling muda adalah 17 tahun dan yang paling tua adalah 65 tahun. Banyaknya responden yang berusia dibawah 40 tahun lebih banyak, seharusnya hal ini mendukung pelaksanaan PSN DBD. Namun pada penelitian ini pelaksanaan PSN DBD sebagian besar responden buruk. Hal ini lebih disebabkan karena responden yang berdagang dan bekerja diluar daerah. Jenis tempat-tempat penampungan air responden di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali kebanyakan adalah berupa bak mandi dan tempayan. Keberadaan jenis tempat penampungan air baik yang berada di dalam maupun di luar rumah responden mempunyai resiko yang tinggi sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fathi et.al (2005) dimana faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air baik yang berada di dalam maupun di luar rumah merupakan faktor yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya (KLB) penyakit DBD. Sampah padat banyak ditemukan di sekitar rumah responden, sampah padat ini dilihat dari jumlahnya kebanyakan adalah berupa botol bekas dan kaleng bekas. Sedangkan dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan keberadaan jentik Aedes aegypti pada kaleng bekas. Keberadaan sampah padat di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali mempunyai resiko yang cukup tinggi sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. 35

53 A. Hubungan antara PSN DBD dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti. Hasil analisis uji Fisher s Exact dengan menggunakan program SPSS 16 didapatkan bahwa nilai p = 0,056 dan disimpulkan ada hubungan antara PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Terdapatnya jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali adalah sebagai akibat dari buruknya PSN DBD yang dilakukan oleh responden. Buruknya PSN DBD responden dapat diketahui dari hasil wawancara dan observasi terhadap rumah responden. Responden banyak yang belum melakukan 3-M secara baik. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang melaksanakan PSN DBD secara buruk dan terdapat jentik sebanyak 38 responden (55,88%), responden yang melaksanakan PSN DBD secara buruk dan tidak terdapat jentik sebanyak 17 responden (25%), responden yang melaksanakan PSN DBD secara baik dan terdapat jentik sebanyak 5 responden (7,36%) dan responden yang melaksanakan PSN DBD secara baik dan tidak terdapat jentik sebanyak 8 responden (11,76%). Banyak responden melaksanakan kegiatan menguras lebih dari dua minggu, hal ini dikarenakan bak mandi responden yang berukuran besar sehingga responden akan menguras bak mandi ketika sudah terlihat keruh dan kotor. Mayoritas responden juga belum melakukan kegiatan menutup tempat-tempat penampungan air. Sehingga perilaku ini sangat berisiko bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur pada tempat-tempat penampungan air responden. Selain belum menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, banyak responden yang menempatkan tempat-tempat penampungan air diluar rumah. Perilaku ini juga memberikan peluang bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur. 36

54 Keadaan rumah responden yang lembab dan kurang pencahayaan juga merupakan tempat yang potensial bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembangbiak, karena nyamuk Aedes aegypti suka beristirahat dan berkembangbiak pada tempat yang gelap dan lembab. Perilaku responden yang suka menggantung pakaian di dinding juga menjadi tempat yang disukai nyamuk Aedes aegypti untuk istirahat setelah mennghisap darah manusia. Berdasarkan hasil penelitian banyak responden yang belum melaksanakan PSN DBD secara kimia dan biologi. Cara ini memang belum banyak dapat dilakukan oleh responden. Secara kimia PSN DBD biasanya dilakukan dengan menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air, akan tetapi bubuk abate belum bisa didapatkan secara mudah sehingga responden belum dapat melakukan PSN DBD secara kimia. Hal ini tentunya juga dapat menambah resiko bagi jentik nyamuk Aedes aegypti untuk hidup dan berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air. PSN DBD secara biologi yang dilakukan dengan cara memelihara ikan pada tempat-tempat penampungan air juga belum dilakukan responden. Sebenarnya cara ini adalah cara alamiah dan cara yang cukup efektif untuk membasmi jentik Aedes aegypti, akan tetapi responden enggan melaksanakannya karena ikan yang dipelihara akan menyebabkan bau amis pada tempat penampungan air responden. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Widagdo et.al (2008) di Kelurahan Srondol Wetan Semarang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara PSN 3-M Plus di bak mandi, ember dan gentong plastik dengan jumlah jentik di tempat penampungan air tersebut. Menurut (Depkes RI, 2005) cara yang dianggap paling tepat untuk memberantas vektor (nyamuk Aedes aegypti) adalah dengan PSN DBD. Apabila kegiatan PSN DBD dilakukan oleh seluruh masyarakat secara terus- 37

55 menerus dan berkesinambungan maka keberadaan jentik Aedes aegypti dapat dibasmi, sehingga resiko penularan DBD dapat dikurangi. Untuk itu maka perlu dilakukan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat seperti kegiatan bulan bakti gerakan 3-M, pemeriksaan jentik berkala dan penyuluhan kepada keluarga atau masyarakat (Depkes RI, 2005). B. Hubungan antara Tempat Perindukan Buatan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti. Hasil analisis uji Fisher s Exact didapatkan bahwa nilai p = 1 dan disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009 tidak tergantung dari tempat perindukan buatan. Hal ini karena ditemukan tempat perindukan buatan pada semua responden, sehingga dalam proses analisis tidak menunjukkan adanya hubungan antara tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Keberadaan tempat perindukan buatan sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti, karena semakin banyak tempat perindukan buatan maka akan semakin padat populasi nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki lebih dari satu tempat penampungan air didalam rumahnya. Dari 68 responden diketahui bahwa semua responden memiliki tempat perindukan buatan, sebanyak 43 (63%) responden terdapat jentik Aedes aegypti dan 25 (37%) responden tidak terdapat jentik Aedes aegypti. Banyak dan beragam jenisnya tempat penampungan air responden sangat berpotensi bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan 38

56 berkembangbiak. Hal ini menjadi lebih buruk lagi dengan perilaku responden yang tidak menutup tempat-tempat penampungan air. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus dan Ambarita (2004) yang menunjukkan bahwa perilaku penduduk dalam hal menampung air untuk keperluan sehari-hari tidak hanya pada satu tempat dan jarang membersihkan bak penampungan air memungkinkan nyamuk Aedes aegypti memiliki peluang lebih banyak untuk bertelur. Jenis tempat penampungan air yang banyak ditemukan di rumah responden adalah jenis bak mandi dan tempayan. Sedangkan keberadaan jentik Aedes aegypti banyak ditemukan pada kedua jenis tempat perindukan ini. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi dan Soekino (2004) yang menyatakan bahwa jenis tempat penampungan air rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah jenis tempayan. Menurut (Depkes RI, 2005) jenis tempat perindukan buatan nyamuk Aedes aegypti meliputi drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi, ember, tempat minum burung dan vas bunga. C. Hubungan antara Sampah Padat dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Hasil analisis Fisher s Exact dengan menggunakan program SPSS 16 didapatkan bahwa nilai p = 0,504 dan disimpulkan tidak ada hubungan antara sampah dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Keberadaan sampah padat di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali yang jumlahnya cukup banyak dan bermacam-macam memang cukup berisiko sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat sampah padat pada 39 (57%) responden dan 39

57 ditemukan keberadaan jentik Aedes aegypti pada dua kaleng bekas responden dan 29 (43%) responden tidak ditemukan sampah padat sehingga keberadaan jentik Aedes aegypti juga tidak ditemukan. Akan tetapi dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah keberadaan jentik Aedes aegypti pada sampah padat belum menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyasa et.al (2008) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keberadaan tempat sampah di sekitar rumah responden dengan keberadaan vektor DBD. Hal ini dikarenakan tempat sampah telah mempunyai tutup dan tidak ditemukannya buangan kaleng-kaleng bekas atau gelas plastik yang memungkinkan untuk perkembiakan nyamuk Aedes aegypti serta lancarnya proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah tangga. Sedangkan tidak adanya hubungan antara keberadaan sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dikarenakan penelitian ini dilakukan pada musim kemarau (kering) sehingga tidak terdapat tampungan air hujan pada sampah padat yang memungkinkan bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan berkembangbiak. Keberadaan sampah padat responden secara teori sebenarnya sangat berisiko sebagai tempat bertelur dan perkembangbiakan bagi nyamuk Aedes aegypti. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang menunjukkan banyaknya jenis sampah padat yang berupa kaleng bekas, botol bekas dan ember bekas. Jenisjenis sampah padat tersebut banyak tersebar disekitar rumah responden dan berada dalam posisi yang dapat terisi air ketika musim penghujan. Sehingga dapat diprediksikan bahwa pada musim penghujan keberadaan sampah padat mempunyai resiko yang cukup besar sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. 40

58 Menurut WHO (1999) upaya pengendalian vektor harus mendorong penanganan sampah yang efektif dan memperhatikan lingkungan dengan meningkatkan aturan dasar mengurangi, menggunakan ulang dan daur ulang. Sampah padat, kering seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah. Perlengkapan rumah dan alat perkebunan (ember, mangkok dan alat penyiram) harus disimpan terbalik untuk mencegah tertampungnya air hujan (Depkes, RI 2003). Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Aedes aegypti di perkotaan sehingga terdapatnya ban bekas di sekitar rumah responden juga akan menjadi masalah kesehatan. Keterbatasan Penelitian: 1. Penelitian ini hanya meneliti tempat perindukan buatan nyamuk Aedes aegypti. Untuk tempat perindukan alami nyamuk Aedes aegypti tidak diteliti karena penelitian berlangsung pada musim kemarau (kering) sehingga tidak terdapat tampungan air hujan pada tempat perindukan alami nyamuk Aedes aegypti yang memungkinkan sebagai tempat bertelur dan berkembangbiak. 2. Pada penelitian ini jumlah jentik yang sedikit pada sampah padat juga sebagai akibat pengaruh dari musim kemarau (kering), sehingga dalam penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. 3. Pada penelitian ini letak tempat perindukan buatan tidak dibedakan antara tempat perindukan yang didalam dan diluar rumah responden. 41

59 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahum Tidak ada hubungan antara tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Tidak ada hubungan antara sampah padat dengan Keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti ingin mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Lain Meneliti faktor faktor lain yang belum diteliti yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dengan sampel lebih besar. 42

60 2. Bagi Masyarakat Lebih memperhatikan kegiatan pelaksanaan PSN DBD secara mandiri dan teratur agar dapat mengurangi keberadaan jentik Aedes aegypti dan penularan penyakit DBD dapat ditekan. 3. Bagi Pemerintah Desa Memotivasi, memfasilitasi, dan mengkoordinasi pemeriksaan jentik berkala pada tiap-tiap RW dengan dukungan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. 4. Bagi DKS dan Puskesmas Mengkoordinasikan kembali kader-kader jumantik agar dapat melaksanakan pemeriksaan jentik berkala pada masing masing wilayahnya. 43

61 DAFTAR PUSTAKA Depkes RI.1992a. Petunjuk Teknis Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue.Jakarta.Ditjen P2M & PLP. 1992b. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Ditjen P2M & PLP. 1992c. Kumpulan Keputusan/Edaran Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Ditjen P2M & PLP Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue Dan Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Depkes RI Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.Jakarta.Ditjen P2PL DBD Insiden Dan CFR Indonesia Tahun &Subid=1.Diakses tanggal:26 Juni Desa Ketitang Data Monografi Desa/Kelurahan.Ketitang:Pemerintah Desa Ketitang. Dinkes Propinsi Jawa Tengah Demam Berdarah Dengue Dan Usaha Pemberantasannya.Semarang.Dinkes Propinsi Jawa Tengah Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun Semarang.Dinkes Propinsi Jawa Tengah Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun Semarang. Dinkes Propinsi Jawa Tengah. DKS Boyolali Menuju Desa Bebas DBD, Materi Disampaikan Dalam Pertemuan Kader Pemeriksa Jentik, Pokja Dan Pokjanal DBD Tahun Boyolali. DKS Boyolali. Dumai N, Darmawansyah, A.Arsunan Arsin Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Baruga Kota Kendari Ekologi Kesehatan.Vol.4.2.September 2007:

62 Fathi, Keman S, Wahyuni CU Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram.Kesehatan Lingkungan.Vol.2.Juli 2005:1-10. Firdaus, U.2005.Penyakit Demam Berdarah Dan Cara Penanggulangannya.Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.Vol.XV.Maret 2005: Hasan, I.2004.Analisis Data Penelitian Dengan Statistik.Jakarta:Sinar Grafika Offset. Hasyimi M & Soekino M.2004.Pengamatan Tempat Perindukan Aedes aegypti Pada tempat Penampungan Air Rumah Tangga Pada Masyarakat Pengguna Air Olahan.Ekologi Kesehatan.Vol.3.1.April 2004: Hasyimi M, Sukowati S, Kusriastuti R, Muchlastriningsih.2005.Situasi Vektor Demam Berdarah Saat Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.Vol.XV.Februari.2005: Machfoedz, I.2007.Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan.Yogyakarta:Penerbit Fitramaya. Muhidin, SA & Abdurahman M.2007.Analisis Korelasi, Regresi, Dan Jalur Dalam Penelitian.Bandung:CV Pustaka Setia. Murti, Bhisma.2006.Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Di Bidang Kesehatan.Yogyakarta:Gajah Mada University Press. Nadezul, H.2007.Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah.Jakarta:Penerbit Buku Kompas. Puskesmas Nogosari 2008.Data Penderita DBD Kecamatan Nogosari Nogosari:Puskesmas Nogosari. Satari, H I.2004.Demam Berdarah Perawatan Di Rumah & Rumah Sakit + Menu.Jakarta:Puspa Swara. Sitorus, H & Ambarita, LP.2004.Pengamatan Larva Aedes di Desa Sukaraya Kabupaten Oku dan di Dusun Martapura Kabupaten Oku Timur Tahun 2004.Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.Vol.XVII.Februari 2007: Soedarto.1995.Penyakit-Penyakit Infeksi Di Indonesia.Surabaya:Widya Medika.

63 Soedarmo, SSP Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta: UI-Press. Sugito, R.1989.Aspek Entomologi Demam Berdarah Dengue, Disampaikan Dalam Laporan Semiloka Proceeding Seminar and Workshop The Aspect of Dengue Haemorrhagic Fever and Its Control.Depok. Sutaryo.2005.Mengenal Demam Beradarah.Yogjakarta:Medika. Suyasa ING, Putra NA, Aryanta IWR.2008.Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Pueskesmas I Denpasar Selatan.Echotrophic.Vol.1.Maret 2008:1-6. Syarifah, U.2007.Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik di RW III Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang Tahun 2007.[Karya Tulis Ilmiah].Semarang.Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. WHO.1999.Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, Dan Pengendalian.Jakarta:EGC. Widagdo L, Husodo BT, Bhinuri.2008.Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus): di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang.Makara Kesehatan.Vol.12.Juni 2008: Yudhastuti R & Vidiyani A.2005.Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, Dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya.Kesehatan Lingkungan.Vol.1.Januari 2005:2.

64 LAMPIRAN

65 Lampiran 1 KUESIONER DAN CHECK LIST Penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009 Identitas responden : Nama responden RT/RW : : Tanggal wawancara : Umur responden Jenis kelamin Pendidikan : : : A. PSN DBD No Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah Saudara melakukan 3-M? 2. Apakah Saudara menguras Tempat Penampungan Air (TPA) lebih dari 2 minggu? 3. Apakah Saudara menutup tempat-tempat penampungan air? Tempat penampungan air apa saja yang saudara tutup? ( ) 4. Apakah Saudara meletakkan tempat-tempat penampungan air di luar rumah? Tempat penampungan air apa saja yang berada di luar rumah? ( ) 5. Apakah Saudara mengubur atau membakar barang-barang bekas lebih dari 2 minggu? 6. Apakah Saudara membuang barang-barang bekas di sekitar rumah? Barang bekas apa saja yang saudara buang di sekitar rumah? ( ) 7. Apakah Saudara menaburkan bubuk abate di tempat-tempat penampungan air? Darimana Saudara mendapatkan bubuk abate? ( )

66 Lampiran 1 lanjutan 8. Apakah Saudara memelihara ikan di tempattempat penampungan air? 9. Apakah Saudara menggantung pakaian di dinding? 10. Apakah terdapat pencahayaan di tempat penampungan air Saudara? B. Tempat perindukan buatan No Pertanyaan Ada Tidak Jentik Ada Tidak 11 Apakah terdapat tempat perindukan buatan? 12. Apakah terdapat tempayan? 13. Apakah terdapat bak mandi? 14. Apakah terdapat drum? 15. Apakah terdapat ember? 16. Apakah terdapat tempat penampungan air di kulkas? 17. Apakah terdapat tempat penampungan air di dispenser? 18. Apakah terdapat vas bunga? 19. Apakah terdapat tempat minum burung? 20. Apakah terdapat bejana? C. Sampah padat No Pertanyaan Ada Tidak Jentik 21. Apakah terdapat sampah padat di sekitar rumah? 22. Apakah terdapat ban bekas? 23. Apakah terdapat kaleng bekas? 24. Apakah terdapat botol bekas? Ada Tidak

67 Lampiran 1 lanjutan 25. Apakah terdapat pecahan kaca? 26. Apakah terdapat ember bekas? 27. Apakah terdapat drum bekas? 28. Apakah terdapat mangkok bekas? 3

68 Lampiran 2. Hasil Analisis Bivariat Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent PSN * Jentik % 0.0% % Count PSN * Jentik Crosstabulation Jentik Tidak Ada Total PSN Buruk Baik Total Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 68 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table

69 Lampiran 2. Lanjutan Hasil Analisis Bivariat Jentik Total Ada Tidak Buatan Ada Tidak = 1

70 Lampiran 2. Lanjutan Hasil Analisis Bivariat Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Sampah * Jentik % 0.0% % Count Sampah * Jentik Crosstabulation Jentik Tidak Ada Total Sampah Tidak Ada Total Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 68 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is.85. b. Computed only for a 2x2 table

71 Lampiran 3. Gambar Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Proses Wawancara Dengan Responden Gambar 2. Proses Wawancara Dengan Responden

72 Lampiran 3. Lanjutan Gambar Dokumentasi Peneltian Gambar 3. Pengamatan Tempat Perindukan Buatan Gambar 4. Pengamatan Tempat Perindukan Buatan

73 Lampiran 3. Lanjutan Gambar Dokumentasi Peneltian Gambar 5. Sampah Padat Responden Gambar 6. Sampah Padat Responden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan

Lebih terperinci

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah sub tropis dan tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian luar biasa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor pembawanya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015 KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015 Aidil Onasis (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

Lebih terperinci

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1)   ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PENAJAM KECAMATAN PENAJAM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Denge (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus. Penyakit ini dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Wulan Sari a dan Tri Puji Kurniawan b a Prodi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

SUMMARY HASNI YUNUS

SUMMARY HASNI YUNUS SUMMARY HUBUNGAN KEGIATAN SURVEY JENTIK SEBELUM DAN SETELAH ABATESASI TERHADAP ANGKA BEBAS JENTIK DI KELURAHAN BOLIHUANGGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 HASNI YUNUS 811409153 Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes aegypti yang mengakibatkan banyaknya jumlah penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu

Lebih terperinci

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Dhina Sari dan Sri Darnoto Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 4 (1) (2015) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI (STUDI KASUS DI KELURAHAN SUKOREJO, KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai April 2012. Pengambilan sampel dilakukan pada musim hujan, yaitu pada bulan Februari sampai bulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I 0 HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian Secara umum RW 3 dan RW 4 Kelurahan Pasir Kuda memiliki pemukiman yang padat dan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Jumlah sampel rumah yang diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1.1 Definisi Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dapat digambarkan bahwa keadaan lokasi penelitian sebagai berikut: 4.1.1Gambaran Umum a. Keadaan Geografi Puskesmas Telaga Biru adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Betty Nia Rulen, SKM, STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru ABSTRAK Keberadaan Jentik merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kini telah menjadi endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan ini adalah eksplanatory research yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan hubungan variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 Oleh: TH.Tedy B.S.,S.K.M.,M.Kes. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No.23

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE Cabang Ilmu : Kuliah Kerja Nyata Topik : Pengenalan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Hari/Tanggal : Jumat, 17 Januari 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan Sikap Praktik Keberadaan Jentik Lingkungan fisik Peran Petugas kesehatan Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep B.

Lebih terperinci

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Upik Kesumawati Hadi *) Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama, tetapi kemudian merebak kembali. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes 17 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur sebagai studi bioekologi nyamuk di daerah yang endemik DBD. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 2 Tahun 2016 FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT The objective of the study was to analyze the relationship

Lebih terperinci

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 Oleh : Yulian Taviv, SKM, M.Si* PENDAHULUAN Chikungunya merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vektor Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder. Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes JURNAL PEMETAAN DISTRIBUSI DENSITAS LARVA AEDES AEGYPTI DAN PELAKSANAAN 3M DENGAN KEJADIAN DBD DI KELURAHAN KALUKUANG KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR TAHUN 2012 Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL 6 Sri Wahyuni ABSTRAK Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR Relationship Implementation of Mosquito Nest Eradication With Density Aedes aegypti Larvae in DBD Endemic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia yang jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obyektif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yakni

BAB IV METODE PENELITIAN. obyektif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yakni BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan menggambarkan suatu keadaan atau obyek yang akan diteliti secara

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU Zrimurti Mappau, Siti Rahmah, Ridhayani Adiningsih Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Mamuju ABSTRACT Aedes aegypti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector borne disease

Lebih terperinci

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap. Waktu : 60 menit ( 45 menit ceramah dan 15 menit diskusi ).

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap. Waktu : 60 menit ( 45 menit ceramah dan 15 menit diskusi ). DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Lampiran 1 : Materi Penyuluhan Tujuan : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap yang positif tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue yang dimulai dari pengertian,

Lebih terperinci

I. IDENTITAS RESPONDEN

I. IDENTITAS RESPONDEN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KEPADATAN JENTIK PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN VEKTOR TULAR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI GAMPONG BINAAN AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN Kartini 1) dan

Lebih terperinci

SURVEI PELAKSANAAN 3M DALAM UPAYA PEMBERANTASAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. DI KELURAHAN SUMBERSARI, KECAMATAN SUMBERSARI, KABUPATEN JEMBER

SURVEI PELAKSANAAN 3M DALAM UPAYA PEMBERANTASAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. DI KELURAHAN SUMBERSARI, KECAMATAN SUMBERSARI, KABUPATEN JEMBER SURVEI PELAKSANAAN 3M DALAM UPAYA PEMBERANTASAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. DI KELURAHAN SUMBERSARI, KECAMATAN SUMBERSARI, KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah

Lebih terperinci

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01 Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01 Lampiran 2 : SURAT TUGAS DARI KETUA LPM UNIVERSITAS JEMBER Lampiran 3 : DAFTAR RIWAYAT HIDUP PELAKSANA 1. Nama : Latifa Aini S., M.Kep.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropisdan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderita penyakit DBD cenderung meningkat dari tahun ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

FAKTOR PERILAKU MASYARAKAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS SIDOHARJO SRAGEN

FAKTOR PERILAKU MASYARAKAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS SIDOHARJO SRAGEN SKRIPSI FAKTOR PERILAKU MASYARAKAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS SIDOHARJO SRAGEN Proposal Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukan Asia menempati urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering muncul pada musim hujan ini antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebaranya semakin

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever)

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever) Cabang Ilmu : Keperawatan Komunitas Topik : Penyakit DHF (Dengue haemoragic Fever) Sasaran : Desa Tala-tala, Kelurahan Bontokio, Kec. Minasatene,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki dasar yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular diberbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE Yunita K.R. dan Soedjajadi K., Perilaku 3M, Abatisasi PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE 3M Behavior, Abatitation, Aedes aegypti Larva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya,

Lebih terperinci

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY Nur Alvira Pasca Wati 1 INTISARI Latar Belakang: Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010

Lebih terperinci

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam*** Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam*** Abstrak Data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Kendari jumlah Penderita DBD pada tahun 2007 yaitu sebanyak 665 orang dengan kematian 6 orang, pada tahun

Lebih terperinci

DOSEN MUDA ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

DOSEN MUDA ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI DOSEN MUDA ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI Oleh : Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd Faizah Betty Rahayuningsih, SSiT, MKes FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI Judul Penelitian: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Gambaran Singkat Penelitian

Lebih terperinci